GERAKAN PEREMPUAN WONOREJO DALAM PENGEMBANGAN LINGKUNGAN HIDUP DI RUNGKUT KOTA SURABAYA.

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos. I)

Oleh: Arif Wijaya NIM : B72211033

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2016


(2)

(3)

(4)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

ix

ABSTRAK

Arif Wijaya B72211033 Gerakan Perempuan Wonorejo Dalam Pengembangan Lingkungan Hidup Di Rungkut Kota Surabaya

Riset pendampingan ini menggambarkan situasi kondisi lingkungan Hidup di Kampung Wonorejo RT 04 RW 01. Beberapa aspek lingkungan hidup yaitu kebersihan Kampung Wonorejo, penghijauan pekarangan rumah dan sanitasi lingkungan. Selain itu, pembahasan di Kampung Wonorejo meliputi profil perempuan Wonorejo, berbagai macam kegiatan perempuan Wonorejo seperti PKK, arisan, keagamaan dan lain sebagainya.

Fokus pendampingan yang dilakukan adalah pengorganisasian elemen-elemen masyarakat khususnya pada gerakan perempuan guna membiasakan dan melestarikan tanaman TOGA di sekitar lingkungan Kampung Wonorejo RT 04 RW 01. Dengan tujuan pendampingan yaitu mengorganisir komunitas gerakan perempuan Ibu-Ibu PKK Kampung Wonorejo untuk menggalakkan menanam TOGA. Sehingga dapat menyehatkan warga setempat serta merubah pola pikir dan perilaku Ibu-Ibu PKK Wonorejo RT 04 RW 01 menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi dirinya sendiri dan masyarakat sekitar.

Salah satu upaya yang dilakukan perempuan Wonorejo adalah menanam TOGA bersama pendamping. Kegiatan tersebut cukup memberikan pengaruh positif bagi warga Kampung Wonorejo. Hal ini merupakan harapan perempuan Wonorejo dalam melestarikan lingkungan di Kampung Wonorejo.


(5)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

x

DAFTAR ISI

COVER DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

PERSEMBAHAN ... v

MOTTO ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR BAGAN ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Problematika Masalah ... 1

B. Fokus Pendampingan ... 7

C. Tujuan Pendampingan ... 10

D. Sistematika Pembahasan ... 13

BAB II KAJIAN TEORI PENGEMBANGAN LINGKUNGAN PERKOTAAN A. Pengembangan Masyarakat Perkotaan ... 16


(6)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

xi C. Penanganan Problem Lingkungan Hidup

Perkotaan Berbasis Komunitas ...23

D. Penelitian Terdahulu ... 31

BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN A. Pendekatan Penelitian ... 35

B. Ruang Lingkup Penelitian ... 39

C. Subjek Penelitian ... 39

D. Prosedur Penelitian Untuk Pengembangan ... 40

E. Tehnik Analisis Dan Validasi Data ... 42

F. Strategi Pengembangan Masyarakat ... 43

G. Rencana Jadwal Penelitian ... 47

H. Stakeholder Riset Pengembangan ... 49

BAB IV PROFIL KAMPUNG WONOREJO A. Letak Demografi dan Geografi...51

B. Pendidikan...57

C. Kesehatan...58

D. Keagamaan...60

E. Kondisi Sosial dan Budaya Kampung Wonorejo...62

BAB V POTRET BURAM PEREMPUAN DAN LINGKUNGAN KAMPUNG WONOREJO A. Profil Gerakan Perempuan dan Lingkungan Hidup di Wonorejo...64


(7)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

xii

B. Terbatasnya Lahan Pekarangan ...67

C. Kurangnya Kesadaran Lingkungan Hidup...68

D. Minimnya Partisipasi Masyarakat Mengenai Lingkungan Hidup...71

BAB VI PROSES PENDAMPINGAN PEREMPUAN WONOREJO A. Proses Pendampingan...74

B. Mengumpulkan masyarakat...76

C. Pembentukan Tim fasilitator...79

D. Pemetaan Bersama Masyarakat...82

E. Merumuskan Masalah Bersama ...84

F. Merencanakan Aksi Perubahan Menuju Lingkungan Hidup Sehat...85

G. Meraih Harapan Bersama Gerakan Perempuan Wonorejo...87

BAB VII SEBUAH CATATAN REFLEKSI A. Proses Sebelum dan Sesudah Pendampingan Bersama Perempuan Wonorejo...93

B. Harapan Gerakan Perempuan Wonorejo...96

BAB VIII PENUTUP A. Kesimpulan...102

B. Saran...104


(8)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

xiii


(9)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Jadwal kegiatan penelitian

Tabel 2.2 : Stakeholders

Tabel 4.1 : Berdasarkan jenis kelamin

Tabel 4.2 : Jumlah penduduk Kelurahan Wonorejo berdasarkan usia

Tabel 4.3 : Daftar perempuan PKK Wonorejo RT 04 RW 01

Tabel 4.4 : Daftar perempuan penggerak Posyandu RT 04 RW 01

Tabel 4.5 : Daftar anggota muslimat Thariqah Jannah Rebana

Tabel 5.1 : Kegiatan perempuan Wonorejo RT 04 RW 01 selama satu tahun

Tabel 6.1 : Pembiayaan kebutuhan tanam TOGA


(10)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

xv

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 : Analisis pohon masalah gerakan perempuan Wonorejo


(11)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 : Peta wilayah Kampung Wonorejo

Gambar 4.2 : Kantor Kelurahan Wonorejo Kecamatan Rungkut Surabaya

Gambar 4.3 : Kondisi SDN Wonorejo RT 04 RW 01

Gambar 4.4 : Kondisi Ilham BALITA yang salah penanganan dalam perawatan asupan gizi

Gambar 4.5 : Fasilitas Musholla Wonorejo RT 04 RW 01

Gambar 4.6 : Balai RT 04 RW 01 untuk perkumpulan warga

Gambar 5.1 : Sampah menumpuk di sungai Kampung Wonorejo

Gambar 6.1 : FGD bersama Ibu-Ibu Wonorejo saat kegiatan arisan

Gambar 6.2 : Hasil pemetaan bersama perempuan Wonorejo RT 04 RW 01

Gambar 6.3 : FGD untuk mendiskusikan rencana aksi tanam TOGA

Gambar 6.4 : Kegiatan aksi tanam TOGA bersama perempuan Wonorejo RT 04 RW 01


(12)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

xvii


(13)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Problematika Masalah

Wonorejo merupakan pemukiman yang berada di Kecamatan Rungkut Kota Surabaya. Wilayah ini secara umum telah melalui perkembangan dan pembangunan untuk meningkatkan kualitas hidup manusianya. Namun kenyataannya di kampung ini masih butuh perhatian lebih dari pemerintah maupun warganya sendiri untuk peduli pada lingkungan sehat dan hijau. Contohnya yang terlihat pada beberapa jalan pemukiman Wonorejo yang masih kumuh dikarenakan sampah bertebaran di pinggir jalan, penataan rumah warga yang masih belum tertata atau

semrawut, dan lokasi pemukiman dekat bahkan tepat di pinggir sungai yang terkena imbas limbah pabrik. Sehingga menimbulkan aroma yang tidak sedap bagi orang yang melewati Kampung ini.

Kampung Wonorejo ini masih butuh pembenahan pada sanitasi lingkungan sekitar rumah warga. Hal ini terlihat bahwa saluran air rumah tangga atau biasa disebut selokan masih belum sesuai dengan standardrisasi. Sehingga dapat menimbulkan banjir ketika musim hujan tiba. Selain itu dalam tata ruang di Kampung Wonorejo masih belum teratur dan rapi. Jadi Kampung Wonorejo ini masih butuh pengembangan pada lingkungan hidup.


(14)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

Daerah kumuh yang merupakan akibat dari berbagai aktivitas yang kurang bertanggung jawab, juga akibat dari ketidakmerataan pembangunan suatu kota, merupakan penyebab utama terjadinya kantong-kantong kemiskinan kota. Ini adalah salah satu masalah sosial yang sampai dengan saat ini sulit terpecahkan, dan nyaris mustahil dapat diselesaikan hanya dalam hitungan satu dua tahun.1

Sebuah kota yang berkembang menuju mega urban, seperti Kota Surabaya, dengan perkembangan pembangunan yang sedemikian pesatnya, terbukti dengan berdirinya gedung-gedung bertingkat yang dilengkapi dengan berbagai macam fasilitas mewah, mobil mewah yang berjajar di sepanjang jalan protokol, kerlap-kerlip lampu di sepanjang jalan yang begitu semarak gemerlapan, hingga Kota kelihatan demikian glamornya, sebenarnya bertujuan untuk meningkatkan status kota. Masalahnya itu tidak diimbangi dengan peningkatan kesejahteraan bagi penduduk miskin, dan diperparah dengan arah kebijaksanaan pemerintah yang cenderung kurang mendukung golongan masyarakat miskin, sehingga mengakibatkan putusnya akses bagi masyarakat miskin, dan timbulnya kawasan kumuh tidak dapat dihindari.2

Ke depan dalam rangka mengurangi masalah tersebut maka pemerintah Kota Surabaya akan melaksanakan berbagai macam upaya, dan salah satu diantaranya adalah melaksanakan upaya pemberdayaan masayarakat (pemberdayaan manusia, pemberdayaan usaha, dan

1

Rr. Suhartini, A. Halim, Imam Khambali, dkk. Model-Model Pemberdayaan Masyarakat, Pustaka Pesantren, Yogyakarta, 2005, Hal. 3


(15)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

pemberdayaan lingkungan) yang melibatkan langsung masyarakat dalam

pembangunan Kota Surabaya. Praksisnya melalui “Program Pemberdayaan Masyarakat Miskin Perkotaan”, yaitu “Kegiatan

Pembentukan Kelompok Usaha Bersama bagi Keluarga Miskin, Perbaikan Rumah Tidak Layak Huni dan Perikanan Sanitasi Lingkungan

Permukiman”.3

Di lihat dari aspek pembangunan pendidikan, kesehatan, sosial budaya dan keagamaan. Kehidupan warga Wonorejo yang telah lama bertempat tinggal adalah di wilayah RW 01 RT 04. Masyarakat Wonorejo khusunya di tingkat RT 04 RW 01 telah lama mengalami perubahan lingkungan hidup. Kenyataan dari sekitar rumah warga yang berada tepat di sisi sungai, yaitu buruknya air sungai yang dapat menimbulkan aroma busuk dan tidak sedap apabila tercium oleh warga sekitar Wonorejo. Pernyataan ini dikuatkan oleh Narto (47) selaku RT 04 penduduk asli Wonorejo yang menceritakan bahwa air sungai mulai tercemar pada tahun 1990-an oleh beberapa pabrik-pabrik yang membuang limbahnya sampai ke Wonorejo. Sehingga kebersihan air pada sungai mulai memburuk dan tidak layak pakai kembali.4

Program Pemberdayaan Masyarakat Miskin Perkotaan di Kota Surabaya merupakan program pembangunan berdasar partisipasi

masyarakat. Pelaksaan program diarahkan untuk melakukan

pemberdayaan kepada warga masyarakat kampung setempat, agar dapat

2

Ibid. Hal. 4 3


(16)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

meningkatkan kondisi sosial ekonomi dan lingkungannya secara mandiri/berkelanjutan.5

Untuk mendukung pelaksanaan Program Pemberdayaan

Masyarakat Miskin Perkotaan pada masing-masing lokasi Kampung, Pemerintah Kota Surabaya dalam hal ini Dinas Sosial dan Pemberdayaan Perempuan, bekerja sama dengan Tim Pendamping yang akan berperan sebagai motivator dan fasilitator agar implementasi program-program pada masing-masing kawasan kumuh dapat sesuai target dan sasaran yang telah ditetapkan. Kegiatan pendampingan ini lebih bersifat sebagai kegiatan unuk memotivasi masyarakat kampung, agar mereka lebih peduli terhadap perencanaan dan pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat Miskin Perkotaan.6 Khususnya di Kampung Wonorejo RT 04 RW 01 Kelurahan Wonorejo Kecamatan Rungkut Kota Surabaya.

Masyarakat Wonorejo yang pertama kali dihuni untuk permukiman adalah di lokasi RT 04 RW 01. Sehingga peneliti tertarik untuk mengetahui lebih dalam dan luas tentang kehidupan warga Wonorejo, dilihat dari sisi pendidikan, ekonomi, sosial dan keagamaan serta budayanya. Selain itu peneliti ingin mengetahui potensi Sumber Daya Manusia (SDM) dan Sumber Daya Alam (SDA) yang ada di Kelurahan Wonorejo. Sehingga apabila peneliti menemukan potensi yang ada maka harapannya dapat membangun kesadaran kritis pada warga dan menghargai lingkungannya

4

Wawancara dengan Narto (47 tahun) pada tanggal 17 April 2015 jam 16.00 WIB 5

Rr. Suhartini, A. Halim, Imam Khambali, dkk. Model-Model Pemberdayaan Masyarakat, Pustaka Pesantren, Yogyakarta, 2005, Hal. 5

6


(17)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

sendiri.

Masyarakat Wonorejo yang terdiri dari 10 RW dan 51 RT serta memiliki gerakan Ibu-Ibu PKK yang telah lama terbentuk. Namun pada kenyataannya di lingkungan RT 04 RW 01 masih belum maksimal dalam

melaksanakan kegiatan-kegiatan yang terbarukan. Misalnya

menggerakkan warga untuk peduli pada lingkungan hidup sehat melalui tanaman TOGA. Hal ini dikarenakan oleh kesadaran warga yang masih kurang dan pengetahuan akan tanaman TOGA.

Atas dasar observasi peneliti bahwa mengenai lingkungan hidup tentang tanaman TOGA telah disampaikan oleh Wulan (47 tahun) bahwa warga Wonorejo khususnya di RW 01 RT 04 masih belum memaksimalkan kesadaran bahwa menanam TOGA sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia dan lingkungan sekitar. Sehingga apabila warga ada yang mengalami sakit seperti demam berdarah, diare dan badan panas seketika itu warga mulai tersadarkan.7

Pendapat lain yang dikemukakan oleh Siagian, bahwa penduduk miskin di negara-negara terbelakang dihadapkan pada “lingkaran setan” yang mengandung komponen sebagai berikut: pendapatan perkapita rendah, yang berakibat ketidakmampuan menabung, yang pada gilirannya berakibat pada tidak terjadinya pembentukan modal...8. Hal ini terjadi pada Kampung Wonorejo khususnya di RT 04 RW 01 Kelurahan Wonorejo Kecamatan Rungkut Kota Surabaya.

7


(18)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

Dimensi kemiskinan dapat dilihat dengan perspektif dan sudut pandang yang lebih luas lagi, yaitu membagi kemiskinan dalam beberapa dimensi: Yang pertama, kemiskinan yang diakibatkan globalisasi. Globalisasi menghasilkan pemenang dan yang kalah, pemenang umumnya adalah negara-negara maju. Sedangkan negara-negara berkembang seringkali semakin terpinggirkan oleh persaingan dan pasar bebas yang merupakan persyaratan globalisasi. Yang kedua, kemiskinan yang berkaitan dengan pembangunan. Kemiskinan subsisten (kemiskinan akibat rendahnya pembangunan), kemiskinan pedesaan (kemiskinan akibat peminggiran pedesaan dalam proses pembangunan), kemiskinan perkotaan (kemiskinan yang disebabkan oleh hakekat dan kecepatan pertumbuhan perkotaan). Yang ketiga, kemiskinan sosial. Kemiskinan yang dialami oleh perempuan, anak-anak, dan kelompok minoritas. Kemiskinan konsekuensial. Kemiskinan yang terjadi akibat kejadian-kejadian lain atau faktor-faktor eksternal di luar si miskin, seperti konflik, bencana alam, kerusakan lingkungan, dan tingginya jumlah penduduk.9 Kenyataan ini sesuai dengan kondisi Kampung Wonorejo RT 04 RW 01 Kota Surabaya.

Kampung Wonorejo yang terkena dampak oleh percepatan pembangunan industri dan globalisasi sehingga menjadi Kampung kumuh, miskin dan terpinggirkan di tengah-tengah perkotaan Ibu Kota Provinsi Jawa Timur.

8

Ismail Nawawi, Pembangunan dan Problema Masyarakat, Putra Media Nusantara, Surabaya, 2009, Hal. 120


(19)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 10 Maret 2015 di rumah warga Wonorejo, Hasyim (27 tahun) berpendapat bahwa semenjak adanya limbah pabrik air sungai, masyarakat Wonorerjo tidak lagi menjaga kesehatan lingkungan. Dikarenakan dengan adanya aroma tidak sedap setiap harinya, sehingga perilaku masyarakat disini perlahan-lahan berubah ke hal-hal negatif. Seperti membuang sampah di sungai, dan menimbulkan beberapa masalah antara lain ikan di sungai punah disebabkan limbah pabrik dan sampah yang ditimbulkan oleh masyarakat sendiri.

B. Fokus Pendampingan

Dalam penelitian ini fokus pendampingan yang dilakukan adalah pengorganisasian elemen-elemen masyarakat khususnya pada gerakan perempuan guna membiasakan dan melestarikan tanaman TOGA di sekitar lingkungan kumuh Wonorejo RT 04 RW 01.

9


(20)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

Bagan 1.1

Analisis Pohon Masalah Gerakan Perempuan Wonorejo Mudah terkena penyakit Lingkungan kumuh Belum ada lembaga/wadah untuk menggerakkan warga Belum ada kesadaran dari aspek menjaga lingkungan

Rendahnya kualitas lingkungan masyarakat Wonorejo sehingga tidak mendukung kehidupannya Belum adanya kepedulian warga terhadap lingkungan hidup

Belum ada aturan yang menata perilaku kesehatan masyarakat Minimnya pengetahuan tentang kesehatan lingkungan Belum ada

kegiatan rutin pada kalangan

perempuan untuk tanam TOGA

Belum adanya pelatihan dalam hal tanam TOGA Belum adanya ketertarikan warga terhadap tanaman TOGA Belum adanya warga yang tahu manfaat dan khasiat tanaman TOGA


(21)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Terlihat pada bagan di atas bahwa permasalahan yang ada di lingkungan Wonorejo RT 04 RW 01 ada tiga penyebab inti, penjelasan yang pertama adalah Belum ada kesadaran dari aspek menjaga lingkungan. Hal ini disebabkan oleh minimnya kepedulian warga akan pentingnya peran lingkungan yang sehat dan hijau. Sehingga akan berdampak pada warga yang tidak tahu manfaat dan khasiat tanaman TOGA dan dapat merugikan mereka sendiri dan lingkungan sekitar Kampung Wonorejo.

Kedua adalah belum ada lembaga untuk menggerakkan warga. Hal ini juga disebabkan oleh belum adanya kegiatan rutin pada kalangan perempuan untuk tanam TOGA. Sehingga dalam keseharian perempuan Wonorejo belum begitu tertarik terhadap tanaman TOGA.

Penyebab yang ketiga belum ada aturan yang menata perilaku kesehatan masyarakat. Hal ini dikarenakan oleh minimnya pengetahuan tentang kesehatan lingkungan di lingkungan sekitar Wonorejo. Hanya satu warga yang dapat mengolah tanaman obat keluarga seperti kunyit dijadikan jamu dikalangan sekitar Kampung Wonorejo.10 Sehingga hal ini menjadi kendala tersendiri bagi perempuan Wonorejo karena belum adanya

pelatihan bahkan jarang dalam hal tanam TOGA.

10


(22)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

Dari beberapa penyebab utama yang telah dijelaskan maka masalah di Kampung Wonorejo ini memudahkan timbulnya penyakit seperti demam berdarah, diare, kepala pusing, demama panas dan lain sebagainya. Sasaran penyakit yang mudah terserang adalah kalangan anak-anak dan balita di Kampung Wonorejo ini. Selain itu, dapat menimbulkan lingkungan yang tampak kumuh bagi masyarakat sekitar. Sehingga kenyamanan yang dirasakan warga masih mengganggu dari sisi kesehatan dan sosial Kampung Wonorejo. Sesuai yang terlihat pada lingkungan Kampung ini banyaknya kotoran rumah tangga yang berserakan dipinggir gang rumah warga sekitar.

C. Tujuan Pendampingan

Dalam penelitian ini tujuan pendampingan yang dilakukan adalah mengorganisir komunitas gerakan perempuan Ibu-Ibu PKK Kampung Wonorejo untuk menggalakkan menanam TOGA. Sehingga dapat menyehatkan warga setempat serta merubah pola pikir dan perilaku Ibu-Ibu PKK Wonorejo RT 04 RW 01 menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi dirinya sendiri dan masyarakat sekitar.


(23)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Bagan 1.2

Analisis Pohon Harapan Gerakan Perempuan Wonorejo

Lingkungan sehat Tidak mudah terkena penyakit

Tingginyakualitas lingkungan masyarakat Wonorejo sehingga mendukung

kehidupannya

Adanya aturan yang menata perilaku kesehatan masyarakat Adanya lembaga/wadah untuk menggerakkan warga Adanya kesadaran dari aspek menjaga lingkungan Warga memiliki pengetahuan tentang kesehatan lingkungan Adanya kegiatan rutin

pada kalangan perempuan untuk tanam TOGA Tingginya adanya kepedulian warga terhadap lingkungan hidup Adanya pelatihan dalam hal tanam TOGA Adanya ketertarikan warga terhadap tanaman TOGA Adanya warga yang tahu manfaat dan khasiat tanaman TOGA


(24)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

Pada pohon harapan di atas menjelaskan bahwasanya di lingkungan Wonorejo RT 04 RW 01 ada tiga harapan inti yang diupakayan akan menjadi solusi bagi lingkungan pemukiman ini, penjelasan yang pertama adalah ada kesadaran dari aspek menjaga lingkungan. Hal ini diharapkan akan meningkatkan kepedulian warga akan pentingnya peran lingkungan yang sehat dan hijau. Sehingga akan bermanfaat bagi warga yang tahu manfaat dan khasiat tanaman TOGA dan dapat menguntungkan mereka sendiri dan lingkungan sekitar Kampung Wonorejo. Selain itu dapat menjadikan nilai tambah perekonomian rumah tangga.

Kedua adalah adanya lembaga atau wadah untuk menggerakkan warga. Hal ini juga diupayakan oleh tokoh masyarakat yang memiliki pengaruh kuat dalam kegiatan rutin pada kalangan perempuan seperti tanam TOGA, gotong royong membersihkan gorong-gorong, dan mengkelompokkan antara sampah basah dan sampah kering. Sehingga dalam keseharian perempuan Wonorejo tertarik terhadap tanaman TOGA.

Penyebab yang ketiga adanya aturan yang menata perilaku kesehatan masyarakat. Hal ini dikarenakan oleh tingginya pengetahuan tentang kesehatan lingkungan di lingkungan sekitar Wonorejo. Sehingga munculnya kegiatan seperti pelatihan dalam hal tanam TOGA.

Dari beberapa upaya warga Wonorejo ini, untuk menghasilkan apa yang diharapkan maka manfaat yang diperoleh di Wonorejo ini tidak ada


(25)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

timbulnya penyakit seperti demam berdarah, diare, kepala pusing, demam panas dan lain sebagainya. Sehingga kesehatan pada kalangan anak-anak dan balita dapat teratasi dari berbagai penyakit. Selain itu, dapat menjaga lingkungan yang indah dan hijau bagi masyarakat sekitar. Sehingga kenyamanan yang dirasakan warga lebih baik dari sebelumnya dari sisi kesehatan dan sosial Kampung Wonorejo. Sesuai yang terlihat pada lingkungan Kampung ini banyaknya tumbuh-tumbuhan berupa tanaman obat keluarga dan jenis tanaman hias lainnya.

D. Sistematika Pembahasan

Penulisan ini disusun dengan sistematika yang secara berurutan terdiri dari beberapa bab, yaitu: Bab I Pendahuluan, Bab II Kajian Teori Pengembangan Lingkungan Perkotaan, Bab III Metode Penelitian Dan Pendampingan, Bab IV Profil Kampung Wonorejo, Bab V Potret Buram Perempuan dan Lingkungan Kampung Wonorejo, Bab VI Proses Pendampingan Perempuan Wonorejo, Bab VII Sebuah Catatan Refleksi, Bab VIII Penutup. Selanjutnya deskripsi masing-masing bab akan dijelaskan sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan, bab ini akan menguraikan secara singkat mengenai isi laporan penelitian yang meliputi problematika masalah, fokus pendampingan, tujuan pendampingan, dan juga sistematika pembahasan.


(26)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

Bab II : Kajian Teori Pengembangan Lingkungan Perkotaan, bab ini akan menjelaskan tentang penelitian terdahulu dan mengumpulkan teori dan referensi yang kuat dan memaparkan data yang sesuai dengan penelitian pendampingan ini. Sehingga dapat menjadikan penulisan ini benar-benar sesuai yang di lapangan ataupun tidak.

Bab III : Metode Penelitian Dan Pendampingan, bab ini akan memaparkan tentang teori-teori atau kajian buku-buku yang berkaitan dengan hasil penelitian di lapangan, yang diambil dari buku atau beberapa referensi seperti koran, jurnal, dan lain sebagainya. Supaya dalam penulisan ini dapat teruji keabsahannya.

Bab IV : Profil Kampung Wonorejo, bab ini akan membahas tentang hasil penelitian mulai dari letak Demografi dan Geografi, Pendidikan, Kesehatan, Keagamaan, Kondisi Sosial dan Budaya Kampung Wonorejo yang ada di desa penelitian. Yaitu dengan cara mendeskripsikan secara mendetail.

Bab V : Potret Buram Perempuan dan Lingkungan Kampung Wonorejo, bab ini akan membahas tentang Profil Gerakan Perempuan dan Lingkungan Hidup di Wonorejo, Terbatasnya Lahan Pekarangan, Kurangnya Kesadaran Lingkungan Hidup, Minimnya Partisipasi Masyarakat Mengenai Lingkungan Hidup.

Bab VI : Proses Pendampingan Perempuan Wonorejo, bab ini

akan membahas tentang Proses Pendampingan, Mengumpulkan


(27)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Merumuskan Masalah Bersama, Merencanakan Aksi Perubahan Menuju Lingkungan Hidup Sehat, Meraih Harapan Bersama Gerakan Perempuan Wonorejo.

Bab VII : Sebuah Catatan Refleksi, bab ini akan membahas tentang Proses Selama Aksi Sebelum dan Sesudah Penelitian dan Harapan Gerakan Perempuan Wonorejo.

Bab VIII: Penutup, bab ini akan membahas tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan saran untuk hasil penelitian di lapangan.


(28)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

BAB II KAJIAN TEORI

PENGEMBANGAN LINGKUNGAN PERKOTAAN

A. Pengembangan Masyarakat Perkotaan

Pengembangan masyarakat adalah salah satu metode pekerjaan social yang tujuan utamanya untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat melalui pendayagunaan sumber-sumber yang ada pada mereka serta menekankan pada prinsip partisipasi sosial.11 Sebagaimana asal katanya, yakni pengembangan masyarakat terdiri dari dua konsep, yaitu

“pengembangan” dan “masyarakat”. Secara singkat, pengembangan atau

disebut juga dengan pembangunan merupakan usaha bersama dan terencana untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia.12 Dalam menggunakan kata kota perlu dicermati karena dalam bahasa Indonesia, kata kota bisa berarti dua hal yang berbeda. Pertama, kota dalam pengertian umum adalah suatu daerah terbangun yang didominasi jenis penggunaan tanah nonpertanian dengan jumlah penduduk dan intensitas penggunaan ruang yang cukup tinggi. Misalnya, rumah, toko, pasar, dan kantor luasnya relatif kecil jika dibandingkan dengan sawah, hutan, dan perkebunan. Di samping itu, intensitas penggunaan perkotaan yang tinggi

11

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: Refika Aditama, 2006), Hal 37


(29)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

juga telah berkembang ke penggunaan ruang ke arah vertikal dengan bangunan-bangunan bertingkat.13

Kedua, kota dalam pengertian administrasi pemerintahan diartikan secara khusus, yaitu suatu bentuk pemerintah daerah yang mayoritas wilayahnya merupakan daerah perkotaan. Wilayah kota secara administratif tidak selalu semuanya berupa daerah terbangun perkotaan (urban), tetapi umumnya juga masih mempunyai bagian wilayah yang berciri perdesaan (rural).14 Kota juga sering dikatakan sebagai sebuah permukiman dengan kepadatan penduduk yang lebih besar dari kepadatan wilayah nasional, dengan struktur mata pencaharian non agraris dan tataguna tanah yang beragam, serta dengan pergedungan yang berdiri dengan perdekatan. Sebuah perkotaan berjalan sejajar dengan perkembangan di mana penduduk tak tergantung lansung dari alam lingkungan. Dengan kata lain perkotaan merupakan bagian proses modernisasi. Itulah sebabnya, konsep dasar kota tidak cukup hanya dilihat dari ciri-ciri morfologis tertentu atau kumpulan ciri-cirinya, tetapi juga sebuah fungsi kusus dalam penyusunan wilayah yang dapat menciptakan ruang-ruang efektif melalui pengorganisasian sebuah daerah pedalaman yang lebih besar berdasarkan hirarki-hirarki tertentu. 15

13

Mulyono Sadyohutomo, Manajemen Kota Dan Wilayah Realita Dan Tantangan, PT. Bumi Aksara. Jakarta. 2008. Hal. 3

14 Ibid.

15


(30)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

Lewis Mumford menegaskan perkembangan kota dari semenjak lahirnya sampai dengan matinya akan mengikuti proses perkembangan sebagai berikut: 1. Epolis atau neopolis yaitu sebuah kota yang menempati suatu pusat pertanian dengan adat istiadat yang bercorak kedesaan dan serba sederhana. 2. Polis yaitu merupakan pusat hidup pemerintahan dan keagamaan yang di dalamanya terdapat tempat-tempat khusus tempat beribadatan, pasar yang ramai yang bertalian erat dengan kegiatan macam-macam industri kecil dengan penduduk yang terdiri dari aneka tukang dengan macam-macam keahliannya. 3. Metropolis yaitu tipe kota dimana orang dari berbagai bangsa saling bertemu untuk keperluan berdagang dan tukar-menukar rohani, termasuk terjadinya pencampuaran perkawinan. 4. Megapolis sebagai peningkatan dari tipe sebelumnya dimana gejala sosiopatologi merajalela di satu pihak ada kekayaan dan kekuasaan dengan birokrasi yang sangat menonjol. 5. Tyranopolis sebuah tipe kota besar yang dilanda oleh kepincangan yang berupa degenarasi dan korupsi, kemerosotan moral, relasi politik, ekonomi dan kriminalitas, dimana kaum proletar (miskin) menjadi kekuatan yang tidak bisa diremehkan. 6. Nekropolis artinya peradaban kota mulai runtuh, kota menjadi bangkai (nekro)16

16


(31)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id B. Lingkungan Hidup Perkotaan

Lingkungan hidup pada manusia maupun makhluk hidup lainnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Lingkungan hidup internal, lingkungan hidup internal adalah proses fisiologis dan biokimia yang berlangsung dalam tubuh manusia pada saat tertentu yang juga mampu menyesuaikan diri dengan perubahan dan keadaan yang terjadi di luar tubuh untuk kelangsungan hidupnya atau disebut juga bersifat homeostatis.17 2. Lingkungan hidup eksternal, lingkungan hidup eksternal adalah

segala sesuatu yang berupa benda hidup atau mati, ruang energi, keadaan sosial, ekonomi, maupun budaya yang dapat membawa pengaruh terhadap perikehidupan manusia di permukaan bumi ini.18

Secara lebih terperinci lingkungan hidup eksternal merupakan lingkungan di luar tubuh manusia yang terdiri dari tiga komponen, antara lain:

1. Lingkungan Fisik

Lingkungan fisik bersifat abiotik atau benda air seperti air, udara, tanah, cuaca, makanan, rumah, panas, sinar, radiasi dan lain-lain. Lingkungan fisik ini berinteraksi secara konstan dengan manusia

17

Arif Sumantri, Kesehatan Lingkungan & Perspektif Islam, Jakarta, Kencana, 2010, Hal. 7-8

18


(32)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

sepanjang waktu dan masa serta memegang peranan yang penting dalam proses terjadinya penyakit pada masyarakat. Contoh, kekurangan persediaan air bersih terutama dapat menimbulkan penyakit diare di mana-mana.19

2. Lingkungan Biologis

Lingkungan biologis bersifat biotik atau benda hidup, misalnya tumbuh-tumbuhan, hewan, virus, bakteri, jamur, parasit, serangga dan lain-lain yang dapat berperan sebagai agen penyakit, reservoir, infeksi, vektor penyakit dan hospes intermediet. Hubungan manusia dengan lingkungan biologisnya bersifat dinamis dan pada keadaan tertentu saat terjadi ketidakseimbangan di antara hubungan ini, manusia akan menjadi sakit.20

3. Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial berupa kultur, adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, agama, sikap, standar dan gaya hidup, pekerjaan, kehidupan kemasyarakatan, organisasi sosial dan politik. Manusia dipengaruhi oleh lingkungan sosial melalui berbagai media seperti radio, TV, pers, seni, literatur, cerita dan lagu. Bila manusia tidak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sosial, akan menimbulkan konflik kejiwaan dan menimbulkan gejala psikosomatik

19

Ibid.

20


(33)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

seperti stres, insomnia, depresi, dan lain-lain.21

Penghijauan adalah salah satu kegiatan penting yang harus dilaksanakan secara konseptual dalam menangani krisis lingkungan. Begitu pentingnya sehingga penghijauan sudah merupakan program nasional yang dilaksanakan di seluruh nusantara. Banyak fakta yang menunjukkan bahwa tidak jarang pembangunan dibangun di lahan pertanian dan di kebun buah-buahan. Padahal tumbuhan (yang berhijau daun) dalam ekosistem, berperan sebagai produsen pertama yang mengubah energi surya menjadi energi potensial untuk makhluk lainnya, dan mengubah CO2 menjadi O2 dalam proses fotosintesis.22

Penghijauan dalam arti luas adalah segala daya untuk memulihkan, memelihara dan meningkatkan kondisi lahan agar dapat berproduksi dan berfungsi secara optimal, baik sebagai pengatur tata air atau pelindung lingkungan. Ada pula yang mengatakan bahwa penghijauan kota adalah suatu usaha untuk menghijaukan kota dengan melaksanakan pengelolaan taman-taman kota, taman-taman lingkungan, jalur hijau dan sebagainya. Dalam hal ini penghijauan perkotaan merupakan kegiatan pengisian ruang terbuka hijau.23

21


(34)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

Setiap tahun tumbuh-tumbuhan di bumi ini mempersenyawakan sekitar 150.000 juta ton CO2 dan 25.000 juta ton hidrogen dengan membebaskan 400.000 juta ton oksigen ke atmosfer, serta menghasilkan 450.000 juta ton zat-zat organik. Setiap jam 1 ha daun-daun hijau menyerap 8 kg CO2 yang ekuivalen dengan CO2 yang dihembuskan oleh nafas manusia sekitar 200 orang dalam waktu yang sama. Begitu pentingnya peranan tumbuhan di bumi ini. Dalam menangani krisis lingkungan terutama di perkotaan, sangat tepat jika keberadaan tumbuhan mendapat perhatian serius dalam pelaksanaan penghijauan perkotaan sebagai unsur hutan Kota.24

Fungsi dan peranan penghijauan perkotaan antara lain:

1. Sebagai paru-paru kota. Tanaman sebagai elemen hijau, pada pertumbuhannya menghasilkan zat asam (O2) yang sangat diperlikan bagi makhluk hidup untuk pernafasan.

2. Sebagai pengatur lingkungan (mikro), vegetasi akan menimbulkan hawa lingkungan setempat sejuk, nyaman dan segar.

3. Pencipta lingkungan hidup (ekologis), penghijauan dapat menciptakan ruang hidup bagi makhluk hidup di alam.

4. Penyeimbangan alam (adaphis) merupakan pembentukan tempat-tempat hidup alam bagi satwa yang hidup di sekitarnya.

22Zoer’aini Djamal Irwan,

Prinsip-Prinsip Ekologi Ekosistem, Lingkungan Dan Pelestariannya, Jakarta, PT Bumi Aksara, 2012, Hal. 165

23

Ibid . Hal. 166 24


(35)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5. Perlindungan (protektif), terhadap kondisi fisik alami sekitarnya (angin kencang, terik matahari, gas atau debu-debu)

6. Keindahan (estetika). Dengan terdapatnya unsur-unsur penghijauan yang direncanakan secara baik dan menyeluruh akan menambah keindahan kota.

7. Kesehatan (hygiene), misalnya untuk terapi mata

8. Rekreasi dan pendidikan (edukatif). Jalur hijau dengan aneka vegetasi mengandung nilai-nilai ilmiah.

9. Sosial politik ekonomi25

Definisi lingkungan hidup dalam Undang-Undang No 23 Tahun 1997 adalah:

Kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.26

C. Penanganan Problem Lingkungan Hidup Perkotaan Berbasis Komunitas

Masalah kelestarian lingkungan hidup perkotaan berbasis komunitas semakin mendesak seiring dengan perkembangan kegiatan industri. Pergeseran basis ekonomi Indonesia dari agraris ke arah industri mempunyai dampak berikut.

25

Ibid. Hal. 167-168 26


(36)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

1. Polusi dari berbagai kegiatan industri dan transportasi mengancam lingkungan alam dan masyarakat.

2. Perkembangan jumlah penduduk kota yang tinggi (rata-rata 4,9 % per tahun pada periode 1970-1980, meningkat menjadi 5,5 % pertahun pada periode 1980-1990).27

3. Perubahan penggunaan tanah pertnian ke nonpertanian. Terjadilah ancaman penurunan luas tanah pertanian subur dan beririgasi teknis yang berubah menjadi perumahan dan industri.28

Untuk mengantisipasi hal tersebut di atas perlu kirannya setiap rencana kegiatan yang menonjol dampaknya terhadap tata ruang pada kawasan tertentu dilengkapi dengan study AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan). Dengan study AMDAL yang terdiri atas ANDAL (Analisiis Dampak Lingkungan), RKL (Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup), dan RPL (Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup) maka dapat diprediksi kemungkinan-kemungkinan dampak (terutama dampak negatif) yang ditimbulkan oleh adanya rencana penggunaan ruang dan bagaimana mengelola dan memantau dampak tersebut. Oleh karena itu, AMDAL ditetapkan menjadi salah satu persyaratan untuk pemberian izin usaha dan/atau izin kegiatan yang diperkirakan menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan.29

27

Ibid. Hal. 60. Dikutip dari Achmad Nurmandi, Manajemen Perkotaan-Aktor, Organisasi, Dan Pengelolaan Daerah Perkotaan Di Indonesia. Yogyakarta. Lingaran Bangsa. 1999 Hal. 9

28

Ibid . 29


(37)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Di samping kehadiran kota menjadi angin segar bagi komunitasnya, kehidupan kota juga menghadirkan akibat-akibat yang negatif semakin drastisnya perubahan serta perkembangan kota akan disusul oleh hadirnya persoalan. Diantaranya adalah 1. Sekularisasi, 2. Disorganisasi sosial. 3. Terbentuknya massa kota. 4. Salah adaptasi. 5. Kenakalan remaja. 6. Kriminalitas. 7. Polusi udara. 8. Kemiskinan dan Kampung kumuh. 9. Problem sampah dan 10. Premanisme30

Selain itu pula kehidupan masyarakat kota tidak sedikit menghadirkan berbagai persoalan yang melanda kehidupan. Persoalan yang dimaksud dapat di identifikasi berikut.

a. Atomisasi dan pembentukan massa

b. Kepakaan terhadap rangsang dan sikap massa bodoh c. Legalisasi dan sensasi

d. Industri kesenangan dan pengisian waktu luang e. Perilaku kolektif dan masayarakat massa31

Kehadiran kota sempat mengundang prasangka negatif. Banyak orang memandang kota sebagai kejahatan dan dosa, tipu daya dan komunafikan, kekotoran politik, ketidakteraturan, kepalsuan segala macam persoalan yang menjengkelkan.32

Walaupun banyak perasangka buruk terhadap kehadiran kota,

30

Ibid. Hal.132

31


(38)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

ternyata kota mampu memberikan harapan yang menjanjikan. Beberapa fungsi kota yang menjamin keterandalan kota, anatara lain dapat dikemukakan sebgai berikut.33

a. Kota berfungsi sebagai pusat pendidikan

Kota memiliki potensi sebagai penyedia lembaga-lembaga pendidikan yang bisa diikuti oleh siapa saja yang tinggal di sana.34

b. Kota berfungsi sebagai pusat peradaban

Peradaban mewujudkan puncak-puncak dari

kebudayaan. Kota yang merupakan tempat bertamunya beraneka ragam suku, agama, etnis/ras dan golongan, lebih-lebih kehadiran orang asing, sangat memungkinkan untuk menumbuh suburkan peradaban yang pluralistis dan multikultural. 35

c. Kota berfungsi sebagai pusat ekonomi dan perdagangan

Perjalanan arus perekonomian desa akan selalu berujung di kota. Hampir semua hasil pertanian yang ada di desa akan terjual di kota. Desa sebagai penyediaan barang-barang ekonomi bagi kota. Mengalirnya barang-barang-barang-barang hasil pertanian dari desa ke kota, menyebabkan kota menjadi tempat

32Ibid. Hal. 125 33

Ibid. Hal. 126 34Ibid.

35


(39)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

bersarangnya sumber ekonomi.36

d. Kota berfungsi sebagai penyedia lapangan kerja

Kota merupakan bertemunya berbagai profesi pekerjaan. Berbagai lembga,instansi, industri dan perusahaan, banyak yang membutuhkan peluang ketenagakerjaan sesuai dengan bidang-bidang yang menjadi garapannya. Dengan demikian kota lebih potensial dalam menyediakan jenis-jenis pekerjaan bagi tenaga kerja yang memiliki profesi yang sesuai dengan bidang-bidang usaha kerja yang tersedia di kota.37

Sebagai salah satu negara berkembang dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta jiwa, masalah kesehatan lingkungan di Indonesia menjadi sangat kompleks terutama di kota-kota besar. Hal ini disebabkan, antara lain:

1. Urbanisasi Penduduk

Di indonesia terjadi perpindahan penduduk dalam jumlah besar dari desa ke kota. Lahan pertanian yang semakin berkurang terutama di pulau jawa dan terbatasnya lapangan pekerjaan mengakibatkan penduduk berbondong-bondong datang ke kota besar mencari pekerjaan sebagai pekerja kasar seperti pembantu rumah tangga, kuli bangunan dan pelabuhan, pemulung bahkan menjadi pengemis dan pengamen jalanan

36


(40)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

yang secara tidak langsung membawa dampak sosial dan dampak kesehatan lingkungan, seperti munculnya pemukiman kumuh dimana-mana.38

2. Tempat Pembuangan Sampah

Di hampir setiapa empat indonesia, sistem pembuangan sampah dilakukan secara dumping tanpa ada pengelolaan lebih lanjut. Sistem pembuangan semacam itu selain memerlukan lahan yang cukup luas juga menyebabkan pencemaran udara, tanah dan airselain lahannya juga dapat menjadi tempat berkembangbiaknya agen dan vektor penyakit menuar.39

3. Penyediaan Sarana Air Bersih

Berdasarkan survei yang pernah dilakukan, hanya 60% masyarakat indonesia mendapatkan air bersih dari PDAM, terutama untuk penduduk perkotaan, selebihnya menggunakan sumur atau sumber air lain. Bila datang musim kemarau, krisis air dapat terjadi dan penyakit gastroenteritis mulai muncul dimana-mana.40

4. Pencemaran udara

Tingkat pencemaran udara di indonesia sudah melebihi ambang batas normal terutama di kota-kota besar akibat gas

37 Ibid.

38

Arif Sumantri, Kesehatan Lingkungan & Perspektif Islam, Jakarta, Kencana, 2010, Hal. 8-10

39


(41)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

buangan kendaraan bermotor. Selain itu, setiap tahun asap tebal meliputi wilayah nusantara bahkan sampai ke negara tetangga akibat pembakaran hutan untuk lahan pertanian dan perkebunan.41

5. Pembuangan Limbah Industri Dan Rumah Tangga

Hampir semua limbah cair baik yang berasal dari rumah tangga dan industri dibuang langsung dan bercampur menjadi satu ke badan sungai atau laut ditambah lagi dengan kebiasaan penduduk melakukan kegiatan MCK di bantaran sungai. Akibatnya, kualitas air sungai menurun dan apabila digunakan untuk air baku memerlukan biaya yang tinggi.42

6. Bencana Alam/Pengungsian

Gempa bumi, tanah longsor, gunung meletus atau banjir yang sering terjadi di Indonesia mengakibatkan penduduk mengungsi dan tentunya menambah banyak permasalahan kesehatan lingkungan.43

7. Perencanaan Tata Kota Dan Kebijakan Pemerintah Pada Pengelolaan Lingkungan

Perencanaa tata kota dan kebijakan pemerintah sering kali menimbulkan masalah baru bagi kesehatan lingkungan.

40

Ibid 41

Ibid

42

Ibid 43Ibid


(42)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

30

Contoh, pemberian izin tempat pemukiman, gedung atau tempat industri baru tanpa didahului dengan studi kelayakan yang berwawasan lingkungan dapat menyebabkan terjadinya banjir, pencemaran udara, air dan tanah, serta masalah sosial lain.44

Air merupakan salah satu kebutuhan hidup dan merupakan dasar bagi perikehidupan di bumi. Tanpa air, berbagai proses kehidupan tidak dapat berlangsung. Oleh karena itu, penyediaan air merupakan salah satu kebutuhan utama bagi manusia untuk kelangsungan hidup dan menjadi faktor penentu dalam kesehatan dan kesejahteraan manusia.45

Sumber daya air dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan anatara lain: untuk kepentingan rumah tangga (domestik), industri, pertanian, perikanan, dan sarana angkutan air. Sesuai dengan kebutuhan akan air dan kemajuan teknologi, air permukaan dapat dimanfaatkan lebih luas lagi antara lain untuk sumber baku air minum dan air indutri.46

Tanpa disaadari pada saat ini kita telah membayar biaya yang cukup tinggi untuk meendapatkan segelas air yang layak untuk kesehatan. Bagi indonesia yang merupakan negara agraris yang tengah meriantis arah pembanguanan nasionalnya menuju era industrilisasi, peranan sumber daya air sangatlah menentukan. Disamping itu, sejalan dengan

44

Ibid.

45 Ibid.

46


(43)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

pertambahan penduduk Indonesia yang terus meningkat, peranan sumber daya air tersebut dirasakan semakin menentukan dalam kehidupan sehari-hari.47

Penyakit yang menyerang manusia dapat ditularkan dan menyebar secara langsung maupun tidak langsung melalui air. Penyakit yang ditularkan melalui air disebut sebagai waterborne disease atau water related disease. Berikut beberapa contoh penyakit yang dapat ditularkan melalui air berdasarkan tipe agen penyebabnya.48

a. Penyakit viral, misalnya hepatitis viral, poliomielitis b. Penyakit bakterial, misalnya kolera, disentri, tifoid, diare

c. Penyakit helmintik, misalnya askariasis, whip worm, hydatid disease. 49

D. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai lingkungan hidup secara umum telah dilakukan oleh sekian banyaknya peneliti. Dari berbagai sisi dan sudut pandang yang berbeda-beda. Sehingga untuk mengetahui penelitian yang memiliki persamaan, yaitu tulisan skripsi dengan judul sebagai berikut:

“Pengembangan Kawasan Komunitas Kampung Tanaman Obat

Keluarga (TOGA) ( Studi Peran Dayang Sumbi Dalam Pemandirian Perilaku Kesehatan Masyarakat di Dusun Sambilawang Desa

47 Ibid.

48

Ibid. 49Ibid.


(44)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

32

Sambilawang Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto )” Ada dua

persoalan yang diteliti dalam skripsi ini adalah : (1) Bagaimana proses kemandirian perilaku kesehatan masyarakat di Dusun Sambilawang Desa Sambilawang Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto oleh Dayang Sumbi ?, (2) Bagaimanakah perubahan perilaku kesehatan masyarakat Dusun Sambilawang Desa Sambilawang Kec amatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto setelah adanya pemandirian oleh Dayang Sumbi?. Tujuan dari Penelitian ini adalah : (1) untuk mengetahui proses kemandirian perilaku kesehatan masyarakat di Dusun Sambilawang Desa Sambilawang Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mo jokerto oleh Dayang Sumbi, (2) untuk mengetahui perubahan perilaku kesehatan masyarakat Dusun Sambilawang Desa Sambilawang Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto setelah adanya pemandirian oleh Dayang Sumbi.

Sedangkan fokus pendampingan yang dilakukan pada judul “Gerakan Perempuan Wonorejo Dalam Pengembangan Lingkungan Hidup Di Rungkut Kota Surabaya” adalah pengorganisasian elemen-elemen masyarakat khususnya pada gerakan perempuan guna membiasakan dan melestarikan tanaman TOGA di sekitar lingkungan Kampung Wonorejo RT 04 RW 01. Dengan tujuan pendampingan yaitu mengorganisir komunitas gerakan perempuan Ibu-Ibu PKK Kampung Wonorejo untuk menggalakkan menanam TOGA. Sehingga dapat menyehatkan warga setempat serta merubah pola pikir dan perilaku


(45)

Ibu-digilib.uinsby.ac.id Ibu-digilib.uinsby.ac.id Ibu-digilib.uinsby.ac.id Ibu-digilib.uinsby.ac.id Ibu-digilib.uinsby.ac.id

Ibu PKK Wonorejo RT 04 RW 01 menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi dirinya sendiri dan masyarakat sekitar.

Penelitian terdahulu menggunakan metode kualitatif deskriptif. Data dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan tahap-tahap penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tahap pra-lapangan, tahap lapangan, dan tahap analisa data. Dari rumusan masalah di atas penelitian ini menghasilkan bahwa pengembangan kawasan komunitas kampung TOGA (Tanaman Obat Keluarga) yang dilakukan oleh Pak Isnandar sebagai Pendiri Pabrik Dayang Sumbi ini adalah bertujuan untuk menciptakan pemandirian perilaku kesehatan masyarakat yang tinggal di tanah kelahirannya, yaitu di Dusun Sambilawang Desa Sambilawang Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto. Adapun metode yang dilakukan oleh Pak Isnandar, yaitu dengan mengundang masyarakat Dusun Sambilawang untuk diberikan pelatihan tentang cara penanaman, p erawatan dan cara meracik TOGA yang akan dijadikan sebagai jamu. Selain itu juga Pak Isnandar juga memberikan bibit TOGA kepada masyarakat untuk ditanam dan dirawat di rumah. Agar, sewaktu-waktu ada anggota keluarga yang sakit dan membutuhkan, maka masyarakat dapat memanfaatkan TOGA sebagai obat/jamu. Dalam hal ini pengembangan yang dilakukan oleh Pak Isnandar belum maksimal. Karena, masyarakat mau menanam dan merawat TOGA hanya dalam waktu kurang lebih 2 tahun saja. Alasannya, yaitu masyarakat disibukkan


(46)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

34

dengan aktifitasnya sebagai petani. Sedangkan penelitian saat ini menggunakan aksi riset pendampingan atau dengan istilah (Partisipation Action Riseacrh) PAR ini menggambarkan situasi kondisi lingkungan Hidup di Kampung Wonorejo RT 04 RW 01. Beberapa aspek lingkungan hidup yaitu kebersihan Kampung Wonorejo, penghijauan pekarangan rumah dan sanitasi lingkungan. Selain itu, pembahasan di Kampung Wonorejo meliputi profil perempuan Wonorejo, berbagai macam kegiatan perempuan Wonorejo seperti PKK, arisan, keagamaan dan lain sebagainya.Salah satu upaya yang dilakukan perempuan Wonorejo adalah menanam TOGA bersama pendamping. Kegiatan tersebut cukup memberikan pengaruh positif bagi warga Kampung Wonorejo. Hal ini merupakan harapan perempuan Wonorejo dalam melestarikan lingkungan di Kampung Wonorejo.


(47)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

35

BAB III

METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

A. Pendekatan Penelitian

Pada pemahaman konsep PAR Participatory Action Research

secara khusus menjelaskan beberapa aspek yaitu pengertian, sejarah, dasar filosofi, metodologi dan prinsip kerjanya. PAR tidak memiliki sebutan tunggal. Dalam berbagai literatur PAR bisa disebut dengan berbagai sebutan, diantaranya adalah: Action Research, Learning By Doing, Action Learning, Action Science, Action Inquiry, Collaborative Research, Participatory Action Research, Participatory Research,...50

Beberapa definisi PAR telah dikemukakan oleh para ahli diantaranya menurut Yoland Wadworth, PAR adalah istilah yang memuat seperangkat asumsi yang mendasari paradigma baru ilmu pengetahuan dan bertentangan dengan paradigma pengetahuan tradisional atau kuno. Asumsi-asumsi baru tersebut menggaris bawahi arti penting proses sosial dan kolektif dalam mencapai kesimpulan-kesimpulan mengenai “apa kasus

yang sedang terjadi” dan “apa implikasi perubahannya”yang dipandang

berguna oleh orang-orang yang berda pada situasi problematis, dalam mengantarkan untuk melakukan penelitian awal.51

50

Agus Afandi. dkk, Modul Participatory Action Research (PAR), (Surabaya: LPPM UINSA, 2015), Hal. 85-90

51


(48)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

36

Pengembangan masyarakat harus selalu berupaya untuk memaksimalkan partisipasi, dengan tujuan membuat setiap orang dalam masyarakat terlibat secara aktif dalam proses-proses dan kegiatan masyarakat, serta untuk menciptakan kembali masa depan masyarakat dan individu. Dengan demikian, partisipasi merupakan suatu bagian penting dari pemberdayaan dan penumbuhan kesadaran. Semakin banyak orang yang menjadi peserta aktif dan semakin lengkap partisipasinya, semakin ideal kepemilikan dan proses masyarakat yang akan terwujud.52 Upaya menumbuhkan partisipasi warga melalui program pengembangan masyarakat diawali dengan cara menggugah kesadaran masyarakat akan hak-haknya untuk hidup secara lebih bermutu, adanya realitas kompleksitas permasalahan yang dihadapi, serta perlunya tindakan konkret dalam mengupayakan perbaikan kehidupan.53

Pengembangan masyarakat adalah komitmen dalam

memberdayakan lapis bawah sehingga mereka memiliki berbagai pilihan nyata menyangkut masa depannya. Masyarakat lapis bawah umumnya terdiri dari orang-orang lemah, tidak berdaya dan miskin karena tida memiliki sumber daya atau tidak memiliki kemampuan untuk mengontrol sarana produksi. Mereka umumnya terdiri atas buruh, petani penggarap, petani berlahan kecil, para nelayan, masyarakat hutan, kalangan pengangguran, orang cacat, dan orang-orang yang dibuat marginal karena

52

Jim Ife dan Frank Tesoriero, Community Development: Alternatif Pengembangan Masyarakat Di Era Globalisasi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, Hal. 285

53


(49)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

umur, keadaan gender, ras, dan etnis.54

Pada dasarnya, PAR merupakan penelitian yang melibatkan secara aktif semua pihak-pihak yang relevan (stakeholders) dalam mengkaji tindakan yang sedang berlangsung (dimana pengamalan mereka sendiri sebagai persoalan) dalam rangka melakukan perubahan dan perbaikan ke arah yang lebih baik. Untuk itu, mereka harus melakukan refleksi kritis terhadap konteks sejarah, politik, budaya, ekonomi, geografis dan konteks lain-lain terkait. Yang mendasari dilakukannya PAR adalah kebutuhan kita untuk mendapatkan perubahan yang diinginkan.55

PAR memiliki beberapa tantangan diantaranya: 1. PAR memerlukan waktu yang lama untuk berhasil,

2. PAR memerlukan pertemuan perencanaan yang lebih banyak sehingga memerlukan lebih banyak dana,

3. Anggota tim PAR harus siap untuk mendengar dan melakukan kompromi,

4. PAR membutuhkan suatu mekanisme dan waktu yang lebih panjang untuk pembelajaran bersama bagi seluruh anggota PAR, 5. Anggota tim PAR harus mau berbagi dalam kerja dan hasil kerja, 6. Perlu adanya dokumentasi dan validasi yang komprehensif

terhadap PAR,

7. Hasil-hasil PAR harus siap sedia dipublikasi dalam beragam bentuk.

54


(50)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

38

Namun demikian, PAR memiliki beberapa keuntungan diantaranya: 1. PAR dapat membantu menutup gap antara pendampingan dan praktek, 2. PAR dapat mengantarkan pada perkembangan perangkat-perangkat

penelitian yang lebih baru dan relevan seperti, kuesioner yang lebih cocok untuk keluarga, seperti survay belanja harian,

3. Proses PAR bisa berarti bahwa kertas kerja yang mendukung program adalah lebih mudah untuk didapatkan,

4. PAR bisa jadi bahwa upaya rekrutmen adalah lebih mudah sebab rancangan penelitian ditentukan oleh para peneliti dan orang tua, 5. PAR meningkatkan dasar pengetahuan semua anggota tim,

6. Presentasi dan hasil yang dikembangkan oleh tim PAR cenderung tidak tradisional dan lebih berfungsi untuk kalangan yang lebih luas.56

Dalam penelitian ini solusi pendampingan yang diharapkan adalah terciptanya kesadaran kritis mengenai manfaat pentingnya tanaman TOGA di Kampung Wonorejo RT 04 RW 01 setempat dan sekitarnya. Sehingga dapat menjadikan perilaku untuk mencegah dari berbagai macam penyakit. Supaya penelitian ini dapat berjalan dengan mudah maka subjek pendampingan di fokuskan pada komunitas gerakan perempuan Ibu-Ibu PKK kampung Wonorejo. Karena dalam penanaman TOGA lebih disukai dan diperhatikan oleh kalangan Ibu-Ibu rumah tangga. Sedangkan dalam pendampingan ini peneliti juga membutuhkan Stakeholders yang terkait untuk dapat memantau dan mengatasi kendala yang dihadapi peneliti.

55


(51)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Seperti tokoh masyarakat (RT, RW, tokoh agama dan orang yang memiliki pengaruh yang kuat di lingkungan Wonorejo).

Menurut Hawort Hall, PAR merupakan pendekatan dalam penelitian yang mendorong peneliti dan orang-orang yang mengambil manfaat dari peneliti (misalnya; keluarga, profesional, dan pemimpin politik) untuk bekerja bersama-sama penuh dalam semua tahapan penelitian.57

B. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, peneliti akan membahas mengenai kondisi warga Wonorejo dari sisi pendidikan, keagamaan, kesehatan, sosisal budaya dan lingkungan hidup. Kemudian peneliti akan menghubungkan dengan sejauh mana warga Wonorejo dalam penanaman TOGA, siapa saja yang pernah melakukan penanaman TOGA, apa yang

diuntungkan dari tanaman TOGA bagi yang mengolah dan

memanfaatkannya.

C. Subjek Penelitian

Dalam subjek penelitian ini, peneliti berfokus pada komunitas gerakan perempuan kampung Wonorejo seperti PKK. Selain itu untuk memudahkan peneliti dalam aksi di lapangan akan meminta pendampingan dari lokalider dan perangkat desa supaya berjalan lancar

56

Ibid. Hal. 94-95 57


(52)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

40

dan meminimalisir kendala yang dihadapi peneliti.

D. Prosedur Penelitian Dalam Pengembangan Masyarakat

Dalam melakukan prosedur penelitian ini, peneliti melakukan beberapa tahapan. Pertama yang dilakukan peneliti adalah persiapan wilayah atau lokasi. Persiapan wilayah (desa/kota) merupakan tahap penting untuk kelancaran proses PRA. Persiapan sebenarnya sudah diawali dengan sosialisasi. Diharapkan masyarakat sudah memahami maksud dan tujuan pelaksanaan pengembangan masyarakat. Langkah kedua yaitu proses PRA adalah persiapan tim. Proses PRA biasanya difasilitasi oleh sebuah tim fasilitator. Anggota tim dapat terdiri dari luar masyarakat (out sider), dan wakil wakil masyarakat dari disiplin yang berbeda. Di dalam persiapan tim harus termelakukan observasi lapanganapat isu-isu penting yang dibahas meliputi: menentukan informasi yang dikaji, menentukan teknik PRA yang digunakan, menentukan dan menyediakan bahan pendukung dan media, pembagian tugas dalam tim fasilitator untuk proses yang partisipasi. 58

Selain itu teknik-teknik Participatory Rural Appraisal (PRA) dengan cara pemetaan. Pemetaan adalah suatu teknik dalam PRA untuk menggali informasi yang meliputi sarana fisik dan kondisi sosial dengan menggambar kondisi wilayah secara umum dan menyeluruh menjadi sebuah peta. Langkah-langkah dalam pemetaan adalah menyepakati

58


(53)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

bersama topik peta serta wilayah yang digambar. Kemudian menyepakati simbol-simbol yang digunakan, menyiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan.59

Kemudian langkah selanjutnya adalah teknik transect. Tranxest

dalam bahasa Inggris adalah cross section yang berarti melintas suatu daerah, menelusuri, atau potong kompas. Kegiatan ini dilakukan oleh tim PRA dan narasumber untuk berjalan menelusuri suatu wilayah untuk mengetahui tentang kondisi fisik seperti tanah, tumbuhan dll.60

Kemudian menggunakan pemetaan Kampung dan survei belanja rumah tangga. Hal ini merupakan teknik untuk memperoleh gambaran kehidupan masyarakat secara utuh, sehingga diketahui tingkat kehidupan masyarakat dari aspek kelayakan hidup, yakni kelayakan nutrisi dan gizi, kelayakan kesehatan rumah, pendidikan, dan tingkat konsumsi. Timeline

adalah teknik penelusuran alur sejarah suatu masyarakat dengan menggali kejadian penting yang terjadi pada alur waktu tertentu. Trend and change

merupakan teknik PRA yang memfasilitasi masyarakat dalam mengenali perubahan dan kecenderungan berbagai keadaan, kejadian serta kegiatan masyarakat dari waktu ke waktu.61

59

Ibid. Hal. 145-147

60

Ibid. Hal. 148-149

61


(54)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

42

E. Tehnik Analisis Dan Validasi Data

Di dalam menganalisa suatu data dibutuhkan trianggulasi keabsahan. Trianggulasi adalah suatu sistem cross check dalam pelaksanaan teknik PRA agar diperoleh informasi yang akurat. Trianggulasi ini meliputi : Trianggulasi komposisi tim. Yang dimaksud adalah tim dalam PRA terdiri dari berbagai multidisiplin, laki-laki dan perempuan serta masyarakat (Insider) dan tim dari luar (Outsider). Langkah selanjutnya Trianggulasi alat dan teknik. Dalam pelaksanaan PRA selain dilakukan observasi langsung terhadap lokasi/wilayah, juga perlu dilakukan interview dan diskusi dengan masyarakat setempat dalam rangka memperoleh informasi yang kualitatif. Kemudian trianggulasi keragaman sumber informasi. Yaitu meliputi kejadian-kejadian penting dan bagaimana prosesnya berlangsung.62

Selama di lingkungan Kampung Wonorejo ini, peneliti membutuhkan peran penting dari penggerak atau stakeholders setempat sebagai alat untuk menganalisis permasalahan dan solusi yang diambil oleh komunitas gerakan perempuan PKK Kampung Wonorejo.

Dalam menyikapi warga RT 04 RW 01 Wonorejo, untuk menggalakkan menanam tanaman TOGA adalah menyambung komunikasi yang intens dan baik terhadap semua pihak yang terkait. Karena tanpa lokalider setempat fasilitator akan mengalami banyak hambatan dan

62


(55)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

rintangan untuk diselesaikan sendiri. oleh sebab itu, peneliti terus mengakrabkan diri tanpa adanya sekat dengan lokalider.

Dalam keabsahan data penelitian ini, peneliti menyesuaikan dengan beberapa referensi buku, media komunikasi (jurnal, koran, majalah, radio, dan lain sebagainya) untuk menyelesaikan beberapa masalah di lapangan yaitu Kampung Wonorejo RT 04 RW 01. Tidak hanya kajian pustaka yang peneliti lakukan namun juga diperlukan forum diskusi kelompok terhadap para pelaku (lokalider) sebagai penguat data sesuai realitas di lapangan dan kejadian penting yang pernah terjadi di Kampung Wonorejo ini.

F. Strategi Pengembangan Masyarakat

Beberapa pendekatan yang dilakukan peneliti yaitu pendekatan

Participatory Action Research (PAR) sebagai berikut untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam pelaporan penelitian ini.

1. Pemetaan Awal (Preleminary Mapping)

Yaitu sebagai alat untuk memahami komunitas, sehingga peneliti akan mudah memahami realitas problem dan relasi sosial yang terjadi. Dengan demikian akan memudahkan masuk ke dalam komunitas baik melalui key people (kunci masyarakat) maupun komunitas akar rumput yang sudah terbangun, seperti kelompok keagamaan (yasinan, tahlilan, masjid, mushalla dll).


(56)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

44

2. Membangun Hubungan Kemanusiaan

Peneliti melakukan inkulturasi atau pembauran pada warga setempat dan membangun kepercayaan (Trust Building) dengan warga kampung Wonorejo, sehingga terjalin hubungan- hubungan yang setara dan saling mendukung. Sehingga peneliti dan masyarakat bisa menyatu menjadi sebuah pembelajaran bersama untuk melakukan pendampingan, belajar memahami masalahnya, dan memecahkan persoalannya secara bersama-sama (partisipatif).

3. Penentuan Agenda Riset untuk perubahan menuju lingkungan hidup sehat

Yaitu peneliti bersama komunitas gerakan perempuan PKK kampung Wonorejo mengagendakan aksi pendampingan melalui teknik Partisipatory Rural Aprasial (PRA) untuk menanam TOGA bersama.

4. Pemetaan Partisipatif (Participatory Mapping)

Yaitu bersama komunitas gerakan perempuan PKK kampung Wonorejo melakukan pemetaan wilayah dan persoalan yang dialami masyarakat. Seperti lokasi rumah tanpa TOGA, tempat ibadah, rumah, lahan kosong, persawahan, saran prasarana pendidikan dan sebagainya.

5. Merumuskan masalah kemanusiaan


(57)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

hidup kemanusiaan yang dialaminya. Seperti; persoalan pangan, papan, kesehatan dan lain-lain.

6. Menyusun strategi oleh komunitas gerakan perempuan Ibu-Ibu PKK kampung Wonorejo

Yaitu strategi atau langkah-langkah gerakan aksi oleh perempuan PKK kampung Wonorejo menanam TOGA untuk memecahkan permasalahan lingkungan hidup yang telah dirumuskan, yaitu mengurangi lingkungan kumuh menjadi lingkungan hidup yang sehat.

7. Pengorganisasian Masyarakat

Peneliti didampingi oleh lokalider setempat yaitu RT, RW, PKK dan tokoh agama kampung Wonorejo dan lain sebagainya untuk membangun kesadaran pada lingkungan hidup. Baik dalam bentuk kelompok-kelompok sosial, maupun lembaga-lembaga masyarakat yang secara nyata bergerak memecahkan masalah di lingkungannya secara konsisten.

8. Melancarkan aksi Perubahan

Yaituaksi memecahkan problem dilakukan secara bertahap dan partisipatif. Aksi pemecahan persoalan kemanusiaan bukan sekedar untuk menyelesaikan persoalan itu sendiri, tetapi merupakan proses pembelajaran masyarakat, sehingga terbangun kesadaran baru dalam komunitas dan sekaligus memunculkan community organizer (pengorganisasian


(58)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

46

masyarakat sendiri) dan akhirnya akan muncul local leader

(pemimpin lokal) yang menjadi pelaku dan pemimpin perubahan.

9. Membangun lokalider warga setempat

Yaitu di saat peneliti berada di lapangan akan terlihat calon lokalider setempat yang dapat membantu dan menyikapi betapa bermanfaatnya tanaman TOGA dan tanaman hias rumah tangga bagi diri sendiri maupun orang lain. Sehingga warga tidak pernah merasa rugi dalam menanam TOGA dan sejenisnya seperti tanaman hias rumah tangga.

10.Meluaskan skala gerakan dan dukungan

Yaitu keberhasilan PAR tidak hanya diukur dari hasil kegiatan selama proses, tetapi juga diukur dari tingkat keberlanjutan program (sustainability) yang sudah berjalan dan munculnya pengorganisir-pengorganisir serta pemimpin lokal yang melanjutkan aksi perubahan.

11.Refleksi

Yaitu peneliti bersama komunitas gerakan perempuan PKK kampung Wonorejo dan didampingi dosen pembimbing merumuskan teoritisasi perubahan lingkungan hidup dalam ruang lingkup tanaman TOGA.


(59)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id G. Rencana Jadwal Penelitian

Dalam suatu kegiatan pasti tidak akan lepas dari jadwal pelaksanaan kegiatan. Perencanaan operasional perlu dibuat untuk memudahkan dan melancarkan kegiatan- kegiatan yang akan dilakukan. Disusun secara terstruktur dan sesuai dengan situasi kondisi sekitar. Berikut merupakan susunan perencanaan kegiatan yang dilakukan dalam proses pendampingan.

Tabel 2.1

Jadwal Kegiatan Penelitian

No

Rencana Kegiatan

Bulan

Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov

1

Observasi Lapangan

2

Pengurusan Perizinan

3

Pembuatan Proposal

4

Berbaur Bersama Masyarakat

6

Membangun hubungan pada


(60)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

48

gerakan Ibu-Ibu PKK

7

Menganalisis problem

gerakan Ibu-Ibu PKK

8

Menyusun rencana pemecahan masalah melalui FGD

9

Membangun

Stakeholders

10

Melakukan aksi program

pemecahan masalah

11

Melakukan evaluasi dan refleksi

12

Membangun kesepakatan keberlanjutan


(61)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

(Suistainability)

13

Menyusun laporan

H. Stakeholder Riset Pengembangan

Setiap pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh peneliti sudah tentu membutuhkan dorongan dari pihak yang dirasa mampu memahami persoalan-persoalan yang dihadapi oleh komunitas. Pihak-pihak tersebut juga memiliki kepentingan dan tujuan tersendiri dalam proses aksi yang dilakukan oleh peneliti dan tim penggerak perempuan Wonorejo.

Pelaksanaan penelitian ini tentunya akan membutuhkan partisipasi dari sktakeholder yakni orang-orang yang dianggap mampu ikut berperan aktif dalam upaya perubahan di masyarakat. Serta berbagai lembaga pemerintahan maupun non pemerintahan yang dimungkinkan dapat membantu pelaksanaan kegiatan yang terjadi. Berikut tabel stakeholder sebagai berikut:


(62)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 50 Tabel 2.2 Stakeholder Organisasi/ Kelompok Karakte-ristik Kepenti-ngan Utama Sumber Daya yang Dimiliki Sumber Daya yang dibutuh-kan Tindakan yang Harus dilakukan Perangkat desa (RT, RW) Lembaga pemerinta-han Memberi ruang dalam perencanaan dan aksi kegiatan Keahlian dalam pengorga-nisasian masyara-kat

Lokalider Memberi

informasi dan penagarahan

kepada masyarakat

PKK Lembaga

pemerinta-han Mengajak perempuan Wonorejo dalam ikut berpatisipasi dalam kegiatan tanan TOGA Fasilitas dan dukungan Tim pendam -ping inti lapangan Mendukung terlaksanakan nya aksi-aksi yang sudah direncanakan Masyarakat umum Lembaga non pemerinta han Membantu dalam mensuksesk an pelaksanaan kegiatan tanam TOGA Fasilitas dan dukungan Tim pendam –

ping umum Mendukung terlaksanakan -nya aksi-aksi yang sudah direncanakan


(63)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

51

BAB IV

PROFIL KAMPUNG WONOREJO

A. Kondisi Demografi dan Geografi

Kelurahan Wonorejo Rungkut Surabaya memiliki wilayah seluas 650 Ha2.63 Yang mana terdiri dari 51 RT dari 10 RW.64 Kelurahan Wonorejo merupakan kawasan dekat pesisir yang terdapat banyak empang atau tambak. Oleh karena itu mayoritas penduduk setempat bekerja sebagai nelayan atau petani tambak. Dengan perubahan waktu lambat laun pekerjaan warga Wonorejo beralih pada pekerja atau karyawan pabrik. Penyebabnya adalah beralih fungsinya lahan menjadi permukiman. Sehingga untuk saat ini masyarakat Wonorejo memilih bekerja di pabrik dan perusahaan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Walaupun masih ada sebagian yang menjadi petani dan nelayan.

Gambar 4.1: Peta Wilayah Kampung Wonorejo65

63

Data Kelurahan Wonorejo tahun 2013 64

Wawancara dengan Wulan (47 tahun) pada Tanggal 5 September 2015 Jam 15.30 WIB

65


(64)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

52

Batas-batas wilayah Kelurahan Wonorejo Kecamatan Rungkut terletak di sebelah utara kali Wonokromo/kecamatan Sukolilo, sebelah selatan Kelurahan Medokan Ayu, sebelah barat Kelurahan Penjaringan Sari, sebelah timur selat Madura.

Topografi atau Bentang lahan Kelurahan Wonorejo hanya terdiri dari dataran dengan luas wilayah 650 Ha. Sedangkan jarak dari pusat pemerintahan menuju Kelurahan Wonorejo sebagai berikut jarak dari Pusat Pemerintah Kecamatan : 3 Km, Jarak dari Pusat Pemerintah Kota Surabaya : 16 Km, Jarak dari Pusat Pemerintah Propinsi Jatim : 18 Km, Jarak dari Ibukota Negara : 793 Km.66

Gambar 4.2 : Kantor Kelurahan Wonorejo, Kecamatan Rungkut, Surabaya

Jumlah penduduk di Kelurahan Wonorejo Kecamatan Rungkut Surabaya sebanyak 12.121 orang dengan pembagian sebagai berikut :


(65)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Tabel 4.3

Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis kelamin Jumlah

1 Laki-laki 6.183 Orang

2 Perempuan 5.938 Orang

3 Kepala Keluarga 3.076 KK

Sumber: Data Kelurahan Wonorejo Tahun 2013

Tabel 4.4 Jumlah Penduduk

Kelurahan Wonorejo Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah

1 0-12 bulan 285 orang

2 1-5 tahun 672 Orang

3 5-7 tahun 705 Orang

4 7-15 tahun 1.298 Orang

5 15-65 tahun 7.517 Orang

6 >65 tahun 1.644 Orang

7 Jumlah 12.121 Orang

Sumber: Data Kelurahan Wonorejo Tahun 2013

66


(66)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

54

Tabel 4.5

Daftar Perempuan PKK Wonorejo RT 04/RW 01

NO NAMA KETERANGAN

1 AMINATUS SHOLIKHA KETUA

2 WIWIK SEKRETARIS

3 HJ. TUMINI BENDAHARA

4 SISMIATUN ANGGOTA

5 EMI ANGGOTA

6 RIZNA YUNI ANDARI ANGGOTA

7 PACAR WANI ANGGOTA

8 SAUDAH ANGGOTA

9 ISTADA ANGGOTA

10 IDA ANGGOTA

11 TITIN ANGGOTA

12 SULASTRI ANGGOTA

13 SUMARTI ANGGOTA

14 KOMARILAILIAH ANGGOTA

15 DJUANA ANGGOTA

16 DJUMIATI WULANDARI ANGGOTA

17 SUPIATUN ANGGOTA

18 HJ. SUMIRAH ANGGOTA

19 DAMAYANTI ANGGOTA

20 SUKILAH ANGGOTA

21 DUWI HARIANI ANGGOTA

22 INEM ANGGOTA

23 MUNTINAH ANGGOTA

24 MINATUN ANGGOTA

25 MAHMUDAH ANGGOTA

26 SITI MAHMUDAH ANGGOTA

27 ULFIANA ANGGOTA

28 SUMIATUN A ANGGOTA

29 ROFA’ATUL ANGGOTA

30 MURSINI ANGGOTA

31 SUYANTI ANGGOTA

32 SUNTI ANGGOTA

33 SUMIATUN B ANGGOTA

34 SUDARTI ANGGOTA

35 SUPARTI ANGGOTA


(1)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Wonorejo. Apabila perempuan Wonorejo ini peduli akan kesehatan

lingkungan dan ada wadah untuk pembibitan TOGA, maka manfaat dan keuntungan bagi mereka tidak hanya sehat. Namun juga bermanfaat untuk menambah pendapatan rumah tangga mereka dan lain sebagainya.

Banyak dari mereka yang masih memiliki pendapatan cukup untuk sekedar kebutuhan sehari-hari seperti sandang, pangan dan papan. Apabila untuk kebutuhan sehari-hari saja kurang, bagaimana jika kesehatan mereka terkena penyakit parah dan harus dirawat ke puskesmas atau rumah sakit. Hal itu juga yang membutuhkan biaya besar untuk berobat. Sedangkan banyak dari mereka yang mengeluhkan untuk menanggung beban biaya berobat. Untuk mengantisipasi terkena penyakit parah dan membiayai berobat yang cukup mahal, hal termudah bagi warga kampung Wonorejo adalah melalui pengobatan tradisional yaitu dengan tanaman TOGA. Selain bisa menyembuhkan penyakit, warga kampung Wonorejo dapat secara mandiri tidak lagi tergantung lagi pada rumah sakit atau puskesmas.

Supaya dapat terlepas dari ketergantungan, hal yang harus diperhatikan adalah kekompakan saat kegiatan arisan dan keagamaan. Seperti acara arisan tiap bulan, kegiatan keagamaan dan lain sebagainya. Upaya untuk menggerakkan perempuan Wonorejo dalam hal ini, yaitu menjaga lingkungan hidup yang sehat adalah mengajak di saat acara-acara rutin sebagai media atau alat bantu berpartisipasi ikut menanam TOGA.


(2)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Dalam kegiatan kesehatan lingkungan saja, tiap bulan masih

minimnya partisipasi perempuan Wonorejo khususnya kelompok ibu-ibu PKK, kelompok ibu-ibu arisan dan kelompok keagamaan. Perempuan yang aktif dalam partisipasi akan sadarnya kesehatan lingkungan hidup dan sehat hanya itu-itu saja. Mayoritas perempuan Wonorejo sangat antusias apabila kegiatan ini diberi imbalan atau kucuran dana dari pihak-pihak yang berkepentingan atau yang sering dikenal dengan top down.

Tidak hanya itu, perempuan Wonorejo masih butuh peningkatan dalam hal pendidikan dan kesehatan unuk menjaga kelestarian kampungnya sendiri. Hal ini terlihat jelas saat mengajak perempuan Wonorejo khususnya ibu-ibu PKK, kelompok arisan dan kelompok keagamaan masih butuh dukungan dari pihak lokalider. Oleh karena itu, dari sekian banyak perempuan Wonorejo ini yang sadar akan pendidikan dan kesehatan bagi keluarga dan lingkungan hanya beberapa perempuan saja.

B. Saran

Tanah air kita diibaratkan bagai “sekeping surga yang diturunkan Tuhan ke bumi”. Itulah rahmat Tuhan yang dianugerahkan-Nya kepada bangsa Indonesia. Ke mana pun kaki melangkah atau mata memandang akan terlihat tanah yang subur, pepohonan yang rindang, serta sawah ladang terbentang, belum lagi apa yang dikandung oleh buminya. Prinsip utama yang mengatur tata hidup tumbuh-tumbuhan dan binatang adalah


(3)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id kemampuannya meluruskan yang bengkok dalam perjalanan hidupnya,

membetulkan yang salah, dan menyembuhkan yang sakit. Semuanya dengan cara mandiri dan otomatis. “Sekeping taman surga” yang dihiasi oleh aneka ragam tumbuh-tumbuhan terbentang di bumi Indonesia. Sekeping surga itu telah kita rebut dengan darah dan air mata. Darinya kita harus mampu menarik pelajaran agar kita dapat meraih surga yang berada di negeri seberang.78

Dalam hal menjaga lingkungan hidup yang sehat di Kampung Wonorejo tidak hanya diperuntukkan bagi kaum perempuan saja. Namun juga dibutuhkan peran dari berbagai lapisan mayarakat untuk saling membangun kesadaran lingkungan hidup yang sehat. Berbagai macam cara dan langkah-langkah strategis dari perangkat desa dan pemerintah Surabaya telah banyak dicoba. Seperti halnya kegiatan kampung bersih-bersih atau gotong-royong dan menanam seribu pohon hijau terlaksana.

Jika ditinjau kembali mengapa masyarakat di Kampung Wonorejo masih terlihat kumuh dan kotor. Hal itu disebabkan oleh penataan rumah yang dahulu masih tidak tertata dan tidak sesuai aturan pemerintah tentang standarisasi permukiman. Kemudian juga disebabkan oleh pertumbuhan penduduk Kampung Wonorejo yang semakin bertambah dari tahun ke tahun. Selain itu juga warga setempat tidak begitu mempedulikan pendidikan di Kampung Wonorejo. Sehingga upaya lokalider dan

78

M. Quraish Shihab, Lentera Al-Qur’an Kisah Dan Hikmah Kehidupan, Mizan, Bandung, 2008, Hal. 112-113.


(4)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id perangkat desa untuk menyadarkan tentang pentingnya lingkungan hidup

yang sehat cukup terhambat.

Dari beberapa penyebab yang telah diketahui, maka saran dari peneliti dan lokalider adalah memberikan pendidikan tentang lingkungan hidup yang sehat antara lain menanam TOGA. Dengan adanya aktifitas tanam TOGA secara berkala, maka dengan sendirinya warga yang pasif partisipasi akan ikut serta. Kemudian adanya pemanfaatan tanaman TOGA, supaya warga Kampung Wonorejo merasakan manfaat dari usaha menanam TOGA tersebut. Apabila warga Kampung Wonorejo telah merasakan manfaatnya, maka kegiatan tanam TOGA dan pemanfaatan TOGA dapat dijadikan usaha sampingan bagi perempuan Wonorejo sebagai produk lokal Kampung Wonorejo.


(5)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Afandi. Agus. Dkk. Modul Participatory Action Research (PAR). (Surabaya: LPPM UINSA, 2014)

Al Hakim, Suparlan. Pengantar Studi Masyarakat Indonesia. Madani. Malang. 2015.

Al-Qardlawiy, Yusuf. Ilmu Pengetahuan Dan Peradaban, Tiara Wacana Yogya, Yogyakarta, 2001

I. Ervianto, Wulfram. Selamatkan Bumi Melalui Konstruksi Hijau. Andi. Yogyakarta. 2012.

Ife dan Frank Tesoriero, Jim. Community Development: Alternatif Pengembangan Masyarakat Di Era Globalisasi. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 2008.

Moedzakir, M. Djauzi. Teori & Praktek Pengembangan Masyaraka Suatu Pedoman Bagi Para Praktisi. Surabaya. Usaha Nasional. 1986. Nawawi, Ismail. Pembangunan dan Problema Masyarakat. Putra Media

Nusantara. Surabaya. 2009.

Rr. Suhartini, A. Halim, Imam Khambali, dkk. Model-Model Pemberdayaan Masyarakat. Pustaka Pesantren. Yogyakarta. 2005.

Shihab, M. Quraish. Lentera Al-Qur’an Kisah Dan Hikmah Kehidupan, Mizan, Bandung, 2008


(6)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Suharto, Edi. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: Refika

Aditama. 2006.

Sumantri, Arif. Kesehatan Lingkungan & Perspektif Islam. Jakarta. Kencana. 2010.

Tony Nasdian, Fredian. Pengembangan Masyarakat. Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Jakarta. 2014.

Zubaedi, Pengembangan Masyarakat: Wacana Dan Praktik, Kencana, Jakarta. 2014.

WAWANCARA

Wawancara dengan Hasyim, 27 tahun, di rumah warga Wonorejo RT 04-RW 01, Surabaya

Wawancara dengan Mamat, 21 tahun, di rumah warga Wonorejo RT 04-RW 01, Surabaya

Wawancara dengan Narto, 47 tahun, di rumah warga Wonorejo RT 04-RW 01, Surabaya

Wawancara dengan Wulan,47 tahun, di rumah warga Wonorejo RT 04-RW 01, Surabaya

INTERNET

http://masiversejati.blogspot.com/2013/01/kota-surabaya-menuju-pemukiman-tanpa.html.

http://www.academia.edu/6189333/Fenomena_Perkampungan_Kumuh_di_Tenga h_Perkotaan.