Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini (Studi di PAUD Tunas Kreatif Kelurahan Wonorejo Kecamatan Rungkut Surabaya.

(1)

Surabaya)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur

OLEH :

YANI TRI PRASETYONINGTYAS 0641010051

YAYASAN KEJUANGAN PANGLIMA BESAR SUDIRMAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA SURABAYA


(2)

rahmad dan hidayahnya yang telah dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktek magang ini dengan baik.

Penulisan proposal skripsi ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara jelas dan membandingkan dengan teori-teori yang sesuai dengan program studi mengenai kegiatan yang dilaksanakan dalam penelitian. Adapun judul yang penulis pilih dalam penyusunan skripsi ini adalah : “Peran Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dalam PenyelenggaraanPendidikan Anak Usia Dini (Studi di PAUD Tunas Kreatif Kelurahan Wonorejo Kecamatan Rungkut Surabaya)”.

Penulis yakin tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, khususnya pembimbing yaitu Bapak Drs. Hartono Hidayat, M.Si, dan Bapak Dr. Lukman Arif, M.Si, yang telah bersedia menyisakan waktunya untuk membimbing dalam menyelesaikan proposal skripsi ini. Maka dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang telah memberi bantuan, bimbingan serta dorongan yaitu kepada :

1. Ibu Drs. Ec. Suparwati, M. Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak DR. Lukman Arif, M.Si, selaku Ketua Jurusan Program Studi Ilmu

Administrasi Negara.

3. Bapak dan Ibu Dinas Pendidikan Kota Surabaya yang telah membantu


(3)

memberikan data-data yang dibutuhkan selama penelitian berlangsung.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu besar harapan penulis untuk mendapatkan saran dan kritik dari berbagai pihak. Dan mudah-mudahan proposal penelitian ini dapat membantu dan bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Surabaya, Maret 2010

Penulis


(4)

UJIAN SKRIPSI ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN DAN REVISI SKRIPSI ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

ABSTRAKSI ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... . 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 10

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11

2.1 Penelitian Terdahulu ... 11


(5)

2.2.2 Lembaga Swadaya Masyarakat ... 17

2.2.2.1 Konsep LSM ... 17

2.2.2.2 Peran LSM ... 18

2.2.3 Partisipasi ... 22

2.2.3.1 Konsep Partisipasi ... 22

2.2.3.2 Bentuk Partisipasi ... 23

2.2.3.3 Macam-Macam Partisipasi... 27

2.2.3.4 Kendala-Kendala Partisipasi ... 27

2.2.4 Pendidikan... 28

2.2.4.1 Pengertian Pendidikan ... 28

2.2.4.2 Tujuan Pendidikan Nasional ... 29

2.2.4.3 Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini ... 29

2.2.4.4 Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini ... 30

2.2.4.5 Penyelenggara Pendidikan Anak Usia Dini ... 31

2.2.4.6 Dasar Hukum PAUD ... 31

2.3 Kerangka Berfikir ………. ... 33

BABAB III METODE PENELITIAN... 36


(6)

3.5 Jenis Data ………. ... 39

3.6 Teknik Pengumpulan Data ………... 39

3.7 Analisis Data ………. ... 41

3.8 Keabsahan Data ………... 42

BABAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 46

4.1 Gambaran Umum ………. ... 46

4.1.1 Lembaga Manajemen Infaq ... 46

4.1.1.1 Sejarah LMI ... 46

4.1.1.2 Visi dan Misi LMI ... 49

4.1.1.3 Struktur Organisasi LMI ... 50

4.1.1.4 Tugas Pokok dan Fungsi Pegawai ... 51

4.1.1.5 Progam-Program LMI ... 56

4.1.1.6 Komposisi Pegawai Departemen Program LMI . 59 4.1.2 PAUD Tunas Kreatif ... 61

4.1.2.1 Sejarah PAUD Tunas Kreatif ... 61

4.1.2.2 Struktur Organisasi PAUD Tunas Kreatif ... 63

4.1.2.3 Tugas Pokok dan Fungsi Pengurus PAUD ... 63


(7)

4.2.2 Peran Edukasional... 76

4.2.3 Peran Representasional ... 84

4.2.4 Peran Teknis ... 87

4.3 Pembahasan ………... 92

4.3.1 Peran Fasilitatif ... 93

4.3.2 Peran Edukasional... 98

4.3.3 Peran Representasional ... 101

4.3.4 Peran Teknis ... 103

BABAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 108

5.1.1 Kesimpulan ... 108

5.2.2 Saran ... 109

DAFTAR PUSTAKA ………….. ... 111


(8)

Tabel 4.2 Komposisi Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan ...60

Tabel 4.3 Komposisi Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin ...61

Tabel 4.4 Komposisi Pengurus Berdasarkan Jabatan ...65

Tabel 4.5 Komposisi Pengurus Berdasarkan Tingkat Pendidikan ...66

Tabel 4.6 Komposisi Pengurus Berdasarkan Jenis Kelamin ...67

Tabel 4.7 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ...68

Tabel 4.8 Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia...68

Tabel 4.9 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian...69

Tabel 4.10 Sarana dan Prasarana bagi PAUD Tunas Kreatif...72

Tabel 4.11 Materi Pelatihan Bunda PAUD Bulan Januari sampai Mei 2010...79

Tabel 4.12 Rekapan Absensi Pelatihan Bunda Bulan Januari sampai Mei 2010...82

Tabel 4.13 Sumber-Sumber Keuangan PAUD Tunas Kreatif ...89


(9)

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Departemen Program LMI ... 51 Gambar 4.2 Struktur Organisasi PAUD Tunas Kreatif ... 64


(10)

Lampiran 3. Absensi Pelatihan Bunda PAUD Bulan Februari………117

Lampiran 4. Absensi Pelatihan Bunda PAUD Bulan Maret………118

Lampiran 5. Absensi Pelatihan Bunda PAUD Bulan April……….119

Lampiran 6. Absensi Pelatihan Bunda PAUD Bulan Mei………...120

Lampiran 7. Foto Kegiatan PAUD Tunas Kreatif………....121

Lampiran 8. Foto Kegiatan PAUD Tunas Kreatif………122

Lampiran 9. Foto Kegiatan PAUD Tunas Kreatif………123

Lampiran 10. Surat Keterangan Penelitian…..……….124

Lampiran 11. Foto Lembaga Manajemen Infaq………...125


(11)

Masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah Bagaimana peran Lembaga Swadaya Masyarakat dalam meningkatkan pendidikan anak usia dini?

Dalam menjawab permasalahan tersebut peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan instrument pengumpulan data berupa wawancara, observasi dan dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisi dengan menggunakan analisis data Milles dan Huberman untuk dapat menyeleksi data secara ketat sehingga dapat diperoleh data yang valid dan relevan.

Dapat diambil kesimpulan bahwa peran lembaga swadaya masyarakat dalam meningkatkan pendidikan anak usia dini di PAUD Tunas Kreatif di Kelurahan Wonorejo Kecamatan Rungkut Surabaya telah terselenggara dengan baik. Hal itu terbukti dengan terlaksanannya seluruh peran LSM yaitu peran fasilitatif, peran edukasional, peran representasional, dan peran teknis oleh LMI (Lembaga Manajemen Infaq). Peran-peran tersebut dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk yaitu pemberian fasilitas berupa sarana dan prasarana serta pemberian motivasi, pelaksanaan pelatihan yang diselenggarakan secara rutin, menggunakan media elektronik untuk mempromosikan mengenai PAUD Tunas Kreatif, dan pemberian bantuan dalam bentuk dana serta peralatan yang dibutuhkan untuk kelancaran dalam penyelenggaraan pendidikan anak usia dini.  


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pembangunan pada negara-negara berkembang seperti Indonesia merupakan sesuatu unsur yang sangat penting untuk mengubah kondisi kemasyarakatan ke arah yang lebih baik. Karena pembangunan merupakan suatu rangkaian usaha mewujudkan pertumbuhan dan perubahan secara terencana dan sadar yang ditempuh oleh suatu negara bangsa menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (Siagian : 2001 : 4). Oleh sebab itu, pembangunan dilaksanakan dalam berbagai bidang meliputi pembangunan dalam bidang ekonomi, sosial budaya, politik, serta pertahanan dan keamanan.

Pada umumnya seluruh bidang-bidang tersebut memiliki peran yang sangat besar bagi kemajuan suatu negara. Adapun bidang yang memiliki skala prioritas utama adalah bidang ekonomi, akan tetapi dalam pembangunan ekonomi harus disertai dengan pembangunan dalam bidang-bidang yang lainnya, termasuk dalam bidang sosial budaya (Siagian : 2001 : 95). Dengan adanya suatu pembangunan di bidang sosial budaya dapat mewujudkan masyarakat yang modern namun tetap mempertahankan jati dirinya sehingga menjadikannya sebagai suatu masyarakat yang memiliki sifat yang khas. Didalam pembangunan sosial budaya menyangkut tentang kesediaan untuk menerima perubahan dalam berbagai segi kehidupan dan penghidupan termasuk cara berfikir, gaya hidup, cara bekerja dan lain sebagainya.


(13)

Untuk itu wahana yang paling efektif dalam penyelenggaraan pembangunan sosial budaya yaitu melalui pendidikan dalam arti yang seluas-luasnya. Maka menurut Siagian (2007 : 109) yang dimaksud pendidikan dalam arti yang seluas-luasnya adalah segala upaya yang dilakukan demi terwujudnya masyarakat modern. Artinya suatu pendidikan dapat bersifat formal yang berlangsug di lembaga-lembaga pendidikan dan dapat pula yang bersifat non formal yaitu suatu pendidikan yang terselenggara di luar “bangku sekolah” atau diluar lembaga-lembaga pendidikan.

Dan tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan adalah sebuah sarana yang efektif guna meningkatkan sumber daya manusia menjadi lebih produktif. Dengan demikian Pemerintah Pusat melalui Dinas Pendidikan Nasional mencanangkan rencana stategis menuju pembangunan jangka panjang 2025. Rencana strategis yang dijalankan oleh Dinas Pendidikan Nasional ditempuh dalam empat tahapan dengan periode lima tahunan. Periode 2005-2010 diarahkan dalam rangka peningkatan kapasitas dan modernitas sistem pendidikan, periode 2010-2015 adalah peningkatan dan penguatan pelayanan pendidikan pada tingkat nasional, priode 2015-2020 adalah penguatan daya saing pada tingkat regional, dan periode 2020-2025 adalah penguatan daya saing pada tingkat internasional. Seluruh periode tersebut diterapkan pada pendidikan tingkat SD (Sekolah Dasar) atau MI (Madrasah Ibtidaiyah), SMP (Sekolah Menengah Pertama) atau MTs (Madrasah Tsanawiyah), SMA (Sekolah Menengah Pertama) atau SMK


(14)

(Sekolah Menengah Kejuruan) atau MA (Madrasah Aliyah), TK (Taman Kanak-Kanak). Disamping itu, ditetapkan pula program PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang sangat mendasar dan strategis dalam pembangunan sumber daya manusia. Dan tidak mengherankan apabila banyak negara yang menaruh perhatian besar terhadap penyelenggaraan pendidikan anak usia dini (http://www.eldina.com).

PAUD juga telah ditetapkan dalam pasal 28 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 yang menjelaskan bahwa PAUD adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dan Pendidikan Anak Usia Dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal. Pendidikan Anak Usia Dini dalam pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-Kanak (TK), pendidikan anak usia dini dalam jalur nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB) dan Taman Penitipan anak (TPA), sedangkan pendidikan anak usia dini dalam jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.

Selain itu, PAUD juga telah disejajarkan dengan pendidikan lainnya. Bahkan pada puncak acara peringatan Hari Anak Nasional tanggal 23 Juli 2003, Presiden Republik Indonesia telah mencanangkan pelaksanaan


(15)

pendidikan anak usia dini di seluruh Indonesia demi kepentingan terbaik anak Indonesia (Direktorat PAUD, 2004). Program PAUD tersebut bertujuan agar semua anak usia (0-6 tahun), baik laki-laki maupun perempuan memiliki kesempatan tumbuh dan berkembang optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya, sesuai tahap-tahap perkembangan atau tingkat usia mereka (http://www.junior-smart.com).

Menanggapi hal tersebut Pemerintah Kota Surabaya menetapkan Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 1 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Surabaya Tahun 2006-2010, yang kemudian ditindaklanjuti dengan mengeluarkan Peraturan Walikota Surabaya Nomor 20 tahun 2008 yang diganti dengan peraturan Nomor 45 tahun 2008 yang berisi tentang Pedoman Umum Program Pos Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu. Disamping itu, Dinas Pendidikan Kota Surabya juga menetapkan tujuh pilar pembangunan pendidikan di Surabaya yaitu pemerataan pendidikan bermutu, peningkatan akses pendidikan, peningkatan mutu pendidikan, kebermaknaan pendidikan dan menciptakan daya saing pendidikan, penguatan tata kelola sekolah, akuntabilitas pendidikan serta pencintraan publik (Koran Kompas Edisi Ke-4, 17 April 2009).

Dalam rangka pemerataan pendidikan bermutu pada semua jenjang pendidikan, khususnya pada pendidikan anak usia dini. Maka diperlukan sebuah kolaborasi antara masyarakat serta organisasi-organisasi yang ada dengan pemerintah. Hal tersebut perlu dilakukan guna mengatasi kesenjangan


(16)

antara anak-anak yang beruntung dan anak-anak yang kurang beruntung (http://warnadunia.com/artikel‐pendidikan).

Untuk mengatasi kesenjangan yang ada, maka wujud dari pemerataan pendidikan bermutu khususnya pendidikan anak usia dini dilaksanakan dengan sungguh-sungguh oleh Pemerintah Kota Surabaya. Hal itu terbukti dengan semakin menjamurnya Pos Program Pendidikan Anak Usia

Dini di Surabaya (http://www.indomedia.com/poskup). Maka Pemerintah

Kota Surabaya khususnya Dinas Pendidikan Kota Surabaya juga mengadakan optimalisasi ketenagaan dengan meningkatkan mutu pendidik PAUD melalui pelatihan, seminar, dan magang serta mengadakan optimalisasi sarana berupa bantuan alat permainan edukatif (APE) dan buku-buku PAUD. Pemerintah Kota Surabaya juga memberikan ijin operasional layanan anak usia dini melalui Pos PAUD.

Akan tetapi, guna menunjang pemerataan mutu pendidikan yang lebih tepat sasaran diperlukan pula sebuah organisasi atau lembaga kemasyarakatan yang dapat memberikan bantuan dalam berbagai bentuk. Lembaga atau organisasi kemasyarakatan yang mempunyai kaitan dengan penelitian ini adalah LSM (LembagaSwadaya Masyarakat), sebab organisasai tersebut mampu memberikan andil yang sangat besar terhadap pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah serta membantu dalam pemberdayaan dan peningkatan partisipasi masyarakat dari berbagai lapisan sosial.

LSM adalah organisasi atau lembaga yang anggotanya adalah masyarakat warga negara Republik Indonesia yang secara sukarela atau


(17)

kehendak sendiri berminat serta bergerak di bidang kegiatan tertentu yang ditetapkan oleh organisasi atau lembaga sebagi wujud partisipasi masyarakat dalam upaya meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat, yang menitikberatkan kepada pengabdian secara swadaya (Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 8 tahun 1990). Dan LSM merupakan organisasi masyarakat yang beraktivitas atas motivasi dan swadaya yang bangkit dari kesadaran terhadap keadaan sosial di masyarakat. Selain itu, mereka tidak mengharapkan imbalan namun imbalan yang paling berharga adalah penghargaan atas martabat kemanusiaannya serta diakui sebagai manusia yang beridentitas. Oleh sebab itu, keberadaan LSM dalam membangun keswadayaan atau partisipasi masyarakat terhadap program-program pembangunan bukanlah sesuatu ucapan semata namun sudah terbukti ke dalam tindakan-tindakan konkrit yang dilakukan oleh LSM.

Disamping itu, LSM dapat bergerak secara lentur atau fleksibel karena tidak adanya beban birokrasi yang berlebihan serta mampu mengakomodasi inisiatif-inisiatif lapisan bawah. Oleh karena itu, saat ini pemerintah telah merubah cara pandangnya terhadap kehadiran sebuah LSM di tengah-tengah masyarakat yang merupakan salah satu bentuk solusi dari suatu lembaga di luar birokrasi pemerintah yang mampu memberikan sebuah perubahan bagi pemberdayaan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan anak usia dini.

Maka, untuk itu pemerintah juga tetap memberikan peranan yang besar melalui pemberian ijin yang mudah bagi masyarakat yang berminat


(18)

untuk berpartisipasi mendirikan sebuah Pos PAUD. Dengan adanya ijin operasional dari Dinas Pendidikan Kota Surabaya untuk mendirikan layanan PAUD. Ternyata telah mampu menggerakkan sebagian masyarakat kecil yaitu kelompok perempuan (ibu-ibu) yang peduli akan pentingnya pendidikan anak usia dini bagi anak-anak yang kurang beruntung dari segi ekonomi dan kesadaran orang tua yang rendah akan pentingnya pendidikan serta bagi anak-anak yang beruntung. Dikarenakan jumlah anak-anak usia dini di wilayah Kota Surabaya khususnya daerah Kecamatan Rungkut pada tahun 2008 saja sudah mencapai 7.268 jiwa (Sumber : http://www.surabaya.go.id./dispenduk/), untuk itu diperlukan sebuah partisipasi yang sangat besar dari masyarakat guna meningkatkan pendidikan anak usia dini.

Semangat para ibu-ibu itulah yang tercermin pada pembentukan PAUD di Kelurahan Wonorejo Kecamatan Rungkut Surabaya, khususnya PAUD Tunas Kreatif. Seperti yang diketahui bahwa jumlah anak usia dini di Kelurahan Wonorejo pada tahun 2009 telah mencapai angka yang cukup besar, hal itu dapat terlihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 1.1

Jumlah Penduduk Kelurahan Wonorejo Kecamatan Rungkut Surabaya Berdasarkan Usia

         

No. Usia Jumlah (orang)

1. 0-6 tahun 1.051

2. 7-17 tahun 1.784

3. 18-28 tahun 1.943


(19)

Sumber : Data Statistik BPS Jatim tahun 2009 yang sudah diolah

Dan pada saat observasi awal membuktikan bahwa Pos PAUD Tunas Kreatif yang ada di Kelurahan Wonorejo Kecamatan Rungkut Surabaya patut mendapatkan acungan jempol. Sebab Pos PAUD tersebut terletak di kawasan yang tidak mewah yaitu terletak di Rusun (Rumah Susun) Wonorejo yang sebagian besar penghuninya adalah warga binaan Dinas Pendidikan Sosial dari penggusuran stren kali Surabaya yang umumnya bermata pencaharian sebagai pemulung, sehingga penghuni rusun tersebut kurang peduli terhadap pendidikan anak- anak mereka. Namun terdapat sekelompok wanita atau ibu-ibu yang tergerak untuk mencoba merangsang minat masyarakat supaya peduli akan pendidikan. Padahal dari segi latar belakang pendidikan para ibu-ibu yang mendapat sebutan sebagai “Bunda” untuk kader-kader PAUD tersebut tidak memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai untuk mengajar. Akan tetapi karena niat dan tekad mereka sangat besar sehingga pada bulan November 2008 berdiri Pos PAUD Tunas Kreatif di Rusun Wonorejo. Dan PAUD Tunas Kreatif tersebut termasuk ke dalam jenis PAUD nonformal yang berupa kelompok bermain.

Berkat kegigihan para kader-kader PAUD dalam merangsang kepedulian mereka akan pendidikan, kini PAUD tersebut telah memiliki anak didik yang berjumlah 50 siswa, pungutan biaya yang dikenakan pun hanya sebesar Rp. 2.500 per bulan dengan biaya pendaftaran sebesar 1000 rupiah. Namun terkadang biaya yang cukup terjangkau tersebut tidak terbayar seluruhnya oleh para orang tua, dikarenakan partisipasi masyarakat sangat


(20)

kurang. Tetapi kondisi ini tidak menyurutkan keinginan dan semangat para bunda dalam mendidik para anak didik supaya bisa lebih maju dan berkembang. Nilai tambah yang ada pada PAUD Tunas Kreatif adalah kegigihan para bunda dan adanya peran yang sangat besar dari LSM-LMI guna mewujudkan pendidikan anak usia dini di tengah-tengah keterbatasan.

Peranan yang diberikan oleh LSM-LMI meliputi empat peran yaitu peran fasilitatif, edukasional, representasional, dan teknis (Adi : 2008 : 86-106). Apabila dilihat dari peran fasilitatif LSM-LMI memberikan sejumlah fasilitas yang diwujudkan dalam bentuk pembangunan tempat untuk kegiatan belajar-mengajar yang lebih memadai, pemberian baju seragam bagi siswa-siswa PAUD secara gratis, serta kebutuhan-kebutuhan lainnya seperti tempat penyimpanan untuk mainan ataupun untuk menyimpan arsip-arsip penting. Dan jika dari segi edukasionalnya LSM-LMI mengadakan pelatihan untuk para bunda-bunda PAUD disamping pelatihan yang diperoleh dari PKK Kota, sedangkan dari segi representasionalnya LSM-LMI mencantumkan program PAUD tersebut ke dalam serangkaian program yang dilaksanakan di LMI sehingga secara tidak langsung mempromosikan keberadaan PAUD tersebut ke kalangan luas. Selain itu, dari segi teknis LSM-LMI memberikan dalam bentuk dana untuk pelaksanaan kegiatan PAUD agar lebih maju.

Dari beberapa pemaparan tentang kondisi nyata di lapangan, maka permasalahan yang patut menjadi sorotan dalam pelaksanaan kegiatan di PAUD Tunas Kreatif yaitu adanya suatu peran LSM-LMI (Lembaga Manajemen Infaq) dalam Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini,


(21)

dimana pelaksanaannya melibatkan masyarakat khususnya ibu-ibu sehingga para ibu-ibu tersebut menjadi lebih berguna bagi lingkungannya. Hal tersebut menjadikan ketertarikan peneliti untuk meneliti lebih dalam tentang adanya suatu peran lembaga swadaya masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan anak usia dini dengan judul “PERAN LEMBAGA SWADAYA

MASYARAKAT (LSM) DALAM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (STUDI DI PAUD TUNAS KREATIF KELURAHAN WONOREJO KECAMATAN RUNGKUT SURABAYA)”

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan paparan mengenai peran LSM-LMI (Lembaga Manajemen Infaq) dalam penyelenggaraan pendidikan anak usia dini di PAUD Tunas Kreatif Kelurahan Wonorejo Kecamatan Rungkut Surabaya, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : Bagaimana peran LSM-LMI dalam meningkatkan pendidikan anak usia dini ?

1.3Tujuan Penelitian

Ingin mengetahui peran yang dilakukan oleh LSM-LMI dalam meningkatkan pendidikan anak usia dini di PAUD Tunas Kreatif.

1.4Manfaat Penelitian

1. Bagi Universitas

Memberikan tambahan referensi dan informasi keilmuan bagi para mahasiswa dan fakultas.


(22)

2. Bagi PAUD Tunas Kreatif

Memberikan informasi strategis tentang peran yang telah dilakukan oleh LMI (Lembaga Manajemen Infaq) dalam meningkatkan pendidikan anak usia dini.

3. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan tentang peran yang dilakukan oleh LMI (Lembaga Manajemen Infaq) dalam meningkatkan pendidikan anak usia dini.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh pihak lain dapat digunakan dalam pengkajian yang berkaitan dengan Peran Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dalam Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini (Studi di PAUD Tunas Kreatif Kelurahan Wonorejo Kecamatan Rungkut Surabaya) antara lain :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Adrianus Resi Universitas Brawijaya, September 2006 dengan judul Interaksi Birokrasi Pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat dalam Pembangunan (Studi tentang Sinergi Birokrasi Pemerintah dengan Lembaga Pengembangan Industri Pedesaan (LPIP) dalam Pemberdayaan Masyarakat Pesisir di Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur).

Penelitian in bertujuan untuk memperoleh informasi yang akurat tentang respon masyarakat terhadap upaya pembangunan baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), mendeskripsikan pemahaman dan respon masyarakat terhadap upaya pemberdayaan yang dilakukan LSM dan birokrasi pemerintah, menemukan kendala-kendala yang dihadapi baik oleh birokrasi pemerintah maupun LSM dalam mengimplementasikan kebijakan dan program


(24)

pembangunan di tingkat lokal, menyodorkan alternatif pemecahan atau solusi bagi peningkatan peran birokrasi pemerintah.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran secara mendalam. Hasil dari penelitian pada Interaksi Birokrasi Pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat dalam Pembangunan (Studi tentang Sinergi Birokrasi Pemerintah dengan Lembaga Pengembangan Industri Pedesaan (LPIP) dalam Pemberdayaan Masyarakat Pesisir di Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur) bahwa LSM LPIP dalam menangani beberapa konflik menawarkan pendekatan yang berbeda yaitu memakai strategi pendekatan yang menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama dengan melibatkan tokoh masyarakat, birokrasi, pengusaha sebagai mediator. Hubungan kerja sama antara Pemerintah Daerah Banyuwangi dengan LSM LPIP telah berjalan dengan mencapai hasil yang relative memuaskan dalam memberdayakan masyarakat pesisir. Dan sinergi antara LSM dengan Pemerintah Daerah adalah agar birokrasi pemerintah bertindak sebagai fasilitator, motivator, dan dinamisator dalam pembangunan masyarakat.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Lukman Arif, Universitas Brawijaya

Agustus 2000 dengan judul Peran Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Dalam Pengelolaan Program Dana Masyarakat di Kelurahan Losari Kecamatan Singosari Malang.


(25)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah proses dan peran LSM dalam pengelolaan program pembangunan di samping juga ingin mengetahui dan mengidentifikasi tingkat keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan program pembangunan tersebut.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, dengan menggunakan analisa data interaktif.

Hasil dari penelitian Peran Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Dalam Pengelolaan Program Dana Masyarakat di Kelurahan Losari Kecamatan Singosari Malang bahwa pengelolaan program pembangunan dengan pendekatan bottom up dan dilakukan secara transparan, memberikan tanggung jawab pelaksanaannya kepada masyarakat, serta dengan memposisikan peran LSM sebagai fasilitator dalam pengelolaan dana tersebut adalah merupakan upaya yang dapat memberikan keberdayaan kepada masyarakat.

Berdasarkan penelitian terdahulu yang pernah dilakukan seperti di jelaskan di atas, terdapat persamaan dan perbedaan antara penelitian yang dilakukan oleh peneliti sekarang dengan peneliti terdahulu. Persamaannya adalah pada penelitian terdahulu mengambil fokus tentang peran dari Birokrasi Pemerintah dan Lembaga Pengembangan Industri Pedesaan yang mengarah pada interaksi antara Birokrasi Pemerintah dengan Lembaga Swadaya Masyarakat dalam memberdayakan masyarakat pedesaan, dan peran dari LSM dalam pengelolaan program dana masyarakat yang memberikan keberdayaan kepada masyarakat.


(26)

Dan pada penelitian sekarang mengambil fokus tentang peran yang hanya dilakukan oleh lembaga swadaya masyarakat dalam hal ini adalah LMI (Lembaga Manajemen Infaq) untuk penyelenggaraan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) khususnya PAUD Tunas Kreatif di Kelurahan Wonorejo Kecamatan Rungkut Surabaya.

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Pembangunan

2.2.1.1 Konsep Pembangunan

Sebuah pembangunan memiliki peran yang sangat besar bagi keberlangsungan suatu negara. Karena kesejahteraan warga negara dapat terwujud dengan adanya pembangunan yang konsisten. Untuk itu perlu diketahui secara lebih jelas mengenai pengertian pembangunan, agar tidak terjadi kesalahan dalam menilai sebuah pembangunan, antara lain :

Menurut Siagian (2001 : 4) menjelaskan bahwa pembangunan adalah rangkaian usaha mewujudkan pertumbuhan dan perubahan secara terencana dan sadar yang ditempuh oleh suatu negara bangsa menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa.

Menurut Suhendra (2006 : 39) memaparkan bahwa pembangunan adalah upaya perubahan yang direncanakan menuju masyarakat yang lebih maju.


(27)

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka pembangunan adalah sebuah rangkaian upaya yang terencana guna mewujudkan perubahan menuju masyarakat yang lebih maju.

2.2.1.2 Bidang-Bidang dalam Pembangunan Nasional

Sebuah pembangunan yang selalu berkelanjutan dan terencana secara sadar dan terarah meliputi berbagai bidang kehidupan manusia. Maka menurut Siagian (2007 : 57-115) pembangunan dibagi menjadi empat bidang yaitu :

1. Pembangunan bidang politik yaitu sebuah pembangunan yang ditujukan untuk meningkatkan komitmen nasional serta mengutamakan kepentingan nasional dan bukan kepentingan pribadi, kelompok, golongan atau partai politik tertentu dalam penyelenggaraan pemerintahan negara denga prinsip “check and balance”.

2. Pembangunan bidang ekonomi yaitu sebuah pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup seluruh warga masyarakat.

3. Pembangunan bidang sosial budaya yaitu sebuah pembangunan yang ingin mewujudkan masyarakat bangsa yang modern setara dengan bangsa-bangsa lain di dunia dengan tetap mempertahankan jati diri bangsa yang bersangkutan yang menjadikannya sebagai bangsa yang khas sifatnya, dan wahana yang paling efektif untuk


(28)

menyelenggarakan pembangunan sosial budaya adalah melalui pendidikan.

4. Pembangunan bidang pertahanan dan keamanan yaitu sebuah pembangunan yang bertujuan untuk menciptakan ketahanan nasional yang tangguh baik di bidang politik, ekonomi, sosial budaya.

2.2.2 Lembaga Swadaya Masyarakat

2.2.2.1 Konsep Lembaga Swadaya Masyarakat

Lembaga Swadaya Masyarakat yang dikenal sebagai NGO (Non Government Organization) memiliki peran dalam pembangunan nasional. Oleh sebab itu, perlu diketahui dengan lebih jelas dan rinci mengenai pengertian dari LSM atau NGO, yaitu :

Menurut Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 8 tahun 1990, menyebutkan bahwa LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) adalah organisasi atau lembaga yang anggotanya adalah masyarakat warga negara Republik Indonesia yang secara sukarela atau kehendak sendiri berminat serta bergerak di bidang kegiatan tertentu yang ditetapkan oleh organisasi atau lembaga sebagi wujud partisipasi masyarakat dalam upaya meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat, yang menitikberatkan kepada pengabdian secara swadaya.

Menurut Clark (1995 : 44-45) menjelaskan bahwa LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat yang dikenal dengan NGO (Non Government Organization) adalah organisasi yang tidak terdiri dari


(29)

satu komunitas yang ketat tetapi lebih merupakan satu spektrum yang luas dan memiliki keanekaragaman, kredibilitas dan kreatifitas.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) adalah sebuah organisasi yang anggotanya terdiri dari warga masyarakat yang lebih dari satu komunitas yang memipunyai keanekaragaman, kredibilitas dan kreatifitas dalam upaya meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat yang dititikberatkan pada pengabdian secara swadaya.

2.2.2.2 Peran Lembaga Swadaya Masyarakat

Sebagai sebuah LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) atau yang dikenal dengan NGO atau Community Worker memiliki peran dan keterampilan utama yang harus dimiliki dalam memberdayakan masyarakat. Maka menurut Ismawan (1985 : 73-96) menjelaskan bahwa peran LSM terdiri atas empat peran yaitu :

1. Sebagai penyerta atau sering disebut sebagai fasilitator dan katalisator, yaitu melalui para pembina di LSM yang membantu menggali motivasi dan menyadarkan anggota kelompok sasaran LSM.

2. Sebagai pelatih atau pendidik, yaitu dengan jalan ikut mencerminkan dan menyalurkan informasi-informasi serta pengalaman-pengalaman dari luar ke dalam kelompok melalui


(30)

berbagai metode belajar mengajar, seperti pendidikan dan ketrampilan.

3. Sebagai pendorong usaha ke arah pemupukan modal swadaya yaitu dengan jalan mendorong upaya-upaya menghemat, menabung, usaha-usaha produktif dan lain-lain.

4. Menyelenggarakan proyek-proyek perangsang, misalnya berupa proyek-proyek teknologi tepat guna, proyekproyek produksi dan pemasaran maupun proyek prasana lainnya.

Namun sama dengan yang dijabarkan menurut Ife dalam Adi (2008 : 89-106) terdiri dari empat peran, antara lain :

1. Peran fasilitatif terdapat tujuh peran khusus yaitu :

a. Animasi Sosial yaitu kemampuan untuk membangkitkan energi, inspirasi, antusiasme, masyarakat termasuk didalamnya mengaktifkan, menstimulasi dan mengembangkan motivasi warga untuk bertindak.

b. Mediasi dan Negosiasi yaitu menjadi mediator guna

menghubungkan kelompok-kelompok yang sedang berkonflik agar tercapai sinergi, dan sebagai negoisator yaitu menengahi dan mencari titik temu yang dapat dikerjakan bersama untuk kelompok-kelompok tersebut.

c. Pemberi Dukungan adalah menyediakan dan mengembangkan

dukungan terhadap warga yang mau terlibat dalam struktur dan aktivitas.


(31)

d. Membentuk Konsensus adalah mengidentifikasikan landasan dasar yang sama dari berbagai pihak dalam masyarakat dan membantu warga untuk bergerak kea rah pencapaian konsensus.

e. Fasilitasi Kelompok adalah sebuah keterampilan untuk

berinteraksi dengan kelompok guna memfasilitasi kelompok masyarakat tersebut.

f. Pemanfaatan Sumber Daya dan Keterampilan adalah

mengidentifikasi dan memanfaatkan berbagai keterampilan dan sumber daya yang ada dalam komunitas ataupun kelompok masyarakat tersebut.

g. Mengorganisasi adalah melibatkan kemampuan pelaku

perubahan untuk berfikir tentang hal-hal apa saja yang perlu dilakukan dan hal mana saja yang tidak perlu dilakukan sendiri dan memastikan bahwa semua itu mungkin untuk diwujudkan.

2. Peran Edukasional terdiri dari empat peran khusus yaitu :

a. Membangkitkan Kesadaran Masyarakat adalah sebuah upaya

agar masyarakat mau dan mampu mengatasi ketidakberuntungan struktural mereka.

b. Menyampaikan Informasi adalah pemberian informasi yang

relevan mengenai suatu masalah yang sedang dihadapi komunitas sasaran.


(32)

c. Mengonfrontasikan adalah sebuah tindakan yang berguna untuk mengatasi permasalahan yang ada.

d. Pelatihan adalah sebuah peran edukasional yang paling spesifik karena secara mendasar memfokuskan pada upaya mengajarkan komunitas tersebut bagaimana cara melakukan sesuatu hal yang akan berguna bagi mereka secara lebih khusus dan secara lebih luas kepada komunitasnya.

3. Peran Representasional yaitu sebuah peran untuk mencari sumber daya, memanfaatkan media, advokasi, hubungan masyarakat, mengembangkan jaringan, serta membagi pengetahuan dan pengalaman.

4. Peran Teknis yaitu sebuah peran untuk melakukan riset,

menggunakan komputer, melakukan presentasi tertulis maupun verbal, serta kemampuan untuk mengontrol dan mengelola keuangan.

Berdasarkan kedua pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang cukup banyak dari kedua pendapat tersebut oleh sebab itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa peran LSM itu terdiri dari empat peran yaitu peran fasilitatif, edukasional, representasional dan teknis.

2.2.3 Partisipasi


(33)

Dalam melaksanakan pembangunan yang berlandaskan pada asas demokrasi, maka pemerintah melibatkan masyarakat dalam merencanakan pembangunan. Untuk itu perlu diketahui dengan jelas mengenai pengertian dari partisipasi masyarakat yaitu :

Sesuai dengan UU Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menyatakan bahwa partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat untuk mengakomodasikan kepentingan mereka dalam proses penyusunan rencana pembangunan,

Menurut Sumarto (2009 : 34) menyatakan bahwa partisipasi masyarakat adalah keterlibatan orang secara sukarela tanpa tekanan dan jauh dari perintah, dan kerelaan untuk terlibat karena adanya kepentingan, solidaritas, serta tujuan yang sama.

Menurut Awang (1999 : 45-48), partisipasi adalah keterlibatan aktif dan bermakna dari massa penduduk pada tingkatan berbeda seperti :

a. Di dalam pembentukan keputusan untuk menentukan tujuan-tujuan tersebut,

b. Pelaksanaan program-program dan proyek-proyek secara sukarela dan pembagian yang merata,

c. Pemanfaatan hasil-hasil dari suatu program atau suatu proyek.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan atau


(34)

keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan demi kepentingan, tujuan mereka.

2.2.3.2 Bentuk Partisipasi

Pada intinya sebuah keikutsertaan masyarakat mempunyai suatu bentuk tersendiri, maka menurut Khairudin (2000 : 126) ditinjau dari segi motivasinya partisipasi masyarakat terjadi karena :

1. Takut atau terpaksa yaitu partisipasi yang dilakukan dengan

terpaksa atau takut biasanya akibat adanya perintah yang kaku dari atasan, sehingga masyarakat seakan-akan terpaksa untuk melaksanakan rencana yang telah ditentukan.

2. Ikut-ikutan yaitu partisipasi yang hanya didorong oleh rasa

solidaritas yang tinggi diantara sesama masyarakat, keikutsertaan bukan hanya karena dorongan hati sendiri tetapi merupakan perwujudan kebersamaan.

3. Kesadaran yaitu sebuah partisipasi yang timbul karena kehendak dari pribadi masyarakat, hal ini dilandasi oleh dorongan yang timbul dari hati nurani sendiri.

Sedangkan menurut Mubyarto (1984 : 30) menjelaskan bahwa terdapat dua jenis partisipasi, antara lain :

1. Partisipasi pendapat atau sumbangan pikiran adalah sebuah

sumbangan yang diberikan oleh masyarakat dalam bentuk pikiran atau saran yang menyangkut suatu kegiatan yang dilakukan. Dan partisipasi ini merupakan suatu partisipasi dalam memperhatikan


(35)

atau menyerap dan member tanggapan terhadap informasi baik dalam arti menerima, mengiyakan, menerima dengan syarat atau menolak.

2. Partisipasi tenaga yaitu partisipasi masyarakat dalam suatu

kegiatan dalam bentuk sumbangan tenaga kerja.

Menurut Hobley (1996 : 54-67), menjelaskan bahawa jenis-jenis partisipasi dibedakan ke dalam tujuh tingkatan, antara lain : 1. Partisipasi Manipulasi (Manipulative Participation).

Karakteristik dari model partisipasi ini adalah keanggotaan bersifat keterwakilan pada suatu komisi kerja, organisasi kerja, dan atau kelompok-kelompok. Jadi tidak berbasis pada partisipasi individu.

2. Partisipasi Pasif (Passive Partisipation).

Partisipasi rakyat dilihat dari apa yang telah diputuskan atau apa yang telah terjadi, informasi dari administrator tanpa mau mendengar respon dari rakyat tentang keputusan atau informasi tersebut. Informasi yang disampaikan hanya untuk orang-orang luar yang profesional.

3. Partisipasi Melalui Konsultasi (Partisipation by Consultation). Partisipasi rakyat dengan berkonsultasi atau menjawab pertanyaan. Orang dari luar mendefinisikan masalah-masalah dan proses pengumpulan informasi, dan mengawasi analisa. Proses konsultasi


(36)

tersebut tidak ada pembagian dalam pengambilan keputusan, dan pandangan-pandangan rakyat tidak dipertimbangkan oleh orang luar.

4. Partisipasi Untuk Insentif (Partisipation for Material Incentives). Partisipasi rakyat melalui dukungan berupa sumber daya, misalnya tenaga kerja, dukungan pangan, pendapatan atau insentif material lainnya.

5. Partisipasi Fungsional (Functional Participation).

Partisipasi dilihat dari lembaga eksternal sebagai suatu tujuan akhir untuk mencapai target proyek, khususnya mengurangi biaya. Rakyat mungkin berpartisipasi melalui pembentukan kelompok untuk menentukan tujuan yang terkait dengan proyek. Keterlibatan seperti itu mungkin cukup menarik, dan mereka juga dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan, tetapi cenderung keputusan tersebut diambil setelah keputusan utama ditetapkan oleh orang luar desa atau dari luar komunitas rakyat desa yang bersangkutan. 6. Partisipasi Interaktif (Interactive Participation).

Partisipasi rakyat dalam analisis bersama mengenai pengembangan perencanaan aksi dan pembentukan atau penekanan lembaga lokal. Partisipasi dilihat sebagai suatu hak, tidak hanya berarti satu cara untuk mencapai target proyek saja, tetapi melibatkan multi-disiplin metodologi dan ada proses belajar terstruktur. Pengambilan keputusan bersifat lokal oleh kelompok dan kelompok menentukan


(37)

bagaimana ketersediaan sumber daya yang digunakan, sehingga kelompok tersebut memiliki kekuasaan untuk menjaga potensi yang ada di lingkungannya.

7. Partisipasi Inisiatif (Self-Mobilisation).

Partisipasi rakyat melalui pengambilan inisiatif secara independen dari lembaga luar untuk melakukan perubahan sistem. Masyarakat mengembangkan hubungan dengan lembaga eksternal untuk advis mengenai sumber daya dan teknik yang mereka perlukan, tetapi juga mengawasi bagaimana sumber daya tersebut digunakan. Hal ini dapat dikembangkan jika pemerintah dan LSM menyiapkan satu kerangka pemikiran untuk mendukung suatu kegiatan.

2.2.3.3 Macam-Macam Partisipasi

Partisipasi tidak hanya seperti yang diungkapkan di atas, namun partisipasi juga mempunyai macam. Maka menurut Nelson dalam Ndraha (1990 : 102) menyebutkan ada dua macam partisipasi antara lain :

1. Partisipasi horizontal adalah partisipasi antara sesama warga atau anggota suatu perkumpulan.

2. Partisipasi vertikal adalah partisipasi yang dilakukan oleh bawahan dengan atasan, antar klien dengan patron atau antara masyarakat sebagai suatu keseluruhan dengan pemerintah.


(38)

Kenyataan yang ada di lapangan menjabarkan secara jelas bahwa upaya untuk melibatkan masyarakat dalam berbagai bentuk kegiatan atau aktivitas yang berkaitan dengan masyarakat ataupun dengan pemerintah. Hal tersebut di karenakan kendala-kendala yang muncul yaitu (Dwiyanto : 2006 : 212) :

a. Budaya paternalisme yang dianut oleh masyarakat selama ini yang menganggap pejabat publik menduduki posisi lebih tinggi dalam masyarakat jadi masyarakat sangat untuk melakukan kritik secara terbuka kepada pejabat publik.

b. Apatisme yang menjadikan masyarakat bersikap apatis sebab mereka selama ini jarang dilibatkan dalam proses pembuatan kebijakan jadi kondisi ini menyulitkan pemerintah yang berinisiatif untuk mengajak masyarakat berpartisipasi.

c. Tidak adanya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah sebab sebelumnya mereka hanya dijadikan obyek kebijakan pemerintah.

2.2.4 Pendidikan

2.2.4.1 Konsep Pendidikan

Keberadaan pendidikan dalam kehidupan manusia adalah untuk mengembangkan potensi dan kemampuan yang dimiliki oleh manusia sehingga dapat berguna bagi kehidupan. Untuk itu perlu diketahui dengan jelas mengenai arti dari pendidikan itu sendiri. Maka menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk


(39)

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Menurut Hidayat (2002 : 2) menyatakan bahwa pendidikan adalah upaya sadar dari suatu masyarakat dan pemerintah suatu negara untuk menjamin kelangsungan hidup dan kehidupan generasi penerus, selaku warga masyarakat, bangsa, dan negara secara berguna dan bermakna.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah proses yang secara terencana dari masyarakat dan pemerintah suatu negara dengan cara membimbing dan mengembangkan potensi diri peserta didik, untuk menjamin kelangsungan hidup agar lebih bermakna dan berguna.

2.2.4.2 Tujuan Pendidikan Nasional

Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. (Pasal 3


(40)

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional).

2.2.4.3 Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut yang diselenggarakan pada jalur formal, non formal, dan informal (Nurahman dalam http:// www.google.com).

Selain pendapat di atas, sesuai dengan Pedoman Umum Program Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu (Pasal 1 Peraturan Walikota Surabaya Nomor 20 Tahun 2008 jo Nomor 45 Tahun 2008) menjelaskan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan yang diberikan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun melalui pemberian rangsangan pendidikan dalam


(41)

meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani supaya anak mempunyai kesiapan mental dalam memasuki jenjang pendidikan lebih lanjut.

2.2.4.4 Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini

Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah membantu mengembangkan seluruh potensi dan kemampuan fisik, intelektual, emosional, moral, dan agama secara optimal dalam lingkungan pendidikan yang kondusif, demokratis dan kompetitif.(Peraturan Walikota Surabaya Nomor 20 Tahun 2008 jo Nomor 45 Tahun 2008).

2.2.4.5 Penyelenggara Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

Program PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) diselenggarakan oleh : orang atau kelompok atau lembaga atau instansi yang ditunjuk atau diangkat oleh Tim Kelompok Kerja Operasional (Pojaknal) baik tingkat Kota, tingkat Kecamatan maupun tingkat Kelurahan untuk menyelenggarakan pelatihan Pos PAUD Terpadau berdasarkan tempat domisili (Pasal 3 Peraturan Walikota Surabaya Nomor 20 Tahun 2008 jo Nomor 45 Tahun 2008).

2.2.4.6 Dasar Hukum Pendidikan Anak Usia Dini

Dalam pelaksanaan program PAUD yang diwujudkan dalam Peraturan Walikota Surabaya Nomor 20 Tahun 2008 jo Nomor 45 Tahun 2008 tentang Pedoman Umum Pos PAUD Terpadu memiliki beberapa dasar hukum yaitu :


(42)

a. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1974 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Nasional.

b. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

c. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

d. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

e. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009.

f. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2000 tentang

Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga.

g. Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 1 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Surabaya Tahun 2006-2010.

Didalam peraturan tersebut tercantum beberapa hal penting guna menunjang pelaksanaan PAUD, selain itu juga dijelaskan dalam bagian empat (IV) tentang Susunan dan Tugas Kelompok Kerja Operasional bahwa susunan keanggotaan kelompok kerja operasional (Pojaknal) Pos PAUD Terpadu melibatkan unsur dari Pemerintah Daerah, instansi vertikal, unsur lembaga atau organisasi non Pemerintah (Lembaga Swadaya Masyarakat, organisasi profesi, perguruan tinggi, dan organisasi kemasyarakatan) terkait yang


(43)

bergerak di bidang pendidikan. Dan pada bagian tujuh (VII) tentang Fasilitas, Pelaporan dan Pembiayaan menjelaskan bahwa penyediaan biaya pelaksanaan program Pos PAUD Terpadu dalam tiap tahun anggaran bersumber pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Surabaya, donator atau funding, swadaya murni masyarakat dan sumber lain yang sah dan tidak mengikat berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.3 Kerangka Berfikir

Berdasarkan landasan teori Peran Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dalam Pelaksanaan Pembangunan Pendidikan Anak Usia Dini (Studi di PAUD Tunas Kreatif Kelurahan Wonorejo Kecamatan Rungkut Surabaya). Pembangunan suatu negara sangatlah penting untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh sebab itu, pembangunan harus dilaksanakan dalam berbagai bidang. Pembangunan yang paling diprioritaskan adalah pembangunan ekonomi, namun harus dibarengi dengan pembangunan sosial budaya. Dalam meningkatkan pembangunan sosial budaya diselenggarakan melalui pendidikan. Dan pemerintah telah mengeluarkan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang didalamnya juga menyangkut tentang pendidikan anak usia dini yang merupakan jenjang pendidikan awal dalam mempersiapkan anak didik untuk menghadapi jenjang pendidikan berikutnya. Dengan adanya Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nnasional tersebut ditanggapi secara serius oleh Pemeintah Kota Surabaya yang akhirnya mengeluarkan Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 1


(44)

Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Surabaya Tahun 2006-2010. Kemudian pada tahun 2008 dikeluarkannya Peraturan Walikota Surabaya Nomor 20 tahun 2008 jo Nomor 45 tahun 2008 tentang pedoman umum program pendidikan anak usia dini yang membutuhkan adanya peran Lembaga Swadaya Masyarakat dalam hal ini adalah LMI (Lembaga Manajemen Infaq) sehingga dengan adanya peran diantara keduanya perlu diketahui mengenai berbagai peran yang dilaksanakan oleh kedua belah pihak LSM yang meliputi peran fasilitatif, edukasional, representasional dan teknis sehingga dapat menyelenggarakan pendidikan anak usia dini dengan baik. Maka kerangka berfikir penelitian ini ditetapkan sebagai berikut :


(45)

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir

       

   

         

Sumber : Teori yang telah diolah

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 28 memuat tentang Pendidikan Anak Usia Dini

Peraturan Walikota Surabaya Nomor 20 Tahun 2008 jo Peraturan Walikota Surabaya Nomor 45 Tahun dikeluarkannya Pedoman Umum Pendidikan Anak Usia Dini

Penyelenggara pendidikan anak usia dini adalah orang atau kelompok atau lembaga atau instansi

Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan anak usia dini Peran LSM-LMI

Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 1 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Surabaya Tahun 2006-2010

Peran

Representasional Peran Edukasional


(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Oleh sebab itu, hasil penelitian dikatakan sangat ilmiah tergantung dari ketepatan memilih menggunakan metode yang sesuai dengan obyek yang akan diteliti sehingga sesuai dengan tujuan penelitian. Penetuan metode penelitian merupakan sebuah syarat mutlak guna memperoleh dan mewujudkan hasil penelitian yang bermutu, yaitu sebuah penelitian yang memiliki kredibilitas dan validitas.

Di dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan alasan : ingin mengetahui secara lebih mendalam tentang peran yang dilakukan oleh LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) dalam hal ini adalah LMI (Lembaga Manajemen Infaq) dalam Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Dan dari jenis penelitian, penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian deskriptif.

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi termasuk tentang hubungan, kegiatan, sikap, pandangan serta proses yang sedang berlangsung dan pengaruh dari suatu fenomena. Pada penelitian ini mengembangkan konsep dan menghimpun fakta tetapi tidak melakukan pengujian hipotesis (Hasan : 2006 : 8-9).


(47)

3.2 Fokus Penelitian

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka fokus penelitian tentang Peran LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) dalam Penyelenggaraan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) di PAUD Tunas Kreatif Kelurahan Wonorejo Kecamatan Rungkut Surabaya antara lain :

a. Fasilitator yang mengarah kepada peran LSM-LMI sebagai fasilitator serta motivasi kepada PAUD untuk menunjang pelaksanaan kegiatannya dengan sasaran kajian : sarana dan prasarana, penghubung (penyerta) serta wujud dari motivasi yang diberikan.

b. Edukasional yang mengarah pada peningkatan sumber daya manusia melalui pelatihan agar lebih berdaya guna, dengan sasaran kajian : bentuk-bentuk pelatihan, dan tujuan dari pelatihan .

c. Representasional yang mengarah pada pengembangan jaringan untuk memperluas PAUD, dengan sasaran kajian : media yang dipakai untuk memperluas jaringan PAUD.

d. Teknis mengarah pada pengelolaan keuangan dalam penyelenggaraan PAUD, dengan sasaran kajian : sumber-sumber keuangan untuk operasionalisasi PAUD.

3.3 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian tersebut berada di PAUD Tunas Kreatif di Kelurahan Wonorejo Kecamatan Rungkut. Karena di lokasi tersebut kondisi warga masyarakatnya miskin dan kurang peduli terhadap pendidikan, namun terdapat


(48)

sebagian kelompok ibu-ibu yang sangat terhadap pendidikan anak. Sehingga PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) yang ada di Kelurahan wonorejo dikelola dengan adanya suatu peran dari LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) dalam hal ini LMI (Lembaga Manajemen Infaq) untuk menyelenggarakan pendidikan anak usia dini dengan baik sehingga keberhasilan pendidikan anak usia dini dapat tercapai. Selain itu, juga mempertimbangkan mengenai faktor efektifitas dan efisiensi serta sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian di atas.

3.4 Sumber Data

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain (Loftland dalam Moleong : 2007 : 157). Berkaitan dengan hal itu sumber data adalah tempat dimana peneliti dapat menemukan data dan informasi yang menjadi sumber data dari penelitian ini adalah :

1. Informan kunci (Key Person), yang memiliki data dan bersedia

memberikan data yang harus benar-benar relevan, kompeten, serta menguasai permasalahan, yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah :

a. Ibu Iza Zuniawan, selaku Sekretasi bagian program pendidikan LMI. b. Ibu Wulan, selaku bagian yang mengurusi rumah pintar dan sekolah

pintar di LMI (Lembaga Manajemen Infaq).

c. Pengelola PAUD Tunas Kreatif di Kelurahan Wonorejo Kecamatan


(49)

2. Dokumen sebagai sumber data lain yang sifatnya melengkapi data utama yang relevan dengan masalah dan fokus penelitian antara lain data, dokumentasi, bisa berupa peraturan-peraturan, aturan-aturan formal, arsip, berita surat kabar yang relevan dengan permasalahan penelitian.

3.5 Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini diidentifikasi menjadi dua bagian antara lain :

a. Data Primer yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya (Hasan : 2006 : 19). Data primernya berupa gambaran fakta-fakta dan karakteristik-karakteristik pada PAUD Tunas Kreatif Kelurahan Wonorejo Kecamatan Rungkut Surabaya dan Lembaga Manajemen Infaq.

b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Data ini biasanya diperoleh dari perpustakaan atau dari laporan-laporan terdahulu. Data penelitian ini diperoleh dengan cara mengambil dari buku-buku dan wawancara dengan beberapa narasumber.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dimaksudkan sebagai pencatatan peristiwa atau karakteristik dari sebagaian atau seluruh elemen populasi penelitian. Dan


(50)

selalu ada hubungan antara metode pengumpulan data dengan masalah penelitian yang akan dipecahkan, maka pengumpulan data sebagai berikut : a. Interview (Wawancara)

Wawancara adalah cara pengumpulan data dengan mengadakan tanya jawab langsung kepada obyek yang diteliti atau kepada perantara yang mengetahui persoalan dari obyek yang diteliti (Hasan : 2006 : 24).

Pada tahap interview, penelitian ini diarahkan kepada responden dari penelitian ini adalah LSM yang terlibat yaitu LMI (Lembaga Manajemen Infaq) dan pengelola PAUD Tunas Kreatif.

b. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah suatu catatan sangat penting dan sebagai bukti tertulis dari suatu kegiatan lembaga atau perusahaan yang dijadikan arsip (Arikunto : 1998 : 142).

Metode ini bersumber pada tulisan yang berupa catatan, website, pedoman Program PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) dan sebagainya. Disamping data yang di peroleh dari buku, website, data juga diperoleh dari PAUD Tunas Kreatif di Kelurahan Wonorejo Kecamatan Rungkut Surabaya dan LMI (Lembaga Manajemen Infaq). Namun terjadi sebuah kendala ketika proses pengumpulan data sekunder yaitu data sekunder dari LMI yang digunakan untuk menunjang penelitian banyak yang hilang, sehingga peneliti tidak memperoleh data sekunder yang dibutuhkan.


(51)

c. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah cara pengumpulan data dengan terjun dan melihat langsung ke lapangan terhadap objek yang diteliti (Hasan :2006 : 23). Observasi ini merupakan pengamatan secara langsung di lapangan khusunya di PAUD Tunas Kreatif Kelurahan Wonorejo Kecamatan Rungkut Surabaya.

3.7 Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif ada beberapa teknik analisis data, di antaranya adalah teknik siklus sebagaimana disampaikan oleh Milles dan Hubberman. Pada penelitian ini digunakan teknik analisis tersebut karena dengan teknik analisis ini semua data yang terkumpul akan dapat diseleksi secara ketat (melalui reduksi) sehingga data-data yang valid dan relevan sebagaimana dipersyaratkan dalam penelitian kualitatif.

Analisis data pada penelitian kualitatif meliputi tahap-tahap sebagai berikut (Milles dan Hubberman : 1992 : 56-59) :

a. Reduksi data yaitu data yang diperoleh di lokasi penelitian (data lapangan) dituangkan dalam uraian atau laporan yang lengkap dan terinci. Laporan lapangan akan direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal pokok, difokuskan pada hal-hal penting kemudian dicari tema atau polanya. Selama pengumpulan data berlangsung diadakan tahap reduksi data, selanjutnya membuat ringkasan mengkode, menelusuri tema, membuat gugus-gugus dan menulis memo.


(52)

b. Penyajian data yaitu memudahkan bagi peneliti untuk melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian tertentu dari penelitian.

c. Penarikan kesimpulan yaitu melakukan verifikasi secara terus-menerus sepanjang proses penelitian berlangsung, yaitu sejak awal memasuki lokasi penelitian am selama proses pengumpulan data. Peneliti berusaha untuk menganalisis dan mencari pola, tema, hubungan persamaan, hal-hal yang sering timbul, hipotesis, dan sebagainya yang dituangkan dalam kesimpulan yang tentatif.

Gambar 3.1

Analisis Interaksi Menurut Miles dan Huberman

Sumber : Data Analisi Kualitatif Miles dan Huberman (1992 : 20)

3.8 Keabsahan Data

Dalam penelitian kualitatif memerlukan kriteria untuk melihat derajat kepercayaan atau kebenaran atas hasil penelitian. Dan standar tersebut

Pengumpulan Data

Reduksi Data Penyajian Data

Kesimpulan atau Verifikasi


(53)

dinamakan keabsahan data. Menurut Lincoln dan Guba dalam Moleong (2007 : 324) menetapkan keabsahan data dengan menggunakan empat teknik pemeriksaan yaitu :

a. Derajat kepercayaan (Credibility)

Pada dasarnya penerapan kriteria derajat kepercayaan menggantikan konsep validitas internal dari non kualitatif. Kriteria ini berfungsi untuk melaksanakan penyelidikan sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai. Beberapa cara yang perlu diupayakan agar kebenaran hasil penelitian dapat dipercaya, antara lain melalui :

1. Memperpanjang Masa Observasi

Dengan memperpanjang masa observasi sehingga diharapkan data dapat diedit dan kemudian diadakan pengecekan kembali ke lapangan.

2. Pengamatan Terus-Menerus

Dengan pengamatan yang terus-menerus, peneliti dapat memperhatikan sesuatu lebih mendalam.

3. Melakukan Triangulasi

Untuk memeriksa kebenaran data tertentu dengan membandingkannya data yang diperoleh dari narasumber lain, pada berbagai fase penelitian di lapangan, pada waktu yang berlainan dan dalam penelitian ini metode tersebut digunakan untuk menguji data para informan dengan dokumen yang ada.


(54)

4. Membicarakannya dengan orang lain yang mempunyai tentang pengetahuan pokok penelitian dan juga tentang metode penelitian naturalistik atau kualitatif.

5. Mengadakan Pemerikasaan ulang

Berarti memriksa ulang secara garis besar setelah wawancara dengan para informan peneliti.

b. Keteralihan (Transferability)

Merupakan validitas eksternal didasarkan pada konteks empiris setting penelitian yaitu tentang “emic” yang diterima oleh peneliti dan “etic” yang merupakan hasil intrepetasi peneliti. Derajat keteralihan dapat dicapai dengan lewat uraian yang cermat, rinci, tebal atau mendalam serta adanya kesamaan konteks antara pengirim dan penerima.

c. Kebergantungan (Dependability)

Dilakukan untuk memeriksa akurasi pengumpulan dan analisis data. Agar derajat realibilitas dapat tercapai, maka diperlukan audit atau pemeriksaan yang cermat terhadap seluruh komponen dan proses penelitian serta hasil penelitiannya. Dan untuk mengecek apakah hasil penelitian tersebut benar atau salah, peneliti selalu mendiskusikannya dengan pembimbing. Setahap demi setahap data-data yang dihasilkan di lapangan dikonsultasikan dengan pembimbing. Hasil yang dikonsultasikan antara lain proses penelitian dan taraf kebenaran data serta tafsirannya.


(55)

d. Kepastian (Confirmability)

Obyektifitas yang berdasarkan kepada “emic” dan “etic” sebagai tradisi penelitian kualitatif. Derajat ini dapat dicapai melalui audit atau pemeriksaan yang cermat terhadap seluruh komponen dan proses penelitian serta hasil penelitiannya. Pemeriksaan yang dilakukan oleh pembimbing menyangkut kepastian asal-usul data, logika penarikan kesimpulan dari data dan penilaian derajat ketelitian serta telaah terhadap kegiatam peneliti tentang keabsahan data.


(56)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum

4.1.1 Lembaga Manajemen Infaq

4.1.1.1 Sejarah Lembaga Manajemen Infaq

Bermula dari gagasan alumnus STAN-PRODIP (Sekolah Tinggi Akuntansi Negara Program Diploma) KEUANGAN Jakarta yang bekerja sebagai pegawai di lingkungan Departemen Keuangan dan BPKP (Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan) di wilayah Jawa Timur yang melihat perlunya pembentukan suatu lembaga formal yang dapat memberikan solusi terpadu tentang masalah ekonomi dan sosial di kalangan ummat Islam khususnya di Jawa Timur.

Problem yang mendesak adalah perlunya suatu lembaga yang mengakumulasi potensi Zakat, Infaq, dan Shodaqoh (ZIS) dan selanjutnya melakukan pendistribusian dan pengelolaan secara tepat. Maka pada 17 September 1994 bertempat di Turen, Malang para alumni sepakat untuk membentuk sebuah lembaga yang bernama Yayasan Lembaga Manajemen Infaq Ukhuwah Islamiyah atau disingkat (LMI-UI) yang kemudian sekarang lebih dikenal dengan nama LMI ( Lembaga Manajemen Infaq). Ada delapan personil yang terlibat dalam pertemuan di Turen, Malang diantaranya Agus Supartono, Muhammad Razikun, Helmy Afrul, Achmad Subagyo, Chandra Hadi, Achmad


(57)

Fauzi, Agung Mediawan, dan Taridi. LMI berdiri sebagai sebuah Yayasan Sosial yang tercatat dengan Akta Notaris Abdurachim, S.H., No.11, tanggal 4 April 1995 dengan nama Yayasan Lembaga Manajemen Infaq Ukhuwah Islamiyah. Dan kini, dengan SK gubernur No 451/1701/032/2005, Lembaga Manajemen Infaq (LMI) disahkan sebagai LAZ propinsi Jawa Timur.

LMI mempunyai kegiatan utama menghimpun, mengelola, dan menyalurkan zakat, infaq, shodaqoh (ZIS) serta berusaha menciptakan iklim dan sarana bagi berkembangnya ekonomi dan sosial ummat Islam. Awalnya Pusat Kegiatan LMI pertama kali berada di jalan Pucang Anom Timur No Surabaya kemudian sejak tahun 1997 pindah ke Jalan Gubeng Jaya I/41A Surabaya Telp. (031) 503 8567 sampai tahun 2005.

Setelah itu LMI mempunyai sekretariat di Jalan Nginden Intan Raya No 12 Telp. (031) 5998484 Fax (031) 5920299 sampai dengan sekarang.Kini, LMI telah berkembang dengan 18 cabang yang tersebar di seluruh Jawa Timur. Dengan sejumlah program yang unik dan kreatif, LMI semakin menunjukkan perannya dalam pemberdayaan masyarakat. Demikian juga dengan sisi Sumber Daya Manusia (SDM) yang terus bertambah.

Berawal dari hanya 1 (satu) orang SDM yang diberi amanah untuk fokus sebagai pengelola lembaga. Pada tahun 2000 struktur kepengurusan LMI dirubah dengan menambahkan Dewan Pengurus dan Dewan Direksi. LMI mengangkat Firnawan Hendrayanto sebagai


(58)

Direktur Harian pertama kali bulan Juli tahun 2002 dengan masa kerja sampai bulan Desember 2002. Kemudian pada bulan April 2003 mengangkat Agus Fathony sebagai direktur LMI yang kedua. Beliau bertugas sebagai direktur LMI selama 1 (satu) bulan. Kemudian pada bulan Mei 2003 Dewan Pengurus mengangkat Nurkholik sebagai direktur LMI yang baru dengan masa kerja sampai dengan bulan Desember 2004.

Bulan Januari 2005 mengangkat Joko Erwanto sebagai direktur baru LMI. Beliau menjabat sebagai direktur LMI sampai bulan April 2006. Dalam rentang waktu bulan Mei 2006 sampai dengan bulan Februari 2007 Dewan Pengurus mengangkat Agung Wijayanto sebagai Pjs Direktur LMI. Kemudian pada bulan Maret 2007 Dewan Pengurus mengangkat Sigit Prasetya sebagai direktur LMI sampai bulan September 2008. Dan di bulan Oktober 2008 Direktur LMI dipegang oleh Wahyu Novyan, S.Sos, sampai sekarang.

Kini, seiring dengan perjalanan waktu, SDM LMI menjadi 113 orang di seluruh Jawa Timur. Jumlah ini belum termasuk relawan dengan semua tingkatan. Kemudian, pada Rapat Kerja 2008 lalu, LMI memamantapkan diri dengan tampil sebagai lembaga dana sosial yang tidak hanya mengelola dana ZIS, namun juga termasuk wakaf, hibah dan dana sosial lainnya.

Diharapkan dengan adanya pengembangan ini, LMI semakin kokoh dalam mengarus utamakan ZISWAF dan menjadi semakin


(59)

mengakar di level lokal dan nasional. Ibarat padi, LMI semakin berisi semakin menunduk, makin tua, makin bijaksana. LMI pun mencoba semakin peduli kepada masyarakat tak berpunya melalui program-program pemberdayaanya. Impian akan Indonesia sejahtera pun semoga bisa direalisasikan. Dilubuk hati , Diujung pikiran. Peduli Untuk Berbagi, Siapapun Kita Menyimpan Energi. Peduli Untuk Berbagi.

4.1.1.2 Visi dan Misi Lembaga Manajemen Infaq (LMI)

Selain itu, LMI (Lembaga Manajemen Infaq) memiliki visi dan misi yang telah membawa LMI kepada sebuah keberhasilan. Adapun visi dan misinya adalah :

Visi LMI adalah menjadi lembaga dana sosial yang mengakar di Jawa Timur dan berperan di tingkat nasional serta menjadi pelopor dalam mengarusutamakan, menghimpun dan mendayagunakan zakat, infaq, shodaqoh, wakaf, hibah dan dana sosial lainnya untuk pemberdayaan ummat.

Misi LMI terdiri dari empat hal yaitu :

1. Mengarusutamakan zakat, infaq, shodaqoh, wakaf, hibah dan dana sosial lainnya sebagai sumberdaya pemberdayaan ummat, melalui sosialisasi dan pendidikan publik.

2. Menghimpun zakat, infaq, shodaqoh, wakaf, hibah dan dana sosial lainnya secara profesional, transparan, akuntabel.


(60)

sosial lainnya secara tepat sasaran dan mengedepankan kemitraan profesional.

4. Melayani para pemangku kepentingan secara baik dan tepat melalui peningkatan terus menerus tata kelola kelembagaan, penguatan budaya kepedulian, learning & growth, kekokohan proses internal, dan in-time-delivery service.

4.1.1.3 Struktur Organisasi

a. Struktur Organisasi Lembaga Manajemen Infaq

LSM-LMI mempunyai sebuah struktur organisasi yang sangat besar, namun pada penelitian ini hanya disajikan mengenai struktur organisasi sebuah Departemen Program yang ada dalam LSM-LMI. Karena struktur organisasi Departemen Program itulah yang memiliki keterkaitan dengan penelitian ini. Oleh sebab itu, di bawah ini akan disajikan struktur organisasi Departemen Program.

Gambar 4.1


(61)

Sumber : Lembaga Manajemen Infaq Tahun 2009 4.1.1.4 Tugas Pokok dan Fungsi Pegawai

1. Manajer Program (Bapak Dicky Fanani)

a. Bertanggung jawab kepada Dewan Pengurus terhadap semua

program yang dijalankan.

b. Memberikan bimbingan dan pengawasan terhadap asisten manajer terhadap pelaksanaan sebuah program.

c. Bertanggung jawab penuh terhadap selutuh program yang ada di LMI.

2. Sekretaris Program (Iza Zuniawan)

a. Bertanggung jawab kepada Manajer Program dalam setiap Manajer Program

(Bapak Dicky Fanani)

Sekretaris Program (Iza Zuniawan)

Ass. Manajer Sosial Charity Ass. Strategic Empowerment

(Bapak Marhan Firdaus Irfan) Rumah Zakat (Sofa Amalia)

Klinik Sehati (Sofa Amalia) Beasiswa Pintar (Lulud) Layanan Dakwah dan Sosial

(Iza Zuniawan)

Rumah Pintar (Wulan) Sekolah Pintar (Wulan)

Beasiswa Mutiara (Bapak Irfan) Wira’i (Bapak Zahid) Sentra Ternak Rakyat (STR)


(62)

pekerjaannya.

b. Mengetahui dengan baik seluruh program yang ada. c. Membuat laporan untuk setiap program.

d. Melaksanakan pengelolaan surat masuk dan surat keluar serta pengarsipannya.

3. Assisten Manajer Sosial Charity

a. Bertanggung jawab kepada Manajer Program.

b. Mengarahkan dan membimbing seluruh pelaksana (staff)

program dibawah naungannya.

c. Mengawasi seluruh pelaksana program atau staff yang ada dibawah naungannya.

4. Assisten Strategic Empowerment (Bapak Marhan Firdaus Irfan)

a. Bertanggung jawab kepada Manajer Program.

b. Membimbing dan mengarahkan seluruh pelaksana (staff) program dibawah naungannya.

c. Mengawasi seluruh pelaksana (staff) program yang ada dibawah naunggannya.

5. Pelaksana (Staff) Program

1. Pelaksana Program Rumah SEHATI dan Klinik SEHATI (Sofa

Amalia)

a. Bertanggung jawab kepada assiten manajer program sosial charity.


(63)

b. Menjalankan dengan penuh tanggung jawab dalam mengelola setiap programnya.

c. Memberikan sebuah solusi dan terobosan baru bagi perkembangan program yang dijalankan.

d. Menyalurkan bantuan dalam bentuk kesehatan. 2. Pelaksana Program Beasiswa Pintar (Lulud Wijayanti)

a. Bertanggung jawab kepada assiten manajer program sosial charity.

b. Menjalankan dengan penuh tanggung jawab dalam mengelola setiap programnya.

c. Memberikan sebuah solusi dan terobosan baru bagi perkembangan program yang dijalankan.

d. Menyalurkan beasiswa tersebut kepada siswa SD, SMP, SMA dengan tepat sasaran.

3. Pelaksana Program Layanan Dakwah dan Kemanusiaan (Iza

Zuniawan)

a. Bertanggung jawab kepada assiten manajer program sosial charity.

b. Menjalankan dengan penuh tanggung jawab dalam mengelola setiap programnya.

c. Memberikan sebuah solusi dan terobosan baru bagi perkembangan program yang dijalankan.


(64)

orang-orang yang tepat.

4. Pelaksana Program Rumah PINTAR dan Sekolah PINTAR

(Wulan)

a. Bertanggung jawab kepada assiten manajer stategic empowerment .

b. Menjalankan dengan penuh tanggung jawab dalam mengelola setiap programnya.

c. Memberikan sebuah solusi dan terobosan baru bagi perkembangan program yang dijalankan.

d. Melaksanakan pembinaan atau mendidik anak kaum dhuafa dan anak terlantar serta menyiapkan sarana tempat tinggal untuk pendidikan atau pelatihan.

5. Pelaksana Program Beasiswa Mutiara (Bapak Irfan)

a. Bertanggung jawab kepada assiten manajer stategic empowerment .

b. Menjalankan dengan penuh tanggung jawab dalam mengelola setiap programnya.

c. Memberikan sebuah solusi dan terobosan baru bagi perkembangan program yang dijalankan.

d. Menyalurkan bantuan untuk anaka mahasiswa khusunya Perguruan Tinggi Negeri dengan tepat.

6. Pelaksana Program Wira’i (Bapak Zahid)


(65)

empowerment .

b. Menjalankan dengan penuh tanggung jawab dalam mengelola setiap programnya.

c. Memberikan sebuah solusi dan terobosan baru bagi perkembangan program yang dijalankan.

d. Menyalurkan bantuan berupa modal dan pelatihan kepada sasaran yang tepat.

7. Pelaksana Program STR (Sentra Ternak Rakyat) (Bapak Anang)

a. Bertanggung jawab kepada assiten manajer stategic

empowerment .

b. Menjalankan dengan penuh tanggung jawab dalam mengelola setiap programnya.

c. Memberikan sebuah solusi dan terobosan baru bagi perkembangan program yang dijalankan.

d. Menyalurkan bantuan berupa hewan ternak serta pembinaan kepada warga masyarakat yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.

4.1.1.5 Program-Program LMI

1. Program Pintar

Program di bidang pendidikan yang disajikan oleh LMI dikemas dalam program PINTAR yang mempunyai tujuan untuk membantu anak-anak dhuafa agar memiliki kesempatan belajar.


(66)

Maka dalam program PINTAR ini diluncurkan berbagai program yaitu :

a. Beasiswa PINTAR merupakan pemberian bantuan beasiswa

dan pembinaan siswa SD, SMP, SMA dengan kategori anak yatim atau dhuafa berprestasi.

b. Rumah PINTAR merupakan sentra pendampingan dan layanan

pemberdayaan berupa pemberian keterampilan aplikatif.

c. Beasiswa MUTIARA merupakan pemberian bantuan beasiswa

mahasiswa muslimah yatim aktivis pendampingan di masyarakat.

d. Sekolah PINTAR merupakan pengadaan taman bermain dan

taman kanak-kanak untuk wahana pembentukan pribadi yang cerdas dan berakhlak.

e. Quranic PINTAR merupakan bengkel akhlak dengan media

bermain, bercerita, dan bereksperimen untuk usia SD.

f. Guru PINTAR merupkan pemberdayaan guru atau

ustadz-ustadz atau relawan yang mempunyai aktivitas sosial dengan melakukan pendampingan atau pembinaan di komunitas marginal.

2. Program SEHATI

Program ini menyajikan program SEHATI yang bertujuam membantu para ibu hamil dhuafa agar mendapat layanan persalinan dengan fasilitas mendukung. Dan program tersebut terdiri atas :


(67)

a. Rumah SEHATI merupakan sentra pelayanan kesehatan terpadu bagi masyarakat dhuafa.

b. Klinik SEHATI yaitu program pelayanan kesehatan yang

terjangkau bagi masyarakat dhuafa.

c. Mobil Klinik SEHATI yaitu program pelayanan kesehatan

yang bersifat mobile untuk menjangkau daerah-daerah pelosok.

d. Bersalin cuma-cuma SEHATI merupakan layanan bersalin

gratis bagi ibu-ibu dhuafa.

e. Khitanan Massal SEHATI yaitu program khitanan massal bagi anak dhuafa yang dilaksanakan secara rutin.

f. Operasi-operasi SEHATI yaitu program bagi keluarga dhuafa yang tidak mendapatkan layanan kesehatan dari pemerintah, meliputi layanan operasi gratis.

3. Program Emas

Program LMI di bidang perekonomian yang bertujuan untuk membantu usaha para kaum dhuafa yang ingin memajukan usaha dengan fasilitas mendukung. Maka program ini dibagi dalam beberapa program yaitu :

a. Wira’i (Wirausaha Berbasis Religi) yaitu program bantuan

permodalan dana untuk usaha mikro tanpa jaminan dengan sistem tanggung renteng bersama.

b. Bantuan DT (Desa Tertinggal) merupakan program


(68)

sasaran masyarakat pedesaan.

c. Emas Institute yaitu sekolah entrepreneurship bagi kamu

dhuafa dengan sasaran pemuda jalanan dan pemuda pengangguran.

d. Sentra Ternak merupakan program pemberdayaan peternakan

untuk meningkatkan ekonomi masyarakat pedesaan.

e. BBQ (Berbagi Qurban) yaitu program pemotongan dan

distribusi hewan qurban ke daerah bencana, marginal, terpencil, dan rawan gizi.

f. Biogas Ternak Gratis yaitu program energi alternative hasil fermentasi kotoran organik ternak, dapat digunakan oleh peternak di daerah tertinggal.

4. Program Siaga SEHATI

Program ini berupa layanan bantuan dan pendampingan bagi korban bencana alam, terutama untuk kaum ibu dan balita serta korban bencana lainnya secara tuntas dan menyeluruh tanpa memandang jenis kelamin, suku, golongan, dan agama. Dan program Siaga SEHATI ini terdiri dari dua program yaitu :

a. Program Penanganan Bencana merupakan pemberian layanan

evakuasi korban bencana, layanan kesehatan dan pemenuhan kebutuhan makanan sehat dan bergizi bagi ibu dan balita, serta kebutuhan ibu dari pakaian dalam hingga mukena.


(69)

trauma ibu dan anak secara psikis dan aqidah dengan pembekalan melalui pelatihan kemandirian dan pembinaan keagamaan.

5. Program Dakwah dan Kemanusiaan

Program ini terdiri dari dua program inti antara lain :

a. Program Dakwah merupakan solusi alternative terhadap

fenomena kemerosotan moral-spiritual di kalangan masyarakat modern melalui pembinaan keagamaan.

b. Program Kemanusiaan yaitu sebuah program yang bertujuan

untuk meringankan beban masyarakat dhuafa dan menjadi pembelajaran untuk meningkatkan kepedulian antar sesame dalam bentuk kegiatan sosial kemasyarakatan sebagai program penunjang kemandirian mustahiq.

4.1.1.6 Komposisi Pegawai di Departemen Program LMI

Komposisi Pegawai di Departemen Program LMI (Lembaga Manajemen Infaq) dapat dilihat berdasarkan jabatan, tingkat pendidikan dan jenis kelamin.

Tabel 4.1


(70)

No Jabatan Jumlah (orang) Prosentase (%)

1. Manajer Program 1 11,11

2. Sekretaris 1 11,11

3. Assisten Manajer 1 11,11

4. Staff Program 6 66,67

Jumlah 9 100

Sumber : LMI Tahun 2009

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui dengan jelas bahwa pegawai yang paling banyak adalah pegawai yang menduduki jabatan sebagai staff program yaitu sebanyak 66,67 % atau 6 orang. Hal itu dikarenakan staff adalah bagian penting dalam keberhasilan penyelenggaraan suatu program. Dengan banyaknya staff sehingga suatu program tersebut dapat segera terlaksana dengan baik.

Tabel 4.2

Komposisi Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan No Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Prosentase (%)

1. Sarjana 9 100

2. SLTA 0 0

3. SLTP 0 0

Jumlah 9 100

Sumber : LMI Tahun 2009

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pegawai di LMI tingkat pendidikannya sudah sangat tinggi, hal itu dapat dilihat dengan besarnya angka pegawai yang berlatar belakang pendidikan sebagai sarjana yaitu sebesar 100 % atau 9 orang. Dengan demikian


(71)

sumber daya yang ada di LMI khususnya Manajemen Program sudah cukup tinggi sehingga segala bentuk program telah mampu dirancang dengan inovasi-inovasi terbaru yang pada akhirnya mampu mencapai sebuah keberhasilan.

Tabel 4.3

Komposisi Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Jumlah (orang) Prosentase (%)

1. Laki-Laki 5 55,56

2. Perempuan 4 44,44

Jumlah 9 100 Sumber : LMI Tahun 2009

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah pegawai berdasarkan jenis kelamin paling banyak adalah laki-laki yaitu sebesar 55,56 % atau sebanyak 5 orang. Hal tersebut dikarenakan sumber daya yang dibutuhkan untuk menempati posisi tersebut lebih tepat dipegang oleh seorang laki-laki, dikarenakan pekerjaannya cukup berat dan mobilitasnya sangat padat.

4.1.2 PAUD Tunas Kreatif

4.1.2.1 Sejarah PAUD Tunas Kreatif

Dengan adanya surat rekomendasi dari Ketua Tim Penggerak PKK Kota Surabaya Nomor : 108/Skr/PKK-KS/X/2008 pada tanggal 29 Oktober 2008, untuk memberikan ijin penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini Jalur Informal. Dengan adanya ijin tersebut kepada Ibu


(72)

Luluk Bastiyah, dan PAUD tersebut diberi nama “CHILD

KREATIVE” yang bertempat di Rusunawa Wonorejo RT 04 dan RW

01 Kelurahan Wonorejo Kecamatan Rungkut Surabaya. Dan pada tanggal 12 November 2008 PAUD Tunas Kreatif telah resmi berdiri.

Namun pada saat pertama berdiri begitu banyak kendala yang dihadapi oleh PAUD tersebut, mulai dari kurangnya peminat serta kurangnya dana untuk mengelola PAUD. Akan tetapi kegigihan mereka untuk mendirikan PAUD tersebut di tengah-tengah lingkup masyarakat yang sebagian besar warganya bermata pencaharian sebagai pemulung, ternyata mendapatkan sebuah perhatian dari LSM-LMI yang sampai saat ini telah menjadi donatur tetap untuk PAUD Tunas Kreatif.

Tidak berselang lama pemimpin atau Kepala Sekolah PAUD digantikan oleh Ibu Dyah Eko P. Sosok Ibu Dyah Eko P ini ternyata telah mmapu meningkatkan semangat para ibu-ibu di rusun tersebut untuk turut serta membimbing anak-anak usia dini di Rusun Wonorejo, selain itu telah mampu meningkatkan minat para anak-anak dan orang tuanya untuk menyekolahkan anak-anak mereka di PAUD Tunas Kreatif dengan biaya yang sangat murah dan terjangkau.

Kini PAUD Tunas Kreatif telah mampu berkembang dengan baik, karena saat ini PAUD tersebut telah mempunyai ruangan untuk mengajar yang lebih besar dibandingkan pertama kali waktu berdiri. Semua ini berkat kegigihan para bunda dan bantuan dari LSM-LMI.


(73)

Gambar 4.2

Struktur Organisasi PAUD Tunas Kreatif Rusunawa Wonorejo Rungkut

Sumber : PAUD Tunas Kreatif Tahun 2009

4.1.2.3 Tugas Pokok dan Fungsi Pengurus PAUD Tunas Kreatif 1. Penanggung Jawab

a. Menaungi berdirinya PAUD Tunas Kreatif.

b. Bertanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan kegiatan

PAUD Tunas Kreatif.

2. Pembimbing

Ketua Rusun Penanggung Jawab

Pengurus Rusun PKK Pembimbing

LMI Donatur Tetap

Ibu Diyah Eko P. Kepala Sekolah

Ibu Pawestri L Ibu Erlina R

Sekretaris

Ibu Renny S Ibu Aminatus

Bendahara

Ibu Patokah Ibu Pawestri Ibu Aminatus Ibu Suyati Ibu Lilik Ibu Erlina Ibu Renny Ibu Diyah


(1)

 

109   


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Isbandi Rukminto, 2008. Intervensi Komunitas Pengembangan Masyarakat Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Arif, Lukman, 2000. Peran Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Dalam Pengelolaan Program Dana Masyarakat di Kelurahan Losari Kecamatan Singosari Malang, Tesis : Program Pascasarjana Universitas Brawijaya.

Arikunto, Suharsimi, 1998. Prosedur Penelitian Suatu Tinjauan Praktek Edisi 3, Jakarta : PT. Rajawali.

Awang, San Afri, 1999. Pengembangan Hutan Rakyat di Jawa Tengah : Harapan dan Tantangan. Jurnal Hutan Rakyat Volume I No. 1 hal. 1-13. Yogyakarta.

Clark, John, 1995. NGO dan Pembangunan Demokrasi, Yogyakarta : PT. Tiara Wacana Yogya.

Dwiyanto, 2006. Partisipasi dan Good Governance. Bandung : PT. Rosda Karya.

Hasan, Iqbal, 2006. Analisis Data Penelitian dengan Statistik, Jakarta : Bumi Aksara.

Hidayat, 2002. Pendidikan Kewarganegaraan, Bandung : PT. Rosda Karya. Hobley, M, 1996. Participatory Forestry : The Process of Change in India and

Nepal. Rural Development Forestry Study Guide 3. London.

Ismawan, Bambang , 1985. Pendidikan yang Diperlukan Untuk Pengembangan Pedesaan, Seminar Peranan Lembaga-Lembaga Swasta Dalam Pembangunan Desa, Dian Desa, Yogyakarta.

Khairudin, 2000. Partisipasi Masyarakat Pedesaan. Jakarta : Bumi Aksara. Milles, Mathew B, dan Huberman, A Michael, 1992. Analisis Data Kualitatif.

Jakarta : Universitas Indonesia Press.

Moleong, Lexy J, 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.


(3)

Nawawi, H. Hadari, 1995. Pengawasan Melekat di Lingkungan Aparatur Pemerintah, Jakarta : Penerbit Erlangga.

Ndraha, Taliziduhu, 1990. Pembangunan Masyarakat, Jakarta : Bumi Aksara. Resi, Adrianus, 2003. Interaksi Birokrasi Pemerintah dan Lembaga Swadaya

Masyarakat dalam Pembangunan (Studi tentang Sinergi Birokrasi Pemerintah dengan Lembaga Pengembangan Industri Pedesaan (LPIP) dalam Pemberdayaan Masyrakat Pesisir di Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur). Tesis : Program Pascasarjana Universitas Brawijaya.

Siagian, Sondang P, 2001. Administrasi Pembangunan Konsep, Dimensi, dan Srtateginya, Jakarta : Bumi Aksara.

Suhendra, H. Siswanto, 2006. Peranan Birokrasi Dalam Pemberdayaan Masyarakat, Bandung : Alfabeta.

Sumarto, Hetifah Sj, 2009. Inovasi Partisipasi dan Good Governance, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Sunarno, H. Siswanto, 2006. Hukum Pemerintah Daerah Indonesia, Jakarta : Penerbit Sinar Grafika.

Thoha, Miftah, 1996. Birokrasi Publik di Era Globalisasi. Jakarta : PT. Gunung Agung.

Tjokroamidjojo, Bintoro, 1995. Pengantar Administrasi Pembangunan. Jakarta : PT. Pustaka LP3ES.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Undang-Undang No. 25 Tahun 2004. Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 1 Tahun 2006. Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Surabaya Tahun 2006-2010.

Peraturan Walikota No. 20 jo No. 45 Tahun 2008. Tentang Pedoman Umum Pendidikan Anak Usia Dini.


(4)

http://www.junior‐smart.com. Diunduh tanggal 26 Januari 2010 pada pukul 14.27 WIB.

http://warnadunia.com/artikel‐pendidikan. Diunduh tanggal 3 Februari 2010 pada pukul 09.25 WIB.

http://www.indomedia.com/poskup. Diunduh tanggal 3 Februari 2010 pada pukul 09.45 WIB.

http://www.surabaya.go.id./dispenduk/. Diunduh tanggal 22 April 2010 pada pukul 15.45 WIB.

http://www.bpsjatim.go.id/. Diunduh tanggal 20 April 2010 pada pukul 10.00 WIB. http:// hasanismailr.blogspot.com/. Diunduh tanggal 2 Mei 2010 pada pukul 09.45

WIB.

Koran Kompas Edisi Ke-4, 17 April 2009.

                           


(5)

PEDOMAN WAWANCARA

Peran LSM-LMI dalam Penyelenggaraan PAUD Tunas Kreatif

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA : 1. Peran fasilitatif

A. Fasilits dan motivasi :

a. Apa saja peran yang dilakukan oleh LSM-LMI kepada PAUD Tunas

Kreatif ?

b. Dalam pemberian fasilitas kepad PAUD Tunas Kreatif, sarana dan prasarana apa saja yang diberikan untuk menunjang pelaksanaan kegiatan PAUD tersebut ?

c. Apa wujud motivasi yang diberikan oleh LSM-LMI kepada PAUD

Tunas Kreatif sehingga penyelenggaraan PAUD tersebut dapat mencapai keberhasilan ?

2. Peran edukasional A. Pelatihan :

a. Apakah LSM-LMI memberikan pelatihan kepada para bunda PAUD

guna menunjang peningkatan sumber daya mereka ?

b. Apa saja bentuk pelatihan yang diberikan kepada para bunda tersebut sehingga menjadi mempunyai kemampuan dalam mendidik ?

c. Apa tujuan yang ingin dicapai oleh LSM-LMI dengan memberikan

pelatihan kepada bunda-bunda PAUD Tunas Kreatif ?


(6)

3. Peran representasional

A. Media promosi PAUD Tunas Kreatif :

a. Apa media yang digunakan oleh LSM-LMI guna memperkenalkan

PAUD kepada masyarakat luas tentang adanya program tersebut ?

b. Apa tujuan yang ingin dicapai oleh LSM-LMI dengan

memperkenalkan PAUD kepada masyarakat luas ? 4. Peran teknis

A. Dana operasional PAUD Tunas Kreatif :

a. Darimana sumber-sumber keuangan yang diperoleh oleh LSM-LMI

untuk memberikan donatur kepada PAUD Tunas Kreatif ?

b. Berapa besar donatur yang diberikan oleh LSM-LMI kepada PAUD

Tunas Kreatif ?

c. Ditujukan untuk apa donatur yang diberikan kepada PAUD Tunas

Kreatif ?


Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25