Deskripsi tingkat kepercayaan diri siswa-siswi kelas VIII SMP Negeri I Tepus Gunung Kidul Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan klasikal.

(1)

vi ABSTRAK

DESKRIPSI TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI SISWA-SISWI KELAS VIII SMP NEGERI I TEPUS GUNUNG KIDUL YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2007/2008 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL

Ida Widyaningsih Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2008

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepercayaan diri siswa-siswi kelas VIII SMP Negeri I Tepus Tahun Ajaran 2007/2008 dan memberikan masukan kepada sekolah melalui usulan topik-topik bimbingan klasikal yang akan diberikan kepada guru Bimbingan dan Konseling.

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survei. Subjek penelitian ini adalah siswa/i kelas VIII SMP Negeri I Tepus Tahun Ajaran 2007/2008 yang berjumlah 144 siswa. Peneliti memakai sampel sebanyak 60 siswa. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner tingkat kepercayaan diri, yang terdiri dari 82 item yang disusun oleh peneliti. Teknik analisis data yang digunakan adalah Penilaian Acuan Patokan (PAP) tipe I.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan diri siswa/i SMP Negeri I Tepus Tahun Ajaran 2007/2008 : 1 siswa (1,67%) memiliki tingkat kepercayaan diri “sangat tinggi”; 9 siswa (15%) memiliki tingkat kepercayaan diri “tinggi”; 48 siswa (80,00%) memiliki tingkat kepercayaan diri “cukup”; 2 siswa (3,33%) memiliki tingkat kepercayaan diri “rendah”; dan tidak ada siswa yang memiliki tingkat kepercayaan diri “sangat rendah”.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat kepercayaan diri siswa-siswi kelas VIII SMP Negeri I Tepus Tahun Ajaran 2007/2008 termasuk dalam kategori “cukup”. Dari hasil penelitian disusun usulan topik-topik bimbingan pribadi-sosial dalam bentuk bimbingan klasikal untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa/i kelas VIII SMP Negeri I Tepus.


(2)

vii ABSTRACT

DESCRIPTION OF THE SELF-CONFIDENCE LEVEL OF THE VIII GRADE STUDENTS OF STATE JUNIOR HIGH SCHOOL I TEPUS GUNUNG KIDUL

YOGYAKARTA ACADEMIC YEAR OF 2007/2008 AND ITS

IMPLICATIOAN TOWARD THE PROPOSALS OF CLASICAL GUIDANCE TOPICS

Ida Widyaningsih Sanata Dharma University

Yogyakarta 2008

This research aimed to know the self-confidence level of VIII grade students in State Junior High School I Tepus in Academic year of 2007/2008 and to give the inputs toward the school through the proposal of classical guidance topics which will be given by the guiding and counseling teachers.

This research included descriptive research by using survey method. The subjects in this research were the VIII grade students in State Junior High School I Tepus in Academic year of 2007/2008 by the amount of 144 students. The researcher used samples of 60 students. The instrument used was question of self-confidence level, comprised of 82 items which has been arranged by the researcher. The technique of data analysis used was Standard Reference Evaluation type one (PAP I).

The result of this research revealed that the self-confidence level of students in State Junior High School I Tepus in Academic year of 2007/2008: 1 student (1,67%) had the ‘very high’ confidence level; 9 students (15,00%) had ‘high’ self-confidence level; 48 students (80,00%) had ‘appropriate’ self-self-confidence level; 2 students (3,33%) had ‘low’ self-confidence level; and there are no students that have ‘very low’ self-confidence level.

By such condition, it could be concluded that the self-confidence level of the VIII grade students in State Junior High School I Tepus in Academic Year of 2007/2008 included in the ‘appropriate’ category. From the result of this research, it was arranged the proposal concerning on the guiding topics of private-social in the shape of classical guidance to increase the self-confidence level of the VIII grade students in State Junior High School I Tepus.


(3)

DESKRIPSI TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI SISWA-SISWI KELAS VIII SMP NEGERI I TEPUS GUNUNG KIDUL YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2007/2008 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun Oleh: Ida Widyaningsih

031114029

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2008


(4)

(5)

(6)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Aku percaya pada diriku dan

kemampuanku untuk mencapai tujuanku

karena dalam diriku ada kekuatan yang

lebih besar dari diriku yang menjadikan

segala yang kuangankan dengan penuh

keyakinan dapat menjadi kenyataan.

(Carmen Pernia)

kupersembahkan karya ini untuk: Tuhan Yesus yang selalu setia mendampingiku, Bunda Maria tercinta, bapak ibuku,kakakku,

serta sahabat-sahabatku yang selalu memberikan dukungan.


(7)

(8)

vi ABSTRAK

DESKRIPSI TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI SISWA-SISWI KELAS VIII SMP NEGERI I TEPUS GUNUNG KIDUL YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2007/2008 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL

Ida Widyaningsih Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2008

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepercayaan diri siswa-siswi kelas VIII SMP Negeri I Tepus Tahun Ajaran 2007/2008 dan memberikan masukan kepada sekolah melalui usulan topik-topik bimbingan klasikal yang akan diberikan kepada guru Bimbingan dan Konseling.

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survei. Subjek penelitian ini adalah siswa/i kelas VIII SMP Negeri I Tepus Tahun Ajaran 2007/2008 yang berjumlah 144 siswa. Peneliti memakai sampel sebanyak 60 siswa. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner tingkat kepercayaan diri, yang terdiri dari 82 item yang disusun oleh peneliti. Teknik analisis data yang digunakan adalah Penilaian Acuan Patokan (PAP) tipe I.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan diri siswa/i SMP Negeri I Tepus Tahun Ajaran 2007/2008 : 1 siswa (1,67%) memiliki tingkat kepercayaan diri “sangat tinggi”; 9 siswa (15%) memiliki tingkat kepercayaan diri “tinggi”; 48 siswa (80,00%) memiliki tingkat kepercayaan diri “cukup”; 2 siswa (3,33%) memiliki tingkat kepercayaan diri “rendah”; dan tidak ada siswa yang memiliki tingkat kepercayaan diri “sangat rendah”.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat kepercayaan diri siswa-siswi kelas VIII SMP Negeri I Tepus Tahun Ajaran 2007/2008 termasuk dalam kategori “cukup”. Dari hasil penelitian disusun usulan topik-topik bimbingan pribadi-sosial dalam bentuk bimbingan klasikal untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa/i kelas VIII SMP Negeri I Tepus.


(9)

vii ABSTRACT

DESCRIPTION OF THE SELF-CONFIDENCE LEVEL OF THE VIII GRADE STUDENTS OF STATE JUNIOR HIGH SCHOOL I TEPUS GUNUNG KIDUL

YOGYAKARTA ACADEMIC YEAR OF 2007/2008 AND ITS

IMPLICATIOAN TOWARD THE PROPOSALS OF CLASICAL GUIDANCE TOPICS

Ida Widyaningsih Sanata Dharma University

Yogyakarta 2008

This research aimed to know the self-confidence level of VIII grade students in State Junior High School I Tepus in Academic year of 2007/2008 and to give the inputs toward the school through the proposal of classical guidance topics which will be given by the guiding and counseling teachers.

This research included descriptive research by using survey method. The subjects in this research were the VIII grade students in State Junior High School I Tepus in Academic year of 2007/2008 by the amount of 144 students. The researcher used samples of 60 students. The instrument used was question of self-confidence level, comprised of 82 items which has been arranged by the researcher. The technique of data analysis used was Standard Reference Evaluation type one (PAP I).

The result of this research revealed that the self-confidence level of students in State Junior High School I Tepus in Academic year of 2007/2008: 1 student (1,67%) had the ‘very high’ confidence level; 9 students (15,00%) had ‘high’ self-confidence level; 48 students (80,00%) had ‘appropriate’ self-self-confidence level; 2 students (3,33%) had ‘low’ self-confidence level; and there are no students that have ‘very low’ self-confidence level.

By such condition, it could be concluded that the self-confidence level of the VIII grade students in State Junior High School I Tepus in Academic Year of 2007/2008 included in the ‘appropriate’ category. From the result of this research, it was arranged the proposal concerning on the guiding topics of private-social in the shape of classical guidance to increase the self-confidence level of the VIII grade students in State Junior High School I Tepus.


(10)

viii

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan yang maha kasih atas penyertaan-Nya selama kegiatan perkuliahan terutama pada saat penulisan skripsi ini. Karena kasih-Nyalah penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini dengan lancar.

Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah memberikan bantuan selama penulisan skripsi ini. Untuk itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Dra. Caecilia Larasati Milburga C.B, M.Ed. selaku Dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dengan sabar dan tekun sampai akhir penulisan skripsi ini.

2. Panitia penguji skripsi yang memberikan kesempatan kepada penulis untuk mempertanggungjawabkan dan mempertahankan skripsi ini.

3. Ibu Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si. selaku Kaprodi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan ijin untuk menulis skripsi ini.

4. Bapak Drs. Sunaryo sebagai Kepala Sekolah SMP Negeri I Tepus, Gunung Kidul yang telah memberikan ijin penelitian skripsi ini.

5. Siswa-Siswi SMP Negeri I Tepus, Gunung Kidul yang telah membantu penulis dalam mengisi kuesioner untuk penelitian skripsi ini.

6. Segenap Dosen Prodi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang dengan sabar mendidik, mendampingi, dan membimbing penulis selama di bangku kuliah


(11)

ix

sehingga penulis mendapatkan ilmu yang berharga dan bermanfaat bagi kehidupan di masa depan.

7. Bapak, ibu,dan kedua kakakku (Mas Is dan Mbak Yuli serta adik kecil yang baru dikandung) yang selalu memberikan dukungan, semangat, dan doa kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.

8. Pak Sinurat, Rm Sigit, Mas Fajar, Rm. Warsito, Mas Lukas yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini sehingga dapat tersusun dengan baik.

9. Andreas Tri Wiharyanto tercinta yang selalu memberikan semangat dan dukungan kepada penulis sehingga penulis dapat mengikuti ujian dengan lancar dan dapat menyusun skripsi ini dengan baik.

10. Sahabat-sahabat penulis, Putri, Erna, Hayu, Heny, Yesi, Sr, Gaudentia, mbak Cicil, mbak Emi, mbak Tety, mbak Ema, Ratna, Vita, Uly, Trias yang selalu mendampingi dan memberikan dukungan kepada penulis.

11. Teman-teman angkatan 2003, Asep, Pitra, Siska, Ayu, Yesi, Hayu, Dewi, Angga, Allel, Tina, Vera, Putri, Heny, Sr. Eme, Sr. Gaudentia, Rusdwiana, Andang, Magna, Erna, Lita, Berta, Bismo, Bayu, Pipit, Tutus, Mandus, Mas gugun,Bertus, Sr. Cipriana, Dian, Wulan, Ari, Sonya, Arjuna, Agung, Rosa yang selalu berjuang bersama selama kuliah dan selalu memberikan warna dalam perjalanan hidup ini.


(12)

x

12. Teman-teman G&C, Mas gugun, Erna, Mandus, Sepri, Shinta, Leny, Sigit, Sr.Yus, Priska, Aca, Ardi, Br.Cahyo, Hendra, Mas ino, Mbak Cicil, Donal, Mas Bangun yang selalu memberikan keceriaan dan dukungan dalam berjuang bersama.

13. Sahabat-sahabat penulis Mudika Paroki Kelor, Bowo, Fendy, Winda, Son, Restu, Tari, Santi, Dyan, Andre, Riya, Yuyud, Rm Ari, Rm. Tri yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.

14. Teman-teman kos, Uly, Lya, Dyan, Mbak Aunun, Mbak Iin, Ayu, Nia, Veny, Mbak Titin, Mas Yana, Ibu Mul, dan adik kecil Salsabila yang selalu menemani penulis, memberikan semangat, dukungan, dan nasehat.

15. Ardian, Mas Joko, Mas Agus, Wawan, Bowo, Bismo, Mas Andre yang telah memberikan semangat, dukungan kepada penulis dan telah mengisi kehidupan sehari-hari penulis sehingga penulis menjadi dewasa dengan kehadiran mereka.

Pada akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Semoga karya yang sangat sederhana ini memberi manfaat bagi semua pembaca pada umumnya dan bagi penulis khususnya.


(13)

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………..i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………ii

HALAMAN PENGESAHAN………..…iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN………..iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………....v

ABSTRAK………vi

ABSTRACT………vii

KATA PENGANTAR………viii

DAFTAR ISI………..………. xi

DAFTAR LAMPIRAN……….……… xiv

DAFTAR TABEL ………..…………... xv

BAB I. PENDAHULUAN………1

A. Latar Belakang ………..………1

B. Rumusan Masalah………..………6

C. Tujuan Penelitian………..……….6

D. Manfaat penelitian………..………...6

E. Definisi Operasional………..………7

BAB II. KAJIAN PUSTAKA……….………...9

A. Kepercayaan Diri………..……….9


(14)

xii

2. Ciri-Ciri Orang yang Percaya Diri………..…...11

3. Aspek-Aspek Kepercayaan Diri………..………..14

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Kepercayaan diri.……..18

5. Cara Untuk Mengembangkan Kepercayaan Diri……….…….22

B. Remaja………..………...28

C. Bimbingan Klasikal………..………...31

1. Pengertian Bimbingan Klasikal………..…………...31

2. Tujuan Pelayanan Bimbingan Klasikal……….……32

3. Manfaat Bimbingan Klasikal……….………....33

4. Ragam Bimbingan………..………...34

BAB III. METODE PENELITIAN………..………...36

A. Jenis Penelitian………..………..36

B. Subyek Penelitian………..………..36

C. Instrumen Penelitian………..………..37

1. Kuesioner tentang Kepercayaan Diri Siswa/i SMP Negeri I Tepus……. 37

2. Pemberian Skor………..………40

3. Validitas dan Reliabilitas…………..……….41

D. Prosedur Pengumpulan Data………..………..48

1. Tahap uji Coba Kuesioner………..………...48

2. Tahap Penelitian……….………...48


(15)

xiii

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………..…..52

A. Hasil Penelitian Tingkat Kepercayaan Diri Siswa/i Kelas VIII SMP Negeri I Tepus Tahun Ajaran 2007/2008………..…...52

B. Pembahasan……….………53

BAB V. TOPIK BIMBINGAN KEPERCAYAAN DIRI YANG PERLU DIBERIKAN KEPADA PARA SISWA/I KELAS VIII SMP NEGERI I TEPUS TAHUN AJARAN 2007/2008………..………59

A. Usulan Topik-Topik Bimbingan Klasikal Bagi Siswa/i Kelas VIII SMP Negeri I Tepus Tahun Ajaran 2007/2008………...60

B. Contoh Satuan Pelayanan Bimbingan……….………64

BAB VI. PENUTUP………..………..68

A. Ringkasan……….………...68

B. Kesimpulan………..………70

C. Saran………..………..70


(16)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner Tingkat Kepercayaan Diri………75

Lampiran 2 : Tabulasi data Ujicoba Kuesioner………..81

Lampiran 3 : Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas……….……..85

Lampiran 4 : Hasil perhitungan ujicoba Validitas………..………93

Lampiran 5 :Tabulasi Data Penelitian……….…….102

Lampiran 6 : Gradasi Skor tiap Item……….…...110

Lampiran 7 : 20 Gradasi Skor Mulai Yang Paling Rendah……….….114

Lampiran 8 : Surat Permohonan Ijin Penelitian………..……..115


(17)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Jumlah Siswa Kelas VIII SMP Negeri I Tepus Tahun Ajaran

2007/2008 dan Jumlah Sampel Penelitian………...37

Tabel 2 : Kisi-Kisi Kuesioner Kepercayaan Diri………..39

Tabel 3 : Rekapitulasi Uji Coba Validitas instrument………..43

Tabel 4 : Daftar Indeks Reliabilitas………..47

Tabel 5 : Gambaran Kepercayaan Diri Siswa/i SMP Negeri I Tepus………..50

Tabel 6 : Skor yang Diperoleh………..50

Tabel 7 : Penggolongan Tingkat Kepercayaan diri Berdasarkan PAP I……...51

Tabel 8 : Penggolongan tingkat Kepercayaan Diri………...52

Tabel 9 : Usulan Topik-Topik Bimbingan Klasikal………...60


(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap orang di dunia memiliki kepercayaan diri. Tingkat kepercayaan diri yang dimiliki oleh setiap orang pasti berbeda-beda. Perbedaan itu disebabkan oleh bermacam-macam hal, salah satunya adalah latar belakang pendidikan dalam keluarga. Latar belakang pendidikan keluarga sangat mempengaruhi terbentuknya kepercayaan diri setiap orang. Jika keluarga mendidik anaknya dengan baik misalnya memberikan perhatian, kasih sayang, dan dukungan kepada anaknya, maka anak pun akan memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Sebaliknya, jika anak mendapat pendidikan kurang baik dalam keluarga maka anak pun akan memiliki kepercayaan diri yang rendah.

Dalam keluarga, anak mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi oleh orang-orang yang ada di sekitarnya. Kebutuhan anak yang harus dipenuhi dalam keluarga antara lain: kebutuhan akan kasih sayang, perhatian, dan rasa aman. Apabila anak mendapatkan kasih sayang dan perhatian di lingkungan keluarganya, maka ia merasa aman dan rasa percaya dirinya pun akan tumbuh dengan baik. Menurut Lie (2004: 5) kehidupan keluarga yang hangat dan hubungan antar keluarga yang erat memberikan rasa aman. Selanjutnya rasa aman akan memungkinkan anak memperoleh modal dasar kepercayaan diri dan mengembangkannya. Modal dasar kepercayaan diri adalah penerimaan diri.


(19)

Riyanto (2006: 53) mengatakan bahwa sikap percaya diri yang kuat dapat tumbuh dalam diri setiap orang yang memiliki kemampuan untuk menerima diri apa adanya. Penerimaan diri dapat terbentuk dengan memiliki konsep diri yang positif. Sinurat (1993: 2) mengatakan bahwa konsep diri setiap orang terbentuk dari perlakuan tokoh-tokoh yang signifikan (significant others). Tokoh-tokoh

yang signifikan tersebut antara lain: orang tua, guru, teman sebaya, dan orang lain yang berpengaruh baginya. Apabila anak diterima, dihargai, dicintai oleh tokoh-tokoh yang signifikan tersebut, maka anak akan menerima, menghargai, dan mencintai dirinya sendiri sehingga terbentuklah konsep diri yang positif. Tetapi apabila tokoh- tokoh yang signifikan tersebut merendahkan, meremehkan, mempermalukan, menolaknya, maka sikap anak terhadap dirinya akan negatif sehingga terbentuklah konsep diri yang negatif. Pada masa kanak-kanak, seorang anak belum dapat menyaring benar tidaknya atau tepat-tidaknya apa yang dikatakan oleh orang lain tentang dirinya. Oleh sebab itu, konsep diri yang positif sangat dibutuhkan dalam menumbuhkan kepercayaan diri.

Percaya diri akan membuat anak menjadi tumbuh dan berkembang dalam pengalaman serta kemampuannya sehingga dapat membuat anak menjadi pribadi yang sehat dan mandiri. Untuk menumbuhkan kepercayaan diri yang tinggi tentu saja tergantung pada diri setiap orang yang bersangkutan. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah faktor keluarga. Pendidikan dan perlakuan dalam lingkungan keluarga sangat mempengaruhi perkembangan kepercayaan diri anak karena keluarga merupakan tempat pendidikan anak yang pertama kali.


(20)

Keluarga perlu membantu anak dalam menumbuhkan kepercayaan diri karena kepercayaan diri sangat diperlukan dalam setiap langkah kehidupan ini misalnya: dalam bergaul, dalam mengambil keputusan, dalam mencari pekerjaan, dan dalam berbicara di muka umum. Dengan kepercayaan diri, orang juga harus berani mengambil resiko atas tindakan yang telah ia ambil atau ia putuskan. Orang yang memiliki kepercayaan diri tinggi dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan yang ia hadapi dengan baik, karena ia selalu optimis dan bersemangat dalam melakukan pekerjaan. Ia akan memiliki keyakinan dalam mengerjakan tugas-tugasnya dan akan berhasil sesuai dengan usahanya. Barbara (2003: 5) mengatakan bahwa kepercayaan diri merupakan kemampuan untuk melakukan segala sesuatu yang kita ketahui dan kerjakan.

Orang yang memiliki kepercayaan diri dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan tahap perkembangannya dengan baik. Lie (2004: 4) mengatakan bahwa orang yang percaya diri mempunyai keberanian dan kemampuan untuk meningkatkan prestasinya sendiri. Selanjutnya orang yang percaya diri juga akan dipercaya oleh orang lain. Oleh karena itu, kepercayaan diri sangat diperlukan terutama bagi remaja. Anak-anak yang menginjak ke masa remaja biasanya kurang memiliki rasa percaya diri yang tinggi atau kepercayaan diri remaja pada umumnya rendah karena pada masa ini remaja kurang mampu menerima dirinya dan bahkan dapat berpandangan negatif terhadap perubahan yang terjadi pada masa remaja tersebut. Lie (2004: 105) menegaskan bahwa pada masa awal remaja, anak sering merasakan kebingungan terhadap


(21)

perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya sendiri misalnya tubuh yang makin jangkung, jerawat di wajah, suara yang membesar pada anak laki-laki, dan menstruasi pada anak perempuan. Dengan perubahan-perubahan yang terjadi tersebut, anak seringkali tidak menyukai gambaran dirinya sendiri dan merasa diri jelek dan kurang menarik. Konsep diri yang negatif akhirnya terbentuk dan menimbulkan ketidakpercayaan diri. Selain itu, Sujanto (1980: 194-195) mengatakan bahwa ada fase negatif yang dialami oleh remaja yang dapat menimbulkan rasa tidak percaya diri. Adapun fase negatif itu antara lain :

1. Terhadap segala sesuatu, anak bersikap serba ragu, tidak pasti, tidak senang, tidak setuju, dan sebagainya.

2. Anak sering murung, sedih tetapi ia sendiri tidak mengerti apa sebabnya. 3. Sering melamun tak menentu dan kadang putus asa.

Ciri-ciri di atas disebabkan oleh perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja dan hal itu mengakibatkan remaja tidak mampu menerima diri apa adanya. Apabila remaja tidak mampu menerima diri apa adanya, maka kepercayaan dirinya juga rendah.

Selain dipengaruhi oleh pendidikan keluarga dan fase negatif pada masa remaja, kepercayaan diri remaja juga dipengaruhi oleh lingkungan di mana anak tersebut tinggal. Khususnya anak-anak yang hidup di daerah pedesaan dan jauh dari perkotaan. Mereka masih merasa malu untuk berpendapat dan kurang percaya diri dalam mengambil keputusan. Hakim (2005: 16) mengatakan bahwa salah satu sumber penyebab utama orang tidak percaya diri adalah perbedaan


(22)

lingkungan. Orang yang berasal dari lingkungan kumuh dengan berbagai norma yang sangat berbeda dari lingkungan perkotaan, akan mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri. Orang tersebut akan merasa diri “wong ndeso” dan merasa

tidak berada dalam satu level yang sama. Keadaan seperti itu membuat orang merasa tidak percaya diri untuk dapat berperan dan mencapai tujuan di dalam lingkungan tertentu.

Peneliti ingin mengungkap tingkat kepercayaan diri siswa/i SMP Negeri 1 Tepus karena melihat lokasi SMP tersebut masih berada di daerah pedesaan dan anak SMP sedang mengalami masa perkembangan remaja. Penelitian ini diharapkan dapat membantu mengembangkan kepercayaan diri mereka melalui usulan topik-topik bimbingan yang diberikan kepada pihak sekolah.

Alasan peneliti memilih siswa kelas VIII SMP karena pada masa ini siswa kelas VIII SMP sedang mengalami perkembangan remaja. Penelitian tidak dilakukan di kelas IX karena siswa/i kelas IX sedang dipersiapkan untuk menghadapi ujian akhir. Sedangkan siswa kelas VII baru melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan sekolah sehingga tidak efektif apabila dilakukan penelitian.


(23)

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana tingkat kepercayaan diri siswa/i kelas VIII SMP Negeri I Tepus Tahun Ajaran 2007/2008?

2. Topik-topik bimbingan klasikal apa saja yang sesuai untuk meningkatkan

kepercayaan diri siswa/i kelas VIII SMP Negeri 1 Tepus Tahun Ajaran 2007/2008?

C. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui tingkat kepercayaan diri siswa/i kelas VIII SMP Negeri I Tepus Tahun Ajaran 2007/2008.

2. Untuk memberikan masukan kepada sekolah melalui usulan topik-topik

bimbingan klasikal yang akan diberikan kepada guru Bimbingan dan Konseling

D. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Siswa/i SMP Negeri 1 Tepus

Usulan topik-topik bimbingan klasikal yang diberikan oleh peneliti kepada pihak sekolah dapat membantu siswa dalam menumbuhkan kepercayaan diri mereka lewat bimbingan klasikal yang diberikan oleh Guru Bimbingan dan Konseling.


(24)

2. Peneliti

Hasil penelitian bermanfaat dalam proses belajar dan berlatih khususnya dalam bidang penelitian yang dapat mengembangkan pengetahuan peneliti, baik teoritis maupun aplikatif dalam usaha memperoleh pengalaman mengungkap tingkat kepercayaan diri siswa.

3. Peneliti lain

Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber inspirasi atau bahan pembanding apabila peneliti lain ingin mengembangkan penelitian di seputar objek yang sama.

4. Guru Pembimbing

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi petugas bimbingan dalam menyusun program bimbingan klasikal khususnya dalam bidang pribadi-sosial..

5. Pembaca

Peneliti berharap bahwa skripsi ini dapat memberikan informasi yang berguna bagi para pembaca untuk melengkapi dan mengembangkan pengetahuan pembaca tentang kepercayaan diri.

E. Definisi operasional

Batasan istilah yang dipakai dalam penelitian ini adalah :

1. Deskripsi adalah penggambaran atau pemaparan kata-kata secara jelas dan


(25)

2. Tingkat adalah suatu susunan yang berlapis-lapis atau ukuran yang menunjukkan tinggi rendah (Depdikbud, 1990: 950). Tingkat kepercayaan diri dalam penelitian ini adalah ukuran yang menunjukkan tinggi rendah atau positif negatifnya kepercayaan diri siswa.

3. Kepercayaan diri adalah kemampuan seseorang untuk memahami dan

menerima diri sendiri secara positif sehingga ia selalu bersikap optimis, tidak dikuasai rasa takut, tidak dikuasai rasa cemas, menghadapi masalah secara tenang, tidak tergantung pada orang lain, dan mampu melaksanakan segala sesuatu yang ia inginkan, rencanakan, dan harapkan tanpa bantuan dari orang lain secara penuh.

4. Siswa- Siswi Kelas VIII SMP Negeri I Tepus Tahun Ajaran 2007/2008 adalah peserta didik yang secara resmi terdaftar di SMP Negeri I Tepus, yang memiliki rentang umur 13-14 tahun.

5. Topik Bimbingan Klasikal adalah topik yang diberikan kepada siswa-siswi bimbingan dalam bentuk kelompok khususnya dalam bidang pribadi-sosial yang diselenggarakan oleh guru pembimbing untuk siswa satu kelas dan tingkatan kelas tertentu, pada jenjang pendidikan yang sama. Kelompok dalam penelitian ini adalah siswa-siswi dalam satuan kelas/jenjang pendidikan SMP Negeri 1 Tepus.


(26)

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kepercayaan Diri

1. Arti Kepercayaan Diri

Kepercayaan diri adalah kesadaran akan kekuatan dan kemampuan diri sendiri (Widarso, 2005: xi). Agar orang percaya diri, orang harus menyadari dan memahami keadaan dirinya terutama kekuatan dan kelemahannya. Kesadaran akan kekuatan atau segi-segi positif diri diperlukan untuk dapat memiliki kepercayaan diri.

Barbara (2003: 5) mengartikan kepercayaan diri adalah kemampuan untuk menyalurkan segala yang kita ketahui dan yang kita kerjakan. Untuk itu, kita perlu memiliki suatu keyakinan. Barbara (2003: 18) mengatakan bahwa keyakinan adalah kemampuan untuk menerjang segala kekhawatiran dan pantang menyerah. Keyakinan ini merupakan modal dasar untuk mencapai kesuksesan. Sebelum orang mengalami kesuksesan, orang tersebut harus terlebih dahulu siap untuk menjalani hal-hal yang tidak menyenangkan dan membutuhkan suatu pengorbanan. Barbara (2003: 21) mengatakan bahwa untuk menjadi orang yang sukses, kita harus siap melakukan pekerjaan yang pada awalnya mungkin tidak memberi hasil yang begitu baik. Dengan kata lain kita harus bersedia menjadi “si bodoh” sebelum akhirnya menjadi “si pandai”.


(27)

Salah satu syarat agar orang dapat menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang sesuai dengan tahap perkembangannya dengan baik atau memiliki kemampuan untuk meningkatkan prestasinya adalah memiliki kepercayaan diri. Jika orang memiliki kepercayaan diri yang tinggi, maka ia akan melakukan segala pekerjaan dengan penuh semangat, prestasi yang ia capai juga akan terasa memuaskan. Prestasi yang didapatkan merupakan bukti bahwa dirinya mampu dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Prestasi yang ia capai dapat menjadi bukti bahwa ia berpotensi sehingga akan lebih dipercaya oleh orang lain.

Menurut Lie (2003: 4) kepercayaan diri berarti kemampuan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dan masalah. Dengan kepercayaan diri, orang merasa dirinya berharga dan mempunyai kemampuan untuk menjalani kehidupan, mempertimbangkan berbagai pilihan dan mampu membuat keputusan sendiri.

Davies (2004: 1) mendefinisikan kepercayaan diri sebagai kemampuan untuk melaksanakan apa yang mereka inginkan, rencanakan, dan harapkan. Jika orang memiliki keyakinan pada kemampuan-kemampuan sendiri, keyakinan pada adanya suatu maksud di dalam kehidupan, dan kepercayaan pada akal budi, maka orang akan melaksanakan apa yang mereka inginkan, rencanakan, dan harapkan secara baik.


(28)

Kamus istilah psikologi (dalam Iswidharmanjaya, 2004: 13) mengartikan kepercayaan diri adalah kesadaran akan kemampuan yang dimiliki dan dapat memanfaatkannya secara tepat.

W.H Miskell (dalam Iswidharmanjaya, 2004: 13) mengartikan percaya diri adalah penilaian yang relatif tetap tentang diri sendiri, mengenai kemampuan, bakat, kepemimpinan, inisiatif dan sifat-sifat lain, serta kondisi-kondisi yang mewarnai perasaan manusia.

Maslow (dalam Iswidharmanjaya, 2004: 13) mengatakan bahwa:

Percaya diri merupakan modal dasar untuk pengembangan dalam aktualisasi diri (eksplorasi segala kemampuan dalam diri). Dengan percaya diri, seseorang akan mampu mengenal dan memahami diri sendiri. Sementara itu, kurang percaya diri dapat menghambat pengembangan potensi diri. Jadi, orang yang kurang percaya diri akan menjadi seseorang yang pesimis dalam menghadapi tantangan, takut dan ragu-ragu untuk menyampaikan gagasan, bimbang dalam menentukan pilihan dan sering membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain.

Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri adalah kemampuan setiap orang untuk menilai dirinya secara positif sehingga ia akan selalu optimis, tidak takut, tidak ragu-ragu, tidak bimbang dalam menentukan pilihan, tidak membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain. Dengan begitu, ia dapat menyelesaikan suatu pekerjaan ataupun masalah, kapan dan bagaimana ia ingin melakukannya sehingga ia pun mampu melaksanakan apa yang mereka inginkan, rencanakan, dan harapkan.


(29)

2. Ciri- Ciri Orang Yang Percaya Diri

Ciri-ciri orang yang percaya diri menurut Lie (2004: 4) adalah: a. Tidak bergantung pada orang lain,

b.Tidak ragu-ragu dalam melakukan sesuatu, c. Merasa diri berharga,

d.Memiliki keberanian untuk bertindak.

Ciri-ciri orang yang percaya diri menurut Taylor (2003: 20) adalah: a. Merasa aman dan nyaman,

b.Yakin pada diri sendiri,

c. Melakukan pekerjaan sebaik mungkin sehingga pintu terbuka di

kemudian hari,

d. Menetapkan tujuan yang tidak terlalu tinggi sehingga mampu

meraihnya sesuai dengan kemampuan,

e. Memiliki kemampuan untuk bertindak dengan percaya diri,

f. Memiliki kesadaran adanya kegagalan dan melakukan kesalahan

dalam berusaha,

g. Merasa nyaman dengan diri sendiri dan tidak khawatir dengan apa

yang dipikirkan oleh orang lain,

h.Memiliki keberanian untuk mencapai sesuatu yang diinginkan.

Ciri-ciri orang yang percaya diri menurut Iswidharmanjaya (2004: 31) adalah :


(30)

a. Bertanggung jawab atas keputusan yang telah dibuat sendiri, b. Mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru,

c. Memiliki pegangan hidup yang kuat dan mampu mengembangkan

motivasi,

d. Mau bekerja keras untuk mencapai kemajuan, e. Memiliki keyakinan atas tindakan yang dihadapinya,

f. Berani bertindak dan mengambil setiap kesempatan yang dihadapinya, g. Menerima diri secara realistis,

h. Menghargai diri secara positif,

i. Memiliki keyakinan atas kemampuan sendiri dan tidak terpengaruh

oleh orang lain,

j. Optimis, tenang, dan tidak mudah cemas,

k. Menyadari bahwa orang lain juga memiliki kekurangan.

Ada juga orang yang mempunyai kepercayaan diri yang rendah dan hal itu dapat dilihat dari ciri-ciri orang tersebut. Iswidharmanjaya (2004: 31) mengatakan ciri-ciri orang yang mempunyai kepercayaan diri rendah. Ciri-ciri tersebut antara lain:

a. Tidak bisa menunjukkan kemampuan yang ia miliki, b. Kurang berprestasi dalam studi,

c. Malu-malu dan canggung,

d. Tidak berani mengungkapkan ide-ide yang ia miliki,


(31)

f. Membuang-buang waktu dalam membuat keputusan karena ia masih ragu-ragu dalam mengambil keputusan,

g. Rendah diri, takut, dan merasa tidak aman,

h. Apabila mengalami kegagalan, cenderung akan menyalahkan orang

lain,

i. Suka mencari pengakuan dari orang lain.

3. Aspek-Aspek Kepercayaan Diri

Berdasarkan ciri-ciri di atas, peneliti menyimpulkan bahwa aspek-aspek dari kepercayaan diri adalah sebagai berikut:

a. Memiliki Konsep Diri Yang Positif

Iswidharmanjaya (2004: 68) mengatakan bahwa konsep diri adalah gambaran yang dipegang seseorang menyangkut dirinya sendiri. Untuk menjadi pribadi yang mempunyai kepercayaan diri yang tinggi diperlukan konsep diri yang positif.

Konsep diri adalah penilaian menyeluruh tentang kepribadian seseorang. Konsep diri berasal dari evaluasi subjektif kita sendiri tentang perilaku kita sendiri. Kita cenderung menilai secara subjektif perilaku kita sendiri. Oleh sebab itu, konsep diri dapat bersifat positif dan negatif (Bruno,1989: 270).

Jika seseorang memiliki konsep diri yang negatif maka ia akan dikuasai perasaan yang berpengaruh terhadap harga dirinya, ia akan


(32)

merasa terbuang, pesimis, merasa tidak dibutuhkan oleh orang lain, dan merasa kesepian. Selain itu, ia akan menjadi kuper (kurang pergaulan), sulit menerima diri apa adanya, pemalu, dan curiga sama orang lain (Iswidharmanjaya,2004: 68).

Keadaan seperti itu sangat mempengaruhi penerimaan dirinya. Sikap menerima diri adalah kemampuan orang untuk mengakui kenyataan diri secara apa adanya (Riyanto,2006: 52). Kemampuan untuk menerima diri ini didasarkan pada sikap penghargaan diri. Orang yang belum mampu menghargai dan menghormati kenyataan diri dan hidupnya, ia belum dapat menerima diri apa adanya. Usaha untuk menerima diri sendiri adalah belajar untuk menghargai apa pun yang ada dalam diri kita.

Apabila anak diterima, dihargai, dan dicintai oleh orang tua, guru, teman sebaya, dan orang lain yang berpengaruh maka akan terbentuk konsep diri yang positif pada diri anak (Sinurat,1993: 2). Dalam hal ini, anak akan merasa dirinya berharga dan bernilai di mata orang tuanya apabila orang tua menunjukkan kasih sayang, perhatian, penerimaan, cinta, dan kelekatan emosional yang tulus dengan anak sehingga rasa percaya diri pada anak akan berkembang.

Maka dari itu, konsep diri yang positif sangat diperlukan dalam membangun kepercayaan diri seseorang.


(33)

b. Yakin pada diri sendiri

Yakin pada diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk tidak membandingkan dirinya dengan orang lain dan tidak mudah terpengaruh oleh orang lain (Lauster,1990: 4). Orang akan menerima dirinya secara tulus tanpa membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain apabila ia telah meyakini kemampuan yang ia miliki dan sanggup untuk mengembangkannya (Iswidharmanjaya,2004: 36). Dalam hal ini, seseorang mampu menyadari kelebihan dan kekurangan yang ia miliki. Untuk menyadari kekurangan dan kelebihan itu diperlukan pemahaman diri.

Memahami diri dengan mengakui kekurangan dan kelebihan dalam diri akan mendukung terciptanya kepercayaan diri. Kekurangan yang ada pada dirinya akan diperbaiki dan kelebihan-kelebihan yang ia miliki akan dikembangkan sebagai modal untuk menjalani kehidupan selanjutnya. Riyanto (2006: 54) mengatakan bahwa seseorang yang mengalami dirinya sebagai pribadi yang penuh kekurangan, kelemahan, dan kegagalan akan mengalami kesulitan untuk memiliki rasa percaya diri yang kuat.

Ada keyakinan bahwa dalam setiap usaha, pasti ada suatu kegagalan dan kesalahan. Dengan adanya kegagalan, orang yang percaya diri tidak akan putus asa tetapi tetap berusaha dengan sungguh-sungguh sesuai dengan kemampuan yang ia miliki agar apa yang ia harapkan dapat tercapai dengan baik. Iswidharmanjaya (2004: 33) mengartikan kemampuan adalah potensi yang dimiliki seseorang untuk meraih sesuatu. Kemampuan dapat


(34)

disamaartikan dengan bakat, kreativitas, kepandaian, prestasi, kepemimpinan, dan lain sebagainya yang dipakai untuk mengejar sesuatu.

Pemahaman diri secara fisik dan penilaian dari orang lain juga mempengaruhi kepercayaan diri setiap orang. Hampir semua orang (khususnya remaja) menjadi kurang percaya diri, karena secara fisik ia berbeda dengan orang lain dan ada ketakutan dinilai oleh orang lain.

c. Optimis

Optimis adalah pengharapan (pandangan) yang baik dari seseorang dalam menghadapi segala hal (Poerwodarminto,1982: 687). Pandangan yang baik tersebut tentu saja dipengaruhi pengalaman masa lalu. Jika pengalaman masa lalunya baik maka ia pun akan memiliki pandangan yang baik. Begitu pula sebaliknya jika pengalaman masa lalunya kurang baik maka ia pun akan memiliki pandangan yang kurang baik. Seperti yang dikatakan oleh Lauster (1990: 5) bahwa optimisme merupakan sikap jiwa yang pokok berurat berakar pada pengalaman dan kejadian masa lalu. Orang yang optimis akan selalu berusaha untuk memecahkan masalah yang dihadapinya sedangkan orang yang pesimis akan memaknai pendekatan pasif dalam memecahkan masalah yang ia hadapi. Orang yang optimis biasanya mempunyai kepribadian yang terbuka dan harapan-harapan baru tentang masa depan sehingga hari depan akan cemerlang.


(35)

Cara mengembangkan optimisme yaitu merubah seluruh kepribadian khususnya kejadian masa lalu yang kurang menyenangkan sehingga memunculkan suatu kesadaran baru atas diri sendiri.

d. Mandiri

Iswidharmanjaya (2004: 41) mengatakan bahwa mandiri adalah berdiri sendiri tanpa tergantung orang lain sepenuhnya. Mandiri merupakan sikap ketidaktergantungan individu pada orang lain. Ia tidak selalu memerlukan dukungan dari orang lain dalam melakukan setiap tindakan. Widarso (2005: 6) mengatakan bahwa orang yang mandiri harus lebih mengandalkan diri sendiri dan menggali kemampuan diri sendiri daripada menggantungkan diri pada orang lain. Kemandirian dalam pribadi seseorang terbentuk karena yakin pada kemampuannya serta telah mengenal kekurangan dan kelebihan yang ada dalam dirinya.

e. Memiliki Perasaan Aman

Perasaan aman merupakan suasana yang terbebas dari rasa takut, tidak ragu-ragu, dan tidak mudah cemas terhadap situasi di sekitarnya ataupun orang lain. Centi (1993: 50) mengatakan bahwa rasa tidak aman diri ini bersumber pada harga, gambaran, dan konsep diri yang rendah. Gejalanya adalah rasa malu yang keterlaluan dan pada umumnya tidak ada alasan yang tepat dan pada kesempatan yang tidak tepat pula. Oleh karena itu, orang yang pemalu selalu dihantui rasa takut ditertawakan ataupun takut ditolak oleh orang lain. Orang pemalu biasanya merasa terancam (merasa tidak


(36)

aman) oleh lebih banyak situasi dan orang-orang dari pada orang biasa yang bukan pemalu. Dalam situasi seperti itu, orang tidak mampu menghadapi segala permasalahan secara tenang.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Kepercayaan Diri Hakim (2005: 12-22) memaparkan bahwa kepercayaan diri dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang dapat mempengaruhi rendahnya percaya diri seseorang antara lain :

a. Cacat Atau Kelainan Fisik

Cacat anggota tubuh atau rusaknya salah satu indera merupakan kekurangan yang jelas terlihat oleh orang lain. Orang yang memiliki kelainan fisik akan merasakan ada yang kurang pada dirinya. Ia akan merasa rendah diri di hadapan orang lain dan kepercayaan diri yang ia miliki pun rendah. Apalagi cacat yang ia derita itu diperberat oleh adanya ejekan dari orang lain. Apabila orang tidak mampu bereaksi secara positif terhadap keadaan fisiknya, maka akan timbul rasa rendah diri yang akan berkembang menjadi rasa tidak percaya diri.

b. Keadaan Ekonomi Yang lemah

Keadaan ekonomi yang lemah membuat orang tidak percaya diri karena ia akan merasa dirinya “diremehkan” dan merasa “rendah” dari yang lainnya. Gejala tidak percaya diri ini dialami oleh orang yang berasal


(37)

dari keluarga ekonomi lemah ketika harus bergaul dengan orang yang berasal dari golongan ekonomi menengah ke atas.

c. Sering Gagal

Kegagalan yang sering dialami oleh setiap orang dalam bidang tertentu, misalnya dalam ujian mata pelajaran matematika atau fisika, dalam berbicara di muka umum dan sebagainya akan menimbulkan kecemasan pada orang tersebut ketika mencoba untuk memperoleh sukses di bidang yang sama.

Kecemasan tersebut akan menimbulkan rasa tidak percaya diri dalam bentuk keraguan dalam mengatasi kegagalan. Dalam hati ia mempunyai keyakinan, “apakah saya masih mempunyai harapan untuk mengatasi kegagalan atau tidak?”

d. Kurang Cerdas

Kecerdasan orang akan tampak setiap kali ia menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat ia berada, terutama pada saat ia mengadakan interaksi sosial dengan orang lain melalui komunikasi lisan. Orang akan merasa kesulitan berkomunikasi apabila ia memiliki kecerdasan yang kurang. Kesulitan dalam berkomunikasi tersebut dapat menjadi salah satu sumber yang menyebabkan orang merasa tidak percaya diri untuk bergabung di dalam suatu kelompok tertentu.


(38)

e. Perbedaan Lingkungan

Apabila orang yang biasa tinggal di lingkungan yang kumuh dan memiliki berbagai norma yang sangat berbeda dengan lingkungan perkotaan, maka ia akan mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri. Ia merasa diri “wong ndeso” dan merasa tidak berada pada satu level yang sama. Hal inilah yang membuat orang merasa tidak percaya diri untuk dapat berperan dan mencapai tujuan dalam lingkungan tertentu.

f. Sulit Menyesuaikan Diri

Di dalam setiap kegiatan, khususnya yang menyangkut kegiatan pokok, orang akan terikat di dalam lingkungan tertentu dan terkait dengan orang-orang di sekitarnya. Dalam kegiatan ini, orang dituntut menyesuaikan diri. Apabila orang kesulitan menyesuaikan diri maka dapat menimbulkan rasa tidak percaya diri. Orang tersebut akan diliputi pikiran apakah orang lain dapat dan mau menerima dirinya?

g. Mudah Cemas dan Takut

Penyebab utama perasaan cemas dan takut adalah pola pendidikan keluarga di masa kecil yang terlalu keras, terlalu melindungi, dan sering ditakuti oleh orang di sekitarnya.

h. Pendidikan Keluarga

Keluarga merupakan tempat pendidikan yang utama dalam membentuk perkembangan pribadi setiap orang. Baik dan buruknya


(39)

kepribadian seseorang ditentukan oleh pendidikan keluarga sejak ia masih kecil.

Jika orang menilai dirinya sebagai makhluk sosial yang berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah dengan orang lain, maka ia akan memiliki rasa percaya diri yang normal. Jika ia memahami dirinya secara negatif dan melihat diri sebagai makhluk sosial yang banyak kekurangan, maka ia akan menjadi pribadi yang rendah diri.

Orang tua mempunyai peranan penting dalam menumbuhkan kepercayaan diri pada anak. Apabila orang tua berhasil mendidik anaknya dengan tepat, maka anak pun akan berkembang menjadi pribadi yang sehat. Menurut Lie (2003: 5) kehidupan keluarga yang hangat dan hubungan antara keluarga yang erat akan memberikan rasa aman. Rasa aman ini memungkinkan anak memperoleh “modal dasar” percaya diri dan mengembangkan “modal dasar” ini. Dengan percaya diri, anak dapat berkembang menjadi pribadi yang sehat dan utuh.

Orang tua yang terlalu memperhatikan, cemas, yang merasa harus dekat dengan anak terus-menerus akan mudah menghasilkan anak yang takut dan tidak aman (Centi,1993: 17). Jika anak terus-menerus diperlakukan sebagai bayi, maka secara pribadi, ia akan melihat dirinya sebagai bayi. Orang tua yang terlalu menuntut atau tidak pernah puas dengan apa pun yang dilakukan anak misalnya berkata dengan awal kata:”


(40)

seharusnya kamu….” maka orang tua akan gagal dalam menumbuhkan rasa percaya diri atau pandangan yang positif dalam diri anak.

Peran orang tua untuk membantu anak dalam menumbuhkan kepercayaan diri sangatlah besar. Lie (2003: 103) mengatakan bahwa orang tua perlu memberikan ruang kepada anak untuk menjelajahi banyak peran dan cara yang berbeda. Orang tua yang selalu memaksakan identitas tertentu pada anak, dengan kata lain jika anak tidak mempunyai kesempatan untuk menjelajahi berbagai peran dan cara, maka ia akan mengalami kekacauan identitas.

5. Cara Untuk Mengembangkan Kepercayaan Diri

Menurut Savitri (2006: 129-136) ada lima cara untuk mengembangkan percaya diri anak. Cara itu adalah :

a. Menanamkan keyakinan pada anak bahwa ia mampu melakukan

sesuatu.

Orang tua perlu menanamkan pemahaman pada diri anak bahwa dirinya memiliki potensi yang perlu dikembangkan. Hal tersebut dilakukan dengan cara mengatakan pada anak bahwa dia memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain. Orang tua perlu menanamkan keyakinan pada anak dan selalu mengatakan “ayo kamu bisa”. Kata-kata itu dapat membuat anak menjadi bersemangat dalam melakukan suatu pekerjaan.


(41)

b. Menanamkan pada anak bahwa anak mampu mengatasi setiap kendala yang dihadapinya.

Hidup yang akan dihadapi anak di masa depan lebih berat dan penuh dengan tantangan. Agar anak mampu menghadapi tantangan itu, maka anak membutuhkan kepercayaan diri yang kuat. Dalam mengembangkan kepercayaan diri pada anak, perlu ditanamkan keyakinan bahwa anak mampu menghadapi setiap tantangan. Hal ini sangat mungkin dilakukan dan sekaligus merupakan proses belajar bertahap bagi anak.

c. Menanamkan keyakinan bahwa setiap orang memiliki kelebihan

dan kekurangan

Anak perlu dibimbing untuk memahami bahwa setiap orang memiliki kekurangan dan kelebihan. Hal ini bertujuan agar anak tidak hanya berfokus pada kekurangannya semata. Kekurangan itu misalnya wajah yang berjerawat sehingga membuat anak menjadi minder atau juga badan yang terlalu gemuk dan terlalu pendek. Dalam hal ini, anak perlu dididik untuk mampu menerima kekurangan yang ia miliki. Selain itu, mendorong anak untuk memahami kelebihannya dan mampu mengembangkan kelebihan itu. Anak hendaknya diarahkan pada kelebihan dan tidak terlalu terfokus pada kekurangan yang ada dalam diri anak. Cara yang dapat ditempuh misalnya dengan melihat keberhasilan/kesuksesan


(42)

orang lain. Dengan memberikan contoh dari orang yang tidak sempurna secara fisik tetapi dapat meraih kesuksesan, misalnya orang yang tidak punya tangan tetapi mampu melukis dengan kakinya, orang yang lumpuh dapat membuat patung dengan tangannya, orang buta dapat memainkan gitar dengan baik, dan sebagainya. Contoh tersebut dapat membuat anak menjadi lebih bersemangat dalam mencapai cita-citanya di masa depan.

d. Menanamkan keyakinan pada anak bahwa untuk mewujudkan

sesuatu dia membutuhkan bantuan dari orang lain

Untuk mencapai kesuksesan, anak juga membutuhkan bantuan dari orang lain. Sebagai contoh, untuk menjadi Dokter, anak harus sekolah, dan di sekolah dia dibimbing oleh Guru, setelah menyelesaikan sekolah menengah atas, kemudian masuk ke fakultas kedokteran.

Hal di atas perlu ditegaskan agar anak tidak menjadi pribadi yang sombong sehingga membuatnya enggan meminta pertolongan orang lain karena merasa mampu menyelesaikannya sendiri. Untuk itu, yang perlu dikembangkan adalah sikap kerjasama dan kesediaan untuk membantu orang lain. Dengan berkembangnya sikap ini, maka anak akan mampu menyesuaikan diri dalam tim kerja. Anak akan bersikap tidak menang sendiri atau berfikir egois.


(43)

e. Menanamkan keyakinan pada anak bahwa Tuhan selalu memberikan kekuatan dan jalan yang mudah untuk mewujudkannya

Anak perlu memahami bahwa banyak hal di luar kendali manusia, sehingga membutuhkan pertolongan Tuhan. Orang tua perlu menanamkan benih iman dan keyakinan dalam diri anak bahwa Tuhan akan selalu membantu hambanya yang sabar dan taat. Untuk mencapai kesuksesan, anak membutuhkan kecerdasan spiritual agar mampu bertahan dalam kehidupan yang penuh dengan tekanan, stress, dan kompetisi keras. Jiwa anak membutuhkan sumber kekuatan yang akan membuatnya tidak mudah putus asa dan bimbang. Dalam jiwa anak perlu ditanamkan keimanan dan ketakwaan yang kokoh agar mampu menghadapi godaan hidup yang semakin keras.

f. Menumbuhkan sikap sabar dan ulet dalam memulai sesuatu

Sikap mudah menyerah dalam menghadapi masalah merupakan awal rasa percaya diri rendah. Ia akan dihantui oleh rasa tidak percaya diri terhadap kemampuan yang ia miliki dalam mencapai tujuan hidupnya. Langkah yang dapat ditempuh untuk mengatasi masalah ini adalah dengan cara menumbuhkan sikap sabar dan ulet untuk memulai suatu usaha disertai dengan keyakinan bahwa Tuhan telah berjanji kepada umatnya akan selalu


(44)

bersama dengan orang yang sabar. Setiap orang harus selalu berusaha tetap percaya diri bahwa ia akan selalu mendapat jalan keluar dari segala masalah yang dialami dalam kehidupannya. 1Korintus (10:13) mengatakan bahwa “Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat menanggungnya”.

Riyanto (2006: 55-56) mengatakan bahwa hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengembangkan rasa percaya diri antara lain:

a. Mengumpulkan keberhasilan-keberhasilan atau menambah hal-hal

positif dalam diri. Keberhasilan-keberhasilan tidak menunjuk pada sesuatu yang besar akan tetapi keberhasilan yang sederhana jika disyukuri dan diusahakan terus-menerus maka keberhasilan tersebut dapat menambah rasa percaya diri.

b. Menumbuhkan kemampuan untuk memaafkan kesalahan dan

keterbatasan diri sendiri. Kemampuan memaafkan diri ini dapat memelihara rasa percaya diri bahkan dapat meningkatkannya karena kita lama-kelamaan akan mencintai diri kita sendiri.

c. Menanamkan keberanian untuk mengungkapkan diri atau

menyatakan diri di hadapan orang lain. sikap ini tentu saja menyangkut relasi dengan orang lain.


(45)

d. Belajar tampil di muka umum tanpa rasa takut. Hal ini dipengaruhi oleh konsep diri kita dan bagaimana kita menilai orang lain. Konsep diri yang positif akan mempermudah relasi dan pergaulan kita di tengah banyak orang dan menambah rasa percaya diri. Sikap seseorang menilai diri lebih rendah daripada orang lain, akan membuat kita menjadi minder atau memiliki rasa percaya diri yang rendah.

e. Tampil apa adanya tanpa menutupi kekurangan yang ada.

Percaya diri tumbuh karena seseorang mampu menerima dan menghargai diri apa adanya. orang yang membangun rasa percaya diri dengan memoles dirinya dengan berbagai macam topeng untuk menutupi kekurangannya akan mengalami kehancuran. Percaya diri yang kokoh dapat muncul apabila dibangun atas diri yang senyatanya.

B. Remaja

Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju ke masa dewasa. Banyak perubahan terjadi pada diri remaja yang membuat remaja menjadi cemas dan gelisah. Masa ini biasa disebut dengan masa pubertas. Hurlock (1990: 184) mengatakan bahwa masa puber adalah periode yang unik dan khusus yang ditandai oleh


(46)

perubahan-perubahan perkembangan tertentu yang tidak terjadi dalam tahap-tahap lain dalam rentang kehidupan.

Perubahan-perubahan yang terjadi selama masa puber menimbulkan keraguan, perasaan tidak mampu, tidak aman, dan dalam banyak kasus mengakibatkan perilaku yang kurang baik. Masa pubertas ini dialami oleh anak yang berusia kurang lebih 13-15 tahun atau siswa SMP. Dalam hal ini, banyak bahaya psikologis yang dapat terjadi pada remaja yang sedang mengalami masa pubertas. Hurlock (1990: 197) menyebutkan bahaya-bahaya masa puber antara lain: konsep diri yang rendah dan prestasi yang rendah. Konsep diri yang rendah ditunjukkan dalam perilaku misalnya: menarik diri, tidak banyak terlibat dalam kegiatan atau pembicaraan kelompok, menjadi agresif, dan bersikap bertahan, balas dendam atas perlakuan yang dianggap kurang adil. Sebagian anak yang sedang mengalami masa puber mempunyai konsep diri yang tidak realistik mengenai penampilan dan kemampuannya kelak bila sudah dewasa. Konsep itu muncul dari masa kanak-kanak pada saat konsep diri ideal terbentuk. Dalam hal ini, ada sedikit anak yang dapat melampaui masa puber tanpa mengembangkan konsep diri yang kurang menyenangkan. Hal itu terjadi pada anak yang sudah memiliki pandangan positif tentang diri sendiri dan memiliki kepercayaan yang kuat untuk melaksanakan peran pemimpin dalam kelompok/ teman-temannya.


(47)

Perubahan fisik yang terjadi pada diri remaja akan mengakibatkan keseganan untuk bekerja dan bosan pada tiap kegiatan yang melibatkan usaha individu. Oleh karena itu, tidak ada usaha untuk mencapai prestasi belajar yang tinggi dan akhirnya prestasinya pun menurun. Dalam keadaan seperti itu, remaja sulit menerima diri apa adanya dan konsep diri pun tidak terbentuk secara positif. Akibatnya kepercayaan diri remaja menurun dan bahkan menghilang.

Menurut Lie (2003: 105) yang harus dilakukan dalam mendampingi remaja antara lain sebagai berikut:

1. Mendampingi remaja dalam proses perubahan fisik pada

dirinya.

Dalam masa remaja, banyak terjadi perubahan yang membuat remaja bingung, misalnya tubuh yang makin jangkung bagi seorang laki-laki, jerawat mulai tumbuh, suara membesar pada laki-laki, menstruasi pada wanita dan sebagainya. Dalam hal ini, perlu pendampingan yang tepat dari orang tua. Ada 3 cara yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam memberikan pendampingan yaitu:

a. Menjelaskan kepada anak bahwa perubahan

tersebut adalah alamiah dan semua orang pasti mengalaminya.


(48)

b. Memberi kesempatan untuk bereksperimen dengan penampilan-penampilan dalam batas yang wajar.

c. Membantu menemukan kelebihan-kelebihan yang

ada pada fisiknya dan memberikan pujian.

2. Mendampingi anak untuk belajar membedakan yang baik dan

buruk.

3. Mendampingi anak dalam proses pencarian identitas.

4. Mengajari anak untuk membuat pilihan yang bertanggung

jawab.

5. Memberi ruang untuk perbedaan pendapat dan keinginan.

6. Mendengarkan keluhan-keluhan anak dan berusaha untuk

menjelaskan jika ada suatu pandangan yang keliru dalam diri anak.

7. Menjadi teman atau sahabat yang selalu menemani dan

memberikan rasa aman .

8. Memahami kebutuhan dalam pergaulan dengan teman sebaya

dan memberikan bimbingan agar masuk dalam lingkungan yang baik.

9. Berbicara dengannya mengenai pergaulan dengan lawan jenis. 10. Memberikan pendidikan seksualitas.

11. Merbicarakan mengenai cita-cita hidupnya dan membantu bagaimana caranya agar bisa mencapai cita-cita tersebut.


(49)

12. Membantu menghentikan perlakuannya sebagai anak kecil 13. Memberi tanggung jawab untuk melakukan tugas yang lebih

kompleks dan menantang.

14. Mendorong anak untuk melanjutkan peningkatan hobi dan bakatnya.

15. Membina kehidupan rohaninya.

C. Bimbingan Klasikal 1. Pengertian

Bimbingan adalah proses membantu orang-perorangan untuk memahami dirinya sendiri dan lingkungan hidupnya (Winkel dan Hastuti,2004: 1). Bimbingan diartikan sebagai bantuan yang diberikan kepada peserta didik dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan (Depdikbud,1994: 1).

Pelayanan bimbingan secara profesional di Indonesia sampai saat ini difokuskan pada generasi muda yang masih duduk di bangku sekolah dan hanya terealisasi pada tahap pendidikan sekolah lanjutan dan Perguruan Tinggi (Winkel dan Hastuti,2004: 1). Pelayanan bimbingan di sekolah, salah satunya dilaksanakan dengan cara bimbingan klasikal. Winkel (1997: 520) mengatakan bahwa bimbingan klasikal adalah suatu bimbingan yang diberikan kepada kelompok siswa yang tergabung dalam satu satuan kelas di tingkat tertentu pada suatu jenjang pendidikan, pada waktu yang ditetapkan dalam jadwal bimbingan.


(50)

Menurut Winkel (1997: 519) bimbingan klasikal merupakan sarana untuk menunjang perkembangan optimal masing-masing siswa, yang diharapkan dapat mengambil manfaat dari pengalaman pendidikan bagi dirinya sendiri. Pelayanan bimbingan klasikal dilaksanakan dengan mengadakan sejumlah kegiatan bimbingan. Kegiatan-kegiatan dilaksanakan sejalan dengan program yang telah direncanakan dan disepakati bersama oleh pihak-pihak terkait.

Gadza (Prayitno dan Amti,2004: 309) menyebutkan bahwa bimbingan klasikal diselenggarakan oleh guru pembimbing untuk memberikan informasi yang bersifat karier, belajar, dan personal-sosial. Ketiga sifat informasi tersebut menunjuk pada bidang kehidupan siswa sebagai ragam bimbingan klasikal yaitu bidang personal-sosial, belajar, dan bidang karier. Winkel dan Hastuti (2004: 114) mengatakan bahwa bimbingan belajar merupakan bimbingan klasikal yang menyangkut tentang hal-hal tentang studi akademik, bimbingan karier menyangkut tentang perencanaan jabatan.

2. Tujuan Pelayanan Bimbingan

Tujuan pelayanan bimbingan yaitu supaya siswa yang dilayani mampu mengatur kehidupan sendiri, memiliki pandangannya sendiri, dan tidak sekadar mengikuti pendapat orang lain, mengambil sikap sendiri, dan berani menanggung sendiri akibat atau konsekuensi dari segala tindakannya (Winkel,1997: 519).


(51)

3. Manfaat Bimbingan Klasikal

Winkel dan Hastuti (2004: 565-566) mengatakan bahwa bimbingan klasikal bermanfaat bagi tenaga bimbingan dan juga bagi para siswa. Manfaat bagi tenaga bimbingan antara lain :

a. Mendapat kesempatan untuk berkontak dengan banyak siswa

sekaligus dapat mengenal siswa.

b. Menghemat waktu dan tenaga dalam kegiatan yang dapat dilakukan

dalam suatu kelompok, misalnya memberikan informasi yang memang dibutuhkan oleh semua siswa.

c. Memperluas ruang geraknya, lebih-lebih bila jumlah tenaga aternatif di sekolah hanya satu atau dua orang saja.

Manfaat bagi para siswa antara lain :

a. Menjadi lebih sadar akan tantangan yang dihadapi sehingga mereka memutuskan untuk berwawancara secara pribadi dengan konselor. b. Lebih rela menerima dirinya sendiri, setelah menyadari bahwa

teman-temannya sering menghadapi persoalan, kesulitan, dan tantangan yang kerap kali sama.

c. Lebih berani mengemukakan pandangannya sendiri bila berada dalam kelompok


(52)

d. Diberi kesempatan untuk mendiskusikan sesuatu bersama dan dengan demikian mendapat latihan untuk bergerak dalam suatu kelompok, yang akan dibutuhkan selama hidupnya.

e. Lebih bersedia menerima suatu pandangan atau pendapat bila

dikemukakan oleh seorang teman, daripada pendapat hanya diketengahkan oleh konselor sekolah saja.

f. Tertolong untuk mengatasi suatu masalah yang dirasa sulit untuk

dibicarakan secara langsung dengan konselor karena malu atau bersifat tertutup.

Ada kelemahan yang terjadi pada bimbingan klasikal ini. Kelemahan utama adalah bahwa dalam bimbingan kelompok, kontak pribadi antara konselor sekolah dan masing-masing siswa terbatas dan kurang mendalam, sehingga konselor sulit mengetahui apakah pelajarannya mencapai sasaran yang dituju dan siswa kurang dapat diajak untuk berefleksi lebih mendalam.

4. Bimbingan Pribadi-Sosial

Menurut Winkel dan Hastuti (2004: 114-119) ragam bimbingan dibagi menjadi tiga macam yaitu : bimbingan karier, bimbingan akademik, dan bimbingan pribadi-sosial. Bimbingan pribadi-sosial adalah bimbingan dalam menghadapi keadaan batinnya sendiri dan mengatasi berbagai pergumulan dalam batinnya sendiri; dalam mengatur diri sendiri di bidang kerohanian, perawatan jasmani, pengisian waktu luang, penyaluran nafsu seksual dan


(53)

sebagainya; serta bimbingan dalam membina hubungan kemanusiaan dengan alternatif di berbagai lingkungan (pergaulan). Contoh topik layanan bimbingan klasikal yang termasuk dalam bimbingan pribadi-sosial, antara lain ;

1) Ciri-ciri dan kemampuan diri sendiri,

2) Cara-cara mengembangkan sikap yang positif, 3) Rasa tanggung jawab,

4) Cara mengatasi konflik


(54)

37

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran tentang tingkat kepercayaan diri siswa-siswi kelas VIII SMP Negeri 1 Tepus Tahun Ajaran 2007/2008. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survei. Menurut Furchan (2004: 457) metode survei dapat digunakan bukan saja untuk melukiskan kondisi yang ada, melainkan juga membandingkan kondisi-kondisi tersebut dengan alternatif atau menilai keefektifan suatu program.

B. Subjek Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas VIII SMP Negeri 1 Tepus Tahun Ajaran 2007/2008. Menurut Arikunto (2006: 130) populasi diartikan sebagai keseluruhan subjek penelitian. Peneliti memakai sampel karena lebih efisien dan efektif dalam melakukan penelitian.

Arikunto (2006: 131) mengartikan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel tersebut dapat mengangkat kesimpulan penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi populasi.

Cara pengambilan sampel yaitu dengan random sampling. Menurut Hadi (2004: 83) random sampling adalah pengambilan sampel secara random atau acak tanpa pandang bulu. Pengambilan sampel ini dilakukan dengan cara undian.


(55)

Peneliti mengacak anggota populasi sehingga setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk menjadi anggota sampel. Apabila jumlah subjeknya besar (lebih dari 100) maka dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih. Semakin banyak sampel atau semakin besar prosentase sampel dari populasi, hasil penelitian akan semakin baik (Arikunto,2006: 134). Jumlah populasi penelitian adalah 144 siswa. Dari jumlah tersebut diambil sampel 40% atau 60 siswa.

Tabel 1

Jumlah Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Tepus Tahun Ajaran 2007/2008 dan Jumlah Sampel Penelitian.

Kelas Jumlah siswa Jumlah sampel

II A 36 15

II B 36 17

II C 36 12

II D 36 16

Jumlah 144 60

C. Instrumen Penelitian

1. Kuesioner tentang kepercayaan diri siswa-siswi SMP Negeri I Tepus Menurut Furchan (1982: 248) kuesioner merupakan daftar pertanyaan tertulis yang diberikan kepada subjek penelitian. Keuesioner ini lebih praktis dan efisien. Arikunto (2006: 151) mengartikan kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui.


(56)

Kuesioner yang digunakan untuk penelitian bersifat tertutup dan langsung. Tertutup artinya dalam kuesioner sudah disediakan alternatif jawaban sehingga responden tinggal memilihnya. Sedangkan bersifat langsung karena daftar pernyataan dikirimkan langsung kepada orang yang ingin dimintai pendapat dan keyakinannya atau diminta menceriterakan keadaan dirinya sendiri (Hadi, 2004: 178).

Kuesioner terdiri dari dua bagian, yaitu: bagian pertama memuat tujuan

kuesioner, petunjuk pengisian kuesioner, identitas subyek dan hari/tanggal pengisian. Sedangkan bagian kedua memuat pernyataan tentang kepercayaan

diri. Pernyataan-pernyataan dalam kuesioner disajikan dalam bentuk kalimat positif (favorabel) dan kalimat negatif (unfavorabel). Pernyataan-pernyataan

untuk kuesioner tersebut terdiri dari 82 item. Kuesioner penelitian disajikan dalam lampiran 1.

Item-item kuesioner memuat aspek-aspek kepercayaan diri yaitu memiliki konsep diri yang positif yang berjumlah 30 item, yakin pada diri sendiri berjumlah 21 item, optimis berjumlah 16, mandiri berjumlah 6, dan memiliki perasaan aman berjumlah 9. Kisi-kisi kuesioner kepercayaan diri disajikan dalam tabel 2.


(57)

Tabel 2.

Kisi-Kisi Kuesioner Kepercayaan Diri No Aspek-

Aspek Kepercaya

an diri

Indikator Favorabel Unfavora bel

Jumlah

1. Konsep diri

yang positif

a. Penghargaan diri 36,56 57 3

b. Penyesuaian diri 5 39 2

c. Penerimaan diri 33,34,35,37,38,4

3

32,44 8

d. Penerimaan dari orang lain 7,8,9,11,15,16,17 ,18, 21,29 6,22,58 13 e. Penerimaan lingkungan

4,10,19 79 4

2. Yakin pada

diri sendiri

a. Tidak

membandingkan diri dengan orang lain.

67,23 66 3

b. Tidak terpengaruh oleh orang lain.

76 59 2

c. Memahami fisik 14,41,42 40 4

d. Memahami kekurangan

1,2 80 3

e. Memahami kelebihan

3 65 2

f. Menyadari adanya kegagalan

60,61 81 3

g. Tidak putus asa 71 62 2

h. Berusaha sungguh-sungguh sesuai dengan

kemampuannya

63 77 2

3. Optimis a. Berusaha

memecahkan masalah

13 45 2

b. Pribadi yang terbuka

12,48,49 27,30,31 6

c. Berani menghadapi tantangan


(58)

No Aspek-Aspek Kepercaya

an diri

Indikator Favorabel Unfavora bel

Jumlah

d. Harapan dan

pandangan yang positif mengenai masa depan

47,50,51 82 4

4. Mandiri a. Tidak tergantung

pada orang lain

68 69 2

b. Mampu

menyelesaikan tugas tanpa bantuan dari orang lain

73,74 55,75 4

5. Perasaan Aman

a. Tidak dikuasai rasa takut

72 70 2

b. Tidak dikuasai rasa cemas

26 25,53 3

c. Tidak ragu-ragu dalam mengambil keputusan

78 64 2

d. Menghadapi masalah dengan tenang.

52 54 2

Jumlah 82

2. Pemberian Skor

Pemberian skor dikategorikan menurut pernyataan positif dan negatif. Ada empat alternatif jawaban yaitu sangat sering, sering, cukup sering, dan jarang/tidak pernah. Pada pernyataan positif diberi skor 4 untuk alternatif jawaban sangat sering, 3 untuk sering, 2 cukup sering, dan 1 untuk alternatif jawaban jarang/tidak pernah. Sedangkan untuk pernyataan negatif, diberi skor 1 untuk alternatif jawaban sangat sering, 2 untuk sering, 3 untuk cukup sering, dan 4 untuk alternatif jawaban jarang/tidak pernah.


(59)

Menurut Hadi(1990: 19-20) modifikasi Skala Likert menjadi empat kategori jawaban yaitu sangat sering (SS), sering (S), cukup sering (CS), dan jarang/tidak pernah (J/TP). Hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan kelemahan yang dikandung oleh skala lima tingkat, yaitu pada alternatif jawaban netral. Alternatif jawaban netral ini mempunyai arti ganda maksudnya dapat diartikan belum dapat memutuskan dan dapat juga diartikan netral atau ragu-ragu. Tersedianya jawaban di tengah menimbulkan kecenderungan menjawab netral (central tendency effect), terutama mereka

yang masih ragu-ragu atas kecenderungan jawabannya. Selain itu, maksud kategori sangat sering, sering, cukup sering, dan jarang/tidak pernah, bertujuan untuk melihat kecenderungan pendapat responden ke arah setuju atau ke arah tidak setuju.

3. Validitas dan Reliabilitas a. Validitas

Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur mampu mengukur apa yang seharusnya diukur (Furchan,2004: 293). Jadi alat ukur dikatakan valid apabila alat itu mampu mengukur apa yang seharusnya diukur dengan memperhatikan kecermatan dan ketepatan. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas konstruk. Validitas konstruk adalah validitas yang menunjukkan sampai di mana isi suatu tes atau alat pengukur sesuai dengan suatu konsep yang seharusnya menjadi isi tes atau alat pengukur tersebut atau konstruksi teoritis yang mendasari disusunnya tes atau


(60)

alat pengukur tersebut (Masidjo,1995: 244). Item yang dibuat oleh peneliti didasarkan pada konsep teoretik yang ada dalam kajian teori. Item yang dibuat kemudian dianalisis untuk mengetahui dan menghasilkan instrumen yang sesuai dengan konsep teorinya. Metode yang digunakan untuk mencari dan

menganalisis validitas dengan teknik product moment yang dikembangkan

oleh Pearson. Menurut Masidjo (1995: 246) teknik product moment dengan

rumus:

r

xy=

{

}{

}

∑ ∑

− ∑ − − 2 2 2 2 ) ( ( ) )( (

)

N Y Y

X N Y X XY N

X

keterangan rumus :

r

xy : koefisien validitas

X : skor item tertentu yang akan diuji validitasnya

Y : skor total per aspek yang memuat no item yang diuji validitasnya

N : Jumlah subyek

∑XY : Jumlah hasil perkalian nilai X dan nilai Y

Penentuan kesahihan item kuesioner menggunakan kriteria Cronbach (Azwar,1992) yang mengatakan bahwa apabila koefisien validitas kurang dari 0,30 dianggap tidak memuaskan. Cronbach (Azwar,1992: 158) mengatakan bahwa koefisien yang berkisar antara 0,30 sampai dengan 0,50 telah dapat memberikan kontribusi yang memuaskan. Dengan demikian item yang koefisien korelasinya < 0,30 dinyatakan gugur,sedangkan item yang koefisien


(61)

korelasinya ≥ 0,30 dinyatakan valid. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa dari 135 item diperoleh 64 item koefisien korelaisnya ≥ 0,30.

Tabel 3

Rekapitulasi uji coba validitas instrumen No Aspek- Aspek

Kepercayaan diri

Indikator Jumlah item

Valid Gugur

1. Konsep diri

yang positif

a. Penghargaan diri 3 3 0

b. Penyesuaian diri 4 2 2

c. Penerimaan diri 16 8 8

d. Penerimaan dari orang lain

25 13 12

e. Penerimaan lingkungan

11 3 8 2. Yakin pada diri

sendiri

a. Tidak

membandingkan diri dengan orang lain.

3 1 2

b. Tidak terpengaruh oleh orang lain.

3 1 2

c. Memahami fisik 7 4 3

d. Memahami kekurangan

6 2 4 e. Memahami

kelebihan

3 1 2 f. Menyadari adanya

kegagalan

4 2 2

g. Tidak putus asa 2 1 1

h. Berusaha sungguh-sungguh sesuai dengan

kemampuannya


(62)

No Aspek-Aspek Kepercayaan diri Indikator Jumlah Item Valid Gugur

3. Optimis a. Berusaha

memecahkan masalah

2 2 0

b. Pribadi yang

terbuka

10 6 4 c. Berani

menghadapi tantangan

6 4 2

d. Harapan dan pandangan yang positif mengenai masa depan

5 3 2

4. Mandiri a. Tidak

tergantung pada orang lain

3 0 3

b. Mampu

menyelesaikan tugas tanpa bantuan dari orang lain

9 1 8

5. Perasaan Aman a. Tidak dikuasai

rasa takut

4 0 4 b. Tidak dikuasai

rasa cemas

3 3 0 c. Tidak

ragu-ragu dalam mengambil keputusan

2 1 1

d. Menghadapi masalah dengan tenang.

2 2 0


(63)

b. Reliabilitas

Reliabilitas alat ukur adalah derajat keajegan alat tersebut dalam mengukur apa saja yang diukurnya (Furchan,2004: 310). Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu alat ukur dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data (Arikunto,2002: 154). Untuk menguji taraf reliabilitas kuesioner dalam penelitian ini, maka dilakukan pembagian item yang bernomor ganjil dan genap dengan menggunakan metode belah dua (split-half method) (Masidjo,1995: 218).

Metode belah dua ini lebih efisien dengan satu tes untuk satu kali pengukuran. Metode ini sering disebut metode gasal-genap. Hasil dari suatu tes dibelah menjadi dua bagian, dengan bagian pertama merupakan skor dari item yang bernomor gasal (X) dan bagian kedua adalah skor yang berasal dari item yang bernomor genap (Y). Skor dari masing-masing item dijumlahkan untuk memperoleh skor total belahan pertama dan belahan kedua. Skor total belahan pertama dikorelasikan dengan skor total belahan kedua. Taraf reliabilitas dinyatakan dalam suatu koefisien yaitu koefisien reliabilitas. Koefisien korelasi yang diperoleh adalah 0,6003. Menurut Azwar (1992: 68) koefisien korelasi tersebut dikoreksi

dengan menggunakan formula korelasi dari Spearman Brown dengan


(64)

r

tt = rgg xrgg + 1 2 keterangan rumus:

rtt : Koefisien reliabilitas

rgg : Koefisien korelasi item-item belahan ganjil dan genap.

Perhitungan taraf reliabilitas kuesioner dengan metode belah dua (Split-half method) menggunakan teknik Product Moment dari Pearson

dan formula korelasi dari Spearman Brown sebagai berikut :

X : 7707

Y : 7330

X2 : 1.657.879

Y2 : 1.508.687

XY : 1.576.043

r

xy=

{

}{

}

∑ ∑

− ∑ − − 2 2 2 2 ) ( ( ) )( (

)

N Y Y

X N Y X XY N

X

rgg=

{

2

}{

2

}

) 7330 ( ) 687 . 508 . 1 36 ( ) 7707 )( 879 . 657 . 1 36 ( ) 7330 )( 707 . 7 ( ) 043 . 576 . 1 36 ( − − x x x rgg=

{

59.683.644 59.397.849

}{

54.312.732 53.728.900

}

310 . 492 . 56 548 . 737 . 56 − − − rgg= ) 832 . 583 )( 795 . 285 ( 238 . 245


(65)

rgg= 440 . 266 . 856 . 166 238 . 245 rgg= 43581057 , 480 . 408 238 . 245 rgg= 0,6003

Hasil perhitungan uji reliabilitas instrumen adalah sebagai berikut:

r

tt =

rgg xrgg + 1 2 rtt= 6003 , 0 1 6003 , 0 2 + x rtt= 6003 , 1 2006 , 1 rtt= 0,75

Masidjo(1995: 209) mengatakan bahwa untuk lebih mempertegas taraf reliabilitasnya digunakan pedoman daftar indeks kualifikasi reliabilitas. Daftar indeks kualifikasi reliabitas dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4

Daftar indeks kualifikasi reliabilitas Koefisien korelasi Kualifikasi

0,91-1,00 Sangat Tinggi

0,71-0,90 Tinggi 0,41-0,70 Cukup 0,21-0,40 Rendah


(66)

Berdasarkan hasil perhitungan dan setelah dikorelasikan dengan rumus Spearman Brown diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,75. Mengacu pada

pedoman indeks kualifikasi reliabilitas (Masidjo,1995: 209) taraf reliabilitas kuesioner uji coba termasuk pada kualifikasi tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa alat penelitian yang digunakan adalah reliabel.

D. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan melewati dua tahap. Tahap pertama adalah uji coba dan tahap kedua adalah tahap penelitian.

1. Tahap Uji Coba Kuesioner

Sebelum kuesioner digunakan, peneliti mengujicobakan kuesioner agar kuesioner benar-benar mengukur tingkat kepercayaan diri siswa. Arikunto (2006: 226) mengatakan bahwa untuk memperoleh kuesioner dengan hasil yang valid yaitu dengan proses ujicoba. Kuesioner diujicobakan pada siswa/i kelas VIII SMP Negeri I Tepus Tahun Ajaran 2007/2008 yang tidak termasuk sampel penelitian. Jumlah siswa yang diujicoba adalah 36 siswa. Ujicoba dilaksanakan pada tanggal 11 September 2007.

2. Tahap Penelitian

Tahap penelitian dilaksanakan di SMP Negeri I Tepus, Gunung Kidul pada tanggal 1 Oktober 2007. Peserta yang dijadikan subjek penelitian adalah siswa/i kelas VIII SMP Negeri I Tepus Tahun Ajaran 2007/2008


(67)

yang telah dipilih sebagai sampel penelitian. Sampel penelitian ini berjumlah 60 siswa.

Pengisian kuesioner dilaksanakan pada waktu kegiatan belajar mengajar dengan meminta ijin pada guru mata pelajaran. Sebelum kuesioner dibagikan, peneliti memberikan penjelasan mengenai maksud dan tujuan dari kuesioner. Peneliti memberikan penjelasan kepada siswa mengenai petunjuk pengerjaan kuesioner dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk membaca serta menanyakan hal-hal yang belum dimengerti. Pembagian dan penjelasan maksud dan tujuan kuesioner dilaksanakan sebelum siswa mengerjakan kuesioner. Waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan kuesioner kurang lebih 45 menit.

E. Teknik Analisis data

Tekhnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan pada penilaian acuan patokan (PAP) tipe I. Penilaian acuan patokan adalah suatu patokan yang telah ditetapkan sebelumnya atau skor ideal yang dicapai oleh individu. Penilaian ini diorientasikan pada suatu standar yang absolut tanpa menghubungkannya dengan kelompok tertentu. PAP dipilih sebagai dasar penggolongan tingkat kepercayaan diri dalam penelitian ini karena penelitian ini mengharapkan sesuatu yang ideal. Penggolongan ini dibagi menjadi lima tingkat yaitu: sangat tinggi, tinggi, cukup, rendah, dan sangat rendah.


(68)

Data yang telah terkumpul kemudian diolah dan dianalisis dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :

1. Memberikan skor untuk masing-masing subjek.

2. Membuat tabulasi data penelitian.

3. Menjumlahkan skor total dari masing-masing subjek untuk setiap

item.

4. Menghitung skor maksimal yang seharusnya didapatkan oleh siswa

sehingga bisa dijadikan dasar usulan topik bimbingan.

Skor maksimal : 4

Jumlah item : 82

Total Skor Maksimal : 4 x 82 = 328

Tabel 5

Gambaran kepercayaan diri siswa-siswi SMP Negeri I Tepus Perhitungan Prosentase Kualifikasi

90% x 328= 295 Sangat Tinggi

80% x 328 = 262 Tinggi

65% x 328 = 213 Cukup

55% x 328 = 180 Rendah


(69)

Table 6

Skor-skor yang diperoleh

295-328 Sangat tinggi

262- 294 Tinggi

213-261 Cukup 180-212 Rendah

Nol- 179 Sangat rendah

Prosentase hasil skor yang diperoleh :

• 1/60 x 100% = 1,67% (Sangat Tinggi)

• 9/60 x 100% = 15% (Tinggi)

• 48/60 x 100% = 80,00% (Cukup)

• 2/60 x 100% = 3,33% (Rendah)

• 0/60 x100% = 0% (Sangat rendah)

5. Menggolongkan tingkat kepercayaan diri berdasarkan PAP I dengan

kriteria seperti yang disajikan dalam tabel 4.

Tabel 7

Penggolongan tingkat kepercayaan diri berdasarkan PAP I Tingkat kepercayaan diri kualifikasi

90%-100% Sangat tinggi

80%-89% Tinggi

65%-79% Cukup tinggi

55%-64% Rendah


(70)

6. Menghitung skor-skor yang diperoleh pada setiap item dalam aspek kepercayaan diri dengan menjumlahkan skor yang diperoleh dan membandingkannya dengan skor maksimal, sehingga diketahui manakah aspek kepercayaan diri yang sudah tinggi dan manakah aspek kepercayaan diri siswa yang masih tergolong rendah.

Dari hasil perhitungan diperoleh hasil bahwa tingkat kepercayaan diri siswa-siswi kelas VIII SMP Negeri I Tepus Tahun Ajaran 2007/2008 ternyata masih kurang ideal. Hasil tinggi yang diperoleh berjumlah 16,67%, sedangkan hasil yang kurang tinggi diperoleh 83,33%. Dalam hal ini, perlu ada pembinaan melalui bimbingan klasikal yang dilaksanakan oleh konselor sekolah.


(71)

54

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian Tingkat Kepercayaan Diri Siswa-Siswi Kelas VIII SMP Negeri I Tepus Tahun Ajaran 2007/2008

Tingkat kepercayaan diri siswa-siswi kelas VIII SMP Negeri I Tepus Tahun Ajaran 2007/2008 digolongkan berdasarkan Penilaian Acuan Patokan Tipe I (PAP I). Penilaian Acuan Patokan tipe I digunakan dengan memperbandingkan skor yang diperoleh dengan skor seharusnya (Masidjo,1995: 153). Penggolongan tingkat kepercayaan diri siswa-siswi kelas VIII SMP Negeri I Tepus Tahun Ajaran 2007/2008 dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8.

Penggolongan tingkat kepercayaan diri

Siswa-siswi kelas VIII SMP Negeri I Tepus Tahun Ajaran 2007/2008 Rumus PAP

Tipe I

Rentang Skor Frekuensi Persentase Kualifikasi

90% - 100% 295 -328 1 1,67% Sangat Tinggi

80% - 89% 262 -294 9 15% Tinggi

65% - 79% 213 – 261 48 80,00% Cukup

55% - 64% 180 – 212 2 3,33% Rendah


(72)

Tabel 8 menunjukkan bahwa di antara para siswa-siswi kelas VIII SMP Negeri I Tepus Tahun Ajaran 2007/2008 ada 1 responden (1,67%) yang mempunyai kepercayaan diri yang berkualifikasi “sangat tinggi”; 9 responden (15%) mempunyai kepercayaan diri yang berkualifikasi “tinggi”; 48 responden (80,00%) mempunyai kepercayaan diri yang berkualifikasi “cukup”; 2 responden (3,33%) mempunyai kepercayaan diri yang berkualifikasi “rendah”; dan tidak ada responden yang mempunyai kepercayaan diri dengan kualifikasi “sangat rendah”.

Deskripsi tingkat kepercayaan diri siswa-siswi SMP Negeri I Tepus Tahun Ajaran 2007/2008 dijadikan usulan topik-topik bimbingan klasikal untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa-siswi yang akan disajikan dalam bab V. Topik-topik bimbingan klasikal yang akan diusulkan diambil berdasarkan beberapa indikator yang masih rendah. Indikator tersebut adalah penerimaan dari orang lain, memahami kelebihan, mampu menyelesaikan tugas tanpa bantuan orang lain, pemahaman fisik, tidak terpengaruh oleh orang lain, dan tidak dikuasai rasa takut.

B. Pembahasan

Pembahasan kepercayaan diri siswa/i SMP Negeri I Tepus Tahun Ajaran 2007/2008 akan dibahas secara keseluruhan. Apabila dilihat dari hasil penelitian maka ada siswa yang memiliki kepercayaan diri “sangat tinggi”, “tinggi”, “cukup”, dan “rendah”. Siswa yang memiliki tingkat kepercayaan


(1)

75 186 35

76 155 64

77 173 46

78 158 62

79 223 5

80 189 31

81 199 23


(2)

No subjek

Skor yang dicapai

Skor Maksimal Kategori Posisi Skor 32 310 328 Sangat tinggi 90%<X<100%

47 277 328 Tinggi 80%<X<89%

39 270 328 Tinggi 80%<X<89% 40 268 328 Tinggi 80%<X<89% 48 267 328 Tinggi 80%<X<89% 49 265 328 Tinggi 80%<X<89% 18 263 328 Tinggi 80%<X<89% 29 263 328 Tinggi 80%<X<89% 27 262 328 Tinggi 80%<X<89% 23 262 328 Tinggi 80%<X<89%

53 260 328 Cukup tinggi 65%<X<79% 21 259 328 Cukup tinggi 65%<X<79%

11 256 328 Cukup tinggi 65%<X<79% 44 256 328 Cukup tinggi 65%<X<79% 57 256 328 Cukup tinggi 65%<X<79% 13 255 328 Cukup tinggi 65%<X<79% 31 255 328 Cukup tinggi 65%<X<79% 38 255 328 Cukup tinggi 65%<X<79% 52 253 328 Cukup tinggi 65%<X<79% 60 253 328 Cukup tinggi 65%<X<79% 22 252 328 Cukup tinggi 65%<X<79% 35 250 328 Cukup tinggi 65%<X<79% 20 249 328 Cukup tinggi 65%<X<79% 5 246 328 Cukup tinggi 65%<X<79% 30 246 328 Cukup tinggi 65%<X<79% 42 244 328 Cukup tinggi 65%<X<79% 50 244 328 Cukup tinggi 65%<X<79% 37 244 328 Cukup tinggi 65%<X<79% 56 242 328 Cukup tinggi 65%<X<79% 43 242 328 Cukup tinggi 65%<X<79% 15 242 328 Cukup tinggi 65%<X<79% 8 240 328 Cukup tinggi 65%<X<79% 12 239 328 Cukup tinggi 65%<X<79% 28 239 328 Cukup tinggi 65%<X<79% 34 237 328 Cukup tinggi 65%<X<79% 45 236 328 Cukup tinggi 65%<X<79% 24 236 328 Cukup tinggi 65%<X<79% 14 236 328 Cukup tinggi 65%<X<79% 46 235 328 Cukup tinggi 65%<X<79%


(3)

36 234 328 Cukup tinggi 65%<X<79% 3 234 328 Cukup tinggi 65%<X<79% 1 234 328 Cukup tinggi 65%<X<79% 2 233 328 Cukup tinggi 65%<X<79% 26 232 328 Cukup tinggi 65%<X<79% 16 232 328 Cukup tinggi 65%<X<79% 10 231 328 Cukup tinggi 65%<X<79% 7 231 328 Cukup tinggi 65%<X<79% 55 230 328 Cukup tinggi 65%<X<79% 6 229 328 Cukup tinggi 65%<X<79% 51 226 328 Cukup tinggi 65%<X<79% 41 226 328 Cukup tinggi 65%<X<79% 33 225 328 Cukup tinggi 65%<X<79% 9 225 328 Cukup tinggi 65%<X<79% 25 224 328 Cukup tinggi 65%<X<79% 19 224 328 Cukup tinggi 65%<X<79% 4 224 328 Cukup tinggi 65%<X<79% 58 221 328 Cukup tinggi 65%<X<79% 54 218 328 Cukup tinggi 65%<X<79%

59 212 328 Rendah 55%<X<64%


(4)

Lampiran 7

20 GRADASI SKOR MULAI DARI YANG PALING RENDAH

Peringkat Skor Nomor Item

1 112 8

2 116 65

3 117 74

4 122 20

5 128 49

6 136 48

7 137 73

8 138 72

9 139 3

10 139 16

11 141 69

12 148 53

13 149 15

14 153 33

15 153 71

16 154 35

17 155 52

18 155 56

19 155 76


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

TANGGAPAN REMAJA TENTANG SERIAL TV (SINETRON) ADA APA DENGAN CINTA DI RCTI (study pada siswa-siswi kelas II MAN Malang I tahun ajaran 2004-2005)

0 3 1

Efektifitas pembelajaran dengan praktikum di laboratorium alam berwawasan salingtemas terhadap hasil belajar biologi(Di SMP Negeri 2 Jember kelas I semester 2 sub konsep pencemaran lingkungan tahun ajaran 2004/2005)

0 3 131

Hubungan pemberian biasiswa terhadap peningkatan hasil belajar mata pelajaran biologi siswa kelas II SLTP Negeri se Kabupaten Bondowoso tahun ajaran 2000/2001

0 4 61

hubungan tingkat stressor psikososial dengan tingkat kecemasan pada mahasiswa baru tahun ajaran 2012/2013 Fakultas Kedokteran Universitas Jember

0 6 16

Pengaruh dukungan sosial dan bimbingan agama islam terhadap kepercayaan diri penyandang tunadaksa di Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Kebayoran Baru Jakarta Selatan

0 15 145

Gambaran tingkat pengetahuan santri Madrasah Tsanawiyah kelas VIII Pesantren Darul Ulum Banyuanyar Tahun ajaran 2010-2011 tentang skabies

0 17 34

Analisis tingkat kepuasan jama'ah haji tahun 1010 terhadap pelayanan kelompok bimbingan ibadah haji (KBIH ) Al-Mujahidin-Pamulang

1 22 99

Pengaruh pola asuh terhadap kepercayaan diri anak

2 5 128

Hubungan pengembangan diri rutin terhadap al-akhlak al-karimah siswa-siswi program akselerasi SMP Bakti Mulya 400 Jakarta

2 27 132

Identifikasi miskonsepsi dalam pembelajaran IPA ruang lingkup materi dan sifatnya di SMP Joannes Bosco Yogyakarta kelas VIII tahun ajaran 2014-2015

1 5 9