http: muhlis.files.wordpress.com 2007 09 amerika ri bab02.
BAB II
PERBANDINGAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN
AMERIKA SERIKAT & INDONESIA
A. D ESKRI PSI KEBI JAKAN PEN D I D I KAN AM ERI KA SERI KAT
1 . Polit ik Pe n didik a n AS
Pada umumnya kebij akan pendidikan yang diambil di suat u negara cenderung dij adikan alat int ervensi negara kepada warga negaranya. Bent uk int ervensi it u bisa berupa j ust if ikasi (abash at au diakui/ t idaknya) ilmu penget ahuan t ert ent u, pengat uran kelembagaan sekolah, lama pendidikan dan gelar, sert a kualif ikasi pendidikan yang dikait kan dengan posisi pekerj aan (j abqat an). Di ant ara j enj ang pendidikan sekol ah (mul ai dari t ingkat Dasar hingga Perguruan Tinggi) yang ada, umumnya negara l ebih memil ih mengkonsent rasikan kekuasaannya unt uk mengint ervensi pendidikan sekolah yang diperunt ukkan bagi anak-anak, remaj a dan kaum muda. Hampir t idak ada negara yang menaruh perhat ian cukup besar pada pendidikan unt uk orang-orang dewasa.
Pert anyaannya adal ah; Mengapa negara lebih memilih memusat kan perhat iannya kepada pendidikan anak-anak (muda) dibandingkan dengan pendidikan orang dewasa?. Heidenheimer (1990: 23) memberikan ilust rasi j awaban sebagai berikut : Bahwa sebagian negara memilih l ebih mengkonsent rasikan int ervensinya pada pendidikan unt uk anak-anak dan remaj a adalah disebabkan alasan karena negara memil iki t anggung j awab unt uk mencipt akan kader-kader bangsa. Sebagian negara yang lain
(2)
memiliki alasan bahwa sekol ah cukup menarik unt uk dikuasai, dimana di dalamnya t erdapat generasi yang sangat mudah unt uk dipengaruhi. Ada j uga sebagian negara beralasan karena hak suara unt uk pemilihan polit ik di masa yang akan dat ang perl u proses sosial isasi, dan it u cocok dilakukan unt uk anak-anak melal ui sekolah-sekol ahnya.
Sementara itu pendidikan merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi. Karena itu para orang tua berbondong-bondong memasukkan anaknya di berbagai lembaga pendidikan, terutama lembaga pendidikan formal yang diselenggarakan atau diakreditasi oleh negara. Campur tangan dan intervensi negara pada pendidikan sekolah formal tampaknya sering diabaikan oleh para orang tua.
Karena itu perlu adanya mekanisme pengawasan yang dilakukan oleh orang-orang dewasa (masyarakat) setempat terhadap penyelengaraan pendidikan sekolah-sekolah formal agar intervensi (kebijakan) negara dalam sector pendidikan bermakna positif bagi generasi berikutnya yang lebih handal, sekaligus untuk mengurangi terjadinya peluang penyimpangan yang mungkin dilakukan negara dalam kegiatan intervensinya itu.
Di negara-negara demokrasi, kesadaran untuk mengawasi dan membatasi intervensi pemerintah pada sector pendidikan itu ditandai dengan dipilihnya asas desentralisasi dalam pengambilan kebijakan (pengaturan) sector pendidikan. Amerika Serikat adalah salah satu negara pelopor demokrasi. Sudah sejak lama kebijakan pendidikan di Amerika Serikat menjadi tanggung jawab Pemerintah Negara Bagian (State) dan Pemerintah Daerah (Distrik). Sebelumnya, Pemerintah Pusat memang mengintervensi kebijakan pendidikan, sebagaimana yang terjadi sejak tahun 1872, dimana Pemerintah Pusat AS mengintervensi kebijakan pendidikan dengan cara memberikan tanah negara kepada Negara Bagian untuk pembangunan fakultas-fakultas pertanian dan teknik; membantu
(3)
sekolah-sekolah dengan program makan siang, menyediakan pendidikan bagi orang-orang Indian; menyediakan dana pendidikan bagi para veteran yang kembali ke kampus untuk menempuh pendidikan lanjutan; menyediakan pinjaman bagi mahasiswa; menyediakan anggaran untuk keperluan penelitian, pertukaran mahasiswa asing dan bantuan berbagai kebutuhan mahasiswa lainnya; serta memberikan bantuan tidak langsung (karena menurut ketentuan Undang-Undang Amerika Serikat pemerintah dilarang memberikan bantuan langsung) kepada sekolah-sekolah agama dalam bentuk buku-buku teks dan laboratorium.
Namun semenjak masa Pemerintahan Presiden Ronald Reagen, intervensi Pemerintah Pusat AS terhadap pendidikan mulai dikurangi. Selanjutnya tanggung jawab dan inisiatif kebijakan pendidikan diserahkan kepada Negara Bagian (setingkat Propinsi) dan Pemerintah Daerah/Distrik (setingkat Kabupaten/Kota). Di Amerika Serikat terdapat 50 Negara Bagian dan 15.358 Distrik. Jadi sebanyak itu lembaga yang diberi kewenangan dan otonomi untuk mengelola pendidikan.
2 . Tu j u a n Pe n didik a n AS
Sebagaimana dideskripsikan di atas bahwa karakteristik utama politik system pendidikan Amerika Serikat adalah menonjolnya DESENTRALISASI. Pemerintah Pusat sangat memberi otonomi seluas-luasnya kepada Pemerintah di bawahnya, yaitu Negara Bagian dan Pemerintah Daerah (Distrik). Meskipun Amerika Serikat tidak mempunyai system pendidikan yang terpusat atau yang bersifat nasional, akan tetapi bukan berarti tidak ada rumusan tentang tujuan pendidikan yang berlaku secara nasional. Tujuan system pendidikan Amerika secara umum dirumuskan dalam 5 poin sebagai berikut:
(4)
a- Untuk mencapai kesatuan dalam keragaman;
b- Untuk mengembangkan cita-cita dan praktek demokrasi; c- Untuk membantu pengembangan individu;
d- Untuk memperbaiki kondisi social masyarakat; dan e- Untuk mempercepat kemajuan nasional.
Di luar 5 tujuan tersebut, Amerika Serikat mengembangkan visi dan missi pendidikan gratis bagi anak usia sekolah untuk masa 12 tahun pendidikan awal, dan biaya pendidikan relative murah untuk tingkat pendidikan tinggi.
3 . M a n a j e m e n Pe n didik a n AS
Dengan mengembangkan pola Desentralisasi, maka manajemen pendidikan di Amerika Serikat dikelola berdasarkan aspirasi dan kebutuhan masrakat Negara Bagian dan Pemerintah Daerah setempat. Di tingkat nasional (federal/pusat) dibentuk satu departemen, yaitu DEPARTEMEN PENDIDIKAN FEDERAL. Departemen ini dipimpin oleh seorang setaraf Sekretaris Kabinet. Tugas departemen ini adalah melaksanakan semua kebijakan pemerintah federal dalam sector pendidikan di semua tingkatan pemerintahan dan untuk semua jenjang pendidikan.
Tetapi, karena sebagian besar kewenangan dan tanggung jawab pendidikan sudah diserahkan kepada Negara Bagian dan Pemerintah Daerah, maka Departemen Pendidikan Federal hanya menjalankan monitoring dan pengawasan saja. Di tingkat Negara Bagian dibentuk sebuah badan yang diberi nama BOARD of EDUCATION. Badan ini bertugas dan berfungsi membuat kebijakan-kebijakan serta menentukan anggaran pendidikan untuk masing-masing wilayah (Negara Bagian) nya, khususnya berkenaan dengan Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Selanjutnya, untuk menangani permasalahan yang berkaitan dengan hal-hal
(5)
yang lebih teknis (yaitu; tentang kurikulum sekolah, penentuan persyaratan sertifikasi, guru-guru, dan pembiayaan sekolah) dibentuk sebuah bagian pendidikan yang disebut sebagai COMISSIONER, sering juga disebut sebagai SUPERINTENDENT. Bagian ini dipimpin oleh seorang yang ditunjuk oleh Board of Education atau oleh Gubernur.
Untuk beberapa Negara Bagian, pimpinan Bagian Pendidikan ini dipilih oleh masyarakatada. Sementara itu pada level operasional, pelaksanaan manajemen pendidikan dijalankan oleh unit-unit yang lebih rendah, bahkan banyak secara langsung dilaksanakan oleh masing-masing sekolah yang bersangkutan. Para pimpinan atau Kepala Sekolah pada prinsipnya memiliki kebebasan dan otonomi yang luas untuk menjalankan manajemen operasional pendidikan.
Khusus untuk menangani kebijakan Pendidikan Tinggi, manajemen pendidikan Amerika Serikat yang dikembangkan oleh Negara-Negara Bagian memisahkan antara Badan yang memberi izin pendirian Perguruan Tinggi (Negeri dan Swasta) dengan Badan yang merumuskan kebijakan akademik serta keuangan.
Badan yang menangani kebijakan akademik dan keuangan untuk Pendidikan Tinggi adalah BOARD of TRUSTEES. Untuk Perguruan Tinggi Negeri anggota badan tersebut ditunujuk oleh Gubernur Negara Bagian. Ada juga yang dipilih dari dan oleh kelompok yang akan diwakili. Sedangkan untuk Perguruan Tinggi Swasta anggota badan tersebut dipilih dari perguruan tinggi masing-masing.
(6)
Sumber pendanaan pendidikan di Amerika, khususnya pendidikan dasar dan menengah, yang lebih dikenal dengan PUBLIC SCHOOLS, berasal dari Anggaran Pemerintah Pusat (Federal), Anggaran Pemerintah Negara Bagian dan Anggaran Pemerintah Daerah.
5 . I su - isu Pe n didik a n AS
Menurut hasil studi perbandingan yang dilakukan oleh Agustiar Syah Nur (2001), ada beberapa isu dan masalah pendidikan yang dialami pemerintah dan masyarakat Amerika Serikat, antara lain:
a. Banyaknya anak usia sekolah yang tidak diasuh langsung oleh orang tua mereka, karena adanya dinamika perubahan social masyarakat AS yang umumnya baik sang ibu atau sang ayah memiliki kesibukan yang sangat tinggi di luar rumah. Hal ini akan menjadi permasalahan yang serius bagi perkembangan social anak dilihat dari aspek psikis dan emosional.
b. Tingginya tingkat perceraian, yang mengakibatkan banyaknya anak-anak usia sekolah yang hanya diasuh oleh sang ibu sebagai single-parent dalam rumah tangga. Tidak sedikit janda cerei di AS yang terpaksa harus berporfesi rendahan dan kasar. Hal ini juga mempengaruhi perkembangan social anak-anak mereka.
c. Tingginya tingkat imigrasi yang umumnya berasal dari kalangan tidak mampu dan tidak terdidik, yang karenanya banyak diantara mereka yang tidak memperoleh pekerjaan yang layak. Hal ini menyebabkan masalah pendidikan anak-anak dari keluarga imigran tidak dapat teratasi. Ditambah lagi factor bahasa dari kalangan imigran yang menyulitkan bagi anak-anak imigran itu sendiri jika mereka mendapat akses pendidikan.
d. Dari berbagai monitoring dan evaluasi pendidikan yang dilakukan oleh berbagai badan resmi AS sendiri, ternyata kualitas pendidikan dan lulusan sekolah di AS masih kalah dibandingkan
(7)
dengan negara-negara lain dalam standar internasional. Banyak anak yang drop-outs dan tingginya kekerasan oleh anak-anak.
6 . Re for m a si Pe ndidik a n AS
Karena adanya berbagai permasalahan tersebut, pemerintah AS sejak tahun 1990 mencanangkan reformasi pendidikan. Pada tahun tersebut Presiden AS George H. B. Bush beserta seluruh Gubernur Negara Bagian (saat itu Bill Clinton termasuk menjadi salah satu Gubernur Negara Bagian) menyetujui reformasi pendidikan dengan mencanangkan 6 tujuan nasional pendidikan AS yang baru. Yaitu:
a. Pada tahun 2000, seluruh anak di AS di waktu mulai masuk sekolah dasar sudah siap untuk belajar.
b. Pada tahun 2000, tamatan sekolah menengah naik sekurang-kurangnya 90%.
c. Pada tahun 2000, murid-murid di AS yang menyelesaikan pendidikannya pada “grade 4, 8 dan 12” mampu menunjukkan kemampuannya dalam mata pelajaran yang menantang, yaitu bahasa inggris, matematika, sains, sejarah, dan geografi. Setiap sekolah di AS harus mampu menunjukkan bahwa anak-anak dapat menggunakan pikirannya dengan baik, sehingga mereka siap menjadi warga negara yang baik, siap untuk memasuki pendidikan yang lebih tinggi, serta siap pula untuk pekerjaan yang produktif dalam perekonomian modern.
d. Pada tahun 2000, siswa-siswa AS adalah yang terbaik di dunia dalam bidang sains dan matematika.
e. Pada tahun 2000, setiap orang dewasa AS dapat membaca dan menulis, memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk bersaing dalam ekonomi global, serta dapat
(8)
melaksanakan hak dan tanggung jawabnya sebagai warga negara.
f. Pada tahun 2000, setiap sekolah di AS harus bebas dari obat-obat terlarang dan kekerasan, serta dapat menciptakan suasana lingkungan yang mantap dan aman sehingga kondusif untuk belajar.
Pokok-pokok reformasi tersebut dimaksudkan sebagai pegangan dalam membuat kebijakan-kebijakan pendidikan yang sudah harus segera diimplementasikan dan hasilnya sudah harus kelihatan pada tahun 2000. Dan memang itulah yang terjadi di AS. Pokok-pokok reformasi pendidikan itu akhirnya ditindak lanjuti dengan berbagai kreasi kebijakan pendidikan di tingkat negara bagian dan pemerintah derah. Gerakan reformasi pendidikan di kalangan Gubernur itu dipelopori oleh Gubernur Bill Clinton dan Lamar Alexander di masing-masing negara bagiannya. Gebrakan yang dilakukan adalah:
a. Meningkatkan persyaratan untuk menamatkan suatu jenjang pendidikan,
b. Melaksanakan test standar untuk mengukur keberhasilan siswa, c. Menjalankan system penilaian yang ketat terhadap guru sejalan
dengan pembenahan jenjang karir bagi guru-guru,
d. Memperbesar tambahan dana dari negara bagian bagi sekolah-sekolah. Tambahan dana baru ini pada umumnya dipakai untuk meningkatkan gaji guru yang kala itu masih berada pada taraf sangat rendah.
Akhirnya AS benar-benar memperoleh kemajuan di bidang pendidikan, sehingga ketika Bill Clinton menjadi Presiden AS, keberhasilan AS dalam mengembangkan kebijakan pendidikan mendapat perhatian khusus.
(9)
B. D ESKRI PSI KEBI JAKAN PEN D I D I KAN I N D ON ESI A
1. Pol it ik Pendidikan Indonesia
Pol it ik pendidikan di Indonesia agaknya mengalami pergeseran dari sent ral ist ik (t erpusat ) ke desent ralisasi. Amal mul a int ervensi negara t erhadap sect or pendidikan ini sangat besar, sangat kent al , dan sangat vul gar. Keadaan mencapai puncaknya saat kement erian pendidikan dipegang oleh Daoed Joesop. Saat it u t idak ada sat upun kebebasan dalam sekolah dan kampus. Bahkan berbeda pendapat pun t idak dimungkinkan. Sekolah dan kampus t ak ubahnya kelas besar unt uk indokrinasi ideology pemerint ah (bukan ideol ogy negara) yang t idak menginginkan adanya krit ik t erbuka. Kurikul um didisain sedemikian rupa sehingga mat a-mat a pelaj aran yang sif at nya polit is menj adi sangat dipent ingkan. Mat a pel aj aran Pancasil a, Sej arah, Kewiraan, dan bahkan agama didisain unt uk mengent al kan int ervensi negar a kepada ot ak, pikiran dan sikap warga negaranya.
Seiring dengan kej at uhan rej im ‘ orde baru’ yang int ervent if t ersebut , yang dij at uhkan ol eh adanya gerakan ref or masi t ot al masyarakat yang dimot ori oleh mahasiswa dan kal angan t erpelaj ar, dat anglah era yang penuh semangat unt uk mengurangi peran dan campur t angan pemerint ah pusat dalam menangani berbagai permasalahan kebij akan, t ermasuk kebij akan pendidikan. Inspirasi pert ama muncul dari diundangkannya ot onomi daerah secara ref ormis, yait u UU No. 22 t ahun 1999. Dikat akan secara ref ormis karena sebel um ini memang sudah pernah ada UU ot onomi daerah t et api t idak memiliki ruh ref ormasi dan hanya f ormalit as, yait u UU No. 5 t ahun 1975. UU ot onomi daer ah yang baru it u mengil hami dirumuskannya kebij akan desent ral isasi pendidikan.
(10)
Dal am bukunya yang berj udul ‘ Membenahi Pendi di kan Nasi onal ’, Prof . H. A. R. Tilaar (2002), menyat akan bahwa kebij akan desent ral isasi pendidikan di Indonesia bukan saj a sekedar keinginan dan kemauan, t et api sudah merupakan suat u keharusan. Pasca gerakan ref ormasi pol it ik dicanangkan pada t ahun 1998, ke depan ini bangsa Indonesia harus bangkit menj adi bangsa yang kuat dan bermart abat , yang berart i sekt or pendidikan harus dit empat kan pada posisi pent ring dan urgen. Berkait an dengan urgensi sekt or pendidikan it u maka harus dilakukan ref ormasi dal am pendidikan dari sent ralisasi ke desent ral isasi. Ada 3 hal yang dapat menj elaskan urgensi desent ral isasi pendidikan di Indonesia, yait u :
a. Unt uk pembangunan masyarakat demokrasi; b. Unt uk pembangunan soci al capi t al; dan c. Unt uk peningkat an daya saing bangsa;
Sel anj uj t nya uraian t ent ang pol it ik pendidikan di Indonesia dapat diikut i kut ipan ‘ propenas diknas’ yang disist imat isasikan sebagai berikut :
Pada awal abad XXI, dunia pendidikan di Indonesia menghadapi t iga t ant angan besar. Tant angan pert ama, sebagai akibat dari krisis ekonomi, dunia pendidikan dit unt ut unt uk dapat mempert ahankan hasil -hasil pembangunan pendidikan yang t elah dicapai. Kedua, unt uk mengant isipasi era gl obal dunia pendidikan dit unt ut unt uk mempersiapkan sumber daya manusia yang kompet en agar mampu bersaing dalam pasar kerj a gl obal . Ket iga, sej al an dengan diberl akukannya ot onomi daerah, perl u dilakukan perubahan dan penyesuaian sist em pendidikan nasional sehingga dapat mewuj udkan proses pendidikan yang l ebih demokrat is, memperhat ikan keberagaman kebut uhan/ keadaan daerah dan pesert a didik, sert a mendorong peningkat an part isipasi masyarakat .
Pada saat ini pendidikan nasional j uga masih dihadapkan pada beberapa permasalahan yang menonj ol (1) masih rendahnya pemerat aan memperol eh pendidikan; (2) masih rendahnya kualit as dan relevansi pendidikan; dan (3) masih l emahnya manaj emen pendidikan, di samping
(11)
bel um t erwuj udnya kemandirian dan keunggul an ilmu penget ahuan dan t eknologi di kalangan akademisi. Ket impangan pemerat aan pendidikan j uga t erj adi ant arwilayah geograf is yait u ant ara perkot aan dan perdesaan, sert a ant ara kawasan t imur Indonesia (KTI) dan kawasan barat Indonesia (KBI), dan ant art ingkat pendapat an penduduk at aupun ant argender.
Kualit as pendidikan di Indonesia masih sangat memprihat inkan. Hal t ersebut t ercermin, ant ara lain, dari hasil st udi kemampuan membaca unt uk t ingkat Sekol ah Dasar (SD) yang dil aksanakan ol eh organisasi Int er nat i onal Educat i onal Achi evement (IEA) yang menunj ukkan bahwa siswa SD di Indonesia berada pada urut an ke-38 dari 39 negara pesert a st udi. Sement ara unt uk t ingkat Sekol ah Lanj ut an Tingkat Pert ama (SLTP), st udi unt uk kemampuan mat emat ika siswa SLTP di Indonesia hanya berada pada urut an ke-39 dari 42 negara, dan unt uk kemampuan Il mu Penget ahuan Al am (IPA) hanya berada pada urut an ke-40 dari 42 negara pesert a. Manaj emen pendidikan nasional secara kesel uruhan masih bersif at sent ralist is sehingga kurang mendorong t erj adinya demokrat isasi dan desent ral isasi penyel enggaraan pendidikan. Manaj emen pendidikan yang sent ral ist is t ersebut t el ah menyebabkan kebij akan yang seragam yang t idak dapat mengakomodasi perbedaan keragaman/ kepent ingan daerah/ sekol ah/ pesert a-didik, memat i kan part isipasi masyarakat dalam proses pendidikan, sert a mendorong t erj adinya pemborosan dan kebocoran al okasi anggaran pendidikan.
Sement ara it u, penyebaran sumber daya manusia penel it ian dengan berbagai macam dan t ingkat an belum sesuai dengan kebut uhan dan t ant angan yang dihadapi. Selain it u, masih dirasakan kurangnya budaya berpikir krit is, penghargaan karya cipt a (HAKI) yang bel um memadai, kurang ef ekt if nya sist em kel embagaan dan perangkat perundang-undangan sert a sert if ikasi prof esi ilmiah. Berbagai permasal ahan t ersebut akan diat asi melal ui pel aksanaan berbagai program pembangunan yang mengacu
(12)
pada arah kebij akan pendidikan yang t elah diamanat kan oleh GBHN 1999-2004.
V isi Pe n didik a n N a sion a l. Visi pendidikan nasional adal ah t erwuj udnya masyarakat Indonesia yang damai, demokrat is, berakhl ak, berkeahlian, berdaya saing, maj u dan sej aht era dal am wadah Negara Kesat uan Republik Indonesia yang didukung oleh manusia Indonesia yang sehat , mandiri, beriman, bert aqwa, berakhl ak mulia, cint a t anah air, berdasarkan hukum dan lingkungan, menguasai ilmu penget ahuan dan t eknologi, memiliki et os kerj a yang t inggi sert a berdisipl in.
Misi Pendidikan Nasional. Unt uk mewuj udkan visi pendidikan nasional, pemuda, dan olahraga dit et apkan misi yang menj adi sasaran pembangunan pendidikan nasional, pemuda, dan olahraga, yait u sebagai berikut : (1). Mewuj udkan sist em dan iklim pendidikan nasional yang demokrat is dan berkualit as guna mewuj udkan bangsa yang berakhlak mul ia, kreat if , inovat if , berwawasan kebangsaan, cerdas, sehat , disiplin, bert anggungj awab, t erampil, sert a menguasai ilmu penget ahuan dan t eknologi; (2). Mewuj udkan kehidupan sosial budaya yang berkepribadian, dinamis, kret aif , dan berdaya t ahan t erhadap pengaruh global isasi; (3). Meningkat kan pengamal an aj aran agama dalam kehidupan sehari-hari unt uk mewuj udkan kualit as keimanan dan ket akwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dal am kehidupan, dan mant apnya persaudaraan ant arumat beragama yang berakhl ak mul ia, t ol eran, rukun, dan damai; (4). Meningkat kan kualit as sumber daya manusia yang produkt if , mandiri, maj u, berdaya saing, berwawasan l ingkungan dan berkelanj ut an dalam rangka memberdayakan masyarakat dan sel uruh kekuat an ekonomi nasional t erut ama pengusaha kecil, menengah, dan koperasi.
(13)
Kebij akan pembangunan pendidikan di Indonesia diarahkan unt uk mencapai hal-hal sebagai berikut : (1). Mengupayakan perluasan dan pemerat aan kesempat an memperoleh pendidikan yang bermut u t inggi bagi sel uruh rakyat Indonesia menuj u t ercipt anya manusia Indonesia berkualit as t inggi dengan peningkat an anggaran pendidikan secara berart i; (2). Meningkat kan kemampuan akademik dan prof esional sert a meningkat kan j aminan kesej aht eraan t enaga kependidikan sehingga t enaga pendidik mampu berf ungsi secara opt imal t erut ama dalam peningkat an pendidikan wat ak dan budi pekert i agar dapat mengembal ikan wibawa lembaga dan t enaga kependidikan;
(3). Melakukan pembaharuan sist em pendidikan t ermasuk pembaharuan kurikul um, berupa diversif ikasi kurikul um unt uk mel ayani keberagaman pesert a didik, penyusunan kurikul um yang berl aku nasional dan lokal sesuai dengan kepent ingan set empat , sert a diversif ikasi j enis pendidikan secara prof essional ; (4). Memberdayakan lembaga pendidikan baik sekolah maupun l uar sekolah sebagai pusat pembudayaan nil ai, sikap, dan kemampuan, sert a meningkat kan part isipasi keluarga dan masyarakat yang didukung ol eh sarana dan prasarana memadai; (5). Melakukan pembaharuan dan pemant apan sist em pendidikan nasional berdasarkan prinsip desent ralisasi, ot onomi keilmuan dan manaj emen; (6). Meningkat kan kualit as lembaga pendidikan yang diselenggarakan baik oleh masyarakat maupun pemerint ah unt uk memant apkan sist em pendidikan yang ef ekt if dan ef isien dal am menghadapi perkembangan ilmu penget ahuan, t eknol ogi, dan seni; (7). Mengembangkan kualit as sumber daya manusia sedini mungkin secara t erarah, t erpadu dan menyeluruh mel al ui berbagai upaya proakt if dan reakt if oleh sel uruh komponen bangsa agar generasi muda dapat berkembang secara opt imal disert ai dengan hak dukungan dan l indungan sesuai dengan pot ensinya; (8). Meningkat kan penguasaan, pengembangan dan pemanf aat an il mu penget ahuan dan
(14)
t eknologi, t ermasuk t eknologi bangsa sendiri dal am dunia usaha, t erut ama usaha kecil , menengah, dan koperasi guna meningkat kan daya saing produk yang berbasis sumber daya lokal.
3 . Pr ogr a m Pe m ba n gu n a n Pe n didik a n I n don e sia
a. Program Pendidikan Dasar dan Prasekolah
Program pembinaan pendidikan dasar dan prasekol ah bert uj uan unt uk (1) memperluas j angkauan dan daya t ampung SD dan Madrasah Ibt idaiyah (MI), SLTP dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan lembaga pendidikan prasekolah sehingga menj angkau anak-anak dari sel uruh masyarakat ; dan (2) meningkat kan kesamaan kesempat an unt uk memperoleh pendidikan bagi kel ompok yang kurang berunt ung, t ermasuk mereka yang t inggal di daerah t erpencil dan perkot aan kumuh, daerah bermasalah, masyarakat miskin, dan anak yang berkelainan; (3) meningkat kan kualit as pendidikan dasar dan prasekolah dengan kual it as yang memadai; dan (4) t erselenggaranya manaj emen pendidikan dasar dan prasekol ah berbasis pada sekol ah dan masyarakat (school / communit y based management ).
Sasaran yang akan dicapai ol eh program pembinaan pendidikan dasar dan prasekolah sampai dengan akhir t ahun 2004 adalah (1) meningkat nya Angka Part isipasi Kasar (APK) SD dan MI dan SLTP-MTs; (2) t erwuj udnya organisasi sekolah di set iap kabupat en/ kot a yang lebih demokrat is, t ransparan, ef isien, t erakunkan (account abl e), sert a mendorong part isipasi masyarakat ; sert a (3) t erwuj udnya manaj emen pendidikan yang berbasis sekolah/ masyarakat (school / communit y based management ) dengan mengenalkan konsep dan merint is pembent ukan Dewan Sekol ah di set iap kabupat en/ kot a sert a
(15)
pemberdayaan at au pembent ukan Komit e Sekol ah di sel uruh SD dan MI sert a SLTP dan MTs.
Kegiat an pokok dalam mengupayakan pemerat aan pendidikan dasar adalah (1) meningkat kan sarana dan prasarana pendidikan di SD dan MI ser t a pembangunan dan meningkat kan sarana dan prasarana di SLTP dan MTs, t ermasuk sarana olahraga; (2) memberikan subsidi pendidikan bagi sekolah swast a agar sekol ah-sekol ah swast a mampu menyelenggarakan pendidikan yang berkualit as dan memberikan layanan pendidikan yang dapat dij angkau masyarakat luas; (3) menerapkan al t ernat if l ayanan pendidikan, khususnya bagi masyarakat kurang berunt ung (masyarakat miskin, berpindah-pindah, t erisol asi, t erasing, minorit as, dan di daerah bermasal ah, t ermasuk anak j alanan), sepert i SD dan MI kecil sat u guru, guru kunj ung/ sist em t ut orial, SD Pamong, SD-MI t erpadu, kelas j auh, sert a SLTP-MTs t erbuka;
(4) melaksanakan revit al isasi sert a penggabungan (regrouping) sekol ah-sekol ah t erut ama SD, agar t ercapai ef isiensi dan ef ekt ivit as sekol ah yang didukung dengan f asil it as yang memadai; (5) memberikan beasiswa bagi siswa berprest asi dan/ at au dari kel uarga yang t idak mampu, dengan mempert imbangkan pesert a didik perempuan secara proporsional ; dan (6) melakukan pemerat aan j angkauan pendidikan prasekolah melal ui peningkat an part isipasi masyarakat dalam menyediakan l embaga penit ipan anak, kelompok bermain, dan t aman kanak-kanak yang bermut u, sert a memberikan kemudahan, bant uan, dan penghargaan oleh pemerint ah.
Kegiat an pokok dalam upaya peningkat an kual it as pendidikan dasar dan prasekol ah adal ah (1) meningkat kan kemampuan prof esional dan kesej aht eraan guru sert a t enaga kependidikan lainnya agar dapat meningkat kan kualit as, cit ra, wibawa, harkat , dan mart abat ; (2)
(16)
menyusun kurikul um yang berbasis kompet ensi dasar, sesuai dengan kebut uhan dan pot ensi pembangunan daerah, mampu meningkat kan kreat ivit as guru, inkl usif dan t idak bias gender, sesuai dengan kapasit as dan kemampuan pesert a didik, menunj ang peningkat an penguasaan il mu-ilmu dasar sert a keimanan, ket akwaan dan kepribadian yang berakhl ak mul ia; (3) meningkat kan penyediaan, penggunaan, dan perawat an sarana dan prasarana pendidikan: buku pel aj aran pokok, buku bacaan, alat pendidikan Il mu Penget ahuan Sosial (IPS), IPA, dan mat emat ika, perpust akaan, l aborat orium, sert a ruang lain yang diperl ukan;
(4) meningkat kan ef isiensi dan ef ekt ivit as proses belaj ar-mengaj ar mel alui pemet aan mut u sekolah, penilaian proses dan hasil belaj ar secara bert ahap dan berkel anj ut an, sert a pengembangan sist em dan alat ukur penilaian pendidikan yang lebih ef ekt if unt uk meningkat kan pengendal ian dan kualit as pendidikan; dan (5) meningkat kan pengawasan dan akunt abil it as kinerj a kelembagaan sehingga peran dan t anggung j awab sekolah, pemerint ah daerah, t ermasuk l embaga l egislat if dan masyarakat dalam upaya peningkat an mut u pendidikan makin nyat a.
Kegiat an pokok dalam upaya memperbaiki manaj emen pendidikan dasar dan prasekolah adal ah (1) mel aksanakan desent ral isasi bidang pendidikan secara bert ahap, bij aksana dan prof esional, t ermasuk peningkat an peranan Komit e Sekolah dengan mendorong daerah unt uk mel aksanakan rint isan penerapan konsep pembent ukan Dewan Sekol ah; (2) mengembangkan pola penyelenggar aan pendidikan berdasarkan manaj emen berbasis sekolah unt uk meningkat kan ef isiensi pemanf aat an sumber daya pendidikan dengan memperhat ikan kondisi dan kebut uhan masyarakat set empat ; (3) meningkat kan part isipasi masyarakat dalam
(17)
penyelenggaraan pendidikan, sepert i diversif ikasi penggunaan sumber daya dan dana; (4) mengembangkan sist em insent if yang mendorong kompet isi yang sehat baik ant arl embaga dan personel sekolah unt uk mencapai t uj uan pendidikan; (5) memberdayakan personel dan lembaga, ant ara lain, melalui pelat ihan yang dil aksanakan ol eh lembaga prof esional . Program pemberdayaan ini perl u diikut i dengan pemant auan dan eval uasi secar a bert ahap dan int ensif agar kinerj a sekol ah dapat bert ahan sesuai dengan st andar mut u pendidikan yang dit et apkan;
(6) meninj au kembali semua produk hukum di bidang pendidikan yang t idak sesuai l agi dengan arah dan t unt ut an pembangunan pendidikan; dan (7) merint is pembent ukan badan akredit asi dan sert if ikasi mengaj ar di daerah unt uk meningkat kan kualit as t enaga kependidikan secara independen.
b. Program Pendidikan Menengah
Program pembinaan pendidikan menengah yang mencakup Sekol ah Menengah Umum (SMU), Sekol ah Menengah Kej uruan (SMK), dan Madrasah Aliyah (MA) dit uj ukan unt uk (1) memperl uas j angkauan dan daya t ampung SMU, SMK, dan MA bagi seluruh masyarakat ; dan (2) meningkat kan kesamaan kesempat an unt uk memperol eh pendidikan bagi kel ompok yang kurang berunt ung, t ermasuk mereka yang t inggal di daerah t erpencil dan perkot aan kumuh, daerah bermasal ah dan masyarakat miskin, dan anak yang berkel ainan;
(3) meningkat kan kual it as pendidikan menengah sebagai landasan bagi pesert a didik unt uk melanj ut kan pendidikan ke j enj ang pendidikan yang lebih t inggi dan kebut uhan dunia kerj a; (4) meningkat kan ef isiensi pemanf aat an sumber daya pendidikan yang t ersedia, (5) meningkat kan
(18)
keadil an dal am pembiayaan dengan dana publ ik, (6) meningkat kan ef ekt ivit as pendidikan sesuai dengan kebut uhan dan kondisi set empat , (7) meningkat kan kinerj a personel dan l embaga pendidikan, (8) meningkat kan part isipasi masyarakat unt uk mendukung program pendidikan, dan (9) meningkat kan t ransparansi dan akunt abilit as penyelenggaraan pendidikan.
Sasaran yang akan dicapai ol eh program pembinaan pendidikan menengah sampai dengan akhir t ahun 2004 adalah (1) meningkat nya Angka Part isipasi Kasar (APK) SMU, SMK dan MA; (2) meningkat nya daya t ampung t ermasuk unt uk lulusan SLTP dan MTs sebagai hasil penunt asan Waj ib Bel aj ar Pendidikan Dasar Sembil an Tahun sebanyak 5, 6 j ut a siswa; (3) mewuj udkan organisasi sekolah di set iap kabupat en/ kot a yang l ebih demokrat is, t ransparan, ef isien, t erakunkan (account able), sert a mendorong part isipasi masyarakat ; dan (4) t erwuj udnya manaj emen pendidikan yang berbasis sekolah/ masyarakat (school/ communit y based management ) dengan mengenalkan konsep dan merint is pembent ukan Dewan Sekolah di set iap kabupat en/ kot a sert a pemberdayaan at au pembent ukan Komit e Sekolah di set iap sekol ah.
Kegiat an pokok dalam mengupayakan pemerat aan pendidikan menengah adal ah (1) membangun sekol ah dengan prasarana yang memadai, t ermasuk sarana ol ahraga, baik di perkot aan maupun di perdesaan yang disesuaikan dengan kebut uhan set empat , pot ensi daerah, pemet aan sekol ah, kondisi geograf is, sert a memperhat ikan keberadaan sekolah swast a;
(2) mener apkan alt ernat if layanan pendidikan, khususnya bagi masyarakat kurang berunt ung yait u masyarakat miskin, berpindah-pindah, t erisol asi, t erasing, minorit as, dan di daerah bermasalah, t ermasuk anak j alanan; (3) memberikan kepada siswa yang berprest asi dan/ at au dari keluarga yang t idak mampu, dengan mempert imbangkan
(19)
pesert a didik perempuan secara proporsional ; dan (4) memberikan subsidi unt uk sekolah swast a, yang dipriorit askan pada daerah-daerah yang kemampuan ekonominya l emah, sepert i dalam bent uk imbal swadaya dan bent uk bant uan lainnya.
Kegiat an pokok dalam upaya peningkat an kualit as dan relevansi pendidikan menengah adal ah (1) meningkat kan kemampuan prof esional dan kesej aht eraan guru dan t enaga kependidikan lainnya, ant ara lain mel alui pemberian akredit asi dan sert if ikasi mengaj ar bidang t ert ent u yang dit inj au dan dieval uasi secara periodik, sert a penyempurnaan sist em angka kredit unt uk peningkat an karier guru;
(2) menyusun kurikul um yang berbasis kompet ensi dasar sesuai dengan kebut uhan dan pot ensi pembangunan daerah, mampu meningkat kan kreat ivit as guru, inkl usif dan t idak bias gender sesuai dengan kapasit as pesert a didik, sert a menekankan perl unya peningkat an keimanan dan ket akwaan, wawasan kebangsaan, kesehat an j asmani, kepribadian yang berakhl ak mul ia, beret os kerj a, memahami hak dan kewaj iban, sert a meningkat kan penguasaan il mu-il mu dasar (mat emat ika, sains dan t eknologi, bahasa dan sast ra, ilmu sosial, dan bahasa Inggris); (3) meningkat kan st andar mut u nasional secara bert ahap agar l ul usan pendidikan menengah mampu bersaing dengan lulusan pendidikan menengah di negara-negara lain; (4) menerapkan kurikulum berbasis kompet ensi pada sekolah menengah kej uruan unt uk memenuhi t unt ut an persyarat an t enaga kerj a; (5) mengembangkan lomba karya il miah dan sej enisnya yang disesuaikan dengan st andar yang dipakai di dunia pendidikan int ernasional ;
(6) mel akukan pendekat an pada dunia usaha dan dunia indust ri unt uk mel akukan kerj a sama dengan sekolah-sekolah menengah, khususnya pendidikan menengah kej uruan dalam mengembangkan perencanaan, pengembangan mat eri pel aj aran, impl ement asi kegiat an,
(20)
dan penilaian program pengaj aran; (7) mengembangkan program-program ket erampil an/ kej uruan pada SMU dan MA yang sesuai dengan lingkungan set empat at au t unt ut an dunia kerj a set empat agar para lul usan SMU dan MA yang t idak memil iki pel uang unt uk mel anj ut kan ke perguruan t inggi dapat bersaing dal am memasuki dunia kerj a;
(8) meningkat kan pengadaan, penggunaan, dan perawat an sarana dan prasarana pendidikan t ermasuk buku dan alat peraga, perpust akaan, dan laborat orium bagi sekol ah-sekolah negeri dan swast a secara bert ahap; (9) meningkat kan ef isiensi dan ef ekt ivit as proses belaj ar mengaj ar mel al ui pemet aan mut u sekolah, penilaian proses dan hasil bel aj ar secara bert ahap dan berkelanj ut an sert a pengembangan sist em dan alat ukur penil aian pendidikan yang lebih ef ekt if unt uk meningkat kan pengendal ian dan kualit as pendidikan; dan (10) meningkat kan pengawasan dan akunt abil it as kinerj a kel embagaan dan pengel olaan sumber dana sehingga peran dan t anggung j awab sekolah-sekolah, pemerint ah daerah t ermasuk lembaga l egisl at if dan masyarakat dalam upaya peningkat an mut u pendidikan makin nyat a.
Kegiat an pokok dalam upaya peningkat an manaj emen pendidikan menengah adal ah (1) melaksanakan demokrat isasi dan desent ralisasi pendidikan ant ara lain dengan pembent ukan dan peningkat an peranan Komit e Sekolah mel iput i perencanaan, impl ement asi, dan evaluasi penyelenggaraan pendidikan di sekolah, sert a mendorong daerah unt uk mel aksanakan rint isan penerapan konsep pembent ukan Dewan Sekolah;
(2) mengembangkan manaj emen berbasis sekolah (school based management) unt uk meningkat kan kemandirian sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan; (3) meningkat kan part isipasi masyarakat agar dapat menj adi mit ra kerj a pemerint ah yang serasi dalam pembinaan pendidikan menengah;
(21)
(4) mengembangkan sist em akredit asi secara adil dan merat a, baik unt uk sekol ah negeri maupun swast a; (5) mengembangkan sist em insent if yang mendorong kompet isi yang sehat ant ar l embaga dan personel sekolah unt uk mencapai t uj uan pendidikan;
(6) memberdayakan personel dan lembaga ant ara l ain dilakukan mel alui pel at ihan yang dil aksanakan oleh lembaga prof esional . Program pemberdayaan ini perlu diikut i dengan pemant auan dan evaluasi secara bert ahap dan int ensif agar kinerj a sekol ah dapat bert ahan sesuai dengan st andar mut u pendidikan yang dit et apkan;
(7) meninj au kembali semua produk hukum di bidang pendidikan, yang t idak sesuai l agi dengan arah dan t unt ut an pembangunan pendidikan; dan (8) merint is pembent ukan badan akredit asi dan sert if ikasi mengaj ar di daerah unt uk meningkat kan kualit as t enaga kependidikan secara independen.
c. Program Pendidikan Tinggi
Program pembangunan nasional pendidikan t inggi bert uj uan unt uk (1) melakukan penat aan sist em pendidikan t inggi; (2) meningkat kan kualit as dan rel evansi pendidikan t inggi dengan dunia kerj a; dan (3) meningkat kan pemerat aan kesempat an memperoleh pendidikan t inggi, khususnya bagi siswa berprest asi yang berasal dari keluarga kurang mampu.
Sasaran yang ingin dicapai adalah (1) mewuj udkan ot onomi pengelolaan empat perguruan t inggi negeri --yait u Inst it ut Teknol ogi Bandung (ITB), Inst it ut Pert anian Bogor (IPB), Universit as Indonesia (UI), dan Universit as Gadj ah Mada (UGM)-- dan merint is penerapannya di beberapa perguruan t inggi negeri lainnya; (2) meningkat kan j uml ah
(22)
lulusan yang t erserap di dunia kerj a; dan (3) meningkat kan angka part isipasi kasar (APK).
Kegiat an pokok di bidang penat aan sist em pendidikan t inggi ini adalah (1) meningkat kan ot onomi manaj emen agar kreat ivit as, keaslian (i ngenui t y) dan produkt ivit as sivit as akademika dapat menghasil kan kual it as kinerj a yang t inggi, yang akan dil akukan dengan memberi kewenangan yang lebih besar pada perguruan t inggi unt uk mengelola sumber daya yang dimiliki, baik f isik, f inansial , maupun sumber daya manusia, t ermasuk kurikulumnya;
(2). Meningkat kan mekanisme kerj asama yang j elas ant ara perguruan t inggi dan masyarakat pengguna hasil perguruan t inggi t ent ang pemanf aat an sumber daya dalam proses pelaksanaan kegiat an f ungsional dan kualit as kinerj a perguruan t inggi (3) meningkat kan kual it as sist em akredit asi di l ingkungan pendidikan t inggi yang dilaksanakan secara t erat ur, ef isien, dan ef ekt if ; (4) menyusun perat uran perundang-undangan unt uk menert ibkan lembaga pemberi/ penerbit gelar dan j abat an akademik; dan (5) meningkat kan kemampuan sivit as akademika dal am melakukan evaluasi diri unt uk meningkat kan kualit as proses pembel aj aran, kinerj a st af , dan perencanaan pengembangan perguruan t inggi.
Kegiat an pokok di bidang peningkat an kualit as dan relevansi adalah (1) menyesuaikan program st udi dengan perkembangan kebut uhan pembangunan nasional ; (2) meningkat kan kual it as t enaga pengaj ar dengan j alan meningkat kan proporsi yang berpendidikan pascasarj ana; (3) meningkat kan kualit as f asilit as l aborat orium besert a peralat annya, buku-buku, dan j urnal il miah; sert a (4) menyempurnakan kurikulum yang sej alan dengan t unt ut an kebut uhan pembangunan, baik di t ingkat l okal maupun nasional unt uk menghadapi persaingan gl obal .
(23)
Kegiat an pokok di bidang penel it ian unt uk meningkat kan kualit as dan relevansi adal ah (1) meningkat kan penguasaan, pengembangan, dan pemanf aat an il mu penget ahuan dan t eknologi unt uk meningkat kan daya saing produk yang berbasis sumber daya lokal; (2) meningkat kan kualit as laborat orium besert a peral at annya; (3) melengkapi inf ormasi il miah berupa buku dan j urnal; (4) meningkat kan kualit as kemampuan menel it i bagi t enaga akademik melal ui pendidikan lanj ut an dan pelat ihan; sert a (5) mendorong kerj asama penelit ian dan pengembangan ant arperguruan t inggi, sert a ant ara perguruan t inggi dan lembaga penel it ian/ dunia usaha baik nasional maupun int ernasional , khususnya unt uk mendukung pengembangan sumber daya lokal.
Kegiat an pokok di bidang pengabdian pada masyarakat unt uk meningkat kan kual it as dan rel evansi adal ah (1) menyebarluaskan penerapan ilmu penget ahuan dan t eknologi t epat guna unt uk kemasl ahat an masyarakat ; (2) meningkat kan kerj asama perguruan t inggi unt uk mendukung pengembangan indust ri kecil; (3) menyelenggarakan kerj asama dengan indust ri unt uk meningkat kan kemampuan dal am ilmu penget ahuan dan t eknologi; sert a (4) meningkat kan part isipasi perguruan t inggi unt uk mendukung proses pengembangan masyarakat .
Kegiat an pokok unt uk memperl uas kesempat an memperoleh pendidikan t inggi bagi masyarakat adalah (1) meningkat kan kapasit as t ampung, t erut ama unt uk bidang-bidang yang menunj ang kemaj uan ekonomi, penguasaan sains dan t eknol ogi, sert a meningkat kan kualit as kehidupan; (2) mendorong peningkat an peran swast a mel alui perguruan t inggi swast a; (3) meningkat kan penyediaan beasiswa bagi mahasiswa yang berasal dari keluarga kurang mampu; dan (4) menyebarkan kapasit as pendidikan t inggi secara geograf is unt uk mendukung pembangunan daerah sert a member i kesempat an bagi kelompok masyarakat yang berpenghasil an rendah t ermasuk kel ompok masyarakat
(24)
dari daerah bermasal ah, dengan menyelenggarakan pembinaan perguruan t inggi sebagai pusat pert umbuhan di kawasan sert a menyelenggarakan pembinaan program unggul di wilayah kedudukan perguruan t inggi.
d. Program Pembinaan Pendidikan Luar Sekolah
Program pembinaan pendidikan l uar sekol ah (PLS) ini bert uj uan unt uk menyediakan pelayanan kepada masyarakat yang t idak at au belum sempat memperoleh pendidikan f ormal unt uk mengembangkan diri, sikap, penget ahuan dan ket erampil an, pot ensi pribadi, dan dapat mengembangkan usaha produkt if guna meningkat kan kesej aht eraan hidupnya. Selain it u, program PLS diarahkan pada pemberian penget ahuan dasar dan ket erampil an berusaha secara prof esional sehingga warga belaj ar mampu mewuj udkan l apangan kerj a bagi dirinya dan anggot a kel uarganya.
Sasaran program PLS adalah penduduk at au warga bel aj ar yang t idak at au belum sempat memperol eh pendidikan f ormal yang mel iput i (a) penduduk yang masih but a aksara l at in, angka, dan bahasa Indonesia; (b) warga bel aj ar yang bel um menyelesaikan waj ib belaj ar pendidikan dasar 9 t ahun; dan (c) pemberdayaan t empat / sanggar pusat -pusat kegiat an pembelaj aran masyarakat .
Kegiat an pokok yang dil akukan adalah (1) mempercepat penunt asan but a aksara mel al ui keaksaraan f ungsional , khususnya bagi penduduk usia 10-44 t ahun. Taman Bacaan dan perpust akaan yang sudah ada dikembangkan dan dit ingkat kan pemanf aat annya agar warga masyarakat gemar membaca buku. Upaya unt uk menunt askan t iga but a (but a aksara lat in dan angka, but a bahasa Indonesia, dan but a penget ahuan dasar) dit ingkat kan dan diperl uas j enisnya agar dapat
(25)
menampung murid yang put us sekolah dari berbagai j alur, j enis, dan j enj ang pendidikan, dengan memberi perhat ian khusus pada perempuan;
(2) meningkat kan sosialisasi dan j angkauan pelayanan pendidikan dan kual it as sert a kuant it as warga belaj ar Kej ar Paket A set ara SD, Kej ar Paket B set ara SLTP unt uk mendukung waj ib bel aj ar 9 t ahun, dan mengembangkan berbagai j enis pendidikan l uar sekolah yang berorient asi pada kondisi dan pot ensi lingkungan, dengan mendayagunakan prasarana dan kel embagaan yang sudah ada di masyarakat ; dan (3) mengembangkan model pembel aj aran unt uk program pendidikan berkelanj ut an yang berorient asi pada peningkat an ket erampil an dan kemampuan kewirausahaan. Jenis dan j angkauan kegiat an disesuaikan dengan kebut uhan masyarakat dan permint aan pasar, dan diarahkan pada peningkat an penget ahuan dasar dan ket erampil an berwiraswast a sebagai bekal kemampuan bekerj a dan berusaha.
e. Program Sinkronisasi dan Koordinasi
Program ini bert uj uan unt uk meningkat kan sinkronisasi dan koordinasi perencanaan, pelaksanaan, pengendal ian, dan pengawasan program-program pendidikan baik ant arj enj ang, j alur, dan j enis maupun ant ardaerah. Sasarannya adalah mewuj udkan sinkronisasi dan koordinasi perencanaan, pelaksanaan, pengendal ian, dan pengawasan program-program pembangunan pendidikan, ant arj enj ang, j al ur dan j enis maupun ant ardaerah.
Kegiat an pokok yang dilakukan adalah (1) mel akukan kaj ian akademik, merumuskan, dan mewuj udkan perat uran perundang-undangan dan kebij akan pendidikan nasional yang mendukung
(26)
sinkronisasi dan koordinasi perencanaan dan pel aksanaan pembangunan pendidikan ant arj enj ang, j al ur dan j enis maupun ant ardaerah;
(2) mengembangkan dan melaksanakan sist em kel embagaan yang mendukung sinkronisasi dan koordinasi perencanaan, pel aksanaan, pengendal ian, dan pengawasan pembangunan pendidikan ant arj enj ang, j al ur dan j enis maupun ant ardaerah;
(3) melakukan penilaian/ pengukuran keberhasilan pembangunan pendidikan nasional; (4) melakukan st andarisasi sarana dan prasarana pendidikan unt uk mendukung proses bel aj ar mengaj ar yang bermut u; (5) mengembangkan dan melaksanakan sist em inf ormasi dan pendat aan unt uk semua j alur, j enis, dan j enj ang, sert a daerah;
(6) melakukan advokasi dan sosialisasi kebij akan pendidikan nasional; dan (7) mel akukan kerj a sama di bidang pendidikan dengan berbagai l embaga baik di dalam maupun di l uar negeri.
f. Program Penelit ian dan Pengembangan
Program ini bert uj uan unt uk (1) meningkat kan mut u hasil penelit ian; (2) meningkat kan kual it as penel it i; (3) meningkat kan kompet ensi lembaga-lembaga penel it ian dan pengembangan (l it bang) publ ik searah dengan kebut uhan dunia usaha dan masyarakat , sert a perkembangan percepat an ilmu penget ahuan dan t eknologi; dan (4) membent uk ikl im yang kondusif bagi t erbent uknya sumber daya l it bang.
Sasaran yang akan dicapai adalah mendayagunakan ilmu penget ahuan dan t eknol ogi yang sesuai dengan nil ai-nilai agama dan budaya luhur bangsa unt uk memecahkan berbagai masal ah pembangunan.
Kegiat an pokok yang dil akukan adal ah (1) membina kreat ivit as pengembangan program penel it ian; (2) mengembangkan riset -riset
(27)
pembinaan dan unggulan; (3) memanf aat kan hasil l it bang dalam peningkat an kualit as layanan masyarakat ; (4) mengembangkan j aringan kerj asama riset , t ermasuk dengan l embaga penel it ian int ernasional unt uk mengembangkan produk-produk unggulan; (5) mengembangkan dan memant apkan pusat -pusat unggul an di berbagai lembaga universit as dan riset ;
(6) mengembangkan kaj ian-kaj ian sosial budaya sebagai masukan bagi kebij akan pemerint ah; (7) mel indungi produk l it bang dal am HAKI dan desent ralisasi agar pendapat an l ebih dapat dimanf aat kan ol eh individu dan lembaga penemu; (8) membina organisasi prof esi il miah unt uk mel akukan sert if ikasi dan akredit asi prof esional sesuai dengan st andar int ernasional ; (9) memberdayakan lembaga-l embaga il miah dan masyarakat dal am pemberian penghargaan inovasi il miah; dan (10) mengembangkan pranat a ipt ek di daerah, baik dari sisi program maupun kel embagaannya, sesuai dengan kebut uhan dan pot ensi sumber daya daerah.
g. Program Peningkat an Kemandirian dan Keunggulan Ipt ek
Program ini bert uj uan unt uk meningkat kan kemampuan pelayanan t eknol ogi l embaga-l embaga lit bang, Met r ol ogy, St andar di zat i on, Test i ng and Qual i t y (MSTQ), yang dit ekankan unt uk mendukung daya saing dunia usaha dan mendorong pel aksanaan lit bang di dan oleh dunia usaha.
Sasaran yang akan dicapai adalah meningkat nya kemandirian pelayanan t eknologi dan keunggulan inovasi t eknol ogi bangsa sendiri agar dapat meningkat kan daya saing dunia usaha dan masyarakat .
Kegiat an pokok yang dilakukan adalah (1) mengembangkan agenda riset l embaga lit bang dengan pengguna ipt ek; (2) menat a sist em
(28)
kelembagaan, legal, f iskal, dan f inansial unt uk memudahkan sebaran kemanf aat an ipt ek, bagi dunia usaha; (3) menyusun perat uran perundang-undangan unt uk memberikan keleluasaan lembaga l it bang dalam mengelola penerimaan dana hasil penel it ian dan pelayanan t eknologi;
(4) mengembangkan ikl im riset dan evaluasi kinerj a mel al ui mekanisme sel eksi t erbuka; (5) mengembangkan sist em MSTQ mel al ui peningkat an st andar mut u luaran ipt ek; (6) mengembangkan asist ensi t eknis kepada usaha kecil , menengah, koperasi, dan wirausaha t radisional ; dan (7) memperl uas kemit raan riset , t ermasuk menyederhanakan proses kemit raan, unt uk meningkat kan keef ekt if an dan kel el uasan dal am berhubungan dengan dunia usaha.
4 . M a n a j e m e n Pe n didik a n D i I n don e sia
Administ rasi dan menej emen (birokrasi) pendidikan di Indonesia t idak berbeda dengan administ rasi dan manaj emen sekt or-sekt or lain yang berbent uk depart emen. Secara nasional permasalahan sekt or pendidikan dit angani oleh sebuah badan berbent ukdepart emen, yang beberapa kali mengalami perubahan nama dan perubahan t erakhir diberi nama DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL. Depart emen ini dipimpin ol eh seorang ment eri yang dit unj uk l angsung ol eh presiden. Unt uk masa sekarang ini, st rukt ur organisasinya adalah sebagai berikut :
(29)
Departemen Pendidikan Nasional Indonesia
Dit ingkat regional (propinsi), koordinasi urusan-urusan pendidikan dit angani oleh sebuah badan yang diberi nama DINAS PENDIDIKAN PROPINSI, yang dipimpin oleh seorang kepal a. Kepal a Dinas Pendidikan Propinsi dit unj uk ol eh Gubernur dengan perset uj uan DPRD Propinsi. Sedangkan di t ingkat daerah Kabupat en/ Kot a, koordinasi urusan pendidikan dit angani oleh sebuah l embaga yang diberi nama DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN/ KOTA. Sama dengan Dinas di Propinsi, Dinas ini dipimpin oleh seorang kepala. Bedanya, kepala dinas di t ingkat kabupat en/ kot a dit unj uk ol eh Bupat i/ Walikot a dengan perset uj uan DPRD Kab/ Kot a yang bersangkut an.
Sej al an dengan kebij akan desent ral isasi pemerint ahan, maka sekt or pendidikan ini j uga mengal ami perubahan kebij akan dari sent ral ist ik ke desent ralisasi. Sebagaimana diket ahui bahwa t uj uan dikel uarkannya Undang Undang Pemerint ahan Daerah dan ot onomi daerah adalah unt uk memberikan kewenangan yang l uas, nyat a, dan bert anggungj awab kepada Daerah dan masyarakat sehingga memberi
(30)
peluang kepada Daerah dan masyarakat agar l el uasa mengat ur dan mel aksanakan kewenangannya at as prakasa sendin sesuai dengan kepent ingan masyarakat set empat dan pot ensi set iap daerah.
Penyel enggaraan pendidikan memerlukan dukungan masyarakat yang memadai. Sebagat l angkah al t ernat if dal am mengupayakan dukungan masyarakat unt uk sekt or pendidikan ini adalah dengan menumbuhkan keberpihakan yang bermut u, mul ai dari pimpinan negara, sampai aparat yang paling rendah. t ermasuk masyarakat yang bergerak dalam sekt or swast a dan indust ri. Keberpihakan konkret it u perl u disalurkan secara polit is menj adi suat u gerakan bersama (col l ect ive act ion) yang diwadahi Dewan Pendidikan yang berkedudukan di kabupat en/ kot a dan komit e Sekol ah dit ingkat sat uan pendidikan.
Dewan Pendidikan dan komit e Sekolah merupakan badan yang bersif at mandiri, t idak mempunyai hubungan hierarkis dengan sat uan pendidikan maupun lembaga pemerint ah lainnya. Posisi Dewan Pendidikan, Komit e Sekolah, sat uan pendidikan, dan lembaga-l embaga pemerint ah l ainnya mengacu pada kewenangan masing-masing berdasarkan ket ent uan yang berlaku
Tuj uan dibent uknya Dewan Pendidikan dan Komit e Sekol ah adalah sebagai berikut :
1. Mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam mel ahirkan kebij akan dan program pendidikan dikabupat en/ kot a (Unt uk Dewan Pendidakan) dan di sat uan pendidikan (Unt uk Kornit e Sekolah).
2. Menigkat kan t anggung j awab dan peran sert a akt if dari sel uruh l apisan masyarakat dal am penyel enggaraan pendidikan.
(31)
3. Mencipt akan suasana dan kondisi t ransparan, akunt abel , dan demokrat is dalarn penyel enggaraan dan pel ayanan pendidikan yang bermut u di daerah kabupat en/ kot a dan sat uan pendidikan.
Peran yang dij al ankan Dewan Pendidikan adal ah sebagai pemberi pert imbangan dalam penent uan dan pel aksanaan kebij akan pendidikan. Badan t ersebut j uga berperan sebagai pendukung baik yang berwuj ud f inansial , pemikiran maupun t enaga dalam penyel enggaraan pendidikan. Di samping it u j uga Dewan Pendidikan berperan sebagai pengont rol dalam rangka t ransparansi dan akunt abil it as penyelenggaraan dan keluaran pendidikan, sert a sebagai mediat or ant ara pemerint ah (eksekut if ) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Legislat if ) dengan masyarakat .
Di lain pihak peran yang dij alankan Komit e Sekolah adalah sebagai pemberi pert imbangan dal am penent uan dan pel aksanaan kebij akan pendidikan di sat uan pendidikan. Badan t ersebut j uga berperan sebagai pendukung baik yang berwuj ud f inansial , pemikiran maupun t enaga dalam penyelenggaraan pendidikan di sat uan pendidikan.
Di samping it u j uga Komit e Sekolah berperan sebagai pengont rol dalam rangka t ransparansi dan akunt abil it as penyel enggaraan dan kel uaaran pendidikan, di sat uan pendidikan, sert a sebagai mediat or ant ara pemerint ah (eksekut if ) dengan masyarakat di sat uan pendidikan.
Unt uk menJalankan perannya it u, Dewan Pendidikan dan Kornit e Sekol ah memil iki f ungsi mendorong t umbuhnya perhat ian dan komit men masyarakat t erhadap penyel enggaraan pendidikan yang bermut u. Badan it u j uga melakukan kerj a sama dengan masyarakat , baik perorangan
(32)
maupun organisasi, dunia usaha dan dunia indust ri, pemerint ah, dan DPRD berkenan dengan penyel enggaraan pendidikan bermut u. Fungsi lainnya adal ah menampung dan menganal isis aspirasi, pandangan, t unt ut an, dan berbagai kebut uhan pendidikan yang diaj ukan ol eh masyarakat .
Di samping it u, f ungsi Dewan Pendidikan dan Komit e Sekol ah adalah memberikan masukan, pert imbangan dan rekomendasi kepada pernerint ah daerah/ DPPD dan kepada sat uan pendidikan mengenai kebij akan dan program pendidikan; krit eria kinerj a daerah dalam bidang pendidikan; krit eria t anaga kependidikan, khususnya guru/ t ut or dan kepala sat uan pendidikan; krit eria f asil it as pendidikan; dan hal -hal lain yang t erkait dengan pendidikan. Terakhir f ungsi Dewan Pendidikan dan Komit e Sekol ah adal ah mendorong or ang t ua dan masyarakat berpart isipasi dal am pendidikan dan menggal ang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggar aan pendidikan di sat uan pendidikan.
Anggot a Dewan Pendidikant erdin at as unsur masyarakat dan dapat dit ambah dengan unsur birokrasi/ l egislat if . Unsur masyarakat dapat berasal dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) bidang pendidikan; t okoh masyarakat (Ulama, budayawan, pemuka adat , dl l ); anggot a masyarakat yang mempunyai perhat ian pada peningkat an mut u pendidikan at au yang dij adikan f igur di daerah: t okoh dan pakar pendidikan yang mempunyai perhat ian pada peningkat an mut u pendidikan; yayasan penyel enggara pendidikan (sekol ah, luar sekolah, madrasah, pesant ren); dunia usaha/ indust ri/ asosiasi prof esi (pengusaha indust ri, j asa, asosiasi, dan lain-lain); organisasi prof esi t enaga kependidikan (PGRI, ISPI, dan l ain-lain); dan perwakilan dari Komit e Sekol ah yang disepakat i. Unsur birokrasi. misalnya dari unsur dinas
(33)
pendidikan set empat dan dan unsur legislat if yang membidangi pendidikan, dapat diiibat kan sebagai anggot a Dewan Pendidikan maksimal 4-5 orang.
Juml ah anggot a Dewan Pendidikan sebanyak-banyaknya berj umlah 17 (t uj uh belas) orang dan j umlahnya harus gasal Syarat -syarat , hak dan kewaj iban, sert a masa bakt i keanggot aan Dewan Pendidikan dit et apkan di dalam AD/ ART. Dilain phak anggot a Komit e Sekol ah berasal dari unsur-unsur yang ada dal am masyarakat . Disamping it u unsur dewan guru, yayasan/ lembaga penyelenggara pendidikan, Badan Pert imbangan Desa dapat pula dil ibat kan sebagai anggot a.
Anggot a Komit e Sekol ah dari unsur masyarakat dapat berasal dari perwakilan orang t ua/ wal i pesert a didik berdasarkan j enj ang kel as yang dipilih secara demokrat is; t okoh masyarakat (ket ua RT/ RW/ RK. Kepal a dusun, ulama, budayawan, pemuka adat ); anggot a masyarakat yang mempunyai perhat ian akan dij adikan f igur dan, mempunyai perhat ian unt uk meningkat kan mut u pendidikan; pej abat pemerint ah set empat (Kepal a Desa/ Lurah, Kepol isian, Koramil, Depnaker, Kadin, dan Inst ansi lain); dunia usaha/ indust ri (pengusaha indust ri, j asa, asosiasi, dan l ain-lain); pakar pendidikan yang mempunyai perhat ian pada peningkat an mut u pendidikan; organisasi prof esi t enaga pendidikan (PGRI, ISPI, dan lain-lain); perwakilan siswa bagi t ingkat SLTP/ SMU/ SMK yang dipilih secara demokrat is berdasarkan j enj ang kel as; dan perwakilan f orum alumni SD/ SLTP SMU/ SMK yang t elah dewasa den mandiri. Anggot a Komit e Sekolah yang berasal dari unsur dewan guru, yayasan lembaga penyelenggaraan pendidikan, Badan Pert imbangan Desa sebanyak-banyaknya berj uml ah t iga orang.
(34)
Juml ah anggot a Komit e Sekol ah sekurang-kurangnya 9 (sembilan) orang dan j uml ahnya harus gasal. Syarat -syarat , hak, dan kewaj iban, sert a masa keanggot aan Komit e Sekol ah dit et apkan di dalam AD/ ART.
Pengurus Dewan Pendidikan dan Kornit e Sekolah dit et apkan berdasarkan AD/ ART yang sekurang-kurangnya t erdiri alas seorang ket ua, sekret aris, bendahara. Apabil a dipandang perlu, kepengurusan dapat dil engkapi dengan bidang-bidang t ert ent u sesuai kebut uhan. Selain it u dapat pul a diangkat pet ugas khusus yang menangani administ rasi. Pengurus dewan dipilih dari dan oleh anggot a secara demokrat is. Khusus j abat an ket ua Dewan Pendidikan bukan berasal dari unsur pemerint ahan daerah dan DPRD dan ket ua Komit e Sekolah bukan berasal dari kepala sat uan pendidikan. Syarat -syarat , hak, dan kewaj iban, sert a masa bakt i kepengurusan Dewan Pendidikan dan Komit e Sekolah dit et apkan di dalam AD/ ART
Pembent ukan Dewan Pendidikan den Komit e Sekolah harus dilakukan secara t ransparan, akunt abel , dan demokrat is. Dil akukan secara t ransparan adal ah bahwa Kornit e Sekol ah har us dibent uk secara t erbuka dan diket ahui oleh masyarakat secara l uas mul ai dari t ahap pembent ukan panit ia persiapan, proses sosialisasi oleh panit ia persiapan, krit eria cal on anggot a, proses seleksi cal on anggot a, pengumuman cal on anggot a, proses pemil ihan, dan penyampaian hasil pemil ihan dilakukan secara akunt abel adal ah bahwa panit ia persiapan hendaknva menyampaikan laporan pert anggungj awaban kinerj anya maupun penggunaan dana kepanit iaan. Dil akukan secara demokrat is adalah bahwa dalam proses pemilihan annggot a dl an pengurus dil akukan dengan musyawarah muf akat . Jika dipandang perl u permilihan anggot a dan pengurus dapat dilakukan mel al ui pemungut an suara.
(35)
Pembent ukan Dewan Pendidikan dan Kornit e Sekol ah diawali dengan pembent ukan panit ia pesiapan yang dibent uk, ol eh kepal a sat uan pendidikan dan/ at au ol eh masyarakat . Panit ia persiapan berj umlah sekurang-kurangnya 5 (lima) orang yang t erdiri at as kalangan prakt isi pendidikan (sepert i guru, kepala sat uan pendidikan, penyelenggara pendidikan, pemerhat i pendidikan (LSM peduli pendidikan, t okoh masyarakat , t okoh agama, dunia usaha dan indust ri), dan orang t ua pesert a didik.
5 . Pe n da n a a n Pe n didik a n di I n don e sia
Jika dibandingkan dengan di AS, sumber pendanaan pendidikan di Indonesia berasal dari beberapa sumber anggaran. Yait u berasal dari APBN, APBD Propinsi, dan APBD Kabupat en/ Kot a. Sumber pendanaan dari APBN umunya dialokasikan unt uk sel uruh kegiat an pendidikan, mulai dari t ingkat dasar, menengah, hingga perguruan t inggi. Sumber dari APBN ini j uga diperunt ukkan bagi penyel enggaraan pendidikan secara nasional.
Sedangkan sumber pendanaan yang berasal dari APBN Propinsi, umumnya sebagian besar diperunt ukkan bagi pendidikan t ingkat dasar dan menengah. Hanya sebagian kecil yang dialokasikan unt uk mendukung kegiat an di t ingkat pendidikan t inggi. Sumber dana dari APBD propinsi ini dial okasikan unt uk penuyel enggaraan pendidikan yang ada diwilayah propinsi t ersebut . Adapun sumber pendanaan dari APBD Kabupat en/ Kot a seluruhnya unt uk mendukung penyel enggaraan pendidikan di wilayah t ersebut . Hal ini sesuai dengan semangat desent ral isasi.
Sej ak diberl akukannya kebij akan desent ral isasi pendidikan, alokasi anggaran pendidikan, baik di APBN maupun APBD Propinsi dan
(36)
Kab/ Kot a, mengalami peningkat an yang cukup berart i. Hal ini dikarenakan menurut amanat UU, anggaran pendidikan harus t erus diupayakan dinaikkan hingga mencapai sedikit nya angka 20% dari t ot al anggaran pengel uaran APBN at au APBD.
BERSAM BUN G KE BAB I I I
Surabaya, Okt ober 2005 Ulul Albab, Drs. , MS
(1)
3.
Mencipt akan suasana dan kondisi t ransparan, akunt abel , dan
demokrat is dalarn penyel enggaraan dan pel ayanan pendidikan
yang bermut u di daerah kabupat en/ kot a dan sat uan
pendidikan.
Peran yang dij al ankan Dewan Pendidikan adal ah sebagai pemberi
pert imbangan dalam penent uan dan pel aksanaan kebij akan pendidikan.
Badan t ersebut j uga berperan sebagai pendukung baik yang berwuj ud
f inansial , pemikiran maupun t enaga dalam penyel enggaraan pendidikan.
Di samping it u j uga Dewan Pendidikan berperan sebagai pengont rol
dalam rangka t ransparansi dan akunt abil it as penyelenggaraan dan
keluaran pendidikan, sert a sebagai mediat or ant ara pemerint ah
(eksekut if ) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Legislat if ) dengan
masyarakat .
Di lain pihak peran yang dij alankan Komit e Sekolah adalah
sebagai pemberi pert imbangan dal am penent uan dan pel aksanaan
kebij akan pendidikan di sat uan pendidikan. Badan t ersebut j uga
berperan sebagai pendukung baik yang berwuj ud f inansial , pemikiran
maupun t enaga dalam penyelenggaraan pendidikan di sat uan
pendidikan.
Di samping it u j uga Komit e Sekolah berperan sebagai pengont rol
dalam rangka t ransparansi dan akunt abil it as penyel enggaraan dan
kel uaaran pendidikan, di sat uan pendidikan, sert a sebagai mediat or
ant ara pemerint ah (eksekut if ) dengan masyarakat di sat uan pendidikan.
Unt uk menJalankan perannya it u, Dewan Pendidikan dan Kornit e
Sekol ah memil iki f ungsi mendorong t umbuhnya perhat ian dan komit men
masyarakat t erhadap penyel enggaraan pendidikan yang bermut u. Badan
it u j uga melakukan kerj a sama dengan masyarakat , baik perorangan
(2)
maupun organisasi, dunia usaha dan dunia indust ri, pemerint ah, dan
DPRD berkenan dengan penyel enggaraan pendidikan bermut u. Fungsi
lainnya adal ah menampung dan menganal isis aspirasi, pandangan,
t unt ut an, dan berbagai kebut uhan pendidikan yang diaj ukan ol eh
masyarakat .
Di samping it u, f ungsi Dewan Pendidikan dan Komit e Sekol ah
adalah memberikan masukan, pert imbangan dan rekomendasi kepada
pernerint ah daerah/ DPPD dan kepada sat uan pendidikan mengenai
kebij akan dan program pendidikan; krit eria kinerj a daerah dalam bidang
pendidikan; krit eria t anaga kependidikan, khususnya guru/ t ut or dan
kepala sat uan pendidikan; krit eria f asil it as pendidikan; dan hal -hal lain
yang t erkait dengan pendidikan. Terakhir f ungsi Dewan Pendidikan dan
Komit e Sekol ah adal ah mendorong or ang t ua dan masyarakat
berpart isipasi dal am pendidikan dan menggal ang dana masyarakat
dalam rangka pembiayaan penyelenggar aan pendidikan di sat uan
pendidikan.
Anggot a Dewan Pendidikant erdin at as unsur masyarakat dan
dapat dit ambah dengan unsur birokrasi/ l egislat if . Unsur masyarakat
dapat berasal dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) bidang
pendidikan; t okoh masyarakat (Ulama, budayawan, pemuka adat , dl l );
anggot a masyarakat yang mempunyai perhat ian pada peningkat an mut u
pendidikan at au yang dij adikan f igur di daerah: t okoh dan pakar
pendidikan yang mempunyai perhat ian pada peningkat an mut u
pendidikan; yayasan penyel enggara pendidikan (sekol ah, luar sekolah,
madrasah, pesant ren); dunia usaha/ indust ri/ asosiasi prof esi (pengusaha
indust ri, j asa, asosiasi, dan lain-lain); organisasi prof esi t enaga
(3)
pendidikan set empat dan dan unsur legislat if yang membidangi
pendidikan, dapat diiibat kan sebagai anggot a Dewan Pendidikan
maksimal 4-5 orang.
Juml ah anggot a Dewan Pendidikan sebanyak-banyaknya
berj umlah 17 (t uj uh belas) orang dan j umlahnya harus gasal Syarat
-syarat , hak dan kewaj iban, sert a masa bakt i keanggot aan Dewan
Pendidikan dit et apkan di dalam AD/ ART. Dilain phak anggot a Komit e
Sekol ah berasal dari unsur-unsur yang ada dal am masyarakat . Disamping
it u unsur dewan guru, yayasan/ lembaga penyelenggara pendidikan,
Badan Pert imbangan Desa dapat pula dil ibat kan sebagai anggot a.
Anggot a Komit e Sekol ah dari unsur masyarakat dapat berasal dari
perwakilan orang t ua/ wal i pesert a didik berdasarkan j enj ang kel as yang
dipilih secara demokrat is; t okoh masyarakat (ket ua RT/ RW/ RK. Kepal a
dusun, ulama, budayawan, pemuka adat ); anggot a masyarakat yang
mempunyai perhat ian akan dij adikan f igur dan, mempunyai perhat ian
unt uk meningkat kan mut u pendidikan; pej abat pemerint ah set empat
(Kepal a Desa/ Lurah, Kepol isian, Koramil, Depnaker, Kadin, dan Inst ansi
lain); dunia usaha/ indust ri (pengusaha indust ri, j asa, asosiasi, dan l
ain-lain); pakar pendidikan yang mempunyai perhat ian pada peningkat an
mut u pendidikan; organisasi prof esi t enaga pendidikan (PGRI, ISPI, dan
lain-lain); perwakilan siswa bagi t ingkat SLTP/ SMU/ SMK yang dipilih
secara demokrat is berdasarkan j enj ang kel as; dan perwakilan f orum
alumni SD/ SLTP SMU/ SMK yang t elah dewasa den mandiri. Anggot a
Komit e Sekolah yang berasal dari unsur dewan guru, yayasan lembaga
penyelenggaraan pendidikan, Badan Pert imbangan Desa
sebanyak-banyaknya berj uml ah t iga orang.
(4)
Juml ah anggot a Komit e Sekol ah sekurang-kurangnya 9 (sembilan)
orang dan j uml ahnya harus gasal. Syarat -syarat , hak, dan kewaj iban,
sert a masa keanggot aan Komit e Sekol ah dit et apkan di dalam AD/ ART.
Pengurus Dewan Pendidikan dan Kornit e Sekolah dit et apkan
berdasarkan AD/ ART yang sekurang-kurangnya t erdiri alas seorang
ket ua, sekret aris, bendahara. Apabil a dipandang perlu, kepengurusan
dapat dil engkapi dengan bidang-bidang t ert ent u sesuai kebut uhan.
Selain it u dapat pul a diangkat pet ugas khusus yang menangani
administ rasi. Pengurus dewan dipilih dari dan oleh anggot a secara
demokrat is. Khusus j abat an ket ua Dewan Pendidikan bukan berasal dari
unsur pemerint ahan daerah dan DPRD dan ket ua Komit e Sekolah bukan
berasal dari kepala sat uan pendidikan. Syarat -syarat , hak, dan
kewaj iban, sert a masa bakt i kepengurusan Dewan Pendidikan dan
Komit e Sekolah dit et apkan di dalam AD/ ART
Pembent ukan Dewan Pendidikan den Komit e Sekolah harus
dilakukan secara t ransparan, akunt abel , dan demokrat is. Dil akukan
secara t ransparan adal ah bahwa Kornit e Sekol ah har us dibent uk secara
t erbuka dan diket ahui oleh masyarakat secara l uas mul ai dari t ahap
pembent ukan panit ia persiapan, proses sosialisasi oleh panit ia
persiapan, krit eria cal on anggot a, proses seleksi cal on anggot a,
pengumuman cal on anggot a, proses pemil ihan, dan penyampaian hasil
pemil ihan dilakukan secara akunt abel adal ah bahwa panit ia persiapan
hendaknva menyampaikan laporan pert anggungj awaban kinerj anya
maupun penggunaan dana kepanit iaan. Dil akukan secara demokrat is
adalah bahwa dalam proses pemilihan annggot a dl an pengurus dil akukan
dengan musyawarah muf akat . Jika dipandang perl u permilihan anggot a
(5)
Pembent ukan Dewan Pendidikan dan Kornit e Sekol ah diawali
dengan pembent ukan panit ia pesiapan yang dibent uk, ol eh kepal a
sat uan pendidikan dan/ at au ol eh masyarakat . Panit ia persiapan
berj umlah sekurang-kurangnya 5 (lima) orang yang t erdiri at as kalangan
prakt isi pendidikan (sepert i guru, kepala sat uan pendidikan,
penyelenggara pendidikan, pemerhat i pendidikan (LSM peduli
pendidikan, t okoh masyarakat , t okoh agama, dunia usaha dan indust ri),
dan orang t ua pesert a didik.
5 . Pe n da n a a n Pe n didik a n di I n don e sia
Jika dibandingkan dengan di AS, sumber pendanaan pendidikan di
Indonesia berasal dari beberapa sumber anggaran. Yait u berasal dari
APBN, APBD Propinsi, dan APBD Kabupat en/ Kot a. Sumber pendanaan
dari APBN umunya dialokasikan unt uk sel uruh kegiat an pendidikan,
mulai dari t ingkat dasar, menengah, hingga perguruan t inggi. Sumber
dari APBN ini j uga diperunt ukkan bagi penyel enggaraan pendidikan
secara nasional.
Sedangkan sumber pendanaan yang berasal dari APBN Propinsi,
umumnya sebagian besar diperunt ukkan bagi pendidikan t ingkat dasar
dan menengah. Hanya sebagian kecil yang dialokasikan unt uk
mendukung kegiat an di t ingkat pendidikan t inggi. Sumber dana dari
APBD propinsi ini dial okasikan unt uk penuyel enggaraan pendidikan yang
ada diwilayah propinsi t ersebut . Adapun sumber pendanaan dari APBD
Kabupat en/ Kot a seluruhnya unt uk mendukung penyel enggaraan
pendidikan di wilayah t ersebut . Hal ini sesuai dengan semangat
desent ral isasi.
Sej ak diberl akukannya kebij akan desent ral isasi pendidikan,
alokasi anggaran pendidikan, baik di APBN maupun APBD Propinsi dan
(6)
Kab/ Kot a, mengalami peningkat an yang cukup berart i. Hal ini
dikarenakan menurut amanat UU, anggaran pendidikan harus t erus
diupayakan dinaikkan hingga mencapai sedikit nya angka 20% dari t ot al
anggaran pengel uaran APBN at au APBD.
BERSAM BUN G KE BAB I I I
Surabaya, Okt ober 2005 Ulul Albab, Drs. , MS