Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Aneka Industri yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(1)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1. Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Keagenan

Menurut Jensen dan Meckling (1976) ada dua macam bentuk hubungan keagenan, yaitu antara manajer dengan pemegang saham (shareholders) dan antara manajer dengan pemberi pinjaman (bandholders). Masalah keagenan (agency problem) sebenarnya muncul ketika adanya kesulitan untuk memastikan bahwa agent bertindak untuk memaksimumkan kesejahteraan principal. Agency theory (teori keagenan) membahas hubungan antara principal (pemilik dan pemegang saham) dengan agent (manajemen).

Pihak manajemen atau pengelola perusahaan tidak akan selalu bertindak sesuai keinginan pemilik atau pemegang saham. Hal ini dikarenakan pemilik memiliki motivasi jangka panjang, sedangkan pihak manajemen memiliki motivasi jangka pendek untuk mendapatkan profit dengan mengabaikan keuntungan jangka panjang. Untuk mengurangi kemungkinan tersebut maka ditetapkan biaya monitoring. Hal tersebut akan membuat pihak manajemen akan lebih maksimal dalam mengelola perusahaan.

Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan muncul ketika satu atau lebih individu (principal)


(2)

9 mempekerjakan individu lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan kekuasaan kepada agent untuk membuat keputusan atas nama principal tersebut. Selain itu mereka juga menyatakan bahwa ada dua cara dalam tata kelola perusahaan yang dapat digunakan dalam mengatasi masalah keagenan yakni kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional. Dengan adanya kepemilikan manajerial yang tinggi dapat mengurangi adanya konflik keagenan yang akan meningkatkan kinerja perusahaan.

2.1.2 Teori Sinyal

Menurut Brigham dan Houston (2006:39) “perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan dengan cara-cara lain, termasuk penggunaan hutang yang melebihi target struktur modal yang normal”. Teori sinyal menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi adalah karena terdapat asimetri informasi antara perusahaan dan pihak luar karena perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar (investor, kreditor).

Kurangnya informasi pihak luar mengenai perusahaan menyebabkan mereka melindungi diri mereka dengan memberikan harga yang rendah untuk perusahaan. Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan, dengan mengurangi informasi asimetri. Salah satu cara untuk


(3)

10 mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar, salah satunya berupa informasi keuangan yang dapat dipercaya dan akan mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan datang.

Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain. Laporan keuangan seharusnya memberikan informasi yang berguna bagi investor dan kreditor untuk membuat keputusan investasi, kredit dan keputusan sejenis. Laba merupakan bagian dari laporan keuangan sehingga laba seharusnya juga berguna untuk keputusan kredit.

2.1.3 Kinerja Keuangan

2.1.3.1 Pengertian Kinerja Keuangan

Informasi akuntansi sangat bermanfaat untuk menilai pertanggungjawaban kinerja manajer. Karena penilaian kinerja pada dasarnya merupakan penilaian perilaku manusia dalam melaksanakan peran yang dimainkannya dalam mencapai tujuan organisasi atau perusahaan. Kemungkinan yang lain adalah digunakannya informasi akuntansi bersamaan dengan informasi


(4)

11 non akuntansi untuk menilai kinerja manajer atau pimpinan perusahaan.

Menurut Mangkunegara (2000:67) dalam Fianka (2008), Kinerja ( prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kemudian menurut Sulistiyani (2003:223) dalam Fianka (2008), “Kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya”. Sedangkan menurut Hasibuan (2003:34) dalam Fianka (2008) mengemukakan bahwa “kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu”.

Menurut Rivai (2004:309) dalam Fianka (2008) mengemukakan bahwa kinerja adalah merupakan perilaku yang nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai perannya dalam perusahaan. Menurut Mulyadi (1997:419) dalam Sucipto (2003:1), penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang ditetapkan sebelumnya.


(5)

12 Sedangkan menurut Hastuti (2005) dalam Pranata (2007:19), kinerja perusahaan adalah hasil banyak keputusan individual yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen. Oleh karena itu untuk menilai kinerja perusahaan perlu melibatkan analisis dampak keuangan kumulatif dan ekonomi dari keputusan dan mempertimbangkannya dengan menggunakan ukuran komparatif. Kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang menunjukkan efektifitas dan efisien suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuannya.

Efektifitas apabila manajemen memiliki kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau suatu alat yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan efisiensi diartikan sebagai ratio (perbandingan) antara masukan dan keluaran yaitu dengan masukan tertentu memperoleh keluaran yang optimal. Sehingga dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan, kinerja keuangan adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba.

2.1.3.2 Tujuan Penilaian Kinerja

Setiap kebijakan dan aturan yang ditetapkan oleh sebuah perusahaan terhadap manajemennya tentu memiliki tujuan yang bermanfaat bagi manajemen itu sendiri. Begitu pula penilaian kinerja suatu perusahaan juga memiliki tujuan yang diperhatikan


(6)

13 oleh perusahaan. Penilaian kinerja diperlukan oleh manajemen untuk mengetahui bagaimana kualitas manajemen organisasi maupun manajemen keuangan perusahaan tersebut. Menurut Mulyadi dalam Sucipto (2003:2), penilaian kinerja bertujuan “untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran.

Penilaian kinerja dilakukan untuk menekan perilaku yang tidak semestinya dan untuk merangsang dan menegakkan perilaku yang semestinya diinginkan melalui umpan balik hasil kinerja dan waktu serta penghargaan.

2.1.4 Tobin’s Q

2.1.4.1 Pengertian Tobin’s Q

Tobin’s Q atau biasa juga disebut Q ratio atau Q Teori diperkenalkan pertama kali oleh James Tobin pada tahun 1969. James Tobin adalah ekonom Amerika yang berhasil meraih nobel di bidang ekonomi dengan mengajukan hipotesis bahwa nilai pasar suatu perusahaan seharusnya sama dengan biaya penggantian aktiva perusahaan tersebut sehingga menciptakan keadaan ekuilibrium.


(7)

14 Tobin’s Q menawarkan penjelasan nilai dari suatu perusahaan. Tobin’s Q model mendefinisikan nilai perusahaan sebagai nilai kombinasi antara aktiva berwujud dan aktiva tak berwujud. Nilai Tobin’s Q perusahaan yang rendah (antara 0 dan 1) mengindikasikan bahwa biaya ganti aktiva perusahaan lebih besar daripada nilai pasar perusahaan tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa pasar menilai kurang perusahaan tersebut. Sedangkan jika nilai Tobin’s Q suatu perusahaan tinggi (lebih dari 1), maka nilai perusahaan lebih besar daripada nilai aktiva perusahaan yang tercatat. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat beberapa aktiva perusahaan yang tidak terukur atau tercatat.

2.1.4.2 Keunggulan dan Kelemahan Tobin’s Q

Menurut Smithers dan Wright (2007) keunggulan Tobin’s Q adalah:

a. Tobin’s Q mencerminkan aset perusahaan secara keseluruhan,

b. Tobin’s Q mencerminkan sentimen pasar, misalnya analisis dilihat dari prospek perusahaan atau spekulasi, c. Tobin’s Q mencerminkan modal intelektual perusahaan, d. Tobin’s Q dapat mengatasi masalah dalam

memperkirakan tingkat keuntungan atau biaya marjinal. Menurut Smithers dan Wright (2007) kelemahan Tobin’s Q adalah dapat menyesatkan dalam pengukuran kekuatan pasar karena sulitnya memperkirakan biaya pergantian, pengeluaran


(8)

15 untuk iklan dan penelitian serta pengembangan aset tidak berwujud.

Tobin’s Q didasarkan pada pandangan bahwa nilai pasar modal merupakan nilai keseluruhan modal terpasang dan insentif yang diinvestasikan. Penelitian terbaru tentang kesalahan pengukuran menunjukkan bahwa ukuran q mungkin tidak dihitung dengan benar jika ada “gelembung” pada penilaian pasar modal yang terus menerus dari waktu ke waktu dan yang berhubungan dengan nilai fundamental (Fiakas,2005). Walaupun Tobin’s Q biasanya berkolerasi dengan investasi dalam studi empiris, peneliti menemukan bahwa hubungan ini kadang-kadang lemah dan sering didominasi oleh pengaruh langsung aliran kas terhadap investasi.

Tobin’s Q atau Q ratio merupakan suatu model yang berguna dalam pembuatan keputusan investasi. Menurut Ricardo dalam Juniarti (2009 : 24), Tobin’s Q meringkas informasi yang akan datang yang relevan dengan keputusan investasi perusahaan. Perusahaan meningkatkan modal saham jika Q tinggi karena jika nilai Tobin’s Q di atas satu maka perusahaan akan menghasilkan rate of return yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang dikeluarkan oleh biaya aktiva.

2.1.4.3 Pengukuran Tobin’s Q

Nilai Tobin’s Q atau Q ratio pada umumnya dapat dihitung dengan membagi nilai pasar suatu perusahaan (yang


(9)

16 diukur dengan nilai pasar dari saham yang beredar dan utang) dengan biaya penggantian aktiva. Pengukuran kinerja dengan menggunakan Tobin’s Q tidak hanya memberikan gambaran pada aspek fundamental saja, tetapi juga sejauh mana pasar menilai perusahaan dari berbagai aspek yang dilihat oleh pihak luar termasuk investor.

Tobin’s Q mewakili sejumlah variabel yang penting dalam pengukuran kinerja, antara lain aktiva tercatat perusahaan, kecenderungan pasar yang memadai seperti pandangan – pandangan analis mengenai prospek perusahaan, dan variabel modal intelektual atau intangible asset.

Secara khusus, Tobin’s atau Q ratio sering digunakan sebagai alat pengukur nilai intangible asset atau modal intelektual suatu perusahaan seperti kekuatan monopoli, sistem manajerial dan peluang pertumbuhan. Karena adanya modal intelektual inilah suatu perusahaan sering dinilai lebih oleh pasar. Rupert dalam Juniarti (2009 : 23) mengungkapkan bahwa hal tersebut tercermin dari banyaknya perusahaan yang memiliki aktiva berwujud yang tidak signifikan dalam laporan keuangan namun penghargaan pasar terhadap perusahaan – perusahaan tersebut sangat tinggi. Atas dasar itulah sehingga Tobin’s Q menjadi alat pengukuran kinerja yang populer.


(10)

17 2.1.5. Analisis Rasio Keuangan

2.1.5.1 Pengertian Rasio Keuangan

Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan yang paling sering digunakan. Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya (Kasmir, 2009). Selain itu, Rasio keuangan juga menghubungkan berbagai perkiraan yang terdapat pada laporan keuangan sehingga kondisi keuangan dan hasil operasi suatu perusahaan dapat diinterpretasikan. Menurut Simamora (2000 : 822) “rasio merupakan pedoman yang berfaedah dalam mengevaluasi posisi dan operasi keuangan perusahaan dan mengadakan perbandingan dengan hasil-hasil dari tahun-tahun sebelumnya atau perusahaaan-perusahaan lain”.

Rasio keuangan dapat digunakan untuk mengetahui apakah telah terjadi penyimpangan dalam melaksanakan aktivitas operasional perusahaan. Menurut Wild, et al (2005 : 36) “Rasio merupakan alat untuk meyediakan pandangan terhadap kondisi yang mendasari. Rasio merupakan salah satu titik awal, bukan titik akhir. Rasio yang diinterpretasikan dengan tepat mengindikasikan area yang memerlukan investigasi lebih lanjut”. Dari defenisi ini rasio dapat digunakan untuk mengetahui apakah


(11)

18 terdapat penyimpangan-penyimpangan dengan cara membandingkan rasio keuangan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan rasio keuangan sebagai alat analisis. Hal-hal tersebut akan membantu dalam menginterpretasikan hasil perhitungan rasio keuangan sehingga dihasilkan kesimpulan yang lebih tepat. Syamsuddin (2000) mengemukakan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan rasio keuangan sebagai alat analisis, yaitu :

a. Sebuah rasio saja tidak dapat digunakan untuk menilai keseluruhan operasi yang telah dilaksanakan. Untuk menilai keadaan perusahaan secara keseluruhan sejumlah rasio haruslah dinilai secara bersama-sama. Kalau sekiranya hanya satu aspek saja yang ingin dinilai, maka satu atau dua rasio saja sudah cukup digunakan.

b. Pembandingan yang dilakukan haruslah dari perusahaan yang sejenis dan pada saat yang sama.

c. Sebaiknya perhitungan rasio finansial didasarkan pada data laporan keuangan yang telah diperiksa (diaudit). Laporan keuangan yang belum diaudit masih diragukan kebenarannya, sehingga rasio-rasio yang dihitung juga kurang akurat.

d. Adalah sangat penting untuk diperhatikan bahwa pelaporan atau akuntansi yang digunakan haruslah sama.


(12)

19 2.1.5.2 Jenis-Jenis Rasio Keuangan

Ada banyak jenis-jenis rasio keuangan yang biasa digunakan dalam melakukan analisis keuangan. Secara umum rasio-rasio keuangan dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis kelompok rasio keuangan antara lain:

a. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas biasa digunakan dalam melakukan analisis kredit karena likuiditas berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Pihak – pihak yang berkepentingan dalam menilai tingkat likuiditas perusahaan adalah kreditor-kreditor jangka pendek seperti pemasok dan bankir. Rasio likuiditas menurut Horne (2005) adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

Rasio likuiditas dapat dibagi lagi menjadi beberapa jenis. Masing-masing rasio likuiditas mencerminkan perspektif yang berbeda dalam mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio likuiditas tersebut menurut Kasmir (2009) antara lain rasio lancar (current ratio), rasio sangat lancar (quick ratio atau acid test ratio), rasio kas (cash ratio), rasio perputaran kas, inventory to networking capital.


(13)

20 Rumus tersebut menunjukkan hubungan antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Semakin besar aktiva lancar, maka semakin besar rasio lancarnya. Apabila dinyatakan bahwa rasio lancar suatu perusahaan adalah sebesar 2, artinya setiap satu Rupiah kewajiban lancar akan dijamin oleh dua aktiva lancar. Rasio lancar yang tinggi belum tentu menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban lancarnya juga tinggi. Dalam menganalisis rasio lancar perlu diperhatikan apakah yang menyebabkan rasio lancar tersebut tinggi.

Jika yang menyebabkan rasio lancar tersebut tinggi adalah piutang atau persediaan, maka untuk memenuhi kewajiban lancarnya perusahaan harus terlebih dahulu melakukan penagihan atas piutang atau menjual persediaan agar diperoleh kas untuk membayar kewajiban lancar tersebut. Kreditor harus menanggung risiko bahwa kemungkinan perusahaan tidak dapat membayar kewajiban lancarnya karena perusahaan tidak mampu menagih piutangnya atau tidak dapat menjual persediaannya.

b. Rasio Solvabilitas

Perusahaan memiliki berbagai kebutuhan dalam menjalankan operasinya, terutama yang berkaitan dengan dana agar perusahaan dapat berjalan sebagaimana mestinya. Dalam praktiknya untuk menutupi kekurangan akan kebutuhan dana, perusahaan memiliki beberapa pilihan sumber dana yang dapat


(14)

21 digunakan. Pemilihan sumber dana ini tergantung dari tujuan, syarat-syarat, keuntungan dan kemampuan perusahaan. Sumber-sumber dana secara garis besar dapat diperoleh dari modal sendiri dan pinjaman (bank atau lembaga keuangan lainnya). Perusahaan dapat memilih salah satu sumber tersebut atau kombinasi dari keduanya. Setiap sumber dana memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

Mengingat penggunaan salah satu dari dana tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan, perlu disiasati agar dapat saling menunjang. Dengan kata lain, penggunaan dana yang bersumber dari pinjaman harus dibatasi. Kombinasi dari penggunaan dana dikenal dengan nama rasio solvabilitas atau rasio leverage. Rasio solvabilitas atau leverage ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai oleh utang (Kasmir, 2009), artinya berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Rasio solvabilitas yang menjadi fokus penelitian ini adalah debt ratio (DR).

Debt Ratio adalah rasio yang menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman (Darsono,2005). Nilai DR yang tinggi menunjukkan bahwa struktur modal lebih banyak memanfaatkan utang dibandingkan dengan ekuitas, semakin besar DR mencerminkan


(15)

22 solvabilitas perusahaan semakin rendah sehingga kemampuan perusahaan untuk membayar utangnya rendah.

c. Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Rasio aktivitas juga digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Dari hasil pengukuran dengan rasio aktivitas akan terlihat apakah perusahaan lebih efisien dan efektif dalam mengelola asset yang dimilikinya atau mungkin justru sebaliknya. Rasio aktivitas yang menjadi fokus penelitian ini adalah total assets turn over.

Rasio perputaran total aktiva (total assets turn over ratio) digunakan untuk mengukur perputaran dari seluruh aktiva perusahaan . Rasio ini juga dapat dipergunakan untuk mengukur seberapa efisien aktiva tersebut telah dimanfaatkan untuk memperoleh penghasilan sehingga rasio ini dapat digunakan untuk memprediksi laba yang akan datang dan dapat digunakan untuk memprediksi laba karena total aktiva dan penjualan merupakan komponen dalam menghasilkan laba. Pengaruh rasio total assets turnover terhadap perubahan laba bersih perusahaan adalah semakin cepat tingkat perputaran aktivanya maka laba bersih yang dihasilkan akan semakin meningkatkan penjualan


(16)

23 yang berpengaruh terhadap pendapatan. Rasio yang rendah menunjukkan bahwa perusahaan tidak beroperasi pada volume yang memadai bagi kapasitas investasinya.

d. Rasio Profitabilitas

Profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang dilakukan perusahaan. Rasio profitabilitas menurut Horne (2005) adalah rasio yang menghubungkan laba dari penjualan dan investasi. Dari rasio ini dapat diketahui bagaimana tingkat profitabiltas perusahaan. Setiap perusahaan menginginkan tingkat profitabilitas yang tinggi. Untuk dapat melangsungkan hidupnya, perusahaan harus berada dalam keadaan yang menguntungkan (profitable).

Apabila perusahaan dalam kondisi yang tidak menguntungkan, maka akan sulit bagi perusahaan untuk memperoleh pinjaman dari kreditor maupun investasi dari luar. Rasio profitabilitas merupakan sekelompok rasio yang menunjukkan kombinasi efek dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang pada hasil-hasil operasi ( Brigham, 2009). Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah gross profit margin. Gross profit margin (GPM) dapat digunakan untuk mengetahui keuntungan kotor dari setiap barang yang dijual perusahaan. Gross profit margin menurut Horne (2005) “memberitahu kita laba dari perusahaan yang berhubungan


(17)

24 dengan penjualan, setelah kita mengurangi biaya untuk memproduksi barang yang dijual”.

2.1.5.3 Pengertian Analisis Rasio Keuangan

Analisis rasio keuangan merupakan bagian dari analisis keuangan. Analisis rasio keuangan adalah analisis yang dilakukan dengan menghubungkan berbagai perkiraan yang terdapat pada laporan keuangan dalam bentuk rasio keuangan. Menurut Wild, et al (2005 : 36) “analisis rasio (ratio analysis) dapat mengungkapkan hubungan penting dan menjadi dasar perbandingan dalam menemukan kondisi dan tren yang sulit untuk dideteksi dengan mempelajari masing-masing komponen yang membentuk rasio”.

2.1.5.4 Kegunaan Analisis Rasio Keuangan

Rasio keuangan dapat digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan perusahaan dan kinerjanya. Dengan membandingkan rasio keuangan perusahaan dari tahun ke tahun dapat dipelajari komposisi perubahan dan dapat ditentukan apakah terdapat kenaikan atau penurunan kondisi dan kinerja perusahaan selama waktu tersebut. Selain itu, dengan membandingkan rasio keuangan terhadap perusahaan lainnya yang sejenis atau terhadap rata-rata industri dapat membantu mengidentifikasi adanya penyimpangan.


(18)

25 Analisis rasio keuangan pada umumnya digunakan oleh tiga

kelompok utama pemakai laporan keuangan yaitu manajer perusahaan, analis kredit, dan analis saham. Kegunaan rasio keuangan bagi ketiga kelompok utama tersebut menurut Brigham dan Houston (2006 : 119) adalah sebagai berikut:

1. Manajer, yang menerapkan rasio untuk membantu menganalisis, mengendalikan, dan kemudian meningkatkan operasi perusahaan,

2. Analis kredit, termasuk petugas pinjaman bank dan analis peringkat obligasi, yang menganalisis rasio-rasio untuk membantu memutuskan kemampuan perusahaan untuk membayar utang-utangnya, dan

3. Analis saham, yang tertarik pada efisiensi, risiko, dan prospek pertumbuhan perusahaan.

2.1.6. Petumbuhan Laba 2.1.6.1 Pengertian laba

Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Laba terdiri dari empat elemen utama yaitu pendapatan (revenue), beban (expense), keuntungan (gain), dan kerugian (loss). Menurut Harahap (2005:263) laba merupakan angka yang penting dalam laporan keuangan karena berbagai alasan antara lain: laba merupakan dasar dalam perhitungan pajak, pedoman dalam menentukan kebijakan investasi dan pengambilan keputusan,


(19)

26 dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi perusahaan lainnya di masa yang akan datang, dasar dalam perhitungan dan penilaian efisiensi dalam menjalankan perusahaan, serta sebagai dasar dalam penilaian prestasi atau kinerja perusahaan.

2.1.6.2 Pengertian Pertumbuhan Laba

Setiap perusahaan berusaha untuk memperoleh laba yang maksimal. Laba yang diperoleh perusahaan akan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Perusahaan pasti menginginkan adanya peningkatan laba yang diperoleh dalam setiap tahunnya. Peningkatan dan penurunan laba dapat dilihat dari pertumbuhan laba. Pertumbuhan laba adalah peningkatan dan penurunan laba yang diperoleh perusahaan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Pertumbuhan laba dapat digunakan untuk menilai bagaimana kinerja suatu perusahaan. Menurut Stice, et al (2004 : 225-226) ”Riset mendukung pernyataan FASB bahwa indikator terbaik atas kinerja adalah laba. Jadi memahami laba, apa yang diukur oleh laba dan komponen-komponennya adalah penting untuk dapat memahami dan menginterpretasikan keadaan keuangan suatu perusahaan”. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesai (2007) “penghasilan bersih (laba) seringkali digunakan sebagai ukuran kinerja atau sebagai dasar bagi ukuran yang lains eperti


(20)

27 imbalan investasi (return on investment) atau penghasilan per saham (earnig per share)”.

Pada umumnya kinerja manajer perusahaan diukur dan dievaluasi berdasarkan laba yang diperoleh. Oleh karena itu, banyak manajer yang melakukan manajemen laba agar kinerja mereka terlihat baik. Tindakan manajemen tersebut dapat merugikan pemegang saham. Pemegang saham mengharapkan kinerja perusahaan mengalami peningkatan yang ditandai dengan peningkaatan laba karena peningkatan laba akan meningkatkan pengembalian kepada pemegang saham. Dengan demikian, mengetahui pertumbuhan laba yang diperoleh perusahaan sangat penting bagi pemakai laporan keuangan karena dengan mengetahui pertumbuhan laba, mereka dapat menentukan apakah terdapat peningkatan atau penurunan kinerja keuangan suatu perusahaan.

Pertumbuhan laba dipengaruhi oleh perubahan komponen-komponen dalam laporan keuangan. Pertumbuhan laba yang disebabkan oleh perubahan komponen laporan keuangan misalnya perubahan penjualan, perubahan harga pokok penjualan, perubahan beban operasi, perubahan beban bunga, perubahan pajak penghasilan, adanya perubahan pada pos-pos luar biasa, dan lain-lain. Perubahan laba dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor luar seperti adanya peningkatan harga akibat inflasi dan adanya


(21)

28 kebebasan manajerial (manajerial discreation) yang memungkinkan manajer memilih metode akuntansi dan membuat estimasi yang dapat meningkatkan laba.

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Yuniasih dan Wirakusuma (2007) mengindikasikan bahwa ROA berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan (Tobin’s Q) sedangkan Carningsih (2009) mengindikasikan Return On Assets (ROA) terbukti berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan (Tobin’s Q). Tobin’s Q merupakan suatu rasio yang menawarkan penjelasan nilai dari suatu perusahaan di pasar dimana nilai pasar suatu perusahaan seharusnya sama dengan biaya ganti aktivanya. Jika nilai Tobin’s Q perusahaan lebih dari satu, berarti nilai pasar perusahaan tersebut lebih besar daripada aktiva perusahaan yang tercatat. Oleh karena itu, pasar akan menilai baik perusahaan yang memiliki nilai Tobin’s Q yang tinggi. Sebaliknya, jika nilai Tobin’s Q kurang dari satu mengindikasikan bahwa biaya ganti aktiva lebih besar daripada nilai pasar perusahaan sehingga pasar akan menilai kurang perusahaan tersebut.

Meilina Sari (2009) melakukan penelitian mengenai pengaruh rasio keuangan terhadap perubahan laba pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel indpenden yang digunakan adalah Current Ratio, Debt Ratio, Total Asset Turnover, Return on Asset, Return on Equity, dan Gross Profit Margin. Sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah perubahan laba. Penelitian ini dilakukan terhadap 33 perusahaan yang bergerak di bidang


(22)

29 sektor industri barang konsumen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian ini menemukan bahwa secara simultan terdapat adanya pengaruh antara current ratio, debt ratio, total assets turnover, return on equity, dan gross profit margin terhadap perubahan laba. Namun secara parsial, penelitian ini menunjukkan hanya variabel debt ratio yang memiliki pengaruh terhadap perubahan laba. Variabel lainnya tidak berpengaruh terhadap perubahan laba.

Penelitian tahun berikutnya dilakukan Haryanti (2007) yaitu untuk memperoleh bukti empiris mengenai manfaat rasio keuangan (total assets to debt ratio, total assets turnover, net profit margin, dan return on investment) dalam memprediksi pertumbuhan laba pada KPRI di Kota Semarang tahun 2006. Hasil penelitian menunjukkan secara simultan total assets to debt ratio, total asset turnover, net profit margin, dan return on investment berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Sedangkan secara parsial hanya variabel total asset turnover, net profit margin dan return on investment yang berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan laba dan variabel yang paling baik dalam memprediksi pertumbuhan laba adalah ROI.

Angkoso (2006) menguji pengaruh rasio keuangan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan industri barang konsumsi periode 2003-2004. Rasio keuangan yang digunakan adalah debt ratio dan retun on equity. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan baik secara simultan maupun parsial antara debt ratio dan retun on equity terhadap pertumbuhan laba.


(23)

30 Efendi (2006) melakukan penelitian untuk menganalisis pengaruh rasio keuangan terhadap perubahan laba pada perusahaan otomotif dan industri terkait yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio keuangan yang terdiri dari current ratio (CR), debt ratio (DR), total assets turnover (TATO), return on assets (ROA), return on equity (ROE), dan gross profit margin (GPM). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perubahan laba dan laba yang digunakan adalah laba bersih. Penelitian tersebut dilakukan terhadap 18 perusahaan yang terdaftar di BEJ dengan menggunakan model analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan secara simultan rasio keuangan berpengaruh terhadap perubahan laba sedangkan secara parsial, hanya ROA, ROE, dan GPM yang berpengaruh terhadap perubahan laba, sedangkan variabel lainnya yaitu CR, DR, TATO tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba.

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

Nama Judul Variabel yang

Digunakan

Metode

Analisis Hasil Penelitian Yuniasih

(2007)

Pengaruh Kinerja Keuangan

terhadap Nilai Perusahaan dengan

mempetimbangk

an Good

Corporate Governance sebagai Variabel Pemoderasi (Perusahaan Manufaktur yang

Variabel Dependen: Nilai Perusahaan (Tobin’s Q) Variabel Variabel Independen: Return On Assets (ROA

ROA berpengeruh positif terhadap Nilai Perusahaan


(24)

31 terdaftar di BEI

periode 2005-2006) Carningsih

(2009)

Pengaruh Good Corporate

Governance terhadap

Hubungan antara Kinerja Keuangan dengan Nilai Perusahaan Pada Perusahaan

Perbankan yang terdaftar di BEI periode 2007-2008

Variabel Dependen: Nilai Perusahaan diukur dengan Tobin’s Q Variabel Independen: ROA dan ROE

Menunjukkan bahwaROA terbukti berpengaruh negatif terhadap Nilai Perusahaan Meilina Sari (2009) Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Perubahan Laba pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumen yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Variabel Dependen: Perubahan Laba. Variabel Independen: Current Ratio, Debt Ratio, Total Asset Turnover, Return on Asset, Return on Equity, Gross Profit Margin Secara simultan, hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh antara current ratio, debt ratio, total assets turnover,

return on equity,

dan gross

profit margin terhadap perubahan laba. Secara parsial, penelitian ini menunjukka n adanya pengaruh variabel debt ratio terhadap perubahan


(25)

32 laba. Variabel lainnya tidak berpengaruh terhadap perubahan laba. Haryanti (2007) Evaluasi Manfaat Rasio Keuangan Memprediksi Pertumbuhan Laba Pada KPRI di Kota Semarang

Variabel independen dalam

penelitian ini adalah Total Assets to Debt Ratio, Total Assets Turnover, Net Profit Margin,dan Rate of Return On Investment /ROI; sedangkan variabel dependennya adalah pertumbuhan laba menunjukkan secara simultan seluruh variabel independen berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Sedangkan secara parsial hanya variabel Total Asset Turnover, Net Profit Margin dan ROI berpengaruh secara signifikan terhadap

pertumbuhan laba dan variabel yang paling baik dalam memprediksi pertumbuhan laba adalah ROI

Angkoso (2006)

Ratio dan Return on Equity terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi independen dalam penelitian ini adalah Debt

Ratio dan

Return On Equity; sedangkan variabel dependennya adalah per-Hasil penelitian menunjukkan secara simultan dan parsial debt ratio dan retun on equity

berpengaruh

secara signifikan terhadap


(26)

33 tumbuhan laba Efendi (2006) Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Perubahan Laba Pada Perusahaan Otomotif dan Industri Terkait Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta

current ratio (CR), debt

ratio (DR),

total assets turnover

(TATO),

return on assets (ROA), return on equity (ROE),

dan gross

profit margin (GPM) Analisis Regresi Linear Bergan da Secara simultan rasio keuangan berpengaruh terhadap perubahan laba, sedangkan secara parsial hanya ROA, ROE, dan GPM yang berpengaruh

signifikan terhadap perubahan laba

2.3 Kerangka Konseptual

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja perusahaan. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah rasio keuangan yang terdiri dari current ratio (CR), debt ratio (DR), total assets turnover (TATO), return on assets (ROA), dan gross profit margin (GPM). Semakin tinggi CR maka perusahaan semakin likuid dan akan semakin mudah memperoleh pendanaan dari kreditor maupun investor untuk memperlancar kegiatan operasionalnya sehingga laba juga dapat meningkat. Semakin tinggi DR, maka semakin banyak aktiva perusahaan yang didanai oleh utang sehingga semakin beban bunga yang harus dibayar dan laba perusahaan akan menurun. Semakin tinggi TATO, maka semakin efisien perusahaan dalam menggunakan aktivanya untuk menghasilkan penjualan dan laba perusahaan juga dapat meningkat. Semakin tinggi ROA, semakin tinggi laba yang diperoleh perusahaan dari aktiva yang dimilikinya dan akan berpengaruh terhadap perubahan laba. Semakin tinggi GPM, maka semakin


(27)

34 efektif dan efisien perusahaan dalam melaksanakan aktivitas operasionalnya sehingga dapat mempengaruhi laba bersih yang akan diperoleh perusahaan. Dengan demikian, secara simultan rasio keuangan berpengaruh terhadap perubahan laba dan secara parsial, current ratio (CR), debt ratio (DR), total assets turnover (TATO), return on assets (ROA), dan gross profit margin (GPM) berpengaruh terhadap perubahan laba.

Berdasarkan latar belakang masalah, tunjuan teoritis, dan tinjauan penelitian terdahulu, maka dirumuskan kerangka konseptual penelitian pada gambar 2.1

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Rasio Keuangan (X)

Current Ratio ( X1)

Debt Ratio ( X2 )

Return on Assets ( X3)

Total Assets Turnover ( X4)

Gross Profit Margin ( X5)

Tobin’s Q (Y)


(28)

35 2.4 Hubungan Antar Variabel

2.4.1 Hubungan Current Ratio dengan Kinerja Perusahaan

Current ratio merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek karena rasio ini menunjukkan seberapa jauh tuntutan dari kreditor jangka pendek dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang sama dengan jatuh tempo. Current ratio yang rendah akan memberikan image yang kurang baik. Rendahnya current ratio yang dimiliki perusahaan mencerminkan adanya masalah dalam likuiditas. Akan tetapi current ratio yang terlalu tinggi juga kurang baik karena menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba.

Berdasarkan paparan di atas, rasio lancar dapat dikatakan sebagai bentuk mengukur tingkat keamanan (margin of safety). Jika perusahaan mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya, maka kinerja perusahaan tersebut baik sehingga Current Ratio berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan.

2.4.2 Hubungan Debt Ratio dengan Kinerja Perusahaan

Debt ratio digunakan untuk menilai utang dengan aktiva. Rasio ini digunakan untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Makin besar hutang perusahaan untuk mendanai asset, makin besar pula financial leverage yaitu pembayaran bunga hutang. debt ratio sangat mempengaruhi pencapaian


(29)

36 laba yang diperoleh perusahaan. Semakin tinggi DR menunjukkan semakin besar kepercayaan dari pihak luar, hal ini sangat memungkinkan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan, karena dengan modal yang besar maka kesempatan untuk meraih tingkat keuntungan juga besar. 2.4.3 Hubungan Return On Asset dengan Kinerja Perusahaan

ROA merupakan rasio keuangan untuk mengukur dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. ROA yang tinggi menunjukkan efisiensi manajemen asset, yang berarti efisiensi manajemen dapat menciptakan laba perusahaan. Tinggi rendahnya ROA juga akan mempengaruhi perubahan laba. ROA yang tinggi berarti rasio rentabilitas juga tinggi, dengan tingginya rentabilitas berarti perusahaan sukses dalam menghasilkan laba, dengan pencapaian laba yang tinggi itulah investor dapat mengharapkan keuntungan yang berasal dari deviden. Dan sebaliknya, ROA yang rendah berarti rentabilitas perusahaan juga rendah, dengan rendahnya rentabilitas berarti perusahaan kurang sukses dalam menghasilkan laba yang berarti perubahan laba mengalami penurunan. Semakin tinggi ROA, memberikan gambaran semakin baik kinerja perusahaan tersebut.

2.4.4 Hubungan Total Asset Turnover dengan Kinerja Perusahaan

TATO merupakan perbandingan antar penjualan bersih (Net sales) terhadap total asset. Rasio ini mengukur seberapa baik efisiensi seluruh aktiva perusahaan yang digunakan untuk menunjang kegiatan penjualan serta menunjukkan berapa kali aktiva berputar dalam periode tertentu.


(30)

37 Apabila rasio ini cenderung meningkat, maka kondisi ini memberikan gambaran bahwa perusahaan semakin efisien dalam menggunakan aktivanya untuk meningkatkan penjualannya sehingga berpengaruh terhadap laba yang diperoleh. Dengan demikian kinerja perusahaan semakin baik sehingga Total Assets Turnover berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan dan para investor tertarik untuk menanamkan modalnya sehingga dapat meningkatkan laba perusahaan.

2.4.5 Hubungan Gross Profit Margin dengan Kinerja Perusahaan Gross profit margin merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba bruto dari setiap rupiah penjualan. Semakin tinggi gross profit margin maka perubahan laba yang diperoleh perusahaan semakin tinggi. Hal ini dikarenakan gross profit margin yang tinggi menunjukkan perusahaan dapat menjual produknya diatas harga pokok penjualannya sehingga perusahaan tidak mengalami rugi (kinerja perusahaan semakin baik).

2.5 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dari penelitian dilakukan berdasarkan permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai. Hipotesis adalah posisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris (Erlina dan Mulyani, 2008:4). Hipotesis dari penelitian ini adalah :

H1 : Current Ratio berpengaruh terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan manufaktur sektor aneka industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


(31)

38 H2 : Debt Ratio berpengaruh terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan

manufaktur sektor aneka industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. H3 : Return on Assets berpengaruh terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan

manufaktur sektor aneka industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. H4 : Total Assets Turnover berpengaruh terhadap kinerja perusahaan pada

perusahaan manufaktur sektor aneka industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

H5 : Gross Profit Margin berpengaruh terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan manufaktur sektor aneka industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

H6 : Current Ratio, Debt Ratio, Return on Assets, Total Assets Turnover, dan Gross Profit Margin secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan manufaktur sektor aneka industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


(1)

33 tumbuhan laba Efendi (2006) Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Perubahan Laba Pada Perusahaan Otomotif dan Industri Terkait Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta

current ratio (CR), debt ratio (DR), total assets turnover

(TATO),

return on assets (ROA), return on equity (ROE), dan gross profit margin (GPM) Analisis Regresi Linear Bergan da Secara simultan rasio keuangan berpengaruh terhadap perubahan laba, sedangkan secara parsial hanya ROA, ROE, dan GPM yang berpengaruh

signifikan terhadap perubahan laba

2.3 Kerangka Konseptual

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja perusahaan. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah rasio keuangan yang terdiri dari current ratio (CR), debt ratio (DR), total assets turnover (TATO), return on assets (ROA), dan gross profit margin (GPM). Semakin tinggi CR maka perusahaan semakin likuid dan akan semakin mudah memperoleh pendanaan dari kreditor maupun investor untuk memperlancar kegiatan operasionalnya sehingga laba juga dapat meningkat. Semakin tinggi DR, maka semakin banyak aktiva perusahaan yang didanai oleh utang sehingga semakin beban bunga yang harus dibayar dan laba perusahaan akan menurun. Semakin tinggi TATO, maka semakin efisien perusahaan dalam menggunakan aktivanya untuk menghasilkan penjualan dan laba perusahaan juga dapat meningkat. Semakin tinggi ROA, semakin tinggi laba yang diperoleh perusahaan dari aktiva yang dimilikinya dan akan berpengaruh terhadap perubahan laba. Semakin tinggi GPM, maka semakin


(2)

34 efektif dan efisien perusahaan dalam melaksanakan aktivitas operasionalnya sehingga dapat mempengaruhi laba bersih yang akan diperoleh perusahaan. Dengan demikian, secara simultan rasio keuangan berpengaruh terhadap perubahan laba dan secara parsial, current ratio (CR), debt ratio (DR), total assets turnover (TATO), return on assets (ROA), dan gross profit margin (GPM) berpengaruh terhadap perubahan laba.

Berdasarkan latar belakang masalah, tunjuan teoritis, dan tinjauan penelitian terdahulu, maka dirumuskan kerangka konseptual penelitian pada gambar 2.1

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Rasio Keuangan (X)

Current Ratio ( X1)

Debt Ratio ( X2 )

Return on Assets ( X3)

Total Assets Turnover ( X4)

Gross Profit Margin ( X5)

Tobin’s Q (Y)


(3)

35

2.4 Hubungan Antar Variabel

2.4.1 Hubungan Current Ratio dengan Kinerja Perusahaan

Current ratio merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek karena rasio ini menunjukkan seberapa jauh tuntutan dari kreditor jangka pendek dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang sama dengan jatuh tempo. Current ratio yang rendah akan memberikan image yang kurang baik. Rendahnya current ratio yang dimiliki perusahaan mencerminkan adanya masalah dalam likuiditas. Akan tetapi current ratio yang terlalu tinggi juga kurang baik karena menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba.

Berdasarkan paparan di atas, rasio lancar dapat dikatakan sebagai bentuk mengukur tingkat keamanan (margin of safety). Jika perusahaan mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya, maka kinerja perusahaan tersebut baik sehingga Current Ratio berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan.

2.4.2 Hubungan Debt Ratio dengan Kinerja Perusahaan

Debt ratio digunakan untuk menilai utang dengan aktiva. Rasio ini digunakan untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Makin besar hutang perusahaan untuk mendanai asset, makin besar pula financial leverage yaitu pembayaran bunga hutang. debt ratio sangat mempengaruhi pencapaian


(4)

36 laba yang diperoleh perusahaan. Semakin tinggi DR menunjukkan semakin besar kepercayaan dari pihak luar, hal ini sangat memungkinkan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan, karena dengan modal yang besar maka kesempatan untuk meraih tingkat keuntungan juga besar. 2.4.3 Hubungan Return On Asset dengan Kinerja Perusahaan

ROA merupakan rasio keuangan untuk mengukur dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. ROA yang tinggi menunjukkan efisiensi manajemen asset, yang berarti efisiensi manajemen dapat menciptakan laba perusahaan. Tinggi rendahnya ROA juga akan mempengaruhi perubahan laba. ROA yang tinggi berarti rasio rentabilitas juga tinggi, dengan tingginya rentabilitas berarti perusahaan sukses dalam menghasilkan laba, dengan pencapaian laba yang tinggi itulah investor dapat mengharapkan keuntungan yang berasal dari deviden. Dan sebaliknya, ROA yang rendah berarti rentabilitas perusahaan juga rendah, dengan rendahnya rentabilitas berarti perusahaan kurang sukses dalam menghasilkan laba yang berarti perubahan laba mengalami penurunan. Semakin tinggi ROA, memberikan gambaran semakin baik kinerja perusahaan tersebut.

2.4.4 Hubungan Total Asset Turnover dengan Kinerja Perusahaan

TATO merupakan perbandingan antar penjualan bersih (Net sales) terhadap total asset. Rasio ini mengukur seberapa baik efisiensi seluruh aktiva perusahaan yang digunakan untuk menunjang kegiatan penjualan serta menunjukkan berapa kali aktiva berputar dalam periode tertentu.


(5)

37 Apabila rasio ini cenderung meningkat, maka kondisi ini memberikan gambaran bahwa perusahaan semakin efisien dalam menggunakan aktivanya untuk meningkatkan penjualannya sehingga berpengaruh terhadap laba yang diperoleh. Dengan demikian kinerja perusahaan semakin baik sehingga Total Assets Turnover berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan dan para investor tertarik untuk menanamkan modalnya sehingga dapat meningkatkan laba perusahaan.

2.4.5 Hubungan Gross Profit Margin dengan Kinerja Perusahaan

Gross profit margin merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba bruto dari setiap rupiah penjualan. Semakin tinggi gross profit margin maka perubahan laba yang diperoleh perusahaan semakin tinggi. Hal ini dikarenakan gross profit margin yang tinggi menunjukkan perusahaan dapat menjual produknya diatas harga pokok penjualannya sehingga perusahaan tidak mengalami rugi (kinerja perusahaan semakin baik).

2.5 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dari penelitian dilakukan berdasarkan permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai. Hipotesis adalah posisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris (Erlina dan Mulyani, 2008:4). Hipotesis dari penelitian ini adalah :

H1 : Current Ratio berpengaruh terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan manufaktur sektor aneka industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


(6)

38 H2 : Debt Ratio berpengaruh terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan

manufaktur sektor aneka industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. H3 : Return on Assets berpengaruh terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan

manufaktur sektor aneka industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. H4 : Total Assets Turnover berpengaruh terhadap kinerja perusahaan pada

perusahaan manufaktur sektor aneka industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

H5 : Gross Profit Margin berpengaruh terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan manufaktur sektor aneka industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

H6 : Current Ratio, Debt Ratio, Return on Assets, Total Assets Turnover, dan Gross Profit Margin secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan manufaktur sektor aneka industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pendanaan Modal Kerja Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Sektor Aneka Industri Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

5 103 77

Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Aneka Industri yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

10 114 120

ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR INDUSTRI Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Perubahan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 1 15

ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR INDUSTRI Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 1 14

ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 3 15

Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Aneka Industri yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 12

Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Aneka Industri yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Aneka Industri yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 7

Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Aneka Industri yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 3

Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Aneka Industri yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 23