Jilid-13 Depernas 24-Bab-113

BAB 113. BAGIAN INDUSTRI SANDANG
Tindjauan umum
§ 1284. Pendahuluan
Seperti kita ketahui sandang itu penting sekali artinja bagi ma nusia. Bagi orang jang diam ditempat jang dingin, sandang itu meru pakan penutup tubuh, bukan sekedar untuk memenuhi tuntutan per gaulan, akan tetapi djuga untuk melindungi diri terhadap gangguan
alam dan iklim. Begitu pula bagi orang jang diam ditempat jang amat
panas hawanja, sandang itu memegang peranan penting dalam usaha
melindungi badan terhadap hawa dingin dan panas sinar matahari.
Sjukurlah kepulauan negara kita ini terletak disekitar garis katu listiwa jang sebagian besar beriklim lunak, tidak terlalu dingin dan
tidak terlalu panas. Oleh karena itu sekalipun dengan mempergunakan
bahan sandang jang sederhana, kits dapat hidup dengan tenteram.
Kehawatiran akan gangguan alam boleh dikatakan tidak ada sama
sekali.
Disamping iklim, kemadjuan sosial dan kultur turut menambah
kebutuhan akan bahan sandang. Oleh karena itu djumlah pemakaian
tekstil per-kapita, terutama untuk bangsa jang bertempat tinggal di daerah tropik, dapat didjadikan ,;barometer" bagi taraf penghidupan
dan taraf kemadjuan.
Djika pada zaman purbakala manusia mempergunakan kulit kaju,
hewan dan daun-daunan untuk penutup badan, dewasa ini kemadjuan
teknik telah memungkinkan orang mempergunakan pelbagai matjam
bahan sandang, seperti serat tubuh-tubuhan, bulu hewan, serat buatan
dari pelbagai bahan, baik alami maupun synthetis.

Meskipun Indonesia dikatakan mempunjai pelbagai sumber kekajaan alam jang dapat memberi kemungkinan besar untuk memprodusir serat-serat nabati, namun penjediaan akan sandang untuk seba -gian
besar masih harus diimpor. Dari angka-angka impor ternjata
bahwa sebagian besar konsumsi sandang terdiri dari bahan kapas dan
rayon.
Industri sandang dibeberapa negara asing telah mentjapai taraf
pembikinan serat-serat synthetis dengan mempergunakan bahan-bahan
seperti gas alam, batu bara, minjak tanah dsb.
Industri sandang dalam negeri pada umumnja djauh lebih madju
dari pada keadaan sebelum Proklamasi Kemerdekaan, terutama dalam
bidang pemintalan dan penjempurnaan ternjata pertjobaan-pertjobaan
telah dapat memberikan hasil jang memadai, meskipun djumlahnja
ketjil sekali, akan tetapi pengalaman dalam industri ini telah dapat
dipergunakan untuk perluasan selandjutnja. Dibidang pertenunan
dapat dikatakan bahwa untuk sementara waktu industri ini masih dapat
mengikuti perkembangan industri sandang lainnja berhubung besarnja djumlah mesin-mesin tenun jang ada.
Dibidang penjempurnaan (printing, dyeing dan bleaching) sandang produksi dalam negeri masih sangat ketjil sehingga perlu di perluaskan. Selandjutnja mengenai penjempurnaan lain-lain, seperti
benang djahit, produksi dalam negeri boleh dikatakan hampir tidak
ada sama sekali dan perseimbangan dalam hal ini perlu diperhatikan.

2818


§ 1285. Konsumsi bahan sandang
Djika dibandingkan konsumsi per-kapita bangsa kita dengan
bangsa-bangsa di Asia setjara keseluruhannja, kita dapat gambaran
bahwa pemakaian bahan sandang di Indonesia ini masih tertjatat dalam golongan jang rendah.
Dibawah ini dimuat angka-angka statistik dari F.A.O., Community
Series Bulletin No. 25, 1954, jang menggambarkan perbandingan ter maksud.
Perbandingan konsumsi tekstil per-kapita.
Negara/Benua

1947

1948

1949 1950

1951

1952


Indonesia

1,0

0,6

0,6

0,9

1,0

0,9

As i a

1,9

1,4


1,4

1,2

1,4

1,6

Afrika

1,1

1,2

1,2

1,3

1,3


1,3

Amerika Tengah/Selatan

2,9

3,1

3,0

2,9

2,9

2,8

Eropa Barat

4,0


3,7

3,8

4,3

4,5

4,0

Eropa Timur dan Rusia

3,1

2,1

2,5

2,5


2,7

2,9

Amerika Serikat/Kanada

9,4

12,8

10,5

12,0

13,8

11,7

Dunia rata-rata


2,9

2,7

2,6

2,6

2,9

2,9

Keterangan : Unit = kg.

Sekurang-kurangnja konsumsi per-kapita bangsa Indonesia seha rusnja bersamaan dengan taraf negara-negara Asia lainnja disamping
perlu diusahakan untuk mendapatkan taraf jang lajak bagi penjesuaian
kemadjuan pendidikan dan kebudajaan bangsa Indonesia.
Konsumsi setjara keseluruhannja ditaksir bahwa angka terbesar
80.000 ton (kotor) setahunnja. Dengan pertumbuhan djumlah tahun
penduduk Indonesia jang kira-kira meliputi 2 djuta kepala itu maka

dengan sendirinja konsumsi bertambah besar selain bertambah meningkatnja kebutuhan akan pelbagai djenis sandang jang disebabkan oleh
karena kemadjuan-kemadjuan jang telah ditjapai dilapangan pendidikan
dan kebudajaan belakangan ini.
Pemakaian bahan sandang per kapita ditanah air kita ini sedjak
tahun 1952 sampai 1957, dapat didasarkan atas angka-angka impor
sadja karena produksi dalam negeri sedikit.

2819

Daftar taksiran pemakaian per kapita tahun 1953 sampai 1957.

Tahun

Djumlah impor
1.000 (ton)
kotor

Taksiran
penduduk.


Pemakaian ratarata per
kapita (kg).

1953

87,1

79,9 djuta

1,09

1954

74,1

80,9



0,9


1955

69,9

82,6



0,8

1956

82,5

'

84,4



0,9

1957

69,1

86,3



0,8

1958

79,1

88,2



0,9

Keterangan : Angka-angka ter- (Statistical Pocket Book 1958 hasebut dibulatkan. laman 118 - 122
c. Keadaan impor bahan sandang pada tahun 1958 dapat dilihat
dari daftar tertera dibawah ini:
Daftar impor bahan sandang tahun 1958
(Taksiran penduduk : 88,2 djuta kepala)
Djenis bahan
Tekstil dll.
Benang-benang
Bahan baku

Ton (kotor)
40.743
30.122
8.267
79.132

Harga Rp.
690.000.000,—
246.355.000, —
70.850.410, —
1.011.205.410, —

Harga U.S. $
60.800.000, —
30.382.000, —
6.224.337, —
97.406.337, —

Pada tahun 1958, pemakaian bahan sandang berada disekitar angka
0.89 kg per kapita. Dengan adanja waste 14% waktu memintal be Hang,
angka 0.89 ini masih harus dikurangi sedikit supaja tjotjok dengan
keadaan jang sebenarnja.
§ 1286. Kebutuhan sandang di Indonesia
a. Kebutuhan kita Akan sandang hingga sekarang ini masih be lum
dapat ditentukan dengan angka-angka, karena belum pernah diadakan
penjelidikan jang mendalam.

2820

Faktor-faktor jang menentukan ukuran kebutuhan ini sangat banjak, a.l. adat-istiadat, agama, iklim, pekerdjaan, fungsi sosial. Mes kipun demikian kita harus menentukan suatu angka untuk didjadikan
pedoman, sekalipun angka itu baru hanja merupakan pegangan untuk
sementara waktu sadja.
Sesuai dengan pendapat instansi-instansi jang turut memikirkan
masaalah sandang itu, target terendah jang hendak kita tjapai untuk
tahapan pertama dari pembangunan semesta ini ialah 10 meter per kapita.
Akan tetapi usaha-usaha harus pula didjalankan agar setjara ber tahap-tahap kebutuhan per-kapita itu dapat meningkat sampai ketaraf
15 meter pada ahir tahun Rentjana Pembangunan ini.
b. Djumlah penduduk setiap tahun bertambah dengan lebih kurang 2,3% jang berarti bahwa pada tahun terachir dari Rentjana Pembangunan satu windu ini, djumlah penduduk akan bertambah dengan
lebih kurang 10 djuta orang. (Sumber : Panitia Penduduk Depernas
— Djuni 1960).
c. Djika target maksimum diambil dalam perhitungan kwantitet
kebutuhan akan sandang dalam hubungan dengan kenaikan djumlah
penduduk ini maka sebagaimana dapat dilihat pada daftar dibawah
ini djumlah sandang jang perlu disediakan ialah sebagai berikut:
Daftar target kebutuhan akan sandang 1961 — 1968
Penduduk Per-kapita
(djuta)
(meter)

Djumlah sandang (meter)

1961

94,911

10

949.110.000

158.000

1962

97,094

10

970.940.000

162.000

1963

99,000

10

993.270.000

165.000

1964

101,611

12

1.219.000.000

203.000

1965

103,949

12

1.247.000.000

208.000

1966

106,340

12

1.276.000.000

212.000

1967

108,785

15

1.635.000.000

278.000

1968

111,287

15

1.699.000.000

278.000

Tahun

Djumlah benang/tekstil
(ton).

Keterangan : 1 kg = l.k. 6 meter tekstil.

Djika hanja target 10 meter per-kapita diambil sebagai pegangan,
pada tahun terachir dari Rentjana Pembangunan bidang sandang ini
djumlahnja baru hanja merupakan 1.112.870.000 dibulatkan 11.113
djuta meter atau dalam ukuran beratnja ialah 185.000 ton.

2821

Meskipun dalam hal ini terdapat perbedaan lebih kurang 93.000
ton, akan tetapi berhubung dengan kemadjuan-kemadjuan tehnik dan
intensifikasi dari kultur bahan baku, dapat diperkirakan bahwa target
maksimal dalam daftar diatas bukanlah suatu hal jang tidak mungkin
ditjapai.
§ 1287. Bahan baku Sandang
Bahan baku untuk produksi sandang ditanah air kita, hampir se luruhnja dapat dihasilkan didalam negeri jaitu kapas, rami, rayon,
bulu hewan, sisal, serat nenas, sutera, synthetis fibre dll.
Diantara bahan-bahan itu kapaslah jang sedjak zaman dahulu telah
dikenal oleh rakjat terutama dibidang penanaman dan pemakaian.
Dizaman dahulu malah Indonesia pernah mendjadi negara peng-ekspor
bahan kapas.
Rami baru berada dalam taraf pertjobaan dan pada umumnja
disetempat-setempat petani menanam rami untuk kepentingan sendiri. Setjara besar-besaran dan perkebunan hanja baru-baru ini sadja
diadakan, a.l. di Djawa Timur dan di Sumatera Utara.
Rayon adalah suatu bahan sandang jang baru sekali bagi Indonesia meskipun penggunaan dari serat rayon telah lama dikenal oleh
rakjat djelata.
Berhubung masih pada taraf penjelidikan dan pertjobaan dalam
penggunaan bahan-bahan baku jang dapat disediakan di Indonesia,
maka soal rayon ini perlu diselidiki setjara mendalam sebelum meng adakan rentjana setjara besar-besaran.
Bahan baku lainnja meskipun dapat diolah ditanah air kita ini
tidak memberikan kemungkinan besar untuk mentjapai taraf industri
besar, dan oleh karena itu bidang ini dapat dikerdjakan oleh pihak
swasta nasional dan rakjat sendiri.
§ 1288. Kapas
Penanaman kapas pernah diadakan dibeberapa tempat. Pada saat
dunia kekurangan bahan pakaian dari kapas, penanaman kapas sangat
menarik perhatian pengusaha-pengusaha, Sehingga Indonesia pernah
dikenal sebagai negara peng-ekspor kapas.
Perkembangan penanaman kapas diluar negeri antara lain Amerika,
Brazilia, Mesir menjebabkan produksi dalam negeri mendjadi turun,
bahkan pada beberapa tempat ada jang sampai berhenti sama sekali.
Pertanian kapas kita tidak mengimbangi kemadjuan-kemadjuan diluar
negeri dalam besarnja hasil setiap h.a. Disamping itu ada satu tendens
jang menguntungkan sekali bagi penanaman kapas diluar negeri, jaitu
dipergunakan hasil kapas itu bukan sadja untuk pakaian melainkan
djuga untuk keperluan lain jaitu :
a. Daun kapas itu dipakai untuk makanan hewan guna peter nakan.
b. Seratnja untuk bahan pakaian dan lain-lain.

2822

c.
d.

e.

Kulit bidji kapas untuk bermatjam-matjam keperluan rumah
tangga, antara lain piringan gramopon, topi, linolium.
Bidji kapas itu diambil minjaknja dan diolah mendjadi minjak
salada, margarine (mentega) dan minjak goreng, minjak tjat dan
pernis serta minjak untuk pembuat sabun.
Bungkil kapas dapat dipergunakan untuk makanan hewan dan
bisa dipakai untuk pupuk.

Dengan latihan dan kemadjuan tehnik selandjutnja diharapkan
pada tahun-tahun terachir dari pembangunan tahap pertama hasil kapas
bersih per ha. dapat mentjapai taraf 200 kg.
Di Amerika, distrik California pada tahun 1959 hasilnja 1000 kg/
h.a. dan di R.A.P. lebih kurang 550 kg/h.a.
Keadaan dewasa ini menggambarkan bahwa produksi kapas dalam
negeri belum mentjukupi kebutuhan industri pemintalan, dan oleh
karena itu diadakan usaha mengimpor kapas.
Kesukaran-kesukaran jang dihadapi dalam mendapatkan hasil jang
memuaskan dibidang penanaman kapas ini antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.

Kekurangan persediaan pupuk.
Masih banjak penjakit-penjakit jang belum seluruhnja dapat diberantas.
Bibit jang menghasilkan belum meluas pemakaiannja.
Kurangnja perhatian industri pertenunan terhadap penggunaan
kapas hasil dalam negeri.
Transpor masih tetap mendjadi persoalan.

§ 1289. Rami (Boehmeria Nivea)
Serat rami mempunjai keistimewaan, terutama karena serat itu
memiliki sifat tahan lembab disamping mempunjai daja absorbsi jang.
sangat besar. Oleh karena itu rami itu sangat sedjuk rasanja dan tahan
lama dalam air. Hal jang tidak menguntungkan dalam penggunaannja
ialah mudahnja rusak pada tempat lipatan, disebabkan oleh sifat kaku
dari seratnja.
Kesukaran dalam produksi rami teritama terletak pada soal pemupukan, karena djenis ini membutuhkan banjak rabuk kandang dan
pupuk organik.
Produksi rami ditanah air kita pada dewasa ini masih menemukan pelbagai kesukaran jang lain, akan tetapi pertjobaan penanam
stjara luas telah dilakukan di Sumatera Utara.
Pada tahun 1958 keadaan produksi rami adalah sebagai berikut :

2823

Daerah penghasil
Djawa Barat
Djawa Tengah
A.I.. Jogjakarta
Djawa Timur
DJAWA/MADURA

Luas tanaman
(ha)
20
1,25
18

39,25

Produksi
(ton)
*
*
9

9

Atjeh
Sumatera Utara
Sumatera Tengah
Riau
Dj a m b i
Sumatera Selatan
SUMATERA


100
50



150


100
33



133

INDONESIA

189,25

142

* belum diketahui.
Menarik angka-angka tersebut diatas, maka taraf produksi dewasa
ini baru mentjapai 660 sampai 1.000 kg. China grass tiap ha atau bila
diambil tengahnja, kurang lebih 800 kg.
Meskipun dalam pertjobaan-pertjobaan ternjata bahwa hasil rami
per ha dapat lebih besar dari dugaan semula, namun dalam mengada kan sesuatu perhitungan perentjanaan ada baiknja untuk mengambil
angka jang njata jang dapat didjadikan pegangan.
Mengenai pemintalan rami dewasa ini terdapat satu pabrik di Pe matang Siantar dengan kapasifet 6.000 mata pintal. Keadaannja se karang kurang memuaskan, karena bahan baku tidak mentjukupi.
§ 1290. Rayon
Berlainan dengan kapas dan rami, rayon adalah bahan baku jang
luas sekali lingkungan penggunaannja. Dengan tertjapainja kemadjuankemadjuan tehnik, rayon dapat dipergunakan untuk berupa-rupa
keperluan.
Serat rayon dapat diatur menurut proses dan tjampuran obat-obatan sehingga dapat disesuaikan kepada serat-serat jang diminta oleh
pasaran jang memerlukannja.
Sifat jang chusus daripada serat rayon itu ialah: kadar absorbsi
airnja lebih besar dari kapas maupun rami, dan djika diberi warna me ngeluarkan tjahaja jang kilau-kemilau.
Sebaliknja kwalitet kekuatan dan kelemasannja agak kurang dari
kapas dan dalam hal tahan lembab kurang dari rami. Akan tetapi satu
faktor utama jang menjebabkan rayon itu melebihi semua serat-serat
terebut diatas dalam bidang produksi ialah bahwa bahannja, jaitu kaju,
tjukup banjak ditanah air kita dan tidak perlu ditanam lebih dahulu.
Dalam hal ini rayon adalah satu-satunja bahan baku jang dapat
memberikan kemungkinan untuk mendapatkan hasil jang tjepat dan
dalam kwantitet jang besar.

2824

Berdasarkan pertimbangan diatas, maka penggunaan bahan baku rayon
sebagai sumber usaha untuk mentjukupi kekurangan bahan tekstil jang mendesak, sangat menarik perhatian.
Untuk mengadakan produksi rayon dalam negeri ada beberapa ketentuan
jang mendjadi bahan pertimbangan, jaitu :
a. membutuhkan modal besar
b. membutuhkan tenaga ahli
c. membutuhkan relatie-bedrijven jang seimbang
Mengenai bahan kaju di Indonesia jang mendjadi persoalan ialah banjaknja
djenis-djenis
kaju
jang
tumbuh
dihutan
hudjan
tropik.
Dalam pada itu pemeriksaan kwalitet kaju telah dilakukan dibeberapa tempat,
diantaranja dihutan Samangus dengan hasil jang memuaskan. Disamping itu kaju
jang sangat baik untuk dibuat pulp dan rayon ialah kaju tusam dan kaju pohon
karat,
§ 1291. Bahan-bahan lain
Selain dari bahan-bahan baku jang didjelankan diatas, kita dapat djuga
mempergunakan
djenis-djenis
bahan
baku
jang
lain
seperti
sisal, rosella, serat nenas dsb.
Sampai waktu ini ternjata penggunaan bahan-bahan tersebut sa -ngat terbatas
dan hanja diolah oleh sebagian ketjil penduduk didaerahdaerah pedalaman,
dimana bahan itu diperoleh dengan mudah.
Djenis bahan lain jang mendapat perhatian penduduk dimasa le-wat,
terutama dimasa pendudukan Djepang, ialah sutera. Ulat-ulat su tera dapat hidup
subur pada pohon djarak jang dapat tumbuh tanpa pemupukan atau pengairan.
Oleh karena proses pembikinan sutera jang baik membutuhkan modal besar
dan kesukaran-kesukaran teknik djauh lebih banjak dari kapas, usaha-usaha jang
didjalankan pada masa pendudukan Djepang itupun dengan sendirinja terhenti.
Minjak tanah dan batu bara jang banjak terdapat ditanah air kita ini adalah
satu
sumber
sandang
jang
memberikan
harapan
dihari
depan jang dekat. Dari minjak dan batu bara dapat diperoleh serat de ngan proses
kimia,
jang
lazim
disebut
full
synthetic
fibre,
jaitu
fibre
jang dihasilkan oleh petro-chemical dan coal-chemical industries.
§ 1292. Perkembangan pemikiran
Pokok dari segala kesukaran dibidang devisen ialah kurangnja produksi
dalam negeri. Oleh karena itu djalan pemikiran dewasa ini lebih tjondong kepada
usaha mentjapai SELF-SUPPORTING.
Perubahan tjara berpikir ini adalah basil dari pengalaman-penga laman pahit
sedjak proklamasi kemerdekaan. Keinginan untuk merobah struktur ekonomi
kolonial mendjadi ekonomi nasional makin bergelora. Tjita-tjita untuk mentjapai
suatu struktur masjarakat jang adil dan makmur, struktur ekonomi nasional jang
subur dll. semakin berkembang. Akan tetapi dengan bertjita-tjita sadja belum lagi
mendjamin akan terlaksananja tudjuan kita. Kita mesti bekerdja dan untuk dapat
bekerdja kita mesti

2825