FILSAFAT DAN NILAI BUDAYA PENDIDIKAN

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya haturkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat
& HidayahNya kepada kita, sehingga dapat terselesaikannya tugas terstuktur
mengenai “Aliran-aliran Filsafat pendidikan”dengan baik. Sholawat serta salam
senantiasa kita haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang
kita tunggu-tunggu syafaatnya di Yaumul Qiamah nanti, amin.
Tujuan penulisan diktat ini adalah guna membantu kelancaran pembelajaran
khususnya untuk Mata Kuliah Filsafat Pendidikan di Jurusan Pendidikan Guru
Sekolah Dasar di Universitas Muria Kudus.
Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah
memberikan kesempatan, arahan, masukan, pemikiran, motivasi, yang tak ternilai
harganya. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada pihak-pihak di bawah ini.
1. Allah SWT yang telah meridhai terselesainya tugas ini
2. Orang tua tercinta yang selalu mendo’akan selama ini.
3. Dosen pengampu, Bapak Suyono Drs.Mpd selaku Dosen mata kuliah Filsafat
Pendidikan yang selama ini memberi kontribusi besar kepada kami, mahasiswa
jurusan PGSD, dalam memahami mata kuliah “Filsafat Pendidikan”.
4. Teman – teman semua serta pihak- pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu,
yang banyak membantu terselesainya tugas ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak

kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran
dan kritik yang bersifat membangun dari rekan-rekan mahasiswa, maupun Dosen,
guna perbaikan pada tugas selanjutnya. Semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca
pada umumnya dan penulis pada khususnya. Amin.

Kudus, 26 Nopember 2015

DAFTAR ISI

Page
1

KATA PENGANTAR.....................................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................................
DEFINISI FILSAFAT PENDIDIKAN............................................................................

Filsafat pendidikan Idealisme...........................................................................................
Filsafat Pendidikan Realisme...........................................................................................
Filsafat Pendidikan Pragmatisme.....................................................................................
Filsafat Pendidikan Progressivisme.................................................................................

Filsafat Pendidikan Esensialisme.....................................................................................
Filsafat Pendidikan Parenialisme.....................................................................................
Filsafat Pendidikan Eksistensialisme...............................................................................
Filsafat Pendidikan Rkontruksionisme.............................................................................
Filsafat Pendidikan Behaviorisme....................................................................................
Penutup.............................................................................................................................
Daftar Pustaka..................................................................................................................

DEFINISI FILSAFAT PENDIDIKAN

Page
2

Filsafat pendidikan menurut Al-Syaibany (dalam uyoh, 2011:71) adalah:
“Pelaksanaan pandangan falsafah dan kaidah falsafah dalam bidang pendidikan.
Filsafat itu mencerminkan satu segi dari segi pelaksanaan falsafah umum dan
menitikberatkan kepada pelaksanaan prinsip-prinsip dan kepercayaan-kepercayaan
yang menjadi dasar dari falsafah umum dalam menyelesaikan masalah-masalah
pendidikan secara praktis”
Filsafat pendidikan


bersandarkan

pada

filsafat

formal

atau

filsafat

umum.Dalam arti bahwa masalah-masalah pendidikan merupakan karakter filsafat.
Masalah-masalah pendidikan akan berkaitan dengan masalah-masalah filsafat umum,
seperti:
a. Hakikat kehidupan yang baik, karena pendidikan akan berusaha untuk
mencapainya.
b. Hakikat manusia, karena manusia merupakan makhluk yang menerima
pendidikan.

c. Hakikat masyarakat, karena pendidikan pada dasarnya merupakan suatu
proses social.
d. Hakikat realitas akhir, karena semua pengetahuan akan berusaha untuk
mencapainya.
Selanjutnya Al-Syaibany (dalam uyoh, 2011:72) berpandangan bahwa filsafat
pendidikan, seperti halnya filsafat umum, berusaha mencari yang hak dan hakikat
serta masalah yang berkaitan dengan proses pendidikan. Filsafat pendidikan berusaha
untuk mendalami konsep-konsep pendidikan dan memahami sebab-sebab yang hakiki
dari masalah pendidikan. Filsafat pendidikan berusaha juga membahas tentang segala
yang mungkin mengarahkan proses pendidikan.
Kneller (dalam uyoh, 2011:72), filsafat pendidikan merupakan aplikasi filsafat
dalam lapangan pendidikan.Seperti halnya filsafat, filsafat pendidikan dapat dikatakan
spekulatif, preskiptif, dan analitik.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa filsafat pendidikan adalah
terapan dari filsafat umum yang dilaksanakan dalam pandangan dan kaidah bidang
pendidikan yang berusaha membangun teori-teori hakikat manusia, masyarakat, dan
dunia, menentukan tujuan-tujuan yang harus dicapai dalam lapangan pendidikan.

Filsafat Pendidikan Idealisme


Page
3

A. Latar belakang (sejarah) aliran Idealisme
Aliran ini merupakan aliran yang sangat penting dalam perkembangan
sejarah pemikiran manusia. Dalam pengertian filsafat idealisme adalah sistem
filsafat yang menekankan pentingnya keunggulan pikiran (mind), roh (soul) atau
jiwa (spirit) dari pada hal-hal yang bersifat kebendaan atau material. Pandanganpandangan umum yang disepakati oleh para filsuf idealisme, yaitu:
1. Jiwa (soul) manusia adalah unsur yang paling penting dalam hidup.
2. Hakikat akhir alam semesta pada dasarnya adalah nonmaterial.
Idealisme merupakan sistem filsafat yang telah dikembangkan oleh para
filsuf di Barat maupun di Timur. Di Timur, idealisme berasal dari India Kuno, dan
di Barat idealisme berasal dari Plato yang merupakan bentuk ajaran murni darinya,
yaitu filsuf Yunani yang hidup pada tahun 427-347 sebelum Masehi. Yang
menyatakan bahwa alam, cita-cita itu adalah yang merupakan kenyataan
sebenarnya. Adapun alam nyata yang menempati ruang ini hanya berupa bayangan
saja dari alam ide. Aliran filsafat Plato dapat dilihat sebagai suatu reaksi terhadap
kondisi perubahan terus-menerus yang telah meruntuhkan budaya Athena lama.
Athena, selama Plato hidup, adalah kota yang berada dalam
kondisi transisi (peralihan). Peperangan bangsa Persia telah

mendorong Athena memasuki era baru. Seiring dengan adanya
peperangan-peperangan tersebut, perdagangan dan perniagaan
tumbuh subur dan orang-orang asing tinggal diberbagai
penginapan Athena dalam jumlah besar untuk meraih keuntungan
mendapatkan kekayaan yang melimpah. Dengan adanya hal itu,
muncul berbagai gagasan-gagasan baru ke dalam lini budaya
bangsa Athena. Gagasan-gagasan baru tersebut dapat
mengarahkan warga Athena untuk mengkritisi pengetahuan &
nilai-nilai tradisional. Saat itu pula muncul kelompok baru dari
kalangan pengajar (para Shopis). Ajarannya memfokuskan pada
individualisme, karena mereka berupaya menyiapkan warga untuk
Page
4

menghadapi peluang baru terbentuknya masyarakat niaga.
Penekanannya terletak pada individualisme, hal itu disebabkan
karena adanya pergeseran dari budaya komunal masa lalu menuju
relativisme dalam bidang kepercayaan dan nilai.
Ia merumuskan kebenaran sebagai sesuatu yang sempurna dan abadi
(eternal). Dan sudah terbukti, bahwa dunia eksistensi keseharian senantiasa

mengalami perubahan. Dengan demikian, kebenaran tidak bisa ditemukan dalam
dunia materi yang tidak sempurna dan berubah. Plato percaya bahwa disana
terdapat kebenaran yang universal dan dapat disetujui oleh semua orang.
Contohnya dapat ditemukan pada matematika, bahwa 5 + 7 = 12 adalah selalu
benar (merupakan kebenaran apriori), contoh tersebut sekarang benar, dan bahkan
di waktu yang akan datang pasti akan tetap benar. Menurut Plato, seorang filosof
idealisme klasik ( Yunani Purba ), menyatakan bahwa realitas terakhir adalah dunia
cita. Hakikat manusia adalah jiwanya, rohaninya, yakni apa yang disebut “mind”.
Mind merupakan suatu wujud yang mampu menyadari dunianya, bahkan sebagai
pendorong dan penggerak semua tingkah laku manusia. Jiwa ( mind ) merupakan
factor utama yang menggerakkan semua aktivitas manusia, badan atau jasmani
tanpa jiwa tidak memilki apa – apa
Idealisme dengan penekanannya

pada kebenaran yang tidak berubah,

berpengaruh pada pemikiran kefilsafatan. Selain itu, idealisme ditumbuh
kembangkan dalam dunia pemikiran modern. Tokoh-tokohnya antara lain: Rene
Descartes (1596-1650), George Berkeley (1685-1753), Immanuel Kant (17241804) dan George W. F. Hegel (1770-1831). Seorang idealis dalam pemikiran
pendidikan yang paling berpengaruh di Amerika adalah William T. Harris (18351909) yang menggagas Journal of Speculative Philosophy. Ada dua penganut

idealis abad XX yang telah berjuang menerapkan idealisme dalam bidang
pendidikan modern, antara lain: J. Donald Butler dan Herman H. Horne. Sepanjang
sejarah, idealisme juga terkait dengan agama, karena keduanya sama-sama
memfokuskan pada aspek spiritual dan keduniawian lain dari realitas.

Page
5

Sedangkan Aristoteles memberikan sifat kerohanian dengan ajarannya yang
menggambarkan alam ide sebagai suatu tenaga yang berada dalam benda-benda
dan menjalankan pengaruhnya dari benda itu. Sebenarnya dapat dikatakan bahwa
paham idealisme sepanjang masa tidak pernah hilang sama sekali. Di masa abad
pertengahan malahan satu-satunya pendapat yang disepakati oleh semua ahli pikir
adalah dasar idealisme ini.
Pada jaman Aufklarung para filosof yang mengakui aliran serba dua (dualisme)
seperti Descartes dan Spinoza yang mengenal dua pokok yang bersifat kerohanian
dan kebendaan, maupun keduanya mengakui bahwa unsur kerohanian lebih penting
daripada kebendaan. Selain itu, segenap kaum agama sekaligus dapat digolongkan
kepada penganut idealisme yang paling setia sepanjang masa, walaupun mereka
tidak memiliki dalil-dalil filsafat yang mendalam. Puncak jaman idealisme pada

masa abad ke-18 dan 19 ketika periode idealisme. Dan Jerman yang berpengaruh
besar di Eropa.
B. Tokoh-tokoh Aliran filsafat Idealisme
1.

Plato (477 -347 Sb.M)
Menurutnya, cita adalah gambaran asli yang semata-mata bersifat rohani dan
jiwa terletak di antara gambaran asli dengan bayangan dunia yang ditangkap oleh
panca indra. Dan pada dasarnya sesuatu itu dapat dipikirkan oleh akal, dan yang
berkaitan juga dengan ide atau gagasan. Mengenai kebenaran tertinggi, dengan
doktrin yang dikenal dengan istilah ide, Plato mengemukakan bahwa dunia ini tetap
dan jenisnya satu, sedangkan ide tertinggi adalah kebaikan.
Menurut Plato, kebaikan merupakan hakikat tertinggi dalam mencari
kebenaran. Tugas ide adalah memimpin budi manusia dalam menjadi contoh bagi
pengalaman. Siapa saja yang telah mengetahui ide, manusia akan mengetahui jalan
yang pasti, sehingga dapat menggunakannya sebagai alat untuk mengukur,
mengklarifikasikan dan menilai segala sesuatu yang dialami sehari-hari.

2.


Immanuel Kant (1724 -1804)
Ia menyebut filsafatnya idealis transendental atau idealis kritis dimana paham
ini menyatakan bahwa isi pengalaman langsung yang kita peroleh tidak dianggap

Page
6

sebagai miliknya sendiri melainkan ruang dan waktu adalah forum intuisi kita.
Dengan demikian, ruang dan waktu yang dimaksudkan adalah sesuatu yang dapat
membantu kita (manusia) untuk mengembangkan intuisi kita. Menurut Kant,
pengetahuan yang mutlak sebenarnya memang tidak akan ada bila seluruh
pengetahuan datang melalui indera. Akan tetapi, bila pengetahuan itu datang dari
luar melalui akal murni, yang tidak bergantung pada pengalaman. Dapat
disimpulkan bahwa filsafat idealis transendental menitik beratkan pada pemahaman
tentang sesuatu itu datang dari akal murni dan yang tidak bergantung pada sebuah
pengalaman.
3.

Pascal (1623-1662)
Kesimpulan dari pemikiran filsafat Pascal antara lain :

a.

Pengetahuan diperoleh melalaui dua jalan, pertama menggunakan akal dan
kedua menggunakan hati. Ketika akal dengan semua perangkatnya tidak dapat
lagi mencapai suatu aspek maka hati lah yang akan berperan. Oleh karena itu,
akal dan hati saling berhubungan satu sama lain. Apabila salah satunya tidak
berfungsi dengan baik, maka dalam memperoleh suatu pengetahuan itu juga
akan mengalami kendala.

b.

Manusia besar karena pikirannya, namun ada hal yang tidak mampu dijangkau
oleh pikiran manusia yaitu pikiran manusia itu sendiri. Menurut Pascal manusia
adalah makhluk yang rumit dan kaya akan variasi serta mudah berubah. Untuk
itu matematika, pikiran dan logika tidak akan mampu dijadikan alat untuk
memahami manusia. Menurutnya alat-alat tersebut hanya mampu digunakan
untuk memahami hal-hal yang bersifat bebas kontradiksi, yaitu yang bersifat
konsisten. Karena ketidak mampuan filsafat dan ilmu-ilmu lain untuk
memahami manusia, maka satu-satunya jalan memahami manusia adalah
dengan agama. Karena dengan agama, manusia akan lebih mampu menjangkau
pikirannya sendiri, yaitu dengan berusaha mencari kebenaran, walaupun
bersifat abstrak.

c.

Filsafat bisa melakukan apa saja, namun hasilnya tidak akan pernah
sempurna. Kesempurnaan itu terletak pada iman. Sehebat apapun manusia
berfikir ia tidak akan mendapatkan kepuasan karena manusia mempunyai

Page
7

logika yang kemampuannya melebihi dari logika itu sendiri. Dalam mencari
Tuhan Pascal tidak menggunakan metafisika, karena selain bukan termasuk
geometri tapi juga metafisika tidak akan mampu. Maka solusinya ialah
mengembalikan persoalan keTuhanan pada jiwa. Filsafat bisa menjangkau
segala hal, tetapi tidak bisa secara sempurna. Karena setiap ilmu itu pasti ada
kekurangannya, tidak terkecuali filsafat.
4.

J. G. Fichte (1762-1914 M.)
Ia adalah seorang filsuf jerman. Ia belajar teologi di Jena (1780-1788 M). Pada
tahun 1810-1812 M, ia menjadi rektor Universitas Berlin.

Filsafatnya disebut

“Wissenschaftslehre” (ajaran ilmu pengetahuan). Secara sederhana pemikiran
Fichte: manusia memandang objek benda-benda dengan inderanya. Dalam
mengindra objek tersebut, manusia berusaha mengetahui yang dihadapinya. Maka
berjalanlah proses intelektualnya untuk membentuk dan mengabstraksikan objek itu
menjadi pengertian seperti yang dipikirkannya.
Hal tersebut bisa dicontohkan seperti, ketika kita melihat sebuah meja dengan
mata kita, maka secara tidak langsung akal (rasio) kita bisa menangkap bahwa
bentuk meja itu seperti yang kita lihat (berbentuk bulat, persegi panjang, dll).
Dengan adanya anggapan itulah akhirnya manusia bisa mewujudkan dalam bentuk
yang nyata.
5.

F. W. S. Schelling (1775-1854 M.)
Schelling telah matang menjadi seorang filsuf disaat dia masih amat muda.
Pada tahun 1798 M, dalam usia 23 tahun, ia telah menjadi guru besar di Universitas
Jena. Dia adalah filsuf Idealis Jerman yang telah meletakkan dasar-dasar pemikiran
bagi perkembangan idealisme Hegel.
Inti dari filsafat Schelling: yang mutlak atau rasio mutlak adalah sebagai
identitas murni atau indiferensi, dalam arti tidak mengenal perbedaan antara yang
subyektif dengan yang obyektif. Yang mutlak menjelmakan diri dalam 2 potensi
yaitu yang nyata (alam sebagai objek) dan ideal (gambaran alam yang subyektif
dari subyek). Yang mutlak sebagai identitas mutlak menjadi sumber roh (subyek)
dan alam (obyek) yang subyektif dan obyektif, yang sadar dan tidak sadar. Tetapi
yang mutlak itu sendiri bukanlah roh dan bukan pula alam, bukan yang obyektif

Page
8

dan bukan pula yang subyektif, sebab yang mutlak adalah identitas mutlak atau
indiferensi mutlak.
Maksud dari filsafat Schelling adalah, yang pasti dan bisa diterima akal adalah
sebagai identitas murni atau indiferensi, yaitu antara yang subjektif dan objektif
sama atau tidak ada perbedaan. Alam sebagai objek dan jiwa (roh atau ide) sebagai
subjek, keduanya saling berkaitan. Dengan demikian yang mutlak itu tidak bisa
dikatakan hanya alam saja atau jiwa saja, melainkan antara keduanya.
6.

G. W. F. Hegel (1770-1031 M.)
Ia belajar teologi di Universitas Tubingen dan pada tahun 1791 memperoleh
gelar Doktor. Inti dari filsafat Hegel adalah konsep Geists (roh atau spirit), suatu
istilah yang diilhami oleh agamanya. Ia berusaha menghubungkan yang mutlak
dengan yang tidak mutlak. Yang mutlak itu roh atau jiwa, menjelma pada alam dan
dengan demikian sadarlah ia akan dirinya. Roh itu dalam intinya ide (berpikir).

C. Esensi Aliran Idealisme
Idealisme termasuk aliran filsafat pada abad modern. Idealisme berasal dari
bahasa Inggris yaitu Idealism dan kadang juga dipakai istilahnya mentalism atau
imaterialisme. Istilah ini pertama kali digunakan secara filosofis oleh Leibnez pada
mula awal abad ke-18. Leibniz memakai dan menerapkan istilah ini pada pemikiran
Plato, secara bertolak belakang dengan materialisme Epikuros. Idealisme ini
merupakan kunci masuk hakekat realitas.
Idealisme diambil dari kata ide yakni sesuatu yang hadir dalam jiwa. Idealisme
dapat diartikan sebagai suatu paham atau aliran yang mengajarkan bahwa hakikat
dunia fisik hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan jiwa dan roh. Menurut
paham ini, objek-objek fisik tidak dapat dipahami terlepas dari spirit.
Ada pendapat lain yang mengatakan, idealisme berasal dari bahasa latin idea,
yaitu gagasan, ide. Sesuai asal katanya menekankan gagasan, ide, isi pikiran, dan
buah mental. Terdapat aliran filsafat yang beranggapan, yang ada yang
sesungguhnya adalah yang ada dalam budi, yang hadir dalam mental. Karena hanya
yang berbeda secara demikian yang sempurna, utuh, tetap, tidak berubah dan jelas.
Itu semua adalah idealisme.

Page
9

Aliran idealisme kenyataanya sangat identik dengan alam dan lingkungan
sehingga melahirkan 2 macam realita :
1. Yang tampak : apa yang kita alami dalam lingkungan ini seperti ada yang datang
dan pergi, hidup dan mati dll.
2. Realitas sejati : merupakan sifat yang kekal dan sempurna (ideal). Gagasan dan
pikiran yang utuh di dalamnya terdapat nilai-nilai yang murni dan asli,
kemudian kemutlakan dan kesejatian kedudukan-kedudukan lebih tinggi dari
yang nampak, karena ide merupakan wujud yang hakiki.
Beberapa pengertian Idealisme :
1. Adanya suatu teori bahwa alam semesta beserta isinya adalah suatu
penjelmaan pikiran.
2.

Untuk menyakan eksistensi realitas, tergantung pada suatu pikiran dan
aktivitas-aktivitas pikiran.

3.

Realitas dijelaskan berkenaan dengan gejala-gejala psikis seperti pikiranpikiran, diri, roh, ide-ide, pemikiran mutlak dan lain sebagainya dan bukan
berkenaan dengan materi.

4.

Seluruh realitas sangat bersifat mental (spiritual, psikis). Materi dalam bentuk
fisik tidak ada.

5.

Hanya ada aktivitas berjenis pikiran dan isi pikiran yang ada. Dunia eksternal
tidak bersifat fisik.
William E. Hocking, seorang penganut idealisme modern, mengungkapkan

bahwa, sebutan ”ide-isme” kiranya lebih baik dibandingkan dengan idealisme. Hal
itu benar, karena idealisme lebih berkaitan dengan konsep-konsep “abadi” (ideas),
seperti kebenaran, keindahan, & kemuliaan daripada berkaitan dengan usaha serius
dengan orientasi keunggulan yang bisa dimaksudkan ketika kita berucap, “Dia
sangat idealistik”.
Idealisme mempunyai pendirian bahwa kenyataan itu terdiri dari atau tersusun
atas substansi sebagaimana gagasan-gagasan atau ide-ide. Alam fisik ini tergantung
dari jiwa universal atau Tuhan, yang berarti pula bahwa alam adalah ekspresi dari
jiwa tersebut.
Page
10

Inti dari Idealisme adalah suatu penekanan pada realitas ide-gagasan, pemikiran,
akal-pikir atau kedirian daripada sebagai suatu penekanan pada objek-objek &
daya-daya material. Idealisme menekankan akal pikir (mind) sebagai hal dasar atau
lebih dulu ada bagi materi, & bahkan menganggap bahwa akal pikir adalah sesuatu
yang nyata, sedangkan materi adalah akibat yang ditimbulkan oleh akal-pikir atau
jiwa (mind). Hal itu sangat berlawanan dengan materialisme yang berpendapat
bahwa materi adalah nyata ada, sedangkan akal-pikir (mind) adalah sebuah
fenomena pengiring.
Pandangan beberapa filsuf mengenai Idealisme:
1. Schelling memberikan nama yang diberikan Idealisme subyektif pada filsafat
Fichte, dengan alasan bahwa dalam pemikiran Fichte dunia merupakan postulat
subyek yang memutuskan.
2. Idealisme obyektif adalah nama yang diberikan oleh Schelling pada pemikiran
filsafatnya. Menurutnya, alam adalah intelegensi yang kelihatan. Hal tersebut
menunjukkan semua filsafat yang mengidentikkan realitas dengan ide, akal
atau roh.
3. Hegel menerima klasifikasi schelling, dan mengubahnya menjadi idealisme
absolut sebagai sintesis dari pandangan idealisme subyektif (tesis) dan obyektif
(antitesis).
4. Idealisme transendental adalah pandangan dan penyebutan dari Immanuel kant.
Sering disebut sebagai idealisme kritis. Pandangan ini mempunyai alternatif
yaitu isi dari pengalaman langsung tidak dianggap sebagai benda dalam
dirinya, sedangkan ruang dan waktu merupakan forma intuisi kita sendiri.
5. Idealisme epistimologi merupakan suatu keputusan bahwa kita membuat
kontak hanya dengan ide-ide atau pada peristiwa manapun dengan entitasentitas psikis.
6. Idealisme personal adalah sistem filsafat Howison dan Bowne.
7. Idealisme voluntarisme dikembangkan oleh Foulee dalam suatu sistem yang
melibatkan tenaga pemikiran.

Page
11

8. Idealisme teistik pandangan dan sistem filsafat dari Ward.
9. Idealisme monistik adalah penyebutan dan sistem filsafat dari Paulsen.
10. Idealisme etis adalah pandangan filsafat yang dianut oleh Sorley dan Messer.
11. Idealisme Jerman, pemicunya adalah Immanuel Kant dan dikembangkan oleh
penerus-penerusnya. Idealisme merupakan pembaharuan dari Platonis, karena
para pemikir melakukan terobosan-terobosan filosofis yang sangat penting
dalam sejarah manusia, hanya dalam tempo yang sangat singkat, yaitu 40 tahun
(1790- 1830) dan gerakan intelektual ini mempunyai kedalaman dan kekayaan
berpikir yang tiada bandingnya.
Konsep filsafat menurut aliran idealisme adalah :
a. Metafisika-idealisme: secara absolut kenyataan yang sebenarnya adalah
spiritual dan rohaniah, sedangkan secara kritis yaitu adanya kenyataan yang
bersifat fisik dan rohaniah, tetapi kenyataan rohaniah yang lebih berperan.
b. Humanologi-idealisme: jiwa dikaruniai kemampuan berpikir yang dapat
menyebabkan adanya kemampuan memilih.
c. Epistimologi-idealisme: pengetahuan yang benar diperoleh melalui intuisi dan
pengingatan kembali melalui berpikir. Kebenaran hanya mungkin dapat dicapai
oleh beberapa orang yang mempunyai akal pikiran yang cemerlang.
d. Aksiologi-idealisme: kehidupan manusia diatur oleh kewajiban-kewajiban
moral yang diturunkan dari pendapat tentang kenyataan atau metafisika.
Demikian kemanusiaan merupakan bagian dari ide mutlak, Tuhan sendiri. Idea
yang berpikir sebenarnya adalah gerak yang menimbulkan gerak lain. Gerak ini
menimbulkan tesis yang dengan sendirinya menimbulkan gerak yang bertentangan,
anti tesis. Adanya tesis dan anti tesisnya itu menimbulkan sintesis dan ini
merupakan tesis baru yang dengan sendirinya menimbulkan anti tesisnya dan
munculnya sintesis baru pula.
Demikian proses roh atau ide yang disebut Hegel dialektika. Proses itulah yang
menjadi keterangan untuk segala kejadian. Proses itu berlaku menurut hukum akal.
Jadi semua yang riil bersifat rasional dan semua yang rasional bersifat riil.

Page
12

Maksudnya luasnya rasio sama dengan luasnya realitas, sedangkan realitas menurut
Hegel adalah proses pemikiran (ide).
Prinsip-prisip Idealisme :
a. Menurut idealisme bahwa realitas tersusun atas substansi sebagaimana
gagasan-gagasan atau ide (spirit). Menurut penganut idealisme, dunia beserta
bagian-bagianya harus dipandang sebagai suatu sistem yang masing-masing
unsurnya saling berhubungan. Dunia adalah suatu totalitas, suatu kesatuan yang
logis dan bersifat spiritual.
b. Realitas atau kenyataan yang tampak di alam ini bukanlah kebenaran yang
hakiki, melainkan hanya gambaran atau dari ide-ide yang ada dalam jiwa
manusia.
c. Idealisme berpendapat bahwa manusia menganggap roh atau sukma lebih
berharga dan lebih tinggi dari pada materi bagi kehidupan manusia. Roh pada
dasarnya dianggap sebagai suatu hakikat yang sebenarnya, sehingga benda atau
materi disebut sebagai penjelmaan dari roh atau sukma. Demikian pula
terhadap alam adalah ekspresi dari jiwa.
d. Idealisme berorientasi kepada ide-ide yang theo sentris (berpusat kepada
Tuhan), kepada jiwa, spiritualitas, hal-hal yang ideal (serba cita) dan kepada
norma-norma yang mengandung kebenaran mutlak. Oleh karena nilai-nilai
idealisme bercorak spiritual, maka kebanyaakan kaum idealisme mempercayai
adanya Tuhan sebagai ide tertinggi atau Prima Causa dari kejadian alam
semesta ini.
Bila

ditinjau

dari

teori

pengetahuan,

idealisme

mengemukakan

pandangannya bahwa pengetahuan yang diperoleh melalui indera tidak pasti dan
tidak lengkap, karena dunia hanyalah merupakan tiruan belaka, sifatnya maya, yang
menyimpang dari kenyataan yang sebenarnya.Pengetahuan yang benar hanya
merupakan hasil akal belaka, karena akal dapat membedakan bentuk spiritual murni
dari benda-benda di luar penjelmaan material.
Sedangkan bila ditinjau dari segi nilai, Menurut pandangan idealisme,
nilai itu absolut. Apa yang dikatakan baik, benar, salah, cantik atau tidak cantik,
secara fundamental tidak berubah dari generasi ke generasi. Pada haikatnya nilai itu

Page
13

tetap. Nilai tidak diciptakan manusia, melainkan merupakan bagian dari alam
semesta.
D. Idealisme Dalam Pendidikan
Dalam hubungannya dengan pendidikan, Aliran idealisme terbukti cukup
banyak berpengaruh dalam dunia pendidikan. William T. Harris adalah salah satu
tokoh aliran pendidikan idealisme yang sangat berpengaruh di Amerika Serikat.
Idealisme terpusat tentang keberadaan sekolah. Aliran inilah satu-satunya yang
melakukan oposisi secara fundamental terhadap naturalisme. Pendidikan harus
terus eksis sebagai lembaga untuk proses pemasyarakatan manusia sebagai
kebutuhan spiritual, dan tidak sekedar kebutuhan alam semata.
Seorang guru yang menganut paham idealisme harus membimbing atau
mendiskusikan bukan sebagai prinsip-prinsip eksternal kepada siswa, melainkan
sebagai kemungkinan (batin) yang perlu dikembangkan. Guru idealis juga harus
mewujudkan sedapat mungkin watak yang terbaik. Socrates, Plato, dan Kant yakin
bahwa pengetahuan yang terbaik adalah pengetahuan yang dikeluarkan dalam diri
siswa, bukan dimasukkan atau dijejalkan ke dalam diri siswa. Bagi aliran
idealisme, peserta didik merupakan pribadi tersendiri, sebagai makhluk spiritual.
Guru yang menganut paham idealisme biasanya berkeyakinan bahwa spiritual
merupakan suatu kenyataan, mereka tidak melihat murid sebagai apa adanya, tanpa
adanya spiritual. Sejak idealisme sebagai aliran filsafat pendidikan menjadi
keyakinan bahwa realitas adalah pribadi, maka mulai saat itu dipahami tentang
perlunya pengajaran secara individual. Pola pendidikan yang diajarkan filsafat
idealisme berpusat dari idealisme. Pengajaran tidak sepenuhnya berpusat dari anak
atau materi pelajaran, juga bukan masyarakat tapi idealisme. Maka tujuan
pendidikan menurut aliran idealisme terbagi atas tiga hal, tujuan untuk individual,
masyarakat, dan campuran antara keduanya.
Pendidikan idealisme untuk individual antara lain bertujuan agar anak didik bisa
menjadi kaya dan memiliki kehidupan yang bermakna, memiliki kepribadian yang
harmonis, dan pada akhirnya diharapkan mampu membantu individu lainnya untuk
hidup lebih baik. Sedangkan tujuan pendidikan idealisme bagi kehidupan sosial

Page
14

adalah perlunya persaudaraan antar manusia. Sedangkan tujuan secara sintesis
dimaksudkan sebagai gabungan antara tujuan individual dengan sosial sekaligus,
yang juga terekspresikan dalam kehidupan yang berkaitan dengan Tuhan.
Guru dalam sistem pengajaran menurut aliran idealisme berfungsi sebagai :
a). Guru adalah personifikasi dari kenyataan anak didik. Artinya, guru merupakan
wahana atau fasilitator yang akan mengantarkan anak didik dalam mengenal
dunianya lewat materi-materi dalam aktifitas pembelajaran. Untuk itu, penting
bagi guru memahami kondisi peserta didik dari berbagai sudut, baik mental,
fisik, tingkat kecerdasan dan lain sebagainya.
b). Guru harus seorang spesialis dalam suatu ilmu pengetahuan dari siswa.
Artinya, seorang guru itu harus mempunyai pengetahuan yang lebih dari pada
anak didik.
c). Guru haruslah menguasai teknik mengajar secara baik. Artinya, seorang guru
harus mempunyai potensi pedagogik yaitu kemampuan untuk mengembangkan
suatu model pembelajaran, baik dari segi materi dan yang lainnya.
d). Guru haruslah menjadi pribadi yang baik, sehingga disegani oleh murid.
Artinya, seorang guru harus mempunyai potensi kepribadian yaitu karakter dan
kewibawaan yang berbeda dengan guru yang lain.
e). Guru menjadi teman dari para muridnya. Artinya, seorang guru harus
mempunyai potensi sosial yaitu kemampuan dalam hal berinteraksi dengan
anak didik.
Kurikulum yang digunakan dalam pendidikan yang beraliran idealisme
harus lebih memfokuskan pada isi yang objektif. Pengalaman haruslah lebih
banyak

daripada

pengalamannya

pengajaran

aktual.

yang

Sedangkan

textbook. Agar
implikasi Aliran

pengetahuan
Idealisme

dan
dalam

Pendidikan yaitu :
a. Tujuan, untuk membentuk karakter, mengembangkan bakat atau kemampuan
dasar, serta kebaikan sosial.
b. Kurikulum, pendidikan liberal untuk pengembangan kemampuan dan
pendidikan praktis untuk memperoleh pekerjaan.
c. Metode, diutamakan metode dialektika (saling mengaitkan ilmu yang satu
dengan yang lain), tetapi metode lain yang efektif dapat dimanfaatkan.
Page
15

d.

Peserta didik bebas untuk mengembangkan kepribadian, bakat dan kemampuan
dasarnya.

e. Pendidik bertanggungjawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan melalui
kerja sama dengan alam.
Implementasi Idealisme dalam Pendidikan:
a. Pendidikan bukan hanya mengembangkan dan menumbuhkan, tetapi juga harus
menuju pada tujuan yaitu dimana nilai telah direalisasikan ke dalam bentuk
yang kekal dan tak terbatas.
b. Pendidikan adalah proses melatih pikiran, ingatan, perasaan. Baik untuk
memahami realita, nilai-nilai, kebenaran, maupun sebagai warisan sosial.
c. Tujuan pendidikan adalah menjaga keunggulan kultural, sosial dan spiritual.
Memperkenalkan suatu spirit intelektual guna membangun masyarakat yang
ideal.
d. Pendidikan idealisme berusaha agar seseorang dapat mencapai nilai-nilai dan
ide-ide yang diperlukan oleh semua manusia secara bersama-sama.
e. Tujuan pendidikan idealisme adalah ketepatan mutlak. Untuk itu, kurikulum
seyogyanya bersifat tetap dan tidak menerima perkembangan.
f. Peranan pendidik menurut aliran ini adalah memenuhi akal peserta didik
dengan hakekat-hakekat dan pengetahuan yang tepat. Dengan kata lain, guru
harus menyiapkan situasi dan kondisi yang kondusif untuk mendidik anak didik,
serta lingkungan yang ideal bagi perkembangan mereka, kemudian membimbing
mereka dengan kasih sayang dan dengan ide-ide yang dipelajarinya hingga sampai
ke tingkat yang setinggi-tingginya.
Implikasi idealisme dalam pendidikan jika dilihat dari tujuan pendidikan formal
dan informal adalah sebagai pembentuk karakter atau kepribadian peserta didik dan
ditujukan kepada pengembangan bakat dan kebijakan sosial.
Tujuan pendidikan menurut aliran idealisme terbagi atas tiga hal, tujuan untuk
individual, masyarakat, dan campuran antara keduanya. Pendidikan bertujuan untuk
individual agar anak didik bisa menjadi kaya dan memiliki kehidupan yang
bermakna, memiliki kepribadian yang harmonis dan pada akhirnya diharapkan
mampu membantu individu lainnya untuk hidup lebih baik. Tujuan pendidikan bagi

Page
16

kehidupan sosial adalah perlunya persaudaraan antar manusia, karena manusia
adalah makhluk sosial dan manusia tidak akan bisa hidup tanpa bantuan dari orang
lain. Sedangkan tujuan secara sintesis (gabungan antara tujuan individual dengan
kehidupan sosial, yang juga terekspresikan dalam kehidupan yang berkaitan dengan
Tuhan (Hablum minallah). Implikasi idealisme dalam pendidikan jika dilihat dari
kurikulum adalah:
a. Pengembangan kemampuan berpikir melalui pendidikan liberal (artes
liberalis).
Maksudnya adalah memberikan kebebasan berpikir kepada siswa untuk
mengembangkan kemampuan. Sehingga siswa akan lebih mudah memahami
materi pelajaran. Dalam hal ini kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan
yang bertanggung jawab. Dan akan menciptakan pembelajaran active learning
(pembelajaran aktif).
b. Penyiapan keterampilan bekerja, melalui pendidikan praktis. Maksudnya
adalah selain memberikan materi pelajaran yang berupa pengetahuan yang
sesuaikan dengan kompetensi, dalam kurikulum juga ada materi yang berkaitan
dengan kejuruan atau keahlian (vocation). Biasanya hanya ada dalam
kurikulum untuk sekolah kejuruan, seperti SMK atau STM.
Selain itu, kurikulum yang digunakan dalam pendidikan yang beraliran
idealisme harus lebih memfokuskan pada isi yang objektif. Pengalaman
haruslah lebih banyak daripada pengajaran yang textbook. Agar pengetahuan
dan pengalamannya senantiasa aktual. Dan siswa lebih bisa mengeksplor
kemampuan mereka.
Selanjutnya implikasi idealisme dalam pendidikan jika dilihat dari metode.
Metode pendidikan yang disusun adalah metode dialektik meskipun demikian,
setiap metode efektif dapat mendorong semangat belajar siswa. Maksudnya
adalah metode dialektik ini syarat dengan pemikiran, perenungan, dialog, dll.
Apabila didukung dengan adanya metode dan stategi yang lain dalam
pembelajaran, maka akan lebih efektif dan efisien dalam mengoptimalkan
metode dialektik tersebut. Sehingga akan terciptanya pembelajaran aktif.
Kemudian implikasi idealisme dalam bidang evaluasi tidak hanya
berdasarkan kepada nilai akhir peserta didik, tapi juga menurut keseharian
peserta didik. Evaluasi tidak hanya ditinjau dari satu aspek tapi juga semua
aspek yaitu dari segi kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hal itu karena dalam

Page
17

idealisme guru bersifat demokratis, sehingga pembelajaran berjalan dengan
efektif karena guru adil dalam melakukan evaluasi.
E. Analisis Dalam Menjawab Rumusan Masalah
1. Paradigma idealisme dalam menentukan kebenaran dan maksud dari ide
tertinggi
Idealisme merupakan salah satu aliran filsafat yang menitik beratkan pada
ide atau gagasan. Atau sering juga disebut sebagai aliran yang menganggap
sesuatu yang nyata atau riil itu adalah yang ada dalam akal pikiran manusia.
Jadi bisa dikatakan bahwa, jalan pemikiran aliran idealisme itu berlawanan
dengan pemikiran aliran realisme. Aliran filsafat realisme menganggap sesuatu
yang nyata itu adalah yang nyata, riil, empiris, bisa dipegang, bisa diamati dll.
Dengan kata lain sesuatu yang nyata adalah sesuatu yang bisa diindrakan (bisa
diterima oleh panca indra).
Paradigma (cara pandang) yang digunakan oleh aliran idealisme adalah
melihat bahwa sesuatu yang nyata itu adalah apa yang ada di dalam pikiran
manusia. Dalam hal ini, tidak terlepas dari apa yang dimaksud dengan
metafisika. Paradigma ini sangat berlawanan arah dengan paradigma yang ada
pada filsafat realisme. Perbedaan tersebut lalu tidak lantas menjadikan kedua
aliran ini saling berselisih. Dengan adanya perbedaan paradigma tersebut,
menjadikan keduanya saling melengkapi, sehingga diharapkan akan mampu
berperan penting dalam pendidikan, khususnya pendidikan di Indonesia.
Mengenai kebenaran tertinggi, dengan doktrin yang dikenal dengan istilah
ide, Plato mengemukakan bahwa dunia ini tetap dan jenisnya satu, sedangkan
ide tertinggi adalah kebaikan. Menurut Plato, kebaikan merupakan hakikat
tertinggi dalam mencari kebenaran. Tugas ide adalah memimpin budi manusia
dalam menjadi contoh bagi pengalaman.
Maksudnya adalah dalam idealisme, ide merupakan sesuatu yang penting.
Dan ide tertinggi dalam idealisme adalah kebaikan. Karena hakikat kebenaran
merupakan salah satu yang dipelajari dalam cabang filsafat, yaitu ontologi. Ide
juga merupakan hal yang berkaitan erat dengan pengalaman. Semakin banyak

Page
18

pengalaman seseorang, maka akan semakin luas juga ide dalam memecahkan
suatu masalah.
F. Kesimpulan
Berdasarkan paparan penulis di atas, dapat disimpulkan antara lain :
Idealisme adalah merupakan salah satu aliran filsafat yang mempunyai paham bahwa
hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan jiwa dan roh. Tokoh
–tokoh dalam idealisme diantaranya yaitu : Rene Descartes (1596-1650) , George
Berkeley (1685-1753), Immanuel Kant (1724-1804), F. W. S. Schelling (1775-1854),
dan George W. F. Hegel (1770-1831). Seorang idealis dalam pemikiran pendidikan
yang paling berpengaruh di Amerika adalah William T. Haris yang menggagas journal
of speculative philosophy.
Implikasi filsafat idealisme dalam pendidikan adalah sebagai berikut :
a. Tujuan, untuk membentuk karakter, mengembangkan bakat atau kemampuan
dasar, serta kebaikan sosial.
b.

Kurikulum, pendidikan liberal untuk pengembangan kemampuan dan
pendidikan praktis untuk memperoleh pekerjaan.

c. Metode, diutamakan metode dialektika (saling mengaitkan ilmu yang satu
dengan yang lain), tetapi metode lain yang efektif dapat dimanfaatkan.
d.

Peserta didik bebas untuk mengembangkan kepribadian, bakat dan kemampuan
dasarnya.

e. Pendidik bertanggungjawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan melalui
kerja sama dengan alam.

Page
19

Filsafat Pendidikan Realisme
A. Pengertian Realisme
Realisme adalah filsafat yang timbul pada jaman modern dan sering disebut
“anak” dari naturalisme. Dengan berpandangan bahwa objek atau dunia luar itu
adalah nyata pada sendirinya, realisme memandang pula bahwa kenyataan itu
berbeda dengan jiwa yang mengetahui objek atau dunia luar tersebut. Kenyataan
tidak sepenuhnya bergantung dari jiwa yang mengetahui, tapi merupakan hasil
pertemuan dengan objeknya orang dapat memiliki pengetahuan yang kurang tepat
mengenai banda atau sesuatu hal yang sesungguhnya, tetapi sebaliknya dapat
memiliki gambaran yang tepat mengenai apa yang nampak. Maka dari itu
pengamatan, penelitian dan penarikan kesimpulan mengenai hasil-hasilnya perlu
agar dapat diperoleh gambaran yang tepat secara langsung atau tidak langsung
mengenaisesuatu.
Realisme merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualitis.
Realisme berbeda dengan materialisme dan idealisme yang bersifat monistis.
Realisme berpendapat bahwa hakikat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia
rohani. Realisme membagi realitas menjadi dua bagian, yaitu subjek yang
menyadari dan mengetahui di satu pihak, dan di pihak lainnya adalah adanya realita
di luar manusia, yang dapat dijadikan sebagai objek pengetahuan manusia.
Realisme suatu aliran lahir di Eropa dalam abad ke-16/17 yang
menunjukkan keinginan untuk mengetahui segala sesuatu dalam alam. Ini berarti
beralihnya perhatian dari pelajaran-pelajaran tentang manusia kepada realita. Ini
berarti pula kemajuan-kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan alam.
Menurut Realisme, kualitas nilai tidak dapat ditentukan secara konsepsuil
terlebih dahulu, melainkan tergantung dari apa atau bagaimana keadaannya bila
dihayati oleh subjek tertentu dan selanjutnya akan tergantung pula dari sikap subjek
tersebut.

Page
20

Para penganut realisme mengakui bahwa seseorang bisa salah lihat pada
benda- benda atau dia melihat terpengeruh oleh keadaan sekelilingnnya. Namun,
mereka paham ada benda yang dianggap mempunyai wujud tersendiri, ada benda
yang tetapkendati diamati.
Sebagai aliran filsafat, realisme berpendirian bahwa yang ada yang
ditangkap pancaindra dan yang konsepnya ada dalam budi itu memang nyata ada.
Contohnya:
 Batu di jalan membuat ban sepeda motor kita kempes, baru dialami memang
ada.
 Tebu

yang

rasanya

manis

tanpa

memakai

tambahan

gula,

justru

dapatmenghasilkan gula. Hal ini memang ada dan nyata.
 Kucing yang dilihat mencuri lauk di atas meja makan betul-betul ada danhidup
dalam rumah keluarga itu.
B. Bentuk-bentuk Aliran Realisme
Realisme merupakan aliran filsafat yang memiliki beraneka ragam bentuk.
Kneller membagi realisme menjadi dua bentuk, yaitu :
1. Realisme rasional
Realisme dapat didefinisikan pada dua aliran, yaitu realisme klasik dan
realisme religius. Bentuk utama dari realisme religius ialah “Scholastisisme”.
Realisme klasik ialah filsafat Yunani yang pertama kali dikembangkan oleh
Aristoteles, sedangkan realisme religius terutama Scholatisisme oleh Thomas
Aquina, dengan menggunakan filsafat Aristoteles dalam membahas teologi gereja.
Thomas Aquina menciptakan filsafat baru dalam agama Kristen, yang disebut
Tomisme, pada saat filsafat gereja dikuasai oleh Neoplatonisme yang dipelopori
oleh Plotinus.
Realisme Klasik maupun realisme religius menyetujui bahwa dunia materi
adalah nyata, dan berada di luar pikiran (ide) yang mengamatinya. Tetapi
sebaliknya, tomisme berpandangan bahwa materi dan jiwa diciptakan oleh tuhan,
dan jiwa lebih penting daripada materi karena tuhan adalah rohani yang sempurna.
Thomisme juga mengungkapkan bahwa manusia merupakan suatu perpaduan atau
kesatuan materi dan rohani, dimana badan dan roh menjadi satu. Manusia bebas

Page
21

dan bertanggung jawab untuk bertindak, namun manusia juga abadi lahir ke dunia
untuk mencintai dan mengasihi pencipta, karena itu, manusia mencari kebahagiaan
abadi.
2. Realisme Klasik
Realisme klasik oleh Brubacher (1950) disebut humanisme rasional.
Realisme klasik berpandangan bahwa manusia pada hakikatnya memiliki rasional.
Dunia dikenal melalui akal, dimulai dengan prinsip “self evident”, dimana manusia
dapat menjangkau kebenaran umum. Self evident merupakan hal yang penting
dalam filsafat realisme karena evidensi merupakan asas pembuktian tentang realitas
dan kebenaran sekaligus. Self evident merupakan suatu bukti yang ada pada diri
(realitas, eksistensi) itu sendiri. Jadi, bukti tersebut bukan pada materi atau pada
realitas yang lain. Self evident merupakan asas untuk mngerti kebenaran dan
sekaligus untuk membuktikan kebenaran. Self evident merupakan asas bagi
pengetahuan artinya bahwa pengetahuan yang benar buktinya ada didalam
pengetahuan atau kebenaran pengetahuan itu sendiri.
Pengetahuan tentang Tuhan, sifat-sifat tuhan, eksistensi Tuhan, adalah
bersifat self evident. Artinya, bahwa adanya Tuhan tidak perlu dibuktikan dengan
bukti-bukti lain, sebab Tuhan itu self evident. Sifat tuhan itu Esa, artinya Esa hanya
dimiliki oleh Tuhan, tidak ada yang menyamainya terhadap sifat Tuhan tersebut.
Eksistensi Tuhan merupakan prima kausa, penyebab pertama dan utama dari segala
yang ada, yakni merupakan penyebab dari realitas alam semesta. Sebab, dari semua
kejadian yang terjadi pada alam semesta. Tujuan pendidikan bersifat intelektual.
Memperhatiakan intelektual adalah penting, bukan saja sebagai tujuan, melainkan
dipergunakan sebagai alat untuk memecahkan masalah.
Bahan pendidikan yang esensial bagi aliran ini, yaitu pengalaman manusia.
Yang esensial adalah apa yang merupakan penyatuan dan pengulangan dari
pengalaman manusia. Kneller (1971) mengemukakan bahwa realisme klasik
bertujuan agar anak menjadi manusia bijaksana, yaitu seseorang yang dapat
menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungan fisik san sosial.
Menurut Aristoteles, terdapat aturan moral universal yang diperoleh dengan
dengan akal dan mengikat manusia sebagai makhluk rasional. Di sekolah lebih
menekankan perhatiannya pada mata pelajaran (subject matter), namun, selain itu,

Page
22

sekilah harus menghasilkan individu-individu yang sempurna. Menurut pandangan
Aristoteles, manusia sempurna adalah manusia moderat yang mengambil jalan
tengah. Pada anak harus diajarkan ukuran moral absolut dan universal, sebab apa
yang dikatakan baik atau benar adalah untuk keseluruhan umat manusia, bukan
hanya untuk suatu ras atau suatu kelompok masyarakat tertentu. Hal ini penting
bagi anak untuk mendapatkan kebiasaan baik. Kebaikan tidak datang dengan
sendirinya, melainkan harus dipelajari.
3. Realisme Religius
Realisme religius dalam pandangannya tampak dualisme. Ia berpendapat
bahwa terdapat dua order yang terdiri atas “order natural” dan “order supernatural”.
Kedua order tersebut berpusat pada Tuhan. Tuhan adalah pencipta semesta alam
dan abadi. Pendidikan merupakan suatu proses untuk meningkatkan diri, guna
mencapai yang abadi. Kemajuan diukur sesuai dengan yang abadi tersebut yang
mengambil tempat dalam alam. Hakikat kebenaran dan kebaikan memiliki makna
dalam pandangan filsafat ini. Kebenaran bukan dibuat, melainkan sudah ditentukan,
di mana belajar harus mencerminkan kebenaran tersebut.
Menurut pandangan aliran ini, struktur sosial berakar pada aristokrai dan
demokrasi. Letak aristokrasinya adalah paada cara meleakkan kekuasaan pada yang
lebih tahu dalam kehidupan sehari-hari. Demokrasinya berarti bahwa setiap orang
diberi kesempatan yang luas untuk memegang setiap jabatan dalam struktur
masyarakat. Hubungan antara gereja dan negara adalah menjaga fundamental dasar
dualisme antara order natural dan order supernatural. Minat negara terhadap
pendidikan bersifat natural, karena negara memiliki kedudukan lebih rendah
dibandingkan dengan gereja. Moral pendidikan berpusat pada ajaran agama.
Pendidikan agama sebagai pedoman bagi anak untuk mencapai Tuhan dan akhirat.
Menurut realisme religius, karena keteraturan dan keharmonisan alam
semesta sebagai ciptaan Tuhan, maka manusia harus mempelajari alam sebagai
ciptaan Tuhan. Tujuan utama pendidikan mempersiapkan individu untuk dunia dan
akhirat. Tujuan pendidikan adalah mendorong siswa memiliki keseimbangan
intelektual yang baik, bukan semata-mata penyesuaian terhadap lingkungan fisik
dan sosial saja. William Mc Gucken (Brubacher, 1950), seorang pengikut
Aristoteles dan Thomas Aquina yang berakar pada metafisika dan epistemologi,
Page
23

membicarakan pula natural dan supernatural. Tujuan pendidikan adalah
keselamatan atau kebahagiaan jasmani dan rohani sekaligus. Anak yang lahir pada
dasarnya rohaninya dalam keadaan baik, penuh rahmat, diisi dengan nilai-nilai
ketuhanan. Anak akan menerima kebaikan dan menjauhi kejahatan bukan hanya
karena perintah akal, melainkan juga karena perintah Tuhan.
Johan Amos Comenius merupakan pemikiran pendidikan yang dapat
digolongkan pada realisme religius, mengemukakan bahwa semua manusia harus
berusaha untuk mencapai dua tujuan. Pertama, keselamatan dan kebahagiaan hidup
yang abadi. Kedua, keadaan dan kehidupan dunia yang sejahtera dan damai. Tujuan
pertama merupakan tujuan yang inheren dalam diri manusia, di mana tujuannya
terletak di luar hidup ini. Pada tujuan yang kedua, Comenius tampaknya
memandang kebahagiaan dan perdamaian dunia merupakan sebagian dari
kebahagiaan hidup yang abadi.
4. Realisme Natural Ilmiah
Realisme natural ilmiah mengatakan bahwa manusia adalah organisme
biologis dengan sistem saraf yang kompleks dan secara inheren berpembawaan
sosial (social dispossition). Apa yang dinamakan berfikir merupakan fungsi yang
sangat kompleks dari organisme yang berhubungan dengan lingkungannya.
Kebanyakan penganut realisme natural menolak eksistensi kemauan bebas (free
will). Mereka bersilang pendapat dalam hal bahwa individu ditentukan oleh akibat
lingkungan fisik dan sosial dalam struktur genetiknya. Apa yang tampaknya bebas
memilih, kenyataannya merupakan suatu determinasi kausal (ketentuan sebab
akibat).
5. Neo Realisme dan Realisme Kritis
Selain aliran-aliran realisme, masih ada lagi pandanga lain yang termasuk
realisme. Aliran tersebut disedut “Neo Realisme” dari Frederick Breed, dan
“Relisme Kritis” dari Imanuel Kant. Menurut pandangan Breed, filsafat pendidikan
hendaknya harmoni dengan prinsip demokrasi. Prinsip pertama demokrasi adalah
hormat menghormati atas hak-hak individu. Pendidikan sebagai pertumbuhan harus
diartikan sebagai menerima arah tuntunan sosial dan individu. Istilah demokrasi
harus di definisikan sebagai pengawasan dan kesejahteraan sosial.

Page
24

Realisme kritis di dasarkan atas pemikiran Imanuel Kant, seorang
pensistensis yang besar. Ia mensistensiskan pandangan yang berbeda antara
empirisme dan rasionalisme, antara skeptisisme dan paham kepastian antara
eudaemonisme dengan puritanisme. Ia bukan melakukan elektisime yang dangkal,
melainkan suatu sintesis asli yang menolak kekurangan yang berada pada kedua
pihak yang disentiskannya, dan ia membangun filsafat yang kuat.
Adapun bukti-bukti adanya realitas yang objektif ini dimajukan sebagai
berikut:
1. Apa-apa yang terdapat pada pengalaman dalam dan luar itu memberikan sebab
yang harus berupa realitas (bukti kausal).
2. Pengalaman yang tidak kita kehendaki sendiri (jadi bukan fantasi) tak mungkin
jika taj ada hal-hal di luar kita (bukti substrat).
3. Adanya hal-hal sebelum adanya pengalaman itu mengharuskan adanya hal-hal
itu tidak tergantung dari pengalaman (bukti kontiunitas).
Menurut Kant, semua pengetahuan mulai dari pengalaman, namun tidak
berarti semuanya dari pengalaman. Objek luar dikenal melalui indra namun pikiran
atau rasio dan pengertian yang diperoleh dari pengalaman tersebut. Aliran filsafat
realisme berpendirian bahwa pengetahuan manusia itu adalah gambaran yang baik
dan tepat dari kebenaran.
C. Konsep Filsafat Dalam Aliran Realisme
1. Metafisika-realisme: Kenyataan yang sebenarnya hanyalah kenyataan fisik
(materialisme) kenyataan material dan imaterial (dualisme), dan kenyataan yang
terbentuk dari berbagai kenyataan (pluralisme). Metafisika realitas merupakan
sisi lain idealisme. Jika ontologis idealisme selalu merujuk bahwa yang ada
adalah yang ideal atau sesuatu yang ada dan bisa difikirkan, sebaliknya realisme
justru meyakini bahwa yang ada adalah sesuatu yang bisa teramati oleh indra.
Dalam pandangan tersebut realism menjadikan indra atau pengamatan sebagai
instrument atau epistemology dalam memperoleh pengetahuan serta kebenaran.
Para realis, termasuk Bacon, memandang bahwa ilmu pengetahuan bukanlah
suatu titik tempat bertolak dan mengambil kesimpulan darinya, melainkan ilmu
pengetahuan sesuatu tempat sampai ketujuan. Untuk memahami dunia, orang
mesti “mengamati”-nya. Kemudian mengumpulkan fakta , lalu membuat

Page
25