Faktor-Faktor yang Memengaruhi Rendahnya Posyandu yang Aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Gambir Baru Kecamatan Kisaran Timur Kabupaten Asahan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam penjelasan umum Undang – Undang Kesehatan No 36 Tahun 2009,
disebutkan bahwa salah satu prinsip dasar dalam pelaksanaan setiap kegiatan
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi – tingginya
adalah partisipasi masyarakat. Salah satu partisipasi masyarakat dalam upaya
kesehatan adalah kegiatan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu).
Posyandu adalah pelayanan yang diselenggarakan dari masyarakat oleh
masyarakat dan untuk masyarakat sedangkan pemerintah hanya menfasilitasi.
Posyandu telah ditetapkan oleh Pemerintah sebagai suatu strategi untuk
memperluas jangkauan pelayanan kesehatan masyarakat.Posyandu merupakan
salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang
dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan
memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan
kesehatan dasar. Adapun jenis posyandu terdiri dari posyandu pratama, posyandu
madya, posyandu purnama, dan posyandu mandiri (Depkes RI, 2009).
Pada pelaksanaannya posyandu melayani 5 program prioritas yaitu KB,
KIA, gizi, imunisasi dan penanggulangan diare. Dari 5 kegiatan tersebut tidak
semua kegiatan bisa dilakukan sendiri oleh masyarakat, khususnya dalam

pelayanan antenatal, pelayanan kontrasepsi (kecuali pil dan kondom) dan
imunisasi. Oleh sebab itu dalam kegiatan posyandu yang dilakukan 1 bulan sekali

1

Universitas Sumatera Utara

2

tersebut harus ada setidaknya 2 petugas pusksemas untuk memberikan pelayanan
teknis dan bimbingan atau pembinaan (Depkes RI, 2010).
Menurut Renstra Kementrian Kesehatan Tahun 2015–2019, adapun
indikator Kementerian Kesehatan bersifat dampak (impact atau outcome). dalam
peningkatan status kesehatan masyarakat, indikator yang akan dicapai adalah:
1. Menurunnya angka kematian ibu dari 359 per 100.00 kelahiran hidup (SP
2010), 346 menjadi 306 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2012).
2. Menurunnya angka kematian bayi dari 32 menjadi 24 per 1.000 kelahiran
hidup.
3. Menurunnya persentase BBLR dari 10,2% menjadi 8%.
4. Meningkatnya upaya peningkatan promosi kesehatan dan pemberdayaan

masyarakat, serta pembiayaan kegiatan promotif dan preventif.
5. Meningkatnya upaya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat.
Untuk kelangsungan program posyandu sangat dibutuhkan peran aktif
kader yang merupakan tenaga sukarela yang berasal dari masyarakat yang
bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di desa yang di
bekali pengetahuan kesehatan dan pendampingan dari tenaga kesehatan.Menurut
Renstra Kementrian Kesehatan Tahun 2015 – 2019, jumlah SDM kesehatan pada
tahun 2012 sebanyak 707.234 orang dan meningkat menjadi 877.088 orang pada
tahun 2013. Dari seluruh SDM kesehatan yang ada, sekitar 40% bekerja di
Puskesmas. Jumlah tenaga kesehatan sudah cukup banyak tetapi persebarannya
tidak merata. Selain itu, SDM kesehatan yang bekerja di Puskesmas tersebut,
komposisi jenis tenaganya pun masih sangat tidak berimbang. Sebagian besar

Universitas Sumatera Utara

3

tenaga kesehatan yang bekerja di puskesmas adalah tenaga medis (9 orang per
puskesmas), perawat-termasuk perawat gigi (13 orang per puskesmas), bidan (10
orang per puskesmas). Sedangkan tenaga kesehatan masyarakat hanya 2 orang per

puskesmas, sanitarian hanya 1 orang per puskesmas, dan tenaga gizi hanya 1
orang per puskesmas. Riskedas (2010) mengungkap data bahwa tenaga penyuluh
kesehatan di puskesmas juga baru mencapai 1 orang per puskesmas.
Menurut Renstra Kementrian Kesehatan Tahun 2015–2019, ketersediaan
anggaran

kesehatan

baik

dari

APBN

(Pusat)

maupun

APBD


(Provinsi/Kabupaten/Kota) belum mencapai sebagaimana diamanatkan oleh UU
No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, yakni 5% APBN serta 10 % APBD (di luar
gaji). Permasalahan dalam penganggaran adalah alokasi anggaran untuk kuratif
dan rehabilitatif jauh lebih tinggi daripada anggaran promotif dan preventif,
padahal upaya promotif dimaksudkan untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan
masyarakat yang sehat agar tidak jatuh sakit. Keadaan tersebut berpotensi
inefisiensi dalam upaya kesehatan.
Menurut Renstra Kementrian Kesehatan Tahun 2015–2019, permasalahan
yang dihadapi dalam manajemen pelayanan kesehatan yaitu perencanaan
kesehatan antara lain adalah kurang tersedianya data dan informasi yang
memadai, sesuai kebutuhan dan tepat waktu. Permasalahan juga muncul karena
belum adanya mekanisme yang dapat menjamin keselarasan dan keterpaduan
antara rencana dan anggaran Kementerian Kesehatan dengan rencana dan
anggaran kementerian/lembaga terkait serta Pemerintah Daerah atau Pemda

Universitas Sumatera Utara

4

(kabupaten, kota, dan provinsi), termasuk pemanfaatan hasil evaluasi atau kajian

untuk input dalam proses penyusunan perencanaan.
Berdasarkan hasil Riskedas (2010), di Indonesia terdapat 280.225
posyandu pada tahun 2013. Dari jumlah tersebut 32,7% posyandu pratama, 29,1%
posyandu madya, 29,9% posyandu purnama, dan 8,3% posyandu mandiri. Di
Sumatera Utara, jumlah posyandu terdiri dari 15,81% posyandu pratama, 46,09%
posyandu madya, 36,89% posyandu purnama, dan 1,21% posyandu mandiri.
Sedangkan di Kabupaten Asahan yang terdiri dari 25 Kecamatan dan 22
Puskemas mempunyai 0% posyandu pratama, 116% posyandu madya, 24%
posyandu purnama, dan 3% posyandu mandiri. Dengan jumlah posyandu yang
aktif berjumlah 4 buah.
Dari data Puskesmas Gambir Baru dapat dilihat bahwa terdapat jumlah
posyandu yang aktif pada tahun 2013 hanya berjumlah 4 posyandu, sedangkan di
tahun 2014 mengalami kenaikan dengan jumlah posyandu yang aktif berjumlah
10, sedangkan di tahun 2015 mengalami penurunan dengan jumlah posyandu
yang aktif hanya berjumlah 4 posyandu. Adanya penurunan jumlah posyandu
menjadi 4 posyandu di tahun 2015, dikarenakan adanya penggabungan posyandu
yang jumlah pengunjung nya sedikit ke tempat pengunjungnya yang banyak.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada bulan
Oktober tahun 2016, hasil wawancara penyebab rendahnya posyandu aktif dengan
ibu yang memiliki balita yaitu akibat kurangnya peran kader dan bidan sebagai

petugas kesehatan di lingkungan maupun dari institusi terkait, mengakibatkan
turunnya aktivitas Posyandu. Hasil wawancara terhadap ibu bayi/balita

Universitas Sumatera Utara

5

menunjukkan bila anak sudah mendapatkan imunisasi dari posyandu, ibu tidak
lagi membawa anaknya ke posyandu untuk mengetahui perkembangan kesehatan
anaknya. Si ibu juga lebih memilih anaknya di imunisasi di mana tempat dia
melahirkan, adanya kehawatiran si ibu terhadap jarum suntik yang tidak di ganti,
takut adanya kesalahan saat memberi obat karena jumlah pengunjung yang cukup
banyak, juga tidak adanya pemberitahun kepada ibu sebelumnya dari kader bila
adanya posyandu. Dari hasil wawancara dengan kader posyandu diperoleh
keterangan bahwa alasan yang digunakan ibu balita kenapa tidak membawa
bayi/balitanya ke posyandu karena ibu menganggap anaknya sehat- sehat saja
sehingga tidak perlu dibawa ke posyandu.
Kenyataan ini mengakibatkan banyak Posyandu yang tidak aktif. Akibat
dari kondisi tersebut maka muncul sikap di masyarakat yang merasa bahwa
posyandu sudah tidak cocok lagi atau sulit untuk dilaksanakan, namun masih ada

kelompok masyarakat yang merasa posyandu masih sangat dibutuhkan.
Hasil penelitian Irsal (2013) faktor–faktor yang menyebabkan rendahnya
partisipasi ibu untuk berkunjung ke posyandu yaitu tidak adanya informasi yang
disampaikan oleh kader mengenai jadwal pelaksanaan posyandu, kurangnya
kinerja yang dilakukan oleh petugas kesehatan, serta kurangnya ketersediaan dana
untuk melakukan kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Gambir Baru
Kabupaten Asahan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Novi (2007) dengan menyimpulkan
bahwa adanya hubungan antara pelaksanaan manajemen posyandu seperti pada
kegiatan perencanaan maupun pelaksanaan posyandu dengan rendahnya posyandu

Universitas Sumatera Utara

6

aktif. Apabila manajer puskesmas tidak melakukan pelaksanaan manajemen maka
akan membuat rendahnya kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Gambir
Baru Kabupaten Asahan.
Berdasarkan penjelasan di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian
mengenai “Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Rendahnya Posyandu Yang Aktif

Di Wilayah Kerja Puskesmas Gambir Baru Kecamatan Kisaran Timur Kabupaten
Asahan”
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Faktor-faktor apa sajakah yang memengaruhi rendahnya
posyandu yang aktif di wilayah kerja Puskesmas Gambir Baru Kecamatan Kisaran
Timur Kabupaten Asahan?”
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang memengaruhi rendahnya
posyandu yang aktif di wilayah kerja Puskesmas Gambir Baru dan Puskesmas
Mutiara Kecamatan Kisaran Timur Kabupaten Asahan .
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui apakah input ketersediaan sarana dan prasarana serta
ketersediaan sumberdaya manusia yang memengaruhi rendahnya
posyandu aktif di wilayah kerja Puskesmas Gambir Baru Kecamatan
Kisaran Timur.

Universitas Sumatera Utara


7

2. Untuk mengetahui apakah metode/tata cara pelayanan serta pelaksanaan
manajemen yang memengaruhi rendahnya posyandu aktif di wilayah
kerja Puskesmas Gambir Baru Kecamatan Kisaran Timur.
3. Untuk mengetahui apakah keaktifan poyandu dan keaktifan ibu yang
memengaruhi rendahnya posyandu aktif di wilayah kerja Puskesmas
Gambir Baru Kecamatan Kisaran Timur.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai sarana pengaplikasian ilmu yang telah di dapatkan peneliti dari
Fakultas Kesehatan Masyarakat.
2. Sebagai bahan masukan kepada seluruh penanggung jawab posyandu di
Kota Kisaran khususnya di wilayah kerja Puskesmas Gambir Baru
Kecamatan Kisaran Timur Kabupaten Asahan dalam hal peningkatan
pelayanan kesehatan masyarakat, khususnya kualitas pelayanan posyandu.
3. Sebagai bahan referensi di Fakultas Kesehatan Masyarakat khususnya di
bidang Ilmu Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.

Universitas Sumatera Utara