INTERVENSI PEMERINTAH DALAM BISNIS INTER (2)
INTERVENSI PEMERINTAH
DALAM BISNIS INTERNASIONAL
MAKALAH
BISNIS INTERNASIONAL
Dosen Pembimbing
Siti Noor Khikmah, S.E, M.Si
Faqiatul Mariya Waharini, S.E, M.Si
Kelompok 7
1. Zul-haj Arasy
(15.0102.0217)
2. Wahyuning Ardhiyati
(15.0102.0088)
3. Rahmadhanti Ananda F.
(15.0102.0192)
4. Putri Sary Adiningrum
(15.0102.0143)
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2017
A. PENDAHULUAN
Globalisasi adalah pengintegrasian internasional individu-individu dengan
jaringan-jaringan informasi serta institusi ekonomi sosial dan politik yang terjadi secara
cepat dan mendalam pada takaran yang belum pernah dialami selama sejarah dunia
sebelumnya (Deliarnov, 2006:201).
Globalisasi pada dasarnya adalah suatu fenomena dimana terdapatnya perubahan
pada bidang kehidupan manusia baik dari segi ekonomi, politik maupun sosial.
Globalisasi yang pada mulanya mengarah pada perubahan yang terjadi pada setiap
individu telah mendelegasi dan menyangkut pada kehidupan suatu negara. Perubahan
tersebut umumnya mengarah pada pengikut sertaan suatu paham, gaya hidup, hingga
kebijakan yang dianut oleh suatu negara. Globalisasi juga terjadi dalam ruang lingkup
ekonomi.
Proses globalisasi ekonomi adalah perubahan perekonomian dunia yang bersifat
mendasar atau struktural dan proses ini akan berlangsung terus dengan laju yang akan
semakin cepat mengikuti perubahan teknologi yang juga akan semakin cepat dan
peningkatan serta perubahan pola kebutuhan masyarakat dunia. Perkembangan ini telah
meningkatkan kadar hubungan saling ketergantungan ekonomi dan juga mempertajam
persaingan antar negara, tidak hanya dalam perdagangan internasional tetapi juga dalam
investasi, keuangan, dan produksi. Globalisasi ekonomi ditandai dengan semakin
menipisnya batas-batas geografi dari kegiatan ekonomi atau pasar secara nasional atau
regional, tetapi semakin mengglobal menjadi “satu” proses yang melibatkan banyak
negara. Globalisasi ekonomi biasanya dikaitkan dengan proses internasionalisasi
produksi, perdagangan dan pasar uang. Globalisasi ekonomi merupakan suatu proses
yang berada diluar pengaruh atau jangkauan kontrol pemerintah, karena proses tersebut
terutama digerakkan oleh kekuatan pasar global, bukan oleh kebijakan atau peraturan
yang dikeluarkan oleh sebuah pemerintah secara individu.
Globalisasi ekonomi ini mendorong munculnya perdagangan internasional antar
negara-negara guna memenuhi kebutuhan negara masing-masing, namun seiring dengan
berkembangnya zaman karena adanya gobalisasi ekonomi perdagangan internasional juga
mengalami perubahan yang sangat signifikan dan semakin bebas. Masing-masing
negarapun membuat kebijakan perdagangan internasionalnya masing-masing, ada
beberapa bentuk kebijakan perdagangan internasional yaitu proteksionis dan pasar bebas.
Kebijakan perdagangan internasional yang dianut tiap negara berbeda-beda. Ada
negara yang menganut kebijakan perdagangan proteksionis (perlindungan), ada pula yang
menganut kebijakan perdagangan bebas (free trade). Baik negara yang menganut
kebijakan perdagangan proteksionis maupun yang menganut kebijakan perdagangan
bebas, pada umumnya melakukan kebijakan perdagangan internasional dengan tujuan:
1. Mengendalikan Ekspor dan Impor
2. Melindungi produksi dalam negeri
3. Meningkatkan pendapatan negara
Sebagaimana di sebutkan diatas, kebijakan perdagangan setiap negara berbeda
dengan negara lain. Ada negara yang memilih menjalankan kebijakan perdagangan bebas
(free trade) ada yang memilih menjalankan kebijakan perdagangan proteksionis, dan ada
pula yang memilih gabungan keduannya. Namun yang paling relevan diterapkan pada era
saat ini adalah politik perdagangan pasar bebas.
Semakin bebasnya perdagangan internasional maka dirasa perlu adanya sebuah
institusi untuk mengatur perdagangan internasional tersebut agar perdagangan
internasional dapat berjalan dengan baik sebagaimana mestinya. WTO (World Trade
Organization) muncul sebagai organisasi perdagangan internasional terbesar didunia yang
didalamnya mengatur lalu lintas perdagangan, pembuat kebijakan perdagangan bahkan
juga sebagai wadah bagi negara-negara anggotanya untuk menyelesaikan apabila ada
sengketa perdagangan.
B. PEMBAHASAN
a. Pengertian Kebijakan Ekonomi Internasional
Kebijakan ekonomi adalah cara yang ditempuh atau tindakan yang diambil
pemerintah dengan maksud mengatur kehidupan ekonomi nasional guna mencapai
tujuan tertentu. (Gilarso, 2004:225).
Kebijakan ekonomi internasional dalam arti luas meliputi semua kegiatan
ekonomi pemerintah suatu negara yang secara langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi komposisi, arah dan kegiatan ekspor impor barang dan jasa yang
dilaksanakan oleh pemerintah tersebut. Karena itu, sekalipun suatu kebijakan
ditujukan untuk mengatasi pemasalahan dalam negeri, tapi bila secara langsung atau
tidak langusng berpengaruh terhadap ekspor dan impor maka dapat dimasukkan
dalam kebijakan ekonomi internasional.
Kebijakan ekonomi internasional dalam arti sempit yaitu hanya meliputi
kebijakan yang langsung mempengaruhi ekspor dan impor. Kebijakan internasional
dalam arti sempit ini berkaitan dengan ekspor barang dan jasa, oleh karena itu
cakupannya sangat luas mengingat banyaknya barang atau jasa yang diekspor
maupun diimpor, mulai dari barang konsumsi, produksi sampai pada tenaga kerja.
Jadi, kebijakan ekonomi internasional adalah keseluruhan tindakan
pemerintah suatu negara yang bertujuan untuk meningkatkan laju pertumbuhan
ekonomi, meningkatkan pendapatan negaranya dengan melalui kegiatan yang
mendorong ekspor dan mengatur/mengendalikan impor. Keseluruhan tindakan
tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung akan memperoleh komposisi,
arah serta bentuk dari perdagangan dan pembayaran internasional.
b. Tujuan Kebijakan Ekonomi Internasional
1.
Autarki, tujuan ini sebenarnya bertentangan dengan prinsip perdagangan
internasional. Tujuan autarki bermaksud untuk menghindarkan dari pengaruhpengaruh negara lain baik pengaruh ekonomi, politik atau militer.
2.
Kesejahteraan (welfare), tujuan ini bertentangan dengan autarki di atas. Dengan
mengadakan perdagangan internasional suatu negara akan memperoleh
keuntungan dari adanya spesialisasi dan kesejahteraan meningkat. Maka untuk
mendorong perdagangan internasional, hambatan/restriksi dalam perdagangan
internasional seperti tarif, kuota, dsb akan dihilangkan atau paling tidak
dikurangi. Hal ini berarti mengarah ke perdagangan bebas.
3.
Proteksi, tujuannya untuk melindungi industri dalam negeri dari persaingan
barang impor. Kebijakan dapat berupa tarif atau kuota impor.
4.
Keseimbangan neraca pembayaran, terutama bagi negara yang mengalami
defisit dalam neraca pembayarannya, posisi cadangan valuta asingnya lemah.
Maka diperlukan kebijakan ekonomi internasional guna menyeimbangkan
neraca pembayaran internasionalnya. Kebijakan ini ummnya berbentuk
pengawasan devisa (exchange control). Pengawasan devisa tidak hanya
mengatur/mengawasi lalu lintas tapi juga modal.
5.
Pembangunan ekonomi untuk menunjang pembangunan ekonomi suatu negara
pemerintah
dapat
mengarahkan
perdagangan
internasionalnya
dengan
kebijakan seperti:
a) Perlindungan terhadap industri dalam negeri yang baru tumbuh (infantindustries).
b) Mengurangi impor barang yang nonesensial dan mendorong impor
barang-barang yang lebih esensial.
c) Mendorong ekspor.
c. Instrumen
Yang
Digunakan
Pemerintah
Untuk
Mempengaruhi
Arus
Perdagangan
Dalam kebijakan Pemerintah terkait perdagangan Internasional digunakan
tujuh instrumen utama, antara lain: tarif, subsidi, kuota impor, pembatasan ekspor
sukarela, persyaratan konten lokal, kebijakan administratif, dan tugas antidumping.
Tarif merupakan instrumen paling utama dan paling sederhana dari kebijakan
perdagangan. Instrumen-instrumen tersebut juga digunakan oleh GATT dan WTO
yang telah berhasil dalam membatasi perdagangan bebas.
1. Kebijakan ekspor dan impor
Kebijakan Ekspor dalam perdagangan Internasional diantaranya:
1) Diskriminasi harga, adalah suatu tindakan dalam penetapan harga barang
yang berbeda untuk suatu negara dengan negara lainnya. Untuk barang
yang sama, harga untuk negara yang satu lebih mahal atau lebih murah
daripada negara lainnya. Hal ini dilakukan atas dasar perjanjian atau
dalam rangka perang aktif.
2) Pemberian premi (subsidi). Kebijakan pemerintah untuk memajukan
ekspor adalah dengan memberi premi kepada badan usaha yang
melakukan ekspor. Pemberian premi (subsidi) itu antara lain berupa
bantuan biaya produksi serta pembebasan pajak dan fasilitas lain, dengan
tujuan agar barang ekspor memiliki daya saing di luar negeri.
3) Dumping adalah kebijakan yang diambil oleh pemerintah dengan
menetapkan barang ekspor (harga barang diluar negeri) lebih murah
daripada harga di dalam negeri. Cara ini hanya dapat dilakukan bila pasar
dalam negeri dikendalikan atau dikontrol oleh pemerintah.
4) Politik dagang bebas merupakan suatu kebijakan dimana masing-masing
pemerintah memberi kebebasan dalam ekspor dan impor.
5) Larangan ekspor merupakan kebijakan atas suatu negara untuk melarang
ekspor barang-barang tertentu ke luar negeri. Penyebabnya bisa karena
alasan ekonomi, politik, sosial dan budaya.
Kebijakan Impor dalam perdagangan Internasional diantaranya:
1) Pengenaan bea masuk/tarif, merupakan kebijakan pembebanan pajak atas
barang-barang impor atau barang yang masuk ke Indonesia. Kebijakan ini
ditetapkan untuk meningkatkan sumber penerimaan negara dalam bentuk
devisa.
2) Kuota impor, kebijakan kuota impor dilakukan untuk membatasi
masuknya barang impor dalam negeri. Pemerintah dapat menentukan
jumlah atau jenis barang impor yang akan masuk kedalam negeri, hal ini
akan membantu produsen dalam negeri untuk memproduksi barang yang
dirasa mampu bersaing dengan barang impor yang dijual di pasar dalam
negeri.
3) Pengendalian devisa, dalam pengendalian devisa, jumlah devisa yang
disediakan untuk membayar barang impor dijatah dan dibatasi sehingga
importir mau tidak mau juga membatasi jumlah barang impor yang akan
dibeli.
4) Kebijakan subsitusi impor, kebijakan mengadakan subsitusi impor
ditujukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap luar negeri dengan
mendorong produsen luar negeri agar dapat membuat sendiri barangbarang yang di impor dalam negeri.
5) Devaluasi, kebijakan berupa devaluasi merupakan kebijakan pemerintah
untuk menurunkan mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing
dengan sengaja. Dengan devaluasi menyebabkan harga barang impor
menjadi lebih mahal, sehingga akan mengurangi pembelian barang impor.
2.
Kebijakan Tarif dan Non-Tarif
Tarif yang merupakan kebijakan perdagangan yang paling umum,
adalah sejenis pajak yang dikenakan atas barang-barang yang diimpor. Tarif
spesifik (specific tariff’s) dikenakan sebagai beban tetap unit barang yang
diimpor. Sedangkan tarif ad valorem (ad valorem tariff’s) adalah pajak yang
dikenakan berdasarkan presentase tertentu dari nilai barang-barang yang
diimpor. Tarif merupakan bentuk kebijakan perdagangan yang paling tua dan
secara tradisional telah digunakan sebagai sumber penerimaan pemerintah
sejak lama. Namun, maksud utama pengenaan tarif biasanya tidak sematamata memperoleh pendapatan pengisi kas pemerintah, malainkan juga
sebagai suatu alat untuk melindungi sektor-sektor tertentu didalam negeri dari
tekanan persaingan produk impor.
1) Kebijakan hambatan tarif (tariff barrier)
Adalah suatu kebijakan proteksionis terhadap barang–barang produksi
dalam negeri dari ancaman membanjirnya barang-barang sejenis yang
diimpor dari luar negeri, dengan cara menarik/mengenakan pungutan bea
masuk kepada setiap barang impor yang masuk untuk dipakai/dikonsumsi
habis di dalam negeri.
Macam-macam penentuan tarif atau bea masuk, yaitu:
a) Bea ekspor (export duties) adalah pajak atau bea yang dikenankan
terhadap barang yang diangkut menuju negara lain (diluar custom
area).
b) Bea transito (transit duties) adalah pajak atau bea yang dikenakan
barang-barang yang melalui batas wilayah suatu negara dengan tujuan
akhir barang tersebut negara lain.
c) Bea impor (import duties) adalah pajak atau bea yang dikenakan
terhadap barang-barang yang masuk dalam suatu negara (didalam
custom area).
Jenis tarif:
a) Ad valorem duties, yakni bea pabean yang tingginya dinyatakan
dalam presentase dari nilai barang yang dikenakan bea tersebut.
b) Specific duties, yakni bea pabean yang tingginya dinyatakan untuk
tiap ukuran fisik daripada barang.
c) Specific ad valorem atau compound duties, yakni bea yang merupakan
kombinasi antara specific dan ad valorem. Misalnya suatu barang
tertentu dikenakan 10% tarif ad valorem ditambah Rp 20.000 untuk
setiap unit.
Sistem tarif:
a) Single-column tariffs: sistem di mana untuk masing-masing barang
hanya mempunyai satu macam tarif. Biasanya sifatnya autonomous
tariffs (tarif yang tingginya ditentukan sendiri oleh sesuatu Negara
tanpa persetujuan dengan negara lain). Kalau tingginya tariff
ditentukan dengan perjanjian dengan negara lain disebut conventional
tariffs.
b) Double-column tariffs: sistem di mana untuk setiap barang
mempunyai 2 (dua) tarif. Apabila kedua tarif tersebut ditentukan
sendiri dengan undang-undang, maka namanya : “bentuk maksimum
dan minimum”.
c) Triple-column tariffs: biasanya sistem ini digunakan oleh Negara
penjajah. Sebenarnya sistem ini hanya perluasan daripada double
column tariffs, yakni dengan menambah satu macam tariff preference
untuk negara-negara bekas jajahan atau afiliasi politiknya. Sistem ini
sering disebut dengan nama “preferential system”.
Efek tarif :
Pembebanan tarif terhadap sesuatu barang dapat mempunyai efek
terhadap perekonomian suatu negara, khususnya terhadap pasar barang
tersebut. Beberapa sfek tarif tersebut adalah:
a)
Efek terhadap harga (price effect).
b) Efek terhadap konsumsi (consumption effect).
c)
Efek terhadap produk (protective/import substitution effect)
d) Efek terhadap redistribusi pendapatan (redistribution effect).
2. Kebijakan hambatan non-tarif (non-tariff barrier)
Adalah berbagai kebijakan perdagangan selain bea masuk yang dapat
menimbulkan
distorsi,
sehingga
mengurangi
potensi
manfaat
perdagangan
internasional.
A.M. Rugman dan R.M. Hodgetts mengelompokkan hambatan non-tarif
(non-tariff barrier) sebagai berikut:
1) Pembatasan spesifik (specific limitation):
a. Larangan impor secara mutlak.
b. Pembatasan impor (kuota sistem).
c. Peraturan atau ketentuan teknis untuk impor produk tertentu.
d. Peraturan kesehatan atau karantina.
e. Peraturan pertahanan dan keamanan negara.
f. Peraturan kebudayaan.
g. Perijinan impor.
h. Embargo.
i.
Hambatan pemasaran atau marketing.
2) Peraturan bea cukai (customs administration rules):
a. Tata laksana impor tertentu (procedure).
b. Penetapan harga pabean.
c. Penetapan kurs valas (forex rate) dan pengawasan devisa (forex
control).
d. Consulate formalities.
e. Packaging/labeling regulations.
f. Documentation needed.
g. Quality and testing standard.
h. Pungutan administasi (fees).
i.
Tariff classification.
3) Partisipasi pemerintah (government participation):
a. Kebijakan pengadaan pemerintah.
b. Subsidi dan insentif ekspor, subsidi adalah kebijakan pemerintah
untuk memberikan perlindungan atau bantuan kepada industry dalam
negeri dalam bentuk keringanan pajak, pengembalian pajak, fasilitas
kredit, subsidi harga, dan lain-lain.
c. Counter valuing duties.
d. Domestic assistance programs.
e. Trade-diverting.
f. Import charges.
g. Import deposits.
h. Supplementary duties.
i.
Variable levies.
3. Kebijakan Perdagangan lainnya
Sesungguhnya, tarif itu adalah bentuk atau jenis kebijakan kebijakan
perdagangan yang paling sederhana. Dalam praktek perdagangan dunia di era
modern ini, kebanyakan pemerintah melakukan campur tangan dalam kegiatan
perdagangan Internasional dengan menggunakan instrument-instrumen kebijakan
lainnya yang lebih kompleks. Ada tiga kebijakan ekonomi/perdagangan
internasional lainnya, antara lain:
1) Politik Proteksi
Politik Proteksi adalah kebijakan pemerintah untuk melindungi industri
dalam negeri yang sedang tumbuh (infant industry) dan persaingan-persaingan
barang-barang impor.
Tujuan kebijakan proteksi adalah:
a. Memaksimalkan produksi dalam negeri.
b. Memperluas lapangan kerja.
c. Memelihara tradisi nasional.
d. Menghindari risiko yang mungkin timbul jika hanya menggantungkan
diri pada satu komoditi andalan.
e. Menjaga stabilitas nasional, yang dikhawatirkan akan terganggu jika
bergantung pada negara lain.
2) Politik Dagang Bebas
Politik dagang bebas adalah kebijakan pemerintah untuk mengadakan
perdagangan bebas antarnegara. Pihak-pihak yang mendukung kebijakan
perdagangan bebas mengajukan alasan bahwa perdagangan bebas akan
memungkinkan bila setiap Negara berspesialisasi dalam memproduksi barang
dimana suatu negara memiliki keunggulan komparatif.
3) Politik Autarki
Politik autarki adalah kebijakan perdagangan dengan tujuan untuk
menghindarkan diri dari pengaruh-pengaruh negara lain, baik pengaruh
politik, ekonomi, maupun militer, sehingga kebijakan ini bertentangan dengan
prinsip perdagangan internasional yang menganjurkan adanya perdagangan
bebas. itu seorang importir dalam melaksanakan pembayarannya harus
membeli uang dolar terlebih dahulu pada suatu bank devisa dengan kurs yang
berlaku, kemudian ditransfer kepada eksportir di Amerika.
4. Perangkat kebijakan perdagangan lainnya:
Masih banyak cara lainnya yang dapat digunakan oleh pemerintah untuk
memengaruhi intensitas perdagangan Internasional. Beberapa diantaranya dapat
kita kemukakan secara singkat sebagai berikut:
1) Proyek pengadaan pemerintah (National procurement)
Pembelian-pembelian
oleh
pihak
pemerintah
ataupun
perusahaanperusahaan yang diatur secara ketat dapat diarahkan pada
barangbarang yang diproduksi di dalam negeri, meskipun barangkali
barangbarang tersebut sebenarnya lebih mahal daripada barang yang sejenis
yang diimpor.
2) Hambatan-hambatan birokrasi (red-tape-barrier)
Terkadang pemerintah ingin membatasi impor tanpa melakukannya
secara formal.
C. KESIMPULAN
Suatu kebijakan sangat berperan dalam sebuah kegiatan ekonomi, baik secara
nasional maupun Internasional. Kebijakan berarti mengatur. Dalam skala global,
perdagangan Internasional tidak lepas dari kebijakan yang meliputi ekspansi pasar, baik
secara ekspor maupun bagaimana kebijakan ekonomi ketika memutuskan untuk impor.
Dalam makalah ini telah dijelaskan pengertian instrumen kebijakan dan tujuan
kebijakan ekonomi Internasional. Diantara tujuan kebijakan ekonomi Internasional itu
adalah autarki, proteksi, kesejahteraan dan keseimbangan neraca pembayaran. Dalam
makalah ini juga telah dijelaskan bagaimana kebijakan ekspor-impor dan mengapa
kebijakan tersebut perlu diterapkan. Menjelaskan kebijakan tariff dan non-tariff dan
kebijakan ekonomi lainnya.
A. DAFTAR PUSTAKA
Hill, Charles W.L., 2010, International Business: Competing In The Global Market
Place, anonym: McGra Hill Irwin.
Krugman, R. Paul dan Maurice Obstfeld. 2004. Ekonomi Internasional Teori dan
Kebijakan jilid 5. Jakarta: PT. INDEKS
Sari, Lily Purnama, 2009, Campur Tangan Pemerintah Dalam Perdagangan
Internasional, Makalah, Bogor: Program Pascasarjana Manajemen Dan Bisnis
Institut Pertanian Bogor.
DALAM BISNIS INTERNASIONAL
MAKALAH
BISNIS INTERNASIONAL
Dosen Pembimbing
Siti Noor Khikmah, S.E, M.Si
Faqiatul Mariya Waharini, S.E, M.Si
Kelompok 7
1. Zul-haj Arasy
(15.0102.0217)
2. Wahyuning Ardhiyati
(15.0102.0088)
3. Rahmadhanti Ananda F.
(15.0102.0192)
4. Putri Sary Adiningrum
(15.0102.0143)
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2017
A. PENDAHULUAN
Globalisasi adalah pengintegrasian internasional individu-individu dengan
jaringan-jaringan informasi serta institusi ekonomi sosial dan politik yang terjadi secara
cepat dan mendalam pada takaran yang belum pernah dialami selama sejarah dunia
sebelumnya (Deliarnov, 2006:201).
Globalisasi pada dasarnya adalah suatu fenomena dimana terdapatnya perubahan
pada bidang kehidupan manusia baik dari segi ekonomi, politik maupun sosial.
Globalisasi yang pada mulanya mengarah pada perubahan yang terjadi pada setiap
individu telah mendelegasi dan menyangkut pada kehidupan suatu negara. Perubahan
tersebut umumnya mengarah pada pengikut sertaan suatu paham, gaya hidup, hingga
kebijakan yang dianut oleh suatu negara. Globalisasi juga terjadi dalam ruang lingkup
ekonomi.
Proses globalisasi ekonomi adalah perubahan perekonomian dunia yang bersifat
mendasar atau struktural dan proses ini akan berlangsung terus dengan laju yang akan
semakin cepat mengikuti perubahan teknologi yang juga akan semakin cepat dan
peningkatan serta perubahan pola kebutuhan masyarakat dunia. Perkembangan ini telah
meningkatkan kadar hubungan saling ketergantungan ekonomi dan juga mempertajam
persaingan antar negara, tidak hanya dalam perdagangan internasional tetapi juga dalam
investasi, keuangan, dan produksi. Globalisasi ekonomi ditandai dengan semakin
menipisnya batas-batas geografi dari kegiatan ekonomi atau pasar secara nasional atau
regional, tetapi semakin mengglobal menjadi “satu” proses yang melibatkan banyak
negara. Globalisasi ekonomi biasanya dikaitkan dengan proses internasionalisasi
produksi, perdagangan dan pasar uang. Globalisasi ekonomi merupakan suatu proses
yang berada diluar pengaruh atau jangkauan kontrol pemerintah, karena proses tersebut
terutama digerakkan oleh kekuatan pasar global, bukan oleh kebijakan atau peraturan
yang dikeluarkan oleh sebuah pemerintah secara individu.
Globalisasi ekonomi ini mendorong munculnya perdagangan internasional antar
negara-negara guna memenuhi kebutuhan negara masing-masing, namun seiring dengan
berkembangnya zaman karena adanya gobalisasi ekonomi perdagangan internasional juga
mengalami perubahan yang sangat signifikan dan semakin bebas. Masing-masing
negarapun membuat kebijakan perdagangan internasionalnya masing-masing, ada
beberapa bentuk kebijakan perdagangan internasional yaitu proteksionis dan pasar bebas.
Kebijakan perdagangan internasional yang dianut tiap negara berbeda-beda. Ada
negara yang menganut kebijakan perdagangan proteksionis (perlindungan), ada pula yang
menganut kebijakan perdagangan bebas (free trade). Baik negara yang menganut
kebijakan perdagangan proteksionis maupun yang menganut kebijakan perdagangan
bebas, pada umumnya melakukan kebijakan perdagangan internasional dengan tujuan:
1. Mengendalikan Ekspor dan Impor
2. Melindungi produksi dalam negeri
3. Meningkatkan pendapatan negara
Sebagaimana di sebutkan diatas, kebijakan perdagangan setiap negara berbeda
dengan negara lain. Ada negara yang memilih menjalankan kebijakan perdagangan bebas
(free trade) ada yang memilih menjalankan kebijakan perdagangan proteksionis, dan ada
pula yang memilih gabungan keduannya. Namun yang paling relevan diterapkan pada era
saat ini adalah politik perdagangan pasar bebas.
Semakin bebasnya perdagangan internasional maka dirasa perlu adanya sebuah
institusi untuk mengatur perdagangan internasional tersebut agar perdagangan
internasional dapat berjalan dengan baik sebagaimana mestinya. WTO (World Trade
Organization) muncul sebagai organisasi perdagangan internasional terbesar didunia yang
didalamnya mengatur lalu lintas perdagangan, pembuat kebijakan perdagangan bahkan
juga sebagai wadah bagi negara-negara anggotanya untuk menyelesaikan apabila ada
sengketa perdagangan.
B. PEMBAHASAN
a. Pengertian Kebijakan Ekonomi Internasional
Kebijakan ekonomi adalah cara yang ditempuh atau tindakan yang diambil
pemerintah dengan maksud mengatur kehidupan ekonomi nasional guna mencapai
tujuan tertentu. (Gilarso, 2004:225).
Kebijakan ekonomi internasional dalam arti luas meliputi semua kegiatan
ekonomi pemerintah suatu negara yang secara langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi komposisi, arah dan kegiatan ekspor impor barang dan jasa yang
dilaksanakan oleh pemerintah tersebut. Karena itu, sekalipun suatu kebijakan
ditujukan untuk mengatasi pemasalahan dalam negeri, tapi bila secara langsung atau
tidak langusng berpengaruh terhadap ekspor dan impor maka dapat dimasukkan
dalam kebijakan ekonomi internasional.
Kebijakan ekonomi internasional dalam arti sempit yaitu hanya meliputi
kebijakan yang langsung mempengaruhi ekspor dan impor. Kebijakan internasional
dalam arti sempit ini berkaitan dengan ekspor barang dan jasa, oleh karena itu
cakupannya sangat luas mengingat banyaknya barang atau jasa yang diekspor
maupun diimpor, mulai dari barang konsumsi, produksi sampai pada tenaga kerja.
Jadi, kebijakan ekonomi internasional adalah keseluruhan tindakan
pemerintah suatu negara yang bertujuan untuk meningkatkan laju pertumbuhan
ekonomi, meningkatkan pendapatan negaranya dengan melalui kegiatan yang
mendorong ekspor dan mengatur/mengendalikan impor. Keseluruhan tindakan
tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung akan memperoleh komposisi,
arah serta bentuk dari perdagangan dan pembayaran internasional.
b. Tujuan Kebijakan Ekonomi Internasional
1.
Autarki, tujuan ini sebenarnya bertentangan dengan prinsip perdagangan
internasional. Tujuan autarki bermaksud untuk menghindarkan dari pengaruhpengaruh negara lain baik pengaruh ekonomi, politik atau militer.
2.
Kesejahteraan (welfare), tujuan ini bertentangan dengan autarki di atas. Dengan
mengadakan perdagangan internasional suatu negara akan memperoleh
keuntungan dari adanya spesialisasi dan kesejahteraan meningkat. Maka untuk
mendorong perdagangan internasional, hambatan/restriksi dalam perdagangan
internasional seperti tarif, kuota, dsb akan dihilangkan atau paling tidak
dikurangi. Hal ini berarti mengarah ke perdagangan bebas.
3.
Proteksi, tujuannya untuk melindungi industri dalam negeri dari persaingan
barang impor. Kebijakan dapat berupa tarif atau kuota impor.
4.
Keseimbangan neraca pembayaran, terutama bagi negara yang mengalami
defisit dalam neraca pembayarannya, posisi cadangan valuta asingnya lemah.
Maka diperlukan kebijakan ekonomi internasional guna menyeimbangkan
neraca pembayaran internasionalnya. Kebijakan ini ummnya berbentuk
pengawasan devisa (exchange control). Pengawasan devisa tidak hanya
mengatur/mengawasi lalu lintas tapi juga modal.
5.
Pembangunan ekonomi untuk menunjang pembangunan ekonomi suatu negara
pemerintah
dapat
mengarahkan
perdagangan
internasionalnya
dengan
kebijakan seperti:
a) Perlindungan terhadap industri dalam negeri yang baru tumbuh (infantindustries).
b) Mengurangi impor barang yang nonesensial dan mendorong impor
barang-barang yang lebih esensial.
c) Mendorong ekspor.
c. Instrumen
Yang
Digunakan
Pemerintah
Untuk
Mempengaruhi
Arus
Perdagangan
Dalam kebijakan Pemerintah terkait perdagangan Internasional digunakan
tujuh instrumen utama, antara lain: tarif, subsidi, kuota impor, pembatasan ekspor
sukarela, persyaratan konten lokal, kebijakan administratif, dan tugas antidumping.
Tarif merupakan instrumen paling utama dan paling sederhana dari kebijakan
perdagangan. Instrumen-instrumen tersebut juga digunakan oleh GATT dan WTO
yang telah berhasil dalam membatasi perdagangan bebas.
1. Kebijakan ekspor dan impor
Kebijakan Ekspor dalam perdagangan Internasional diantaranya:
1) Diskriminasi harga, adalah suatu tindakan dalam penetapan harga barang
yang berbeda untuk suatu negara dengan negara lainnya. Untuk barang
yang sama, harga untuk negara yang satu lebih mahal atau lebih murah
daripada negara lainnya. Hal ini dilakukan atas dasar perjanjian atau
dalam rangka perang aktif.
2) Pemberian premi (subsidi). Kebijakan pemerintah untuk memajukan
ekspor adalah dengan memberi premi kepada badan usaha yang
melakukan ekspor. Pemberian premi (subsidi) itu antara lain berupa
bantuan biaya produksi serta pembebasan pajak dan fasilitas lain, dengan
tujuan agar barang ekspor memiliki daya saing di luar negeri.
3) Dumping adalah kebijakan yang diambil oleh pemerintah dengan
menetapkan barang ekspor (harga barang diluar negeri) lebih murah
daripada harga di dalam negeri. Cara ini hanya dapat dilakukan bila pasar
dalam negeri dikendalikan atau dikontrol oleh pemerintah.
4) Politik dagang bebas merupakan suatu kebijakan dimana masing-masing
pemerintah memberi kebebasan dalam ekspor dan impor.
5) Larangan ekspor merupakan kebijakan atas suatu negara untuk melarang
ekspor barang-barang tertentu ke luar negeri. Penyebabnya bisa karena
alasan ekonomi, politik, sosial dan budaya.
Kebijakan Impor dalam perdagangan Internasional diantaranya:
1) Pengenaan bea masuk/tarif, merupakan kebijakan pembebanan pajak atas
barang-barang impor atau barang yang masuk ke Indonesia. Kebijakan ini
ditetapkan untuk meningkatkan sumber penerimaan negara dalam bentuk
devisa.
2) Kuota impor, kebijakan kuota impor dilakukan untuk membatasi
masuknya barang impor dalam negeri. Pemerintah dapat menentukan
jumlah atau jenis barang impor yang akan masuk kedalam negeri, hal ini
akan membantu produsen dalam negeri untuk memproduksi barang yang
dirasa mampu bersaing dengan barang impor yang dijual di pasar dalam
negeri.
3) Pengendalian devisa, dalam pengendalian devisa, jumlah devisa yang
disediakan untuk membayar barang impor dijatah dan dibatasi sehingga
importir mau tidak mau juga membatasi jumlah barang impor yang akan
dibeli.
4) Kebijakan subsitusi impor, kebijakan mengadakan subsitusi impor
ditujukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap luar negeri dengan
mendorong produsen luar negeri agar dapat membuat sendiri barangbarang yang di impor dalam negeri.
5) Devaluasi, kebijakan berupa devaluasi merupakan kebijakan pemerintah
untuk menurunkan mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing
dengan sengaja. Dengan devaluasi menyebabkan harga barang impor
menjadi lebih mahal, sehingga akan mengurangi pembelian barang impor.
2.
Kebijakan Tarif dan Non-Tarif
Tarif yang merupakan kebijakan perdagangan yang paling umum,
adalah sejenis pajak yang dikenakan atas barang-barang yang diimpor. Tarif
spesifik (specific tariff’s) dikenakan sebagai beban tetap unit barang yang
diimpor. Sedangkan tarif ad valorem (ad valorem tariff’s) adalah pajak yang
dikenakan berdasarkan presentase tertentu dari nilai barang-barang yang
diimpor. Tarif merupakan bentuk kebijakan perdagangan yang paling tua dan
secara tradisional telah digunakan sebagai sumber penerimaan pemerintah
sejak lama. Namun, maksud utama pengenaan tarif biasanya tidak sematamata memperoleh pendapatan pengisi kas pemerintah, malainkan juga
sebagai suatu alat untuk melindungi sektor-sektor tertentu didalam negeri dari
tekanan persaingan produk impor.
1) Kebijakan hambatan tarif (tariff barrier)
Adalah suatu kebijakan proteksionis terhadap barang–barang produksi
dalam negeri dari ancaman membanjirnya barang-barang sejenis yang
diimpor dari luar negeri, dengan cara menarik/mengenakan pungutan bea
masuk kepada setiap barang impor yang masuk untuk dipakai/dikonsumsi
habis di dalam negeri.
Macam-macam penentuan tarif atau bea masuk, yaitu:
a) Bea ekspor (export duties) adalah pajak atau bea yang dikenankan
terhadap barang yang diangkut menuju negara lain (diluar custom
area).
b) Bea transito (transit duties) adalah pajak atau bea yang dikenakan
barang-barang yang melalui batas wilayah suatu negara dengan tujuan
akhir barang tersebut negara lain.
c) Bea impor (import duties) adalah pajak atau bea yang dikenakan
terhadap barang-barang yang masuk dalam suatu negara (didalam
custom area).
Jenis tarif:
a) Ad valorem duties, yakni bea pabean yang tingginya dinyatakan
dalam presentase dari nilai barang yang dikenakan bea tersebut.
b) Specific duties, yakni bea pabean yang tingginya dinyatakan untuk
tiap ukuran fisik daripada barang.
c) Specific ad valorem atau compound duties, yakni bea yang merupakan
kombinasi antara specific dan ad valorem. Misalnya suatu barang
tertentu dikenakan 10% tarif ad valorem ditambah Rp 20.000 untuk
setiap unit.
Sistem tarif:
a) Single-column tariffs: sistem di mana untuk masing-masing barang
hanya mempunyai satu macam tarif. Biasanya sifatnya autonomous
tariffs (tarif yang tingginya ditentukan sendiri oleh sesuatu Negara
tanpa persetujuan dengan negara lain). Kalau tingginya tariff
ditentukan dengan perjanjian dengan negara lain disebut conventional
tariffs.
b) Double-column tariffs: sistem di mana untuk setiap barang
mempunyai 2 (dua) tarif. Apabila kedua tarif tersebut ditentukan
sendiri dengan undang-undang, maka namanya : “bentuk maksimum
dan minimum”.
c) Triple-column tariffs: biasanya sistem ini digunakan oleh Negara
penjajah. Sebenarnya sistem ini hanya perluasan daripada double
column tariffs, yakni dengan menambah satu macam tariff preference
untuk negara-negara bekas jajahan atau afiliasi politiknya. Sistem ini
sering disebut dengan nama “preferential system”.
Efek tarif :
Pembebanan tarif terhadap sesuatu barang dapat mempunyai efek
terhadap perekonomian suatu negara, khususnya terhadap pasar barang
tersebut. Beberapa sfek tarif tersebut adalah:
a)
Efek terhadap harga (price effect).
b) Efek terhadap konsumsi (consumption effect).
c)
Efek terhadap produk (protective/import substitution effect)
d) Efek terhadap redistribusi pendapatan (redistribution effect).
2. Kebijakan hambatan non-tarif (non-tariff barrier)
Adalah berbagai kebijakan perdagangan selain bea masuk yang dapat
menimbulkan
distorsi,
sehingga
mengurangi
potensi
manfaat
perdagangan
internasional.
A.M. Rugman dan R.M. Hodgetts mengelompokkan hambatan non-tarif
(non-tariff barrier) sebagai berikut:
1) Pembatasan spesifik (specific limitation):
a. Larangan impor secara mutlak.
b. Pembatasan impor (kuota sistem).
c. Peraturan atau ketentuan teknis untuk impor produk tertentu.
d. Peraturan kesehatan atau karantina.
e. Peraturan pertahanan dan keamanan negara.
f. Peraturan kebudayaan.
g. Perijinan impor.
h. Embargo.
i.
Hambatan pemasaran atau marketing.
2) Peraturan bea cukai (customs administration rules):
a. Tata laksana impor tertentu (procedure).
b. Penetapan harga pabean.
c. Penetapan kurs valas (forex rate) dan pengawasan devisa (forex
control).
d. Consulate formalities.
e. Packaging/labeling regulations.
f. Documentation needed.
g. Quality and testing standard.
h. Pungutan administasi (fees).
i.
Tariff classification.
3) Partisipasi pemerintah (government participation):
a. Kebijakan pengadaan pemerintah.
b. Subsidi dan insentif ekspor, subsidi adalah kebijakan pemerintah
untuk memberikan perlindungan atau bantuan kepada industry dalam
negeri dalam bentuk keringanan pajak, pengembalian pajak, fasilitas
kredit, subsidi harga, dan lain-lain.
c. Counter valuing duties.
d. Domestic assistance programs.
e. Trade-diverting.
f. Import charges.
g. Import deposits.
h. Supplementary duties.
i.
Variable levies.
3. Kebijakan Perdagangan lainnya
Sesungguhnya, tarif itu adalah bentuk atau jenis kebijakan kebijakan
perdagangan yang paling sederhana. Dalam praktek perdagangan dunia di era
modern ini, kebanyakan pemerintah melakukan campur tangan dalam kegiatan
perdagangan Internasional dengan menggunakan instrument-instrumen kebijakan
lainnya yang lebih kompleks. Ada tiga kebijakan ekonomi/perdagangan
internasional lainnya, antara lain:
1) Politik Proteksi
Politik Proteksi adalah kebijakan pemerintah untuk melindungi industri
dalam negeri yang sedang tumbuh (infant industry) dan persaingan-persaingan
barang-barang impor.
Tujuan kebijakan proteksi adalah:
a. Memaksimalkan produksi dalam negeri.
b. Memperluas lapangan kerja.
c. Memelihara tradisi nasional.
d. Menghindari risiko yang mungkin timbul jika hanya menggantungkan
diri pada satu komoditi andalan.
e. Menjaga stabilitas nasional, yang dikhawatirkan akan terganggu jika
bergantung pada negara lain.
2) Politik Dagang Bebas
Politik dagang bebas adalah kebijakan pemerintah untuk mengadakan
perdagangan bebas antarnegara. Pihak-pihak yang mendukung kebijakan
perdagangan bebas mengajukan alasan bahwa perdagangan bebas akan
memungkinkan bila setiap Negara berspesialisasi dalam memproduksi barang
dimana suatu negara memiliki keunggulan komparatif.
3) Politik Autarki
Politik autarki adalah kebijakan perdagangan dengan tujuan untuk
menghindarkan diri dari pengaruh-pengaruh negara lain, baik pengaruh
politik, ekonomi, maupun militer, sehingga kebijakan ini bertentangan dengan
prinsip perdagangan internasional yang menganjurkan adanya perdagangan
bebas. itu seorang importir dalam melaksanakan pembayarannya harus
membeli uang dolar terlebih dahulu pada suatu bank devisa dengan kurs yang
berlaku, kemudian ditransfer kepada eksportir di Amerika.
4. Perangkat kebijakan perdagangan lainnya:
Masih banyak cara lainnya yang dapat digunakan oleh pemerintah untuk
memengaruhi intensitas perdagangan Internasional. Beberapa diantaranya dapat
kita kemukakan secara singkat sebagai berikut:
1) Proyek pengadaan pemerintah (National procurement)
Pembelian-pembelian
oleh
pihak
pemerintah
ataupun
perusahaanperusahaan yang diatur secara ketat dapat diarahkan pada
barangbarang yang diproduksi di dalam negeri, meskipun barangkali
barangbarang tersebut sebenarnya lebih mahal daripada barang yang sejenis
yang diimpor.
2) Hambatan-hambatan birokrasi (red-tape-barrier)
Terkadang pemerintah ingin membatasi impor tanpa melakukannya
secara formal.
C. KESIMPULAN
Suatu kebijakan sangat berperan dalam sebuah kegiatan ekonomi, baik secara
nasional maupun Internasional. Kebijakan berarti mengatur. Dalam skala global,
perdagangan Internasional tidak lepas dari kebijakan yang meliputi ekspansi pasar, baik
secara ekspor maupun bagaimana kebijakan ekonomi ketika memutuskan untuk impor.
Dalam makalah ini telah dijelaskan pengertian instrumen kebijakan dan tujuan
kebijakan ekonomi Internasional. Diantara tujuan kebijakan ekonomi Internasional itu
adalah autarki, proteksi, kesejahteraan dan keseimbangan neraca pembayaran. Dalam
makalah ini juga telah dijelaskan bagaimana kebijakan ekspor-impor dan mengapa
kebijakan tersebut perlu diterapkan. Menjelaskan kebijakan tariff dan non-tariff dan
kebijakan ekonomi lainnya.
A. DAFTAR PUSTAKA
Hill, Charles W.L., 2010, International Business: Competing In The Global Market
Place, anonym: McGra Hill Irwin.
Krugman, R. Paul dan Maurice Obstfeld. 2004. Ekonomi Internasional Teori dan
Kebijakan jilid 5. Jakarta: PT. INDEKS
Sari, Lily Purnama, 2009, Campur Tangan Pemerintah Dalam Perdagangan
Internasional, Makalah, Bogor: Program Pascasarjana Manajemen Dan Bisnis
Institut Pertanian Bogor.