PENERAPAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA PADA PEMBELAJAR BIPA TINGKAT DASAR.
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Penelitian
Bahasa adalah alat komunikasi antarmanusia. Tanpa bahasa, manusia akan sulit berinteraksi dengan orang lain. Menurut data dari Stephen Juan, Ph.D, seorang antropolog dari University of Sidney, terdapat 6800 bahasa di dunia. Bahasa Indonesia sendiri menempati urutan ke-7 bahasa yang sering dipakai di dunia.
Seiring dengan perkembangan informasi dan teknologi serta budaya, bahasa Indonesia kini tidak hanya diajarkan di instansi-instansi pendidikan di Indonesia. Beberapa negara di kawasan Asia terutama Asia Tenggara sudah mengajarkan bahasa Indonesia di tingkat sekolah menengah atas dan universitas. Di Kota Ho Chi Minh, bahasa Indonesia menjadi bahasa kedua, sejajar dengan bahasa Inggris dan bahasa Perancis.
Sekarang ini, bahasa Indonesia sangat berkembang pesat. Selain di luar negeri, banyak juga orang asing yang belajar di Indonesia. Dengan banyaknya ketertarikan orang asing akan bahasa Indonesia, tentu pembelajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing akan menjadi sorotan. Bahasa Indonesia memiliki 4 keterampilan berbahasa, yakni menulis, membaca, menyimak dan berbicara. Dari 4 keterampilan tersebut, keterampilan berbicara adalah hal yang paling sulit bagi penutur asing. Pertama, tidak semua negara memiliki alfabet yang lengkap dan sama, sehingga akan sangat sulit dalam pelafalan kata bahasa Indonesia secara jelas. Misalnya alfabet Vietnam yang tidak terdapat huruf f, j, w, dan z. Dengan adanya hal tersebut, maka kebanyakan pembelajar susah untuk melafalkan kata-kata dalam bahasa Indonesia. Kedua, dalam segi sintaksis, ada beberapa negara yang memiliki struktur kalimat belawanan dengan
(2)
struktur kalimat dalam bahasa Indonesia. Sebut saja misalnya bahasa Korea. Dengan adanya hal tersebut, pembelajar asal Korea Selatan sangat sulit untuk menyusun kalimat dengan benar. Akibatnya, pembelajar akan takut untuk berbicara dalam bahasa Indonesia karena kesalahan-kesalahan yang terjadi baik dalam konteks kata maupun kalimat. Atas dasar hal tersebut, tentu pembelajaran bahasa harus menggunakan metode yang tepat demi tercapainya tujuan pembelajaran bahasa.
Metode yang sering dipakai dalam kelas-kelas nyata contohnya, metode langsung, metode audiolingual, metode respon fisik total, dan metode intensif. Penulis sendiri tertarik untuk melakukan penelitian menggunakan pendekatan komunikatif. Pendekatan komunikatif, yang juga dikenal dengan metode komunikatif atau Communicative Language Teaching berkembang pada tahun 1960-an bertepatan dengan terjadinya beberapa perubahan pada tradisi pengajaran bahasa di Inggris serta bersamaan dengan ditolaknya pendekatan metode audiolingual di Amerika Serikat. Pendekatan komunikatif muncul karena ketidakpuasan para praktisi karena pelajar setelah belajar beberapa tahun tetap belum lancar berkomunikasi dalam bahasa target. Pendekatan komunikatif merupakan metode dengan penekanan pada penggunaan prinsip-prinsip komunikasi sebagai tujuan utama dalam pengajaran bahasa.
Menurut penulis, metode tersebut merupakan metode yang paling tepat bagi pembelajaran yang bertitik fokus pada keterampilan berbicara. Dalam pendekatan komunikatif, pengajaran bahasa bertujuan untuk membuat kompetensi komunikatif sebagai tujuan pembelajaran bahasa, juga mengembangkan prosedur-prosedur bagi pembelajaran empat keterampilan berbahasa (menyimak, membaca, berbicara, dan menulis), mengakui dan menghargai saling ketergantungan bahasa.
Berdasarkan The Common European Framework of Reference for Language (CEFR), pembelajar dibagi menjadi 3 level, yaitu basic user (tingkat dasar), independent user (tingkat menengah), dan proficient user
(3)
(tingkat mahir). Bahan ajar bagi pembelajar BIPA tingkat dasar masih sangat sederhana dan masih termasuk dalam bagian perkenalan. Materi pokok yang biasanya diberikan pada tingkat dasar meliputi perkenalan diri dan lingkungan, makanan, minuman, binatang, kegiatan sehari-hari, peralatan rumah tangga, dll. Dalam penelitian ini, penulis mengambil tema percakapan sehari-hari karena menurut penulis, keterampilan berbicara pertama yang diperlukan bagi pembelajar BIPA tingkat dasar adalah kecakapan untuk berbicara percakapan sehari-hari. Selain itu, kebutuhan subjek penelitian hanya memerlukan kecapakan dalam berkomunikasi ringan dalam percakapan sehari-hari, tema tersebut juga cocok dengan metode yang penulis ujikan, yaitu pendekatan komunikatif. Pendekatan komunikatif lebih menekankan pada kemampuan berkomunikasi pembelajar, sehingga pembelajar tidak perlu terlalu takut untuk berbicara karena dalam pendekatan komunikatif pembelajar tidak dituntut pada penggunaan tata bahasa yang harus selalu benar. Maka dari itu, penulis mencoba untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang terjadi pada
pembelajar ketika sebelum dan sesudah diterapkan “pendekatan
komunikatif”. Alasan peneliti memilih untuk melakukan penelitian mengenai metode ini adalah karena pendekatan komunikatif merupakan salah satu metode yang menitikberatkan pada kemampuan berbicara pembelajar. Selain itu, pendekatan komunikatif juga dapat diterapkan dalam kelompok kecil maupun besar, dan berbagai level mulai dari tingkat dasar hingga tingkat mahir.
1.2Identifikasi Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut.
a. Pembelajar mengetahui aturan penggunaan bahasa, tetapi tidak dapat menggunakannya dalam kegiatan berbahasa.
(4)
1.3Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah penulis uraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Berapakah nilai kemampuan pembelajar pada tahap baseline A-1?
b. Berapakah nilai kemampuan pembelajar ketika diberikan intervensi menggunakan pendekatan komunikatif pada tahap B-1?
c. Berapakah nilai kemampuan pembelajar pada tahap baseline A-2?
d. Bagaimana perbandingan nilai kemampuan pembelajar antara tahap baseline A-1, intervensi, dan tahap baseline A-2?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah penulis uraikan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Mengetahui profil kemampuan berbicara pembelajar BIPA sebelum
dilakukan intervensi.
b. Mengetahui kemampuan pembelajar BIPA ketika diberikan intervensi
menggunakan pendekatan komunikatif.
c. Mengetahui nilai kemampuan pembelajar BIPA pada tahap Baseline A-2.
d. Mengetahui perbandingan nilai kemampuan pembelajar pada tahap
baseline A-1, intervensi, dan tahap baseline A-2.
1.5 Manfaat Penilitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:
a. Pengajar, sebagai bahan referensi pengajaran BIPA menggunakan
pendekatan komunikati
b. Pembelajar, dapat mengaplikasikan kemampuan berbicara percakapan
(5)
1.6 Anggapan Dasar
Penelitian ini dilakukan berdasarkan beberapa anggapan dasar yang akan dijadikan sebagai titik tolak untuk penelitian lebih lanjut. Beberapa anggapan dasar yang terdapat dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut.
1. Keterampilan berbicara hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan cara praktik dan latihan.
2. Keterampilan berbicara dapat dikembangkan secara efektif dengan cara pemilihan metode pembelajaran yang tepat.
3. Pendekatan komunikatif dapat digunakan dalam pembelajaran berbicara BIPA.
1.7 Definisi Operasional
Agar tidak terjadi kesalahan dalam penafsiran pada istilah penelitian yang dilaksanakan, maka peneliti menjelaskan definisi operasional dari istilah-istilah yang digunakan, definisi operasional tersebut adalah sebagai berikut.
a. Pembelajaran Berbicara yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
pembelajaran berbicara untuk pembelajar BIPA tingkat dasar dengan materi percakapan sehari-hari. Percakapan sehari-hari yang dalam penelitian ini mengambil tema perkenalan diri dan orang lain, ,ciri-ciri fisik, kegiatan sehari-hari, kegemaran, profesi, jual beli, transportasi, dan tempat wisata. b. Pendekatan komunikatif yang dimaksud dalam penelitian ini menghendaki
peserta didik untuk aktif berkomunikasi dengan pengajar maupun sesama peserta didik guna mempercepat kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi.
c. Pembelajar BIPA yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penutur asing tingkat dasar dari Korea Selatan yang belajar bahasa Indonesia untuk kepentingan komunikasi. Pembelajar BIPA yang dijadikan subjek penelitian
(6)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen subjek tunggal. Desain eksperimen subjek tunggal yang juga sering disebut desain eksperimen kasus tunggal adalah desain yang dapat dipakai apabila ukuran sampel adalah satu. Desain subjek tunggal biasanya digunakan pada penyelidikan perubahan tingkah laku dari seseorang yang timbul sebagai akibat beberapa intervensi atau treatmen.
Pada dasarnya subjek diberlakukan pada keadaan tanpa treatmen dan dengan treatmen secara bergantian, dan penampilan atau prestasi diukur berulang-ulang selama masing-masing fase. Keadaan nontreatmen diberi simbol A dan keadaan dengan treatmen diberi simbol B.
Metode eksperimen subjek tunggal ini dipilih karena jumlah responden yang peneliti teliti terbatas hanya dua orang. Dalam jumlah responden yang terbatas tersebut tidak memungkinkan untuk pembagian kelompok. Selain itu, metode tersebut juga sejalan dengan penelitian yang akan dilakukan yakni untuk melihat perubahan perilaku yang terjadi dari masing-masing subjek.
3.2Prosedur dan Desain Penelitian
Desain penelitian subjek tunggal yang digunakan dalam penelitian ini adalah A-B-A, yaitu untuk menunjukkan adanya hubungan sebab akibat antara variabel terikat dan variabel bebas.
Adapun prosedur desain A-B-A menurut Sunanto (2006: 45) sebagai berikut. 1. Mendefinisikan perilaku sasaran (target behavior) sebagai perilaku yang
(7)
2. Melaksanakan pengukuran dan pencatatan data pada kondisi baseline (A1) secara kontinu sekurang-kurangnya sebanyak 3 atau 5 kali atau sampai kecenderungan arah dan level data diketahui secara jelas dan stabil. 3. Memberikan intervensi (B) setelah kecenderungan data pada kondisi
Baseline stabil.
4. Selanjutnya, melakukan pengukuran perilaku sasaran (target behavior) pada kondisi intervensi (B) secara kontinu dengan periode waktu tertentu sehingga mendapat kecenderungan arah dan level data menjadi stabil. 5. Setelah kecenderungan arah dan level pada kondisi intervensi (B) stabil
mengulang kondisi baseline (A2). Setelah itu, mengambil kesimpulan adanya hubungan fungsional antara variabel terikat dengan variabel bebas harus hati-hati. Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas bagaimana struktur dasar penelitian ini dengan desain A-B-A, terlihat pada grafik berikut. Baseline (A) Intervensi (B) Baseline (A) sasaran/frekuensi perilaku sesi (hari).
Desain Eksperimen Subjek Tunggal A-B-A
Garis dasar (A-1) Perlakuan (B) Garis dasar (A-2)
X X X X
O O O O O O O O O O O O O O
Waktu Keterangan:
1. A-1 (Garis dasar 1) adalah kondisi kemampuan komunikatif pembelajar pada subjek penelitian sebelum memperoleh intervensi.
2. B (Intervensi) adalah kondisi intervensi kemampuan komunikatif bahasa Indonesia dengan menggunakan pendekatan komunikatif tingkat dasar.
(8)
3. A-2 (Garis dasar 2) adalah kondisi kemampuan komunikatif pembelajar pada subjek penelitian dengan menggunakan pendekatan komunikatif setelah intervensi.
3.3Sumber Data
3.3.1 Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah dua pembelajar asing asal Korea Selatan dengan kemampuan berbahasa Indonesia tingkat dasar. Data kedua pembelajar tersebut sebagai berikut:
No Nama Siswa Usia Asal Negara
1 SHW 34 Korea Selatan
2 JYH 45 Korea Selatan
SHW dan JYH merupakan pemandu wisata bagi wisatawan Tiongkok di Korea Selatan. SHW berusia 34 tahun sedangkan JYH berusia 45 tahun. Seiring dengan pertumbuhan sektor pariwisata yang berkembang pesat di Korea, sekarang ini banyak sekali wisatawan Indonesia yang berkunjung ke Korea. Oleh karena itu, SHW dan JYH ingin belajar bahasa Indonesia agar dapat berkomunikasi dengan wisatawan Indonesia.
3.3.2 Data dan Sumber Penelitian
Data primer dalam penelitian ini adalah hasil dari penerapan pendekatan komunikatif dalam pembelajaran percakapan sehari-hari pada pembelajar BIPA tingkat dasar serta hasil tes pada baseline -1 dan baseline -2, yakni kemampuan percakapan sehari-hari.
Data bersumber dari kedua pembelajar BIPA asal Korea Selatan yang melakukan pembelajaran percakapan sehari-hari.
(9)
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes yang dilakukan pada tahap baseline -1 untuk mengetahui sejauh mana kemampuan pembelajar mengenai pembelajaran percakapan sehari-hari. Sedangkan dalam intervensi, tes hanya dilaksanakan untuk mendapatkan perubahan dari tahap baseline -1 ke tahap baseline -2. Kemudian dilakukan tes kembali pada tahap baseline -2 untuk mengevaluasi sejauh mana kemampuan pembelajar setelah dilakukan intervensi dengan perlakuan berupa penerapan pendekatan komunikatif.
3.4.1 Instrumen Tes
Tes disesuaikan dengan materi yang dipelajari. Tes ini dilakukan secara lisan berupa pertanyaan-pertanyaan mendasar seperti perkenalan, makanan, transportasi, dan lain-lain pada tahap baseline A-1. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pemahaman materi sebelum dilakukan intervensi. Kemudian tes pada tahap intervensi berupa wawancara lisan setelah dilakukan intervensi menggunakan pendekatan komunikatif. Selanjutnya, dilakukan kembali tes pada tahap baseline A-2. Sehingga tes dilakukan sebanyak 18 kali, yaitu 5 kali pada tahap baseline A-1, 8 kali pada tahap intervensi dan 5 kali pada tahap baseline A-2. Berikut merupakan tema-tema yang dipilih penulis untuk tahap baseline A-1 dan baseline A-2.
Tabel 3.1 Tema Tiap Sesi
Sesi Tema
1 Kesan Tentang Indonesia
2 Kegiatan Sehari-hari
3 Makanan
4 Pariwisata Indonesia
5 Pariwisata Korea
(10)
7 Keluarga
8 Kegemaran
9 Ciri-ciri Fisik
10 Profesi
11 Jual Beli
12 Transportasi
13 Tempat Wisata
14 Kesan Tentang Indonesia
15 Kegiatan Sehari-hari
16 Makanan
17 Pariwisata Indonesia
18 Pariwisata Korea
PEDOMAN PENILAIAN
Tabel 3.2
Pedoman Penilaian Kemampuan Berbicara
No Aspek yang Dinilai Bobot Skor
1 Penekanan 4 ……..
2 Penggunaan Tata Bahasa 4 ……..
3 Penggunaan Kosakata 4 ……..
4 Kelancaran 4 ……..
5 Pemahaman 4 ……..
Tabel 3.3
Deskripsi Kriteria Penilaian Berbicara Percakapan Sehari-hari No Kriteria
Penilaian Rincian Skor
(11)
mendekati ucapan standar dalam berkomunikasi percakapan sehari-hari
Pengaruh ucapan asing dan kesalahan ucapan tidak menyebabkan kesalahpahaman dalam berkomunikasi percakapan sehari-hari
3
Pengaruh ucapan asing yang memaksa orang mendengarkan dengan teliti, salah ucap yang menyebabkan kesalahpahaman dalam berkomunikasi percakapan sehari-hari
2
Sering terjadi kesalahan dan aksen kuat yang
menyulitkan pemahaman, menghendaki selalu
diulang dalam berkomunikasi percakapan sehari-hari 1
2 Penggunaan Tata
Bahasa
Tidak lebih dari dua kesalahan selama
berlangsungnya kegiatan berbicara dalam
berkomunikasi percakapan sehari-hari
4
Kadang-kadang terjadi kesalahan dalam penggunaan pola tertentu, tetapi tidak mengganggu komunikasi dalam berkomunikasi percakapan sehari-hari
3
Sering terjadi kesalahan dalam pola tertentu karena kurang cermat yang dapat mengganggu komunikasi dalam berkomunikasi percakapan sehari-hari
2
Adanya kesalahan dalam penggunaan pola-pola pokok secara tetap yang selalu mengganggu komunikasi dalam berkomunikasi percakapan sehari-hari
1
3 Penggunaan
Kosakata (Diksi)
Penggunaan kosakata tepat sesuai dengan konteks dalam berkomunikasi percakapan sehari-hari
4
Terjadi beberapa kesalahan dalam pemilihan kosakata namun tidak menghambat kelancaran
(12)
komunkasi dalam berkomunikasi percakapan sehari-hari
Pemilihan kosakata sering tidak tepat dan
keterbatasan penguasaannya menghambat kelancaran komunikasi dalam berkomunikasi percakapan sehari-hari
2
Banyak kesalahan dalam pemilihan kosakata sehingga kata-kata yang dipilih sama sekali tidak sesuai dengan konteks yang sedang dibicarakan dalam berkomunikasi percakapan sehari-hari
1
4 Kelancaran Pembicaraan dalam segala hal lancar dalam
berkomunikasi percakapan sehari-hari
4
Pembicaraan cukup lancar namun masih sedikit ragu dalam berkomunikasi percakapan sehari-hari
3
Pembicaraan kadang-kadang masih ragu,
pengelompokan kata-kata juga tidak tepat dalam berkomunikasi percakapan sehari-hari
2
Pembicaraan sangat lambat kecuali untuk
kalimat-kalimat pendek yang telah rutin dalam
berkomunikasi percakapan sehari-hari
1
5 Pemahaman Memahami segala sesuatu dalam pembicaraan
normal, kecuali yang bersifat kolokial dalam berkomunikasi percakapan sehari-hari
4
Memahami agak baik percakapan normal, kadang-kadang perlu pengulangan dan penjelasan dalam berkomunikasi percakapan sehari-hari
3
Memahami dengan lambat percakapan sederhana,
perlu penjelasan dan pengulangan dalam
berkomunikasi percakapan sehari-hari
(13)
Memahami sedikit isi pembicaraan yang paling sederhana serta perlu penjelasan dan pengulanagan dalam berkomunikasi percakapan sehari-hari
1
Tabel 3.4
Pembobotan Penilaian Berbicara
Deskripsi Kefasihan 1 2 3 4 Nilai
Penekanan 4 6 8 10 …
Penggunaan Tata Bahasa 10 15 20 25 …
Penggunaan Kosakata 8 12 16 20 …
Kelancaran 6 9 12 15 …
Pemahaman 8 12 16 20 …
Jumlah Skor …
Penafsiran terhadap jumlah skor di atas dilakukan dengan mempergunakan tabel konversi sebagai berikut.
Tabel 3.5
Konversi Tingkat Komunikasi
Rentang Nilai Tingkat Kefasihan Keterangan
81-90 4 Baik sekali
71-80 3 Baik
60-70 2 Cukup
>59 1 Kurang
(Sumber: Nurgiyantoro, 2010, hlm. 415-418 dengan pengubahan seperlunya)
Adapun tingkat-tingkat kefasihan atau kelancaran yang dimaksud dideskripsikan sebagai berikut.
(14)
1. Mampu menggunakan bahasa untuk berkomunikasi percakapan sehari-hari seperti memperkenalkan diri, keluarga, profesi, dan lain-lain dengan sangat terbatas dan terdapat banyak kesalahan (1)
2. Mampu menggunakan bahasa untuk berkomunikasi percakapan sehari-hari
seperti memperkenalkan diri, keluarga, profesi, dan lain-lain dengan cukup baik namun masih terdapat kesalahan-kesalahan lafal dan tata bahasa masih dipengaruhi oleh logat asing (2)
3. Mampu menggunakan bahasa untuk berkomunikasi percakapan sehari-hari
seperti memperkenalkan diri, keluarga, profesi, dan lain-lain dengan cukup baik walaupun terdapat sedikit kesalahan dan masih dipengaruhi oleh logat asing (3)
4. Mampu menggunakan bahasa untuk berkomunikasi percakapan sehari-hari
seperti memperkenalkan diri, keluarga, profesi, dan lain-lain dengan tepat dan lancar (4)
3.4.2 Instrumen Perlakuan
Instrumen perlakuan yang diberikan pada penelitian ini adalah berupa Rancangan proses pembelajaran. Materi yang diberikan adalah percakapan sehari-hari dengan menggunakan pendekatan komunikatif. Rancangan proses pembelajaran untuk penelitian ini dibuat menjadi 8 untuk tahap intervensi.
Tabel 3.16
Rencana Proses Pembelajaran Intervensi Sesi 1-8
Kegiatan Tema Langkah Pembelajaran
1 Perkenalan diri dan orang lain
1. Pembelajar diminta menyimak tayangan tentang memperkenalkan diri dan orang lain
2. Pembelajar diberikan contoh dialog singkat mengenai kegiatan berkomunikasi dalam
(15)
memperkenalkan diri sendiri dan orang lain
3. Pembelajar menanyakan hal-hal yang
berkaitan dengan identitas diri
4. Pembelajar berdiskusi mengenai
pengalaman pembelajar dalam
berkomunikasi tentang memperkenalkan diri dan orang lain
5. Pembelajar diberikan tugas untuk mencari salah satu ungkapan yang terkandung dalam dialog
6. Pembelajar mencari ungkapan lain yang artinya sama dengan ungkapan sebelumnya 7. Pembelajar berlatih untuk berkomunikasi dalam mempekenalkan diri dan orang lain dengan pengajar.
8. Pembelajar diberikan tugas untuk membuat
dialog perkenalan diri dan orang lain sebagai tugas rumah
9. Evaluasi pembelajaran dilakukan dengan memutar hasil rekaman dan berdiskusi mengenai kesalahan tata bahasa, diksi, dan lain-lain.
2 Keluarga 1. Pembelajar dibagikan foto suatu keluarga beserta teks yang berkaitan dengan foto tersebut.
2. Pembelajar dibagikan dialog singkat
berkaitan keluarga
(16)
membacakan contoh dialog yang sudah tersedia
4. Pembelajar mencoba membaca dialog yang
sudah tersedia
5. Pembelajar menanyakan hal-hal yang
belum dipahami dalam teks
6. Pembelajar menanyakan hal-hal yang
berhubungan dengan pengalaman
pembelajar
7. Pembelajar mengkaji ungkapan-ungkapan
yang terdapat dalam dialog
8. Pembelajar mencari contoh ungkapan lain yang mempunyai fungsi komunikatif sama 9. Pembelajar berlatih untuk berkomunikasi
dengan pengajar berkaitan dengan keluarga 10.Pembelajar diberikan tugas untuk membuat
cerita mengenai keluarga pembelajar. 11.Evaluasi pembelajaran dilakukan dengan
memutar hasil rekaman dan berdiskusi mengenai kesalahan tata bahasa, diksi, dan lain-lain.
3 Kegemaran 1. Pengajar memberikan hand out berupa
gambar kegiatan yang berhubungan
dengan kegemaran
2. Pengajar menanyakan kegemaran
pembelajar
3. Pembelajar berdiskusi tentang kegemaran pembelajar
(17)
berkaitan dengan kegemaran.
5. Pembelajar dibagikan contoh dialog
singkat yang berkaitan dengan kegemaran
6. Pembelajar mencoba membaca dialog yang
sudah tersedia
7. Pembelajar menanyakan hal-hal yang
belum dipahami dalam teks
8. Pembelajar menanyakan hal-hal yang
berhubungan dengan pengalaman
pembelajar
9. Pembelajar mengkaji ungkapan-ungkapan
yang terdapat dalam dialog
10.Pembelajar mencari contoh ungkapan lain yang mempunyai fungsi komunikatif sama
11.Pembelajar dan pengajar bersama-sama
menyimpulkan kaidah tata bahasa yang terkandung dalam kalimat
12.Pembelajar diminta untuk membuat sebuah
cerita mengenai kegemaran pembelajar 12.Pembelajar berlatih untuk berkomunikasi
dengan pengajar berkaitan dengan
kegemaran
13. Pembelajar diberikan tugas untuk
menyimak berita tentang kegemaran
seseorang yang unik kemudian membuat rangkuman berita tersebut dalam bentuk paragraf.
14. Evaluasi pembelajaran dilakukan dengan memutar hasil rekaman dan berdiskusi
(18)
mengenai kesalahan tata bahasa, diksi, dan lain-lain.
4 Ciri-ciri Fisik 1. Pengajar memberikan contoh beberapa gambar artis Indonesia kepada pembelajar 2. Pembelajar berdiskusi mengenai ciri-ciri
fisik setiap gambar yang diberikan
3. Pembelajar diberikan contoh dialog singkat
4. Pembelajar mengkaji ungkapan-ungkapan
yang terdapat dalam dialog
5. Pembelajar mencari contoh ungkapan lain yang mempunyai fungsi komunikatif sama
6. Pembelajar dan pengajar bersama-sama
menyimpulkan kaidah tata bahasa yang terkandung dalam kalimat
7. Pembelajar diberikan tugas untuk
menceritakan ciri-ciri fifik kawan
pembelajar
8. Pembelajar kemudian menjelaskan ciri-ciri fisik kawan pembelajar di depan kelas 9. Pembelajar berlatih untuk berkomunikasi
dengan pengajar berkaitan dengan ciri-ciri fisik seseorang.
10.Pembelajar diberikan tugas untuk membuat cerita mengenai ciri-ciri fisik beberapa artis dari negara pembelajar.
11.Evaluasi pembelajaran dilakukan dengan memutar hasil rekaman dan berdiskusi mengenai kesalahan tata bahasa, diksi, dan lain-lain.
(19)
5 Profesi 1. Pembelajar ditunjukkan berbagai macam
profesi yang ada di Indonesia
menggunakan gambar-gambar
2. Pembelajar menanyakan hal-hal yang
berkaitan dengan profesi yang ada
Indonesia
3. Pengajar menanyakan macam-macam
profesi yang ada di negara pembelajar
4. Pengajar dan Pembelajar bersama-sama
membuat daftar persamaan dan perbedaan profesi yang ada di Indonesia dan di negara pembelajar
5. Pengajar memberikan contoh dialog yang berkaitan dengan profesi yang ada di Indonesia
6. Pembelajar menanyakan hal-hal yang
berhubungan dengan pengalaman
pembelajar
7. Pembelajar mengkaji ungkapan-ungkapan
yang terdapat dalam dialog
8. Pembelajar mencari contoh ungkapan lain yang mempunyai fungsi komunikatif sama
9. Pembelajar mencoba membaca dialog yang
sudah tersedia
10.Pembelajar menanyakan hal-hal yang
belum dipahami dalam teks
11.Pembelajar diminta untuk bermain peran di depan kelas dengan dialog yang sudah tersedia
(20)
12.Pembelajar berlatih berkomunikasi dengan pembelajar terkait profesi
13. Pembelajar diberikan tugas untuk mencari informasi tentang profesi-profesi unik yang ada di negara pembelajar dan ditulis dalam bentuk cerita.
14. Evaluasi pembelajaran dilakukan dengan memutar hasil rekaman dan berdiskusi mengenai kesalahan tata bahasa, diksi, dan lain-lain.
6 Jual Beli 1. Pembelajar menyimak video tentang jual beli di pasar
2. Pembelajar menanyakan hal-hal yang
berkaitan dengan kegiatan jual beli
3. Pembelajar menyimak pengajar
membacakan contoh dialog yang sudah tersedia
4. Pembelajar mencoba membaca dialog yang
sudah tersedia
5. Pembelajar menanyakan hal-hal yang
belum dipahami dalam teks
6. Pembelajar menanyakan hal-hal yang
berhubungan dengan pengalaman
pembelajar
7. Pembelajar mengkaji ungkapan-ungkapan
yang terdapat dalam dialog
8. Pembelajar mencari contoh ungkapan lain yang mempunyai fungsi komunikatif sama
(21)
menyimpulkan kaidah tata bahasa yang terkandung dalam kalimat
10.Pembelajar diberikan tugas untuk membuat sebuah dialog yang berkaitan dengan kegiatan jual beli
11.Pembelajar membuat teks dialog jual beli 12.Pembelajar memeragakan dialog tersebut
di depan kelas
13.Pembelajar berlatih untuk berkomunikasi dengan pengajar berkaitan dengan jual beli 14.Pembelajar diberikan tugas untuk membuat cerita tentang pengalaman pembelajar berkaitan dengan jual beli.
15.Evaluasi pembelajaran dilakukan dengan memutar hasil rekaman dan berdiskusi mengenai kesalahan tata bahasa, diksi, dan lain-lain.
7 Transportasi 1. Pembelajar menyimak tayangan mengenai macam-macam alat transportasi yang ada di Indonesia
2. Pembelajar menanyakan hal-hal yang
belum dimengerti
3. Pengajar menanyakan macam-macam
transportasi yang ada di negara pembelajar
4. Pembelajar dan pengajar bersama-sama
membuat daftar persamaan dan perbedaan alat transportasi yang ada di Indonesia dan di negara pembelajar
(22)
berkaitan dengan transportasi
6. Pembelajar mencoba membaca dialog yang
sudah tersedia
7. Pembelajar menanyakan hal-hal yang
belum dipahami dalam teks
8. Pembelajar menanyakan hal-hal yang
berhubungan dengan pengalaman
pembelajar
9. Pembelajar mengkaji ungkapan-ungkapan
yang terdapat dalam dialog
10.Pembelajar mencari contoh ungkapan lain yang mempunyai fungsi komunikatif sama
11.Pembelajar dan pengajar bersama-sama
menyimpulkan kaidah tata bahasa yang terkandung dalam kalimat
12.Pembelajar diberikan tugas untuk membuat cerita mengenai alat transportasi di negara pembelajar
13.Evaluasi pembelajaran dilakukan dengan memutar hasil rekaman dan berdiskusi mengenai kesalahan tata bahasa, diksi, dan lain-lain.
8 Tempat wisata 1. Pengajar memberikan tayangan mengenai beberapa tempat wisata yang terkenal di Indonesia
2. Pembelajar menanyakan hal-hal yang
berkaitan dengan pariwisata Indonesia
3. Pengajar menanyakan tempat-tempat
(23)
pembelajar
4. Pembelajar diminta untuk membuat cerita
tentang pengalaman pembelajar
berkunjung ke tempat-tempat wisata yang ada di Indonesia
5. Pembelajar menceritakan pengalaman
pembelajar berkunjung ke tempat-tempat wisata yang ada di Indonesia
6. Pembelajar dibagikan contoh dialog yang berkaitan dengan tempat wisata
7. Pembelajar mencoba membaca dialog yang
sudah tersedia
8. Pembelajar menanyakan hal-hal yang
belum dipahami dalam teks
9. Pembelajar menanyakan hal-hal yang
berhubungan dengan pengalaman
pembelajar
10.Pembelajar mengkaji ungkapan-ungkapan
yang terdapat dalam dialog
11.Pembelajar mencari contoh ungkapan lain yang mempunyai fungsi komunikatif sama
12.Pembelajar dan pengajar bersama-sama
menyimpulkan kaidah tata bahasa yang terkandung dalam kalimat
13.Pembelajar berlatih untuk berkomunikasi dengan pengajar berkaitan dengan tempat wisata
14.Pengajar memberikan tugas untuk
(24)
negara pembelajar
15.Evaluasi pembelajaran dilakukan dengan memutar hasil rekaman dan berdiskusi mengenai kesalahan tata bahasa, diksi, dan lain-lain.
3.5 Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data 3.5.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut.
a. Tes keterampilan berbicara
Teknik ini dilakukan beberapa kali disesuaikan dengan keperluan penelitian subjek tunggal, yaitu sebelum dan sesudah diberi perlakuan.
1. Prates atau baseline awal (A1), yaitu tes keterampilan berbicara yang
dilakukan selama lima sesi sebelum diberikan perlakuan (intervensi). Tes ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal berbicara pembelajar BIPA sebelum diberi perlakuan dengan menggunakan pendekatan komunikatif.
2. Pascates atau baseline akhir (A2), yaitu tes keterampilan berbicara yang
dilakukan selama lima sesi setelah diberi perlakuan (intervensi). Tes ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan akhir berbicara pembelajar BIPA, yang sudah diberikan perlakuan dengan menggunakan pendekatan komunikatif.
b. Teknik perekaman
Teknik perekaman ini digunakan untuk menunjang penelitian. Dokumentasi ini dihimpun untuk memperoleh informasi secara transparan berkaitan dengan berlangsungnya penelitian. Data yang diperoleh melalui teknik perekaman ini
(25)
kemudian akan disalin ke dalam bahasa tulis, sehingga dapat diketahui kekurangan-kekurangan yang terjadi dalam tes berbicara pembelajar.
3.5.2 Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif yang sederhana.
Langkah-langkah pengolahan data dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Melakukan penilaian pada kondisi baseline awal-1.
2. Melakukan penilaian pada kondisi intervensi/treatment. 3. Melakukan penilaian pada kondisi baseline akhir-2.
4. Penilaian pada setiap kondisi diubah ke dalam bentuk grafik sehingga dapat dilihat secara jelas perubahan yang terjadi dari ketiga fase.
5. Membuat analisis data kondisi berdasarkan grafik yang dibuat. Analisis data kondisi meliputi :
a. panjang kondisi adalah panjang interval atau banyaknya sesi yang dilakukan pada tiap kondisi,
b. kecenderungan arah bertujuan untuk melihat perkembangan kemampuan
subjek penelitian pada setiap kondisi dengan menggunakan garis lurus, c. tingkat stabilitas untuk menunjukkan tingkat homogenitas data dalam
suatu kondisi. Tingkat stabilitas diketahui dengan cara sebagai berikut. Persentase stabil = banyaknya data yang ada dalam rentang : banyaknya skor x 100%. Rentang yang digunakan yaitu rentang antara batas atas dan batas bawah. Batas atas diketahui dengan cara mean level + setengah dari rentang stabilitas, sedangkan Batas bawah = mean level - setengah dari rentang stabilitas. Rentang stabilitas Skor tertinggi x kriteria stabilitas = rentang stabilitas.
d. tingkat perubahan bertujuan untuk menunjukkan besarnya perubahan antara dua data. Tingkat perubahan yaitu selisih antara data pertama dengan data terakhir pada setiap kondisi.
(26)
6. Membuat analisis data antar kondisi yang meliputi variabel yang diubah, Perubahan kecenderungan arah dan efeknya, perubahan level, dan data overlap.
a. Variabel yang diubah dalam hal ini adalah keterampilan berbicara pembelajar BIPA yang ingin diubah pada setiap kondisi.
b. Perubahan kecenderungan arah dan efeknya dibuat dalam bentuk garis
lurus, dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan pembelajar BIPA pada setiap kondisi, dan efeknya terhadap kondisi selanjutnya, misalnya baseline awal (A1) - Intervensi (B).
c. Perubahan level ditentukan dari selisih antara sesi terakhir pada kondisi baseline awal (A1) dan sesi pertama pada kondisi intervensi
(B), dengan tujuan untuk mengetahui apakah perubahan level subjek mengalami kenaikan (+) atau penurunan (-).
7. Membuat analisis rata-rata kemampuan pembelajar BIPA secara kelompok
pada setiap kondisi, dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan kemampuan berbicara pembelajar BIPA setelah treatment dilakukan.
8. Menguji hipotesis dengan menggunakan data overlap (Data yang berada dalam rentang baseline awal: jumlah data x100%) dan peningkatan kemampuan berbicara pembelajar BIPA.
(1)
menyimpulkan kaidah tata bahasa yang terkandung dalam kalimat
10.Pembelajar diberikan tugas untuk membuat sebuah dialog yang berkaitan dengan kegiatan jual beli
11.Pembelajar membuat teks dialog jual beli 12.Pembelajar memeragakan dialog tersebut
di depan kelas
13.Pembelajar berlatih untuk berkomunikasi dengan pengajar berkaitan dengan jual beli 14.Pembelajar diberikan tugas untuk membuat cerita tentang pengalaman pembelajar berkaitan dengan jual beli.
15.Evaluasi pembelajaran dilakukan dengan memutar hasil rekaman dan berdiskusi mengenai kesalahan tata bahasa, diksi, dan lain-lain.
7 Transportasi 1. Pembelajar menyimak tayangan mengenai macam-macam alat transportasi yang ada di Indonesia
2. Pembelajar menanyakan hal-hal yang
belum dimengerti
3. Pengajar menanyakan macam-macam
transportasi yang ada di negara pembelajar
4. Pembelajar dan pengajar bersama-sama
membuat daftar persamaan dan perbedaan alat transportasi yang ada di Indonesia dan di negara pembelajar
(2)
berkaitan dengan transportasi
6. Pembelajar mencoba membaca dialog yang
sudah tersedia
7. Pembelajar menanyakan hal-hal yang
belum dipahami dalam teks
8. Pembelajar menanyakan hal-hal yang
berhubungan dengan pengalaman
pembelajar
9. Pembelajar mengkaji ungkapan-ungkapan
yang terdapat dalam dialog
10.Pembelajar mencari contoh ungkapan lain yang mempunyai fungsi komunikatif sama
11.Pembelajar dan pengajar bersama-sama
menyimpulkan kaidah tata bahasa yang terkandung dalam kalimat
12.Pembelajar diberikan tugas untuk membuat cerita mengenai alat transportasi di negara pembelajar
13.Evaluasi pembelajaran dilakukan dengan memutar hasil rekaman dan berdiskusi mengenai kesalahan tata bahasa, diksi, dan lain-lain.
8 Tempat wisata 1. Pengajar memberikan tayangan mengenai beberapa tempat wisata yang terkenal di Indonesia
2. Pembelajar menanyakan hal-hal yang
berkaitan dengan pariwisata Indonesia
3. Pengajar menanyakan tempat-tempat
(3)
pembelajar
4. Pembelajar diminta untuk membuat cerita
tentang pengalaman pembelajar
berkunjung ke tempat-tempat wisata yang ada di Indonesia
5. Pembelajar menceritakan pengalaman
pembelajar berkunjung ke tempat-tempat wisata yang ada di Indonesia
6. Pembelajar dibagikan contoh dialog yang berkaitan dengan tempat wisata
7. Pembelajar mencoba membaca dialog yang
sudah tersedia
8. Pembelajar menanyakan hal-hal yang
belum dipahami dalam teks
9. Pembelajar menanyakan hal-hal yang
berhubungan dengan pengalaman
pembelajar
10.Pembelajar mengkaji ungkapan-ungkapan
yang terdapat dalam dialog
11.Pembelajar mencari contoh ungkapan lain yang mempunyai fungsi komunikatif sama
12.Pembelajar dan pengajar bersama-sama
menyimpulkan kaidah tata bahasa yang terkandung dalam kalimat
13.Pembelajar berlatih untuk berkomunikasi dengan pengajar berkaitan dengan tempat wisata
14.Pengajar memberikan tugas untuk
(4)
negara pembelajar
15.Evaluasi pembelajaran dilakukan dengan memutar hasil rekaman dan berdiskusi mengenai kesalahan tata bahasa, diksi, dan lain-lain.
3.5 Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data 3.5.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut.
a. Tes keterampilan berbicara
Teknik ini dilakukan beberapa kali disesuaikan dengan keperluan penelitian subjek tunggal, yaitu sebelum dan sesudah diberi perlakuan.
1. Prates atau baseline awal (A1), yaitu tes keterampilan berbicara yang dilakukan selama lima sesi sebelum diberikan perlakuan (intervensi). Tes ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal berbicara pembelajar BIPA sebelum diberi perlakuan dengan menggunakan pendekatan komunikatif.
2. Pascates atau baseline akhir (A2), yaitu tes keterampilan berbicara yang dilakukan selama lima sesi setelah diberi perlakuan (intervensi). Tes ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan akhir berbicara pembelajar BIPA, yang sudah diberikan perlakuan dengan menggunakan pendekatan komunikatif.
b. Teknik perekaman
Teknik perekaman ini digunakan untuk menunjang penelitian. Dokumentasi ini dihimpun untuk memperoleh informasi secara transparan berkaitan dengan berlangsungnya penelitian. Data yang diperoleh melalui teknik perekaman ini
(5)
kemudian akan disalin ke dalam bahasa tulis, sehingga dapat diketahui kekurangan-kekurangan yang terjadi dalam tes berbicara pembelajar.
3.5.2 Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif yang sederhana.
Langkah-langkah pengolahan data dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Melakukan penilaian pada kondisi baseline awal-1.
2. Melakukan penilaian pada kondisi intervensi/treatment. 3. Melakukan penilaian pada kondisi baseline akhir-2.
4. Penilaian pada setiap kondisi diubah ke dalam bentuk grafik sehingga dapat dilihat secara jelas perubahan yang terjadi dari ketiga fase.
5. Membuat analisis data kondisi berdasarkan grafik yang dibuat. Analisis data kondisi meliputi :
a. panjang kondisi adalah panjang interval atau banyaknya sesi yang dilakukan pada tiap kondisi,
b. kecenderungan arah bertujuan untuk melihat perkembangan kemampuan
subjek penelitian pada setiap kondisi dengan menggunakan garis lurus, c. tingkat stabilitas untuk menunjukkan tingkat homogenitas data dalam
suatu kondisi. Tingkat stabilitas diketahui dengan cara sebagai berikut. Persentase stabil = banyaknya data yang ada dalam rentang : banyaknya skor x 100%. Rentang yang digunakan yaitu rentang antara batas atas dan batas bawah. Batas atas diketahui dengan cara mean level + setengah dari rentang stabilitas, sedangkan Batas bawah = mean level - setengah dari rentang stabilitas. Rentang stabilitas Skor tertinggi x kriteria stabilitas = rentang stabilitas.
d. tingkat perubahan bertujuan untuk menunjukkan besarnya perubahan antara dua data. Tingkat perubahan yaitu selisih antara data pertama dengan data terakhir pada setiap kondisi.
(6)
6. Membuat analisis data antar kondisi yang meliputi variabel yang diubah, Perubahan kecenderungan arah dan efeknya, perubahan level, dan data overlap.
a. Variabel yang diubah dalam hal ini adalah keterampilan berbicara pembelajar BIPA yang ingin diubah pada setiap kondisi.
b. Perubahan kecenderungan arah dan efeknya dibuat dalam bentuk garis
lurus, dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan pembelajar BIPA pada setiap kondisi, dan efeknya terhadap kondisi selanjutnya, misalnya baseline awal (A1) - Intervensi (B).
c. Perubahan level ditentukan dari selisih antara sesi terakhir pada kondisi baseline awal (A1) dan sesi pertama pada kondisi intervensi (B), dengan tujuan untuk mengetahui apakah perubahan level subjek mengalami kenaikan (+) atau penurunan (-).
7. Membuat analisis rata-rata kemampuan pembelajar BIPA secara kelompok
pada setiap kondisi, dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan kemampuan berbicara pembelajar BIPA setelah treatment dilakukan.
8. Menguji hipotesis dengan menggunakan data overlap (Data yang berada dalam rentang baseline awal: jumlah data x100%) dan peningkatan kemampuan berbicara pembelajar BIPA.