IMPLEMENTASI CHILDREN FOREST PGROGAMME (CFP) DI DI MI MUHAMMADIYAH KARANGANYAR - Test Repository

  

IMPLEMENTASI CHILDREN FOREST

PROGRAMME (CFP) DI MI MUHAMMADIYAH

KARANGANYAR

  

Oleh

DANANG SETIAWAN

NIM. 12020160018

Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan

untuk gelar Magister Pendidikan

PROGRAM PASCASARJANA

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2018

  

IMPLEMENTASI CHILDREN FOREST

PROGRAMME (CFP) DI MI MUHAMMADIYAH

KARANGANYAR

  

Oleh

DANANG SETIAWAN

NIM. 12020160018

Tesis diajukan kepada Program Pascasarjana

  

Institut Agama Islam Negeri Salatiga

sebagai pelengkap persyaratan untuk

gelar Magister Pendidikan

Salatiga, 22 Maret 2018

  

Dr. Hj. Maslikhah,S.Ag., M.Si.PEMBIMBING

PROGAM PASCASARJANA

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

PROGRAM STUDI: PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

LEMBAR PERSETUJUAN TESIS

  Nama Mahasiswa : DANANG SETIAWAN NIM : 12020160018 Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Konsentrasi : - Tanggal Ujian : 26 Maret 2018 Judul Tesis : IMPLEMENTASI CHILDREN FOREST

  PROGRAMME ( CFP) DI MI MUHAMMADIYAH KARANGANYAR

  

Panitia Munaqosah Tesis

Ketua Sidang : Prof. Dr. Zakiyuddin, M.Ag.

  Sekretaris : Dr. Hj. Maslikhah, S.Ag., M.Si. Penguji I : Dr. Imam Sutomo, M.Ag. Penguji II : Dr. Winarno, M.Pd.

PERNYATAAN KEASLIAN

  “Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tesis ini merupakan hasil karya sendiri dan sepanjang pengetahuan dan keyakinan saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan yang telah dipublikasikan sebelumnya atau ditulis oleh orang lain, atau sebagian bahan yang pernah diajukan untuk gelar atau ijasah pada Institut Agama Islam Negeri Salatiga atau perguruan tinggi lainnya.”

  Salatiga, 22 Maret 2018 Yang membuat pernyataan Danang Setiawan

  

ABSTRAK

  Implementasi Children Forest Programme (CFP) di MI Muhammadiyah Karanganyar.

  Program peduli lingkungan Children Forest Programme atau (CFP) merupakan program penghijauan hutan anak-anak. Program ini merupakan salah satu program Organization for Industrial, Spiritual, and Cultural Advancement

  

(OISCA). Penelitian ini difokuskan pada sekolah yang memiliki Children Forest

Progamme (CFP). MIM Karanganyar dinilai berhasil menerapkan pendidikan

  lingkungan dalam kegiatan sehari-hari di sekolah dan menciptakan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan. Penelitian menjawab tiga rumusan masalah

  

petama, bagaimana konsep implementasi CFP di MIM Karanganyar; kedua,

  bagaimana pola kegiatan CFP di MIM Karanganyar; ketiga, bagaimana implikasi penerapan CFP terhadap perilaku peduli lingkungan di MIM Karanganyar.

  Metode Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif untuk memahami fenomena yang terjadi pada subyek penelitian, seperti perilaku, persepsi, motivasi, tindakan secara menyeluruh dan dengan cara deskripsi. Penelitian ini menghasilkan deskripsi serta analisis CFP. Pertama, program peduli lingkungan

  

CFP merupakan program penghijauan hutan anak-anak. Program ini merupakan

  salah satu program Organization for Industrial, Spiritual, and Cultural , pola kegiatan CFP MIM Karanganyar

  Advancement (OISCA); Kedua

  berdasarkan learning to know (belajar untuk mengetahui), learning to do (belajar untuk berbuat), learning to be (belajar membentuk jatidiri), learning to live

  

together (belajar untuk hidup bersama dan berdampingan); Ketiga, Implikasi

CFP MIM Karanganyar terhadap perilaku peduli lingkungan antara lain:

  memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan, menjaga dan menginformasikan perlunya melestarikan lingkungan sekolah, rumah tangga, dan masyarakat dengan secara sederhana

  Kata kunci: CFP (Children Forest Programme)

  

PRAKATA

  Segala puji dan syukur hanya kepada Allah SWT, yang maha pengasih dan penyayang, karena hanya dengan rahmat dan ridho-Nya, penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan judul: “Implementasi Children Forest Progamme di MI Muhammadiyah Karanganyar ”.

  Sholawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada junjungan kita Rasulullah SAW, yang telah membawa kita ke jalan yang lurus yaitu agama Islam, agama yang sangat dicintai Allah SWT.

  Penulis menyadari, tersusunnya penelitian ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Dan melalui kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1.

  Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Prof. Dr. H. Zakiyuddin, M.Ag, selaku Direktur Program Pascasarjana IAIN Salatiga sekaligus ketua sidang tesis yang selalu memberikan arahan dan bimbingan dalam penyelesaian studi ini.

  3. Dr. Hj. Maslikhah, S.Ag., M.Si selaku Kepala Program Studi S2 PGMI serta dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, fikiran serta pengarahan dan motivasi yang luar biasasehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik.ang selalu membantu, memberikan motivasi, arahan, bimbingan, dan tidak henti-hentinya untuk mendorong agar tesis ini segera diselesaikan.

  4. Seluruh dosen, karyawan dan karyawati Program Pascasarjana IAIN Salatiga.

  5. Bapak Sugih dan Ibu Hartini (almarhumah) selaku orang tua yang selalu membimbing dan memberikan motivasi serta adikku Tita Setiyani, S.Psi dan Satria yang saya sayangi.

  6. Riyan Muhammad Shafii, S.Sos.I yang selalu membantu baik tenaga, pikiran, waktu dan materi dalam proses penyusunan tesis ini.

  7. Rekan kerja Tentor Bimbingan Belajar dan Les Privat DSC (Danank Study Club) Salatiga yang selalu mendukung saya dalam menyelesaikan Studi S.2.

  8. Segenap Kepala Madrasah, Guru, Staff, Karyawan MI Muhammadiyah Karanganyar sebagai lokasi penelitian ini.

  9. Teman teman PGMI angkatan 2016 yang selalu mendukungku.

  Kepada mereka semua, tiada yang pantas untuk dihaturkan kecuali ucapan terimakasih, semoga amal baiknya mendapat balasan dari Allah SWT. Setelah melalui proses yang cukup panjang dan melelahkan, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Dan tentunya penelitian ini masih banyak kekurangan yang harus dikritisi demi perkembangan wacana dan kebaikan bersama.

  Akhirnya penulis memohon kepada Allah SWT, semoga buah karya ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi siapa saja yang membacanya, terutama Civitas Akademi IAIN Salatiga.

  Salatiga, 22 Maret 2018 Penulis, Danang Setiawan NIM. 12020160018

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii HALAMAN PERNYATAAN .......................................................................... iii ABSTRAK ....................................................................................................... iv PRAKATA ....................................................................................................... v DAFTAR ISI .................................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR....................................................................................... . viii DAFTAR SINGKATAN .................................................................................. ix DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... x BAB I PENDAHULUAN ................................................................................

  1 A. Latar Belakang ................................................................................ 1 B.

  Rumusan Masalah ........................................................................... 4 C. Signifikansi Penelitian .................................................................... 5 D. Kajian Pustaka ................................................................................ 6 E. Metode Penelitian ........................................................................... 17 F. Sistematika Penulisan............................................................. ........ 21

  BAB II KONSEP CHILDREN FOREST PROGRAMME (CFP) ................... 22 A. Konsep Children Forest Programme (CFP) .................................. 22 B. Konsep Children Forest Progamme (CFP) di MIM Karanganyar 25 BAB III POLA KEGIATAN CHILDREN FOREST PROGRAMME (CFP) ... 27 A. Pola Kegiatan Children Forest Programme (CFP) Di MI Muhammadiyah Karanganyar ........................................................ 27 B. Opini Guru, Kepala Sekolah Mengenai Children Forest Progamme (CFP) Di MI Muhammadiyah Karanganyar ............... 32 BAB IV IMPLIKASI PENERAPAN CHILDREN FOREST PROGRAMME

  

(CFP) TERHADAP PERILAKU PEDULI LINGKUNGAN .......................... 35

A.

  Perilaku Peduli Lingkungan ........................................................... 35 B. Implikasi CFP terhadap Perilaku Peduli Lingkungan .................... 36 C. Deskripsi Pola Perilaku Pedulian Lingkungan ............................... 38

  BAB V PENUTUP ......................................................................................... 39 A. Kesimpulan ..................................................................................... 39 B. Saran-saran ...................................................................................... 39 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 41 LAMPIRAN ..................................................................................................... 43 BIOGRAFI PENULIS ...................................................................................... 52

  

DAFTAR GAMBAR

  Gambar 4.1.Implementasi CFP di MI Muhammadiyah Karanganyar ............. 38

DAFTAR SINGKATAN

  CFP Children Forest Programme OISCA Organization for Industrial, Spiritual, and Cultural Advancement MIM MI Muhammadiyah

DAFTAR LAMPIRAN 1.

  Lembar Observasi CFP 2. Lembar Observasi Kepedulian Lingkungan 3. Dokumentasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

  watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU Sisdiknas,

  1 2010).

  Pendidikan Islam merupakan subsistem dalam pendidikan nasional, artinya tujuan yang akan dicapai sebenarnya merupakan pencapaian dari salah satu atau beberapa aspek dari tujuan pendidikan nasional. Pendidikan Islam dalam realitas di lapangan sebagian sekolah negeri dan atau swasta memberikan ruang lingkup aspek kognitif lebih dominan, sehingga peserta didik kurang mendapatkan pengalaman paraktik sesuai realitas kehidupan sehari-hari.Idealnya pelaksanaan pendidikan Islam dapat mengembangkan tiga domain dalam pendidikan yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Aspek psikomotorik menekankan pada pembiasaan untuk melaksanakan akhlaq terpuji dalam kehidupan sehari-hari. Penanaman nilai esensial dengan pembelajaran dan pendampingan diperlukan untuk siswa sebagai individu agar mampu memahami, mengalami dan mengintegrasikan nilai ke dalam kepribadiannya. Proses pembudayaan dan pemberdayaan nilai-nilai luhur dapat dilakukan dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Madrasah Ibtidaiyah sebagai salah satu jenjang 1 Departemen Pendidikan Nasional, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional , Jakarta: Depdiknas, 2003, 6. pendidikan formal memegang peranan penting untuk membangun kesadaran lingkungan. Peserta didik perlu mendapatkan pengetahuan sikap dan perilaku sebagai bagian dari internalisasi kebajikan yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk melahirkan cara pandang, berpikir, bersikap dan bertindak. Peserta didik dapat mengenali lingkungan alam sekitar sekaligus mendapatkan pengertian bahwa alam semesta ini sangat diperlukan bagi semua makhluk hidup, sehingga peserta didik terbangun kesadaran untuk peduli terhadap lingkungan. Peserta didik perlu untuk mengenali dan menyadari pentingnya nilai peduli lingkungan ini sejak dini, termasuk kepedulian terhadap hutan. Peserta didik dikenalkan dengan hutan mini yang disediakan di sekolah sebagai bagian dari penanaman nilai pengetahuan sekaligus dapat mensinergikan dengan domain afektif dan psikomotorik.

  Peserta didik pada jenjang pendidikan dasar secara ilmiah memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik pada dunia sekitar yang mengelilinya; senang bermain dan suka bergembira riang; suka mengatur dirinya untuk menangani berbagai hal; mengeksplorasi suatu situasi dan mencobakan usaha-usaha baru; terdorong untuk berprestasi dan tidak suka mengalami ketidakpuasan dan menolak kegagalan- kegagalan; belajar secara efektif ketika merasa puas dengan situasi belajar dengan cara bekerja, mengobservasi, berinisiatif, dan mengajak teman lainnya untuk mengikuti aktivitas yang dilakukan. Peserta pada jenjang pendidikan dasar ini memiliki potensi untuk dapat berinteraksi, memahami, merasakan, dan berperilaku peduli terhadap suatu obyek di lingkungan sekitar. Potensi yang dimiliki ini belum dapat dimanfaatkan dengan baik oleh sekolah di beberapa tempat termasuk pada MI Muhammadiyah Karanganyar.

  Program peduli lingkungan atau Children Forest Programme (CFP) merupakan program penghijauan hutan yang ditujukan kepada anak-anak di sekolah. Children Forest Programme sebagai bagian dari program Organization

  

for Industrial, Spiritual andCultural Advancement (OISCA) dengan motto

  Lindungilah Hutan dan Bumi Kita Bersama Anak-anak. Progam ini mengajak kepada seluruh lapisan masyarakat pada umumnya dan dunia pendidikan serta anak-anak khususnya untuk peduli pada hutan dan lingkungan guna menciptakan generasi baru yang peduli terhadap kelestarian lingkungan.

  MI Muhammadiyah Karanganyar dinilai berhasil menerapkan pendidikan lingkungan dalam kegiatan sehari-hari disekolah dan menciptakan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan melalui kegiatan CFP. Hal ini tidak terlepas dari kerja sama seluruh warga sekolah. Warga sekolah mengerti, memahami, dan menerapkan sikap, serta perilaku peduli lingkungan baik sebagai individu maupun sebagai bagian dari organisasi sekolah. MI Muhammadiyah Karanganyar telah memberi citra positif terhadap perkembangan pendidikan Islam di Kabupaten Karanganyar. Kendati tanpa tambahan label Sekolah Unggulan atau sejenisnya, madrasah ini telah mampu menampakkan citranya sebagai lembaga pendidikan Islam yang mengutamakan kualitas. MI Muhammadiyah Karanganyar sebagai lembaga pendidikan dasar dengan sarana pendukung yang lengkap selalu mengembangkan pola, arah dan peranan pendidikan yang diorganisasikan dalam empat pilar pendidikan yaitu: learning to know (belajar untuk mengetahui),

  

learning to do (belajar untuk berbuat), learning to be (belajar membentuk jatidiri),

  (belajar untuk hidup bersama dan berdampingan). Pilar

  learning to live together

  tersebut belum sepenuhnya dapat diimplementasikan pada program Children

  

Forest Progamme CFP . Potensi yang dimiliki oleh MI Muhammadiyah

  Karanganyar ini memiliki karakteristik dalam implementasi, pola yang digunakan, serta implikasi pada perilaku peduli terhadap keberadaan hutan di sekolah yang tidak dimiliki oleh sekolah pada jenjang pendidikan dasar serta dapat menjadi pedoman untuk sekolah lain memiliki Children Forest Progamme. Berdasarkan latar belakang tersebut perlu dilakukan penelitian tentang Implementasi Children Forest Programme (CFP) di MI Muhammadiyah Karanganyar.

B. Rumusan Masalah 1.

  Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang, maka permasalahan dalam penelitian dengan judul Implementasi Children Forest Programme (CFP) MI

  Muhammadiyah Karanganyar dapat diidentifikasi sebagai berikut: a. Progam kegiatan pembentuk karakter pada siswa Madrasah Ibtidaiyyah dalam bidang kepedulian lingkungan masih rendah; b.

  Ciri khas yang dimiliki anak usia pendidikan dasar seperti rasa ingin tahu, senang bermain dan lebih suka bergembira/riang, suka mengatur dirinya mengeksplorasi, terdorong untuk berprestasi, belajar dengan cara bekerja, mengobservasi, berinisiatif, dan mengajak teman lainnya untuk mengikuti aktivitas yang dilakukan masih belum dimanfaatkan dengan maksimal; c. Potensi yang dimiliki peserta didik dengan 4 pilar belum dapat diimplementasikan dengan baik pada CFP; d.

  Belum ada pola kegiatan yang dapaat digunakan sebagai panduan untuk melaksanakan CFP.

  2. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah pada implementasi Children Forest Programme (CFP) di MI Muhammadiyah Karanganyar.

  3. Rumusan Masalah a.

  Bagaimana konsep implementasi CFP di MIM Karanganyar? b.

  Bagaimana Pola Kegiatan CFP di MIM Karanganyar? c. Bagaimana implikasi penerapan CFP terhadap perilaku peduli lingkungan di MIM Karanganyar?

C. Signifikansi Masalah

  1. Tujuan Penelitian a.

  Mendeskripsikan konsep implementasi CFP di MIM Karanganyar; b.

  Menganalisispola kegiatan CFP di MIM Karanganyar; c. Menganalisis implikasi penerapan CFP terhadap perilaku peduli lingkungan di MIM Karanganyar

  2. Manfaat Penelitian a.

  Manfaat Teoretis 1)

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi bagi pengembangan khasanah keilmuan dan pengetahuan berkaitan dengan implementasi pendidikan karakter melalui CFP;

  2) Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk penelitian yang sejenis atau penelitian lebih lanjut yang juga membahas tentang CFP.

  b.

  Manfaat Praksis 1)

  Bagi Guru Bagi guru hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan evaluasi dan masukan dalam rangka pembinaan dan pengawasan terhadap siswa termasuk diri sendiri untuk lebih menyadari peran pentingnya dalam proses implementasi CFP;

  2) Bagi Kepala Sekolah

  Bagi kepala sekolah hasil penelitian ini diharapkan dapatmenjadi bahan evaluasi dan masukan dalam rangka pembinaan dan pengawasan terhadap semua warga sekolah berkaitan dengan pelaksanaan CFP;

  3) Bagi Peneliti

  Bagi peneliti hasil penelitian diharapkan memberi gambaran dan wawasan tentang implementasi nilai peduli lingkungan sebagai salah satu nilai dalam pendidikan karakter di lembaga pendidikan formal tingkat dasar untuk kemudian menjadi motivasi bagi diri sendiri dalam menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran tentang pentingnya sikap, perilaku, dan budaya peduli, sehat, bersih, serta ramah lingkungan.

D. Kajian Pustaka 1.

  Penelitian Terdahulu Sara Knight, International Journal For Cross-Disciplinary Subjects in

  Education (IJCDSE), Forest School as Away of Learning in the Outdoors in the UK . Jurnal ini membahas proyek sekolah hutan sebagai fasilitas

  pembelajaran di luar kelas. Hasil penelitian ini adalah analisis pengalaman sekolah hutan dalam proses pembelajaran yang berbeda dengan aturan

  2 pemerintihan Inggris.

  Mark Leather,Journal of Outdoor and Environment Education, A 2 Critique of Forest School, Something Lost in Translation . Jurnal ini membahas

  Sara Knight, “Forest School as Away of Learning in the Outdoors in the UK”, International Journal For Cross-Disciplinary Subjects in Education (IJCDSE) Volume 1, Number 1, (2011),

  , 590-595. kritik dan pendekatan sekolah hutan sebagai pendidikan di luar kelas di Inggris Hasil penelitian ini yaitu sekolah hutan berkontribusi dalam pendidikan

  3 lingkungan sampai saat ini dan terus berlanjut di Inggris.

  Deborah Carter, International Journal of Early Childhood Environment

  Education, A Nature Based Social Emotional Approach to Supporting Young Children’s Holistic Develpoment in Classroom with and without Walls: The Social Emotional Development (SEED) Framework . Jurnal ini membahas

  pendekatan sosial emosional berbasis alam untuk mendukung perkembangan anak usia dini. Hasil penelitian ini yaitu SEED menyediakan progam pendidikan lingkungan (sekolah hutan) untuk anak usia dini untuk mendukung kompetensi emosional sosial.

  Ko Nomura, International Journal of Educational Development, A

  perspective on education for sustainable development: Historical development of environmental education in Indonesia . Jurnal ini membahas perkembangan

  historis pendidikan lingkungan di Indonesia dengan penekanan pada sektor non-formal, dan menerapkan temuannya pada diskusi tentang pendidikan

  

4

untuk pembangunan berkelanjutan.

  Kara Crohn, Matthew Birnbaum, Evaluation and Program Planning,

  Environmental education evaluation: Time to reflect, time for change . Jurnal

  ini membahas evaluasi dalam pendidikan lingkungan pada keadaan politik

  3 Mark Leather, “A Critique of Forest School, Something lost in translation”,Journal of Outdoor and Environment Education, Volume 2, Number 1 (2016), 2-11. 4 Ko Nomura, “A perspective on education for sustainable development: Historical development of environmental education in Indonesia”, International Journal of Educational Development , Volume 25, Number 2, (2009), 144-148. yang berkaitan dengan penghematan di sektor publik dan meningkatnya keterlibatan warga dalam masalah lingkungan di wilayah mereka.

  5 Tiwi Kamidin, Azizi Muda, Samsilah Roslan Mohd Majid Konting, Ecopsychology Elements in Environmental Education as to Strengthen Attitudes towards the environment. Jurnal ini membahas dampak awal elemen

  ekopsikologi dalam pendidikan lingkungan untuk memperkuat sikap terhadap lingkungan di antara peserta pelatihan guru berdasarkan ranah pembelajaran afektif.

  6 2.

  Kerangka Teori a.

  Pendidikan Lingkungan Hidup Pendidikan yang baik mestinya mampu menghasilkan manusia yang beradab bukan siswa yang cerdas secara kognitif dan psikomotorik tapi miskin karakter atau budi pekerti luhur. Upaya penanaman nilai peduli lingkungan perlu melibatkan semua warga sekolah. Keterlibatan warga sekolah meliputi perawatan, pemanfaatan, pemeliharaan sarana dan prasarana serta lingkungan sekolah.

  Keterlibatan semua warga sekolah terutama peserta didik dalam perawatan, pemanfaatan, pemeliharaan sarana dan prasarana serta lingkungan sekolah sangat diperlukan dalam rangka membangun atau membentuk karakter peserta didik. Kondisi lingkungan sekolah yang bersih, indah, dan nyaman dengan melibatkan siswa secara aktif akan menumbuhkan rasa memiliki, tanggung jawab dan komitmen dalam dirinya 5 Kara Chorhn &

  Matthew, “Environmental education evaluation: Time to reflect, time for change ”, Evaluation and Program Planning, Volume 13, Number 4, (2010), 155-158.

6 Tiwi Kamidin,

  “Ecopsychology Elements in Environmental Education as to Strengthen

Attitudes towards the environment”, Journal of Asian Behavioural Studies, Volume 26, Nomer 6, (2016), 165-168. untuk memelihara semua itu. Seluruh warga sekolah, diharapkan peduli

  7 terhadap lingkungan sekolah, baik fisik maupun sosialnya.

  Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup

  8

  lainnya. Lingkungan hidup bagi manusia meliputi segala sesuatu yang ada di sekitarnya serta suasana yang berbentuk karena terjadinya interaksi di

  9

  antara elemen-elemen lingkungan tersebut. Nilai peduli lingkungan dapat diidentifikasi melalui tingkah laku/perbuatan nyata dalam kehidupan sehari-hari demi kelestarian lingkungan tersebut beserta keberlangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain. Lingkungan sebagai segala sesuatu yang ada di sekitar, hidup dan kehidupan manusia tidak pernah terlepas dari pengaruh lingkungan. Manusia memiliki tuntutan kebutuhan hidup mendorong manusia beradaptasi dengan lingkungan melalui berbagai cara sesuai kemampuan, bahkan dorongan ini tidak terbatas pada adaptasi, melainkan memotivasi memberdayakan melalui penyeimbangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

  Pendidikan Lingkungan mencakup area yang luas seperti pendidikan alam, ilmu biologi, konservasi, ekologi, pendidikan energi, lingkungan, kehutanan, pendidikan global, pendidikan kelautan, sumber daya alam, pendidikan luar, pendidikan kependudukan, sains dan masyarakat, biologi 7 sosial, konservasi tanah, pembangunan berkelanjutan, pertanian, botani,

  Kemendiknas, Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter, Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan, 2011, 69. 8 Yudhi Utomo, Pendidikan Lingkungan Hidup, Malang: Lembaga Penelitian Universitas Negeri Malang, 2009, 1-2. 9 Mukhlis Akhadi, Ekologi Energi Mengenali Dampak Lingkungan dalam Pemanfaatan Sumber-Sumber Energi , Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009, 1. konservasi, pendidikan konservasi, kehutanan penggunaan lahan, industri kayu, sumber daya alam, pembibitan (hortikultura), penghasutan tanah,

  10 pemahat tanah, pepohonan, pengelolaan margasatwa.

  Nilai peduli lingkungan sebagaimana dimaksud dalam pendidikan karakter merupakan nilai berarti berguna, mampu akan, berdaya, berlaku, dan kuat. Nilai adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu dapat disukai, diinginkan, berguna, dihargai, dan dapat menjadi objek kepentingan. Nilai dianggap sebagai “keharusan” suatu cita yang menjadi dasar bagi keputusan yang diambil oleh seseorang. Nilai-nilai itu merupakan bagian kenyataan yang tidak dapat dipisahkan atau diabaikan. Setiap orang bertingkah laku sesuai dengan seperangkat nilai, baik nilai yang sudah merupakan hasil pemikiran yang tertulis maupun yang belum.

  Bagi manusia, nilai dijadikan landasan, alasan atau motivasi dalam

  11 menetapkan perbuatannya.

  Hal ini menunjuk pada sifat ideal nilai yang perlu direalisasikan dalam bentuk fakta yang bersifat nyata pada diri siswa dalam sebuah lembaga pendidikan. Nilai peduli lingkungan lebih cenderung pada lingkungan alam yang dimaknai sebagai segala sesuatu yang ada dalam dunia ini yang bukan manusia, seperti rumah, tumbuh-tumbuhan, air, iklim, dan hewan yang berada di sekitar manusia yang dengan cara tertentu mempengaruhi terhadap dan dipengaruhi oleh kehidupan, termasuk tingkah laku manusia serta kelestariannya sendiri.

  10 Kirubakaran Samuel, Environmental Education, Curriculum and Teaching Methods, New Delhi: Sarop and Sons, 2007, 12-13. 11 Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian AnakPeran Moral Intelektual, Emosional, dan Sosial Sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri , Jakarta: Bumi Aksara, 2006,29.

  Pada dimplementasi nilai peduli lingkungan di tingkat satuan pendidikan dilakukan berdasarkan grand design (strategi pelaksanaan) dari Kemendiknas yang tercantum dalam Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter di Sekolah. Strategi pelaksanaan pendidikan karakter di tingkat satuan pendidikan yang dikemukakan Kemendiknas terdapat program pengembangan diri, perencanaan dan pelaksanaan pendidikan karakter dilakukan melalui pengintegrasian ke dalam kegiatan sehari-hari di sekolah. Integrasi tersebut dilakukan melalui kegiatan rutin, spontan, dan pembudayaan di sekolah. i.

  Kegiatan rutin Kegiatan rutin merupakan kegiatan yang dilakukan siswa secara terus-menerus dan konsisten setiap saat misalnya, piket kelas, pemeriksaan kebersihan badan setiap hari Senin, dan sebagainya. ii.

  Kegiatan spontan Kegiatan spontan dapat dimengerti bahwa pelaksanaan kegiatan dilakukan secara spontan pada saat itu juga. Kegiatan spontan biasanya dilakukan berkaitan dengan sikap atau perilaku positif maupun negatif. Kegiatan spontan terhadap sikap dan perilaku positif dilakukan sebagai bentuk tanggapan sekaligus penguatan atas sikap dan perilaku positif siswa. Hal ini dilakukan untuk menegaskan bahwa sikap dan perilaku siswa yang positif tersebut sudah baik dan perlu dipertahankan sehingga dapat dijadikan teladan bagi teman-teman yang lain. Kegiatan spontan terhadap sikap dan perilaku negatif dilakukan sebagai bentuk pemberian pengertian dan bimbingan bagaimana sikap dan perilaku yang baik. a.

  Pembudayaan di Sekolah Pembudayaan di sekolah memiliki cakupan yang luas, meliputi ritual, harapan, hubungan, demografi, kegiatan kurikuler, kegiatan ekstrakurikuler, proses pengambilan keputusan, kebijakan maupun interaksi sosial antarkomponen di sekolah. Budaya sekolah merupakan suasana kehidupan sekolah tempat siswa berinteraksi dengan sesamanya, guru dengan guru, konselor dengan sesamanya, pegawai administrasi dengan sesamanya, dan antaranggota kelompok masyarakat sekolah. Interaksi internal kelompok dan antarkelompok terikat oleh berbagai aturan, norma, moral serta etika bersama yang berlaku di suatu sekolah. Pengembangan nilai-nilai pendidikan karakter dalam budaya sekolah ini meliputi kegiatan-kegiatan yang dilakukan kepala sekolah, guru, konselor, tenaga administrasi ketika berkomunikasi dengan siswa dan

  12

  menggunakan fasilitas sekolah. Secara umum, pendidikan merupakan interaksi antara faktor-faktor yang terlibat di dalamnya guna mencapai tujuan pendidikan. Interaksi faktor-faktor tersebut secara jelas dapat tersaksi dalam proses belajar, yaitu ketika pendidik mengajarkan nilai-nilai, ilmu, dan keterampilan pada peserta didik, sementara peserta didik menerima pengajaran tersebut. Sasaran proses pendidikan tidak sekadar pengembangan intelektualitas peserta didik dengan memasok pengetahuan sebanyak mungkin, pendidikan merupakan proses pemberian 12 pengertian, pemahaman, dan penghayatan sampai pada pengamalan

  Kemendiknas, Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter, Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan, 2011,14-18. yang diketahuinya. Tujuan tertinggi dari pendidikan adalah pengembangan kepribadian peserta didik secara menyeluruh dengan mengubah perilaku dan sikap peserta didik dari yang bersifat negatif ke positif, dari yang destruktif ke konstruktif, dari berakhlak buruk ke akhlak mulia, termasuk mempertahankan karakter baik yang

  13 disandangnya.

  b.

  Pengertian Empat Pilar Pendidikan Dalam upaya meningkatkan kualitas suatu bangsa dapat dilakukan melalui peningkatan mutu pendidikan. Perserikatan Bangsa-

  Bangsa melalui lembaga UNESCO (United Nations, Educational,

  Scientific and Cultural Organization) yang bergerak dibidang

  pendidikan, pengetahuan dan budaya mencanangkan empat pilar pendidikan yakni: (i) learning to Know, (ii) learning to do (iii) learning

  to be, dan (iv) learning to live together. Keempat pilar tersebut secara sinergi membentuk dan membangun pola pikir pendidikan di Indonesia.

  Adapun empat pilar tersebut adalah sebagai berikut: i. Learning to Know

  Pilar pertama ini memeliki arti bahwa para peserta didik dianjurkan untuk mencari dan mendapatkan pengetahuan sebanyak- banyaknya, melalui pengalaman-pengalaman. Hal ini akan dapat memicu munculnya sikap kritis dan semangat belajar peserta didik meningkat. Learning to know selalu mengajarkan tentang arti 13 pentingnya sebuah pengetahuan, karena didalam learning to know Zaini, Pilar-pilar Pendidikan Karakter Islami, Bandung: Gunung Djati Press, 2013, 5-6. terdapat learning how to learn, artinya peserta didik belajar untuk memahami apa yang ada di sekitarnya, karena itu adalah proses belajar.

  Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

  Belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya.

  Dari dua pendapat diatas menunjukkan bahwa belajar bukan saja berasal dari bangku sekolahan saja tetapi belajar dapat terjadi melalui interaksi dengan lingkungan. Belajar bukan hanya dinilai dari segi hasilnya saja, melainkan dinilai dari segi proses, bagaimana cara anak tersebut memperoleh pengetahuan, bukan apa yang diperoleh anak tersebut.

  Learning to know juga mengajarkan tentang atau yang disebut

  dengan belajar sepanjang hayat. Arti pendidikan sepanjang hayat (long life education) adalah bahwa pendidikan tidak berhenti hingga individu menjadi dewasa, tetapi tetap berlanjut sepanjang hidupnya. Pendidikan di sekolah merupakan kelanjutan dalam keluarga. Sekolah merupakan lembaga tempat dimana terjadi proses sosialisasi yang kedua setelah keluarga, sehingga mempengaruhi pribadianak dan perkembangan sosialnya. Sekolah diselenggarakan secara formal. Di sekolah anak akan belajar apa yang ada di dalam kehidupan, dengan kata lain sekolah harus mencerminkan kehidupan sekelilingnya. Oleh karena itu, sekolah tidak boleh dipisahkan dari kehidupan dan kebutuhan

  14 masyarakat sesuai dengan perkembangan budayanya.

  ii. Learning to Do Pilar kedua menekankan pentingnya interaksi dan bertindak.

  Belajar untuk menerapkan ilmu yang didapat, bekerja sama dalam sebuah tim guna untuk memecahkan masalah dalam berbagai situasi dan kondisi. Learning to do berkaitan dengan kemampuan hard skill dan soft skill. Soft skill dan hard skill sangat penting dan dibutuhkan dalam dunia pendidikan, karena sesungguhnya pendidikan merupakan bagian terpenting dari proses penyiapan SDM (Sumber Daya Manusia) yang berkualitas, tangguh, dan terampil dan siap untuk mengikuti tuntutan zaman. Peserta didik sebagai hasil dari produk pendidikan memang harus dituntut memiliki kemampuan soft skill dan hard skill. iii. Learning to Be

  Pilar ketiga artinya bahwa pentingnya mendidik dan melatih peserta didik agar menjadi pribadi yang mandiri dan dapat mewujudkan apa yang peserta didik impikan dan cita-citakan. Penguasaan pengetahuan dan keterampilan (soft skill dan hard skill) merupakan bagian dari proses menjadi diri sendiri (learning to be). Menjadi diri sendiri dapat diartikan sebagai proses pemahaman terhadap kebutuhan dan jati diri. Belajar untuk berperilaku sesuai dengan norma-norma dan kaidah yang berlaku di masyarakat, belajar menjadi orang yang berhasil, sesungguhnya merupakan proses pencapaian aktualisasi diri. 14 Learning to be sangat erat kaitannya dengan bakat, minat, Abu Ahmadi, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004, 128.

  perkembangan fisik, kejiwaan anak serta kondisi lingkungannya. Misal : bagi siswa yang agresif, akan menemukan jati dirinya bila diberi kesempatan cukup luas untuk berkreasi. Dan sebaliknya bagi siswa yang pasif, peran guru sebagai fasilitator bertugas sebagai petunjuk arah sekaligus menjadi mediator bagi peserta didik. Hal ini sangat diperlukan untuk menumbuh kembangkan potensi diri peserta didik secara utuh dan maksimal. Selain itu, pendidikan juga harus bermuara pada bagaimana peserta didik menjadi lebih manusiawi, menjadi manusia yang berperi kemanusiaan. iv. Learning to Live Together

  Pilar terakhir artinya menanamkan kesadaran kepada para peserta didik bahwa mereka adalah bagian dari kelompok masyarakat. jadi, mereka harus mampu hidup bersama. Dengan makin beragamnya etnis di Indonesia, kita perlu menanamkan sikap untuk dapat hidup bersama. Pada pilar keempat ini, kebiasaan hidup bersama, saling menghargai, terbuka, memberi dan menerima perlu dikembangkan di sekolah. Dengan kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik, sebagai hasil dari proses pembelajaran, dapat dijadikan sebagai bekal untuk mampu berperan dalam lingkungan di mana individu tersebut berada, dan sekaligus mampu menempatkan diri sesuai dengan perannya.

  Pemahaman tentang peran diri dan orang lain dalam kelompok belajar merupakan bekal dalam bersosialisasi di masyarakat (learning to live

  

together) . Untuk itu, pembelajaran di lembaga formal dan non formal

  harus diarahkan pada peningkatan kualitas dan kemampuan intelektual dan profesional serta sikap dalam hal ini adalah kemampuan hard skill dan soft skill. Dengan kemampuan dan sikap manusia Indonesia yang demikian maka pada gilirannya akan menjadikan masyarakat Indonesia masyarakat yang bermartabat di mata masyarakat.

  15 E.

   Metode Penelitian 1.

  Jenis dan Sifat Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, yakni penelitian yang bertujuan untuk memahami fenomena yang terjadi pada subyek penelitian, seperti perilaku, persepsi, motivasi, tindakan secara menyeluruh dan dengan cara deskripsi.

16 Penelitian ini menggunakan teknis analisis

  deskriptif karena dalam melakukan penelitian tidak menggunakan angka- angka statistik, melainkan penelitian yang berangkat dari fakta-fakta dan peristiwa yang konkret, baik alamiah maupun rekayasa.

  17 2.

  Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di MIM Karanganyar. Penelitian dilaksanakan mulai pada 4 Desember 2017 s.d 10 Maret 2018.

  3. Sumber Data Sumber yang memuat informasi atau data tersebut Kepala Madrasah

  MIM Karanganyar, guru kelas dan guru pembimbing, orang tua, siswa dan dokumentasi tentang pelaksanaan CFP di MIM Karanganyar.

  4. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dengan menggunakan tiga metode berikut: a.

  Observasi

  15 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: Rosda Karya, 2004, 144-146. 16 Lexy Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009, 6. 17 Nana Syaoidih, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010, 72.

  Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis

  18

  atas fenomena-fenomena yang diteliti. Observasi dilakukan untuk mengamati proses pelaksanaan CFP di MIM Karanganyar tentang implementasi, pola, dan implikasi penerapan CFP.

  b.

  Wawancara Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh

  19 pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.

  Wawancara dilakukan secara langsung antara peneliti dengan subyek yang diteliti. Wawancara yang dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara tentang pelaksananaan CFP kepada kepala sekolah, guru, dan peserta didik di MIM tentang implementasi, pola, dan implikasi penerapan CFP c. Dokumentasi

  Dokumentasi adalah metode yang menggunakan data yang sudah tersedia yang berupa data verbal maupun nonverbal.

  Dokumentasi berupa data yang terdapat pada indeks prestasi siswa, surat-surat, catatan harian, jurnal, kenang-kenangan, laporan- laporan, dan sebagainya untuk kelengkapan data

  20

  penelitian. Dokumentasi yang digunakan berupa dokumen yang berkaitan dengan pelaksanaan CFP di MIM Karanganyar.

  5. 18 Uji Keabsahan Data 19 Sutrisno Hadi,Metodologi Research, Jilid 2, Yogyakarta: Andi, 2004, 151.

  Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2001, 132. 20 Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: Gramedia, 1989, 129.

  Dalam pengujian keabsahan data, metode penelitian kualitatif menggunakan istilah yang berbeda dengan penelitian kuantitatif. Jadi uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility (validitas interval), transferability (validitas eksternal), dependability (reliabilitas), dan conformability (obyektivitas).

  a.

  Uji Kredibilitas Pada dasarnya menggantikan konsep validitas internal dari nonkualitatif. Kriterium ini berfungsi pertama, melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai; kedua, mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti.

  b.

  Pengujian Transferability Sebagai persoalan yang empiris bergantung pada kesamaan antara konteks pengirim dan penerima. Untuk melakukan pengalihan tersebut seorang peneliti hendaknya hendaknya mencari dan mengumpulkan kejadian empiris tentang kesamaan konteks.

  Dengan demikian peneliti bertanggung jawab untuk menyediakan data deskriptif secukupnya jika ingin membuat keputusan tentang pengalihan tersebut. Peneliti harus melakukan penelitian untuk memastikan usaha memverifikasi tersebut. Nilai transfer ini berkenaan dengan pertanyaan, Penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain. Oleh karena itu, supaya orang lain dapat memahami hasil penelitian kualitatif ada kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian tersebut, maka penelitian dalam membuat laporannya harus memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya.

  Keteralihan dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan cara menyusun (thick description) berdasarkan pada pengetahuan seseorang peneliti tentang konteks pengertian dan konteks penerimaan. Peneliti bertanggungjawab terhadap penyediaan dasar secukupnya yang memungkinkan seseorang merenungkan suatu aplikasi pada penerima sehingga memungkinkan adanya pembandingan.

  c.

  Pengujian Dependability Uji dependability dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian.Konsep kebergantungan lebih luas dari pada realibilitas, hal tersebut disebabkan peninjauan yang dari segi bahwa konsep itu diperhitungkan pada realibilitas itu sendiri ditambah faktor-faktor lainya yang tersangkut. Auditing adalah konsep bisnis, khususnya di bidang fiskal yang dimanfaatkan untuk memeriksa kebergantungan dan kepastian data. Hal itu dilakukan baik terhadap proses maupun terhadap hasil atau keluaran.Penelusuran audit (audit trail) tidak dapat dilaksanakan apabila tidak dilengkapi dengan catatan-catatan pelaksanaan keseluruhan proses dan hasil studi.

  d.

  Pengujian Konfirmability Uji conformability mirip dengan uji dependability, sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Pada penelitian ini, pemeriksaan keabsahan data menggunakan teknik triangulasi.