Dwi Kurnia Wati F3509020
commit to user
PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BENANG DENGAN METODE EOQ PADA DEPARTEMEN WEAVING II
PT. KUSUMAHADI SANTOSA KARANGANYAR
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Ali Madya Ekonomi Diploma III pada Jurusan Manajemen Bisnis Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh : Dwi Kurnia Wati
F3509020
PROGRAM STUDI DIII MANAJEMEN BISNIS FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2012
(2)
commit to user ABSTRAK
PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BENANG DENGAN METODE EOQ PADA DEPARTEMEN WEAVING II
PT. KUSUMAHADI SANTOSA KARANGANYAR DWI KURNIA WATI
F3509020 MANAJEMEN BISNIS
Persediaan selalu dibutuhkan oleh setiap perusahaan yang menghasilkan produk untuk menunjang jalannya proses produksi dalam suatu perusahaan. Dengan kebijakan pengadaan diharapkan proses produksi dapat berjalan dengan lancar. Tanpa adanya persediaan perusahaan dihadapkan pada resiko bahwa suatu saat perusahaan tidak akan dapat memenuhi kebutuhan konsumen yang mendadak. Bahan baku merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam pengalokasian modal kerja, kesalahan dalam pengalokasian modal kerja untuk persediaan akan mempengaruhi keuntungan yang akan diperoleh perusahaan. Untuk mencapai tujuan penelitian tersebut, penulis menggunakan metode EOQ (Economic Order Quantity). Metode ini digunakan untuk menentukan kebutuhan bahan baku, biaya pemesanan, biaya penyimpanan, jumlah pesanan yang optimal, persediaan pengaman (safety stock), pemesanan kembali (re order point), dan total biaya persediaan (total cost).
Hasil penelitian pengendalian persediaan bahan baku tahun 2011 menurut kebijakan perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan melakukan pembelian bahan baku tiap satu bulan sekali dengan jumlah yang berbeda. Perusahaan belum dapat menentukan Re Order Point (ROP). Menurut kebijakan perusahaan dapat diperoleh hasil bahwa frekuensi pembelian sebanyak 12 kali dalam satu tahun dengan pembelian bahan baku sebanyak 1.463,3 ball, serta biaya persediaan sebesar Rp. 12.943.155,14, sedangkan dengan pendekatan EOQ diperoleh hasil bahwa frekuensi pembelian adalah 9 kali dalam satu tahun dengan pembelian bahan baku sebanyak 1.861,49 ball, serta dapat dihasilkan total biaya persediaan sebesar Rp. 12.577.133,58 . Safety Stock (SS) sebesar 196,482 ball dan Re Order Point (ROP) sebesar 245,74 ball.
Berdasarkan penelitian tersebut sebaiknya perusahaan menggunakan metode EOQ dalam kebijakan pengadaan bahan baku agar perusahaan dapat melakukan pembelian bahan baku yang optimal dengan biaya yang minimal serta meminimalkan biaya persediaan bahan baku dan mengoptimalkan waktu pemesanan kembali yang harus dilakukan perusahaan.
(3)
(4)
(5)
commit to user MOTTO
" " " " " eminimalkan biaya "sXNVlpg6‘ "
R O
P). Menurut kebijakan perusahaan dapat
V U G AS AKHIR
Langkah pertama yang sangat diperlukan untuk menentukan hal yang kamu inginkan dalam hidup adalah ; tentukan apa yang kamu inginkan.
(Ben Stein)
“Sebelum kedua telapak kaki seseorang menetap di hari kiamat Akan ditanyakan tentang empat hal lebih dahulu :
Pertama tentang umurnya untuk apa dihabiskan, Kedua tentang masa mudanya untuk apakah dipergunakan, Ketiga tentang hartanya dari mana ia peroleh dan untuk apakah
dibelanjakan,
Dan keempat tentang ilmunya, apa saja yang ia amalkan dengan ilmunya itu.”
(6)
commit to user PERSEMBAHAN
Ku persembahka Tugas Akhir ini untuk :
Bapak dan Alm. Ibu tercinta
Kakakku Rusdiyanto & kakak ipar purwanti tersayang Tatto Priambodo
Mayones
Teman-teman Manajemen Bisnis 2009 Almamater
(7)
commit to user KATA PENGANTAR
Puji Syukur Penulis Panjatkan Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia – Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir. Dalam penyusunan Tugas Akhir ini Penulis memilih judul “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BENANG DENGAN METODE EOQ PADA DEPARTEMEN WEAVING II PT. KUSUMAHADI SANTOSA KARANGANYAR”.
Pada kesempatan ini penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah membantu penyusunan Tugas Akhir ini, terutama kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Wisnu Untoro MS. selaku Dekan Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Ibu. Sinto Sunaryo, SE, M.Si. Selaku Ketua Program Studi Diploma III Manajemen Bisnis, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Drs. Djoko Purwanto, MBA. Selaku Pembimbing Akademik,
yang telah menyediakan waktu untuk membimbing penulis sehingga tugas akhir ini selesai sesuai rencana.
4. Bapak Drs. Heru Purnomo, MM selaku Pembimbing Tugas Akhir,
Sebagai ungkapan terima kasih atas kebaikan, ketenangan dan kesabaran beliau yang luar biasa selama memberikan bimbingan, sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan sesuai rencana penulis. 5. Bapak Edi selaku Manajer Personalia PT. Kusumahadi Santosa, yang
telah memberikan kami kesempatan untuk melaksanakan magang kerja dan penelitian di PT. Kusumahadi Santosa.
(8)
commit to user
6. Bapak Ndondon selaku Manajer Weaving 1 dan 2 PT. Kusumahadi Santosa.
7. Ibu Setiyowati selaku Ka.Sie. Adm dan QC Weaving 1 dan 2 atas bimbingan dan bantuannya dalam mencarikan data.
8. Bapak dan Ibu selaku staff dan karyawan di Departemen Weaving 2 yang telah membantu penulis dalam pencarian data.
9. Bapak, Alm ibu, kak rusdi, mbak pur dan dek taro, terimakasih untuk doa dan waktunya serta bantuan berupa materi dan supportnya.
10. Teman-teman Angkatan 2009 yang telah banyak memberikan
keceriaan.
11. Dan semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa dalam pengungkapan, pembahasan dan pemilihan kata dalam penulisan Tugas Akhir jauh dari sempurna, Karena keterbatasan pemikiran dan kemapuan yang dimiliki oleh penulis. Oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Namun demikian semoga Tugas Akhir ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak – pihak yang membutuhkan.
Surakarta, Mei 2012 Penulis
(9)
commit to user DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
ABSTRAK ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN... . xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Kerangka Pemikiran ... 7
F. Metode Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Persediaan ... 15
B. Penggolongan Persediaan ... 15
C. Fungsi dan Tujuan Persediaan ... 17
(10)
commit to user
E. Pengawasan dan Pengendalian Persediaan ... 23
F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persediaan Bahan Baku . .. 25
G. Bahan Baku... 25
H. Model Analisis EOQ... 27
BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian ... 31
1. Gambaran umum PT. Kusumahadi Santosa ... 31
2. Tujuan PT. Kusumahadi Santosa ... 34
3. Lokasi PT. Kusumahadi Santosa ... 36
4. Lay-out PT. Kusumahadi Santosa ... 37
5. Aspek Personalia ... 39
6. Struktur Organisasi dan Job Description ... 43
7. Proses Produksi ... 51
B. Laporan Magang Kerja ... 54
1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang... 54
2. Kegiatan Magang... 54
C. Pembahasan Masalah ... 56
1. Kebijakan Perusahaan ... 56
2. Analisis Metode EOQ ... 62
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ... 70
B. Saran... 71 DAFTAR PUSTAKA
(11)
commit to user DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
3.1 Tabel Jumlah Tenaga Kerja PT. Kusumahadi Santosa ... 40
3.2 Tabel Jumlah Tenaga Kerja Weaving II ... 41
3.3 Tabel Kebutuhan Bahan Baku Benang PT. Kusumahadi Santosa tahun 2011... 57
3.4 Rincian Biaya Pemesanan Bahan Baku 2011 ... 59
3.5 Rincian BiayaPenyimpanan Bahan Baku 2011 ... 61
3.6 Tabel Perhitungan Standar Deviasi ... 65
3.7 Tabel Perbandingan Kebijakan Perusahaan dengan Metode EOQ ... 67
(12)
commit to user DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
1.1 Kerangka Pemikiran ... 7
3.2 Lay-out PT. Kusumahadi Santosa ... 38
3.3 Struktur Organisasi PT. Kusumahadi Santosa ... 45
(13)
commit to user DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Pernyataan
Lampiran 2. Surat Keterangan Magang Lampiran 3. Penilaian Magang
Lampiran 4. Analisis dengan menggunakan software POM Lampiran 5. Gambar mesin
(14)
(15)
commit to user ABSTRAK
PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BENANG DENGAN METODE EOQ PADA DEPARTEMEN WEAVING II
PT. KUSUMAHADI SANTOSA KARANGANYAR DWI KURNIA WATI
F3509020 MANAJEMEN BISNIS
Persediaan selalu dibutuhkan oleh setiap perusahaan yang menghasilkan produk untuk menunjang jalannya proses produksi dalam suatu perusahaan. Dengan kebijakan pengadaan diharapkan proses produksi dapat berjalan dengan lancar. Tanpa adanya persediaan perusahaan dihadapkan pada resiko bahwa suatu saat perusahaan tidak akan dapat memenuhi kebutuhan konsumen yang mendadak. Bahan baku merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam pengalokasian modal kerja, kesalahan dalam pengalokasian modal kerja untuk persediaan akan mempengaruhi keuntungan yang akan diperoleh perusahaan. Untuk mencapai tujuan penelitian tersebut, penulis menggunakan metode EOQ (Economic Order Quantity). Metode ini digunakan untuk menentukan kebutuhan bahan baku, biaya pemesanan, biaya penyimpanan, jumlah pesanan yang optimal, persediaan pengaman (safety stock), pemesanan kembali (re order point), dan total biaya persediaan (total cost).
Hasil penelitian pengendalian persediaan bahan baku tahun 2011 menurut kebijakan perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan melakukan pembelian bahan baku tiap satu bulan sekali dengan jumlah yang berbeda. Perusahaan belum dapat menentukan Re Order Point (ROP). Menurut kebijakan perusahaan dapat diperoleh hasil bahwa frekuensi pembelian sebanyak 12 kali dalam satu tahun dengan pembelian bahan baku sebanyak 1.463,3 ball, serta biaya persediaan sebesar Rp. 12.943.155,14, sedangkan dengan pendekatan EOQ diperoleh hasil bahwa frekuensi pembelian adalah 9 kali dalam satu tahun dengan pembelian bahan baku sebanyak 1.861,49 ball, serta dapat dihasilkan total biaya persediaan sebesar Rp. 12.577.133,58 . Safety Stock (SS) sebesar 196,482 ball dan Re Order Point (ROP) sebesar 245,74 ball.
Berdasarkan penelitian tersebut sebaiknya perusahaan menggunakan metode EOQ dalam kebijakan pengadaan bahan baku agar perusahaan dapat melakukan pembelian bahan baku yang optimal dengan biaya yang minimal serta meminimalkan biaya persediaan bahan baku dan mengoptimalkan waktu pemesanan kembali yang harus dilakukan perusahaan.
(16)
commit to user ABSTRACT
THE SUPPLIES CONTROL OF RAW MATERIAL OF YARN USING EOQ METHOD IN THE DEPARTMENT OF WEAVING II
PT. SANTOSA KUSUMAHADI KARANGANYAR
DWI KURNIA WATI F3509020 MANAJEMEN BISNIS
Supplies are always needed by every company that produces products in order to support the process of production. The procurement policy is expected to keep the process run smoothly. Without supplies, a company has a high risk that someday the company will not be ready to meet the sudden needs of consumers. Raw material is one of factors that plays an important role in the allocation of working capital. Error in the capital allocation supplies will affect the company's profit.
To achieve the research goals, the author uses the method of EOQ (Economic Order Quantity). This method is used to determine the need for raw materials, ordering fees, storage fees, the quantity of optimal order, safety stock, reordering (re order point), and total inventory cost (total cost).
In 2011, according to the company’s policy, the results of supplies control of raw materials indicate that the company purchases raw materials every single month with a different number. The company could not Re Order Point (ROP). According to the policy, the frequency of purchase is as much as 12 times a year by the purchases of raw materials as much as 1463.3 ball and the inventory cost is Rp. 12,943,155.14. The results obtained with the approach that the EOQ purchase frequency is 9 times a year by the purchases of raw materials as much as 1861.49 ball and the total cost of inventory can be produced at Rp. 12,577,133.58. Safety Stock (SS) is 196.482 ball and Re Order Point (ROP) is 245.74 ball.
According to the result of the research, the company should use the EOQ method in the policy of raw material supplies in order to minimize the supplies cost and to optimize the re ordering activity.
(17)
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada era globalisasi seperti pada saat ini dan persaingan yang sangat ketat, baik perusahaan jasa maupun manufaktur. Tiap perusahaan berlomba-lomba memperoleh keuntungan semaksimal mungkin. Karena dengan keuntungan tersebut menjadikan perusahaan bertahan dan mengalami kemajuan. Untuk memperoleh keuntungan, perusahaan harus memperbaiki dan meningkatkan koordinasi antar bagian fungsional, memperluas daerah pemasaran, meningkatkan produktifitas karyawan, membangun kepercayaan konsumen, dan meningkatkan kinerja dalam proses produksi supaya menghasilkan produk yang berkualitas dan mampu bersaing dengan pasar lokal bahkan internasional serta menekan biaya produksi.
Faktor penting untuk memperlancar sistem produksi yaitu adanya persediaan bahan baku. Dalam penggunaan bahan baku disesuaikan dengan kebutuhan jenis dan jumlah produk yang akan diproduksi. Sehingga diperlukan suatu perencanaan produksi yang berorientasi pada ketepatan jenis dan jumlah komponen yang digunakan dalam proses produksi, yang nantinya akan berpengaruh pada keuntungan perusahaan.
Kesalahan dalam menentukan persediaan maka akan mengalami kerugiaan, oleh karena itu persediaan harus ditentukan sebaik mungkin. Perusahaan harus mempersiapkan dana yang cukup untuk pembelian barang. oleh karena itu, persediaan dalam jumlah besar akan menyebabkan alokasi
(18)
commit to user
2
modal yang kurang efektif. Namun bila persediaan bahan baku yang terlalu kecil dapat juga mengganggu kelancaran proses produksi. Sehingga, perusahaan tidak mencapai targetnya dan mengalami kekurangan dalam memenuhi pesanan yang berakibat perusahaan akan kehilangan pelanggan. Disamping itu, persediaan bahan baku dalam jumlah relatif kecil akan mengakibatkan frekuensi pembelian bahan baku semakin sering. Sehingga, biaya pemesanan bahan baku perusahaan akan semakin besar.
Menurut Render dan Heizer (2010), EOQ adalah sebuah teknik kontrol persediaan yang meminimalkan biaya total dan pemesanan dan penyimpanan. Selain itu menurut Nasution (2003), masalah utama persediaan bahan baku adalah menentukan berapa jumlah pemesanan yang ekonomis ( Economic Order Quantity ) yang akan menjawab persoalan berapa jumlah bahan baku dan kapan bahan baku itu dipesan sehingga dapat meminimasi ordering cost dan holding cost. Ordering cost (biaya pemesanan) adalah semua pengeluaran yang timbul untuk mendatangkan barang dari luar, sedangkan holding cost (biaya penyimpanan) adalah semua pengeluaran yang timbul akibat menyimpan barang.
PT. KUSUMAHADI SANTOSA merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri tekstil yang memproduksi kain grey sampai kain printing. Pada bagian departemen weaving II memproduksi kain grey dengan bahan baku benang. Untuk menjaga kelangsungan proses produksi diperlukan persediaan bahan baku yang optimal. Agar dapat mencapai target produksi yang akan dicapai.
(19)
commit to user
3
Industri tekstil ini selayaknya mendapat perhatian lebih dari pemerintah karena merupakan padat karya dan menciptakan lapangan kerja yang luas, industri ini merupakan sektor ekonomi yang besar dalam kemajuan pertumbuhan ekonomi. Tapi sayangnya, pemerintah belum terlihat serius menanggani masalah industri. Masalahnya antara lain : upah tenaga kerja yang kecil dan industri tekstil masih banyak menggunakan mesin-mesin yang sudah tua dan tidak efisien. Padahal persaingan bisnis dipasar lokal bahkan internasional yang sangat ketat.
Selama ini PT. Kusumahadi Santosa belum menerapkan metode EOQ (Economic Order Quantity) untuk mengatur persediaan bahan baku benang. Maka perlu diadakan sistem pengawasan persediaan dan perhitungan menggunakan metode EOQ. Karena sistem dalam penulisan tugas akhir ini, dapat digunakan untuk menentukan jumlah pembelian bahan baku yang optimal untuk meminimalkan total biaya persediaan, jumlah persediaan pengaman dan kapan melakukan pemesanan kembali. Sehingga, sebagai perbandingan antara kebijakan yang telah dilaksanakan. Maka perusahaan dapat memilih kebijakan yang lebih efisien dalam pengeluaran biaya persediaan. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas penulis melakukan penelitian dengan judul “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BENANG DENGAN METODE EOQ PADA DEPARTEMEN WEAVING II PT KUSUMAHADI SANTOSA KARANGANYAR”.
(20)
commit to user
4
B. Rumusan Masalah
Dari uraian tersebut di atas penulis merumuskan permasalahan yang akan dibahas dalam tugas akhir ini adalah :
1. Berapa jumlah pembelian bahan baku yang optimal berdasarkan metode EOQ pada perusahaan PT. Kusumahadi Santosa?
2. Berapa jumlah persediaan pengaman (safety stock) yang harus diadakan oleh perusahaan PT. Kusumahadi Santosa?
3. Kapan PT. Kusumahadi Santosa melakukan pemesanan kembali
persediaan bahan baku?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui jumlah pembelian persediaan bahan baku optimal yang harus dipesan oleh PT. Kusumahadi Santosa.
2. Mengetahui jumlah persediaan pengaman yang harus diadakan oleh PT. Kusumahadi Santosa.
3. Mengetahui waktu pemesanan kembali persediaan bahan baku PT. Kusumahadi Santosa.
(21)
commit to user
5
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi PT. Kusumahadi Santosa, bagi penulis maupun pembaca. Adapun manfaat atau kegunaan penelitian ini terdiri dari dua macam yaitu :
1. Manfaat Akademis
a. Bagi Peneliti
Penelitian yang dilakukan penulis pada PT. Kusumahadi Santosa ini diharapkan dapat memberi manfaat, yaitu :
1) Merupakan wahana latihan untuk mengaplikasikan teori-teori mata kuliah manajemen bisnis dan mengenai manajemen persediaan yang didapat di bangku kuliah didalam sebuah kasus penelitian lapangan, untuk kemudian diselesaikan melalui metode tertentu. 2) Memberikan gambaran langsung tentang dunia kerja yang nyata,
dan gambaran proses persediaan bahan baku di dalam sebuah perusahaan.
b. Bagi Pembaca
Menambah wawasan pengetahuan tentang manajemen persediaan, serta sebagai bahan perbandingan dan referensi untuk kasus sejenis.
c. Bagi Perusahaan
Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan pertimbangan pada perusahaan bahwa dengan menggunakan metode EOQ dapat digunakan untuk meminimalkan total biaya persediaan.
(22)
commit to user
6
2. Manfaat Praktis
Penelitian yang dilakukan penulis ini diharapkan akan memperoleh gambaran dalam pengambilan keputusan, khususnya dalam hal persediaan bahan baku dan menghindari kerugian yang diakibatkan penumpukan bahan baku.
(23)
commit to user
7
E. Kerangka Pemikiran
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran
Data kebutuhan bahan baku benang tahun 2011
Biaya Pemesanan
Biaya Penyimpanan
Frekuensi Pembelian
Metode EOQ Persediaan
bahan baku yang paling
optimal
Menghitung Total Biaya Persediaan
Menentukan Safety Stock
Menentukan Re Order
(24)
commit to user
8
Gambar di atas menjelaskan bahwa untuk memenuhi kebutuhan bahan baku, perusahaan terlebih dahulu melakukan pemesanan atau pembelian bahan baku benang dari supplier. Penggunaan kebutuhan bahan baku perusahaan dapat memperkirakan jumlah pembelian bahan baku kemudian dilakukan perhitungan dengan biaya persediaan yang dikeluarkan. Dalam hal ini perusahaan dapat menggunakan metode kebijakan perusahaan maupun dengan menggunakan metode EOQ.
Penggunaan metode EOQ dipengaruhi beberapa faktor seperti biaya pemesanan, biaya penyimpanan, kebutuhan bahan baku, frekuensi pembelian, maupun leadtime. Sehingga dari metode tersebut akan diketahui jumlah persediaan bahan baku yang optimal dan total biaya persediaan yang dihasilkan. Perusahaan juga melakukan pengadaan persediaan pengaman (safety stock), hal ini bertujuan untuk menghindari masalah kekurangan bahan baku (out of stock) sebelum pesanan atau pembelian bahan baku dilakukan. Dan untuk mengatasi permasalahan tentang kekurangan bahan baku maupun kehabisan bahan baku, perusahaan harus menentukan waktu pemesanan kembali (Re order point) supaya masalah tersebut tidak terjadi lagi. Dengan penentuan biaya pemesanan dan penyimpanan dan EOQ maka akan diketahui perbandingan total biaya persediaan antara kebijakan perusahaan dengan metode EOQ.
(25)
commit to user
9
F. Metode Penelitian
1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan oleh penulis adalah
menggunakan metode penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah pengumpulan data untuk diuji hipotesis atau menjawab pertanyaan mengenai status terakhir dari subjek penelitian (Kuncoro, 2009:12). yang meneliti secara rinci persediaan bahan baku yang digunakan pada departemen weaving II PT. Kusumahadi Santosa. Dalam hal ini melakukan analisis data menggunakan metode EOQ. EOQ merupakan sebuah teknik kontrol persediaan yang meminimalkan biaya total dan pemesanan dan penyimpanan. (Render dan Heizer, 2010:92)
2. Objek Penelitian
Peneliti melakukan penelitian pada departemen weaving II PT. Kusumahadi Santosa, yang berlokasi di JL. Raya Jaten KM 9,4, Jaten, Karanganyar, Surakarta.
3. Jenis dan Sumber Data a. Jenis Data
1) Data kualitatif
Data kualitatif adalah data yang tidak dapat diukur dalam skala numerik (Kuncoro, 2009:145), meliputi:
a) Informasi tentang sejarah singkat berdirinya
perusahaan.
(26)
commit to user
10
2) Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang diukur dalam suatu skala numerik (Kuncoro, 2009:145), meliputi :
a) Data jumlah kebutuhan bahan baku 2011. b) Data biaya pemesanan tahun 2011. c) Data biaya penyimpanan tahun 2011.
b. Sumber Data
Sumber data yang digunakan antara lain : 1) Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh dengan survei lapangan yang menggunakan semua metode pengumpulan data original (Kuncoro, 2009:148).
Selain pengamatan secara langsung pada bagian persediaan juga diperoleh informasi dari staff maupun karyawan pada PT. Kusumahadi Santosa.
2) Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpulan data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data (Kuncoro, 2009:148).
Berupa sejarah dan perkembangan perusahaan, struktur organisasi, uraian proses produksi, data-data mesin, data jumlah bahan baku 2011, data biaya pemesanan dan penyimpanan tahun 2011.
(27)
commit to user
11
Kesimpulan yang dapat ditarik oleh peneliti dalam data ini menggunakan sumber data sekunder, karena peneliti hanya mendapatkan data-data yang diperoleh secara tidak langsung dari perusahaan.
4. Metode Pengumpulan Data
Data adalah sekumpulan informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan (Kuncoro, 2009:145). Guna untuk mendapatkan data yang sesuai dengan pokok pembahasan atau Tugas Akhir maka diperlukan dalam penelitian penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :
a. Wawancara Personal (personal interviewing)
Wawancara personal diartikan wawancara antar orang, yaitu antara peneliti dengan responden yang diarahkan oleh pewawancara untuk tujuan memperoleh informasi yang relevan (Kuncoro, 2009:160). Kegiatan ini dilakukan dengan tanya kepada beberapa pihak yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas, antara lain :
1) Ibu Harsi
2) Bapak Padi
3) Bapak Mardi
b. Observasi
Observasi adalah teknik atau pendekatan untuk mendapatkan data primer dengan cara mengamati langsung obyek datanya. Peneliti melakukan praktek kerja lapangan di PT. Kusumahadi Santosa.
(28)
commit to user
12
c. Studi Pustaka
Data yang diperoleh dengan mempelajari buku-buku mengenai manajemen yang berhubungan dengan kasus yang diangkat pada Tugas Akhir, sehingga dapat membantu dalam memecahkan masalah.
5. Metode Analisis Data
Metode analisis yang dipergunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah menggunakan beberapa metode, antara lain:
a. Menentukan Besarnya EOQ (Economic Order Quantity)
EOQ merupakan suatu jumlah pembelian bahan yang dapat mencapai biaya persediaan yang paling minimal, sehingga
perhitungan biaya hanya didasarkan pada biaya yang
mempengaruhi pemesanan dan pembelian yaitu total biaya pemesanan dan total biaya penyimpanan, sehingga :
Rumus EOQ yang biasa digunakan adalah (Render dan Heizer, 2010:95) :
Q* =
Dimana :
Q* = Jumlah optimum unit per pesanan (EOQ )
D = Permintaan tahunan dalam unit untuk barang persediaan S = Biaya penyetelan atau pemesanan untuk setiap pesanan H = Biaya penyimpanan per unit per tahun.
(29)
commit to user
13
b. Menentukan Frekuensi Pembelian
(Render dan Heizer, 2010:96) Dimana :
D = Permintaan yang diperkirakan per periode Q* = Kuantitas Pesanan
c. Menentukan Total Biaya Persediaan
Total persediaan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
(Render dan Heizer, 2010:97)
Dimana :
TIC = Total biaya persediaan
D = Jumlah kebutuhan selama satu tahun Q* = Kuantitas sekali pesan
S = Biaya pemesanan sekali pesan H = Biaya penyimpanan per unit per tahun
d. Menenetukan Besarnya Persediaan Pengaman (safety stock) Standar Deviasi
(30)
commit to user
14
Dimana :
SD = Standar deviasi
X = Jumlah pemakaian bahan baku sesungguhnya = Jumlah rata-rata pemakaian bahan baku n = Periode pemakaian bahan baku
Sedangkan rumus yang digunakan untuk menghitung persediaan pengamanan adalah
SS = SD x Z Dimana :
SS = Safety stock SD = Standar deviasi
Z = Faktor keamanan ditentukan atas dasar kemampuan perusahaan
e. Menentukan besarnya titik pemesanan kembali atau Re-Order Point (ROP)
ROP = (Penggunaan rata-rata x lead time) + safety stock
f. Analisis tentang perbandingan EOQ dengan kebijakan perusahaan 1) Kuantitas pembelian bahan baku yang optimal
2) Total biaya persediaan 3) Frekuensi Pembelian
4) Persediaan pengamanan (safety stock) 5) Titik pemesanan kembali (re-order point)
(31)
commit to user
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Persediaan
Persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi ataupun persediaan bahan baku yang menunggu proses produksi (Rangkuti, 2002:3).
Persediaan adalah sumberdaya yang menganggur ( idle resources ) yang menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud dengan proses lebih lanjut tersebut adalah berupa kegiatan produksi pada sistem manufaktur, kegiatan pemasaran pada sistem distribusi ataupun kegiatan konsumsi pangan pada sistem rumah tangga (Nasution, 2003:103).
Maka pengertian dari persediaan ialah aktiva perusahaan yang disimpan dalam bentuk bahan baku dan dipergunakan dalam proses produksi yang lebih lanjut untuk pembuatan barang produksi.
B. Penggolongan Persediaan
Penggolongan persediaan berdasarkan jenisnya terdiri dari (Render dan Heizer, 2010:82) :
1. Persediaan bahan mentah
Yang dimaksud dengan persediaan bahan mentah adalah bahan-bahan yang biasanya dibeli, tetapi belum memasuki proses manufaktur.
(32)
commit to user
16
Persediaan ini dapat digunakan untuk melakukan decouple
(memisahkan) pemasok dari proses produksi. Bagaimanapun juga, pendekatan yang lebih dipilih adalah menghilangkan variabilitas pemasok akan kualitas, kuantitas, atau waktu pengantaran sehingga tidak diperlukan pemisahan. Persediaan bahan mentah ini merupakan kegiatan yang sangat penting karena merupakan awal dari proses produksi. Dengan adanya persediaan ini maka akan memperlancar produksi karena bahan yang diperlukan sudah tersedia.
2. Persediaan barang setengah jadi
Persediaan barang setengah jadi adalah produk-produk atau komponen-komponen yang tidak lagi merupakan bahan mentah, tetapi belum menjadi barang jadi. Dengan demikian akan mengalami proses produksi selanjutnya akan menjadi barang jadi. Persediaan ini harus optimal dikarenakan untuk mengatasi permintaan pelanggan yang tidak menentu.
3. MRO ( pemeliharaan, perbaikan, operasi )
MRO adalah persediaan-persediaan yang disediakan untuk persediaan pemeliharaan, perbaikan, operasi ( maintenance, repair, operating ) yang dibutuhkan untuk menjaga agar mesin-mesin dan proses-proses tetap produktif. MRO ada karena kebutuhan serta waktu untuk pemeliharaan dan perbaikan dari beberapa perlengkapan tidak diketahui. Walaupun permintaan akan MRO merupakan fungsi dari
(33)
commit to user
17
jadwal pemeliharaan, permintaan-permintaan MRO lainnya yang tidak terjadwal harus dapat diantisipasi.
4. Persediaan barang jadi
Persediaan barang jadi adalah produk yang telah selesai dan tinggal menunggu pengiriman. Barang ini sudah siap dijual tetapi masih merupakan aset dalam pembukuan perusahaan. Barang jadi ini dapat dimasukkan dalam persediaan karena permintaan pelanggan dimasa mendatang yang tidak diketahui.
C. Fungsi dan Tujuan Persediaan
Fungsi utama persediaan yaitu sebagai penyangga, penghubung antar proses produksi dan distribusi untuk memperoleh efisiensi. Fungsi lain persediaan adalah sebagai stabilisator harga terhadap fluktuasi permintaan. Terdapat beberapa alasan diadakannya persediaan dalam suatu sistem (fungsi persediaan) antara lain sebagai berikut (Purnomo, 2004:97):
1. Persediaan cadangan dalam sistem persediaan terdapat ketidakpastian dalam pemasok, permintaan, dan tenggang waktu. Persediaan yang diadakan untuk menghilangkan resiko ketidakpastian diatas disebut dengan stock pengaman (safety stock). Persediaan pengaman ini digunakan untuk menyerap perubahan permintaan (permintaan melebihi peramalan), perubahan atau perbedaan jadwal produksi (proses produksi lebih rendah dari rencana), juga digunakan untuk antisipasi ketidakpastian pengirian barang dari pemasok (supplier).
(34)
commit to user
18
2. Persediaan dalam lot-size atau dalam jumlah besar. Persediaan dalam lot-size memungkinkan produksi dan pembelian lebih ekonomis.
3. Persediaan antisipasi, perusahaan perlu melakukan antisipasi terhadap ketersediaan bahan dan perubahan harga yang diakibatkan oleh penurunan persediaan dan kenaikan permintaan. Dalam hal ini motif spekulasi dilakukan untuk mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga barang pada masa mendatang.
Tujuan manajemen persediaan adalah menentukan keseimbangan antara investasi persediaan dengan pelayanan pelanggan (Render dan Heizer, 2010:82). Menyediakan persediaan yang dibutuhkan untuk menyokong operasi dengan biaya minimum.
Persediaan memiliki beberapa fungsi yang menambahkan fleksibilitas bagi operasi perusahaan. Fungsi tersebut meliputi (Render dan Heizer, 2010:82) :
1. “Decouple” atau memisahkan beberapa tahapan dari proses produksi. Sebagai contoh, jika persediaan sebuah perusahaan berfluktuasi, persediaan tambahan mungkin diperlukan untuk melakukan decouple proses produksi dari pemasok.
2. Melakukan “decouple” perusahaan dari fluktuasi permintaan dan menyediakan persediaan barang-barang yang akan memberikan pilihan bagi pelanggan. Persediaan seperti ini digunakan secara umum pada bisnis eceran.
(35)
commit to user
19
3. Mengambil keuntungan dari diskon kuantitas karena pembelian dalam jumlah besar dapat mengurangi biaya pengiriman barang.
4. Melindungi terhadap inflasi dan kenaikan harga.
D. Biaya-biaya Persediaan
Secara umum dapat dikatakan bahwa biaya sistem persediaan adalah semua pengeluaran dan kerugian yang timbul sebagai akibat adanya persediaan. Biaya sistem persediaan terdiri dari biaya pembelian, biaya pemesanan, biaya simpan dan biaya kekurangan persediaan (Nasution, 2003:105) :
1. Biaya pembelian ( Purchasing Cost )
Biaya pembelian adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang. Besarnya biaya pembelian ini tergantung pada jumlah barang yang dibeli dan harga satuan barang. Biaya pembelian menjadi faktor penting ketika harga barang yang dibeli tergantung pada ukuran pembelian. Situasi ini akan diistilahkan sebagai quantity discount atau price break dimana harga barang per unit akan turun
bila jumlah barang yang dibeli meningkat. 2. Biaya pengadaan ( Procurement Cost )
Macam-macam biaya pengadaan dibedakan menjadi dua jenis sesuai asal-usul barang, yaitu :
(36)
commit to user
20
Biaya pemesanan adalah semua pengeluaran yang timbul untuk mendatangkan barang dari luar. Biaya ini meliputi : Biaya untuk menentukan pemasok (supplier), pengetikan pesanan, pengiriman pesanan, biaya pengangkutan, biaya penerimaan, dan seterusnya. Biaya ini diasumsikan konstan untuk setiap kali pesan.
b. Biaya Pembuatan ( Setup Cost )
Biaya pembuatan adalah semua pengeluaran yang timbul dalam mempersiapkan produksi suatu barang. Biaya ini timbul di dalam pabrik yang meliputi biaya menyusun peralatan produksi, menyetel mesin, mempersiapkan gambar kerja dan seterusnya.
3. Biaya penyimpanan (Holding Cost / Carrying Cost )
Biaya simpan adalah semua pengeluaran yang timbul akibat menyimpan barang. Biaya ini meliputi :
a. Biaya Memiliki Persediaan ( biaya modal )
Penumpukan barang di gudang berarti penumpukan modal, dimana modal perusahaan mempunyai ongkos (expense) yang dapat diukur dengan suku bunga bank. Oleh karena itu, biaya
yang ditimbulkan karena memiliki persediaan harus
diperhitungkan dalam biaya sistem persediaan. Biaya memiliki persediaan diukur sebagai presentase nilai persediaan untuk periode waktu tertentu.
(37)
commit to user
21
b. Biaya Gudang
Barang yang disimpan memerlukan tempat penyimpanan sehingga timbul biaya gudang. Bila gudang dan peralatannya disewa maka biaya gudangnya merupakan biaya sewa sedangkan bila perusahaan mempunyai gudang sendiri maka biaya gudang merupakan biaya depresiasi.
c. Biaya Kerusakan dan Penyusutan
Barang yang disimpan dapat mengalami kerusakan dan penyusutan karena beratnya berkurang ataupun jumlahnya berkurang karena hilang. Biaya kerusakan dan penyusutan biasanya diukur dari pengalaman sesuai dengan presentasenya.
d. Biaya Kadaluarsa
Barang yang disimpan dapat mengalami penurunan nilai karena perubahan teknologi dan model seperti barang-barang elektronik. Biaya kadaluarsa biasanya diukur dengan besarnya penurunan nilai jual dari barang tersebut.
e. Biaya Asuransi
Barang yang disimpan diasuransikan untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan seperti kebakaran. Biaya asuransi tergantung jenis barang yang diasuransikan dan perjanjian dengan perusahaan asuransi.
(38)
commit to user
22
Biaya ini dikeluarkan untuk mengadministrasikan persediaan barang yang ada. Baik pada saat pemesanan, penerimaan barang maupun penyimpanannya dan biaya untuk memindahkan barang dari, ke, dan di dalam tempat penyimpanan, termasuk upah buruh dan biaya peralatan handling.
4. Biaya kekurangan persediaan (Shortage Cost )
Bila perusahaan kehabisan barang pada saat permintaan, maka akan terjadi keadaan kekurangan persediaan. Keadaan ini akan menimbulkan kerugian karena proses produksi akan terganggu dan kehilangan kesempatan mendapatkan keuntungan atau kehilangan konsumen pelanggan karena kecewa sehingga beralih ke tempat lain. Biaya kekurangan persediaan dapat diukur dari :
a. Kuantitas yang tidak dapat dipenuhi
Biasanya diukur dari keuntungan yang hilang karena tidak dapat memenuhi permintaan atau dari kerugian akibat terhentinya proses produksi. Kondisi ini diistilahkan sebagai biaya pinalti atau hukuman kerugian bagi perusahaan dengan satuan misalnya : Rp atau unit.
b. Waktu Pemenuhan
Lamanya gudang kosong berarti lamanya proses produksi
terhenti atau lamanya perusahaan tidak mendapatkan
keuntungan, sehingga waktu menganggur tersebut dapat diartikan sebagai uang yang hilang. Biaya waktu pemenuhan
(39)
commit to user
23
diukur berdasarkan waktu yang diperlukan untuk memenuhi gudang dengan satuan misalnya ; Rp atau satuan waktu.
c. Biaya Pengadaan Darurat
Supaya konsumen tidak kecewa, maka dapat dilakukan pengadaan darurat yang biasanya menimbulkan biaya yang lebih besar dari pengadaan normal. Kelebihan biaya dibandingkan pengadaan normal ini dapat dijadikan ukuran untuk menentukan biaya kekurangan persediaan dengan satuan, misalnya Rp / setiap kali kekurangan.
E. Pengawasan dan Pengendalian Persediaan
Tujuan pengawasan persediaan adalah sebagai berikut (Rangkuti, 2002:9) :
1. Menjaga jangan sampai kehabisan persediaan
Dengan adanya pengawasan persediaan dapat dihindari adanya stock out karena karyawan pada bagian yang berkaitan dapat mengetahui
tentang persediaan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan perusahaan dengan barang atau bahan yang sudah tidak mencukupi jumlahnya dan perlu untuk melakukan pemesanan.
2. Supaya pembentukan persediaan stabil
Pengadaan persediaan sudah melalui perhitungan dan kebijakan dari perusahaan, yang bertujuan untuk menjaga kestabilan persediaan. 3. Menghindari pembelian kecil-kecilan
(40)
commit to user
24
Pembelian dalam jumlah kecil dapat terjadi pemborosan pengeluaran perusahaan dibandingkan apabila perusahaan membeli dalam jumlah yang cukup besar karena kemungkinan adanya diskon.
4. Pemesanan yang ekonomis
Pemesan lebih ekonomis dari segi biaya, waktu dan jumlah barang yang dipesan.
Pengendalian Persediaan
Walaupun sebuah organisasi mungkin telah membuat usaha-usaha besar untuk mencatat persediaan secara akurat, catatan-catatan ini harus diverifikasi melalui audit berkelanjutan. Audit-audit semacam ini dikenal dengan perhitungan siklus (cycle counting). Praktik ini kerap harus dilakukan dengan menutup fasilitas dan menugaskan orang-orang tidak berpengalaman untuk menghitung bagian-bagian dan bahan. Dengan prosedur-prosedur perhitungan siklus, barang-barang dihitung, catatan-catatan diverifikasi, dan ketidakakuratan didokumentasikan secara periodik. Kemudian, penyebab ketidakakuratan dilacak dan diambil tindakan perbaikan yang tepat untuk menjamin integritas sistem persediaannya (Render dan Heizer, 2010:87).
(41)
commit to user
25
F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persediaan Bahan Baku
Besar kecilnya persediaan bahan baku yang dimiliki perusahaan ditentukan oleh beberapa faktor antara lain (M.Narafin, 2000:56) :
1. Anggaran produksi 2. Harga beli bahan baku
3. Biaya penyimpanan bahan baku di gudang dalam hubungannya dengan biaya ekstra yang dikeluarkan sebagai akibat kehabisan persediaan
4. Ketepatan pembuatan standart pemakaian bahan baku
5. Ketepatan leferensi atau penjualan bahan baku dalam penyerahan bahan baku yang dipesan
6. Jumlah bahan baku tiap kali pesan
G. Bahan Baku
1. Arti Penting Bahan Baku
Bahan baku yaitu yang merupakan input awal dari proses transformasi menjadi produk jadi (Nasution, 2003:103). Cara pengadaan bahan baku benang pada PT KUSUMAHADI SANTOSA yaitu dengan membeli 60 % dari PT KUSUMAHADI PUTRA dan 40 % kekurangannya membeli dari perusahaan lokal di kota sekitar perusahaan.
(42)
commit to user
26
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan bahan baku antara lain : a. Harga bahan baku
Perusahaan harus bisa memperkirakan harga bahan baku karena hal ini merupakan faktor penentu terhadap persediaan bahan baku. Perusahaan bisa menyesuaikan dengan kebutuhan bahan baku terhadap kemampuan perusahaan dalam menyediakan bahan baku.
b. Pemakaian bahan baku
Perusahaan membutuhkan data pemakaian bahan baku pada
periode sebelumnya sebagai bahan pertimbangan dan
menyediakan bahan baku pada periode selanjutnya. c. Waktu tunggu (lead time)
Ialah waktu tenggang yang diperlukan antara saat pemesanan sampai datangnya bahan baku yang dipesan.
d. Model pembelian bahan
Model pembelian bahan yang digunakan perusahaan akan menentukan besar kecilnya bahan baku yang dipakai perusahaan. e. Persediaan pengaman (safety stock)
Persediaan pengaman ini merupakan persediaan tambahan yang diadakan untuk menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan baku.
(43)
commit to user
27
H. Model Analisis EOQ ( Economic Order Quantity )
Metode EOQ merupakan sebuah teknik kontrol persediaan yang meminimalkan biaya total dari pemesanan dan penyimpanan (Render dan Heizer, 2010 : 92).
Asumsi dasar untuk menggunakan metode EOQ :
1.Jumlah permintaan diketahui, konstan, dan independen.
2.Waktu tunggu, yakni waktu antara pemesanan dan penerimaan pesanan diketahui dan konstan.
3.Penerimaan persediaan bersifat instan dan selesai seluruhnya. Dengan kata lain, persediaan dari sebuah pesanan datang dalam satu kelompok pada suatu waktu.
4.Tidak tersedianya diskon kuantitas.
5.Biaya variabel hanya biaya untuk menyiapkan atau melakukan pemesanan ( biaya penyetelan ) dan biaya menyimpan persediaan dalam waktu tertentu ( biaya penyimpanan atau membawa ). Biaya-biaya ini telah dibahas pada bagian sebelumnya.
6.Kehabisan persediaan ( kekurangan persediaan ) dapat sepenuhnya dihindari jika pemesanan dilakukan pada waktu yang tepat.
Tujuan perhitungan dengan EOQ untuk mengetahui : 1. Biaya penyetelan
Biaya penyetelan tahun = (Jumlah pemesanan per tahun) x ( Biaya penyetelan atau pesanan per pesanan)
(44)
commit to user
28
2. Biaya penyimpanan tahunan
Biaya penyimpanan tahunan = (Tingkat persediaan rata-rata) x (Biaya penyimpanan per unit per tahun)
(Render dan Heizer, 2010:95)
3. Economic Order Quantity ( EOQ / Jumlah Pemesanan Ekonomis ) Rumus EOQ yang biasa digunakan adalah (Render dan Heizer, 2010:95) :
Q* =
Dimana :
Q* = Jumlah optimum unit per pesanan (EOQ )
D = Permintaan tahunan dalam unit untuk barang persediaan
S = Biaya penyetelan atau pemesanan untuk setiap pesanan H = Biaya penyimpanan per unit per tahun.
4. Persediaan Pengamanan ( Safety Stock )
Persediaan pengamanan ini merupakan persediaan tambahan yang
mengizinkan terjadinya ketidaksamaan permintaan sebuah
penyangga (Render dan Heizer, 2010:100). Standar Deviasi
(45)
commit to user
29
Dimana :
SD = Standar deviasi
X = Jumlah pemakaian bahan baku sesungguhnya tiap periode
= Jumlah rata-rata pemakaian bahan baku
n = Periode pemakaian bahan baku
Sedangkan rumus yang digunakan untuk menghitung persediaan pengamanan adalah
SS = SD x Z Dimana :
SS = Safety stock SD = Standar deviasi
Z = Faktor keamanan ditentukan atas dasar kemampuan perusahaan
5. Titik Pemesanan Ulang ( Re Order Point )
Keputusan kapan harus memesan bahan baku dinyatakan dengan menggunakan titik pemesanan ulang, yaitu tingkat ( titik ) persediaan di mana tindakan harus diambil untuk mengisi kembali persediaan barang (Render dan Heizer, 2010:99).
Agar resiko perusahaan dapat ditekan seminimal mungkin. Waktu antara penempatan dan penerimaan pesanan disebut dengan waktu tunggu ( lead time ).
(46)
commit to user
30
ROP = (Penggunaan rata-rata x lead time) + safety stock
6. Total Biaya Persediaan
(Render dan Heizer, 2010:97)
Dimana :
TIC = total biaya persediaan
D = Jumlah kebutuhan selama satu tahun Q* = Kuantitas sekali pesan
S = Biaya pemesanan sekali pesan H = Biaya penyimpanan per unit
(47)
commit to user
31
BAB III
DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian
1. Gambaran umum PT. Kusumahadi Santosa
Di Indonesia pada umumnya dan Jawa Tengah khususnya banyak sekali terdapat perindustrian yang bergerak dibidang pertekstilan, hal ini sejalan dengan pertumbuhan perekonomian dalam arti luas. Di Jawa Tengah perindustrian tekstil banyak mengalami kemajuan dan perkembangan yang cukup pesat dalam memenuhi kebutuhan sandang baik untuk pemasaran lokal maupun eksport. Sehingga perusahaan tekstil yang ada didorong untuk memenuhi kebutuhan akan sandang tersebut.
Di Jawa Tengah tepatnya di Surakarta berdiri perusahaan keluarga yang memproduksi tekstil tradisional yang bercorak batik, perusahaan tersebut bernama PT. DANARHADI SANTOSA. Perusahaann ini bergerak dalam bidang garmen khusus batik. Kemudian untuk pemasok bahan baku berupa kain cambric (kain putih polos) yang dipasok dari perusahaan-perusahaan lain baik lokal maupun luar negeri. PT. Danarhadi Santosa berkembang pesat, sehingga dalam menghemat pemasok bahan baku melakukan ekspansi dengan mendirikan anak perusahaan yang bergerak dalam bidang tekstil khusunya membuat kain cambric (kain putih polos). Anak perusahaan tersebut bernama PT.
KUSUMAHADI SANTOSA, yang berdiri pada tanggal 14 Mei 1980 dan beralamat di Jalan Raya Jaten km 9.4 Jaten, Karanganyar, Surakarta.
(48)
commit to user
32
Perusahaan ini berdiri berdasarkan akte notaries Maria Theresia Budi Santosa. Serta Surat Keputusan No. YA5/ 287/ 4 tanggal 14 Mei 1980. Sejak berdirinya, perusahaan ini berbentuk perseroan terbatas (PT) dan merupakan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dimana UU No. 6 tahun 1980 tentang PMDN menjadi dasar hukumnya.
Sejak berdirinya PT. Kusumahadi Santosa pada tahun 1980, perusahaan tekstil ini mengalami perkembangan dan kemajuan sehingga pada tanggal 21 September 1982 PT. Kusumahadi Santosa diresmikan oleh Menteri Tata Negara Republik Indonesia Bapak Soedomo dengan fasilitas yaitu :
a. Bangunan pabrik : Perumahan karyawan dan fasilitasnya, bangunan kantor dan peralatannya.
b. Delapan (8) mesin di departemen weaving c. Enam belas (16) mesin di departemen finishing. d. Sarana olahraga dan bangunan lain sebagai pelengkap.
PT. Kusumahadi Santosa kadang-kadang sulit mendapatkan benang baik dan halus, maka pada tahun 1987 didirikan PT. KUSUMAPUTRA SANTOSA. PT. Kusumaputra Santosa bergerak di bidang spinning (Pemintalan benang), menempati tanah seluas 5 hektar dan mulai trial running pada bulan juli 1990. Hasil produksi PT. Kusumaputra Santosa
dipergunakan untuk PT. Kusumahadi Santosa sebesar 60% selebihnya dijual di pasar bebas, PT. Kusumahadi Santosa terdiri tiga (3) unit produksi : weaving (pentenunan), pre treatment dan printing
(49)
commit to user
33
(pengecapan). Sedangkan PT. Kusumaputra Santosa hanya memiliki satu (1) unit produksi saja yaitu spinning (pemintalan benang) yang dihasilkan sangat bervariasi sesuai dengan permintaan konsumen.
Adapun mesin-mesin yang dipergunakan untuk produksi di PT. Kusumahadi Santosa adalah sebagai berikut :
A. Mesin-mesin tenun PT. Kusumahadi Santosa
a. Suttle loom
1) Type GH-9 Shedding Lobby 56”
2) Type GH-9 Shedding Lappet 65”
b. Air jet loom
1) Type ajl 205 2) Type ajl 205i
c. Dobby
1) Yamada GD 50
B. Mesin persiapan
1) Waping (Benninger, Baba)
2) Sizing (Shuccer Muller, Zell, Baba) 3) Reaching (Todo)
C. Pre treatment
1) Mercerizing
2) Santofizing
3) Pad Batch Dying
(50)
commit to user
34
5) Cassingeing
6) Parble
D. Printing
Mesin-mesin yang digunakan adalah : 1) Mesin Flat Inchinose
2) Mesin Stenter Wakayana
3) Mesin Cold Pad Batch mesin Rotary print 4) Mesin Steamer untuk Print
2. Tujuan PT. Kusumahadi Santosa
Tekstil atau kain merupakan kebutuhan pokok setiap orang, sejak lahir sampai mati, mudah mengikuti situasi, kondisi dan zamannya. Industri tekstil yang relatif menarik banyak tenaga kerja selalu menjadi perintis industrialisasi bagi negara yang sedang berkembang. Dengan pertumbuhan penduduk atau pertumbuhan ekonomi, maka permintaan tekstil semakin meningkat, tetapi persaingan juga semakin ketat. Oleh karena itu, PT. Kusumahadi Santosa selalu waspada dan siap menghadapi tantangan dengan selalu memperhatikan dan berusaha memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan melalui peningkatan mutu, pelayanan dan daya saing.
a. Tujuan perusahaan sebagai berikut :
1) Meningkatkan sumber daya manusia yang terlatih disiplin yang tinggi, mampu bekerja keras dalam menghadapi ketatnya persaingan dibidang tekstil.
(51)
commit to user
35
2) Meningkatkan mutu pelayanan dan daya saingnya.
3) Mengarahkan segala sumberdaya dan usaha yang disertai dengan sistem manajemen yang tepat guna dan berdaya guna. 4) Menjamin dan memenuhi permintaan para pelanggan sebaik
mungkin.
5) Mendapatkan keuntungan atau laba dari penjualan produksi.
6) Membantu pemerintah dalam menunjang pembangunan
khususnya dalam pengadaan sandang untuk masyarakat. 7) Ikut membantu pemerintah dalam hal menciptakan lapangan
pekerjaan bagi masyarakat.
8) Meningkatkan kwalitas dan kwantitas agar dapat memenuhi selera dan permintaan masyarakat.
9) Membantu pendapatan pemerintah daerah tempat perusahaan didirikan.
10) Melestarikan batik dan mendukung pengadaan bahan baku yang dibutuhkan dalam pembuatan batikk halus.
b. Sasaran mutu perusahaan sebagai berikut : 1) Meningkatkan produktivitas.
2) Mengurangi jumlah keluhan (complains) dari pelanggan. 3) Mengurangi jumlah tuntutan ganti rugi (claims) pemesan.
(52)
commit to user
36
3. Lokasi PT. Kusumahadi Santosa
Lokasi perusahaan merupakan hal yang sangat penting dalam kelancaran suatu proses produksi dan tercapainya tujuan yang diinginkan perusahaan. PT. Kusumahadi Santosa berada di Jalan Raya Jaten Km 9.4 Jaten, Karanganyar, Surakarta.
Pemilihan lokasi tersebut atas dasar pertimbangan sebagai berikut : a. Sarana transportasi yang mudah
PT. Kusumahadi Santosa berada di jalan Solo – Tawangmangu yang merupakan jalan alternatif menuju Jawa Timur dan sebaliknya. Pemilihan lokasi ini dipastikan memudahkan akses transportasi keluar – masuk perusahaan. Dengan kemudahan akses ini diharapkan dapat meminimumkan biaya operasi perusahaan. b. Tersedianya sumber tenaga kerja
PT. Kusumahadi Santosa merupakan perusahaan yang mudah mendapatkan tenaga kerja yang murah dikarenakan melakukan kerjasama dengan beberapa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang ada di Karanganyar.
c. Faktor fasilitas
Tersedianya listrik dan air merupakan faktor yang sangat penting dalam memilih suatu lokasi perusahaan. Dikarenakan tersediannya listrik dan kemudahan mendapatkan air menjadikan kegiatan produksi berjalan lancar. Faktor ini juga yang menyebabkan
(53)
commit to user
37
manajemen PT. Kusumahadi Santosa memilih lokasi di Jaten Karanganyar karena di lokasi tersebut hal itu dapat terpenuhi.
d. Rencana pengembangan perusahaan
Lingkungan di sekitar PT. Kusumahadi Santosa masih area persawahan, karena lokasi perusahaan yang strategis serta masih banyak lahan kosong di sekitar perusahaan yang sangat memungkinkan untuk melakukan pengembangan dan perluasan bangunan perusahaan dimasa yang akan datang.
e. Perijinan
Perijinan untuk mendirikan perusahaan di daerah Jaten, Karanganyar ini cukup mudah mengingat di daerah tersebut juga banyak terdapat perusahaan.
4. Lay-out PT. Kusumahadi Santosa
Pengaturan tata letak serta susunan mesin – mesin, peralatan – peralatan, dan fasilitas – fasilitas lain dalam perusahaan harus ditentukan sedemikian rupa sehingga benar – benar efektif dan efisien. Penyusunan serta pengaturan letak ini harus disesuaikan dengan kondisi dalam perusahaan.
(54)
38
(55)
commit to user
39
a. Sistem personalia PT. Kusumahadi Santosa
Tenaga kerja di PT. Kusumahadi Santosa telah memenuhi ketentuan – ketentuan ketenagakerjaan yang diatur oleh Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia antara lain mengenai jam kerja, sistem kompensasi, jaminan sosial dan lain – lain.
Pengembangan sumber daya manusia secara menyeluruh dilakukan perusahaan guna mengoptimalkan kinerja sumber daya yang ada dengan memberikan kesempatan kepada seluruh karyawan untuk latihan dan pendidikan guna meningkatkan kemampuannya.
Jumlah tenaga kerja PT. Kusumahadi Santosa ± 2.257 karyawan, yang terdiri dari karyawan kantor, spinning, weaving I, weaving II dan bagian utility.
(56)
commit to user
40
Tabel 3.1
Jumlah Tenaga Kerja PT. Kusumahadi Santosa
Keterangan L P Jumlah
Komisaris - 2 2
Direksi 3 1 4
Staff 29 7 36
Weaving I 450 247 697
PPC 6 9 15
Weaving II 142 76 218
Finishing 101 23 124
Printing 340 52 392
Utility 54 - 54
Keuangan 8 13 21
Umum 90 6 96
Pemasaran 49 7 56
Jumlah 1272 443 1715
(57)
commit to user
41
b. Sistem Ketenagakerjaan
Sistem kerja di PT. Kusumahadi Santosa, dapat di lihat dibawah ini : Tenaga kerja produktif yang secara langsung menangani produksi yang meliputi : Bagian produksi, maintenance, energi dan lain – lain. Berdasarkan jam kerjanya dibedakan meliputi :
1. Normal
a) Senin – Kamis Jam 08.00 – 16.00 WIB
Istirahat Jam 12.00 – 13.00 WIB
b) Jum’at Jam 08.00 – 16.00 WIB
Istirahat Jam 11.30 – 13.30 WIB
c) Sabtu Jam 08.00 – 13.00 WIB
Tabel 3.2
Jumlah Tenaga Kerja Weaving II
Bagian Jumlah
Grup A 19
Grup B 20
Grup C 22
Grup D 22
Grup E 19
Grup F 23
Grup G 21
Administrasi dan Quality Control 43
Maintenance 29
Jumlah 218
(58)
commit to user
42
Pengaturan kerja bagi karyawan shiff adalah sebagai berikut :
a) Shiff I Jam 06.00 – 14.00 WIB
b) Shiff II Jam 14.00 – 22.00 WIB
c) Shiff III Jam 22.00 – 06.00 WIB
c. Jaminan Sosial
1. Jaminan Kesejahteraan Karyawan : a) Jaminan beribadah
b) Jaminan olahraga dan rekreasi c) Jaminan koperasi karyawan
d) Jaminan kesehatan dan pengobatan e) Jaminan untuk upah lembur
f) Jaminan jamsostek
g) Perusahaan menyediakan bus antar jemput untuk karyawan h) Perusahaan memberikan pakaian kerja untuk karyawan
produksi, maintenance, karyawan kantor dan karyawan masing-masing mendapatkan 2 pasang dalam 1 tahun.
i) Perusahaan memberikan makanan dan minuman pada saat jam istirahat di perusahaan.
2. Pemberian Tunjangan, antara lain : a) Tunjangan perkawinan
b) Tunjangan hari raya c) Tunjangan kematian
(59)
commit to user
43
3. Memberikan cuti dan hari-hari libur, antara lain :
a) Hari libur resmi / istirahat minggu dan bagi shiff tiap 3 hari libur 1 hari
b) Cuti karena haid dan sakit c) Cuti tahunan
d) Cuti kepentingan sosial e) Cuti kehamilan
6. Struktur Organisasi dan Job Description
a. Struktur Organisasi
Organisasi dalam perusahaan adalah kerjasama antara
orang- orang dalam perusahaan untuk mencapai suatu keuntungan dengan berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi. Dalam perusahaan sangat diperlukan adanya struktur organisasi karena memudahkan dan membantu pimpinan dalam mengawasi jumlah kegiatan perusahaan serta memperlancar tugas-tugas karyawan. Jadi dengan struktur organisasi maka akan tercipta hasil kerjasama yang baik dan membantu mencapai tujuan organisasi yang lebih efektif dan efisien.
Manfaat yang diharapkan dari penyusunan struktur
organisasi bagi perusahaan, antara lain :
(60)
commit to user
44
sehingga dapat tercapainya tujuan yang telah direncanakan. 3) Karyawan dapat mengetahui kepada siapa ia bertanggung
jawab dan mengetahui kepada siapa seorang atasan memberi tugas.
4) Menghindari kekosongan kerja maupun duplikasi tugas, karena dengan adanya struktur organisasi karyawan mengetahui dengan jelas akan tugas dan tanggung jawabnya.
Untuk lebih jelasnya mengenai struktur organisasi PT. Kusumahadi Santosa berikut ini adalah bagan struktur organisasi PT. Kusumahadi Santosa :
(61)
45
(62)
commit to user
46
b. Job Description
Dibagan organisasi PT. Kusumahadi Santosa dapat dijelaskan mengenai tugas dan tanggung jawab masing-masing bagian adalah sebagai berikut :
1) Pemegang Saham
Pemegang saham merupakan orang-orang yang mempunyai saham secara hukum atas kepemilikan perusahaan.
2) Dewan Komisaris
Dewan komisaris merupakan badan tertinggi dalam organisasi perusahaan yang anggotanya diangkat dan diberhentikan oleh rapat umum pemegang saham. Adapun tugasnya dewan komisaris ialah mengatur dan mengkoordinir kepentingan para pemegang saham sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam kebijaksanaan umum perusahaan.
3) Direktur Utama
Tugas direktur utama sebagai berikut : a) Memimipin perusahaan.
b) Mengawasi perusahaan.
c) Menentukan kebijakan pokok dalam perencanaan,
penyusunan, pengendalian dan pengembangan perusahaan. d) Mendelegasikan sebagian wewenang dan tanggung jawab
(63)
commit to user
47
e) Melakukan pembinaan kegiatan dan menilai hasil dari tujuan perusahaan yang dibantu oleh staff ahli operasional, pengawasan, dan internal audit.
4) Kepala Divisi Pemasaran
Kepala divisi pemasaran mempunyai tugas dan wewenang membawahi tiga (3) bidang pemasaran yaitu :
a) Manajer Gudang Pemasaran
Manajer gudang pemasaran bertanggung jawab untuk menjaga stabilitas penyimpanan produk yang akan dijual. b) Manajer Penjualan
Manajer penjualan mempunyai tugas mencari calon konsumen dan menjaga relasi hubungan baik dengan konsumen dalam negeri.
c) Manajer Eksport
Manajer eksport bertanggung jawab menangani masalah penjualan produksi yang akan dieksport.
5) Kepala Divisi Produksi I
Kepala divisi produksi I mempunyai tugas dan wewenang membawahi lima (5) bidang produksi yang dikhususkan produksi kain polos (cambric) yaitu :
(64)
commit to user
48
a) Manajer Utility
Manajer utility bertanggung jawab atas pemeliharaan dan pengadaan diesel dan listrik yang dipergunakan untuk operasi perusahaan.
b) Manajer PPC
Manajer PPC bertanggung jawab atas perencanaan dan pengendalian bahan baku benang.
c) Manajer Spinning
Manajer spinning bertanggung jawab atas jalannya proses produksi pemintalan benang secara keseluruhan.
d) Manajer Weaving I dan Manajer Weaving II
Manajer weaving I dan II bertanggung jawab atas jalannya proses produksi kain polos (cambric) baik secara kualitas maupun kuantitas.
6) Kepala Divisi Produksi II
Kepala divisi produksi II mempunyai tugas dan wewenang membawahi lima (5) bidang produksi yang dikhususkan produksi kain polos (cambric) menjadi kain yang bercorak, yaitu :
a) Manajer Produksi Printing
Manajer produksi printing bertanggung jawab atas produksi dipengecapan dan pencelupan secara keseluruhan.
(65)
commit to user
49
b) Manajer Persiapan
Manajer persiapan bertanggung jawab akan persediaan kualitas dan kuantitas kain sebelum dan sesudah proses di bagian printing.
c) Manajer Desain
Manajer desain bertanggung jawab atas pengadaan desain kain bercorak.
d) Manajer Pre Treatment
Manajer pre treatment bertanggung jawab atas penguji bahan baku yang menggunakan bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi.
7) Kepala Divisi Umum dan Keuangan
Kepala divisi umum dan keuangan mempunyai tugas dan wewenang membawahi tiga (3) bidang umum dan keuangan, yaitu :
a) Manajer Akuntansi dan Keuangan
Manajer akutansi dan keuangan bertanggung jawab mengurusi bidang keuangan (siklus dalam perusahaan), melakukan pembayaran gaji karyawan, dan menyalin laporan keuangan bagi pihak yang bersangkutan dengan perusahaan.
(66)
commit to user
50
b) Manajer Umum dan Personalia
Manajer umum dan personalia bertanggung jawab
memperlancar perkembangan perusahaan dan
kesejahteraan pegawai serta menentukan urusan
kepegawaiaan, mencari dan menyeleksi tenaga kerja yang sesuai dengan spesifikasi dan kebutuhan, dan mengadakan hubungan dengan pihak luar untuk hal-hal tertentu. Misalnya, kunjungan ke perusahaan lain, pelatihan, dan penelitian.
c) Manajer EDP (Electronic Data Processing)
Manajer EDP bertanggung jawab memproses berbagai data yang ada dalam perusahaan.
(67)
commit to user
51
7. Proses Produksi
Adapun proses produksi di bagian departemen weaving II, sebagai berikut :
Gambar 3.4 Proses Produksi Weaving II Bahan Baku
Benang
Warping
Sizing
Cone Winding
Tying Draw in
leasing in dan Reaching in
Air Jet Loom
Inspecting
(68)
commit to user
52
a. Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi PT. Kusumahadi Santosa, meliputi :
1) Benang
Bahan baku berupa benang disuplay 60% dari PT. Kusumaputra Santosa dan 40% dari pabrik pemintalan lainnya.
2) Bahan-bahan Kimia
Bahan-bahan kimia di datangkan 30% dari import dan sisanya didapat pabrik kimia di Indonesia.
3) Spare Part
Spare part dari import untuk shuttle 20% dan 50% untuk air jet loom
sisanya di datangkan dari pabrik di Indonesia. b. Warping
Proses warping merupakan proses penggulungan benang lusi ke dalam beam lusi yang akan dipasang pada mesin tenundalam bentuk gulungan yang sejajar dengan panjang tertentu lebar tertentu, jumlah lusi tertentu dengan tegangan lusi yang sama.
c. Sizing
Sizing merupakan proses penganjian dengan formula bahan kimia tertentu untuk meningkatkan daya tenun lusi, menambah sifat licin benang dan menambah kekuatan tarik benang.
(69)
commit to user
53
d. Cone Winding
Cone winding merupakan proses penggulungan benang pakan dari
bentuk cone menjadi bentuk palet yang rata dan padat dengan diameter dan panjang yang telah ditentukan.
e. Reaching In
Reaching in merupakan proses pencucukan (memasukkan) benang lusi
pada dropper, gun dan sisir sesuai dengan rencana tenun. f. Leasing In
Leasing in merupakan proses penghitungan jumlah benang lusi sesuai
dengan rencana tenun. g. Tying
Tying merupakan proses penyambungan benang lusi dengan jenis
kontruksi yang sama pada saat penenunan. h. Air Jet Loom
Air jet loom merupakan proses pembuatan jalinan benang dengan
gerakan-gerakan naik turun vertikal dilakukan dengan cara
menggerakkan exentrik dengan injakan untuk memasukkan benang pakan sehingga menjadi lembaran kain mentah (grey).
i. Inspecting
Inspecting merupakan proses pengendalian kualitas untuk mengetahui
cacat-cacat kain sehingga, dapat menentukan macam dari grade kain yang dihasilkan.
(70)
commit to user
54
j. Folding
Folding merupakan proses pelipatan hasil akhir yaitu, kain yang telah
diperbaiki di mesin inspecting dengan ukuran satu(1) meter perlapis kain.
B. Laporan Magang Kerja
1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang
Kegiatan magang dilakukan di JL. Raya Jaten Km 9,4 Jaten, Karanganyar, Surakarta, Jawa Tengah. Telp: 271)825636, Fax (62-271)825478, 825628.
Magang kerja dilaksanakan pada tanggal 16 januari s/d 16 februari 2012, yaitu selama satu bulan. Magang kerja dilaksanakan setiap hari Senin – Sabtu yang dimulai pada pukul 08.00 s/d 16.00 WIB, kecuali hari Sabtu magang dimulai pukul 08.00 s/d 13.00 WIB.
2. Kegiatan Magang Kerja
Selama kegiatan magang kerja berlangsung, mahasiswa diwajibkan untuk mengikuti tata tertib yang telah ditentukan oleh perusahaan diantaranya sebagai berikut :
a. Peserta magang diwajibkan melapor kepada pembimbing lapangan sebelum pelaksanaan magang kerja.
b. Peserta magang diwajibkan memakai pakaian baju putih dan celana hitam dengan ketentuan rapi dan sopan.
(71)
commit to user
55
d. Tidak diperkenankan merokok selama kegiatan magang kerja
berlangsung.
Waktu pelaksanaan magang kerja sudah disepakati antara pihak perusahaan dan penulis, dimana waktu pelaksanaan magang kerja selama satu bulan yaitu dari 16 Januari – 16 Februari 2012. Untuk waktu pelaksaan magang kerja dalam satu minggu masuk enam kali dan lama penelitian mulai pukul 08.00 – 16.00 WIB, khusus untuk hari sabtu mulai pukul 08.00 – 13.00 WIB. Kegiatan selama magang kerja telah diatur oleh pihak PT. Kusumahadi Santosa yang disesuaikan dengan jurusan yang diambil mahasiswa adalah Manajemen Bisnis maka pelaksanaan magang kerja ditempatkan dibagian produksi. Berikut ini merupakan rincian laporan semua kegiatan selama penelitian yang dilakukan penulis di PT. Kusumahadi Santosa :
a. Minggu pertama
1) Perkenalan mahasiswa dengan pembimbing lapangan. 2) Perkenalan dengan beberapa karyawan perusahaan.
3) Penjelasan dari pembimbing lapangan tentang hal-hal yang berkaitan dengan perusahaan, khususnya pada weaving II. 4) Mengamati lokasi, lingkungan perusahaan dan cara kerja mesin
serta proses produksi.
5) Merekap data hasil inspecting kerusakan dari karyawan. b. Minggu kedua
(72)
commit to user
56
2) Melakukan wawancara di bagian keuangan administrasi. 3) Membantu pekerjaan karyawan di bagian weaving II. c. Minggu ketiga
1) Mengamati proses pelipatan kain.
2) Membantu karyawan dalam merekap data harian. 3) Membantu pekerjaan di bagian administrasi.
d. Minggu keempat
1) Membantu karyawan dalam merekap data kualitas. 2) Merekap data hasil inspecting kerusakan dari karyawan. 3) Meminta sample kain.
4) Perpisahan.
C. Pembahasan Masalah
1. Kebijakan Perusahaan
a. Kebutuhan bahan baku
PT. Kusumahadi Santosa melakukan pengadaan bahan baku benang untuk pembuatan kain grey yang dari PT. Kusumaputra Santosa 60% dan yang 40% dari perusahaan lokal sekitarnya. Data yang diperoleh dari perusahaan tersebut tentang kebutuhan bahan baku tahun 2011 dapat dilihat dari tabel 3.3 Di bawah ini :
(73)
commit to user
57
Tabel 3.3
Kebutuhan Bahan Baku Benang PT. Kusumahadi Santosa Tahun 2011
Keterangan : 1 ball = 181.44 kg
Jadi, Total kebutuhan bahan baku selama tahun 2011 sebesar 17.560 ball
b. Pembelian rata-rata bahan baku benang
Pembelian rata-rata bahan baku (Q) dapat diperhitungkan berdasarkan kebijakan perusahaan sebagai berikut :
Bulan Jumlah
Kebutuhan (kg) Jumlah Kebutuhan (ball) Hari Kerja
Januari 239493 1320 30
Februari 214811 1184 28
Maret 268661 1481 30
April 261565 1442 30
Mei 269950 1488 31
Juni 247834 1366 30
Juli 273450 1507 31
Agustus 274155 1511 27
September 273582 1508 26
Oktober 277358 1529 31
November 282535 1557 29
Desember 302523 1667 30
Jumlah 3185917 17560 353
(74)
commit to user
58
Jadi, besarnya jumlah pembelian rata-rata bahan baku setiap kali pemesanan adalah 1.463,3 ball
c. Biaya Pemesanan
Besarnya biaya pemesanan tergantung pada jumlah frekuensi pembelian yang diadakan dan secara otomatis dapat mempengaruhi besarnya jumlah bahan baku yang dibeli. Biaya pemesanan yang ditanggung PT. Kusumahadi Santosa, antara lain:
1) Biaya Telepon, Telegram dan Faximile
Biaya yang timbul karena adanya jasa telepon, telegram dan faximile saat pemesanan bahan baku dan untuk mengecek barang sudah diterima atau belum selama satu tahun. Biaya telepon, telegram dan faximile yang ditetapkan perusahaan sebesar 10% dari biaya keseluruhan telepon, telegram dan faximile di departemen weaving II selama satu tahun, yaitu Rp. 30.000.000,00.
Jadi biaya telepon, telegram dan faximile untuk pemesanan barang adalah Rp. 3.000.000,00
(75)
commit to user
59
2) Biaya Administrasi
Biaya yang timbul karena adanya transaksi pembayaran dan pembelian bahan baku di departemen weaving II PT. Kusumahadi Santosa selama satu tahun sebesar Rp. 1.573.157,00.
3) Biaya Angkut Bahan Baku
Biaya yang timbul karena adanya jasa pengangkutan bahan baku yang dipesan PT. Kusumahadi Santosa selama satu tahun sebesar Rp. 3.426.430,00
Tabel 3.4
Rincian Biaya Pemesanan PT. Kusumhadi Santosa
Sumber data : PT. Kusumahadi Santosa 2011
Untuk menghitung besarnya biaya pemesanan sekali pesan maka dapat dihitung dengan rumus :
No. Jenis Biaya Jumlah
1. Biaya Telepon, Telegram dan Faximile Rp 3.000.000,00
2. Biaya Administrasi Rp 1.573.157,00
3. Biaya Angkut Bahan Baku Rp 3.426.430,00
(76)
commit to user
60
d. Biaya Penyimpanan
Biaya yang timbul karena adanya penyimpanan persediaan bahan baku di gudang, biaya penyimpanan yang ditanggung PT. Kusumahadi Santosa antara lain :
1) Biaya Listrik
Biaya listrik gudang yang timbul akibat penggunaan gudang sebagai tempat penyimpanan bahan baku. Biaya listrik gudang sebesar 1% dari biaya listrik keseluruhan di departemen weaving II sebesar Rp. 6.091.192.086,56
Jadi besar biaya listrik gudang sebesar Rp. 60.911.921,00.
2) Biaya Tenaga Kerja
Biaya yang dikeluarkan dalam bentuk gaji kepada setiap karyawan dibagian gudang yang bekerja untuk menjaga dan mengatur aliran bahan baku. Biaya untuk gaji yang dianggarkan sebesar Rp. 801.000,00 (berdasarkan UMK kabupaten karanganyar tahun 2011) untuk masing-masing karyawan : Tenaga kerja yang mengelola gudang ada 2 orang dengan 3 shiff, jadi besar gaji karyawan gudang ( 3 shiff X 2 orang ) X UMR ( Rp. 801.000,00 ) X 1 tahun ( 12 bulan ).
(77)
commit to user
61
Jadi total biaya 6 orang karyawan gudang selama satu tahun sebesar Rp. 57.672.000,00.
3) Biaya Pemeliharaan Gudang
Biaya pemeliharaan gudang yang ditetapkan perusahaan selama satu tahun sebesar Rp. 60.000,00.
Tabel 3.5
Rincian Biaya Penyimpanan PT. Kusumahadi Santosa
Sumber data : PT. Kusumahadi Santosa 2011
Besarnya biaya penyimpanan per unit dapat dihitung dengan rumus :
e. Total biaya persediaan
Untuk menghitung total biaya persediaan, telah diketahui :
Total kebutuhan bahan baku (D) 17.560 ball
Pembelian rata-rata bahan baku (Q) 1.463,3 ball
No. Jenis Biaya Jumlah
1. Biaya Listrik Rp 60.911.921,00
2. Biaya Tenaga Kerja Gudang Rp 57.672.000,00
3. Biaya Pemeliharaan Gudang Rp 60.000,00
(78)
commit to user
62
Biaya pesan sekali pesan (S) Rp. 666.632,25
Biaya simpan per ball (H) Rp. 6.756,49
Perhitungan Total Biaya Persediaan (TIC), sebagai berikut :
Jadi, Total Biaya Persediaan yang harus ditanggung oleh PT. Kusumahadi Santosa adalah Rp. 12.943.155,14
2. Analisis Metode EOQ
Langkah-langkah dalam perhitungan dengan menggunakan metode EOQ (Economic Order Quantity) adalah sebagai berikut :
a. Pembelian bahan baku yang ekonomis Dengan berdasarkan pada :
Total kebutuhan bahan baku (D) 17.560 ball
Biaya pesan sekali pesan (S) Rp. 666.632,25 Biaya simpan per ball (H) Rp. 6756,49
Maka besarnya pembelian bahan baku yang ekonomis dapat diperhitungkan dengan metode EOQ, sebagai berikut :
(79)
commit to user
63
Jadi, jumlah pembelian bahan baku yang ekonomis adalah sebesar 1.861,49 ball
b. Frekuensi pemesanan bahan baku
Jumlah pemesanan bahan baku yang ekonomis sudah diketahui dengan metode EOQ, maka frekuensi pemesanan menurut metode ini dapat diperhitungkan dengan cara sebagai berikut :
= 9 (dibulatkan)
Jadi frekuensi pembelian bahan baku dilakukan 9 kali pemesanan dalam satu tahun.
c. Total biaya persediaan
Untuk menghitungkan Total Biaya Persediaan, telah diketahui :
Total kebutuhan bahan baku (D) 17.560 ball
Pembelian bahan baku yang ekonomis (Q*) 1.861,49 ball
(80)
commit to user
64
Biaya simpan per ball (H) Rp. 6756,49 Perhitungan Total Biaya Persediaan (TIC) adalah sebagai berikut:
Jadi, Total Biaya Persediaan yang telah diperhitungkan dengan menggunakan metode EOQ adalah sebesar Rp. 12.577.113,58
d. Penentuan Persediaan Pengaman (Safety Stock)
Persediaan pengaman (safety stock) sangat diperlukan dalam sebuah perusahaan karena berfungsi untuk menghindari terjadinya kekurangan bahan baku sehingga memperlancar dalam kegiatan produksi. Dalam memperhitungkan persediaan pengaman digunakan metode statistic dengan memperbandingkan rata-rata bahan baku dengan pemakaian bahan baku sesungguhnya selanjutnya dicari penyimpangannya.
(81)
commit to user
65
Perhitungan standar deviasi dapat dilihat pada tabel 3.6 berikut : Tabel 3.6
Perhitungan Standar Deviasi
Bulan Bahan
Baku (ball)
Januari 1320 1463 -143 20449
Februari 1184 1463 -279 77841
Maret 1481 1463 18 324
April 1442 1463 -21 441
Mei 1488 1463 25 625
Juni 1366 1463 -97 9409
Juli 1507 1463 44 1936
Agustus 1511 1463 48 2304
September 1508 1463 45 2025
Oktober 1529 1463 66 4356
November 1557 1463 94 8836
Desember 1667 1463 204 41616
Jumlah 17560 170162
Data yang diolah (2011)
(82)
commit to user
66
Dengan pemakaian asumsi bahwa perusahaan menerapkan persediaan yang memenuhi permintaan 95 % dan persediaan cadangan 5 % sehingga diperoleh Z dengan tabel normal sebesar 1,65 deviasi standart dari rata-rata.
Jadi, persediaan bahan baku yang harus disediakan perusahaan sebagai persediaan pengaman adalah sebesar 196,482 ball.
e. Titik pemesanan kembali (Re Order Point / ROP)
Waktu tunggu atau Lead Time (L) yang diperlukan PT. Kusumahadi Santosa dalam menunggu datangnya bahan baku yang dipesan rata-rata adalah 1 hari, dengan hari kerja (t) 353 hari dalam setahun. Sebelum menghitung ROP, maka terlebih dahulu dicari tingkat penggunaan bahan baku per hari dengan cara sebagai berikut :
Total kebutuhan bahan baku (D) 17560 ball
Hari kerja (t) 353 hari
(83)
commit to user
67
Jadi, perusahaan harus melakukan pemesanan bahan baku kembali pada saat bahan baku berada pada tingkat jumlah sebesar 245,74 ball.
f. Perbandingan
Hasil perhitungan dengan menggunakan kebijakan perusahaan dengan menggunakan metode EOQ telah diketahui, maka perbandingan dapat dilakukan untuk memperoleh hasil yang paling efisien.
Tabel 3.7
Perbandingan kebijakan perusahaan dengan metode EOQ
Data yang diolah (2011)
Perusahaan EOQ
Q 1463,3 ball 1861,49 ball
TIC Rp. 12.943.155,14 Rp. 12.577.133,58
Frekuensi 12 kali 9 kali
Safety Stock - 196,482 ball
(1)
commit to user
66
Dengan pemakaian asumsi bahwa perusahaan menerapkan persediaan yang memenuhi permintaan 95 % dan persediaan cadangan 5 % sehingga diperoleh Z dengan tabel normal sebesar 1,65 deviasi standart dari rata-rata.
Jadi, persediaan bahan baku yang harus disediakan perusahaan sebagai persediaan pengaman adalah sebesar 196,482 ball.
e. Titik pemesanan kembali (Re Order Point / ROP)
Waktu tunggu atau Lead Time (L) yang diperlukan PT. Kusumahadi Santosa dalam menunggu datangnya bahan baku yang dipesan rata-rata adalah 1 hari, dengan hari kerja (t) 353 hari dalam setahun. Sebelum menghitung ROP, maka terlebih dahulu dicari tingkat penggunaan bahan baku per hari dengan cara sebagai berikut :
Total kebutuhan bahan baku (D) 17560 ball
Hari kerja (t) 353 hari
(2)
commit to user
67
Jadi, perusahaan harus melakukan pemesanan bahan baku kembali pada saat bahan baku berada pada tingkat jumlah sebesar 245,74 ball.
f. Perbandingan
Hasil perhitungan dengan menggunakan kebijakan perusahaan dengan menggunakan metode EOQ telah diketahui, maka perbandingan dapat dilakukan untuk memperoleh hasil yang paling efisien.
Tabel 3.7
Perbandingan kebijakan perusahaan dengan metode EOQ
Data yang diolah (2011)
Perusahaan EOQ
Q 1463,3 ball 1861,49 ball
TIC Rp. 12.943.155,14 Rp. 12.577.133,58
Frekuensi 12 kali 9 kali
Safety Stock - 196,482 ball
(3)
commit to user
68
1) Pembelian rata-rata bahan baku dengan metode EOQ lebih efisien dengan jumlah 1861,49 ball dengan 9 kali pemesanan dalam waktu satu tahun dan hanya menghabiskan biaya persediaan sebesar Rp. 12.577.133,58. jika dibandingkan dengan kebijakan perusahaan yang melakukan pemesanan sebanyak 12 kali dalam setahun dengan jumlah 1463,3 ball yang menghabiskan biaya persediaan sampai Rp. 12.943.155,14. Maka dengan metode EOQ, perusahaan dapat menghemat biaya persediaan sampai Rp. 366.021,56
2) Perusahaan belum menetapkan adanya persediaan pengaman dalam
kebijakannya. Sedangkan dalam metode EOQ. Perusahaan harus mengadakan persediaan pengaman untuk memperlancar proses produksi dalam jumlah sebesar 196,482 ball.
3) Adanya titik pemesanan kembali dalam metode EOQ untuk
mengantisipasi keterlambatan pengiriman bahan baku. Menurut metode EOQ, perusahaan harus melakukan pemesanan bahan baku kembali saat persediaan bahan baku berada pada tingkat jumlah sebesar 245,74 ball.
Dengan menggunakan metode Economic Order Quantity
(EOQ) maka perusahaan dapat melakukan pembelian bahan baku secara optimal, sehingga dapat meminimalkan biaya-biaya persediaan bahan baku. Antara lain : biaya pemesanan, biaya penyimpanan bahan baku. Dengan menggunakan metode EOQ
(4)
commit to user
69
pengendalian persediaan bahan baku perusahaan dapat lebih efisien dan lebih efektif jika dibandingkan dengan kebijakan perusahaan tanpa menggunakan metode EOQ.
(5)
commit to user
70
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari analisis data dan pembahasan yang penulis uraikan pada bab 3 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Menurut kebijakan perusahaan pembeli rata-rata
bahan baku benang adalah sebanyak 1.463,3 ball, sedangkan menurut metode EOQ jumlah pembelian benang yang optimal adalah sebanyak 1861,49 ball.
2. Menurut kebijakan perusahaan Total biaya persediaan adalah Rp. 12.943.155,14, sedangkan dihitung menurut metode EOQ Total biaya perusahaan adalah Rp. 12.577.133,58.
3. Frekuensi pemesanan perusahaan sebelumnya 12 kali pemesanan
dalam setahun, sedangkan dihitung dengan metode EOQ pemesanan lebih efisien adalah 9 kali pemesanan dalam setahun.
4. Jumlah persediaan pengaman (safety stock) yang dibutuhkan oleh perusahaan PT. Kusumahadi Santosa adalah 196,482 ball.
5. Waktu pemesanan kembali (re order point) yang harus dilakukan oleh PT. Kusumahadi Santosa menurut metode EOQ adalah pada saat perusahaan tinggal 245,74 ball.
(6)
commit to user
71
B.Saran
Setelah penulis mengadakan perhitungan dan menganalisis masalah di PT. Kusumahadi Santosa, maka penulis mengajukan saran yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan bahan baku, antara lain :
1. Perusahaan hendaknya mempertimbangkan penggunaan EOQ dalam
kebijakan pengadaan bahan baku karena dengan menggunakan metode EOQ, perusahaan dapat melakukan pembelian bahan baku yang optimal dengan biaya yang lebih kecil dibandingkan kebijakan perusahaan.
2. PT. Kusumahadi Santosa khususnya pada gudang weaving II perlu mengadakan persediaan pengaman (safety stock) untuk mencegah kekurangan bahan baku pada saat proses produksi sedang berlangsung dan menentukan waktu dan jadwal yang tepat untuk melakukan pemesanan kembali bahan baku guna menjamin kelancaran proses produksi.
3. Perusahaan hendaknya melakukan pemesan kembali (re order point)
untuk menghindari keterlambatan pemesanan bahan baku agar biaya penyimpanan di gudang dapat optimal.
4. PT. Kusumahadi santosa harus mengadakan pelatihan terhadap
karyawan tentang safety stock dan re order point, agar kedepannya karyawan dapat menerapkan (safety stock) dan juga (re order point) diperusahaan.