putusan 24 2009 upload 16 juni 2010

(1)

1

P U T U S A N

Perkara Nomor 24/KPPU-I/2009

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia selanjutnya disebut Komisi

yang memeriksa dugaan pelanggaran terhadap Pasal 4, Pasal 5 dan Pasal 11 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat selanjutnya disebut Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 berkaitan dengan Industri Minyak Goreng Sawit di Indonesia, yang dilakukan oleh: --- 1. Terlapor I : PT Multimas Nabati Asahan, dengan alamat kantor di B & G Tower, Jl. Putri Hijau No. 10 Medan 20111; --- 2. Terlapor II : PT Sinar Alam Permai, dengan alamat kantor di B & G Tower, Jl.

Putri Hijau No. 10 Medan 20111;--- 3. Terlapor III : PT Wilmar Nabati Indonesia, dengan alamat kantor di Jl. Datuk

Laksamana Areal Pelabuhan Dumai- Riau;--- 4. Terlapor IV : PT Multi Nabati Sulawesi, dengan alamat kantor di B & G Tower, Jl. Putri Hijau No. 10 Medan 20111;--- 5. Terlapor V : PT Agrindo Indah Persada, dengan alamat kantor di Jl. Panglima

Polim 89 KISARAN 21214 Sumatera Utara;--- 6. Terlapor VI : PT Musim Mas, dengan alamat kantor di Jl. K.L. Yos Sudarso Km 7,8 Kelurahan Tanjung Mulia, Kecamatan Medan Deli, Kota Medan, Sumatera Utara;--- 7. Terlapor VII : PT Intibenua Perkasatama, dengan alamat kantor di Spring Tower

02-21, Jl. K.L. Yos Sudarso Tanjung Mulia, Medan, Sumatera Utara; --- 8. Terlapor VIII : PT Megasurya Mas, dengan alamat kantor di Jl. Tambak Sawah 32, Waru, Sidoarjo, Jawa Timur; --- 9. Terlapor IX : PT Agro Makmur Raya, dengan alamat kantor di Jl. Soekarno No. 1 Samping Pelabuhan Samudera Bitung – Sulawesi Utara 95521; --- 10.Terlapor X : PT Mikie Oleo Nabati Industri, dengan alamat kantor di Jl. Raya

Narogong Km. 9, Bojong Mente Rawa Lumbu Bekasi – 17133; --- 11.Terlapor XI : PT Indo Karya Internusa, dengan alamat kantor di Spring Tower

03-33, Jl. K.L. Yos Sudarso Tanjung Mulia, Medan, Sumatera Utara 20241; --- 12.Terlapor XII : PT Permata Hijau Sawit, dengan alamat kantor di Jl. Iskandar Muda No. 107, Medan 20154; --- 13.Terlapor XIII : PT Nagamas Palmoil Lestari, dengan alamat kantor di Jl. Iskandar


(2)

14.Terlapor XIV : PT Nubika Jaya, dengan alamat kantor di Jl. Iskandar Muda No. 107, Medan 20154; --- 15.Terlapor XV : PT Smart, Tbk, dengan alamat kantor di BII Plaza Tower II, Lt. 20, Jl. M.H. Thamrin No. 51 Jakarta 10350; --- 16.Terlapor XVI : PT Salim Ivomas Pratama, dengan alamat kantor di Sudirman Plaza – Indofood Tower Lt. 22 Jl. Jend. Sudirman Kav. 76-78 Jakarta 12910; --- 17.Terlapor XVII : PT Bina Karya Prima, dengan alamat kantor di Focus Bldg. Comp

Mitra Sunter Blok B1-B4, Jl. Yos Sudarso Kav. 89, Sunter, Jakarta Utara 14350;--- 18.Terlapor XVIII : PT Tunas Baru Lampung, Tbk, dengan alamat kantor di Wisma Budi Lt. 9, Jl. H. Rasuna Said Kav. C-6, Jakarta - Selatan; --- 19.Terlapor XIX : PT Berlian Eka Sakti Tangguh, dengan alamat kantor di Jl. K. L. Yos Sudarso No. 15 , Km. 6, Medan 20116; --- 20.Terlapor XX : PT Pacific Palmindo Industri, dengan alamat kantor di Jl. Pulau

Bawean Kawasan Industri Medan II, Mabar, Medan 20242;--- 21.Terlapor XXI : PT Asian Agro Agung Jaya, dengan alamat kantor di Jl. Semarang Blok A-6/1, KBN Marunda Cilincing, Jakarta Utara 14150; --- telah mengambil Putusan sebagai berikut: ---

Majelis Komisi:---

Setelah membaca surat-surat dan dokumen-dokumen dalam perkara ini; --- Setelah membaca keterangan para Terlapor; --- Setelah membaca keterangan para Saksi; --- Setelah membaca Laporan Hasil Pemeriksaan Pendahuluan; --- Setelah membaca Laporan Hasil Pemeriksaan Lanjutan; --- Setelah membaca Berita Acara Pemeriksaan (selanjutnya disebut BAP); --- Setelah membaca Pembelaan/Tanggapan para Terlapor; ---

TENTANG DUDUK PERKARA

1. Menimbang bahwa Sekretariat Komisi telah melakukan monitoring terhadap pelaku usaha di bidang industri minyak goreng dan berdasarkan hasil rapat komisi tanggal 15 September 2009 diputuskan perlu ditindaklanjuti ke tahap Pemeriksaan Pendahuluan;--- 2. Menimbang selanjutnya, Komisi menerbitkan Penetapan Nomor

117/KPPU/PEN/IX/2009 tanggal 28 September 2009 tentang Pemeriksaan Pendahuluan Perkara Nomor: 24/KPPU-I/2009, untuk melakukan Pemeriksaan Pendahuluan terhitung sejak tanggal 28 September 2009 sampai dengan 06 November 2009 (vide bukti A1);---


(3)

3 3. Menimbang bahwa setelah melakukan Pemeriksaan Pendahuluan, Tim Pemeriksa

menyimpulkan terdapat bukti awal yang cukup adanya dugaan pelanggaran Pasal 4, Pasal 5 dan Pasal 11 UU Nomor 5 Tahun 1999 sehingga Tim Pemeriksa merekomendasikan untuk dilanjutkan ke tahap Pemeriksaan Lanjutan (vide bukti A79);- 4. Menimbang bahwa atas dasar rekomendasi Tim Pemeriksa, Komisi menyetujui dan

menerbitkan Penetapan Komisi Nomor: 135/KPPU/PEN/XI/2009 tanggal 9 November 2009 tentang Pemeriksaan Lanjutan Perkara Nomor 24/KPPU-I/2009 terhitung sejak tanggal 09 November 2009 sampai dengan tanggal 05 Februari 2010 (vide bukti A80);-- 5. Menimbang bahwa selanjutnya, Tim Pemeriksa menilai perlu untuk melakukan

Perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan. Untuk itu Komisi menerbitkan Keputusan Nomor: 58/KPPU/KEP/II/2010 tanggal 08 Februari 2010 tentang Perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan Perkara Nomor: 24/KPPU-I/2009 terhitung sejak 08 Februari 2010 sampai dengan tanggal 23 Maret 2010 (vide A181); --- 6. Menimbang bahwa dalam proses Pemeriksaan Pendahuluan dan Pemeriksaan Lanjutan, Tim Pemeriksa telah mendengar keterangan dari para Terlapor dan para Saksi serta instansi pemerintah (vide bukti B1– B62). Selanjutnya setelah melakukan serangkaian proses pemeriksaan, Tim Pemeriksa membuat Laporan Hasil Pemeriksaan Lanjutan tertanggal 23 Maret 2010 (vide A244);--- 7. Menimbang bahwa selanjutnya, Komisi menerbitkan Penetapan Komisi Pengawas

Persaingan Usaha Nomor: 61/KPPU/PEN/III/2010 tanggal 23 Maret 2010 tentang Sidang Majelis Komisi Perkara Nomor 24/KPPU-I/2009 dalam jangka waktu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung mulai tanggal 23 Maret sampai dengan 04 Mei 2010 (vide bukti A241); --- 8. Menimbang bahwa Majelis Komisi telah mempelajari Laporan Hasil Pemeriksaan

Lanjutan selanjutnya menilai uraian duduk perkara dan dugaan pelanggaran pada pokoknya sebagai berikut: --- 8.1 Duduk Perkara & Dugaan Pelanggaran; --- Industri minyak goreng merupakan industri yang memiliki nilai strategis karena berfungsi sebagai salah satu kebutuhan pokok masyarakat Indonesia. Perkembangan industri minyak goreng di Indonesia telah menempatkan minyak goreng dengan bahan baku kelapa sawit sebagai komoditi yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat saat ini. Hal tersebut disebabkan oleh rendahnya ketersediaan bahan baku lain selain kelapa sawit. Selain itu, karakteristik kelapa sawit yang memiliki berbagai macam produk turunan juga telah perkembangan industri-industri yang terkait dengan kelapa sawit dan turunannya termasuk diantaranya adalah industri minyak goreng sawit (selanjutnya disebut ”Minyak


(4)

oligopoli telah mendorong perilaku beberapa pelaku usaha produsen minyak goreng untuk menentukan harga sehingga pergerakan harganya tidak responsif dengan pergerakan harga CPO padahal CPO merupakan bahan baku utama dari minyak goreng. Hal tersebut tercermin dari periode waktu tahun 2007 hingga tahun 2009. Atas dasar hal tersebut, Tim Pemeriksa menduga adanya indikasi pelanggaran Pasal 4, Pasal 5 dan Pasal 11 UU Nomor 5 Tahun 1999; --- 8.2 Fakta; --- 8.2.1 Industri Kelapa Sawit dan Pengolahannya; --- Kelapa sawit merupakan komoditas yang sangat potensial karena memiliki banyak produk turunan dan/atau sampingan yang bernilai komersial sebagaimana terlihat pada bagan sebagai berikut: ---

Berikut alur proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO adalah sebagai berikut: ---

TBS

STERI LI SASI

BANTI NGAN

TANDAN KOSONG BUAH SAWI T

PENGEPRESAN

CPO KOTOR

PENJERNI HAN

PUPUK

SERAT BUI H SAWI T

BAHAN BAKAR BOI LER

CPO BERSI H


(5)

5 Karakteristik geografis Indonesia sangat mendukung budi daya tanaman perkebunan seperti kelapa sawit sehingga industri agribisnis tersebut berkembang dan menempatkan Indonesia sebagai penghasil CPO terbesar di dunia. Penyebaran perkebunan kelapa sawit mengalami perluasan hampir di seluruh daerah di Indonesia; ---

Peta Wilayah Penyebaran Lahan Produksi Kelapa Sawit

Daerah Luas Lahan

( Ha)

Nanggroe Aceh Darussalam 308.560

Sumatera Utara 979.541

Sumatra Barat 315.618

Riau 1.547.940

Kepulauan Riau 6.933

Jambi 448.899

Sumatra Selatan 630.440

Bangka Belitung 107.070

Bengkulu 165.221

Lampung 157.229

Jaw a Barat 9.831

Banten 14.893

Kalimantan Barat 492.112

Kalimantan Tengah 243.451

Kalimantan Selatan 571.874

Kalimantan Timur 237.765

Sulaw esi Tengah 48.431

Sulaw esi Selatan 24.490

Sulaw esi Barat 75.154

Sulaw esi Tenggara 2.966

I rianjaya Barat 31.734

Papua 29.736

Nasional 6.141.637

Sumber: BKPM

Perkembangan luas lahan perkebunan kelapa sawit tersebut sangat terlihat apabila dibandingkan dengan beberapa dasa warsa sebelumnya dimana pada tahun 1980 sebesar 289.526 Ha, tahun 1990 sebesar 1.126.677 Ha, tahun 2000 sebesar 4.158.077 Ha dan tahun 2005


(6)

Perkembangan Lahan Perkebunan Kelapa Sawit

0 1000000 2000000 3000000 4000000 5000000 6000000 7000000

1980 1990 2000 2005 2010

H

a

Sumber: BKPM, KPPU (Evaluasi Kebijakan Perkebunan Kelapa Sawit)

Berdasarkan gambaran perkembangan lahan perkebunan kelapa sawit tersebut maka terlihat adanya pertumbuhan lahan perdasawarsa sekitar 25% bahkan pada dasawarsa terakhir terjadi peningkatan yang cukup tinggi yaitu 67%. Pertumbuhan ketersediaan lahan perkebunan kelapa sawit tersebut sangat memiliki kaitan erat dengan pertumbuhan komoditi yang terkait dengan kelapa sawit terutama CPO yang tingkat produksinya terus mengalami peningkatan baik secara internasional maupun domestik/nasional sebagaimana terlihat pada tabel atau grafik

berikut: ---

Perkembangan Produksi CPO Internasional

0 5, 000 10, 000 15, 000 20, 000 25, 000

1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

1

0

0

0

T

o

n

I ndonesia EU China, P. R. Malaysia USA Argent ina I ndia Brazil CI S Canada Japan Philippines Pakist an

Sumber: Oil World Annual

Perbandingan Produksi dan Konsumsi CPO Nasional

16,900

19,200

20,900

4,115 4,502 4,943

-5,000 10,000 15,000 20,000 25,000

2007 2008 2009

1

0

0

0

T

o

n

Produksi Konsumsi


(7)

7

Perbandingan Ekspor dan Konsumsi CPO Nasional

Konsum si, 4,115

Konsum si, 4,502

Konsum si, 4,943 Ekspor , 12,785 Ekspor , 14,698 Ekspor , 15,957

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

2007 2008 2009

Sumber: PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara, diolah

Selanjutnya berdasarkan keterangan dan informasi selama proses pemeriksaan, Tim Pemeriksa memperoleh fakta bahwa terdapat beberapa referensi harga CPO yang digunakan oleh para pelaku usaha sebagai dasar pertimbangan dalam melakukan transaksi CPO bahkan transaksi minyak goreng di Indonesia. Referensi harga yang digunakan tersebut adalah: ---

(1) harga CPO Rotterdam; --- (2) harga CPO Malaysia. ---

(3) harga tender Kantor Pemasaran Bersama/KPB (sekarang PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara); ---

(4) harga tender PT Astra Agro Lestari, Tbk; --- Adapun perkembangan harga CPO dari beberapa sumber tersebut dapat terlihat pada grafik sebagai berikut:---

Pergerakan Harga CPO (CIF Rotterdam)

0 200 400 600 800 1000 1200 1400

2007 2008 2009

US

$/

T

o

n

Sumber: Departemen Perdagangan RI

Pergerakan Harga CPO dan RBD Olein Malaysia

0 200 400 600 800 1000 1200 1400

2007 2008 2009

U

S

$

/T

o

n

CPO RBD Olein


(8)

Pergerakan Harga Tender KPB

0 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 9,000 10,000

2007 2008 2009

R

p

/

K

g

Sumber: PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara

Pergerakan Harga Tender PT Astra Agro Lestari

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000

2007 2008 2009

R

p

/

K

g

Sumber: PT Astra Agro Lestari

Berdasarkan grafik pergerakan harga CPO tersebut terlihat adanya kenaikan harga CPO yang diawali pada bulan Februari 2007 hingga bulan Maret 2008, namun pada bulan Agustus 2008 hingga bulan Desember 2008 terjadi penurunan yang cukup tajam. Selanjutnya pasca tahun 2008 harga CPO mulai mengalami kenaikan kembali.--- 8.2.2 Industri Minyak Goreng. --- Keterkaitan erat antara industri kelapa sawit dengan minyak goreng menjadi latar belakang kedua industri tersebut cenderung terintegrasi guna mencapai efisiensi dan efektifitas terutama dalam hal kepastian/keamanan pasokan bahan bakunya. Dari sisi peraturan atau regulasi, pemerintah juga memberikan peluang terciptanya industri terintegrasi dari hulu (perkebunan kelapa sawit) hingga hilir (produksi minyak goreng). ---

Perbandingan integrasi dan non-integrasi industri kelapa sawit

t erint egras i

68% t idak

t erint egras i 32%


(9)

9 Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa minyak goreng merupakan produk turunan dari kelapa sawit. Apabila diuraikan proses pengolahan CPO menjadi minyak goreng maka dapat dilihat sebagai berikut: ---

Alur Proses Penyulingan Minyak Kelapa Sawit

Secara umum sebagaimana digambarkan dalam alur tersebut, proses penyulingan CPO tersebut menghasilkan olein, stearin, PFAD (Palm Fatty Acid Destillate) dengan komposisi sebagai berikut: ---

st e a r in 2 1 % bua nga n

0 .5 0 %

PFAD 5 % ole in

7 3 %

Sumber: Departemen Perindustrian RI

Akan tetapi dalam implementasinya, terjadi perbedaan dari komposisi hasil pengolahan dan penyulingan CPO tersebut dimana komposisi olein yang dihasilkan dari proses penyulingan CPO berkisar antara 73% sampai dengan 75% untuk minyak goreng curah dan 45% sampai dengan 65% untuk minyak goreng kemasan (bermerek). ---

CPO BERSI H

PEMBUANGAN GETAH PENJERNI HAN

PENYARI NGAN

PENGHI LANGAN BAU

PFAD

PEMECAHAN

PENYARI NGAN

PFAD

OLEI N/ MI NYAK GORENG RDB STEARI N


(10)

Karakteristik masyarakat Indonesia sebagai konsumen makanan hasil proses pemanasan dengan minyak goreng menjadi latar belakang utama yang menjadikan minyak goreng sebagai salah satu kebutuhan pokok masyarakat atau rumah tangga sehingga tingkat permintaannya terus mengalami pertumbuhan. Apabila mencermati perkembangan kebutuhan minyak goreng di Indonesia maka dapat dilihat pada grafik sebagai berikut: ---

0 500,000 1,000,000 1,500,000 2,000,000 2,500,000

2005 2006 2007 2008

T

o

n

CURAH KEMASAN

Sumber: Departemen Perindustrian RI

8.2.3 Pelaku Usaha (Terlapor Perkara Nomor 24/KPPU-I/2009) dan Perilakunya; --- 8.2.3.1. Kelompok Usaha Wilmar (Wilmar Group); --- Wilmar Group merupakan kelompok perusahaan yang memiliki induk perusahaan bernama Wilmar International Ltd. Wilmar Group ini memiliki kegiatan usaha agribisnis terintegrasi mulai dari perkebunan kelapa sawit yang terdapat di Malaysia dan Indonesia hingga pengolahan kelapa sawit dan memproduksi produk-produk turunan kelapa sawit termasuk minyak goreng; ---

Integrated Agribusiness Model

Wilmar International Limited didirikan pada tahun 1991 dan beroperasi di lebih dari 20 negara termasuk Indonesia. Dalam prakteknya dan direlevansikan dengan perkara ini, kelompok usaha Wilmar ini memiliki beberapa perusahaan yang terkait dengan industri minyak goreng berbahan baku kelapa sawit sebagai berikut:---


(11)

11 (1) PT Multimas Nabati Asahan merupakan perusahaan (pelaku

usaha) yang melakukan kegiatan usaha antara lain produksi dan penjualan minyak goreng curah dan kemasan dengan merek Sania dan Fortune; ---

Pergerakan Harga Pembelian CPO (bahan baku)

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000 Ja n -0 7 M a r-0 7 M a y -0 7 Ju l-0 7 S e p -0 7 N o v -0 7 Ja n -0 8 M a r-0 8 M a y -0 8 Ju l-0 8 S e p -0 8 N o v -0 8 Ja n -0 9 M a r-0 9 M a y -0 9 Ju l-0 9 R p / k g

Pergerakan Harga Minyak Goreng (Curah dan Kemasan)

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 Ja n -0 7 M a r-0 7 M a y -0 7 Ju l-0 7 S e p -0 7 N o v -0 7 Ja n -0 8 M a r-0 8 M a y -0 8 Ju l-0 8 S e p -0 8 N o v -0 8 Ja n -0 9 M a r-0 9 M a y -0 9 Ju l-0 9 R p / K g Curah Kemasan

Pergerakan Volume Penjualan Minyak Goreng (Curah)

-2,000,000 4,000,000 6,000,000 8,000,000 10,000,000 12,000,000 14,000,000 16,000,000 18,000,000 20,000,000 Ja n -0 7 M a r-0 7 M a y -0 7 Ju l-0 7 S e p -0 7 N o v -0 7 Ja n -0 8 M a r-0 8 M a y -0 8 Ju l-0 8 S e p -0 8 N o v -0 8 Ja n -0 9 M a r-0 9 K g

Pergerakan Volume Penjualan Minyak Goreng (Kemasan)

-1,000,000 2,000,000 3,000,000 4,000,000 5,000,000 6,000,000 7,000,000 8,000,000 Ja n -0 7 M a r-0 7 M a y -0 7 Ju l-0 7 S e p -0 7 N o v -0 7 Ja n -0 8 M a r-0 8 M a y -0 8 Ju l-0 8 S e p -0 8 N o v -0 8 Ja n -0 9 M a r-0 9 M a y -0 9 Ju l-0 9 K g


(12)

(2) PT Sinar Alam Permai merupakan merupakan perusahaan (pelaku usaha) yang melakukan kegiatan usaha antara lain produksi dan penjualan minyak goreng curah dan kemasan dengan merek Sania dan Fortune; ---

Pergerakan Harga Pembelian CPO (bahan baku)

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000 Ja n -0 7 M a r-0 7 M a y -0 7 Ju l-0 7 S e p -0 7 N o v -0 7 Ja n -0 8 M a r-0 8 M a y -0 8 Ju l-0 8 S e p -0 8 N o v -0 8 Ja n -0 9 M a r-0 9 M a y -0 9 Ju l-0 9 R p / K g

Pergerakan Harga Minyak Goreng (Curah dan Kemasan)

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 Ja n -0 7 M a r-0 7 M a y -0 7 Ju l-0 7 S e p -0 7 N o v -0 7 Ja n -0 8 M a r-0 8 M a y -0 8 Ju l-0 8 S e p -0 8 N o v -0 8 Ja n -0 9 M a r-0 9 M a y -0 9 Ju l-0 9 R p / K g

Cur ah Kemasan

Pergerakan Volume Penjualan Minyak Goreng (Curah)

0 10,000,000 20,000,000 30,000,000 40,000,000 50,000,000 60,000,000 70,000,000 80,000,000 Ja n -0 7 M a r-0 7 M a y -0 7 Ju l-0 7 S e p -0 7 N o v -0 7 Ja n -0 8 M a r-0 8 M a y -0 8 Ju l-0 8 S e p -0 8 N o v -0 8 Ja n -0 9 M a r-0 9 M a y -0 9 Ju l-0 9 K g

Perkembangan Volume Penjualan Minyak Goreng (Kemasan)

-500,000 1,000,000 1,500,000 2,000,000 2,500,000 Ja n -0 7 M a r-0 7 M a y -0 7 Ju l-0 7 S e p -0 7 N o v -0 7 Ja n -0 8 M a r-0 8 M a y -0 8 Ju l-0 8 S e p -0 8 N o v -0 8 Ja n -0 9 M a r-0 9 M a y -0 9 Ju l-0 9 K g


(13)

13 (3) PT Wilmar Nabati Indonesia merupakan merupakan perusahaan

(pelaku usaha) yang melakukan kegiatan usaha antara lain produksi dan penjualan minyak goreng curah;---

Pergerakan Harga Pembelian CPO (bahan baku)

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 Ja n -0 7 M a r-0 7 M a y -0 7 Ju l-0 7 S e p -0 7 N o v -0 7 Ja n -0 8 M a r-0 8 M a y -0 8 Ju l-0 8 S e p -0 8 N o v -0 8 Ja n -0 9 M a r-0 9 M a y -0 9 Ju l-0 9 R p / K g

Pergerakan Harga Minyak Goreng (Curah)

-2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 Ja n -0 7 M a r-0 7 M a y -0 7 Ju l-0 7 S e p -0 7 N o v -0 7 Ja n -0 8 M a r-0 8 M a y -0 8 Ju l-0 8 S e p -0 8 N o v -0 8 Ja n -0 9 M a r-0 9 M a y -0 9 Ju l-0 9 R p / K g

Pergerakan Volume Penjualan Minyak Goreng (Curah)

-2,000,000 4,000,000 6,000,000 8,000,000 10,000,000 12,000,000 14,000,000 16,000,000 18,000,000 20,000,000 Ja n -0 7 M a r-0 7 Ma y -0 7 Ju l-0 7 Se p-07 No v -0 7 Ja n -0 8 M a r-0 8 Ma y -0 8 Ju l-0 8 Se p-08 No v -0 8 Ja n -0 9 M a r-0 9 Ma y -0 9 Ju l-0 9 Kg

(4) PT Multi Nabati Sulawesi merupakan merupakan perusahaan (pelaku usaha) yang melakukan kegiatan usaha antara lain produksi dan penjualan minyak goreng curah dan kemasan dengan merek Sania dan Fortune; ---

Pergerakan Harga Pembelian CPO (bahan baku)

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 Ja n -0 7 M a r-0 7 M a y -0 7 Ju l-0 7 S e p -0 7 N o v -0 7 Ja n -0 8 M a r-0 8 M a y -0 8 Ju l-0 8 S e p -0 8 N o v -0 8 Ja n -0 9 M a r-0 9 M a y -0 9 Ju l-0 9 R p / K g


(14)

Pergerakan Harga Harga Minyak Goreng (Curah dan Kemasan) 0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000 Ja n -0 7 M a r-0 7 M a y -0 7 Ju l-0 7 S e p -0 7 N o v -0 7 Ja n -0 8 M a r-0 8 M a y -0 8 Ju l-0 8 S e p -0 8 N o v -0 8 Ja n -0 9 M a r-0 9 M a y -0 9 Ju l-0 9 R p / k g Curah Kemasan

Pergerakan Volume Penjualan Minyak Goreng (Curah)

0 2,000,000 4,000,000 6,000,000 8,000,000 10,000,000 12,000,000 14,000,000 Ja n -0 7 M a r-0 7 M a y -0 7 J u l-0 7 S e p -0 7 N o v -0 7 Ja n -0 8 M a r-0 8 M a y -0 8 J u l-0 8 S e p -0 8 N o v -0 8 Ja n -0 9 M a r-0 9 M a y -0 9 J u l-0 9 K g

Pergerakan Volume Penjualan Minyak Goreng (Kemasan)

0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 80000 90000 100000 Ja n -0 7 M a r-0 7 M a y -0 7 Ju l-0 7 S e p -0 7 N o v -0 7 Ja n -0 8 M a r-0 8 M a y -0 8 Ju l-0 8 S e p -0 8 N o v -0 8 Ja n -0 9 M a r-0 9 M a y -0 9 Ju l-0 9 K g

(5) PT Agrindo Indah Persada merupakan merupakan perusahaan (pelaku usaha) yang melakukan kegiatan usaha antara lain produksi dan penjualan minyak goreng curah. ---

Pergerakan Harga Pembelian CPO (bahan baku)

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000 Ja n -0 7 M a r-0 7 M a y -0 7 Ju l-0 7 S e p -0 7 N o v -0 7 Ja n -0 8 M a r-0 8 M a y -0 8 Ju l-0 8 S e p -0 8 N o v -0 8 Ja n -0 9 M a r-0 9 M a y -0 9 Ju l-0 9 R p / K g


(15)

15

Pergerakan Harga Minyak Goreng (Curah)

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 Ja n -0 7 M a r-0 7 M a y -0 7 Ju l-0 7 S e p -0 7 N o v -0 7 Ja n -0 8 M a r-0 8 M a y -0 8 Ju l-0 8 S e p -0 8 N o v -0 8 Ja n -0 9 M a r-0 9 M a y -0 9 Ju l-0 9 R p / k g

Pergerakan Volume Penjualan Minyak Goreng (Curah)

-1,000,000 2,000,000 3,000,000 4,000,000 5,000,000 6,000,000 Ja n -0 7 M a r-0 7 M a y -0 7 Ju l-0 7 S e p -0 7 N o v -0 7 Ja n -0 8 M a r-0 8 M a y -0 8 Ju l-0 8 S e p -0 8 N o v -0 8 Ja n -0 9 M a r-0 9 M a y -0 9 Ju l-0 9 K g

8.2.3.2. Kelompok Usaha Musim Mas (Musim Mas Group)

Musim Mas Group merupakan kelompok perusahaan yang memiliki kegiatan usaha agribisnis di kelapa sawit dan turunannya yang terintegrasi mulai dari perkebunan kelapa sawit hingga pengolahan kelapa sawit serta memproduksi produk-produk turunan kelapa sawit termasuk minyak goreng. Dalam prakteknya dan direlevansikan dengan perkara ini, Musim Mas Group ini terdiri dari perusahaan-perusahaan yang saling memiliki kaitan (terafiliasi) dengan beberapa perusahaan yang memiliki kegiatan usaha utama memproduksi dan menjual minyak goreng dengan bahan baku kelapa sawit. Perusahaan-perusahaan tersebut adalah sebagai berikut: --- (1) PT Musim Mas merupakan perusahaan yang melakukan kegiatan usaha antara lain produksi dan penjualan minyak goreng curah dengan lokasi pabrik di Sumatera Utara. ---

Pergerakan Harga Pembelian CPO (bahan baku)

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000 Ja n -0 7 M a r-0 7 M a y -0 7 Ju l-0 7 S e p -0 7 N o v -0 7 Ja n -0 8 M a r-0 8 M a y -0 8 Ju l-0 8 S e p -0 8 N o v -0 8 Ja n -0 9 M a r-0 9 M a y -0 9 R p / K g


(16)

Pergerakan Harga Minyak Goreng (Curah) -2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 J an-0 7 M a r-0 7 Ma y -0 7 Ju l-0 7 S ep-07 No v -0 7 J an-0 8 M a r-0 8 Ma y -0 8 Ju l-0 8 S ep-08 No v -0 8 J an-0 9 M a r-0 9 Ma y -0 9 Ju l-0 9 Rp /k g

Pergerakan Volume Penjualan Minyak Goreng (Curah)

-2,000,000 4,000,000 6,000,000 8,000,000 10,000,000 12,000,000 14,000,000 16,000,000 Ja n -0 7 M a r-0 7 M a y -0 7 Ju l-0 7 S e p -0 7 N o v -0 7 Ja n -0 8 M a r-0 8 M a y -0 8 Ju l-0 8 S e p -0 8 N o v -0 8 Ja n -0 9 M a r-0 9 M a y -0 9 Ju l-0 9 K g

(2) PT Intibenua Perkasatama merupakan yang melakukan kegiatan usaha antara lain produksi dan penjualan minyak goreng curah dengan lokasi pabrik di Tanjung Mulia;

Pergerakan Harga Pembelian CPO (bahan baku)

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000 Ja n -0 7 M a r-0 7 M a y -0 7 Ju l-0 7 S e p -0 7 N o v -0 7 Ja n -0 8 M a r-0 8 M a y -0 8 Ju l-0 8 S e p -0 8 N o v -0 8 Ja n -0 9 M a r-0 9 M a y -0 9 R p / K g

Pergerakan Harga Minyak Goreng (Curah)

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 Ja n -0 7 M a r-0 7 M a y -0 7 Ju l-0 7 S e p -0 7 N o v -0 7 Ja n -0 8 M a r-0 8 M a y -0 8 Ju l-0 8 S e p -0 8 N o v -0 8 Ja n -0 9 M a r-0 9 M a y -0 9 Ju l-0 9 R p / K g


(17)

17

Pergerakan Volume Penjualan Minyak Goreng (Curah)

-1,000,000 2,000,000 3,000,000 4,000,000 5,000,000 6,000,000 Ja n -0 7 M a r-0 7 M a y -0 7 Ju l-0 7 S e p -0 7 N o v -0 7 Ja n -0 8 M a r-0 8 M a y -0 8 Ju l-0 8 S e p -0 8 N o v -0 8 Ja n -0 9 M a r-0 9 M a y -0 9 Ju l-0 9 K g

(3) PT Megasurya Mas merupakan perusahaan yang melakukan kegiatan usaha antara lain produksi dan penjualan minyak goreng curah dengan lokasi pabrik di Jawa Timur; ---

Pergerakan Harga CPO (bahan baku)

-1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 9,000 10,000 Ja n -0 7 M a r-0 7 M a y -0 7 Ju l-0 7 S e p -0 7 N o v -0 7 Ja n -0 8 M a r-0 8 M a y -0 8 Ju l-0 8 S e p -0 8 N o v -0 8 Ja n -0 9 M a r-0 9 M a y -0 9 R p / k g

Pergerakan Harga Minyak Goreng (Curah dan Kemasan)

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 Ja n -0 7 M a r-0 7 M a y -0 7 Ju l-0 7 S e p -0 7 N o v -0 7 Ja n -0 8 M a r-0 8 M a y -0 8 Ju l-0 8 S e p -0 8 N o v -0 8 Ja n -0 9 M a r-0 9 M a y -0 9 Ju l-0 9 R p / k g Curah kemasan

Pergerakan Volume Penjualan Minyak Goreng (Curah)

0 2,000,000 4,000,000 6,000,000 8,000,000 10,000,000 12,000,000 14,000,000 16,000,000 18,000,000 Ja n -0 7 M a r-0 7 M a y -0 7 Ju l-0 7 S e p -0 7 N o v -0 7 Ja n -0 8 M a r-0 8 M a y -0 8 Ju l-0 8 S e p -0 8 N o v -0 8 Ja n -0 9 M a r-0 9 M a y -0 9 Ju l-0 9 K g


(18)

Pergerakan Volume Penjualan Minyak Goreng (Kemasan) 0 100,000 200,000 300,000 400,000 500,000 600,000 700,000 800,000 900,000 1,000,000 Ja n -0 7 M a r-0 7 M a y -0 7 Ju l-0 7 S e p -0 7 N o v -0 7 Ja n -0 8 M a r-0 8 M a y -0 8 Ju l-0 8 S e p -0 8 N o v -0 8 Ja n -0 9 M a r-0 9 M a y -0 9 Ju l-0 9 K g

(4) PT Agro Makmur Raya merupakan perusahaan yang melakukan kegiatan usaha antara lain produksi dan penjualan minyak goreng curah; ---

Pergerakan Harga Pembelian CPO (bahan baku)

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000 Ja n -0 7 M a r-0 7 M a y -0 7 Ju l-0 7 S e p -0 7 N o v -0 7 Ja n -0 8 M a r-0 8 M a y -0 8 Ju l-0 8 S e p -0 8 N o v -0 8 Ja n -0 9 M a r-0 9 M a y -0 9 R p / K g

Pergerakan Harga Minyak Goreng (Curah)

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 Ja n -0 7 M a r-0 7 M a y -0 7 Ju l-0 7 S e p -0 7 N o v -0 7 Ja n -0 8 M a r-0 8 M a y -0 8 Ju l-0 8 S e p -0 8 N o v -0 8 Ja n -0 9 M a r-0 9 M a y -0 9 Ju l-0 9 R p / K g

Pergerakan Volume Penjualan Minyak Goreng (Curah)

0 1,000,000 2,000,000 3,000,000 4,000,000 5,000,000 6,000,000 7,000,000 8,000,000 Ja n -0 7 M a r-0 7 M a y -0 7 Ju l-0 7 S e p -0 7 N o v -0 7 Ja n -0 8 M a r-0 8 M a y -0 8 Ju l-0 8 S e p -0 8 N o v -0 8 Ja n -0 9 M a r-0 9 M a y -0 9 Ju l-0 9 K g


(19)

19 (5) PT Mikie Oleo Nabati Industri merupakan perusahaan berlokasi

pabrik di Bekasi–Jawa Barat, yang melakukan kegiatan usaha antara lain produksi dan penjualan minyak goreng curah dan kemasan dengan merek Sunco; ---

Pergerakan Harga Pembelian CPO (bahan baku)

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 Ja n -0 7 M a r-0 7 M a y -0 7 Ju l-0 7 S e p -0 7 N o v -0 7 Ja n -0 8 M a r-0 8 M a y -0 8 Ju l-0 8 S e p -0 8 N o v -0 8 Ja n -0 9 M a r-0 9 M a y -0 9 Ju l-0 9 R p / K g

Pergerakan Harga Minyak Goreng (Curah dan Kemasan)

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 Ja n -0 7 M a r-0 7 M a y -0 7 Ju l-0 7 S e p -0 7 N o v -0 7 Ja n -0 8 M a r-0 8 M a y -0 8 Ju l-0 8 S e p -0 8 N o v -0 8 Ja n -0 9 M a r-0 9 M a y -0 9 Ju l-0 9 R p / K g Curah kemasan

Pergerakan Volume Penjualan Minyak Goreng (Curah)

0 2,000,000 4,000,000 6,000,000 8,000,000 10,000,000 12,000,000 14,000,000 16,000,000 18,000,000 Ja n -0 7 M a r-0 7 M a y -0 7 Ju l-0 7 S e p -0 7 N o v -0 7 Ja n -0 8 M a r-0 8 M a y -0 8 Ju l-0 8 S e p -0 8 N o v -0 8 Ja n -0 9 M a r-0 9 M a y -0 9 Ju l-0 9 K g

Pergerakan Volume Penjualan Minyak Goreng (Kemasan)

0 500,000 1,000,000 1,500,000 2,000,000 2,500,000 3,000,000 3,500,000 4,000,000 4,500,000 Ja n -0 7 M a r-0 7 M a y -0 7 Ju l-0 7 S e p -0 7 N o v -0 7 Ja n -0 8 M a r-0 8 M a y -0 8 Ju l-0 8 S e p -0 8 N o v -0 8 Ja n -0 9 M a r-0 9 M a y -0 9 Ju l-0 9 K g


(20)

(6) PT Indo Karya Internusa merupakan perusahaan berlokasi pabrik di Palembang, yang melakukan kegiatan usaha antara lain produksi dan penjualan minyak goreng curah;---

Pergerakan Harga Pembelian CPO (bahan baku)

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000 Ja n -0 7 M a r-0 7 M a y -0 7 Ju l-0 7 S e p -0 7 N o v -0 7 Ja n -0 8 M a r-0 8 M a y -0 8 Ju l-0 8 S e p -0 8 N o v -0 8 Ja n -0 9 M a r-0 9 M a y -0 9 R p / K g

Pergerakan Harga Minyak Goreng (Curah)

-2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 Ja n -0 7 M a r-0 7 M a y -0 7 Ju l-0 7 S e p -0 7 N o v -0 7 Ja n -0 8 M a r-0 8 M a y -0 8 Ju l-0 8 S e p -0 8 N o v -0 8 Ja n -0 9 M a r-0 9 M a y -0 9 Ju l-0 9 R p / K g

Pergerakan Volume Penjualan Minyak Goreng (Curah)

0 5,000,000 10,000,000 15,000,000 20,000,000 25,000,000 Ja n -0 7 M a r-0 7 M a y -0 7 Ju l-0 7 S e p -0 7 N o v -0 7 Ja n -0 8 M a r-0 8 M a y -0 8 Ju l-0 8 S e p -0 8 N o v -0 8 Ja n -0 9 M a r-0 9 M a y -0 9 Ju l-0 9 K g

8.2.3.3. Kelompok Usaha Permata Hijau (Permata Hijau Group) Permata Hijau Group merupakan suatu perusahaan yang terintegrasi di agribisnis kelapa sawit dengan kegiatan usaha antara lain perkebunan kelapa sawit, pengolahan minyak goreng sawit (refinery), kernel crushing, biodiesel, dan lauric oil. Secara rinci produk yang dihasilkan oleh Permata Hijau Group meliputi: ---

Palm Oil CPO, PFAD, RBD Stearin, RBD Olein


(21)

21

Biodiesel USP Glycerine, PME

Fatty Acid Oleo USP Glycerine, Soap Noodles, Stearic Acid, Fractionated Fatty Acid

Adapun perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam Permata Hijau Group ini adalah sebagai berikut:

(1) PT Permata Hijau Sawit merupakan perusahaan yang melakukan kegiatan usaha antara lain produksi dan penjualan minyak goreng curah; ---

Pergerakan Harga Pembelian CPO (bahan baku)

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000 Ja n -0 7 M a r-0 7 M a y -0 7 Ju l-0 7 S e p -0 7 N o v -0 7 Ja n -0 8 M a r-0 8 M a y -0 8 Ju l-0 8 S e p -0 8 N o v -0 8 Ja n -0 9 M a r-0 9 M a y -0 9 Ju l-0 9 R p / K g

Pergerakan Harga Minyak Goreng (Curah)

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 Ja n -0 7 M a r-0 7 M a y -0 7 Ju l-0 7 S e p -0 7 N o v -0 7 Ja n -0 8 M a r-0 8 M a y -0 8 Ju l-0 8 S e p -0 8 N o v -0 8 Ja n -0 9 M a r-0 9 M a y -0 9 Ju l-0 9 R p / K g

Pergerakan Volume Penjualan Minyak Goreng (Curah)

0 5,000,000 10,000,000 15,000,000 20,000,000 25,000,000 30,000,000 35,000,000 J an-07 M a r-0 7 Ma y -0 7 Ju l-0 7 S ep-07 No v -0 7 J an-08 M a r-0 8 Ma y -0 8 Ju l-0 8 S ep-08 No v -0 8 J an-09 M a r-0 9 Ma y -0 9 Ju l-0 9 Kg

(2) PT Nagamas Palmoil Lestari merupakan perusahaan yang melakukan kegiatan usaha antara lain produksi dan penjualan minyak goreng curah; ---


(22)

(Majelis Komisi menilai tidak perlu menampilkan fakta pergerakan harga

maupun volume karena mempertimbangkan relevansi dimana PT Nagamas Palmoil Lestari memiliki kegiatan usaha yang berorientasi ekspor sebagaimana diuraikan pada butir 1.1 Bagian Tentang Hukum)

(3) PT Nubika Jaya merupakan perusahaan yang melakukan kegiatan usaha antara lain produksi dan penjualan minyak goreng curah; ---

Pergerakan Harga Pembelian CPO (bahan baku)

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000 Ja n -0 7 M a r-0 7 M a y -0 7 Ju l-0 7 S e p -0 7 N o v -0 7 Ja n -0 8 M a r-0 8 M a y -0 8 Ju l-0 8 S e p -0 8 N o v -0 8 Ja n -0 9 M a r-0 9 M a y -0 9 Ju l-0 9 R p / K g

Pergerakan Harga Minyak Goreng (Curah)

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 Ja n -0 7 M a r-0 7 M a y -0 7 Ju l-0 7 S e p -0 7 N o v -0 7 Ja n -0 8 M a r-0 8 M a y -0 8 Ju l-0 8 S e p -0 8 N o v -0 8 Ja n -0 9 M a r-0 9 M a y -0 9 Ju l-0 9 R p / k g

Pergerakan Volume Penjualan Minyak Goreng (Curah)

0 500,000 1,000,000 1,500,000 2,000,000 2,500,000 3,000,000 Ja n -0 7 M a r-0 7 M a y -0 7 Ju l-0 7 S e p -0 7 N o v -0 7 Ja n -0 8 M a r-0 8 M a y -0 8 Ju l-0 8 S e p -0 8 N o v -0 8 Ja n -0 9 M a r-0 9 M a y -0 9 Ju l-0 9 K g

8.2.3.4. Kelompok Usaha Sinar Mas (Sinar Mas Group)

Sinar Mas Group merupakan suatu kelompok perusahaan yang memiliki perusahaan khusus untuk mengelola kegiatan usaha utama di bidang agribisnis kelapa sawit dengan nama PT Sinar Mas Agro Resources and Technology, Tbk (PT Smart, Tbk). PT Smart, Tbk ini


(23)

23 merupakan perusahaan publik yang terintegrasi dari hulu hingga hilir dengan kegiatan utama meliputi usaha perkebunan sawit, pengolahan tandan buah segar menjadi minyak kelapa sawit (CPO) dan inti sawit (PK) serta penyulingan CPO menjadi produk bernilai tambah seperti minyak goreng, margarin, dan shortening. Dalam prakteknya dan direlevansikan dengan perkara ini, PT Smart, Tbk melakukan produksi dan penjualan minyak goreng curah dan kemasan dengan merek Filma, Kunci Mas. ---

Pergerakan Harga Pembelian CPO (bahan baku)

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000 Ja n -0 7 M a r-0 7 M a y -0 7 Ju l-0 7 S e p -0 7 N o v -0 7 Ja n -0 8 M a r-0 8 M a y -0 8 Ju l-0 8 S e p -0 8 N o v -0 8 Ja n -0 9 M a r-0 9 M a y -0 9 Ju l-0 9 R p / K g

Pergerakan Harga Minyak Goreng (Curah)

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 Ja n -0 7 M a r-0 7 M a y -0 7 Ju l-0 7 S e p -0 7 N o v -0 7 Ja n -0 8 M a r-0 8 M a y -0 8 Ju l-0 8 S e p -0 8 N o v -0 8 Ja n -0 9 M a r-0 9 M a y -0 9 Ju l-0 9 R p / K g Curah kemasan

Pergerakan Volume Penjualan Minyak Goreng (Curah)

0 5,000,000 10,000,000 15,000,000 20,000,000 25,000,000 30,000,000 35,000,000 Ja n -0 7 M a r-0 7 M a y -0 7 Ju l-0 7 S e p -0 7 N o v -0 7 Ja n -0 8 M a r-0 8 M a y -0 8 Ju l-0 8 S e p -0 8 N o v -0 8 Ja n -0 9 M a r-0 9 M a y -0 9 Ju l-0 9 K g


(24)

Pergerakan Volume Penjualan Minyak Goreng (Kemasan) 0 2,000,000 4,000,000 6,000,000 8,000,000 10,000,000 12,000,000 14,000,000 Ja n -0 7 M a r-0 7 M a y -0 7 Ju l-0 7 S e p -0 7 N o v -0 7 Ja n -0 8 M a r-0 8 M a y -0 8 Ju l-0 8 S e p -0 8 N o v -0 8 Ja n -0 9 M a r-0 9 M a y -0 9 Ju l-0 9 K g

8.2.3.5. Kelompok Usaha Salim (Salim Group)

Salim Group merupakan kelompok perusahaan yang antara lain melakukan kegiatan usaha agribisnis mulai dari perkebunan kelapa sawit hingga pengolahan minyak kelapa sawit serta memproduksi dan menjual minyak goreng sawit. Dalam kaitannya dengan perkara ini, PT Salim Ivomas Pratama merupakan produsen minyak goreng curah dan kemasan dengan merek Bimoli, Delima dan Mahakam. ---

Pergerakan Harga Pembelian CPO (bahan baku)

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000 Ja n -0 7 M a r-0 7 M a y -0 7 Ju l-0 7 S e p -0 7 N o v -0 7 Ja n -0 8 M a r-0 8 M a y -0 8 Ju l-0 8 S e p -0 8 N o v -0 8 Ja n -0 9 M a r-0 9 M a y -0 9 Ju l-0 9 R p / K g

Pergerakan Harga Minyak Goreng (Kemasan)

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 Ja n -0 7 M a r-0 7 M a y -0 7 Ju l-0 7 S e p -0 7 N o v -0 7 Ja n -0 8 M a r-0 8 M a y -0 8 Ju l-0 8 S e p -0 8 N o v -0 8 Ja n -0 9 M a r-0 9 M a y -0 9 Ju l-0 9 R p / K g

Pergerakan Volume Penjualan Minyak Goreng (Kemasan)

0 5,000,000 10,000,000 15,000,000 20,000,000 25,000,000 30,000,000 35,000,000 40,000,000 45,000,000 Ja n -0 7 M a r-0 7 M a y -0 7 Ju l-0 7 S e p -0 7 N o v -0 7 Ja n -0 8 M a r-0 8 M a y -0 8 Ju l-0 8 S e p -0 8 N o v -0 8 Ja n -0 9 M a r-0 9 M a y -0 9 Ju l-0 9 K g


(25)

25 8.2.3.6. PT Bina Karya Prima, dimana merupakan perusahaan

pengolahan kelapa sawit (refinery) dan secara faktual memiliki kegiatan usaha antara lain produksi dan penjualan minyak goreng curah dan kemasan dengan merek Tropical; -

Pergerakan Harga Minyak Goreng Kemasan PT Bina Karya Prima

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 Ja n -0 7 M a r-0 7 M a y -0 7 Ju l-0 7 S e p -0 7 N o v -0 7 Ja n -0 8 M a r-0 8 M a y -0 8 Ju l-0 8 S e p -0 8 N o v -0 8 Ja n -0 9 M a r-0 9 M a y -0 9 Ju l-0 9 R p / lt r

Pergerakan Volume Penjualan Minyak Goreng Kemasan PT Bina Karya Prima

0 1,000,000 2,000,000 3,000,000 4,000,000 5,000,000 6,000,000 7,000,000 8,000,000 9,000,000 Ja n -0 7 M a r-0 7 M a y -0 7 Ju l-0 7 S e p -0 7 N o v -0 7 Ja n -0 8 M a r-0 8 M a y -0 8 Ju l-0 8 S e p -0 8 N o v -0 8 Ja n -0 9 M a r-0 9 M a y -0 9 Ju l-0 9 li te r

selama proses pemeriksaan PT Bina Karya Prima tidak kooperatif dalam hal penyampaian data dan/atau dokumen

8.2.3.7. Kelompok Usaha Sungai Budi (Sungai Budi Group)

Sungai Budi Group merupakan kelompok perusahaan yang memiliki kegiatan usaha pokok di bidang agrikultur yang terintegrasi mulai dari perkebunan kelapa sawit hingga pengolahan minyak kelapa sawit bahkan hingga distribusi atau pemasarannya. Dalam prakteknya, Sungai Budi Group memiliki perusahaan bernama PT Tunas Baru Lampung, Tbk yang khusus bergerak di bidang produksi minyak goreng curah dan kemasan dengan merek Rose Brand. ---

Pergerakan Harga Pembelian CPO (bahan baku)

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000 Ja n -0 7 M a r-0 7 M a y -0 7 Ju l-0 7 S e p -0 7 N o v -0 7 Ja n -0 8 M a r-0 8 M a y -0 8 Ju l-0 8 S e p -0 8 N o v -0 8 Ja n -0 9 M a r-0 9 M a y -0 9 Ju l-0 9 R p / K g


(26)

Pergerakan Harga Minyak Goreng (Curah dan Kemasan) -2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 Ja n -0 7 M a r-0 7 M a y -0 7 Ju l-0 7 S e p -0 7 N o v -0 7 Ja n -0 8 M a r-0 8 M a y -0 8 Ju l-0 8 S e p -0 8 N o v -0 8 Ja n -0 9 M a r-0 9 M a y -0 9 Ju l-0 9 R p / K g Curah Kemasan

Pergerakan Volume Penjualan Minyak Goreng (Curah)

0 1,000,000 2,000,000 3,000,000 4,000,000 5,000,000 6,000,000 Ja n -0 7 M a r-0 7 M a y -0 7 Ju l-0 7 S e p -0 7 N o v -0 7 Ja n -0 8 M a r-0 8 M a y -0 8 Ju l-0 8 S e p -0 8 N o v -0 8 Ja n -0 9 M a r-0 9 M a y -0 9 Ju l-0 9 K g

Pergerakan Volume Penjualan Minyak Goreng (Kemasan)

0 50000 100000 150000 200000 250000 Ja n -0 7 M a r-0 7 M a y -0 7 Ju l-0 7 S e p -0 7 N o v -0 7 Ja n -0 8 M a r-0 8 M a y -0 8 Ju l-0 8 S e p -0 8 N o v -0 8 Ja n -0 9 M a r-0 9 M a y -0 9 Ju l-0 9 K g

8.2.3.8. PT Berlian Eka Sakti Tangguh, dimana merupakan perusahaan pengolahan kelapa sawit (refinery) dan secara faktual memiliki kegiatan usaha antara lain produksi dan penjualan minyak goreng curah.---

Pergerakan Harga Pembelian CPO (bahan baku)

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 Ja n -0 7 M a r-0 7 M a y -0 7 Ju l-0 7 S e p -0 7 N o v -0 7 Ja n -0 8 M a r-0 8 M a y -0 8 Ju l-0 8 S e p -0 8 N o v -0 8 Ja n -0 9 M a r-0 9 M a y -0 9 Ju l-0 9 R p / K g


(27)

27

Pergerakan Harga Minyak Goreng (bahan baku)

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 Ja n -0 7 M a r-0 7 M a y -0 7 Ju l-0 7 S e p -0 7 N o v -0 7 Ja n -0 8 M a r-0 8 M a y -0 8 Ju l-0 8 S e p -0 8 N o v -0 8 Ja n -0 9 M a r-0 9 M a y -0 9 Ju l-0 9 R p / K g

Pergerakan Volume Penjualan Minyak Goreng (Curah)

0 2,000,000 4,000,000 6,000,000 8,000,000 10,000,000 12,000,000 14,000,000 16,000,000 18,000,000 20,000,000 Ja n -0 7 M a r-0 7 M a y -0 7 Ju l-0 7 S e p -0 7 N o v -0 7 Ja n -0 8 M a r-0 8 M a y -0 8 Ju l-0 8 S e p -0 8 N o v -0 8 Ja n -0 9 M a r-0 9 M a y -0 9 Ju l-0 9 K g

8.2.3.9. PT Pacific Palmindo Industri, dimana merupakan perusahaan pengolahan kelapa sawit (refinery) dan secara faktual memiliki kegiatan usaha antara lain produksi dan penjualan minyak goreng curah. ---

Pergerakan Harga Minyak Goreng (Curah)

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 Ja n -0 7 M a r-0 7 M a y -0 7 Ju l-0 7 S e p -0 7 N o v -0 7 Ja n -0 8 M a r-0 8 M a y -0 8 Ju l-0 8 S e p -0 8 N o v -0 8 Ja n -0 9 M a r-0 9 M a y -0 9 Ju l-0 9 R p / K g

Pergerakan Volume Penjualan Minyak Goreng (Curah)

0 1000000 2000000 3000000 4000000 5000000 6000000 7000000 8000000 Ja n -0 7 M a r-0 7 M a y -0 7 Ju l-0 7 S e p -0 7 N o v -0 7 Ja n -0 8 M a r-0 8 M a y -0 8 Ju l-0 8 S e p -0 8 N o v -0 8 Ja n -0 9 M a r-0 9 M a y -0 9 Ju l-0 9 K g


(28)

8.2.3.10. PT Asian Agro Agung Jaya, dimana merupakan perusahaan pengolahan kelapa sawit (refinery) dan secara faktual memiliki kegiatan usaha antara lain produksi dan penjualan minyak goreng curah dan kemasan dengan merk Camar dan Harumas. ---

Pergerakan Harga Pembelian CPO (bahan baku)

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 Ja n -0 7 M a r-0 7 M a y -0 7 Ju l-0 7 S e p -0 7 N o v -0 7 Ja n -0 8 M a r-0 8 M a y -0 8 Ju l-0 8 S e p -0 8 N o v -0 8 Ja n -0 9 M a r-0 9 M a y -0 9 Ju l-0 9 R p / K g

Pergerakan Harga Minyak Goreng (Curah dan Kemasan)

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 Ja n -0 7 M a r-0 7 M a y -0 7 Ju l-0 7 S e p -0 7 N o v -0 7 Ja n -0 8 M a r-0 8 M a y -0 8 Ju l-0 8 S e p -0 8 N o v -0 8 Ja n -0 9 M a r-0 9 M a y -0 9 Ju l-0 9 R p / K g Curah Kemasan

Pergerakan Volume Penjualan Minyak Goreng (Curah)

0 2,000,000 4,000,000 6,000,000 8,000,000 10,000,000 12,000,000 14,000,000 16,000,000 18,000,000 Ja n -0 7 M a r-0 7 M a y -0 7 Ju l-0 7 S e p -0 7 N o v -0 7 Ja n -0 8 M a r-0 8 M a y -0 8 Ju l-0 8 S e p -0 8 N o v -0 8 Ja n -0 9 M a r-0 9 M a y -0 9 Ju l-0 9 K g

Pergerakan Volume Penjualan Minyak Goreng (Kemasan)

0 100,000 200,000 300,000 400,000 500,000 600,000 700,000 800,000 900,000 Ja n -0 7 M a r-0 7 M a y -0 7 Ju l-0 7 S e p -0 7 N o v -0 7 Ja n -0 8 M a r-0 8 M a y -0 8 Ju l-0 8 S e p -0 8 N o v -0 8 Ja n -0 9 M a r-0 9 M a y -0 9 Ju l-0 9 K g


(29)

29 8.2.4 Sistem Pemasaran Minyak Goreng;---

Sistem pemasaran dalam minyak goreng dapat dilihat dari jenis minyak goreng yang dipasarkan dimana untuk minyak goreng kemasan (bermerek), produsen menunjuk satu perusahaan sebagai distributor untuk melakukan distribusi ke seluruh wilayah pemasarannya termasuk namun tidak terbatas ke seluruh retail modern. Pemilihan distributor tersebut dapat dilakukan terhadap perusahaan yang merupakan afiliasinya maupun perusahaan lain yang sama sekali tidak memiliki afiliasi. Berdasarkan pemeriksaan diperoleh informasi bahwa kontrol produsen terhadap harga minyak goreng kemasan (bermerek) hanya sampai distributornya saja dimana distributor mendapatkan marketing fee berkisar 5%. Sebaliknya hal tersebut tidak terjadi pada sistem pemasaran minyak goreng curah, sebagian besar produsen tidak menunjuk distributor dan melakukan penjualan secara langsung. Hal tersebut terkait dengan karakteristik produk itu sendiri yang sangat berfluktuasi harganya dan daya tahan produk yang tidak terlalu lama. Produsen biasanya hanya melayani pembelian dalam jumlah besar kepada konsumen antara (pembeli besar) dengan sistem jual beli putus. Oleh karena itu, produsen tidak memiliki kontrol harga di tingkat konsumen akhir. Kontrol harga dilakukan produsen minyak goreng curah hanya pada harga jual langsung pada saat minyak goreng akan dijual dan dikeluarkan dari gudang produsen. --- 8.2.5 Fakta Lain: Program Pemerintah MINYAKITA; --- Kebijakan pemerintah terkait dengan perdagangan minyak goreng di Indonesia dilakukan dengan membuat program bernama ”MINYAKITA” dilakukan melalui regulasi pemerintah (Peraturan Menteri Perdagangan Nomor. 02/M-DAG/PER/1/2009 tentang Minyak Goreng Kemasan Sederhana). Program MINYAKITA ini dibuat oleh pemerintah dengan tujuan menstabilkan harga minyak goreng dan untuk meningkatkan kualitas konsumsi minyak goreng masyarakat dimana secara faktual sebagian besar yaitu sekitar 80% masyarakat Indonesia masih mengkonsumsi minyak goreng curah. Produk MINYAKITA dibuat sebagai realisasi kerja sama antara pemerintah dengan produsen minyak goreng guna menyediakan kebutuhan minyak goreng yang lebih higienis dengan harga yang terjangkau. Oleh karena itu, MINYAKITA diproduksi oleh produsen dengan kualitas yang lebih tinggi dari minyak goreng curah namun masih di bawah standar


(30)

kualitas minyak goreng kemasan (bermerek). Dalam rangka mendukung program tersebut, pemerintah mengeluarkan anggaran sebesar Rp 800.000.000.000,00 (delapan ratus miliar rupiah) untuk tahun 2009 dan Rp 240.000.000.000,00 (dua ratus empat puluh miliar rupiah) untuk tahun 2010 sebagai subsidi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) bagi produsen yang ikut berpartisipasi dalam program tersebut. Setiap perusahaan yang mengikuti program pemerintah tersebut harus memenuhi prosedur dan ketentuan yang terkait dengan design dan spesifikasi produk. Secara prosedur, perusahaan yang akan ikut berpartisipasi dalam program tersebut harus mendaftarkan diri secara langsung atau dapat melalui asosiasi, dalam hal ini GIMNI atau AIMMI. MINYAKITA yang akan dipasarkan harus mendapat ijin edar dari BPOM setelah mendapat rekomendasi dari Departemen Perdagangan. Selanjutnya dalam melakukan penjualan MINYAKITA, ditetapkan 2 (dua) mekanisme penjualan yaitu: ---

- Penjualan langsung melalui program Kepedulian Sosial Perusahaan (KSP), dimana mekanisme penjualan dilakukan oleh produsen identik dengan operasi pasar. Dalam implementasinya penjualan melalui mekanisme ini dilakukan di bawah koordinasi pemerintah agar sesuai dengan target masyarakat yang dituju. ---

- Penjualan secara komersial, dimana mekanisme penjualannya dilakukan melalui distributor atau pengecer besar. Lokasi penjualan harus sesuai dengan rencana wilayah pemasaran yang telah dilaporkan kepada pemerintah. --- Terkait dengan harga, pemerintah mengharapkan agar harga jual MINYAKITA di tingkat konsumen diharapkan sebesar Rp. 8.500,00 (delapan ribu lima ratus rupiah) per liter; --- 8.3 Kerangka Teori; --- 8.3.1 Indikator Identifikasi Kartel; --- Secara teori, ada beberapa faktor yang dapat mendorong atau memfasilitasi terjadinya kartel baik faktor struktural maupun perilaku. Sebagian atau seluruh faktor tersebut dapat digunakan sebagai indikator dalam melakukan identifikasi eksistensi sebuah kartel pada sektor bisnis tertentu. Beberapa diantara faktor-faktor tersebut akan diuraikan di bawah ini:---

8.3.1.1. Faktor struktural: --- (1) Tingkat konsentrasi dan jumlah perusahaan---


(31)

31 Secara prinsip, kartel akan lebih mudah jika jumlah perusahaan tidak banyak. Dalam hal ini indikator tingkat konsentrasi pasar seperti misalnya CR4 (jumlah pangsa pasar empat perusahaan terbesar) dan HHI (Herfindahl-Hirschman Index) merupakan indikator yang baik untuk melihat apakah secara struktur, pasar tertentu mendorong ekseistensi kartel. --- (2) Ukuran perusahaan ---

Kartel akan lebih mudah terbentuk jika pendiri atau pelopornya adalah beberapa perusahaan yang mempunyai ukuran setara. Dengan demikian pembagian kuota produksi atau tingkat harga yang disepakati dapat dicapai dengan lebih mudah dikarenakan kapasitas produksi dan tingkat biaya produksi semua perusahaan tersebut tidak berbeda jauh.--- (3) Homogenitas produk ---

Produk yang homogen, baik berupa barang atau jasa, menyebabkan preferensi konsumen terhadap seluruh produk tidak berbeda jauh. Hal ini menjadikan persaingan harga sebagai satu-satunya variabel persaingan yang efektif. Dengan demikian dorongan para pengusaha untuk bersepakat membentuk kartel akan semakin kuat untuk menghindari perang harga yang menghancurkan tingkat laba mereka. KPPU dapat melakukan survey kepada pelanggan produk tertentu untuk mengetahui tingkat preferensi pelanggan dan menyimpulkan tingkat homogenitas produk tersebut. --- (4) Persediaan dan kapasitas produksi---

Persediaan yang berlebihan di pasar menunjukkan telah terjadi kelebihan penawaran (overstock). Begitu pula kapasitas terpasang yang berada di atas permintaan menunjukkan kemampuan pasokan berada di atas tingkat permintaan saat ini. Untuk mencegah persaingan harga yang merugikan pengusaha, pada kondisi ini para pelaku usaha akan mudah terperangkap dalam perilaku kartel harga, yaitu menyepakati harga tertentu atau harga minimum. Selain itu, kelebihan pasokan ini mencegah anggota kartel untuk menyimpang mengingat pasokan yang tersedia cukup banyak untuk “menghukum” mereka yang menyimpang dengan membanjiri pasar sehingga harga akan jatuh dan pengusaha akan kesulitan memasarkan produknya. Data akan


(32)

persediaan dan kapasitas produksi dapat dijadikan indikator awal untuk mengindentifikasi kartel. --- (5) Keterkaitan kepemilikan --- Keterkaitan kepemilikan baik minoritas terlebih lagi mayoritas mendorong pengusaha untuk mengoptimalkan laba melalui keselarasan perilaku di antara perusahaan yang mereka kendalikan. Pemegang saham dua atau lebih perusahaan yang semestinya bersaing cenderung memanfaatkan kepemilikan silang ini untuk memperkuat kartel dalam rangka mengoptimalkan keuntungan. Berbagai pengaturan kartel akan berlangsung lebih mudah dengan adanya kepemilikan silang ini. --- (6) Kemudahan masuk pasar---

Tingginya entry barrier sebagai hambatan bagi perusahaan baru untuk masuk pasar akan memperkuat keberadaan suatu kartel. Peluang pendatang baru untuk mengisi kekosongan pasar akibat harga kartel yang tinggi agak tertutup. Dengan demikian kartel akan dapat bertahan dari persaingan pendatang baru.--- (7) Karakter permintaan: keteraturan, elastisitas dan perubahan---

Permintaan yang teratur dan inelastis dengan pertumbuhan yang stabil akan memfasilitasi berdirinya kartel. Hal ini terjadi karena adanya kemudahan bagi para peserta kartel untuk memprediksi dan menghitung tingkat produksi serta tingkat harga yang dapat mengoptimalkan keuntungan mereka. Sebaliknya jika permintaan sangat fluktuatif, elastis dan tidak teratur akan menyulitkan terbentuknya kartel. Para peserta akan berebut order pada saat permintaan tinggi dan terpaksa bersaing menurunkan harga mengingat sifat permintaan yang elastis. KPPU dapat mengukur karakter permintaan ini baik melalui survey dan penelitian pasar maupun informasi dari para produsen. --- 8.3.1.2. Faktor Perilaku--- (1) Transparansi dan Pertukaran Informasi --- Kartel akan mudah terbentuk jika para pelaku usaha terbiasa dengan pertukaran informasi dan transparansi diantara mereka. Peran asosiasi yang kuat seringkali terlihat sebagai media pertukaran ini. Data produksi dan harga jual yang dikirimkan ke asosiasi secara periodik dapat digunakan sebagai sarana pengendalian kepatuhan terhadap kesepakatan kartel. Terlebih lagi jika ditemukan terjadinya pertukaran informasi harga dan


(33)

33 data produksi tanpa melalui asosiasi, yang mana akan terlihat janggal jika sesama pelaku usaha saling memberikan harga dan data produksi diantara mereka tanpa tujuan tertentu sehinga kecurigaan akan eksistensi kartel akan menguat. --- (2) Peraturan Harga dan Kontrak ---

Beberapa perilaku pengaturan harga dan kontrak dapat memperkuat dugaan adanya kartel di suatu industri. Misalnya kebijakan one price policy dimana kesamaan harga di berbagai daerah akan menjadi alat monitoring yang efektif antar anggota kartel terhadap kesepakatan harga kartel. Begitu pula keharusan memperoleh harga yang sama seperti klausul MFN (Most Favored Nations) atau meet the competition dalam suatu kontrak akan memudahkan kontrol terhadap anggota kartel yang menyimpang. Oleh karena itu, walaupun bukan merupakan syarat perlu maupun cukup dalam mengidentifikasi kartel, perilaku pengaturan harga dan kontrak patut dicermati oleh KPPU sebagai bagian upaya identifikasi eksistensi kartel. --- 8.4 Analisa;--- 8.4.1 Pasar Bersangkutan --- UU Nomor 5 Tahun 1999 mendefinisaikan pasar bersangkutan dalam ketentuan Pasal 1 angka 10 dengan menyatakan: ---

”pasar bersangkutan adalah pasar yang berkaitan dengan jangkauan atau daerah pemasaran tertentu oleh pelaku usaha atas barang dan atau jasa yang sama atau sejenis atau substitusi dari barang dan atau jasa tersebut”

Berdasarkan ketentuan tersebut maka Tim Pemeriksa perlu menguraikan hal-hal sebagai berikut:---

8.4.1.1. Pasar produk, dimana berkaitan dengan pasar produk ini dapat dilihat dari aspek sebagai berikut: --- a. Fungsi atau Kegunaan ---

Secara umum saat ini masyarakat membagi produk minyak goreng yang ada di pasar menjadi 2 (dua) macam yaitu minyak goreng curah dan kemasan (bermerek). Meskipun demikian atas kedua produk tersebut memiliki fungsi yang sama yaitu sebagai komponen pendukung dalam pembuatan makanan. --- b. Karakteristik --- Berdasarkan hasil pemeriksaan diperoleh informasi bahwa terdapat perbedaan karakteristik antara minyak goreng curah dengan minyak


(34)

goreng kemasan (bermerek) yang antara lain dapat dilihat dari sisi bentuk pengemasan dalam memasarkan produk, kualitas, tingkat kejernihan, serta sistem pemasarannya. --- Minyak goreng curah biasanya dipasarkan oleh para produsen secara jual putus dalam bentuk bulk/drum/tangki karena produsen hanya melayani pembelian dalam jumlah atau volume yang besar. Kualitas minyak curah ini relatif cukup rendah karena dihasilkan dari CPO dengan komposisi 75% (tujuh puluh lima persen) sehingga karena memiliki kualitas rendah maka apabila dilihat dari sisi kejernihan produk maka relatif tidak sejernih minyak goreng kemasan (bermerek). Selain itu, ketahanan waktu penyimpanan minyak curah ini tidak terlalu lama yaitu sekitar 1 (satu) minggu dimana sehingga sebagian besar hanya melayani penjualan di gudang milik produsen. --- Selanjutnya, untuk minyak kemasan atau bermerek biasanya dipasarkan melalui distributor yang ditunjuk oleh produsen dengan sistem komisi yang besarannya berkisar 5% (lima persen). Secara umum, produsen mendistribusikan atau memasarkan dalam bentuk kemasan khusus dengan kantong plastik 1 liter, 2 liter atau dengan jerigen. Kualitas minyak goreng kemasan (bermerek) ini lebih tinggi dibandingkan minyak goreng curah karena dihasilkan dari CPO dengan komposisi 45% (empat puluh lima persen) hingga 65% (enam puluh lima persen) setelah melalui beberapa kali proses penyaringan sehingga menghasilkan minyak goreng yang lebih jernih dan kadar olein yang tinggi. Oleh karena itu, minyak goreng kemasan (bermerek) ini memiliki ketahanan waktu simpan yang cukup lama yaitu sekitar 1 (satu) hingga 2 (dua) bulan.

c. Harga --- Salah satu komponen penting dari suatu produk yang akan sangat mempengaruhi apakah suatu produk merupakan suatu substitusi attaukah tidak adalah harga. Perbedaan tingkat harga yang ditetapkan oleh produsen tentu akan mempengaruhi segmentasi konsumen sebagimana yang terjadi pada minyak goreng sawit. Apabila mencermati perbedaan tingkat harga yang ditetapkan produsen minyak goreng sawit maka terjadi perbedaan dimana harga minyak goreng curah ditetapkan dengan harga jual yang lebih rendah dibandingkan harga minyak goreng kemasan (bermerek). Perbedaan penetapan harga tersebut dikarenakan oleh perbedaan dalam struktur biaya produksi dimana minyak goreng kemasan (bermerek) dilakukan proses lanjutan berupa proses penyaringan


(35)

35 berulang sehingga hanya mendapatkan komposisi olein sekitar 45% (empat puluh lima persen) hingga 65% (enam puluh lima persen). Selain itu, berdasarkan keterangan para Terlapor diperoleh keterangan bahwa perbedaan tingkat harga minyak goreng kemasan (bermerek) dilakukan dalam rangka menjaga citra produk (brand image). Selan itu, segmentasi yang dituju untuk masing – masing produk tersebut memang berbeda dimana minyak goreng curah ditujukan untuk segmen menengah ke bawah (middle to low) sedangkan minyak goreng kemasan (bermerek) ditujukan untuk segmen menengah ke atas (middle to up). --- Atas dasar uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa meskipun memiliki fungsi atau kegunaan yang sama namun minyak goreng curah dan minyak goreng kemasan (bermerek) memiliki karakteristik dan tingkat harga yang berbeda sehingga tidak dalam pasar bersangkutan yang sama.--- 8.4.1.2. Pasar geografis, dimana pasar geografis ini direlevansikan

dengan jangkauan atau daerah pemasaran minyak goreng baik curah maupun kemasan (bermerek). Secara umum pemasaran minyak goreng baik curah maupun kemasan (bermerek) mencakup seluruh wilayah Indonesia tanpa adanya hambatan regulasi. Selain itu kebijakan harga yang dilakukan para Terlapor dilakukan secara sentralistik manajemen masing– masing untuk diimplementasi ke seluruh wilayah pemasarannya. --- 8.4.2 Tingkat Konsentrasi Pasar Minyak Goreng --- Secara umum jumlah pelaku usaha yang ada pada suatu pasar akan menentukan tingkat konsentrasi pada pasar tersebut. Sedikitnya jumlah pelaku usaha yang ada dalam suatu pasar akan meningkatkan konsentrasinya pada pasar tersebut. Meskipun demikian, ketika suatu pasar terdapat banyak pelaku usaha namun penguasaan pasar hanya dilakukan oleh beberapa pelaku usaha maka pasar tersebut juga memiliki tingkat konsentrasi yang tinggi. Atas dasar tersebut, tingkat konsentrasi pasar minyak goreng curah dan kemasan dapat dilihat sebagai berikut: ---


(36)

8.4.2.1. Minyak Goreng Curah ---

Struktur pasar minyak goreng curah di Indonesia sangat terkonsentrasi, hal ini bisa dilihat pada grafik perkembangan rasio konsentrasi 4 perusahaan terbesar yang relatif stabil dengan interval 86,46% - 97,57%. Secara umum Musim Mas Group dan Wilmar Group merupakan perusahaan dengan pangsa pasar terbesar di pasar minyak goreng curah. Selanjutnya pangsa pasar minyak goreng curah kedua kelompok usaha tersebut diikuti oleh PT Smart, Tbk, dan Permata Hijau Group. --- 8.4.2.2. Minyak Goreng Kemasan ---

Struktur pasar minyak goreng kemasan di Indonesia sangat terkonsentrasi. Perkembangan rasio konsentrasi 4 perusahaan terbesar dari bulan Januari tahun 2007 sampai dengan bulan Agustus 2009 relatif stabil berada di interval 94,08% - 98,67%. PT Salim Ivomas, Wilmar Group, PT Smart, Tbk dan PT Bina Karya Prima merupakan perusahaan dengan pangsa pasar terbesar di pasar minyak goreng kemasan. --- Pada umumnya, perusahaan yang mempunyai pangsa pasar yang besar mempunyai kekuatan pasar sehingga dapat menentukan tingkat harga yang terjadi dipasar (price maker). Sedangkan perusahaan dengan


(37)

37 pangsa pasar yang kecil akan mempunyai kecenderungan untuk tidak bersaing secara langsung dengan mengikuti harga yang ditetapkan oleh perusahaan yang mempunyai kekuatan pasar (price follower). --- 8.4.3 Ukuran Perusahaan Produsen Minyak Goreng Sawit--- Untuk melihat ukuran perusahaan dalam suatu pasar bersangkutan dapat dilakukan dengan membandingkan kapasitas produksi masing-masing perusahaan yang merupakan pesaing. Apabila dilihat kapasitas terpasang para Terlapor maka dapat dilihat sebagai berikut: ---

No Pelaku Usaha Kapasitas

(Ton/ Th)

1. Wilmar Group 2.819.400

2. Musim Mas Group 2.109.000

3. Permata Hijau Group 932.400

4. Sinar Mas Group/ PT Smart, Tbk 713.027

5. Salim Group/ PT Salim I vomas Pratama 654.900

6. PT Bina Karya Prima 370.000

7. Sungai Budi Group/ PT Tunas Baru Lampung 355.940

8. BEST Group 314.500

9. PT Pacific Palmindo I ndustri 310.800

10. PT Asian Agro Agung Jaya 307.396

Secara faktual terdapat perbedaan kapasitas produksi antara perusahaan yang menjadi market leader dengan perusahaan yang menjadi follower pada masing-masing segmen produk minyak goreng curah dan minyak goreng kemasan. --- Pada segmen minyak goreng curah, kapasitas produksi rata-rata pertahun antara Musim Mas Group dan Wilmar Group selaku market leader relatif sama yang produknya tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Sedangkan pada segmen minyak goreng kemasan, kapasitas

produksi rata-rata pertahun PT Salim Ivomas Pratama, Wilmar Group, PT Smart, Tbk dan PT Bina Karya Prima selaku market leader relatif

sama. Besaran produksi tersebut terpisah antara perusahaan yang menjadi market leader tidak akan dianalisis sama dengan perusahaan yang menjadi market follower. Sehingga analisis untuk perusahaan market leader akan berbeda terhadap perusahaan yang menjadi market follower. Hal ini didukung dari keterangan perusahaan follower yang menyatakan bahwa kebijakan harga akan selalu mengikuti kebijakan harga perusahaan market leader. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan minyak goreng relatif setara/sama pada di tingkat sesama perusahaan market leader mempermudah terjadinya kartel antar


(38)

perusahaan minyak goreng yang menjadi market leader, yang diikuti oleh perusahaan follower. --- 8.4.4 Homogenitas Produk ---

Secara umum produk minyak goreng relatif homogen. Diferensiasi yang dilakukan hanya terjadi pada produk kemasan dalam bentuk brand (merek). Hal ini menyebabkan persaingan harga merupakan variabel persaingan yang paling efektif dalam memperebutkan konsumen. Kenaikan harga pada salah satu produk yang tidak diikuti oleh produk lainnya akan menyebabkan terjadinya perpindahan konsumen kepada produk pesaing. Dengan relatif homogennya suatu produk maka koordinasi diantara perusahaan yang ada di dalam pasar semakin mudah dilakukan. --- 8.4.5 Kemudahan Masuk Pasar--- Tingkat hambatan masuk didalam pasar minyak goreng kemasan relatif tinggi. Hal ini dikarenakan untuk dapat bersaing maka perusahaan membutuhkan modal yang besar agar dapat mencapai skala ekonomi sehingga dapat bersaing di dalam pasar. Selain itu di dalam memasarkan minyak goreng kemasan, perusahaan harus mempunyai jalur distribusi untuk memasarkan produknya dan membutuhkan biaya promosi yang tinggi agar dapat dikenal oleh masyarakat. Tingkat hambatan masuk yang tinggi memperkuat keberadaan kartel karena peluang pendatang baru untuk masuk ke dalam pasar dan merebut pangsa pasar yang disebabkan penetapan harga yang tinggi. --- 8.4.6 Karakteristik Permintaan ---

Permintaan minyak goreng memiliki karakteristik inelastis. Hal ini bisa dilihat dari jumlah penjualan pada saat terjadi perubahan harga. Ketika terjadi kenaikan harga, jumlah penjualan minyak goreng tidak mengalami penurunan yang signifikan, dimana persentase kenaikan harga lebih besar dibandingkan dengan persentase perubahan penjualan. Permintaan yang berkarakteristik inelastis akan memudahkan terjadinya kartel, dimana ketika terjadi kenaikan harga jumlah penjualan hanya mengalami sedikit penurunan sehingga keuntungan yang akan diperoleh menjadi lebih besar.

8.4.7 Transparansi dan Pertukaran Informasi Harga Minyak Goreng --- Sebagaimana telah diuraikan pada fakta hasil pemeriksaan bahwa terdapat hubungan harga CPO di beberapa institusi (Rotterdam, Malaysia, Tender KPB, dan Tender PT Astra Agro Lestari) dengan


(39)

39 harga minyak goreng yang ditetapkan oleh para Telapor. Hal tersebut terjadi karena setiap transaksi minyak goreng yang dilakukan oleh para Terlapor selalu mempertimbangkan pergerakan harga CPO di beberapa institusi tersebut. Transparansi harga bahan baku minyak goreng dan didukung oleh transparansi harga jual minyak goreng terutama minyak goreng curah di pasar sangat memudahkan bagi perusahaan market leader untuk melakukan koordinasi harga jual. Pergerakan harga CPO dan fluktuasi harga minyak goreng yang ada di pasar digunakan oleh para perusahaan baik yang memiliki posisi market leader maupun follower sebagai sinyal harga (price signaling).--- Khusus untuk minyak goreng kemasan, pola distribusi dari semua minyak goreng kemasan salah satunya dilakukan melalui retail modern yang tersebar di seluruh Indonesia. Sehingga perusahaan minyak goreng kemasan melakukan penyesuaian harga berkala melalui media promosi yang dikeluarkan oleh retail modern. Media promosi dari retail modern ini diiklankan di media nasional sehingga memberikan sinyal kepada perusahaan pesaing dalam menyesuaikan harga. Sedangkan untuk perusahaan follower, akan menyesuaikan harga sesuai dengan harga yang ditetapkan oleh perusahaan market leader.--- 8.4.8 Paralel Pricing.--- 8.4.8.1. Uji Homogenity of Varians. --- Uji ini merupakan uji statistik yang dilakukan untuk mengetahui bagaimana perubahan varians dari harga minyak goreng, sehingga bisa mengetahui pergerakan harga setiap perusahaan akan sama, dan uji ini bisa untuk membuktikan price parallelism yang dilakukan oleh perusahaan minyak goreng. --- a. Uji Homogenity of Varians dari minyak goreng curah;---

Test for Equality of Variances Between Series Sample: 2007: 01 2009: 08

I ncluded observations: 32

Method df Value Probability

Bartlett 17 11.78517 0.8130

Levene (17, 514) 1.010482 0.4448

Brown-Forsythe (17, 514) 0.968061 0.4933

Category Statistics

Mean Abs. Mean Abs.

Variable Count Std. Dev. Mean Diff. Median Diff.

PT Asian Agro Agung Jaya 32 1429.024 1131.527 1125.312

PT Agrindo I ndah Persada 32 1582.983 1207.406 1178.875


(40)

PT Berlian Eka Sakti Tangguh 21 1333.322 1170.000 1136.000

PT I ndokarya I nternusa 32 1640.577 1261.869 1260.281

PT Megasurya Mas 32 1577.043 1240.156 1240.156

PT I ntibenua Perkasatama 32 1463.937 1187.070 1184.625

PT Mikie Oleo Nabati I ndustri 32 1462.580 1125.041 1123.094

PT Multimas Nabati Asahan 32 1769.270 1415.781 1415.781

PT Multi Nabati Sulawesi 32 1338.738 1024.125 1024.125

PT Musim Mas 32 1486.796 1215.188 1215.188

PT Nagamas Palmoil Lestari 20 1754.427 1432.175 1418.250

PT Nubika Jaya 23 1203.282 919.6786 917.3043

PT Pacific Palmindo I ndustri 20 2077.862 1817.700 1817.700

PT Permata Hijau Sawit 32 1524.884 1250.977 1228.438

PT Tunas Baru Lampung, Tbk 32 1438.748 1122.562 1122.562

PT SMART Tbk. 32 1519.554 1182.969 1182.969

PT Sinar Alam Permai 32 1524.711 1124.049 1122.719

All 532 1548.658 1217.659 1211.288

Bartlett weighted standard deviation: 1544.129

Dari uji diatas ditemukan bahwa perubahan harga dari setiap pelaku usaha minyak goreng curah sama. Uji dapat dilihat dari nilai probabilitas, jika nilai probabilitas dibawah 5%, maka Ho ditolak dan tidak ada price parallelism, dan sebaliknya jika nilai probabilitas lebih besar dari 5% maka perubahan variasi harga antar perusahaan sama atau adanya price parallelism. Hal ini menyimpulkan bahwa di industri minyak goreng curah terdapat price parallelism antar sesama pelaku usaha minyak goreng curah. Atau dapat juga disimpulkan bahwa ada kartel penetapan harga oleh perusahaan minyak goreng curah. --- b. Uji Homogenity of Varians dari minyak goreng kemasan;

Test for Equality of Variances Between Series Sample: 2007: 01 2009: 08

I ncluded observations: 32

Method df Value Probability

Bartlett 8 5.960974 0.6516

Levene (8, 262) 0.511111 0.8477

Brown-Forsythe (8, 262) 0.415218 0.9114

Category Statistics

Mean Abs. Mean Abs.

Variable Count Std. Dev. Mean Diff. Median Diff.

PT Asian Agro Agung Jaya 32 1923.645 1502.234 1482.312

PT Bina Karya Prima 32 1861.487 1482.977 1417.531

PT Mikie Oleo Nabati I ndustri 32 1683.064 1236.113 1225.094

PT Multimas Nabati Asahan 32 1713.481 1353.219 1353.219

PT Multi Nabati Sulawesi 32 1860.591 1330.117 1300.656

PT Salim I vomas Pratama 32 1560.320 1167.812 1163.000

PT Sinar Alam Permai 32 1600.921 1298.434 1248.688

PT Smart, Tbk 32 1473.338 1143.758 1100.312

PT Tunas Baru Lampung, Tbk 15 1255.332 1113.129 1101.733


(41)

41

Bartlett weighted standard deviation: 1694.802

Dari uji diatas ditemukan bahwa perubahan harga dari setiap pelaku usaha minyak goreng kemasan sama. Uji dapat dilihat dari nilai probabilitas, jika nilai probabilitas dibawah 5%, maka Ho ditolak dan tidak ada price parallelism, dan sebaliknya jika nilai probabilitas lebih besar dari 5% maka perubahan variasi harga antar perusahaan sama atau adanya price parallelism. Uji ini menyimpulkan bahwa di industri minyak goreng kemasan terdapat price parallelim antar sesama pelaku usaha minyak goreng kemasan. --- 9. Menimbang bahwa Majelis Komisi menilai bahwa kesimpulan Tim Pemeriksa yang pada pokoknya menyatakan adanya indikasi kuat adanya pelanggaran Pasal 4, Pasal 5 dan Pasal 11 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 yang dilakukan oleh seluruh Terlapor dalam Perkara Nomor 24/KPPU-I/2009 dan rekomendasi Tim Pemeriksa yang menyatakan PT Bina Karya Prima tidak kooperatif sehingga perlu diberikan sanksi yang memberatkan; --- 10.Menimbang bahwa guna menjaga asas keseimbangan maka pada tanggal 20 April 2010, Majelis Komisi memberikan kesempatan kepada seluruh Terlapor untuk menyampaikan pembelaan/tanggapan secara lisan dan/atau secara tertulis terkait dengan dugaan pelanggaran. Oleh karena itu, pembelaan/tanggapan Terlapor merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari putusan ini; --- 11.Menimbang bahwa selanjutnya Majelis Komisi menilai telah mempunyai bukti dan

penilaian yang cukup untuk mengambil keputusan; ---

TENTANG HUKUM

1. Berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan Pendahuluan (“LHPP”), Laporan Hasil Pemeriksaan Lanjutan (“LHPL”), surat, dokumen, dan alat bukti lainnya termasuk tanggapan/pembelaan para Terlapor, Majelis Komisi menilai dan menyimpulkan ada tidaknya pelanggaran UU Nomor 5 Tahun 1999 yang dilakukan oleh para Terlapor sebagai berikut: --- 1.1. Tentang Identitas Para Terlapor (vide B1, B3-B8, B12-B14, B17-19, B46, B48,

B51-B53, B55-B62, , C1.2–C1.4, C1.9–C1.11, C1.18, C1.23, C1.24, C1.26– C1.37, C2.1, C2.6–C2.9, C2.13–2.21, C3.1, C3.6, C3.7, C3.9-C3.17, C4.1, C4.6-C4.9, C4.13-C4.20, C5.1, C5.5, C5.7-C5.16, C6.1, C6.4-C6.10, C7.1, C7.4-C7.7,


(42)

C8.1, C8.7-C8.9, C8.12-C8.19, C9.1, C9.4-C9.8, C10.2, C10.7, C10.8, C10.13, C10.14, C11.1, C11.4, C11.5, C11.8-C11.10, C12.1, C12.4, C12.5, C13.1, C13.4, C13.5, C14.1, C14.4, C14.5, C15.14, C15.15, C15.9, C15.22-C15.24, C16.4- C16.6, C17.1, C17.6, C17.7, C18.1, C18.2, C18.19, C18.21, C18.22, C19.5, C19.6, C19.9, C19.10, C20.1-C20.3, C21.5-C21.12); --- 1.1.1. Terlapor I: PT Multimas Nabati Asahan adalah badan hukum berbentuk perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan peraturan

perundang-undangan Negara Republik Indonesia melalui Akta Nomor 481 tanggal 19 April 1994 yang dibuat oleh Notaris Aswin Ginting di Jakarta dengan

perubahan anggaran dasar yang terakhir melalui Akta Nomor 12 tanggal 8 April 2009 yang dibuat oleh Notaris Eddy Simin, SH di Medan. Dalam

prakteknya, PT Multimas Nabati Asahan melakukan kegiatan produksi dan penjualan antara lain produk minyak goreng curah dan minyak goreng kemasan dengan merek Sania dan Fortune; --- 1.1.2. Terlapor II: PT Sinar Alam Permai adalah badan hukum berbentuk

perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan peraturan

perundang-undangan Negara Republik Indonesia melalui Akta Nomor 1 tanggal 1 Maret 1982 yang dibuat Notaris Lukman Kirana, SH di Jakarta dengan

perubahan anggaran dasar yang terakhir melalui Akta Nomor 26 tanggal 23 Maret 2009 yang dibuat oleh Notaris Eddy Simin, SH di Medan. Dalam prakteknya, PT Sinar Alam Permai melakukan kegiatan produksi dan penjualan antara lain produk minyak goreng curah dan minyak goreng kemasan dengan merek Sania dan Fortune; --- 1.1.3. Terlapor III: PT Wilmar Nabati Indonesia adalah badan hukum berbentuk perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan peraturan

perundang-undangan Negara Republik Indonesia melalui Akta Nomor 5 tanggal 5 Oktober 1988 yang dibuat Notaris Tajib Rahardjo, SH di Pekanbaru.

Selanjutnya, dilakukan perubahan nama menjadi PT Wilmar Nabati Indonesia (sebelumnya PT Bukit Kapur Reksa) dengan perubahan anggaran dasar berdasarkan Akta Nomor 83 tanggal 24 September 2009 yang dibuat oleh Notaris Eddy Simin, SH di Medan. Dalam prakteknya, PT Wilmar Nabati Indonesia melakukan kegiatan produksi dan penjualan antara lain produk minyak goreng curah; --- 1.1.4. Terlapor IV: PT Multi Nabati Sulawesi adalah badan hukum berbentuk

perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan peraturan

perundang-undangan Negara Republik Indonesia melalui Akta Nomor 25 tanggal 18 Desember 1969 yang dibuat Notaris Nico Rudolf Makahanap, SH di


(1)

MEMUTUSKAN

1. Menyatakan Terlapor I: PT Multimas Nabati Asahan, Terlapor II: PT Sinar

Alam Permai, Terlapor III: PT Wilmar Nabati Indonesia, Terlapor IV: PT Multi Nabati Sulawesi, Terlapor V: PT Agrindo Indah Persada, Terlapor VI:

PT Musim Mas, Terlapor VII: PT Intibenua Perkasatama, Terlapor VIII: PT Megasurya Mas, Terlapor IX: PT Agro Makmur Raya, Terlapor X: PT

Mikie Oleo Nabati Industri, Terlapor XI: PT Indo Karya Internusa, Terlapor XV: PT Smart, Tbk, Terlapor XIX: PT Berlian Eka Sakti Tangguh, dan Terlapor XXI: PT Asian Agro Agung Jaya terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 4 UU Nomor 5 Tahun 1999 untuk pasar minyak goreng curah; -

2. Menyatakan Terlapor I: PT Multimas Nabati Asahan, Terlapor II: PT Sinar

Alam Permai, Terlapor IV: PT Multi Nabati Sulawesi, Terlapor XV: PT Smart, Tbk, Terlapor XVI: PT Salim Ivomas Pratama, dan Terlapor XVII: PT Bina Karya Prima terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 4 UU Nomor 5 Tahun 1999 untuk pasar minyak goreng kemasan (bermerek); ---

3. Menyatakan Terlapor XII: PT Permata Hijau Sawit, Terlapor XIII:

PT Nagamas Palmoil Lestari, Terlapor XIV: PT Nubika Jaya, Terlapor XVIII: PT Tunas Baru Lampung, Tbk, dan Terlapor XX: PT Pacific Palmindo Industri tidak terbukti melanggar Pasal 4 UU Nomor 5 Tahun 1999 dalam pasar minyak goreng curah;---

4. Menyatakan Terlapor X: PT Mikie Oleo Nabati Industri, Terlapor XVIII:

PT Tunas Baru Lampung, Tbk, dan Terlapor XXI: PT Asian Agro Agung Jaya tidak terbukti melanggar Pasal 4 UU Nomor 5 Tahun 1999 dalam pasar minyak goreng kemasan (bermerek);---

5. Menyatakan Terlapor I: PT Multimas Nabati Asahan, Terlapor II: PT Sinar

Alam Permai, Terlapor III: PT Wilmar Nabati Indonesia, Terlapor IV: PT Multi Nabati Sulawesi, Terlapor V: PT Agrindo Indah Persada, Terlapor VI:

PT Musim Mas, Terlapor VII: PT Intibenua Perkasatama, Terlapor VIII: PT Megasurya Mas, Terlapor IX: PT Agro Makmur Raya, Terlapor X: PT

Mikie Oleo Nabati Industri, Terlapor XI: PT Indo Karya Internusa, Terlapor XII: PT Permata Hijau Sawit, Terlapor XIV: PT Nubika Jaya, Terlapor XV: PT Smart, Tbk, Terlapor XVIII: PT Tunas Baru Lampung, Tbk, Terlapor XIX: PT Berlian Eka Sakti Tangguh, Terlapor XX: PT Pacific Palmindo Industri dan Terlapor XXI: PT Asian Agro Agung Jaya terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 5 UU Nomor 5 Tahun 1999 untuk pasar minyak goreng curah; -


(2)

68

6. Menyatakan Terlapor I: PT Multimas Nabati Asahan, Terlapor II: PT Sinar

Alam Permai, Terlapor IV: PT Multi Nabati Sulawesi, Terlapor X: PT Mikie Oleo Nabati Industri, Terlapor XV: PT Smart, Tbk, Terlapor XVI: PT Salim Ivomas Pratama, dan Terlapor XVII: PT Bina Karya Prima, Terlapor XVIII: PT Tunas Baru Lampung, Tbk dan Terlapor XXI: PT Asian Agro Agung Jaya terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 5 UU Nomor 5 Tahun 1999 untuk pasar minyak goreng kemasan (bermerek); ---

7. Menyatakan Terlapor XIII: PT Nagamas Palmoil Lestari tidak terbukti

melanggar Pasal 5 UU Nomor 5 Tahun 1999 untuk pasar minyak goreng curah; -

8. Menyatakan Terlapor I: PT Multimas Nabati Asahan, Terlapor II: PT Sinar

Alam Permai, Terlapor IV: PT Multi Nabati Sulawesi, Terlapor X: PT Mikie Oleo Nabati Industri, Terlapor XV: PT Smart, Tbk, Terlapor XVI: PT Salim Ivomas Pratama, dan Terlapor XVII: PT Bina Karya Prima, Terlapor XVIII: PT Tunas Baru Lampung, Tbk dan Terlapor XXI: PT Asian Agro Agung Jaya terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 11 UU Nomor 5 Tahun 1999 untuk pasar minyak goreng kemasan (bermerek); ---

9. Menyatakan Terlapor I: PT Multimas Nabati Asahan, Terlapor II: PT Sinar

Alam Permai, Terlapor III: PT Wilmar Nabati Indonesia, Terlapor IV: PT Multi Nabati Sulawesi, Terlapor V: PT Agrindo Indah Persada, Terlapor VI:

PT Musim Mas, Terlapor VII: PT Intibenua Perkasatama, Terlapor VIII: PT Megasurya Mas, Terlapor IX: PT Agro Makmur Raya, Terlapor X: PT

Mikie Oleo Nabati Industri, Terlapor XI: PT Indo Karya Internusa, Terlapor XII: PT Permata Hijau Sawit, Terlapor XIII: PT Nagamas Palmoil Lestari, Terlapor XIV: PT Nubika Jaya, Terlapor XV: PT Smart, Tbk, Terlapor XVIII: PT Tunas Baru Lampung, Tbk, Terlapor XIX: PT Berlian Eka Sakti Tangguh, Terlapor XX: PT Pacific Palmindo Industri dan Terlapor XXI: PT Asian Agro Agung Jaya tidak terbukti melanggar Pasal 11 UU Nomor 5 Tahun 1999 untuk pasar minyak goreng curah; ---

10. Menghukum Terlapor I: PT Multimas Nabati Asahan untuk membayar denda

sebesar Rp. 25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di bidang Persaingan Usaha Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui Bank Pemerintah dengan Kode Penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);---


(3)

11. Menghukum Terlapor II: PT Sinar Alam Permai untuk membayar denda sebesar Rp. 20.000.000.000,00 (dua puluh miliar rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di bidang Persaingan Usaha Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui Bank Pemerintah dengan Kode Penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);---

12. Menghukum Terlapor III: PT Wilmar Nabati Indonesia untuk membayar denda

sebesar Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di bidang Persaingan Usaha Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui Bank Pemerintah dengan Kode Penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);---

13. Menghukum Terlapor IV: PT Multi Nabati Sulawesi untuk membayar denda

sebesar Rp. 25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di bidang Persaingan Usaha Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui Bank Pemerintah dengan Kode Penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);---

14. Menghukum Terlapor V: PT Agrindo Indah Persada untuk membayar denda

sebesar Rp. 25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di bidang Persaingan Usaha Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui Bank Pemerintah dengan Kode Penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);---

15. Menghukum Terlapor VI: PT Musim Mas untuk membayar denda sebesar Rp.

15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di bidang Persaingan Usaha Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui Bank Pemerintah dengan Kode Penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);---

16. Menghukum Terlapor VII: PT Intibenua Perkasatama untuk membayar denda

sebesar Rp. 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di bidang Persaingan Usaha Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui Bank


(4)

70

Pemerintah dengan Kode Penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);---

17. Menghukum Terlapor VIII: PT Megasurya Mas untuk membayar denda

sebesar Rp. 15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di bidang Persaingan Usaha Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui Bank Pemerintah dengan Kode Penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);---

18. Menghukum Terlapor IX: PT Agro Makmur Raya untuk membayar denda

sebesar Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di bidang Persaingan Usaha Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui Bank Pemerintah dengan Kode Penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);---

19. Menghukum Terlapor X: PT Mikie Oleo Nabati Industri untuk membayar

denda sebesar Rp. 20.000.000.000,00 (dua puluh miliar rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di bidang Persaingan Usaha Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui Bank Pemerintah dengan Kode Penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);---

20. Menghukum Terlapor XI: PT Indo Karya Internusa untuk membayar denda

sebesar Rp. 15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di bidang Persaingan Usaha Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui Bank Pemerintah dengan Kode Penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);---

21. Menghukum Terlapor XII: PT Permata Hijau Sawit untuk membayar denda

sebesar Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di bidang Persaingan Usaha Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui Bank Pemerintah dengan Kode Penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);---

22. Menghukum Terlapor XIV: PT Nubika Jaya untuk membayar denda sebesar

Rp. 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di bidang Persaingan Usaha


(5)

Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui Bank Pemerintah dengan Kode Penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);---

23. Menghukum Terlapor XV: PT Smart, Tbk untuk membayar denda sebesar Rp.

25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di bidang Persaingan Usaha Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui Bank Pemerintah dengan Kode Penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);---

24. Menghukum Terlapor XVI: PT Salim Ivomas Pratama untuk membayar denda

sebesar Rp. 25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di bidang Persaingan Usaha Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui Bank Pemerintah dengan Kode Penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);---

25. Menghukum Terlapor XVII: PT Bina Karya Prima untuk membayar denda

sebesar Rp. 25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di bidang Persaingan Usaha Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui Bank Pemerintah dengan Kode Penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);---

26. Menghukum Terlapor XVIII: PT Tunas Baru Lampung, Tbk untuk membayar

denda sebesar Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di bidang Persaingan Usaha Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui Bank Pemerintah dengan Kode Penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);---

27. Menghukum Terlapor XIX: PT Berlian Eka Sakti Tangguh untuk membayar

denda sebesar Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di bidang Persaingan Usaha Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui Bank Pemerintah dengan Kode Penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);---


(6)

72

28. Menghukum Terlapor XX: PT Pacific Palmindo Industri untuk membayar

denda sebesar Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di bidang Persaingan Usaha Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui Bank Pemerintah dengan Kode Penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);---

29. Menghukum Terlapor XXI: PT Asian Agro Agung Jaya untuk membayar denda

sebesar Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) yang harus disetorkan ke Kas Negara sebagai Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di bidang Persaingan Usaha Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui Bank Pemerintah dengan Kode Penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);---

Demikian putusan ini ditetapkan melalui musyawarah dalam Sidang Majelis Komisi pada hari Selasa, tanggal 4 Mei 2010 dan dibacakan di muka persidangan yang dinyatakan terbuka untuk umum pada hari yang sama oleh Majelis Komisi yang terdiri dari Ir. Dedie S. Martadisastra, SE.,MM sebagai Ketua Majelis, Yoyo Arifardhani, S.H., M.M., LL.M dan Didik Akhmadi, Ak, M.Com, masing-masing sebagai Anggota Majelis, dengan dibantu oleh Nuzul Qur’aini Mardiya, SH, MH dan Shobi Kurnia, SH masing-masing sebagai Panitera. ---

Ketua Majelis,

t.td.

Ir. Dedie S. Martadisastra, SE.,MM

Anggota Majelis,

t.t.d.

Yoyo Arifardhani, S.H., M.M., LL.M

Anggota Majelis,

t.t.d.

Didik Akhmadi, Ak, M.Com

Panitera,

t.t.d.

Nuzul Qur’aini Mardiya, S.H, M.H

t.t.d. Shobi Kurnia, S.H

Disalin sesuai dengan aslinya

SEKRETARIAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA Plt. Sekretaris Jenderal