MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SD MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BRAIN BASED LEARNING (BBL) : Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas V dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Kecamatan Haurwangi Kabupaten Cianjur

(1)

BASED LEARNING (BBL)

(Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas V dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Kecamatan Haurwangi Kabupaten Cianjur)

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Dasar

Oleh:

AAM LASMANAH 1308119

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

MOTIVASI BELAJAR SISWA SD MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BRAIN

BASED LEARNING (BBL)

Oleh Aam Lasmanah

Nim 1308119

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Prodi Pendidikan Dasar

© Aam Lasmanah 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,


(3)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SD MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BRAIN

BASED LEARNING (BBL)

Oleh Aam Lasmanah

1308119

Disetujui oleh: Pembimbing

Drs. Turmudi, M.Ed., M.Sc., Ph.D. NIP. 196101121987031003

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Dasar Sekolah Pascasarjana

Universitas Pendidikan Indonesia

DR. Hj. Ernawulan Syaodih, M.Pd. NIP.196510011998022001


(4)

ABSTRAK

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis dan Motivasi Belajar Siswa SD Melalui Model Pembelajaran Brain Based Learning (BBL).

Aam Lasmanah 1308119

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pencapaian kemampuan berpikir kritis matematis, peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis, pencapaian motivasi belajar dan peningkatan motivasi belajar siswa pada pembelajaran matematika melalui model pembelajaran

Brain Based Learning. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen kuasi, desain

penelitiannya menggunakan nonequivalent control group design dengan sampel siswa kelas V SD di Kabupaten Cianjur. Hasil penelitian diperoleh bahwa pencapaian kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol, peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol dengan klasifikasi peningkatan sedang, pencapaian motivasi belajar kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol dan peningkatan motivasi belajar kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol dengan klasifikasi peningkatan sedang.

Kata kunci: Brain Based Learning (BBL), kemampuan berpikir kritis matematis, motivasi belajar


(5)

ABSTRACT

Improving Mathematical Critical Thinking Competency and Learning Motivation of Elementary School Students Throught Brain Based Learning (BBL).

Aam Lasmanah 1308119

This research aims to determine the achievement of mathematical critical thinking competency, increasing mathematical critical thinking competency, achievement learning motivation and increasing learning motivation in mathematic lesson throught Brain Based Learning (BBL). This research using experiment quasy, design research using a nonequivalent control group with a sample of fifth grade elementary school students in Cianjur. The result showed that the achievement mathematical critical thinking competency student in experiment class better than control class, increasing mathematical critical thinking competency in experiment class better than control class with classification modest increasing, achievement learning motivation experiment class better than the control class and increasing learning motivation experimental class better than the control class with classification modest increasing.

Keywords: Brain Based Learning (BBL), mathematical critical thinking competency, learning motivation


(6)

DAFTAR ISI

halaman

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Struktur Organisasi Tesis ... 10

Bab II KAJIAN PUSTAKA ... 11

A. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 11

B. Motivasi Belajar ... 16

C. Model Pembelajaran BBL ... 19

D. Penelitian yang Relevan ... 31

E. Definisi Operasional ... 34

F. Hipotesis ... 35

Bab III METODE PENELITIAN ... 36

A. Desain Penelitian ... 36

B. Populasi dan Sampel ... 37

C. Instrumen Penelitian ... 37

D. Teknik Pengumpulan Data ... 50

E. Prosedur Penelitian ... 51


(7)

Bab IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 60

A. Gambaran Umum Kegiatan Pembelajaran Brain Based Learning (BBL) ... 60

B. Pengolahan Data ... 74

1. Analisis Data Kemampuan Berpikir Kritis ... 74

2. Analisis Data Motivasi Belajar ... 86

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 97

1. Pencapaian dan Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 97

2. Pencapaian dan Peningkatan Motivasi Belajar ... 100

Bab V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ... 103

A. Simpulan ... 103

B. Implikasi ... 103

C. Rekomendasi ... 104

DAFTAR PUSTAKA ... 105

Daftar Lampiran ... 108


(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 38

Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 39

Tabel 3.3 Kalisfikasi Koefisien Korelasi Validitas Instrumen... 41

Tabel 3.4 Hasil Analisis Validitas Butir Soal Kemampuan Berpikir Kritis .... 42

Tabel 3.5 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas Instrumen ... 43

Tabel 3.6 Hasil Analisis Reliabilitas Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis . 43 Tabel 3.7 Klasifikasi Indeks Daya Pembeda Butir Soal ... 44

Tabel 3.8 Hasil Analisis Daya Pembeda Butir Soal ... 44

Tabel 3.9 Klasifikasi Indeks Kesukaran Butir Soal ... 45

Tabel 3.10 Rumusan Masalah ... 45

Tabel 3.11 Kisi-Kisi Instrumen Angket Motivasi Belajar ... 47

Tabel 3.12 Skor Skala Motivasi Belajar ... 48

Tabel 3.13 Hasil Analisis Validitas Butir Pernyataan Angket Motivasi Belajar 49

Tabel 3.14 Klasifikasi N-gain ... 57

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 75

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Data Pretes Kemampuan Berpikir Kritis ... 77

Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas Data Pretes Kemampuan Berpikir Kritis ... 78

Tabel 4.4 Hasil Uji t Data Pretes Kemampuan Berpikir Kritis ... 79

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Data Postes Kemampuan Berpikir Kritis ... 80

Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Data Postes Kemampuan Berpikir Kritis .. 81

Tabel 4.7 Hasil Uji t’ Data Postes Kemampuan Berpikir Kritis ... 82

Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Data N-gain Kemampuan Berpikir Kritis ... 83

Tabel 4.9 Hasil Uji Homogenitas Data N-gain Kemampuan Berpikir Kritis .. 84

Tabel 4.10 Hasil Uji t’ Data N-gain Kemampuan Berpikir Kritis ... 85

Tabel 4.11 Klasifikasi N-gain Kemampuan Berpikir Kritis ... 86

Tabel 4.12 Statistik Deskriptif Motivasi Belajar ... 87

Tabel 4.13 Hasil Uji Normalitas Data Pretes Motivasi Belajar ... 88


(9)

Tabel 4.15 Hasil Uji t’ Data Pretes Motivasi Belajar ... 90

Tabel 4.16 Hasil Uji Normalitas Data Postes Motivasi Belajar ... 91

Tabel 4.17 Hasil Uji Homogenitas Data Postes Motivasi Belajar ... 91

Tabel 4.18 Hasil Uji t Data Postes Motivasi Belajar ... 93

Tabel 4.19 Hasil Uji Normalitas Data N-gain Motivasi Belajar ... 94

Tabel 4.20 Hasil Uji Homogenitas Data N-gain Motivasi Belajar ... 95

Tabel 4.21 Hasil Uji t Data N-gain Motivasi Belajar ... 96


(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1 Pelaksanaan pretes di kelas eksperimen ... 61

Gambar 4.2 Pelaksanaan pretes pada kelas control ... 61

Gambar 4.3 Aktivitas siswa melakukan Brain Gym ... 63

Gambar 4.4 Siswa mengerjakan LKS secara berkelompok ... 64

Gambar 4.5 Siswa melakukan peregangan ... 65

Gambar 4.6 Aktivitas siswa mencari unsur-unsur kubus dan balok ... 67

Gambar 4.7 Aktivitas siswa pada tahap perayaan ... 68

Gambar 4.8 Aktivitas kelompok membuat jaring-jaring balok ... 69

Gambar 4.9 Aktivitas kelompok membuat jaring-jaring kubus ... 70


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran A Perangkat Pembelajaran

Lampiran A.1 Silabus Pembelajaran ... 109

Lampiran A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 113

Lampiran A.3 Lembar Kerja Siswa ... 154

Lampiran B Instrumen Penelitian Lampiran B.1 Kisi-Kisi Soal Kemampuan Berpikir Kritis Kritis ... 173

Lampiran B.2 Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 176

Lampiran B.3 Alternatif Jawaban Soal Kemampuan Berpikir Kritis ... 180

Lampiran B.4 Kisi-Kisi Instrumen Angket Motivasi Belajar ... 183

Lampiran B.5 Angket Motivasi Belajar ... 188

Lampiran C Hasil Analisis Uji Coba Instrumen Lampiran C.1 Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Berpikir Kritis Soal ... 191

Lampiran C.2 Analisis Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis Belajar ……… 192

Lampiran C.3 Hasil Uji Coba Angket Motivasi Belajar ... 200

Lampiran C.4 Analisis Uji Validitas Angket Motivasi Belajar ... 202

Lampiran D Hasil Penelitian Lampiran D.1 Data Pretes, Postes dan N-gain Kemampuan Berpikir Kritis Kritis ... 203

Lampiran D.2 Analisis Data Pretes, Postes dan N-gain Kemampuan Berpikir Kritis Kritis ... 211

Lampiran D.3 Data Pretes, Postes dan N-gain Motivasi Belajar Kritis ... 217

Lampiran D.4 Analisis Data Pretes, Postes dan N-gain Motivasi Belajar ... 243

Lampiran E Surat Penelitian Lampiran E.1 Surat Izin Penelitian Lampiran E.2 Surat Keterangan Penelitian Lampiran F Riwayat Hidup Penulis ... 249


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Globalisasi dapat mengakibatkan restrukturisasi dunia. Proses ini disertai banjirnya informasi yang melanda dunia dan berdampak terhadap kehidupan nyata. Pendidikan sangat penting dalam menghadapi era globalisasi ini, oleh karena itu pemerintah Indonesia mencanangkan program wajib belajar 9 tahun bahkan akan menjadi wajib belajar 12 tahun, program ini bertujuan supaya masyarakat Indonesia mampu menghadapi berbagai tantangan pada era globalisasi ini. Dengan adanya kebijakan pemerintah yang mewajibkan masyarakatnya sekolah minimal selama 9 tahun atau setara dengan lulus pendidikan dasar dari SD sampai SMP diharapkan masyarakat Indonesia dapat memiliki pengetahuan yang akan berguna bagi kehidupannya kelak.

Pendidikan secara universal memiliki tujuan agar menciptakan manusia yang mandiri, Semiawan (2009, hlm. 8) menyatakan bahwa “salah satu ciri esensial dari kemandirian adalah secara ekonomis sosial, secara moral bertanggung jawab atas keputusan-keputusan yang bersifat rasional maupun emosional”. Zaman yang terus berkembang ini menuntut pendidikan yang berkualitas agar mampu bersaing pada era globalisasi ini. Pada era globalisasi, pengetahuan masyarakat terus menerus mempengaruhi situasi, semakin meluas, dan tidak lengkap. Karena kondisi yang terus menerus berubah-ubah maka bukan saja diperlukan pemahaman, tetapi tindakan dan refleksi yang disertai ciri-ciri: fleksibilitas, keterbukaan, berpikir kreatif dan berpikir kritis. Kemampuan-kemampuan tersebut dapat kita asah sejak dini, salah satunya adalah melalui kegiatan pembelajaran matematika di Sekolah Dasar.

Matematika sebagai salah satu mata pelajaran pokok di Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi, karena pelajaran matematika dipandang sangat penting dalam kehidupan. Mata pelajaran matematika merupakan ratu dan pelayan dalam ilmu pengetahuan seperti yang diungkapkan Bell (dalam Rusmini, 2008), dari kedudukan sebagai ratu ilmu pengetahuan tersirat bahwa matematika itu sebagai suatu ilmu yang berfungsi untuk melayani ilmu pengetahuan yang lain. Dengan


(13)

perkataan lain matematika tumbuh dan berkembang untuk dirinya sendiri sebagai suatu ilmu, juga melayani kebutuhan ilmu pengetahuan dalam pengembangan dan operasionalnya.

Kontribusi pendidikan matematika yang diungkapkan oleh Suryadi (2007, hlm. 170) bahwa “sedikitnya dapat ditinjau dari tiga hal yaitu dari kebutuhan perkembangan anak, masyarakat, dan dunia kerja”. Agar materi matematika yang diberikan dapat menunjang kebutuhan perkembangan anak, maka dalam pengembangan kurikulumnya (yang mencakup desain, implementasi, dan evaluasi) antara lain perlu memperhatikan perkembangan kognitif anak dan kemampuan berpikirnya, serta tuntutan kemampuan dasar matematik (conceptual

understanding, procedural fluency, productive disposition, strategic competence, dan adaptive reasoning) yang diperlukan untuk melanjutkan studi ke jenjang yang

lebih tinggi. Selain itu kemampuan berpikir matematika relevan untuk menunjang kehidupan di masyarakat dan dunia kerja serta memungkinkan dikembangkan melalui kegiatan bermatematika (doing mathematics) perlu juga menjadi perhatian serius.

Sejalan dengan fungsi dan kontribusi matematika di atas, para ahli di bidang matematika menyampaikan lima kemampuan matematis yang harus dikuasai siswa mulai dari tingkat dasar sampai tingkat menengah yang tercantum dalam kurikukulum KTSP 2006, antara lain:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antara konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau, menjelaskan gagasan dan pernyataan matematis.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematis, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk menjelaskan kedaan masalah.


(14)

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Dalam Standar Kurikulum National Council of Teachers of Mathematics (NCTM, 2000) juga merumuskan lima kemampuan matematika yang harus dikuasai oleh siswa, yaitu kemampuan komunikasi, penalaran, pemecahan masalah, koneksi dan pembentukan sikap positif dalam matematika. Sejalan dengan hal tersebut, Sumarmo (2013, hlm. 124) mengatakan bahwa “pengembangan matematika memiliki dua visi, pertama mengarahkan pembelajaran matematika untuk pemahaman konsep dan ide matematika yang kemudian diperlukan untuk menyelesaikan masalah matematika dan ilmu pengetahuan lainnya, dan visi kedua dalam arti yang lebih luas dan mengarah ke masa depan, matematika memberikan kemampuan menalar yang logis, sistematik, kritis dan cermat, menumbuhkan percaya diri, dan rasa keindahan terhadap keteraturan sifat matematika, serta mengembangkan sikap obyektif dan terbuka yang sangat diperlukan dalam menghadapi masa depan yang selalu berubah”.

Salah satu kemampuan di atas yang harus dimiliki siswa setelah belajar matematika adalah diharapkan memiliki kemampuan berpikir kritis, kemampuan ini sangat berguna bagi kehidupannya sehari-hari dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi. Kemampuan berpikir kritis ini sangat perlu untuk dikembangkan sejak dini, agar siswa mampu menghadapi tantangan masa depan yang semakin sulit. Seperti yang dijelaskan sebelumnya tantangan pada era globalisasi dengan segala kemudahan dan masalah akan selalu menyertai. Oleh karena itu, pembangunan pendidikan harus dapat mengantisipasi kecenderungan-kecenderungan global yang akan terjadi.

Dikarenakan hal tersebut, maka perlu pembiasaan siswa tentang permasalahan matematika yang menuntut kemampuan berpikir kritis sehingga siswa tidak akan merasa kesulitan dalam memecahkan segala permasalahan yang dihadapi karena dengan memiliki kemampuan berpikir kritis yang baik dapat membentuk sikap yang rasional. Kemampuan berpikir kritis ini tidaklah muncul secara tiba-tiba dalam diri siswa, namun kemampuan ini harus dilatih dalam setiap pembelajaran. Khususnya pada pembelajaran matematika harus mengarah pada


(15)

pengembangan kemampuan berpikir kritis dengan harapan dapat membentuk generasi penerus bangsa yang menjadi pemikir-pemikir kritis, jujur dan bermartabat. Sehingga kelak akan memiliki kemampuan dalam menghadapi berbagai tantangan dan dapat bertahan hidup secara manusiawi dengan penuh rasa percaya diri dalam menghadapi era globalisasi. Permasalahan yang dihadapi sekarang adalah pengembangan kemampuan berpikir kritis siswa di tingkat pendidikan dasar belum tertangani secara sistematis sehingga siswa memiliki kemampuan berpikir kritis yang masih rendah. Pendidikan pada masa sekarang ini dianggap sangat mempersempit wawasan siswa, karena guru tidak membantu para siswanya untuk berpikir kritis.

Hasil penelitian yang menunjukkan rendahnya kemampuan berpikir kritis matematis, di Bandung dari Tim Survey IMSTEP-JICA (dalam Fachrurazi, 2011, hlm. 77) menemukan bahwa siswa di Bandung masih sulit dalam kegiatan pembuktian pemecahan masalah yang memerlukan penalaran matematis, menemukan, generalisasi atau konjektur, dan menemukan hubungan antara data-data atau fakta yang diberikan. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang memerlukan kemampuan berpikir kritis. Hasil penelitian yang lain yaitu Windayana (2007, hlm. 35) memperlihatkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa sekolah dasar masih rendah. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata skor tes awal siswa yang hanya memperoleh 5,80, artinya rata-rata tersebut masih rendah kemampuan berpikir kritis matematis siswanya.

Berdasarkan latar belakang tersebut, sebaiknya guru melakukan pembaharuan dalam pembelajaran matematika. Kemampuan berpikir kritis siswa akan berkembang dengan baik apabila siswa mendapatkan pembelajaran matematika dengan baik. Agar siswa dapat menerima pelajaran matematika dengan baik maka perlu ditanamkan motivasi belajar siswa terhadap matematika, karena dengan adanya motivasi belajar ini akan menentukan intensitas usaha belajar matematika yang dilakukan oleh siswa.

Motivasi belajar yang perlu ditanamkan selama pembelajaran matematika yaitu dengan menumbuhkan dorongan yang kuat dan kebutuhan belajar, menumbuhkan perhatian dan minat matematika, melatih keuletan dan ketekunan dalam menghadapi kesulitan, serta menumbuhkan hasrat dan keinginan untuk


(16)

berhasil. Pada kenyataannya, motivasi belajar pada matematika siswa masih tergolong rendah. Hal ini diungkapkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Abdianto (2011) bahwa hasil pretes di kelas 1 SDN 4 Banjarejo tahun ajaran 2010/2011, dari hasil ulangan materi penjumlahan dan pengurangan bilangan 1 sampai 20 masih rendah. Dari hasil pretest ini menunjukkan bahwa lebih dari 60% siswa masih memiliki kemampuan yang rendah dalam menghitung, hal yang terjadi akibat kurangnya motivasi belajar siswa ketika pembelajaran.

Kurangnya motivasi belajar matematika diungkapkan juga oleh Ansjar (dalam Bahtiar, 2010) bahwa tidak banyak siswa yang tidak mengeluh apalagi merasa nyaman dengan matematika. Hal ini membuat siswa merasa kurang minat, kurang motivasi, bahkan ada siswa yang membenci matematika. Tanpa motivasi belajar yang cukup, siswa tidak mungkin dapat melakukan pembelajaran secara baik dan hasil yang maksimal. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru di Sekolah Dasar Kabupaten Cianjur, menyatakan bahwa motivasi belajar siswa kelas 5 di sekolah tersebut masih tergolong rendah dengan ditandai pada setiap kegiatan pembelajaran matematika, siswa terlihat berleha-leha dan siswa menyatakan bahwa matematika merupakan pelajaran yang sangat sulit dan membosankan sehingga siswa malas mengikuti pembelajaran matematika. Hal ini mungkin disebabkan oleh permasalahan dalam proses pembelajaran yang masih

teacher centered (berpusat pada guru).

Untuk mengatasi permasalahan di atas, salah satu alternatifnya adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang berlandaskan pada teori konstruktivisme dan menyenangkan pada pembelajaran matematika. Pada kenyataannya pembelajaran matematika yang berlangsung pada sebagian besar Sekolah Dasar ini masih mengutamakan kemampuan prosedural saja, yakni dengan menggunakan strategi ekspositori. Strategi ekspositori ini berpusat pada guru (teacher centered) yaitu pada proses pembelajarannya, guru memberikan penjelasan beberapa contoh soal kemudian siswa diberikan latihan soal, pada kegiatan pembelajaran matematika menggunakan pembelajaran ekspositori siswa tidak dilatih untuk berpikir kritis dan siswa pun merasa bosan ketika pembelajaran matematika yang seperti itu.


(17)

Strategi ekspositori masih dilakukan oleh sebagian besar guru di Sekolah Dasar ketika pembelajaran matematika, padahal pada tahun 2014 ini pemerintah mengharapkan sudah menerapkan kurikulum 2013 dengan menggunakan pendekatan saintifik dan tematik dalam pembelajarannya. Sejalan dengan kurikulum 2013 yang mana pada proses pembelajarannya melibatkan keaktifan siswa (student centre) dan merupakan pembelajaran yang dirancang dengan kegiatan yang menyenangkan bagi siswa, maka model pembelajaran Brain Based

Learning (BBL) yang berlandaskan pada teori konstruktivisme dan melibatkan

keaktifan siswa (student centre) serta merupakan pembelajaran yang menyenangkan diduga dapat menjadi alternatif model pembelajaran matematika yang dapat digunakan pada masa sekarang ini.

Pembelajaran matematika masa kini sebaiknya menggunakan model yang berlandaskan pada teori konstruktivisme, adapun pandangan para ahli teori konstruktivisme dalam Suryadi (2007, hlm. 164) menegaskan bahwa pengetahuan matematika dibentuk melalui tiga prinsip dasar, yaitu: (1) pengetahuan tidak diterima secara pasif, pengetahuan dibentuk atau ditemukan secara aktif oleh anak seperti yang disarankan oleh Piaget bahwa pengetahuan matematika sebaiknya dikonstruksi oleh anak sendiri bukan diberikan dalam bentuk jadi. (2) menurut Dienes bahwa anak mengkonstruksi pengetahuan matematika baru melalui refleksi terhadap aksi-aksi yang dilakukan baik yang bersifat fisik maupun mental, mereka melakukan observasi untuk menemukan keterkaitan dan pola serta membentuk generalisasi dan abstraksi. dan (3) Bruner berpandangan bahwa belajar, merefleksikan suatu proses sosial yang di dalamnya anak terlibat dalam dialog dan diskusi baik dengan diri mereka sendiri maupun orang lain termasuk guru sehingga mereka berkembang secara intelektual. Prinsip ini pada dasarnya menyarankan bahwa anak sebaiknya tidak hanya terlibat dalam manipulasi material, pencarian pola, penemuan algoritma, dan menghasilkan solusi yang berbeda, akan tetapi juga dalam mengkomunikasikan hasil observasi mereka, membicarakan adanya keterkaitan, menjelaskan prosedur yang mereka gunakan serta memberikan argumentasi atas hasil yang mereka peroleh.

Selain hal tersebut, suasana pembelajaran yang menyenangkan hendaknya diusahakan pendidik dengan memperhatikan struktur dan fungsi otak, karena otak


(18)

merupakan bagian terpenting dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Desmita (2012, hlm. 94) “otak anak mempunyai kemampuan besar untuk menyusun ribuan sambungan antar neuron”. Namun, kemampuan itu berhenti pada usia 10-11 tahun jika tidak dikembangkan dan digunakan. Oleh karena itu, untuk terus meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif anak, proses pematangan otak harus diiringi dengan peluang-peluang untuk mengalami dunia yang makin luas. Rakhmat (2005, hlm.13) mengatakan bahwa “belajar itu harus berbasis otak”. Dengan kata lain revolusi belajar dimulai dari otak. Otak adalah organ paling vital manusia yang selama ini kurang dipedulikan oleh guru dalam pembelajaran. Menurut Kommer (2000, hlm.5) bahwa “emosi dan kekuatan otak kita saling terkait, sehingga membuat emosi menjadi sumber signifikan dari pembelajaran”.

Dari uraian di atas, penulis ingin mencoba melakukan penelitian pada pembelajaran matematika dengan menggunakan model Brain Based Learning

(BBL) untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis dan motivasi

belajar siswa SD. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nahdi (2014) yang berjudul “Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Penalaran Matematis Siswa SD Melalui Model Brain Based Learning (BBL)”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan berpikir kritis dan penalaran matematis yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan BBL lebih baik daripada siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional, penelitian serupa juga dilakukan oleh Mulyani (2014) dengan judul “Brain Based Learning untuk

Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Komunikasi Matematis serta Motivasi Belajar Siswa Sekolah Menengah Pertama”, hasil penelitiannya juga menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan koneksi dan komunikasi matematis serta motivasi belajar siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan

Brain Based Learning lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran

konvensional serta terdapat korelasi antara kemampuan koneksi dengan komunikasi matematis siswa dan kemampuan komunikasi dengan motivasi belajar siswa dengan kategori sedang serta korelasi antara kemampuan koneksi dan motivasi belajar dengan kategori rendah.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis dan motivasi


(19)

belajar siswa melalui model pembelajaran Brain Based Learning (BBL). Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen kuasi dengan kelas eksperimennya menggunakan model Brain Based Learning dan sebagai kelas kontrolnya menggunakan pembelajaran ekspositori. Upaya ini, penulis tuangkan dalam sebuah penelitian dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis dan Motivasi Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Brain Based

Learning (BBL)”. Penelitian ini akan diimplementasikan di kelas V siswa Sekolah

Dasar.

B.Rumusan Masalah

Masalah utama yang perlu dijawab melalui penelitian ini adalah “Apakah model pembelajaran Brain Based Learning (BBL) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis dan motivasi belajar siswa kelas V Sekolah Dasar secara signifikan?”. Dari rumusan masalah tersebut, maka pertanyaan -pertanyaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah pencapaian kemampuan berpikir kritis siswa yang menggunakan model pembelajaran Brain Based Learning (BBL) lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran ekspositori?

2. Apakah peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yang belajar dengan model pembelajaran Brain Based Learning (BBL) lebih baik daripada siswa yang belajar matematika dengan pembelajaran ekspositori?

3. Apakah pencapaian motivasi belajar siswa yang belajar dengan model pembelajaran Brain Based Learning (BBL) lebih baik daripada siswa yang belajar matematika dengan pembelajaran ekspositori?

4. Apakah peningkatan motivasi belajar siswa yang belajar dengan model pembelajaran Brain Based Learning (BBL) lebih baik daripada siswa yang belajar matematika dengan pembelajaran ekspositori?

C.Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini disesuaikan berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:


(20)

1. Menelaah pencapaian kemampuan berpikir kritis matematis siswa SD yang memperoleh model pembelajaran Brain Based Learning (BBL) dan siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pembelajaran ekspositori.

2. Menelaah peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa SD yang memperoleh model pembelajaran Brain Based Learning (BBL) dan siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pembelajaran ekspositori.

3. Menelaah pencapaian motivasi belajar siswa yang memperoleh pembelajaran

Brain Based Learning (BBL) dan siswa yang memperoleh pembelajaran

dengan pembelajaran ekspositori.

4. Menelaah peningkatan motivasi belajar siswa yang memperoleh pembelajaran

Brain Based Learning (BBL) dan siswa yang memperoleh pembelajaran

dengan pembelajaran ekspositori.

D.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat bagi semua pihak yang berkaitan dengan pendidikan, terutama bagi guru dan siswa yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran di kelas, adapun manfaat penelitian tersebut adalah:

1. Manfaat bagi guru

a. Menambah pengetahuan guru dalam menggunakan model pembelajaran berbasis otak (Brain Based Learning).

b. Menambah pengalaman guru dalam menyajikan pembelajaran yang menyenangkan di sekolah yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan motivasi belajar matematika siswa.

2. Manfaat bagi siswa

a. Menambah pengetahuan siswa mengenai cara belajar yang menyenangkan sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan motivasi belajar matematika siswa.


(21)

b. Menambah pemahaman siswa bahwa memiliki kemampuan berpikir kritis dan motivasi belajar matematika akan mempermudah dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.

E.Struktur Organisasi Tesis

Untuk memudahkan dalam memahami permasalahan dan pembahasan penulisan tesis ini, maka menggunakan sistematika sebagai berikut:

1. Bab I Pendahuluan, berisi latar belakang penelitian; rumusan masalah; tujuan penelitian; dan manfaat penelitian dan struktur organisasi tesis.

2. Bab II Kajian Pustaka, menjelaskan tentang kemampuan berpikir kritis, motivasi belajar dan model pembelajaran Brain Based Learning (BBL); penelitian yang relevan, definisi operasional dan hipotesis penelitian.

3. Bab III Metode Penelitian, menggambarkan beberapa komponen diantaranya lokasi dan subyek penelitian; metode dan desain penelitian; prosedur dan pelaksanaan penelitian; instrumen penelitian; teknik pengumpulan data; dan teknik analisis data.

4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, yakni membahas analisis data secara kuantitatif dan kualitatif sehingga menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah dan hipotesis penelitian.

5. Bab V Simpulan dan Saran, menjelaskan tafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian. Saran ditujukan kepada peneliti selanjutnya dan para pemerhati pendidikan serta para pendidik.


(22)

(23)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Desain Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pencapaian dan perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis dan motivasi belajar siswa melalui penggunaan model Brain Based Learning (BBL) dan pembelajaran ekspositori. Dengan demikian, penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, karena penelitian ini tidak menggunakan kelas secara acak tetapi menerima keadaan subjek apa adanya, maka penelitian ini menggunakan kuasi eksperimen. Menurut Sugiyono (2015, hlm.114) bahwa bentuk desain kuasi eksperimen ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.

Penelitian kuasi eksperimen ini terdiri dari dua kelompok, kelompok 1 (kelompok eksperimen) yaitu kelompok yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan model Brain Based Learning (BBL), dan kelompok 2 (kelompok kontrol) yaitu kelompok siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan menggunakan pembelajaran ekspositori. Penerapan kedua pembelajaran ini memiliki tujuan yang sama yaitu ingin meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis dan motivasi belajar siswa.

Sebelum pelaksanaan pembelajaran, kelas eksperimen dan kelas kontrol diberikan pretes terlebih dahulu dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam berpikir kritis matematis dan motivasi belajar siswa. Setelah diberikan perlakuan, siswa pada masing-masing kelas tersebut diberikan postes untuk mengetahui kemampuan akhir siswa dalam hal yang sama. Skor yang dihasilkan dari pretes dan postes digunakan untuk mengetahui peningkatan (N-gain) yang diperoleh oleh kedua kelompok, N-gain yang dihasilkan dari masing-masing kelompok akan dibandingkan secara statistik. Instrumen tes maupun nontes yang digunakan pada pretes dan postes kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sama.

Pada penelitian ini, pretes dan postes melibatkan dua kelompok yang berbeda yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Desain penelitian


(24)

yang digunakan pada penelitian ini adalah Nonequivalent Groups Pretest-Postest

Design (Mc. Millan dan Schumacher, 2001, hlm. 342), yaitu:

Group Pretest Treatment Posttest

A O X O

B O O

Keterangan:

A : Kelas Eksperimen B : Kelas Kontrol

O : Pretest dan Posttest kemampuan berpikir kritis matematis dan motivasi belajar X : Perlakuan pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran Brain

Based Learning (BBL)

B.Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD di salah satu sekolah yang beralamat di Desa Haurwangi Kecamatan Haurwangi Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat. Siswa kelas V sebanyak 96 orang terbagi ke dalam tiga kelas, yaitu kelas A, B, dan C. Sampel pada penelitian ini tidak secara random namun menggunakan purposive sample yaitu menerima apa adanya sampel, yang menjadi sampel pada penelitian adalah kelas B sebagai kelas eksperimen dan kelas C sebagai kelas kontrol. Pada kelas eksperimen memperoleh pembelajaran dengan model Brain Based Learning (BBL) sebanyak 32 orang siswa, sedangkan untuk kelas kontrol yaitu kelas C sebanyak 30 orang siswa memperoleh pembelajaran ekspositori.

C.Instrumen Penelitian

Instrumen pada penelitian ini meliputi instrumen tes dan instrumen nontes. Instrumen tes dalam penelitian ini berupa soal tes kemampuan berpikir kritis dalam bentuk uraian. Adapun instrumen non tes dalam penelitian ini berupa angket motivasi belajar yang akan mengukur motivasi belajar siswa.

1. Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

Tes kemampuan berpikir kritis diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum dan sesudah pemberian perlakuan. Pretes dilakukan untuk


(25)

mengetahui kemampuan awal kemampuan berpikir kritis matematis siswa sebelum diberi perlakuan. Sedangkan postes dilakukan untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis matematis siswa setelah diberi perlakuan. Soal pretes dan postes ini memuat indikator-indikator kemampuan berpikir kritis matematis serta mengacu pada standar kompetensi dan kompetensi dasar dari materi yang dipelajari saat pembelajaran berlangsung. Soal-soal yang disajikan pada postes serupa dengan soal-soal yang disajikan pada pretes.

Sebelum dijadikan sebagai soal pretes dan postes, instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini diujicobakan terlebih dahulu pada 32 orang siswa kelas 6. Instrumen yang diujicobakan berupa 8 soal uraian mengenai kemampuan berpikir kritis matematis. Adapun indikator kemampuan berpikir kritis matematis pada instrumen tes yang diujicobakan disajikan pada tabel berikut.

Tabel 3.1

Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Matematis pada Uji Coba Instrumen Aspek Indikator kemampuan yang diukur Nomor Soal Kemampuan

Berpikir Kritis

Kemampuan memfokuskan permasalahan 1,5 Kemampuan memberi penjelasan

sederhana

2,6

Kemampuan menyusun strategi 3,7

Kemampuan mengambil kesimpulan 4,8

Pemilihan bentuk tes uraian ini bertujuan untuk melihat proses pengerjaaan yang dilakukan siswa agar dapat diketahui sejauh mana siswa mampu berpikir kritis matematis. Untuk memberikan penilaian yang objektif, dibuat pedoman penskoran untuk tes kemampuan berpikir kritis matematis sebagai berikut:


(26)

Tabel 3.2

Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Aspek yang

diukur

Reaksi terhadap soal/masalah Skor

Memfokuskan pertanyaan

Tidak ada respon 0

Jawaban tidak ada yang tepat 1

Menemukan hal-hal yang penting, tetapi masih salah dalam membuat kesimpulan

2

Menemukan dan mendeteksi hal-hal yang penting dengan tepat, tetapi masih ada yang kurang dalam membuat kesimpulan

3

Menemukan dan mendeteksi hal-hal yang penting dengan tepat dan membuat kesimpulan dengan tepat

4

Memberi penjelasan sederhana

Tidak ada respon 0

Jawaban tidak ada yang tepat 1

Menemukan hal-hal yang penting, tetapi tidak memberi alasan

2

Menemukan dan mendeteksi ha-hal yang penting, tetapi memberi alasan yang belum tepat

3

Menemukan dan mendeteksi hal-hal yang penting dan memberikan alasan dengan tepat

4

Menyusun strategi

Tidak ada respon 0

Jawaban tidak ada yang tepat 1

Menemukan hal-hal yang penting, tetapi tidak menjelaskan strategi yang digunakan

2

Menemukan dan mendeteksi hal-hal yang penting, tetapi memberi penjelasan tentang strateginya kurang tepat

3

Menemukan dan mendeteksi hal-hal yang penting dan memberikan penjelasan strateginya dengan tepat

4


(27)

mengambil kesimpulan

Memberikan hasil atau langkah yang kurang tepat 1 Memberikan hasil yang tepat, tetapi langkah masih kurang tepat

2

Memberikan hasil yang tepat dan langkah yang tepat, tetapi salh dalam mengambil kesimpulan

3

Memberikan hasil yang tepat, langkah yang tepat, dan mengambil kesimpulan yang tepat

4

Bahan tes diambil dari materi pelajaran matematika SD kelas V semester genap pada materi bangun datar dan bangun ruang. Sebelum soal-soal diujicobakan, peneliti meminta pertimbangan dosen pembimbing untuk memberikan penilaian terhadap soal-soal tersebut. Peneliti bersama dengan rekan-rekan mahasiswa S2 Pendidikan Dasar angkatan 2013 mendiskusikan kelayakan soal kemudian dengan guru wali kelas V Sekolah Dasar di Kecamatan Haurwangi.

Setelah uji kelayakan instrumen, maka peneliti melakukan ujicoba instrumen dan diberi skor sesuai kriteria di atas, selanjutnya dilakukan analisis uji instrumen untuk mengetahui validitas dan reliabilitas dari soal. Analisis uji coba instrumen tes kemampuan berpikir kritis matematis dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS 18 dan Microsoft Office excel 2007.

a. Validitas

Pengujian validitas bertujuan untuk melihat tingkat kesahihan (ketepatan) suatu alat ukur. Sugiyono (2015, hlm.173) menegaskan bahwa “valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya

diukur”. Pengujian validitas uji instrumen tes berpikir kritis akan ditentukan melalui perhitungan korelasi Pearson Product Moment karena datanya berbentuk interval (Suherman, 2003, hlm. 120). Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:


(28)

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

: koefisien korelasi variable X dan Y X : skor dari tiap soal

Y : skor total

N : banyaknya siswa

Dalam hal ini juga ditentukan penafsiran terhadap harga koefisien korelasi r dengan mengkonsultasikannya pada tabel, dengan rtabel = 0,349 ( = 0,05). Soal

dikatakan valid jika rhitung > rtabel. Adapun tolak ukur untuk menginterpretasikan

derajat validitas digunakan kriteria menurut Guilford (Suherman, 2003, hlm. 112) sebagai berikut.

Tabel 3.3

Klasifikasi Koefisien Korelasi Validitas Instrumen Koefisien Korelasi Interpretasi Validitas

0,90 ≤ rxy <1,00 Sangat tinggi 0,70 ≤ rxy < 0,90 Tinggi 0,40 ≤ rxy < 0,70 Sedang 0,20 ≤ rxy < 0,40 Rendah

rxy < 0,20 Sangat Rendah

Dengan menggunakan bantuan software SPSS 18, hasil perhitungan dan interpretasi validitas butir soal untuk tes kemampuan berpikir kritis dalam penelitian ini disajikan dalam tabel berikut ini.


(29)

Tabel 3.4

Hasil Analisis Validitas Butir Soal Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Nomor

soal

rhitung Kesimpulan Kriteria Keterangan

1 0,695 Valid Sedang Digunakan

2 0,613 Valid Sedang Digunakan

3 0,610 Valid Sedang Digunakan

4 0,643 Valid Sedang Digunakan

5 0,776 Valid Sedang Digunakan

6 0,736 Valid Sedang Digunakan

7 0,522 Valid Sedang Digunakan

8 0,669 Valid Sedang Digunakan

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa uji coba validitas untuk tes kemampuan berpikir kritis menunjukkan bahwa koefisien korelasi semua butir soal kemampuan berpikir kritis matematis dengan klasifikasi sedang.

b. Reliabilitas

Reliabilitas tes adalah derajat keajegan (konsistensi) suatu tes. Dengan kata lain reliabilitas mengukur sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg/ konsisten (tidak berubah-ubah). Untuk menghitung reliabilitas pada instrumen tes berpikir kritis matematis dengan bentuk soal uraian digunakan rumus Alpha-Cronbach (Suherman, 2003, hlm.153). Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:

Keterangan :

n = banyak butir soal

si2 = jumlah varians skor setiap item


(30)

Ditentukan penafsiran terhadap harga koefisien reliabilitas r dengan mengkonsultasikan pada tabel, dengan rtabel = 3,49 (α = 0,05). Soal dikatakan

reliabel jika rhitung > rtabel. Kriteria reliabilitas yang digunakan adalah sebagai

berikut (Suherman, 2003, hlm. 139).

Tabel 3.5

Klasifikasi Koefisien Reliabilitas Instrumen

Koefisien reliabilitas r11 Interpretasi Derajat Reliabilitas

r11 ≤ 0,20 Sangat rendah

0,20 ≤ r11 < 0,40 Rendah

0,40 ≤ r11 < 0,70 Sedang

0,70 ≤ r11 < 0,90 Tinggi

0,90 ≤ r11 < 1,00 Sangat tinggi

Dengan menggunakan bantuan Software SPSS 18, hasil perhitungan dan interpretasi klasifikasi reliabilitas soal untuk tes kemampuan berpikir kritis matematis disajikan dalam tabel berikut ini.

Tabel 3.6

Hasil Analisis Reliabilitas Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis

r11 Klasifikasi

0,762 Tinggi

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa uji coba reliabilitas untuk tes kemampuan berpikir kritis diperoleh sebesar 0,762 > rtabel (α = 0,05), hal ini

menunjukkan bahwa koefisien reliabilitas soal kemampuan berpikir kritis matematis termasuk tinggi.

c. Daya Pembeda

Daya pembeda dari suatu butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut memebedakan antara siswa yang mengetahui jawabannya dengan benar dengan siswa yag tidak dapat menjawab soal tersebut atau siswa yang menjawab salah. Dengan kata lain, daya pembeda dari sebuah butir soal adalah kemampuan butir soal tersebut membedakan siswa yang mempunyai


(31)

kemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Perhitungan daya pembeda soal digunakan rumus berikut:

DP = Rata-ratakelas atas – Rata-rata kelas bawah Skor maksimum

Kriteria yang digunakan untuk menginterpretasikan daya pembeda adalah seperti pada tabel berikut. (Suherman, 2003, hlm. 161)

Tabel 3.7

Klasifikasi Indeks Daya Pembeda Butir Soal

Koefisien Korelasi Interpretasi

0, 70 DP 1,00 Sangat Baik

0, 40 DP 0,70 Baik

0, 20 DP 0,40 Cukup

0, 00 DP 0,20 Jelek

DP 0,00 Sangat Jelek

Untuk menghitung daya pembeda soal, peneliti menggunakan Microsoft

office excel 2007. Hasil perhitungan daya pembeda soal tersaji dalam tabel berikut

ini:

Tabel 3.8

Hasil Analisis Daya Pembeda Butir Soal

No. Soal Daya Pembeda Kriteria

1 0,545 Baik

2 0,302 Cukup

3 0,287 Cukup

4 0,255 Cukup

5 0,392 Cukup

6 0,367 Cukup

7 0,230 Cukup

8

0,287 Cukup

d. Analisis Indeks Kesukaran

Indeks kesukaran adalah suatu bilangan yang menyatakan derajat kesukaran suatu butir soal. Suatu soal dapat dikatakan baik indeks kesukarannya jika soal tersebut tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Rumus untuk mengetahui indeks kesukaran tiap butir soal yaitu:


(32)

Tingkat Kesukaran = Rata-rata skor tiap soal Skor maksimum

Indeks tingkat kesukaran soal diinterpretasikan dengan kriteria pada tabel di bawah ini (Suherman, 2003, hlm. 170).

Tabel 3.9

Klasifikasi Indeks Kesukaran Butir Soal

IK Interpretasi

IK = 0,00 Terlalu sukar 0,00 < IK ≤ 0,30 Sukar 0,30 < IK ≤ 0,70 Sedang

0,70 < IK <1,00 Mudah IK = 1,00 Terlalu mudah

Dalam penghitungan Indeks Kesukaran soal, peneliti menggunakan bantuan

Microsoft office excel 2007. Adapun hasil perhitungan Indeks Kesukaran soal tes

kemampuan berpikir kritis tersaji dalam tabel berikut ini. Tabel 3.10

Hasil Analisis Indeks Kesukaran soal

No. Soal Daya Pembeda Kriteria

1 0,600 Sedang

2 0,590 Sedang

3 0,570 Sedang

4 0,450 Sedang

5 0,600 Sedang

6 0,560 Sedang

7 0,670 Sedang

8

0,450 Sedang

Hasil analisis di atas bahwa seluruh soal instrumen kemampuan berpikir kritis matematis memiliki indeks kesukaran sedang. Berdasarkan hasil analisis validitas, reliabilitas, daya pembeda dan indeks kesukaranan, menunjukkan bahwa instrumen tes kemampuan berpikir kritis matematis telah memenuhi karakteristik yang memadai untuk digunakan dalam penelitian.


(33)

2. Angket Motivasi Belajar Siswa

Angket digunakan untuk mengukur aspek afektif siswa, aspek afektif yang diukur dalam penelitian ini adalah motivasi belajar siswa. Angket diberikan pada saat pretes dan postes kepada siswa kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Tujuan pemberian angket pada saat pretes adalah untuk mengetahui motivasi belajar siswa pada awal pembelajaran baik sebelum menggunakan pembelajaran model Brain Based Learning (BBL) maupun pembelajaran ekspositori. Sedangkan pemberian angket pada saat postes atau untuk mengetahui pencapaian dan peningkatan motivasi belajar siswa baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Angket yang disusun dalam penelitian ini memuat tujuh indikator, yaitu: (1) memiliki gairah belajar yang tinggi, (2) memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, (3) adanya dorongan dan kebutuhan belajar, (4) memiliki daya konsentrasi yang tinggi, (5) ulet dalam menghadapi kesulitan, (6) belajar mandiri, (7) adanya harapan dan cita-cita masa depan.

Skala yang digunakan adalah skala Likert. Skala ini digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang. Variabel yang diukur dengan skala Likert dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator ini dijadikan bahan acuan untuk menyusun item-item instrumen yang berupa pernyataan. Adapun kisi-kisi motivasi belajar siswa disajikan pada tabel berikut.


(34)

Tabel 3.11

Kisi-Kisi Instrumen Angket Motivasi Belajar

Indikator Sub indikator No

1. Memiliki gairah belajar yang tinggi / semangat

a. Aktif dalam kegiatan pembelajaran di sekolah

b. Mengisi waktu luang untuk belajar

3,5,10

4,7,11

2. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi

a. Berusaha mencari tahu yang tidak mengerti

b. Mencari sumber lain yang relevan

6,9,30

8,23,12

3. Adanya dorongan dan kebutuhan belajar

a. Belajar akan berguna untuk kehidupan

b. Memiliki keinginan untuk berprestasi

2,22

14,31

4. Memiliki daya

konsentrasi yang tinggi

a. Meninggalkan pekerjaan yang kurang berguna

b. Fokus terhadap belajar

13,29

15,28

5. Ulet dalam menghadapi kesulitan

a. Kesulitan dianggap sebagai tantangan yang harus diatasi

b. Mampu menyelesaikan tugas sampai selesai (tidak putus asa)

16,25

24,17,27

6. Mandiri Belajar a. Belajar dengan keinginan sendiri b. Tidak senang melihat pekerjaan

orang lain

20,26 18,1

7. Adanya harapan dan cita-cita masa depan

Memiliki cita-cita 21,19

Jenis angket yang diberikan berupa angket tertutup, yaitu angket yang memuat atau menyediakan jawaban sehingga responden (siswa) hanya tinggal memilih salah satu jawaban yang disediakan. Alternatif jawaban yang diberikan ada empat buah dengan menggunakan skala likert, yaitu SS (sangat sering), S (sering), J (jarang), dan TP (tidak pernah). Pilihan netral (kadang-kadang) dihilangkan dengan maksud untuk mengantisipasi siswa yang tidak berpartisipasi serta menghindari kebiasan terhadap hasil penelitian. Skala motivasi disusun atas dua tipe pernyataan, yaitu pernyataan positif dan pernyataan negatif. Berikut adalah tabel penskoran angket motivasi belajar.


(35)

Tabel 3.12

Skor Skala Motivasi Belajar Siswa

Alternatif Jawaban Positif Negatif

Sangat Sering 4 1

Sering 3 2

Jarang 2 3

Tidak pernah 1 4

Sebelum angket digunakan sebagai salah satu instrumen dalam penelitian ini, peneliti melakukan uji validitas konstruk, validitas muka, dan validitas isi, dengan meminta pertimbangan 1 orang dosen pembimbing dan 3 orang dosen ahli psikologi. Pernyataan yang disusun berjumlah 31 pernyataan dan semuanya digunakan dalam angket motivasi belajar dengan mengganti redaksi yang lebih tepat sesuai dengan bimbingan para dosen. Daftar pernyataan angket selengkapnya dapat dilihat dalam lampiran.

Seperti halnya instrumen kemampuan berpikir kritis, instrumen angket motivasi belajar juga sebelum digunakan untuk pretes dan postes pada penelitian maka dilakukan uji validitas instrumen terlebih dahulu. Uji validitas angket motivasi belajar kepada 30 orang siswa kelas 6 SD. Adapun hasil uji coba instrumen motivasi belajar tersebut adalah sebagai berikut.

a. Validitas

Uji validitas angket motivasi belajar ditentukan melalui perhitungan Koefisien Peringkat Spearman karena datanya berbentuk skala ordinal (Ruseffendi, 1993, hlm. 220), menggunakan rumus:

rp = 6 ∑ 2

N (N2 1) Keterangan:

rp = koefisien korelasi peringkat Spearman

N = banyak pasangan d = selisih peringkat


(36)

Dengan menggunakan bantuan software spss 18, hasil perhitungan dan interpretasi validitas butir pernyataan untuk angket motivasi belajar dalam penelitian ini disajikan dalam tabel berikut ini.

Tabel 3.13

Hasil Analisis Validitas Butir Pernyataan Angket Motivasi Belajar Siswa

Nomor rhitung rtabel Kesimpulan Keterangan

1 0,396 0,361 Valid Digunakan

2 0,662 0,361 Valid Digunakan

3 0,661 0,361 Valid Digunakan

4 0,360 0,361 Tidak Valid Diperbaiki

5 0,560 0,361 Valid Digunakan

6 0,571 0,361 Valid Digunakan

7 0,460 0,361 Valid Digunakan

8 0,417 0,361 Valid Digunakan

9 0,288 0,361 Tidak valid Diperbaiki

10 0,567 0,361 Valid Digunakan

11 0,582 0,361 Valid Digunakan

12 0,495 0,361 Valid Digunakan

13 0,382 0,361 Valid Digunakan

14 0,524 0,361 Valid Digunakan

15 0,635 0,361 Valid Digunakan

16 0,398 0,361 Valid Digunakan

17 0,505 0,361 Valid Digunakan

18 0,601 0,361 Valid Digunakan

19 0,509 0,361 Valid Digunakan

20 0,411 0,361 Valid Digunakan

21 0,375 0,361 Valid Digunakan

22 0,423 0,361 Valid Digunakan

23 0,718 0,361 Valid Digunakan


(37)

25 0,539 0,361 Valid Digunakan

26 0,652 0,361 Valid Digunakan

27 0,432 0,361 Valid Digunakan

28 0,411 0,361 Valid Digunakan

29 0,687 0,361 Valid Digunakan

30 0,477 0,361 Valid Digunakan

31 0,407 0,361 Valid Digunakan

Berdasarkan tabel di atas, terdapat 2 pernyataan yang tidak valid dari 31 pernyataan angket motivasi belajar, namun akan tetap digunakan atas arahan dari dosen pembimbing dengan memperbaiki kata-kata agar lebih dipahami oleh siswa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 31 pernyataan tersebut akan tetap digunakan dalam angket motivasi belajar sebagai instrumen non tes.

b. Reliabilitas

Untuk menghitung reliabilitasnya dihitung dengan menggunakan rumus

Alpha-Cronbach. Dari hasil reliabilitas untuk pernyataan angket motivasi belajar

diperoleh sebesar 0,742 dengan bantuan Software SPSS 18. Berdasarkan hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa pernyataan untuk angket motivasi belajar telah memenuhi karakteristik yang memadai untuk digunakan dalam penelitian.

D.Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini akan dikumpulkan melalui tes dan skala motivasi. Data yang berkaitan dengan kemampuan berpikir kritis matematis dikumpulkan melalui tes (pretes dan postes). Sedangkan data yang berkaitan dengan motivasi belajar siswa dikumpulkan dalam bentuk skala motivasi (pretes dan postes).

Data yang sudah dikumpulkan, selanjutnya diolah dan dianalisis. Data yang dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan uji statistik adalah kemampuan berpikir kritis matematis. Skor kemampuan berpikir kritis matematis dalam bentuk interval, maka dapat langsung dihitung gain ternormalisasi, uji prasyarat hipotesis dan uji hipotesis. Data kualitatif yang diperoleh dari hasil skala motivasi belajar siswa dari masing-masing kelas merupakan data ordinal, maka data ordinal dalam penelitian ini perlu diubah dalam bentuk interval dengan menggunakan


(38)

Method of Successive Interval (MSI). Pengolahan data dilakukan dengan bantuan software SPSS 18 dan Microsoft Excel 2007.

E.Prosedur Penelitian

Penelitian dilakukan dalam tiga tahap yaitu: tahap persiapan penelitian, tahap penelitian, dan tahap analisis data.

1. Tahap persiapan penelitian

a) Studi literatur berupa buku-buku yang membahas tentang pembelajaran dengan model Brain Based Learning (BBL), dan studi lapangan untuk mengetahui pembelajaran yang selama ini dilaksanakan oleh guru di kelas.

b) Menyusun instrumen penelitian yang disertakan dengan proses bimbingan dengan dosen pembimbing.

c) Menguji coba instrumen penelitian, analisis hasil ujicoba instrumen, dan mengolah data hasil uji coba.

d) Revisi instrumen

2. Tahap pelaksanaan penelitian

a) Pelaksanaan kegiatan diawali dengan memberikan pretes pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk mengetahui pengetahuan awal siswa dalam kemampuan berpikir kritis matematis dan motivasi belajar siswa.

b) Pelaksanaan pembelajaran dengan model Brain Based Learning (BBL) pada kelompok eksperimen.

c) Pelaksanaan pembelajaran terhadap kelompok kontrol dengan pembelajaran ekspositori.

d) Observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

e) Pelaksanaan postes pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk mengetahui kemampuan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis dan motivasi belajar siswa.

3. Tahap Analisis Data

Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini adalah: a) Mengumpulkan hasil data kuantitatif dan kualitatif.


(39)

c) Melakukan analisis data kualitatif terhadap angket dan lembar observasi. 4. Tahap Penarikan Kesimpulan

Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini yaitu:

a) Menarik kesimpulan dari data kuantitatif yang diperoleh, yaitu mengenai kemampuan berpikir kritis matematis.

b) Menarik kesimpulan dari data kualitatif yang diperoleh, yaitu mengenai motivasi belajar siswa dan respon siswa terhadap pembelajaran BBL.

c) Penyusunan laporan.

Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat alur penelitian di bawah ini.

Studi Kepustakaan

Penyusunan rancangan pembelajaran dengan model Brain Based Learning

(BBL)

Penyusunan rancangan pembelajaran dengan strategi ekspositori

Penyusunan, uji coba, revisi, dan pengesahan

Penentuan subjek penelitian

Pretest

Postest Pelaksanaan pembelajaran dengan model

Brain Based Learning (BBL)

Pelaksanaan pembelajaran ekspositori

Pengumpulan Data

Analisis Data


(40)

F. Teknik Analisis Data

Data penelitian akan dikumpulkan melalui pretes dan postest siswa untuk melihat ketercapaian kemampuan berpikir kritis matematis siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol, sedangkan untuk mengetahui motivasi belajar pada siswa, peneliti menggunakan angket yang akan diisi oleh siswa sebelum dan setelah proses pembelajaran berlangsung baik di kelas eksperimen maupun kelas kontrol.

Analisis data yang digunakan, yaitu data kuantitatif berupa hasil tes kemampuan berpikir kritis matematis dan motivasi belajar siswa. Untuk menentukan uji statistik yang digunakan, terlebih dahulu diuji normalitas data dan homogenitas varians. Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) Hipotesis ke-1 yang diuji adalah:

H0: pencapaian kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh

model pembelajaran Brain Based Learning (BBL) tidak lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran ekspositori

H1: pencapaian kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh

model pembelajaran Brain Based Learning (BBL) lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran ekspositori

b) Hipotesis ke-2 yang diuji adalah:

H0: peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh

model pembelajaran Brain Based Learning (BBL) tidak lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran ekspositori

H1: peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh

model pembelajaran Brain Based Learning (BBL) lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran ekspositori

c) Hipotesis ke-3 yang diuji adalah:

H0: pencapaian motivasi belajar siswa yang memperoleh model pembelajaran Brain Based Learning (BBL) tidak lebih baik daripada siswa yang


(41)

H1: pencapaian motivasi belajar yang memperoleh model pembelajaran Brain Based Learning (BBL) lebih baik daripada siswa yang memperoleh

pembelajaran ekspositori d) Hipotesis ke-4 yang diuji adalah:

H0: peningkatan motivasi belajar siswa yang memperoleh model pembelajaran Brain Based Learning (BBL) tidak lebih baik daripada siswa yang

memperoleh pembelajaran ekspositori

H1: peningkatan motivasi belajar yang memperoleh model pembelajaran Brain Based Learning (BBL) lebih baik daripada siswa yang memperoleh

pembelajaran ekspositori

Untuk menguji hipotesis-hipotesis di atas maka perlu dilakukan analisis terhadap data penelitian. Data-data yang diperoleh adalah dalam bentuk data pretes, postes, dan N-gain. Data hasil pretes, postes dan N-gain diolah dengan menggunakan bantuan software SPSS 18. Data kemampuan berpikir kritis sudah berbentuk data interval, namun untuk data motivasi berbentuk data ordinal. Oleh karena itu, peneliti melakukan transformasi data tersebut menjadi data interval dengan menggunakan metode yang dikemukakan oleh Sarwono (tanpa tahun, hlm. 250) yaitu Method of Successive Interval (MSI). Langkah-langkah transformasi data ordinal ke data interval adalah sebagai berikut:

a. Menghitung frekuensi: memeriksa pernyataan setiap angket, dilakukan perhitungan banyaknya responden yang menjawab skor 1, 2, 3, 4 berdasarkan frekuensi.

b. Menghitung proporsi: Setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya n responden dan hasilnya adalah proporsi (p).

c. Menghitung proporsi kumulatifnya dengan cara menjumlahkan nilai proporsi tersebut dengan proporsi sebelumnya.

d. Mencari Z: dengan menggunakan tabel normal, dihitung nilai distribusi normal (Z) untuk setiap proporsi kumulatif yang diperoleh.

e. Mencari densitas F (Z): dihitung dengan menggunakan rumus untuk menentukan nilai Fungsi Kepadatan Peluang (FKP) distribusi normal yang sesuai dengan nilai Z.


(42)

g. Menyelesaikan nilai skala ordinal ke interval, yaitu Scale Value (SV) yang nilainya terkecil (harga negatif yang terbesar) diubah menjadi sama dengan jawaban responden yang terkecil melalui transformasi:

Transformed Scale Value: SV= -(Min data-Min SV)

Untuk pengolahan transformasi data, peneliti menggunakan bantuan program software MSI for windows, kemudian setelah data skala motivasi belajar ditransformasi menjadi skala interval, pengolahan data dilanjutkan dengan cara serupa dengan pengolahan data pada kemampuan berpikir kritis matematis yang telah dijelaskan sebelumnya. Di sini juga peneliti menggunakan bantuan program

software SPSS versi 18.0 for windows.

Berikut ini penjabaran tahapan pengolahan data kemampuan berpikir kritis matematis dan motivasi belajar siswa:

a) Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menentukan apakah data yang didapat berdistribusi normal atau tidak. Dikarenakan jumlah data lebih dari 30, maka untuk melakukan uji normalitas digunakan uji Shapiro-Wilk dengan taraf signifikansi 5%. Uji normalitas ini dilakukan terhadap data pretes, data postes atau n-gain dari dua kelompok siswa (kelas eksperimen dan kelas kontrol).

Perumusan hipotesis untuk uji normalitas adalah sebagai berikut: H0 : Data berdistribusi normal.

H1 : Data tidak berdistribusi normal.

Perhitungannya dengan menggunakan SPSS for windows 18.0 melalui uji

Shapiro-Wilk. Dengan kriteria pengujian adalah terima H0 jika Sig. > 0,05 dan

tolak H0 apabila Sig. < 0,05 dengan taraf signifikansi (α = 0,05).

Jika kedua data berasal dari distribusi yang normal, maka dilanjutkan dengan uji homogenitas. Sedangkan jika hasil pengujian menunjukkan bahwa sebaran dari salah satu atau semua data tidak berdistribusi normal, maka pengujian hipotesis dilanjutkan dengan statistika non parametrik, yaitu dengan menggunakan uji Mann-Whitney.


(43)

b) Uji Homogenitas

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, jika kedua kelas telah diketahui berdistribusi normal maka langkah selanjutnya adalah pengujian homogenitas. Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui kedua kelas sampel mempunyai varians yang homogen atau tidak. Pengujian homogenitas varian dilakukan dengan uji statistik Levene’s test melalui SPSS for windows 18.0.

Berikut ini rumusan hipotesisnya: H0 : varian data kedua kelas homogen

H1 : varian data kedua kelas tidak homogen

Kriteria pengujiannya adalah terima H0 apabila Sig. Based on Mean > taraf

signifikansi (α = 0,05), dan sebaliknya tolak H0 apabila Sig. Based on Mean <

taraf signifikansi (α = 0,05). Apabila data yang ada homogen maka langkah selanjutnya adalah dengan uji perbedaan dua rata-rata menggunakan uji t, namun apabila datanya tidak homogen maka uji perbedaan dua rata-rata menggunakan uji

t’.

c) Uji Perbedaan Dua Rata-Rata

Uji perbedaan dua rata-rata dilakukan pada data pretes, postes dan N-gain. Analisis data pretes dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal berpikir kritis matematis dan motivasi belajar pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Sementara itu, untuk mengetahui pencapaian dan peningkatan kemampuan berpikir kritis dan motivasi belajar setelah perlakuan, pada kelas eksperimen pembelajaran melalui BBL dan pada kelas kontrol pembelajaran ekspositori, dilakukan analisis terhadap data postes dan N-gain yang sifatnya optional atau tergantung pada hasil analisis terhadap data pretes.

Jika data berdistribusi normal dan homogen, maka uji beda yang digunakan adalah uji t, dengan kriteria pengujian adalah tolak H0 jika t hitung > t tabel, dengan

kata lain diterima. Jika data berdistribusi normal tetapi tidak homogen maka

digunakan uji t’, sedangkan jika datanya tidak memenuhi kriteria normal, maka uji

statistik yang digunakan adalah dengan pengujian nonparametrik, yaitu uji Mann

Whitney dengan kriteria pengujian adalah tolak H0 jika Zhitung > Ztabel, pada α =


(44)

Jika hasil data pretes dan menunjukkan bahwa kedua kelas memiliki kemampuan awal berpikir kritis matematis dan motivasi belajar yang sama, maka untuk melihat bagaimana pencapaian kemampuan berpikir kritis dan pencapaian motivasi belajar dilakukan uji perbedaan dua rata-rata terhadap data postes, sedangkan untuk melihat bagaimana peningkatannya dilakukan uji perbedaan dua rata-rata terhadap data N-gain. Nilai N-gain (Hake, 2007, hlm. 8) ditentukan dengan rumus berikut:

N-gain = Spost Spre

Smaks ideal Spre

Adapun klasifikasi N-gain menurut Hake (1999, hlm. 1), yaitu: Tabel 3.14

Klasifikasi N-gain

N-Gain (g) Klasifikasi

N-gain > 0,70 Tinggi

0,30 < N-gain ≤ 0,70 Sedang

N-gain ≤ 0,30 Rendah

Uji perbedaan dua rata-rata terhadap data pretes dilakukan dengan menggunakan uji 2 pihak (two tailed). Rumusan hipotesisnya sebagai berikut: H0 = µ1 = µ2, tidak terdapat perbedaan antara data pretes kemampuan berpikir

kritis matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol

H1 =µ1≠ µ2, terdapat perbedaan antara data pretes kemampuan berpikir kritis

matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.

H0 = µ1 = µ2, tidak terdapat perbedaan antara data pretes motivasi belajar siswa

kelas eksperimen dan kelas kontrol

H1 =µ1≠ µ2, terdapat perbedaan antara data pretes motivasi belajar siswa kelas

eksperimen dan kelas kontrol.

Sementara itu, uji perbedaan dua rata-rata terhadap data postes dan data N-gain dilakukan dengan menggunakan uji 1 pihak (one tailed) dengan kriteria pengujian adalah tolak H0 jika t hitung > ttabel. Berikut ini rumusan hipotesisnya:

H0=µ1 ≤ µ2, pencapaian kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang


(45)

lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran ekspositori

H1=µ1 > µ2, pencapaian kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang

memperoleh model pembelajaran Brain Based Learning (BBL) lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran ekspositori H0=µ1 ≤ µ2, peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang

memperoleh model pembelajaran Brain Based Learning (BBL) tidak lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran ekspositori

H1=µ1>µ2, peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang

memperoleh model pembelajaran Brain Based Learning (BBL) lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran ekspositori H0=µ1 ≤ µ2, pencapaian motivasi belajar siswa yang memperoleh model

pembelajaran Brain Based Learning (BBL) tidak lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran ekspositori

H1=µ1 > µ2, pencapaian motivasi belajar siswa yang memperoleh model

pembelajaran Brain Based Learning (BBL) lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran ekspositori

H0=µ1 ≤ µ2, peningkatan motivasi belajar siswa yang memperoleh model

pembelajaran Brain Based Learning (BBL) tidak lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran ekspositori

H1=µ1 > µ2, peningkatan motivasi siswa yang memperoleh model pembelajaran Brain Based Learning (BBL) lebih baik daripada siswa yang


(46)

Secara singkat, alur analisis data disajikan pada bagan berikut:

tidak

ya

tidak

ya

DATA

UJI NORMALITAS

UJI HOMOGENITAS

UJI PERBEDAAN DUA RATA-RATA

(UJI t)

KESIMPULAN UJI PERBEDAAN DUA RATA-RATA

(UJI t’)

UJI NON PARAMETRIK (Mann Whitney U)


(47)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A.Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bagian sebelumnya mengenai kemampuan berpikir kritis matematis dan motivasi belajar siswa melalui model Brain Based Learning (BBL), diperoleh beberapa kesimpulan berikut.

1. Pencapaian kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran Brain Based Learningn(BBL) lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran ekspositori.

2. Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran Brain Based Learningn (BBL) lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran ekspositori, dengan klasifikasi peningkatannya sedang.

3. Pencapaian motivasi belajar kelompok siswa yang memperoleh pembelajaran

Brain Based Learning (BBL) menunjukkan hasil yang lebih baik daripada

motivasi belajar yang dimiliki kelompok siswa yang memperoleh pembelajaran ekspositori.

4. Peningkatan motivasi belajar kelompok siswa yang memperoleh pembelajaran

Brain Based Learning (BBL) menunjukkan hasil yang lebih baik daripada

motivasi belajar yang dimiliki kelompok siswa yang memperoleh pembelajaran ekspositori, dengan klasifikasi peningkatannya sedang.

B.Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, pembelajaran matematika melalui model Brain Based Learning (BBL) memberikan pengaruh yang signifikan dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis dan motivasi belajar siswa. Namun agar pelaksanaan pembelajarannya lebih baik maka guru harus menggunakan media yang lebih memadai agar memberikan hasil yang lebih maksimal.


(48)

C.Rekomendasi

Berdasarkan analisis dan hasil penelitian, maka ada beberapa rekomendasi yang berkaitan dalam pengembangan kemampuan berpikir kritis dan motivasi belajar siswa melalui model pembelajaran Brain Based Learning (BBL). Berikut adalah rekomendasi yang dapat disampaikan.

1. Pembelajaran melalui model Brain Based Learning (BBL) dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif yang dapat digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran matematika karena pembelajaran Brain Based Learning (BBL) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis dan motivasi belajar siswa.

2. Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran matematika melalui model Brain Based Learning (BBL), diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Guru harus pandai mengelola waktu pada setiap tahap kegiatan pembelajaran model Brain Based Learning (BBL), karena dalam kegiatan pembelajarannya memerlukan waktu yang cukup lama.

b. Dalam pelaksanaan pembelajaran BBL yakni pada tahap inisiasi dan akuisisi, sebaiknya guru menyediakan LKS yang lebih menarik dan menantang kemampuan siswa agar lebih tertarik dan tertantang dalam mengerjakan LKS.

c. Guru harus lebih mempersiapkan alat dan media yang akan digunakan pada pembelajaran, misalnya dalam mendengarkan musik instrumental harus menggunakan pengeras suara yang baik dengan tingkat volume sedang. 3. Dalam menggunakan model pembelajaran Brain Based Learning (BBL)

sebaiknya dikolaborasikan dengan metode yang lain disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan masing-masing siswa agar peningkatan kemampuan siswa lebih optimal.

4. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan model pembelajaran Brain Based

Learning (BBL) dapat digunakan untuk mengukur kemampuan matematis

lainnya dan sikap afektif lainnya. Selain itu juga penggunaan materi yang digunakan diharapkan berbeda dengan yang telah peneliti lakukan.


(49)

DAFTAR PUSTAKA

Abdianto, W. C. (2011). Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui

Peningkatan Motivasi Belajar. Universitas Sebelas Maret. Surakarta: Tidak

diterbitkan. [Online]

Tersedia di: http: Perputakaan.uns.ac.id.

Agustin, M. (2011). Permasalahan belajar dan inovasi pembelajaran. Bandung: PT. Refika Aditama.

Ambarwati, D. (2011). Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif

Melalui Pendekatan Pembelajaran Langsung dan Tak Langsung. Tesis SPs

UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Asrori. (2011). Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana prima.

Bahtiar, C. U. (2010). Meningkatkan kemampuan Pemecahan Masalah dan

Motivasi Belajar Matematika Siswa SD Melalui Model Pembelajaran Investigasi Kelompok. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Depdiknas. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 22 “Standar Isi” untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.

Desmita. (2012). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Fachrurazi. (2011). Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. Tesis pada SPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Firdaus, F. M. (2012). Perbandingan Brain Based Learning dengan Cooperative

Learning STAD dalam meningkatkan Kreativitas Matematis Siswa. Tesis

pada SPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Fisher. (2009). Berpikir kritis sebuah pengantar. Jakarta: Erlangga.

Furqon. (2011). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Ginanjar, A. Y. (2011). Model Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan

Penguasaan Konsep Matematika dan Motivasi Belajar siswa. Tesis Pada

Sps UPI. Bandung: Tidak diterbitkan

Given, B. K. (2007). Brain Based Teaching. Bandung: Kaifa.

Hake, R. R. (1999). Analyzing change-gain scores. [Online]. Tersedia: http//www. Physics.indiana.edu/~sdi/analyzing change-gain-pdf.


(1)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A.Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bagian sebelumnya mengenai kemampuan berpikir kritis matematis dan motivasi belajar siswa melalui model Brain Based Learning (BBL), diperoleh beberapa kesimpulan berikut.

1. Pencapaian kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran Brain Based Learningn(BBL) lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran ekspositori.

2. Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran Brain Based Learningn (BBL) lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran ekspositori, dengan klasifikasi peningkatannya sedang.

3. Pencapaian motivasi belajar kelompok siswa yang memperoleh pembelajaran Brain Based Learning (BBL) menunjukkan hasil yang lebih baik daripada motivasi belajar yang dimiliki kelompok siswa yang memperoleh pembelajaran ekspositori.

4. Peningkatan motivasi belajar kelompok siswa yang memperoleh pembelajaran Brain Based Learning (BBL) menunjukkan hasil yang lebih baik daripada motivasi belajar yang dimiliki kelompok siswa yang memperoleh pembelajaran ekspositori, dengan klasifikasi peningkatannya sedang.

B.Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, pembelajaran matematika melalui model Brain Based Learning (BBL) memberikan pengaruh yang signifikan dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis dan motivasi belajar siswa. Namun agar pelaksanaan pembelajarannya lebih baik maka guru harus menggunakan media yang lebih memadai agar memberikan hasil yang lebih maksimal.


(2)

C.Rekomendasi

Berdasarkan analisis dan hasil penelitian, maka ada beberapa rekomendasi yang berkaitan dalam pengembangan kemampuan berpikir kritis dan motivasi belajar siswa melalui model pembelajaran Brain Based Learning (BBL). Berikut adalah rekomendasi yang dapat disampaikan.

1. Pembelajaran melalui model Brain Based Learning (BBL) dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif yang dapat digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran matematika karena pembelajaran Brain Based Learning (BBL) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis dan motivasi belajar siswa.

2. Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran matematika melalui model Brain Based Learning (BBL), diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Guru harus pandai mengelola waktu pada setiap tahap kegiatan pembelajaran model Brain Based Learning (BBL), karena dalam kegiatan pembelajarannya memerlukan waktu yang cukup lama.

b. Dalam pelaksanaan pembelajaran BBL yakni pada tahap inisiasi dan akuisisi, sebaiknya guru menyediakan LKS yang lebih menarik dan menantang kemampuan siswa agar lebih tertarik dan tertantang dalam mengerjakan LKS.

c. Guru harus lebih mempersiapkan alat dan media yang akan digunakan pada pembelajaran, misalnya dalam mendengarkan musik instrumental harus menggunakan pengeras suara yang baik dengan tingkat volume sedang. 3. Dalam menggunakan model pembelajaran Brain Based Learning (BBL)

sebaiknya dikolaborasikan dengan metode yang lain disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan masing-masing siswa agar peningkatan kemampuan siswa lebih optimal.

4. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan model pembelajaran Brain Based Learning (BBL) dapat digunakan untuk mengukur kemampuan matematis lainnya dan sikap afektif lainnya. Selain itu juga penggunaan materi yang digunakan diharapkan berbeda dengan yang telah peneliti lakukan.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Abdianto, W. C. (2011). Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Peningkatan Motivasi Belajar. Universitas Sebelas Maret. Surakarta: Tidak diterbitkan. [Online]

Tersedia di: http: Perputakaan.uns.ac.id.

Agustin, M. (2011). Permasalahan belajar dan inovasi pembelajaran. Bandung: PT. Refika Aditama.

Ambarwati, D. (2011). Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Melalui Pendekatan Pembelajaran Langsung dan Tak Langsung. Tesis SPs UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Asrori. (2011). Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana prima.

Bahtiar, C. U. (2010). Meningkatkan kemampuan Pemecahan Masalah dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SD Melalui Model Pembelajaran Investigasi Kelompok. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Depdiknas. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

No. 22 “Standar Isi” untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.

Desmita. (2012). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Fachrurazi. (2011). Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. Tesis pada SPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan Firdaus, F. M. (2012). Perbandingan Brain Based Learning dengan Cooperative

Learning STAD dalam meningkatkan Kreativitas Matematis Siswa. Tesis pada SPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Fisher. (2009). Berpikir kritis sebuah pengantar. Jakarta: Erlangga.

Furqon. (2011). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Ginanjar, A. Y. (2011). Model Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Matematika dan Motivasi Belajar siswa. Tesis Pada Sps UPI. Bandung: Tidak diterbitkan

Given, B. K. (2007). Brain Based Teaching. Bandung: Kaifa.

Hake, R. R. (1999). Analyzing change-gain scores. [Online]. Tersedia: http//www. Physics.indiana.edu/~sdi/analyzing change-gain-pdf.


(4)

Hake, R. R. (2007). Design-based research in physics education: A. Review. [Online]. Tersedia: http://www. physics.indiana.ed/~hake/DBR-physics3. pdf.

Jensen, E. (2011). Pembelajaran Berbasis Otak. Jakarta: PT. Indeks.

Kommer, D. (2000). ABC’s of Brain-Based Learning. Inquiry Seminar. Ashland University.

Lestari, K. E. (2013). Implementasi Brain Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Kurnia, H. N. (2012). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Pelajaran matematika. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Kuswana. (2011). Taksonomi Berpikir. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mc. Millan, J.H. and Schumacher, S. (2011). Research in educations a conceptual introduction. Addison Wesley Longman, Inc. Fifth Edition.

Mulyani, F. S. (2014). Brain Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Komunikasi Matematis serta Motivasi Belajar Siswa SMP. Tesis Pada SPs UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Nahdi, D. S. (2014). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Penalaran Matematis Siswa Melalui Model Brain Based Learning. Tesis Pada SPs UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Nisa. (2011). Model Pembelajaran Brain Based Learning.[online]

Diakses di http://veynisaicha.blogspot.com/2011/07/model-pembelajaran-brain-based-learning.html

NCTM. (2000). Princip and Standars for School Mathematics. Reston: Virginia.

Rakhmat. (2005). Belajar Cerdas: Belajar Berbasis Otak. Bandung: Mizan.

Reid. (2009). Memotivasi Siswa di Kelas. Jakarta Barat: PT. Indeks.

Ruseffendi, E. T. (1993). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: Tidak diterbitkan

Rusmini. (2008). Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematis Siswa SMP melalui Pendekatan Kontekstual Berbantuan Program Cabry Geometri II. Tesis pada SPs UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.


(5)

Santrock, J. W. (2014). Psikologi Pendidikan . Jakarta: Salemba Humanika.

Santrock, J. W. (2012). Life Span Development. Jakarta: Erlangga.

Sarwono, J. (tanpa tahun). Mengubah data Ordinal ke data interval dengan

metode suksesif interval (MSI). [Online]. Tersedia di:

http/www.physics.indiana.edu/~sdi/analyzing.pdf. [15 Mei 2015]

Siagian. (2004). Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Semiawan. (2009). Penerapan Pembelajaran Pada Anak. Jakarta: PT. Indeks.

Soemanto. (2006). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sofia, E. (2013). Kemampuan Komunikasi dan Penalaran Matematis Serta Karakter Siswa SMA. Tesis pada SPs UPI. Bandung: Tidak diterbitkan. Suganda, A.T. (2012). Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Brain

Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Prosedural dan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas X Madrasah Aliyah. Tesis pada SPs UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suherman, E. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: JICA.

Sukmadinata. (2009). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sumarmo. (2013). Kumpulan Makalah Berpikir dan Disposisi Matematik serta Pembelajarannya. Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA. UPI

Suryadi. (2012). Membangun Budaya Berpikir dalam Berpikir Matematika. Bandung: Rizqi Press.

Suryadi, (2007). Pembelajaran Matematika dalam Ilmu Pendidikan dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: PT. IMTIMA

Syukur. (2012). Mendidik dengan Tujuh Nilai Keajaiban. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Trisnawati, R. (2014). Studi Komparatif Tentang Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Berpikir Kritis Matematis Siswa Mts Yang Memperoleh Pembelajaran dengan Pendekatan Problem Posing dan Siswa yang memperoleh pembelajaran Langsung (Direct Instruction). Tesis Pada SPs UPI. Bandung: Tidak diterbitkan


(6)

Uno, H. (2009). Teori Motivasi &Pengukurannya, Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Windayana. (2007). Pembelajaran Matematika Realistik dalam Meningkatkan berpikir logis, kreatif, dan kritis serta Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar (8). Hlm 35-40

Yudha, I. (2012). Pengaruh Pembelajaran Berbasis Otak (BBL) Terhadap Hasil Belajar Matematika SD. Tesis Pada SPs UPI. Bandung: Tidak diterbitkan. Zalinar, S. F. (2012). Pengaruh Model Pembelajaran Inquiri, Brain Based

Learning dan Direct Instruction Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis Peserta Didik SMP Kelas VII. Tesis Pada SPs UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 24 Bandar Lampung T.P. 2013/2014)

1 19 66

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DAN SELF CONCEPT SISWA

1 17 75

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN (Studi Eksperimen Semu pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Padjajaran Bandar Lampun

12 104 63

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII MTs Negeri 1 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015 Materi Pokok Ekosistem)

11 70 61

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR

0 0 8

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM LEARNING CYCLE 7E BERDASARKAN GAYA BELAJAR Rosmaiyadi STKIP Singkawang Email: rosmaiyadialonggmail.com Abstract - ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM LEARNING CYCLE 7E BERDASARK

1 3 8

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS FISIKA PESERTA DIDIK KELAS X DENGAN MODEL BRAIN BASED LEARNING

0 0 9

MODEL PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS ETNOSAINS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

0 5 6

PENERAPAN RESOURCE BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR REFLEKTIF MATEMATIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

0 2 8

MODEL PROBLEM BASED LEARNING MEMBANGUN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SEKOLAH DASAR Yuyun Dwi Haryanti Yuyundwiharyanti18gmail.com Universitas Majalengka ABSTRAK - MODEL PROBLEM BASED LEARNING MEMBANGUN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SEKOLAH DASAR

0 0 7