Faktor-Faktor yang Memengaruhi Rendahnya Posyandu yang Aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Gambir Baru Kecamatan Kisaran Timur Kabupaten Asahan Chapter III VI

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian pada proposal ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian
kualitatif adalah suatu metode penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan
cenderung menggunakan analisis dalam pelaksanaannya.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Puskesmas Gambir Baru, Kecamatan
Kisaran Timur Kabupaten Asahan Kota Kisaran. Hal ini dimaksudkan untuk
melihat faktor-faktor apa saja yang memengaruhi rendahnya posyandu yang
aktifdi wilayah kerja puskesmas tersebut, karena menurut data Profil Kesehatan
Kabupaten Asahan tahun 2015 Puskesmas Gambir Baru merupakan puskesmas
yang paling rendah jumlah posyandu yang aktifnya di Kelurahan Kisaran Timur
pada tahun 2015 dan merupakan puskesmas dengan posyandu yang aktif dari
tahun 2013-2015 menunjukkan trend yang pencapaiannya naik turun. Penelitian
ini juga dilakukan di posyandu yang ada di wilayah kerja Puskesmas Gambir
Baru.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai dengan survei pendahuluan sampai dengan penelitian

yang dimulai pada bulan Oktober 2016 – September 2017.

40

Universitas Sumatera Utara

41

3.3 Informan Penelitian
Informan dalam penelitian ini adalah orang-orang yang terkait dengan
posyandu yang aktif di Puskesmas Gambir Baru sebagai triangulasi sumber yang
dapat diminta sebagai narasumber guna memenuhi kriteria penelitian. Sehingga
didapatkan informan : 1. Kepala Puskesmas, 2. Kepala Lingkungan, 3. Bidan, 4.
Kader Posyandu, 5. Ibu yang memiliki bayi atau balita
3.4 Sumber Data
Dalam setiap penelitian,peneliti di tuntut untuk menguasai teknik
pengumpulan data sehingga menghasilkan data yang relevan dengan penelitian.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis data kualitatif dari sumber
primer dan sumber sekunder.
3.4.1 Data Primer

Data primer adalah sumber data yang secaralangsung memberikan data
kepada pengumpul data (Sugiyono, 2012). Sumber primer ini berupa catatan hasil
wawancara yang diperoleh melalui wawancara yang penulis lakukan.
3.4.2 Data Sekunder
Sumber data sekunder merupakan sumber data yang tidak memberikan
informasi secara langsung kepada pengumpul data. Sumber data sekunder ini
dapat berupa hasil pengolahan lebih lanjut dari data primer yang disajikan dalam
bentuk lain atau dari orang lain (Sugiyono, 2012). Data ini digunakan untuk
mendukung infomasi dari data primer yang diperoleh baik dari wawancara,.
Penulis juga menggunakan data sekunder hasil dari studi pustaka. Dalam studi
pustaka, penulis membaca literatur-literatur yang dapat menunjang penelitian,

Universitas Sumatera Utara

42

yaitu literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.
Adapun data menurut Arikunto (2010) mengatakan bahwa sumber data
dibagi menjadi tiga macam, yakni:
1. Narasumber (Informan)

Sumber data yang berupa orang, yaitu: Kepala Puskesmas, Kader
posyandu, Petugas Kesehatan, Ibu-Ibu dan lain-lain.
2. Peristiwa atau Aktivitas
3. Sumber data yang berupa tempat (sarana dan prasarana) yang ada di
lingkungan Posyandu wilayah kerja Puskesmas Gambir Baru Kecamatan
Kisaran Timur Kabupaten Asahan.
4. Dokumen/Arsip
Sumber data yang berupa simbol. Misal : Latar belakang posyandu, visi
misi dan tujuan posyandu yang ada di wilayah kerja Puskesmas Gambir Baru
Kabupaten Asahan, dan data yang relevan dengan hasil kegiatan posyandu.
3.5 Tehnik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data yakni membicarakan tentang bagaimana cara
penulis mengumpulkan data. Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa
metode dalam pengumpulandata sebagai berikut:
1. Metode Observasi (pengamatan)
Metode observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia
dengan menggunakan panca indera mata dan dibantu dengan panca indera
lainnya.Marshall menyatakan bahwa, “Through observation, the researcher learn
about behavior and the meaning attached to those behavior”. Melalui observasi,


Universitas Sumatera Utara

43

penulis belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut.Adapun
observasi yang dilakukan penulis termasuk dalam jenis observasi partisipasif.
Yaitu penulis terlibat langsung dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang
diamati atauyang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan
pengamatan, penulis ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data.
2. Metode Wawancara (interview)
Metode wawancara/interview adalah proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewancara dengan responden/orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa
menggunakan pedoman (guide) wawancara.Dalam menggunakan metodeini
peneliti mengadakan tanya jawab secara langsung dengan membawa instrumen
penelitian sebagai pedoman pertanyaan tentang hal-hal yang akan ditanyakan
dengan cara menanyakan beberapa pertanyaan untuk mencari data tentang faktor
faktor yang mempengaruhi posyandu yang aktif di wilayah kerja Puskesmas
Gambir Baru Kabupaten Asahan yang kemudian satu persatu di perdalam dan
mengoreknya lebih lanjut.

3. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan
untuk menelusuri data historis. Adapun metode dokumen yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah buku-buku, catatan-catatan, internet, yang berhubungan
langsung dengan penelitian dalam skripsi ini yaitu tentang faktor faktor yang
mempengaruhi posyandu yang aktif di wilayah kerja Puskesmas Gambir Baru
Kabupaten Asahan.

Universitas Sumatera Utara

44

3.6 Tehnik Analisis Data
Moleong 2007 dalam bukunya mengatakan bahwa analisis data adalah
upayayang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,
memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya,
mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang
dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Adapun langkah-langkah dalam teknik analisis datadalam penelitian ini adalah:
1. Reduksi Data

Reduksi data diawali dengan menerangkan, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting terhadap isi dari suatu data yang
berasal dari

lapangan, sehingga data yang telah direduksi dapat memberikan

gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan. Dalam proses reduksi data
ini, peneliti dapat melakukanpilihan-pilihan terhadap data yang hendak dikode,
mana yang dibuang, mana yang merupakan ringkasan, cerita-cerita apa yang
sedang berkembang. Reduksi data

merupakan

suatu

bentuk

analisis

yang


menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan
mengorganisasikan data dengan cara sedemikian

rupa

sehingga

kesimpulan-

kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.
2. Display Data
Display data merupakan proses menampilkan data secara sederhana dalam
bentuk kata-kata, kalimat naratif, table, matrik dan grafik dengan maksud agar
data yang telah dikumpulkan dikuasai oleh peneliti sebagai dasar untuk
mengambil kesimpulan yang tepat.

Universitas Sumatera Utara

45


3. Verifikasi dan Simpulan
Sejak awal pengumpulan data peneliti harus membuat simpulan-simpulan
sementara. Dalam tahap akhir, simpulan-simpulan tersebut harus dicek kembali
(diverifikasi) pada catatan yang telah dibuat oleh peneliti dan selanjutnya kearah
simpulan yang mantap. Penarikan simpulan bisa jadi diawali dengan simpulan
tentative yang masih perlu disempurnakan. Setelah data masuk terus menerus
dianalisis dan diverifikasi tentang kebenarannya, akhirnya didapat simpulan akhir
lebih bermakna dan lebih jelas. Simpulan adalah intisari dari temuan penelitian
yang menggambarkan pendapat-pendapat terakhir yang berdasarkan pada uraianuraian sebelumnya. Simpulan akhir yang dibuat harus relevan dengan fokus
penelitian, tujuan penelitian dan temuan penelitian yang sudah dilakukan
pembahasan.
3.7 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian menurut Arikunto (2010 )merupakan alat atau
fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar
pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,
lengkap dan sistematis, sehingga mudah diolah. Instrumen yang digunakan oleh
peneliti dalam hal ini adalah instrumen pokok dan instrumen penunjang.
Instrumen pokok adalah manusia itu sendiri sedangkan instrumen penunjang
adalah pedoman observasi dan pedoman wawancara, tetapi yang saya gunakan

hanya pedoman wawancara.
1. Instrumen pokok dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Peneliti
sebagai instrumen dapat berhubungan langsung dengan responden dan

Universitas Sumatera Utara

46

mampu memahami serta menilai berbagai bentuk dari interaksi di
lapangan. Menurut Moleong (2007) Kedudukan peneliti dalam penelitian
kualitatif adalah sekaligus merupakan perencana, pelaksana, pengumpulan
data, analisis, penafsir data, pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil
penelitiannya.
2.

Instrumen kedua dalam penelitian ini adalah dengan metode wawancara

3.8 Pemeriksaan Keabsahan Data
Agar dalam proses selanjutnya kita dapat mengetahui apa saja yang telah
ditemukan dan di interpretasi di dalam lapangan, maka kita perlu mengetahui

kredibilitasnya dengan menggunakan teknik perpanjangan kehadiran peniliti di
lapangan, observasi yang diperdalam, triangulasi (sumber, metode, penelitian dan
teori) dan pelacakan kesesuaian hasil. Selanjutnya perlu dilakukan pengecekan
dapat atau tidaknya ditransferke latar lain (transferability), ketergantungan pada
konteksnya (dependability) dan dapat tidaknya dikonfirmasikan

kepada

sumbernya (confirmability). Jadi, yang dimaksud dengan keabsahan data adalah
bahwa setiap keadaan harus memenuhi; (1) mendemonstrasikan nilai yang benar,
(2) menyediakan dasar agar hal itu dapat diterapkan, dan (3) memperbolehkan
keputusan luar yang dapat dibuat tentang konsistensi dari prosedurnya dan
kenetralan dari temuan dan keputusan-keputusannya.
1. Perpanjangan Keikutsertaan
Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data.
Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, akan tetapi
memerlukan perpanjangan keikutsertaan pada penelitian dilapangan.

Universitas Sumatera Utara


47

Perpanjangan keikutsertaan berarti peneliti tinggal di lapangan penelitian
sapai kejenuhan pengumpulan data tercapai. Jika hal tersebut dilakukan maka
akan membatasi:


Membatasi gangguan dari dampak peneliti pada konteks.



Membatasi kekeliruan penelitian.



Mengkonpensasikan pengaruh dari kejadian-kejadian yang tidak biasa atau
pengaruh sesaat.

2. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan yaitu secara konsisten mencari interpretasi dengan
berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan atau tentative.
Mencari suatu usaha yang membatasi berbagai pengaruh dan mencari apa yang
dapat diperhitungkan dan apa yang tidak dapat. Hal ini berarti peneliti hendaknya
mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan
terhadap faktor-faktor yang

menonjol. Kemudian ia menelaahnya secara rinci

sampai pada suatu titik sehingga pada pemerikasaan tahap awal tempak salah satu
atau seluruh faktor yang ditelaah sudah dipahami dengan cara yang biasa.
3. Triangulasi
Triangulasi

adalah

teknik

pemeriksaan

keabsahan

data

yang

memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak
digunakan ialah pemeriksaan melalui sember lainnya. Hal itu dapat dicapai
dengan jalan; (1) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara, (2) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum

Universitas Sumatera Utara

48

dengan apa yang dikatakannya secara pribadi,(3) membandingkan apa yang
dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya
sepanjang waktu, (4) membandingkan keadaan dan prespektif seseorang dengan
berbagaipendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang
berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan dan (5)
membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
3.9 Tahap Penelitian
1.Tahap Pra-lapangan
Dalam tahap pra-lapangan, ada beberapa tahap kegiatan yang telah peneliti
siapkan demi lancarnya proses penelitian dilapangan. Tahapan-tahapan tersebut
yaitu:


Menyusun Rancangan Penelitian



Memillih Lapangan Penelitian



Mengurus Perizinan



Menjajaki dan Menilai Lapangan



Memilih dan Memanfaatkan Informan



Menyiapkan Perlengkapan Penelitian



Persoalan Etika Penelitian

2.Tahap Pekerjaan Lapangan Di dalam tahap pekerjaan lapangan atau prosesdi
lapangan nantinya, maka dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Memahami Latar Penelitian dan Persiapan Diri
1. Pembatasan Latar dan Peneliti
2. Penampilan

Universitas Sumatera Utara

49

3. Pengenalan Hubungan Peneliti diLapangan
4. Jumlah Waktu Studi
b. Memasuki Lapangan
1. Keakraban Hubungan
2. Mempelajari Bahasa
3. Peranan Peneliti
c. Peran Serta (Pengumpulan Data)
1. Pengarahan Batas Studi
2. Mencatat Data
3. Petunjuk tentang Cara Mengingat data
4. Kejenuhan, Keletihan dan Istirahat
5. Meneliti Suatu Latar yang di dalamnya terdapat Pertentangan
6. Analisis di Lapangan
3.Tahap Analisis Data
Pada tahap analisis data telah penulis kemukakan diatas yaitu: upaya yang
dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilahmilahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan
menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan
memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1 Geografi
Puskesmas Gambir Baru terletak di Jalan FL.Tobing Kelurahan Gambir
Baru Kecamatan Kisaran Timur. Puskesmas ini merupakan salah satu dari dua
puskesmas yang terdapat di Kecamatan Kisaran Timur Kota Kisaran Kabupaten
Asahan. Puskesmas Gambir Baru memiliki wilayah kerja terdiri dari enam
kelurahan yaitu Kelurahan Gambir Baru, Lestari, Karang Anyer, Kisaran Naga,
Kisaran Timur, Teladan. Terdapat dua Puskesmas Pembantu (Pustu) yang terletak
di Kelurahan Kisaran Naga dan Teladan (Profil Puskesmas Gambir Baru, 2015).
Puskesmas Gambir Baru memiliki luas wilayah kerja 2063 m² yang mencakup
tiga kelurahan dengan batas wilayah :
1. Sebelah Utara berbatas dengan Kecamatan Meranti
2. Sebelah Timur berbatas dengan Kelurahan Selawan
3. Sebelah Selatan berbatas dengan Kelurahan Kedai Ledang
4. Sebelah Barat berbatas dengan Kelurahan Mekar Baru
4.1.2 Demografi
Berdasarkan data yang ada, luas wilayah kerja Puskesmas Gambir Baru
Kecamatan Kota Kisaran Timur pada tahun 2015 seluas 2063 m2 terdapat 6
kelurahan dengan jumlah penduduk sebanyak 34.881 jiwa, penduduk laki-laki
sebanyak 17.147 jiwa dan perempuan sebanyak 17.734. Dengan jumlah Rumah
Tangga sebanyak 7.797 KK. Sedang kepadatan penduduk rata-rata 85,37 per km2
dengan rasio beban tanggungan 70,51 % dan rasio jenis kelamin 96,66%.
50

Universitas Sumatera Utara

51

Komposisi penduduk berdasarkan presentase penduduk berumur 10 tahun keatas
yang melek huruf sejumlah 0 dari 2.173 dan presentase penduduk berumur 10
tahun keatas menurut tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan dengan rincian
sebagai berikut : Penduduk tamat SD pada tahun 2015 terdapat jumlah laki-laki
sebanyak 2296 orang dan perempuan 2332 orang, SLTP laki-laki sebanyak 2179
dan perempuan 2004 orang, SLTA dengan jumlah laki-laki sebanyak 2830 dan
perempuan 2615 orang, Akademi/Diploma III laki-laki sebanyak 493 dan
perempuan 760, Universitas/Diploma IV laki-laki sebanyak 564 orang dan
perempuan 715 orang, sedangkan jumlah penduduk yang tidak/belum pernah
sekolah laki-laki sebanyak 840 orang dan perempuan 817 orang (Profil Kesehatan
Puskesmas Gambir Baru 2015).
4.1.3 Sarana Pelayanan Kesehatan
Sarana Kesehatan yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Gambir Baru terdiri
dari 2 Puskesmas Pembantu, 44 Posyandu dan sarana kesehatan swasta yaitu : 13
Praktek Dokter, 20 Praktek Bidan, 3 Rumah Sakit, 1 BPS. Hal tersebut dapat
dilihat pada tabel 4.1 berikut :
Tabel 4.1 Distribusi Sarana pelayanan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas
Gambir Baru Tahun 2015
NO Kelurahan
Pustu Posyandu
Praktek Praktek
RS BPS
Dokter
Bidan
1 Gambir Baru
0
7
0
3
0
0
2
Lestari
0
14
0
3
0
0
3
Karang Anyer
0
6
0
2
0
1
4
Kisaran Timur
0
4
6
1
1
0
5
Kisaran Naga
1
6
0
5
2
0
6
Teladan
1
7
7
6
0
0
Jumlah
2
44
1
20
3
1
Sumber : Profil Puskesmas Gambir Baru Tahun 2015

Universitas Sumatera Utara

52

4.1.4 Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan yang bertugas di Puskesmas Gambir Baru Tahun 2015
sebanyak 42 orang. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut :
Tabel 4.2 Daftar Petugas Kesehatan di Puskesmas Gambir Baru Tahun 2015
No

Unit Kerja

Bidan

Perawat Perawat Farmasi
Gigi
1
Gambir Baru
16
2
13
3
2
Lestari
0
0
0
0
3
Karang Anyer
0
0
0
0
4
Kisaran Timur
0
0
0
0
5
Kisaran Naga
0
0
0
0
6
Teladan
0
0
0
0
Jumlah
16
2
13
3
Sumber : Profil Puskesmas Gambir Baru Tahun 2015

Kesmas

Gizi

2
0
0
0
0
0
2

6
0
0
0
0
0
6

4.2 Karakteristik Informan
Pengumpulan data dilakukan dengan pedoman wawancara terhadap informan
yang dijadikan narasumber penelitian. Jumlah informan dalam penelitian ini
adalah sebanyak 6 orang, yaitu petugas puskesmas dan masyarakat yang terkait
dengan kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Gambir Baru. Adapun
informan tersebut adalah : 1 orang kepala puskesmas, 2 orang bidan, 2 orang
kader, 4 orang ibu yang memiliki bayi/balita, dan 1 orang kepala lingkungan.
Wawancara terhadap informan dilaksanakan pada tanggal 13 April – 22 April
2017 di Puskesmas Gambir Baru. Adapun karakteristik informan berdasarkan
hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.3

Universitas Sumatera Utara

53

Tabel 4.3 Karakteristik Informan
No

Nama

Umur
(Tahun)
55

Jenis
Kelamin
Perempuan

2 Indira Ningsih
Am.keb

45

Perempuan

DIII
Kebidanan

Bidan

3 Delima, Am.Keb

42

Perempuan

DIII `

Bidan

4

Kartini

54

Perempuan

SMA

Kader
Posyandu

5

Salmah

50

Perempuan

SMA

Kader
Posyandu
Ibu
Bayi/Balita

1 dr.Riana Minerva
Sibarani

Pendidikan
Terakhir
S1

Jabatan
Kepala
Puskesmas

6

Zakia Pulungan

25

Perempuan

SMA

7

Yessi Rahayu

35

Perempuan

SMA

Ibu
Bayi/Balita

8

Renita Hasibuan

36

Perempuan

SMA

Ibu
Bayi/Balita

9

Rismawati Saragih

33

Perempuan

59

Laki-Laki

10

Anshori

SMA

SMA

Ibu
Bayi/Balita
Kepala
Lingkungan

4.3 Wawancara Faktor yang memengaruhi rendahnya posyandu yang aktif
di Puskesmas Gambir Baru Kecamatan Kisaran Timur Tahun 2015

4.3.1 Pernyataan Informan tentang Kunjungan Ibu mengenai Posyandu
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang dilakukan penulis kepada
10 orang informan tentang ketersediaan ibu mengenai posyandu untuk tahun 2015

Universitas Sumatera Utara

54

dapat disimpulkan bahwa rendahnya posyandu aktif disebabkan sebagian
masyarakat kurang memiliki pengetahuan atau pemahaman dari sebagian
masyarakat mengenai posyandu kurangnya sosialisasi secara luas mengenai apa
itu posyandu dan apa kegunaan ataupun manfaat dari posyandu itu serta kegiatan
apa saja yang diberikan oleh posyandu baik itu dari kader maupun pihak lain yang
terkait. Namun ada beberapa ibu balita disini sudah cukup bersedia untuk
mengikuti pelaksanaan posyandu karena mereka di bekali dengan pengetahuan
mengenai posyandu yang cukup baik.
4.3.2 Pernyataan Informan tentang Ketersediaan Kader di Posyandu
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang dilakukan penulis kepada
10 orang informan tentang ketersediaan kader di posyandu untuk tahun 2015
dapat disimpulkan bahwa kader tidak menyebar informasi sehingga hal tersebut
akan membuat rendahnya ketersediaan mereka dalam partisipasi pelaksanaan
posyandu.
4.3.3 Pernyataan Informan tentang Ketersediaan Bidan
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang dilakukan penulis kepada
10 orang informan tentang ketersediaan bidan di posyandu untuk tahun 2015
dapat disimpulkan bahwa rendahnya posyandu aktif bukan disebabkan karena
ketersediaan bidan. Kinerja bidan setempat sudah baik dan terampil. Ibu balita
senang dengan bidan disana karena bidan setempat melayani mereka dengan baik
dan ramah.

Universitas Sumatera Utara

55

4.3.4 Pernyataan Informan tentang Ketersediaan Dana, Sarana dan
Prasarana dalam Pelaksanaan Posyandu
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang dilakukan penulis kepada
10 orang informan tentang ketersediaan dana, sarana dan prasarana di posyandu
dapat disimpulkan bahwa sumber dana untuk mendukung pelaksanaan posyandu
yang tersedia dari Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan hanya sebatas dana
transportasi kader saja. Dana tersebut hanya untuk kegiatan posyandu seharusnya
tidak hanya berupa dana transportasi kader saja.
4.3.5 Pernyataan Informan tentang Sebelum Pelaksanaan Posyandu
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang dilakukan penulis kepada
10 orang informan tentang sebelum pelaksanaan posyandu di posyandu untuk
tahun 2015 di peroleh dapat disimpulkan bahwa kader puskesmas yang kurang
aktif dalam menyebarkan informasi mengenai posyandu sehingga hal ini berimbas
dengan rendahnya partisipasi ibu balita untuk mengunjungi posyandu
4.3.6 Pernyataan Informan tentang Saat Pelaksanaan Posyandu
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang dilakukan penulis kepada
10 orang informan tentang saat pelaksanaan posyandu di posyandu untuk tahun
2015 dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan kegiatan tidak berjalan sesuai jadwal
pelaksanaan kegiatan posyandu. Seharusnya dilakukan secara tepat waktu
sehingga tidak membuat lama menunggu ibu balita.
4.3.7 Pernyataan Informan tentang Sesudah Pelaksanaan Posyandu
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang dilakukan penulis kepada
10 orang informan tentang sesudah pelaksanaan posyandu di posyandu untuk
tahun 2015 dapat disimpulkan bahwa kader dan bidan tidak melakukan tugas pada

Universitas Sumatera Utara

56

saat setelah pelaksanaan posyandu, maka akan mempengaruhi rendahnya
kunjungan ibu balita untuk ke posyandu karena mereka merasa tidak diperhatikan
kondisi kesehatan balitanya.
4.3.8 Pernyataan Informan tentang Perencanaan Kegiatan Posyandu
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang dilakukan penulis kepada 1
orang informan tentang perencanaan kegiatan posyandu di posyandu untuk tahun
2015 dapat disimpulkan bahwa keterbatasan jumlah dana yang disediakan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan yang menyebabkan tidak berjalannya
posyandu seperti yang direncanakan dan berimbas dengan rendahnya posyandu
aktif di Wilayah Kerja Puskemas Gambir Baru.
4.3.9 Pernyataan Informan tentang Pengorganisasian Kegiatan Posyandu
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang dilakukan penulis kepada 1
orang informan tentang pengorganisasian kegiatan posyandu di posyandu untuk
tahun 2015 dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh fungsi
pengorganisasian terhadap rendahnya posyandu aktif di wilayah Kerja Puskesmas
Gambir Baru hal ini disebabkan karena semua petugas untuk melaksanakan
kegiatan posyandu sudah dibagi tugasnya secara adil dan sudah diberi latihan
tertentu untuk memaksimalkan mereka dalam menjalankan tugasnya.
4.3.10 Pernyataan Informan tentang Pelaksanaan Kegiatan Posyandu
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang dilakukan penulis kepada 1
orang informan tentang pelaksanaan kegiatan posyandu di posyandu untuk tahun
2015 dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh fungsi pelaksanaan terhadap
rendahnya posyandu aktif di wilayah Kerja Puskesmas Gambir Baru. Hal ini

Universitas Sumatera Utara

57

disebabkan hambatan yang diterima pada saat melakukan fungi pelaksanaan yaitu
dana yang terbatas sehingga susah untuk mengalokasikan dana tersebut, tugas
kader yang tidak sesuai dengan rencana, banyak hal yang harus dipersiapkan
sehingga waktu yang direncanakan tidak sesuai dengan apa yang direncanakan.
4.3.11 Pernyataan Informan tentang Pengawasan Kegiatan Posyandu
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang dilakukan penulis kepada 1
orang informan tentang pengawasan kegiatan posyandu di posyandu untuk tahun
2015 dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh fungsi pengawasan terhadap
rendahnya posyandu aktif di wilayah Kerja Puskesmas Gambir Baru. Hambatan
yang diterima yaitu sulitnya mengawasi tugas bidan dan kader pada saat sebelum
dan sesudah pelaksanaan posyandu secara langsung
4.3.12 Pernyataan Informan tentang Keaktifan kegiatan posyandu
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang dilakukan penulis kepada
10 orang informan tentang keaktifan kegiatan posyandu di posyandu untuk tahun
2015 dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh kegiatan posyandu terhadap
rendahnya posyandu aktif di wilayah Kerja Puskesmas Gambir Baru. Kegiatan
posyandu tetap dilakukan setiap 8 kali dalam setahun sehingga ibu balita juga
akan datang ke posyandu sesuai dibukanya kegiatan posyandu tersebut.
Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
kegiatan posyandu terhadap rendahnya posyandu aktif di wilayah Kerja
Puskesmas Gambir Baru. Kegiatan posyandu dilakukan setiap 7-8 kali dalam
setahun, sehingga ibu bayi/balita juga akan datang ke posyandu sesuai dibukanya
kegiatan posyandu tersebut.

Universitas Sumatera Utara

BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Pelaksanaan Posyandu di
Wilayah Kerja Puskesmas Gambir Baru
5.1.1 Input
A. Sumber Daya Manusia
1. Kunjungan Ibu Bayi/Balita
Berdasarkan hasil penelitian terdapat pengaruh ketersediaan ibu terhadap
rendahnya posyandu aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Gambir Baru yaitu
menurut Kepala Puskesmas dan Kepala Lingkungan, sebagian masyarakat kurang
memiliki pengetahuan atau pemahaman dari sebagian masyarakat mengenai
posyandu, hal tersebut didukungan dengan pernyataan ibu balita II yang
menyatakan bahwa kegiatan yang dilakukan serta kegunaannya bagi mereka
masih sangat rendah dikarenakan kurangnya promosi kesehatan bagi ibu
bayi/balita dan kurangnya sosialisasi secara luas mengenai apa itu posyandu dan
apa kegunaan ataupun manfaat dari posyandu itu serta kegiatan apa saja yang
diberikan oleh posyandu baik itu dari kader maupun pihak lain yang terkait. Ini
merupakan tanggung jawab bagi pihak yang terkait dalam pelaksanaan posyandu
untuk lebih memberikan pemahaman yang lebihbaik bagi masyarakat agar mereka
untuk datang mengikuti kegiatan posyandu sehingga mereka dapat memantau atau
memeriksakan pertumbuhan anak-anak mereka. Meningkatkanpengetahuan atau
pemahaman ibu mengenai posyandu bukan hal yang mudah, namun bisa
diupayakan jika antara pihak yang terkait untuk pelaksanaan kegiatan dapat
bekerjasama dengan baik. Uraian diatas didukung oleh penelitian Wilianarti dkk,
2016 yang dilakukan banyaknya faktor yang mendukung ibu agar mendapatkan

9

Universitas Sumatera Utara

60

kesehatan anaknya selain itu banyaknya informasi yang diperoleh ibu tentang
pentingnya melakukan deteksi perkembangan kesehatan anak berpengaruh
terhadap partisipasinya untuk berkunjung ke posyandu.
Akan tetapi pernyataan diatas bertolak belakang dengan pernyataan
informan bidan I dan II, kader posyandu I dan II, ibu balita I, ibu balita III, dan
ibu balita IV dapat diketahui bahwa ibu balita disini sudah cukup bersedia untuk
mengikuti pelaksanaan posyandu karena mereka dibekali dengan pengetahuan
mengenai posyandu yang cukup baik. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dari
(Sari, 2015) yang menyimpulkan bahwa ada pengaruh antara tingkat pengetahuan
ibu terhadap partisipasi / kunjungan ibu balita ke Posyandu. Namun berdasarkan
informasi dari kepala puskesmas mengatakan bahwa masyarakat hanya
mengetahui kegiatan posyandu sebatas pemberian makan tambahan seperti bubur.
Masih banyak juga dari masyarakat setempat yang belum mengetahui lebih
mendalam mengenai posyandu, kegiatan apa yang dilakukan serta manfaat dari
posyandu itu sendiri.
2. Ketersediaan Kader
Kader kesehatan atau promotor kesehatan adalah tenaga sukarela yang
dipilih oleh dan dari masyarakat yang bertugas mengembangkan masyarakat.
Kader adalah seseorang yang karena kecakapannya atau kemampuannya diangkat,
dipilih atau ditunjuk untuk mengambil peran dalam kegiatan dan pembinaan
posyandu, dan telah mendapat pelatihan tentang KB dan kesehatan. Kader
pemberdayaan masyarakat adalah anggota masyarakat dan kelurahan yang
memiliki pengetahuan, kemampuan, dan kemauan untuk menggerakkan

Universitas Sumatera Utara

61

masyarakat berpartisipasi dalam pemberdayaan masyarakat dan pembangunan
partisipatif (Kemenkes, 2011).
Pengaruh kader terhadap rendahnya posyandu aktif di Wilayah Kerja
Puskesmas Gambir didukung oleh pernyataan Kepala Lingkungan, Ibu balita I, II,
III dan IV dan bidan I dan II yaitu kader tidak menyebar informasi sehingga hal
tersebut akan membuat rendahnya ketersediaan mereka dalam partisipasi
pelaksanaan posyandu. Selain tu kepala puskesmas dan kepala lingkungan
menyatakan bahwa pada hari sebelum maupun hari setelah posyandu, mereka juga
belum maksimal dengan tugasnya untuk menyebarluaskan informasi hari
posyandu dan mengevaluasi

hasil

kegiatan

posyandu sehinggga

dapat

meningkatkan posyandu yang aktif. Namun kepala puskesmas menyatakan bahwa
kinerja dari kader posyandu sudah dikatakan baik pada saat pelaksanaan posyandu
dan berharap mereka berupaya dalam mengumumkan kegiatan posyandu agar
para ibu–ibu yang memiliki balita menjadi lebih mengetahui tentang adanya
posyandu dan balitanya bisa menjadi sehat. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Irsal (2013) yang menyatakan bahwa ada hubungan peran
kader dengan partisipasi ibu untuk berkunjung ke posyandu.
Namun pernyataan diatas bertolak belakang dengan hasil wawancara
dengan Kader I, tugas mereka sebagai seorang kader yaitu sama seperti yang
diinstruksikan oleh kepala puskemas, namun kenyataannya mereka lebih
menitikberatkan pada saat pelaksanaan posyandu tetapi sebelum maupun setelah
posyandu mereka mengaku tidak mendapat koordinasi yang jelas baik dari pihak
kepala puskesmas maupun pihak lingkungan setempat. Mereka mengatakan

Universitas Sumatera Utara

62

bahwa kegiatan mereka sebelum pelaksanaan posyandu yaitu mengundang para
ibu yang memiliki balita untuk hadir pada saat posyandu. Namun, hambatan
mereka pada saat melakukan tugas yaitu sikap para ibu yang terkadang acuh
dengan kehadiran mereka selain itu dana yang disediakan untuk mereka
mengundang para ibu setempat masih tidak cukup.
Sedangkan

berdasarkan

hasil

wawancara

dengan

kader

II,

pelatihan/pembinaan untuk kader sudah dilakukan namun belum maksimal. Kader
posyandu

menyatakan

bahwa

sudah

pernah

mengikuti

pelatihan

yang

diselenggarakan oleh pihak puskesmas, akan tetapi pelatihan tersebut belum tentu
dilakukan setahun sekali. Kader posyandu berasal dari masyarakat, dipilih oleh
masyarakat itu sendiri dan bekerjasama secara sukarela. Selain itu, tujuan mereka
untuk menjadi kader yaitu untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga
mereka.Jumlah kader di posyandu berjumlah 5 untuk dapat melayani masyarakat
dengan baik. Mereka berharap, dengan sedikitnya jumlah kader yang ada di
psoyandu, waktu yang dipakai menjadi banyak, sehingga membuat masyarakat
yang hadir jenih ataupun bosan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
dikemukakan oleh Wisnuwardani (2012) insentif berhubungan dengan kinerja
kader posyandu untuk memotivasi kader kesehatan dan menjadi bukti pembinaan
dari puskesmas. Peran kader tidak hanya penimbangan pada posyandu, tetapi juga
sebelum dan sesudahnya, kader juga melakukan pendataan di masyarakat dan
menjadi agen penyebar informasi.

Universitas Sumatera Utara

63

3. Ketersediaan Bidan
Berdasarkan hasil penelitian menunjuukan bahwa tidak ada faktor bidan
yang menyebabkan rendahnya posyandu aktif di Wilayah Kerja Puskesmas
Gambir Baru. Menurut Kepala Puskesmas, Bidan disini tidak diberikan pelatihan
apapun. Mereka hanya dilatih pada saat kegiatan kuliahnya. Adapun jumlah
mereka terdiri dari 5 orang. Tugas bidan pada saat pelaksanaan posyandu
diantaranya yaitu pelayanan imunisasi, pelayanan Keluarga Berencana (KB),
pengobatan pemberian pil tambah darah (pil besi), vitamin A, dan obat-obatan
lainnya Hasil wawancara dengan kepala puskesmas dan kepala lingkungan
mengatakan bahwa tugas bidan pada saat pelaksanaan posyandu sudah baik,
terampil, dan juga ramah terhadap ibu – ibu yang hadir pada saat posyandu.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Balita I, II, III dan IV, Kader I,
Kader II, Kepala Lingkungan mengatakan bahwa kinerja bidan setempat sudah
baik dan terampil. Mereka senang dengan bidan disana karena bidan setempat
melayani mereka dengan baik dan ramah. Selain itu ibu balita I/II juga
mengatakan bahwa bidan setempat juga terampil dalam melaksanakan tugasnya
dan memberikan anjuran penggunaan obat sesuai dosisnya
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bidan I/II setempat mengatakan
bahwa tugas bidan sama seperti yang diinstruksikan oleh Kepala Puskesmas
maupun Kepala Lingkungan. Namun dalam menjalankan tugasnya tersebut
terdapat hambatan yaitu seperti timbangan yang dapat dikatakan kurang layak
untuk digunakan selain itu keterbatasannya jumlah obat – obatan yang akan
dibagikan kepada masyarakat. Selain itu, jumlah bidan disana juga masih kurang

Universitas Sumatera Utara

64

sehingga mereka kadang tidak maksimal dalam melakukan tugasnya. Adapun
jumlah bidan desa pada saat pelaksanaan posyandu yaitu berjumlah 5 orang.
Mereka mengatakan bahwa diri mereka sudah terlatih untuk melakukan tugas
pada saat posyandu karena pelatihan tersebut sudah mereka lakukan pada saat
perkuliahan. Mereka menyarankan agar pemerintah lebih mengangggarkan dana
untuk kesehatan terutama dalam hal posyandu sehingga membuat balita menjadi
lebih sehat.
Uraian diatas sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Purba (2001)
yang menyatakan bahwa adanya peran bidan yang baik akan berhubungan dengan
tingginya kunjungan ibu balita ke posyandu.
B. Ketersediaan Dana, Sarana dan Prasarana
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
ketersediaan dana, sarana, dan prasarana terhadap rendahnya posyandu aktif.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala lingkungan mengatakan bahwa ada
dana dari Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan tapi jumlahnnya sedikit. Adanya
keterbatasan sumber dana dapat menghambat pelaksanaan suatu kebijakan,
semakin besar dana yang dikeluarkan untuk memperbaiki sebuah program maka
hasilnya pun akan semakin efektif. Apabila dana yang diberikan seefisien
mungkin dan semakin kecilnya dana yang digunakan untuk sebuah program,
maka program hanya akan berjalan lambat dan hasilnya pun tidak akan efisien.
Keterbatasan sumber dana dapat juga mengakibatkan sarana dan prasarana di
puskesmas menjadi tidak memadai.

Universitas Sumatera Utara

65

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Puskesmas mengatakan
bahwa sumber dana untuk mendukung pelaksanaan posyandu yang tersedia dari
Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan hanya sebatas dana transportasi kader saja.
Dana tersebut hanya untuk kegiatan posyandu seharusnya tidak hanya berupa
dana transportasi kader saja. Kegiatan posyandu juga memerlukan dana yang lain
agar posyandu tersebut berjalan dengan baik seperti dana untuk program
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi bayi/balita.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kader I dan II, dana yang disediakan
untuk mereka mengundang para ibu setempat masih tidak cukup. Sedangkan
Berdasarkan hasil wawancara dengan bidan dalam menjalankan tugasnya tersebut
terdapat hambatan yaitu seperti timbangan yang dapat dikatakan kurang layak
untuk digunakan selain itu keterbatasannya jumlah obat–obatan yang akan
dibagikan kepada masyarakat. Selain itu, jumlah bidan disana juga masih kurang
sehingga mereka kadang tidak maksimal dalam melakukan tugasnya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Balita I dan II mengatakan
bahwa sarana dan prasarana dalam kegiatan Posyandu belum memadai. Ibu Balita
I mengatakan bahwa mereka khawatir dengan kondisi timbangan yang ada di
puskesmas setempat karena timbangan yang digunakan sudah tidak layak pakai
sehingga mungkin hasil pengukuran yang didapat bisa menjadi tidak akurat.
Selain itu, sarana pendukung lainnya seperti keterbatasannya kursi tempat
menunggu membuat para ibu balita II menjadi tidak nyaman apalagi dengan
kondisi puskesmas yang cukup ramai. Namun, untuk sarana kesehatan yang
digunakan seperti jarum suntik, dan obat-obatan sudah memadai. Sedangkan ibu

Universitas Sumatera Utara

66

Balita III mengeluh masalah jarum suntik yang mungkin saja tidak diganti. Tetapi
ibu Balita IV merasa sudah puas dengan sarana yang disediakan oleh Puskesmas.
Uraian diatas didukung oleh penelitian Yanti dkk (2015), yang
menyimpulkan bahwa sarana dan prasarana berhubungan dengan keberlangsungan
posyandu, baik dari buku register, penimbangan sampai pelayanan kesehatan yang
kader di dampingi oleh petugas kesehatan. Misalnya imunisasi yang harus di
lakukan oleh petugas kesehatan tetapi pendataan bayi dan balita di lakukan oleh
kader yang langsung turun ke masyarakat. Kader juga banyak memberikan
penyuluhan kepada sasaran posyandu sehingga sangat di butuhkan pelatihan
kesehatan,ataupun poster yang merupakan sarana dan prasarana untuk terjun ke
masyarakat.
5.1.2 Faktor Proses
A. Tata Cara Pelayanan Kesehatan
1. Sebelum Hari Pelaksanaan
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh faktor
sebelum hari pelaksanaan posyandu terhadap rendahnya posyandu aktif di
wilayah Kerja Puskesmas Gambir Baru. Menurut Kepala Puskesmas, Ibu balita I ,
II, III dan IV dan bidan I dan II hal ini disebabkan oleh kader puskesmas yang
kurang aktif dalam menyebarkan informasi mengenai posyandu sehingga hal ini
berimbas dengan rendahnya partisipasi ibu balita untuk mengunjungi posyandu.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dikemukakan oleh
Wisnuwardani (2012) insentif berhubungan dengan kinerja kader posyandu untuk
memotivasi kader kesehatan dan menjadi bukti pembinaan dari puskesmas. Peran
kader tidak hanya penimbangan pada posyandu, tetapi juga sebelum dan

Universitas Sumatera Utara

67

sesudahnya, kader juga melakukan pendataan di masyarakat dan menjadi agen
penyebar informasi.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada Kepala Puskesmas,
Kader I dan II, Bidan I dan II, dan Kepala Lingkungan mengatakan kegiatan yang
dilakukan sebelum pelaksanaan kegiatan posyandu sudah hampir sesuai dengan
standar yang ditetapkan oleh Kemenkes RI (2011) yaitu mempersiapkan tempat
pelaksanaan posyandu, mempersiapkan sarana posyandu kebutuhan, dan
mempersiapkan bahan PMT (Pemberian Makanan Tambahan). Namun ada
beberapa kegiatan yang belum seluruhnya dilakukan contohnya seperti belum
seluruhnya informasi yang di dapat oleh ibu balita tersebar secara merata.
2. Pada Saat Hari Pelaksanaan
Berdasarkan hasil penelitian terdapat pengaruh faktor hari pelaksanaan
posyandu terhadap rendahnya posyandu aktif di wilayah Kerja Puskesmas Gambir
Baru. Menurut informasi dari ibu balita II, pelaksanaan kegiatan tidak berjalan
sesuai jadwal pelaksanaan kegiatan posyandu. Seharusnya dilakukan secara tepat
waktu sehingga tidak membuat lama menunggu ibu balita.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Novi, (2007) dengan menyimpulkan
bahwa adanya hubungan antara pelaksanaan manajemen posyandu seperti pada
kegiatan perencanaan maupun pelaksanaan posyandu dengan rendahnya posyandu
aktif. Apabila manajer puskesmas tidak melakukan pelaksanaan manajemen maka
akan membuat rendahnya kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Gambir
Baru Kabupaten Asahan.

Universitas Sumatera Utara

68

Berdasarkan informasi dari kepala puskesmas I dan II, Ibu balita I, II, III
dan IV dan bidan I dan II, kegiatan posyandu akan berjalan dengan lancar apabila
ibu balita dapat menghargai aturan pada saat posyandu. Ada beberapa perilaku
yang menunjukkan ibu balita tidak mematuhi peraturan seperti tidak membawa
KMS, dan balita mereka sering menangis dalam pelaksanaan kegiatan posyandu
sehingga membuat pelaksanaan posyandu menjadi tidak lancar.
Menurut informasi dari Kepala Puskesmas, kegiatan yang ada di posyandu
sudah berjalan dengan baik, hanya saja kadang si ibu tidak membawa Kartu
Menuju Sehat (KMS) dengan alasan hilang, atau belum dapat. Padahal dari buku
KMS tersebut para petugas kesehatan dapat melihat perkembangan berat badan
atau kesehatan anaknya.
Berdasarkan

hasil

wawancara

yang

dilakukan

terhadap

Kepala

Puskesemas, Kepala Lingkungan, Ibu Balita I, III dan IV mengatakan bahwa
kegiatan yang dalam posyandu sudah dilakukan sesuai standart yang ditetapkan
oleh Kemenkes RI (2011) diantaranya yaitumeja I untuk proses pendaftaran, meja
II untuk penimbangan berat badan, meja III untuk pencatatatan hasil penimbangan
meja IV untuk penyuluhan kesehatan, meja V untukpemberian pelayanan seperti
imunisasi, vitamin.
3. Setelah Hari Pelaksanaan
Berdasarkan hasil penelitian menyebutkan bahwa terdapat pengaruh faktor
setelah hari pelaksanaan posyandu terhadap rendahnya posyandu aktif di wilayah
Kerja Puskesmas Gambir Baru. Menurut informasi dari ibu balita I dan II, peran
kader dan bidan setempat tidak ada melakukan kunjungan kerumah setelah

Universitas Sumatera Utara

69

pelaksanaan posyandu baik itu dalam hal penyuluhan, pendataan, maupun
perawatan seperti yang seharusnya. Menurut ibu balita I dan II, apabila kader dan
bidan desa tidak melakukan tugas pada saat setelah pelaksanaan posyandu, maka
akan mempengaruhi rendahnya kunjungan ibu balita untuk ke posyandu karena
mereka merasa tidak diperhatikan kondisi kesehatan balitanya.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Novi, (2007) dengan menyimpulkan
bahwa adanya hubungan antara pelaksanaan manajemen posyandu seperti pada
kegiatan perencanaan maupun pelaksanaan posyandu dengan rendahnya posyandu
aktif. Apabila manajer puskesmas tidak melakukan pelaksanaan manajemen maka
akan membuat rendahnya kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Gambir
Baru Kabupaten Asahan.
Berdasarkan informasi dari kepala puskesmas, kepala lingkungan, kader
I/II, ibu balita III/IV dan bidan I/II pada umumnya mereka sudah melakukan
tugasnya pada saat setelah hari pelaksanaan posyandu sesuai anjuran Kemenkes
RI (2011) yaitu Kunjungan rumah pada balita yang: (a) Tidak hadir pada hari
pelaksanaan (b) Gizi kurang (c) Gizi buruk rawat jalan, menggerakkan masyarakat
untuk ikut serta dalam kegiatan Posyandu termasuk penggalangan dana,
memfasilitasi masyarakat memanfaatkan pekarangan untuk meningkatkan gizi
keluarga, dan membantu petugas dalam pendataan, penyuluhan dan peragaan
keterampilan dalam upaya peningkatan peran serta masyarakat. Namun ada
beberapa hambatan dalam melakukan tugas tersebut diantaranya yaitu pada saat
mengunjungi rumah ibu yang tidak hadir pada saat pelaksanaan posyandu,
keluarga tersebut sedang tidak berada di dalam rumah sehingga kader maupun

Universitas Sumatera Utara

70

bidan desa tidak bisa menunggu terlalu lama, Selain itu, ibu balita juga tidak
tergerak dalam hal penggalangan dana untuk kegiatan posyandu.
B. Pelaksanaan Fungsi Manajemen
1. Fungsi Perencanaan
Berdasarkan hasil penelitian terdapat pengaruh fungsi perencanaan
terhadap rendahnya posyandu aktif di wilayah Kerja Puskesmas Gambir Baru.
Menurut kepala puskemas, hal ini disebabkan oleh keterbatasan jumlah dana yang
disediakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan yang menyebabkan tidak
berjalannya posyandu seperti yang direncanakan dan berimbas dengan rendahnya
posyandu aktif di Wilayah Kerja Puskemas Gambir Baru.
Uraian diatas didukung oleh penelitian Yanti dkk (2015), yang
menyimpulkan bahwa sarana dan prasarana berhubungan dengan keberlangsungan
posyandu, baik dari buku register, penimbangan sampai pelayanan kesehatan yang
kader di dampingi oleh petugas kesehatan. Misalnya imunisasi yang harus di
lakukan oleh petugas kesehatan tetapi pendataan bayi dan balita di lakukan oleh
kader yang langsung turun ke masyarakat. Kader juga banyak memberikan
penyuluhan kepada sasaran posyandu sehingga sangat di butuhkan pelatihan
kesehatan,ataupun poster yang merupakan sarana dan prasarana untuk terjun ke
masyarakat.
Menurut kepala puskemas dan kepala lingkungan, sebelum melakukan
posyandu selalu dibuat

perencanaan yang akan membuat kegiatan posyandu

menjadi lancar. Adapun kegiatan perencanaan yang dibuatoleh kepala puskesmas
sudah sesuai dengan teori Muninjaya (2011) yaitu :

Universitas Sumatera Utara

71

a. Merencanakan jumlah kader yang akan dibutuhkan dalam kegiatan
posyandu.
b. Merencanakan apa saja tugas yang akan dilakukan kader
c. Merencanakan jumlah bidan yang akan dibutuhkan dalam kegiatan
posyandu.
d. Merencanakan apa saja tugas yang akan dilakukan bidan.
e. Merencanakan lokasi yang akan menjadi tempat kegiatan posyandu.
f. Merencanakan waktu yang akan menjadi pelaksanaan posyandu.
g. Merencanakan jumlah dana yang akan dibutuhkan dalam kegiatan
pelaksanaan posyandu.
h. Merencanakan alokasi dana dalam kegiatan pelaksanaan posyandu.
i. Merencanakan sarana apa saja yang dibutuhkan dalam kegiatan posyandu.
j. Merencanakan jumlah sarana yang dibutuhkan dalam kegiatan posyandu.
k. Merencanakan metode penyuluhan yang tepat yang akan diberikan untuk
kegiatan posyandu.
2. Fungsi Pengorganisasian
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh
fungsi pengorganisasian terhadap rendahnya posyandu aktif di wilayah Kerja
Puskesmas Gambir Baru. Menurut Kepala Puskesmas, hal ini disebabkan karena
semua petugas untuk melaksanakan kegiatan posyandu sudah dibagi tugasnya
secara adil dan sudah diberi latihan tertentu untuk memaksimalkan mereka dalam
menjalankan tugasnya.

Universitas Sumatera Utara

72

Berdasarkan penjelasan tersebut, pengorganisasi dapat dipandang sebagai
wadah kerjasama sekelompok orang (organisasi sifatnya statis) dan sebagai suatu
proses kerjasama dan bagaimana tata cara staf mencapai tujuan (organisasi
sifatnya dinamis). Organisasi juga dapat dipandang sebagai alat pimpinan untuk
mencapai tujuan organisasi (Muninjaya, 2011).
Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh kepala puskesmas dan
kepala lingkungan, adapun fungsi pengorganisasian yang dilakukan sudah sesuai
dengan teori Muninjaya (2011) yaitu
1.

Mengorganisasikan apa saja tugas kepala puskesmas

2.

Mengorganisasikan apa saja tugas kader sebelum pelaksanaan posyandu

3.

Mengorganisasikan apa saja tugas kader pada saat pelaksanaan posyandu

4.

Mengorganisasikan apa saja tugas kader setelah pelaksanaan posyandu.

5.

Mengorganisasikan apa saja tugas bidan desa sebelum pelaksanaan
posyandu

6.

Mengorganisasikan apa saja tugas bidan desa pada saat pelaksanaan
posyandu

7.

Mengorganisasikan apa saja tugas bidan desa setelah pelaksanaan
posyandu

3. Fungsi Pelaksanaan
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh fungsi
pelaksanaan terhadap rendahnya posyandu aktif di wilayah Kerja Puskesmas
Gambir Baru. Menurut Kepala Puskesmas, hal ini disebabkan hambatan yang
diterima pada saat melakukan fungi pelaksanaan yaitu dana yang

terbatas

Universitas Sumatera Utara

73

sehingga susah untuk mengalokasikan dana tersebut, tugas kader yang tidak
sesuai dengan rencana, banyak hal yang harus dipersiapkan sehingga waktu yang
direncanakan tidak sesuai dengan apa yang direncanakan.
Uraian diatas didukung oleh penelitian Yanti dkk (2015), yang
menyimpulkan bahwa sarana dan prasarana berhubungan dengan keberlangsungan
posyandu, baik dari buku register, penimbangan sampai pelayanan kesehatan yang
kader di dampingi oleh petugas kesehatan. Misalnya imunisasi yang harus di
lakukan oleh petugas kesehatan tetapi pendataan bayi dan balita di lakukan oleh
kader yang langsung turun ke masyarakat. Kader juga banyak memberikan
penyuluhan kepada sasaran posyandu sehingga sangat di butuhkan pelatihan
kesehatan,ataupun poster yang merupakan sarana dan prasarana untuk terjun ke
masyarakat.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dikemukakan oleh
Wisnuwardani (2012) insentif berhubungan dengan kinerja kader posyandu untuk
memotivasi kader kesehatan dan menjadi bukti pembinaan dari puskesmas. Peran
kader tidak hanya penimbangan pada posyandu, tetapi juga sebelum dan
sesudahnya, kader juga melakukan pendataan di masyarakat dan menjadi agen
penyebar informasi.
Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh kepala puskesmas dan
kepala lingkungan, adapun fungsi pelaksanaan yang dilakukan sudah sesuai
dengan teori Muninjaya (2011) yaitu :
1. Melaksanakan kegiatan posyandu sesuai dengan lokasi dan waktu yang
telah direncanakan.

Universitas Sumatera Utara

74

2. Melaksanakan alokasi dana sesuai dengan yang direncanakan.
3. Melaksanakan apa saja tugas kepala puskesmas sesuai dengan yang
direncanakan.
4. Melaksanakan apa saja tugas kader sebelum pelaksanaan posyandu sesuai
dengan yang direncanakan.
5. Melaksanakan apa saja tugas kader pada saat pelaksanaan posyandu sesuai
dengan yang direncanakan.
6. Melaksanakan apa saja tugas kader setelah pelaksanaan posyandu sesuai
dengan yang direncanakan.
7. Melaksanakan apa saja tugas bidan sebelum pelaksanaan posyandu sesuai
dengan yang direncanakan.
8. Melaksanakan apa saja tugas bidan pada saat pelaksanaan posyandu sesuai
dengan yang direncanakan.
9. Melaksanakan apa saja tugas bidan setelah pelaksanaan posyandu sesuai
dengan yang direncanakan.
4. Fungsi Pengawasan
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh fungsi
pengawasan terhadap rendahnya posyandu aktif di wilayah Kerja Puskesmas
Gambir Baru. Menurut Kepala Puskesmas, hambatan
sulitnya mengawasi tugas bidan dan kader pada saat

yang

diterima

yaitu

sebelum dan sesudah

pelaksanaan posyandu secara langsung

Universitas Sumatera Utara

75

Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh kepala puskesmas dan
kepala lingkungan, adapun fungsi pengawasan yang dilakukan sudah sesuai denga
teori Muninjaya (2011) yaitu :
1. Mengawasi alokasi dana sesuai dengan yang direncanakan.
2. Mengawasi tugas kader sebelum pelaksanaan posyandu sesuai dengan
yang direncanakan.
3. Mengawasi tugas kader pada saat pelaksanaan posyandu sesuai dengan
yang direncanakan.
4. Mengawasi tugas kader setelah pelaksanaan posyandu sesuai dengan yang
direncanakan.
5. Mengawasi tugas bidan sebelum pelaksanaan posyandu sesuai dengan
yang direncanakan.
6. Mengawasi tugas bidan pada saat pelaksanaan posyandu sesuai dengan
yang direncanakan.
7. Mengawasi tugas bidan setelah pelaksanaan posyandu sesuai dengan yang
direncanakan.
5.1.3 Faktor Output