Tingkat disiplin diri para siswa kelas XI SMA BOPKRI II Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 terhadap peraturan sekolah - USD Repository

  TINGKAT DISIPLIN DIRI PARA SISWA KELAS XI SMA BOPKRI II YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2007/2008 TERHADAP PERATURAN SEKOLAH SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

  Oleh:

  Fransiska Kornelin NIM : 021114029 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008

  TINGKAT DISIPLIN DIRI PARA SISWA KELAS XI SMA BOPKRI II YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2007/2008 TERHADAP PERATURAN SEKOLAH SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

  Oleh:

  Fransiska Kornelin NIM : 021114029 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

  “Set iap manusia berhak unt uk dihargai dan dimengert i… ” “ H anya sedikit di ant ara kit a yang bisa melakukan hal-hal besar, t et api semua orang di ant ara kit a dapat melakukan hal-hal kecil dengan cint a yang besar” (Bunda Theresa)

  “Berbicara yang baik t idak akan melukai lidah dan hat i” (Peribahasa Prancis) “I a membuat segala sesuat u indah pada w akt unya hendaklah kit a selalu bersyukur dan bert erima kasih kepada Tuhan t erhadap apa yang t elah kit a t erima, sepert i pada saat kit a memohon kepada-N ya”

  Dengan penuh Cinta dan Kasih Sayang kupersembahkan skripsi ini kepada:

  ♥♥ “Keluarga besarku (Bapak dan Ibuku tersayang, saudara-

  saudaraku Abang Iis, De’Osi, dan De’Pipin) yang telah

  mendukung dan telah memberikan kepercayaannya kepadaku” ♥♥ “Bang Memen (Kekasihku) yang aku Cinta dan Sayang; makasih banyak atas dukungan serta dorongannya, makasih juga atas pengertian dan kesabarannya dalam mendampingi aku. I Love You

  

ABSTRAK

TINGKAT DISIPLIN DIRI PARA SISWA KELAS XI SMA BOPKRI II

YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2007/2008

TERHADAP PERATURAN SEKOLAH

  

Fransiska Kornelin

021114029

  Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survei. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang tingkat disiplin diri para siswa kelas XI SMA BOPKRI II Yogyakarta Tahun Ajaran 2007/2008 Terhadap Peraturan Sekolah. Masalah pertama yang diteliti adalah bagaimanakah tingkat disiplin diri para siswa kelas XI SMA BOPKRI II Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 terhadap peraturan sekolah? Masalah kedua adalah topik-topik bimbingan apa saja yang perlu diberikan kepada para siswa kelas XI SMA BOPKRI II Yogyakarta pada tahun ajaran 2007/2008? Tingkat disiplin diri para siswa digolongkan dalam dua kategori yaitu kategori tinggi (T) dan rendah (R).

  Subjek penelitian adalah siswa kelas XI SMA BOPKRI II Yogyakarta dengan sampel 80 orang. Alat pengumpul data yang digunakan yaitu kuesioner disiplin diri para siswa di sekolah yang terdiri dari 78 item dan dibagi dalam lima bidang yaitu bidang peraturan pemeliharaan dan perawatan diri siswa, bidang peraturan administratif, bidang peraturan kegiatan ekstrakurikuler dan pendukung pendidikan sekolah, bidang peraturan akademik, serta bidang peraturan lingkungan sekolah secara umum. Kuesioner ini disusun oleh Ari Susanti yang dimodifikasi oleh peneliti dengan menambah beberapa item baru.

  Secara keseluruhan hasil penelitian menunjukkan: (1) Tingkat disiplin diri para siswa kelas XI SMA BOPKRI II Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 terhadap peraturan sekolah dapat dikategorikan rendah, karena 43,75% siswa memiliki tingkat disiplin diri tinggi sedangkan 56,25% siswa lainnya memiliki tingkat disiplin diri rendah; (2) Setiap bidang peraturan masih nampak kelemahan-kelemahan (rendah) pada tiap bidang peraturan sekolah. Olah sebab itu, diusulkan topik-topik bimbingan. Pada bidang pemeliharaan dan perawatan diri siswa topik bimbingan yang diberikan yaitu: Bahaya Miras. Pada bidang peraturan administratif topik bimbingan yang diberikan, yaitu: Tanggung Jawabku sebagai siswa. Pada bidang peraturan kegiatan ekstrakurikuler topik bimbingan yang diberikan, yaitu: Ekstrakurikuler. Pada bidang peraturan akademik topik bimbingan yang diberikan, yaitu: Mengatur Kegiatan

  Harian, Gaya Belajar,

  dan Motivasi Belajar. Serta pada bidang peraturan lingkungan sekolah secara umum topik bimbingan yang diberikan, yaitu: Kebersihan

  Lingkungan.

  

ABSTRACT

Th

  

THE SELF-DISCIPLINE LEVEL OF STUDENTS AT THE XI GRADE OF

SENIOR HIGH SCHOOL, BOPKRI II, YOGYAKARTA IN

THE EDUCATION YEARS OF 2007/2008

TOWARD SCHOOL RULE

  

Fransiska Kornelin

021114029

  This research was a descriptive research by using survey method. It was

  th

  aimed to obtain the information about self-discipline level of students at the XI Grade of Senior High School, BOPKRI II, Yogyakarta in the Education Years of 2007/2008 toward School Rule. The first problem researched was how was the self- discipline level of them toward the school rule? The second was what kind of the guiding topics were needed to be given to them? The self-discipline level of them was categorized into two namely the high (T) and the low one (R).

  th

  The research subject was the students at the XI Grade of Senior High School, BOPKRI II, Yogyakarta with 80 sample students. The instrument of data collecting used was the questionnaire of student self-discipline at school totaled 78 items and they were decided into five sectors there were rule of student self maintenance and caring, administrative rule, extra curricular activity and school educational support, academic rule, and school environment rule in general. It was arranged by Ari Susanti and it was ready to be modified by the researcher with adding some new items.

  Entirely, the result of research indicated that: (1) the self-discipline level of

  th

  Students at the XI Grade of Senior High School, BOPKI II, Yogyakarta in the Education Years of 2007/2008 toward the school rule was able to be categorized in low, because 43.74 % students had the high self-discipline level while the other 56.25% had the low one; (2) It was looked that they had some weaknesses on every sector of school rule. Therefore, it was proposed to make the guiding topics. The guiding topics given on the student self maintenance and caring sector, administrative rule, extra curricular activity, academic rule and school environment rule in general were the Danger of Miras, My Responsibility as a Student, Extra Curricular,

  Arranging Daily Activity, Learning Style and Motivation of Learning

  and

  Environment Cleanliness in sequence.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena bimbingan dan penyertaan-Nya, penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar. Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir yang menjadi syarat kelulusan dan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan kerelaan mereka, banyak hambatan yang akan ditemui oleh peneliti. Oleh karena itu, dengan tulus hati, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma atas pengesahan skripsi ini.

  2. Ibu Dr. MM. Sri Hastuti, M. Si., ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling yang telah memberikan dukungannya dalam proses penyelesaian skripsi ini.

  3. Bapak Drs. Y.B. Adimassana, M.A., dosen pembimbing I dengan penuh kerelaan dan kerendahan hati telah memberikan masukan, kritikan, dorongan, dan memberikan pengarahan kepada peneliti.

  4. Bapak Drs. R.H.Dj. Sinurat, M.A., dosen penguji II yang bersedia memberikan sumbangan pemikiran guna membantu perbaikan skripsi ini sampai dengan selesai.

  5. Bapak Drs. Wens Tanlain, M. Pd., dosen penguji III dengan penuh kesabaran mendorong, memberikan kritikan dan mengarahkan peneliti.

  6. Para Dosen Bimbingan dan Konseling yang telah banyak membantu peneliti dalam menuntut ilmu di Universitas Sanata Dharma.

  7. Pak Gig (mantan urusan kesekretariatan) dan Maz Moko yang telah banyak membantu peneliti dalam urusan kesekretariatan.

  8. Bapak Drs. Priyanto (Kepala Sekolah SMA Bopkri II Yogyakarta) yang telah mempermudah peneliti dalam melaksanakan penelitian.

  9. Bapak Drs. Edi Sutrisno (Koordinator BK SMA Bopkri II Yogyakarta) dan Ibu

  10. Tenaga pengajar dan karyawan SMA Bopkri II Yogyakarta yang menerima peneliti dengan tangan terbuka.

  11. Siswa-siswi SMA Bopkri II Yogyakarta yang sudi bekerja sama dengan peneliti pada waktu pelaksanaan penelitian.

  12. Ayah, Ibu, Kakak, Adik-adik, Tante, serta Paman atas doa, semangat dan perhatiannya.

  13. Khusus untuk Bang Memen; makasih banyak atas dukungannya, pengertiannya, kebersamaannya selama 3 tahun di Yogya, kesetiaannya dan kesabarannya dalam mendampingi peneliti.

  14. Teman-temanku, Ina/Inul, Esti, Nay, Sr. Kornel, Sr. Okta, Sr. Brigita, Asep, Dewi, Oka, Ari, Epy, Nela, Amoi, Sim, Eka, Erni, Budek/Dian, Ine, Ice, Era, Reta, Retno, Mba’ Elli, Anton, Septa Jelek atas bantuan dan dorongan selama proses penelitian hingga penyusunan.

  15. Teman sejatiku, yaitu Comi & Cami yang selalu setia menghibur di saat peneliti sedang stres (makasih ya Bang, karena udah carikan Anong teman yang setia).

  16. Kost Brojodento No 6 yang udah banyak memberikan aku kenang-kenangan manis dan udah melindungiku sampai aku selesai. Trima kasih banyak Bu Dati dan semua keluarganya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kemajuan Bimbingan dan Konseling di sekolah.

  Penulis

  

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ......................................................................................i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... ii HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................iii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN..........................................iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................. v ABSTRAK .....................................................................................................vi ABSTRACT ................................................................................................... vii PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.......................................viii KATA PENGANTAR...................................................................................iv DAFTAR ISI..................................................................................................xi DAFTAR TABEL ........................................................................................xiv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xv

  BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ......................................................................... 4 C. Tujuan Penelitian........................................................................... 4 D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 4 E. Definisi Operasional Variabel ....................................................... 5

  1. Batasan Istilah .......................................................................... 5

  2. Batasan Variabel ...................................................................... 6

  BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 7 A. Keadaan Siswa SMA Kelas XI ..................................................... 7

  1. Pengertian Masa Remaja.......................................................... 7

  2. Ciri-ciri Masa Remaja .............................................................. 8

  3. Tugas-tugas Perkembangan Masa Remaja ............................. 12

  B. Peraturan Sekolah......................................................................... 13

  3. Peraturan Sekolah.................................................................... 14

  C. Disiplin Diri.................................................................................. 17

  1. Pengertian Disiplin Diri .......................................................... 17

  2. Unsur-unsur Disiplin Diri ....................................................... 18

  3. Manfaat Disiplin Diri .............................................................. 20

  D. Ketaatan Terhadap Peraturan Sebagai Wujud Disiplin Diri ....... 21

  1. Pedoman Moral ....................................................................... 22

  2. Sikap-sikap dalam Mentaati Norma-norma ............................ 23

  E. Pelanggaran Peraturan Sekolah .................................................... 24

  1. Pengertian Perilaku Melanggar ............................................... 24

  2. Bentuk Perilaku Melanggar..................................................... 25

  3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Peilaku Melanggar Peraturan Sekolah................................................................... 26

  F. Program Bimbingan ...................................................................... 27

  1. Pengertian Bimbingan............................................................. 28

  2. Tujuan Bimbingan................................................................... 29

  3. Topik Bimbingan .................................................................... 30

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 31 A. Jenis Penelitian............................................................................. 31 B. Sampel Penelitian ......................................................................... 31 C. Instrumen Penelitian..................................................................... 33 D. Pengumpul Data ........................................................................... 42 E. Teknik Analisis Data .................................................................... 43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................ 44 A. Hasil Penelitian ........................................................................... 44

  1. Tingkat Disiplin Diri Para Siswa Kelas XI SMA BOPKRI II Yogyakarta Tahun Ajaran 2007/2008 Terhadap Peraturan Sekolah................................................................... 44

  2. Topik-topik Bimbingan Yang Perlu Diberikan Kepada

  B. Pembahasan dan Hasil Penelitian................................................ 50

  BAB V PENUTUP........................................................................................ 55 A. Ringkasan ..................................................................................... 55 B. Kesimpulan................................................................................... 56 C. Saran ............................................................................................. 58 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 59 LAMPIRAN.................................................................................................. 61

  

DAFTAR TABEL

  Halaman Tabel 1 Rincian Jumlah Para Siswa Kelas XI SMA BOPKRI II

  Yogyakarta Tahun Ajaran 2007/2008................................................. 32 Tabel 2 Kisi-kisi Alat Ukur Uji Coba .............................................................. 34 Tabel 3 Rekapitulasi Item Hasil Uji Validitas ................................................. 38 Tabel 4 Kisi-kisi Kuesioner Penelitian ............................................................ 39 Tabel 5 Koefisien Korelasi dan Kualifikasi Reliabilitas.................................. 41 Tabel 6 Jadwal Pengisian Kuesioner Penelitian Disiplin Diri Para

  Siswa ................................................................................................... 42 Tabel 7 Tingkat Disiplin Diri Para Siswa Kelas XI SMA BOPKRI II

  Yogyakarta Secara Keseluruhan Tahun Ajaran 2007/2008 Terhadap Peraturan Sekolah................................................................................ 45

  Tabel 8 Tingkat Disiplin Diri Para Siswa Kelas XI SMA BOPKRI II Yogyakarta Pada Tiap Bidang Tahun Ajaran 2007/2008 Terhadap Peraturan Sekolah................................................................................ 46

  Tabel 9 Kategorisasi Tingkat Disiplin Diri Para Siswa Kelas XI SMA BOPKRI II Yogyakarta Pada Tiap Bidang Tahun Ajaran 2007/2008 Terhadap Peraturan Sekolah ............................................................... 48

  

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 Kuesioner Disiplin Diri Siswa di Sekolah.................................... 62 Lampiran 2 Pengelompokkan Skor Dengan Teknik Belah Dua Pada Uji Coba

  Instrumen Angket Disiplin Diri Para Siswa Kelas XI SMA BOPKRI II ....................................................................................................... 67

  Lampiran 3 Kategori Tingkat Disiplin Diri Para Siswa Terhadap Peraturan Sekolah Berdasarkan Mean Per-siswa ........................................................ 71

  Lampiran 4 Garis-garis Besar Program Pelayanan Bimbingan Kelompok Kelas XI SMA BOPKRI II Yogyakarta Tahun Ajaran 2007/2008.............. 74

  Lampiran 5 Satuan Pelayanan Bimbingan ....................................................... 76 Lampiran 6 Surat Ijin Penelitian ...................................................................... 80 Lampiran 7 Surat Bukti Penelitian Dari SMA BOPKRI II Yogyakarta .......... 81

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu fenomena yang sering terjadi pada dunia pendidikan di sekolah

  adalah semakin meningkatnya kasus para siswa yang melanggar tata tertib sekolah. Hal ini perlu disikapi secara serius oleh sekolah atau orang tua siswa yang bersangkutan, agar sekolah tersebut tampak menjadi lebih tertib atau disiplin.

  Dari pengalaman praktek di salah satu SMA Yogyakarta, peneliti banyak menjumpai siswa-siswi yang datang terlambat, memakai seragam yang berbeda dengan ketentuan, mewarnai rambut, dan untuk para siswa pria tatanan rambut tidak mengikuti aturan sekolah seperti potongan terlalu pendek atau terlalu panjang, merokok di lingkungan sekolah, keluar lingkungan sekolah dengan alasan fotocopy buku setelah itu tidak kembali lagi ke lingkungan sekolah, tidak mengikuti proses belajar mengajar untuk mata pelajaran guru tertentu, tidak masuk kelas dan menunggu di ruang UKS dengan alasan sakit, ribut di dalam kelas saat guru mengajar, sibuk mendengarkan Mp3 dan Mp4 ketika guru sedang menjelaskan di dalam kelas, merekam gambar-gambar porno di dalam handpone mereka. Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang diharapkan membawa dampak yang positif terhadap perkembangan jiwa remaja. Sekolah sebagai lembaga masyarakat. Selain itu sekolah juga mengajarkan keterampilan dan kepandaian kepada para siswa. Dengan kata lain fungsi sekolah adalah sebagai pembentuk nilai dalam diri anak yang sedang banyak menghadapi tantangan di masa perkembangannya.

  Selain di lingkungan sekolah terdapat hal lain yang dapat mempengaruhi perkembangan diri siswa yaitu lingkungan pergaulan antar teman di luar sekolah.

  Apalagi bila sekolah dekat dengan pusat keramaian, di mana anak-anak yang akan ke sekolah atau mau pulang sekolah merasa tertarik untuk melihat bermacam- macam corak seperti pusat perbelanjaan yang menawarkan barang-barang mewah, aksesoris, tempat-tempat hiburan, warung-warung yang menawarkan rokok dan minuman beralkohol juga merupakan godaan bagi siswa. Sehingga siswa yang tergolong masih remaja itu mudah untuk tidak akan bersemangat lagi menghadapi pelajaran di sekolah. Kemalasan siswa untuk bersekolah dapat juga disebabkan oleh tuntutan sekolah yang bermacam-macam sehingga siswa cenderung melakukan pelanggaran tata tertib sekolah, seperti membolos pada jam pelajaran tertentu, merokok di lingkungan sekolah, memakai aksesoris yang berlebihan, dan merekam gambar-gambar porno di handpone. Masyarakat pada saat ini berpandangan bahwa sekolah merupakan salah satu kegiatan yang harus ditempuh oleh setiap orang, karena melalui sekolah banyak kegiatan-kegiatan yang mampu mempengaruhi kehidupan manusia. Di sekolah siswa dapat belajar untuk memperoleh pengetahuan yang berguna bagi diri siswa. Menurut Agus (1994: 81) belajar adalah kegiatan untuk mendapatkan tertentu lewat usaha, pengajaran atau pengalaman. Namun dalam kenyataannya masih ada anak yang kurang mahir dalam berlatih, berpraktek, maupun dalam memecahkan masalah yang menjadi tugas sekolahnya. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah pelanggaran sekolah yang dilakukan oleh siswa.

  Pelanggaran-pelanggaran tata tertib yang dilanggar oleh siswa di atas menjadi tantangan besar bagi guru pembimbing untuk mendampingi dan menangani siswa-siswi yang cenderung melanggar peraturan sekolah. Kenyataannya sekarang adalah setiap guru pembimbing harus mengawasi ribuan tingkah laku siswa yang bermacam-macam baik di dalam jam pelajaran ataupun di luar jam pelajaran. Untuk itu perlu adanya jam-jam bimbingan di dalam kelas dengan topik-topik yang sesuai dengan kebutuhan siswa sekolah saat ini, sehingga diharapkan berkurangnya pelanggaran peraturan sekolah yang dilakukan oleh siswa.

  Dari fenomena-fenomena tersebut peneliti ingin mengetahui lebih lanjut secara empiris, bagaimanakah tingkat disiplin diri para siswa sekolah menengah atas. Oleh karena itu peneliti bermaksud mengadakan penelitian tentang: Tingkat Disiplin Diri Para Siswa Kelas XI SMA BOPKRI II Yogyakarta Tahun Ajaran 2007/2008 Terhadap Peraturan Sekolah.

  B. Rumusan Masalah

  1. Bagaimanakah tingkat disiplin diri para siswa kelas XI SMA BOPKRI II Yogyakarta Tahun Ajaran 2007/2008 terhadap peraturan sekolah?

  2. Topik-topik bimbingan apa saja yang perlu diberikan kepada para siswa kelas

  XI SMA BOPKRI II Yogyakarta Pada Tahun Ajaran 2007/2008?

  C. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan:

  1. Mengetahui tingkat disiplin diri para siswa kelas XI SMA BOPKRI II Yogyakarta Pada Tahun Ajaran 2007/2008 terhadap peraturan sekolah.

  2. Mengetahui topik-topik bimbingan yang perlu diberikan kepada para siswa kelas XI SMA BOPKRI II Yogyakarta Pada Tahun Ajaran 2007/2008.

  D. Manfaat Penelitian

  Manfaat yang akan diperoleh dalam penelitian ini adalah:

  1. Kepala Sekolah Kepala sekolah dapat memperoleh informasi tentang perkembangan diri siswa yang berkaitan dengan disiplin diri sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan-kebijakan di dalam menegakkan peraturan sekolah.

  2. Guru Dapat menjadi acuan bagi para guru untuk lebih memahami masalah-masalah yang dihadapi oleh para siswa terutama masalah kedisiplinan para siswa di sekolah.

  3. Guru Pembimbing Dapat mengetahui perkembangan diri siswa, sehingga dapat membantu atau memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan diri siswa.

  4. Peneliti Sebagai hasil penerapan ilmu kajian teori perkuliahan yang diterapkan di lingkungan sekolah tersebut dapat menjadi bekal dan menambah pengalaman peneliti di dunia kerja nantinya.

E. Definisi Operasional Variabel

  Devinisi operasional variabel-variabel penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Batasan Istilah

  a. Peraturan sekolah adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur kehidupan sekolah sehari-hari dan akan dikenakan sanksi ringan seperti skors selama beberapa hari atau minggu hingga sanksi berat seperti dikeluarkan dari sekolah apabila ada yang melanggar.

  b. Disiplin adalah sikap mental yang mengandung kerelaan untuk mematuhi semua ketentuan, peraturan, dan norma yang telah ditetapkan masyarakat (orang tua, guru dan teman sepermainan) dan dilakukan dengan sadar atas c. Siswa dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA BOPKRI II Yogyakarta Pada Tahun Ajaran 2007/2008.

2. Batasan Variabel

  Disiplin Diri Siswa Disiplin diri siswa merupakan tingkat kontrol diri siswa di lingkungan sekolah dalam kegiatan pengajaran, pembimbingan, dan pelatihan yang berkaitan dengan aturan akademik, aturan umum dan penggunaan fasilitas sekolah dan diukur dengan kuesioner disiplin diri siswa serta ditunjuk oleh skor-skor yang diperoleh siswa. Disiplin diri siswa di sekolah mencakup bidang peraturan pemeliharaan dan perawatan diri siswa, peraturan administratif, peraturan kegiatan ekstrakurikuler dan pendukung pendidikan sekolah, peraturan akademik, dan peraturan lingkungan sekolah secara umum.

  Ada dua kategori keadaan disiplin diri siswa yaitu rendah dan tinggi.

  a. Pelanggaran Peraturan Sekolah Yang dimaksud dengan pelanggaran peraturan sekolah adalah pelanggaran yang dilakukan oleh siswa terhadap peraturan di sekolah.

  b. Disiplin Terhadap Peraturan Sekolah Arti disiplin diri terhadap peraturan sekolah yaitu mematuhi, menuruti norma sosial yang berlaku di lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keadaan Siswa SMA Kelas XI Sebagai remaja, siswa SMA ini tergolong remaja tengah. Mengapa? Hal

  ini karena usia remaja tengah adalah 15/16 tahun dan berakhir pada usia 17/18 tahun. Biasanya, siswa SMA rata-rata berusia berkisar antara 15 – 17 tahun, dengan demikian dapat dipastikan bahwa siswa SMA masuk dalam kriteria remaja tengah.

1. Pengertian masa remaja

  Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa” (Hurlock, 1997: 206). Secara psikologis, masa remaja adalah usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa, meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Monks, Knoers & Haditono (dalam Mar’at Samsunuwiyati, 2005: 190) membedakan masa remaja menjadi empat bagian, yaitu: (1) masa pra-remaja atau prapubertas (10-12 tahun), (2) masa remaja awal atau remaja akhir (18-21 tahun). Dari pengertian tersebut dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa masa remaja dialami ketika seseorang berusia 10 hingga 21 tahun.

2. Ciri-ciri Masa Remaja

   a. Masa remaja sebagai periode yang penting

  Perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental yang cepat, terutama pada awal masa remaja. Semua perkembangan ini menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru. Maka dari itu sebagai seorang konselor kita perlu membantu remaja untuk mematuhi tugas perkembangannya dengan baik dan sekaligus menghindarkan para remaja dari hal-hal yang tidak sesuai dengan keadaannya. Dengan begitu para remaja tersebut tidak akan mengalami “maladaptive”.

   b. Masa remaja sebagai periode peralihan

  Dalam setiap periode peralihan, status individu tidaklah jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada masa ini, remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa. Kalau remaja berperilaku seperti anak-anak, ia akan diajari untuk “bertindak sesuai umurnya”. Kalau remaja berusaha berperilaku seperti orang dewasa, ia sering dituduh “terlalu besar untuk celananya” dan dimarahi karena mencoba bertindak seperti orang dewasa. Di lain pihak, status remaja yang kepadanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai bagi dirinya.

   c. Masa remaja sebagai periode perubahan Ada lima perubahan yang sama yang hampir bersifat universal.

  Pertama, meningginya emosi yang identitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. Kedua, perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial, menimbulkan masalah baru. Bagi remaja muda, masalah baru yang timbul tampaknya lebih banyak dan lebih sulit diselesaikan dibandingkan masalah yang dihadapi sebelumnya. Remaja akan tetap merasa ditimbuni masalah, sampai ia sendiri menyelesaikannya menurut kepuasannya. Ketiga, selama awal masa remaja, ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat. Kalau perubahan fisik menurun maka perubahan sikap dan perilaku menurun juga. Keempat, dengan berubahnya minat dan pola perilaku, maka nilai-nilai juga berubah. Kelima, sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan.

   d. Masa remaja sebagai usia bermasalah

  Pertama, sepanjang masa kanak-kanak, masalah anak-anak sebagian diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru, sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah. Kedua, karena para remaja merasa diri mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi

   e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas

  Sepanjang usia geng pada akhir masa kanak-kanak, penyesuaian diri dengan standar kelompok adalah jauh lebih penting bagi anak yang lebih besar daripada individualitas. Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri dengan kelompok masih tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan. Lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama dengan teman-teman dalam segala hal seperti sebelumnya.

   f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan

  Seperti ditunjukkan oleh Majeres (Hurlock, 1997: 208), “banyak anggapan populer tentang remaja yang mempunyai arti yang bernilai, dan sayangnya banyak diantaranya yang bersifat negatif”. Anggapan stereotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapih, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak dan berperilaku merusak, menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja muda takut bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal.

  Stereotip populer juga mempengaruhi konsep diri dan sikap remaja terhadap dirinya. Dalam membahas masalah stereotip budaya remaja, Anthony (Hurlock, 1997: 208) menjelaskan, “stereotip juga berfungsi sebagai cermin yang ditegakkan masyarakat bagi remaja, yang menggambarkan citra diri remaja sendiri yang lambat laun dianggap sebagai gambaran yang asli dan remaja membentuk perilakunya sesuai dengan gambaran ini”.

   g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik

  Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kaca berwarna merah jambu. Ia melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita. Dengan bertambahnya sosial, dan dengan meningkatnya kemampuan untuk berpikir rasional, remaja yang lebih besar memandang dirinya sendiri, keluarga, teman-teman dan kehidupan pada umumnya secara lebih realistik.

   h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa

  Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. Berpakaian dan bertindak seperti orang dewasa ternyata belumlah cukup. Oleh karena itu, remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa, yaitu merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan, dan terikat dalam perbuatan seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang mereka inginkan.

3. Tugas-tugas Perkembangan Masa Remaja

  Robert Havighurst (dalam Yusuf Syamsu, 2004: 65) melalui perspektif psikososial berpendapat bahwa periode yang beragama dalam kehidupan individu menuntut untuk menuntaskan tugas-tugas perkembangan yang khusus. Tugas-tugas ini berkaitan erat dengan perubahan kematangan, persekolahan, pekerjaan, pengalaman beragama, dan hal lainnya sebagai prasyarat untuk pemenuhan dan kebahagian hidupnya.

  Secara rinci, Havighurst (dalam Hurlock, 1997: 10) menyebutkan tugas-tugas perkembangan itu sebagai berikut: a. Mencapai hubungan yang baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita.

  b. Mencapai peran sosial pria dan wanita.

  c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif.

  Remaja merasa bangga atau bersikap toleran terhadap fisiknya, menggunakan dan memelihara fisiknya secara efektif, dan merasa puas dengan fisiknya tersebut.

  d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab.

  e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya.

  f. Mempersiapkan karier ekonomi.

  g. Mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga.

  h. Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk

B. Peraturan Sekolah

   1. Pengertian Sekolah

  Sekolah adalah organisasi kerja sebagai wadah kerjasama kelompok orang untuk mencapai suatu tujuan. Sebagai organisasi, wadah tersebut merupakan alat dan bukan tujuan. Dengan kata lain sekolah adalah salah satu bentuk ikatan kerjasama sekelompok orang, yang bermaksud mencapai suatu tujuan yang disepakati bersama (Nawawi, 1982: 25).

   2. Tugas-tugas Sekolah

  Nawawi (1982: 34) memaparkan sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki tugas-tugas sebagai berikut: a. Membantu anak-anak memperoleh pengetahuan, keterampilan dan bahkan keahlian yang diperlukan untuk mencari nafkah hidup masing-masing kelak setelah dewasa.

  b. Membantu anak-anak mempelajari cara menyelesaikan masalah-masalah kehidupan, baik sebagai masalah individu maupun masalah masyarakat.

  c. Membantu anak-anak mengembangkan sosialitas masing-masing agar mampu menyesuaikan diri dalam kehidupan bersama dalam bentuk masyarakat yang dinamis dan sebagai warga negara suatu bangsa. Dari uraian tugas-tugas sekolah di atas dapat disimpulkan bahwa sekolah mempunyai tanggung jawab dalam mendidik anak-anak memahami cara hidup bermasyarakat dengan mendayagunakan secara maksimal kehidupan bermasyarakat yang bersifat nyata yang ada di sekitarnya.

3. Peraturan Sekolah

   a. Pengertian Peraturan Sekolah

  Dalam kehidupan sehari-hari manusia memerlukan aturan. Aturan digunakan untuk mengatur kegiatan agar berjalan dengan tertib. Sekolah juga memerlukan aturan agar kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar. Subroto (1984: 65) mengatakan tata tertib/peraturan sekolah adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur kehidupan sekolah sehari-hari dan mengandung sangsi terhadap pelanggarnya. Dengan begitu mentaati peraturan sekolah adalah hal yang penting sebab merupakan bagian dari sistem persekolahan.

   b. Peraturan Sekolah Bagi Siswa

  Menurut Instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 1 Mei 1974, No.14/U/1974 (Subroto, 1984: 65), tata tertib untuk murid adalah sebagai berikut:

  1) Tugas dan kewajiban dalam kegiatan Intra Sekolah a) Murid harus datang di sekolah sebelum pelajaran dimulai.

  b) Murid harus sudah siap menerima pelajaran sesuai dengan jadwal sebelum pelajaran itu dimulai.

  c) Murid tidak dibenarkan tinggal di dalam kelas pada saat jam d) Murid boleh pulang jika pelajaran telah selesai.

  e) Murid boleh menjaga kebersihan dan keindahan sekolah.

  f) Murid wajib berpakaian sesuai dengan yang ditetapkan oleh sekolah.

  g) Murid harus juga memperhatikan kegiatan ekstrakurikuler seperti: kepramukaan, kesenian, Palang Merah Remaja dan sebagainya.

  2) Larangan-larangan yang harus diperhatikan:

  a) Meninggalkan sekolah/jam pelajaran tanpa ijin kepala sekolah/guru yang bersangkutan.

  b) Merokok di sekolah.

  c) Berpakaian tidak senonoh/bersolek yang berlebihan.

  d) Kegiatan yang mengganggu jalannya pelajaran. 3) Sangsi bagi murid dapat berupa: a) Peringatan lisan secara langsung.

  b) Peringatan tertulis dengan tembusan pada orang tua.

  c) Diberhentikan sementara.

  d) Dikeluarkan dari sekolah.

c. Bidang-bidang Peraturan Sekolah

  Bernadus (2002) mengelompokkan peraturan-peraturan yang ada di sekolah menjadi lima kelompok, yaitu: 1) Peraturan memelihara dan perawatan diri siswa yang menyangkut perihal pemeliharaan dan merawat tubuh, mengenai kerapian dalam serta memakai anting untuk putra dan tidak diperbolehkan menggunakan rias wajah dan perhiasan yang berlebihan bagi siswa putri. 2) Peraturan administratif yang menyangkut peraturan perijinan masuk dan tidak masuk sekolah, peraturan mengenai pembayaran uang sekolah serta peraturan mengenai sangsi-sangsi bagi para siswa yang melanggarnya.

  3) Peraturan kegiatan ekstrakurikuler dan pendukung pendidikan menyangkut kegiatan kepramukaan, kesenian, upacara bendera serta kegiatan peringatan hari besar nasional atau keagamaan. 4) Peraturan akademik menyangkut perihal aturan yang berhubungan dengan kegiatan belajar siswa, waktu belajar siswa dan melaksanakan ujian. 5) Peraturan lingkungan sekolah secara umum yang menyangkut peraturan siswa dalam berinteraksi dengan lingkungan sekolah baik dengan guru, karyawan, maupun dengan sesama siswa. Bidang peraturan tersebut di atas, tidak semua dapat di jalankan oleh setiap siswa. Terdapat beberapa siswa yang tidak dapat menjalankan atau mematuhi peraturan sekolah tersebut karena mereka gagal menyesuaikan diri dengan peraturan sekolah. Siswa yang belum dapat menyesuaikan diri dengan peraturan sekolah tingkah lakunya melanggar peraturan sekolah.

C. Disiplin Diri

1. Pengertian Disiplin Diri

  Menurut Depdikbud (1984: 47) disiplin diri adalah sikap mental yang mengandung kerelaan untuk mematuhi semua ketentuan, peraturan dan norma yang berlaku dalam menunaikan tugas dan tanggung jawab. Ada dua jenis dorongan yang mempengaruhi disiplin, pertama, datang dari dalam diri subjek yaitu pengetahuan, kesadaran, dan kemauan untuk berbuat disiplin. Kedua, pendisiplinan yang datang dari luar yaitu perintah, larangan, pengawasan, pujian, ancaman, hukuman dan ganjaran. Disiplin merupakan sesuatu yang berkenaan dengan pengendalian diri seseorang terhadap bentuk-bentuk tingkah lakunya. Menurut Rachman (1998: 168) disiplin pada hakikatnya adalah pernyataan sikap mental dari individu maupun masyarakat yang mencerminkan rasa ketaatan, kepatuhan, yang didukung oleh kesadaran untuk menunaikan tugas dan kewajiban dalam rangka pencapaian tujuan.

  Istilah disiplin biasanya dikaitkan dengan keadaan tertib, artinya suatu keadaan di mana perilaku seseorang mengikuti pola-pola tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya (Soekanto, 1996). Sedangkan menurut Icksan (Widaya Mandala, 1997) disiplin adalah sikap mental yang baik yang secara ajek dilakukan berdasarkan norma yang baik, secara sadar serta atas keputusan sendiri yang diambil dengan bebas. Dari beberapa pengertian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa disiplin adalah sikap mental yang mengandung kerelaan untuk mematuhi semua ketentuan, peraturan, norma yang telah ditetapkan masyarakat (antara lain: orang tua, guru dan teman bermain) secara sadar dan atas keputusan sendiri.

2. Unsur-unsur Disiplin Diri

  Disiplin diri adalah perilaku yang sesuai dengan standar yang ditetapkan kelompok sosial di mana seseorang berada. Menurut Hurlock (1999: 84) ada empat unsur peraturan standar yang mempengaruhi disiplin diri: a. Perlunya peraturan sebagai pedoman perilaku disiplin Peraturan adalah pola kendali tingkah laku disiplin yang telah ditetapkanoleh lingkungan. Peraturan dapat ditetapkan oleh orang tua, guru, teman bermain dan pemegang otoritas lainnya. Tujuan adanya peraturan adalah membekali anak dengan pedoman perilaku yang disetujui dalam situasi tertentu. Peraturan dapat terjadi di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

  1) Peraturan keluarga, peraturan yang mendidik anak tentang apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan dalam hubungannya dengan anggota keluarga. Misalnya melaksanakan aturan yang ditetapkan orang tua, mengerjakan pekerjaan rumah pada jam-jam tertentu. 2) Peraturan sekolah, peraturan yang dikenakan kepada anak yang boleh dan tidak boleh dilakukan sewaktu berada di lingkungan sekolah.

  Misalnya melaksanakan peraturan dan tata tertib sekolah, mengikuti pelajaran di kelas, dan melaksanakan tugas lain di sekolah.

  3) Peraturan dalam masyarakat khususnya dalam lingkungan kelompok teman sebaya, peraturan yang mendidik anak tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilaksanakan dalam hubungannya dengan teman kelompok. Misalnya berhubungan dengan tanggung jawab, kerjasama, disiplin waktu, penyesuaian diri, dan saling menghargai antar agama. Peraturan mempunyai dua fungsi yang sangat penting dalam membantu anak menjadi makhluk yang bermoral. Pertama, peraturan mempunyai nilai mendidik, sebab peraturan memperkenalkan pada anak perilaku yang disetujui oleh anggota kelompok di mana anak tinggal.

  Kedua, peraturan membantu mengekang perilaku yang tidak diinginkan. Agar peraturan dapat memenuhi kedua fungsi di atas, peraturan yang dibuat hendaknya harus dimengerti, diingat dan diterima oleh anak.

  b. Perlunya konsistensi dalam penerapan peraturan Peraturan yang konsisten adalah yang tidak berubah-ubah, sehingga dapat mencapai kesamaan hasil. Konsistensi peraturan membuat anak tidak bingung mengenai apa yang diharapkan dari mereka. Konsisten dalam peraturan mempunyai peranan yang penting yaitu:

  1) Mempunyai nilai mendidik yang besar 2) Mempunyai nilai motivasi yang kuat 3) Mempertinggi penghargaan terhadap peraturan dan orang yang c. Perlunya hukuman untuk pelanggaran peraturan Anak yang dengan sengaja melanggar peraturan atau melakukan kesalahan akan mendapatkan hukuman sebagai konsekuensinya. Hukuman yang diberikan berfungsi sebagai:

  1) Sanksi dan peringatan agar anak tidak mengulangi tindakan tidak disiplin yang tidak diinginkan oleh masyarakat 2) Alat untuk memberikan motivasi agar di masa datang menghindari perilaku tidan disiplin yang tidak diinginkan oleh masyarakat d. Perlunya penghargaan untuk perilaku yang baik sejalan dengan peraturan yang berlaku Pemberian penghargaan menjadikan anak untuk berperilaku disiplin sesuai dengan harapan masyarakat, karena penghargaan mempunyai nilai mendidik dan sebagai motivasi untuk mengulangi perilaku yang disetujui oleh masyarakat (keluarga). Bentuk-bentuk penghargaan antara lain pujian, hadiah, dan perilaku istimewa. Hilangnya salah satu unsur di atas akan menyebabkan sikap yang negatif pada anak dan menimbulkan perilaku yang tidak sesuai dengan standar dan harapan sosial.

3. Manfaat Disiplin Diri

  Menurut Havighurst (Hurlock, 1999: 97) ada beberapa manfaat disiplin diri bagi anak, yaitu: a. Untuk menyadarkan kepada anak bahwa perilaku tertentu selalu akan diikuti hukuman, namun yang lain akan diikuti pujian.

  b. Untuk menyadarkan kepada anak suatu tingkatan penyesuaian yang wajar, tanpa menuntut konformitas yang berlebihan.

  c. Untuk membantu anak dalam mengembangkan pengendalian diri dan pengarahan diri, sehingga mereka dapat mengembangkan hati nurani untuk membimbing tindakan mereka. Gunarsa (2000: 136) menjelaskan manfaat utama disiplin adalah agar anak mengendalikan diri dengan lebih baik, maupun menghormati, dan mematuhi otoritas orang tua. Gunarsa menegaskan dalam mendidik anak perlu disiplin yaitu tegas dalam hal yang harus dilakukan, apa yang dilanggar, dan tidak boleh dilakukan. Dengan demikian dapat disimpulkan fungsi disiplin perlu dalam mendidik anak, supaya anak dengan mudah:

  1) Saling menghargai dan menghormati hak milik orang lain 2) Segera menjalankan kewajiban yang menjadi tanggung jawab 3) Dapat membedakan tingkah laku yang baik dan buruk 4) Belajar mengendalikan keinginan dan melaksanakan sesuatu tanpa ada perasaan takut 5) Belajar untuk berkorban demi kepentingan orang lain

D. Ketaatan Terhadap Peraturan Sebagai Wujud Disiplin Diri

  Dalam menjalankan peraturan, siswa bisa bertindak taat ataupun bertindak artinya menuruti, mematuhi, tidak melanggar. Jadi ketaatan adalah tingkah laku disiplin diri siswa yang sesuai dengan norma sosial yang berlaku di lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Untuk menjalankan ketaatan terhadap peraturan, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, (Adimassana, 2001: 36) yaitu:

1. Pedoman Moral

  Dalam menjalani hidup, setiap orang dipandu oleh dua macam pedoman moral yaitu: a. Pedoman Obyektif Adalah pedoman moral yang datang dari luar dirinya, berupa norma- norma moral yang menggariskan mana yang baik dan mana yang buruk menurut persepsi kelompok/masyarakat. Norma-norma moral ini ada yang berasal dari lingkup agama, ada yang berasal dari negara/pemerintah, dan ada yang berasal dari tradisi atau adat-kebiasaan masyarakat setempat.

  b. Pedoman Subyektif Adalah pedoman moral yang datang dari dalam diri kita sendiri, berupa hati nurani yang menggariskan mana yang baik dan mana yang buruk menurut persepsi masing-masing subyek. Secara umum norma-norma kelakuan dapat dibedakan menjadi tiga macam norma, yaitu: 1) Norma sopan-santun atau etiket Norma sopan-santun mempunyai bobot moral yang paling dangkal

Dokumen yang terkait

Tingkat kebiasaan belajar siswa dalam pelajaran ekonomi para siswa Kelas XI Program IPS SMA BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008.

0 0 88

Kegunaan bimbingan dan konseling menurut para siswa kelas II SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007 - USD Repository

0 0 71

Deskripsi tingkat konsep diri remaja kelas XI IPS SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2005/2006 dan implikasinya terhadap penyusunan topik-topik bimbingan kelompok - USD Repository

0 0 107

Tingkat disiplin diri siswi kelas II SMA Stella Duce 2 Yogyakarta dalam tata tertib sekolah tahun ajaran 2006/2007 - USD Repository

0 0 57

Kompetensi konselor yang diharapkan oleh para siswa Kelas XI SMA Bopkri 2 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 - USD Repository

0 0 96

Tingkat kedisiplinan para siswa putera dan puteri kelas VIII SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009 dalam peraturan sekolah - USD Repository

0 0 73

Tingkat komunikasi siswa dalam kegiatan-kegiatan kelompok para siswa kelas X SMA St. Mikael Sleman tahun ajaran 2008/2009 - USD Repository

0 0 74

Perbedaan kemampuan menyimak rekaman cerpen ``satu kecupan`` pada siswa kelas XI multimedia dan siswa kelas XI tekstil SMKN II Sewon Bantul Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 - USD Repository

0 0 148

Tingkat perilaku sosial siswa kelas X SMA St. Yosep Pangkal Pinang Bangka tahun ajaran 2007/2008 - USD Repository

0 0 87

Tingkat kebiasaan belajar siswa dalam pelajaran ekonomi para siswa Kelas XI Program IPS SMA BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 - USD Repository

0 0 86