Faktor-Faktor yang Memengaruhi Rendahnya Posyandu yang Aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Gambir Baru Kecamatan Kisaran Timur Kabupaten Asahan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sejarah Posyandu
Untuk mempercepat terwujudnya masyarakat sehat, yang merupakan
bagian dari kesejahteraaan umum seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD
1945, Departemen Kesehatan pada tahun 1975 menetapkan kebijakan
Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD). Adapun yang dimaksud
dengan PKMD ialah strategi pembangunan kesehatan yang menerapkan prinsip
gotong royong dan swadaya masyarakat, dengan tujuan agar mayarakat dapat
menolong dirinya sendiri, melalui pengenalan dan penyelesaian masalah
kesehatan

secara

lintas

program

dan

lintas


sektor

terkait.

Pencanangan Posyandu yang merupakan bentuk baru ini, dilakukan secara
massal untuk pertama kali oleh Kepala Negara Republik Indonesia pada tahun
1986 di Yogyakarta, bertepatan dengan peringatan Hari Kesehatan Nasional.
Sejak saai itu Posyandu tumbuh dengan pesat. Pada tahun 1990, terjadi
perkembangan yang sangat luar biasa, yakni dengan keluarnya Instruksi Menteri
Dalam Negeri (Inmandagri) Nomor 9 Tahun 1990 tentang Peningkatan
Pembinaan Mutu Posyandu. Melalui instruksi ini, seluruh kepala daerah
ditugaskan untuk meningkatkan pengelolaan mutu Posyandu. Pengelolaan
Posyandu dilalulan oleh satu Kelompok Kerja Operasional (pokjanal) Posyandu
yang merupakan tanggung jawab bersama antara masyrakat dengan Pemerintah
Daerah (Pemda).

8

Universitas Sumatera Utara


9

2.1.1 Definisi Posyandu
Pos Pelayanan terpadu atau Posyandu adalah unit kegiatan yang dilakukan
oleh masyarakat dengan pembimbing dari tenaga kesehatan dari puskesmas yang
bertujuan untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal (Depkes, 2009).
Sedangkan menurut Departemen Kesehatan 2010 Pos Pelayanan Terpadu
(Posyandu) merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya
Manusia (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan
angka kematian ibu dan bayi. Posyandu yang terintegrasi adalah kegiatan
pelayanan sosial dasar keluarga dalam aspek pemantauan tumbuh kembang balita.
2.1.2 Tujuan Penyelenggaraan Posyandu
Adapun tujuan penyelenggaraan dari posyandu adalah sebagai berikut : 1).
Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu (ibu hamil,
melahirkan dan nifas), 2). Membudayakan NKKBS (Norma Keluarga Kecil
Bahagia Sejahtera), 3). Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat

untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan keluarga Berencana (KB) serta
kegiatan lainnya yang menunjang untuk tercapainya masyarakat sehat sejahtera,
4). Berfungsi sebagai Wahana Gerakan Reproduksi Keluarga Sejahtera, Gerakan
Ketahanan Keluarga dan Gerakan Ekonomi Keluarga Sejahtera, 5). Menghimpun
potensi masyarakat untuk berperan serta secara aktif meningkatkan kesehatan dan

Universitas Sumatera Utara

10

kesejahteraan ibu, bayi, balita dan keluarga serta mempercepat penurunan angka
kematian ibu, bayi dan balita (Cahyo, 2010).
2.1.3 Sasaran Posyandu
Sasaran kegiatan Posyandu menurut Depkes (2010) yaitu
a. Bayi berusia kurang dari 1 tahun dan balita (1-5 tahun)
b. Ibu hamil, ibu menyusui, ibu nifas dan Wanita Usia Subur (WUS)
2.1.4 Manfaat Posyandu
• Bagi Masyarakat
1. Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan
kesehatan bagi ibu, bayi, dan anak balita

2. Pertumbuhan anak balita terpantau sehingga tidak menderita gizi kurang
atau gizi buruk
3. Bayi dan anak balita mendapatkan kapsul Vitamin A
4. Bayi memperoleh imunisasi lengkap.
5. Ibu hamil akan terpantau berat badannya dan memperoleh tablet tambah
darah (Fe) serta imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
6. Ibu nifas memperoleh kapsul Vitamin A dan tablet tambah darah (Fe).
7. Memperoleh penyuluhan kesehatan terkait tentang kesehatan ibu dan
anak.
8. Apabila terdapat kelainan pada bayi, anak balita, ibu hamil, ibu nifas dan
ibu menyusui dapat segera diketahui dan dirujuk ke puskesmas.
9. Dapat berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang kesehatan ibu, bayi,
dan anak balita.

Universitas Sumatera Utara

11




Bagi Kader

1. Mendapatkan berbagai informasi kesehatan lebih dahulu dan lebih
lengkap.

2. Ikut berperan secara nyata dalam perkembangan tumbuh kembang anak
balita dan kesehatan ibu.

3. Citra diri meningkat di mata masyarakat sebagai orang yang terpercaya
dalam bidang kesehatan.

4. Menjadi panutan karena telah mengabdi demi pertumbuhan anak dan
kesehatan ibu.
2.1.5 Kegiatan Pelayanan Posyandu
2.1.5 Kegiatan Posyandu
Menurut Kemenkes RI (2011), kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan
utama dan kegiatan pengembangan atau pilihan. Secara rinci kegiatan utama
Posyandu adalah sebagai berikut:



Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

 Ibu Hamil
Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu hamil mencakup:
1. Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan, pengukuran
tekanandarah, pemantauan nilai status gizi (pengukuran lingkar lengan
atas), pemberian tablet besi, pemberian imunisasi Tetanus Toksoid,
pemeriksaan tinggi fundus uteri, temu wicara (konseling) termasuk
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca

Universitas Sumatera Utara

12

pesalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dibantu oleh kader.
Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas.
2. Untuk lebih meningkatkan kesehatan ibu hamil, perlu diselenggarakan
Kelas Ibu Hamil pada setiap hari buka Posyandu atau pada hari lain sesuai
dengankesepakatan. Kegiatan Kelas Ibu Hamilantara lain sebagai berikut:
a). Penyuluhan: tanda bahaya pada ibu hamil, persiapan persalinan,

persiapan menyusui, KB dan gizi, b). Perawatan payudara dan pemberian
ASI, c). peragaan pola makan ibu hamil, d). Peragaan perawatan bayi baru
lahir, dan e). senam hamil.
 Ibu Nifas dan Menyusui
Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu nifas dan menyusui mencakup:
a). Penyuluhan/konseling kesehatan, KB pasca persalinan, Inisiasi Menyusui Dini
(IMD) dan ASI eksklusif dan gizi, b). Pemberian 2 kapsul vitamin A warna merah
200.000 SI (1 kapsul segera setelah melahirkan dan 1 kapsul lagi 24 jam setelah
pemberian kapsul pertama), c) Perawatan payudara, d) Dilakukan pemeriksaan
kesehatan umum, pemeriksaan payudara, pemeriksaan tinggi fundus uteri (rahim)
dan pemeriksaan lochia oleh petugas pemeriksaan payudara, pemeriksaan tinggi
fundus uteri (rahim) dan pemeriksaan lochia oleh petugas kesehatan. Apabila
ditemukan kelainan, segera dirujuk ke puskesmas


Keluarga Berencana (KB)
Pelayanan KB di Posyandu yang dapat diberikan oleh kader adalah

pemberian kondom dan pemberian pil ulangan.Jika ada tenaga kesehatan
Puskesmas dapat dilakukan pelayanan suntikan KB dan konseling KB. Apabila


Universitas Sumatera Utara

13

tersedia ruangan dan peralatan yang menunjang serta tenaga yang terlatih dapat
dilakukan pemasangan IUD dan implant (Kemenkes RI, 2011).


Imunisasi
Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan oleh petugas

Puskesmas. Jenis imunisasi yang diberikan disesuaikan dengan program terhadap
bayi dan ibu hamil (Kemenkes RI, 2011). Survei epidemiologi untuk menemukan
kasus penyakit menular sedini mungkin, imunisasi untuk memberikan
perlindungan kepada kelompok-kelompok masyarakat sehingga dapat mencegah
terjadi penularan penyakit seperti TBC, tetanus, difteri, batuk rejan (pertusis),
polio, campak dan hepatitis B.



Pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh kader
Jenis pelayanan yang diberikan meliputi penimbangan berat badan, deteksi

dini gangguan pertumbuhan, penyuluhan dan konseling gizi, pemberian makanan
tambahan (PMT) lokal, suplementasi vitamin A dan tablet Fe. Apabila ditemukan
ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK), balita yang berat badannya tidak naik 2
kali berturut turut atau berada di bawah garis merah (BGM), kader wajib segera
melakukan rujukan ke Puskesmas atau Poskesdes.


Pencegahan dan Penanggulangan Diare

Pencegahan diare di Posyandu dilakukan dengan penyuluhan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS). Penanggulangan diare di posyandu dilakukan melalui
pemberian oralit.
Adapun kegiatan pengembangan atau pilihan dalam posyandu, yaitu
1. Bina Keluarga Balita (BKB)

Universitas Sumatera Utara


14

2. Tanaman Obat Keluarga (TOGA)
3. Bina Keluarga Lansia (BKL)
4. Pos Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
5. Berbagai program pembangunan masyarakat desa lainnya
2.1.6 Penyelenggaraan Posyandu
A. Pengelolaan Posyandu
Dalam penyelenggaraannya, pengelola posyandu dipilih dari dan oleh
masyarakat pada saat musyawarah pembentukan posyandu. Pengurus posyandu
sekurang–kurangnya terdiri dari ketua, sekertaris, dan bendahara.
Berikut ini beberapa kriteria pengelola Posyandu :
-

Sukarelawan dan tokoh masyarakat setempat.

-

Memiliki


semangat

pengabdian,

berinisiatif

tinggi,

dan

mampu

memotivasi masyarakat.
-

Bersedia bekerja secara sukarela bersama masyarakat.

B. Waktu dan Lokasi Posyandu
Penyelenggaraan posyandu sekurang–kurangnya satu kali dalam sebulan.
Jika diperlukan, hari buka posyandu dapat lebih dari satu kali dalam sebulan. Hari
dan waktunya sesuai dengan hasil kesepakatan bersama.
Posyandu berlokasi disetiap desa/keluarahan/RT/RW atau dusun, salah
satu kios pasar, salah satu ruangan perkantoran, atau tempat khusus yang
dibangun oleh swadaya masyarakat. Tempat penyelenggaraan posyandu ini
sebaiknya dilokasi yang mudah dijangkau masyarakat (Kemenkes RI, 2012).

Universitas Sumatera Utara

15

2.1.7 Pembentukan Posyandu
Langkah-langkah pembentukan Posyandu.:
1. Mempersiapkan para petugas/aparat sehingga bersedia dan memiliki
kemampuan mengelola serta membina posyandu.
2. Mempersiapkan masyarakat, khususnya tokoh masyarakat sehingga
bersedia mendukung penyelenggaraan posyandu.
3. Melakukan Survei Mawas Diri (SMD) agar masyarakat mempunyai rasa
memiliki, melalui penemuan sendiri masalah yang dihadapi dan potensi
yang dimiliki.
4. Melakukan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) untuk mendapatkan
dukungan dari tokoh masyarakat.
5. Membentuk dan memantau kegiatan Posyandu dengan kegiatan pemilihan
pengurus dan kader, orientasi pengurus dan pelatihan kader posyandu,
pembentukan dan peresmian posyandu, serta penyelengaraan dan
pemantauan kegiatan posyandu (Kemenkes RI, 2012).
2.1.8 Peran Kader
A. Sebelum Hari Posyandu
1. Melakukan persiapan penyelenggaraan kegiatan Posyandu.
2. Menyebarluaskan informasi tentang hari buka Posyandu melalui pertemuan
warga setempat atau surat edaran.
3.

Melakukan

pembagian

tugas

antar

kader,

meliputi

pendaftaran,

penimbangan, pencatatan, penyuluhan, pemberian makanan tambahan, serta
pelayanan yang dapat dilakukan oleh kader.

Universitas Sumatera Utara

16

4. Melakukan koordinasi dengan petugas kesehatan dan petugas lainnya terkait
dengan jenis layanan yang akan diselenggarakan. Jenis kegiatan ini
merupakan tindak lanjut dari kegiatan posyandu sebelumnya atau rencana
kegiatan yang telah ditetapkan berikutnya (Kemenkes RI, 2012).
B. Saat Hari Buka Posyandu
1. Melakukan pendaftaran, meliputi pendaftaran balita, ibu hamil, ibu nifas, ibu
menyusui, dan sasaran lainnya.
2. Pelayanan kesehatan ibu dan anak. Untuk pelayanan kesehatan anak pada
Posyandu, dilakukan penimbangan, pengukuran tinggi badan, pengukuran
lingkar kepala anak, pemantauan aktifitas anak, pemantauan status
imunisasi anak, pemantauan terhadap tindakan orangtua tentang pola asuh
yang dilakukan pada anak, pemantauan tentang permasalahan anak balita,
dan lain sebagainya.
3. Membimbing orang tua melakukan pencatatan terhadap berbagai hasil
pengukuran dan pemantauan kondisi anak balita.
4. Melakukan penyuluhan tentang pola asuh anak balita. Dalam kegiatan ini,
kader bisa memberikan layanan konsultasi, konseling, diskusi kelompok dan
demonstrasi dengan orangtua/keluarga anak balita.
5. Memotivasi orangtua balita agar terus melakukan pola asuh yang baik pada
anaknya, dengan menerapkan prinsip asih-asah-asuh.
6. Menyampaikan penghargaan kepada orangtua yang telah datang ke
Posyandu dan minta mereka untuk kembali pada hari Posyandu berikutnya.

Universitas Sumatera Utara

17

7. Menyampaikan informasi pada orangtua agar menghubungi kader apabila
ada permasalahan terkait dengan anak balitanya.
8. Melakukan pencatatan kegiatan yang telah dilakukan pada hari buka
Posyandu(Kemenkes RI, 2012).
C. Sesudah Hari Buka Posyandu
1. Melakukan kunjungan rumah pada balita yang tidak hadir pada hari buka
Posyandu, anak yang kurang gizi, atau anak yang mengalami gizi buruk
rawat jalan, dan lain-lain.
2. Memotivasi masyarakat, misalnya untuk memanfaatkan pekarangan dalam
rangka meningkatkan gizi keluarga, menanam tanaman obat keluarga,
membuat tempat bermain anak yang aman dan nyaman. Selain itu,
memberikan penyuluhan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS).
3. Melakukan pertemuan dengan tokoh masyarakat, pimpinan wilayah untuk
menyampaikan hasil kegiatan posyandu serta mengusulkan dukungan agar
Posyandu terus berjalan dengan baik.
4. Menyelenggarakan pertemuan, diskusi

dengan masyarakat, untuk

membahas kegiatan posyandu. Usulan dari masyarakat digunakan sebagai
bahan menyusun rencana tindak lanjut kegiatan berikutnya.
5. Mempelajari Sistem Informasi Posyandu (SIP). SIP adalah sistem
pencatatan data atau informasi tentang pelayanan yang diselenggarakan di
Posyandu. Manfaat SIP adalah sebagai panduan bagi kader untuk

Universitas Sumatera Utara

18

memahami permasalahan yang ada, sehingga dapat mengembangkan jenis
kegiatan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan sasaran.
6. Format SIP meliputi; • catatan ibu hamil, kelahiran, kematian bayi,
kematian ibu hamil, melahirkan, nifas; • catatan bayi dan balita yang ada
di wilayah kerja Posyandu; jenis kegiatan yang tepat dan sesuai dengan
kebutuhan sasaran.• catatan pemberian vitamin A, pemberian oralit,
pemberian tablet tambah darah bagi ibu hamil, tanggal dan status
pemberian imunisasi; • catatan wanita usia subur, pasangan usia subur,
jumlah rumah tangga, jumlah ibu hamil, umur kehamilan, imunisasi ibu
hamil, risiko kehamilan, rencana penolong persalinan, tabulin, ambulan
desa, calon donor darah yang ada di wilayah kerja Posyandu (Kemenkes
RI, 2012).
2.1.9 Strata Posyandu
1. Posyandu pratama (warna merah)
Posyandu pratama adalah Posyandu yang masih belum mantap,
kegiatannya belum bisa rutin tiap bulan dan kader aktifnya terbatas.
2. Posyandu madya (warna kuning)
Posyandu madya adalah posyandu yang sudah dapat melaksanakan
kegiatan lebih dari 8 kali/tahun dengan rata-rata jumlah kader tugas 5
orang atau lebih, akantetapi cakupan program utama masih rendah yaitu
50%.

Universitas Sumatera Utara

19

3. Posyandu purnama (warna hijau)
Posyandu purnama adalah Posyandu yang frekuensinya lebih dari
8x/tahun, rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih dan cakupan 5
program lebih dari 50%. Sudah ada program tambahan, bahkan sudah
ada dana sehat yang masih sederhana.
4. Posyandu mandiri (warna biru)
Posyandu mandiri adalah Posyandu yang sudah dapat melakukan
kegiatan secara teratur, cakupan 5 program sudah bagus, ada program
tambahan dan dana sehat telah menjangkau lebih dari 50% kepala
keluarga (Depkes RI, 2010).
2.2 Fungsi Manajemen Program
2.2.1 Perencanaan
2.2.1.1 Pengertian
Perencanaan adalah fungsi terpenting dalam manajemen, oleh karena itu
perencanaan merupakan landasan dasar dari fungsi manajemen secara
keseluruhan. Tanpa ada fungsi perencanaan tidak mungkin fungsi manajemen
lainnya akan dapat dilaksanakan dengan baik.
Perencanaan manajerial akan memberikan pola pandang secara menyeluruh
terhadap semua pekerjaan yang akan dijalankan, siapa yang akan melakukan dan
kapan akan dilakukan. Perencanaan merupakan tuntunan terhadap proses
pencapaian tujuan secara efisien dan efektif (Muninjaya, 2011).
2.2.1.2 Manfaat Perencanaan
Melalui perencanaan program akan dapat diketahui :
1. Tujuan dan cara mencapainya

Universitas Sumatera Utara

20

2. Jenis/struktur organisasi yang dibutuhkan
3. Jenis dan jumlah staf yang diinginkan, dan uraian tugasnya
4. Sejauh mana efektifitas kepemimpinan dan pengarahan yang diperlukan
5. Bentuk dan standar pengawasan yang dilakukan
Selain itu, perencanaan juga mempunyai keuntungan dan kelemahan
Keuntungan dengan tersusunnya perencanaan yang baik
1. Perencanaan menyebabkan berbagai macam aktifitas organisasi untuk
mencapai tujuan tertentu dapat dilakukan secara teratur.
2. Perencanaan akan mengurangi atau menghilangkan jenis pekerjaan yang
tidak produktif.
3. Perencanaan dapat dipakai sebagai alat pengukur hasil kegiatan yang
dicapai.
4. Perencanaan memberikan suatu landasan pokok fungsi manajemen
lainnya, terutama fungsi pengawasan.
Kerugiannya ialah :
1. Perencanaan mempunyai keterbatasan dalam hal ketepatan informasi dan
fakta-fakta tentang masa yang akan datang.
2. Perencanaan memerlukan biaya yang cukup banyak.
3. Perencanaan mempunyai hambatan psikologis.
4. Perencanan menghambat timbulnya inisiatif.
5. Perencanaan menyebabkan terhambatnya tindakan yang perlu diambil.

Universitas Sumatera Utara

21

2.2.1.3 Langkah-Langkah Perencanaan
1. Analisa Situasi
Langkah ini bertujuan untuk mengumpulkan data atau fakta. Pada
langkah ini, para anggota kelompok perencana perlu memanfaatkan
seefektif mungkin ilmu epidemiologi, antropologi, demografi, ilmu
ekonomi dan statistik sederhana.
2. Mengidentifikasi masalah dan penetapan prioritas masalah.
Terbatasnya

sumberdaya

dan

kemampuan

organisasi,

serta

kompleksnya permasalahan yang dihadapi, mengharuskan para
manajer untuk

menetapkan

prioritas

masalah

yang

perlu

dipecahkan.
3. Merumuskan tujuan program dan besarnya target yang ingin dicapai.
Perumusan tujuan ini akan dapat dilakukan apabila rumusan masalah
pada langkah sudah dilakukan dengan baik.
4. Mengkaji kemungkinan adanya hambatan dan kendala dalam
pelaksanaan program. Kajian terhadap hambatan ditujukan yang
bersumber di dalam organisasi dan yang bersumber dari lingkungan
masyarakat dan sektor lain.
5. Menyusun rencana kerja operasional.
2.2.1.4 Unsur- Unsur Perencanaan
Unsur- unsur penting di dalam menyusun sebuah perencanaan adalah
1. Sumber Daya Manusia (Man)
2. Money (Uang/Budget)

Universitas Sumatera Utara

22

3. Sarana dan Prasarana
4. Metode
2.2.2 Pengorganisasian
2.2.2.1 Pengertian
Melalui fungsi pengorganisasian, seluruh sumber daya yang dimiliki oleh
organisasi (manusia dan yang bukan manusia) dapat dipadukan dan diatur untuk
dapat digunakan seefisien mungkin untuk mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan. Agar dapat melaksanakan fungsi

pengorganisasian dengan baik

seorang manajer perlu memahami berbagai prinsip pengorganisasian (Muninjaya,
2011).
2.2.2.2 Batasan Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan, menggolonggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan tugas-tugas dan
wewenang seseorang, dn pendelegasian wewenanag dalam rangka mencapai
tujuan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, organisasi dapat dipandang sebagai
wadah kerjasama sekelompok orang (organisasi sifatnya statis) dan sebagai suatu
proses kerjasama dan bagaimana tata cara staf mencapai tujuan (organisasi
sifatnya dinamis). Organisasi juga dapat dipandang sebagai alat pimpinan untuk
mencapai tujuan organisasi. (Muninjaya, 2011).
2.2.2.3 Manfaat Pengorganisasian
Melalui fungsi pengorganisasian akan dapat diketahui :
1. Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok

Universitas Sumatera Utara

23

2. Hubungan organisatoris antar orang-orang di dalam organisasi tersebut
melalui kegiatan yang dilakukannya.
3. Pendelegasian wewenang
4. Pemanfaatan staf dan fasilitas fisik.
2.2.2.4 Langkah-langkah pengorganisasian
Ada enam langkah atau aspek penting dalam fungsi pengorganisasian
1. Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tugas ini sudah tertuang
dalam fungsi perencanaan.
2. Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan-kegiatan pokok untuk
mencapai tujuan. Dari sini akan ada pembagian tugas (departementasi,
bidang-bidang, seksi-seksi dsb).
3. Menggolongkan kegiatan-kegiatan pokok ke dalam satuan-satuan kegiatan
yang praktis (elemen kegiatan). Pembagian tugas staf harus mencerminkan
apa yang harus dikerjakan oleh staf.
4. Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf dan
menyediakan fasilitas yang diperlukan. Pengaturan ruang kerja adalah
salah satu contohnya.
5. Penugasan personil yang cakap (memilih staf yang dipandang mampu
melaksanakan tugas).
6. Mendelegasikan wewenang.
2.2.4.5 Unsur- Unsur Pengorganisasian
Menurut Hardjito (2007) keberhasilan organisasi mencapai tujuannya
dipengaruhi oleh komponen- komponenorganisasi yang meliputi :

Universitas Sumatera Utara

24

1. Struktur
2. Tujuan
3. Manusia
4. Hukum
5. Prosedur pengoperasian yang berlaku (Standard Operating Procedure)
6. Teknologi
7. Lingkungan
8. Kompleksitas
9. Spesialisasi
10. Kewenangan
11. Pembagian tugas.
2.2.3 Penggerak dan Pelaksanaan (Aktuasi)
2.2.3.1 Pengertian
Fungsi manajemen ini merupakan fungsi penggerak semua kegiatan yang
telah dituangkan dalam fungsi

pengorganisasian untuk mencapai tujuan

organisasi yang telah dirumuskan pada fungsi perencanaan. Oleh karena itu fungsi
manajemen ini lebih menekankan tentang bagaimana manajer mengarahkan dan
menggerakkan semua sumber daya (manusia dan yang bukan) untuk mencapai
tujuan yang telah disepakati . Dalam menggerakkan dan mengarahkan sumber
daya manusia dalam suatu organisasi, peranan pimpinan, motivasi staf, kerjasama
dan komunikasi antar staf merupakan hal-hal pokok yang perlu diperhatikan oleh
seorang manajer (Muninjaya, 2011).

Universitas Sumatera Utara

25

2.2.3.2 Tujuan Fungsi Aktuasi
Adapun tujuan fungsi aktuasi yaitu:
1. Menciptakan kerjasama yang lebih efisien.
2. Mengembangkan kemampuan dan keterampilan staf.
3. Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan.
4. Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang dapat meningkatkan
motivasi dan prestasi kerja staf.
5. Membuat organisasi berkembang dan dinamis.
Aktuasi lebih memusatkan perhatian pada pengelolaan sumber daya
manusia, atas dasar itu fungsi actuating sangat erat hubungannya dengan ilmuilmu tentang perilaku manusia. Seorang manajer yang ingin lebih berhasil
menggerakkan karyawan nya bekerja lebih produktif, perlu memahami ilmu
psikologi, ilmu komunikasi, kepemimpinan dan sosiologi
2.2.3.3 Faktor-Faktor Penghambat Fungsi Aktuasi
Kegagalan manajer menumbuhkn motivasi stafnya merupakan hambatan
utama fungsi aktuasi. Hal ini dapat terjadi karena manajer kurang memahami
hakekat perilaku dan hubungan antar manusia. Seorang manajer yang berhasil
akan

menggunakan

pengetahuannya

tentang

perilaku

manusia

untuk

menggerakkan stafnya agar bekerja secara optimal dan lebih produktif.
Salah seorang pelopor yang memperkenalkan teori tentang perilaku
manusia ialah Maslow. Teorinya membahas tentang jenjang (tingkatan)
kebutuhan manusia sbb :

Universitas Sumatera Utara

26

1. Kebutuhan untuk keseimbangan faali (physical needs)
2. Kebutuhan untuk rasa aman dan tentram (security needs)
3. Kebutuhan untuk diterima oleh lingkungan sosialnya (social needs)
4. Kebutuhan untuk diakui (self esteem needs)
5. Kebutuhan untuk menunjukkan kemampuan diri (actualisation needs)
2.2.3.4 Unsur- Unsur Pelaksanaan
Menurut Syukur (1987) faktor-faktor yang dapat menunjang program
pelaksanaan adalah sebagai berikut:
1. Komunikasi, merupakan suatu program yang dapat dilaksanakan dengan
baik apabila jelas bagi para pelaksana. Hal ini menyangkut proses
penyampaian informasi, kejelasan informasi dan konsistensi informasi
yang disampaikan;
2. Resouces (sumber daya), dalam hal ini meliputi empat komponen yaitu
terpenuhinya jumlah staf dan kualitas mutu, informasi yang diperlukan
guna pengambilan keputusan atau kewenangan yang cukup guna
melaksanakan tugas sebagai tanggung jawab dan fasilitas yang
dibutuhkan.
3. Disposisi, sikap dan komitmen dari pada pelaksanaan terhadap program
khususnya dari mereka yang menjadi implementasi program khususnya
dari mereka yang menjadi implementer program;
4. Struktur Birokrasi, yaitu SOP (Standar Operasional Prosedur), yang
mengatur tata aliran dalam pelaksanaan program. Jika hal ini tidak sulit

Universitas Sumatera Utara

27

dalam mencapai hasil yang memuaskan, karena penyelesaian khusus tanpa
pola yang baku.
2.2.4 Pengawasan dan Pengendalian (WASDAL)
2.2.4.1 Pengertian
Fungsi pengawasan dan pengendalian (controlling) merupakan fungsi
yang terakhir dari proses manajemen. Fungsi ini mempunyai kaitan yang erat
dengan ketiga fungsi manajemen lainnya, terutama dengan fungsi perencanaan.
Melalui fungsi pengawasan dan pengendalian, standard keberhasilan (target,
prosdur kerja dsb) selalu harus dibandingkan dengan hasil yang telah dicapai atau
yang mampu dikerjakan ( Muninjaya, 2011).
Tugas

seorang

manajer

dalam

usahanya

menjalankan

dan

mengembangkan fungsi pengawasan manajerial perlu memperhatikan beberapa
prinsip sebagai berikut :
1. Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staf dan hasilnya
mudah diukur. Misalnya, menepati jam kerja, tugas-tugas yang diberikan
selalu dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
2. Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting dalam upaya
mencapai tujuan organisasi. Tanpa pengawasan, atau pengawasan yang
lemah, berbagai penyalahgunaan wewenang akan terjadi.
3. Standar unjuk kerja yang kan diawasi perlu dijelaskan kepada semua staf.
Bila hal ini dapat dilaksanakan, staf akan dapat lebih meningkatkan rasa
tanggung jawab dan komitmennya terhadap kegiatan program sehingga
penerapan standar pengawasan akan dapat dilakukan secara lebih objektif.

Universitas Sumatera Utara

28

2.2.4.2 Manfaat Pengawasan
Apabila fungsi pengawasan dan pengendalian dapat dilaksanakan secara
tepat, organisasi akan memperoleh manfaat sebagai berikut :
1. Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah dilaksanakan
sesuai dengan standar atau rencana kerja dengan menggunakan sumber
daya yang telah ditetapkan. Dalam hal ini, fungsi pengawasan dan
pengendalian bermanfaat untuk meningkatkan efisiensi program.
2. Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan pengertian
staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
3. Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah mencukupi
kebutuhan dam telah digunakan secar benar.
4. Dapat diketahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan.
5. Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk
promosi dan latihan lanjutan.
2.2.4.3 Proses Pengawasan
Ada tiga langkah penting untuk melakukan pengawasan manajerial
1. Mengukur hasil/ prestasi yang telah dicapai.
2. Membandingkan hasil yang dicapai dengan tolak ukur atau standar yang
telah ditetapkan sebelumnya.
3. Memperbaiki penyimpangan yang dijumpai berdasarkan faktor-faktor
penyebab terjadinya penyimpangan.

Universitas Sumatera Utara

29

Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian dapat dikembangkan oleh
pimpinan sebelum kegiatan program dilaksanakan (titik perhatian pada
perencanaan sumber daya input) sehingga fungsi pengawasan lebih banyak
bersifat pencegahan (deteksi dini untuk mencegah terjadinya penyimpangan).
Pengawasan juga dapat dilakukan pada saat kegiatan berlangsung (proces). Fungsi
pengawasan disini lebih banyak bersifat formatif (evaluative formation) untuk
mengurangi kesalahan staf dan lebih mengembangkan motivasi kerja mereka.
(Muninjaya, 2011).
2.2.4.4 Unsur – Unsur Pengawasan
Menurut Budiyono, 2004 mengemukakan bahwa pengawasan yang efektif itu
haruslah memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Ketepatan.
2. Sesuai waktu.
3. Objektif dan komprehensif.
4. Fokus pada pengawasan titik strategis.
5. Realistis secara ekonomis.
6. Realistis secara organisatoris.
7. Terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi.
8. Luwes.
9. Preskriptif dan operasional.
10. Dapat diterima para anggota organisasi.

Universitas Sumatera Utara

30

2.3 Pelatihan Kader
Pelatihan merupakan suatu proses belajar mengajar terhadap pengetahuan
dan keterampilan tertentu serta sikap agar peserta semakin terampil dan mampu
melaksanakan tanggung jawabnya dengan semakin baik, sesuai dengan standar.
Pelatihan adalah bagian dari pendidikan yang menyangkut proses belajar, berguna
untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan
yang berlaku, dalam waktu relatif singkat dan metodenya mengutamakan praktek
daripada teori.
Pelatihan adalah proses pembelajaran yang lebih menekankan pada
praktek daripada teori yang dilakukan seseorang atau kelompok dengan
menggunakan pelatihan orang dewasa dan bertujuan meningkatkan kemampuan
dalam satu ataubeberapa jenis keterampilan tertentu. Sedangkan pembelajaran
merupakan suatu proses interaksi antara peserta dengan lingkungannya yang
mengarah pada pencapaian tujuan pendidikan dan pelatihan yang telah ditentukan
terlebih dahulu.
3.3.1 Tujuan Pelatihan
Tujuan pelatihan kesehatan secara umum adalah mengubah perilaku
individu, masyarakat di bidang kesehatan. Tujuan ini adalah menjadikan
kesehatan sebagai suatu yang bernilai di masyarakat, menolong individu agar
mampu secara mandiri atau kelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai
hidup sehat. Prinsip dari pelatihan kesehatan bukanlah hanya pelajaran di kelas,
tapi merupakan kumpulan-kumpulan pengalaman di mana saja dan kapan saja,
sepanjang pelatihan dapat mempengaruhi pengetahuan, sikap dan kebiasaan.

Universitas Sumatera Utara

31

Pelatihan memiliki tujuan penting untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan sebagai kriteria keberhasilan program kesehatan secara keseluruhan.
1. Tujuan umum pelatihan kader
Posyandu adalah meningkatkan kemampuan kader posyandu dalam
mengelola dan menyampaikan pelayanan kepada masyarakat.
2. Sedangkan tujuan khususnya adalah :


Meningkatkan pengetahuan, keterampilan kader sebagai pengelola
posyandu berdasarkan kebutuhan sasaran di wilayah pelayanannya.



Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dalam berkomunikasi
dengan masyarakat.



Meningkatkan pengetahuan, keterampilan kader untuk menggunakan
metode media diskusi yang lebih partisipatif.

Menyatakan bahwa tujuan pelatihan merupakan upaya peningkatan
sumberdaya manusia termasuk sumberdaya manusia tenaga kesehatan, kader
posyandu, agarpengetahuan dan keterampilannya meningkat. Kader posyandu
perlu mendapatkan pelatihan karena jumlahnya tersebar di berbagai daerah di
Indonesia. Pelatihan bagi kader dapat berupa ceramah, tanya jawab, curah
pendapat, simulasi dan praktek (Depkes, 2007).
2.3.2 Metode Pelatihan
Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan suatu pelatihan
adalah pemilihan metode pelatihan yang tepat. Pemilihan metode belajar dapat
diidentifikasikan melalui besarnya kelompok peserta. Membagi metode
pendidikan menjadi tiga yakni metode pendidikan individu, kelompok, dan masa.

Universitas Sumatera Utara

32

Pemilihan metode pelatihan tergantung pada tujuan, kemampuan pelatih/pengajar,
besar kelompok sasaran, kapan/waktu pengajaran berlangsung dan fasilitas yang
tersedia.
Jenis-jenis metode yang digunakan dalam pelatihanantara lain : ceramah,
tanya jawab, diskusi kelompok, kelompok studi kecil, bermain peran, studi kasus,
curah pendapat, demonstrasi, penugasan, permainan, simulasi dan praktek
lapangan. Metode yang digunakan dalam pelatihan petugas kesehatan meliputi
metode ceramah dan tanya-jawab (metode konvensional).
2.3.3 Keterampilan
Keterampilan adalah hasil dari latihan berulang, yang dapat disebut
perubahan yang meningkat atau progresif oleh orang yang mempelajari
keterampilan tadi sebagai hasil dari aktivitas tertentu. Keterampilan dari kata
dasar terampil yang artinya cakap menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan
sedangkan keterampilan artinya kecakapan untuk menyelesaikan tugas.
2.4 Ketersediaan Dana Posyandu
Dana pelaksanaan posyandu berasal dari swadaya masyarakat melalui
gotong royong dengan kegiatan himpitan beras dan hasil potensi desa lainnya
serta sumbangan dari donatur yang tidak mengikat yang dihimpin melalui
kegiatan dana sehat (Kemenkes, 2011). Menurut Sulistyorini, dkk (2010),
Ketersediaan dana yang dapat menjadi kendala pelaksanaan Posyandu adalah: 1)
Pelaksanaan kegiatan posyandu tidak didukung dengan anggraan rutin, 2) Dana
operasional sangat menurun, sehingga posyandu menjadi tersendat kondisi ini
terkait dengan: a. Otonomi tidak selalu menjamin Posyandu sebagai hal yang

Universitas Sumatera Utara

33

penting dalam pembangunan kesehatan sehingga tidak dijadikan perioritas, baik
dari segi danan maupun pengembangannya. b. Pemerintah Kabupaten/Kota tidak
memiliki dana yang cikup untuk mengembangkan dana dan melestarikan
Posyandu c. Kemampuan ekonomi masyarakat semakin menurun sejak terjadinya
krisis

ekonomi

tahun

1997,

sehingga

kemandirian

masyarakat

dalam

mempertahankan dan melestarikan Posyandu menjadi sangat kurang Dana yang
digunakan puskesmas untuk kegiatan posyandu sangat minim sekali dari
informasi kepala puskesmas sebagaian besar mengatakan bahwa satu-satunya
dana yang ada di puskesmas untuk kegiatan posyandu berasal dari dana PKPS
BBM. Puskesmas tidak mimiliki dana operasional yang berasal dari APBD dan
APBN. Anggaran yang diberikan untuk masalah kesehatan seharusnya memadai
buka hanya untuk mengadakan tenaga kesehatan di Puskesmas tetapi juga untuk
program-program kesehatan.
2.5 Sarana dan prasarana Posyandu
Sarana prasarana merupakan alat yang digunakan untuk menunjang
kegiatan Posyandu. Kendala kendala nya adalah: a) Tempat pelaksanaan
Posyandu kurang representatif (dikantor kelurahan, polindes, atau gedung PKK),
sehingga tidak memungkinkan menyediakan tempat bermain bagi balita, b)
ketepatan jam buka posyandu, c) kebersihan tempat pelaksanaan posyandu, d)
kurang kelengakapan untuk pelaksanaan KIE seperti bukubuku yang berkaitan
dengan gizi dan kesehatan, poster-poster, leaflet, lembar balik, modul, dan lainlain, e) kurangnya kelengkapan alat ukur dan timbangan, f) sarana dan peralatan
yang ada dipuskesmas dan Posyandu masih kurang (Sulistyorini, dkk 2010).

Universitas Sumatera Utara

34

2.6 Tingkat Keaktifan Ibu Ke Posyandu.
Amir dkk (2000) mengatakan pada umumnya, praktek/tindakan dimulai
dari adanya bekal pengetahuan, selanjutnya pengetahuan yang dimiliki tersebut
akan membentuk sikap dan pada akhirnya akan terwujud dalam bentuk tindakan.
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk terwujudnya
sikap agar menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau
sesuatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Fasilitas
dimaksud dapat berupa alat/bahan dan keterjangkauan terhadap biaya/jarak.
Disamping faktor fasilitas juga diperlukan dukungan (support) dari pihak lain,
misalnya suami, orang tua atau mertua, dan lain-lain. Notoatmojo S (2010),
mengatakan bahwa tingkat keaktifan ibu ke posyandu kemungkinan disebabkan
beberapa hal antara lain ibu tidak sempat/terlalu sibuk dengan pekerjaan. Selain
faktor pekerjaan, kurangnya penyebaran informasi tentang manfaat penimbangan
sehingga ibu kurang/tidak mengerti tentang arti dan manfaat penimbangan,
kurangnya dukungan dari pihak keluarga serta keadaan ekonomi keluarga
(Pratama dan Manurung 2008).
2.7 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
2.7.1 Definisi Pemanfaatan
Pemanfaatan adalah aktivitas menggunakan proses dan sumber belajar
(Seels and Richey, 1994). Pelayanan kesehatan menurut Undang-Undang No. 36
tahun 2009 adalah suatu upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau bersamasama dalam suatu organisasi yang oleh pemerintah, pemerintah daerah atau
swasta yang meliputi pelayanan kesehatan perseorangan maupun pelayanan

Universitas Sumatera Utara

35

kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan menurut Departemen Kesehatan RI
(Depkes RI, 2009) adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara
bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat
2.7.2 Perilaku dalam Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Menurut Notoatmodjo 2010, perilaku merupakan respons atau reaksi
seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Perilaku manusia terjadi
melalui proses stimulus−organisme−respons dan untuk respons itu sendiri Skiner
membaginya menjadi dua jenis yaitu prilaku tertutup dan terbuka.
Teori skiner tersebut menjelaskan perilaku yang ada didalam masyarakat dalam
mengatasi penyakitnya. Masyarakat atau anggota masyarakat yang mendapat
penyakit, dan tidak merasakan sakit (disease but not illness) tentu tidak akan
bertindak apa-apa terhadap penyakit tersebut. Tetapi bila mereka diserang
penyakit dan merasakan sakit, maka baru akan timbul berbagai macam prilaku
dan usaha. Persepsi masyarakat terhadap sehat-sakit tidak sama dengan persepsi
tenaga kesehatan mengenai konsep sehat-sakit itu sendiri, dan persepsi sehat-sakit
masyarakat

erat

hubungannya

dengan

prilaku

pencarian

pengobatan.

(Notoatmodjo, 2010). Menurut Anderson dalam Notoatmodjo (2010) ada
beberapa model-model dari alasan penggunaan atau determinan-determinan
penggunaan pelayanan kesehatan. Model- model tersebut meliputi:

Universitas Sumatera Utara

36

1. Model Demografi (Kependudukan)
Menurut model ini penggunaan pelayanan kesehatan sangat bergantung
pada usia, jenis kelamin, status perkawinan, besarnya keluarga dan
sebagainya. Derajat kesehatan, derajat kesakitan dan pemanfaatan
kesehatan sangat tergantung pada variabel demografis.
2. Model Struktur Sosial (Social Structural Model)
Model ini mengungkapkan bahwa faktor pendidikan, pekerjaan,
kebangsaan, gaya hidup serta kedudukan sosial individu dalam
masyarakat

memberikan

pengaruh

terhadap

pola

pemanfaatan

pelayanan kesehatan. Penggunaan pelayanan kesehatan dipandang sebagai
satu gaya hidup .
3. Model Sosial Psikologis (Psychological Models)
Model ini memakai tipe variabel ukuran dari sikap dan keyakinan individu
menyangkut sosial psikologis dari individu itu sendiri yang terdiri dari: (a)
Kerentanan terhadap penyakit, (b) Pemahaman secara keseluruhan tentang
penyakit (c) Keuntungan yang diharapkan dari pengambilan tindakan
dalam menghadapi penyakit dan, (d) kesiapan tindakan individu.
4. Model sumber keluarga ( family resources models)
Dalam model ini variable pendapatan keluarga, cakupan asuransi
keluarga dan pihak yang membiayai pelayanan kesehatan keluarga.
Model

sumber

keluarga

menekankan

pada

kesanggupan

untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan bagi anggotanya.
5. Model Sumber Daya Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

37

Model

ini

memfokuskan

perhatian

pada

penyediaan

pelayanan

kesehatan dan sumber-sumber dalam masyarakat. Model sumber daya
masyarakat

memindahkan

pelayanan

pada

tingkat

individu

atau

keluarga pada tingkat masyarakat.
6. Model Organisasi (organization model)
Dalam Model ini variable yang dipakai adalah pencerminan perbedaan
bentuk-bentuk system pelayanan kesehatan. Variabel yang digunakan
meliputi; (a) Gaya (style) praktek pengobatan (sendiri, rekanan atau
kelompok), (b) Sifat (nature) dari pelayanan (membayar langsung atau
tidak), (c) Letak pelayanan (tempat pribadi, rumah sakit, klinik), (d)
Petugas kesehatan yang pertama kali kontak dengan pasien (dokter,
perawat, dsb).
7. Model system kesehatan
Keenam kategori model penggunaan pelayanan fasilitas kesehatan
tidakbegitu terpisah, artinya model system kesehatan mengintegrasikan
keenam model terdahulu. Oleh sebab itu faktor demografi, ciri-ciri struktur
sosial, sikap dan keyakinan individu atau keluarga, sumber-sumber dalam
masyarakat dan organisasi pelayanan kesehatan digunakan secara
bersama dengan faktor yang berhubungan dengan kebijakan dan struktur
ekonomi masyarakat yang lebih luas (Negara).

Universitas Sumatera Utara

38

2.8 Landasan Teori
Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan
teori pendekatan mutu pelayanan Donabedian (2005) yang menjelaskan bahwa
ada 3 penilaian mutu pelayanan kesehatan, yaitu :
a. Input
Aspek input meliputi segala sesuatu yang dibutuhkan untuk dapat
melaksanakan kegiatan berupa sumber daya manusia, dana dan sarana. Input
fokus pada sistem yang dipersiapkan dalam organisasi termasuk komitmen,
prosedur serta kebijakan sarana dan prasarana fasilitas dimana pelayanan
diberikan.
b. Process
Merupakan kegiatan yang dilaksanakan secara profesional oleh tenaga
kesehatan (dokter, perawat, dan tenaga profesi lainnnya) dan interaksinya dengan
pasien, meliputi metode atau tata cara pelayanan kesehatan dan pelaksanaan
fungsi manajemen
c. Output
Aspek output adalah mutu pelayanan yang diberikan melalui tindakan dokter,
pearawat yang dapat dirasakan oleh pasien dan memberikan perubahan kearah
tingkat kesehatan dan kepuasan yang diharapkan pasien.
2.9 Kerangka Pemikiran
Untuk mempermudah pemahaman dalam menganalisa faktor – faktor yang
memengaruhi rendahnya posyandu aktif diwilayah kerja Puskesmas Gambir Baru

Universitas Sumatera Utara

39

Kecamatan Kisaran Timur Kabupaten Asahan. Kerangka pikir ini dibuat
berdasarkan teori pendekatan penilaian mutu Donabedian (2005)
Berikut kerangka pikir yang dibuat peneliti untuk mempermudah cara berfikir
dan pemaparan hasil penelitian ini:
INPUT
- Ketersediaan Sarana
dan Prasarana.

PROSES
-

- Ketersediaan Sumber
Daya Manusia

Metode / Tata Cara
Pelayanan
Pelaksanaan
\ Menajemen
Fungsi

OUTPUT
- Keaktifan Posyandu
dan ibu

2.1 Kerangka Pikir Faktor- Faktor Yang Memengaruhi Rendahnya Posyandu yang
Aktif

2.10 Hipotesis
Dari gambar kerangka konsep diatas, maka hipotesis penelitian ini terdapat
pengaruh input, proses dan output terhadap rendahnya posyandu yang aktif di
wilayah kerja puskesmas Gambir Baru Kecamatan Kisaran Timur Kabupaten
Asahan.

Universitas Sumatera Utara