THE AUDIENCE’S ATTITUDE TOWARD THE AGGRESSIVE BEHAVIOR IN A PROGRAM OF PENGHUNI TERAKHIR (The Descriptive Study Of Surabaya Society Toward The Aggressive Behavior In a Program Of Penghuni Terakhir On Television).

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAKSI...i

KATA PENGANTAR ………. ii

DAFTAR ISI... iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang...1

1.2. Perumusan Masalah………..………...7

1.3.. Tujuan Penelitian……….7

1.4. Manfaat Penelitian………...………7

1.4.1. Manfaat Akademis……….7

1.4.2. Manfaat Praktis………...8

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori...9

2.1.1. Televisi Sebagai Media Massa………9

2.1.2. Pemirsa Televisi sebagai Audience………...12

2.1.3. Program Televisi……….……...13

2.1.4. Sikap………...…14

2.1.5. Reality Show………..18

2.1.6. Perilaku Agresi………...19


(2)

2.1.7. Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)……….20

2.1.8. Penghuni Terakhir………...21

2.1.9. Teori S-O-R………22

2.2. Kerangka Berpikir………..24

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel...25

3.1.1. Definisi Operasional...25

3.1.2. Sikap...25

3.1.3. Penghuni Terakhir...28

3.1.4. Perilaku Agresif...28

3.1.5. Pemirsa...29

3.1.6. Pengukuran Variabel...29

3.2. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel...31

3.2.1. Populasi...31

3.2.2. Sampel dan Teknik Peknarikan Sampel...32

3.3. Teknik Pengumpulan Data...38

3.4. Teknik Analisis Data...38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Obyek………40

4.2 Penyajian dan Analisis Data………...…………...…42

4.2.1 Identitas Responden……….……….……42


(3)

4.2.2 Frekuensi Menonton Tayangan Penghuni Terakhir…..……45 4.3 Aspek Kognitif………47 4.3.1 Menampilkan Aksi Pemukulan Antar Peserta………47 4.3.2 Menayangkan Aksi Saling Dorong Antar Peserta…………..49 4.3.3 Menayangkan Aksi Pencakaran Antar Peserta………...50 4.3.4 Menayangkan Aksi Perusakan Barang Milik Peserta Lain….51 4.3.5 Menayangkan Kata – Kata Makian……….52 4.3.6 Memunculkan Aksi Kemarahan – Kemarahan Pesertanya….53 4.3.7 Menampilkan Aksi Menyebarkan Fitnah Antar Peserta…….54 4.3.8 Aspek Kognitif Masyarakat Surabaya Terhadap Perilaku Agresif Di Program Acara Penghuni Terakhir…………...55 4.4 Aspek Afektif……….57 4.4.1 Tidak Suka Tayangan Aksi Pemukulan Antar Peserta……….58 4.4.2 Responden Tidak Setuju Tidak Setuju Tayangan Saling Dorong Antar Peserta………...59 4.4.3 Responden Tidak Sepakat Tayangan Aksi Saling Mencakar

Antar Peserta………60 4.4.4 Responden Merasa Tidak Senang Tayangan Aksi Perusakan

Barang Milik Peserta Lain………62 4.4.5 Responden Merasa Benci Tayangan Pengucapan Kata – Kata

Makian Antar Peserta………...63 4.4.6 Responden Merasa Kecewa Dengan Tayangan Kemarahan Para Pesertanya………64


(4)

vii

4.4.7 Responden Tidak Menyukai Tayangan Aksi Menyebarkan

Fitnah Antar Peserta………..65

4.4.8 Aspek Afektif Masyarakat Surabaya Terhadap Perilaku Agresif Di Program Acara Penghuni Terakhir…………...67

4.5 Aspek Konatif………...68

4.5.1 Responden Tidak Akan Mendaftar Penghuni Terakhir Tahun Depan………..69

4.5.2 Responden Tidak Akan Menonton Lagi Tayangan Penghuni Terakhir……….70

4.5.3 Aspek Konatif Masyarakat Surabaya Terhadap Perilaku Agresif Di Program Acara Penghuni Terakhir……….71

4.5.4 Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Perilaku Agresif Di Program Acara Penghuni Terakhir………..73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………..77

5.2 Saran………78

DAFTAR PUSTAKA………..79


(5)

ABSTRACTION

BUDI PRASETYO. (0543010337). THE AUDIENCE’S ATTITUDE TOWARD THE AGGRESSIVE BEHAVIOR IN A PROGRAM OF PENGHUNI TERAKHIR (The Descriptive Study Of Surabaya Society Toward The Aggressive Behavior In a Program Of Penghuni Terakhir On Television)

The research which is set by the most of criticizes from the society and the evaluation of the Indonesian broadcasting committee told that the program of penghuni terakhir could make a worry to the society because there are several substances of aggressive behavior neither physically and verbally, either direct or indirect. This research has a purpose to know how far the behavior of Surabaya society toward the aggressive behavior in a show program of penghuni terakhir.

The theory that has been used consists of the attitude theory, aggressive behavior, and also S-O-R theory, the stimulate of aggressive behavior presentation in a program of penghuni terakhir, the respond organism is Surabaya attitude.

The research methodology has been used is the survey method with the descriptive type analysis. The data collected technique in this research use a questioner with the sample which is obtained by using cluster method which there are so many steps (Multistage Cluster Random Sampling) with analysis method that used frequent distribution.

The result of the research has shown that the Surabaya society attitude to the cognitive aspect has shown neutral attitude, the affective aspect has shown neutral attitude, the cognitive has shown neutral attitude, the entirely of Surabaya society attitude have shown neutral attitude which has agreement with the program of penghuni terakhir although they don’t like with the aggressive behavior which has been showed by the program of penghuni terakhir.

Keywords : Attitude, Surabaya Society, Penghuni Terakahir, Descriptive quanitative.


(6)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada kehidupan masyarakat modern saat ini, komunikasi menjadi suatu kebutuhan yang memegang peranan penting terutama dalam proses penyampaian informasi dari satu pihak kepada pihak lainnya. Perkembangan dunia yang sangat pesat saat ini juga mempengaruhi perkembangan media massa. Media massa kini telah menjadi salah satu alat yang penting sebagai media penyampai pesan atau informasi kepada masyarakat luas. Komunikasi yang menggunakan media massa disebut sebagai komunikasi massa (Effendy, 2002:50). Komunikasi massa melibatkan jumlah komunikan (penerima pesan) dalam jumlah banyak, tersebar dalam area geografis yang luas, namun mempunyai perhatian minat dan isu yang sama. Karena itu, agar pesan yang disampaikan dapat diterima serentak pada satu waktu yang sama, maka digunakan media massa seperti televisi, radio, dan surat kabar atau pada komunitas global (masyarakat modern) menggunakan sebuah media baru, internet.

Terlebih dalam media elektronik, televisi merupakan salah satu media yang paling efektif karena selain dapat mendengar, pemirsa juga dapat melihat (Effendy, 1993:21). Penonton televisi tak perlu susah-susah pergi ke gedung bioskop atau gedung sandiwara karena pesawat televisi menyajikan kerumahnya (Effendy, 2002:60). Televisi adalah salah satu diantara sekian banyak media massa yang tengah berkembang. Meskipun demikian, perkembangannya


(7)

2  

menerus dan cepat. Hal ini terbukti dari makin banyaknya stasiun televisi swasta bermunculan, ini dikarenakan media televisi memiliki banyak keunggulan tersendiri dibandingkan media lain yang lahir saat itu ( Kuswandi, 1996 : 8 ). Televisi merupakan gabungan dari media gambar dan dengar. Kekuatan gambar menjadi andalan media televisi, karena gambar yang di sajikan bukan gambar mati melainkan gambar hidup yang mampu menimbulkan kesan pada penonton. Hal ini jelas menguntungkan televisi untuk digunakan penonton karena sifatnya yang audio visual.

Selain itu televisi memiliki segi positif yaitu suatu pesan yang disampaikan kepada penonton tidak mengalami proses yang berbelit (Effendy, 1993 : 178). Dengan demikian, sasarannya adalah untuk menjangkau massa yang cukup besar. Penonton dapat melihat sendiri rangkaian kejadian dari awal hingga akhir. Nilai aktualisasi terhadap suatu liputan atau pemberitaan sangatlah cepat.

Penonton atau pemirsa adalah sasaran komunikasi melalui televisi siaran yang karena heterogen masing-masing, mempunyai kerangka acuan (frame of reference) yang berbeda satu sama lain. Mereka berbeda bukan saja dalam usia dan jenis kelamin, tetapi juga dalam latar belakang sosial dan kebudayaan, sehingga pada gilirannya berbeda dalam pekerjaan, pandangan hidup, agama dan kepercayaan, pendidikan dan cita-cita, keinginan, kesenangan, dan lain sebagainya. Kegiatan pemirsa dalam menonton acara televisi merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memenuhi tujuan mereka, baik kebutuhan berupa informasi, maupun hiburan (Effendy, 1993 : 8). Dibandingkan dengan media lainnya, televisi memiliki kemampuan lebih dalam menyajikan berbagai kebutuhan manusia, baik


(8)

3  

dalam bidang informasi, pendidikan, dan yang tidak kalah penting adalah dalam bidang hiburan.

Dalam perkembangannya banyak stasiun-stasiun televisi yang berlomba-lomba membuat progam acara yang bertemakan hiburan demi untuk mendapatkan jumlah penonton yang banyak dan angka rating yang tinggi. Program acara hiburan banyak sekali jenisnya, bisa dalam bentuk program acara musik, program acara film atau sinetron, dan sekarang yang marak di televisi adalah program hiburan dalam bentuk reality show. Reality show atau biasa disebut acara realitas adalah genre acara televisi yang menggambarkan adegan yang seakan-akan benar-benar berlangsung tanpa skenario, dengan pemain yang umumnya khalayak umum biasa, bukan pemeran. Acara dokumenter dan acara berita dan olahraga tidak termasuk acara realitas . Acara realitas umumnya menampilkan kenyataan yang di modifikasi, seperti menaruh partisipan di lokasi-lokasi eksotis atau situasi-situasi yang tidak lazim, memancing reaksi tertentu dari partisipan, dan melalui penyuntingan dan teknik-teknik pascaproduksi lainnya. Acara realitas biasanya menggunakan tema seperti kehidupan sehari-hari seorang selebritis, pencarian bakat, pencarian pasangan hidup, rekayasa jebakan, dan diangkatnya status seseorang dengan diberikan uang banyak, atau yang perbaikan kondisi barang kepemilikan seperti perbaikan rumah atau perbaikan mobil, serta tema-tema yang tidak kalah menarik yaitu tema-tema acara realitas dalam bentuk persaingan ( id.wikipedia.org ).

Salah satu program acara realitas yang memakai tema dalam bentuk persaingan adalah program acara realitas “Penghuni Terakhir”. Penghuni terakhir


(9)

4  

adalah sebuah program unggulan acara realitas yang ditayangkan ANTV dan di produksi oleh Triwarsana, rumah produksi milik helmi yahya. Dalam program ini, para penghuni yang berjumalah 18 orang dipilih berdasarkan hasil audisi di beberapa kota di Indonesia, menjalani kehidupan sehari-hari di sebuah rumah di kawasan jakarta selatan selama 100 hari. Gerak-gerik mereka di rekam setiap hari dengan menggunakan 20 kamera yang terpasang di setiap sudut rumah kecuali di kamar mandi. Tayangan ini merupakan jenis baru acara realitas di Indonesia, yang menampilkan kegiatan sehari-hari tanpa menggunakan naskah dan di lakoni oleh orang-orang biasa. Mereka berusaha untuk tampil apa adanya. Setiap hari minggu akan ada yang di ekstradisi dari rumah Petir (Penghuni terakhir), dan yang menjadi penghuni terakhirlah yang akan mendapatkan hadiah rumah senilai Rp 1 milyar. Penghuni terakhir mengandalkan jumlah suara pemirsa televisi yang terkumpul via sms atau premium call untuk memilih pemenangnya. Sehingga, para peserta dituntut untuk menarik perhatian pemirsa sebanyak mungkin melalui sikap hidupnya sehari-hari, semangat juangnya, misi yang diembannya, kisah hidupnya, bahkan sampai cinta lokasi yang sering terjadi. Selain itu penghuni terakhir juga memberikan muatan pendidikan dan pembelajaran hidup bagi peserta dan pemirsanya dan tayangan Penghuni Terakhir akan di tampilkan tanpa skenario (vivanews.com).

Namun program Penghuni Terakhir sangat rentan menayangkan aksi – aksi perilaku agresif, hal ini terlihat dari beberapa pemirsa yang telah melaporkan acara ini ke lembaga penyiaran dengan alasan memperlihatkan contoh perilaku agresif dan tindak kriminal. Komisi Penyiaran Indonesia juga menilai acara


(10)

5  

tersebut mengkhawatirkan karena ada unsur perilaku agresif yang ditampilkan. Salah satu laporan dari masyarakat di pojok aduan KPI :

‘Ikhwan – Banten’ “Sungguh sangat disayangkan mengapa tayangan penghuni terakhir kembali ditayangkan di layar kaca, terus terang saya rasa tayangan tersebut sangat tidak baik untuk dijadikan sebuah hiburan yang ditonton oleh banyak orang khusus nya masyarakat indonesia. Saya rasa, sudah saatnya KPI selaku lembaga yang berwenang dalam hal penyiaran di indonesia untuk menindaknya secara tegas, karena tayangan ini sungguh tidak pantas untuk dijadikan contoh ke media public dalam kasus ini media pertelevisian/penyiaran di indonesia. Dimana orang dapat dengan mudah melakukan penghinaan, penyiksaan, dan membentak orang lain dengan seenak-enaknya. demi mendapatkan sesuatu hal (red rumah). apakah kita harus menghilangkan rasa manusiawi kita dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan sesuatu. Terus terang saya mengadukan hal ini bukanlah orang yang hanya ikut-ikutan atau bermaksud mengambil keuntungan untuk stasiun tv lain. tapi tayangan ini saya rasa dapat berakibat buruk apabila tetap di tayangkan khusus nya bagi orang-orang terdekat saya. saya sadar ada atau tidak tayangan ini pun di negara kita pun juga banyak tayangan yang mempertontonkan kekerasan. tapi sungguh ironis apabila tayangan yang sangat mempertontonkan kekerasan ini, dimana sangat tidak etis untuk dijadikan contoh. dapat tetap tayang secara bebas di layar kaca indonesia ini.Terakhir saya percaya para anggota KPI yang sangat kompeten dalam hal penyiaran ini dapat mengerti dan lebih paham tentang apa akibat buruk dari tontonan yang tidak layak ini. dan kami mohon agar dapat segera di tindak


(11)

6  

dengan melakukan langkah-langkah yang kongkret guna menciptakan tontonan masyarakat yang lebih edukatif lagi” (kpi.go.id)”.

Dari latar belakang di atas maka peneliti sangat tertarik untuk meneliti sikap pemirsa terhadap perilaku agresi di program acara penghuni terakhir. Menurut Azwar (2002 : 34) sikap terdiri dari 3 komponen yaitu kognitif, afektif,

dan konatif. Komponen kognitif berkaitan dengan pengetahuan terhadap suatu

objek. Dengan meneliti komponen kognitifnya, maka dapat mengetahui pengetahuan responden terhadap perilaku agresif yang ada di program acara penghuni terakhir. Komponen afektif berkaitan dengan apa yang dirasakan oleh responden terhadap perilaku agresif dalam program acara penghuni terakhir. Sedangkan komponen konatif merupakan komponen yang berkaitan dengan kecendrungan perilaku yang ditunjukkan pemirsa televisi terkait dengan program acara penghuni terakhir. Sikap merupakan perwujudan respon dari komunikan terhadap stimulus yang di terima.

Peneliti memilih kota Surabaya sebagai daerah penelitian karena Surabaya merupakan kota metropolitan terbesar kedua dimana penduduknya bersifat heterogen sehingga dapat memiliki pandangan yang berbeda-beda terhadap suatu stimulus yang dimana stimulus dalam penelitian ini adalah program acara penghuni terakhir. Selain itu alasan pemilihan kota Surabaya sebagai daerah penelitian dikarenakan Surabaya menjadi salah satu kota untuk audisi penghuni terakhir dan menjadi kota audisi pertama dan sebagian peserta penghuni terakhir berasal dari Surabaya. Dan usia responden adalah diatas 17 tahun keatas, karena usia 17 tahun keatas seseorang memiliki kematangan kognitf, kematangan


(12)

7  

emosional, dan sosial serta pada usia tersebut seseorang sudah termasuk dewasa dan sudah bisa dimintai pendapatnya tentang suatu hal (Sarwono, 2004:140)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang ada, maka perumusan masalahnya adalah sebagai berikut : bagaimana sikap pemirsa terhadap perilaku agresif di program acara “Penghuni Terakhir” ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui sikap pemirsa terhadap perilaku agresif di program acara “Penghuni Terakhir”. 1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademis

         Melalui penelitian ini, peneliti menjadi semakin paham tentang pengetahuan mengenai sikap dan mengerti lebih mendalam tentang pembentukan sikap. Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai sarana penerapan ilmu yang didapatkan di perkuliahan dengan di lapangan. Serta dapat berguna sebagai bahan rujukan bagi rekan – rekan ilmu komunikasi yang mengadakan penelitian mengenai masalah serupa di masa mendatang.


(13)

8  

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi untuk masyarakat luas dalam bersikap atas program tayangan realitas di televisi. Penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan pengetahuan terhadap masyarakat luas tentang sikap pemirsa terhadap perilaku agresif di program acara penghuni terakhir  sehingga masyarakat luas mengerti akan pendapat dan sikap pihak lain.


(14)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Televisi sebagai Media Massa

Televisi terdiri dari istilah “tele” yang berarti jauh dan “visi” (vision) yang berarti penglihatan. Segi jauhnya diusahakan oleh prinsip radio dan sisi penglihatannya oleh gambarnya (Effendy, 2002:147). Perpaduan radio (broadcast) dan film (moving picture) ini membuat penonton di rumah tidak mungkin menangkap siaran televisi, kalau tidak ada unsur-unsur radio. Dan tidak mungkin melihat gambar-gambar yang bergerak tanpa pada layar pesawat televisi jika tidak ada unsur film (Effendy, 2002:148).

Televisi adalah satu diantara sekian banyak media massa yang tengah berkembang. Meskipun demikian, perkembangannya terus-menerus dan cepat. Hal ini terbukti dari makin banyaknya stasiun televisi swasta bermunculan. Ini dikarenakan media televisi memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan media lain yang lahir saat itu (Kuswandi, 1996:8).

Keunggulan televisi sebagai media massa diantaranya televisi merupakan gabungan dari media gambar dan dengar. Kekuatan gambar menjadi andalan media televisi, karena gambar yang disajikan bukan gambar mati melainkangambar hidup yang mampu menimbulkan kesan pada penonton. Ini jelas menguntungkan televisi untuk digunakan penonton karena sifatnya yang audio visual (Kuswandi, 1996:23). Kedua, pesan yang disampaikan kepada


(15)

10 

penonton tidak mengalami proses yang berbelit (Effendy, 1993:178).ketiga, media televisi adalah menguasai jarak dan ruang karena media teknologi televisi telah menggunakan elektromagnetik, kabel dan fiber yang dipancarkan melalui transmisi. Dengan demikian sasaran yang dicapai untuk menjangkau massa cukup besar. Nilai aktualitas terhadap suatu liputan atau pemberitaan itu sangat cepat. Daya rangsang orang terhadap media televisi cukup tinggi. Hal ini disebabkan kekuatan gambar dan suara yang bergerak.

Komunikasi massa media televisi adalah proses komunikasi antara komunikator dengan komunikan (massa) melalui sebuah sarana, yaitu televisi. Komunikasi massa media televisi bersifat periodic dalam komunikasi media tersebut, lembaga penyelenggara komunikasi bukan secara perorangan, melainkan melibatkan banyak orang dengan organisasi yang komplek serta pembiayaan yang besar. Karena media televisi bersifat transitory (hanya meneruskan) maka pesan-pesan yang akan disampaikan melalui komunikasi media massa tersebut, hanya dapat didengar dan dilihat secara sekilas. Pesan-pesan di televisi bukan hanya didengar, tetapi juga dapat dilihat dalam gambar yang dapat bergerak (audiovisual) (JB. Wahyudi, 1991:116). Pada intinya televisi memiliki 3 fungsi utama (Effendy,1993:23-20) yaitu :

1. Fungsi Penerangan

Masyarakat menaruh perhatian besar kepada televisi karena dianggap sebagai media yang mampu menyiarkan informasi yang sangat memuaskan. Hal ini dikarenakan dua faktor yang terdapat pada media massa audio visual tersebut, yaitu faktor immediacy dan realism.


(16)

11 

Faktor immediacy mencakup pengertian langsung dan dekat. Peristiwa yang disiarkan oleh stasiun televisi dapat dilihat dan didengar oleh pemirsa pada saat peristiwa berlangsung, seolah-olah pemirsa berada ditempat peristiwa terjadi. Faktor realism mengandung makna kenyataan. Ini berarti bahwa televisi menyiarkan informasinya secara audio dan visual dengan perantara mikrofon dan kamera apa adanya sesuai dengan kenyataannya. Jadi pemirsa melihat dan mendengar sendiri.

2. Fungsi pendidikan

Sesuai makna pendidikan,yakni meningkatkan pengetahuan dan penalaran masyarakat, televisi menyiarkan acara-acara tertentu secara teratur, misalnya pelajaran bahasa, matematika, dan lain-lain. Selain acara pendidikan yang dilakukan secara berkesinambungan, televisi juga menyiarkan berbagai acara yang secara implisit mengandung pendidikan.

3. Fungsi hiburan

Di kebanyakan negara terutama masyarakat agraris, fungsi hiburan yang melekat pada televisi tampaknya dominan. Sebagian besar dari alokasi waktu masa siaran diisi oleh acara-acara hiburan. Hal ini dapat dimengerti, oleh karena pada layar televisi dapat ditampilkan gambar hidup beserta suara bagaikan kenyataan, dan dapat dinikmati di rumah oleh sekeluarga, serta dapat dinikmati oleh khalayak yang tidak mengerti bahasa asing, bahkan tuna aksara.


(17)

12 

2.1.2 Pemirsa Televisi sebagai Audience

McQuail menyebut khalayak sebagai audience. Menurut McQuail (2005:202) audience adalah pertemuan publik, berlangsung dalam rentang waktu tertentu, dan terhimpun bersama oleh tindakan individual untuk memilih secara sukarela sesuai dengan harapan tertentu bagi masalah menikmati, mengagumi, mempelajari, merasa gembira, tegang, kasian atau lega. Audience merupakan kumpulan orang-orang yang bertujuan untuk mendengarkan. Istilah audience berlaku universal dan secara sederhana dapat diartikan sebagai sekumpulan orang yang menjadi pembaca, pendengar, pemirsa berbagai media atau komponen isinya (McQuail, 2005:201). Dalam istilah lainnya, audience juga bisa diartiakan sebagai khalayak. Audience memiliki khalayak tersendiri. Dengan sifat-sifatnya sebagai berikut :

1. Heterogen

Artinya pendengar adalah massa, yaitu sejumlah orang yang sangat banyak, dengan sifatnya yang heterogen dan terpencar di berbagai tempat yang berbeda. Di samping itu, perbedaan pendengar juga meliputi jenis kelamin, tingkat pendidikan, frame of reference, dan field of experience. 2. Pribadi

Karena pendengar berada dalam keadaan heterogen, maka isi pesan akan diterima dan dimengerti bila sifatnya pribadi sesuai dengan situasi dimana pendengar itu berada.


(18)

13 

3. Aktif

Pendengar televisi aktif, terutama menemui sesuatu yang menarik dari sebuah stasiun televisi, mereka akan berpikir dalam melakukan interpretasi.

4. Selektif

Pendengar dapat dengan leluasa memilih program dan channel televisi yang diminati. Begitu banyak stasiun radio siaran dengan jenis acara siarannya yang masing-masing berlomba untuk memikat perhatian pendengar. Isi siarannya yang tidak memenuhi selera pendengar, sudah tentu akan sia-sia.

2.1.3 Program Televisi

Stasiun televisi setiap harinya menyajikan berbagai jenis program yang jumlahnya sangat banyak dan jenisnya beragam. Pada dasarnya apa saja bisa dijadikan program untuk ditayangkan di televisi selama program itu menarik dan disukai audience, dan selama tidak bertentangan dengan kesusilaan, hukum dan peraturan yang berlaku. Pengelola stasiun penyiaran dituntut untuk memiliki kreativitas seluas mungkin untuk menghasilkan program yang menarik. Berbagai jenis program itu dapat dikelompokan menjadi dua bagian besar berdasarkan jenisnya yaitu : 1. Program informasi (berita), 2. Program hiburan (entertainment). Program informasi kemudian dibagi lagi menjadi dua jenis yaitu berita keras (hard news) yang merupakan laporan berita terkini yang harus segera disiarkan dan berita lunak (soft news) yang merupakan kombinasi dari fakta, gosip, dan


(19)

14 

opini. Soft news juga dapat berbentuk perbincangan (talk show). Talk show adalah sebuah pertunjukkan yang dipusatkan pada wawancara-wawancara, dan yang lainnya diselingi dengan penampilan penyanyi atau pelawak (commedian). Namun wawancara tetap menjadi sentral dengan talk show dengan segala tipenya (Pane, 2004:90).

Sementara program hiburan terbagi atas tiga kelompok besar yaitu musik, drama permainan (game show), sinetron dan pertunjukkan (Morissan,2005:100). Program hiburan adalah segala bentuk siaran yang bertujuan untuk menghibur audience dalam bentuk musik, lagu, cerita, dan permainan (game) (Morissan,2005:100-101). Dalam penelitian ini program acara penghuni terakhir termasuk dalam kategori program acara hiburan dalam bentuk reality show.

2.1.4 Sikap

Secara historis, istilahn’sikap’ (attitude) digunakan pertama kali oleh Herbert Spencer di tahun 1862 yang pada saat itu diartikan olehnya sebagai status mental seseorang. Pada tahun 1888 Lange menggunakan istilah sikap dalam bidang eksperimen mengenai respon untuk menggambarkan kesiapan subjek dalam menghadapi stimulus yang datang tiba-tiba. Masalah sikap manusia merupakan salah satu telaah utama dibidang sosiologi. Meskipun begitu, dalam hal ini psikologi memiliki akar telaahnya sendiri. Ketika Thomas dan Znaniecki di tahun 1918 mengatakan bahwa psikologi sosial adalah studi ilmiah mengenai sikap, maka konsepsi sikap pun telah diterima secara formal dalam dunia pengetahuan (Azwar, 2002:3-4).


(20)

15 

Sikap manusia, atau untuk singkatnya kita sebut sikap, telah didefinisikan dalam berbagai versi oleh para ahli. Puluhan definisi dan pengertian itu pada umumnya dapat dimasukkan ke dalam tiga kerangka pemikiran, yaitu:

1. Kerangka pemikiran yang diwakili oleh para ahli psikologi. Menurut mereka, sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan

2. Kelompok pemikiran yang kedua diwakili oleh para ahli. Menurut kelompok pemikiran ini, sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu.

3. Kelompok pemikiran yang ketiga adalah kelompok yang berorientasi kepada skema triadik (triadic scheme). Menurut keranka pemikiran ini suatu sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif, konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu objek (Azwar, 2002:4-5).

Dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya. Ada berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap , yaitu :

1. Pengalaman pribadi

Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis. Apakah


(21)

16 

penghayatan itukemudian akan membentuk sikap positif ataukah sikap negatif, akan tergantung pada berbagai faktor lain.

2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap penting, seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan, atau seseorang yang berarti khusus bagi kita (significant others), akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu.

3. Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila kita hidup dalam budaya yang mempunyai norma longgar bagi pergaulan heteroseksual , sangat mungkin kita akan mempunyai sikap mendukung terhadap kebebasan heteroseksual. Apabila kita hidup dalam budaya sosial yang sangat mengutamakan kehidupan berkelompok, maka sangat mungkin kita akan mempunyai sikap negatif terhadap kehidupan individualisme yang mengutamakan kepentingan perorangan


(22)

17 

4. Media massa

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain, mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang

5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu

6. Pengaruh faktor emosional

Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego (Azwar, 2002:30-36).

Mengikuti skema triadik, sruktur sikap terdiri atas : a. Komponen kognitif

Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap.

b. Komponen afektif

Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Secara umum, komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Namun, pengertian


(23)

18 

prasaan pribadi seringkali sangat berbeda perwujudannya bila dikaitkan dengan sikap.

c. Komponen konatif

Komponen konatif atau komponen perilaku dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalm diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya (Azwar, 2002:24-27).

2.1.5 Reality Show

Belakangan ini layar televisi kita semakin marak dengan tayangan reality show. Reality berarti keadaan yang sebenarnya, sesuatu yang nyata, kehidupan yang benar-benar ada, realita. Sedangkan show berarti memperlihatkan, menunjukkan, menjelaskan (Wasito, 1980).

Grace swestin mendefinisikan bahwa reality show adalah suatu acara televisi yang menyangkut kondisi yang terjadi di masyarakat. Saat ini dikemas dengan format yang sedikit berbeda dan lebih canggih karena dipoles dengan kemajuan teknologi. Saat ini reality show sedang menjamur di Indonesia. Tayangan reality show pada umumnya memang menarik, penuh aspek human interest, dan mampu menyedot emosi pemirsa serta mengikat mereka untuk terus menontonnya.


(24)

19 

2.1.6 Perilaku Agresif

Secara umum agresif dapat diartikan sebagai suatu serangan yang dilakukan oleh suatu organisme terhadap organisme lain, obyek lain, atau bahkan pada diri sendiri. Definisi ini berlaku pada bagi semua makhluk vertebrata, sementara pada tingkat manusia masalah agresi sangat kompleks karena adanya peranan perasaan dan proses-proses simbolik (Sarason, 1967).

Sedangkan Robert Baron (dalam Koswara, 1988) menyatakan bahwa perilaku agresif adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut. Definisi dari Baron ini mencakup empat faktor tingkah laku, yaitu : tujuan untuk melukai atau mencelakakan, individu yang menjadi pelaku, individu yang menjadi korban, dan ketidak inginan si korban menerima tingkah laku si pelaku (Dayakisni, 2009 : 193).

Perilaku agresif manusia dikelompokkan dalam empat jenis, yaitu :

1.Perilaku agresif fisik langsung : tindakan agresif fisik yang dilakukan individu atau kelompok dengan berhadapan dengan individu atau kelompok lain yang menjadi targetnya dan terjadi kontak fisik secara langsung seperti memukul, mendorong, mencakar.

2. Perilaku agresif fisik tidak langsung : tindakan agresif fisik yang dilakukan oleh individu atau kelompok lain dengan cara tidak berhadapan secara langsung dengan individu atau kelompok lain yang menjadi targetnya seperti merusak benda milik lawan (menyobek foto milik lawan, mengacak-acak koper milik lawan, menendang.


(25)

20 

3. Perilaku agresif verbal langsung : yaitu tindakan agresif verbal yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan cara berhadapan secara langsung dengan individu atau kelompok lain seperti memaki, marah.

7. Perilaku agresif verbal tidak langsung : tindakan agresif verbal yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan cara tidak berhadapan secara langsung dengan individu atau kelompok lain yang menjadi targetnya seperti menyebar fitnah (Dayakisni, 2009 : 213).

2.1.7 Penghuni Terakhir

Penghuni terakhir adalah sebuah program acara realitas yang ditayangkan ANTV dan ditayangkan setiap hari (Senin – Minggu) pukul 21.00 WIB. Dalam program ini, para penghuni yang berjumalah 18 orang dipilih berdasarkan hasil audisi di beberapa kota di Indonesia, menjalani kehidupan sehari-hari di sebuah rumah di kawasan jakarta selatan selama 100 hari. Namun tayangan Penghuni Terakhir sangat rentan dengan perilaku agresif, selain menayangkan perilaku agresif fisik, banyak juga perilaku agresi verbal seperti makian antar pemain. Contoh kata makian dalam tayangan Penghuni Terakhir : Bodoh lo!!! Gw Bos, mau apa lo...DasarJongos!! Perek!!, Sedangkan contoh perilaku agresif fisik yang dilakukan penghuni adalah seringnya terjadi perkelahian yang melibatkan fisik dan tindakan pengerusakan lainnya seperti merusak barang milik peserta lain dengan tujuan untuk balas dendam dan sebagainya. Penilaian masyarakat terhadap banyaknya perilaku agresif pada tayangan Penghuni Terakhir membuat program tersebut mendapatkan jumlah rating yang rendah yaitu 3,67 % (indorating.com).


(26)

21 

2.1.8 Teori S-O-R

Teori S-O-R adalah singkatan dari Stimulus-Organisme-Respon, berasal dari kajian psikologi. Tidak mengherankan apabila kemudian menjadi salah satu teori komunikasi, sebab banyak objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen : sikap, opini, perilaku, kognisi, dan konasi (Effendy, 2003:253).

Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Selain itu, teori ini menjelaskan tentang pengaruh yang terjadi pada pihak penerima sebagai akibat dari ilmu komunikasi (McQuail, 2000:234). Dampak atau pengaruh yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu (Sendjaja, 1999:71). Dengan demikian, besar kecilnya pengaruh serta dalam bentuk apa pengaruh tersebut terjadi, tergantung pada isi dan penyajian stimulus.

Unsur-unsur model ini adalah :

a. Pesan (stimulus), merupakan pesn yang disampaikan komunikator kepada komunikan

b. Komunikan (Organisme), merupakan keadaan komunikan disaat menerima pesan. Pesan yang disampaikan komunikator diterima sebagai informasi, dan komunikan akan memperhatikan informasi yang disampaikan komunikator.


(27)

22 

c. Efek (Respon), merupakan dampak dari komunikasi. Efek dari komunikasi adalah perubahan sikap yaitu kognitif, afektif, konatif. Menurut Stimulus-Organisme-Respon ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan.

Mar’at dalam bukunya “Sikap manusia, perubahan serta pengukurannya” mengutip pendapat Hovland, Janis, dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting, yaitu :

a. Perhatian b. Pengertian c. Penerimaan

Organism : ‐ Perhatian ‐ Pengertian ‐ Penerimaan

Stimulus Response

Gambar 1 : Teori S-O-R

Gambar diatas menunjukkan bahwa perubahan sikap bergantung pada proses yang terjadi pada individu.

Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak, komunikasi akan berlangsung jika adaperhatian dari komunikan.


(28)

23 

Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolah dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap (Effendy, 2000:245-255).

2.2 Kerangka Berpikir

Televisi adalah salah satu diantara sekian banyak media massa yang tengah berkembang. Meskipun demikian, perkembangannya terus-menerus dan cepat. Hal ini terbukti dari makin banyaknya stasiun televisi swasta bermunculan. Hal ini dikarenkan media televisi memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan media lain yang lahir pada saat itu (Kuswandi, 1998:8). Banyaknya stasiun televisi yang hadir di Indonesia menjadikan persaingan dalam menyuguhkan program acara kepada pemirsa televisi menjadi semakin ketat.

Televisi merupakan sarana atau media yang disukai masyarakat. Televisi memperkenalkan kepada masyarakat mengenai seluruh aktifitas dunia yang begitu luas dan transparan. Dari berbagai program acara yang ada, program acara reality show akhir-akhir ini begitu populer di kalangan masyarakat Indonesia. Penghuni terakhir merupakan salah satu acara reality show di Indonesia, dalam penjelasan pihak penyelenggara acara, tayangan tersebut memberikan muatan pendidikan dan pembelajaran hidup bagi peserta dan pemirsa. Namun program tersebut sangat rentan dengan penayangan perilaku agresif sehingga sebagian masyarakat menilai tayangan tersebut sangat tidak mendidik. Perilaku agresif yang terdapat dalam


(29)

24 

tayangan Penghuni Terakhir meliputi perilaku agresif fisik langsung dan tidak langsung dan perilaku agresif verbal langsung dan tidak langsung.

Melalui teori Stimulus-Organisme-Respon yang diterapkan dalam penelitian ini, dengan proses perhatian, pengertian, dan penerimaan maka akan diketahui sikap pemirsa yang ditunjukkan melalui tiga komponen sikap yaitu kognitif, afektif, dan konatif setelah mendapat stimulus berupa perilaku agresi fisik dan verbal baik yang langsung maupun yang tidak langsung pada tayangan program penghuni terakhir di televisi. Sedangkan organismnya adalah pemirsa, pemirsa yang dimaksud adalah masyarakat Surabaya yang berusia berusia 17 tahun keatas, hal ini dikarenakan usia 17 tahun keatas seseorang memiliki kematangan kognitf, kematangan emosional, dan sosial serta pada usia tersebut seseorang sudah termasuk dewasa dan sudah bisa dimintai pendapatnya tentang suatu hal.

Stimulus (Perilaku agresif

fisik dan verbal langsung dan tidak

langsung pada tayangan Penghuni Terakhir di televisi) 

Organism : masyarakat Surabaya usia 17 tahun ke atas

‐ Perhatian ‐ Pengertian ‐ Penerimaan

Response : 1. Kognitif 2. Afektif 3. Konatif

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penelitian tentang Sikap Pemirsa terhadap perilaku agresi di tayangan Penghuni Terakhir


(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional dan pengukuran variabel 3.1.1 Definisi Operasional

Yang dimaksud definisi operasional disini adalah suatu pembatasan atau perincian prosedur yang memungkinkan penegasan ada atau tidaknya realitas tertentu sebagaimana digambarkan menurut konsepnya. Penelitian ini hanya difokuskan pada sikap pemirsa program acara penghuni terakhir di ANTV pasca melihat tayangan tersebut. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif dengan menggunakan analisis kuantitatif.

Tipe penelitian deskriptif adalah suatu jenis tipe penelitian yang hanya menggambarkan atau menguraikan atas sesuatu keadaan sejernih mungkin tanpa adanya perlakuan terhadap objek yang diteliti. Metode ini merupakan suatu metode yang berupaya untuk memberikan ganbaran mengenai suatu fenomena tertentu secara terperinci, yang pada akhirnya akan diperoleh pemahaman yang lebih jelas mengenai fenomena yang sedang diteliti. Deskriptif juga dapat diartikan sebagai metode yang melukiskan variabel demi variabel satu per satu (Bungin, 2001:26).

3.1.2 Sikap

Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpikir, berpersepsi, dan merasa dalam menghadapi objek atau ide, situasi atau nilai. Teori sikap telah menjadi

25   


(31)

26   

populer dikalangan peneliti komunikasi karena teori ini mengedepankan hubungan yang resiprokal dengan perilaku komunikasi dan sikap. Konsep utama dari teori sikap ini adalah lokasi, yang dimiliki bersama oleh kelompok yang mengalami status sebagai orang luar, di dalam sebuah struktur sosial, yang memberikan sejenis pemahaman bagi pengalaman orang yang telah dijalani. Sikap ini dapat dibedakan dalam 3 komponen yakni kognitif, afektif, dan konatif. Adapun indikator dari masing-masing aspek sikap yang diamati dalam penelitian ini sebagai berikut :

a. Aspek kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap. Kepercayaan terbentuk oleh apa yang telah kita lihat atau apa yang telah kita ketahui, kemudian terbentuk suatu ide atau gagasan mengenai sifat atau karakteristik umum suatu objek. Bila kepercayaan sudah terbentuk, maka akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang diharapkan dari objek tersebut. Kognitif berkaitan dengan keyakinan atau kepercayaan pemirsa televisi Surabaya mengenai perilaku agresif di tayangan penghuni terakhir. Pengetahuan ini kemudian akan memberikan keyakinan tertentu dalam diri individu terhadap objek sikap. Pengetahuan ini dapat berupa pengetahuan tentang tayangan penghuni terakhir atau tentang perilaku agresif fisik langsung (memukul, mendorong, mencakar), perilaku agresif fisik tidak langsung (merusak benda lawan seperti merobek foto milik lawan dan mengacak acak isi koper milik lawan), perilaku agresif verbal langsung (marah, memaki) dan perilaku agresif verbal tidak langsung (menyebar fitnah) yang terjadi di


(32)

27   

tayangan penghuni terakhir. Aspek kognitif dikatakan positif apabila responden mengetahui perilaku agresif baik yang langsung maupun yang tidak langsung yang ditayangkan di Penghuni Terakhir. Aspek kognitif dikatakan negatif apabila responden tidak mengetahui perilaku agresif baik yang langsung maupun yang tidak langsung yang ditayangkan di Penghuni Terakhir.

b. Aspek afektif dibentuk oleh aspek perasaan terhadap objek. Komponen ini berkaitan dengan aspek emosional dari pemirsa televisi terhadap tayangan penghuni terakhir. Seperti misalnya suka atau tidak suka terhadap perilaku agresif yang selalu ditayangkan pada tayangan penghuni terakhir. Aspek afektif dikatakan positif apabila responden suka atau setuju dengan tayangan Penghuni Terakhir yang menampilkan atau menayangkan perilaku agresif baik yang langsung maupun yang tidak langsung. Aspek afektif dikatakan negatif apabila responden tidak suka atau tidak setuju dengan tayangan Penghuni Terakhir yang menampilkan atau menayangkan perilaku agresif baik yang langsung maupun yang tidak langsung.

c. Aspek konatif dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Kaitan ini didasari oleh asumsi bahwa kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku. Konatif berkaitan dengan kecenderungan pemirsa televisi untuk memberikan respon terhadap tayangan penghuni terakhir. Aspek konatif dikatakan positif apabila responden sepakat tayangan Penghuni Terakhir yang menampilkan


(33)

28   

atau menayangkan perilaku agresif baik yang langsung maupun yang tidak langsung. Aspek konatif dikatakan negatif apabila responden tidak sepakat tayangan Penghuni Terakhir yang menayangkan atau menampilkan perilaku agresif baik yang langsung maupun yang tidak langsung.

3.1.3 Penghuni Terakhir

Penghuni terakhir adalah program acara realitas yang ditayangkan ANTV setiap hari (Senin – Minggu) pukul 21.00 WIB. Menempatkan 18 peserta yang akan di karantina kedalam sebuah rumah hunian selama kurang lebih 100 hari, dimana mereka tidak diperbolehkan berhubungan dengan dunia luar dan akan saling bersaing untuk menjadi peserta terakhir (Penghuni Terakhir) rumah yang mereka tinggal untuk mendapatkan sebuah rumah hunian bernilai 1 miliar Rupiah. Namun program Penghuni Terakhir sangat rentan menayangkan perilaku agresif. Perilaku agresif meliputi perilaku agresif secara fisik dan verbal baik yang langsung maupun tidak langsung.

3.1.4 Perilaku Agresif

Dalam penelitian ini peneliti menguraikan perilaku agresif yang terjadi pada tayangan Penghuni Terakhir meliputi perilaku agresif secara fisik baik yang langsung (memukul, mendorong, mencakar) dan yang tidak langsung (merusak benda lawan seperti merobek foto milik lawan dan mengacak acak koper milik lawan), dan juga meliputi perilaku agresif verbal baik yang langsung (memaki, marah) maupun yang tidak langsung (menyebar fitnah).


(34)

29   

3.1.5 Pemirsa

Dalam penelitian ini yang dimaksud pemirsa adalah masyarakat Surabaya yang menonton penghuni terakhir, dan berusia 17 tahun keatas, hal ini dikarenakan usia 17 tahun keatas seseorang memiliki kematangan kognitf, kematangan emosional, dan sosial serta pada usia tersebut seseorang sudah termasuk dewasa dan sudah bisa dimintai pendapatnya tentang suatu hal.

3.1.6 Pengukuran variabel

Dalam melakukan pengukuran terhadap variabel sikap digunakan skala Likert (skala sikap). Skala Likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur tanggapan responden terhadap objek penelitian yang menggunakan bobot 1 sampai dengan 4. Dalam melakukan pengskalaan dengan model ini, responden diberi daftar pertanyaan mengenai sikap, dan setiap pertanyaan akan disediakan jawaban yang harus dipilih oleh responden untuk menyatakan ketidak setujuannya (Singarimbun, 1995:111). Jawaban dari masing-masing pertanyaan yang ada di kuisioner digolongkan dalam empat jenis pilihan jawaban, yaitu Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Setuju (S), dan Sangat Setuju (SS).Setelah melakukan kategori pilihan jawaban dari pertanyaan kuisioner dilanjutkan dengan pemberian nilai pada masing-masing jawaban. Namun dalam penelitian ini terdapat 2 jenis pernyataan dalam kuesioner yaitu favorable dan unfavorable sehingga ada 2 jenis pemberian nilai yang berbeda.Pemberian nilainya sebagai berikut :

Untuk pernyataan Unfavorable :

- Sangat Tidak Setuju (STS) : mempunyai skor 4


(35)

30   

- Tidak Setuju (TS) : mempunyai skor 3 - Setuju (S) : mempunyai skor 2 - Sangat Setuju (SS) : mempunyai skor 1 Untuk pernyataan Favorable :

- Sangat Tidak Setuju (STS) : Mempunyai skor 1 -Tidak Setuju (TS) : Mempunyai skor 2 -Setuju (S) : Mempunyai skor 3 -Sangat Setuju (SS) : Mempunyai skor 4

Dalam penelitian ini dilakukan penghilangan untuk nilai tengah atau untuk jawaban netral dan ragu-ragu agar dalam skala pengukuran lebih simentrikal, yaitu jenjang ke arah positif sama banyak dengan jenjang ke arah negatif. Selain itu penghilangan nilai tengah juga ditujukan untuk menghindari kategori jawaban netral (ragu-ragu) yang cenderung akan dipilih oleh responden sehingga data mengenai perbadaan diantara jawaban menjadi kurang informatif (Azwar, 2002:34).Variabel sikap pemirsa tayangan “penghuni terakhir” dalam penelitian ini akan digolongkan menjadi tiga yaitu positif, netral, negatif yang ditentukan berdasarkan jumlah skor jawaban masing-masing responden. Jumlah skor yang menjadi batasan skor untuk lebar interval tingkat rendah, sedang, tinggi menggunakan rumus :

Range (R) : Skor tertinggi – Skor terendah Jenjang yang diinginkan Keterangan :

Range (R) : Batasan dari setiap tingkatan


(36)

31   

Skor tertinggi : Perkalian antara nilai tertinggi dengan jumlah item pernyataan

Skor terendah : Perkalian antara nilai terendah dengan jumlah item pernyataan

Range (R) : (16 x 4) – (16 x 1) = (64) – (16) = 48 = 16 3 3 3

Negatif : 16 – 31

(Apabila responden tidak sepakat tayangan dengan Penghuni Terakhir menampilkan perilaku agresif)

Netral : 32 – 47

(Apabila responden tidak sepakat atau tidak memberikan penilaian negatif terhadap tayangan penghuni terakhir)

Positif : 48 – 63

(Apabila responden sepakat dengan tayangan Penghuni Terakhir yang menayangkan perilau agresif)

3.2 Populasi, Sampel, dan Teknik penarikan sampel 3.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat warga kota Surabaya yang bertempat tinggal di Surabaya, terdaftar sebagai warga kota Surabaya yang berusia diatas 17 tahun dan pernah menonton tayangan Penghuni Terakhir di televisi.Peneliti mengambil populasi dengan ukuran usia 17 tahun keatas dengan alasan bahwa usia 17 tahun keatas seseorang memiliki kematangan kognitif, dan sosial serta pada usia tersebut seseorang sudah termasuk dewasa dan sudah bisa dimintai pendapatnya tentang suatu hal (Sarwono, 2004 : 14)


(37)

32   

3.2.2 Sampel dan Teknik penarikan sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah responden berusia 17 tahun keatas yang ditinggal di Surabaya dan melihat tayangan Penghuni Terakhir di televisi. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah multistage cluste random sampling, karena responden dalam penelitian ini banyak dan tersebar luas dalam wilayah kota Surabaya, dimana populasi penelitian dibagi-bagi menjadi beberapa cluster berdasarkan wilayah tempat tinggal.

Secara sistematis teknik penarikan sampel multistage cluster random sampling dapat digambarkan sebagai berikut :

n.1 n.2 n.3 n.4 n.5 n.6 n.7

N1a N1b

N1

N2a N

N2

N2b

n.8 Gambar 3 : Bagan multistage cluster random sampling Keterangan :

N = Level Kota N1, N2 = Level Wilayah N1a, N1b, N2a, N2b = Level Kecamatan n.1, n.2, n.3, n.4, n.5, n.6, n.7, n.8 = Level Kelurahan


(38)

33   

Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah multistage cluster random sampling,maka secara sistematis teknik penarikan sampel dapat dilakukan dalam 3 tahap yang digambarkan sebagai berikut :

a. Tahap pertama

Dilakukan pemilihan terhadap wilayah penelitian di kota Surabaya, dimana kota Surabaya terbagi dalam lima bagian wilayah yaitu Surabaya pusat, Surabaya utara, Surabaya barat, Surabaya timur, dan Surabaya selatan. Setelah dilakukan pengundian secara random akhirnya terpilih dua wilayah yaitu Surabaya pusat dan Surabaya selatan sebagai lokasi penelitian.

b. Tahap kedua

Dilakukan pemilihan pada wilayah kecamatan, dimana wilayah Surabaya pusat memiliki empat kecamatan yang terdiri dari : Kecamatan Tegal sari, Kecamatan Genteng, Kecamatan Bubutan, Kecamatan Simokerto. Sedangkan wilayah Surabaya selatan memiliki delapan kecamatan yang terdiri dari : Kecamatan Sawahan, Kecamatan Wonokromo, Kecamatan Karang pilang, Kecamatan Dukuh pakis, Kecamatan Wiyung, Kecamatan Wonocolo, Kecamatan Gayungan, dan Kecamatan Jambangan. Setelah itu dilakukan pengundian secara random dan terpilih empat kecamatan yaitu : Kecamatan Genteng, Kecamatan Simokerto dari wilayah Surabaya pusat, Kecamatan Dukuh pakis dan Kecamatan Karang pilang dari Surabaya selatan.


(39)

34   

c. Tahap ketiga

Dilakukan pemilihan kelurahan, setelah dilakukan pengundian secara random maka terpilih Kelurahan Genteng dan Kelurahan Kapasari untuk Kecamatan Genteng, Kelurahan Kapasan dan Kelurahan Sidodadi untuk Kecamatan Simokerto, Kelurahan Dukuh pakis dan Kelurahan Dukuh kupang untuk Kecamatan Dukuh pakis, Kelurahan Karang pilang dan Kelurahan Kedurus untuk Kecamatan Karang pilang.

Setelah dilakukan penyaringan beberapa kali maka diperoleh populasi dari masing-masing kelurahan sebagai berikut :

Tabel 1

Jumlah populasi setiap kelurahan

No. Nama – Nama Kelurahan Jumlah Populasi

1. Kelurahan Genteng 8.009 orang

2. Kelurahan Kapasari 15.208 orang

3. Kelurahan Kapasan 10.544 orang

4. Kelurahan Sidodadi 12.432 orang

5. Kelurahan Dukuh pakis 4.800 orang

6. Kelurahan Dukuh kupang 10.238 orang 7. Kelurahan Karang pilang 7.632 orang

8. Kelurahan Kedurus 18.987 orang

Jumlah 87.850 orang


(40)

35   

Untuk mencari jumlah atau nilai sampel, maka digunakan rumus Yamane (Rahmat, 2001:82) sebagai berikut :

N

n = ____________ Nd² + 1 Keterangan :

n = jumlaj sampel N = jumlah populasi

d = presisi (derajat ketelitian 0,1) N

Maka n = ________________ 87.850.(0,1) ² +1 87.850

n =_________________ 87.850.(0,01) + 1 87.850

n =________________ 879,5

n = 99,8 dibulatkan menjadi 100

Jadi responden dalam penelitian sebanyak 100 orang

Agar lebih proporsional dalam menentukan sampel yang digunakan maa dari jumlah populasi tersebut dapat diperoleh sampel untuk masing-masing wilayah kelurahan yakni sebagai berikut :

1. Kelurahan Genteng

8009 x 100 = 0,091 x 100 = 9,1 87850

Dibulatkan menjadi 9


(41)

36   

2. Kelurahan Kapasari

15208 x 100 = 0,173 x 100 = 17,3 87850

Dibulatkan menjadi 17 3. Kelurahan Kapasan

10544 x 100 = 0,12 x 100 = 12 87850

4. Kelurahan Sidodadi

12432 x 100 = 0,141 x 100 = 14,1 87850

Dibulatkan menjadi 14 5. Kelurahan Dukuh Pakis

4800 x 100 = 0,054 x 100 = 5,4 87850

Dibulatkan menjadi 5

6. Kelurahan Dukuh Kupang

10238 x 100 = 0,116 x 100 = 11,6 87850

Dibulatkan menjadi 12 7. Kelurahan Karang Pilang

7632 x 100 = 0,086 x 100 = 8,6 87850

Dibulatkan menjadi 9


(42)

37   

8. Kelurahan Kedurus

18987 x 100 = 0,216 x 100 = 21,6 87850

Dibulatkan menjadi 22

Tabel 2

Penarikan Jumlah Responden Tiap Kelurahan

No. Wilayah Jumlah Responden 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Kelurahan Genteng Kelurahan Kapasari Kelurahan Kapasan Kelurahan Sidodadi Kelurahan Dukuh Pakis Kelurahan Dukuh Kupang Kelurahan Karang Pilang Kelurahan Kedurus 9 17 12 14 5 12 9 22 Total 100

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh langsung dari responden berdasarkan data primer dan data sekunder. Yang dimaksud data primer adalah data yang berupa jawaban dari kuisioner yang diberikan yaitu


(43)

38   

kuisioner terbuka dan tertutup. Sementara data sekunder merupakan data yang diperoleh dari literatur, atau buku-buku penunjang.

Peneliti mendampingi responden selama melakukan pengisian kuisioner. Hal ini dilakukan untuk menjaga-jaga dari kemungkinan munculnya pertanyaan dari responden yang tidak memahami kata-kata, arti, dan maksud pertanyaan dalam kiusioner.

3.4 Teknik Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif yaitu tabel frekuensi yang digunakan untuk menggambarkan data yang diperoleh dari hasil penyebaran kuisioner yang diisi oleh responden. Data yang diperoleh dari hasil kuisioner selanjutnya diolah untuk mendiskripsikan.

Pengolahan data yang diperoleh dari hasil kuisioner terdiri dari mengedit, mengkode, dan memasukkan data tersebut dalam tabulasi data untuk selanjutnya dianalisis secara deskriptif setiap pertanyaan yang diajukan. Data-data yang diperoleh dilakukan dengan analisa secara kuantitatif dengan menggunakan rumus

P =___F____ x 100% N

Keterangan :

P : Presentase responden F : Frekuensi responden N : Jumlah responden


(44)

39   

 

Dengan menggunakan rumus tersebut, maka diperoleh presentase yang diinginkan peneliti dengan kategori tertentu. Hasil perhitungan diatas selanjutnya disajikan dalam tabel agar mudah dibaca dan diinterpretasikan.


(45)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Obyek Penelitian

Penghuni terakhir adalah sebuah program unggulan acara realitas yang ditayangkan ANTV dan di produksi oleh Triwarsana, rumah produksi milik helmi yahya. Dalam program ini, para penghuni yang berjumalah 18 orang dipilih berdasarkan hasil audisi di beberapa kota di Indonesia, menjalani kehidupan sehari-hari di sebuah rumah di kawasan jakarta selatan selama 100 hari. Gerak-gerik mereka di rekam setiap hari dengan menggunakan 20 kamera yang terpasang di setiap sudut rumah kecuali di kamar mandi. Tayangan ini merupakan jenis baru acara realitas di Indonesia, yang menampilkan kegiatan sehari-hari tanpa menggunakan naskah dan di lakoni oleh orang-orang biasa. Mereka berusaha untuk tampil apa adanya. Setiap hari minggu akan ada yang di ekstradisi dari rumah Petir (Penghuni terakhir), dan yang menjadi penghuni terakhirlah yang akan mendapatkan hadiah rumah senilai Rp 1 milyar. Penghuni terakhir mengandalkan jumlah suara pemirsa televisi yang terkumpul via sms atau premium call untuk memilih pemenangnya. Sehingga, para peserta dituntut untuk menarik perhatian pemirsa sebanyak mungkin melalui sikap hidupnya sehari-hari, semangat juangnya, misi yang diembannya, kisah hidupnya, bahkan sampai cinta lokasi yang sering terjadi.

Setiap minggu akan ada permainan untuk menentukan siapa yang akan menjadi Boss, Pemegang Kunci, Jongos, dan Pemegang Kekebalan. Permainan

40   


(46)

  41

bisa berupa apa saja yang telah diatur oleh pihak penyelenggara atau ANTV. Kemudian pada hari Sabtu malam yaitu pada malam ekstradisi, tayangan langsung akan menentukan siapa penghuni yang akan tersisih dan meninggalkan rumah tersebut.

Disini Jongos adalah penghuni yang kalah pada game pemilihan Jongos (3 penghuni dengan perolehan sms terendah pada tayangan Beranda biasanya di hari Selasa) diwajibkan untuk melakukan segala perintah yang diberikan oleh penghuni lain yang biasa berupa pekerjaan rumah tangga selama satu minggu di rumah tersebut.

Saat malam ekstradisi, 3 orang dengan sms terbawah (kecuali Boss dan Pemegang Kunci) akan duduk di kursi ekstradisi. Namun apabila diantara ketiga orang tersebut ada yang memiliki Kekebalan maka orang yang memiliki status kekebalan tersebut berhak untuk menggantikan dirinya dengan penghuni lain (selain Boss dan Pemegang Kunci) untuk duduk di kursi ekstradisi (bahkan yang mempunyai sms terbanyak). Kemudian, Boss mempunyai hak untuk menyelamatkan 1 orang diantara 3 calon terekstradisi, setelah itu Pemegang Kunci berhak meng-ekstradisi 1 diantara 2 orang tersisa itu. Penghuni Terakhir mirip dengan acara realitas sejenis di luar negeri, Big Brother. Big Brother juga mengusung konsep sama di mana para kontestannya harus tinggal dalam sebuah rumah selama sekitar tiga bulan. Kehidupan sehari-hari mereka direkam dengan kamera yang ada di seluruh bagian rumah (termasuk kamar mandi). Pemenangnya adalah penghuni terakhir di rumah tersebut. Saat ini (Mei 2005) Big Brother ditayangkan di 19 negara di seluruh dunia.


(47)

  42

Sekilas, acara ini juga mirip dengan acara realitas asing Survivor, di mana pada akhirnya hanya akan menyisakan satu orang sebagai pemenang. Pemenang yang diharapkan dari acara ini adalah seseorang dengan kepribadian kuat dan tangguh dalam menghadapi berbagai masalah. (wikipedia.org)

4.2 Penyajian dan Analisis Data

4.2.1 Identitas Responden

Pada bagian ini akan dipaparkan identitas 100 orang pemirsa yang menjadi responden dalam penelitian ini, berdasarkan beberapa hal seperti usia, jenis kelamin, dan pendidikan terakhir seperti tertera pada table berikut :

Tabel 3 Identitas Responden Berdasarkan Usia

No. Usia Frekuensi Prosentase (%)

1. 17 – 22 tahun 75 75

2. 23 – 28 tahun 13 13

3. 29 – 35 tahun 12 12

Jumlah 100 100

Sumber : Kuisioner no.2

Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa usia responden pada penelitian ini bervariasi, akan tetapi mayoritas responden paling banyak berusia 17 – 22 tahun yaitu sebanyak 75 orang atau dengan prosentase sebesar 75 %,hal tersebut


(48)

  43

dikarenakan pada usia 17 – 22 tahun adalah usia dimana masyarakat masih gemar melihat televise dan masyarakat lebih memilih program acara hiburan di televise dari pada program acara yang lain di televisi, Sedangkan jumlah responden yang berusia 23 – 28 tahun sebanyak 13 orang atau dengan prosentase sebesar 13 %,dan yang berusia 29 – 35 tahun sebanyak 12 orang atau dengan prosentase sebesar 12 %.

Tabel 4 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Frekuensi Prosentase ( % )

1. Laki – laki 56 56

2. Perempuan 44 44

Jumlah 100 100

Sumber : Kuesioner no.3

Dari table 2 diketahui bahwa jenis kelamin dari responden sebagian besar adalah laki – laki sebanyak 56 orang atau dalam prosentase sebesar 56 %, dan responden dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 44 orang atau dalam prosentase sebesar 44 %. Hal ini dikarenakan laki – laki mempunyai jam tidur yang sangat larut malam dari pada wanita sehingga laki – laki mempunyai mempunyai waktu menonto tayangan Penghuni terakhir yang ditayangkan pada waktu malam yaitu pukul 21.00 – 22.00 WIB.


(49)

  44

Tabel 5 Identitas responden

Berdasarkan Pendidikan Terakhir

No. Pendidikan Terakhir Frekuensi Prosentase ( % )

1. SMP 9 9

2. SMA 68 68

3. S1 23 23

Jumlah 100 100

Sumber : Kuesioner no.4

Dari tabel 3 dapat diketahui responden dengan pendidikan terakhir S1 sebanyak 23 orang atau 23 %, responden dengan pendidikan terakhir SMP sebanyak 9 orang atau 9 %, dan mayoritas responden dengan pendidikan terakhir SMA sebanyak 68 orang atau 68 %. Hal ini menunjukkan pada tingkat SMA masyarakat masih memiliki intensitas yang tinggi untuk menonton televise dan program yang menjadi pilihan utama adalah acara yang bertemakan hiburan khususnya acara reality show yang semakin marak ditayangkan di televise. Hal ini juga berkaitan dengan tabel 3 dimana mayoritas usia responden adalah 17 – 22 tahun adalah usia yang baru tamat SMA atau menginjak bangku perkuliahan.


(50)

  45

4.2.2 Frekuensi Menonton Tayangan Penghuni Terakhir

Pada bagian ini dipaparkan hasil frekuensi responden menonton tayangan Penghuni Terakhir.

Tabel 6

Frekuensi Dalam Seminggu

Menonton Tayangan Penghuni Terakhir

No. Kategori Jawaban Frekuensi Prosentase ( % )

1. 1 kali / minggu 55 55

2. 2 – 4 kali / minggu 33 33

3. Lebih dari 4 kali / minggu 12 12

Jumlah 100 100

Sumber : Kuesioner no.6

Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa kebanyakan responden dalam penelitian ini yakni sebanyak 55 orang atau sebesar 55 % menyatakan bahwa mereka menonton tayangan Penghuni Terakhir 1 kali perminggu. Hal ini menunjukkan bahwa acara Penghuni terakhir bukan merupakan acara yang favorit dikarenakan Penghuni terakhir ditayangkan setiap hari namun masyrakat hanya melihat satu kali saja dalam seminggu. Sedangkan responden yang menonton tayangan Penghuni Terakhir 2 – 4 kali perminggu sebanyak 33 orang atau 33 %. Responden yang menjawab pernah menonton tayangan Penghuni Terakhir lebih dari 4 kali perminggu sebanyak 12 orang atau 12 %.


(51)

  46

Tabel 7

Frekuensi Lama Waktu menonton Tayangan Penghuni Terakhir

No. Kategori Jawaban Frekuensi Prosentase ( % )

1. 1 – 15 menit 59 59

2. 16 – 30 menit 22 22

3. 31 – 45 menit 10 10

4. 46 – 60 menit 9 9

Jumlah 100 100

Sumber : Kuesioner no.7

Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat mayoritas responden menjawab melihat tayangan Penghuni Terakhir selama 1 – 15 menit sebanyak 59 orang atau 59 % dikarenakan masyarakat hanya melihat acara Penghuni Terakhir hanya sekilas saja. Hal ini semakin menunjukkan bahwa acara Penghuni terakhir bukan acara yang favorit karena mayoritas responden tidak melihat secara keseluruhan acara tersebut dalam setiap penayangannya. Sedangkan responden yang menonton selama 16 – 30 menit sebanyak 22 orang atau 22 %, responden yang menonton selama 31 – 45 menit sebanyak 10 orang atau 10 %, responden yang menonton selama 46 – 60 menit sebanyak 9 orang atau 9 %.


(52)

  47

4.3 Aspek Kognitif

Aspek kognitif responden mengenai sikap masyarakat Surabaya terhadap perilaku agresif di program acara Penghuni Terakhir diukur dari 7 pertanyaan mengenai aspek kognitif yang diajukan agar responden memilih masing – masing 1 dari 4 kategori yang telah disusun dalam posisi berurutan pada masing – masing pertanyaan pada nomor 8 sampai 14 pada kuisioner, kemudian pada masing – masing kategori diberikan skor dari yang tertinggi e yang terendah secara berurutan.

Diperoleh data, bahwa skor tertinggi adalah 28 dan skor terendah adalah 7. Perolehan dari perhitungan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Skor tertinggi diperoleh dari banyaknya pertanyaan dikalikan dengan skor jawaban tertinggi responden, yaitu 7 x 4 = 28

2. Skor terendah diperoleh dari banyaknya pertanyaan dikalikan dengan skor jawaban terendah, yaitu 7 x 1 = 7

Maka perhitungan interval skornya adalah sebagai berikut : Range = 28 – 7 = 21 = 7

3 3


(53)

  48

Jadi penentuan kategorinya adalah sebagai berikut :

1. Aspek kognitif negatife = 7 – 13 2. Aspek kognitif netral = 14 – 20 3. Aspek kognitif positif = 21 – 28

Dengan demikian jika dimasukkan kedalam tabel frekuensi dapat dilihat seperti tabel – tabel dibawah ini :

4.3.1 Menampilkan aksi pemukulan antar peserta

Salah satu perilaku agresif fisik langsung yang ditayangkan Penghuni terakhir adalah aksi pemukulan. Untuk mengetahui sikap responden terhadap tayangan Penghuni terakhir yang menampilkan aksi pemukulan dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8

Sikap Responden Terhadap Tayangan pemukulan antar peserta

No. Kategori Jawaban Frekuensi Prosentase ( % )

1. Sangat Setuju 13 13

2. Setuju 29 29

3. Tidak Setuju 40 40

4. Sangat Tidak Setuju 18 18

Jumlah 100 100


(54)

  49

Sumber : Kuisioner no. 8

Dari tabel 6 diketahui responden sebanyak 13 % responden menyatakan sangat setuju, 29 % responden menyatakan setuju, 40 % responden menyatakan tidak setuju, 18 % responden menyatakan sangat tidak setuju. Dari data tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden 40 % menyatakan tidak setuju telah terjadi aksi pemukulan antar peserta pada tayangan Penghuni Terakhir dikarenakan mereka tidak pernah melihat aksi tersebut.

4.3.2 Menayangkan Aksi Saling Dorong Antar Peserta

Salah satu perilaku agresif fisik langsung yang ditayangkan di Penghuni Terakhir adalah aksi saling dorong yang dilakukan antar peserta ketika terjadi perkelahian. Untuk mengetahui prosentase sikap responden yang mengetahui atau melihat aksi saling dorong yang terjadi di Penghuni Terakhir dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9

Sikap Responden Terhadap Tayangan Saling Dorong Antar Peserta

No. Kategori Jawaban Frekuensi Prosentase ( % )

1. Sangat Setuju 17 17

2. Setuju 35 35

3. Tidak Setuju 30 30

4. Sangat Tidak Setuju 18 18

Jumlah 100 100


(55)

  50

Sumber : Kuisioner no. 9

Dari tabel 7 menunjukkan bahwa responden sebesar 17 % menyatakan sangat setuju, 35 % responden menyatakan setuju, 30 % responden menyatakan tidak setuju, 18 % responden menyatakan sangat tidak setuju. Dari data tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 35 % menyatakan setuju telah terjadi aksi saling dorong, karena telah melihat sendiri aksi saling dorong antar peserta saat terjadi perkelahian ditayangkan di Penghuni Terakhir.

4.3.3 Menayangkan Aksi Pencakaran Antar Peserta

Salah satu perilaku agresif fisik langsung yang ditayangkan di Penghuni Terakhir adalah aksi pencakaran yang dilakukan antar peserta. Untuk mengetahui prosentase sikap responden yang mengetahui atau melihat aksi pencakaran antar peserta yang terjadi di Penghuni Terakhir dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10

Sikap Responden Terhadap Tayangan Aksi Pencakaran Antar Peserta

No. Kategori Jawaban Frekuensi Prosentase ( % )

1. Sangat Setuju 6 6

2. Setuju 25 25

3. Tidak Setuju 51 51

4. Sangat Tidak Setuju 18 18

Jumlah 100 100

Sumber : Kuisioner no.10


(56)

  51

Dari tabel 8 menunjukkan bahwa sebesar 6 % responden menyatakan sangat setuju, 25 % responden menyatakan setuju, 51 % responden menyatakan tidak setuju, dan 18 % responden menyatakan sangat tidak setuju. Dari data tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden sebesar 51 % menyatakan tidak setuju telah terjadi aksi pencakaran antar peserta karena tidak melihat aksi tersebut dalam Penghuni Terakhir.

4.3.4 Menayangkan Aksi Perusakan Barang Milik Peserta Lain

Salah satu perilaku agresif fisik tidak langsung yang terjadi di tayang Penghuni Terakhir adalah perusakan barang milik peserta lain seperti merobek foto dan mengacak – acak koper peserta lain. Untuk mengetahui prosentase responden yang mengetahui atau melihat aksi perusakan barang yang terjadi di Penghuni Terahir dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel 11

Sikap Responden Terhadap Tayangan Aksi Perusakan Barang Peserta Lain

No. Kategori Jawaban Frekuensi Prosentase ( % )

1. Sangat Setuju 16 16

2. Setuju 29 29

3. Tidak Setuju 40 40

4. Sangat Tidak Setuju 15 15

Jumlah 100 100

Sumber : Kuesioner no. 11


(57)

  52

Dari tabel 9 menunjukkan sebesar 16 % responden menyatakan sangat setuju, 29 % responden menyatakan setuju melihat aksi perusakan barang etika terjadi cek cok kantar peserta kemudian salah satu peserta menyobek foto peserta lain, 40 % responden menyatakan tidak setuju, dan 15 % responden menyatakan sangat tidak setuju. Dari data tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden sebesar 40 % menyatakan tidak setuju telah terjadi aksi perusakan barang peserta lain karena tidak melihat sendiri aksi perusakan barang di Penghuni Terakhir.

4.3.5 Menayangkan Kata – Kata Makian

Kata – kata makian kerap ditayangkan di Penghuni Terakhir. Salah Satu kata makian yang pernah terlontar adalah “bodoh lo!! Dasar jongos!! Perek!! Dan hal tersebut salah satu bentuk perilaku agresif verbal langsung. Untuk mengetahui jumlah sikap responden yang mengetahui ditayangkannya pengucapan kata – kata makian di Penghuni Terakhir dapat diketahui pada tabel 12.

Tabel 12

Sikap Responden Terhadap Tayangan Aksi Pengucapan Kata Makian

No. Kategori Jawaban Frekuensi Prosentase ( % )

1. Sangat Setuju 21 21

2. Setuju 26 26

3. Tidak Setuju 36 36

4. Sangat Tidak Setuju 17 17

Jumlah 100 100


(58)

  53

Sumber : Kuesioner no. 12

Dari tabel 10 dapat dilihat sebanyak 21 % responden menyatakan sangat setuju, 26 % responden menyatakan setuju, 36 % responden menyatakan tidak setuju, dan 17 % menyatakan sangat tidak setuju. Dari data tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 36 % menyatakan tidak setuju telah terjadi penayangan kata – kata makian di Penghuni Terakhir karena tidak pernah melihatnya sendiri.

4.3.6 Memunculkan Aksi Kemarahan – Kemarahan Para Pesertanya

Salah satu perilaku agresif verbal langsung yang terjadi di tayangan Penghuni Terakhir adalah aksi kemarahan – kemarahan para pesertanya yang selalu menyulut perkelahian antar peserta. Untuk mengetahui prosentase sikap responden yang mengetahui atau melihat aksi kemarahan – kemarahan para peserta yang terjadi di Penghuni Terahir dapat dilihat pada tabel 13.

Tabel 13

Pengetahuan Responden Tentang Tayangan Aksi Kemarahan Peserta

No. Kategori Jawaban Frekuensi Prosentase ( % )

1. Sangat Setuju 22 22

2. Setuju 45 45

3. Tidak Setuju 20 20

4. Sangat Tidak Setuju 13 13

Jumlah 100 100


(59)

  54

Sumber : Kuesioner no. 13

Dari tabel 11 diketahui sebesar 22 % responden menyatakan sangat setuju, 45 % responden menyatakan setuju, 20 % menyatakan tidak setuju, dan 13 % menyatakan Sangat tidak setuju. Dari data tersebut dietahui mayoritas responden sebesar 45 % menyatakan setuju telah terjadi aksi kemarahan – kemarahan peserta Penghuni Terakhir dan aksi tersebut sering terjadi dan sering ditayangkan dalam tayangan Penghuni Terakhir.

4.3.7 Menampilkan aksi Menyebarkan Fitnah Antar Peserta

Menyebarkan fitnah menjadi salah satu strategi peserta agar peserta lain merasa tidak betah lagi untuk tinggal di rumah Penghuni Terakhir dan hal tersebut sering terjadi di acara Penghuni Terakhir dan merupakan salah satu perilaku agresif verbal tidak langsung. Untuk mengetahui prosentase sikap responden yang mengetahui atau melihat aksi menyebarkan fitnah yang terjadi di Penghuni Terahir dapat dilihat pada tabel 14


(60)

  55

Tabel 14

Sikap Responden Terhadap Tayangan Menyebarkan Fitnah Antar Peserta No. Kategori Jawaban Frekuensi Prosentase ( % )

1. Sangat Setuju 13 13

2. Setuju 32 32

3. Tidak Setuju 39 39

4. Sangat Tidak Setuju 16 16

Jumlah 100 100

Sumber : Kuesioner no.14

Dari tabel 12 diketahui sebesar 13 % responden menyatakan sangat setuju, 32 % responden menyatakan setuju, 39 % Responden menyatakan tidak setuju, dan 16 % menyatakan Sangat tidak setuju. Dari data tersebut diketahui mayoritas responden sebesar 39 % menyatakan tidak setuju telah terjadi aksi menyebarkan fitnah antar peserta Penghuni Terakhir, hal tersebut juga dikarenakan responden kurang begitu menyimak setiap perkataan yang diucapkan peserta Penghuni Terakhir .

4.3.8 Aspek Kognitif Masyarakat Surabaya Terhadap Perilaku Agresif Di Program Acara Penghuni Terakhir

Dari tabel – tabel diatas, maka dapat disusun tabel mengenai sikap masyarakat Surabaya terhadap perilaku agresif di program acara Penghuni Terakhir. Untuk mengetahui dapat dilihat pada tabel 15.


(61)

  56

Tabel 15

Aspek Kognitif Masyarakat Surabaya Terhadap Perilaku Agresif di Program Acara Penghuni Terakhir

No. Kategori Jumlah %

1. Negatif 24 24

2. Netral 39 39

3. Positif 37 37

Total 100 100

Sumber : Lampiran

Dari tabel 13 menunjukkan sebanyak 24 % responden mempunyai sikap (aspek kognitif) negatif, 39 % responden mempunyai sikap (aspek kognitif) netral, 37 % responden mempunyai sikap (aspek kognitif) positif. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat Surabaya (39 %) mempunyai sikap (aspek kognitif) netral terhadap tayangan Penghuni Terakhir yang menampilkan perilaku agresif, hal ini dikarenakan dari semua perilaku agresif fisik dan verbal baik yang langsung maupun yang tidak langsung, responden hanya melihat atau mengetahui beberapa perilaku agresif saja. Hal tersebut juga dikarenakan frekuensi menonton masyarakat yang sangat rendah sehingga tidak memungkinkan untuk melihat semua tayangan perilaku agresif yang dipaparkan dan juga kurang memahami acara tersebut..


(62)

  57

4.4 Aspek Afektif

Aspek afektif responden mengenai siap masyarakat Surabaya terhadap perilaku agresif di program acara Penghuni Terakhir diukur dari 7 pertanyaan mengenai aspek afektif yang diajukan agar responden memilih masing – masing 1 dari 4 kategori yang telah disusun dalam posisi berurutan pada masing – masing pertanyaan pada nomor 15 sampai 21 pada kiesioner. Kemudian pada masing – masing kategoridiberikan skor dari yang tertinggi ke yang terendah secara berurutan.

Diperoleh data, skor tertinggi adalah 28 dan skor terendah adalah 7. Perolehan dari perhitungan tersebut serta pengkategorian adalah sebagai berikut :

1. Skor tertinggi diperoleh dari banyaknya pertanyaan dikalikan dengan skor jawaban tertinggi, yaitu 7 x 4 = 28

2. Skor terendah diperoleh dari banyaknya pertanyaan dikalikan dengan skor jawaban terendah, yaitu 7 x 1 = 7

Maka perhitungan interval skornya adalah sebagai berikut :

Range = 28 - 7 = 21 = 7 3 3


(63)

  58

Jadi penentuan kategorinya adalah sebagai berikut : 1. Aspek afektif negatif = 7 – 13

2. Aspek afektif netral = 14 – 20 3. Aspek afektif positif = 21 – 28

Dengan demikian jika dimasukkan kedalam tabel frekuensi dapat dilihat seperti tabel – tabel dibawah ini :

4.4.1 Tidak Suka Tayangan Aksi Pemukulan Antar peserta.

Salah satu perlaku agresif fisik langsung yang ditayangkan Penghuni Terakhir adalah pemukulan antar peserta. Untuk mengetahui sikap masyarakat Surabaya yang tidak suka dengan tayangan Penghuni Terakhir yang menampilkan aksi pemukulan antar peserta dapat dilihat dari tabel 16.

Tabel 16

Sikap Responden Tidak Senang Tayangan Aksi Pemukulan Antar Peserta

No. Kategori Jawaban Frekuensi Prosentase ( % )

1. Sangat Setuju 39 39

2. Setuju 40 40

3. Tidak Setuju 13 13

4. Sangat Tidak Setuju 8 8

Total 100 100


(64)

  59

Sumber : Kuesioner no. 15

Dari data diatas menunjukkan bahwa sebesar 39 % responden menyatakan sangat setuju, 40 % responden menyatakan setuju, 13 % menyatakan tidak setuju, dan 8 % responden menyatakan sangat tidak setuju. Dari data tersebut menunjukkan mayoritas responden sebesar 40 % menyatakan setuju tidak senang dengan tayangan Penghuni Terakhir yang menayangkan aksi pemukulan antar peserta,dikarenakan tidak patut ditayangkan.

4.4.2 Responden Tidak Setuju Tayangan Aksi Saking Dorong Antar Peserta.

Salah satu perlaku agresif fisik langsung yang ditayangkan Penghuni Terakhir adalah saling dorong antar peserta ketika terjadi perkelahian. Untuk mengetahui sikap masyarakat Surabaya yang tidak suka dengan tayangan Penghuni Terakhir yang menampilkan aksi saling dorong antar peserta dapat dilihat dari tabel 17.


(65)

  60

Tabel 17

Sikap Responden Tidak Setuju tayangan Aksi Saling Dorong

No. Kategori Jawaban Frekuensi Prosentase ( % )

1. Sangat Setuju 27 27

2. Setuju 48 48

3. Tidak Setuju 14 14

4. Sangat Tidak Setuju 11 11

Total 100 100

Sumber : Kuesioner no. 16

Dari data diatas menunjukkan bahwa sebesar 27 % responden menyatakan sangat setuju, 48 % responden menyatakan setuju, 14 % menyatakan tida setuju, dan 11 % responden menyatakan sangat tidak setuju. Dari data tersebut menunjukkan mayoritas responden sebesar 48 % menyatakan setuju untuk menyatakan ketidakt setujuannya dengan tayangan Penghuni Terakhir yang menayangan aksi saling dorong antar peserta,dikarenakan aksi tersebut dapat memicu adanya konflik yang lebih parah antar peserta.

4.4.3 Responden Tidak Sepakat Tayangan Aksi Saling Mencakar Antar Peserta

Salah satu perlaku agresif fisik langsung yang ditayangkan Penghuni Terakhir adalah saling mencakar antar peserta ketika terjadi perkelahian. Untuk


(66)

  61

mengetahui sikap masyarakat Surabaya yang tidak sepakat dengan tayangan Penghuni Terakhir yang menampilkan aksi saling mencakar antar peserta dapat dilihat dari tabel 18.

Tabel 18

Sikap Responden Yang Tidak Sepakat Tayangan Aksi Saling Mencakar

No. Kategori Jawaban Frekuensi Prosentase ( % )

1. Sangat Setuju 28 28

2. Setuju 47 47

3. Tidak Setuju 17 17

4. Sangat Tidak Setuju 8 8

Total 100 100

Sumber : Kuesioner no. 17

Dari data diatas menunjukkan bahwa sebesar 28 % responden menyatakan sangat setuju, 47 % responden menyatakan setuju, 17 % menyatakan tida setuju, dan 8 % responden menyatakan sangat tidak setuju. Dari data tersebut menunjukkan mayoritas responden sebesar 47 % menyatakan setuju untuk tidak sepakat dengan tayangan Penghuni Terakhir yang menayangan aksi saling mencakar antar peserta,dikarenakan aksi tersebut tidak patut ditiru oleh masyarakat.


(67)

  62

4.4.4 Responden Merasa Tidak Senang Tayangan Aksi Perusakan Barang Milik Peserta Lain

Salah satu perlaku agresif fisik tidak langsung yang ditayangkan Penghuni Terakhir adalah aksi perusakan barang milik peserta lain seperti merobek foto dan mengacak – acak koper milik peserta lain. Untuk mengetahui sikap masyarakat Surabaya yang tidak senang dengan tayangan Penghuni Terakhir yang menampilkan aksi perusakan barang milik peserta lain dapat dilihat dari tabel 17.

Tabel 19

Sikap Responden Tidak Senang Tayangan Aksi Perusakan Barang

No. Kategori Jawaban Frekuensi Prosentase ( % )

1. Sangat Setuju 30 30

2. Setuju 48 48

3. Tidak Setuju 15 15

4. Sangat Tidak Setuju 7 7

Total 100 100

Sumber : Kuesioner no.18

Dari data diatas menunjukkan bahwa sebesar 30 % responden menyatakan sangat setuju, 48 % responden menyatakan setuju, 15 % menyatakan tidak setuju, dan 7 % responden menyatakan sangat tidak setuju. Dari data tersebut menunjukkan mayoritas responden sebesar 48 % menyatakan setuju tidak sepakat


(68)

  63

dengan tayangan Penghuni Terakhir yang menayangan aksi Perusakan barang milik peserta lain seperti merobek foto dan mengacak – acak isi koper milik peserta lain, dikarenakan aksi tersebut tidak mendidik.

4.4.5 Responden Merasa Benci Tayangan Pengucapan Kata – Kata Makian Antar Peserta

Salah satu perlaku agresif verbal langsung yang ditayangkan Penghuni Terakhir adalah aksi pengucapan kata makian seperti “bodoh lo!! Dasar jongos!! Perek!!”. Untuk mengetahui sikap masyarakat Surabaya yang tidak senang dengan tayangan Penghuni Terakhir yang menampilkan aksi pengucapan kata – kata makian dapat dilihat dari tabel 20

Tabel 20

Sikap Responden Yang Merasa Benci Tayangan Pengucapan Kata Makian

No. Kategori Jawaban Frekuensi Prosentase ( % )

1. Sangat Setuju 39 39

2. Setuju 39 39

3. Tidak Setuju 13 13

4. Sangat Tidak Setuju 9 9

Total 100 100

Sumber : Kuesioner no.19


(69)

  64

Dari data diatas menunjukkan bahwa sebesar 39 % responden menyatakan sangat setuju, 39 % responden menyatakan setuju, 13 % menyatakan tidak setuju, dan 9 % responden menyatakan sangat tidak setuju. Dari data tersebut menunjukkan mayoritas responden sebesar 39 % memiliki 2 pernyataan yang sama yaitu menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa responden merasa benci dengan adanya aksi pengucapan kata – kata makian dalam tayangan Penghuni Terakhir, dikarenakan perbuatan tersebut sangat tidak baik apabila dilihat oleh anak dibawah umur.

4.4.6 Responden Merasa Kecewa Dengan Tayangan Kemarahan Para Pesertanya.

Salah satu perlaku agresif verbal langsung yang ditayangkan Penghuni Terakhir adalah aksi kemarahan – kemarahan para pesertanya. Untuk mengetahui sikap masyarakat Surabaya yang tidak senang dengan tayangan Penghuni Terakhir yang menampilkan kemarahan – kemarahan pesertanya dapat dilihat dari tabel 21.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan perumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini yakni bagaimana sikap masyarakat Surabaya terhadap perilaku agresif di program acara Penghuni terakhir, maka dapat disimpulkan bahwa sikap masyarakat Surabaya terhadap tayangan Penghuni terakhir yang selalu menayangkan perilaku agresif termasuk dalam kategori sikap netral yaitu tidak memberikan penilaian yang negative maupun positif, hal tersebut dikarenakan frekuensi menonton masyarakat yang rendah terhadap program acara Penghuni terakhir yaitu dalam seminggu responden hanya menonton sekali, dan dalam 1 jam penayangannya responden hanya menonton 1 – 15 menit awal, dimana pada menit – menit tersebut perilaku agresif masih sangat jarang ditampilkan, hal ini menyebabkan responden tidak melihat sepenuhnya perilaku agresif yang ditayangkan Penghuni terakhir.

Diukur dari nilai – nilai masing – masing komponen sikap yaitu aspek kognitif ,afektif, dan aspek konatif yang diolah dari jawaban kuesioner adalah sebagai berikut

1. Dalam penelitian ini, untuk aspek kognitif sikap masyarakat Surabaya terhadap perilaku agresif di program acara Penghuni terakhir menunjukkan skor dengan selisih yang kecil antara kategori netral dan negative, namun kategori tinggi masih netral yaitu masyarakat tidak memberikan penilaian negative dan juga tidak memberikan penilaian positif terhadap program acara


(2)

78

Penghuni terakhir, hal tersebut dikarenakan frekuensi menonton masyarakat yang rendah menyebabkan masyarakat tidak melihat sepenuhnya perilaku agresif yang ditayangkan Penghuni terakhir.

2. Pada aspek afektif sebagian besar sikap masyarakat masih menunjukkan sikap netral, dikarenakan masyarakat memang tidak suka dengan perilaku agresif yang ditayangkan Penghuni terakhir namun mereka tidak melihat semua perilaku agresif yang ditayangkan sehingga mereka hanya mengetahui sedikit perilaku agresif yang ditayangkan karena frekuensi menonton masyarakat yang rendah terhadap program Penghuni terakhir.

3. Pada aspek konatif mayoritas masyarakat Surabaya masih menunjukkan sikap netral yaitu masyarakat tidak sepakat dengan program acara Penghuni terakhir namun tidak memberikan penilaian negative program Penghuni terakhir, hal tersebut masih dikarenakan frekuensi menonton masyarakat yang rendah membuat masyarakat tidak melihat perilaku agresif yang ditayangkan sepenuhnya.

5.2 Saran

Semakin banyaknya tayangan yang memuat perilaku agresif dalam tayangannya diharapkan masyarakat mampu untuk memilih mana tayangan mana yang benar – benar mendidik untuk ditonton dan tayangan mana yang tidak pantas ditonton. Diharapkan juga masyarakat bisa menjadi filter terhadap tayangan – tayangan tersebut. Dan juga


(3)

79

untuk perusahaan pertelevisian diharapkan untuk selalu mengedepankan muatan pendidikan dalam setiap tayangannya demi mencerdaskan bangsa.


(4)

 

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Syaifudin. 2002. Sikap Manusia. Yogyakarta : Pustaka Belajar Badan Pusat Statistik Jawa Timur. 2009. Surabaya Dalam Angka 2009

Bungin, Burhan, Prof. Dr. H. M. S.sos, M.si. 2005. Metodologi Penelitian

Kuantitatif, Edisi Pertama, Kencana, Jakarta

Dayakisni, Ma’rat. 2003. Sikap dan Perilaku. Jakarta : Bina Pustaka

Effendy, onong Uchjana. 1993. Dinamika Kounikasi, Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Kuswandi, Wawan. 1996.Komunikasi Massa Sebuah Analisa Media Televisi. Bandung : Rosdakarya

Mcquail, Dennis. 2005. Teeori Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Jakarta : Erlannga

Morissan. 2005. Media Penyiaran : Strategi Mengelola Radio dan Televisi. Tangerang : Ramadina Prakarsa

Pane, Teddy Resmiari, 2003. Speak Out – Panduan Praktis dan Jitu Memasuki

Dunia Broadcasting dan Public Speaking, Jakarta : PT Gamedia Pustaka

Utama

Ridwan, M.Ag. 2006. Kekerasan Berbasis Gender, Yogyakarta : Pusat Studi Gender & Fajar Pustaka

Sendjaja, Sasa Djuarsa. 1993. Pengantar Ilmu Komunikasi, Dept. Pendidikan dan Kebudayaan, Universitas Terbuka

Singarimbun, Misri dan Sofian Efendy, 1995. Metode Penelitian Survey, Yogyakarta : Pustaka LP3ES

Sugiyono, 2002. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D, Bandung : Al Fabeta

Wahidin, Samsul., 2006. Filter Komunikasi Media Elektronika, Yogyakarta : Pustaka Pelajar


(5)

 

Wahyudi, JB, 1996. Dasar-dasar Jurnalistik Radio dan Televisi, Jakarta : PT Pustaka Utama Grafiti

Wasito, 1980. Kamus Lengkap Inggris Indonesia, Malang : Angkasa Offset Wiryanto, 2000. Teori Komunikasi Massa, Jakarta : Grasindo

NON BUKU id.wikipedia.org www.vivanews.com www.kpi.go.id www.antv.com www.google.com www.indorating.com

 

     


(6)