IMPLEMENTASI WAKALAH DI LEMBAGA KEUANGAN

IMPLEMENTASI WAKALAH DALAM PERBANKAN SYARIAH
Makalah ini disusun guna untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih
Kontemporer Perbankan
Dosen Pengampu :
Imam Mustafa, SHI, MSI

Disusun Oleh :
MIA TIRTA
NPM. 141267910
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO LAMPUNG
TAHUN 2017

A. Wakalah

Seperti yang tercantum dalam UU Perbankan Syariah No. 21 tahun 2008,
bank syariah mempunyai beberapa fungsi, tidak hanya sebagai lembaga
perhimpunan dan penyaluran dana tetapi juga berlaku sebagai lembaga jasa.
Jasa perbankan adalah pelayanan bank terhadap nasabah dengan tidak
menggunakan modal tunai. Untuk pelayanan ini bank menerima imbalan

(fee). Jasa-jasa itu berupa: Pengiriman Uang (Transfer), Pencairan cek
(Inkaso), Penukaran uang asing (Valas), Letter of Credit, Letter of Guarantee.
Dalam kajian fiqh terdapat beberapa bentuk akad fiqh yang dipraktekan
dalam perbankan syariah yang digunakan dalam akad jasa perbankan tersebut
seperti al-Rahn, Wakalah, Kafalah, Hiwalah.1 Dalam transaksi jasa
pembiayaan syariah seperti pembukuan L/C, Inkaso, Transfer uang,
penitipan, kliring, payment. perbankan syariah diperlukan suatu akad
pelengkap. Akad pelengkap ini merupakan prasyarat bagi suatu produk
perbankan syariah terutama produk jasa dapat dikatakan sah menurut syariat.
Akad pelengkap ini tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, namun
ditujukan

untuk

mempermudah

pelaksanaan

pembiayaan.


Meskipun

demikian, dalam akad pelengkap ini dibolehkan untuk meminta pengganti
biaya-biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan akad ini. Besarnya
pengganti biaya ini sekedar untuk menutupi biaya yang benar-benar timbul.
Wakalah dalam aplikasi perbankan terjadi apabila nasabah memberikan
kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu,
Akad wakalah dalam produk perbankan syariah perlu benar-benar dipahami
apa, bagaimana akad ini seharusnya diterapkan dan diaplikasikan dan produk
jasa bank syariah.

Hosen,M.N. Direktur Eksekutif PKES “Buku Saku Perbankan Syariah ”, (Jakarta; Pusat
Komunikasi Ekonomi Syariah Nopember, 2005)
1

2

B.

Implementasi Wakalah dalam Lembaga Keuangan Syariah


Wakalah dalam praktik di LKS biasanya terkait dengan akad lain yang
dilakukan oleh nasabah. Misalnya dalam akad pembiayaan murabahah, pihak
LKS mewakilkan kepada nasabah untuk mencari barang yang akan dibeli
dengan pembiayaan tersebut. Begitu juga dalam akad salam, istisna’, ijarah
dan akad lainnya yang menuntut adanya perwakilan pihak LKS oleh
nasabah.2
Selain praktik wakalah diatas, di Lembaga Keuangan Syariah umumnya
ada jenis produk yang menggunakan akad wakalah yaitu produk jasa berupa
Letter Of Credit(L/C) atau penerusan permintaan akan barang dalam negeri

dari bank diluar negeri. Wakalah juga dapat diterapkan untuk mentransfer
dana nasabah kepada pihak lain, penitipan,kliring, payment, serta jasa
inkaso.3Atas dasar prinsip wakalah, bank membuka L/C atas permintaan
nasabah dengan meminta nasabah untuk menyetorkan dana yang cukup
(100%) dari besarnya L/C yang dibuka. Setoran dana tersebut disimpan oleh
bank dengan prinsip wadiah dan bank memungut ujr (fee atau komisi)
sebagai kontraprestasi. Bank dan nasabah yang dicantumkan dalam akad
pemberian kuasa harus cakap hukum. Dalam pelaksanaannya di perbankan
syariah akad Wakalah memiliki berbagai bentuk dalam pelayanan jasa

perbankan yang dapat berbentuk sebagai berikut4:

2

Imam Mustofa, Fiqih Mu’amalah Kontemporer, (Yogyakarta: Kaukaba Dipantara, 2014),

h.182
3

Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah Di Indonesia , (Yogyakarta:Gadjah Mada
University Press, 2007), h. 167
Indah Nuhyatia, “Penerapan Dan Aplikasi Akad”, Jurnal Ekonomi Dan Hukum Islam,
(Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah), Vol. 3, No.2, h. 106.
4

3

1.

Transfer (Kiriman Uang)

Jasa yang diberikan bank untuk mewakili nasabah dalam
pemindahan dana dari satu rekening kepada rekening lainnya. Proses
transfer uang ini adalah proses yang menggunakan konsep akad
Wakalah, dimana prosesnya diawali dengan adanya permintaan nasabah

sebagai Al-Muwakkil terhadap bank sebagai Al-Wakil untuk melakukan
perintah/permintaan kepada bank untuk mentransfer sejumlah uang
kepada rekening orang lain, kemudian bank mendebet rekening nasabah
(Jika transfer dari rekening ke rekening), dan proses yang terakhir yaitu
dimana bank mengkreditkan sejumlah dana kepada kepada rekening
tujuan. Berikut adalah beberapa contoh proses dalam transfer uang ini :
a.

Wesel Pos, Pada proses wesel pos, uang tunai diberikan secara
langsung dari Al-Muwakkil kepada Al-Wakil, dan Al-Wakil
memberikan uangnya secara langsung kepada nasabah yang dituju.
Berikut adalah contoh proses pentransferan uang dalam Wesel Pos :
Aldi ingin mengirimkann uang ke Adi sebesar Rp. 1.000.000 dengan
menggunakan fasilitas Wesel pos/Western Union. Jadi Aldi mewakilkan
atau meminta wesel pos untuk mengirimkan uang ke Adi


b.

Transfer uang melalui cabang suatu bank Dalam proses ini, AlMuwakkil memberikan uangnya secara tunai kepada bank yang

merupakan Al-Wakil, namun bank tidak memberikannya secara
langsung

kepada

nasabah

yang

dikirim.

Tetapi

bank


mengirimkannya kepada rekening nasabah yang dituju tersebut.

4

c.

Transfer melalui ATM, Pada proses ini transfer uang pendelegasian
tidak secara langsung uangnya diberikan dari Al-Muwakkil kepada
bank sebagai Al-Wakil. Dalam model ini, Nasabah Al-Muwakkil
meminta bank untuk mendebet rekening tabungannya, dan kemudian
meminta bank untuk menambahkan di rekening nasabah yang dituju
sebesar pengurangan pada rekeningnya sendiri. Yang sangat sering
terjadi saat ini adalah proses yang ketiga ini, dimana nasabah bisa
melakukan transfer sendiri melalui mesin ATM.Berikut adalah proses
pentransferan uang untuk skema ini:
Contoh : Aldi ingin mentransfer uang kepada Seka dengan jumlah Rp.
1.000.000 menggunakan fasilitas ATM dari Bank BRI Syariah. Nah
fasilittas ATM ini secara tidak langsung menjadi wakil Aldi untuk
mengirimkan uang ke Seka.


Sedangkan dilihat dari nominalnya,kiriman uang dibedakan menjadi
dua jenis :
a.

Kiriman uang dengan nominal kecil, transfer dengan nominal yang
nilainya kurang dari Rp.100.000.000,-. Transfer ini dapat dilakukan
melalui lembaga kliring setempat dan atau melalui RTGS (Real
Time Gross Sattlement) yaitu transfer dengan sistem elektronik.

b.

Kiriman uang dengan nominal besar. Transfer dengan jumlah
nominal Rp.100.000.000,- dan atau lebih, maka pelaksanaan transfer
harus melalui RTGS. RTGS merupakan kegiatan pengiriman uang
melalui sistem elektronik yang telah disiapkan oleh Bank Indonesia.
5

Transfer sejumblah besar tidak boleh dilakukan melalui lembaga
kliring setempat. 5
Berikut adalah skema trasfer uang melalui bank :


Untuk menggambarkan aktivitas transfer, maka di bawah ini akan
diilustrasikan mekanisme transfer :
a. Anita nasabah Bank BCA mengirimkan dananya kepada Amanda
melalui Bank BCA. Anita mengisi formulir aplikasi transfer di
Bank BCA.
b. Bank BCA meneruskan permintaan transfer tersebut untuk
mengirimkan dana ke Bank BRI, dengan menerbitkan nota kredit
untuk diserahkan kepada bank indonesia
c. Bank Indonesia menerima nota kredit, berdasarkan nota kredit
maka BI akan mengurangi saldo dana bank BCA dan
menambahkan dana saldo rekening dana bank BRI.
d. Bank BRI mengambil nota kredit dari bank BI, Bank BRI akan
mengkreditkan kiriman uang tersebut ke rekening Amanda.
e. Amanda bisa mengambil kiriman uang tersebut di Bank BRI 6

5

Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2011), h.196
Ismail, “Manajemen Perbankan Dari Teori Menuju Aplikasi”, (Jakarta : Kencana, 2011),


6

h. 156

6

2.

Inkaso
Inkaso yaitu kegiatan jasa Bank untuk melakukan amanat dari pihak
ke tiga berupa penagihan sejumlah uang kepada seseorang atau badan
tertentu di kota lain yang telah ditunjuk oleh si pemberi amanat. Disini
bank berlaku melakukan penagihan dan menerima pembayaran tagihan
untuk kepentingan Nasabah.7 Inkaso juga merupakan jasa penagihan
yang diberikan oleh bank terhadap warkat kliring dan atau surat berharga
yang diterbitkan oleh bank yang berada di luar wilayah kliring. 8Adapun
warkat-warkat yang dapat diinkasokan atau ditagihakan adalah warkat
yang bverasal dari luar kota atau luar negeri seperti : Cek, Bilyet giro,
wesel, kwitansi, surat aksep, deviden, dll9

Contoh skema dan mekanisme inkaso :

Anita menyetorkan bilyet giro sebesar Rp. 5.000.000,- di Bank BCA
Lampung. BG tersebut diterbitkan oleh Bank BRI Jakarta atas beban
Nasabah Budi.
a. Anita melakukan penjualan laptop kepada Budi
b. Budi membayarnya dengan BG Bank BRI Jakarta
c. Anita menyetor BG kepada bank BCA Lampung

7

Indah Nuhyatia, “Penerapan Dan Aplikasi Akad”..., h.107

8

Ismail, Manajemen Perbankan...., h.163

9

Kasmir,Bank
Persada,2014),h.134

dan

Lembaga

Keuangan

Lainya, (Jakarta:PT

RajaGrafindo

7

d. Bank BCA menerima BG, kemudian diperiksa ternyata BG
tersebut diterbitkan diluar wilayah kliring Bank BCA
e. Bank BCA menagih BG melalui cabang Bank BCA jakarta
f. Bank BCA Jakarta menerima setoran inkaso, karna BG
diterbitkan oleh bank diwilayah Jakarta, maka Bank BCA dapat
mengkliringkan di Bank Indonesia
g. Bank Indonesia menerima warkat kliring, kemudian menagihkan
ke Bnak BRI Jakarta
h. Bank BCA Jakarta menerima hasil kliring dan meneruskan
tagihan tersebut ke Bank BCA Lampung
i. Setelah

menerima

hasil

inkaso

Bank

BCA

Lampung

meneruskannya ke rekening Anita

3.

Kliring
Kliring adalah pertukaran warkat atau Data Keuangan Elektronik
(DKE) antar peseta klirig baik atas nama peserta maupu atas nama nasabah
peserta yang perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu. Kliring
merupakan jasa perbankan yang diberikan dalam rangka penagihan warkat
antar bank yang berasal dari wilayag kliring yang sama. Warkat yang
dapat dilakukan dalam transaksi kliring anatara lain : cek, bilyet, giro dan
surat berharga lainnya. Biasanya proses kliring memakan waktu satu hari
pada umumnya.10 Warkat merupakan alat pembayaran non tunai yang
diperhitugkan atas beban nasabah dan atau untuk keuntungan rekening atas
bank.Skema alurnya akan diperlihatkan sebagai berikut :

10

Ibid.

8

4.

Penitipan
Penitipan merupakan akad pendelegasian pembelian barang, terjadi
apabila seseorang menunjuk orang orang lain sebagi pengganti dirinya
untuk membeli sejumlah barang dengan menyerahkan uang dengan harga
penuh sesuai dengan harga barang yang akan dibeli dalam kontrak
wadiah. Agen (wakil) membayar pihak ketiga dengan menggunakan
titipan muwakkil untuk membeli barang. bank menitipkan sejumlah uang
kegiatan penitipan barang bergerak, yang penatausahaannya dilakukan
oleh Bank untuk kepentingan Nasabah berdasarkan suatu akad. 11 Sebagai
contoh bank mewakilkan kepada nasabah (wakalah) untuk membeli
barang, dengan menggunakan akad Wakalah dan akad Murabahah bisa
dilakukan secara prinsip apabila barang yang sudah dibeli melalui
Wakalah telah menjadi milik bank.

5.

Letter of Credit (L/C)
Letter of credit dapat di definisikan sebagai jaminan bersyarat yang
diberikan oleh bank yang menerbitkan L/C (issuing bank atau opening
bank) untuk membayar wesel yang ditarik oleh berficiary sepanjang
memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam L/C dan mengacu pada
UCP 600. Letter of credit adalah suatu kontrak, dengan mana suatu bank
(issuing bank) bertindak atas permintaan dan perintah dari seorang
nasabah (pemohon L/C) yang biasanya berkedudukan sebagai importer

11

Sri Nurhayati, Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia , Edisi 2, (Bandung, Salemba
Empat Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam; Sinar Baru Algensindo, 1994), h. 233

9

untuk melakukan pembayaran kepada pihak pengespor atau pihak ketiga.
12

Letter of Credit(L/C) juga merupakan surat pernyataan akan
membayar kepada yang diterbitkan oleh Bank untuk kepentingan
Importir/ Eksportir dengan pemenuhan persyaratan tertentu sesuai
dengan prinsip syariah L/C syariah dalam pelaksanaannya dapat
menggunakan akad-akad: Wakalah bil Ujrah, Qardh, Murabahah,
Salam/Istishna‟, Mudharabah, Musyarakah, dan Hawalah, ijarah.13 Bagi
L/C yang menggunakan akad Wakalah tugas, wewenang dan tanggung
jawab bank harus jelas sesuai kehendak nasabah bank. Setiap tugas yang
dilakukan harus mengatas namakan nasabah dan harus dilaksanakan oleh
bank. Atas pelaksanaan tugasnya tersebut, bank mendapat pengganti
biaya berdasarkan kesepakatan bersama.Pemberian kuasa berakhir
setelah tugas dilaksanakan dan disetujui bersama antara nasabah dengan
bank.

12

Hendro Prima S,Ekonomi-Jasa-Jasa Bank,(Klaten:PT Intan Pariwara,2013), h.53

13

Indah Nuhyatia, “Penerapan Dan Aplikasi Akad”..., h.107

10

6.

Payment
Merupakan pelayanan jasa yang diberikan oleh bank dalam
melaksanakan pembayaran untuk kepentingan nasabah. Bank akan
mendapatkan fee atas pelayanan jasa yang diberikan. Beberapa pelayanan
jasanya adalah:
a.

Pembayaran telepon

b.

Pembayaran rekening listrik

c.

Pembayaran pajak dan lain sebagainya.14

Contoh :
Aldi ingin membayar tagihan listrik bulanan kemudian, Aldi ini datang
ke Bank BRI Syariah dan memberikan kuasa/mewakilkan ke bank untuk
membayarkan

listrik

bulanan

di

rumahnya.

Kemudian

bank

yang

berkerjasama dengan PLN membayaran ke sistem PLN.

14

Imam Mustofa, Fiqih Mu’amalah..., h.184

11

C. KESIMPULAN

Di Lembaga Keuangan Syariah umumnya ada jenis produk yang
menggunakan akad wakalah yaitu produk jasa berupa Letter Of Credit (L/C)
atau penerusan permintaan akan barang dalam negeri dari bank diluar negeri.
Wakalah juga dapat diterapkan untuk mentransfer dana nasabah kepada pihak
lain, penitipan, kliring, payment, serta jasa inkaso.
Pertama pada transfer (Kiriman Uang) jasa yang diberikan bank untuk
mewakili nasabah dalam pemindahan dana dari satu rekening kepada
rekening lainnya sedangkan yang kedua inkaso yaitu kegiatan jasa Bank
untuk melakukan amanat dari pihak ke tiga berupa penagihan sejumlah uang
kepada seseorang atau badan tertentu di kota lain yang telah ditunjuk oleh si
pemberi amanat, lalu ketiga kliring sendiri adalah pertukaran warkat atau
Data Keuangan Elektronik (DKE) antar peseta klirig baik atas nama peserta
maupu atas nama nasabah peserta yang perhitungannya diselesaikan pada
waktu tertentu. Sedangkan yang keempat penitipan merupakan akad
pendelegasian pembelian barang, terjadi apabila seseorang menunjuk orang
orang lain sebagi pengganti dirinya untuk membeli sejumlah barang dengan
menyerahkan uang dengan harga penuh sesuai dengan harga barang yang
akan dibeli dalam kontrak wadiah.
Dan pada letter of credit yaitu jasa bank yang diberikan kepada
masyarakat untuk memperlancar pelayanan arus barang, baik arus barang
dalam negeri (ekspor-impor). Dan yang terakhir yaitu payment merupakan
pelayanan jasa yang diberikan oleh bank dalam melaksanakan pembayaran
untuk kepentingan nasabah.

12

DAFTAR PUSTAKA

Imam Mustofa. Fiqih Mu’amalah Kontemporer. Yogyakarta: Kaukaba Dipantara,
2014.
Abdul Ghofur Anshori. Perbankan Syariah Di Indonesia . Yogyakarta:Gadjah
Mada University Press, 2007.
Indah Nuhyatia, “Penerapan Dan Aplikasi Akad”, Jurnal Ekonomi Dan Hukum
Islam, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah), Vol. 3/ No.2.

Ismail. Perbankan Syariah. Jakarta: Kencana, 2011.
Sri Nurhayati, Wasilah. Akuntansi Syariah di Indonesia . Edisi 2. Bandung,
Salemba Empat Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam; Sinar Baru Algensindo, 1994.
Hosen,M.N. Direktur Eksekutif PKES “Buku Saku Perbankan Syariah”. Jakarta;
Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah Nopember 2005.
Ismail. Manajemen Perbankan Dari Teori Menuju Aplikasi. Jakarta: Kencana,
2011.
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainya, Jakarta : PT RajaGrafindo
Persada, 2014.
Hendro Prima S, Ekonomi-Jasa-Jasa Bank,Klaten : PT Intan Pariwara, 2013

13