Nining Sri Purwanti R.0208031

(1)

commit to user

PERBEDAAN KELELAHAN KERJA SEBELUM DAN

SESUDAH MEMAKAI

EAR PLUG

PADA PEKERJA

YANG TERPAPAR BISING DI PEMBUATAN

GAMELAN

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Nining Sri Purwanti R.0208031

PROGRAM DIPLOMA IV KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta 2012


(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2


(3)

commit to user

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, ……….

Nining Sri Purwanti NIM. R.0208031


(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

ABSTRAK

Nining Sri Purwanti. R0208031. 2012. Perbedaan Kelelahan Kerja Sebelum dan

Sesudah Memakai Ear Plug pada Pekerja yang Terpapar Bising di Pembuatan Gamelan. Skripsi. Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Latar Belakang : Industri gamelan merupakan industri informal yang bergerak di

bidang pembuatan gamelan yang berada di Desa Wirun, Mojolaban, Sukoharjo. Proses pembuatan gamelan menggunakan peralatan yang sederhana dan menimbulkan bising. Kebisingan yang berlebihan dan tidak memakai APD dapat menyebabkan kelelahan kerja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kelelahan kerja sebelum dan sesudah memakai ear plug pada pekerja yang terpapar bising di pembuatan gamelan.

Metode : Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen semu dengan

menggunakan desain eksperimen one group pretest and postest desaign. Subjek penelitian adalah semua tenaga kerja yang berjumlah 30 orang dengan menggunakan sampel jenuh. Untuk mengetahui perbedaan kelelahan sebelum dan sesudah memakai ear plug digunakan uji statistik paired sample t-test.

Hasil : Hasil pengukuran kelelahan kerja sebelum dan sesudah memakai ear plug

diperoleh rata-rata sebelum memakai ear plug (574,100) dan sesudah memakai ear plug (306,350). Hasil uji statistik menunjukkan p = 0,00 (p < 0,01) yang berarti nilai p sangat signifikan.

Kesimpulan : Dari hasil uji tersebut dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan

yang sangat signifikan antara kelelahan kerja sebelum dan sesudah memakai ear plug pada pekerja yang terpapar bising di pembuatan gamelan yang berarti pemakaian ear plug di tempat yang intensitas bisingnya melebihi NAB maka dapat menurunkan tingkat kelelahan kerja.

Kata Kunci : Kelelahan Kerja, Ear Plug, Intensitas Kebisingan


(5)

commit to user

ABSTRACT

Nining Sri Purwanti. R0208031. 2012. Differences of Phycical Fatigue of

Gamelan Industry Workers Exposed to Noise Before and After Wearing Ear Plug during Working Gamelan. Mini Thesis. Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta.

Background: Gamelan industry is an informal industry produce an manufacture

of gamelan located in the village of Wirun, Mojolaban, Sukoharjo. Gamelan manufacturing process using simple equipment and it is noisy. Excessive noise in gamelan industry if workers not wearing PPE can cause phycical fatigue. Purpose of this study was to determine the difference fatigue before and after wearing ear plugs to workers exposed to noise in the manufacturing process of gamelan.

Methods: This research uses quasi-experimental study using design of

experiments one group pretest and postest desaign. Subjects were all workers, amount of 30 people using saturated samples. To find the difference of fatigue before and after wearing ear plugs used statistical test paired sample t-test.

Results: The measurement of fatigue prior to and after wearing ear plugs the

average obtained prior to use ear plugs (574.100) and after wearing ear plugs (306.350). The results of the statistical test showed p = 0.00 (p < 0,01) the mean value of p is very significant.

Conclusion: From the test results we can conclude there is a significant

differences of phycical fatigue of gamelan industry workers exposed to noise before and after wearing ear plug during working gamelan it means that wearing the ear plug in the place of high intensity noise can reduce the fatigue level of workers.


(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

PRAKATA

Alhamdulillahirobbil’aalamiin, segala puji dan syukur bagi Allah SWT atas rahmat, karunia serta segala kemudahan yang dilimpahkan-Nya sehingga penelitian yang berjdul “Perbedaan Kelelahan Kerja Sebelum dan Sesudah Memakai Ear Plug pada Pekerja yang Terpapar Bising di Pembuatan Gamelan” dapat terselesaikan. Penelitian ini tidak akan berhasil bila tanpa bantuan dari berbagai pihak dengan memberikan ide, kritikan, dan saran. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr. S.PD-KR-FINASIM selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ibu Ipop Sjarifah, Dra, M.Si. selaku Kepala Program Studi Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan banyak dukungan terhadap kegiatan Penelitian.

3. Ibu Isna Qadrijati, dr., M. Kes. selaku Dosen Pembimbing I, yang telah membimbing dan tak kenal lelah membantu menyelesaikan penelitian ini dengan segala ketelatenan dan kesabaran. Hingga pada akhirnya penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

4. Bapak Widodo Prayitno, Drs, selaku Dosen Pembimbing II, yang sama halnya telah membimbing dan mengarahkan penelitian di sela-sela waktu sibuk. Terimakasih telah bersedia membimbing dengan segala sikapnya yang tidak pernah membuat peneliti merasa bimbang dan kesulitan.

5. Ibu Cr. Siti Utari, Dra., M. Kes. selaku Penguji yang telah memberi masukan-masukan yang bermanfaat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 6. Seluruh Dosen, tenaga pengajar dan staf Program Studi Diploma IV

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ilmu, dukungan, dan kerjasama yang baik kepada peneliti.

7. Bapak Supoyo, selaku pemilik industri gamelan yang telah berkenan memberikan waktu dan kesempatan kepada peneliti untuk melakukan penelitian.

8. Para subjek penelitian yang telah menerima peneliti dengan baik selama penelitian dan selalu memberikan cerita pengalaman hidupnya.

9. Ibu dan ayahku tercinta. Ibu yang tak henti-hentinya memberiku dukungan moral dan spiritual. Ibu yang selalu menginspirasiku. Ayah yang tak pernah habisnya memberiku dorongan untuk tetap dan terus melangkah.

10. Adikku tersayang, Farida Yuli Maryani. Adik yang tak kalah memberi dukungan dan motivasi dalam menyelesaikan penelitian ini.

11. Sahabat-sahabatku : Nur Ika Widyawati, Rusmiara Lita Dewi, Nur Ika Widyawati dan Rika Prabawati yang selalu menemani dan mendukungku dengan candaan, yang tak kenal lelah memberiku semangat. Juga teman-temanku angkatan 2008 yang aku kasihi yang tak bisa aku sebutkan satu-persatu. Aku akan sangat merindukan dan berterimakasih pada kalian.


(7)

commit to user

12. Terimakasih pula penulis ucapkan kepada semua pihak yang turut membantu terselesaikannya penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna oleh karenanya saran dan kritik membangaun dari pembaca sangat diharapkan. Semoga skripsi ini dapat menjadi sumbangsih dan amal nyata peneliti terhadap keilmuwan. Amin.

Surakarta, Juni 2012 Penulis


(8)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

PRAKATA ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II. LANDASAN TEORI ... 6

A. Tinjauan Pustaka ... 6

B. Kerangka Pemikiran ... 31

C. Hipotesis ... 31

BAB III. METODE PENELITIAN ... 32

A. Jenis Penelitian ... 32

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

C. Populasi Penelitian ... 32

D. Teknik Sampling ... 32

E. Sampel Penelitian ... 33

F. Desain Penelitian ... 33

G. IdentifikasiVariabel Penelitian ... 34

H. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 35

I. Alat dan Bahan Penelitian ... 36

J. Cara Kerja Penelitian ... 36

K. Teknik Analisis Data ... 38

BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 39

A. Gambaran Umum Perusahaan ... 39

B. Karakteristik Subjek Penelitian ... 40

C. Hasil Pengukuran Lingkungan Kerja ... 42

D. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan di Tempat Kerja ... 43

E. Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja ... 44

F. Uji Perbedaan ... 45

BAB V. PEMBAHASAN ... 46

A. Analisis Karakteristik Subjek Penelitian ... 46

B. Analisis Pengukuran Lingkungan Kerja ... 48

C. Analisis Univariat ... 51


(9)

commit to user

E. Keterbatasan Penelitian ... 55

BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN ... 56

A. Simpulan ... 56

B. Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 58 LAMPIRAN


(10)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tabel NAB Kebisingan Menurut Permenaker No. 13 Tahun 2011 ... 10

Tabel 2. Tabel Klasifikasi Tingkat Kelelahan Kerja ... 24

Tabel 3. Tabel Distribusi Frekuiensi Umur ... 40

Tabel 4. Tabel Distribusi Jenis Kelamin ... 41

Tabel 5. Tabel Distribusi Frekuensi Masa Kerja ... 41

Tabel 6. Tabel Hasil Pengukuran Iklim Kerja ... 42

Tabel 7. Tabel Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan ... 43

Tabel 8. Tabel Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja ... 44

Table 9. Tabel Hasil uji statistik ... 45

Tabel 10. Tabel Berat Beban yang dianjurkan Menurut Usia dan Jenis Kelamin ... 51


(11)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Pemikiran ... 31 Gambar 2. Desain Penelitian ... 33


(12)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Keterangan Melakukan Penelitian Lampiran 2. Surat Pernyataan Menjadi Responden Lampiran 3. Angket Penjaringan Sampel

Lampiran 4. Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja Sebelum Memakai Ear Plug

Lampiran 5. Pengukuran Kelelahan Kerja Sesudah Memakai Ear Plug

Lampiran 6. Rata-rata Pengukuran Kelelahan Sebelum dan Sesudah Memakai

Ear Plug

Lampiran 7. Hasil Uji Perbedaan Kelelahan Kerja Sebelum dan Sesudah Memakai Ear Plug dengan uji statistik paired sample t-test

menggunakan program SPSS Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian


(13)

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam era globalisasi dengan pesatnya kemajuan di bidang teknologi, telekomunikasi dan transportasi, dunia seakan tanpa batas dan jarak, dengan demikian penggunaan sumber daya manusia menjadi sangat penting terlebih lagi dengan dilakukannya perdagangan bebas yang berarti semua produk-produk yang dihasilkan oleh industri harus memenuhi standar kualitas yang disepakati oleh dunia internasional. Oleh karena itu dunia industri harus lebih cepat dan cerdas mengambil langkah-langkah untuk mengantisipasi perkembangan teknologi tersebut agar semua produk yang dihasilkan mempunyai daya saing di pasar bebas (Tarwaka, 2008).

Sejalan dengan pertumbuhan industri sekarang ini jelas memerlukan kegiatan tenaga kerja sebagai unsur dominan yang mengelola bahan baku/material, mesin, peralatan dan proses lainnya yang dilakukan di tempat kerja, guna menghasilkan suatu produk yang bermanfaat bagi masyarakat. Oleh karena itu, tenaga kerja mempunyai peranan yang sangat penting sebagai penggerak roda pembangunan nasional khususnya yang berkaitan dengan sektor industri. Di samping itu tenaga kerja adalah unsur yang langsung berhadapan dengan berbagai akibat dari kegiatan industri, sehingga sudah seharusnya kepada mereka diberikan perlindungan dan pemeliharaan kesehatan (Budiono, 2003).


(14)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Akibat yang ditimbulkan oleh teknologi modern karena peningkatan industri antara lain timbulnya masalah kebisingan yang mempunyai pengaruh luas mulai dari gangguan konsentrasi, komunikasi, dan kenikmatan kerja sampai pada cacat karena kehilangan daya dengar yang menetap. Kebisingan tidak hanya berpengaruh terhadap kualitas kerja tetapi juga berpengaruh terhadap tenaga kerja (Budiono, 2003).

Kelelahan merupakan akibat dari kebanyakan tugas pekerjaan yang sama. Pada pekerjaan yang berulang, tanda pertama kelelahan merupakan peningkatan dalam rata-rata panjang waktu yang diambil untuk menyelesaikan suatu siklus aktivitas. Waktu pendistribusian yang hati-hati sering menunjukkan kelambatan performansi sebagaimana yang tampak dalam pendistribusian proporsi yang lebih besar dari siklus lambat yang tidak normal (Nurmianto, 2003).

Kelelahan kerja dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor lingkungan fisik di tempat kerja antara lain oleh suhu dan kebisingan, lingkungan fisik kerja yang terlalu panas mengakibatkan tenaga kerja cepat lelah karena kehilangan cairan dan garam. Bila produksi panas tidak seimbang dengan panas yang dikeluarkan tubuh, akan menghasilkan kondisi kerja yang tidak nyaman dan suhu tempat kerja yang melebihi 30 °C akan mempercepat kelelahan tenaga kerja (Iwan, 2007).

Industri pengrajin Gamelan merupakan industri informal yang bergerak dibidang pembuatan gamelan yang berada di Desa Wirun, Mojolaban, Sukoharjo. Proses pembuatan gamelan masih menggunakan


(15)

commit to user

peralatan yang sederhana dan alat kerja yang menimbulkan bising. Kebisingan yang ada di bagian pembuatan gamelan yaitu pada waktu meratakan gamelan dan menggerinda gamelan dengan mesin gerinda.

Berdasarkan hasil pengukuran pada waktu survei awal dapat diketahui bahwa intensitas kebisingan yang ada di tempat kerja khususnya di bagian pembuatan gamelan yaitu 100 dBA, sedangkan intensitas kebisingan di sektor industri logam yang lain sebesar 90 dBA yang melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) yang diperkenankan yaitu 85 dBA untuk 8 jam kerja seperti yang diatur dalam Kepmenaker no. KEP 51/MEN/1999. Pekerja mengalami beberapa gangguan seperti gangguan fungsi pendengaran dan gangguan keseimbangan. Sedangkan kelelahan kerja yang diukur menggunakan reaction timer 470,8 milidetik, 561,9 milidetik dan 623,5 milidetik yang termasuk kategori Kelelahan Kerja Berat (KKB) dengan waktu reaksi > 580,0 milidetik. Sebagian besar pekerja mengalami kelelahan saat bekerja dan sebagian pekerja tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang berupa ear plug. Para pekerja sudah terbiasa dengan keadaan tersebut dan tidak berusaha mengatasi bising yang ditimbulkan dari proses pembuatan gamelan.

Dengan mengacu pada hasil survei awal yang dilakukan oleh penulis, maka penulis mengadakan penelitian mengenai “Perbedaan Kelelahan Kerja Sebelum dan Sesudah Memakai Ear Plug pada Pekerja yang Terpapar Bising di Pembuatan Gamelan”.


(16)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

B. Rumusan Masalah

Apakah ada Perbedaan Kelelahan Kerja Sebelum dan Sesudah Memakai Ear Plug pada Pekerja yang Terpapar Bising di Pembuatan Gamelan?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui dan mengkaji perbedaan kelelahan kerja sebelum dan setelah memakai ear plug pada pekerja yang terpapar bising di industri gamelan.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui dan mengkaji kebisingan pada pembuatan gamelan.

b. Untuk mengetahui dan mengkaji kelelahan kerja yang terjadi pada pekerja di industri gamelan.

c. Untuk mengetahui dan mengkaji perbedaan kelelahan kerja sebelum dan sesudah memakai ear plug pada pekerja pembuat gamelan.

D. Manfaat Penelitian

1. Teoritis

a. Menambah wawasan pengetahuan bagi peneliti tentang perbedaan kelelahan kerja sebelum dan sesudah memakai ear plug.


(17)

commit to user

b. Sebagai pengkaji teori bahwa pemakaian ear plug diharapkan dapat menurunkan tingkat kelelahan kerja.

2. Aplikatif

a. Diharapkan tenaga kerja menyadari pentingnya pemakaian APD (ear plug) dari bahaya kebisingan.

b. Diharapkan pengusaha maupun tenaga kerja mengetahui perbedaan kelelahan kerja sebelum dan sesudah memakai ear plug.

c. Diharapkan pengusaha menyediakan APD sesuai jenis pekerjaannya. d. Diharapkan manajemen perusahaan dapat melakukan pengendalian


(18)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Kebisingan

a. Pengertian Kebisingan

Bunyi atau suara didengar sebagai rangsangan pada sel syaraf pendengar dalam telinga oleh gelombang longitudinal yang ditimbulkan getaran dari sumber bunyi atau suara dan gelombang tersebut merambat melalui media udara atau penghantar lainnya dan manakala bunyi atau suara tersebut tidak dikehendaki oleh karena mengganggu atau timbul di luar kemauan orang yang bersangkutan, maka bunyi-bunyian atau suara demikian dinyatakan sebagai kebisingan (Suma’mur, 2009).

Kebisingan adalah semua bunyi atau suara yang tidak dikehendaki yang dapat mengganggu kesehatan dan keselamatan (Anizar, 2009).

b. Jenis-jenis Kebisingan

Berdasarkan atas sifat dan frekuensi bunyi, menurut Soeripto (2008), bising dapat dibagi atas :

1) Bising yang kontinu dengan spektrum frekuensi yang sempit. Misal: gergaji sirkuler dan katup gas.

2) Bising yang kontinu dengan spektrum frekuensi yang luas. Misal: mesin, kipas angin dan dapur pijar.


(19)

commit to user 3) Bising yang terputus-putus.

Misal: lalu lintas dan suara kapal terbang. 4) Bising impulsif.

Misal: suara tembakan, meriam, ledakan dan pukulan. 5) Bising impulsif berulang.

Misal: mesin tempa dan pandai besi.

Berdasarkan pengaruhnya terhadap manusia, menurut Soeripto (2008), bising dapat dibagi menjadi :

1) Bising yang mengganggu (iritating noise), intensitasnya tidak keras.

2) Bising yang menutupi (masking noise) merupakan bunyi yang menutupi pendengaran.

3) Bising yang merusak (damaging/injurious noise) yaitu bunyi yang intensitasnya melampaui Nilai Ambang Batas (NAB) dan akan merusak atau menurunkan fungsi pendengaran.

Menurut Anizar (2009), kebisingan dapat diklasifikasikan dalam beberapa jenis yaitu :

1) Bising secara terus menerus adalah bising yang mempunyai perbedaan tingkat intensitas bunyi diantara maksimum dan minimum yang kurang dari 3 dB. Contohnya adalah bunyi yang dihasilkan oleh mesin penenun tekstil.


(20)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

2) Bising fluktuasi yaitu bunyi bising yang mempunyai perbedaan tingkat di antara intensitas yang tinggi dengan yang rendah lebih dari 3 dB.

3) Bising implus yaitu bunyi bising yang mempunyai intensitas yang sangat tinggi dalam waktu yang singkat. Contohnya suara tembakan senjata api dan suara ledakan.

4) Bising bersela yaitu bunyi yang terjadi dalam jangka waktu tertentu secara berulang misalnya mesin tempa.

Menurut Tigor (2005), kebisingan diklasifikasikan ke dalam dua jenis golongan besar yaitu kebisingan tetap (steady noise) dan kebisingan tidak tetap (non steady noise). Kebisingan tetap dipisahkan lagi menjadi dua jenis yaitu :

1) Kebisingan dengan frekuensi terputus (discrete frequency noise) yaitu kebisingan yang berupa nada-nada pada frekuensi yang beragam. Misalnya suara mesin dan kipas angin.

2) Broad band noise yaitu kebisingan yang terjadi pada frekuensi yang lebih bervariasi (bukan “nada” murni).

Sedangkan kebisingan tidak tetap (unsteady noise) dibagi menjadi tiga jenis yaitu :

1) Kebisingan fluktuatif (fluctuating noise) yaitu kebisingan yang selalu berubah-ubah selama rentang waktu tertentu.

2) Intermittent noise yaitu kebisingan yang terputus-putus dan besarnya berubah-ubah. Misalnya kebisingan lalu lintas.


(21)

commit to user

3) Impulsive noise yaitu kebisingan yang dihasilkan oleh suara-suara berintensitas tinggi (memekakkan telinga) dalam waktu yang relatif singkat. Misalnya suara ledakan senjata api dan alat-alat sejenisnya.

Beberapa hal yang perlu dipahami tentang kebisingan (Ridley, 2006) :

1) Kebisingan adalah bunyi yang tidak diharapkan. 2) Beberapa bunyi-bunyian diperlukan untuk :

a) Berkomunikasi. b) Memberi peringatan.

c) Menyeimbangkan dan mengenali sesuatu. 3) Bunyi merupakan pulsa-pulsa tekanan di udara.

4) Ambang pendengaran adalah tingkat kebisingan paling rendah yang dapat dideteksi oleh telinga.

c. Nilai Ambang Batas Kebisingan (NAB)

NAB untuk kebisingan di tempat kerja adalah intensitas tertinggi dan merupakan nilai rata-rata yang masih dapat diterima oleh tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap untuk waktu terus menerus tidak lebih dari 8 jam sehari dan 40 jam seminggunya. NAB kebisingan adalah 85 dBA selama waktu pemaparan 8 jam. Menurut Permenakertrans RI No. PER.13/MEN/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan


(22)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Faktor Kimia di Tempat Kerja, NAB kebisingan adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Nilai Ambang Batas Faktor Fisik dan Kimia

Waktu pemaparan per hari Intensitas kebisingan dalam dBA

8

Jam

85

4 88

2 91

1 94

30

Menit

97

15 100

7,5 103

3,75 106

1,88 109

0,94 112

28,12

Detik

115

14,06 118

7,03 121

3,52 124

1,76 127

0,88 130

0,44 133

0,22 136

0,11 139

Sumber : Permenakertrans RI No. PER.13/MEN/2011 d. Gangguan Kebisingan di Tempat Kerja

Kebisingan dapat mempengaruhi daya kerja seseorang dan efek tersebut merugikan baik ditinjau dari pelaksanaan kerja maupun 10


(23)

commit to user

dari hasil kerja. Pengaruh dari kebisingan juga dapat merusak indera-indera pendengaran yang menyebabkan tuli progresif. Menurut Buchari (2007), gangguan kebisingan di tempat kerja dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1) Gangguan fisiologis

Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah, peningkatan nadi, basal metabolisme, konstruksi pembuluh darah kecil terutama pada bagian kaki, dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.

2) Gangguan psikologis

Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur dan emosi. Pemaparan jangka waktu lama dapat menimbulkan penyakit psikosomatik seperti penyakit gastritis dan jantung koroner.

3) Gangguan komunikasi

Gangguan komunikasi ini dapat menyebabkan terganggunya pekerjaan bahkan terjadi kesalahan terutama bagi pekerja baru yang belum berpengalaman. Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung akan mengakibatkan bahaya bagi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja, karena tidak mendengar teriakan atau isyarat tanda bahaya dan tentunya akan dapat menurunkan mutu pekerjaan dan produktivitas kerja.


(24)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

4) Gangguan keseimbangan

Gangguan keseimbangan ini mengakibatkan gangguan fisiologis seperti kepala pusing dan mual.

5) Gangguan terhadap pendengaran

Diantara gangguan yang ditimbulkan oleh bising, gangguan terhadap pendengaran adalah gangguan yang paling serius karena dapat menyebabkan hilangnya pendengaran atau ketulian. Ketulian ini dapat bersifat progresif atau awalnya bersifat sementara tapi bila bekerja terus-menerus di tempat bising tersebut maka daya dengar akan menghilang secara menetap atau tuli.

e. Pengendalian Kebisingan

Kebisingan dapat dikurangi dengan pengendalian yang dilakukan oleh pihak ahli teknik atau pihak manajemen mempergunakan salah satu atau kedua-duanya. Pengendalian kebisinganyang pertama adalah bagaimana mengurangi kebisingan yang ditimbulkan oleh sumber. Kedua adalah dengan mengurangi kebisingan di sepanjang jalur yang dilaluinya. Ketiga adalah mengurangi kebisingan pada pendengar dengan menggunakan alat pelindung diri (Anizar, 2009).

Menurut Budiman (2006), kebisingan dapat dikendalikan dengan berbagai cara, antara lain :


(25)

commit to user 1) Pengurangan sumber bising.

Hal ini dapat dilakukan dengan menempatkan peredam suara pada sumber kebisingan, melakukan modifikasi mesin atau bangunan, mengganti mesin dan menyusun perencanaan bangunan baru.

2) Penempatan penghalang pada jalan transmisi suara.

Isolasi antara ruang kerja dengan ruangan mesin merupakan upaya yang cepat dalam mengurangi kebisingan. Agar efektif, harus disusun rencana yang sebaik mungkin dan bahan yang dipakai untuk penutup harus dibuat cukup berat dan dilapisi oleh bahan yang dapat menyerap suara agar tidak menimbulkan getaran yang kuat.

3) Perlindungan dengan sumbat atau tutup telinga

Tutup telinga biasanya lebih efektif dari penyumbat telinga. Alat seperti itu harus diseleksi agar terpilih yang paling tepat. Alat semacam ini dapat mengurangi intensitas kebisingan sekitar 20-25 dBA. Sebagai akibat penggunaan alat tersebut, upaya perbaikan komunikasi harus dilakukan. Masalah utama pemakaian APD pendengaran adalah kedisiplinan pekerja saat menggunakannya.


(26)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

2. Kelelahan Kerja

a. Definisi Kelelahan kerja

Kata kelelahan menunjukkan keadaan yang berbeda-beda, tetapi semuanya berakibat kepada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh (Suma’mur, 1996).Kelelahan kerja adalah perasaan lelah dan adanya penurunan kesiagaan (Setyawati, 2011).

Menurut Nurmianto (2003), kelelahan kerja akan menurunkan kinerja dan menambah tingkat kesalahan kerja. Meningkatnya kesalahan kerja akan memberikan peluang terjadinya kecelakaan kerja dalam industri. Pembebanan otot secara statispun (static muscular loading) jika dipertahankan dalam waktu yang cukup lama akan mengakibatkan RSI (Repetition Strain Injuries), yaitu nyeri otot, tulang dan tendon yang diakibatkan oleh jenis pekerjaan yang bersifat berulang (repetitive).

Menurut Setyawati (2011), kelelahan kerja merupakan kriteria yang kompleks yang tidak hanya menyangkut kelelahan fisiologis dan psikologis tetapi dominan hubungannya dengan penurunan kinerja fisik, adanya perasaan lelah, penurunan motivasi dan penurunan produktivitas kerja.

Tarwaka (2010) menyebutkan bahwa kelelahan merupakan mekanisme perlindungan tubuh agar terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat.


(27)

commit to user b. Jenis Kelelahan Kerja

Berdasarkan waktu terjadinya kelelahan menurut Setyawati (2011), maka kelelahan dibagi menjadi dua yaitu :

1) Kelelahan akut yaitu kelelahan yang terjadi dengan cepat yang pada umumnya disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh tubuh yang berlebihan.

2) Kelelahan kronis yaitu kelelahan yang disebabkan oleh sejumlah faktor yang berlangsung secara terus menerus dan terakumulasi.

Sedangkan berdasarkan penyebab kelelahan menurut Setyawati (2011), maka kelelahan dibedakan menjadi dua yaitu : 1) Kelelahan fisiologis yaitu kelelahan yang timbul karena adanya

perubahan fisiologis dalam tubuh.

2) Kelelahan Psikologis yaitu kelelahan yang terjadi karena adanya pengaruh dari luar diri berupa tingkah laku atau perbuatan alam memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti: suasana kerja, interaksi dengan pekerja maupun dengan atasan.

Menurut Tarwaka (2010), kelelahan diklasifikasikan menjadi dua jenis :

1) Kelelahan otot yaitu tremor pada otot atau perasaan nyeri pada otot.

2) Kelelahan umum biasanya ditandai dengan kurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh monotoni pekerjaan,


(28)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan, sebab-sebab mental, status kesehatan dan keadaan gizi.

c. Fisiologi Kelelahan

Secara fisiologis tubuh manusia dapat diumpamakan sebagai suatu mesin yang dalam menjalankannya membutuhkan bahan bakar sebagai sumber energi. Dalam melangsungkan tugas fisik tubuh dipengaruhi oleh beberapa sistem yang bekerja sendiri atau bersama-sama. Sistem tersebut adalah sistem peredaran darah, sistem pencernaan, sistem otot, sistem saraf dan sistem pernafasan (Setyawati, 2011).

Kelelahan sebagai akumulasi asam laktat di otot-otot disamping zat ini berada di aliran darah. Akumulasi asam laktat dapat menyebabkan penurunan kerja otot dan kemungkinan faktor saraf tepi dan sentral berpengaruh terhadap terjadinya kelelahan. Pada saat otot berkontraksi, glikogen diubah menjadi asam laktat dan asam ini merupakan produk yang dapat menghambat kontinuitas kerja otot sehingga terjadi kelelahan. Dalam stadium pemulihan terjadi proses yang mengubah sebagian asam laktat kembali menjadi glikogen sehingga memungkinkan otot-otot dapat berfungsi normal kembali (Setyawati, 2011).

Menurut Setyawati (2011), bila pengaruh sistem aktivasi lebih kuat maka tubuh dapat secara kuat menjawab setiap stimuli. Bila pengaruh sistem inhibisi lebih kuat atau proses aktivasi sebagian 16


(29)

commit to user

menurun maka tubuh mengalami penurunan kesiagaan bereaksi terhadap suatu rangsang.

d. Gejala Kelelahan Kerja

Kelelahan kerja pada umumnya dikeluhkan sebagai kelelahan dalam sikap, orientasi dan penyesuaian pekerja yang mengalami kelelahan. Gejala kelelahan kerja menurut (Setyawati, 2011) adalah :

1) Gejala-gejala yang mungkin berakibat pada pekerjaan seperti penurunan kesiagaan dan perhatian, penurunan dan hambatan persepsi, cara berpikir atau perbuatan anti sosial, tidak cocok dengan lingkungan, depresi, kurang tenaga dan kehilangan inisiatif.

2) Gejala umum yang sering menyertai gejala-gejala diatas adalah sakit kepala, vertigo, gangguan fungsi paru dan jantung, kehilangan nafsu makan serta gangguan pencernaan.

e. Penyebab Kelelahan Kerja

Dari penelitian kelelahan kerja di Indonesia sejak beberapa tahun yang lalu diperoleh pemahaman bahwa kejadian kelelahan kerja ada hubungannya dengan lingkungan kerja yang tidak bersahabat dengan pekerja baik cuaca kerja, kebisingan, getaran maupun bahan kimia tertentu dan gizi kerja. Kelelahan kerja juga berhubungan dengan stress kerja, shift kerja, kualitas tidur, dan pengetahuan K3 bekerja (Setyawati, 2011).


(30)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Menurut Setyawati (2011), dari sudut neurofisiologi, siaga merupakan keadaan tertentu pada sistem saraf sentral yang disebabkan oleh aktivitas antagonis sistem aktivasi dan inhibisi batang otak. Bila pengaruh sistem aktivasi lebih kuat maka tubuh dapat secara cepat menjawab setiap stimuli. Bila pengaruh sistem inhibisi lebih kuat atau proses aktivasi sebagian besar menurun maka tubuh mengalami penurunan kesiagaan bereaksi terhadap suatu rangsang.

Menurut Tarwaka (2010), menjelaskan bahwa faktor penyebab terjadinya kelelahan di industri sangat bervariasi. Untuk memelihara dan mempertahankan kesehatan serta efisiensi, proses penyegaran harus dilakukan di luar tekanan (cancel out the stress). Penyegaran terjadi terutama selama waktu tidur malam, tetapi periode istirahat dan waktu-waktu berhenti kerja juga memberikan penyegaran.

Menurut Setyawati (2011), penyebab kelelahan kerja secara umum berkaitan dengan :

1) Pekerjaan yang monoton.

2) Intensitas dan lamanya kerja fisik dan mental yang tinggi.

3) Cuaca ruang kerja, pencahayaan dan kebisingan serta lingkungan kerja lain yang tidak memadai.

4) Faktor psikologis misalnya rasa tanggungjawab, ketegangan-ketegangan dan konflik-konflik.


(31)

commit to user 5) Circadian rhythm.

Menurut Tarwaka (2010), penyebab terjadinya kelelahan kerja adalah sebagai berikut :

1) Aktivitas kerja fisik. 2) Aktivitas kerja mental. 3) Sikap paksa.

4) Kerja statis.

5) Sifat kerja monoton. 6) Lingkungan kerja ekstrim. 7) Psikologis.

8) Kebutuhan kalori kurang.

9) Waktu kerja-istirahat tidak tepat.

Menurut Suma’mur (1994), faktor-faktor yang mempengaruhi kelelahan kerja yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Yang termasuk faktor internal yaitu :

1) Faktor somatis atau fisik, seperti : kesehatan, gizi, pola makan, jenis kelamin dan usia.

2) Faktor psikis, seperti : pengetahuan, sikap, gaya hidup, dan pengelolaan stress.

Sedangkan faktor-faktor eksternal yaitu :

1) Faktor fisik, seperti : kebisingan, suhu, pencahayaan. 2) Faktor kimia, seperti : zat beracun.


(32)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

4) Faktor ergonomi

5) Faktor lingkungan kerja, seperti : kategori pekerjaan, sifat pekerjaan, disiplin perusahaan, gaji/uang lembur (insentif), hubungan sosial, posisi kerja.

Menurut Depkes RI (1991), kelelahan mempunyai beragam penyebab yang berbeda yaitu :

1) Beban Kerja

Merupakan volume pekerjaan yang dibebankan kepada tenaga kerja, baik fisik maupun mental dan tanggung jawab. Beban kerja yang melebihi kemampuan akan mengakibatkan kelelahan kerja.

2) Beban Tambahan

Beban tambahan merupakan beban di luar beban kerja yang harus ditanggung oleh pekerja. Beban tambahan tersebut berasal dari lingkungan kerja yang memiliki potensi bahaya seperti lingkungan kerja.

f. Cara Mengatasi Kelelahan Kerja

Menurut Setyawati (2011), untuk mengatasi kelelahan kerja ada beberapa hal yang patut mendapat perhatian dan harus dilakukan dengan baik agar kelelahan kerja dapat dikendalikan dengan berbagai cara yaitu sebagai berikut :

1) Lingkungan kerja bebas dari zat berbahaya, penerangan memadai, sesuai dengan jenis pekerjaan yang dihadapi, maupun 20


(33)

commit to user

pengaturan udara yang adekuat, bebas dari kebisingan, getaran, serta ketidaknyamanan.

2) Waktu kerja diselingi istirahat pendek dan istirahat untuk makan.

3) Kesehatan umum dijaga dan dimonitor.

4) Pemberian gizi kerja yang memadai sesuai dengan jenis pekerjaan dan beban kerja.

5) Beban kerja berat tidak berlangsung terlalu lama.

6) Tempat tinggal diusahakan sedekat mungkin dengan tempat kerja, kalau perlu bagi tenaga kerja dengan tempat tinggal jauh diusahakan transportasi dari perusahaan.

7) Pembinaan mental secara teratur dan berkala dalam rangka stabilitas kerja dan kehidupannya.

8) Disediakaan fasilitas rekreasi, waktu rekreasi dan istirahat dilaksankan secara baik.

9) Cuti dan liburan digunakan sebaik-baiknya.

10) Diberikan perhatian khusus pada kelompok tertentu seperti tenaga kerja beda usia, wanita hamil dan menyusui, tenaga kerja dengan kerja gilir di malam hari, tenaga baru pindahan .

11) Mengusahakan tenaga kerja bebas alkohol dan obat berbahaya. g. Pengukuran Kelelahan Kerja

Sampai saat ini belum ada cara untuk mengukur tingkat kelelahan secara langsung. Pengukuran-pengukuran yang dilakukan


(34)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

oleh peneliti sebelumnya hanya berupa indikator yang menunjukkan terjadinya kelelahan akibat kerja. Tarwaka (2010) mengelompokkan metode pengukuran kelelahan dalam beberapa kelompok, yaitu: 1) Kualitas dan kuantitas kerja

Kualitas output digambarkan sebagai suatu jumlah proses kerja (waktu yang digunakan dalam setiap item) atau proses operasi yang dilakukan setiap unit waktu. Namun demikian banyak faktor yang harus dipertimbangkan seperti : target produksi, faktor sosial, dan perilaku psikologis dalam kerja. Sedangkan kuantitas output (kerusakan produk, penolakan produk) atau frekuensi kecelakaan dapat menggambarkan terjadinya kelelahan, tetapi faktor tersebut bukanlah causal factor.

2) Uji psikomotor (Psychomotor test)

Metode ini melibatkan fungsi persepsi, interpretasi dan reaksi motor. Salah satu cara yang digunakan dengan pengukuran waktu reaksi. Waktu reaksi yaitu jangka waktu dari pemberian suatu rangsang sampai pada suatu saat kesadaran atau dilaksanakan kegiatan. Dalam uji waktu reaksi dapat digunakan nyala lampu, denting suara, sentuhan kulit atau goyangan badan. Terjadinya pemajangan waktu reaksi merupakan petunjuk adanya perlambatan pada proses faal syaraf dan otot.


(35)

commit to user

Setyawati (2011) melaporkan, dalam uji waktu reaksi, ternyata stimuli terhadap cahaya lebih signifikan daripada stimuli suara. Hal tersebut disebabkan karena stimuli suara lebih cepat diterima oleh reseptor daripada stimuli cahaya. Alat ukur waktu reaksi yang telah berkembang di Indonesia biasanya menggunakan nyala lampu dan denting suara sebagai stimuli.

Menurut Tim Hiperkes (2004), tingkat kelelahan kerja dapat diklasifikasikan berdasarkan waktu reaksi yang diukur dengan reaction timer yaitu :

a) Normal (N) dengan waktu reaksi 150,0-240,0 milidetik. b) Kelelahan Kerja Ringan (KKR) dengan waktu reaksi >

240,0 - < 410,0 milidetik.

c) Kelelahan Kerja Sedang (KKS) dengan waktu reaksi 410,0 - < 580,0 milidetik.

d) Kelelahan Kerja Berat (KKB) dengan waktu reaksi > 580,0 milidetik.

3) Uji hilangnya kelipatan (Flicker fusion test)

Dalam kondisi yang lelah, kemampuan tenaga kerja untuk melihat kelipatan akan berkurang. Semakin lelah akan semakin panjang waktu yang diperlukan untuk jarak antara dua kelipatan. Uji kelipatan di samping untuk mengukur kelelahan juga menunjukkan keadaan kewaspadaan tenaga kerja.


(36)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

4) Pengukuran kelelahan secara subyektif (Subjective feelings of fatigue)

Subjective Self Rating Test merupakan salah satu kuesioner yang dapat untuk mengukur tingkat kelelahan subjektif. Pengukuran kelelahan dengan kuesioner subjektif dapat digunakan untuk menilai tingkat keparahan kelelahan individu dalam kerja yang cukup banyak atau kelompok sampel yang dapat merepresentasikan populasi secara keseluruhan. Adapun klasifikasi tingkat kelelahan subjektif berdasarkan total skor individu yaitu :

Tabel 2. Klasifikasi tingkat kelelahan subjektif berdasarkan total skor individu Tingkat Kelelahan Total Skor Individu Klasifikasi Kelelahan Tindakan Perbaikan

1 30 – 52 Rendah Belum diperlukan adanya tindakan perbaikan.

2 53 – 75 Sedang Mungkin

diperlukan tindakan

dikemudian hari 3 76 – 98 Tinggi Diperlukan

tindakan segera 4 99 – 120 Sangat

tinggi

Diperlukan tindakan menyeluruh sesegera mungkin Sumber : Tarwaka, 2010


(37)

commit to user 3. Alat Pelindung Telinga

Menurut Tarwaka (2008), Alat Pelindung Diri (APD) merupakan seperangkat alat keselamatan yang digunakan oleh pekerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya dari kemungkinan adanya pemaparan potensi bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Secara teknis alat pelindung diri tidaklah dapat melindungi tubuh secara sempurna terhadap paparan potensi bahaya. Alat Pelindung Diri (APD) merupakan sarana pengendalian yang digunakan untuk jangka pendek dan bersifat sementara manakala sistem pengendalian yang permanen belum dapat diimplementasikan. APD merupakan pilihan terakhir dari suatu sistem pengendalian resiko di tempat kerja. Hal ini disebabkan oleh :

a. APD tidak menghilangkan resiko bahaya yang ada, tetapi hanya membatasi antara terpaparnya tubuh dengan potensi bahaya yang diterima.

b. Penggunaan APD dirasa tidak nyaman, karena kekurangleluasaan gerak pada waktu bekerja dan dirasakan adanya beban tambahan karena harus dipakai selama bekerja.

Fungsi alat pelindung telinga adalah menurunkan tingkat kebisingan yang mencapai alat pendengar. Ada dua jenis alat pelindung telinga yaitu :


(38)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

a. Sumbat Telinga (ear plug)

Sumbat telinga yang paling sederhana terbuat dari kapas yang dicelupkan dalam lilin yang terbuat dari bahan sintetis. Sumbat telinga ini dapat menurunkan intensitas kebisingan sebesar 25 dBA sampai 30 dBA. Kapas telinga tidak dapat digunakan sebagai sumbat telinga karena tidak efektif (Anizar, 2009).

Ear plug dapat terbuat dari kapas, plastik, karet alami dan bahan sintetis. Untuk ear plug yang terbuat dari kapas, spon dan malam (wax) hanya bisa digunakan untuk sekali pakai (disposable). Sedangkan yang terbuat dari bahan karet dan plastik yang dicetak (molded rubber/plastic) dapat digunakan berulang kali (non disposable) (Tarwaka, 2008).

Keuntungan pemakaian ear plug adalah ukuran kecil sehingga mudah dibawa, pada tempat kerja yang panas lebih nyaman, tidak membatasi gerakan kepala, lebih murah daripada ear muff dan lebih mudah dipakai bersama dengan kacamata dan helm. Kerugian pemakaian ear plug adalah besarnya pengurangan terhadap bising (attenuation) lebih kecil, memasang harus secara tepat sekali (sukar), sukar mengontrol, dan saluran telinga mudah terkena infeksi (Sigit, 2008).

b. Penutup Telinga (ear muff)

Penutup telinga lebih baik dari pada penyumbat telinga, karena selain menghalangi hambatan suara melalui udara, juga 26


(39)

commit to user

menghambat hantaran melalui tulang tengkorak. Penutup telinga dapat mengurangi intensitas kebisingan sebesar 30 dBA sampai 40 dBA (Anizar, 2009).

Alat pelindung jenis ini terdiri dari dua buah tutup telinga dan sebuah headband. Isi dari tutup telinga dapat berupa cairan atau busa yang berfungsi untuk menyerap suara frekuensi tinggi. Pada pemakaian yang cukup lama, efektivitas ear muff dapat menurun karena bantalannya mengeras dan mengerut sebagai akibat reaksi dari bantalan dengan minyak dan keringat. Alat ini juga dapat melindungi bagian luar telinga dari benturan benda keras atau percikan bahan kimia (Tarwaka, 2008).

Keuntungan pemakaian ear muff adalah besarnya pengurangan (attenuation) terhadap bising umumnya maksimum, performance baik, lebih stabil untuk pemakaian lama, lebih mudah diterima oleh tenaga kerja stadium permulaan, dapat dipakai saat ada infeksi atau iritasi telinga, tidak mudah hilang, mudah memonitor pemakaian dari jarak jauh. Sedangkan kerugian ear muff adalah harganya lebih mahal, tekanan yang ketat ke kepala dapat mengurangi kenyamanan, agak berat dan panas, tidak efektif dipakai dengan kacamata atau topi keras, dapat menyebabkan radang atau infeksi kulit jika tidak dibersihkan secara memadai, sulit disimpan dan kemampuan pelemahan suara menjadi berkurang jika bantalan


(40)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

menjadi keras atau retak, kehilangan fluida dan ketegangan pita mengendor (Sasongko dkk, 2000).

4. Hubungan Bising dengan Kelelahan Kerja

Mekanisme kebisingan terhadap kelelahan kerja dimulai dengan gelombang suara yang datang dari luar ditangkap oleh daun telinga kemudian suara melewati liang telinga dan liang telinga ini akan memperkeras suara dengan frekuensi sekitar 3.000 Hz dengan cara resonansi. Suara kemudian diterima oleh gendang telinga (membran timpani), sebagian suara dipantulkan dan sebagian diteruskan ke tulang-tulang pendengaran dan akhirnya menggerakkan stapes yang mengakibatkan terjadinya gelombang pada perilympa. Telinga tengah merupakan satu kesatuan sistem penguat bunyi yang diteruskan oleh gendang telinga. Penguat oleh sistem penguat tengah adalah sebesar 30 dB yang diperoleh akibat perbedaan penampang gendang telinga dengan telinga lonjong. Gelombang pada perilympa pada scala media selanjutnya terus ke helicoterma scala tympani dan menggerakkan foramen rotudum untuk membuang getaran ke telinga tengah akibat gelombang pada perilympa dan endollympha ini terjadi gelombang pada membrane basalis yang mengakibatkan sel rambut pada organ corti mengenai membrane tectoria sampai membengkok dan terjadi potensi listrik yang diteruskan sebagai rangsangan syaraf ke daerah penerima rangsangan pendengaran primer (auditorius primer) yang terletak pada gyrus temporalis transverses (gyrus heschi) (Ganong, 1992).


(41)

commit to user

Suara yang terlalu bising dan berlangsung lama dapat menimbulkan stimuli darah di sekitar area penerimaan pendengaran primer yang akan menyebabkan sensasi gemuruh dan berdenging. Timbulnya sensasi suara ini akan menimbulkan stimulasi nucleus ventralateralis thalamus yang akan menimbulkan inhibisi impuls dari kumparan otot (muscle spindle) dengan kata lain akan menggerakkan atau menguatkan sistem inhibisi atau penghambat yang ada pada thalamus (Chusid, 1992).

Kelelahan adalah reaksi fungsional pusat kesadaran yaitu otak (cortex cerebri) yang dipengaruhi oleh dua sistem antagonis yaitu sistem penghambat (inhibisi) dan sistem penggerak (aktivasi) yang keduanya berada dalam susunan syaraf pusat. Sistem penghambat bekerja pada thalamus yang mampu menurunkan kemampuan manusia bereaksi dan menyebabkan kecenderungan untuk tidur. Adapun sistem penggerak terdapat dalam formatio retikularis yang dapat merangsang pusat-pusat vegetatif untuk konversi ergotropis dari organ-organ dalam tubuh ke arah kegiatan bekerja, berkelahi dan melarikan diri. Apabila sistem aktivasi lebih kuat maka seseorang dalam keadaan segar untuk bekerja. Sebaliknya manakala sistem penghambat berada pada posisi yang kuat dari pada sistem aktivasi maka seseorang berada dalam keadaan lelah (Harwanto, 2004).

Kelelahan diatur oleh sentral dari otak. Pada susunan syaraf pusat, terdapat sistem aktivasi dan inhibisi. Kedua sistem ini saling


(42)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

mengimbangi tetapi kadang-kadang salah satu daripadanya lebih dominan sesuai dengan kebutuhan. Sistem aktivasi bersifat simpatis, sedang inhibisi adalah parasimpatis. Agar tenaga kerja berada dalam keserasian dan keseimbangan, kedua sistem tersebut berada pada kondisi yang memberikan stabilitas pada tubuh (Suma’mur, 2009).

Faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap terjadinya kelelahan kerja bermacam-macam mulai dari faktor lingkungan kerja tidak memadai untuk bekerja sampai kepada masalah psikososial yang dapat berpengaruh kepada lingkungan kerja. Lingkungan kerja yang nyaman dan ventilasi udara yang adekuat, didukung oleh tidak adanya kebisingan akan mengurangi kelelahan kerja (Setyawati, 2011).


(43)

commit to user

B. KerangkaPemikiran

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Keterangan :

Diteliti Tidak Diteliti

C. Hipotesis

Ada Perbedaan Kelelahan Kerja Sebelum dan Sesudah Memakai Ear Plug pada Pekerja yang Terpapar Bising di Pembuatan Gamelan.

Intensitas Bising > NAB

Telinga Tidak memakai ear plug Memakai ear plug Intensitas tetap tinggi Intensitas berkurang 25-30 dBA Otak Hipotalamus

Thalamus Formatio retikularis

Sistem inhibisi menghambat kumparan otot Sistem aktifasi (penggerak) kuat Kelelahan Normal Faktor Internal :

Jenis kelamin Usia Lama kerja Faktor Eksternal Beban Kerja Getaran Ergonomi

Faktor Eksternal : Tekanan Panas


(44)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen semu (quasi experiment). Penelitian ini menggunakan bentuk desain eksperimen one group pretest posttest design (Soekidjo, 2010).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tenaga kerja di industri gamelan desa Wirun, Mojolaban, Sukoharjo pada bulan Maret – Juni 2012.

C. Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah tenaga kerja di industri gamelan desa Wirun, Mojolaban, Sukoharjo yang berjumlah 30 orang.

D. Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan yaitu adalah non probability sampling yaitu teknik sampling yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sampling dengan menggunakan sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.


(45)

commit to user

E. Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah semua pekerja di industri pembuatan Gamelan Desa Wirun, Mojolaban, Sukoharjo yang berjumlah 49 orang melalui perhitungan menggunakan rumus jumlah sampel untuk estimasi proporsi yaitu sebagai berikut :

n = & ( )

= ,ª . , ( , ) ,

= 49

Dari hasil peritungan sampel menggunakan rumus estimasi proporsi diperoleh jumlah sampel sebesar 49 orang. Namun, pada waktu penelitian tenaga kerjanya hanya berjumlah 30 orang sehingga semua tenaga kerja di industri pembuatan gamelan semuanya dijadikan sampel penelitian.

F. Desain Penelitian

Gambar 2. Desain Penelitian Sampel

Pengukuran II

Sampling jenuh

Pengukuran I Setelah memakai

ear plug Sebelum memakai

ear plug

Paired Sample T-Test Populasi


(46)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Keterangan :

Pengukuran I : pengukuran kelelahan kerja pada tenaga kerja sebelum memakai ear plug.

Pengukuran II : pengukuran kelelahan kerja pada tenaga kerja sesudah memakai ear plug.

G. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah intensitas kebisingan. 2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat kelelahan kerja pada tenaga kerja.

3. Variabel Pengganggu

Variabel pengganggu dalam penelitian ini yaitu variabel pengganggu tidak terkendali yaitu variabel yang tidak dilakukan pengukuran. Misalnya lama kerja, usia dan jenis kelamin, ergonomi, getaran dan beban kerja.

Variabel pengganggu terkendali yaitu variabel yang dilakukan pengukuran yaitu tekanan panas.


(47)

commit to user

H. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Kebisingan

Kebisingan adalah bunyi yang didengar sebagai rangsangan-rangsangan pada telinga oleh getaran-getaran melalui media elastis dan manakala bunyi-bunyi tersebut tidak dikehendaki. Kebisingan di hasilkan pada waktu proses penempaan dan penggerindaan gamelan. Untuk mengukur kebisingan di tempat kerja, dilakukan pengukuran langsung di tempat kerja yang dilakukan oleh orang yang sudah diberi tahu cara melakukan pengukuran dan sudah berpengalaman dengan menggunakan : Alat ukur : Sound Level Meter

Satuan : dBA

Skala pengukuran : Rasio 2. Kelelahan Kerja

Kelelahan kerja adalah mekanisme perlindungan tubuh agar terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Untuk mengukur kelelahan kerja pada tenaga kerja dilakukan pengukuran langsung kepada tenaga kerja setelah selesai melakukan pekerjaan, yang dilakukan oleh orang yang sudah diberi tahu cara melakukan pengukuran dan sudah berpengalaman dengan menggunakan : Alat ukur : Reaction Timer Merk Lakassidaya Type L-77

Satuan : Millidetik


(48)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

I. Alat dan Bahan Penelitian

1. Sound level meter, yaitu alat untuk mengukur intensitas kebisingan. Merek alat : Sound Level Meter RION NA-20

Satuan : dBA

2. Reaction timer, yaitu alat yang digunakan untuk mengukur kelelahan kerja yang dialami oleh tenaga kerja.

Merek alat : LakasidayaType L-77 Satuan : milidetik

3. Lembar isian data, yaitu daftar pertanyaan yang digunakan untuk menentukan subjek penelitian.

4. Alat tulis yaitu untuk mencatat hasil dari pengukuran.

5. Camera digital untuk mengambil dokumentasi sebagai bukti penelitian selama penelitian berlangsung.

J. Cara Kerja Penelitian

Dalam penelitian ini alat dan bahan yang digunakan untuk pengambilan data beserta pendukungnya adalah :

1. Sound Level Meter yaitu alat untuk mengukur intensitas kebisingan dalam suatu ruangan.

Merk alat : Sound Level Meter RION NA-20 Satuan : dBA

Cara penggunaan alat : a. Memasang baterai


(49)

commit to user b. Mengecek Voltase

1) Memutar swicth ke BATT

2) Jika jarum tidak menunjuk pada pointer “BATT”, maka voltase baterai telah habis.

c. Kaliberasi alat

1) Memutar level switchin the level indicating window at centre pada 70 dB (A).

2) Pada Filter - CAL - INT switch ke “CAL”.

3) Jarum akan menunjuk pada CAL mark, jika tidak maka putar sensitivity adjustment.

d. Pengukuran

1) Memutar switch ke A

2) Memutar Filter - CAL - INT ke arah INT

3) Memutar level switch sesuai dengan tingkat kebisingan yang terukur.

4) Menggunakan Meter Dynamic Characteristic Selector Switch “SLOW” untuk bising impulsif dan “FAST” untuk bising continue.

Mencatat hasil pengukuran 2. Reaction Timer tipe Lakassidaya.

a. Operator siap untuk menekan tombol sensor cahaya.

b. Probandus diusahakan jangan sampai melihat operator menekan tombol sensor.


(50)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

c. Masing-masing probandus diukur sebanyak 20 kali. Dengan ketentuan sebagai berikut :

1) 1 - 5 sebagai adaptasi alat. 2) 6 - 15 sebagai perhitungan.

3) 16 - 20 dianggap tingkat kejenuhan mulai muncul. d. Operator mencatat hasil pengukuran

3. Alat tulis, yaitu untuk mencatat hasil dari pengukuran.

4. Lembar isian data, yaitu daftar pertanyaan yang digunakan untuk menentukan subjek penelitian.

5. Camera digital, yaitu untuk mengambil dokumentasi pada waktu penelitian.

K. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan uji statistik Paired Sample T-Test dengan menggunakan program komputer SPSS versi 16.0, dengan interpretasi hasil sebagai berikut :

1. Jika p value < 0,01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan. 2. Jika p value > 0,01 tetapi ≤ 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan. 3. Jika p value > 0,05 maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan

(Sugiyono, 2010).


(51)

commit to user

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Perusahaan

Industri pengrajin gamelan di Desa Wirun Kecamatan Mojolaban Sukoharjo merupakan suatu home industri dengan tenaga kerja sebanyak 30 orang yang mengolah bahan mentah timah dan kuningan menjadi alat musik gamelan, dimana dalam proses produksinya dilakukan di dalam ruangan dan diluar ruangan dengan jam kerja ± 7 jam/hari, dengan waktu istirahat pukul 12.00 – 13.00 WIB. Semua tenaga kerjanya adalah laki-laki yang bekerja setiap hari Senin sampai dengan Sabtu.

Industri pengrajin gamelan di Desa Wirun Mojolaban Sukoharjo sudah ada sejak tahun 1984. Dalam jangka waktu 3 bulan satu set gamelan harus sudah jadi, harga dari satu set gamelan adalah Rp. 400.000.000,00. Industri ini memproduksi segala macam gamelan, tetapi yang sering diproduksi adalah Gamelan Jawa dan Gamelan Bali, karena hasil dari produksi gamelan ini terkenal sangat bagus, sehingga dapat berkembang dengan pesat. Distribusi gamelan ini tidak hanya di dalam negeri seperti Bali, Kalimantan dan Sumatra, tetapi juga sudah sampai Internasional seperti Negara Amerika, Australia, Singapura, Malaysia, dan Belanda.

Proses pembuatan gamelan ini dilakukan secara bertahap dimulai dari peleburan bahan-bahan mentah yang berupa plat, kuningan, tembaga dan timah. Logam yang sudah mencair kemudian dituang ke dalam cetakan untuk membuat gong dan sejenisnya. Setelah logam tercetak kemudian dibakar di


(52)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

atas bara api dan ditempa menggunakan palu besar. Jika panas logam sudah berkurang logam tersebut dipanaskan dan ditempa kembali sampai tercapai bentuk yang diinginkan.. Dalam proses pembuatan gamelan yang paling penting adalah suara/bunyinya. Proses ini dinamakan penalaan/pengecekan nada. Proses yang selanjutnya yaitu penguningan dengan cara penggerindaan dan pengamplasan untuk menghasilkan gamelan yang halus. Proses yang terakhir dalam pembuatan gamelan yaitu penyempurnaan/pengkilapan dengan menggunakan braso.

B. Karakteristik Subjek Penelitian

1. Umur

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa umur responden berada dalam rentang 25 – 50 tahun.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Umur No

. Umur (Tahun) Frekuensi

Persentase (%)

1 25 – 30 3 10,0%

2 31 – 35 7 23,3%

3 36 – 40 6 20,0%

4 41 – 45 6 20,0%

5 46 – 50 8 26,7%

Jumlah 30 100%

Sumber : Data Primer Juni 2012.

Berdasarkan tabel 3, dapat diketahui bahwa rentang umur 25 – 30 tahun ada 3 orang dengan persentase 10,0%, responden dengan rentang umur 31 – 35 tahun ada 7 orang dengan persentase 23,3%, responden dengan rentang umur 36 – 40 tahun ada 6 orang dengan 40


(53)

commit to user

persentase 20,0%, responden dengan rentang umur 41 – 45 tahun ada 6 orang dengan persentase 20,0% sedangkan responden dengan rentang umur 46 – 50 tahun ada 8 orang dengan persentase 26,7%.

2. Jenis Kelamin

Dari hasil pengamatan yang dilakukan, semua tenaga kerja di Industri Gamelan Desa Wirun, Mojolaban, Sukoharjo berjenis kelamin laki-laki.

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

1. Laki-laki 30 100

2. Perempuan 0 0

Jumlah 30 100

Sumber : Data Primer April 2012. 3. Masa Kerja

Dari hasil penelitian dengan melakukan wawancara, semua responden yang berada di Industri Gamelan Desa Wirun, Mojolaban, Sukoharjo sudah bekerja selama lebih dari 5 tahun.

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Masa Kerja

No Masa Kerja

(Tahun) Frekuensi

Persentase (%)

1. 5 – 10 17 56,6

2. 11 – 15 9 30,0

3. 16 – 20 2 6,7

4. 21 – 25 2 6,7

Jumlah 30 100


(54)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

C. Hasil Pengukuran Lingkungan Kerja

1. Tekanan Panas

Dari hasil pengukuran tekanan panas di Industri Gamelan Desa Wirun, Mojolaban, Sukoharjo diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 6. Data Hasil Pengukuran Iklim Kerja No. Waktu

Pengukuran WBGT in Titik 1 (°C) WBGT in Titik 2 (°C) WBGT in Titik 3 (°C) WBGT in Titik 4 (°C)

1. 09.00 30,8 29,2 29,2 29,7

2. 10.00 32,5 30,5 29,9 29,2

3. 11.00 32,9 30,1 29,9 29,7

Rata-rata 32,1 29,9 29,7 29,5

Sumber : Data Primer Juni 2012

Dari hasil pengukuran tekanan panas di tempat kerja dapat diketahui rata-rata ISBB di titik 1 sebesar 32,1 (ºC), rata-rata ISBB di titik 2 sebesar 29,9 (ºC), rata-rata ISBB di titik 3 sebesar 29,7 (ºC) dan rata-rata ISBB di titik 4 sebesar 29,5 (ºC). Berdasarkan Standar Nasional Indonesia SNI 16-7063-2004 tentang Nilai Ambang Batas Iklim Kerja (Panas), Kebisingan, Getaran Lengan-Lengan dan Radiasi Sinar Ultra Ungu di Tempat Kerja, ISBB yang diperkenankan untuk waktu kerja 75% dan istirahat 25% dengan beban kerja berat adalah 25,9 (ºC).

2. Getaran

Pengukuran getaran di bagian penempaan gamelan yang dilakukan pada tanggal 6 Juni 2012. Pengukuran ini dilakukan dengan menempelkan alat (Vibration Meter) pada tanah tempat tenaga kerja menempa gamelan. Hasil pengukuran getaran mesin di bagian 42


(55)

commit to user

penempaan gamelan yaitu 1,5 m/s2. Menurut Permenaker No. Per.13/MEN/X/2011 tentang NAB Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja, menyebutkan bahwa NAB getaran alat kerja yang kontak langsung maupun tidak langsung pada lengan tangan tenaga kerja ditetapkan sebesar 4 m/det2.

3. Ergonomi

Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti, rata-rata denyut nadi kerja yaitu 150 denyut/menit, rata-rata denyut nadi istirahat 125 denyut/menit dan denyut nadi maksimal 168. Dalam menempa gamelan, para pekerja tidak memperhatikan posisi kerja dan hanya bekerja sesuai dengan kenyamanan sendiri tidak memperhatikan risiko yang akan terjadi.

D. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan di Tempat Kerja

Hasil pengukuran kebisingan di tempat pembuatan gamelan yaitu pada bagian penempaan dan bagian penggerindaan. Pengukuran dilakukan di 4 titik dimana titik-titik tersebut mengelilingi sumber bising dan pekerja biasanya berada di titik tersebut selama bekerja. Hasil pengukuran kebisingan adalah sebagai berikut :

Tabel 7. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan

No Bagian Titik 1 (dB)

Titik 2 (dB)

Titik 3 (dB)

Titik 4 (dB)

Leq (dB)

1. Penempaan 91 90 85 845 87,5

2. Penggerindaan 95 94 91 85 91,25


(56)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

E. Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja

Pengukuran kelelahan kerja pada tenaga kerja menggunakan alat Reaction Timer Merk Lakassidaya Type L-77. Hasil pengukuran kelelahan kerja pada di Industri Gamelan Desa Wirun, Mojolaban, Sukoharjo adalah sebagai berikut :

Tabel 8. Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja

No .

Tingkat Kelelahan

Sebelum Memakai Ear Plug

Setelah Memakai Ear Plug Jumlah Persentase

(%) Jumlah

Persentase (%)

1. Normal 0 0 3 10

2. Ringan 0 0 2 6,67

3. Sedang 14 46,67 25 83,33

4. Berat 16 53,33 0 0

30 100 30 100

Sumber : Data Primer April dan Juni 2012

Berdasarkan tabel 8, dapat diketahui bahwa tingkat kelelahan tenaga kerja sebelum dan sesudah memakai ear plug ada perbedaan. Tingkat kelelahan sebelum memkai ear plug ada 14 orang dengan kategori kelelahan sedang dan 16 orang dengan kategori kelelahan berat. Sedangkan tingkat kelelahan setelah memakai ear plug mengalami penurunan yaitu 3 orang dengan kategori kelelahan normal, 2 orang dengan kategori kelelahan ringan dan 25 orang dengan kategori kelelahan berat.


(57)

commit to user

F. Uji Perbedaan Kelelahan Kerja Sebelum dan Sesudah Memakai Ear

Plug

Hasil uji statistik dengan menggunakan paired sample t-test. Berdasarkan hasil pengukuran intensitas kebisingan dan kelelahan kerja sebelum dan setelah memakai ear plug pada tenaga kerja di Industri Gamelan Desa Wirun, Mojolaban, Sukoharjo. Hasil pengukuran kelelahan kerja sebelum dan sesudah memakai ear plug adalah sebagai berikut :

Dari hasil uji statistik menggunakan paired sample t-test menggunakan SPSS versi 16, diperoleh rata-rata kelelahan sebelum memakai ear plug adalah 574,10 milidetik dan standar deviasinya adalah 72,2077. Sedangkan rata-rata kelelahan setelah memakai ear plug adalah 306,35 milidetik dan standar deviasinya adalah 58,8553. Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa nilai p adalah 0.000 atau kurang dari 0.01 (p < 0,01) berarti nilai p sangat signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang sangat signifikan antara kelelahan kerja terhadap pemakaian ear plug pada tenaga kerja yang terpapar bising.


(58)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

BAB V PEMBAHASAN

A. Karakteristik Subyek Penelitian

1. Umur

Umur dapat mempengaruhi kelelahan kerja. Semakin tua umur seseorang semakin besar tingkat kelelahan. Fungsi faal tubuh dapat berubah karena faktor umur yang mempengaruhi ketahanan tubuh dan kapasitas kerja seseorang (Suma’mur, 1999). Kekuatan maksimal otot dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain umur, jenis kelamin, latihan-latihan dan motivasi sesaat. Pusat kekuatan otot pada laki – laki dan wanita sekitar 25 – 35 tahun dan pada umur sekitar 50 – 60 kekuatan otot menurun sekitar 15% – 25% (Setyawati, 2011). Menurut Tarwaka (2010), seseorang yang berumur 60 tahun kemampuan kerja fisik tinggal mencapai 50% dari orang yang berumur 25 tahun. Sehingga umur juga dapat mempengaruhi tingkat kelelahan seseorang.

Dari hasil wawancara dengan responden, umur responden berada pada rentang umur 25 – 50 tahun. Depkes RI (2008) menyebutkan bahwa usia produktif adalah antara 15 – 54 tahun, sehingga responden berada pada usia yang masih produktif. Menurut Oentoro (2004), tenaga kerja yang berumur 40 – 50 tahun, lebih cepat mengalami kelelahan dibandingkan dengan tenaga kerja yang relatif muda.


(59)

commit to user 2. Jenis Kelamin

Laki-laki dan perempuan bisa mengalami kelelahan kerja, namun dalam kemampuan fisik dan kekuatan kerja ototnya berbeda (Suma’mur, 2009). Menurut Windahyani (2008) pada tenaga kerja wanita mengalami siklus biologi setiap bulan di dalam mekanisme tubuhnya, sehingga mempengaruhi kondisi fisik maupun psikisnya dan hal ini menyebabkan tingkat kelelahan wanita lebih besar daripada tingkat kelelahan pria. Dalam penelitian ini, sampel yang diambil adalah keseluruhan pekerja yang bekerja di industri informal pembuatan gamelan Desa Wirun Mojolaban Sukoharjo yaitu semua pekerja berjenis kelamin laki-laki.

3. Masa Kerja

Rata-rata pekerja yang berada di industri pembuatan gamelan Desa Wirun, Mojolaban, Sukoharjo sudah bekerja lebih dari 5 tahun. Jadi 100 % pekerja di industri gamelan sudah lama bekerja di indutri gamelan tersebut. Masa kerja dapat mempengaruhi pekerja baik positif maupun negatif. Memberikan pengaruh positif apabila semakin lama seseorang bekerja maka berpengalaman dalam melakukan pekerjaannya. Sebaliknya memberikan pengaruh negatif apabila semakin lama bekerja akan menimbulkan kelelahan mental misalnya kebosanan, mengantuk, pusing, berkurangnya tingkat kewaspadaan, persepsi yang buruk dan lambat, semangat kerja berkurang dan menurunnya kinerja jasmani dan rohani. Semakin lama seseorang dalam bekerja maka, semakin banyak


(60)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut. Setyawati (2011) menyatakan bahwa dalam hasil penelitiannya, semakin lama masa kerja berpengaruh terhadap tingkat kelelahan diakibatkan monotoni kerja yang telah terakumulasi selama bertahun-tahun.

B. Analisis Pengukuran Lingkungan Kerja

1. Tekanan Panas

Dari hasil pengukuran suhu di tempat kerja dapat diketahui rata-rata ISBB di titik 1 sebesar 32,1 (ºC), rata-rata-rata-rata ISBB di titik 2 sebesar 29,9 (ºC), rata-rata ISBB di titik 3 sebesar 29,7 (ºC) dan rata-rata ISBB di titik 4 sebesar 29,5 (ºC). Di industri gamelan Desa Wirun, Mojolaban, Sukoharjo termasuk dalam pekerjaan dengan beban kerja berat dengan waktu kerja 75% dan waktu istirahat 25%. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia SNI 16-7063-2004 tentang Nilai Ambang Batas Iklim Kerja (Panas), Kebisingan, Getaran Lengan-Lengan dan Radiasi Sinar Ultra Ungu di Tempat Kerja, ISBB yang diperkenankan untuk waktu kerja 75% dan istirahat 25% dengan beban kerja berat adalah 25,9 (ºC). Dari hasil pengukuran tekanan panas di tempat kerja ISBB di titik 1,2,3 dan 4 sebesar 32,1 (ºC), 29,9 (ºC), 29,7 (ºC), dan 29,5 (ºC), hal ini tidak sesuai dengan NAB yang diperkenankan untuk bekerja dengan beban kerja berat dan waktu kerja 75% dan waktu istirahat 25%. Untuk memperbaiki kondisi tersebut maka harus dilakukan pengendalian dengan cara memberikan exhaust fan, memakai pakaian kerja yang terbuat dari kaos 48


(61)

commit to user

yang berbahan katun sehingga mudah menyerap keringat dan memberikan ventilasi yang cukup agar sirkulasi udara lancar.

Dari hasil uji statistik menggunakan regresi linear didapatkan p=0,56 sehingga p>0,05 yang berarti nilai p tidak signifikan sehingga tidak ada pengaruh yang signifikan antara kelelahan kerja dan tekanan panas di industri pembuatan gamelan.

2. Getaran

Pengukuran getaran di bagian penempaan gamelan dilakukan pada tanggal 6 Juni 2012, pengukuran ini dilakukan dengan menempelkan alat (Vibration Meter) pada tanah tempat tenaga kerja menempa gamelan. Hasil pengukuran getaran mesin di bagian penempaan gamelan yaitu 1,5 m/s2 dengan lama paparan 8 jam perhari seperti yang tertera dalam Permenaker No. Per.13/MEN/X/2011 tentang NAB Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja, menyebutkan bahwa NAB getaran alat kerja yang kontak langsung maupun tidak langsung pada lengan tangan tenaga kerja ditetapkan sebesar 4 m/det2, untuk jumlah pemajanan per hari kerja yaitu 4 jam dan kurang dari 8 jam. 3. Ergonomi

Dari hasil pengamatan dan perhitungan denyut nadi yang dilakukan, rata-rata denyut nadi kerja 150 denyut/menit dan rata-rata denyut nadi istirahat adalah 125 denyut/menit. Menurut Tarwaka dkk (2004), maka denyut nadi per menit yang didapat menunjukkan bahwa responden mengalami beban kerja berat. Hal ini ditunjukkan oleh denyut


(62)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

nadi kerja per menit dari responden yang berkisar pada angka 125 – 150 denyut per menitnya. Sedangkan rata-rata denyut nadi istirahatnya, tenaga kerja termasuk dalam kategori beban kerja sedang. Hal ini ditunjukkan oleh denyut nadi per menit dari responden yang berkisar pada angka 100 – 125 denyut per menitnya.

Beban palu yang digunakan pekerja untuk menempa gamelan ± 10 kg. Menurut ketentuan Permenakertrans dan Koperasi No : PER. 01/MEN/1978 tentang Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja dalam penebangan dan pengangkutan kayu, disarankan agar beban yang diangkat menurut kemampuan tenaga kerja. Berat beban yang dianjurkan menurut usia dan jenis kelamin :

Tabel 10. Berat Beban yang Dianjurkan Menurut Usia dan Jenis Kelamin Pekerja Dewasa Pekerja Muda

Laki-laki (kg)

Wanita (kg)

Laki-laki (kg)

Wanita (kg) Mengangkat

sesekali

40 15 15 10 - 12

Terus menerus

15- 18 10 10 - 15 6 - 9

Sumber : Permenakertrans dan Koperasi No. PER. 01/MEN/1978

Berdasarkan tabel di atas, responden mengangkat beban sesuai dengan yang disarankan (10 Kg), yaitu probandus laki-laki dewasa mengangkat terus menerus dengan beban beban maksimal 15-18 Kg.


(63)

commit to user

C. Analisis Univariat

1. Intensitas Kebisingan

Berdasarkan hasil pengukuran intensitas kebisingan diketahui bahwa pada bagian penempaan mempunyai intensitas kebisingan 91,25 dBA. Sedangkan pada bagian penggerindaan diketahui intensitas kebisingannya adalah 87, 5 dBA. Berdasarkan pada bagian tersebut dapat diketahui bahwa intensitas kebisingan pada bagian penempaan dan penggerindaan melebihi NAB yang telah ditentukan yaitu 85 dBA. Dalam Permenaker RI No. 13 Tahun 2011 tentang NAB Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja, NAB bising yang diperkenankan yaitu 85 dBA untuk 8 jam kerja.

Waktu pemajanan untuk rata-rata intensitas kebisingan 91,5 adalah 2 jam perhari artinya pekerja maksimal berada di area tersebut selama 2 jam secara terus menerus tanpa menggunakan ear plug dan setelah 2 jam bekerja pekerja harus berada di luar ruangan tersebut terlebih dahulu sebelum kembali bekerja untuk waktu pemajanan yang sama. Namun berdasarkan keadaan di lapangan, selama bekerja pekerja terpapar intensitas kebisingan rata-rata 91,5 dBA dengan waktu 8 jam kerja.

Hasil pengukuran menunjukkan bahwa intensitas bising yang belum sesuai nilai ambang batas dapat menyebabkan timbulnya kelelahan kerja. Menurut Sasongko (2000), kebisingan yang melebihi NAB dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan seperti gangguan


(64)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

komunikasi, psikologis, fisiologis, keseimbangan dan ketulian sehingga perlu adanya pengendalian. Pengendalian dapat dilakukan dengan memakai alat pelindung diri seperti ear plug atau ear muff.

2. Kelelahan Kerja

Berdasarkan hasil pengukuran kelelahan kerja sebelum memakai ear plug di Industri Gamelan Desa Wirun, Mojolaban, Sukoharjo, didapatkan hasil sebanyak 14 pekerja dengan persentase (46,67%) mengalami kelelahan kerja sedang dan 16 pekerja dengan persentase (53,33%) mengalami kelelahan kerja berat. Sedangkan pengukuran kelelahan kerja setelah memakai ear plug sebanyak 3 pekerja tidak mengalami kelelahan kerja (normal), 2 pekerja mengalami kelelahan kerja ringan dan 25 pekerja mengalami kelelahan kerja sedang. Hal tersebut dikarena banyak faktor yang mempengaruhi kelelahan kerja misalnya jam tidur pekerja, jarak rumah pekerja, transportasi kendaraan bermotor dan juga terpapar bising yang melebihi NAB.

D. Analisis Bivariat

Analisis Bivariat digunakan untuk mengetahui perbedaan dari variabel bebas dan variabel terikat, dalam penelitian ini analisis bivariat digunakan untuk mengetahui perbedaan antara kelelahan kerja sebelum dan sesudah memakai ear plug di Industri Pembuatan Gamelan Desa Wirun, Mojolaban, Sukoharjo.


(65)

commit to user

Dari pengukuran yang dilakukan. untuk mengetahui intensitas kebisingan dilakukan pengukuran dengan menggunakan sound level meter dan untuk mengetahui kelelahan pada tenaga kerja diukur dengan menggunakan reaction timer, setelah didapatkan hasil pengukuran kemudian dilakukan uji statistik dengan menggunakan paired sample t-test.

Berdasarkan hasil pengukuran intensitas kebisingan diperoleh rata-rata kebisingan pada bagian penempaan adalah 91,25 dBA dan pada bagian penggerindaan adalah 87,5 dBA. Berdasarkan pada bagian tersebut dapat diketahui bahwa intensitas kebisingan pada bagian penempaan dan penggerindaan melebihi NAB yang telah ditentukan yaitu 85 dBA. Selain karena intensitas kebisingan yang melebihi NAB, pada saat bekerja pekerja juga tidak memakai ear plug sehingga dapat menyebabkan kelelahan kerja.

Hasil uji statistik menunjukkan ada perbedaan kelelahan kerja sebelum dan sesudah memakai ear plug pada tenaga kerja yang terpapar bising di Industri Gamelan Desa Wirun, Mojolaban, Sukoharjo. Hal tersebut ditunjukkan dari hasil uji statistik paired sample t-test menggunakan SPSS versi 16.0 yaitu p = 0,00 dengan p < 0,01 yang berarti hasilnya sangat signifikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan kelelahan kerja sebelum dan sesudah memakai ear plug.

Dari hasil uji statistik dapat diketahui rata-rata kelelahan kerja sesudah memakai ear plug mengalami penurunan yaitu 567,66 milidetik. Hal ini menunjukkan bahwa intensitas kebisingan dapat mempengaruhi tingkat kelelahan kerja. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh


(1)

commit to user

komunikasi, psikologis, fisiologis, keseimbangan dan ketulian sehingga perlu adanya pengendalian. Pengendalian dapat dilakukan dengan memakai alat pelindung diri seperti ear plug atau ear muff.

2. Kelelahan Kerja

Berdasarkan hasil pengukuran kelelahan kerja sebelum memakai

ear plug di Industri Gamelan Desa Wirun, Mojolaban, Sukoharjo,

didapatkan hasil sebanyak 14 pekerja dengan persentase (46,67%) mengalami kelelahan kerja sedang dan 16 pekerja dengan persentase (53,33%) mengalami kelelahan kerja berat. Sedangkan pengukuran kelelahan kerja setelah memakai ear plug sebanyak 3 pekerja tidak mengalami kelelahan kerja (normal), 2 pekerja mengalami kelelahan kerja ringan dan 25 pekerja mengalami kelelahan kerja sedang. Hal tersebut dikarena banyak faktor yang mempengaruhi kelelahan kerja misalnya jam tidur pekerja, jarak rumah pekerja, transportasi kendaraan bermotor dan juga terpapar bising yang melebihi NAB.

D. Analisis Bivariat

Analisis Bivariat digunakan untuk mengetahui perbedaan dari variabel bebas dan variabel terikat, dalam penelitian ini analisis bivariat digunakan untuk mengetahui perbedaan antara kelelahan kerja sebelum dan sesudah memakai ear plug di Industri Pembuatan Gamelan Desa Wirun, Mojolaban, Sukoharjo.


(2)

commit to user

Dari pengukuran yang dilakukan. untuk mengetahui intensitas kebisingan dilakukan pengukuran dengan menggunakan sound level meter

dan untuk mengetahui kelelahan pada tenaga kerja diukur dengan menggunakan reaction timer, setelah didapatkan hasil pengukuran kemudian dilakukan uji statistik dengan menggunakan paired sample t-test.

Berdasarkan hasil pengukuran intensitas kebisingan diperoleh rata-rata kebisingan pada bagian penempaan adalah 91,25 dBA dan pada bagian penggerindaan adalah 87,5 dBA. Berdasarkan pada bagian tersebut dapat diketahui bahwa intensitas kebisingan pada bagian penempaan dan penggerindaan melebihi NAB yang telah ditentukan yaitu 85 dBA. Selain karena intensitas kebisingan yang melebihi NAB, pada saat bekerja pekerja juga tidak memakai ear plug sehingga dapat menyebabkan kelelahan kerja.

Hasil uji statistik menunjukkan ada perbedaan kelelahan kerja sebelum dan sesudah memakai ear plug pada tenaga kerja yang terpapar bising di Industri Gamelan Desa Wirun, Mojolaban, Sukoharjo. Hal tersebut ditunjukkan dari hasil uji statistik paired sample t-test menggunakan SPSS versi 16.0 yaitu p = 0,00 dengan p < 0,01 yang berarti hasilnya sangat signifikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan kelelahan kerja sebelum dan sesudah memakai ear plug.

Dari hasil uji statistik dapat diketahui rata-rata kelelahan kerja sesudah memakai ear plug mengalami penurunan yaitu 567,66 milidetik. Hal ini menunjukkan bahwa intensitas kebisingan dapat mempengaruhi tingkat kelelahan kerja. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh


(3)

commit to user

Jarohman (2001) yang mengatakan bahwa ada perbedaan kelelahan pada tenaga kerja shift I sebelum dan sesudah memakai sumbat telinga di Departement Texturing PT. Texmaco Taman Synthetixs I Kaliwungu-Kendal tahun 2001. Hasil untuk pengukuran siang (sesaat sebelum istirahat) didapatkan niali t = 13,3 dan niali p = 0,000 (p < 0,05). Sedangkan untuk pengukuran sore (sesaat setelah selesai bekerja) didapatkan nilai t = 7,048 dan nilai p = 0,000 (p < 0,05) dan Sukmal dkk, (2010) yang menyatakan bahwa hubungan yang sedang dan berpola positif, artinya semakin tinggi kebisingan semakin tinggi pula perasaan kelelahan yang dirasakan tenaga kerja pada saat bekerja. Hasil uji statistik didapatkan p value = 0,041 yang berarti p < 0,05 maka ada hubungan yang signifikan antara kebisingan dengan perasaan kelelahan kerja yang dirasakan tenaga kerja pada saat bekerja.

Menurut Anizar (2009), dengan memakai ear plug dapat

menurunkan intensitas kebisingan sebesar 25-30 dB(A). Sedangkan yang tidak memakai ear plug maka intensitas kebisingan yang masuk ke dalam telinga tetap sama. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa dengan memakai

ear plug intensitas kebisingan berkurang sehingga tingkat kelelahan kerja


(4)

commit to user

E. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan – keterbatasan dalam penelitian penelitian antara lain :

1. Pada saat pemeriksaan kelelahan kerja menggunakan sensor suara

sehingga pada waktu mendengarkan sensor suara, terganggu oleh bunyi pada proses penempaan.

2. Tenaga kerja hanya menggunakan ear plug pada waktu diawasi saja, sehingga kelelahan tidak menurun secara maksimal.


(5)

commit to user

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Ada perbedaan yang sangat signifikan antara kelelahan kerja sebelum dan setelah memakai ear plug di pembuatan Gamelan Desa Wirun, Mojolaban, Sukoharjo dengan hasil p = 0,00 artinya p < 0,01. Berarti semakin lama memakai ear plug maka tingkat kelelahan kerja akan menurun.

2. Hasil pengukuran intensitas kebisingan di penempaan memiliki rata-rata 91,25 dBA untuk lama 8 jam kerja. Sedangkan rata-rata intensitas kebisingan di penggerindaan yaitu 87,6 dBA. Hal ini berarti tidak sesuai dengan Permenaker No.13 Tahun 2011 yang mensyaratkan 91 dBA hanya untuk 2 jam kerja sehingga perusahaan perlu melakukan upaya pengendalian.

B. Saran

1. Pengusaha menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) yang berupa ear plug untuk mengurangi intensitas bising yang masuk ke telinga.

2. Sosialisasi untuk pemakaian alat pelindung telinga yang lebih efektif dan efisien untuk pekerja home industri.

3. Pemberian penghargaan atau reward kepada pekerja terkait ketertiban memakai APD dengan tujuan agar pekerja mau terus memakai APD.


(6)

commit to user

4. Pengusaha diharapkan melakukan pengendalian pengurangan sumber

bising dengan melakukan penanganan secara teknis seperti mengubah cara kerja, memberi penyekat dinding dan langit-langit yang kedap suara, membatasi waktu paparan, memberikan peredam pada sumber bising, pemanasan kembali logam yang mau ditempa.

5. Pengusaha menyediakan ear plug yang terbuat dari busa dan berbentuk bundar karena jenis ear plug ini termasuk yang paling nyaman dipakai dan biasanya dipakai oleh tenaga kerja yang tidak kontak langsung dengan mesin tetapi berdekatan dengan mesin.

6. Pengusaha memberikan penyuluhan kepada tenaga kerja cara memakai

ear plug yang nyaman yaitu dengan dipakai terus menerus waktu bekerja

maksimal 2 jam dan dibuka beberapa saat untuk memberikan ventilasi udara pada telinga. Selain itu jangan menggunakan ear plug terlalu ketat yang bisa menyebabkan iritasi kulit di sekitar daun telinga atau pada rongga gendang telinga.