PERAN LEMBAGA MANAGEMENT INFAQ (LMI) PROGRAM SEMANGGI SUKOLILO DALAM PENINGKATAN KOMPETENSI PROFESIONALISME GURU TPQ DI MEDOKAN SEMAMPIR.

(1)

PERAN LEMBAGA MANAJEMEN INFAQ (LMI)

PROGRAM SEMANGGI SUKOLILO DALAM PENINGKATAN KOMPETENSI PROFESIONALISME GURU TPQ

DI MEDOKAN SEMAMPIR

SKRIPSI

DISUSUN OLEH :

Aulia Farida Zamani D71213085

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTASTARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPELSURABAYA

2017


(2)

PERAN LEMBAGA MANAJEMEN INFAQ (LMI) PROGRAM SEMANGGI SUKOLILO DALAM PENINGKATAN KOMPETENSI PROFESIONALISME

GURU TPQ DI MEDOKAN SEMAMPIR

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan (S.Pd.)

Oleh :

AULIA FARIDA ZAMANI D71213085

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTASTARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

2017


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

ABSTRAK

Aulia Farida Zamani, 2017. Peran lembaga management infaq (LMI) program semanggi sukolilo dalam peningkatan kompetensi profesionalisme guru tpq di Medokan Semampir. Skripsi, Jurusan Pendidikan Islam, Prodi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Al-Qur’an adalah petunjuk hidup manusia, petunjuk manusia dalam berbuat sesuatu dalam hidup mereka, petunjuk mereka dalam kesesatan. Dengan adanya Taman Pendidikan Al-Qur’an membatu anak-anak untuk belajar membaca AlQur’an dengan benar dan tepat. Sadar akan pentingnya kedudukan dan keberadaan TPQ yang senantiasa dituntut maju, kreatif, dan ikhlas, oleh karena itu, untuk mendukung guru yang profesional dibutuhkan pembinaan.

Dari permasalahan di atas dapat dirumuskan bagaimana peran Lembaga Management Infaq (LMI) program Semanggi dalam meningkatan kompetensi profesionalisme guru TPQ di Medokan Semampir Surabaya.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, sumber data yang di ambil adalah meliputi literatur, sumber data lapangan dengan menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Adapun teknik analisa datanya dengan reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan.

Kajian ini menunjukkan bahwa: (1) kegiatan LMI program Semanggi dalam peningkatan profesionalisme guru TPQ sudah berjalan dengan baik walaupun masih ada kekurangan diberbagai aspek, baik dalam pelaksanaan maupun prakteknya. Tetapi secara teoritis sudah berusaha menjalankan kegiatan dengan baik, dan bila hal ini bisa dilaksanakan secara berkelanjutan, maka cita-cita menciptakan guru TPQ yang profesional akan berhasil. Adapun kegiatan yang diadakan LMI proram Semanggi dalam meningkatkan profesionalisme guru TPQ diwujudkan dalam berbagai bentuk pembinaan, pelatihan, penataran, dan seminar. (2) Peran LMI prgam Semanggi dalam peningkatan Profesionalisme guru TPQ di Surabaya belum berhasil secara maksimal. Terbukti dengan masih banyaknya guru TPQ yang menggunakan metode pembelajaran klasik dan masih banyak guru TPQ yang kurang menguasai materi pembelajaran dengan baik walaupun LMI program Semanggi sudah berupaya meningkatkan profesionalisme para guru TPQ melalui program-programnya. Hal ini karena beberapa kendala baik yang berasal dari dalam maupun dari luar.

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka diharapkan LMI program Semanggi mendapatkan dukungan dan bantuan dari semua elemen masyrakat dan pemerintah sehingga peran LMI program Semanggi ini dapat berjalan dengan baik dan lancar.


(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR BAGAN &TABEL ... xv

BAB I : PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah ... 1

B. RumusanMasalah ... 6

C. TujuanPenelitian ... 6

D. ManfaatdanKegunaanPenelitian ... 6

E. Penelitian Terdahulu ... 8

F. DefinisiOperasional... 9

G. Fokus Penelitian ... 11

H. SistematikaPembahasan ... 11

BAB II : KAJIAN TEORI A. Lembaga Management Infaq (LMI) Program Semanggi ... 13


(9)

1. Pengertian LMI Program Semanggi ... 13

2. Latar belakang LMI Program Semanggi ... 15

B. Profesionalisme Guru TPQ ... 16

1. Pengertian Guru TPQ ... 16

2. Peran Guru TPQ ... 17

3. Tugas Guru TPQ ... 21

4. Tanggung Jawab Guru TPQ ... 26

5. Urgensi Lembaga TPQ ... 30

6. Profesionalisme Guru TPQ ... 34

7. Upaya Peningkatan Profesionalisme Guru TPQ ... 39

C. Peran LMI Program Semanggi Sukolilo Dalam Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru TPQ ... 42

BAB III : METODE PENELITIAN A. Jenis dan pendekatan Penelitian ... 50

B. Populasi dan Sampel ... 52

C. Kehadiran Peneliti ... 53

D. Lokasi Penelitian ... 53

E. Sumber Data ... 54

F. Teknik Pengumpulan Data ... 55

G. Teknik Analisis Data ... 59

H. Tahap-tahap Penelitian ... 60


(10)

A. Gambaran LMI Program Semanggi ... 62

1. Sejarah Berdirinya LMI-Semanggi ... 62

2. Sekertariat LMI-Semanggi Surabaya. ... 65

3. Pengurus LMI-Semanggi Surabaya. ... 66

4. Visi Misi LMI dan Sasaran Tujuan Semanggi. ... 67

B. Gambaran Profesionalisme Guru TPQ ... 73

1. Kompetensi guru dalam menguasai ilmu al-Qur’an ... 74

2. Kompetensi guru dalam menggunakan metode pembelajaran ... 75

3. Perilaku sosial dan kepribadian guru yang baik di kelas ... 76

C. Analisis Peran LMI Program Semanggi dalam Meningkatkan Kompetensi Profesionalisme Guru TPQ di Sukolilo ... 77

BAB V : PENUTUP ... 83

A. KESIMPULAN ... 83

B. SARAN ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 86


(11)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perkembangan global yang pesat menyebabkan persaingan sumber daya manusia semakin ketat. Agar dapat bersaing di era global dibutuhkan SDM yang kompeten dan tanggap terhadap lingkungan global terutama masalah pendidikan, Dimana seorang guru harus dapat menyiapkan dirinya untuk menjadi seorang guru yang profesional yang dapat diandalkan. Karena guru adalah faktor penentu kesuksesan setiap usaha pendidikan dan merupakan mikrosistem pendidikan yang ikut menentukan kualitas pendidikan.1

Di samping itu, guru juga merupakan salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. Oleh karena itu, guru yang merupakan salah satu unsur di bidang pendidikan harus berperan serta aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga yang profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang.2

Guru dituntut mempunyai kompetensi profesional, dengan begitu Lembaga Management Infaq (LMI) mempunyai program yang berisikan dari

1 Suyanto, Jihan Hisam, Refleksi Dan Reformasi Pendidikan Di Indonesia Memasuki Millenium III, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000), h. 27.

2 Sardiman, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010),


(12)

2

komunitas kumpulan guru TPQ untuk memperbaiki kualitas hidup mereka. Lembaga Management Infaq (LMI) adalah lembaga filantropi profesional yang berkhidmad mengangkat harkat martabat masyarakat dhuafa (masyarakat yang kurang mampu) melalui penghimpunan dana ZISWAF ( zakat, infaq, sedekah, wakaf) masyarakat dan dana corporate sosial responsibility perusahaan.3

Semanggi sendiri itu adalah dari tumbuhan khas Surabaya, karena memang Semanggi ini lahir dari LMI dan bekerja sama dengan Ikadi Jawa Timur. Semanggi di Surabaya terbagi menjadi lima wilayah, ada wilayah 1 yakni wilayah Surabaya utara, wilayah 2 meliputi Surabaya Barat, wilayah 3 meliputi Surabaya Timur, wilayah 4 meliputi Surabaya Pusat, dan wilayah 5 meliputi Surabaya Selatan.

Program Semanggi adalah program layanan terintegrasi yang meliputi pengajian, pendidikan, kesehatan, dan ekonomi pada masyarakat binaan LMI.4 Peneliti hanya akan berfokus atau mengambil sampel pada Komunitas Semanggi wilayah Surabaya Timur yang berpusat di daerah Sukolilo, Semanggi terbentuk melalui perkumpulan dari perwakilan beberapa guru dari TPQ yang berada di daerah Sukolilo.

Diperlukan keseriusan dalam hal ini karena al-Qur’an adalah petunjuk hidup manusia, petunjuk manusia dalam berbuat sesuatu dalam hidup mereka, petunjuk mereka dalam kesesatan. Al-Qur’an menyodorkan kepada manusia ilmu

3 http://lmizakat.org/profil-lembaga/, diakses pada tanggal 27 Juli 2016. 4 Ibid.


(13)

3

pengetahuan yang mengatur hubungan antara manusia dengan Allah, dengan sesamanya, dan dengan lingkungan sekitarnya.5 Al-Qur’an adalah kalam Allah

yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril sebagai

mu’jizat dan salah satu rahmat yang tiada tandinganannya bagi alam semesta.6 اذه ّ ا ًرجأ م ل ّ أ تاحلاّصلا و عي نيذّلا نينم لا رشبي وقأ يه يتّ ل يد ي آرقلا ا ًريبك

Artinya: “Sesungguhnya al-Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang

besar.” (Q.S. Al-Isra’: 9)

Pelajaran al-Qur’an ditujukan untuk melatih penyempurnaan bacaan al

-Qur’an yang dilanjutkan dengan pemahaman dan aplikasi ajaranya dalam

kehidupan sehari-hari dan merupakan sarana utama dalam mewujudkan tujuan tertinggi dari pendidikan Islam.7 Setiap muslim diwajibkan membaca al-Qur’an secara benar yakni sesuai dengan makharijul huruf dan kaidah ilmu tajwid, karena ilmu tajwid hukumnya kewajiban kolektif (fardhu kifayah), sedangkan membaca dan mengaplikasikan bacaan tajwidnya adalah kewajiban individual

(fardhu ‘ain). Pendidikan adalah suatu usaha sadar, teratur dan sistematis, yang dilakukan oleh orang-orang yang bertanggung jawab, untuk mempengaruhi anak

5 Choirudin Hadhiri, Klasifikasi Kandungan Al-Qur’an, (Jakarta: Gema Insani Press, 2003), Cet

1, h. 25.

6 Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an, (Bandung:

1998), h.17.

7 Aat Syafaat, Sohari Sahrani, dan Muslih, Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Mencegah Kenakalan Remaja (Juvenile Delinque), (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008), h.157


(14)

4

agar mempunyai sifat dan tabiat serta pertumbuhan jasmani maupun rohaninya bisa mencapai tingkat dewasa. 8

Pendidikan juga sebagai upaya memanusiakan manusia, pada dasarnya adalah upaya mengembangkan kemampuan atau potensi individu sehingga bisa hidup optimal baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat serta memiliki nilai-nilai moral dan sosial sebagai pedoman hidupnya. Pendidikan juga dipandang sebagai usaha sadar yang bertujuan, dan usaha mendewasakan anak. Kedewasaan sebagai asumsi dasar pendidikan mencakup kedewasaan intelektual, sosial, dan moral, tidak semata-mata kedewasaan dalam arti fisik. 9

Sedangkan menurut Muhaimin, pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi afeksi, kognitif dan psikomotorik.10 Dengan kata lain, seorang

pendidik harus mampu memahami perbedaan para murid sehingga dapat tercapai tujuannya.

Lebih lanjut, dalam hal ini guru yang di maksud adalah guru TPQ. Di mana pada awalnya dipandang sebelah mata bahkan keberadaannya dikucilkan namun, setelah pemerintah mengeluarkan UU. Sisdiknas no. 20 Tahun 2003 yang berisi tentang pendidikan nonformal, barulah keberadaan guru TPQ, baik dalam

8 Bashori Muchsin, et al., Pendidikan Islam Humanistik, (Bandung: PT Refika Aditama, 2010),

h. 3.

9 Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, (Bandung: Sinar Baru

Algensindo, 2008), h. 2.

10 Muhaimin, Abd. Majid., Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalnya, (Bandung: Trigenda Karya, 1993), h. 167.


(15)

5

perkotaan maupun pedesaan mengakui bahwa peran guru TPQ sangat membantu dalam menumbuh kembangkan putra-putrinya mendalami ilmu-ilmu agama. Tidak hanya itu, TPQ mampu menjadi pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung long life education atau pendidikan seumur hidup.

Sejalan dengan dinamika kehidupan masyarakat, TPQ mengalami perubahan serta perkembangan berarti, terbukti dengan banyaknya TPQ yang telah berdiri di Indonesia. Dari sini semakin banyak pula bermunculan metode yang diterapkan seperti tilawati, qira’ati, iqra’, An-Nuur dan lain sebagainya. Masing-masing mempunyai tujuan yang sama yaitu melestarikan bacaan

al-Qur’an. Sadar akan pentingnya kedudukan dan keberadaan TPQ yang senantiasa

dituntut maju, kreatif, dan ikhlas.11 Oleh karena itu, untuk mendukung guru yang profesional dibutuhkan pembinaan, yang dalam hal ini melalui lembaga management infaq (LMI) mempunyai program yang dapat mendukung peingkatan kompetensi profesionalisme guru TPQ dengan kegiatan-kegiatan yang membina guru TPQ untuk meningkatan kompetensi profesionalnya, dalam program LMI bukan hanya dapat melatih atau meningkatkan kompetensi mengajar tetapi juga kompetensi sosialnya.

Dengan demikian, penulis ingin meneliti lebih jauh mengenai peran LMI program Semanggi dalam peningkatan profesionalisme guru. Oleh karena itu, Dari paparan di atas, peneliti tertarik untuk mendalami kajian ini, sehingga

11 Badan Koordinasi Taman Pendidikan Al-Qur’an Provinsi Jawa Tengah, Hasil Keputusan Musyawarah Wilayah IV BADKO TPQ Jateng 2O1O, (Semarang: Badko Jateng, 2011), h. 22.


(16)

6

peneliti mengambil judul PERAN LEMBAGA MANAGEMENT INFAQ (LMI) PROGRAM SEMANGGI SUKOLILO DALAM PENINGKATAN

KOMPETENSI PROFESIONALISME GURU TPQ DI MEDOKAN

SEMAMPIR.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah kegiatan LMI program Semanggi terhadap peningkatan profesionalisme guru TPQ di Kota Semarang?

2. Bagaimana peran Lembaga Management Infaq (LMI) program Semanggi dalam meningkatan kompetensi profesionalisme guru TPQ di Medokan Semampir Surabaya?

C. Tujuan Penelitian

Adapun penelitian ini bertujuan untuk:

1. Tujuan Penelitian yakni untuk mengetahui bagaimana peran LMI program Semanggi dalam meningkatan profesionalisme guru TPQ di kompetensi profesionalisme guru TPQ di Medokan Semampir Surabaya.

D. Manfaat Penelitian

Adapun penelitian ini di harapkan mampu memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang terkait dengan penelitian ini, antara lain adalah :

a. Kegunaan secara teoritis :

1. Menanbah khazanah keilmuan yang bernialai ilmiah bagi pengembangan ilmu pengetahuan.


(17)

7

2. Penelitian ini diharapkan bisa memberikan sumbangan bagi dunia pendidikan secara umum dan pendidikan Islam secara khusus

3. Diharapkan dapat dijadikan rujukan bagi . b. Kegunaan secara praktis :

1. Bagi Peneliti

Peneitian ini akan memperluas pengetahuan serta menambah pengalaman penulis dalam bidang pendidikan, khususnya tentang peningkatan kompetensi profesionalisme guru TPQ.

2. Kementrian Agama (Kemenag)

a. Sebagai pemicu untuk meningkatkan kualitas pendidikan khususnya di TPQ.

b. Sebagai bahan masukan bagi lembaga untuk lebih meningkatakan kinerja supaya lebih profesional.

c. Sebagai usaha dalam mengembangkan sebuah tatanan model pendidikan yang membawa misi pengajaran yang mendasar pada sikap profesionalisme.

3. Masyarakat

a. Untuk memberi pemahaman akan pentingnya sikap profesionalisme guru dalam dunia pendidikan khususnya dalam bidang pengajaran di TPQ.

b. Sebagai sarana untuk mengenalkan lembaga Badko TPQ pada masyarakat.


(18)

8

4. Orang Tua

a. Memberikan kontribusi pemikiran positif sebagai langkah membantu memecahkan masalah khususnya dalam dunia pendidikan terhadap anak di lingkungan keluarga.

b. Menambah wawasan dan cara berpikir khususnya bagi orang tua akan arti penting lembaga pendidikan al- Qur’an bagi putra-putrinya.

E. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu adalah studi hasil kajian penelitian yang relevan dengan permasalahan. Beberapa penelitian yang terkait dengan kompetensi profesionalisme belum ditemukan di literatur penelitian yang ada di UIN Sunan Ampel Surabaya. Namun, beberapa penelitian di bawah ini dianggap berkaitan dengan judul yang diangkat penulis. Beberapa judul penelitian tersebut sebagai berikut :

Penelitian yang dilakukan oleh Nina Roihana Huda, mahasiswi jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Sunan Ampel Surabaya, tahun 2015 berjudul “Peningkatan Profesionalisme Guru PAI

di SMP Negeri 13 Surabaya”12 yang menjelaskan tentang peningkatan guru,

yang berawal dari bagaimana kinerja guru di lapangan, cara penyampaian guru terhadap peserta didiknya waktu pembelajaran di kelas. Penelitian ini dilakukan

12 Nina Roihana Huda, Peningkatan Profesionalisme Guru PAI di SMP Negeri 13 Surabaya,


(19)

9

di SMP Negeri 13 Surabaya tiap 2-3 minggu sekali mengadakan pelatihan-pelatihan mengenai kurikulum 13.

Penelitian yang dilakukan oleh Chusnul Chotimah, mahasiswi jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Tarbiyah, IAIN Walisongo Semarang, tahun 2012 berjudul “Peran Badan Koordinasi Taman Pendidikan al-Qur’an (BADKO TPQ) Terhadap Peningkatan Profesionalisme Guru TPQ di Kota Semarang”.13 Yang menyimpulkan bahwa melalui BADKO TPQ terhadap

peningkatan profesionalisme guru TPQ di kota Semarang. Kajian penelitian ini dilatar belakangi oleh banyaknya permasalahan yang dihadapi guru TPQ tentang pembelajaranya.

Penelitian diatas menjadi acuan dan landasan penyebab penulis melakukan penelitian ini, dari kedua penelitian yang telah dilakukan di atas, penulis yakin, bahwa penelitian tentang peran LMI dalam peningkatan kompetensi profesionalisme guru TPQ, belum ada yang mengulasnya.

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari salahnya persepsi dan memudahkan pemahaman dalam skripsi ini, maka penulis perlu memberikan penegasan terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam judul di atas, yaitu :

1. Lembaga Management Infaq

13 Chusnul Chotimah, Peran Badan Koordinasi Taman Pendidikan al-Qur’an (BADKO TPQ) Terhadap Peningkatan Profesionalisme Guru TPQ di Kota Semarang, Skripsi. Fakultas Tarbiyah, PAI, IAIN Wali Songo Semarang.


(20)

10

Lembaga Manajemen Infaq (LMI) adalah lembaga filantropi profesional yang berkhidmat mengangkat harkat martabat masyarakat dhuafa (masyarakat kurang mampu) melalui penghimpunan dana ZISWAF (zakat, infaq, sedekah, dan wakaf) masyarakat dan dana corporate sosial responsibilty perusahaan. Program-program sosial dan pemberdayaan masyarakat tidak mampu yang digulirkan telah menjadikan dana masyarakat yang dihimpun LMI memiliki nilai tambah dan manfaat yang berlipat ganda bagi masyarakat kurang mampu. Karena LMI berusaha senantiasa menumbuhkan iklim transparansi dan profesionalitas untuk mengawal amanah masyarakat yang demikian besar.14

2. Program Semanggi

Program layanan terintegrasi yang meliputi pengajian, pendidikan, kesehatan, dan ekonomi pada masyarakat binaan LMI.15

3. Kompetensi Profesionalisme Guru TPQ

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kompetensi berarti kewenangan/kekuasaan untuk menentukan (memutuskan sesuatu).16 Kompetensi profesional berasal dari dua kata yaitu kompetensi dan

14 http://lmizakat.org/profil-lembaga/, di akses pada tanggal 27 Juli 2016 15 Ibid.

16 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta; Balai


(21)

11

profesional. Pengertian dasar kompetensi (competency) adalah kemampuan atau kecakapan.17

Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 045/4/2002 menyebutkan kompetensi sebagai seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggungjawab dalam melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan pekerjaan tertentu.18 Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia profesionalisme adalah mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau orang yang profesional.19 Istilah profesionalisme berasal dari profession. Profession mengandung arti yang sama dengan kata occupation atau pekerjaan yang memerlukan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan atau latihan khusus.20 Sehingga dari pengertian di atas maka yang dimaksud dengan kompetensi profesional guru TPQ ialah kemampuan dan kewenangan guru dalam menjalankan profesinya sebagai seorang pendidik pada lembaga pendidikan Al-Qur’an, artinya guru yang piawai atau ahli dalam melaksanakan profesinya dapat disebut sebagai guru yang kompeten dan profesional.

G. Fokus Penelitian

17 Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Guru, (Bandung; Remaja

Rosdakarya, 2000), h. 229.

18 Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 045/4/2002

19 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka, 2005), h. 897.

20 H.M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam Dan Umum), (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h.


(22)

12

Masalah dalam penelitian kualitatif bertumpu pada sesuatu fokus. Fokus adalah permasalahan yang akan dibahas atau dikaji, yaitu tentang peran LMI program Semanggi Suoklilo terhadap peningkatan profesionalisme guru TPQ. Fokus dalam penelitian ini yaitu tentang program kerja bidang pendidikan dan pelatihan LMI program Semanggi Suoklilo. Alasannya karena bidang pendidikan dan pelatihan inilah yang menurut peneliti secara langsung terkait dengan profesionalisme guru TPQ dan program-programnya berpengaruh langsung terhadap peningkatan profesionalisme guru TPQ.

H. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini disusun dengan menggunakan uraian yang sistematis untuk memudahkan pengkajian dan pemahaman terhadap persoalan yang ada. Adapun sistematika dalam penulisan skripsi ini sebagai berikut :

Bab I merupakan pendahuluan. Dalam bab ini meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, studi terdahulu, definisi operasional dan sistematika pembahasan skripsi.

Bab II merupakan kajian teori. Pada bab ini, membahas tentang LMI program Semanggi yang meliputi: pengertian LMI program Semanggi, Latar Belakang LMI program Semanggi, upaya LMI program Semanggi. Selanjutnya membahas tentang lembaga pendidikan al-Qur’an yang meliputi: pengertian TPQ, peran guru TPQ, tugas guru TPQ, tanggung jawab TPQ dan urgensi lembaga pendidikan al-Qur’an. Selanjutnya tentang profesionalisme guru TPQ,


(23)

13

yang berisi: pengertian profesionalisme guru TPQ dan upaya peningkatan profesionalisme guru TPQ.

Bab III merupakan metode penelitian. Berisi jenis penelitian, kehadiran peneliti, tempat dan waktu penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, fokus penelitian dan analisa data.

Bab IV merupakan paparan dan temuan penelitian. Pada bab ini membahas tentang sejarah singkat berdirinya LMI program Semanggi, letak geografis, visi dan misi, tujuan LMI program Semanggi, keadaan santri TPQ, keadaan guru TPQ, bentuk kegiatan LMI program Semanggi Sukolilo, sarana dan prasarana, struktur organisasi, gambaran profesionalisme guru TPQ, dan analisis peran LMI program Semanggi dalam meningkatkan kompetensi profesionalisme guru TPQ di Medokan Semampir.

Bab V merupakan penutup. Yang berisi tentang kesimpulan dari isi atau hasil penelitian, dan dalam bab ini juga, dikemukakan mengenai saran yang bersifat konstruktif.


(24)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Lembaga Management Infaq (LMI) Program Semanggi

1. Pengertian LMI Program Semanggi

Salah satu cara untuk menekan angka kemiskinan, masyarakat muslim ingin memanfaatkan dana zakat. Usaha Islam dalam menanggulangi problem kemiskinan ini, bukanlah suatu hal yang mengada-ada, temporer, setengah hati, atau bahkan hanya sekedar mencari perhatian. Pengurangan angka kemiskinan, bagi Islam, justru menjadi asas yang khas dan sendi-sendi yang kokoh. Hal ini dibuktikan dengan zakat yang telah dijadikan oleh Allah swt. sebagai sumber jaminan hak-hak orang-orang fakir dan miskin itu sebagai bagian dari salah satu rukun Islam.21 Secara defenitif, Lembaga pengelola zakat (LPZ) merupakan

sebuah institusi yang bertugas dalam pengelolaan zakat, infaq, dan shadaqah, baik yang dibentuk oleh pemerintah seperti BAZ, maupun yang dibentuk oleh masyarakat dan dilindungi oleh pemerintah seperti LAZ. Bahwa pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan peng-koordinasian dalam pegumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat. 22

Berdasarkan peraturan perundang-undangan, di Indonesia terdapat dua jenis Lembaga Pengelola Zakat, yaitu Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga

21 Muhammad Yusuf al-Qaradhowi, Konsesi Islam dalam Mengentas Kemiskinan, Terjemahan


(25)

15

Amil Zakat (LAZ). Beberapa LAZ di antaranya, Yayasan Dana Sosial Al-Falah (YDSF), Rumah Zakat Indonesia (RZI), Dompet Dhuafa Republika (DD), Lembaga Management Infaq (LMI) dan masih banyak lagi lembaga yang menjadi bagian dari LAZNAS.

Pembahasan ini akan lebih menjurus mengenai satu lembaga LAZNAS yakni LMI. LMI (Lembaga Management Infaq) adalah lembaga filantropi profesional yang berkhidmat mengangkat harkat martabat masyarakat dhuafa (masyarakat kurang mampu) melalui penghimpunan dana ZISWAF (zakat, infaq, sedekah, dan wakaf) masyarakat dan dana corporate sosial responsibilty perusahaan. 23

Program-program sosial dan pemberdayaan masyarakat tidak mampu yang digulirkan telah menjadikan dana masyarakat yang dihimpun LMI memiliki nilai tambah dan manfaat yang berlipat ganda bagi masyarakat kurang mampu. Karena LMI berusaha senantiasa menumbuhkan iklim transparansi dan profesionalitas untuk mengawal amanah masyarakat yang demikian besar.24

Dalam LMI ada berbagai banyak program kerja yang sangat bermanfaat, terutama salah satunya program Semanggi (Semangat Mengaji dan Berbagi) yang terkumpul dari berbagai guru TPQ dari berbagai lembaga TPQ. Semanggi mempunyai sebuah tujuan untuk melakukan pembinaan terhadap guru

22 Undang-undang Republik indonesia Nomor 23 tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat, Pasal

1 ayat 1.


(26)

16

Qur’an yang mampu menjadi kondisi sosial dan agama menjadi lebih baik.

Semanggi merupakan hasil kerjasama antara LMI dengan Ikadi Jawa Timur. Semanggi adalah program layanan terintegrasi yang meliputi pengajian, pendidikan, kesehatan, dan ekonomi pada masyarakat binaan LMI.25

2. Latar belakang LMI Program Semanggi

Sebagai bentuk komitmen untuk terus meningkatkan mutu para pengajar Al Quran dan Dai. Laznas LMI Pengurus bekerjasama dengan Wilayah IKADI

(Ikatan da’i) Jawa Timur telah meluncurkan Program SEMANGGI (Semangat

Mengaji dan Berbagi). Program ini ditujukan untuk memberdayakan para guru ngaji di Surabaya dengan berbagai macam kegiatannya. Diantara programnya adalah peningkatan kualitas kemampuan pengajaran dan juga pemberdayaan ekonomi para guru ngaji. LMI dan IKADI sependapat bahwa mereka adalah garda terdepan untuk mencerdaskan anak bangsa sehingga mereka harus diperhatikan. Tercatat sudah beberapa kali mengadakan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan mereka.26 Pelaksananya Semanggi ini dalam pengawasan penuh dari LMI, walaupun Ikadi ikut merintis program tersebut tetapi yang mempunyai andil besar menjalankan adalah LMI.

24 Ibid. 25 Ibid.

LMI

IKADI

Bagan 1. Kerja sama LMI dan IKADI dalam pembentukan SEMANGGI. SEMANGGI


(27)

17

B. Profesionalisme Guru TPQ

1. Pengertian Guru TPQ

Sebelum menjelaskan profesinalisme guru penulis akan menjelaskan pengertian guru TPQ terlebih dahulu penulis akan menjelaskan pengertian guru dan TPQ menurut beberapa tokoh. Penulis terlebih dahulu menjelaskan pengertian Guru menurut beberapa tokos sebagai berikut:

1) Earl V Pullias and James D Young mengatakan:

“The teacher is “learned”. He should know more than is student. However; he recognizes that he does not know everything, and he is mainly a learner. The teacher is an example to his student. Yet, he also make mistakes, he is human. The teacher should be objektive, but the teacher-student relationship is so close that it often maybe difficult to be objective.”27

Guru adalah pengajar, dia harus tau lebih banyak daripada muridnya. Akan tetapi, dia mengakui/sadar bahwa dia tidak mengetahui sesuatu apapun, dan dia adalah seorang pengajar yang utama. Guru adalah contoh bagi muridnya. Namun, dia juga membuat kesalahan, dia adalah manusia. Guru harus objektif, tetapi hubungan antara guru dengan murid mempunyai hubungan yang lebih dekat sehingga mungkin sulit objektif. 2) Al-Rasyidin dan Syamsul Nizar

Secara umum pendidik adalah orang yang memiliki tanggungjawab untuk mendidik. Sementara secara khusus, pendidik dalam prespekif pendidikan Islam adalah orang yang bertanggungjawab terhadap

26 http://ikadijatim.org/upgrading-dai-semanggi/. Diakses pada tanggal 20 Desember 2016 27 Earl V. Pullias and James D. Young, A Teacher is Many Things, (USA: Fawcelt, 2000), h.


(28)

18

perkembangan peserta didik, baik potensi afektif, kognitif, maupun psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai agama Islam.28

Sedangkan pengertian TPQ adalah sebagai berikut: 1) Mansur, mengemukakan:

TPQ (Taman Pendidikan Al-Qur’an) adalah pendidikan untuk baca dan menulis al-Qur’an di kalangan anak-anak dengan tujuan memberikan bekal dasar kepada anak-anak agar menjadi generasi Qur’ani, generasi sholih dan sholihah yang mampu dan gemar membaca dan mengamalkan al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.29

2) Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

TPQ adalah salah satu bentuk pendidikan nonformal yang ditujukan bagi anak-anak sejak lahir hingga usia 18 tahun yang berasal dari

keluarga muslim dalam rangka menyiapkan generasi Qur’ani.30

Berdasarkan pengertian guru dan TPQ dari beberapa reverensi, jadi yang dimaksud guru TPQ disini adalah guru-guru yang mengajar dilembaga TPQ serta bertanggungjawab terhadap perkembangan peserta didik, dan memberikan

bekal dasar agama agar menjadi generasi Qur’ani, generasi yang sholih dan

sholihah, amapu membaca dan mengamalkan al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.

28 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, (Jakarta:

Ciputat Pers, 2002), h. 41.

29 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h.


(29)

19

2. Peran Guru TPQ

Pendidik adalah salah stu faktor terpenting dalam pendidikan, teruttama karena dia bertugas mengalihkan pengetahuan dan ketrampilan kepada peserta didik agar mereka mampu menyerap, menilai dan mengembangkan secara mandiri ilmu yang dipelajarinya.

Begitu pula halnya dengan guru TPQ, peran tersebut menjadi sangat berat, karena tidak hanya memberi pengetahuan (transfer of knowledge), tapi lebih dari itu yakni menanamkan nilai (transfer of value). Mencegah dan menangkal hal-hal negatif dari lingkungan atau budaya lain yang dapat membahayakan dan menghambat perkembangan peserta didiknya.

Kehadiran TPQ sebagai lembaga pendidikan nonformal tingkat dasar berusaha memberikan pendidikan dasar agama Islam, yakni sebagai lembaga yang memberikan benteng iman bagi anak sehingga tercipta generasi yang beriman, berilmu dan beramal shaleh dan pandai membaca Al-Qur’an. Berkaitan dengan peran guru, Syaiul Bahri Djamarah mengemukakan bahwa peran guru itu sebagai berikut:31

1) Korektor

30 Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini, Petunjuk Teknis Penyelenggaraan PAUD Berbasis Taman Pendidikan Al-Qur’an ( PAUDTPQ), (Jakarta: Kemdikbud, 2012), h. 4.

31 Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaktif Edukatif , (Jakarta: Rineka


(30)

20

Sebagai korektor, guru harus bisa membedakan mana nilai yang baik dan mana nilai yang buruk. Menilai dan mengoreksi semua sikap, tingkah laku dan perbuatan anak didik.

2) Inspirator

Guru harus dapat memberikan informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, selain sejumlah bahan pelajaran untuk setiap mata pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum.

3) Infomator

Guru harus dapat memberikan informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, selain sejumlah bahan pelajaran untuk setiap mata pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum.

4) Organisator

Dalam bidang ini guru memiliki kegiatan pengelolaan kegiatan akademik, menyusun taat tertib sekolah, menyusun kalender akademik dan sebagainya. Semuanya diorganisasikan, sehingga dapat mencapai efektivitas dan efisiensi dalam belajar pada diri anak didik.

5) Motivator

Sebagai motivator, guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar bergairah dan aktif belajar.

6) Inisiator

Dalam peran ini, guru harus dapat menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran.


(31)

21

7) Fasilitator

Guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak didik.

8) Pembimbing

Peran ini harus lebih dipentingkan, karena kehadiran guru adalah untuk membimbing anak didik menjadi manusia dewasa susila yang cakap. Untuk dapat menjadi seorang pembimbing, seorang pendidik harus mampu memperlakukan para siswa dengan menghormati dan menyayangi. Dan harus dipahami bahwa pembimbing yang terdekat dengan murid adalah guru.

9) Demostrator

Dalam peran ini, guru harus berusaha membantu pemahaman peserta didik terhadap pelajaran yang sukar dipahami dengan cara memperagakan apa yang diajarkan secara didaktis.

10) Pengelola kelas

Hal ini dimaksudkan agar proses belajar mengajar tidak membosankan dan memperlancar interaksi edukatif.32 Tujuan umum

pengelolaan kelas ialah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar dan mengajar agar mencapai hasil yang baik. Sedangkan tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan


(32)

22

kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan.33

11) Mediator

Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan dalam berbagai bentuk dan jenisnya, baik media non material maupun material. Dalam memilih dan menggunakan media pendidikan harus sesuai dengan tujuan, materi, metode, evaluasi dan kemampuan guru serta minat dan kemampuan siswa.

12) Supervisor

Guru hendaknya dapat membantu, memperbaiki, dan menilai secara kritis terhadap proses pengajaran.

13) Evaluator

Yakni dengan memberikan penilaian yang menyentuh aspek ekstrinsik dan intrinsik. Sebagai evaluator, guru tidak hanya menilai produk (hasil pengajaran), tetapi juga menilai proses jalannya pengajaran. Dengan penilaian, guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan metode mengajar.

32 Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaktif Edukatif , h. 47.

33 Muhammad Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011),


(33)

23

Melalui pemaparan diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa guru TPQ adalah sebagai teladan yang baik (Uswatun Hasanah), sebagai mitra belajar yang baik bagipeserta didik dengan berbagai kompetisinya, serta sebagai motivator, yakni mendorong anak didiknya bergairah atau semangat dan aktif dalam belajar.

3. Tugas Guru TPQ

Tugas adalah aktivitas dan kewajiban yang harus diperformansikan oleh seseorang dalam memainkan peran tertentu. Tugas guru adalah segala aktivitas dan kewajiban yang harus diinformasikan oleh guru dalam peranannya sebagai guru.

Secara sederhana tugas guru adalah mengarahkan dan membimbing para murid agar semakin meningkat pengetahuannya, semakin mahir ketrampilannya dan semakin terbina dan berkembang potensinya. Oleh karena itu seorang yang baik adalah guru yang mampu melaksanakan inspiring teaching, yaitu guru yang melalui kegiatan mengajarnya mampu mengilhami murid-muridnya. Melalui kegiatan mengajar yang dilakukan seorang guru mampu mendorong para siswa agar mampu mengemukakan gagasan-gagasan yang besar dari murid-muridnya.

Selanjutnya, tugas pokok seorang guru dapat pula dibagi menjadi dua, yaitu mendidik dan mengajar. Mengajar mengacu pada pemberian pengetahuan

(transfer of knowledge) dan melatih ketrampilan dalam melakukan sesuatu, sedangkan mendidik mengacu pada upaya pembinaan kepribadian dan karakter


(34)

24

anak dengan nilai-nilai tertentu, sehingga nilai tersebut mewarnai kehidupannya dalam bentuk perilaku dan pola hidup sebagai manusia yang berakhlak.

Secara umum tugas guru TPQ meliputi empat hal yaitu tugas profesi, tugas keagamaan, tugas kemanusiaan dan tugas kemasyarakatan sebagai berikut:34

1) Tugas Profesi

Tugas profesi guru TPQ adalah mengajar, mendidik, melatih, dan menilai/mengevaluasi proses dan hasil belajar mengajar.

a) Mengajar

Mengajar adalah menunjukkan kepada seseorang bagaimana melekukan sesuatu atau mengubah seseorang sesuai keinginannya.

Mengajar adalah kegiatan yang dilakukan guru dalam mentransfer atau memberikan pengetahuan dan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa sesuai dengan pedoman dan petunjuk yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan mengajar ini aspek yang dominan untuk dikembangkan adalah aspek kognitif (pengetahuan). Yakni bagaimana guru menjadikan siswanya faham huruf-huruf hijaiyah sehingga mampu membaca al-Qur’an sesuai kaidahnya dan pandai dalam ilmu agama.

Untuk mencapai tujuan-tujuan itu maka guru perlu memahami sedalam-dalamnya pengetahuan yang akan menjadi tanggung


(35)

25

jawabnya dan menguasai dengan baik metode dan teknik mengajar.16 Yakni guru TPQ harus mampu membaca al-Qur’an dengan baik sesuai kaidahnya, ilmu agama dan menguasai metode atau cara mengajar. b) Mendidik

Mendidik adalah kegiatan guru dalam memberi contoh, tuntunan, petunjuk dan keteladanan yang dapat diterapkan atau ditiru siswa dalam sikap-sikap perilaku yang baik (akhlakul karimah) dalam kehidupan sehari-hari. Guru bertugas sebagai pendidik, berarti juga meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup kepada anak didik.17 Adapun aspek yang dominan untuk dikembangkan dalam proses pendidikan ini adalah aspek afektif (sikap dan nilai). Di sinilah tugas utama guru TPQ, tidak hanya mengajar dalam arti mentransfer ilmu pengetahuan (transfer ofknowledge) tetapi mentransfer nilai-nilai kepada siswanya (transfer of value), yang akan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu pribadi guru TPQ itu sendiri sesungguhnya merupakan perwujudan dan nilai-nilai yang akan ditransfer. Mendidik adalah mengantarkan anak didik agar menemukan dirinya, menemukan kemanusiaannya. Mendidik adalah memanusiakan manusia. Dengan demikian secara esensial dalam proses pendidikan, guru bukan saja pembawa ilmu pengetahuan akan tetapi juga menjadi contoh seorang pribadi manusia yang baik.


(36)

26

c) Melatih

Melatih adalah kegiatan yang dilakukan guru TPQ dalam membimbing, memberi contoh dan petunjuk-petunjuk praktis yang berkaitan dengan gerakan, ucapan atau perbuatan lainnya dalam rangkamengembangkan aspek psikomotorik (ketrampilan) siswa. Aspek yang dikembangkan antara lain adalah ibadah (khususnya sholat), berwudhu, membaca al-Qur’an dengan tartil, menyalin al -Qur'an dan sebagainya.

d) Menilai/mengevaluasi

Kegiatan evaluasi merupakan proses yang sistematis. Ini berarti bahwa evaluasi merupakan kegiatan yang terencana dan dilakukan secara berkesinambungan.35

Dalam istilah evaluasi terkandung makna pengukuran dan penilaian. Evaluasi dalam pendidikan Islam tidak hanya ditekankan kepada hasil yang dicapai tetapi juga prosesnya, baik menyangkut prosedur dan mekanisme penyelenggaraan, penyelenggara/ pendidiknya maupun berbagai faktor terkait lainnya.36 Bagi guru TPQ

kegiatan mengevaluasi sini harus dilakukan setiap hari, yakni mengevaluasi kemampuan membaca peserta didiknya untuk setiap

35 Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2010), h. 3.


(37)

27

halaman. Sedangkan untuk pindah jilid, yang wajib mengevaluasi adalah kepala sekolah.

2) Tugas Keagamaan

Guru juga mengemban tugas keagamaan, yaitu tugas sebagai dai yang menyerukan kebaikan dan mencegah kemungkaran (amar ma’ruf nahi

munkar). Ia harus dapat mencurahkan segenap kemampuan yang dimilikinya untuk mengajak dan membawa peserta didiknya menjadi insan yang

bertakwa kepada Allah. Terutama dalam menciptakan generasi Qur’ani dan

berakhlakul karimah. 3) Tugas Kemanusian

Tugas guru TPQ dalam bidang kemanusiaan meliputi bahwa guru di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus mampu menarik simpati dan menjadi teladan siswa. Tentunya dengan kepribadian yang baik, dan mengamalkan ajaran Islam.

Syaikh Az-Zarnuji dalam Ta’lim Muta’allim mengatakan:

يغبني

لهأ

ملعلا

أ

يا

هسفن

ع طلاب

يف

يغ

ع ط لا

ا ع حتي

هيف

ل م

37

ملعلا

هلهأ

Seyogyanya bagi orang yang berilmu agar tidak merendahkan dirinya

dengan mengharap pemberian orang lain (tama’) selain pada

tempatnya dan menjaga diri dari sesuatu yang merendahkan ilmu dan orang yang berilmu.


(38)

28

Menurut Syaikh Az-Zarnuji bahwa, para Ulama’ dalam hal ini, yaitu guru TPQ harus menjaga diri dari hal-hal yang dapat merendahkan martabatnya. Dari tugas kemanusiaan ini dapat diambil kesimpulan bahwa selain seorang guru harus memiliki kompetensi profesional, guru TPQ juga harus memiliki karakteristik kepribadian yang mantap agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.

4) Tugas Kemasyarakatan

Apabila seorang telah mendapat gelar “Guru TPQ” bukan berarti

hanya berlaku di depan kelas, akan tetapi gelar itu juga dibawa di dalam masyarakat. TPQ harus siap, jika sewaktu-waktu masyarakat membutuhkan. Karena tidak dapat dipungkiri bahwa sosok guru agama dalam masyarakat dijadikan panutan dan pemimpin agama. Sehingga siap atau tidak siap, diminta atau tidak diminta harus tampil di depan.

4. Tanggung Jawab Guru TPQ

Dalam Islam, orang yang paling bertanggung jawab sebagai pendidik adalah orang tua.38 Akan tetapi, karena perkembangan pengetahuan, ketrampilan, sikap, serta kebutuhan hidup sudah sedemikian luas, dalam dan rumit, maka orang tua tidak mampu lagi melaksanakan sendiri tugas-tugas mendidik anaknya. Sehingga tanggung jawab tersebut dilimpahkan kepada

38 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya,


(39)

29

guru. Dengan demikian guru adalah orang yang menerima amanat orang tua untuk mendidik anak. Guru adalah orang tua anak di sekolah.

Berkaitan dengan pernyataan tersebut, Allah SWT berfirman dalam Surat An Nisa ayat 58:

ا لْهأ ىل انامأا ا ّد ت ْ أ ْمك مْأي هّللا ّ

.

..

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimnaya, ...” (QS. An-Nisa’: 58). 39

Ada macam-macam amanat, di antaranya; Amanat hamba dengan Tuhannya; yaitu apa yang telah dijanjikan Allah kepadanya untuk dipelihara, berupa melaksanakan segala perintah-Nya, menjauhi segala larangan-Nya dan menggunakan segala perasaan dan anggota badannya untuk hal-hal yang bermanfaat baginya dan mendekatkan kepada Tuhan. (Tafsir QS. An- Nisa’: 58).

40

Maksud ayat diatas menjelaskan bahwa Allah menyuruh kita menyampaikan amanat kepada orang yang ahli dan berhak menerimanya, dalam hal ini yaitu guru, karena guru adalah orang yang ahli dalam dunia pendidikan. Sebagai orang yang telah menerima amanat dari orang tua untuk mendidik anak-anaknya, maka guru TPQ harus bertanggung jawab atas amanat yang diembannya. Serta memposisikan dirinya sebagai orang tua kedua bagi anak di

39 Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi Juz V, (Semarang: Karya Toha

Putra, 1993), h. 113.


(40)

30

sekolah. Sehingga, guru TPQ bertanggung jawab penuh atas pendidikan anak di sekolah.

Firman Allah Swt:

ا ً ان ْم يلْهأ ْم سفْنأ اوق اونمآ ني ّلا ا ّيأ اي

“Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka...(QS. At-Tahrim: 6).41

Wahai orang-orang yang percaya kepada Allah dan rasul-Nya hendaklah sebagian dari kamu memberitahukan kepada sebagian yang lain, apa yang hendak menjaga dirimu dari api neraka. (Tafsir QS. At-Tahrim: 6).42

Arti “Mu” pada kalimat “jagalah dirimu” adalah kedua orang tua yaitu

ayah dan ibu. Orang tua harus mendidik anak-anaknya agar menjadi orang yang saleh dan tidak akan masuk neraka.43 Namun karena kesibukan orang tua dan kurangnya pengetahuan dalam dunia pendidikan, sehingga tugas tersebut diserahkan kepada guru. Dengan demikian, guru adalah orang tua anak di sekolah dan ayah ibu adalah orang tua anak di rumah. Keduanya harus sama-sama memperhatikan kebutuhan dan kekurangan anak dan sama-sama-sama-sama membimbing anak untuk menjadi generasi muda yang sholih sholihah serta berkompeten dalam bidangnya.

41 Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi Juz XXVIII, (Semarang: Karya

Toha Putra, 1993), h. 261.

42 Ibid., 261.


(41)

31

Secara umum, tanggung jawab guru dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu:44

1) Tanggung Jawab Moral

Setiap guru TPQ berkewajiban membawa dan membimbing anak didiknya ke arah yang lebih baik dengan berpedoman kepada al-Quran dan al- Hadits, sehingga tercipta generasi yang Qur’ani, berakhlak dan terdepan dalam prestasi. Guru TPQ sebagai pendidik bertanggung jawab mewariskan nilai-nilai dan norma-norma agama kepada generasi muda, sehingga terjadi proses konversasi nilai, bahkan melalui proses pendidikan diusahakan terciptanya nilai-nilai baru.

2) Tanggung Jawab

Guru bertanggung jawab melaksanakan kegiatan pendidikan di sekolah dalam arti memberikan bimbingan dan pengajaran kepada para siswa. Tanggung jawab ini direalisasikan dalam bentuk melaksanakan pembinaan kurikulum, menuntun para siswa belajar, membina pribadi, watak dan jasmaniah siswa, menganalisis kesulitan belajar serta menilai kemajuan belajar para siswa.45 Bagi guru TPQ, ini berarti mereka harus melaksanakan

pembelajaran dengan baik sesuai dengan metodologi pembelajaran al-Qur’an dan kebijaksanaan kepala TPQ maupun pengurus. Selain itu, guru TPQ juga

44 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2009), h. 39-42.


(42)

32

harus membuat suatu perencanaan pembelajaran, supaya proses belajar mengajar berjalan lancar.

Perencanaan pembelajaran/perencanaan pengajaran adalah suatu penerapan yang rasional dari analisis sistematis proses perkembangan pendidikan dengan tujuan agar pendidikan itu lebih efektif dan efisien dengan kebutuhan dan tujuan para murid dan masyarakatnya.46

3) Bertanggungjawab dalam Bidang Kemasyarakatan

Guru TPQ tidak dapat melepaskan dirinya dari bidang kehidupan kemasyarakatan. Di satu pihak guru TPQ adalah warga masyarakatnya dan di pihak lain guru TPQ bertanggung jawab turut serta memajukan kehidupan masyarakat, membimbing dan mendidik masyarakat serta memberikan pengabdian kepada masyarakat dengan segala kemampuannya.

4) Tanggungjawab dalam bidang Keilmuan

Tanggung jawab dalam bidang keilmuan ini berarti guru TPQ harus selalu mengasah kemampuannya, dan karena tugasnya adalah mengajarkan al- Qur’an, maka satu yang tidak boleh dilupakan yaitu selalu melaksanakan tadarus al-Qur’an, baik secara pribadi maupun bersama-sama. Guru TPQ juga harus sadar bahwa profesinya adalah tuntutan dan panggilan jiwa. Dengan demikian dia harus mencintai, menghargai, menjaga dan meningkatkan tugas dan tanggung jawab profesinya.


(43)

33

Negara Indonesia merupakan sebuah Negara yang mengedepankan pendidikan karena di nilai sangat penting untuk bekal para generasi muda di masa depan. Berbagai macam lembaga pendidikan didirikan guna mewujudkan tujuan pendidikan. Pendidikan yang diharapkan bisa menuntun manusia ke arah yang lebih baik, salah satunya yaitu pendidikan agama yang secara umum bertujuan membimbing anak didik agar menjadi muslim seutuhnya, memegang teguh keimanan dan berakhlak mulia.

Kiranya pendidikan agama diberikan sejak dini sebagai bekal awal anak didik tersebut melangkah menuju kedewasaan. Setiap orang tua muslim menyadari bahwa pada hakikatnya anak adalah amanat Allah SWT yang dipercayakan (diamanatkan) kepada dirinya. Kesadaran para orang tua muslim akan hakikat anak mereka sebagai amanat Allah SWT sepantasnya ini ditanggapi dengan penuh tanggung jawab. Salah satunya dengan memberikan pendidikan agama sejak dini, karena masa anak-anak merupakan masa perkembangan baik secara fisik maupun jiwa.

Pendidikan Islam sejak dini pada anak-anak merupakan hal yang sangat penting agar anak nantinya tidak terseret arus perbuatan yang menyesatkan serta dapat tumbuh menjadi anak-anak yang memiliki akhlak sesuai dengan syariat Islam. Sehubungan dengan hakikat pendidikan yang meliputi penyelamatan fitrah Islamiah anak, perkembangan potensi pikir anak, potensi rasa, potensi kerja, dan sebagainya tentu tidak semua keluarga mampu


(44)

34

menanganinya secara keseluruhan mengingat berbagai keterbatasan yang dimiliki orang tua misalnya keterbatasan waktu, keterbatasan ilmu pengetahuan, dan keterbatasan lainnya.

Oleh karena itu, dalam batas-batas tertentu orang tua dapat menyerahkan pendidikan anaknya kepada pihak luar baik kepada lembaga sekolah maupun lembaga di lingkungan masyarakat seperti pesantren, majelis taklim, TPQ, dan kursus-kursus serta lembaga lain di lingkungan masyarakat. Pembinaan pengetahuan dan pemahaman tentang ajaran Islam dilakukan secara teratur dan disesuaikan dengan kebutuhan jiwa anak. Sebagai hal yang paling mendasar dalam ajaran Islam adalah memahami al-Qur’an sebagai mu’jizat Islam yang kekal dan sumber hukum Islam.

Tentunya untuk memahami al-Qur’an terlebih dahulu harus bisa membaca al-Qur’an dengan tepat dan benar, harus sesuai denga tajwid, makharijul hurufnya. Untuk lebih meningkatkan kualitas pendidikan al-Qur’an khususnya pendidikan baca tulis al-Qur’an membutuhkan penanganan secara serius dan profesional, karena banyak lembaga TPQ di Suarabaya yang mengangkat guru ngaji secara asal. Hanya berlandaskan mengajinya lancar, padahal tidak menguasai ilmu tajwid, ilmu menyampaikan pada anak didik, dal ilmu lainya mengenai profesinya.

Berangkat dari paparan di atas maka bermunculan lembaga-lembaga pendidikan al-Qur’an yang terus berkembang pesat guna mempermudah anak didik dalam membaca al-Qur’an yang lebih kita kenal dengan Taman


(45)

35

Pendidikan Al-Qur’an (TPQ). Dalam TPQ sistem pengelolaan dilakukan secara profesional yang mana terlihat dalam target dan tujuannya agar anak bisa baca tulis al-Qur’an dengan baik dan benar dalam jangka waktu dua tahun. Materinya pun disesuaikan dengan tingkat kemampuan anak sehingga menimbulkan motivasi anak untuk terus mengikuti kegiatan belajar mengajar. Metode-metode yang ditawarkan di TPQ lebih menekankan keaktifan murid dan memberikan kesempatan pada setiap murid untuk berkembang secara optimal sesuai kemampuannya sehingga memacu murid untuk terus meningkatkan prestasinya.

Semakin hari semakin banyak TPQ yang didirikan dan terus tumbuh subur di tengah-tengah globalisasi yang juga terus melaju pesat. Ini artinya semakin berpeluangnya Bangsa Indonesia dalam memberantas buta huruf terhadap al-Qur’an. Dengan ini pula semakin menambah semangat perjuangan umat Islam untuk terus menggali nilai-nilai Islam guna membentuk pribadipribadi muslim yang tangguh. TPQ dirasa cukup efektif untuk membantu pemahaman terhadap pendidikan agama anak. Lembaga pendidikan al-Qur'an inilah yang merupakan sebuah lembaga yang disiapkan bagi para calon generasi Islam untuk mencintai dan mengamalkan al-Qur’an. Tidak lupa diikuti dengan memajukan kualitas TPQ dengan mengupayakan aspek pengembangan sarana, serta pengembangan dan pembinaan guru secara


(46)

36

terencana dan berkesinambungan.47 Sehingga lembaga pendidikan al-Qur’an tersebut dapat berkembang secara optimal.

Pengembangan sarana dimaksudkan agar secara bertahap dapat mewujudkan sarana TPQ yang dapat digunakan untuk kegiatan belajar secara memadai. Pengembangan dan pembinaan guru dimaksudkan agar guru memiliki pengetahuan dasar tentang TPQ serta memiliki keterampilan dalam kaitannya dengan tugas mendidik anak. Program pengembangan dan pembinaan guru direncanakan dan disusun sedemikian rupa sehingga setiap pelaksanaan pembinaan mempunyai dampak positif bagi guru dalam meningkatkan profesionalismenya dalam menunjang kegiatan belajar mengajar. 6. Profesionalisme Guru TPQ

Dalam kamus besar bahasa Indonesia profesionalisme adalah mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau orang yang profesional.48 Istilah profesionalisme berasal dari profession. Profession

mengandung arti yang sama dengan kata occupation atau pekerjaan yang memerlukan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan atau latihankhusus.49

Istilah profesionalisme sebenarnya memiliki banyak makna sebagaimana yang dikemukakan sebagai berikut: Profesionalisme menurut Geist:

47 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h.

142-143.

48 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka, 2005), h. 897.

49 H.M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam Dan Umum), (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h.


(47)

37

“Professionalism are specialist and expert inside their field; their

expertise is not intended to be necessarily transferable to other areas, consequently them claim no special wisdom or sagacity outside their

specialties”50

Profesionalisme adalah seorang spesialis dan pakar atau ahli dalam bidangnya, konsekuensinya mereka mengklaim bukan orang yang spesial, bijak atau cerdik dibidang selain keahlian mereka.

Sedangkan Profesioanal menurut Robert F. Mc Nergney dan Carol Carrier adalah :

The education profession is vested by the public with a trust and responsibility requiring the highest ideals of professional service.51

Profesi pendidikan ditetapkan oleh masyarakat melalui kepercayaan dan tanggungjawab yang memerlukan idealisme tertinggi dari pelayanan profesional.

Profesionalisme tersebut merujuk pada derajat penampilan seseorang sebagai profesional atau suatu pekerjaan bangsa suatu profesi, ada yang profesionalismenya tinggi, sedang dan rendah. Profesionalisme juga mengacu kepada sikap dan komitmen anggota profesi untuk bekerja berdasarkan standar yang tinggi dan kode etik dan profesinya.

Sehingga penulis dapat menyimpulkan profesionalisme guru TPQ adalah suatu kondisi, arah, nilai, tujuan dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran di lembaga TPQ. Sementara itu, guru yang profesional adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran.

50 Siti Arofah, Peran MGMP Dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru PAI SMA Di Kabupaten Tegal, Skripsi Fakultas Tarbiyah, (Semarang: Perpustakaan Tarbiyah IAIN Walisongo Tarbiyah, 2008), h. 11.

51 Robert F. Mc Nergney and Carol Carrier, Teacher Development, (New York: Macmillan


(48)

38

Sebagaimana yang dijelaskan Undang-Undang Guru dan Dosen Pasal 10 serta Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 Tentang Guru, dijelaskan bahwa kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru meliputi, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional.52

Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi pedagogik berkaitan dengan ilmu mendidik. Pedagogik itu sendiri dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang menyelidiki, menerangkan tentang gejala-gejala perbuatan mendidik.53

Kompetensi kepribadian merupakan sejumlah kompetensi yang berhubungan dengan kemampuan pribadi dengan segala karakteristik yang mendukung terhadap pelaksanaan tugas guru. Kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.

Kompetensi sosial merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan masyarkat sekitar.

52 Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, ( Jakarta: Departemen Agama RI, 2006), h. 88.

53 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya,


(49)

39

Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan, serta memilki konsep dan metode disiplin keilmuan terhadap mata pelajaran yang akan diampu.54

Ke empat kompetensi yang dijelaskan di atas saling berkaitan dan harus dimiliki oleh setiap guru, begitu pula guru TPQ. Seorang guru dapat dikatakan guru profesional jika melekat sikap dedikatif tinggi terhadap tugasnya, sikap komitmen terhadap mutu proses dan hasil kerja, serta sikap continous improvement yaitu selalu berusaha memperbaiki dan memperbaharui model atau cara kerja sesuai dengan tuntutan zaman yang dilandasi oleh kesadaran yang tinggi bahwa tugas mendidik adalah tugas menyiapkan generasi penerus serta mampu menguasai dan melaksanakan empat kompetensi diatas.55

Semua kompetensi di atas harus di miliki oleh seorang guru, karena dalam situasi apapun jabatan menjadi seorang guru tetap dinilai oleh warga masyarakat sebagai pemberi inspirasi , penggerak, dan pelatih para siswa agar mereka siap untuk membangun hidup beserta lingkungan sosialnya. Dapat di pastikan bahwa semakin bermutu semakin besar sumbanganya bagi perkembangan diri siswanya dab perkembangan masyarakatnya. Guru yang

54 Trianto, Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi Pendidikan & Tenaga Kependidikan, ( Jakarta: Kencana, 2010), h. 55.

55 Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, ( Surabaya: Pustaka Pelajar, 2004), h.


(50)

40

bermutu mampu berperan sebagai pemimpin di antara kelompok siswanya dan juga di antara sesamanya, ia juga mampu sebagai pendukung serta penyebar nilai-nilai luhur yang diyakininya sekaligus sebagai teladan bagi siswa serta lingkungan sosialnya.56

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru,57 disebutkan bahwa kompetensi profesional guru meliputi:

a) Menguasai materi, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

b) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu.

c) Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.

d) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan tindakan reflektif.

e) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri.58

Berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru di atas, maka profesionalisme Guru TPQ meliputi:

56 Samana, Profesionalisme keguruan, (Yogyakarta: Kanisius, 1994), h. 14.

57 http://smadpekalongan.wordpress.com/2011/08/26/525/ diakses tanggal 20 Desember 2016. 58 Trianto, Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi Pendidikan & Tenaga Kependidikan, h. 55.


(51)

41

a) Menguasai materi, yakni mampu membaca Al-Qur’an dengan baik, menguasi bahan ajar, menguasai tajwid, dan mampu menerapkan metedologi pembelajaran Al-Qur’an.

b) Memahami dan menguasai tujuan dan target pembelajaran TPQ. c) Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.

d) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melaksanakan tindakan reflektif.

e) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.

Profesi guru TPQ sesungguhnya pekerjaan yang luhur dan mulia, baik ditinjau dari sudut masyarakat dan negara maupun ditinjau dari sudut keagamaan, karena secara langsung atau tidak langsung lembaga TPQ ikut mewujudkan pendidikan nasional.

Dengan demikian, penulis dapat menyimpulkan bahwa profesionalisme guru TPQ adalah suatu sikap yang menuntut adanya dedikasi tinggi, memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidangnya dalam hal ini guru TPQ, serta memiliki kemampuan penguasaan materi secara mendalam dan sejumlah komponen kompetensi serta dapat memberikan bekal dasar agama bagi peserta

didiknya agar menjadi generasi Qur’ani, generasi solih, sholihah, dan mampu membaca serta mengamalkan al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.


(52)

42

Secara sederhana peningkatan kemampuan profesionalisme guru dapat diartikan sebagai upaya membantu guru yang belum matang menjadi matang, yang tidak mampu mengelola sendiri menjadi mampu mengelola sendiri, yang belum memenuhi kualifikasi menjadi memenuhi kualifikasi, yang belum terakreditasi menjadi terakreditasi.59

Oleh karena itu, peningkatan profesional guru dapat diartika sebagai upaya membantu guru yang belum profesional menjad profesional. Maka peningkatan profesional guru lebih diarahkan pada pembinaan, pelatihan demi mewujudkan guru-guru yang profesional.

Upaya mengembangkan profesionalisme guru bisa timbul dari dua segi, yakni:

a. Dari segi eksternal, yaitu pimpinan yang mendorong guru untuk mengikuti penataran/kegiatan akademik, atau adanya lembagalembaga pendidikan yang memberi kesempatan kepada gur untuk belajar lagi. b. Dari segi internal, yaitu keinginan dari diri seorang pendidik untuk

memperoleh dan memperbaiki kemampuannya. Dan faktor ini merupakan faktor yang paling penting serta menentukan.

Di lembaga TPQ, peningkatan profesionalisme guru merupakan upaya untuk membantu guru yang belum mampu membaca al-Qur’an secara fashih dan tartil menjadi mampu, yang belum menguasai menjadi menguasai.

59 Ibrahim Bafadal, Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara,


(53)

43

Peningkatan profesionalisme guru TPQ ini juga dapat diartikan sebagai upaya penyeragaman pembelajaran al-Qur’an di lembaga TPQ dan menghapus bacaan

yang ”Salah Kaprah.”

Upaya Peningkatan profesionalisme guru TPQ menempati posisi terdepan dalam proses belajar mengajar, karena di tangan gurulah kesuksesan terwujud. Dalam peningkatan profesionalisme guru TPQ ada beberapa hal yang dapat dilakukan yaitu Kursus tartil Al-Qur’an, Penataran prefesionalisme guru TPQ dan Manajemen.

a. Kursus tartil Al-Qur’an

Kursus tartil al-Qur’an adalah lembaga al-Qur’an yang diselenggarakan secara sederhana dan dalam waktu yang relatif singkat, yang berusaha mengantarkan peserta didiknya mampu membaca

al-Qur’an secara fashih dan benar (tartil).

Kursus tartil al-Qur’an bertujuan menyiapkan umat islam khususnya para guru TPQ, guru-guru ngaji, guru-guru agama, para imam dan khatib agar mampu membaca al-Qur’an secara tartil, menguasai ilmu -ilmu yang berkaitan dengannya dan mampu mengajarkan -ilmunya kepada orang lain.

Melaui pembiasaan membaca Al-Qur’an akan memperlancar membaca Al-Qur’an, bukan hanya memperlancarkan bacaan tetapi membiasakan membaca Al-Qur’an dengan benar tajwid dan makharijul huruf nya.


(54)

44

b. Penataran Profesionalisme guru TPQ dan Manajemen

Penataran adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan untuk meninggikan atau meningkatkan pengetahuan dan kecakapan para pegawai, guru-guru/petugas pendidik lainnya, sehingga dengan demikian keahliannya bertambah luas dan mendalam.60

Dalam penataran profesionalisme dan manajemen ini dilaksanakan dengan empat tahap, yakni penataran tingkat dasar, tingkat mahir 1, tingkat mahir 2, dan penataran TOT (Training Of Trainers).

Materi Penataran tingkat dasar tentang motivasi dan problematika pengajaran al-Qur’an di Indonesia, administrasi, dan manajemen TPQ, metodologi pengajaran al-Qur’an dan pengenalan makhorijul huruf.

Penataran tingkat mahir 1 tentang profil ustadz/Ustadzah ideal, ilmu tajwid (bacaan Gharib, Makhorijul huruf dan irama Murattal), serta tehnik BCM ( Bermain, Cerita, Menyanyi).

Penataran tingkat mahir 2 tentang wawasan pendidikan, pelajaran al- Qur’an klasikal, pengelolaan kelas program pasca TPQ dan proses problem solving. Sedangkan penataran TOT tentang psikologi perkembangan anak, psikologi massa, Micro Teaching dan Problem Solving.

60 Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,


(55)

45

C. Peran LMI Program Semanggi Sukolilo Dalam Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru TPQ

TPQ (Taman Pendidikan Al Qur'an) merupakan lembaga pendidikan nonformal tingkat dasar yang bertujuan memberikan bekal dasar kepada

anak-anak agar menjadi generasi Qur’ani, generasi sholih dan sholihah, yang mampu

dan gemar membaca dan mengamalkan Al Qur'an dalam kehidupan sehari-hari. Keberadan TPQ sangat dibutuhkan oleh setiap masyarakat, yakni sebagai lembaga pendidikan Islam yang mengantarkan peserta didiknya pandai dan gemar membaca Al-Qur’an. Lebih dari itu melalui lembaga TPQ anak mendapat pendidikan agama yang tidak didapatkan di sekolah formal. Melalui TPQ juga anak dididik tentang nilai-nilai agama, sosial dan masyarakat.61

Sejalan dengan kemajuan dan tuntutan zaman, guru dituntut akan kemampuannya dalam bidang akademik dan penguasaan standar pendidikan agar proses pembelajaran efektif dan berhasil sesuai tujuan. Demikian halnya dengan guru TPQ, keberadannya dituntut lebih profesional dan berkompeten dalam ilmu yang ditekuninya. Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan kemampuannya dalam penguasaan materi dan akademik agar guru TPQ menjadi guru TPQ yang profesional. Seseorang dapat dikatakan profesional jika mempunyai latar belakang pendidikan yang sesuai dengan profesinya dan memperoleh hak atas pekerjaan yang telah dilakukan. Namun


(56)

46

kenyataan kenyataan dilapangan berkata lain, disatu sisi guru TPQ dituntut professional dan disisi lain guru TPQ belum mendapat hak yang seharusnya mereka terima. Disinilah letak permasalahan yang sangat mengganggu dan meresahkan keberadaan TPQ sebagai lembaga pendidikan nonformal Islam.62

Keberadaannya sangat dibutuhkan masyarakat, namun kesejahteraan guru belum dan bahkan tidak mendapat respon dan kerjasam yang kooperatif, baik dari masyarakat, instansi yang terkait dan Negara. Padahal keberadaan mereka juga turut mewujudkan pendidikan nasional, yakni terciptanya Negara yang berketuhanan yang Maha Esa.

Sadar akan pentingnya hal tersebut, dimana kedudukan dan keberadaan TPQ tersebut senantiasa dituntut untuk maju, kretif, dan ikhlas, maka para

pengelola lembaga pendidikan Qur’an membentuk sebuah lembaga yang

disebut Semanggi yang didalamnya menghimpun dan membina guru (ustadz/ustadzah) dengan berbagai kegiatan sehingga lebih profesional dalam pengajarannya, khususnya di TPQ.

Maka langkah pertama yang dilakukan untuk memperbaiki kualitas pendidikan adalah dengan memperbaiki kualitas tenaga pendidiknya terlebih dahulu. Upaya peningkatan kompetensi profesional guru TPQ merupakan sebuah bantuan profesional yang tujuan akhirnya adalah bertumbuhnya kompetensi guru TPQ, sehingga disini guru yang lebih aktif dalam upaya

61 Ismah Ilyu Sina, Peran Badan Koordinasi Taman Pendidikan Al-Qur’an (Badko Tpq) Terhadap Peningkatan Profesionalisme Guru Tpq Di Kota Semarang, (Semarang: Skripsi, 2012), h. 6.


(57)

47

pelaksanaanya. Dengan demikian guru TPQ tersebut benar-benar mempunyai motivasi dan komitmen yang tinggi dalam upaya peningkatan kompetensi profesionalnya.

Pada dasarnya tingkat keprofesionalisme guru TPQ dipengaruhi oleh faktor dari guru itu sendiri, yakni bagaimana guru TPQ bersikap terhadap pekerjaan dan tugasnya. Sikap guru TPQ ini merupakan keyakinan dan tindakan dalam menjalankan tugasnya. Bilamana seorang guru TPQ mempunyai sikap yang positif, maka sudah tentu guru TPQ akan menjalankan fungsi dan kedudukannya sebagai pengajar dan pendidik di lembaga TPQ dengan penuh rasa tanggung jawab. Demikian pula sebaliknya jika seorang guru TPQ memiliki sikap negatif terhadap pekerjaannya, pasti dia hanya menjalankan fungsi dan kedudukannya sebatas rutinitas belaka. Oleh karena itu, selain melaksanakan upaya peningkatan kompetensi profesional guru TPQ juga penting menumbuhkan semangat, motivasi dan komitmen terhadap pekerjaan dan tugasnya, sehingga respon guru TPQ terhadap pelaksanaan peningkatan kompetensi profesionalpun positif yang akhirnya menumbuhkan rasa tanggung jawab dan komitmen yang tnggi terhadap pekerjaannya.

Untuk mengetahui profesionalisme guru TPQ juga berpedoman pada indikator kompetensi profesional guru yang terdapat dalam peraturan menteri pendidikan nasional RI No. 16 Tahun 2007 yang terdidri dari lima indikator. Namun dalam penelitian ini hanya tiga indikator saja yang penulis ambil, hal ini


(58)

48

dimaksudkan supaya penelitian lebih fokus dan tidak melebar. Ketiga indikator tersebut diantaranya adalah:63

1. Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir yang mendukung mata pelajaran.

2. Menuntaskan tujuan dan target pembelajaran TPQ dengan baik. 3. Perilaku sosial dan kepribadian guru yang baik di kelas.

Adapun upaya yang dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme guru TPQ adalah sebagai berikut:

1. Mengikuti pembelajaran membaca Al-Qur’an.

Kemampuan membaca Al-Qur’an merupakan kemampuan pokok bagi seoarang guru TPQ, karena memang keberadannya sebagai guru yang mengajarkan Al-Qur’an. Bagaimana mungkin seorang guru TPQ mampu mendidik anak didiknya pandai membaca Al-Qur’an jika guru itu sendiri tidak mampu. Kompetensi inin adalah kompetensi yang paling utama dan pokok karena pengajaran tidak akan dapat berlangsung jika guru tidak menguasai materi yang akan diajarkan.

2. Mengikuti penataran profesionalisme dan manajemen.

Kegiatan belajar mengajar adalah sebuah interaksi yang bernilai pendidikan. Di dalamnya terjadi interaksi edukatif antara guru dengan anak didik, ketika guru menyampaikan bahan pelajaran kapada anak didik


(59)

49

di kelas. Bahan pelajaran itu kurang memberikan dorongan (motivasi) bila penyampaiannya menggunakan strategi yang kurang

Kemampuan dan penguasaan kompetensi profesionalisme ini akan lebih berhasil dalam mencapai tujuan pendidikan di TPQ apabila didukung dengan manajemen yang baik. Manajemen bisa diartikan sebagai proses yang khas terdiri dari tindakan-tindakan planning

(perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating (penggerakan), dan controling (pengendalian), semuanya itu di arahkan dalam rangka mencapai tujuan sebuah organisasi. Manajemen pengelolaan TPQ merupakan suatu proses yang didukung oleh pengelola TPQ mulai dari perencanaan dan pelaksanaan, pengelolaan, pemberdayaan dan pengendalian semua sumber daya dan dana yang dimiliki untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan,yaitu pendidikan agama yang berkualitas.tepat. Demikian halnya dengan pengajaran Al-Qur’an, proses belajar mengajar akan berjalan menyenangkan dan efektif jika disampaikan dengan baik dan sesuai kondisi serta perkmbangan anak. 3. Pelatihan menulis Arab

Tulisan Arab yang baik dan sesuai kaidah penulisa Arab merupakan salah satu faktor yang ikut mempengaruhi anak dalam merespon pelajaran. Bisa jadi karena kesalahan guru TPQ dalam menulis Arab berdampak negatif pada anak, yaitu anak mengikuti tulisan guru TPQ yang salah dan akan terus diingat hingga mereka dewasa.


(60)

50

Demikian halnya dengan guru TPQ, kemampuan ini sangat penting, karena kemampuan ini sangat menunjang tugas dan tanggung jawabnya sebagi guru TPQ. Tulisan arab yang salah dan tidak sesuai dengan kaidah pada saat guru menulis didepan kelas sangat berpangaruh bagi anak dalam memahami dan kemampuannya menulis Arab dan bahkan berakibat fatal sampai mereka dewasa. Oleh karena pelatihan menulis ini sangat dibituhkan guru TPQ sebagai upaya meningkatkan kompetensi profesionalnya dan meningkatkan kualitas pendidikan agama di TPQ. 4. Praktek Mengajar

Praktek mengajar atau yang sering disebut microteaching

merupakan cara untuk mengetahui kemampuan guru TPQ dalam penguasaan dan penyampaian materi pada saat proses belajar mengajar, karena kedua kemampuan tersebut mempengaruhi kualitas hasil belajar. Melalui praktek mengajar ini dapat diketahui kelebihan dan kelemahan guru sehingga apabila terdapat problem dapat segera teratasi. Kegiatan praktek mengajar ini juga dapat sebagai motivasi guru TPQ dalam meningkatkan kompetensi profesional dan berlomba-lomba menjadi guru yang baik.64

Peran LMI program Semanggi bagi TPQ diantaranya yaitu sebagai lembaga yang membatu kemajuan TPQ dengan bantuan materil maupun non materil, dan sebagai organisasi kemasyarakatan. Tetapi yang akan


(61)

51

penulis bahas pada LMI program Semanggi ini adalah mengenai lembaga koordinasinya dalam penyelenggaraan kegiatan untuk meningkatkan preofesionalisme guru di Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ). Kriteria profesional yang ditentukan yaitu guru mampu menguasai materi, cara metode mengajar, serta perilaku sosial dan kepribadian guru yang baik. Sehingga kegiatan ini sangat berpengaruh terhadap profesioanalisme guru TPQ dan dapat menghasilkan guru-guru TPQ yang profesional.


(62)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis dan pendekatan Penelitian

Jenis skripsi yang penulis teliti ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Creswell mendefinisikan metode kualitatif merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna oleh sejumlah individu atau sekelompok orang yang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan. 65

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, pendekatan ini sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari organisasi dan perilaku yang diamati dan diarahkan pada latar alamiah dan individu secara holistik (menyeluruh).66

Proses penelitian kualitatif ini melibatkan upaya-upaya penting, seperti mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan prosedur-prosedur, mengumpulkan data yang spesifik dari partisipan, menganalisis data secara induktif mulai dari tema-tema yang khusus ke tema-tema umum, dan menafsirkan makna data. 67

Sedangkan menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Lexy

65 Sugiyono, Metode penelitian pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 283

66 Joko Subagyo, Metode Penelitian (Dalam Teori dan Praktek), (Jakarta: PT Rineka Cipta,

2011), h. 1.

67John W. Creswell, Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed,


(1)

87

Sebaiknya para orang tua lebih meningkatkan keikutsertaanya atau

keterlibatannya dalam mendidik anak-anak mereka, yaitu dengan


(2)

88

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Abdurrahman Saleh. 1998. Teori-teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an. Bandung: Remaja Rodakarya.

Al-Maraghi, Ahmad Musthafa. 1993. Terjemah Tafsir Al-Maraghi Juz V, Semarang:

Karya Toha Putra.

Al-Qaradhowi, Muhammad Yusuf. Konsesi Islam dalam Mengentas Kemiskinan, Terjemahan .

Arifin, M. 2011. Kapita Selekta Pendidikan (Islam Dan Umum). Jakarta: Bumi Aksara.

Arofah, Siti. 2008. Peran MGMP Dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru PAI SMA Di Kabupaten Tegal, Skripsi Fakultas Tarbiyah. Semarang: Perpustakaan Tarbiyah IAIN Walisongo Tarbiyah.

Badan Koordinasi Taman Pendidikan Al-Qur’an Provinsi Jawa Tengah. 2011. Hasil Keputusan Musyawarah Wilayah IV BADKO TPQ Jateng 2O1O. Semarang: Badko Jateng.

Bafadal, Ibrahim. 2009. Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.

Chotimah, Chusnul. Peran Badan Koordinasi Taman Pendidikan al-Qur’an (BADKO

TPQ) Terhadap Peningkatan Profesionalisme Guru TPQ di Kota Semarang, Skripsi. Fakultas Tarbiyah, PAI, IAIN Wali Songo Semarang.


(3)

89

Creswell, John W. 2013. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam. 2006. Undang-Undang dan Peraturan

Pemerintah RI tentang Pendidikan. Jakarta: Departemen Agama RI.

Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini. 2012. Petunjuk Teknis

Penyelenggaraan PAUD Berbasis Taman Pendidikan Al-Qur’an ( PAUDTPQ). Jakarta: Kemdikbud.

Djamarah, Syaiful Bahri . 2005.Guru Dan Anak Didik Dalam Interaktif Edukatif . Jakarta: Rineka Cipta.

Earl V. Pullias and James D. Young, A Teacher is Many Things. 2000. (USA: Fawcelt.

Fathoni, Abdurrahmat. 2006. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi, Jakarta: Rineka Cipta.

Hadhiri, Choirudin. 2003. Klasifikasi Kandungan Al-Qur’an, Jakarta: Gema Insani Press. Cet 1.

Hamalik, Oemar. 2009. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: Bumi Aksara.

Harjanto. 2000. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

http://ikadijatim.org/upgrading-dai-semanggi/. Diakses pada tanggal 20 Desember 2016


(4)

90

http://infaq-kita.blogspot.co.id/2011/07/sejarah-lmi.html, di akses pada tanggal 25 Januari 2016.

http://lmizakat.org/profil-lembaga/, diakses pada tanggal 27 Juli 2016.

http://smadpekalongan.wordpress.com/2011/08/26/525/ diakses tanggal 20 Desember 2016.

Huda, Nina Roihana. Peningkatan Profesionalisme Guru PAI di SMP Negeri 13 Surabaya, Skripsi. FTK, PAI, UIN Sunan Ampel Sgturabaya.

Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 045/4/2002.

Mansur. 2011. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Moleong, Lexy J. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Muchsin, Bashori et al. 2010. Pendidikan Islam Humanistik. Bandung: PT Refika Aditama.

Muhaimin, Abd. Majid. 1993. Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalnya, Bandung: Trigenda Karya.

Muhaimin. 2004. Wacana Pengembangan Pendidikan Islam. Surabaya: Pustaka

Pelajar.

Nergney, Robert F. Mc and Carol Carrier. 1981. Teacher Development. New York: Macmillan publishing Co. Inc.

Nizar, Samsul. 2002. Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis. Jakarta: Ciputat Pers.


(5)

91

Purwanto, Ngalim. 1995. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya.

Purwanto, Ngalim. 2010. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Samana. 1994. Profesionalisme keguruan. Yogyakarta: Kanisius.

Sardiman. 2010. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sina, Ismah Ilyu. 2012. Peran Badan Koordinasi Taman Pendidikan Al-Qur’an (Badko Tpq) Terhadap Peningkatan Profesionalisme Guru Tpq Di Kota Semarang. Semarang: Skripsi.

Subagyo, Joko . 2011. Metode Penelitian (Dalam Teori dan Praktek). Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sudjana, Nana. 2008. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah.

Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sugiyono. 2010. Metode penelitian pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suyanto dan Jihan Hisam. 2000. Refleksi Dan Reformasi Pendidikan Di Indonesia Memasuki Millenium III. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Syafaat, Aat Sohari Sahrani, dan Muslih. 2008. Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Mencegah Kenakalan Remaja (Juvenile Delinque). Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,

Syah, Muhibin. 2000. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Guru. Bandung; Remaja Rosdakarya.


(6)

92

Syar’i, Ahmad. 2005. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka Firdaus.

Tafsir, Ahmad. 2010. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia, .Jakarta; Balai Pustaka.

Trianto. 2010. Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi Pendidikan & Tenaga Kependidikan. Jakarta: Kencana.

Undang-undang Republik indonesia Nomor 23 tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat, Pasal 1 ayat 1.

Usman, Muhammad Uzer. 2011. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja