PENINGKATAN KOMUNIKASI DAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA Peningkatan Komunikasi Dan Pemahaman Konsep Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Melalui Model Learning Cycle ‘5E’ (PTK Pada Siswa Kelas VII PK Semester Genap SMP Muhammadiyah

PENINGKATAN KOMUNIKASI DAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA
DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
MELALUI MODEL LEARNING CYCLE ‘5E’
(PTK Pada Siswa Kelas VII PK Semester Genap SMP Muhammadiyah 7 Surakarta
Tahun Ajaran 2012/ 2013)

NASKAH PUBLIKASI
Untuk memenuhi sebagai prasyaratan
Guna mencapai derajat Sarjana S-1
Pendidikan Matematika

LILIS SUMARNI
A 410 090 054

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013

PERNYATAAN

Dengan ini, menyatakan bahwa naskah publikasi yang saya buat tidak

terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanahan di
suatu Perguruan Tinggi. Dari yang saya ketahui tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu
dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak dikemudian hari terbukti ada ketidakbenaran dalam
pernyataan saya di atas, maka saya akan bertanggung jawab sepenuhnya.

Surakarta, 4 Juni 2013

Lilis Sumarni

PENINGKATAN KOMUNIKASI DAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA
DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
MELALUI MODEL LEARNING CYCLE ‘5E’
Oleh :
1

Lilis Sumarni dan Budi Murtiyasa2
1


Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika, en.lily@rocketmail.com
2

Staff Pengajar UMS, bdmurtiyasa@yahoo.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan komunikasi dan pemahaman
konsep siswa dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan model
Learning Cycle „5E‟. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subyek
penelitian ini adalah guru yang memberikan tindakan kelas dan penerima tindakan
adalah siswa kelas VII PK SMP Muhammadiyah 7 Surakarta yang berjumlah 23.
Metode pengumpulan data dilakukan melalui observasi, catatan lapangan,
wawancara, dokumentasi, dan tes. Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif
kualitatif dengan metode alur yang dianalisis dari tindakan pembelajaran
dilaksanakan dan dikembangkan selama proses pembelajaran. Validitas data
menggunakan teknik triangulasi, yaitu triangulasi penyidik. Hasil penelitian
menunjukkan adanya peningkatan komunikasi dan pemahaman konsep siswa.
Penemuan dari penelitian menunjukkan: 1) siswa yang mampu menyajikan
pernyataan matematika lisan, tertulis, dan gambar sebelum tindakan 17,39%
setelah tindakan 86,96%; 2) siswa yang mampu menarik kesimpulan dari

pernyataan sebelum tindakan 17,39% setelah tindakan 73,91%; 3) siswa mampu
menyatakan ulang sebuah konsep sebelum tindakan 13,04% setelah tindakan
78,26%; 4) siswa yang mampu mengaplikasikan konsep dalam memecahkan
masalah sebelum tindakan 21,74% setelah tindakan 73,91%. Sehingga
disimpulkan bahwa penggunaan model Learning Cycle „5E‟ dalam pembelajaran
matematika dapat meningkatkan komunikasi dan pemahaman konsep siswa.
Kata kunci : komunikasi, Learning Cycle ‘5E’, pemahaman konsep

Abstract
This research has purpose to improve communication and understanding
of the students in learning math concepts using the Learning Cycle ‘5E’ model.
Type of research is a classroom action research. The subject of this research is
teacher that provides classroom actions research and the actions receiver are the
students of class VII PK who are amount 23 students. Technique of collecting data
are observation, field notes, interviews, documentation, and testing. The approach
of the research is descriptive qualitative by using groove method that is analyzed
from action learning implemented and developed during the learning process. The

validity of the data using triangulation techniques, namely investigator
triangulation. The results showed an increase in students' communication and

understanding concepts. The findings of the research show: 1) students are able to
present oral statements math, writing, and drawing before the action 17,39% after
the action 86,96%; 2) students are able to draw conclusions from statements
before the action 17,39% after the action 73,91%; 3) the student is able to express
a concept over before the action 13,04% after the action 78,26%; 4) students are
able to apply the concept in problem solving before the action 21,74% after the
action 73,91%. Therefore concluded that the use of Learning Cycle ‘5E’ model 'in
mathematics learning can improve students' communication and understanding
concepts.
Keywords: communication, Learning Cycle '5E ', understanding of concepts

PENDAHULUAN
Pemahaman konsep merupakan suatu hambatan siswa dalam belajar
matematika. Tidak sedikit siswa hanya menerima pengetahuan yang cenderung
diperoleh melalui hafalan tanpa memahami konsep dari pelajaran itu sendiri. Ini
mengakibatkan ilmu pengetahuan yang mereka peroleh hanya bersifat sementara.
Salah satu faktor yang dapat membangun pemahaman konsep siswa yaitu
berkomunikasi. Dalam berkomunikasi akan terjadi pertukaran ide dan pemikiran
antarsiswa. Hal ini akan memberikan kesempatan siswa untuk membangun
pemahaman konsep dan menghindari kesalahan konsep siswa dalam pembelajaran

matematika. Percakapan antarsiswa dan guru juga akan mendorong atau
memperkuat pemahaman yang mendalam akan konsep-konsep matematika.
Tujuan pembelajaran matematika poin pertama dan keempat yang
tercantum dalam permen nomor 22 tahun 2006 adalah: 1) agar siswa memiliki
kemampuan memahami konsep matematika menjelaskan keterkaitan antarkonsep
dan mengaplikasikan konsep antau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan
tepat, dalam pemecahan masalah, serta 2) mengomunikasikan gagasan dengan
simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
Dengan demikian, jelas bahwa komunikasi dan pemahaman konsep merupakan
kemampuan penting yang harus dikembangkan dalam diri siswa.
Berdasarkan pengamatan peneliti, keadaan siswa kelas VII Program
Khusus (PK) SMP Muhammadiyah 7 Surakarta yang terdiri dari 23 siswa hanya 4

siswa yang mampu menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, dan
gambar, hanya 4 siswa yang mampu menarik kesimpulan dari pernyataan, hanya 3
siswa yang mampu menyatakan ulang sebuah konsep, dan hanya 5 siswa yang
mampu mengaplikasikan konsep dalam pemecahan masalah. Hal ini membuktikan
bahwa masih rendahnya komunikasi dan pemahaman konsep dalam mengikuti
kegiatan belajar matematika.
Pembelajaran di dalam kelas belum bersifat student centered learning

(pembelajaran berpusat pada siswa). Ceramah menjadi metode utama yang dipilih
guru, sehingga proses pembelajaran yang menuntut siswa sebagai pelaku belajar
yang aktif belum dapat berjalan dengan optimal. Hal ini diketahui bahwa sebagian
besar guru matematika di sekolah menerapkan model pembelajaran konvensional.
Aliran konstruktivisme memandang bahwa pengetahuan itu diperoleh
secara aktif oleh individu dan lebih menekankan pada pembelajaran yang berpusat
pada siswa. Sebuah model pembelajaran yang didasari oleh pandangan
konstruktivisme adalah Learning Cycle ‘5E’. Model Learning Cycle ‘5E’
merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme
yang berupa lima tahap kegiatan. Tahap-tahap model Learning Cycle ‘5E’
menurut Wena (2012: 176) dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
1
Tahap Pembangkitan
Minat
(engangement)

5
Tahap Evaluasi
(evaluation)


2
Tahap Eksplorasi
(exploration)

4
Tahap Elaborasi
(elaboration/ extention)

3
Tahap Penjelasan
(explanation)

Gambar 1 Tahap-tahap Model Learning Cycle ‘5E’
Berdasarkan gambar 1 tersebut dapat dijelaskan bahwa model Learning
Cycle ‘5E’ terdiri dari lima tahapan, antara lain: 1) Tahap membangkitkan minat
siswa (engagement); 2) Tahap eksplorasi (exploration) yaitu siswa menyelidiki

permasalahan secara berdiskusi; 3) Tahap penjelasan (explanation) yaitu siswa
menjelaskan hasil diskusi; 4) Tahap elaborasi (elaboration) yaitu siswa
memperluas pengetahuan barunya; dan 5) Tahap evaluasi (evaluation) yaitu siswa

mengerjakan evaluasi mandiri.
Model Learning Cycle ‘5E’ memiliki beberapa keunggulan, antara lain: 1)
Pembelajaran bersifat student centered; 2) Informasi baru dikaitkan dengan
pengetahuan yang telah dimiliki siswa; 3) Orientasi pembelajaran adalah
investigasi dan penemuan yang merupakan pemecahan masalah; 4) Proses
pembelajaran menjadi lebih bermakna karena mengutamakan pengalaman nyata;
5) Menghindarkan siswa dari cara belajar tradisional yang cenderung menghafal;
dan 6) Membentuk siswa yang aktif, kritis, dan kreatif.
Berdasarkan keunggulan model Learning Cycle ‘5E’ tersebut diduga dapat
meningkatkan komunikasi dan pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran
matematika.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan subjek
penelitian adalah siswa kelas VII PK SMP Muhammadiyah 7 Surakarta yang
berjumlah 23 siswa yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan.
Subjek penelitian ditentukan setelah peneliti melakukan observasi dan
berkonsultasi dengan guru matematika kelas VII. Kelas VII PK dipilih karena
berdasarkan observasi yang dilakukan, dalam kelas inilah yang mengindikasikan
kemampuan komunikasi dan pemahaman konsep yang masih rendah.

Penelitian ini mengacu pada model penelitian tindakan kelas dari Kemmis
dan Taggart. Adapun langkah-langkah penelitian yaitu: 1) dialog awal, 2)
perencanaan tindakan kelas, 3) pelaksanaan tindakan, 4) observasi dan
monitoring, 5) refleksi, dan 6) evaluasi. Siklus akan berakhir jika hasil penelitian
yang diperoleh telah memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan.
Metode pengumpulan data pada penelitian ini meliputi: 1) Observasi,
untuk mengetahui seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran; 2) Catatan
lapangan, mencatat kejadian penting yang muncul yang belum terdapat pada

observasi; 3) Wawancara, digunakan untuk mengetahui respon dari guru; 4)
Dokumentasi, untuk memperoleh data-data berupa data sekolah, data siswa, foto,
dan video selama melakukan penelitian; dan 5) Metode tes, untuk memperoleh
data komunikasi dan pemahaman konsep siswa saat mengerjakan latihan soal.
Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif
kualitatif dilakukan dengan metode alur, yaitu data dianalisis sejak tindakan
pembelajaran dilaksanakan dan dikembangkan selama proses pembelajaran. Alur
yang dilalui dalam analisis data meliputi reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan. Penelitian ini menggunakan triangulasi penyidik. Menurut
Muhadi (2011: 20) triangulasi peneliti atau penyidik adalah penggunaan lebih dari
satu pengamat.

Analisis dari fokus penelitian ditujukan pada siswa dari segi komunikasi
siswa, dengan indikator: 1) mampu menyajikan pernyataan matematika secara
lisan, tertulis, dan gambar; dan 2) mampu dalam menarik kesimpulan dari
pernyataan. Selain itu, penelitian juga ditujukan dari segi pemahaman konsep
siswa, dengan indikator: 1) mampu menyatakan ulang sebuah konsep; dan 2)
mampu mengaplikasikan konsep dalam pemecahan masalah.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian dilakukan dalam dua siklus. Pada tindakan kelas siklus I
komunikasi dan pemahaman konsep siswa mulai meningkat, tetapi belum
mencapai indikator yang diharapkan, sehingga penelitian dilanjutkan pada
tindakan kelas siklus II.
Berdasarkan pembelajaran yang telah dilaksanakan dan berakhir pada
siklus II, kemampuan komunikasi dan pemahaman konsep matematika siswa
mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Pembahasan terhadap
permasalahan penelitian maupun hipotesis tindakan berdasarkan pada analisis data
dari hasil penelitian kolaboratif peneliti dengan guru matematika SMP
Muhammadiyah 7 Surakarta yang terlibat dalam kegiatan penelitian ini. Hal ini
sebagai upaya untuk meningkatkan komunikasi dan pemahaman konsep siswa
dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan model Learning Cycle


‘5E’. Hal-hal yang dibahas dalam pembahasan ini adalah sesuatu yang berkaitan
dengan permasalahan penelitian dalam hipotesis tindakan. Adapun permasalahan
yang akan dicari jawabannya dalam penelitian ini yaitu adakah peningkatan
komunikasi siswa dalam pembelajaran matematika setelah diterapkan model
Learning Cycle ‘5E’.
Tindakan yang dilakukan peneliti yang dibantu oleh guru matematika
adalah mendorong siswa untuk berkomunikasi dalam pembelajaran matematika,
yaitu dengan menerapkan model Learning Cycle ‘5E’. Setiap tahapan Learning
Cycle ‘5E’ selalu menuntut siswa untuk berinteraksi, sehingga berdampak positif
pada komunikasi siswa. Hal ini dapat dilihat dari pencapaian indikator yang
melebihi harapan peneliti. Hasil penelitian ini ditunjukkan pada gambar 2
berikut.

Persentase (%)

Komunikasi Siswa
100
90
80
70
65
60
50
40
30
20
10
0

Menyajikan pernyataan
matematika secara lisan,
tertulis, dan gambar
Menarik kesimpulan dari
pernyataan
----- Batas indikator
Sebelum
tindakan

Siklus I

Siklus II

Tindakan

Gambar 2 Grafik Peningkatan Komunikasi Siswa
Berdasarkan gambar 2 di atas dapat ditunjukkan adanya peningkatan
komunikasi siswa sebelum dan sesudah tindakan menggunakan model Learning
Cycle ‘5E’. Indikator kemampuan menyajikan pernyataan matematika secara
lisan, tertulis, dan gambar mengalami peningkatan dari sebelum tindakan 4 siswa
(17,39%), siklus I menjadi 12 siswa (52,17%), dan siklus II menjadi 20 siswa
(86,96%). Indikator menarik kesimpulan dari pernyataan mengalami peningkatan

dari sebelum tindakan 4 siswa (17,39%), siklus I menjadi 10 siswa (43,48%), dan
siklus II menjadi 17 siswa (73,91%).
Penelitian yang dilaksanakan peneliti sejalan dengan penelitian para ahli.
Floriano dan Ines Bernardo (2012) mengungkapkan bahwa komunikasi di dalam
kelas sebagian besar terfokus pada guru yang menyediakan sedikit interaksi pada
siswa. Apabila guru mengubah perhatiannya pada pendapat setiap siswa, maka
siswa akan terdorong untuk saling bertanya dan berkomunikasi. Dalam penerapan
model Learning Cycle ‘5E’ ini guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan lisan
yang mendorong interaksi antar siswa, sehingga siswa saling berkomunikasi dan
menyampaikan gagasannya. Karlimah (2010) menunjukkan bahwa komunikasi
matematika dapat ditingkatkan melalui strategi PBL. Dalam penerapan model
Learning Cycle ‘5E’ ini juga memberikan permasalahan-permasalahan yang harus
diselesaikan secara berdiskusi, sehingga mendorong siswa berkomunikasi.
Abdulkadir dan Ahmed (2013) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa
model Learning Cycle ‘5E’ dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini
ditunjukkan pada adanya peningkatan pada nilai siswa sebelum dilakukan
tindakan sampai dilakukan tindakan siklus II.
Berdasarkan data-data yang diperoleh dalam penelitian ini dapat ditarik
kesimpulan bahwa dengan menggunakan model Learning C ycle ‘5E’ dapat
meningkatkan komunikasi siswa dalam pembelajaran matematika. Komunikasi
siswa meliputi kemampuan menyajikan pernyataan matematika seca lisan, tertulis,
dan gambar serta kemampuan menarik kesimpulan dari suatu pernyataan.
Permasalahan selanjutnya yang akan dibahas yaitu adakah peningkatan
pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran matematika setelah diterapkan
model Learning Cycle ‘5E’. Model Learning Cycle ‘5E’ merupakan model
pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme yang memandang bahwa
pengetahuan itu dibangun pada diri siswa. Model pembelajaran ini menuntut
siswa dalam menemukan konsep, mengaplikasikan konsep pada situasi baru, dan
menggunakan konsep untuk menyelesaikan masalah pada evaluasi mandiri. Pada
pelaksanaannya dengan model Learning Cycle ‘5E’ dapat meningkatkan

pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran matematika. Hasil penelitian
ditunjukkan pada gambar 3 berikut ini.

Pemahaman Konsep Siswa
90
80
Persentase (%)

70

65

60
Menyatakan ulang
sebuah konsep

50
40
30

Mengaplikasikan
konsep dalam
pemecahan masalah

20
10
0
Sebelum
tindakan

Siklus I

Siklus II

----- Batas indikator

Tindakan

Gambar 3 Grafik Peningkatan Pemahaman Konsep Siswa
Berdasarkan gambar 3 di atas dapat ditunjukkan adanya peningkatan
pemahaman konsep siswa sebelum dan sesudah tindakan menggunakan model
Learning Cycle ‘5E’. Indikator kemampuan menyatakan ulang sebuah konsep
mengalami peningkatan dari sebelum tindakan 3 siswa (13,04%), siklus I menjadi
10 siswa (43,48%), dan siklus II menjadi 18 siswa (78,26%). Indikator
kemampuan mengaplikasikan konsep dalam pemecahan masalah mengalami
peningkatan dari sebelum tindakan 5 siswa (21,74%), siklus I menjadi 13 siswa
(56,52%), dan siklus II menjadi 17 siswa (73,91%).
Penelitian yang dilaksanakan peneliti sejalan dengan penelitian para ahli.
Ibrahim Bayazit (2010) dalam pengamatannya menunjukkan bahwa untuk
membantu siswa mengembangkan pemahaman yang bermakna, maka guru harus
memungkinkan siswa untuk mengalami konsep dari seluruh representasi yang
tersedia. Penerapan model Learning Cycle ‘5E’ ini juga guru tidak
menyampaikan materi terlebih dahulu, melainkan siswa harus menemukan
konsep melalui rangkaian kegiatan diskusi. Berikut ini merupakan contoh
jawaban diskusi siswa menemukan luas persegi panjang dan persegi.

Gambar 4 Hasil Diskusi Siswa
Dari gambar 4 dapat dijelaskan bahwa siswa mampu menemukan konsep
sesuai yang diharapkan. Siswa berkomunikasi untuk menyelesaikan persoalan
diskusi. Mereka menghitung banyak kotak satuan luas pada persegi dan persegi
panjang. Jumlah dari kotak satuan ini merupakan luas persegi ataupun persegi
panjang. Dari kegiatan tersebut siswa mampu menyimpulkan bahwa luas persegi
dapat diperoleh dengan cara mengalikan sisi dengan sisi, sedangkan luas persegi
panjang diperoleh dengan cara mengalikan panjang dengan lebar.
Noraini Idris (2009) menunjukkan bahwa belajar matematika dengan
menggunakan kegiatan menulis dapat meningkatkan pemahaman siswa.
Penerapan model Learning Cycle ‘5E’ ini juga menggunakan kegiatan menulis,
di antaranya yaitu menuliskan hasil diskusi kelompok, menuliskan hasil diskusi
di depan kelas, mengerjakan soal penerapan konsep dalam situasi baru, dan
mengerjakan soal evaluasi mandiri. Dari rangkaian kegiatan tersebut, siswa selalu
terlibat dalam kegiatan menulis, sehingga pemahaman konsep siswa mampu
meningkat. Pada penelitian ini terdapat soal evaluasi mandiri menghitung luas: (a)
bangun I, (b) bangun II, dan (c) bangun I + II pada gambar di bawah ini.

4 cm

=

6 cm

I

=

II

=

=
8 cm
Gambar 5 Soal Mandiri
Terdapat siswa yang dapat memahami soal dan belum memahami soal di
atas. Berikut ini merupakan contoh jawaban siswa yang mampu memahami
konsep yang telah dipelajari.

Gambar 6 Jawaban Siswa yang Mampu Memahami Konsep
Dari gambar 6 di atas, dari jawaban (a) dan (b), terlihat siswa mampu
menyatakan ulang konsep luas persegi panjang dan persegi. Siswa juga mampu
menggunakan konsep luas persegi panjang dan persegi pada kombinasi dua
bangun pada soal (c). Selain mampu menyatakan ulang konsep, siswa juga
mampu mengaplikasikan konsep untuk memecahkan masalah. Hal ini dapat
dilihat dari langkah-langkah siswa dalam mengerjakan soal hingga mendapatkan
jawaban yang tepat.
Berdasarkan data-data yang diperoleh dalam penelitian ini dapat ditarik
kesimpulan bahwa dengan menggunakan model Learning Cycle ‘5E’ dapat
meningkatkan pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran matematika.

Pemahaman konsep siswa meliputi kemampuan menyatakan ulang sebuah konsep
dan mengaplikasikan konsep dalam pemecahan masalah.

KESIMPULAN
Hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara kolaboratif peneliti
dengan guru matematika kelas VII PK SMP Muhammadiyah 7 Surakarta dalam
pembelajaran matematika dengan menggunakan model Learning Cycle ‘5E’ dapat
meningkatkan komunikasi dan pemahaman konsep siswa, diambil beberapa
kesimpulan. Adapun kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut :1) Guru harus
mampu menggunakan model pembelajaran yang tepat, sehingga dapat
meningkatkan sikap siswa secara keseluruhan ke arah yang lebih baik. Adapun
model pembelajaran yang dapat digunakan sebagai perbaikan, yaitu model
Learning Cycle ‘5E’; 2) Model Learning Cycle ‘5E’ dapat meningkatkan
komunikasi siswa dalam belajar matematika; dan 3) Model Learning Cycle ‘5E’
dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa.

DAFTAR PUSTAKA
Abdulkadir dan Ahmed. 2013. “The Effect Of 5e Learning Cycle Model In
Teaching Trigonometry On Students‟ Academic Achievement And The
Permanence Of Their Knowledge”. International Jornal on New Trends in
Education and Their Implication, 4 (1): 73-87.
Bayazit, Ibrahim. 2010. “The Influence of Teaching on Student Learning: The
Notion of Piecewise Function”. International Electronic Journal of
Elementary Education, 5 (3): 146-164.
Floriano dan Ines Bernardo. 2012. “Open-ended Tasks in the Promotion of
Classroom Communication in Mathematics”. International Electronic
Journal of Elementary Education, 4 (2): 287-300.
Idris, Noraini. 2009. “Enhancing Students‟ Understanding In Calculus Trough
Writing”. International Electronic Journal of Mathematics Education,
4(1): 36-55.
Karlimah. 2010. “Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematis
Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar Melalui Pembelajaran
Berbasis Masalah”. Jurnal Pendidikan, 11 (2): 51-60.

Muhadi. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Shira Media.
Wena, Made. 2012. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer . Jakarta: Bumi
Aksara.

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VIII MTs Negeri Kedondong Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 3 53

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 3 48

EFEKTIVITAS METODE MIND MAPPING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Xaverius 4 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 4 58

EFEKTIVITAS METODE MIND MAPPING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Xaverius 4 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 13 58

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL RECIPROCAL TEACHING TERHADAP AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 26 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 10 63

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 8 39

PENGARUH MUSIK INSTRUMENTAL DALAM PEMBELAJARAN TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 12 Bandarlampung Semester Genap T.A. 2012 – 2013)

4 23 247

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN REALISTIK (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 01 Pagelaran Tahun Ajaran 2014/1015)

3 19 59

EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2014-2015)

1 13 58

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika Materi Himpunan Pada Siswa Kelas VII 4 SMP Negeri 13 Tahun 2016

0 0 6