Peran Sekolah Dalam Membina Karakter Anti Kekerasan Di Kalangan Pelajar :Studi Kasus di SMA Pasundan 2 Bandung.

(1)

No. Skripsi : 2014/UN.40.2.2/PL/2014

Peran Sekolah Dalam Membina Karakter Anti Kekerasan Di Kalangan Pelajar (Studi Kasus di SMA Pasundan 2 Bandung)

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Disusun Oleh : Teguh Mahgditian

(0904042)

JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

LEMBAR HAK CIPTA

PERAN SEKOLAH DALAM MEMBINA KARAKTER ANTI KEKERASAN DI KALANGAN PELAJAR

(Studi Kasus Di SMA Pasundan 2 Bandung)

Oleh

Teguh Mahgditian

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Teguh Mahgditian 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

TEGUH MAHGDITIAN 0904042

Peran Sekolah Dalam Membina Karakter Anti Kekerasan di

Kalangan Pelajar

( Studi kasus di SMA Pasundan 2 Bandung ) DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Prof. Dr.H. Dasim Budimansyah, M.Si NIP : 19620316198803103

Pembimbing II

Dr. Prayoga Bestari, S.Pd., M.Si NIP : 197504142005011001

Mengetahui ,

Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia


(4)

(5)

ABSTRAK

PERAN SEKOLAH DALAM MEMBINA KARAKTER ANTI KEKERASAN DI KALANGAN PELAJAR

(Studi Kasus Di SMA Pasundan 2 Bandung)

Salah satu tujuan dari pendidikan di sekolah adalah menjadikan siswa siswinya untuk mempunyai karakter yang baik melalui proses pembinaan karakter. Bermacam upaya dilakukan pihak sekolah baik guru maupun kerjasamanya dengan orang tua siswa dalam mengawasi perkembangan anak-anaknya agar tidak terpengaruh oleh tindakan kekerasan. Pada lembaga pendidikan saat ini pun selalu berusaha menanamkan karakter baik pada siswanya. Salah satu lembaga tersebut adalah SMA Pasundan 2 Bandung. Sekolah ini mempunyai tujuan menghasilkan peserta didik yang mempunyai karakter baik yang di masa depannya akan menjadi generasi membanggakan bagi bangsa maupun negara.

Penelitian ini mengungkapkan beberapa rumusan masalah, yaitu: (1) Bagaimana peran guru PKn dan PAI dalam mengintegritaskan pendidikan karakter anti kekerasan dikalangan siswa; (2) Bagaimana integrasi PKn sebagai mata pelajaran dalam membina karakter anti kekerasan dikalangan siswa; (3) Bagaimana suatu pembudayaan yang dilakukan sekolah dalam membina karakter anti kekerasan di kalangan siswa; (4) Bagaimana penciptaan suasana kondusif dalam membina karakter anti kekerasan dikalangan siswa. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, dan metode yang digunakan adalah studi kasus. Pengumpulan data diperoleh melalui wawancara, observasi, studi dokumentasi, catatan lapangan dan studi literatur. Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah SMA Pasundan 2 Bandung.

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan menunjukkan bahwa: (1) Guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dan Pendidikan Agama Islam (PAI) harus mampu mengintegrasikan nilai-nilai serta moral baik dalam materi pembelajaran. (2) Integrasi PKn sebagai mata pelajaran dalam membina karakter anti kekerasan dilakukan dengan menanamkan nilai moral Pancasila dan UUD 1945 untuk menjadikan siswa sebagai warga negara yang berkarakter sesuai dengan nilai-nilai yang tertuang dalam Pancasila. (3) Pembudayaan yang dilakukan sekolah dalam membina karakter anti kekerasan di kalangan siswa dimaksudkan agar para siswa memiliki karakter yang memahami nilai-nilai agama dan lebih mendekatkan diri kepada Allah. (4) Penciptaan


(6)

suasana kondusif dalam membina karakter anti kekerasan di kelas pada saat pembelajaran adalah usaha yang dilakukan dalam mencapai tujuan pengajaran.

ABSTRACT

SCHOOL’S ROLE IN BUILDING ANTI VIOLATION CHARACTERS

AMONG STUDENTS

(A Case Study in SMA Pasundan 2 Bandung)

One of the goals of education in school is to let students have good characters through the process of character building. Many efforts have been taken by school, both through teachers and through cooperation with parents in monitoring their children’s development so they will not get involved. Educational institutions also attempt to build good characters in their students. One of the institutions is SMA Pasundan 2 Bandung. This school aims to create learners who have good characters and become a part of future generation which can make their nation and state proud.

This study reveals some problems, namely: (1) How the roles of civic education and religion teachers in integrating anti violation character education among students are; (2) How the integration of civic education as a subject in building anti violation character among students is; (3) How the civilizing uttered by the school in building anti violation character among students is; (4) How the creation of favorable atmosphere in building anti violation character among students is. Qualitative approach was used in this study, and the method utilized was case study. Data were collected through interview, observation, document study, field notes, and literature study. The study took place in SMA Pasundan 2 Bandung.

The results of the study reveal that: (1) Civic education and religion teachers have to be able to integrate good values and morals in learning materials. (2) The integration of civic education as a subject in anti violation character building is done through instilling morals of Pancasila and UUD 1945 to make students citizens who have characters of that in the Pancasila. (3) The civilizing done by school in building anti violation character among students is aimed to let students have characters that understand religious values and get closer to God. (4) The creation of favorable atmosphere in building anti violation character in class is an attempt to reach teaching goals.


(7)

(8)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN PENULIS...i

ABSTRAK...ii

KATA PENGANTAR...iv

UCAPAN TERIMA KASIH...vi

DAFTAR ISI...vii

DAFTAR TABEL...ix

DAFTAR GAMBAR...x

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang...1

B.Rumusan Masalah...8

C.Tujuan Penelitian...9

D.Manfaat Penelitian...9

E. Struktur Organisasi Penelitian...10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Tinjauan Umum Tentang Peran Sekolah Dalam Membina Karakter Anti Kekerasan di Kalangan Pelajar...11

1. Konsep Sekolah...11

2. Peran Sekolah...13

B.Membina Karakter...15

1. Pengertian Membina Karakter...15

2. Tujuan dan Prinsip-prinsip Pembinaan Karakter...22


(9)

1. Defenisi dan Ciri-ciri Remaja...31

2. Pengertian Kekerasan Pelajar...36

3. Penyebab Kekerasan Pelajar...37

4. Usaha Penanggulangan Kekerasan Pelajar...39

BAB III METODE PENELITIAN A.Lokasi dan Subjek Penelitian...41

B.Defenisi Operasional...42

C.Pendekatan dan Metode Penelitian...44

D.Teknik Pengumpulan Data...45

E. Tahap Penelitian...50

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data...52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Profil dan Lokasi Penelitian...55

B.Deskripsi Hasil Penelitian...59

C.Pembahasan Hasil Penelitian...75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan...93

B.Saran...94

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

BAB I PENDAHULUAN

“Peran Sekolah Dalam Membina Karakter Anti Kekerasan Di Kalangan Pelajar”

(Studi Kasus di SMA Pasundan 2 Bandung)

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara dengan pembangunan bangsa dan pembangunan karakter. Dua hal ini merupakan yang utama dilakukan bangsa Indonesia agar tetap menjadi bangsa yang berkarakter. Indonesia adalah negara yang beruntung karena eksistensinya akan selalu terjaga dengan adanya pembangunan karakter yang dilakukan untuk semua warga negaranya. Dalam pembangunan karakter, bangsa Indonesia menyelenggarakannya berdasar landasan yang kokoh melalui segi filosofis, ideologis, normatif, historis dan sosiokultural.

Pembangunan karakter bangsa yang dilakukan dengan berbagai upaya ini belum terlaksana secara optimal dan pengaruhnya untuk menghasilkan karakter yang baik bagi warga negaranya belum terlihat meyeluruh. Kita bisa melihat sendiri sekarang ini banyak orang dengan sifat yang penuh pamrih, tidak ikhlas membantu sesama, tidak ada keseriusan dalam bekerja, lebih menyenangi hal duniawi daripada memikirkan akhirat, gaya hidup yang kebarat-baratan, dan sifat buruk yang lainnya. Sifat seperti akan mewujudkan perilaku yang tidak baik seperti senang menjelek-jelekkan dan menyalahkan orang lain, suka berbohong, menjadi seorang yang pemarah, pendendam, buruk dalam berkendara, korupsi, premanisme, perang antar suku, dan lain-lain. Bahkan juga sekarang ini anak-anak yang masih menjadi siswa di sekolah berani saling menyakiti di jalanan dengan melakukan tawuran. Padahal di Indonesia, sekolah telah diberikan tanggung jawab guna membangun karakter siswa yang sudah ada sejak awal kemerdekaan melalui mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).


(11)

Di Indonesia sekarang banyak perilaku buruk yang terjadi dikalangan siswa seperti yang disampaikan harian umum kompas, Senin 12 September 2011. Seorang pelajar, Aldino Roke, warga Utan Pajang, Kemayoran, Jakarta Pusat, akhirnya meninggal dunia di RS Mitra Kemayoran, Senin (12/9/2011) sekitar pukul 19.00. Dalam laporannya ke Polda Metro Jaya, Kepala Sentral Pelayanan Kepolisian Unit C Polsek Metro Kebayoran Baru, Aiptu Sigit Raharja, menyebutkan, mereka dapat laporan dari polisi yang patroli tentang terjadinya tawuran pelajar di depan Mega Glodok Kemayoran, Jalan Angkasa, Gunung Sahari Selatan, pada Senin sore sekitar pukul 17.00. Dilaporkan pula, salah seorang pelajar menjadi korban, dan telah dibawa ke RS Mitra Kemayoran. Polisi yang mengecek ke rumah sakit itu, mendapatkan orang yang terluka parah akibat terjadi tawuran tersebut bernama Aldini Roke. Korban terluka parah pada kepala bagian belakang, dan akhirnya meninggal dunia. Polisi lalu membawa jasad korban ke RSCM untuk keperluan visum et repertum. Polisi saat ini masih meminta keterangan teman-teman korban.

Berdasarkan data statistik FBI tentang masalah kenakalan remaja sejak tahun 1978 sampai dengan 1988, tindak pemerkosaan yang melibatkan remaja lelaki berusia 13-14 tahun meningkat jumlahnya menjadi dua kali lipat. Lebih dari 20 tahun (1968-1988), jumlah tindakan kekerasan kriminal meningkat sebanyak 53%, dan tindakan-tindakan tersebut berupa pembunuhan, pemerkosaan, pencurian, dan perusakan.

Kemudian apabila dinyatakan dalam bentuk fakta kasusnya di Brooklyn, 3 (tiga) orang remaja lelaki yang di lingkungannya dianggap sebagai “anak-anak

baik” ternyata kemudian dipenjara karena telah melakukan tindakan kriminal

dengan menyiramkan bensin kepada para gelandangan dan kemudian membakar mereka. Ketika pihak kepolisian menanyakan alasan mereka, salah satu di antaranya menjawab “hanya iseng saja, kita sedang ingin mengganggu para

gelandangan tersebut.” Selanjutnya lima orang remaja dalam lingkungan yang


(12)

3

merupakan pendamping kapten tim sepak bola di sekolahnya ditahan dan dikenai hukuman atas tindakan pemerkosaan terhadap seorang remaja 17 tahun dengan keterbelakangan mental di sebuah ruang bawah tanah di rumah dua bersaudara tersebut. Delapan remaja lain melihat kejadian tersebut.

Seiring dengan perkembangan jaman dan teknologi yang berlangsung dan terus berkembang mempunyai dampak negatif terhadap meningkatnya perilaku-perilaku negatif dikalangan remaja. Seperti beberapa contoh kasus di Indonesia dan negara lainnya diatas. Perilaku-perilaku tersebut dapat dikatakan sebagai tindakan kejahatan atau kriminal.

Menurut Budimansyah (2009: 26) kejahatan adalah “perbuatan yang merugikan dan menjengkelkan dan yang dianggap tak boleh dibiarkan oleh masyarakat atau negara”.

Tindakan kejahatan ini tentu saja sangat merugikan bagi yang menjadi korban baik itu perorangan maupun kelompok masyarakat oleh pelaku kejahatan. Sehingga akan menimbulkan suasana tidak aman, kecemasan, ketakutan dan kepanikan di masyarakat. Disamping merugikan orang lain kejahatan juga merugikan sang pelaku yang melakukan tindakan jahat karena melanggar hukum serta undang-undang pidana dan akan dikenai sanksi.

Terjadinya perilaku menyimpang bukan hanya tindakan kekerasan yang dilakukan oleh remaja, tetapi bisa dalam bentuk ucapan dan tindakan tidak terpuji yang juga dilakukan oleh anak-anak. Misalnya, di masyarakat New Orleans, seorang anak kelas 1 SD menggerus kapur dan memperlihatkan kepada anak-anak lain seraya memberitahu seolah-olah barang yang dimilikinya adalah kokain. Kasus lain terjadi di sebuah kota kecil di pinggir kota New York. Seorang anak putra kelas 1Sekolah Dasar (SD) menanyakan kepada seorang siswa wanita yang

duduk di sebelahnya, “Apakah kamu masih perawan?” Sebuah topik dalam media

cetak mingguan yang berjudul “So Long Wonder Year” mengabarkan sebuah temuan dari penelitian Carnegie Corporation: 25% dari jumlah siswa Sekolah


(13)

Menengah Pertama (SMP) telah terlibat dalam kombinasi berikut: merokok,minum-minuman keras, penyalahgunaan narkoba, seks, dan setengah dari jumlah siswa SMP setidaknya terlibat dalam salah satu tindakan tersebut. Tabel 1.1

Perilaku Kekerasan Pelajar

NO CONTOH KEKERASAN DI

KALANGAN PELAJAR

TANGGAL SUMBE

R 1 2 Pelajar Kena Bacok dalam Tawuran di

Kebayoran Baru : Dua pelajar SMAN 3 Setiabudi, Guntur (17) dan Harza Saparta (17), kini menjalani perawatan di Rumah Sakit Pusat Pertamina, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Keduanya kena bacok dalam tawuran pelajar di Jalan Mataram, Kebayoran Baru, Kamis (19/4/2012) malam.

19 April 2012 Kompas

2

Pelajar Anggota Geng Motor Akan Diawasi : Aksi geng motor yang belakangan ini identik dengan kekerasan membuat Dinas Pendidikan Kota Sukabumi, Jawa Barat, memperketat pengawasan pada pelajar yang dicurigai menjadi anggota geng motor.


(14)

5

3 Pelaku Bullying Langsung Ditahan Bila Terbukti Ada Ancaman : Tidak hanya pasal penganiayaan yang bisa dikenakan pada para pelaku tindak kekerasan dari senior terhadap yunior (bullying) di SMA Don Bosco.Jika terbukti melakukan ancaman polisi sudah bisa melakukan penahanan terhadap para siswa."Jika terbukti ada pengancaman saja dari para senior, pelaku bisa langsung ditahan," kata Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan, Ajun Komisaris Besar Hermawan kepada wartawan di Mapolrestro Jakarta Selatan, Minggu (29/7/2012).

30 Juli 2012 Kompas

4

Polisi Masih Diamkan Kasus "Bullying" Siswa SMU 82 : Polisi hingga kini belum menetapkan tersangka pada kasus bullying yang menimpa Ade Fauzan Mahfuza, siswa kelas I SMAN 82, Jakarta Selatan. Tak hanya itu, meski korban harus mendapatkan perawatan intensif di RS Pusat Pertamina karena trauma dan luka fisik yang dideritanya, polisi juga belum melakukan pemeriksaan kepada para pelaku.

9 November 2009 Kompas

5 Saling Ledek, Dua Kelompok Pelajar Adu Senjata : Dua kelompok pelajar terlibat tawuran di Jakarta, Rabu (12/12/2012) siang. Kali ini, kedua kelompok pelajar menjadikan Jalan Garuda, ke arah Taman Mini Indonesia Indah, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur, sebagai arena saling adu senjata.

12 Desember 2012

Kompas

Sumber : Kompas 2009-2012

Upaya melakukan pendidikan karakter terutama di indonesia telah dilakukan, yaitu dalam bentuk pengintegrasiannya ke dalam mata pelajaran yang relevan seperti agama dan PKn. Tetapi dengan melihat fenomena krisis moral


(15)

yang terjadi sekarang ini, pendidikan yang berhubungan dengan pendidikan karakter yaitu agama dan PKn telah dianggap gagal dalam menjalankan misinya. Hal itu dikarenakan dalam pelaksanaan pembelajarannya lebih banyak menekankan pada aspek kognitif daripada aspek afektif dan psikomotorik.

Menurut Syarbini (2012 :25) tujuan diadakannya pendidikan karakter di sekolah, madrasah maupun rumah adalah dalam rangka menciptakan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia serta memiliki tanggung jawab yang tinggi dalam menjalankan kehidupan ini.

Pendidikan karakter bukan hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada peserta didik tentang contoh dari perilaku baik. Tetapi juga harus menanamkan nilai-nilai positif melalui metode dan strategi dalam prosesnya tersebut.

Perilaku buruk yang terjadi dikalangan remaja diakibatkan hidupnya berada dalam kesadaran moral yang rendah, biasanya adalah mereka yang berasal dari keluarga yang bermasalah. Kurangnya mendapat perhatian dari orang tua menjadi tugas utama bagi sekolah untuk memberikan pendidikan moral tidak hanya dari segi kognitif saja tapi juga harus menekankan pada segi afektif dan psikomotorik.

Sekolah menurut Syarbini (2012: 30) diartikan sebagai jalur pendidikan terstruktur dan berjenjang yang terdiri dari pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi, dengan fokus kajian bagaimana mengimplementasikan pendidikan karakter pada dua jenjang pertama (dasar dan menengah).

Peranan sekolah sangat penting yaitu memberikan pendidikan moral dan apabila tidak adanya pendidikan moral yang diberikan sekolah dapat berdampak terhadap anak akan cepat masuknya pengaruh kekerasan terhadap karakter anak dan membuat nilai-nilai yang berlaku tidak berfungsi. Sekolah bertugas membentuk karakter anak agar mempunyai pemikiran yang positif dan perilaku yang menunjukkan tata krama yang baik. Keduanya harus seimbang agar nanti ketika berinteraksi dengan masyarakat mereka dapat memberikan manfaat bagi


(16)

7

diri sendiri maupun masyarakat seperti menyumbangkan pemikiran positif dan menampilkan sikap kesopanan dalam bermasyarakat dengan menghargai setiap hak-hak yang dimiliki individu, taat pada peraturan yang berlaku, serta gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat.

Program pendidikan moral yang berdasar pada dasar hukum moral dilaksanakan dalam dua nilai moral yang utama, yaitu nilaisikap hormat dan bertanggung jawab. Sikap hormat dan bertanggung jawab menjadi dasar landasan sekolah tidak hanya memperbolehkan, tetapi para guru diharuskan memberikan pendidikan tersebut demi membangun manusia-manusia yang secara etis berilmu dan menjadikan diri mereka sebagai bagian dari masyarakat yang bertanggung jawab. Bentuk-bentuk nilai lain yang sebaiknya diajarkan di sekolah adalah kejujuran, keadilan, toleransi, kebijaksanaan, disiplin diri, tolong menolong, peduli sesama, kerja sama, keberanian, dan sikap demokratis. Nilai-nilai khusus tersebut adalah bentuk dari rasa hormat atau tanggung jawab maupun sebagai media pendukung untuk bersikap hormat dan bertanggungjawab.

Demi keberhasilan sekolah membentuk siswa menjadi karakter yang baik, guru mempunyai peran yang sangat signifikan terutama guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Harus menjadi contoh pribadi yang digugu yang ditiru dan harus menunjukkan sebagai sosok yang bertanggung jawab kepada tugas utamanya, yakni mengajar, mendidik dan mencerdaskan kognitif dan afektif peserta didik.

Guru harus mampu mengintegrasikan nilai-nilai moral dalam materi pembelajaran, sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya, khususnya Pendidikan Agama Islam, PKn, Bahasa dan Sastra Indonesia. Agar nantinya dapat menumbuhkan nilai moral yang baik tentunya dalam diri dan penyampaiannya harus dalam suasana kondusif dalam kehidupan sehari-hari di sekolah. Guru dan staf usaha di sekolah harus mampu menjadi teladan yang berperilaku baik sehingga sekolah menjadi laboratotium pembinaan karakter bagi siswanya. Tujuannya adalah menghasilkan generasi muda yang berhasil dalam akademis


(17)

juga mampu bersaing di ranah internasional untuk mewakili kepribadian bangsa Indonesia yang santun.

Selain peran guru sebagai teladan dan pembimbing dalam memberikan pendidikan nilai untuk membentuk siswa yang bermoral, kurikulum juga merupakan urusan penting di sekolah. Kurikulum digunakan sebagai sarana untuk mengembangkan nilai-nilai moral dan kesadaran beretika. Sekolah menyediakan kurikulum akademik yang bermakna dan menantang, dapat menghargai dan menghormati seluruh peserta didik, mengembangkan karakter mereka, dan berusaha membantu mereka untuk meraih kesuksesan.

Menggali kurikulum sekolah untuk mendapatkan potensi etika, menuntut guru untuk melihat kurikulum dan bertanya pada diri sendiri. Setelah guru mengidentifikasi adanya celah dalam kurikulum yang dapat digunakan untuk mengeksplorasi nilai moral, langkah berikutnya adalah untuk merencanakan pelajaran atau unit yang efektif mengenai nilai moral tersebut.

Kebijakan negara mencerminkan perhatian baru terhadap dimensi nilai-nilai dalam kurikulum sekolah. Misalnya, di Portland, Maine menawarkan sebuah jalan. Pada awal tahun 1980-an, Kantor Wilayah Sekolah Portland meluncurkan program pendidikan moral yang berpusat pada enam nilai non kontroversial: rasa hormat, keberanian, keadilan, kemauan untuk bekerja, dan disiplin diri. Masing-masing sekolah bertugas untuk menyisipkan nilai moral ini dengan cara apa pun yang dapat dilakukan melalui kurikulum dan kegiatan sehari-hari.

Dengan menanamkan nilai-nilai moral pada kurikulum akan menjawab permasalahan dari rendahnya nilai moral yang terjadi sekarang. Karena sebuah kurikulum yang berbasis nilai dan moral menjadi penghubung utama pendidikan moral, dan bergerak menuju pusat dari proses belajar-mengajar. Dengan demikian, hal ini memberi keprihatinan etika, status yang pantas ia dapatkan dalam skema sekolah dan satu harapan dalam pikiran guru dan siswa.


(18)

9

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas maka dirumuskan suatu permasalahan. Mengingat luasnya ruang lingkup kajian yang berkaitan dengan masalah tersebut, supaya masalah penelitian menjadi lebih terinci maka dirumuskan dalam sub masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana peran Guru Pendidikan Kewarganegaraan dalam mengintegritaskan pendidikan karakter anti kekerasan dikalangan siswa?

2. Bagaimana integrasi PKn sebagai mata pelajaran dalam membina karakter anti kekerasan dikalangan siswa?

3. Bagaimana suatu pembudayaan yang dilakukan sekolah dalam membina karakter anti kekerasan di kalangan siswa?

4. Bagaimana penciptaan suasana kondusif dalam membina karakter anti kekerasan dikalangan siswa?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui bagaimana peran Guru Pendidikan Kewargenegaraan dalam mengintegritaskan pendidikan karakter anti kekerasan dikalangan siswa. 2. Mengetahui bagaimana integrasi PKn sebagai mata pelajaran dalam membina

karakter anti kekerasan dikalangan siswa.

3. Mengetahui bagaimana suatu pembudayaan yang dilakukan sekolah dalam membina karakter anti kekerasan di kalangan siswa.

4. Mengetahui bagaimana penciptaan suasana kondusif dalam membina karakter anti kekerasan dikalangan siswa.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah bersifat teoretik dan praktis. Adapun manfaat – manfaat tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:


(19)

Melalui penelitian ini, penulis berharap dapat memberikan sesuatu yang berguna dalam tataran teoritis bagi pengembangan keilmuwan sesuai dengan tujuan penelitian ini. Penulis juga berharap dapat memberikan sumbangsih pemikiran dan memperkaya fakta-fakta dan teori tentang peran sekolah dalam membina karakter anti kekerasan dikalangan pelajar. Selain itu dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi ilmu-ilmu yang berkaitan dengan karakter.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan pengetahuan kepada guru Pendidikan Kewarganegaraan dalam mengintegritaskan pendidikan karakter anti kekerasan dikalangan siswa.

b. Memberikan pengetahuan tentang integrasi PKn sebagai mata pelajaran dalam membina karakter anti kekerasan dikalangan siswa.

c. Memberikan pengetahuan suatu pembudayaan yang dilakukan sekolah dalam membina karakter anti kekerasan di kalangan siswa.

d. Memberikan pengetahuan penciptaan suasana kondusif dalam membina karakter anti kekerasan dikalangan siswa.

E.Struktur Organisasi Skripsi

Sistematika penulisan didalam penyusunan skripsi ini meliputi lima bab, yaitu:

BAB I : Mengenai pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, Identifikasi masalah, tujuan dan kegunaan

penelitian, batasan istilah, metode penelitian, subjek dan lokasi penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : Mengenai tinjauan pustaka. Pada bab ini diuraikan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan fokus penelitian serta teori-teori yang memiliki hubungan dalam mendukung penelitian penulis.


(20)

11

BAB III : Metodologi penelitian. Pada bab ini penulis menjelaskan metodologi penelitian, teknik pengumpulan data, serta tahapan penelitian yang digunakan dalam penelitian mengenai peran sekolah dalam membina karakter anti kekerasan.

BAB IV : Mengenai analisis hasil penelitian. Dalam bab ini penulis menganalisis hasil temuan data tentang peran sekolah dalam membina karakter anti kekerasan di kalangan pelajar.

BAB V : Mengenai kesimpulan dan saran. Dalam bab ini penulis berusaha mencoba memberikan kesimpulan dan saran sebagai penutup dari hasil penelitian dan permasalahan yang telah diidentifikasi serta pembahasannya dalam skripsi.


(21)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Menurut Nasution (2009: 43) mengungkapkan bahwa “lokasi penelitian menunjukkan pada pengertian tempat atau lokasi penelitian yang dicirikan oleh adanya unsur yaitu pelaku, tempat, dan kegiatan yang dapat diobservasi”. Latar belakang penelitian studi kasus ini lokasi yang digunakannya adalah SMA Pasundan 2 Bandung yang bertempat di jalan cihampelas. Peneliti memilih lokasi penelitian di SMA Pasundan 2 Bandung yang termasuk kota besar karena masih terdapatnya kekerasan di kalangan pelajar, yang dalam pelaksanaan pembelajarannya menerapkan pembinaan karakter pada siswanya, maka peneliti mempunyai ketertarikan untuk melakukan penelitian di Bandung mengenai peran sekolah salam membina karakter anti kekerasan di kalangan pelajar.

2. Subjek Penelitian

Dalam suatu penelitian, selain lokasi, subjek penelitian pun sangatlah penting, karena sebgai informan yang akan memberikan informasi yang terkait dengan penelitian. Dengan demikian, Nasution (2009: 32) menjelaskan bahawa “dalam penelitian kualitatif, yang dijadikan subjek penelitian sebagai sumber informasi hanyalah subjek yang dapat memberikan informasi”. Pada subjek penelitian ini, diambil beberapa pihak SMA Pasundan 2 Bandung dan pihak-pihak yang terkait dalam penelitian mengenai peran sekolah dalam membina karakter anti kekerasan di kalangan pelajar di SMA Pasundan 2 Bandung, sebagai sumber informasi yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah diransang dan dipersiapkan terlebih dahulu atau yang akan muncul pada saat penelitian berlangsung.


(22)

42

Berdasarkan hal tersebut, maka subjek penelitian yang dipilih sebagai sumber informasi dalam penelitian mengenai peran sekolah dalam membina karakter anti kekerasan di kalangan pelajar di SMA Pasundan 2 Bandung adalah: a. Siswa yang bersekolah di SMA Pasundan 2 Bandung terdiri dari beberapa

orang, sehingga mampu memberikan informasi tentang kekerasan pelajar. b. Guru PKn di SMA Pasundan 2 Bandung sebanyak dua orang.

c. Guru PAI di SMA Pasundan 2 Bandung sebanyak satu orang.

Dalam penelitian kualitatif, tidak ditentukan berapa banyak jumlah responden yang harus di wawancarai. Untuk lebih jelasnya akan ditampilkan dalam bentuk tabel seperti berikut:

Tabel 3.1 Subjek Penelitian

No. Subjek Penelitian Jumlah

1. Siswa 11 orang

2. Guru PKn 2 orang

3. Guru PAI 1 orang

Sumber : data peneliti 2013

B.Defenisi Operasional

1. Sekolah

Sekolah menurut Amirulloh Syarbini (2012: 30) diartikan sebagai jalur pendidikan terstruktur dan berjenjang yang terdiri dari pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi, dengan fokus kajian bagaimana mengimplementasikan pendidikan karakter pada dua jenjang pertama (dasar dan menengah).


(23)

2. Membina Karakter

Menurut Dede Kusuma (2009: 8) membina adalam usaha kegiatan mengarahkan para peserta didik dalam melaksanakan suatu kegiatan mengarahkan para peserta didik dalam melaksanakan suatu kegiatan berjalan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

Menurut Martin H. Manser seperti yang dikutip oleh Amirulloh Syarbini (2012: 13) dalam bahasa inggris, karakter (character) diberi arti a distinctive differentiating mark, tanda atau sifat yang membedakan seseorang dengan orang lain.

Menurut Doni Kesuma seperti yang dikutip oleh Amirulloh Syarbini (2012: 13) menjelaskan bahwa kita sering mengasosiasikan karakter denga apa yang disebut temperamen yang memberinya defenisi yang menentukan unsur psikososial yang dikaitkan dengan pendidikan dan konteks lingkungan.

Selanjutnya karakter menurut Rencana Aksi Nasional Pendidikan Pendidikan Karakter (2010) disebutkan bahwa:

“Pendidikan karakter adalah “pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, dan pendidikan akhlak yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberi keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-sehari dengan sepenuh hati”.

Dari uraian diatas pendidikan karakter bertujuan membina tingkah laku peserta didik dalam kebaikan, baik itu di lingkungan keluarga maupun di lingkungan masyarakat. Jika peserta didik mempunyai akhlak dan moral yang baik tentunya akan mempunyai tingkah laku yang baik pula.

3. Pelajar

Menurut Sulaiman Masri dkk (2006: 104) Kata pelajar sesuai digunakan bagi pembelajar sekolah menengah, maktab dan universiti.


(24)

44

Menurut Mohd Azidan Abdul Jabar (2006: 3) pelajar hari ini adalah pelajar yang hidup dalam alaf baru baru yang menyaksikan era globalisasi dan kehidupan dunia tanpa sempadan negara.

C.Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan dan metode penelitian mempunyai peranan yang sangat penting untuk pencapaian keberhasilan penelitian. Secara metodologis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode penelitian studi kasus. Penelitian ini menggunakan kualitatif agar penelitian dapat lebih jelas dan tepat terhadap permasalahan, serta agar lebih fleksibel dan menyeluruh dalam mencari faktor permasalahan yang akan diteliti mengenai peran sekolah dalam membina karakter anti kekerasan di kalangan pelajar.

Hal ini sesuai dengan hakikat penelitian kualitatif, Moleong (2010: 6) mengungkapkan bahwa “penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara

kuantifikasi lainnya”. Pendapat tersebut dipertegas oleh Sugiyono (2008) bahwa:

Metode penelitian kualitatif adalah metode yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian lebih menekankan makna daripada generalisasi.

Berdasarkan apa yang dikemukakan diatas, maka alasan menggunakan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini karena peneliti berusaha mengungkapkan fenomena-fenomena yang terjadi dilapangan, yang terkait dengan permasalahan yang akan diteliti kemudian dapat diuraikan dalam bentuk pemaparan yang menunjukkan bagaimana peran sekolah dalam membina karakter anti kekerasan.

Metode sebagaimana yang diungkapkan oleh Mulyana (2010: 145) bahwa “metodologi adalah proses, prinsip, dan prosedur yang kita gunakan untuk


(25)

mendekati problem dan mencari jawaban, dan suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian”. Di samping itu, Narbuko dan Achmadi (2009: 1) menjelaskan bahwa “metodologi adalah cara melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara seksama untuk mencapai suatu tujuan”.

Maka dalam penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Fathoni

(2006: 99) mengungkapkan bahwa “studi kasus adalah penelitian terhadap suatu

kejadian atau peristiwa yang mengandung masalah atau perkara, sehingga perlu ditelaah kemudian dicarikan penanggulangannya”. Hal tersebut dipertegas oleh Masyhuri dan Zainuddin (2008: 35) menjelaskan bahwa:

Penelitian studi kasus dan lapangan (case and field study) adalah; (i) penelitian tentang status subyek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas; (ii) penelitian yang menekankan pada penelitian sosial; (iii) kecenderungan pendekatannya adalah induktif; dan (iv) penelitian identik dengan penelitian bersifat kualitatif.

Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini menggunakan metode studi kasus agar dalam penelitian yang dilakukan dapat mengungkapkan sejumlah fakta yang terkait dan sesuai dengan yang terjadi dilapangan mengenai peran sekolah dalam membina karakter anti kekerasan di kalangan pelajar. Serta peneliti dapat melakukan penelitiannya secara mendalam dan menyeluruh tentang informasi yang mendukung penelitian. Peneliti pun lebih mendalam mengetahui karakter-karakter yang dikembangkan di sekolah dan karakter-karakter-karakter-karakter yang dimilik oleh pelajar yang telibat kekerasan.

D.Teknik pengumpulan data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini berdasarkan pada metode penelitian studi kasus, yang menggunakan beberapa teknik penelitian, yaitu teknik wawancara, observasi, studi dokumentasi, catatan lapangan dan studi literatur. Untuk lebih jelasnya, masing-masing teknik tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:


(26)

46

Penelitian ini menggunakan wawancara dalam teknik pengumpulan datanya. Hal ini diperkuat oleh pendapatnya Wirartha (2006: 37) yang mengungkapkan bahwa “wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data dengan jalan komunikasi, yaitu melalui kontak atau hubungan pribadi antara pengumpul data (pewawancara) dengan sumber data”. Selain itu Moleong (2010: 187) menjelaskan bahwa “wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, dan percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban diatas pertanyaan itu”.

Berdasarkan penjelasan diatas, penelitian ini menggunakan wawancara dalam pengumpulan data agar mengetahui secar mendalam tentang hal-hal apa yang akan diteliti serta menginterpresikan situasi dan fenomena-fenomena yang terjadi, dan mendapatkan informasi secara jelas mengenai peran sekolah dalam membina karakter anti kekerasn dikalangan pelajar. Dengan melakukan tanya jawab yang berhubungan dengan fokus informasi yang terkait dari pihak sekolah. 2. Observasi

Dalam penelitian ini observasi pun dipilih sebagai teknik pengumpulan data. Teknik observasi digunakan dalam penelitian ini agar dapat mengetahui dan memperoleh data secara langsung mengenai peran sekolah dalam membina karakter anti kekerasn dikalangan pelajar sehingga peneliti mendapatkan gambaran yang jelas dan mendalam tentang fokus yang akan diteliti dan mendapatkan hasil yang maksimal dalam penelitian, serta akan lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial. Menurut Nasution (Sugiyono, 2008: 64) menyatakan bahwa “observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan”.

Dalam penelitian ini, observasi dilakukan dengan mengunjungi sebuah sekolah swasta yaitu SMA Pasundan 2 yang berada di Bandung, dalam pembelajarannya menerapkan pembinaan karakter pada siswa-siswinya, sehingga penulis dapat melihat langsung bahwa peran sekolah dalam membina karakter anti


(27)

kekerasan dikalangan pelajar. Dengan demikian, melalui observasi diharapkan peneliti dapat mengumpulkan informasi secara mendalam, terperinci dan lebih cermat sehingga data yang diperlukan dapat terkumpul secara menyeluruh yang sesuai dengan hasil pengamatan.

3. Studi dokumentasi

Penelitian ini menggunakan studi dokumentasi sebagai teknik pengumpulan data. Sugiyono (2008: 82) mengungkapkan bahwa “dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, melalui dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang”.

Penjelasan tersebut dapat dipertegas oleh Fathoni (2006: 112) menjelaskan bahwa “studi dokumentasi ialah teknik pengumpulan data dengan mempelajari catatan-catatan mengenai data pribadi responden, seperti seorang psikolog dalam meneliti perkembangan klien melalui catatan pribadinya”.

Oleh sebab itu, alasan penelitian ini menggunakan studi dokumentasi sebagai pelenglkap untuk mengumpulkan informasi dari hasil observasi dan wawancara, yang didukung dengan adanya dokumentasi baik dalam bentuk gambar, karya maupun tulisan dan untuk mengdokumemntasikan menghenai hal-hal yang terkait dengan peran sekolah dalam membina karakter anti kekerasan di kalangan pelajar di SMA Pasundan 2 Bandung. Dokumentasi yang peneliti gunakan dalam penelitian ini berupa profil sekolah, data siswa, foto gambar, gambar serta dokumen lainnya yang diperlukan.

4. Triangulasi

Dalam penelitian kualitatif triangulasi juga digunakan dalam teknik pengumpulan data. Sugiyono (2012: 241) menyatakan bahwa “triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada”. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti


(28)

48

mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.

Sugiyono (2012: 241) mengungkapkan bahwa “triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Triangulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama”. Hal ini dapat digambarkan dengan gambar seperti berikut:

Gambar 3.1 Triangulasi teknik

Sumber: dibuat oleh Sugiyono 2012

Gambar 3.2 Triangulasi sumber Observasi

partisipatif Wawancara

mendalam Dokumentasi

Sumber Data sama

Wawancara mendalam

A


(29)

Sumber: dibuat oleh Sugiyono 2012

5. Catatan lapangan

Dalam teknik pengumpulan data catatan lapangan pun sangat penting untuk digunakan. Menurut Bogdan dan Bikken (Moleong, 2010: 209) bahwa “catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap

data dalam penelitian kualitatif”. Dalam hal ini, untuk mendukung pengumpulan

data peneliti mencatat hal-hal yang ditemukan pada saat penelitian berlangsung. Peneliti pun membuat catatan-catatan singkat selama penelitian berlangsung baik tentang apa yang di dengar, dilihat, dialami dan dipikirkan mengenai peran sekolah dalam membina karakter anti kekerasan di kalangan pelajar di SMA Pasundan 2 Bandung, seperti apa aktifitas dan perilaku sisiwa pada saat melaksanakan kegiatan belajar maupun kegiatan diluar pembelajaran dan juga tentang hambatan dalam membina karakter anti kekerasan dan solusi untuk mengatasi hambatan tersebut.

6. Studi literatur

Studi literatur pun sangatlah penting dalam pengumpulan data. Teknik studi literatur ini digunakan dengan maksud untuk mengungkapkan teori-teori yang relevan dengan permasalahan-permasalahan yang sedang diteliti sebagai bagian dari bahan pembahasan. Teknik ini dilakukan dengan cara membaca, mempelajari dan mengkaji literatur-literatur yang berhubungan dengan pembahasan mengenai peran sekolah dalam membina karakter anti kekerasan di kalangan pelajar, yaitu buku tentang peran sekolah, buku tentang karakter dan


(30)

50

pendidikan karakter, buku tentang psikologi remaja, serta koran dan media yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti mengenai peran sekolah dalam membina karakter anti kekerasan di kalangan pelajar. Menurut Faisal (1992: 30) bahwa “hasil studi literatur bisa dijadikan masukan dan landasan dalam menjelaskan dan merinci masalah-masalah yang akan diteliti”.

E.Tahap Penelitian

Persiapan-persiapan sebelum melakukan penelitian harus dipersiapkan dengan matang agar tujuan yang diharapkan dari penelitian tersebut tercapai dan juga untuk memudahkan peneliti dalam melakukan penelitiannya. Peneliti mempersiapkan langkah-langkah penelitian yang telah direncanakan agar tujuan yang diharapkan bisa berjalan dengan lancar dan mencapai tujuan yang diharapkan tersebut.

Hal ini dimaksudkan agar selama melakukan proses penelitian dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan prosedur yang berlaku. Agar tujuan dari penelitian dapat tercapai dengan baik, maka peneliti mempersiapkan dengan tahapan-tahapan penelitian sebagai berikut:

1. Tahap pra penelitian

Pada tahap ini, pertama kali peneliti menyusun pra penelitian dengan memilih masalah, memilih judul yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dan melakukan observasi langsung ke tempat yang akan dijadikan sumber dan lokasi penelitian, yaitu SMA Pasundan 2 Bandung. Setelah mengadakan pra penelitian ini selanjutnya peneliti melakukan stusi lapangan pada objek yang akan diteliti, kemudian memeperkenalkan identitas peneliti serta memeberitahukan pihak SMA Pasundan 2 Bandung tentang maksud dan tujuan mengadakannya penelitian. Dan peneliti sedikit membahas kajian tentang membina karakter anti kekerasan ini seperti apa.


(31)

Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data-data atau informasi yang valid dan fakta mengenai peran sekolah dalam membina karakter anti kekerasan di kalangan pelajar di SMA Pasundan 2 Bandung sebagai data awal mendapatkan dan memperkuat informasi yang dibutuhkan. Setelah memperoleh subjek kajian yang akan diteliti serta masalah yang dirumuskan relevan dengan kondisi lapangan, maka peneliti menyusun proposal penelitian.

2. Tahap perizinan penelitian

Sebelum peneliti melaksanakan penelitian, terlebih dahulu peneliti harus menempuh proses perizinan penelitian. Tujuannya agar penelitian yang dilakukan merupakan penelitian legalitas. Proses perizinan penelitian itu ditujukan kepada orang-orang yang ada hubungannnya dengan penelitian ini, proses atau prosedur penelitian itu, sebagai berikut :

a) Membuat dan mengajukan surat izin untuk penelitian kepada Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan, kemudian dilanjutkan kepada Dekan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia yang secara lembaga mengatur segala jenis urusan administratif dan akademis. b) Pembantu Rektor 1 atas nama Rektor UPI mengeluarkan surat pemberitahuan

izin penelitian yang ditujukan kepada SMA Pasundan 2 Bandung.

c) Surat izin penelitian tersebut diserahkan kepada pihak Wakasek Kurikulum SMA Pasundan 2 Bandung sebagai permohonan izin melakukan penelitian di tempat tersebut.

d) Konfirmasi kepada pihak SMA Pasundan 2 Bandung terkait izin untuk melakukan penelitian di tempat tersebut.

e) Menyiapkan intrumen dengan terlebih dahulu membuat format instrument wawancara.


(32)

52

Setelah semua persiapan dilakukan dengan baik, maka pelaksanaan penelitian dimulai dengan menekankan bahwa instrument yang pertama adalah peneliti sendiri sebagai alat peneliti yang utama. Setelah itu memilih responden yang akan di wawancara. Peneliti pun mengajukan wawancara kepada beberapa responden terkait, seperti: siswa, guru, dan pihak lainnya yang terkait. Selain itu, peneliti melakukan dokumentasi dan mencatat hal-hal penting yang berkaitan dengan permasalahan mengenai peran sekolah dalam membna karakter anti kekerasan di kalangan pelajar di SMA Pasundan 2 Bandung, sambil memproses data peneliti pun harus mengkaji literatur-literatur yang berkaitan dengan judul dan permasalahan penelitian, dan setelah data-data terkumpul peneliti mengolah data tersebut sehingga mendapat kesimpulan.

Setelah selesai mengadakan wawancara dengan responden, peneliti menulis kembali data yang telah terkumpul ke dalam catatan lapangan dengan tujuan agar dapat mengungkapkan data secara detail. Data yang diperoleh dari wawancara disusun dalam catatan lengkap setelah data tersebut didukung dengan dokumen atau data-data lainnya. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan informasi yang diperlukan untuk menjawab semua pertanyaan-pertanyaan berhubungan dengan permasalahan yang sedang diteliti. Data-data yang telah diperoleh kemudian di analisis dengan memperhatikan data dan informasi yang telah diperoleh di lapangan.

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Teknik pengolahan dan analisis data dalam suatu penelitian sangatlah penting untuk mencapai keberhasilan penelitian. Menurut Patton (Sugiyono, 2008: 89) menjelaskan bahwa “analisis data adalah proses mengatur urusan data, mengorganisasikan ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar”.

Sementara itu Bogdan dan Biklen (Moleong, 2010: 248) mengungkapkan bahwa :

analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan berjalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milihnya menjadi


(33)

satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan menemukan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat doceritakan kepada orang lain.

Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa pengolahan dan analisis data merupakan salah satu hal yang penting dalam suatu penelitian, karena dapat memberikan makna yang penting bagi peneliti dari suatu data yang telah dikumpulkan, maka dapat dijelaskan bahwa dalam pengolahan data dan analisis data dilakukan melauli langkah-langkah sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Menurut Sugiyono (2008: 92) menjelaskan bahwa “mereduksi data merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang

penting, dicari tema dan polanya”. Data yang akan direduksi pada penelitian ini

adalah peran sekolah dalam membina karakter anti kekerasan di kalangan pelajar pada SMA Pasundan 2 Bandung, dengan tujuan data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Dari pada akhirnya data yang relevan akan tersusun dengan baik sesuai kebutuhan penelitian yang diharapkan.

2. Data display (penyajian data)

Setelah reduksi data selesai kemudian dilanjutkan data diolah lagi dengan menyusun atau menyajikan ke dalam matriks-matriks, table, peta konsep, dan berbagai bentuk representasi visual lainnya yang sesuai dengan keadaan data. Data display merupakan suatu penyajian data yang sesuai dengan data yang dilakukan dalam bentuk table, grafik, phie chard, pictrogram, dan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisirkan, tersusun da;lam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami. Data yang disajikan dalam


(34)

54

penelitian ini berupa gambaran subjek yang diteliti mengenai peran sekolah dalam membina karakter anti kekerasan dikalangan pelajar.

3. Kesimpulan dan Verifikasi

Kesimpulan merupakan upaya untuk mencari arti, makna penjelasan yang dilakukan terhadap data yang di analisis dengan mencari hal-hal yang penting. Menurut Sugiyono (2008: 99) bahwa:

kesimpulan dalam kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kialitatif masih bersifat sementara dan akan dikembangkan setelah peneliti berada di lapangan.

Kesimpulan dan verifikasi ini disusun dalam bentuk pernyataan singkat dan mudah dipahami dengan mengacu pada tujuan penelitian sehingga dapat menyimpulkan bagaimana gambaran peran sekolah dalam membina karakter anti kekerasan di kalangan pelajar pada SMA Pasundan 2 Bandung.

Dengan demikian, bahwa pengolahan dan analisis data yang dilakukan peneliti dalam melakukan penelitian dilakukan melalui beberapa langkah-langkah. Maka dengan melalui langkah-langkah atau tahap-tahap tersebut diharapkan penelitian yang dilakuakn dapat memperoleh data-data yang memenuhi keabsahan suatu penelitian sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah yang berlaku.


(35)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

1. Kesimpulan Umum

Peranan guru dalam membina peserta didik menjadi insan yang berkarakter yang baik sangat dibutuhkan. Penggunaan metode yang bervariasi dalam menciptakan suasana belajar agar tidak membosankan untuk menarik minat peserta didik serta menjadi pembina ekstrakulikuler dalam mendekatkan diri kepada peserta didik memudahkan para guru dalam menanamkan nilai-nilai karakter baik. Guru merupakan sosok panutan atau contoh bagi peserta didik. Keberhasilan pendidikan karakter sangat tergantung dari peran seorang guru dalam proses pembelajaran. Jadi sosok seorang guru dapat menjadi cerminan peserta didik yang sangat menentukan karakternya.

Mata pelajaran PKn berpengaruh dalam membentuk karakter peserta didik agar berkarakter baik. Materi-materi mata pelajaran PKn yang berhubungan dengan karakter menjadi acuan dalam membina karakter peserta didik agar menjadi karakter baik yang mempunyai sikap anti kekerasan. Tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk menanamkan, mengembangkan, dan membina peserta didik agar memiliki pemikiran yang kritis, rasional, bertanggungjawab, sehingga peserta didik dapat berkembang secara positif dan dapat berinteraksi dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam kehidupan keluarga, sekolah, masyarakat, bangsa dan negara serta dengan bangsa-bangsa lainnya.

Program pembudayaan berhasil dalam membina karakter anti kekerasan. Dari data hasil wawancara dan observasi juga menunjukkan bahwa program pembudayaan berhasil dalam menanggulangi kekerasan pelajar di SMA Pasundan 2 Bandung. Hal tersebut didasarkan pada catatan tidak adanya peserta didik yang melakukan kekerasan yang terdapat di BP/BK. Program pembudayaan berhasil


(36)

94

dalam membina karakter anti kekerasan peserta didik SMA Pasundan 2 Bandung guna menanggulangi kekerasan pelajar yang mungkin bisa terjadi. Menurut peneliti, program pembudayaan tersebut akan semakin berhasil jika dilakukan seluruh pihak di SMA Pasundan 2 Bandung secara bersama-sama serta menambahkan ceramah tentang nilai, moral, dan agama yang rutin dilaksanakan setiap hari. Melalui ceramah diharapkan peserta didik tidak hanya mengetahui kegiatan keagamaan dan fasih melafalkan ayat-ayat Al-Quran, tetapi juga dapat memahami nilai-nilai agama secara mendalam.

Penciptaan suasana kondusif dalam proses belajar mengajar sangat membantu dalam menanamkan karakter anti kekerasan. Penerapan sikap disiplin yang diterapkan guru dalam peraturan kelas berperngaruh dalam keberhasilan proses pembelajaran demi menciptakan suasana belajar yang kondusif. Menciptakan suasana kondusif dalam proses belajar mengajar sangat penting. Melalui suasana belajar yang kondusif memudahkan peserta didik untuk memahami materi pelajaran dan dapat membantu pendidik dalam mengajarkan materi yang berhubungan dengan nilai-nilai anti kekerasan.

2. Kesimpulan Khusus

a. Guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan telah mampu mengintegrasikan nilai-nilai serta moral baik dalam materi pembelajaran hubungan internasional dan sengketa internasional.

b. Integrasi PKn sebagai mata pelajaran dalam membina karakter anti kekerasan dilakukan dengan menanamkan nilai-nilai karakter baik seperti relegius, jujur, dan toleransi.

c. Pembudayaan yang dilakukan sekolah dalam membina karakter anti kekerasan di kalangan siswa dilakukan melalui kegiatan membaca Al Quran dan sholat dzuhur berjamaah agar para siswa memiliki karakter yang memahami nilai-nilai agama untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah serta jauh dari tindakan kekerasan.


(37)

d. Penciptaan suasana kondusif dilakukan guru dengan cara menciptakan suasana belajar yang nyaman dan membuat peraturan tata tertib kelas.

B.Saran

Adapun saran yang bisa peneliti berikan dari permasalahan ini guna memenuhi tujuan dan manfaat penelitian adalah sebagai berikut :

1. Saran untuk Guru di sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang menanamkan nilai-nilai yang diberikan oleh guru kepada siswa. Nilai yang harus ditanamkan dan dikembangkan oleh guru sebagai pendidik yaitu:

a. Guru hendaknya lebih mengembangkan nilai-nilai positif yang ada di sekolah seperti kejujuran, toleransi, kecerdasan, tanggung jawab, dan kedisiplinan.

b. Guru hendaknya menyiapkan model pembelajaran yang baik agar siswa dapat memahami materi yang guru ajarkan.

c. Guru hendaknya lebih banyak menyelipkan karakter-karakter yang baik untuk siswanya dalam setiap proses belajar mengajar.

d. Perlu lebih meningkatkan pengelolaan kelas yang baik oleh guru guna mencapai tujuan pengajaran.

e. Guru hendaknya lebih meningkatkan peran sebagai keteladanan sikap yang baik kepada siswanya.

f. Hendaknya lebih mengintensifkan hubungan komunikasi antara guru dengan orang tua siswa untuk bekerjasama dalam membina karakter anti kekerasan pada siswa.

2. Saran untuk siswa

a. Siswa diharapkan terus mengikuti proses pembelajaran dan pelajaran yang diajarkan oleh guru di sekolah.


(38)

96 c. Mencerminkan karakter baik dalam kehidupan sehari-hari dengan

berperilaku baik di sekolah, di rumah, dan di lingkungan masyarakat.

3. Saran untuk Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

a. Memperbanyak kajian ilmu PKn dalam perkuliahan untuk meningkatkan pembinaan karakter anti kekerasan.

b. Mampu menjadikan mahasiswa sebagai warga negara yang baik c. Membantu mahasiswa mewujudkan nilai-nilai Pancasila.

d. Menjadikan mahasiswa yang cinta tanah air dengan menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

4. Saran untuk mahasiswa Pendidikan Kewarganegaraan a. Lebih menghargai antar suku bangsa Indonesia.

b. Berperilaku dan bersikap baik sesuai dengan nilai dan norma. c. Berfikir kritis, rasional, dan bersikap demokratis.

d. Menjadi warga negara yang baik


(39)

Daftar Pustaka

Asmani, Jamal. (2011). Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter Sekolah. Jogjakarta: Diva Press.

Basnawi dan M Arifin. (2012). Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Karakter. Jogjakarta: Ar-ruzz Media.

Budimansyah, Dasim. (2010). Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Membangun Karakter Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press.

Budimanyah, Dasim. dan Komalasari, Kokom. (eds) (2011). Pendidikan Karakter: Nilai Inti Bagi Upaya Pembinaan Kepribadian Bangsa. Bandung : Widya Aksara Press.

Budimansyah, Dasim. (2012). Perancangan Pembelajaran Berbasis Karakter: Seri Pembinaan Profesionalisme Guru. Bandung: Widya Aksara Press. Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. (2010).

Pendidikan Karakter: Kumpulan Pengalaman Inspirasi. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional.

Faisal sanapiah. 1992. Dasar dan teknik menyusun angket. Surabaya: usaha nasional.

Fathoni, Abdurrahmat. (2006). Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta: Rineka Cipta

Hasan, Said Hamid. (2010). Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan.

Indonesia, Undang-undang Tentang Perkawinan, UU No. 1 tahun 1974. LN No. 1 Tahun 1974. TLN No. 3019

Jabar, Mohd Azidan Abdul. (2006). Cemerlang, gemilang dan terbilang: Ikrar Pelajar (Siri Motivasi Dan Kecemerlangan Utusan). Kuala Lumpur : Utusan Publications & Distributors.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2011). Jakarta. Departemen Pendidikan Indonesia: Balai Pustaka.


(40)

Kementrian Pendidikan Nasional. (2010). Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Kemendiknas.

Kusuma, Dede (2009). Membina karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Kesuma, Dharma. Dkk. (2011). Pendidikan Karakter Di Sekolah. Bandung:

Rosda.

Lickona, Thomas. (1991). Educating For Character: How Our Schools Can Teach Respect and Responbility. Jakarta: Bumi Aksara.

Masri, Sulaiman. (2006). Bahasa Melayu: Dimensi Pengajaran dan Pembelajaran. Kuala Lumpur: Utusan Publications & Distributors. Masyhuri, Zainuddin. (2008). Metodologi Penelitian-Pendekatan Praktis dan

Aplikatif. Bandung : PT Refika Aditama

Megawangi, Ratna. (2004). Pendidikan Karakter: Solusi yang tepat untuk membangun bangsa. Jakarta: Indonesia Heritage Foundation

Moleong, Lexy. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif: edisi revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Muslich, Masnur. (2010). Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara.

Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi. (2009). Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara

Nasution (2003). Metode Research. Jakarta : Bumi Aksara.

Poerwadarminta, WJS. (1996). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud. Rusyan, Tabrani. (1989). Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung:

Remaja Karya.

Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group.

Sarwono, Sarlito Wiriawan. (2001). Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alpabeta.


(41)

Syarbini, Amirulloh. (2012). Buku Pintar Pendidikan Karakter: Panduan Lengkap Mendidik Karakter Anak di Sekolah, Madrasah, dan Rumah. Jakarta: Prima Pustaka.

Willis, Sofyan S. (1994). Problema Remaja dan Pemecahannya. Bandung: Angkasa.

Wirartha, I Made. (2006). Pedoman Penulisan Usulan Penelitian Skripsi dan Tesis. Yogyakarta : Andi.

Yusuf LN, Syamsu (2001). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sumber Lain:

Anna, Lusia Kus. “Pelajar Anggota Geng Motor Akan Diawasi”. Kompas (Senin 2 April 2012).

Dewi, Rosdianah. “Polisi Masih Diamkan Kasus Bullying Siswa SMU 82”. Kompas (Senin, 9 November 2009)

Fujiansyah, Tatik. (2007). Persepsi Siswa Terhadap Masalah Tawuran Di Kalangan Pelajar Dalam Kaitannya Dengan Kenakalan Remaja. Skripsi pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Hayati, Auliya Aenul. (2011). Pembinaan Karakter Siswa Sebagai Upaya Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) Yang Unggul. Skripsi pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Kuwado, Fabian Januaris. “Dua Kelompok Pelajar Adu Senjata”. Kompas (Rabu, 12 Desember 2012)

More, Imanuel. “Pelaku Bullying Langsung Ditahan Bila Terbukti Ada Ancaman”. Kompas (Senin 30 Juli 2012)

Sudarsono, Ratih Prahesti. “Pelajar Tewas Akibat Tawuran”. Kompas (Senin 12 September 2011).

Sudarsono, Ratih Prahesti. “2 Pelajar Kena Bacok dalam Tawuran di Kebayoran Baru”. Kompas (Kamis 19 April 2012).


(1)

94

Teguh Mahgditian, 2014

Peran Sekolah Dalam Membina Karakter Anti Kekerasan Di Kalangan Pelajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam membina karakter anti kekerasan peserta didik SMA Pasundan 2 Bandung guna menanggulangi kekerasan pelajar yang mungkin bisa terjadi. Menurut peneliti, program pembudayaan tersebut akan semakin berhasil jika dilakukan seluruh pihak di SMA Pasundan 2 Bandung secara bersama-sama serta menambahkan ceramah tentang nilai, moral, dan agama yang rutin dilaksanakan setiap hari. Melalui ceramah diharapkan peserta didik tidak hanya mengetahui kegiatan keagamaan dan fasih melafalkan ayat-ayat Al-Quran, tetapi juga dapat memahami nilai-nilai agama secara mendalam.

Penciptaan suasana kondusif dalam proses belajar mengajar sangat membantu dalam menanamkan karakter anti kekerasan. Penerapan sikap disiplin yang diterapkan guru dalam peraturan kelas berperngaruh dalam keberhasilan proses pembelajaran demi menciptakan suasana belajar yang kondusif. Menciptakan suasana kondusif dalam proses belajar mengajar sangat penting. Melalui suasana belajar yang kondusif memudahkan peserta didik untuk memahami materi pelajaran dan dapat membantu pendidik dalam mengajarkan materi yang berhubungan dengan nilai-nilai anti kekerasan.

2. Kesimpulan Khusus

a. Guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan telah mampu mengintegrasikan nilai-nilai serta moral baik dalam materi pembelajaran hubungan internasional dan sengketa internasional.

b. Integrasi PKn sebagai mata pelajaran dalam membina karakter anti kekerasan dilakukan dengan menanamkan nilai-nilai karakter baik seperti relegius, jujur, dan toleransi.

c. Pembudayaan yang dilakukan sekolah dalam membina karakter anti kekerasan di kalangan siswa dilakukan melalui kegiatan membaca Al Quran dan sholat dzuhur berjamaah agar para siswa memiliki karakter yang memahami nilai-nilai agama untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah serta jauh dari tindakan kekerasan.


(2)

95

Teguh Mahgditian, 2014

Peran Sekolah Dalam Membina Karakter Anti Kekerasan Di Kalangan Pelajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d. Penciptaan suasana kondusif dilakukan guru dengan cara menciptakan suasana belajar yang nyaman dan membuat peraturan tata tertib kelas.

B.Saran

Adapun saran yang bisa peneliti berikan dari permasalahan ini guna memenuhi tujuan dan manfaat penelitian adalah sebagai berikut :

1. Saran untuk Guru di sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang menanamkan nilai-nilai yang diberikan oleh guru kepada siswa. Nilai yang harus ditanamkan dan dikembangkan oleh guru sebagai pendidik yaitu:

a. Guru hendaknya lebih mengembangkan nilai-nilai positif yang ada di sekolah seperti kejujuran, toleransi, kecerdasan, tanggung jawab, dan kedisiplinan.

b. Guru hendaknya menyiapkan model pembelajaran yang baik agar siswa dapat memahami materi yang guru ajarkan.

c. Guru hendaknya lebih banyak menyelipkan karakter-karakter yang baik untuk siswanya dalam setiap proses belajar mengajar.

d. Perlu lebih meningkatkan pengelolaan kelas yang baik oleh guru guna mencapai tujuan pengajaran.

e. Guru hendaknya lebih meningkatkan peran sebagai keteladanan sikap yang baik kepada siswanya.

f. Hendaknya lebih mengintensifkan hubungan komunikasi antara guru dengan orang tua siswa untuk bekerjasama dalam membina karakter anti kekerasan pada siswa.

2. Saran untuk siswa

a. Siswa diharapkan terus mengikuti proses pembelajaran dan pelajaran yang diajarkan oleh guru di sekolah.


(3)

96

Teguh Mahgditian, 2014

Peran Sekolah Dalam Membina Karakter Anti Kekerasan Di Kalangan Pelajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Mencerminkan karakter baik dalam kehidupan sehari-hari dengan berperilaku baik di sekolah, di rumah, dan di lingkungan masyarakat.

3. Saran untuk Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

a. Memperbanyak kajian ilmu PKn dalam perkuliahan untuk meningkatkan pembinaan karakter anti kekerasan.

b. Mampu menjadikan mahasiswa sebagai warga negara yang baik c. Membantu mahasiswa mewujudkan nilai-nilai Pancasila.

d. Menjadikan mahasiswa yang cinta tanah air dengan menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

4. Saran untuk mahasiswa Pendidikan Kewarganegaraan a. Lebih menghargai antar suku bangsa Indonesia.

b. Berperilaku dan bersikap baik sesuai dengan nilai dan norma. c. Berfikir kritis, rasional, dan bersikap demokratis.

d. Menjadi warga negara yang baik


(4)

Teguh Mahgditian, 2014

Peran Sekolah Dalam Membina Karakter Anti Kekerasan Di Kalangan Pelajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Daftar Pustaka

Asmani, Jamal. (2011). Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter Sekolah. Jogjakarta: Diva Press.

Basnawi dan M Arifin. (2012). Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Karakter. Jogjakarta: Ar-ruzz Media.

Budimansyah, Dasim. (2010). Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Membangun Karakter Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press.

Budimanyah, Dasim. dan Komalasari, Kokom. (eds) (2011). Pendidikan Karakter: Nilai Inti Bagi Upaya Pembinaan Kepribadian Bangsa. Bandung : Widya Aksara Press.

Budimansyah, Dasim. (2012). Perancangan Pembelajaran Berbasis Karakter: Seri Pembinaan Profesionalisme Guru. Bandung: Widya Aksara Press. Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. (2010).

Pendidikan Karakter: Kumpulan Pengalaman Inspirasi. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional.

Faisal sanapiah. 1992. Dasar dan teknik menyusun angket. Surabaya: usaha nasional.

Fathoni, Abdurrahmat. (2006). Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta: Rineka Cipta

Hasan, Said Hamid. (2010). Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan.

Indonesia, Undang-undang Tentang Perkawinan, UU No. 1 tahun 1974. LN No. 1 Tahun 1974. TLN No. 3019

Jabar, Mohd Azidan Abdul. (2006). Cemerlang, gemilang dan terbilang: Ikrar

Pelajar (Siri Motivasi Dan Kecemerlangan Utusan). Kuala Lumpur :

Utusan Publications & Distributors.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2011). Jakarta. Departemen Pendidikan Indonesia: Balai Pustaka.


(5)

Teguh Mahgditian, 2014

Peran Sekolah Dalam Membina Karakter Anti Kekerasan Di Kalangan Pelajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kementrian Pendidikan Nasional. (2010). Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Kemendiknas.

Kusuma, Dede (2009). Membina karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Kesuma, Dharma. Dkk. (2011). Pendidikan Karakter Di Sekolah. Bandung:

Rosda.

Lickona, Thomas. (1991). Educating For Character: How Our Schools Can Teach Respect and Responbility. Jakarta: Bumi Aksara.

Masri, Sulaiman. (2006). Bahasa Melayu: Dimensi Pengajaran dan

Pembelajaran. Kuala Lumpur: Utusan Publications & Distributors.

Masyhuri, Zainuddin. (2008). Metodologi Penelitian-Pendekatan Praktis dan Aplikatif. Bandung : PT Refika Aditama

Megawangi, Ratna. (2004). Pendidikan Karakter: Solusi yang tepat untuk membangun bangsa. Jakarta: Indonesia Heritage Foundation

Moleong, Lexy. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif: edisi revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Muslich, Masnur. (2010). Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara.

Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi. (2009). Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara

Nasution (2003). Metode Research. Jakarta : Bumi Aksara.

Poerwadarminta, WJS. (1996). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud. Rusyan, Tabrani. (1989). Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung:

Remaja Karya.

Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group.

Sarwono, Sarlito Wiriawan. (2001). Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alpabeta.


(6)

Teguh Mahgditian, 2014

Peran Sekolah Dalam Membina Karakter Anti Kekerasan Di Kalangan Pelajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Syarbini, Amirulloh. (2012). Buku Pintar Pendidikan Karakter: Panduan Lengkap Mendidik Karakter Anak di Sekolah, Madrasah, dan Rumah. Jakarta: Prima Pustaka.

Willis, Sofyan S. (1994). Problema Remaja dan Pemecahannya. Bandung: Angkasa.

Wirartha, I Made. (2006). Pedoman Penulisan Usulan Penelitian Skripsi dan Tesis. Yogyakarta : Andi.

Yusuf LN, Syamsu (2001). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sumber Lain:

Anna, Lusia Kus. “Pelajar Anggota Geng Motor Akan Diawasi”. Kompas (Senin 2 April 2012).

Dewi, Rosdianah. “Polisi Masih Diamkan Kasus Bullying Siswa SMU 82”. Kompas (Senin, 9 November 2009)

Fujiansyah, Tatik. (2007). Persepsi Siswa Terhadap Masalah Tawuran Di Kalangan Pelajar Dalam Kaitannya Dengan Kenakalan Remaja. Skripsi pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Hayati, Auliya Aenul. (2011). Pembinaan Karakter Siswa Sebagai Upaya Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) Yang Unggul. Skripsi pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Kuwado, Fabian Januaris. “Dua Kelompok Pelajar Adu Senjata”. Kompas (Rabu, 12 Desember 2012)

More, Imanuel. “Pelaku Bullying Langsung Ditahan Bila Terbukti Ada Ancaman”. Kompas (Senin 30 Juli 2012)

Sudarsono, Ratih Prahesti. “Pelajar Tewas Akibat Tawuran”. Kompas (Senin 12 September 2011).

Sudarsono, Ratih Prahesti. “2 Pelajar Kena Bacok dalam Tawuran di Kebayoran Baru”. Kompas (Kamis 19 April 2012).