POLA KOMUNIKASI DALAM HUBUNGAN ANTARA KA

POLA KOMUNIKASI DALAM HUBUNGAN ANTARA KARYAWAN
TENANCY MALL OLYMPIC GARDEN DENGAN TENANT
Studi Kualitatif Deskriptif mengenai Pola komunikasi antara Karyawan
Tenancy Mall Olympic Garden dengan Karyawan Tenant.

Loreno Galaxy Deo Pradana. 2013. Peminatan Komunikasi Bisnis,Jurusan Ilmu
Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya
Malang. Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Darsono Wisadirana, MS dan Pembimbing
Pendamping : Dewanto Putra Fajar, S.Sos. M. Si.
ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang adanya kondisi tertentu dalam pola
komunikasi manusia sebagai makhluk sosial. Penelitian ini memberikan gambaran
pola komunikasi antara karyawan Tenancy dengan karyawan Tenant Mall
Olympic Garden Malang. Pihak berbeda status kepekerjaan ini mengalami
kesenjangan komunikasi dengan adanya perbedaan perlakuan Tenancy terhadap
Tenant.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui, menganalisis, dan
mendeskripsikan pola komunikasi dalam hubungan antara karyawan Tenancy
Mall Olympic Garden Malang dengan penyewa Tenant. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif, dengan jenis penelitian analisis deskriptif.
Sumber data primer bersumber dari wawancara mendalam, observasi, dan studi

pustaka. Sumber data sekunder yaitu melakukan analisis observasi dan
dokumentasi. Apabila dimungkinkan menggunakan artikel maupun literatur yang
berhubungan.
Ditemukan bahwa Pola komunikasi yang terjadi adalah secara upward
vertikal. Pola komunikasi yang diciptakan tenancy, melalui pihak security untuk
Kemudian tersampaikan kepada tenant berupa hubungan atasan-bawahan antara
pihak internal dengan pihak eksternal. Kesenjangan komunikasi muncul karena
keajegan perilaku yang ditunjukkan tenant merupakan perilaku negatif. Tenancy
memberikan anggapan bahwa perilaku tersebut akan terus berulang. Komunikasi
yang diciptakan kedua pihak bergantung prinsip budaya kerja tiap individu.
Prinsip Budaya kerja mempengaruhi cara berkomunikasi dan mempengaruhi
harapan-harapan karyawan.
Kata Kunci: pola, komunikasi, tenancy, tenant

1

1.

orang


Latar Belakang
Manusia

sebagai

baru

atau

organisasi

yang

barunya(Griffin,

dasarnya

tidak

luar


organisasi dengan orang dalam

makhluk

sosial tak pernah lepas dari komunikasi
pada

orang

selalu

serta

lingkungan
2006).Adanya

berjalan baik, karena hubungan sosial

perasaan seperti ini akan memiliki


yang dijalani oleh tiap manusia dalam

kecenderungan

prosesnya

memicu adanya kesenjangan sosial

terkadang

akan

dan

memposisikannya pada kondisi-kondisi

dalam

tertentu. Salah satunya adalah kondisi


individu

dimana

merasa

dengan individu lama. Kenyataan

di

seperti ini juga terjadi di Mall

lingkungannya. Baik dalam kehidupan

Olympic Garden. Dari observasi

berorganisasi di masyarakat maupun

awal yang telah dilakukan oleh


dunia kerja. Pendapat pribadi yang

peneliti di lingkup area Mall

sering mendasari adanya perasaan ini

Olympic

antara

diketahui adanya beberapa hal

beberapa

dirinya

individu

menjadi


lain

asing

seperti

tidak

ingin

hal

negative

komunikasi

baru

atau


antara

pendatang

Garden

Malang,

menimbulkan gangguan pada pihak

yang

lain, rasa takut mendapat masalah

kesenjangan perlakuan komunikasi

dalam

antara pendatang (tenant) dengan


organisasi

ditempati,

takut

yang
akan

sedang

Kesenjangan yang terjadi

komunikasi dua arah atau two-way
breakdowns

adanya

karyawan internal (tenancy).


munculnya

kesalahan komunikasi dan kerusakan

communication

mengindikasikan

di MOG meliputi ketidak jelasan

(Sowa,

batasan wewenang atau otoritas

1996: 649).

yang
Kecenderungan diam oleh


dimiliki

kurangnya

oleh

tenant,

komunikasi

internal

individu yang baru masuk dalam

antara sesama pegawai intern yang

lingkungan baru juga didukung

akhirnya berdampak pada ketidak

oleh pernyataan Carol Johansen

merataan

mengenai adanya proses kontruksi

terhadap tenant, dan lain-lain.

komunikasi yang terjadi antara

Sehingga

2

perlakuan

peneliti

tenancy

beranggapan

bahwa hal ini dapat memicu

internal pada hubungan karyawan

ketidak

tenant

internal dengan eksternal ini akan

karena

ditampilkan atas dasar pemahaman

menyampaikan

antara konteks dan keutuhannya

beranian

mengutarakan
merasa

haknya

segan

pendapatnya

pada

pihak

serta kealamiahannya tanpa ada hal

management(tenancy), dan pada

yang diubah sedemikian rupa yang

akhirnya akan berdampak pula

bertujuan

menyamakan

pada

kinerja

penelitian.

Untuk

adanya

menggunakan metode penelitian

komunikasi yang tidak lancar.

kualitatif, karena dengan metode

Untuk

itu

diadakannya

ini peneliti memiliki kemungkinan

sebuah

penelitian

yang

yang

terhambatnya

kelompok,

karena

perlu

lebih

peneliti

besar

untuk

mendalam mengenai bagaimana

mendapatkan setting alamiah dari

pola komunikasi yang terjadi di

materi yang diteliti, pemahaman

Building

mengenai lingkungan yang lebih

Management

MOG

antara karyawan (tenancy) dengan

mendalam,

tenant, sehingga dapat diketahui

keluwesan penelitian, serta bisa

pula

menyelami

alasan

kesenjangan

mengapa

terdapat

komunikasi

mendapatkan

dan

mengetahui

peristiwa atau kondisi yang tidak

antara

diduga sebelumnya.

pihak tenancy dengan tenant.
2.

lebih

itu,

teknik

3.

Metode

Hasil dan Pembahasan

3.1. Tenancy

Penelitian ini pada dasarnya
melihat,

Tenancy adalah pihak yang

mendeskripsikan, dan memahami

bertindak sebagai penanggungjawab

kesenjangan komunikasi pada Pola

tenant.

Tenancy mempunyai

Komunikasi

untuk

menyediakan

adalah

upaya

untuk

dalam

hubungan

tempat

dan

antara Karyawan Mall Olympic

memberikan

Garden Malang dengan penyewa

dibutuhkan tenant. Tenancy merupakan

tenant

berdasar

(natural-alamiah).

fasilitas-fasilitas

tugas

yang

adanya

salah satu seksi di manajemen MOG

Komunikasi

yang bertugas sebagai fasilitator yang

apa

3

berkelahi, mbolos-mbolos seperti
itu
mas.”
(Setyonegoro,
wawancara, 26 Juli, 2012)

bertatap muka, melakukan lobbying,
dan

penanggungjawab

keluar-masuknya

administrasi

tenant.

Tenancy

Dari wawancara yang dilakukan

MOG sendiri menganggap karyawan
tenant

sebagai

“siswa”

dengan

dalam

pihak

tersebut,

tenant

“sekolah”. Karena karyawan tenancy

didapatkan keterangan bahwa selama

seringkali menghadapi tenant yang

ini pihak tenancy selalu berpandangan

tidak mengikuti aturan dan membandel.

negative terhadap tenant karena adanya

” Tingkah laku pribadi
masing-masing
tenant
’kan
berbeda. Sebagai pihak luar
manajemen, penyewa tenant
pastinya
pernah
melakukan
penalty-penalty atau kesalahan.
Betul, Salah satunya merokok di
tempat stand. Seperti itu mereka
menurut saya kebandelan. Karena
sudah
ada
larangan
bagi
karyawan Mall untuk merokok di
tempat kerja. Kegiatan-kegiatan
yang mengganggu tenant lain
juga
sebenarnya
tidak
diperbolehkan. Gangguannya ya
seperti masalah suara, di tenant
ada yang menjual DVD film dan
musik.
Tenant
itu
sering
membunyikan suara keras. yang
cukup mengganggu tenant lain.
Apabila terjadi hal demikian,
tetap saya pantau dan akan saya
sampaikan
kepada
yang
bersangkutan. Menghadapi tenant
itu mirip-mirip menghadapi siswa
sekolah, mereka melakukan
kewajiban untuk sekolah, tapi ada
kalanya
mereka
melakukan
pelanggaran-pelanggaran. Ibarate
cah sekolah seperti merokok,

keajegan perilaku tenant yang memang
sebagian besar memiliki penyimpangan
perilaku

yang

cenderung

bersifat

negative. Dengan alasan ini pula, pihak
tenancy lebih terkesan tidak bersahabat

pada semua tenant dan lebih terkesan
mendiskriminasikan tenant.
3.2

Tenant

Tenant

memiliki

arti pihak

diluar management atau dapat pula
diartikan sebagai pihak yang menyewa
suatu bagian dari property. Seseorang
yang

membayar

sewa

untuk

menggunakan sebidang tempat yang
dimiliki orang lain. Kata tenant awal
mulanya berasal dari istilah "tenure" di
Inggris kuno. Tenure adalah "landlord"
atau tuan tanah yang menguasai dan
mengelola lahan-lahan untuk keperluan
pertanian. Dalam hal ini tenant di
MOG bermacam-macam mulai dari
tenant indoor, outdoor, tenant mini,

maupun

4

tenant

besar.

Tenant

menginginkan

adanya

merupakan tempat yang disewa sebagai

tenant

bentuk berbagai usaha bisnis, sehingga

kebebasan bekerja dan kenyamanan.

dapat

3.3

dikatakan

bahwa

tenant

merupakan motor penggerak yang ikut

Komunikasi dalam hubungan

Tenancy dan Tenant

Komunikasi adalah ”perilaku

andil dalam meramaikan gerai di

yang dilakukan oleh satu atau beberapa

MOG.
Tenant

sebagai

orang

orang

luar,

yang saling mengirim

dan

dituntut untuk mematuhi tata tertib

menerima pesan yang akan terganggu

yang diberlakukan di lingkungan kerja

oleh noise yang muncul bersamaan

MOG. Tetapi sebagai karyawan yang

dengan konteks pesan, mendapatkan

menjalankan bisnis di MOG, pihak

beberapa

juga

tenant

merasa

kenyamanan
Kenyamanan

dan

menyajikan

membutuhkan

beberapa timbal balik”. (Devito, 2003,

bekerja.

h. 68). Komunikasi tenancy dengan

dalam
yang

efek,

diinginkan

tenant berhubungan dengan bagaimana

ada

bermacam-macam. Keinginan untuk

karyawan

internal

mendapatkan insentif secara berkala,

eksternal

ini

keinginan

karakteristik dari budaya organisasi.

untuk

dianggap

ada,

Budaya

keinginan untuk dihormati, keinginan

dan

karyawan

mempersepsikan

organisasi

yang

untuk bersosialisasi dengan tenant lain,

diciptakan MOG merupakan suatu

keinginan untuk melakukan kebiasaan-

persepsi bersama yang dianut tenancy,

kebiasaannya, dan sebagainya. Namun,

security, dan tenant. Namun, pihak-

pada kenyataanya

pihak

tenant merasa

ini

mendefinisikan

budaya

kurang mendapatkan Supportiveness di

komunikasi sebagai makna berbeda

lingkungan

antara

Building

Management

satu

sama

lain.

Tenant

kenyamanan

dalam

(Goldhaber, 2001), karena keinginan

membutuhkan

tersebut

bersinggungan

bekerja serta menginginkan beberapa

dengan konsep-konsep yang diatur oleh

kebebasan yang didapat di lingkungan

organisasi MOG, dimana pihak tenancy

kerjanya di MOG. Namun, keinginan

MOG menginginkan adanya equality

ini

atau

kehidupan

regulasi

bekerja di MOG. Sedangkan karyawan

Building

terkadang

kesamaan

dalam

5

terhambat
dan

dan

terbatasi

budaya
Management

oleh

organisasi
yang

setiap
karyawati
memiliki
tempatnya
masing-masing.
Karyawati
yang
membawa brosur juga
tidak boleh didekati,
sesuai amanat pihak
Security.”
(Nilasari,
wawancara,
17
Agustus, 2012)

memberlakukan ketentuan yang sama
bagi seluruh karyawan tenant, dan
ketentuan tersebut berefek membatasi
gerak.

Hal

ini

tergambar

dalam

wawancara dengan salah satu pihak
tenant di bawah ini:

”Batasan-batasan yang
diberikan
pihak
keamanan,
kepada
karyawati
tenant
mencakup
barangbarang stand, property
yang
dimiliki
perusahaan
pengembang
perumahan
Kartika
Asri. Takutnya kalau
ada barang yang hilang.
Security memberikan
batasan
secara
yurisdiktif
(kewilayahan). Supaya
tidak
mengganggu
kinerja tenant lain.
Batas yang diberikan
sebatas sampai dengan
tenant “Center Point”,
“Baskin’s N’ Robbins”
dan “Rotiboy”. ketiga
tempat itu berada di
depan stand-ku. Pihak
MOG
tidak
membolehkan
aku
berjalan menjauhi stand
yang
berada
di
belakang.
Karena
dibelakang
stand
Kartika Asri ada salessales dari perusahaan
lainnya.
Tidak
diperbolehkan karena
akan
sangat
mengganggu,
karena

4.2.4. Kesenjangan

Komunikasi

Tenant dan Tenancy

Individu
komunikasi

melalui

pola

yang dijalankan,

menciptakan

tingkatan

yang

akan
lebih

dalam yaitu Komunikasi antar pribadi.
Komunikasi
mencapai

ini

bertujuan

Komunikasi

untuk

Organisasi.

Namun pada praktiknya, dalam usaha
untuk menjalin komunikasi organisasi,
ternyata

terdapat

kesenjangan

komunikasi yang muncul pada kedua
individu.

Munculnya

diakibatkan
aturan-aturan

adanya
dari

kesenjangan
regulasi

atau

organisasi

yang

harus dipatuhi. Sehingga komunikasi
yang dijalankan Tenant dan Tenancy
mendapatkan

tembok

pembatas.

Kesenjangan inilah juga terjadi antara
pihak tenant dan tenancy MOG.
Berdasarkan

wawancara

yang

dilakukan oleh peneliti, didapatkan
keterangan bahwa karyawan tenant
merasa diperlakukan secara tidak baik

6

berfungsi
untuk
mengontrol karyawan
tenant.”
(Nilasari,
wawancara,
17
Agustus, 2012)

oleh karyawan internal seperti security,
bagian informasi, dan tenancy itu
sendiri. Tenant menganggap bahwa
perlakuan

ini

membuatnya

tidak

”Pegawai BM yang di
dalam kantor juga
pernah berlaku tidak
mengenakkan. Sebagai
karyawan
tenant,
kayaknya aku berhak ya
untuk menyampaikan
keluhan
kepada
tenancy.
Dulu
itu
pernah satu waktu ada
jam kerjaku bentrok
sama
kepentingan
keluarga.
Saudaraku
menikah di Gresik,
mana jamnya sama
dengan
jam
kerja.
Waktu masuk BM, aku
langsung ke bagian
informasi.
Petugas
informasi acuh banget.
(Nilasari, wawancara,
17 Agustus, 2012)

nyaman berkomunikasi dengan pihak
internal

sehingga

diskriminasi

oleh

mereka

merasa

pihak

tenancy.

Namun dari pihak tenancy sendiri,
mereka sudah merasa melakukan tugas
mereka yaitu memberikan fasilitasfasilitas dan layanan terhadap segala
keperluan
tempat.

tenant

selaku

penyewa

Kesenjangan-kesenjangan

seperti inilah yang saat ini terjadi di
lingkungan MOG. Pemamaparan diatas
didasarkan

pada

hasil

wawancara

berikut:
”Aku kurang nyaman
kepada
karyawan
Security. Kalau pulang
lebih dulu sebelum jam
pulang
karyawan,
checklist nggak diisi
oleh Security. Kalau
nggak
gitu,
diberi
tulisan
“Pulangnya
kecepetan”
dan
biasanya mencari-cari
aku dimana gitu dengan
menanyakan
kepada
rekan atau tenant lain
yang
berdekatan
dengan
tenant
tempatku.
Terdapat
sistem checklist yang
digunakan
pihak
Manajemen
MOG
melalui Security yang

”Aku bilang ‟Mbak,
saya dari tenant perum
Kartika. Mau menemui
tenancy mbak ”xx” apa
ada ya?‟. Dia jawabnya
cuman ‟Ada didalam
sampeyan cari aja .‟
Aku kan yang jarang
masuk ruangan BM,
jadinya agak sungkan.
Aku tanya aja apa
boleh minta tolong
ditelponin. Aku tanya
‟maaf mbak, bisa minta
tolong
diteleponkan?
Soalnya saya harus
cepat
kembali
ke

7

tenant‟.
Orangnya
(Bagian
informasi)
jawab sama senyum
‟Seharusnya
kalau
mbak
niat,
mbak
seharusnya
masuk
sendiri. Yang aktif cari
sendiri‟. Sambil agak
kesel aku masuk ke
dalam ruangan kantor.
Ternyata
karyawan
tenancy yang aku cari
sedang keluar kantor.”
(Nilasari, wawancara,
17 Agustus, 2012)

untuk menertibkan dan memberikan
arahan-arahan kepada tenant, karena
menurut penilaian tenancy, perilaku
yang ditunjukkan oleh tenant selama
ini merupakan cerminan perilaku yang
kurang baik dan cenderung negative.
Namun,menurut pihak tenant, apa yang
mereka kerjakan sudah sesuai dengan
peraturan dan ketentuan yang ada di
lingkungan MOG. Pola komunikasi
yang seperti inilah yang menimbulkan
situasi

Dari hasil wawancara tersebut,

dimana

merasa

tenant

disimpulkan bahwa terdapat

didiskriminasi karena ketidakcocokan

kesenjangan komunikasi antara kedua

tenant atas sikap tenancy dan security.

belah pihak (tenant dengan tenancy),

Pada

dalam hal ini kedua belah pihak sama-

tersebut

sama

melakukan

kesenjangan komunikasi. Hal ini terjadi

kuajibannya, namun masih tetap saja

karena perbedaan subculture antara

dirasa kurang maksimal oleh pihak

pihak tenancy dengan tenant. Untuk

lainnya.

itu,

dapat

merasa

telah

Dan

kesenjangan

ini

akhirnya

pola

komunikasi

menyebabkan

strategi

yang

adanya

mungkin

bisa

dikarenakan adanya ruang pembatas

dilakukan oleh pihak tenant dalam

yang menyebabkan adanya ketidak

memperbaiki keadaan komunikasi yang

lancaran

senjang

dalam

komunikasi

kedua

adalah

Mengambil

5.

dengan lebih mendekatkan diri kepada

MOG

terjadi

dilakukan

Tenancy maupun Security. Mencoba

Pola komunikasi yang ada di
lingkungan

dapat

hati.

belah pihak.
Kesimpulan dan Saran

hati

mengambil

lebih

secara

sering

berkomunikasi

secara

intensif untuk menciptakan pertemanan

vertikal, dengan menempati posisi

yang baik, disamping juga untuk

tertinggi adalah tenancy, kemudian

memahami

security, dan terakhir tenant. Tenancy

Tenancy

memberikan arahan kepada Security

8

apa

maupun

keinginan
Security

pihak
tentang

ketentuan-ketentuan

yang

mereka

berikan terhadap tenant.

DAFTAR PUSTAKA

Barker, Chris. 2006. Cultural Studies Theory and Practice, London: SAGE
Publications.
Bungin, Burhan. 2009. Penelitian Kualitatif. Jakarta : Kencana.
Chadwick, Bruce A. 1991. Social Sciences Method, Terj. Sulistya dkk. Birgham
Young University.
Marshall, Catherine., Gretchen B. Rossman. 2006. Designing Qualitative
Research. Thousand Oaks: Sage Publications.
Denzin, Norman K. & Yvonna S Lincoln. 2005. Qualitative Research, Third
Edition. London: SAGE Publications.

9

Gerring, John. 2007. Case Study Research, Boston University. Cambridge:
University Press.
Goldhaber, M. Gerald. 2001. Organizational Communication, Fifth Edition.
America: Wm. C. Brown Publishers.
Griffin, EM. 2006. A First Look at Communication Theory, Sixth Edition.
America: McGraw-Hill Companies Inc.
Hancook, Dawson R., Bob Algozinne. 2006. Doing Case Study Research. New
York: Teachers College Press.
Joseph A. DeVito. 2003. Komunikasi Antarmanusia . Terj. Ir. Agus Maulana
MSM. Edisi ketujuh. Jakarta : Professional Books.
Keyton, Joann. 2005. Communication & Organizational Culture : A Key to
understanding work experiences. California: Sage Publications.
Kerlinger, Fred N. 1986. Foundations of Behaviour Research 3rd Edition . New
York. Holt, Rinehart & Winston
Kountur, Ronny. 2007. Metode Penelitian untuk penulisan Skripsi dan Tesis, edisi
revisi. Jakarta : penerbit PPM.
Kriyantono, Rachmat. 2007. Teknik Praktis. Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Liliweri, Alo. 2002. Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya . Yogyakarta
: LKiS Pelangi Aksara.
Mayring, Philipp. 2007. “On Generalization in Qualitatively Oriented Research”.
Forum: Qualitative Social Research, Volume 8, No. 3, Art. 26, Austria.
http://nbnresolving.de/urn:nbn:de:0114-fqs0703262.
M. John Ivancevich., Robert Konopaske., dan Michael T. Matteson. 2007.
Perilaku dan Manajemen Organisasi. Terj. Dhrama Yuwono, S.Psi. Jilid
2. Edisi ketujuh. Jakarta : Erlangga
Moleong, J. Lexy. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta : Rosdakarya.
Miles, M.B. dan M.A. Hubermas. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta :
Universitas Indonesia.
Ndraha, Taliziduhu. 2005. Teori Budaya Organisasi. Jakarta : Rineka Cipta.
Patton, Michael Quinn. 1990. Qualitative Evaluation and Research Methods.
Newbury Park : Sage Publications.

10

Patton, Michael Quinn. 2002. Qualitiative Research & Evaluation Methods. Third
Edition. United State of America : Sage Publication, Inc.
Poerwandari, Kristi E. 1998. Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi.
Jakarta : LPSP3 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Robbins, Stephen P. 2002. Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi. Terj. Halida S.E.
Edisi 5. Jakarta : Erlangga.
Satori, Djam„an, dkk. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta
Sowa, John F. 1996. Language at Work: Analyzing Communication Breakdown in
the Workplace to Inform Systems Design. Stanford: CSLI Publications.
Yin, Robert K. 2003. Case Study Research, Design and Methods, Third Edition.
Sage Publications, Inc. California.

11