Deskripsi tingkat kemampuan mengelola emosi siswa kelas IX SMP Kanisius Pakem tahun ajaran 2015/2016 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan klasikal.
DESKRIPSI TINGKAT KEMAMPUAN MENGELOLA EMOSI SISWA KELAS IX SMP KANISIUS PAKEM TAHUN AJARAN 2015/2016 DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL Agnes Restuning Widi
Universitas Sanata Dharma 2015
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang kemampuan siswa kelas IX SMP Kanisius Pakem tahun ajaran 2015/2016 mengelola emosinya dan membuat usulan topik-topik bimbingan klasikal yang sesuai untuk meningkatkan kemampuan siswa mengelola emosinya.
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif.Subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas IX SMP Kanisius Pakem tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 37 orang. Instrumen penelitian berupa kuesioner yang mengungkap kemampuan siswa dalam mengelola emosinya, yang terbagi dalam lima aspek kemampuan mengelola emosi yang dikemukakan oleh Goleman (1999: 115-166) yaitu mampu mengendalikan diri, menunjukkan sifat dapat dipercaya, menunjukkan sifat bersungguh-sungguh, menunjukkan adaptabilitas, dan menunjukkan inovasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah kategorisasi tingkat kemampuan siswa kelas IX SMP Kanisius Pakem tahun ajaran 2015/2016 dalam mengelola emosinya berdasarkan kategorisasi Azwar. Terdapat empat tingkat kemampuan siswa kelas IX SMP Kanisius Pakem tahun ajaran 2015/2016 dalam mengelola emosinya yaitu sangat tidak mampu, tidak mampu, mampu, dan sangat mampu.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa: tidak ada (0%) siswa yang tergolong sangat tidak mampu mengelola emosinya, ada 5 (13,6%) siswa yang tergolong tidak mampu mengelola emosinya, ada 20 (54%) siswa yang tergolong mampu mengelola emosinya, dan ada 12 (32,4%) siswa yang tergolong sangat mampu mengelola emosinya. Berdasarkan item-item kuesioner yang menunjukkan bahwa siswa tidak mampu dalam mengelola emosinya, peneliti mengusulkan topik-topik bimbingan klasikal yang sesuai untuk meningkatkannya.
(2)
DESCRIPTION OF ABILITY LEVEL TO MANAGE EMOTIONS CLASS IX SMP KANISIUS PAKEMACADEMIC YEAR 2015/2016 AND ITS IMPLICATIONS
TO CLASSICAL GUIDANCE TOPICS PROPOSED Agnes Restuning Widi
Sanata DharmaUniversity 2015
This study aims to gain an overview of the ability of junior high school students of class IX Kanisius Pakem Junior High School academic year 2015/2016in managing their emotions and make suggestions of the appropriate classical guidance topics to enhance students’ ability to manage theiremotions.
This research is quantitative research. The subjects were all students of class IX Kanisius PakemJunior High School academic year 2015/2016which were 37 people. The research instrument was questionnaire that reveals the students’ ability to manage their
emotions, which is divided into five aspects of the ability to manage the emotions expressed by Goleman (1999: 115-166). The five aspects are able to control themselves, demonstrate trustworthiness, showed serious nature, showing adaptability, and demonstrate innovation. The data analysis technique used is the categorization of students’ ability level in class IX Kanisius Pakem Junior High School academic year 2015/2016 in managing emotions based on Azwar categorization. There are four levels of ability of students class IX Kanisius Pakem Junior High School academic year 2015/2016 in managing emotions, they are so incapable, incapable, capable, and very capable.
The results showed that: none (0%) of students were classified as so incapable of managing their emotions, there are five (13.6%) students were classified as incapable of managing their emotions, there were 20 (54%) students were classified as capable of managing their emotions, and there were 12 (32.4%) students were classified as very capable of managing their emotions. Based on the questionnaire items indicating that students are incapable of managing his emotions, the researcher proposesthe appropriate classical guidance topics to improve it.
(3)
DESKRIPSI TINGKAT KEMAMPUAN MENGELOLA EMOSI
SISWA KELAS IX SMP KANISIUS PAKEM TAHUN AJARAN
2015/2016 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN
TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan Dan Konseling
Oleh:
Agnes Restuning Widi NIM: 111114033
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2015
(4)
i
DESKRIPSI TINGKAT KEMAMPUAN MENGELOLA EMOSI
SISWA KELAS IX SMP KANISIUS PAKEM TAHUN AJARAN
2015/2016 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN
TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan Dan Konseling
Oleh:
Agnes Restuning Widi NIM: 111114033
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2015
(5)
(6)
(7)
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
ORA ET LABORA
~
La vita é bella
~
“Aku sekali
-sekali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-sekali tidak akan
meninggalkan engkau”
(Ibrani 13:5)
“Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari”
(Matius 6.34)
SKRIPSI INI SAYA PERSEMBAHKAN
Untuk
Sang Pemilik Hidup
Yang Senantiasa Memberi Jalan dari Setiap Keluh Kesah
Untuk
Kedua Orang Tuaku
Yang Tiada Henti Mendo’akanku dan Menjadi
Penyemangatku
Untuk
Pembimbingku
Yang Tiada Lelah Memberi Waktu, Nasihat dan Bimbingan
Untuk
Teman-teman BK 2011
Yang Berjuang Bersama dalam Susah dan Senang
Untuk
(8)
(9)
(10)
vii ABSTRAK
DESKRIPSI TINGKAT KEMAMPUAN MENGELOLA EMOSI SISWA KELAS IX SMP KANISIUS PAKEM TAHUN AJARAN 2015/2016 DAN
IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL
Agnes Restuning Widi Universitas Sanata Dharma
2015
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang kemampuan siswa kelas IX SMP Kanisius Pakem tahun ajaran 2015/2016 mengelola emosinya dan membuat usulan topik-topik bimbingan klasikal yang sesuai untuk meningkatkan kemampuan siswa mengelola emosinya.
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas IX SMP Kanisius Pakem tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 37 orang. Instrumen penelitian berupa kuesioner yang mengungkap kemampuan siswa dalam mengelola emosinya, yang terbagi dalam lima aspek kemampuan mengelola emosi yang dikemukakan oleh Goleman (1999: 115-166) yaitu mampu mengendalikan diri, menunjukkan sifat dapat dipercaya, menunjukkan sifat bersungguh-sungguh, menunjukkan adaptabilitas, dan menunjukkan inovasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah kategorisasi tingkat kemampuan siswa kelas IX SMP Kanisius Pakem tahun ajaran 2015/2016 dalam mengelola emosinya berdasarkan kategorisasi Azwar. Terdapat empat tingkat kemampuan siswa kelas IX SMP Kanisius Pakem tahun ajaran 2015/2016 dalam mengelola emosinya yaitu sangat tidak mampu, tidak mampu, mampu, dan sangat mampu.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa: tidak ada (0%) siswa yang tergolong sangat tidak mampu mengelola emosinya, ada 5 (13,6%) siswa yang tergolong tidak mampu mengelola emosinya, ada 20 (54%) siswa yang tergolong mampu mengelola emosinya, dan ada 12 (32,4%) siswa yang tergolong sangat mampu mengelola emosinya. Berdasarkan item-item kuesioner yang menunjukkan bahwa siswa tidak mampu dalam mengelola emosinya, peneliti mengusulkan topik-topik bimbingan klasikal yang sesuai untuk meningkatkannya.
(11)
viii
ABSTRACT
DESCRIPTION OF ABILITY LEVEL TO MANAGE EMOTIONS CLASS IX SMP KANISIUS PAKEM ACADEMIC YEAR 2015/2016 AND ITS IMPLICATIONS TO CLASSICAL GUIDANCE TOPICS PROPOSED
Agnes Restuning Widi Sanata Dharma University
2015
This study aims to gain an overview of the ability of junior high school students of class IX Kanisius Pakem Junior High School academic year 2015/2016 in managing their emotions and make suggestions of the appropriate classical guidance topics to enhance students’ ability to manage their emotions.
This research is quantitative research. The subjects were all students of class IX Kanisius Pakem Junior High School academic year 2015/2016 which were 37 people. The research instrument was questionnaire that reveals the students’ ability to manage their emotions, which is divided into five aspects of the ability to manage the emotions expressed by Goleman (1999: 115-166). The five aspects are able to control themselves, demonstrate trustworthiness, showed serious nature, showing adaptability, and demonstrate innovation. The data analysis technique used is the categorization of students’ ability level in class IX Kanisius Pakem Junior High School academic year 2015/2016 in managing emotions based on Azwar categorization. There are four levels of ability of students class IX Kanisius Pakem Junior High School academic year 2015/2016 in managing emotions, they are so incapable, incapable, capable, and very capable.
The results showed that: none (0%) of students were classified as so incapable of managing their emotions, there are five (13.6%) students were classified as incapable of managing their emotions, there were 20 (54%) students were classified as capable of managing their emotions, and there were 12 (32.4%) students were classified as very capable of managing their emotions. Based on the questionnaire items indicating that students are incapable of managing his emotions, the researcher proposes the appropriate classical guidance topics to improve it.
(12)
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas pertolongan, dan penyertaanNya dalam persiapan, pelaksanaan serta penyelesaian laporan penelitian ini.
Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan dari program studi Bimbingan dan Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penulis menyadari bahwa selesainya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada:
1. Dr. Gendon Barus, M.Si., sebagai Kepala Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.
2. Drs. R. H. Dj. Sinurat, M. A., selaku dosen pembimbing yang dengan sabar dan tulus telah memberikan waktu, motivasi, masukan, dan banyak pembelajaran berharga kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
3. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan yang berguna bagi penulis.
4. SMP Kanisius Pakem dan siswa kelas XI SMP Kanisius Pakem yang telah bersedia memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian.
(13)
(14)
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL. ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN. ... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN. ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT. ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI. ... xi
DAFTAR TABEL. ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN... xiv
BAB I PENDAHULUAN. ... 1
A. Latar Belakang Masalah. ... 1
B. Identifikasi Masalah... 4
C. Pembatasan Masalah. ... 4
D. Rumusan Masalah. ... 4
E. Tujuan Penelitian... 5
F. Manfaat Penelitian... 5
G. Definisi Operasional. ... 6
BAB II LANDASAN TEORI ... 7
A. Siswa SMP sebagai Remaja... 7
1. Pengertian Remaja. ... 7
2. Karakteristik Emosi Remaja. ... 8
B. Emosi dan Kemampuan Mengelola Emosi. ... 9
1. Emosi... 9
2. Kemampuan Mengelola Emosi. ... 13
(15)
xii
D. Hasil Penelitian Lain... 19
BAB III METODE PENELITIAN ... 20
A. Metode Penelitian... 20
B. Subjek Penelitian. ... 20
C. Instrumen Penelitian... 21
D. Validitas dan Reliabilitas. ... 23
E. Pengumpulan Data. ... 27
F. Teknik Analisis Data. ... 27
BAB IV HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN DAN USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL. ... 30
A. Tingkat Kemampuan Siswa Kelas IX SMP Kanisius Pakem Tahun Ajaran 2015/2016 dalam Mengelola Emosi. ... 30
B. Pembahasan Hasil Penelitian. ... 32
C. Usulan Topik-Topik Bimbingan Klasikal yang Sesuai untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Kelas IX SMP Kanisius Pakem Tahun Ajaran 2015/2016 yang Kemampuan Mengelola Emosinya Masih Rendah. ... 35
BAB V PENUTUP ... 39
A. Kesimpulan... 39
B. Keterbatasan Penelitian. ... 39
C. Saran. ... 40
DAFTAR PUSTAKA. ... 41
(16)
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Rincian Jumlah Siswa. ... 21
Tabel 2. Jumlah Item-item yang Valid dan Tidak Valid... 25
Tabel 3. Koefisien Reliabilitas Instrumen. ... 26
Tabel 4. Kriteria Guilford. ... 26
Tabel 5. Norma Kategorisasi. ... 29
Tabel 6. Tingkat Kemampuan Siswa Kelas IX SMP Kanisius Pakem Tahun Ajaran 2015/2016 dalam Mengelola Emosi. ... 31
Tabel 7. Penggolongan Item Kemampuan Mengelola Emosi Siswa Kelas IX SMP Kanisius Pakem Tahun Ajaran 2015/2016 Berdasarkan Tinggi Rendahnya Skor. ... 35
(17)
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kisi-kisi. ... 45
Lampiran 2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas... 50
Lampiran 3. Kuesioner Siswa. ... 57
Lampiran 4. Tabulasi Data Penelitian.. ... 62
Lampiran 5. RPLBK. ... 64
(18)
1 BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dipaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional variabel penelitian.
A. Latar Belakang Masalah
Setiap manusia pernah merasakan senang, gembira, bahagia, sedih, marah, kecewa, cemas, malu, takut dan lain sebagainya. Perasaan tersebut merupakan emosi yang dialami manusia dalam kehidupan sehari-hari. Emosi sangat erat dengan kehidupan setiap manusia dan dapat mempengaruhi perilakunya. Emosi orang mencerminkan keadaan jiwanya, yang akan tampak secara nyata pada perubahan jasmaninya (Safaria dan Saputra, 2009: 11). Ketika bahagia, orang akan merasa bersemangat dan percaya diri. Namun, ketika sedih orang akan kehilangan semangat, murung, malas dan sulit untuk konsentrasi.
Goleman (1995, dalam Juntika dan Agustin, 2011: 34) merumuskan emosi sebagai sesuatu yang merujuk pada perasaan dan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis, serta serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Menurut James and Lange (Yusuf, 2009: 118) emosi timbul karena pengaruh perubahan jasmaniah atau kegiatan individu, misalnya menangis karena sedih, tertawa karena gembira, berlari karena takut, dan berkelahi karena marah. Sebagian orang yang mengalami
(19)
emosi seringkali mengalami kesulitan dalam mengelola emosi. Hal ini juga dialami oleh para remaja dalam masa perkembangannya.
Kesulitan dalam mengelola emosi tentu dialami juga oleh para remaja yang sedang dalam pencarian jati dirinya. Menurut Erikson (Yusuf, 2009:
188) masa remaja berkaitan erat dengan perkembangan ‘sense of identity vs
real confusion’, yaitu perasaan atau kesadaran tentang jati dirinya. Pada masa remaja awal, emosi remaja menunjukkan sifat yang sensitif dan reaktif yang sangat kuat ketika menghadapi berbagai peristiwa; emosinya bersifat negatif dan temperamental (mudah tersinggung/marah atau mudah sedih/murung), tetapi pada masa remaja akhir remaja diharapkan mampu mengendalikan emosinya (Yusuf, 2009: 197).
Permasalahan emosi memang kerap dialami remaja, dan kemampuan mengelola emosi memang tidak diajarkan secara khusus dalam sistem pendidikan di Indonesia. Dalam proses pendidikan di Indonesia, proses belajar mengajar lebih banyak diarahkan pada kemampuan kognitif (Safaria dan Saputra, 2009: 3). Dalam kurikulum pendidikan di Indonesia ini masih kurang dilatih keterampilan hidup, seperti kemampuan mengelola emosi. Ketidakmampuan dalam mengelola emosi ini membuat siswa tidak berdaya dalam menghadapi situasi penuh tekanan dalam pencarian jati dirinya. Orang yang tidak memiliki kemampuan mengelola emosi dapat terganggu dalam hubungan sosialnya.
Ketidakmampuan mengelola emosi remaja dapat dilihat dari kenakalan remaja saat ini seperti kriminalitas. Data dari Komnas Anak,
(20)
jumlah tawuran pelajar sudah memperlihatkan kenaikan pada enam bulan pertama tahun 2012. Hingga bulan Juni, sudah terjadi 139 tawuran kasus tawuran di wilayah Jakarta. Sebanyak 12 kasus menyebabkan kematian. Pada 2011, ada 339 kasus tawuran menyebabkan 82 anak meninggal dunia (Adriansyah, 2012: www.syababindonesia.com). Data tersebut menunjukkan bahwa remaja membutuhkan bimbingan untuk mengelola emosinya.
Penulis juga mendengar pengalaman dari para guru bahwa sering terjadi perkelahian antar siswa, baik siswa yang berasal dari sekolah yang sama maupun perkelahian antar siswa dari sekolah yang berbeda. Penulis juga pernah mendengar dari salah seorang guru di SMP Kanisius Pakem bahwa anak-anak sering mengungkapkan rasa senang mereka dengan memukul-mukul meja, padahal hal tersebut justru membuat keributan. Sering juga terjadi ejekan-ejekan antar siswa di dalam kelas karena merasa sakit hati dengan ucapan siswa lain. Perilaku yang dilakukan para siswa tersebut menunjukkan bahwa kemampuan mengelola emosi mereka masih rendah. Untuk membuktikan hal inilah diadakan penelitian ini; kalau ternyata kemampuan siswa mengolah emosinya rendah, perlulah diadakan kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan kemampuan siswa mengelola emosinya.
(21)
B. Identifikasi Masalah
Bertolak dari latar belakang masalah yang diuraikan di depan, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:
1. Seberapa tinggi kemampuan siswa kelas IX SMP Kanisius Pakem tahun ajaran 2015/2016 mengelola emosinya?
2. Apa akibatnya jika siswa tidak mampu mengelola emosinya?
3. Kegiatan apa yang sudah dilakukan pihak sekolah untuk mengembangkan kemampuan siswa mengelola emosinya?
4. Apakah ada hubungan kemampuan mengelola emosi dengan prestasi belajar?
C. Pembatasan Masalah
Fokus penelitian adalah masalah nomor 1, yaitu mengenai tingginya kemampuan siswa Kelas IX SMP Kanisius Pakem tahun ajaran 2015/2016 mengelola emosinya.
D. Rumusan Masalah
Masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut:
1. Seberapa tinggi kemampuan siswa kelas IX SMP Kanisius Pakem tahun ajaran 2015/2016 dalam mengelola emosinya?
2. Topik-topik bimbingan mana yang sesuai untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas IX SMP Kanisius Pakem untuk mengelola emosinya?
(22)
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dalam penulisan ini adalah:
1. Mengetahui tingginya kemampuan siswa kelas IX SMP Kanisius Pakem tahun ajaran 2014/2015 mengelola emosinya.
2. Mengetahui topik-topik bimbingan yang sesuai untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas IX SMP Kanisius Pakem mengelola emosinya.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah: 1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan pembaca khususnya mahasiwa Bimbingan dan Konseling untuk mengembangkan pengetahuan tentang kemampuan siswa Kelas IX SMP Kanisius Pakem tahun ajaran 2015/2016 dalam mengolah emosinya.
2. Tujuan praktis
a. Bagi guru pembimbing
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi guru Bimbingan dan Konseling mengenai hal-hal yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk mengelola emosinya.
b. Bagi siswa SMP Kanisius Pakem
Siswa akan mendapatkan layanan bimbingan yang relevan dengan kemampuannya dalam mengelola emosinya.
(23)
G. Definisi Operasional Beberapa Istilah Penting dalam Penelitian ini Definisi beberapa istilah penting dalam penelitian ini:
1. Kemampuan mengelola emosi merupakan kemampuan untuk mengendalikan diri, menunjukkan sifat dapat dipercaya, menunjukkan sikap bersungguh-sungguh, menunjukkan adaptabilitas, dan menunjukkan inovasi sehingga dapat diterima secara sosial, seperti yang dimaksudkan dalam butir-butir kuesioner.
2. Bimbingan klasikal merupakan pelayanan bimbingan kepada siswa yang sudah ada dalam satuan kelas yang dibentuk dalam rangka pelajaran, untuk meningkatkan kemampuan siswa yang bersangkutan untuk mengelola emosinya.
(24)
7 BAB II
LANDASAN TEORI
Bab ini berisikan uraian tentang siswa SMP sebagai remaja, mengelola emosi, hasil penelitian lain dan bimbingan klasikal.
A. Siswa SMP sebagai Remaja 1. Pengertian Remaja
Hurlock (1991: 206) mengungkapkan bahwa masa remaja atau adolscence berasal dari kata Latin adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti masa remaja) yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Menurut Papalia dan Olds (Jahja, 2011: 220) masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia awal dua puluhan tahun.
Menurut Mappiare (Ali 2005: 9) masa remaja berlangsung antara umur 12-21 tahun bagi wanita dan 13-22 tahun bagi pria. Usia 12/13 sampai dengan 17/18 tahun sebagai masa remaja awal, dan usia 17/18 sampai dengan 21/22 tahun sebagai masa remaja akhir. Selain itu menurut Ali (2005: 9), masa remaja ada di antara masa anak dan masa orang dewasa. Oleh karena itu, remaja seringkali dikenal dengan fase mencari jati diri.
Jadi, masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak yang melalui proses pematangan individu menuju masa dewasa.
(25)
Remaja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX SMP kanisius pakem tahun ajaran 2015/2016.
2. Karakteristik Perkembangan Emosi Remaja
Secara garis besar, masa remaja dibagi dalam empat periode, yaitu periode praremaja, periode remaja awal, periode remaja tengah, dan periode remaja akhir. Siswa kelas IX SMP Kanisius Pakem tahun ajaran 2015/2016 termasuk dalam periode remaja awal dan remaja tengah. Karakteristik perkembangan emosi periode masa remaja awal menurut Ali (2005: 68) adalah sebagai berikut:
a. Perkembangan emosi pada periode remaja awal
Selama periode ini perkembangan fisik yang semakin tampak adalah perubahan fungsi alat kelamin. Karena perubahan alat kelamin semakin nyata, remaja seringkali mengalami kesukaran dalam menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan itu. Kesukaran tersebut ditandai dengan adanya kecemasan dalam diri dan sulitnya mengontrol diri, serta remaja menjadi cepat marah dengan cara-cara yang kurang wajar untuk meyakinkan dunia sekitarnya.
b. Perkembangan emosi pada periode remaja tengah
Pada periode ini remaja semakin dituntut untuk bertanggung jawab, baik oleh orang tua/keluarga dan juga dari masyarakat. Karena tuntutan tersebut remaja terkadang meragukan apa yang disebut baik atau buruk. Akibatnya remaja seringkali
(26)
membentuk nilai sendiri yang mereka anggap benar, baik dan pantas dikembangkan di kalangan mereka sendiri. Terlebih jika orangtua atau orang dewasa di sekitarnya memaksakan nilai-nilai untuk dipatuhi oleh remaja tanpa alasan yang masuk akal menurut mereka.
B. Emosi dan Kemampuan Mengelola Emosi 1. Emosi
a. Pengertian emosi dan perasaan
Chaplin (2001: 163) merumuskan emosi sebagai keadaan yang terangsang dari organisme, mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya dan perubahan perilaku. Rumusan lain dari emosi adalah reaksi subjektif terhadap pengalaman yang berkaitan dengan perubahan fisiologis dan perilaku, seperti kesedihan atau kesenangan, dan rasa takut (Papalia & Feldman, 2014: 190). Menurut Jahja (2011: 59) emosi merupakan suatu keadaan pada diri organisme atau individu pada suatu waktu tertentu yang diwarnai dengan adanya gradasi afektif mulai dari tingkatan yang lemah sampai pada tingkatan yang kuat (mendalam), seperti sangat kecewa
Menurut Goleman (2007: 7) emosi berasal dari kata movere (dari bahasa Latin) yang berarti „menggerakkan, bergerak‟ kemudian ditambah dengan awalan „e-‟ untuk memberi arti „bergerak menjauh‟. Ini menyiratkan bahwa kecenderungan
(27)
bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Oxford English Dictionary mendefinisikan emosi sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu: keadaan mental yang hebat dan meluap-luap (Goleman, 2007: 411). Sarwono (2009: 124) mendefinisikan emosi sebagai reaksi penilaian (positif/negatif) yang kompleks dari sistem syaraf seseorang terhadap rangsangan dari luar atau dalam dirinya.
Berdasarkan pendapat ahli yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa emosi adalah perasaan yang sedemikian hebat sehingga terjadi perubahan fisiologis seperti muka menjadi merah ketika marah
Jahja (2011: 58) mengungkapkan perasaan dan emosi disifatkan sebagai suatu kedaan kejiwaan pada individu sebagai akibat adanya peristiwa atau persepsi yang dialami oleh individu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2005: 932) perasaan diartikan sebagai keadaan batin seseorang sewaktu menghadapi sesuatu. Menurut Supratiknya (1995: 50) perasaan adalah reaksi internal terhadap aneka pengalaman dan suatu aktivitas psikhis dengan mana manusia langsung mengalami/menghayati nilai.
Berdasarkan pandangan dari beberapa ahli mengenai emosi dan perasaan, dapat disimpulkan bahwa dalam emosi terkandung perasaan. Artinya, perasaan adalah komponen dari emosi.
(28)
Perasaan diartikan sebagai keadaan yang dirasakan sedang terjadi dalam diri seseorang. Seseorang mengalami perasaan marah, karena merasakan adanya sesuatu yang bergejolak dalam dirinya. Emosi terjadi hanya ketika seseorang merasakan sesuatu terjadi dalam dirinya.
b. Macam-macam emosi
Safaria dan Saputra (2009: 13) mengungkapkan bahwa pada dasarnya emosi dibagi menjadi dua:
1) Emosi positif: memberikan dampak menyenangkan dan menenangkan. Macam emosi positif seperti tenang, santai, rileks, gembira, lucu, haru, dan senang.
2) Emosi negatif: memberikan dampak yang tidak menyenangkan dan menyusahkan. Macam emosi negatif ini diantaranya sedih, kecewa, putus asa, depresi, tidak berdaya, frustrasi, marah, dendam dan masih banyak lagi.
Menurut Goleman (2007: 411) ada beberapa golongan emosi, yaitu:
1) Amarah: beringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati, terganggu, rasa pahit, berang, tersingggung, bermusuhan, tindak kekerasan dan kebencian.
2) Kesedihan: pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihani diri, kesepian, ditolak, putus asa, dan depresi berat.
(29)
3) Rasa takut: cemas, takut, khawatir, gugup, waswas, waspada, tidak tenang,ngeri, fobia dan panik.
4) Kenikmatan: bahagia, gembira, ringan, puas, riangm senang, terhibur, bangga, takjub, terpesona.
5) Cinta: penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran dan kasih.
6) Terkejut: terkesiap, takjub, terkesima, terpana.
7) Jengkel: hina, jijik, muak, mual, benci, tidak suka, mau muntah.
8) Malu: rasa salah, malu hati, kesal hati, sesal, hina, aib, dan hati hancur lebur.
c. Kegunaan emosi
Goleman (2007: 4) mengatakan bahwa dengan adanya emosilah manusia dapat menunjukkan keberadaannya dalam masalah-masalah manusiawi. Sebagai contoh, rasa cinta seorang siswa yang rela terlambat datang ke sekolah demi menolong seorang nenek yang mengalami kecelakaan. Selain itu, emosi adalah dorongan untuk bertindak (Goleman, 2007: 7). Safaria dan Saputra (2009: 16) menyebutkan dua kegunaan emosi, yaitu: 1) Emosi adalah bentuk komunikasi yang dapat mempengaruhi
orang lain
Guratan yang terlihat pada raut muka seseorang adalah bagian dari emosi. Guratan ekspresi merupakan bentuk
(30)
komunikasi seperti kata-kata. Saat sekarang pada masyarakat modern, guratan ekspresi merupakan bentuk komunikasi yang lebih cepat dari kata-kata. Contohnya, saat kita marah pada orang yang akan ditemui, akan sulit bagi kita mengubah ekspresi kita untuk tersenyum meskipun kita telah berniat untuk tidak marah di depannya.
2) Emosi dapat mengorganisasi dan memotivasi tindakan
Emosi secara teoritis dapat memotivasi perilaku. Pada situasi yang penting emosi dapat bereaksi dalam menghadapi situasi tersebut. Sebagai contoh, saat merasa takut emosi dapat membuat seseorang untuk bertindak hati-hati atau malah bertindak lari untuk mengatasi rasa takut.
2. Kemampuan Mengelola Emosi
a. Kemampuan mengelola emosi dan aspek-aspeknya
Goleman (2007: 58) mengatakan bahwa kemampuan mengelola emosi merupakan kemampuan untuk mengatasi emosinya sendiri agar terungkap dengan pas. Orang yang rendah kemampuan mengelola emosinya akan terus-menerus bertarung melawan perasaan murung, sementara orang yang pintar akan dapat bangkit kembali dengan jauh lebih cepat dari kemerosotan dan kejatuhan dalam kehidupan. Orang-orang Romawi dan gereja-gereja Kristen kuno menyebut kemampuan ini
(31)
temperantia, atau kendali diri, pengendalian diri, pengendalian tindakan emosional yang berlebihan.
Menurut Stone dan Dillehunt (Goleman, 2007: 428) mengelola emosi adalah memantau “omongan sendiri” untuk menangkap pesan-pesan negatif seperti ejekan-ejekan tersembunyi; menyadari apa yang ada di balik suatu perasaan (misalnya sakit hati yang mendorong amarah); menemukan cara-cara untuk menangani rasa takut dan cemas, amarah dan kesedihan.
Safaria dan Saputra (2009: 14) mengungkapkan bahwa orang yang mampu memahami emosi apa yang sedang mereka alami dan rasakan, akan lebih mampu mengelola emosinya secara positif. Sebaliknya orang-orang yang kesulitan memahami emosi apa yang sedang bergejolak dalam perasaannya, menjadi rentan dan terpenjara oleh emosinya sendiri.
Berdasarkan uraian tentang kemampuan mengelola emosi dari beberapa ahli, peneliti menyimpulkan bahwa kemampuan mengelola emosi merupakan kemampuan untuk mampu mengendalikan diri, menunjukkan sifat dapat dipercaya, menunjukkan sikap bersungguh-sungguh, menunjukkan adaptabilitas, dan menunjukkan inovasi sehingga dapat diterima secara sosial (Goleman, 1999: 130).
(32)
Kemampuan mengelola emosi merupakan salah satu dari kelima unsur kecerdasan emosi (mengenali emosi diri/kesadaran diri, mengelola emosi/pengaturan diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain/empati, dan kecakapan membina hubungan dengan orang lain) (Goleman, 2007: 57-59). Penelitian ini berfokus pada kemampuan mengelola emosi. Aspek-aspek kemampuan mengelola emosi menurut Goleman (1999: 115-166) adalah sebagai berikut:
1) Mampu mengendalikan diri (menjaga emosi yang merusak agar tetap terkendali). Orang yang memiliki kemampuan mengelola emosi dalam mengendalikan diri akan mampu untuk:
a) Mengelola dengan baik emosi yang menekan mereka: kemampuan untuk menghadapi situasi buruk.
b) Tetap tenang kendati dalam tekanan: bertindak tenang meskipun dalam tekanan.
2) Menunjukkan sifat dapat dipercaya (menunjukkan kejujuran dan integritas). Orang yang memiliki kemampuan mengelola emosi dalam sifat dapat dipercaya akan mampu untuk:
a) Bertindak menurut etika: tindakannya sesuai dengan etika yang berlaku.
(33)
b) Membangun kepercayaan melalui keandalan diri: membuktikan pada orang bahwa dirinya dapat dipercaya.
c) Berpegang pada prinsip: tetap teguh pada prinsipnya 3) Menunjukkan sikap bersungguh-sungguh (menunjukkan
tanggungjawab dalam mengelola diri). Orang yang memiliki kemampuan mengelola emosi dalam kehati-hatian akan mampu untuk:
a) Memenuhi komitmen: melakukan sesuatu yang sudah menjadi janjinya
b) Bertanggungjawab untuk memperjuangkan tujuan: ketika memiliki tujuan maka akan terus berjuang untuk mencapai tujuan tersebut
c) Cermat dalam bekerja: teliti ketika mengerjakan suatu hal
4) Menunjukkan adaptabilitas (kemampuan menyesuaikan diri dari berbagai situasi). Orang yang memiliki kemampuan mengelola emosi dalam adapatabilitas akan mampu untuk:
a) Terampil menangani perubahan situasi: mampu untuk menghadapi hal-hal yang tidak terduga.
b) Siap mengubah tanggapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan
(34)
5) Menunjukkan inovasi (kemampuan untuk terbuka terhadap perubahan). Orang yang memiliki kemampuan mengelola emosi dalam inovasi akan mampu untuk: a) Kreatif.
b) Mengambil resiko akibat pilihannya.
Aspek-aspek tersebut akan digunakan sebagai aspek pembuatan kuesioner tentang kemampuan mengelola emosi pada siswa kelas IX SMP Kanisius Pakem.
b. Cara mengungkapkan emosi
Johnson (Supratiknya 1995: 55 - 65) mengungkap bahwa ada dua cara dalam mengungkapkan emosi, yaitu:
1) Mengungkapkan emosi secara verbal.
Yang dimaksud secara verbal yaitu mengungkapkan emosi melalui kata-kata, baik secara langsung mendeskripsikan emosi yang kita alami maupun tidak. Misalnya, seseorang yang sedang kecewa mengungkapkan emosi dengan berkata, “saya kecewa kepadamu”.
2) Mengungkapkan emosi secara nonverbal
Yang dimaksud secara nonverbal yaitu mengungkapkan emosi dengan menggunakan isyarat lain selain kata-kata, misalnya raut muka, sorot mata dll. Sebagai contoh, seseorang yang sedang sedih menunjukkan raut muka yang sayu.
(35)
C. Bimbingan Klasikal
Shertzer & Stone (Winkel & Hastuti 2006: 1) merumuskan bimbingan sebagai suatu proses membantu orang-perorangan untuk memhami dirinya dan lingkup hidupnya. Bimbingan klasikal merupakan pelayanan bimbingan kepada siswa yang sudah ada dalam satuan kelas yang dibentuk dalam rangka pelajaran. Bimbingan klasikal dapat membantu siswa yang belum mampu mengelola emosinya dengan baik untuk meningkatkan kemampuannya mengelola emosi. Bimbingan klasikal bermanfaat bagi tenaga kerja bimbingan dan juga bagi para siswa (Winkel dan Hastuti, 2006: 565-566).
1. Manfaat bimbingan klasikal bagi tenaga bimbingan antara lain:
a. Mendapat kesempatan dapat berkontak langsung dengan para siswa sekaligus mengenal banyak siswa.
b. Kegiatan dalam kelompok sangat menghemat waktu dan tenaga dalam memberikan informasi yang diperlukan.
c. Memperluas ruang gerak, terlebih jika tenaga pembimbingnya hanya satu atau dua orang.
2. Manfaat bimbingan klasikal bagi para siswa antara lain: a. Menjadi lebih sadar akan tantangan yang dihadapi. b. Siswa menjadi lebih rela menerima dirinya sendiri c. Lebih berani mengungkapkan pandangannya sendiri
d. Tertolong untuk mengatasi suatu masalah yang dirasa sulit untuk dibicarakan secara langsung.
(36)
D. Hasil Penelitian Lain
Peneliti menemukan penelitian mengenai kemampuan mengelola emosi remaja yang dilakukan oleh Wibowo (2014) dalam rangka penulisan skripsinya. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya perilaku remaja putra panti asuhan Sancta Maria Boro yang sering mencari perhatian, manja, menarik diri dari pergaulan, pendiam, pemalu, dan kurang percaya diri. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 3 remaja (8%) yang sangat mampu mengelola emosinya, 5 remaja (13%) cukup mampu mengelola emosinya, 21 remaja (57%) mampu mengelola emosinya, 8 remaja (22%) kurang mampu mengelola emosinya, dan tidak terdapat remaja yang sangat tidak mampu mengelola emosinya. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mengusulkan program pengembangan kemampuan mengelola emosi remaja putra panti asuhan Sancta Maria Boro. Program yang diusulkan dilaksanakan selama lima minggu, dengan topik bersyukur, percaya diri, komunikasi efektif, penentuan prioritas, dan persahabatan.
(37)
20 BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini dipaparkan beberapa hal yang berkaitan dengan metode penelitian, yaitu jenis penelitian, subjek penelitian, instrumen pengumpulan data, validitas dan reliabilitas, dan teknik analisis data.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika (Azwar, 2013: 7). Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang tingkat kemampuan siswa kelas IX SMP Kanisius Pakem tahun ajaran 2015/2016 mengelola emosinya. Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian ini, akan diusulkan topik-topik bimbingan klasikal yang sesuai untuk mengembangkan kemampuan siswa yang termasuk belum mampu mengelola emosinya.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX di SMP Kanisius Pakem tahun ajaran 2015/2016. Penelitian ini merupakan penelitian populasi karena semua anggota populasi dijadikan subjek penelitian. Ada tiga alasan dipilihnya kelas IX SMP Kanisius Pakem sebagai tempat penelitian: (1) SMP Kanisius Pakem mudah dijangkau oleh peneliti dan diberi kesempatan untuk melakukan penelitian, (2) siswa IX SMP Kanisius Pakem tergolong remaja usia 12-15 tahun, (3) beberapa siswa SMP kelas IX Kanisius Pakem pernah mengalami masalah mengelola emosi.
(38)
Rincian peserta didik yang menjadi subjek penelitian dapat dilihat dalam tabel 1.
Tabel 1.
Rincian Jumlah Siswa Kelas IX SMP Kanisius Pakem Tahun Ajaran 2014/2015
Kelas Jumlah
IX Berani 20
IX Cerdas 17
Jumlah 37
C. Instrumen Penelitian
1. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan arahan dosen pembimbing. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2012: 199). Peneliti terlebih dahulu membuat kisi-kisi dengan menentukan aspek dan indikator kemampuan mengelola emosi yang dikemukakan Goleman (1999: 115-166). Kemudian peneliti membuat sejumlah item pernyataan berdasarkan indikator setiap aspek.
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian menggunakan empat alternatif jawaban yaitu “sangat mampu” (SM), “mampu” (M), “tidak mampu” (TM), “sangat tidak mampu” (STM). Alternatif jawaban dibuat hanya empat dengan maksud untuk menghilangkan kelemahan yang ada dalam skala lima tingkat, yaitu alternatif yang di
(39)
tengah (alternatif ketiga) mempunyai arti ganda, dengan pengertian belum dapat memutuskan, atau netral, atau ragu-ragu. Tersedianya jawaban netral menimbulkan kecenderungan responden untuk memilih yang ditengah (central tendency effect), terutama bagi responden yang ragu-ragu atas kecenderungan jawabannya. Kisi-kisi kuesioner setelah uji coba disajikan dalam lampiran 1.
2. Pemberian Skor
Pemberian skor untuk setiap alternatif jawaban untuk masing-masing item pernyataan adalah sebagai berikut:
a. Untuk pernyataan yang bersifat favorable (pernyataan positif) alternatif jawaban SM (sangat mampu) diberi skor 4, alternatif jawaban M (mampu) diberi skor 3, alternatif jawaban TM (tidak mampu) diberi skor 2 dan alternatif jawaban STM (sangat tidak mampu) diberi skor 1.
b. Untuk pernyataan yang bersifat unfavorable (pernyataan negatif) alternatif jawaban SM (sangat mampu) diberi skor 1, alternatif jawaban M (mampu) diberi skor 2, alternatif jawaban TM (tidak mampu) diberi skor 3 dan alternatif jawaban STM (sangat tidak mampu) diberi skor 4.
(40)
D. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2009: 5).
Validitas ini dilakukan melalui professional judgement, yaitu penilaian oleh ahli. Professional judgement dalam penelitian ini hanya diperoleh dari dosen pembimbing skripsi. Dosen pembimbing skripsi memberikan penilaian mengenai isi dan struktur kalimat yang sesuai dengan kaidah ejaan yang disempurnakan. Untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus korelasi Product Moment dari Pearson. Rumus teknik korelasi product moment yaitu:
√[ ] [ ]
Keterangan :
= Koefisien korelasi antara skor item dengan skor total
= jumlah perkalian antara skor item dengan skor total
= jumlah skor item
= jumlah skor total = jumlah subjek
Item dianggap valid kalau nilai koefisien sama dengan atau di atas 0,30 (Sugiyono, 2012: 189). Apabila terdapat item yang memiliki nilai koefisien di bawah 0,30 item yang bersangkutan dinyatakan tidak valid (gugur) akan tetapi jika banyak item yang nilai koefisiennya di
(41)
bawah 0,30 maka patokan diturunkan menjadi 0,25 untuk mengurangi item yang gugur agar kualitas kuesioner tetap baik.
Proses penghitungan taraf validitas dilakukan dengan cara memberi skor pada item kuesioner dan mentabulasi data menggunakan microsoft office excel 2007. Data yang telah ditabulasi, di masukkan ke dalam SPSS (Statistical Program Social Science) versi 16.0 untuk menghitung validitas tiap butir item kuesioner. Dari hasil penghitungan pada kuesioner uji coba diperoleh 12 item yang nilai koefisiennya ≤ 0,30 (item tidak valid), kemudian patokan koefisien validitas diturunkan menjadi 0,25 sehingga terdapat 7 item yang tidak valid (gugur). Selanjutnya terdapat 48 item yang digunakan dalam penelitian. Hasil uji validitas dan reliabilitas selengkapnya disajikan dalam lampiran 2. Rincian jumlah item yang valid dan tidak valid dapat dilihat pada tabel 2.
(42)
Tabel 2.
Jumlah Item Valid dan Item Tidak Valid
No Aspek kemampuan
mengelola emosi Indikator/tanda-tanda
Jumlah
Item Item Valid
Item Tidak Valid 1. Mampu
mengendalikan diri
a. Mengelola dengan baik
emosi yang menekan 6 1, 2, 4, 5 3, 6 b. Tetap tenang kendati
dalam tekanan 4 8, 9, 10 7
2.
Menunjukkan sifat dapat dipercaya
a. Bertindak menurut etika 5 11, 12, 13, 14, 15 - b. Membangun
kepercayaan melalui keandalan diri
5 16, 17, 18, 19 20
c. Berpegang pada prinsip 5 21, 22, 24, 25 23 3.
Menunjukkan sikap bersungguh-sungguh dalam mengelola diri
a. Memenuhi komitmen 4 26, 27,28, 29 - b. Bertanggungjawab untuk
memperjuangkan tujuan 5 30, 31, 32, 33, 34 - c. Cermat dalam bekerja 4 35, 36, 37, 38
4.
Menunjukkan adaptabilitas
a. Terampil menangani
perubahan situasi 4 39, 40, 41, 42 - b. Siap mengubah
tanggapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan
4 44, 45, 45, 46 43
5. Menunjukkan inovasi
a. Kreatif 5 48, 49, 50 51
b. Mengambil resiko akibat
pilihannya 4 52, 53, 54, 55 -
Jumlah 55 48 7
2. Reliabilitas
Reliabilitas terjemahan dari kata reliabilty yang mempunyai asal kata rely dan abilty. Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Pengukuran yang mempunyai reliabilitas tinggi yaitu yang mampu memberikan hasil ukur yang konsisten (Azwar, 2009: 4).
Perhitungan indeks reliabilitas kuesioner penelitian ini menggunakan pendekatan koefisien Alpha Cronbach (α). Adapun
(43)
rumus koefisien reliabilitas Alpha Cronbach (α) adalah sebagai berikut:
α = 2[1- ]
Keterangan:
α = koefisien reeliabilitas Alpha Cronbach
S12 dan S22 = varians skor belahan 1 dan varians skor belahan 2
Sx2 = varians skor skala
Setelah dihitung dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 16.0 diperoleh perhitungan seluruh item dengan menggunakan rumus koefisien Alpha Cronbach (α), yaitu 0,888 seperti yang tampak pada tabel 3.
Tabel 3.
Koefisien Reliabilitas Instrumen
Hasil perhitungan indeks reliabilitas selanjutnya dikonsultasikan dengan kriteria Guilford yang dapat dilihat dalam tabel 4.
Tabel 4. Kriteria Guilford
No Koefisien Korelasi Kualifikasi 1 0,91 – 1,00 Sangat tinggi 2 0,71 – 0,90 Tinggi 3 0,41 – 0,70 Cukup 4 0,21 – 0,40 Rendah 5 negatif – 0,20 Sangat Rendah
2 S
2 S + 2 S
x i x
Koefisien Alpha Cronbach N Item N Subjek
(44)
Berdasarkan kriteria Guilford reliabilitas kuesioner uji coba ini termasuk tinggi. Selanjutnya item kuesioner uji coba yang telah lolos uji validitas dan reliabilitas digunakan dalam kuesioner yang final (lampiran 3). E. Pengumpulan data
Berikut ini adalah tahap-tahap yang ditempuh dalam pengumpulan data: 1. Menyusun kuesioner mengelola emosi berdasarkan aspek dan
indikator kemampuan mengelola emosi.
2. Memperoleh expert judgement dari dosen pembimbing
3. Melaksanakan uji coba kuesioner di kelas IX Berani SMP Kanisius Pakem pada hari senin, 24 Agustus 2015.
4. Melakukan uji validitas dan reliabilitas kuesioner menggunakan program aplikasi SPSS versi 16.0.
5. Melaksanakan pengumpulan data (pengisian kuesioner penelitian) di kelas IX SMP Kanisius Pakem pada hari senin, 31 Agustus 2015. 6. Analisis data penelitian.
F. Teknik Analisis Data
Sugiyono (2012: 207) mengatakan bahwa analisis data merupakan kegiatan mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, serta melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah. Berikut langkah-langkah teknik analisis data yang ditempuh dalam penelitian ini:
(45)
1. Menentukan skor
Penentuan skor pada item kuesioner dilakukan dengan cara memberikan nilai dari angka 1 sampai 4 berdasarkan norma scoring yang digunakan dengan melihat sifat pernyataan favorable atau unfavorable. Kuesioner kemampuan mengelola emosi selengkapnya disajikan dalam lampiran 3.
2. Tabulasi data
Mentabulasi data dan menghitung total jumlah skor subjek serta jumlah skor item ke dalam program komputer microsoft excel. Tabulasi data selengkapnya disajikan dalam lampiran 4.
3. Uji koefisien validitas
Menghitung uji koefisien validitas instrumen siswa kelas IX SMP Kanisius Pakem dalam mengelola emosinya dengan menggunakan rumus Product Moment dari Pearson melalui program aplikasi SPSS (Statistical Program Social Science) versi 16.0.
4. Uji koefisien reliabilitas
Menghitung koefisien reliabilitas instrumen siswa kelas IX SMP Kanisius Pakem dalam mengelola emosinya dengan menggunakan pendekatan koefisien Alpha Cronbach (α) melalui program aplikasi SPSS (Statistical Program Social Science) versi 16.0.
5. Menentukan kategori
Pengkategorian tingkat kemampuan siswa kelas IX SMP Kanisius Pakem mengelola emosi, mengikuti kategorisasi yang disusun oleh
(46)
Azwar (2007: 109). Terdapat empat jenjang kategori dalam penelitian ini, yaitu sangat rendah/sangat tidak mampu, rendah/kurang mampu, sedang/cukup mampu, tinggi/mampu, dan sangat tinggi/sangat mampu. Norma kategorisasi dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Norma Kategorisasi
Penghitungan Skor Keterangan
X ≤ [µ-1,5(σ)] Sangat rendah/sangat tidak mampu
[µ - 1,5 (σ)] < X ≤ [µ+ 0,5(σ)] Rendah/kurang mampu [µ+ 0,5(σ)] < X ≤ [µ + 1,5(σ)] Tinggi/mampu
[µ + 1,5(σ)] < X Sangat tinggi/sangat mampu
Keterangan:
Skor maksimum teoritik : skor tertinggi yang diperoleh subjek penelitian berdasarkan perhitungan skala Skor minimum : skor terendah yang diperoleh subjek
penelitian menurut skala
Standar deviasi (σ / sd) : luas jarak rentangan yang dibagi dalam satuan deviasi sebaran
(47)
30 BAB IV
HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN DAN USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL
Pada bab ini disajikan hasil penelitian yang merupakan jawaban terhadap pertanyaan mengenai tingginya tingkat kemampuan siswa kelas IX SMP Kanisius Pakem tahun ajaran 2015/2016 dalam mengelola emosinya. Selanjutnya disajikan pembahasan dan usulan topik-topik bimbingan klasikal yang sesuai untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas Kelas IX SMP Kanisius Pakem mengelola emosinya.
A. Tingkat Kemampuan Siswa Kelas IX SMP Kanisius Pakem Tahun Ajaran 2015/2016 dalam Mengelola Emosi
Norma kategorisasi yang digunakan untuk mengelompokkan tinggi rendahnya kemampuan siswa kelas IX SMP Kanisius Pakem tahun ajaran 2015/2016 dalam mengelola emosinya telah disajikan dalam bab 3. Dengan mengikuti norma kategorisasi tersebut diperoleh hasil sebagai berikut:
X maksimum teoritik : 4 x 48 = 192 X minimum teoritik : 1 x 48 = 48 Luas jarak : 192 – 48 = 144 σ (standar deviasi) : 144 : 6 = 24 µ (mean teoritik) : (192 + 48) : 2 = 120
Setelah dilakukan penghitungan, didapatlah kategorisasi tingkat kemampuan siswa kelas IX SMP Kanisius Pakem tahun ajaran 2015/2016 dalam mengelola emosinya seperti yang disajikan pada tabel 6.
(48)
Tabel 6.
Tingkat Kemampuan Siswa Kelas IX SMP Kanisius Pakem Tahun Ajaran 2015/2016 dalam Mengelola Emosinya
Penghitungan
Skor Skor
Jumlah
Subyek Persentase Kategori X ≤ [µ-1,5(σ)] ≤ 84 0 0% Sangat rendah/sangat
tidak mampu [µ - 1,5 (σ)] < X
≤ [µ+ 0,5(σ)] 85 –132 5 13,6% Rendah/tidak mampu [µ+ 0,5(σ)] < X ≤
[µ + 1,5(σ)] 133 – 156 20 54% Tinggi/mampu [µ + 1,5(σ)] < X >157 12 32,4% Sangat tinggi/sangat
mampu
Dari tabel 7 terlihat bahwa:
1. Tidak ada (0%) siswa yang tergolong sangat tidak mampu (sangat rendah) mengelola emosinya.
2. Ada 5 (13,6%) siswa yang tergolong tidak mampu mengelola emosinya
3. Ada 20 (54%) siswa yang tergolong mampu mengelola emosinya 4. Ada 12 (32,4%) siswa yang tergolong sangat mampu mengelola
emosinya.
Dari hasil penelitian tersebut peneliti menyimpulkan bahwa umumnya siswa kelas IX SMP Kanisius Pakem tahun ajaran 2015/2016 termasuk mampu dalam mengelola emosinya.
(49)
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa umumnya siswa kelas IX SMP Kanisius Pakem tahun ajaran 2015/2016 termasuk memiliki kemampuan yang tinggi dalam mengelola emosinya dan hanya sedikit siswa yang rendah dalam mengelola emosinya. Hasil penelitian ini berbeda dengan dugaan semula (kemampuan siswa kelas IX SMP Kanisius Pakem tahun ajaran 2015/2016 mengelola emosinya rendah). Ada beberapa penyebabnya: Pertama, boleh jadi pada kenyataanya kemampuan mengelola emosinya tinggi mungkin karena ada hal-hal yang berpengaruh positif pada kemampuan siswa mengelola emosi. Kedua bisa jadi dugaan awal peneliti yang keliru, karena peneliti hanya berdasarkan kesan pada beberapa siswa saja. Ketiga bisa jadi siswa cenderung memberikan jawaban yang menyenangkan yang dapat memberikan kesan bahwa kemampuan mengelola emosinya tinggi.
Penyebab rendahnya kemampuan siswa dalam mengelola emosinya antara lain; 1) Siswa kurang mampu mengelola dengan baik emosi yang menekan. Seperti dua orang siswa yang pada awalnya hanya bercanda kemudian berujung perkelahian, karena salah satu siswa membalas sikap bermusuhan dari siswa lain dengan sikap bermusuhan juga. 2) Siswa juga kesulitan untuk mengendalikan emosi yang merusak, misalnya ketika suasana hati sedang gelisah siswa kesulitan untuk konsentrasi mengerjakan ujian. 3) Peneliti menduga bahwa pendidikan dalam keluarga tentang kemampuan mengelola emosi masih kurang.
(50)
Akibat yang terjadi jika kemampuan siswa mengelola emosinya rendah. Peneliti menyesuaikan dengan realita dilapangan ketika melakukan wawancara dengan salah satu guru, bahwa siswa yang kemampuan mengelola emosinya rendah menjadi sulit untuk memiliki banyak teman, karena siswa kurang mampu mengendalikan diri. Menurut Safaria dan Saputra (2009: 5) orang yang tidak memiliki kemampuan mengelola emosi akan mengalami kesulitan dalam hubungan sosialnya. Siswa yang kemampuan mengelola emosinya rendah akan terus menyesali kegagalannya (Goleman, 2007: 58). Jadi, siswa yang memiliki kemampuan mengelola emosi rendah akan mengalami kesulitan untuk bangkit ketika menghadapi kegagalan.
Hal-hal yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kemampuan siswa mengelola emosinya yang masih rendah menurut Ali (2005: 73) antara lain; 1) mengidentifikasi dan memberi nama atau label perasaan, 2) mengungkapkan emosi yang dirasakan secara asertif, 3) menilai intensitas emosi, 4) menunda pemuasan, dan 5) mengendalikan dorongan hati.
Siswa yang memiliki kemampuan mengelola emosi yang tinggi memiliki keuntungan antara lain; menjadi lebih objektif dan realistis dalam menganalisis permasalahannya (Safaria dan Saputra, 2009: 9). Siswa yang memiliki kemampuan mengelola emosi yang tinggi juga dapat lebih cepat bangkit dari kemerosotan dan kegagalan dalam hidup (Goleman, 2007:58). Jadi, siswa yang kemampuan mengelola emosinya tinggi lebih mudah untuk bangkit ketika mengalami kegagalan.
(51)
Penyebab tingginya kemampuan siswa mengelola emosinya boleh jadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain; 1) siswa mampu menunjukkan sifat dapat dipercaya dengan selalu berusaha mematuhi peraturan sekolah. 2) Siswa mampu membangun kepercayaan melalui keandalan diri, seperti selalu berusaha menunjukkan kedisiplinan dari hari ke hari. 3) Siswa mampu berpegang pada prinsipnya, misalnya berani menolak ajakan teman untuk membolos sekolah. 4) Siswa mampu menunjukkan sikap bersungguh-sungguh, yaitu memenuhi komitmen dengan berusaha memenuhi harapan orangtua untuk menjadi anak yang berprestasi. 5) Siswa mampu menunjukkan adaptabilitas, misalnya dengan tetap bersemangat meskipun ketika ujian mendapatkan hasil yang tidak sesuai dengan harapan. 6) Siswa mampu menunjukkan inovasi dengan mengambil resiko akibat pilihannya, contohnya siswa yang terus berusaha untuk meraih cita-citanya meskipun banyak kesulitan yang dihadapi.
Hal yang perlu dilakukan siswa, guru dan orang tua untuk semakin meningkatkan kemampuan siswa mengelola emosinya antara lain; 1) siswa menikmati pengalaman emosi yang sedang dirasakan. 2) Guru disekolah memberikan bimbingan dan perhatian kepada siswa dengan topik-topik bimbingan yang berkaitan dengan kemampuan mengelola emosi. 3) Orangtua memberikan perhatian kepada siswa dan memahami kemampuan siswa, memberikan contoh kemampuan mengelola emosi melalui tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari misalnya dengan mengungkapkan emosi marah pada waktu yang tepat dan pada orang yang tepat.
(52)
C. Usulan Topik-topik Bimbingan Klasikal yang Sesuai untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Kelas IX SMP Kanisius Pakem Tahun Ajaran 2015/2016 yang Kemampuan Mengelola Emosinya Masih Rendah
Kategorisasi item kuesioner penelitian dilakukan berdasarkan perhitungan (dengan jumlah subjek 37) sebagai berikut:
X maksimum teoritik : 4 x 37 = 148 X minimum teoritik : 1 x 37 = 37 Luas jarak : 148 – 37 = 111
σ (standar deviasi) : 111 : 6 = 18,5 dibulatkan menjadi 19 µ (mean teoritik) : (148 + 37) : 2 = 92,5 dibulatkan menjadi 93
Setelah dilakukan penghitungan, disusunlah kategorisasi skor item kuesioner seperti yang disajikan pada tabel 8.
Tabel 7.
Penggolongan Item Kemampuan Mengelola Emosi Siswa Kelas IX SMP Kanisius Pakem Tahun Ajaran 2015/2016 Berdasarkan Tinggi Rendahnya Skor Penghitungan
Skor Skor
Jumlah
Subjek Persentase Kategori Nomor Item
X ≤ [µ-1,5(σ)] ≤ 65 0 0% Sangat
rendah
_ [µ - 1,5 (σ)] <
X ≤ [µ+ 0,5(σ)]
66 – 103 5 10,4% Rendah 3, 5, 18, 27, 28
[µ+ 0,5(σ)] < X ≤ [µ + 1,5(σ)]
104 – 122 33 68,75% Tinggi
1, 3, 4, 6, 7, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 17, 21, 22, 23, 25, 26, 28, 30, 31, 32, 34, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 46, 47, 48
[µ + 1,5(σ)] <
X >123 10 20,83%
Sangat tinggi
8, 9, 16, 19, 20, 24, 33, 35, 36, 45
(53)
Dari tabel 7 tampak bahwa kategorisasi item-item kuesioner kemampuan siswa kelas IX SMP Kanisius Pakem tahun ajaran 2015/2016 dalam mengelola emosinya berdasarkan tinggi rendahnya skor adalah sebagai berikut:
1. Ada 0 (0%) item yang menunjukkan bahwa kemampuan mengelola emosi sangat rendah
2. Ada 5 (10,4%) item yang menunjukkan bahwa kemampuan mengelola emosi rendah
3. Ada 33 (68,75%) item yang menunjukkan bahwa kemampuan mengelola emosi tinggi
4. Ada 10 (20,83) item yang menujukkan kemampuan mengelola emosi sangat tinggi.
Item-item kuesioner kemampuan siswa kelas IX SMP Kanisius Pakem tahun ajaran 2015/2016 dalam mengelola emosi yang menunjukkan bahwa kemampuan mengelola emosi rendah adalah:
1. Saya mampu menghadapi seseorang yang bersikap bermusuhan dengan tenang tanpa membalas dengan sikap yang bermusuhan (item nomor 3),
2. Saya tetap konsentrasi mengerjakan ujian saat suasana hati sedang cemas atau gelisah (item nomor 5),
3. Mengabaikan kesempatan menonton ketika harus mengerjakan tugas (item nomor 18),
(54)
4. Mempelajari kembali pelajaran yang telah diajarkan guru dikelas agar tidak lupa (item nomor 27),
5. Ketika ada tugas yang sulit, tetap berusaha mengerjakan semampunya (item nomor 28).
Berdasarkan item-item yang menunjukkan bahwa kemampuan siswa kelas IX SMP Kanisius Pakem tahun ajaran 2015/2016 rendah, peneliti membuat usulan topik-topik bimbingan klasikal yang dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan siswa mengelola emosinya seperti yang disajikan tabel 8. Peneliti juga menyajikan satu contoh Rencana Pelaksanaan Layanan Bimbingan Klasikal (RPLBK) pada lampiran 5.
(55)
Tabel 8.
Usulan Topik-Topik Bimbingan Klasikal Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengelola Emosi Siswa Kelas IX SMP Kanisius Pakem Yang Kemampuan Mengelola Emosinya Masih Rendah
No Nomor
Item Item Topik Tujuan Metode Waktu Sumber
1. 3
Saya mampu menghadapi seseorang yang bersikap bermusuhan dengan tenang tanpa membalas dengan sikap yang bermusuhan Sikap yang positif Siswa mampu bersikap positif ketika menghadapi orang yang bersikap bermusuhan Ceramah singkat, Menonton video pendek, Tanya jawab
1 x 35 menit
Covey, Sean (2001). The 7 Habits of Highly Effective Teens (7 Kebiasaan Remaja yang Sangat Efektif). Jakarta: Binarupa Aksara
2. 18
Mengabaikan kesempatan menonton ketika harus mengerjakan tugas Mendahulukan yang utama Siswa mampu menentukan yang utama dalam hidupnya Ceramah singkat, Menonton video pendek, Tanya jawab
2 x 35 menit
Covey, Sean (2001). Dahulukan yang Penting. Jakarta: Binarupa Aksara Panitia PPKM 1. Buku Panduan Mahasiswa Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa (PPKM). Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma 3. 28
Ketika ada tugas yang sulit, tetap berusaha mengerjakan semampunya
Ketekunan Siswa mampu meningkatkan ketekunan dalam belajar Ceramah singkat, Menonton video pendek, Tanya jawab
1 x 35 menit
Covey, Sean (2001). The 7 Habits of Highly Effective Teens (7 Kebiasaan Remaja yang Sangat Efektif). Jakarta: Binarupa Aksara
(56)
39 BAB V PENUTUP
Pada bab ini dipaparkan kesimpulan dan saran. Bagian kesimpulan memuat kesimpulan dari penelitian, bagian saran memuat saran untuk beberapa pihak.
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan adalah umumnya kemampuan siswa kelas IX SMP Kanisius Pakem tahun ajaran 2015/2016 dalam mengelola emosinya tinggi.
B. Keterbatasan Penelitian
Ada beberapa keterbatasan penelitian. Pertama, informasi yang diperoleh dari responden itu sendiri kurang, sehingga ada perbedaan antara dugaan semula (kemampuan siswa kelas IX SMP Kanisius Pakem tahun ajaran 2015/2016 adalah rendah) dengan hasil penelitian ini. Kedua, instrumen penelitian ini tidak memperoleh expert judgement. Instrumen hanya dikoreksi oleh dosen pembimbing dan beberapa teman. Ketiga, kuesioner yang digunakan adalah mengungkap persepsi siswa. Persepsi siswa boleh jadi tidak tepat. Sebenarnya perlu ada alat lain untuk benar-benar mengungkap kemampuan siswa mengelola emosinya, misalnya dengan observasi dan wawancara.
(57)
C. Saran
Berikut ini dikemukakan saran bagi beberapa pihak: 1. Bagi guru SMP Kanisius Pakem
a. Guru BK diharapkan dapat membuat program yang relevan untuk meningkatkan kemampuan siswa mengelola emosinya.
b. Guru BK diharapkan mencoba melaksanakan usulan Rencana Pelaksanaan Layanan Bimbingan Klasikal (RPLBK) yang disajikan dalam skripsi ini.
2. Peneliti lain
Peneliti lain yang ingin melakukan penelitian mngenai topik kemampuan mengelola emosi diharapkan:
a. Dalam menyusun kuesionernya menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh subjek penelitian, dan sesuai dengan tingkat perkembangan responden.
b. Dalam menyusun kisi-kisi kuesioner hendaknya membuat jumlah item seimbang untuk setiap aspek.
c. Mengadakan penelitian yang lebih mendalam mengenai kemampuan mengelola emosi sehingga didapatkan gambaran yang menyeluruh.
(58)
41
DAFTAR PUSTAKA
Adriansah, A. (2012). Kenakalan Remaja di Negeri ini Kian Merajalela. Diambil pada tanggal 17 Desember 2014, dari
http://www.syababindonesia.com/2012/11/kenakalan-remaja-di-negeri-ini-kian.html.
Ali, Mohammad. (2005). Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Azwar, Saifuddin. (1997). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. ______________. (2009). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. ______________. (2013). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Chaplin, J.P (2001). Kamus Lengkap Psikologi. (Penerjemah Kartini Kartono). Jakarta: Raja Grafindo Persada
Desmita (2009). Psikologi Perkembangan Peserta Didik (Panduan bagi Orang Tua dan Guru dalam Memahami Psikologi Anak Usia SD, SMP, dan SMA). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Goleman, Daniel. (2007). Emotional Intelligence – Kecerdasan Emosional Mengapa EI Lebih Penting daripada IQ (Terjemahan), Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
_____________. (1999). Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi (Terjemahan). Jakarta: Gramedia Pustaka
Hurlock, E,B. (1991). Perkembangan Anak, Edisi Keenam Jilid 2, Jakarta: 1991. Jahja, Yudrik. (2011). Psikologi Perkembangan, Jakarta: Kencana
(59)
Juntika & Agustin. (2011). Dinamika Perkembangan Anak dan Remaja. Tinjauan Psikologi, Pendidikan, dan Bimbingan. Bandung: PT Refika Aditama Masidjo, Ign. (1995). Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah.
Yogyakarta: Kanisius
Papalia, D.E. & Feldman, R.D. (2014). Menyelami Perkembangan Manusia. Jakarta: Salemba Humanika
Safaria, T & Saputra, NE. (2009). Manajemen Emosi, Jakarta: Bumi Aksara Santrock, J.W (2007). Remaja, Edisi 11 Jilid 1 (Terjemahan), Jakarta: Erlangga Sarwono, Sarlito W. (2009). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Pers Sinurat, R. H. Dj. (1999). Reader Mata Kuliah Komunikasi Antar Pribadi.
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Sugiyono (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Supratiknya (1995). Komunikasi Antar Pribadi Tinjauan Psikologis. Yogyakarta: Kanisius
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia (ed. 3, cet. 3). Jakarta: Balai Pustaka.
Wibowo, N. E. B. (2014). Studi Deskriptif Kemampuan Mengelola Emosi Remaja Putra Panti Asuhan Sancta Maria Boro Dan Implikasinya Terhadap Usulan Program Bimbingan Pribadi-Sosial [Skripsi]. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma
Winkel, W.S & Hastuti, Sri. (2006). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.
Yusuf, Syamsu. (2009). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
(60)
Kisi-kisi Kuesioner Tingkat Kemampuan Mengelola Emosi Siswa Kelas IX SMP Kanisius Pakem Setelah Uji Coba
No Aspek kemampuan
mengelola emosi Indikator/tanda-tanda
No Item Favorable
Un-favorable
1.
Mampu
mengendalikan diri: menjaga emosi yang merusak agar tetap terkendali.
a. Mengelola dengan baik emosi yang menekan mereka: kemampuan untuk menghadapi situasi buruk.
1) Mampu berbicara dengan tenang saat suasana hati sedang gelisah
2) Mampu mengungkapkan amarah dengan tepat pada waktu yang tepat 3) Mampu menghadapi seseorang yang
bersikap bermusuhan dengan tenang tanpa membalas dengan sikap yang bermusuhan
4) Mampu memaafkan seseorang yang telah berulangkali melakukan hal yang membuat sakit hati
1, 2, 3, 4
b. Tetap tenang kendati dalam tekanan: bertindak tenang meskipun dalam tekanan.
1) Tetap konsentrasi mengerjakan ujian saat suasana hati sedang cemas atau gelisah
2) Mampu bertindak tepat ketika menghadapi orang yang marah. 3) Mampu tetap berkonsentrasi
mengerjakan sesuatu yang tidak disukai.
5, 6, 7
2.
Menunjukkan sifat dapat dipercaya yaitu menunjukkan
kejujuran dan integritas.
a. Bertindak menurut etika yaitu
tindakannya sesuai dengan etika yang berlaku.
1) Mematuhi peraturan sekolah
2) Berbicara dengan sopan kepada orang yang lebih tua
3) Menghargai pendapat orang lain 4) Menangkap maksud baik dari guru
yang marah
5) Menjelek-jelekkan teman yang melakukan kesalahan (-)
8, 9, 10, 11
(61)
No Aspek kemampuan
mengelola emosi Indikator
No Item Favorable
Un-favorable b. Membangun kepercayaan melalui
keandalan diri: membuktikan pada orang bahwa dirinya dapat dipercaya.
1) Mampu menunjukkan bahwa prestasinya menjadi lebih baik dan meningkat dari sebelumnya
2) Berinisiatif untuk menjawab pertanyaan guru meskipun belum tentu jawabannya benar
3) Menunjukkan kedisiplinan dari hari ke hari
4) Menghindari pelajaran yang tidak sukai dengan meninggalkan kelas saat pelajaran berlangsung (-)
13, 14, 15, 16
c. Berpegang pada prinsip: tetap teguh pada prinsipnya
1) Berani menolak teman yang mengajak bermain
2) Mengabaikan kesempatan menonton ketika harus mengerjakan tugas 3) Mampu memutuskan sendiri apa yang
perlu dilakukan untuk memperbaiki diri
4) Menerima ajakan teman untuk membolos sekolah (-)
17, 18, 19, 20
3. Menunjukkan sikap bersungguh-sungguh: menunjukkan tanggungjawab dalam mengelola diri
a. Memenuhi komitmen: melakukan sesuatu yang sudah menjadi janjinya 1) Selalu berusaha tepat waktu dalam
mengumpulkan tugas
2) Selalu berusaha untuk menepati janji 3) Bersungguh-sungguh memiliki
komitmen untuk rajin mengikuti kegiatan yang telah menjadi pilihannya
4) Mengabaikan harapan orangtua untuk menjadi anak yang berprestasi (-)
21, 22, 23, 24
b. Bertanggungjawab untuk
memperjuangkan tujuan: ketika memiliki tujuan maka akan terus berjuang untuk mencapai tujuan tersebut
1) Bersemangat mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah
25, 26, 27,
(62)
No Aspek kemampuan
mengelola emosi Indikator
No Item Favorable
Un-favorable 2) Berusaha mengerjakan tugas sendiri
sebelum meminta bantuan orang lain 3) Mempelajari kembali pelajaran yang telah diajarkan guru dikelas agar tidak lupa
4) Ketika ada tugas yang sulit, tetap berusaha mengerjakan semampunya 5) Menyelesaikan tugas jika waktu
pengumpulan tugas sudah mendekati (-)
c. Cermat dalam bekerja: teliti ketika mengerjakan suatu hal
1) Teliti dalam mengerjakan soal ujian 2) Konsisten mengikuti jadwal belajar
yang telah dibuat di rumah
3) Mampu manajemen waktu dengan baik
4) Menyadari apa tujuannya bersekolah
30, 31, 32, 33 4. Menunjukkan adaptabilitas: kemampuan menyesuaikan diri dari berbagai situasi
a. Terampil menangani perubahan situasi: mampu untuk menghadapi hal-hal yang tidak terduga.
1) Tetap tenang mengerjakan soal ujian ketika waktu sudah hampir selesai 2) Melakukan aktivitas lain yang positif
ketika sudah mulai bosan belajar 3) Tetap bersemangat belajar meskipun
nilai ujian tidak sesuai dengan harapan
4) Mampu bekerjasama meskipun bukan dengan teman dekat
34, 35, 36, 27
b. Siap mengubah tanggapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan 1) Terus berusaha mencari
sumber-sumber yang perlu supaya memahami materi pelajaran yang belum dipahami 2) Mampu menerima perbedaan
pendapat
3) Mampu menyemangati diri sendiri ketika hampir putus asa karena
banyak nilai yang tidak sesuai dengan harapan
(63)
No Aspek kemampuan
mengelola emosi Indikator
No Item Favorable
Un-favorable
5.
Menunjukkan inovasi: kemampuan untuk terbuka terhadap perubahan
a. Kreatif
1) Mengerjakan pekerjaan rumah (PR) dengan mencari informasi yang dibutuhkan seperti:
internet/buku/koran, dll
2) Mau bertanya pada orang lain saat mengalami kesulitan
3) Berani bertanya pada guru tentang materi yang belum jelas
4) berpenampilan berbeda dengan orang lain dan tidak ikut-ikutan
41, 42, 43, 44
b. Mengambil resiko akibat pilihannya 1) Terus berusaha untuk meraih cita-cita
meskipun banyak kesulitan yang dihadapi
2) Mampu bertanggungjawab ketika terpilih menjadi ketua dalam sebuah kelompok
3) Selalu berusaha mencari jalan keluar dari masalah yang sedang dihadapi 4) Selalu berusaha menentukan tujuan
yang realistis yang sesuai dengan keadaan diri sendiri
45, 46, 47, 48
(64)
Hasil Penghitungan Taraf Validitas Dan Reliabilitas Kuesioner Uji Coba Validitas
No. Item Parameter Hasil Hitung Keputusan
Item 1 Pearson Correlation .672
**
Sig. (1-tailed) .001 VALID
N 20
Item 2 Pearson Correlation .289
Sig. (1-tailed) .109 VALID
N 20
Item 3 Pearson Correlation .225
Sig. (1-tailed) .170 GUGUR
N 20
Item 4 Pearson Correlation .641
**
Sig. (1-tailed) .001 VALID
N 20
Item 5 Pearson Correlation .536
**
Sig. (1-tailed) .007 VALID
N 20
Item 6 Pearson Correlation .184
Sig. (1-tailed) .218 GUGUR
N 20
Item 7 Pearson Correlation .216
Sig. (1-tailed) .180 GUGUR
N 20
Item 8
Pearson Correlation .614**
Sig. (1-tailed) .002 VALID
(65)
No. Item Parameter Hasil Hitung Keputusan
Item 9 Pearson Correlation .353
Sig. (1-tailed) .064 VALID
N 20
Item 10
Pearson Correlation .444*
Sig. (1-tailed) .025 VALID
N 20
Item 11 Pearson Correlation .331
Sig. (1-tailed) .077 VALID
N 20
Item 12 Pearson Correlation .301
Sig. (1-tailed) .099 VALID
N 20
Item 13 Pearson Correlation .695**
Sig. (1-tailed) .000 VALID
N 20
Item 14 Pearson Correlation .571**
Sig. (1-tailed) .004 VALID
N 20
Item 15 Pearson Correlation .421*
Sig. (1-tailed) .032 VALID
N 20
Item 16 Pearson Correlation .712**
Sig. (1-tailed) .000 VALID
N 20
Item 17
Pearson Correlation .330
Sig. (1-tailed) .077 VALID
(66)
No. Item Parameter Hasil Hitung Keputusan
Item 18 Pearson Correlation .406
*
Sig. (1-tailed) .038 VALID
N 20
Item 19 Pearson Correlation .411
*
Sig. (1-tailed) .036 VALID
N 20
Item 20 Pearson Correlation .087
Sig. (1-tailed) .358 GUGUR
N 20
Item 21 Pearson Correlation .354
Sig. (1-tailed) .063 VALID
N 20
Item 22 Pearson Correlation .540
**
Sig. (1-tailed) .007 VALID
N 20
Item 23 Pearson Correlation .125
Sig. (1-tailed) .299 GUGUR
N 20
Item 24 Pearson Correlation .273
Sig. (1-tailed) .122 VALID
N 20
Item 25
Pearson Correlation .523**
Sig. (1-tailed) .009 VALID
N 20
Item 26
Pearson Correlation .482*
Sig. (1-tailed) .016 VALID
(67)
No. Item Parameter Hasil Hitung Keputusan
Item 27 Pearson Correlation .614
**
Sig. (1-tailed) .002 VALID
N 20
Item 28 Pearson Correlation .464
*
Sig. (1-tailed) .020 VALID
N 20
Item 29 Pearson Correlation .393
*
Sig. (1-tailed) .043 VALID
N 20
Item 30 Pearson Correlation .265
Sig. (1-tailed) .129 VALID
N 20
Item 31 Pearson Correlation .586
**
Sig. (1-tailed) .003 VALID
N 20
Item 32 Pearson Correlation .819
**
Sig. (1-tailed) .000 VALID
N 20
Item 33 Pearson Correlation .676
**
Sig. (1-tailed) .001 VALID
N 20
Item 34 Pearson Correlation .254
Sig. (1-tailed) .394 VALID
N 20
Item 35
Pearson Correlation .399*
Sig. (1-tailed) .041 VALID
(68)
No. Item Parameter Hasil Hitung Keputusan
Item 36 Pearson Correlation .610
**
Sig. (1-tailed) .002 VALID
N 20
Item 37 Pearson Correlation .293
Sig. (1-tailed) .155 VALID
N 20
Item 38 Pearson Correlation .451
*
Sig. (1-tailed) .023 VALID
N 20
Item 47 Pearson Correlation .465
*
Sig. (1-tailed) .019 VALID
N 20
Item 48 Pearson Correlation .717
**
Sig. (1-tailed) .000 VALID
N 20
Item 49 Pearson Correlation .489
*
Sig. (1-tailed) .014 VALID
N 20
Item 50 Pearson Correlation .319
Sig. (1-tailed) .085 VALID
N 20
Item 51 Pearson Correlation -.005
Sig. (1-tailed) .491 GUGUR
N 20
Item 52 Pearson Correlation .514
*
Sig. (1-tailed) .010 VALID
(69)
No. Item Parameter Hasil Hitung Keputusan
Item 53 Pearson Correlation .438
*
Sig. (1-tailed) .027 VALID
N 20
Item 54 Pearson Correlation .668
**
Sig. (1-tailed) .001 VALID
N 20
Item 55 Pearson Correlation .725
**
Sig. (1-tailed) .000 VALID
N 20
Reliabilitas
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 20 100.0
Excludeda 0 .0
Total 20 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
(70)
Kuesioner Pengalaman Pribadi Pengantar:
Dengan ini saya mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner ini, yang dimaksudkan untuk mengetahui pengalaman hidup Anda sendiri. Diharapkan Anda menjawab secara jujur, sesuai dengan pengalaman Anda yang sesungguhnya. Pengalaman Anda akan digunakan sebagai dasar untuk mengusulkan kegiatan bimbingan di sekolah. Tidak ada pernyataan yang benar dan salah. Yang penting Anda menjawab dengan jujur sesuai dengan keadaan Anda. Nama tidak perlu Anda tuliskan.
Atas kesediaan Anda, saya mengucapkan terima kasih.
Petunjuk:
Berikut ini disajikan sejumlah pernyataan mengenai pengalaman hidup Anda sendiri. Seberapa mampu Anda melakukan hal yang dimaksudkan dengan masing-masing pernyataan yang berikut? Berilah tanda silang (X) pada kolom alternatif jawaban yang sesuai bagi Anda. Alternatif jawaban adalah sebagai berikut:
Sangat Mampu : SM
Mampu : M
Tidak Mampu : TM Sangat Tidak Mampu : STM
Kelas : Usia :
(1)
Handout
Menentukan Prioritas 1. Pengertian hal yang penting dalam hidup
Hal yang utama dalam hidup adalah hal-hal yang harus dilakukan demi tercapainya tujuan yang sudah ditentukan.
2. Pengertian hal yang mendesak dalam hidup
Hal yang mendesak dalam hidup adalah hal-hal yang menekan, yang menuntut perhatian dan harus segera di kerjakan yang sebenarnya tidak ada hubungannya dengan pencapaian tujuan sebenarnya.
3. 5 hal yang diutamakan dalam hidup
Hal-hal yang diutamakan dalam bidup bagi seorang pelajar, misalnya: a. Rajin mengikuti pelajaran di sekolah
b. Mengerjakan PR
c. Menaati peraturan sekolah d. Belajar dalam kelompok
e. Membaca buku yang berkaitan dengan mata pelajaran f. Belajar sesuai dengan jadwal yang telah dibuat
g. Jauh-jauh hari mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian
4. Manfaat mendahulukan yang utama dalam hidup
a. Membantu Proses disiplin diri
Dengan mengatur prioritas menjadikan sebuah patokan dan prioritas dalam melakukan kegiatan sehingga hal yang dilakukan pun harus yang penting terlebih dahulu dan hal yang kurang penting lebih baik ditunda terlebih dahulu.
b. Mempercepat segala urusan
Pengaturan prioritas yang baik maka dapat di pungkiri dan dapat di pastikan bahwa tugas-tugas dan segala urusan yang anda lakukan akan cepat selesei.
(2)
Dengan menulis semua aktivitas akan membantu memastikan bahwa dua atau tiga kegiatan tidak dilaksanakan pada waktu yang bersamaan. d. Mengurangi kecenderungan untuk menunda
Dengan memiliki pengaturan priritas dan jadwal keseharian maka tidak akan ada penundaan untuk melakukan kegiatan atau hal-hal yang akan dilakukan.
5. Akibat yang dialami jika tidak mendahulukan yang utama dalam hidup
a. Banyak kegiatan yang tidak penting malah dilakukan. b. Banyak kegiatan penting terabaikan.
c. Sering terlambat melakukan kegiatan yang penting.
6. Lembar kuadran mengelola waktu
KUADRAN MENGELOLA WAKTU
Ada satu model menarik yang dapat membantu kita mengatur diri kita sendiri, yaitu kuadran waktu. Kuadran waktu disusun berdasarkan unsur penting dan unsur mendesak (genting). Penting meliputi hal-hal yang harus diutamakan, kegiatan-kegiatan yang mendukung misi dan tujuan-tujuan kita. Mendesak
meliputi hal-al yang harus disegera dilakukan, hal-hal yang di depan mata kita, kegiatan yang menuntut perhatian segera.
Pada umumnya kita menggunakan waktu kita pada empat kuadran waktu
yang berbeda seperti:
1. Kuadran 1 (aktivitas yang penting dan mendesak)
Aktivitas yang termasuk dalam kuadran 1 adalah semua aktivitas yang penting dan mendesak. Selalu akan ada kegiatan-kegiatan dalam kuadran 1 yang tidak dapat kita kendalikan dan harus dilakukan. Misalnya, mengerjakan tugas yang hampir mendekati batas waktu penyelesaian yang sudah ditetapkan. Tetapi ada kegiatan di kuadran 1 yang merepotkan kita karena kita selalu menunda-nunda, misalnya menunda-nunda waktu belajar sehingga harus semalaman belajar ketika esok pagi akan menghadapi ujian.
2. Kuadran 2 (aktivitas penting, tetapi tidak mendesak)
Kuadran 2 meliputi kegiatan-kegiatan penting, tetapi tidak mendesak. Misalnya, bersantai, menjalin persahabatan, berolah raga. Kuadran 2 merupakan kuadran terbaik dan ideal. Namun, kadang kita menghadapi
(3)
banyak untuk melakukan kegiatan-kegiatan pada kuadran 2. Misalnya, mendapatkan tugas pada masa libur panjang dan tidak mendesak, kemungkinan kita akan menunda untuk mengerjakannya hingga sampai pada batas waktu pengumpulan membuat kita tidak maksimal dalam mengerjakan tugas tersebut.
3. Kuadran 3 (aktivitas mendesak, tetapi tidak penting)
Kegiatan dalam kuadran 3 adalah kegiatan yang mendesak namun tidak penting. Kegiatan kuadran 2 ditandai dengan usaha untuk selalu menyenangkan orang lain dan menanggapi keinginan atau ajakan orang lain sesuai dengan kesenangan orang lain tersebut. Misalnya, memilih untuk menonton acara TV daripada mengerjakan pekerjaan rumah (PR), mengikuti ajakan teman untuk bermain daripada mengerjakan tugas.
4. Kuadran 4 (aktivitas tidak penting dan tidak mendesak)
Kegiatan dalam kuadran 4 adalah kegiatan yang membuang-buang waktu dan berlebihan. Orang yang berkutat dengan kuadran 4 hanya mengerjakan hal sepele (tidak penting) dan hanya hal-hal yang menyenangkan diri saja. Misalnya, bermain video game sampai berjam-jam.
(4)
Langkah Kegiatan
Lembar Kegiatan Siswa Kuadran Mengelola Waktu
Kuadran 1
(penting dan mendesak)
Kuadran 2
(penting tetapi tidak mendesak) Aktivitas
Tugas yang terbatas waktunya
Terlambat berangkat ke sekolah
Besok ujian
Akibat Reaktif
Hasil tidak maksimal
Aktivitas PR yang harus
selesai dalam minggu ini
Belajar dalam kelompok
Membaca buku yang berkaitan dengan mata pelajaran Akibat Proaktif Disiplin Kuadran 3
(tidak penting tetapi mendesak)
Kuadran 4
(tidak penting dan tidak mendesak) Aktivitas
Mengikuti ajakan teman untuk bermain daripada mengerjakan tugas
Memilih untuk menonoton acara TV favorit darpada mengerjakan tugas
Membicarakan masalah orang lain
Akibat Merasa jadi
korban
Aktivitas Bermain video
game
Terlalu banyak menonton TV Membuang-buang waktu untuk bermain daripada belajar Akibat Tidak bertanggungja wab Pertanyaan evaluasi:
1. Jelaskan yang dimaksud dengan hal yang penting dalam hidup 2. Jelaskan yang dimaksud dengan hal yang mendesak dalam hidup 3. Sebutkan 5 hal yang utama dalam hidupmu!
4. Jelaskan manfaat mendahulukan yang utama dalam hidup!
5. Jelaskan akibat jika tidak mendahulukan yang utama dalam hidup? 6. Buatlah kuadran mengelola waktu
(5)
Sumber:
Covey, Sean (1995). First Thing First (Dahulukan yang Utama). Jakarta: Binarupa Aksara
Covey, Sean (2001). The 7 Habits of Highly Effective Teens (7 Kebiasaan Remaja yang Sangat Efektif). Jakarta: Binarupa Aksara
Panitia PPKM 1. Buku Panduan Mahasiswa Pelatihan Pengembangan
Kepribadian Mahasiswa (PPKM). Yogyakarta: Universitas Sanata
(6)