PEMANFAATAN MEDIA KARTU KATA DALAM UPAYA MENGURANGI KESALAHAN SINTAKSIS PADA PEMBELAJAR BIPA TINGKAT DASAR :Penelitian Eksperimen Subjek Tunggal pada Pembelajar BIPA Tingkat Dasar di Balai BahasaUnpad.

(1)

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GRAFIK ... x

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ... 1

1.2 Masalah Penelitian ... 5

1.3 Identifikasi Masalah ... 5

1.4 Batasan Masalah ... 6

1.5 Rumusan Masalah ... 6

1.6 Tujuan Penelitian ... 6

1.7 Manfaat Penelitian ... 7

1.7.1 Manfaat Teoretis ... 7

1.7.2 Manfaat Praktis ... 7

1.8 Anggapan Dasar ... 8

1.9 Definisi Operasional... 8

BAB II Media Pembelajaran dan Telaah Sintaksis………...11

2.1 Ihwal Media Pembelajaran ... 11

2.1.1 Pengertian Media Pembelajaran ... 11

2.1.2 Fungsi Media Pembelajara ... 13

2.1.3 Jenis-Jenis Media Pembelajaran... 15

2.1.4 Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Pemilihan Media . ... 18

2.1.5 Pengertian Media Kartu Kata ... 20

2.1.6 Kelebihan dan Kekurangan Media Kartu Kata ... 21

2.1.7 Manfaat Media Kartu Kata ... 21

2.1.8 Kartu Kata sebagai Media Pembelajaran Tata Kalimat ... 22

2.1.9 Langkah-Langkah Penggunaan Media Kartu Kata ... 22


(2)

2.2.1.2 Fungsi Sintaksis ... 28

2.2.1.3 Kategori Sintaksis ... 29

2.2.1.4 Peran Sintaksis ... 29

2.2.1.5 Analisis Sintaksis ... 30

2.2.2 Semantik ... 33

2.3 Kesalahan Berbahasa ... 33

2.4 Karakteristik Pembelajar BIPA ... 35

2.5 Pembelajaran Sintaksis BIPA ... 37

2.6 Sintaksis bagi Pembelajar BIPA Tingkat Dasar... 38

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ... 41

3.1 Metode Penelitian ... 41

3.2 Desain Penelitian... 43

3.3 Subjek Penelitian dan Data Penelitian ... 44

3.3.1 Subjek Penelitian... 44

3.3.2 Data Penelitian ... 45

3.4 Instrumen Penelitian... 45

3.4.1 Instrumen Tes ... 46

BAB 4 DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN ... 61

4.1 DeskripsiData Penelitian ... 61

4.1.1 Deskripsi Kegiatan Baseline-1, Baseline-1,dan Intervensi ... 61

4.1.2 Deskripsi Data Primer ... 68

4.1.3 Deskripsi Data Sekunder ... 69

4.2 Analisis Data Penelitian ... 73

4.2.1 Analisis Data Primer ... 73

4.2.1.1 Analisis Subjek 1 (Lu Yu- China) ... 73

4.2.1.2 Analisis Subjek 2 (Meejing Jo-Korea) ... 90

4.2.1.3 Analisis Subjek 3 (Kamaga-Jepang) ... 107

4.2.1.4 Analisis Subjek 4 (Serdar-Tajikistan) ... 124

4.2.1.5 Perbandingan Kemampuan Pembelajar BIPA ... 141

4.2.2 Analisis Data Sekunder ... 143

4.2.2.1 Analisis Data Hasil Wawancara ... 143

4.2.2.2 Analisis Data Angket ... 144

4.2.2.3 Analisis Data Hasil Observasi ... 145


(3)

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) dimaksudkan untuk memperkenalkan bahasa Indonesia kepada para penutur asing untuk berbagai kepentingan, baik pengajaran maupun komunikasi praktis. Sejalan dengan apa yang disampaikan Wojowasito bahwa pembelajaran suatu bahasa sebagai bahasa asing, termasuk di dalamnya bahasa Indonesia, bertujuan memberikan penguasaan lisan dan tertulis kepada para pembelajar (penutur asing). Dengan demikian, para pembelajar BIPA diharapkan mampu mempergunakan bahasa Indonesia baik lisan maupun tulis dengan lancar dan sekaligus dapat mengerti bahasa yang dipergunakan penutur aslinya (Wojowasito, 1977 dalam Nugraha,2000:1).

Dalam pelaksanaan tujuan di atas dijumpai beberapa permasalahan yang masih perlu dipecahkan hingga kini. Permasalahan tersebut berupa kesalahan-kesalahan berbahasa yang biasa dilakukan oleh para pembelajar. Jika tidak segera diidentifikasi, dikhawatirkan akan mengakibatkan kendala yang berkelanjutan dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia. Secara umum, ada dua jenis kesalahan berbahasa yakni, kesalahan terbuka dan kesalahan tertutup. Kesalahan terbuka adalah kesalahan berbahasa pada tingkat ketatabahasaan yang terlihat dalam kalimat-kalimat yang dihasilkan pembelajar. Kesalahan tertutup merupakan


(5)

kesalahan yang tersembunyi di balik kalimat yang tersusun secara benar menurut tata bahasa; secara benar menurut kaidah ketatabahasaan tetapi tidak benar dari sudut semantiknya (Soenardji, 1989dalam Nugraha, 2000:2).

Penelitian ini akan memfokuskan diri pada jenis kesalahan terbuka yang dialami pembelajar bahasa tingkat dasar. Kesalahan terbuka yang paling sering dijumpai dari para penutur asing tingkat dasar ialah pada tataran sintaksis. Hasil analisis atas kesalahan-kesalahan berbahasa Indonesia para pembelajar BIPA di ILCIC, P3 Bahasa, Universitas Sanata Dharma, periode 1999-2000 menguraikan bahwa kesalahan-kesalahan tersebut meliputi: (1) ketidakefektifan kalimat, (2) kesalahan pemilihan kata, (3) kesalahan penggunaan afiks, (4) tidak lengkapnya fungsi-fungsi kalimat, (5) kesalahan pemakaian preposisi, (6) pembalikan urutan kata, (7) kesalahan penggunaan konstruksi pasif, (8) kesalahan pemakaian konjungsi, (9) ketidaktepatan pemakaian yang, (10) kesalahan dalam pembentukan jamak.

Hal di atas dapat dipahami karena pada tataran ini pembelajar bahasa akan dihadapkan pada struktur kalimat yang baru. Itu artinya, mereka harus menyesuaikan dengan struktur kalimat bahasa Indonesia. Semakin banyak perbedaan sistem struktur kalimat bahasa asli dengan bahasa yang akan dipelajari (dalam hal ini ialah bahasa Indonesia), maka akan semakin banyak kesulitan yang akan dijumpai oleh pembelajar bahasa Indonesia tersebut. Salah satu kaidah dalam struktur kalimat bahasa Indonesia ialah struktur kalimat yang berpola diterangkan, menerangkan (DM), seperti : gadis cantik, sepeda baru, dan lampu merah. Lain halnya dengan beberapa bahasa asing misalkan bahasa Inggris,


(6)

struktur kalimat dalam bahasa Inggris lazim berpola menerangkan, diterangkan (MD), seperti: beatiful girl, new bycycle, dan red lamp.

Terkait dengan persoalan tersebut maka dibutuhkan media yang mendukung pembelajaran agar tujuan pembelajarannya dapat tercapai. Menurut Ibrahim dan Nana (2003:113) berbagai bentuk media dapat digunakan untuk meningkatkan pengalaman belajar ke arah yang lebih konkret. Pengajaran dengan menggunakan media tidak hanya menggunakan kata-kata (simbol verbal). Oleh karena itu, dapat kita harapkan diperolehnya hasil pengalaman belajar yang lebih berarti bagi siswa. Sejalan dengan hal tersebut, Gagne dan Briggs 1979 dalam Ibrahim dan Nana (2003:113) menekankan pentingnya media sebagai alat untuk merangsang proses belajar mengajar. Namun pada kenyataannya penggunaan media pembelajaran masih jarang dimanfaatkan oleh guru atau instruktur.

Penelitian yang relevan dilakukan oleh Ningrum (2010) “Efektivitas Penerapan Media Permainan Kartu Domino Pantun dalam Meningkatkan

Kemampuan Menulis Siswa pada Pembelajaran Menulis Pantun”(Penelitian

Eksperimen Siswa Kelas XII D dan XII E SMP Negeri 29 Bandung Tahun Ajaran

2010/2011)”. Penelitian tersebut dilatarbelakangi oleh kesulitan siswa dalam

menulis pantun sesuai dengan syarat-syarat pantun serta penentuan jenis dan bentuk pantun, kurangnya minat siswa terhadap pantun menimbulkan kurangnya kreativitas siswa dalam merangkai kata menjadi pantun yang sempurna dan sesuai dengan syarat-syarat pantun.

Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa kemampuan siswa dalam pemebelajaran menulis pantun pada kelas eksperimen yang telah diberikan


(7)

perlakuan dengan media permainan kartu domino pantun secara keseluruhan dapat dikategorikan cukup baik dibandingkan dengan metode diskusi pada kelas kontrol. Hal ini berdasarkan hasil perhitungan skor rata-rata untuk prates kelas kontrol sebesar 63,73 sedangkan skor rata-rata untuk pascates kelas eksperimen sebesar 71,13. Pada penelitian tersebut,media kartu yang digunakan adalah kartu domino. Hal ini karena dalam permainan kartu domino siswa dapa berinteraksi satu sama lain dengan mengikuti aturan-aturan tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pula.

Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Noviyanti (2010) “Kesalahan -Kesalahan Berbahasa Indonesia pada Karangan Pembelajar BIPA di Balai Bahasa UPI”. penelitian tersebut dilatarbelakangi kebutuhan bahasa Indonesia bagi orang asing yang semakin meningkat,terutama penggunaan bahasa Indonesia yang berkaitan dengan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. Dalam mempelajari bahasa Indonesia,pembelajar mengalami kesulitan karena perbedaan sistem bahasa ibu pembelajar dengan bahasa Indonesia yang akhirnya menyebabkan kesalahan berbahasa. Hasil penelitian tersebut, yaitu (1) kesalahan fonologis ditemukan sebanyak 95 buah (42,99%), yaitu kesalahan ejaan sebanyak 66 buah (29,86%) dan tanda baca 29 buah (13,13%),(2) kesalahan morfologis sebanyak 37 buah (16,75%), yaitu kesalahan penggunaan imbuhan sebanyak 28 buah (12,66%)dan penggunaan klitik 9 buah (4,07%),(3) kesalahan sintaksis ditemukan sebanyak 48 buah (21,71%),yaitu penyimpangan struktur frasa,klausa,dan kalimat sebanyak 19 buah (8,60%),kesalahan urutan kata 9 buah (4,07%),penggunaan frasa depan 10 buah (4,53%),dan penggunaan konjungsi 10 kesalahan (4,53%).


(8)

Selain dari kesalahan-kesalahan tersebut pada pembelajar BIPA ditemukan kesalahan lain, yaitu kesalahan leksikon sebanyak 41 kesalahan (18,55%).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kartu kata sebagai media pembelajaran untuk membenahi persoalan sintaksis yang cenderung sulit dipahami oleh pembelajar asing. Media kartu kata ini terdiri dari beberapa kartu yang di setiap kartunya terdapat satu kata. Kata-kata tersebut dipilah berdasarkan fungsi,kategori dan peran dalam kalimat, sehingga pembelajar dapat menyusun kata-kata yang terdapat dalam kartu kata tersebut menjadi sebuah kalimat yang baik dan benar secara struktur kalimatnya.

1.2 Masalah Penelitian

Rincian masalah ini terdiri atas identifikasi masalah dan rumusan masalah. Hal-hal tersebut akan dijabarkan sebagai berikut ini.

1.3 Identifikasi Masalah

Berdasarkan pemaparan pada latar belakang masalah penelitian, peneliti melakukan identifikasi masalah, yaitu masih kurangnya pengetahuan pembelajar BIPA mengenai tata kalimat bahasa Indonesia. Hal tersebut disebabkan karena struktur pembentuk kalimat bahasa Indonesia yang berbeda dengan bahasa asing. Sehingga sering timbulnya kekeliruan tata kalimat yang dilakukan oleh pembelajar BIPA. Terkait dengan media, pemilihan media pembelajaran mengenai tata kalimat yang tepat dapat mengurangi kesalahan pada penutur asing. Namun penggunaan media pembelajaran masih jarang dimanfaatkan oleh instruktur.


(9)

1.4 Batasan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas, penelitian akan dibatasi pada hal-hal berikut ini.

1) Kurangnya pengetahuan pembelajar asing mengenai tata kalimat bahasa Indonesia.

2) Kesalahan tata kalimat pembelajar asing cenderung terdapat dalam ranah struktur kalimat yang meliputi fungsi, kategori, dan peran sebuah kalimat.

1.5 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini peneliti jabarkan sebagai berikut. 1) Bagaimana kemampuan pembelajar asing mengenai tata kalimat bahasa

Indonesia sebelum menggunakan media kartu kata?

2) Bagaimana kemampuan pembelajar asing mengenai tata kalimat bahasa Indonesia sesudah menggunakan media kartu kata?

3) Sejauh mana signifikansi perbedaan kemampuan pembelajar asing mengenai tata kalimat bahasa Indonesia sebelum dan sesudah diberi perlakuan kartu kata?

1.6Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari pennelitian ini adalah mengetahui hal-hal sebagai berikut:

1) kemampuan pembelajar asing dalam tata kalimat bahasa Indonesia sebelum menggunakan media kartu kata;

2) kemampuan pembelajar asing dalam tata kalimat bahasa Indonesia sesudah menggunakan media kartu kata;


(10)

3) perbedaan kemampuan pembelajar asing mengenai tata bahasa Indonesia kelas kontrol dan eksperimen sebelum dan sesudah diberi perlakuan media kartu kata.

1.7 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini sebagai berikut.

1.7.1 Manfaat Teoretis

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan teori media pembelajaran dan dapat mengembangkan pengunaan media kartu kata dalam proses pembelajaran tata bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran sintaksis.

1.7.2 Manfaat Praktis

1) Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman yang berarti bagi peneliti sebagai calon pendidik. Selain itu melatih peneliti menemukan dan menerapkan media yang inovatif dalam pembelajaran.

2) Bagi Guru/instruktur

Dapat menambah referensi bagi guru dalam penggunaan media untuk pembelajaran sintaksis. Hal ini sebagai upaya peningkatan kualitas pengajaran bagi instruktur BIPA.

3) Bagi Penutur Asing

Siswa memperoleh pengalaman belajar yang baru, sehingga diharapkan adanya peningkatkan dalam kemampuan menyusun tata kalimat bahasa Indonesia. 4) Bagi Pembaca


(11)

Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan terhadap penggunaan media visual berupa kartu kata dalam pembelajaran sintaksis.

1.8 Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Adanya perbedaan tata kalimat antara bahasa Indonesia dan bahasa asing yang

notabene merupakan bahasa ibu pembelajar BIPA.

2) Kesalahan tata kalimat pembelajar asing cenderung terdapat dalam ranah struktur kalimat.

3) Pembelajaran sintaksis cenderung lebih sulit dipelajari oleh pembelajar asing dibandingkan dengan pembelajaran bahasa yang lain.

4) Pemilihan media pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan pengalaman belajar penutur asing.

1.9 Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahan penafsiran mengenai istilah yang digunakan, maka peneliti kemukakan definisi operasional untuk istilah yang digunakan. 1) Pembelajaran sintaksis adalah cabang dari tata bahasa yang mempelajari

hubungan kata atau kelompok kata dalam kalimat dan menerangkan hubungan-hubungannya yang terjadi. Dalam penelitian ini analisis sintaksis yang akan digunakan meliputi fungsi, kategori dan peran dalam sebuah kalimat. Fungsi sintaksis meliputi subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (PEL) dan keterangan (KET). Kategori sintaksis antara lain nomina (kata benda), verba(kata kerja). Adjektiva(kata sifat), numeralia (kata bilangan) dan preposisi(kata depan). Analisis peran digunakan agar mengetahui apakah


(12)

kalimat yang digunakan itu sudah baik, sesuai dengan pola-pola dan makna yang terkandung dalam kalimat itu atau belum. Terdapat beberapa peran sintaksis dalam kalimat bahasa Indonesia antara lain: pelaku, tindakan, tujuan, penerima, penyebab, alat, waktu, tempat, pemilikan, penderita, hasil, cara, peserta, perbandingan, keadaan, keberadaan, jumlah, dan pemerolehan. Misalnya terdapat kalimat “Ibu makan daun”. Memang kalimat tersebut jika dilihat dari struktur kalimat sudah betul mengandung S-P-O, tetapi dilihat dari makna,kalimat tersebut tidak tepat dan tidak logis.

2) Media kartu kata merupakan bagian dari media visual grafis. Kartu kata tersebut merupakan suatu media pembelajaran yang diciptakan oleh peneliti yang pada dasarnya secara bentuk tidak jauh berbeda dari kartu-kartu permainan pada umumnya. Media kartu kata ini terdiri dari beberapa kartu yang di setiap kartunya terdapat satu kata. Kata-kata tersebut dipilah berdasarkan fungsi,kategor,dan peran dalam kalimat, sehingga pembelajar dapat menyusun kata-kata yang terdapat dalam kartu kata tersebut menjadi sebuah kalimat yang baik dan benar secara struktur kalimatnya.

3) Pembelajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) ini adalah penutur asing yang mempelajari bahasa Indonesia untuk berbagai kepentingan baik pengajaran maupun komunikasi praktis berdasarkan tujuan yang hendak mereka capai. Pembelajar BIPA ini terbagi dalam tiga tingkatan, yakni tingkat dasar, tingkat menengah, dan tingkat mahir. Penelitian ini ditujukan untuk pembelajar BIPA tingkat dasar dengan harapan bahwa kemampuan tata kalimat


(13)

dapat dipelajari sejak dini untuk memudahkan dalam pembelajaran bahasa pada tingkat-tingkat berikutnya.


(14)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2007:3). Pada penelitian ini, peneliti bermaksud memperoleh data mengenai kemampuan penyusunan struktur kalimat pada pembelajar asing tingkat dasar.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen.

Menurut Sugiyono (2007:107), “Metode penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap

yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.” Metode eksperimen dalam

penelitian ini, bertujuan untuk memperoleh data yang diperlukan dengan melihat hasil atau akibat dari suatu perlakuan dalam penggunaan media kartu kata untuk meningkatkan kemampuan tata kalimat pada pembelajar BIPA tingkat dasar.

Metode eksperimen yang digunakan pada penelitian ini adalah Single Subject Research (SSR). SSR merupakan metode untuk subjek tunggal terhadap perilaku tertentu. Tawney dan Gats (1984, dalam Abadi, 2011: 32) mengemukakan bahwa :

Single Subject Research design is an integral part of behavior analytic tradition. The term refers to a research strategy developed to document changes in the behavior of individual subject. Through the accurate selection an untilization of


(15)

the family design, it is possible to deminstrate a functional between intervention and a change behavior”.

Definisi di atas dapat diartikan bahwa Single Subject Research (SSR) merupakan bagian yang integral dan analisis tingkah laku. SSR mengacu pada strategi penelitian yang dikembangkan untuk mendokumentasikan perubahan tentang tingkah laku subjek secara perseorangan. Melalui seleksi yang akurat dan pemanfaatan pola desain kelompok yang sama. Hal ini memungkinkan untuk memperlihatkan hubungan fungsional antara perlakuan dari perubahan tingkah laku.

Hal ini sejalan dengan pendapat Sukmadinata (dalam Abadi, 2011:33)

yang menjelaskan bahwa “pendekatan dasar dalam eksperimen subjek tunggal adalah meneliti individu dalam kondisi tanpa perlakuan dan kemudian dengan perlakuan dan akibatnya terhadap variabel akibat diukur dalam kedua kondisi

tersebut”.

Metode eksperimen subjek tunggal dipilih karena terbatasnya jumlah responden yang diteliti, yakni 3-5 orang, dan tidak mungkin dilakukan pembagian kelompok antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Metode penelitian ini sesuai dengan hakikat penelitian yang akan dilakukan, yakni untuk melihat perbedaan secara individu dari subjek yang diteliti. Selain itu, metode penelitian eksperimen subjek tunggal merupakan suatu desain eksperimen sederhana yang dapat menggambarkan dan mendeskripsikan perbedaan setiap individu disertai


(16)

dengan data kuantitatif yang disajikan secara sederhana dan terinci (Herlina, 2009 dalam Rizkyanfi, 2011: 63).

Penggunaan metode eksperimen subjek tunggal ini bertujuan untuk menguji langsung pengaruh media kartu kata terhadap kemampuan tata kalimat pembelajar asing tingkat dasar di Balai Bahasa Unpad. Eksperimen subjek tunggal dipilih dalam penelitian ini karena sesuai dengan hakikat penelitian yang akan dilakukan, yaitu untuk melihat perubahan perilaku (target behavior) dan perbedaan secara individu dari subjek yang diteliti. Perubahan perilaku yang dimaksud dalam penelitian ini adalah peningkatan kemampuan tata kalimat bahasa Indonesia bagi penutur asing tingkat dasar dengan menggunakan media kartu kata.

3.2 Desain Penelitian

Pola desain eksperimen subjek tunggal yang dipakai dalam penelitian ini adalah desain A-B-A di mana:

1) A-1 adalah lambang dari data garis datar (baseline dasar). Baseline merupakan suatu kondisi awal kemampuan subjek dalam melakukan penyusunan struktur kalimat sebelum diberi perlakuan atau intervensi. Pengukuran pada fase ini dilakukan sebanyak satu sesi, dengan durasi yang disesuaikan dengan kebutuhan (60 menit).

2) B (intervensi) adalah untuk data perlakuan atau intervensi, kondisi kemampuan subjek dalam menyusun tata kalimat. Pada tahap ini subjek diberi perlakuan dengan menggunakan media kartu kata sebanyak satu kali. Proses intervensi memakan waktu 60 menit.


(17)

3) A-2 (baseline 2) merupakan pengulangan kondisi baseline sebagai evaluasi bagaimana intervensi yang diberikan berpengaruh pada subjek. Adapun secara visual desain A-B-A digambarkan sebagai berikut:

Baseline (A)--- Intervensi / Treatment(B)---Baseline (A)

3.3 Subjek Penelitian dan Data Penelitian 3.3.1 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa asing dengan kemampuan berbahasa Indonesia tingkat dasar berjumlah empat orang.

Tabel 3.1 Subjek Penelitian

No. Nama Umur Pekerjaan Asal Negara

1. Meejing Jo 26 Mahasiswa Korea Selatan

2. Yu Lu 35 Wiraswasta China

3. Serdar 28 Mahasiswa Tazikistan

4. Masama Kamaga 30 Dosen Jepang

Karakteristik penggunaan bahasa Indonesia tingkat dasarnya pun bermacam-macam. Meejing Jo, Serdar, dan Masama Kamaga berada di tingkat dasar – menengah karena mereka baru dua bulan tinggal di Indonesia, sedangkan Yu Lu berada pada tingkat dasar – atas karena Yu Lu berlatar mempunyai istri asal Indonesia dan sudah menetap selama 1 tahun di Indonesia. Keempatnya


(18)

belajar bahasa Indonesia untuk kebutuhan komunikatifnya, karena mereka berempat berencana untuk tinggal selamanya di Indonesia. Pembelajar asing tersebut dipilih menjadi subjek penelitian karena selaras dengan apa yang diinginkan oleh peneliti, yakni mereka belajar bahasa Indonesia pada tingkat dasar.

Balai Bahasa Unpad dipilih sebagai tempat penelitian karena merupakan salah satu institusi formal di kota Bandung yang menyelenggarakan pembelajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA). Alasan-alasan lainnya yang lebih praktis yakni peneliti lebih mendapatkan kemudahan dalam hal perizinan, kedekatan lokasi dengan peneliti, dan kehematan biaya penelitian.

3.3.2 Data Penelitian

Data primer yang ada dalam penelitian ini yakni hasil dari penerapan media kartu kata yang disusun sebagai upaya mengurangi kesalahan sintaksis bagi penutur asing tingkat dasar, serta hasil baseline-1 dan baseline-2, yakni mengenai kemampuan tata kalimat bahasa Indonesia berdasarkan fungsi, kategori dan peran. Sementara itu, data sekunder yang ada dalam penelitian ini yakni hasil observasi, hasil wawancara dengan pengajar BIPA, dan hasil angket yang telah diberikan. Data penelitian diambil dari tanggal 24 April sampai dengan 15 Mei 2012.

3.4Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu instrumen tes dan instrumen nontes.


(19)

Instrumen tes yang ada dalam penelitian ini terdiri atas prates (pretes) dan pascates (pascates), serta penugasan untuk menyusun kalimat dalam kegiatan intervensi. Prates diberikan pada kondisi baseline-1, yaitu pada saat siswa belum mengikuti pembelajaran mengenai tata kalimat. Tes ini dilakukan dengan tujuan untuk memastikan sejauh mana pengetahuan awal siswa yang berkaitan dengan kemampuan tata kalimat. Selanjutnya pada tahap intervensi siswa diberikan pembelajaran sintaksis dengan menggunakan media kartu kata yang akan disusun oleh siswa menjadi sebuah kalimat. Kegiatan intervensi dilakukan sebanyak dua kali, yakni menyusun kalimat sedang dan menyusun kalimat sukar. Pascates diberikan pada kondisi baseline-2 untuk mengevaluasi sejauh mana terjadi peningkatan kemampuan tata kalimat siswa setelah melakukan intervensi.

Adapun kriteria penilaian dalam kemampuan tata kalimat adalah sebagai berikut.

Tabel 3.2

Kriteria Penilaian Tata Kalimat Pretes dan Postes

No. Kriteria Kemampuan Sintaksis

Rincian Kemampuan Sintaksis Skor

1. Kesesuaian

(Khusus Jenis Soal Pertama)

Mampu mengisi 10 soal isian rumpang dengan benar

10 Mampu mengisi 9 soal isian

rumpang dengan benar

9 Mampu mengisi 8 soal isian

rumpang dengan benar

8 Mampu mengisi 7 soal isian

rumpang dengan benar

7 Mampu mengisi 6 soal isian

rumpang dengan benar

6 Mampu mengisi 5 soal isian

rumpang dengan benar


(20)

Mampu mengisi 4 soal isian rumpang dengan benar

4 Mampu mengisi 3 soal isian

rumpang dengan benar

3 Mampu mengisi 2 soal isian

rumpang dengan benar

2 Mampu mengisi 1 soal isian

rumpang dengan benar

1 2. Pengetahuan

Kosakata (Khusus Jenis Soal Kedua)

Mampu menuliskan 5 kata benda berdasarkan wacana yang telah disediakan.

5

Mampu menuliskan 4 kata benda berdasarkan wacana yang telah disediakan .

4

Mampu menuliskan 3 kata benda berdasarkan wacana yang telah disediakan.

3

Mampu menuliskan 2 kata benda berdasarkan wacana yang telah disediakan .

2

Mampu menuliskan 1 kata benda berdasarkan wacana yang telah disediakan

1

Mampu menuliskan 5 kata kerja berdasarkan wacana yang telah disediakan.

5

Mampu menuliskan 4 kata kerja berdasarkan wacana yang telah disediakan.

4

Mampu menuliskan 3 kata kerja berdasarkan wacana yang telah disediakan.

3

Mampu menuliskan 2 kata kerja berdasarkan wacana yang telah disediakan.

2

Mampu menuliskan 1 kata kerja berdasarkan wacana yang telah disediakan.

1

Mampu menuliskan 5 kata sifat berdasarkan wacana yang telah


(21)

disediakan.

Mampu menuliskan 4 kata sifat berdasarkan wacana yang telah disediakan.

4

Mampu menuliskan 3 kata sifat berdasarkan wacana yang telah disediakan.

3

Mampu menuliskan 2 kata sifat berdasarkan wacana yang telah disediakan.

2

Mampu menuliskan 1 kata sifat berdasarkan wacana yang telah disediakan.

1

Mampu menuliskan 5 kata bilangan berdasarkan wacana yang telah disediakan.

5

Mampu menuliskan 4 kata bilangan berdasarkan wacana yang telah disediakan.

4

Mampu menuliskan 3 kata bilangan berdasarkan wacana yang telah disediakan.

3

Mampu menuliskan 2 kata bilangan berdasarkan wacana yang telah disediakan.

2

Mampu menuliskan 1 kata bilangan berdasarkan wacana yang telah disediakan.

1

Khusus untuk Setiap Soal Jenis Ketiga

3. Keteraturan Kalimat sudah ditulis secara teratur. Ditandai dengan teraturnya

peletakan fungsi kalimat, seperti: a. S-P-O

b. S-P-Pel. c. S-P-O-Ket. d. S-P-Pel.-Ket.

4

Kalimat sudah ditulis cukup teratur. Akan tetapi terdapat kekurangan satu fungsi kalimat, seperti pada konstruksi kata kerja transitif:


(22)

a. S-P-(O)-Ket b. S-P-(O)

Terdapat satu kesalahan peletakan fungsi kalimat, seperti:

a. S-O-P b. S-Pel.-P c. S-Ket.-P d. S-P-Ket.-O

2

Terdapat dua kesalahan peletakan fungsi kalimat, sehingga harus dibaca dengan teliti untuk menghindari kesalahpahaman. Seperti :

a. P-Ket.-S-O b. P-S- Ket.-O c. P-Ket-O-S a. P-Ket-S-O

1

4. Keefektifan Kalimat sudah ditulis secara efektif. Ditandai dengan adanya

kesepadanan, kesejajaran, ketegasan, kehematan kata,

kesatuan gagasan, dan kelogisan. 4

Terdapat satu unsur

ketidakefektifan dalam kalimat (baik itu kesepadanan, kesejajaran, ketegasan, atau kehematan kata), tetapi masih memiliki kelogisan dan kesatuan informasi.

3

Terdapat dua unsur

ketidakefektifan dalam kalimat (baik itu kesepadanan, kesejajaran, ketegasan, atau kehematan kata), tetapi masih memiliki kelogisan dan kesatuan informasi.

2

Kalimat mengandung unsur ketidakefektifan yang mencolok, (kesepadanan, kesejajaran, ketegasan, atau kehematan kata) juga tidak mempunyai kelogisan dan kesatuan informasi .


(23)

5. Diksi Seluruh kata-kata yang dipilih sudah mewakili konsep.

4 Tidak lebih dari satu kesalahan

pemilihan kata, sehingga kata-kata yang dipilih masih mendekati konsep.

3

Tidak lebih dari dua kesalahan pemilihan kata, sehingga kekeliruan konsep cukup mencolok.

2

Banyak kesalahan dalam pemilihan kata, sehingga kata-kata yang dipilih sama sekali tidak mewakili konsep.

1

Tabel 3.3

Kriteria Penilaian Tata Kalimat Tahap Intervensi

No. Kriteria Kemampuan Sintaksis

Rincian Kemampuan Sintaksis Skor

1. Keteraturan Kalimat sudah ditulis secara teratur. Ditandai dengan teraturnya

peletakan fungsi kalimat, seperti: a. S-P-O

b. S-P-Pel. c. S-P-O-Ket. d. S-P-Pel.-Ket.

4

Kalimat sudah ditulis cukup teratur. Akan tetapi terdapat kekurangan satu fungsi kalimat, seperti pada konstruksi kata kerja transitif:

a. S-P-(O)-Ket b. S-P-(O)

3

Terdapat satu kesalahan peletakan fungsi kalimat, seperti:

a. S-O-P b. S-Pel.-P c. S-Ket.-P d. S-P-Ket.-O


(24)

Terdapat dua kesalahan peletakan fungsi kalimat, sehingga harus dibaca dengan teliti untuk menghindari kesalahpahaman. Seperti :

a. P-Ket.-S-O b. P-S- Ket.-O c. P-Ket-O-S d. P-Ket-S-O

1

2. Keefektifan Kalimat sudah ditulis secara efektif. Ditandai dengan adanya

kesepadanan, kesejajaran, ketegasan, kehematan kata,

kesatuan gagasan, dan kelogisan. 4

Terdapat satu unsur

ketidakefektifan dalam kalimat (baik itu kesepadanan, kesejajaran, ketegasan, atau kehematan kata), tetapi masih memiliki kelogisan dan kesatuan informasi.

3

Terdapat dua unsur

ketidakefektifan dalam kalimat (baik itu kesepadanan, kesejajaran, ketegasan, atau kehematan kata), tetapi masih memiliki kelogisan dan kesatuan informasi.

2

Kalimat mengandung unsur ketidakefektifan yang mencolok, (kesepadanan, kesejajaran, ketegasan, atau kehematan kata) juga tidak mempunyai kelogisan dan kesatuan informasi .

1

3. Diksi Seluruh kata-kata yang dipilih sudah mewakili konsep.

4 Tidak lebih dari satu kesalahan

pemilihan kata, sehingga kata-kata yang dipilih masih mendekati konsep.

3

Tidak lebih dari dua kesalahan pemilihan kata, sehingga kekeliruan


(25)

konsep cukup mencolok.

Banyak kesalahan dalam pemilihan kata, sehingga kata-kata yang dipilih sama sekali tidak mewakili konsep.

1

Skor penilaian kriteria kemampuan sintaksis ini digunakan khusus untuk jenis soal ketiga dan soal intervensi, yaitu membuat kalimat berdasarkan kosakata yang sudah disediakan. Oleh sebab itu, kriteria pun dibuat berdasarkan unsur-unsur yang berpengaruh dalam kalimat, yaitu keteraturan, keefektifan, diksi, dan keseajaran satuan. Aspek keteraturan yang dimaksud adalah sejauh mana keteraturan pembelajar BIPA dalam meletakkan fungsi kalimat. Sementara itu, aspek keefektifan yang dimaksud adalah sejauh mana keefektifan dalam kalimat yang dibuat sehingga melahirkan kesatuan informasi. Aspek Diksi yang dimaksud adalah sejauh mana kata–kata yag diilih sudah mewakili konsep yang dirujuk dalam kalimat. Aspek kesejajaran yang dimaksud adalah sejauh mana kejelasan fungs kalimat yang ditulis. Jumlah soal dalam pertanyaa ini sepuluh soal, sehingga kriteria penilaian pun menyesuaikan dengan jumlah soal yang ada. Berikut ini adalah kriteria penilaian yang dibuat.

1) Keteraturan

Tabel 3.4

No Rincian Kemampuan Sintaksis

Skor Per Soal Skor

Maksimal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10


(26)

1. Kalimat sudah ditulis secara teratur. Ditandai dengan teraturnya peletakan fungsi kalimat (S-P-O-K-Pel.).

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40

2. Tidak lebih dari satu kesalahan peletakan fungsi kalimat (S-P-O-K-Pel.),sehingga tidak terlalu mencolok.

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30

3. Tidak lebih dari dua kesalahan peletakan fungsi kalimat(S-P-O-K-Pel.) .

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20

4. Ketidakteraturan dalam peletakan fungsi kalimat (S-P-O-K-Pel.) sangat mencolok, sehingga harus dibaca dengan teliti untuk menghindari

kesalahpahaman.

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10

2) Keefektifan

Tabel 3.5

No Rincian Kemampuan Sintaksis

Skor Per Soal Skor

Maksimal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1. Kalimat sudah ditulis secara efektif dan memiliki kesatuan informasi.

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40

2. Terdapat unsur

ketidakefektifan dalam kalimat, tetapi masih memiliki kesatuan informasi.

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30

3. Terdapat unsur ketidakefektifan yang mencolok dalam kalimat, tetapi masih memiliki kesatuan informasi


(27)

4. Kalimat mengandung unsur ketidakefektifan dan tidak mempunyai kesatuan informasi.

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10

3) Diksi

Tabel 3.6

No Rincian Kemampuan Sintaksis

Skor Per Soal Skor

Maksimal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1. Seluruh kata-kata yang dipilih sudah mewakili konsep.

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40

2. Tidak lebih dari satu kesalahan pemilihan kata, sehingga kata-kata yang dipilih masih mendekati konsep.

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30

3. Tidak lebih dari dua kesalahan pemilihan kata, sehingga kekeliruan konsep cukup mencolok.

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20

4. Banyak kesalahan dalam pemilihan kata, sehingga kata-kata yang dipilih sama sekali tidak mewakili konsep.

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10

Penafsiran terhadap jumlah skor di atas dilakukan dengan mempergunakan (mencocokkan) tabel konversi sebagai berikut.

Tabel 3.7

Konversi Kemampuan Tata Kalimat

Jumlah Skor Tingkat Kefasihan

16-30 1

31-45 1+

46-60 2


(28)

(Sumber: Nurgiyantoro, 2009:284, dengan pengubahan seperlunya)

Adapun tingkat-tingkat kefasihan atau kelancaran yang dimaksud dideskripsikan sebagai berikut.

1. Mampu membuat kalimat sederhana secara terbatas.

2. Mampu membuat kalimat sederhana untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat praktis.

3. Mampu membuat kalimat untuk memenuhi kebutuhan rutin sosial.

4. Mampu menggunakan kalimat dengan ketepatan tata bahasa dan kosa kata untuk berperan serta dalam masalah yang bersifat praktis dan sosial.

5. Mampu mempergunakan tata kalimat dengan baik dan benar dalam segala tingkat sesuai dengan kebutuhan profesional.

3.4.1 Instrumen Nontes

Instrumen nontes yang diberikan dalam penelitian ini terdiri atas wawancara, observasi, dan angket. Adapun pedoman wawancara, pedoman observasi, dan pedoman angket akan diuraikan sebagai berikut.

3.4.2.1 Pedoman Wawancara Guru

Dalam penelitian ini, wawancara disusun untuk membantu peneliti dalam menjawab semua hal yang berkaitan dengan kesesuaian instrumen penelitian yang akan digunakan di Balai Bahasa Unpad.

76-80 3

81-85 3+

86-90 4

91-95 4+


(29)

3.4.2.2 Pedoman Observasi

Observasi dilakukan pada saat kegiatan BIPA berlangsung, antara lain berisi gambaran mengenai proses pembelajaran yang diamati. Dari hasil observasi ini diharapkan dapat diperoleh suatu gambaran tentang peran pengajar dan peneliti, proses pembelajaran siswa dengan menggunakan kartu kata, pemahaman siswa, kendala siswa dalam KBM, dan kejadian penting lainnya dalam pembelajaran.

3.4.2.3 Pedoman Angket Siswa

Angket disebarkan kepada siswa BIPA. Angket siswa digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap media kartu kata dalam pembelajaran tata kalimat. Siswa diberi sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang dikemas dalam bentuk angket. Angket ini antara lain berisi tentang tanggapan mereka terhadap media pembelajaran, peningkatan kemampuan tata kalimat mereka dengan menggunakan media kartu kata, dan lain-lain.

3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data 3.5.1 Teknik Pengumpulan Data

Peneliti melakukan pengumpulan data di Balai Bahasa Unpad. Dalam proses pengumpulan data, peneliti terlebih dahulu meminta izin kepada pimpinan Balai Bahasa untuk mengadakan penelitian di sana. Kemudian, sebelum penelitian dimulai, peneliti terlebih dahulu melakukan wawancara dengan salah seorang pengajar BIPA untuk mengetahui kebutuhan instrumen penelitian yang akan digunakan dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) BIPA.


(30)

Pada penelitian ini, peneliti melaksanakan penelitian tidak dari awal proses KBM. Hal ini karena pembelajar asing yang hadir dalam kelas hanya ada satu orang. Dengan demikian peneliti hanya melihat jalannya KBM yang dilakukan oleh instruktur di sana. Peneliti melaksanakan penelitian berlangsung pada bulan April - Mei 2012.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah memberikan media pembelajaran dengan menggunakan media kartu kata beserta pretes dan pascates, melakukan wawancara, observasi dan angket.

1) Media Kartu Kata sebagai Media Pembelajaran Sintaksis

Kartu kata dirancang oleh peneliti khusus untuk mengurangi kesalahan tata kalimat yang sering dilakukan oleh pembelajar BIPA. Setiap kartu disusun secara proporsional berdasarkan fungsi, kategori, dan peran kata dalam kalimat. Kemudian terdapat tahapan dalam penggunaan kartu kata tersebut yang dimulai dari menyusun kalimat dengan dua fungsi kata dalam kalimat (subjek dan predikat), tiga fungsi kata dalam kalimat (subjek, predikat, dan objek atau pelengkap), dan empat fungsi kata dalam kalimat (subjek, predikat, objek, dan keterangan). Dengan kartu kata yang telah disusun sedemikian rupa, pembelajar BIPA secara tidak langsung akan mengenal fungsi, kategori kata dan peran, serta penggunaannya dalam sebuah kalimat. Kemudian apabila susunan kalimatnya salah maka instruktur akan memberikan alternatif pembenaran dari kesalahan tersebut.


(31)

Sebelum melaksanakan wawancara, peneliti menyiapkan instrumen wawancara yang disebut pedoman wawancara (interview guide). Pedoman ini berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang meminta untuk dijawab atau direspon oleh resonden yang bersangkutan adalah tenaga pengajar BIPA. Isi pertanyaan atau pernyataan bisa mencakup fakta, data, pengetahuan, konsep, pendapat, persepsi, atau evaluasi responden berkenaan dengan fokus masalah atau variabel-variabel yang dikaji dalam penelitian. Bentuk pertanyaan atau pernyataan bisa sangat terbuka sehingga responden memiliki keleluasaan untuk memberikan jawaban atau penjelasan. Pertanyaan atau pernyataan dalam pedoman wawancara juga bisa berstruktur, suatu pertanyaan atau pernyataan umum diikuti dengan pertanyaan atau pernyataan yang lebih khusus atau lebih terurai, sehingga jawaban atau penjelasan dari responden menjadi lebih dibatasi dan diarahkan. Untuk tujuan-tujuan tertentu sub pertanyaan atau pernyataan tersebut bisa sangat berstrukur, sehingga jawabannya menjadi singkat-singkat atau pendek-pendek, bahkan membentuk instrumen berbentuk ceklis (Sukmadinata, 2005 :216-217). 3) Observasi

Dalam penelitian ini, observasi dilakukan untuk memperoleh semua data yang tidak sempat diperoleh dalam wawancara. Peneliti mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Kegiatan tersebut berkenaan dengan cara guru mengajar dan siswa BIPA belajar. Selain itu, observasi memungkinkan peneliti menarik inferensi (kesimpulan) ihwal makna dan sudut pandang responden, kejadian, peristiwa, atau proses yang diamati. Lewat observasi ini, peneliti akan melihat sendiri pemahaman yang tidak diucapkan (tacit


(32)

understanding), bagaimana teori digunakan langsung (theory-in use), dan sudut pandang responden yang mungkin tidak tercungkil lewat wawancara (Alwasilah,2006 :154-155).

4) Angket

Peneliti memilih menggunakan angket dengan bentuk pertanyaan tertutup karena agar mempermudah siswa BIPA dalam mengisi angket, isinya mengenai tanggapan siswa terhadap media kartu kata dan proses pembelajaran. Angket tertutup diberikan karena siswa BIPA kurang mahir dalam mengolah kalimat dalam bahasa Indonesia. Dalam angket tetutup, pertanyaan atau pernyataan-pernyataan telah memiliki alternatif jawaban (option) yang tinggal dipilih oleh responden.

3.5.2 Teknik Pengolahan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengolahan data yang terdiri atas data primer dan data sekunder. Adapun data primer dalam penelitian ini berupa hasil belajar siswa yang diperoleh melalui tes kemampuan tata kalimat pada prates, proses intervensi, dan pasca tes yang dilakukan selama 4 kali dari empat orang siswa BIPA tingkat dasar. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh melalui hasil angket, observasi dan wawancara yang akan dijelaskan pula dalam bab IV. Komponen yang dianalisis dalam kondisi ini meliputi komponen 1) panjang kondisi, 2) kecenderungan arah, 3) tingkat stabilitas, 4) tingkat perubahan, 5) jejak data, dan 6) rentang (Sunanto, 2006:70).

Adapun teknik pengolahan data dalam peneltian ini menggunakan pengukuran persentase yang merupakan suatu pengukuran variabel terikat yang


(33)

biasa digunakan oleh peneliti dan guru untuk mengukur perilaku dalam bidang akademik maupun sosial (Jubaedah,2008 : 47). Persentase (%) dihitung dengan cara jumlah soal yang benar dibagi seluruh soal dikalikan seratus.

3.5.2.2Analisis Data

Analisis data merupakan tahap terakhir sebelum menarik kesimpulan. Menurut Sunanto pada penelitian dengan kasus tunggal biasanya digunakan statistik deskriptif yang sederhana.

Setelah terkumpul, selanjutnya data dianalisis dengan perhitungan tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data tersebut adalah :

1) Menskor hasil penilaian pada kondisi baseline-1.

2) Menskor hasil penilaian pada kondisi treatmen/intervensi. 3) Menskor hasil penilaian pada kondisi baseline-2.

4) Membuat tabel penilaian untuk skor yang telah diperoleh pada kondisi baseline-1, kondisi intervensi, dan kondisi baseline-2.

5) Membandingkan hasil skor pada kondisi baseline-1, skor intervensi, dan skor pada kondisi baseline-2.

6) Membuat analisis dalam bentuk grafik sehingga dapat dilihat secara langsung perubahan yang terjadi dari ketiga fase.


(34)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dalam penelitian ini peneliti mengkaji keefektifan media kartu kata untuk mengurangi kesalahan sintaksis pada pembelajar BIPA tingkat dasar. Temuan dan pembahasan penelitian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya merupakan dasar dalam menyusun simpulan pada bab ini.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kartu kata sebagai media pembelajaran untuk membenahi persoalan sintaksis yang cenderung sulit dipahami oleh pembelajar asing. Hal tersebut disebabkan oleh struktur pembentuk kalimat bahasa Indonesia yang berbeda dengan bahasa asing, sering timbul kekeliruan tata kalimat yang dilakukan oleh pembelajar BIPA. Media kartu kata ini berisi beberapa kartu yang di setiap kartunya terdapat satu kata. Kata-kata tersebut dipilah berdasarkan fungsi, kategori dan peran dalam kalimat. Sehingga pembelajar dapat menyusun kata-kata yang terdapat dalam kartu kata tersebut menjadi sebuah kalimat yang baik dan benar secara struktur kalimatnya.

Penelitian ini menggunakan subjek tunggal (Single Subject Method). Metode ini digunakan karena jumlah subjek data yang diteliti sangat terbatas, hanya 4 orang.Merujuk pada rumusan masalah, terdapat tiga simpulan dari penelitian yang menyoroti hal-hal yang berkenaan dengan kesalahan sintaksis pada pembelajar BIPA tingkat dasar.


(35)

1) Pada dasarnya pembelajar asing yang menjadi subjek penelitian sudah mampu membuat kalimat sederhana. Namun, cenderung belum ditemukannya kesesuaian, pemilihan diksi, dan keefektifan dalam membuat sebuah kalimat. Hal tersebut dianggap wajar, pasalnya subjek penelitian masih berada pada tingkat dasar. Pada tahap baseline-1 subjek 1 memeroleh nilai 76,8 (tingkat kefasihan 3), subjek 2 memeroleh nilai 77,3 (tingkat kefasihan 3), adapun subjek 3 memeroleh nilai 69,5 (tingkat kefasihan 2+), sedangkan pada subjek 4 memeroleh nilai 65,8 (tingkat kefasihan 2+).

2) Setelah diberi perlakuan, setiap subjek mengalami peningkatan. Saat diberi intervensi sebanyak dua kali subjek 1 memeroleh nilai rata-rata 83,4 (tingkat kefasihan 3), selanjutnya pada tahap baseline-2 memeroleh nilai 88.8 (tingkat kefasihan 4). Sementara itu, subjek 2 saat diberi intervensi sebanyak dua kali memeroleh nilai rata-rata 64,4 (tingkat kefasihan 3), selanjutnya pada tahap baseline-2 memeroleh nilai 78,4 (tingkat kefasihan 3). Adapun subjek 3saat diberi intervensi sebanyak dua kali memeroleh nilai rata-rata 63,8 (tingkat kefasihan 2+), selanjutnya pada tahap baseline-2 memeroleh nilai 75,3 (tingkat kefasihan 3). Sedangkan pada subjek 4 saat diberi intervensi sebanyak dua kali memeroleh nilai rata-rata 54,1 (tingkat kefasihan 2+), selanjutnya pada tahap baseline-2 memeroleh nilai 76,8 (tingkat kefasihan 3+).

3) Setelah diberi perlakuan berupa media kartu kata, kemampuan sintaksis subjek 1 mengalami peningkatan yang signifikan. Pasalnya, berdasarkan tabel konversi kemampuan tata kalimat subjek 1 meningkat dari yang semula


(36)

tingkat kefasihan 3 menjadi tingkat kefasihan 4. Sementara itu pada subjek 2 tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Pasalnya, berdasarkan tabel konversi kemampuan tata kalimat subjek 2 masih pada taraf kefasihan yang sama, yaitu tingkat kefasihan 3. Adapun kemampuan sintaksis subjek 3 mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Berdasarkan tabel konversi kemampuan tata kalimat subjek 3 meningkat dari yang semula tingkat kefasihan 2+ menjadi tingkat kefasihan 3. Sedangkan pada kemampuan sintaksis subjek 4 mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pasalnya, berdasarkan tabel konversi kemampuan tata kalimat subjek 4 meningkat dari yang semula tingkat kefasihan 2+ menjadi tingkat kefasihan 3+.

5.2 Saran

Saran-saran dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Penelitian ini masih merupakan tahap awal dalam upaya mengurangi kesalahan sintaksis bagi pembelajar BIPA tingkat menengah dengan menggunakan media kartu kata. Oleh karena itu, sangat perlu dilakukan penelitian lanjutan yang dapat melengkapi kelemahan hasil penelitian ini, yakni jumlah sumber data yang hanya 4 orang, belum memenuhi kuota jumlah sumber data yang seharusnya bisa memperlihatkan keefektifan media kartu kata ini secara akurat.

2) Penggunaan media sebagai dasar usaha meningkatkan kemampuan sintaksis sebaiknya dikembangkan pula untuk pembelajar BIPA tingkat menengah dan tingkat lanjut. Hal ini agar pembelajaran sintaksis tidak dirasa sulit oleh pembelajar asing.


(37)

3) Penggunaan media kartu kata dapat digunakan oleh pengajar/instruktur BIPA tingkat dasar sebagai pijakan dalam pembelajaran sintaksis.


(38)

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul.2005. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Damaianti, Vismaya S. Dan Sitaresmi Nunung. 2005. Sintaksis Bahasa Indonesia. Bandung: Pusat Studi Literasi.

Keraf, Gorys. 1984. Tata Bahasa Indonesia.Flores: Nusa Indah.

Ibrahim, R. dan Nana Syaodih S. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Munadi, Yudhi. 2008. Media Pembelajaran (Sebuah Pendekatan Baru). Jakarta: Gaung Persada Press.

Munawarah, Sri. 1996. “Kesalahan Penulisan yang Dilakukan Penutur Asing dalam Belajar Bahasa Indonesia”. Konferensi Internasional II Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA II). 29 Mei - 1 Juni 1996 di Padang.

Ningrum. 2010.Efektivitas Penerapan Media Permainan Kartu Domino Pantun dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Siswa pada Pembelajaran Menulis Pantun. Skripsi pada FPBS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Noviyanti. 2010.Kesalahan-Kesalahan Berbahasa Indonesia pada Karangan Pembelajar BIPA di Balai Bahasa UPI”. Skripsi pada FPBS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Nugraha, Setya.2000.“Kesalahan-kesalahan Berbahasa IndonesiaPembelajar Bahasa Indonesia sebaga Bahasa Asing “.Sebuah penelitian pendahuluan pada Universitas Sanata Dharma Yogyakarta: Tidak Diterbitkan.


(39)

Rizkyanfi, Whilky.M. (2011).” Model Integratif Bahan Ajar Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing BIPA Tingkat Menengah dan Kemampuan Komunikatif Berbahasa Indonesia”. Tesis pada sekolah pasca sarjana UPI UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Sobariah, Siti. 2008. “Penggunaan Media Audio Visual dalam Pembelajaran Menulis Karangan Narasi”. Skripsi pada FPBS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Sudjana, Nana.2007. Media Pembelajaran. Bandung: Rosdakarya.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Suyitno, Imam. 2008. Norma Pedagogis dan Analisis Kebutuhan Belajar dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA). Yogyakarta: Grafika Indah.

Verhaar, J.W.M. 2006.Asas- AsasLinguistikUmum. Yogyakarta: GadjahMada University Press.

Wojowasito. 1977.Pengajaran Bahasa Kedua (Bahasa Asing, Bukan Bahasa Ibu). Bandung: Shinta Dharma.

Yamin, Martinis. 2007. Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press.

Yuwono, Untung. 2007. Jalan Bahasa: Pelajaran Praktis Tata Bahasa Indonesia Jilid 3. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.


(1)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dalam penelitian ini peneliti mengkaji keefektifan media kartu kata untuk mengurangi kesalahan sintaksis pada pembelajar BIPA tingkat dasar. Temuan dan pembahasan penelitian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya merupakan dasar dalam menyusun simpulan pada bab ini.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kartu kata sebagai media pembelajaran untuk membenahi persoalan sintaksis yang cenderung sulit dipahami oleh pembelajar asing. Hal tersebut disebabkan oleh struktur pembentuk kalimat bahasa Indonesia yang berbeda dengan bahasa asing, sering timbul kekeliruan tata kalimat yang dilakukan oleh pembelajar BIPA. Media kartu kata ini berisi beberapa kartu yang di setiap kartunya terdapat satu kata. Kata-kata tersebut dipilah berdasarkan fungsi, kategori dan peran dalam kalimat. Sehingga pembelajar dapat menyusun kata-kata yang terdapat dalam kartu kata tersebut menjadi sebuah kalimat yang baik dan benar secara struktur kalimatnya.

Penelitian ini menggunakan subjek tunggal (Single Subject Method). Metode ini digunakan karena jumlah subjek data yang diteliti sangat terbatas, hanya 4 orang.Merujuk pada rumusan masalah, terdapat tiga simpulan dari penelitian yang menyoroti hal-hal yang berkenaan dengan kesalahan sintaksis pada pembelajar BIPA tingkat dasar.


(2)

Endah Fajarwati, 2012

Pemanfaatan Media Kartu Kata Dalam Upaya Mengurangi Kesalahan Sintaksis Pada Pembelajar Bipa Tingkat Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

1) Pada dasarnya pembelajar asing yang menjadi subjek penelitian sudah mampu membuat kalimat sederhana. Namun, cenderung belum ditemukannya kesesuaian, pemilihan diksi, dan keefektifan dalam membuat sebuah kalimat. Hal tersebut dianggap wajar, pasalnya subjek penelitian masih berada pada tingkat dasar. Pada tahap baseline-1 subjek 1 memeroleh nilai 76,8 (tingkat kefasihan 3), subjek 2 memeroleh nilai 77,3 (tingkat kefasihan 3), adapun subjek 3 memeroleh nilai 69,5 (tingkat kefasihan 2+), sedangkan pada subjek 4 memeroleh nilai 65,8 (tingkat kefasihan 2+).

2) Setelah diberi perlakuan, setiap subjek mengalami peningkatan. Saat diberi intervensi sebanyak dua kali subjek 1 memeroleh nilai rata-rata 83,4 (tingkat kefasihan 3), selanjutnya pada tahap baseline-2 memeroleh nilai 88.8 (tingkat kefasihan 4). Sementara itu, subjek 2 saat diberi intervensi sebanyak dua kali memeroleh nilai rata-rata 64,4 (tingkat kefasihan 3), selanjutnya pada tahap baseline-2 memeroleh nilai 78,4 (tingkat kefasihan 3). Adapun subjek 3saat diberi intervensi sebanyak dua kali memeroleh nilai rata-rata 63,8 (tingkat kefasihan 2+), selanjutnya pada tahap baseline-2 memeroleh nilai 75,3 (tingkat kefasihan 3). Sedangkan pada subjek 4 saat diberi intervensi sebanyak dua kali memeroleh nilai rata-rata 54,1 (tingkat kefasihan 2+), selanjutnya pada tahap baseline-2 memeroleh nilai 76,8 (tingkat kefasihan 3+).

3) Setelah diberi perlakuan berupa media kartu kata, kemampuan sintaksis subjek 1 mengalami peningkatan yang signifikan. Pasalnya, berdasarkan tabel konversi kemampuan tata kalimat subjek 1 meningkat dari yang semula


(3)

tingkat kefasihan 3 menjadi tingkat kefasihan 4. Sementara itu pada subjek 2 tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Pasalnya, berdasarkan tabel konversi kemampuan tata kalimat subjek 2 masih pada taraf kefasihan yang sama, yaitu tingkat kefasihan 3. Adapun kemampuan sintaksis subjek 3 mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Berdasarkan tabel konversi kemampuan tata kalimat subjek 3 meningkat dari yang semula tingkat kefasihan 2+ menjadi tingkat kefasihan 3. Sedangkan pada kemampuan sintaksis subjek 4 mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pasalnya, berdasarkan tabel konversi kemampuan tata kalimat subjek 4 meningkat dari yang semula tingkat kefasihan 2+ menjadi tingkat kefasihan 3+.

5.2 Saran

Saran-saran dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Penelitian ini masih merupakan tahap awal dalam upaya mengurangi kesalahan sintaksis bagi pembelajar BIPA tingkat menengah dengan menggunakan media kartu kata. Oleh karena itu, sangat perlu dilakukan penelitian lanjutan yang dapat melengkapi kelemahan hasil penelitian ini, yakni jumlah sumber data yang hanya 4 orang, belum memenuhi kuota jumlah sumber data yang seharusnya bisa memperlihatkan keefektifan media kartu kata ini secara akurat.

2) Penggunaan media sebagai dasar usaha meningkatkan kemampuan sintaksis sebaiknya dikembangkan pula untuk pembelajar BIPA tingkat menengah dan tingkat lanjut. Hal ini agar pembelajaran sintaksis tidak dirasa sulit oleh pembelajar asing.


(4)

Endah Fajarwati, 2012

Pemanfaatan Media Kartu Kata Dalam Upaya Mengurangi Kesalahan Sintaksis Pada Pembelajar Bipa Tingkat Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

3) Penggunaan media kartu kata dapat digunakan oleh pengajar/instruktur BIPA tingkat dasar sebagai pijakan dalam pembelajaran sintaksis.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul.2005. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Damaianti, Vismaya S. Dan Sitaresmi Nunung. 2005. Sintaksis Bahasa Indonesia. Bandung: Pusat Studi Literasi.

Keraf, Gorys. 1984. Tata Bahasa Indonesia.Flores: Nusa Indah.

Ibrahim, R. dan Nana Syaodih S. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Munadi, Yudhi. 2008. Media Pembelajaran (Sebuah Pendekatan Baru). Jakarta: Gaung Persada Press.

Munawarah, Sri. 1996. “Kesalahan Penulisan yang Dilakukan Penutur Asing dalam Belajar Bahasa Indonesia”. Konferensi Internasional II Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA II). 29 Mei - 1 Juni 1996 di Padang.

Ningrum. 2010.Efektivitas Penerapan Media Permainan Kartu Domino Pantun dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Siswa pada Pembelajaran Menulis Pantun. Skripsi pada FPBS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Noviyanti. 2010.Kesalahan-Kesalahan Berbahasa Indonesia pada Karangan Pembelajar BIPA di Balai Bahasa UPI”. Skripsi pada FPBS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Nugraha, Setya.2000.“Kesalahan-kesalahan Berbahasa IndonesiaPembelajar Bahasa Indonesia sebaga Bahasa Asing “.Sebuah penelitian pendahuluan pada Universitas Sanata Dharma Yogyakarta: Tidak Diterbitkan.


(6)

Endah Fajarwati, 2012

Pemanfaatan Media Kartu Kata Dalam Upaya Mengurangi Kesalahan Sintaksis Pada Pembelajar Bipa Tingkat Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu 151

Rizkyanfi, Whilky.M. (2011).” Model Integratif Bahan Ajar Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing BIPA Tingkat Menengah dan Kemampuan Komunikatif Berbahasa Indonesia”. Tesis pada sekolah pasca sarjana UPI UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Sobariah, Siti. 2008. “Penggunaan Media Audio Visual dalam Pembelajaran Menulis Karangan Narasi”. Skripsi pada FPBS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Sudjana, Nana.2007. Media Pembelajaran. Bandung: Rosdakarya.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Suyitno, Imam. 2008. Norma Pedagogis dan Analisis Kebutuhan Belajar dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA). Yogyakarta: Grafika Indah.

Verhaar, J.W.M. 2006.Asas- AsasLinguistikUmum. Yogyakarta: GadjahMada University Press.

Wojowasito. 1977.Pengajaran Bahasa Kedua (Bahasa Asing, Bukan Bahasa Ibu). Bandung: Shinta Dharma.

Yamin, Martinis. 2007. Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press.

Yuwono, Untung. 2007. Jalan Bahasa: Pelajaran Praktis Tata Bahasa Indonesia Jilid 3. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN METODE COMMUNITY LANGUAGE LEARNING (CLL) DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA PADA PEMBELAJAR BIPA TINGKAT MENENGAH.

1 9 32

PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN DESKRIPTIF MELALUI MEDIA LAGU BAGI PEMBELAJAR BIPA : studi kasus terhadap pembelajar bipa tingkat menengah di balai bahasa upi.

0 0 43

PENERAPAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA PADA PEMBELAJAR BIPA TINGKAT DASAR.

0 7 26

PENGAJARAN BAHASA KOMUNIKATIF DALAM PEMBELAJARAN MENULIS ARTIKEL UNTUK PEMBELAJAR BIPA : Penelitian Subjek Tunggal pada Pembelajar Tingkat C1 Asal Korea.

0 3 42

PENERAPAN METODE LANGSUNG DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA KEGIATAN SEHARI-HARI PADA PEMBELAJAR BIPA TINGKAT DASAR.

1 8 67

PENGGUNAAN KARTU KATA PADA PEMBELAJARAN KOSAKATA BERAFIKS DALAM KETERAMPILAN ENULIS BIPA TINGKAT DASAR : Penelitian Eksperimen Subjek Tunggal pada Pembelajar BIPA di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia.

0 0 29

STRATEGI KOMUNIKASI PEMBELAJAR ASING DALAM PEMBELAJARAN BIPA TINGKAT DASAR : (Studi Kasus terhadap Pembelajar BIPA UPI asal Korea Selatan).

4 14 30

PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN DESKRIPTIF MELALUI MEDIA LAGU BAGI PEMBELAJAR BIPA : studi kasus terhadap pembelajar bipa tingkat menengah di balai bahasa upi - repositoryUPI S IND 1100348 Title

0 0 4

PENGGUNAAN KARTU KATA PADA PEMBELAJARAN KOSAKATA BERAFIKS DALAM KETERAMPILAN MENULIS BIPA TINGKAT DASAR ipi143049

0 0 9

PENGAJARAN BAHASA KOMUNIKATIF DALAM PEMBELAJARAN MENULIS ARTIKEL UNTUK PEMBELAJAR BIPA : Penelitian Subjek Tunggal pada Pembelajar Tingkat C1 Asal Korea - repository UPI S IND 1104356 Title

0 0 9