PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP ALAT PERAGA PEMBAGIAN BILANGAN DUA ANGKA BERBASIS METODE MONTESSORI SKRIPSI

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP
ALAT PERAGA PEMBAGIAN BILANGAN DUA ANGKA
BERBASIS METODE MONTESSORI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Oleh:
Rina Metasari
NIM: 101134131
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA
2014

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP
ALAT PERAGA PEMBAGIAN BILANGAN DUA ANGKA
BERBASIS METODE MONTESSORI

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Oleh:
Rina Metasari

NIM: 101134131
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014

i

?I0z lunf

,I

'lsd'htr "Isd.S spnlsululny eur.r1

IBEEUBI

ryeru11


,I0Z lunf

41

lu88uul

Eqqugqrued ueso(I

'V'14tr'ISg "S.S.fS ruluequ8nN

tr

:qa1o 1n[n10slp

lry

snlro8e.rg

tulqqqued


uesog

q6le1

ITIT€ITOI lNtrIN
IrBsBletr^J BUIU

:qelo unsnsl0

TUOSSUINOI{ flOOTf,IAt SISYflUflfl

\DICNY YN(I NYCNYTIfl NYICYgI Ifld YCYUfld IYTV

dYoYHUf,r Y.,I\SIS NYO nUnC rsdusuf,d

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI

TERPUJI

H

ry

'cl'qd'lpuego]{

'uB{e([

eue{udEo Erururlo?}?rres s?lrsJe^run
u€{rprpued ntull uep uerunEe) ffiurupd

t l0Z llrtt l,'?1lexef,EoA

E1

'ri,{ '1ileur16 ,(ug

'lsd'Ini ''lsd'S 'llnlserum; euul

V'p\l ''JSg ''S'S 'IS 'ugreqe;8n51r.rV snuo8e;1;
O 'pH

''v'i{

g

eloE8uy

7 elo8Euy
1

uloEEuy

"i}d'S 'ltepusry.tnte3

sHeleD{as

'v'hi''JSg''S'S'fS'uruuqerBnSl rly snFo8srg


erue)

utr'uN
I

1u"ru.,(s

rnEue. errrued

*r".lJ'uuer

n{ftilertrrtu rIBIe} uu{€tsdurp uup

?l0Z IInf 1 iu88uul upe6
rlnEue4

ulllred uedap Ip uu{u?qeuodlp quleJ

ITIITTIOI :WIN
rJeselehtr


eury

:qelo srTntrp uep ueldelsredrg

TUOSSf, TNOI^I

trOOIfl

IAI

SISYflUfl S

YXCNY YO(I I{YCNYTIS NVIDYflI Ifld YCYUUd TYAY

dYoYHUtr.L\SIS NV(I OUOS ISdsSUf,d
ISdtu)ts

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN

MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PERSEMBAHAN

Seiring rasa syukur kehadirat Allah SWT, Skripsi ini saya
persembahkan untuk kedua orang tuaku dan kakakku yang
selalu menyertai perjalanan hidup saya sejak awal hingga saat
ini.

iv


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

MOTTO

Aku tak selalu mendapatkan apa yang kusukai, oleh
karena itu aku selalu menyukai apapun yang aku dapatkan
(Cahyo Satria Wijaya)

Keajaiban adalah nama lain dari kerja keras
(NN)

v

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN

MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ABSTRAK
PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP
ALAT PERAGA PEMBAGIAN BILANGAN DUA ANGKA
BERBASIS METODE MONTESSORI
Rina Metasari
Universitas Sanata Dharma
2014
Usia sekolah dasar (6-12 tahun) merupakan tahap perkembangan fundamental
bagi kesuksesan perkembangan selanjutnya. Pada usia ini anak sedang mengalami
tahap operasional konkret di mana anak mampu mengembangkan kemampuan
berfikir secara sistematis jika melihat objek tertentu atau melakukan aktivitas yang
nyata. Pada jenjang sekolah dasar anak mempelajari banyak hal, salah satunya adalah
matematika.Matematika bukanlah mata pelajaran yang mudah bagi kebanyakan anak,
untuk memudahkan pemahaman siswa maka dibutuhkan suatu alat peraga yang dapat
memberikan gambaran nyata kepada anak.Alat peraga Montessori merupakan alat
peraga yang dirancang untuk mengkonstruksi pengetahuan-pengetahuan yang
dimiliki menjadi suatu konsep baru.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
persepsi guru dan siswa atas penggunaan alat peraga matematika berbasis Montessori
pada pembelajaran pembagian bilangan dua angka di kelas II SD N Percobaan 3
Pakem semester genap tahun ajaran 2013/ 2014.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, di mana data yang dikumpulkan
berupa kata bukan angka. Narasumber dalam penelitian adalah 3 orang siswa dan 1
orang guru matematika. Metode pengumpulan data dilakukan dengan teknik
wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan dengan
langkah-langkah (1) tahap pengodean, (2) tahap analisis tematik, dan (3) tahap
interpretasi.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa alat peraga memberikan
pengalaman yang positif terhadap guru. Alat peraga memudahkan guru dalam
mengajar karena sebelumnya guru hanya menggunakan metode ceramah tetapi
dengan alat peraga membuat siswa berperan aktif sehingga pembelajaran lebih
efektif. Persepsi siswa atas penggunaan alat peraga baik karena alat peraga dapat
menumbuhkan sikap antusias, mandiri, dan semangat ketika belajar.Alat peraga juga
memudahkan siswa ketika menyelesaikan soal Hal ini dikarenakan siswa dapat
belajar sekaligus bermain dengan menggunakan alat peraga.Selain itu, alat peraga
membantu siswa dalam memahami konsep pembagian karena siswa memperoleh
gambaran yang konkret tentang pembagian.

Kata kunci: alat peraga berbasis Montessori, pembagian bilangan dua angka, metode
Montessori

viii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ABSTRACT
PERCEPTION OF TEACHER AND STUDENTS
OF USING TWO DIGIT DIVIDE
BASED ON THE MONTESSORI METHOD
Rina Metasari
Sanata Dharma University
Elementary school age (6-1 years) is fundamental to the development stage of
futher development. At this age children are undergoing concrete operational stage
where children are able to develop the ability to think systematically if they see a
particular object or activity. In elementary school children learning lots, one is
mathematics, mathematicis hard almost for everyone, in order to ease student
comprehension it takes a props that can give a real picture of the child to help in
understanding the concept of learning. Montessori is props designed to construct
knowledge that is held to be a new concept. Objective on this research to know the
perception of teachers and students on the use of Montessori props on learning two
digit divide in II grade of elementary school Percobaan 3 Pakem.
This research is qualitative research which data is collected in the shape of
words instead of number. Resource person in research are three students and one
math teacher. A data collection methodis interview techniques observation, and
documentation. Analysis data technique performed by step (1) coding, (2) thematic
analysis, (3) interpretation.
From the results of data analysis can concluded that the props give a positive
impact for teachers. The props give ease on educating process, because previosly a
teacher just using a communicative method, but with props a student become more
active so learning process become more effective. Student perception in using props
in case a props can grow enthusiastic attitude, be autonomous and spirit when study.
Props also can ease studend when working on homework or, taskthis is because
students can learning while playing with the use of props. In addition, props to assist
students in understanding the concept of divide because the students gain an overview
about the concrete division.
Key words: Montessori based props, two digit divide, Montessori method

ix

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan ridho-Nya
yang tak terhingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PERSEPSI
GURU DAN SISWA TERHADAP ALAT PERAGA UNTUK PEMBAGIAN BILANGAN
DUA ANGKA BERBASIS METODE MONTESSORI. Penyusunan skripsi ini bertujuan
untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Pendidikan Guru
Sekolah Dasar pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata
Dharma.
Penulis menyadari bahwa penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan
semua pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan lancar. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
selama ini memberikan bantuan, bimbingan, nasihat, motivasi, doa, dan kerja sama
yang tidak ternilai harganya dari awal sampai akhir penulisan skripsi ini.
Sehubungan dengan hal itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada
1.

Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.

2.

Gregorius Ari Nugrahanta, SJ, S.S., BST., M.A., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar sekaligus dosen pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan, dan saran kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.

3.

Catur Rismiati, S.Pd., M.A., Ed.D selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar.

4.

Irine Kurniastuti, S.Psi., M.Psi., selaku dosen pembimbing II, yang telah dengan
sabar dan pengertian memberikan nasihat dan koreksi dalam penyusunan skripsi
ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5.

Seluruh dosen PGSD yang telah mendidik dan memberikan bekal ilmu kepada
penulis.

6.

Sekretariat PGSD yang telah membantu kelancaran perkuliahan penulis.

x

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR ISI
Judul
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................

ii

HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................

iv

HALAMAN MOTTO .................................................................................

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .....................................................

vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS .................................................................

vii

ABSTRAK ..................................................................................................

viii

ABSTRACT ..................................................................................................

ix

KATA PENGANTAR ................................................................................

x

DAFTAR ISI................................................................................................

xii

DAFTAR TABEL .......................................................................................

xv

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................

xvi

DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................

xvii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................

1

1.1

Latar Belakang Masalah ................................................................

1

1.2

Rumusan Masalah .........................................................................

5

1.3

Tujuan penelitian ...........................................................................

5

1.4

Manfaat Penelitian ........................................................................

6

1.5

Definisi Operasional .....................................................................

7

BAB II LANDASAN TEORI .....................................................................

8

2.1

Kajian Teori ..................................................................................

8

2.1.1

Teori-teori yang mendukung..........................................................

8

2.1.1.1

Teori Perkembangan Anak menurut Piaget ...................................

8

2.1.2

Metode Montessori ........................................................................

9

2.1.3

Alat Peraga .....................................................................................

10

2.1.3.1

Pengertian ......................................................................................

10
xii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2.1.3. 2 Alat Peraga Montessori ..................................................................

11

2.1.3.3

Ciri-ciri Alat Peraga Montessori ...................................................

11

2.1.4

Persepsi ..........................................................................................

14

2.1.4.1

Pengertian Persepsi ........................................................................

14

2.1.4.2

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi ................................

16

2.1.4.3

Persepsi terhadap alat peraga Montessori ......................................

19

2.1.5

Pembelajaran Matematika di Kelas ...............................................

22

2.1.5.1

Pembelajaran Matematika .............................................................

22

2.1.5.2

Materi Pembagian di Kelas II SD .................................................

23

2.1.6

Hasil Penelitian yang Relevan .......................................................

23

2.1.6.1

Alat Peraga Matematika ................................................................

23

2.1.6.2

Persepsi Guru dan Siswa ...............................................................

25

2.1.6.3

Metode Montessori .......................................................................

25

2.2

Kerangka Berpikir .........................................................................

28

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................

31

3.1

Jenis Penelitian ..............................................................................

31

3.2

Setting Penelitian ..........................................................................

32

3.2.1

Tempat Penelitian .........................................................................

32

3.2.2

Waktu Penelitian ...........................................................................

32

3.2.3

Narasumber Penelitian ..................................................................

32

3. 2.4

Objek penelitian ...........................................................................

34

3.3

Desain Penelitian ...........................................................................

35

3.4

Teknik Pengumpulan Data .............................................................

40

3.4.1

Wawancara ....................................................................................

40

3.4.2

Observasi ........................................................................................

42

3.4.3

Dokumentasi ..................................................................................

43

3.5

Instrumen Penelitian ......................................................................

44

3.6

Kredibilitas dan Transferabilitas ...................................................

47

3.6.1

Kredibilitas ....................................................................................

47

3.6.2

Transferabilitas .............................................................................

48

xiii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3.7

Teknik Analisis Data .....................................................................

48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..........................

50

4.1

Pelaksanaan Penelitian ..................................................................

50

4.2

Latar Belakang Narasumber .........................................................

51

4.3

Hasil Penelitian ..............................................................................

56

4.3.1

Sebelum penggunaan alat peraga berbasis Montessori ...........

56

4.3.1.1

Pandangan Narasumber Terhadap Alat Peraga .............................

56

4.3.1.2

Kefamiliaran Narasumber Terhadap Alat Peraga ..........................

58

4.3.1.3

Pengalaman Narasumber Menggunakan Alat Peraga ...................

60

4.3.2

Setelah Penggunaan Alat Peraga Berbasis Montessori ...........

62

4.3.2. 1 Pengalaman Narasumber ...............................................................

62

4.2.2.2

Perasaan Narasumber ....................................................................

64

4.2.2.3

Kendala yang dialami Narasumber ...............................................

66

4.3.2.4

Manfaat yang diperoleh Narasumber ............................................

72

4.3.3

Persepsi Narasumber Mengenai Alat Peraga Montessori........

77

4.4

Pembahasan .................................................................................

79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................

88

5.1

Kesimpulan ...................................................................................

88

5.2

Keterbatasan Penelitian .................................................................

89

5.3

Saran .............................................................................................

90

DAFTAR REFERENSI .............................................................................

91

LAMPIRAN.................................................................................................

96

CURRICULUM VITAE ...............................................................................

164

xiv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Perencanaan Wawancara .........................................................

36

Tabel 3.2 Perencanaan Observasi .............................................................

36

Tabel 4.3 Pelaksanaan Wawancara ..........................................................

50

Tabel 4.4 Pelaksanaan Observasi ..............................................................

50

xv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gambar persepsi yang dikutip dari Walgito ......................

20

Gambar 2. 2 Gambar persepsi yang dimodifikasi ...................................

21

Gambar 2. 3 Literature map dari penelitian sebelumnya ........................

27

Gambar 3.1 Prosedur penelitian dari Patton ...........................................

35

Gambar 3.2 Prosedur penelitian yang sudah dimodifikasi .....................

36

xvi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN

A. Pedoman Observasi dan Wawancara .................................................

97

Lampiran 3.1 Observasi kondisi sosio-cultural ............................................

97

Lampiran 3.2 Pedoman observasi proses pembelajaran ...............................

98

Lampiran 3.3 Pedoman observasi proses pembelajaran secara umum
pertemuan kedua ...........................................................................................

99

Lampiran 3.4 Pedoman observasi guru ketika menggunakan alat
peraga Montessori pertemuan pertama .........................................................

100

Lampiran 3.5 Pedoman observasi siswa ketika menggunakan alat
peraga Montessori pertemuan pertama .........................................................

101

Lampiran 3.6 Pedoman observasi guru ketika menggunakan alat
peraga Montessori pertemuan kedua.............................................................

103

Lampiran 3.7 Pedoman observasi siswa ketika menggunakan alat
peraga Montessori pertemuan kedua.............................................................

104

Lampiran 3.8 Pedoman observasi guru ketika menggunakan alat
peraga Montessori pertemuan ketiga ............................................................

106

Lampiran 3.9 Pedoman observasi siswa ketika menggunakan alat
peraga Montessori pertemuan ketiga ............................................................

107

Lampiran 3.10 Pedoman observasi guru ketika menggunakan alat
peraga Montessori pertemuan keempat.........................................................

109

Lampiran 3.11 Pedoman observasi siswa ketika menggunakan alat
peraga Montessori pertemuan keempat.........................................................

110

Lampiran 3.12 Pedoman observasi siswa .....................................................

112

Lampiran 3.13 Pedoman wawancara pra-penelitian guru .............................

113

Lampiran 3.14 Pedoman wawancara pra-penelitian siswa ...........................

115

Lampiran 3.15 Pedoman wawancara pasca-penelitian guru .........................

116

Lampiran 3.16 Pedoman wawancara pasca-penelitian siswa .......................

119

xvii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
B. Transkrip Observasi ............................................................................

121

Lampiran 4.1 Transkrip observasi kondisi sosio-cultural ............................

121

Lampiran 4.2 Transkrip observasi proses pembelajaran ...............................

123

Lampiran 4.3 Transkrip observasi ketika menggunakan alat peraga
Pertemuan ke- 1 ............................................................................................

125

Lampiran 4.4 Transkrip observasi ketika menggunakan alat peraga
Pertemuan ke- 2 ............................................................................................

128

Lampiran 4.5 Transkrip observasi ketika menggunakan alat peraga
Pertemuan ke- 3 ............................................................................................

130

Lampiran 4.6 Transkrip observasi ketika menggunakan alat peraga
Pertemuan ke- 4 ............................................................................................

132

C. Wawancara ...........................................................................................

134

Lampiran 4.7 Verbatim wawancara pra penelitian guru ...............................

134

Lampiran 4.8 Verbatim wawancara pra penelitian siswa A .........................

140

Lampiran 4.9 Verbatim wawancara pra penelitian siswa B..........................

142

Lampiran 4.10 Verbatim wawancara pra penelitian siswa C........................

144

Lampiran 4.11 Verbatim wawancara pasca penelitian guru .........................

146

Lampiran 4.12 Verbatim wawancara pasca penelitian siswa A....................

151

Lampiran 4.13 Verbatim wawancara pasca penelitian siswa B ....................

153

Lampiran 4.14 Verbatim wawancara pasca penelitian siswa C ....................

155

Lampiran 4.15 Dokumen foto kegiatan pembelajaran ..................................

158

Lampiran 4.16. Surat ijin penelitian dari FKIP USD ....................................

162

Lampiran 4.17 Surat keterangan telah melakukan penelitian .......................

163

xviii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bagian ini akan dibahas (1) latar belakang masalah, (2) rumusan
masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, dan (5) definisi operasional.
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam zaman modern sekarang ini, pendidikan digunakan sebagai upaya
untuk menghasilkan manusia yang berkualitas guna menjamin kelangsungan
hidup suatu bangsa. Melihat begitu pentingnya pendidikan, mutu pendidikan
merupakan sesuatu yang harus diberi perhatian untuk menjawab perubahan
zaman. Masalah peningkatan mutu pendidikan sangat berhubungan dengan proses
pembelajaran. Proses pembelajaran atau belajar mengajar adalah suatu interaksi
yang dilakukan oleh guru dan siswa untuk mempelajari suatu materi tertentu.
Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang melibatkan siswa dalam
proses belajar mengajar. Dengan berperan aktif dalam proses belajar, siswa akan
lebih cepat mengerti dan memahami materi yang sedang dipelajari.
Masa usia Sekolah Dasar (6 – 12 tahun) merupakan tahap perkembangan
penting dan bahkan fundamental bagi kesuksesan perkembangan selanjutnya
(Sumantri, 2001: 10). Ketika proses pembelajaran berlangsung, guru seharusnya
bersifat sebagai fasilitator bukan sebagai penyaji materi. Guru yang baik adalah
guru yang menyediakan lingkungan belajar yang cukup baik bagi siswanya, sebab
guru tahu bahwa anak senang mengeksplorasi lingkungan belajar. Pada masa
anak duduk di bangku Sekolah Dasar banyak hal yang dipelajari oleh anak, salah
satunya adalah melalui kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran merupakan
proses yang perlu melibatkan berbagai kegiatan siswa di kelas. Kegiatan belajar
tersebut dilaksanakan di Sekolah Dasar melalui beberapa mata pelajaran, salah
satunya adalah mata pelajaran Matematika.

1

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang penting diajarkan
pada siswa karena matematika memiliki peranan dalam berbagai bidang
kehidupan manusia. Misalnya dalam kegiatan ekonomi, pertanian, teknologi,
komunikasi dan sebagainya. Harapan yang diinginkan adalah setelah belajar
matematika, siswa tidak hanya mengerti materi yang diajarkan tetapi juga mampu
menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal inilah yang mendasari
kualitas pembelajaran matematika harus selalu ditingkatkan, dikarenakan proses
pembelajaran akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Akan tetapi, selama ini
matematika dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit dan membosankan karena
matematika mempunyai banyak simbol-simbol yang digunakan. Matematika
sendiri bukan merupakan suatu mata pelajaran yang mudah bagi kebanyakan
orang, bahkan banyak guru yang menyadari bahwa sebagian di antara siswanya
juga mengalami kesulitan untuk memahami pelajaran matematika (Hudoyo, 1992:
5).
Mempelajari matematika tidak terlepas dari materi pembagian. Pembagian
sering disebut sebagai pengurangan berulang sampai habis (Huruman, 2008: 26).
Materi pembagian diajarkan mulai dari kelas II SD hingga SMA, usia SD
merupakan tahap fundamental bagi tahap perkembangan selanjutnya, maka
seharusnya materi pembagian di SD harus benar-benar dikuasai siswa agar pada
tahap-tahap selanjutnya anak tidak mengalami kesulitan. Menurut Piaget
(Suparno, 2001: 5) usia anak SD (7 sampai 11 tahun) sedang mengalami tahap
operasional konkret, di mana pada tahap ini anak mampu mengembangkan
kemampuan berpikir secara sistematis ketika melihat objek tertentu atau
melakukan aktivitas yang nyata. Anak kelas II Sekolah Dasar jika digolongkan
berdasarkan klasifikasi Piaget berada pada tahap operasi konkret. Oleh karena itu,
pembelajaran matematika pada kelas II Sekolah Dasar akan membantu dan
menarik siswa jika dalam penyampaian materi pembagian bilangan dua angka
dapat menggunakan alat peraga. Adanya alat peraga mempunyai arti yang cukup
penting dalam proses belajar mengajar. Menurut Sudono (2010: 14) alat peraga

2

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
adalah alat yang berfungsi untuk menerangkan suatu mata pelajaran tertentu
dalam suatu proses belajar mengajar. Alat peraga juga dapat membantu
mengkonstruksi pengetahuan dan memberikan pengalaman langsung pada anak
dalam belajar.
Salah satu metode pembelajaran yang menerapkan penggunaan alat peraga
dalam pembelajaran adalah metode Montessori. Metode Montessori merupakan
suatu metode pembelajaran yang dikembangkan oleh seorang dokter wanita yang
bernama Maria Montessori, beliau berpendapat bahwa setiap anak unik dan
individual mereka harus dihormati secara penuh dalam proses pendidikan (Seldin,
2006: 12). Metode Montessori bukanlah metode baru yang diterapkan di
Indonesia. Pembelajaran Montessori selalu menggunakan alat peraga untuk
membimbing anak belajar dari konsep yang konkret menuju pada konsep yang
abstrak. Hal tersebut dilakukan juga pada

pembelajaran matematika yang

sebenarnya berisi kumpulan konsep-konsep abstrak (Suyanto, 2000: 109).
Beberapa sekolah di Indonesia mulai menerapkan metode Montessori tersebut.
Selain itu juga banyak didirikan sekolah Montessori di kota-kota besar seperti
sekolah Montessori yang ada di Jakarta, Bandung, Surabaya, Makasaar, Bali dan
masih banyak kota-kota lainnya.
Karakteristik alat peraga Montessori meliputi auto education, menarik,
bergradasi, auto correction, dan kontekstual (Montessori, 2002: 170). Auto
education dan auto correction terkait dengan kemandirian guru dan siswa
terhadap penggunaan alat peraga tersebut, bergradasi terkait dengan tingkat
kesulitan dalam alat peraga, dan menarik terkait dengan daya tarik yang ada
dalam alat peraga tersebut. Sedangkan kontesktual terkait dengan bahan yang
digunakan dalam alat peraga tersebut.
Berdasarkan observasi awal peneliti pada kelas II SD N Percobaan 3
Pakem yang dilakukan sebanyak dua kali pada tanggal 27 Januari 2014 dan 29
Januari 2014 pada mata pelajaran matematika diperoleh informasi bahwa sekolah

3

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
masih memiliki alat peraga yang terbatas dan penggunaannya juga belum
maksimal. Hal ini terlihat dari alat peraga disimpan begitu saja tanpa sering
membersihkannya dan banyaknya debu yang ada pada alat peraga tersebut.
Peneliti mengamati bahwa alat peraga yang ada di dalam kelas IIA masih terbatas
pada gambar-gambar dan papan berpaku. Selain itu, berdasarkan wawancara dan
observasi terhadap guru kelas dan tiga orang siswa kelas II pada hari Senin, 2
Februari 2014 didapatkan hasil bahwa siswa jarang menggunakan alat peraga
dalam pembelajaran matematika. Bahkan ada siswa yang menjawab kalau
menggunakan alat peraga itu menyebabkan pembelajaran berlangsung lama. Guru
juga menyampaikan secara langsung bahwa beliau jarang menggunakan alat
peraga dalam pembelajaran, hanya sesekali dengan menggunakan karet gelang
dan batu kerikil.
SD N Percobaan 3 Pakem baru-baru ini menjadi tempat uji coba alat
peraga Montessori. Pada materi pembagian kelas II dikembangkan alat peraga
matematika berbasis Montessori yang disebut papan stamp pembagian. Papan
stamp pembagian merupakan alat peraga yang diadaptasi dari alat peraga Maria
Montessori yang bernama manik emas. Manik emas ini digunakan untuk
pembagian statis maupun dinamis. Selain itu dapat digunakan pula papan
pembagian 10, papan pembagian 20, dan pembagian 30 serta tabel pembagian 10,
tabel pembagian 20, dan tabel pembagian 30. Papan stamp pembagian terdiri atas
kotak stamp, papan stamp, stamp dan kartu soal. Selanjutnya papan stamp
pembagian ini diimplementasikan pada kelas II SD N Percobaan 3 Pakem.
Bertolak dari pengimplementasian alat peraga baru di sekolah ini, peneliti ingin
mengetahui lebih jauh lagi atau secara lebih mendalam mengenai persepsi guru
dan siswa atas peggunaan alat peraga tersebut karena peneliti sebelumnya baru
menggunakan penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen untuk melihat
sejauh mana pengaruh alat peraga terhadap hasil belajar siswa dan dengan metode
survei untuk mengetahui hubungan alat peraga terhadap hasil belajar siswa. Maka

4

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
dari itu peneliti memilih menggunakan metode kualitatif untuk mengetahui
persepsi siswa dan guru secara lebih mendalam dan lebih rinci lagi.
Persepsi merupakan salah satu aspek kognitif manusia yang sangat
penting yang memungkinkan untuk mengetahui dan memahami dunia
sekelilingnya. Menurut Desmita (2012: 118) persepsi adalah suatu proses
penggunaan

pengetahuan

yang telah

dimiliki

untuk

memperoleh

atau

menginterpretasi stimulus (rangsangan) yang diterima oleh sistem alat indera
manusia.

Jadi persepsi itu mencakup dua hal yaitu stimulus-informasi dan

pengetahuan yang telah dimilikinya. Persepsi yang dibentuk oleh guru dan siswa
akan mempengaruhi sikap guru dan siswa atas penggunaan alat peraga tersebut.
Jika persepsi guru dan siswa positif terhadap penggunaan alat peraga tersebut,
sikap guru dan siswa juga akan positif terhadap alat peraga tersebut. Begitu juga
sebaliknya, jika persepsi guru dan siswa terhadap penggunaan alat peraga tersebut
negatif, sikap guru dan siswa akan negatif terhadap alat peraga tersebut.
Penelitian ini dibatasi pada persepsi guru dan siswa atas alat peraga untuk
pembagian bilangan dua angka berbasis metode Montessori dalam mata pelajaran
matematika kelas II SD. Penelitian ini fokus pada Standar Kompetensi (SK) 3.
Melakukan perkalian dan pembagian bilangan sampai dua angka dan Kompetensi
Dasar (KD) 3.2 Melakukan pembagian bilangan dua angka.

1.2 Rumusan Masalah
1.2.1

Bagaimanakah persepsi guru terhadap alat peraga pembagian bilangan
dua angka berbasis metode Montessori?

1.2.2

Bagaimanakah persepsi siswa terhadap alat peraga pembagian
bilangan dua angka berbasis metode Montessori?

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1

Mengetahui persepsi guru terhadap alat peraga pembagian bilangan
dua angka berbasis metode Montessori.

5

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
1.3.2

Mengetahui persepsi siswa terhadap alat peraga pembagian bilangan
dua angka berbasis metode Montessori.

1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Teoretis
Hasil penelitian tersebut digunakan untuk mendapatkan gambaran
secara lebih mendalam mengenai pendapat guru dan siswa dalam
menggunakan alat peraga berbasis Montessori sehingga memberi
gambaran untuk mengembangkan atau memperbaiki produk alat
peraga Montessori yang baru saja dikembangkan.
1.4.2

Praktis

1.4.2.1

Bagi peneliti sendiri, telah memberikan pengalaman yang berharga
dalam menerapkan alat peraga berbasis Montessori pada
pembelajaran pembagian dua angka, sehingga dapat mengetahui
secara lebih mendalam mengenai respon siswa dan guru atas
penggunaan alat peraga.

1.4.2.2

Bagi rekan-rekan guru, penelitian ini dapat digunakan sebagai
bahan inspirasi bahwa alat peraga berbasis Montessori merupakan
salah satu metode pembelajaran yang dapat mengembangkan
kemampuan berpikir anak dan dapat digunakan untuk mengetahui
penilaian anak secara lebih mendalam mengenai alat peraga
berbasis Montessori.

1.4.2.3

Untuk perpustakaan sekolah, laporan penelitian ini dapat
menambah satu bacaan yang dapat dimanfaatkan untuk temanteman guru sebagai contoh Penelitian Kualitatif, terutama bagi
yang masih mengalami kesulitan melakukan Penelitian Kualitatif
dan belum berani untuk memulainya; sedangkan bagi yang sudah
biasa melakukan dapat dijadikan sebagai bahan pembanding.

6

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
1.5 Definisi Operasional
1.5.1

Persepsi adalah proses diterimanya stimulus, tanggapan, pandangan,
pemahaman, penilaian oleh individu terhadap suatu objek tertentu
melalui

alat

indera

yang

dimiliki,

sehingga

individu

dapat

mengintepretasi stimulus yang dapat bersifat positif atau negatif dan
akan mempengaruhi perilaku individu tersebut.
1.5.2

Alat peraga merupakan alat yang digunakan dalam menyajikan proses
pembelajaran untuk mencapai suatu maksud atau tujuan tertentu.

1.5.3

Alat peraga berbasis Montessori adalah alat yang digunakan untuk
mengajar yang dirancang secara sederhana namun menarik, dan
memungkinkan siswa belajar secara mandiri untuk membantu
mengembangkan pikiran siswa sehingga siswa dapat mengetahui
kesalahan yang diperbuatnya.

1.5.4

Pembelajaran pembagian bilangan dua angka adalah pengurangan
berulang sampai habis yang meliputi dua angka atau sampai dengan
puluhan.

1.5.5

Siswa adalah narasumber yang menerima pengetahuan. Narasumber
yang di maksud di sini adalah tiga orang siswa SD kelas II-A.

1.5.6

Guru adalah pendidik profesional yang bertugas untuk mengarahkan
kegiatan belajar mengajar agar bisa mencapai tujuan pembelajaran.
Guru yang di maksud di sini adalah satu orang guru matematika kelas
II-A.

7

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bagian ini akan dijelaskan (1) kajian pustaka dan (2) kerangka berpikir
dalam penelitian.
2.1 Kajian Teori
2.1.1

Teori-teori yang Mendukung

2.1.1.1 Teori Perkembangan Anak menurut Piaget
Jean Piaget merupakan seorang psikolog yang sangat terkenal dengan teori
konstruktivisme (Suparno, 2001: 5). Piaget membagi tahapan perkembangan anak
menjadi empat tahapan yaitu:
1. Tahap sensorimotor (0 sampai 2 tahun)
Tahap sensorimotor merupakan tahap awal perkembangan mental
anak. Pada tahap ini, kemampuan inteligensi anak didasarkan pada tindakan
inderawi dengan lingkungannya. Kemampuan utama anak pada tahap ini
adalah terbentuknya konsep kepermanenan objek dan kemajuan gradual dari
perilaku refleksif ke perilaku yang mengarah kepada tujuan.
2. Tahap praoperasional ( 3 sampai 7 tahun)
Pada tahap ini anak sudah mulai mengenal simbol untuk menunjukkan
keadaan secara kognitif. Simbol tersebut dapat berupa kata-kata dan bilangan
untuk menunjukkan suatu objek, peristiwa atau kegiatan. Pemikiran anak pada
tahap ini masih egosentris dan sentrasi.
3. Tahap operasional konkret ( 7 sampai 11 tahun)
Pada tahap ini anak ditandai dengan perbaikan dalam kemampuan
untuk berpikir secara logis. Anak mampu mengembangkan kemampuan
berpikir secara sistematis ketika melihat objek-objek dan melakukan aktivitas
nyata. Pemikiran anak tidak lagi sentrasi tapi desentrasi, dan pemecahan
masalah tidak begitu dibatasi oleh keegosentrisan. Anak masih memiliki

8

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
keterbatasan pada hal yang bersifat konkret dan belum mampu berpikir secara
abstrak.
4. Tahap operasi formal (11 sampai dewasa)
Pada tahap ini anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis. Anak
sudah dapat memecahkan masalah melalui penggunaan eksperimentasi
sistematis.
Teori Piaget menyatakan bahwa anak akan lebih mudah belajar dengan halhal yang konkret, sehingga dapat diamati oleh panca indera. Kecepatan
perkembangan tiap individu berbeda dan tidak ada individu yang melompati salah
satu dari tahapan tersebut. Pada tiap tahap ditandai dengan munculnya kemampuankemampuan intelektual baru. Berdasarkan tahapan perkembangan kognitif anak
menurut Piaget (Suparno, 2001: 5), siswa SD berada pada rentang 7- 11 tahun
sehingga anak berada pada tahap operasional konkret. Pada tahap ini anak berada
pada tahap pemikiran konkret.

Maka dari itu pada proses pembelajaran guru

diharapkan memberikan kesempatan kepada siswa melalui persentuhan dengan
benda-benda konkret sehingga anak lebih mudah memahami materi pembelajaran.

2.1.2

Metode Montessori
Metode Montessori merupakan metode pembelajaran yang dikembangkan

oleh Maria Montessori (1870-1952) dengan menggunakan konsep belajar sambil
bermain untuk anak-anak (Holt, 2008: xi). Anak-anak akan menganggap kegiatan
belajar yang mereka lakukan tak ubahnya seperti bermain, bahkan berbentuk
permainan. Montessori sendiri mengungkapkan bahwa metode pembelajaran yang ia
miliki merupakan metode yang mengembangkan kebebasan berkarakter dengan cara
yang mengagumkan dan luar biasa (Montessori, 2002: 33). Metode Montessori
memanfaatkan panca indera untuk mempelajari suatu hal dengan menggunakan alat
peraga, alat peraga tesebut akan membawa anak pada konsep abstrak, berlanjut dari
konsep abstrak anak dapat berpikir ke moralitas (Montessori, 2002: 41).

Dr.

Montessori percaya terhadap penghargaan atau nilai, arti atau penghargaan pada
anak, sehingga metodenya tidak membeda-bedakan anak atau membandingkan anak

9

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
pada anak normal atau anak sesuai standar menurut pertimbangan yang baik oleh
sistem pendidikan tradisional.
Metode Montessori membimbing anak untuk lebih mandiri. Dalam metode
Montessori anak tidak hanya mengembangkan kemampuan akademis, tetapi mereka
dibimbing untuk mengembangkan kreativitas kehidupan sosial, fisik, dan emosi.
Montessori mengajarkan anak-anak kebenaran yang mendasar tentang bahasa,
matematika, biologi, dan sebagainya. Anak-anak belajar dengan bertindak dan
dengan percobaan. Walaupun pembelajaran metode Montessori terstruktur, namun
anak-anak diberikan kebebasan untuk memilih apa yang akan mereka kerjakan dan
kapan mereka akan mengerjakannya, mereka sering bekerja secara kolaboratif
(Lillard, 2005: 328). Lingkungan secara khusus dipersiapkan untuk siswa supaya
memungkinkan mereka berinteraksi secara bebas dan lepas.
Montessori menemukan metode belajar yang sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan anak didiknya melalui berbagai percobaan dan observasi yang
dilakukannya di Casa dei Bambini atau rumah anak-anak. Pengamatan yang telah
dilakukan Montessori menemukan kebutuhan-kebutuhan anak di antaranya
kesenangan dalam belajar, cinta keteraturan, kebutuhan untuk mandiri, kebutuhan
untuk didengar dan dihargai, dan minat.

2.1.3

Alat Peraga

2.1.3.1 Pengertian
Pengertian alat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
barang yang digunakan untuk mengerjakan sesuatu, mencapai suatu maksud tertentu,
sedangkan peraga merupakan alat media pengajaran untuk meragakan sajian
pelajaran (KBBI, 2008). Sependapat dengan hal tersebut Sudono (2010: 14)
mengungkapkan bahwa alat peraga adalah alat yang berfungsi untuk menerangkan
suatu mata pelajaran tertentu dalam suatu proses belajar mengajar. Hal ini diperkuat
oleh Anitah (2010: 83) bahwa alat peraga sebaiknya digunakan apabila alat peraga

10

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
tersebut mendukung tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan. Anitah (2010:
4) mengatakan bahwa alat peraga merupakan sarana yang dapat membawakan pesan
dari pemberi kepada penerima. Sedangkan Sumantri (2001: 152) menyebutkan bahwa
alat peraga merupakan alat pembantu pengajaran yang mudah memberi pengertian
kepada peserta didik.
Sementara itu jika merujuk pada fungsi, Munadi (2010:37-38) mengatakan
bahwa fungsi utama dari alat peraga merupakan sumber belajar yang akan menuntun
anak mencapai konsep pembelajaran hingga sampai pada tujuan pembelajaran dengan
batasan-batasan tertentu. Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa alat
peraga merupakan salah satu sumber belajar yang dapat digunakan untuk menyajikan
pelajaran guna mencapai suatu maksud tertentu.

2.1.3.2 Alat Peraga Montessori
Montessori mendefinisikan alat peraga sebagai alat yang digunakan untuk
mengajar anak yang dirancang secara sederhana namun terlihat menarik,
memungkinkan pemerolehan pengetahauan yang lebih banyak, belajar secara mandiri
serta belajar mengetahui kesalahan yang mereka buat saat belajar (Lillard, 1997:11).
Alat peraga matematika Montessori tidak dirancang untuk “mengajar matematika”
(Hainstock, 1997: 137) tetapi untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan
matematisnya. Kemampuan matematis meliputi: memahami perintah, urutan,
abstraksi, dan memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi pengetahuan-pengetahuan
yang dimiliki menjadi suatu konsep baru.

2.1.3.3 Ciri-ciri Alat Peraga Montessori
Pada metode Montessori, alat peraga mempunyai peranan yang penting dalam
tahap perkembangan siswa. Alat peraga yang dihasilkan oleh Maria Montessori
memiliki warna-warna cerah, mudah dimanipulasi, dan berbahan dasar kayu yang
ringan namun memiliki daya tahan yang baik. Ciri-ciri umum alat peraga Montessori

11

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
adalah (a) menarik, (b) bergradasi, (c) auto-correction, dan (d) auto-education
(Montessori, 2002: 169-179). Selain keempat ciri tersebut peneliti menambahkan satu
ciri terkait yaitu kontekstual.
a. Menarik
Bagi anak-anak pembelajaran dimaksudkan untuk mengembangkan seluruh
potensi anak melalui panca indera. Anak akan berminat ketika melihat sesuatu
yang baru, karena hal baru biasanya asing dan akan menarik perhatianya.
Setiap alat dan media pembelajaran harus memiliki nilai keindahan baik dari
segi warna yang menarik maupun kecerahannya. Montessori mewujudkan itu
ke dalam alat peraganya. Warna-warna yang digunakan pada alat peraga
Montessori merupakan warna terang dan lembut. Alat-alat peraga dibuat
menarik dalam arti membangkitkan hasrat anak untuk ingin menyentuh,
meraba, memegang, merasakan, dan mempergunakannya untuk belajar.
Landasan tersebut terutama digunakan Montessori untuk menciptakan alat
peraga sensorial yang mengarah pada pengaktifan dan pemekaan seluruh
indera manusia (Montessori, 2002: 174).
b. Bergradasi
Alat peraga Montessori mempunyai rangsangan rasional yang bergradasi
(Montessori, 2002: 175). Penekanan gradasi dalam pembelajaran Montessori
terletak pada rasional anak yang terbentuk secara bertahap ketika bekerja
menggunakan alat peraga. Alat peraga Montessori mempunyai gradasi
rangsangan warna, bentuk, maupun usia anak. Ada dua jenis gradasi menurut
Montessori yakni gradasi umur dan gradasi rangsangan yang rasional.
Ketika guru memperkenalkan gradasi bentuk, misalnya dengan menggunakan
permainan pink tower terdiri dari 10 kubus dengan kubus paling besar
memiliki sisi 10 centimeter. Kubus yang lebih kecil berikutnya selalu
memiliki ukuran sisi 1 centimeter lebih kecil. Anak akan mencoba menyusun
menara mulai dengan kubus yang paling besar yang ada di posisi paling
bawah sampai kubus yang paling kecil di posisi paling atas. Dengan itu anak

12

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
belajar

membeda-bedakan

besar-kecil

dan

berat-ringan

suatu

objek

(Montessori, 2002: 174).
c. Auto-correction
Alat peraga yang baik adalah alat peraga yang mempunyai pengendali
kesalahan. Tujuan pengendali kesalahan ini adalah untuk membantu anak
mengoreksi sendiri kekeliruan yang dibuat tanpa perlu diberi tahu oleh orang
lain. Kemampuan ini memungkinkan anak untuk mengetahui secara mandiri
bahwa ia harus mencoba lagi karena sedang terjadi kesalahan ketika sedang
belajar. Tidak hanya pada alat peraga dan media pembelajaran melainkan juga
lingkungan yang dipersiapkan harus selalu memiliki nilai pengendali
kesalahan. Misalnya, ketika seorang anak berumur tiga tahun sedang berlatih
dengan inkastri slinder (incastri solidi). Ia akan mengetahui kesalahanya
ketika salah memasukan silinder, sehingga permukaan balok menjadi tidak
rata, lubang terlalu lebar ataupun terlalu sempit sehingga silinder tidak dapat
masuk dengan sempurna ataupun ada satu silinder yang tidak dapat
dimasukan ke tempatnya (Montessori, 2002: 169). Dengan demikian alat yang
memiliki sistem pengendalian kesalahan dapat berfungsi sebagai pendidik
bagi siswa.
d. Auto-education
Alat peraga Montessori dirancang untuk menumbuhkan kemandirian anak,
pengembangan kemampuan secara mandiri tanpa ada campur tangan dari
orang dewasa. Kemandirian tersebut menuntut self regulation yang baik pada
diri anak. Berdasarkan umur siswa dan tahap perkembangan yang sedang
dialaminya, maka alat peraga dan media pembelajaran harus dibuat sesuai
dengan kemampuan dan kebutuhannya. Saat bekerja anak dapat membawa
dan mempergunakan alat peraga sendiri. Menurut Montessori, hal utama yang
harus memberikan pengetahuan pada anak adalah lingkungan, teman, dan alat
peraga (Montessori, 2002: 106). Montessori tidak menggunakan istilah guru
tetapi direktis, hal ini disebabkan orang dewasa lebih menjalankan peran
untuk mengarahkan perkembangan fisik dan psikis anak.

13

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
e. Kontekstual
Ciri yang terakhir ini bukanlah sesuatu yang wajib ada dan dimiliki oleh alat
peraga

berbasis Montessori, namun hanya upaya yang dilakukan untuk

memanfaatkan bahan-bahan yang sesuai dengan konteks lokal daerah di mana
sekolah Montessori didirikan, sehingga dapat menekan banyak biaya
operasional pembuatan alat peraga.”Konteks” berasal dari kata kerja Latin
contexere yang berarti “menjalin bersama”. Kata “konteks” merujuk pada
“keseluruhan situasi, latar belakang atau lingkungan” yang berhubungan
dengan diri, yang terjalin bersamanya (Johnson, 2009: 83). Sehingga konteks
dapat merujuk pada lingkungan tempat tinggal, keluarga, teman, sekolah,
pekerjaan, dsb (Johnson, 2007: 83).
Dalam mengembangkan alat peraganya, Montessori memanfaatkan bahan
seadanya

di

sekitar

pemukiman

kumuh.

Montessori

memanfaatkan

lingkungan sebagai konteks pembelajaran tanpa batas. Penelitian mengenai
otak memberi tahu bahwa pengaruh lingkungan lebih besar daripada yang
dibayangkan (Johnson, 2009: 55).

2.1.4

Persepsi

2.1.4.1 Pengertian Persepsi
Persepsi merupakan salah satu aspek kognitif manusia yang sangat penting
yang memungkinkan untuk mengetahui dan memahami dunia sekelilingnya. Persepsi
merupakan sebuah istilah yang sudah familiar didengar dalam percakapan sehari-hari.
Istilah persepsi berasal dari bahasa Inggris “perception” yang berasal dari bahasa
Latin “perception” yang berarti menerima atau mengambil (Desmita, 2012: 445).
Persepsi adalah suatu proses penggunaan pengetahuan yang telah dimiliki untuk
memperoleh atau menginterpretasi stimulus (rangsangan) yang diterima oleh sistem
alat indera manusia (Desmita, 2012: 118). Jadi persepsi pada dasarnya menyangkut
hubungan manusia dengan lingkungannya, bagaimana individu mengerti dan
menginterpretasi lingkungannya dengan pengetahuan yang dimiliki kemudian

14

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
individu memproses hasil penginderaannya dan timbullah makna tentang objek yang
dipersepsi. Sedangkan menurut Slameto (2003: 102) persepsi adalah proses
menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia melalui alat
inderanya yaitu indera penglihatan, pencium, pendengar, peraba, dan perasa. Dalam
mempersepsi suatu objek, orang atau peristiwa, makin baik suatu objek, orang atau
peristiwa, makin dapat diingat objek, orang atau peristiwa tersebut.
Menurut Wood (2013: 70) persepsi adalah proses aktif untuk menciptakan
makna dengan cara menyeleksi, menyusu