PENERAPAN METODE CIRC COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMK KELAS XI PADA MATA PELAJARAN SISTEM OPERASI JARINGAN SOJ.
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
BAB I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1
1.2.Rumusan Masalah ... 7
1.3.Tujuan Penelitian ...8
1.4. Manfaat Penelitian ... 8
1.5.Batasan Masalah ... 9
1.6.Definisi Operasional ... 9
1.7.Hipotesis ... 10
BAB II. LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR 2.1.Belajar .. ... 11
2.2. Metode Pembelajaran ... 14
2.3. Pembelajaran Kooperatif ... 16
2.4. CIRC ... 17
2.5. Guru ... 21
2.6. Siswa ... 21
2.7. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) ... 22
2.8.Multimedia Interaktif ... 22
2.9. Makromedia Flash 8.0 ... 29
2.10. Hasil Belajar Siswa ... 31
2.10.1 Pengertian Hasil Belajar Siswa ... 31
2.10.2 Bukti Hasil Belajar ... 32
2.11. Storyboard ... 39
(2)
Muthi Akbar Rangkuti, 2012
Penerapan Metode CIRC ( Cooperative Integrated Reading And Composition) Berbantuan Multimedia Interaktif Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMK Kelas XI Pada Mata Pelajaran Sistem Operasi Jaringan
2.12.1 Langkah Perancangan Aplikasi Multimedia ... 41
2.12.2 Pembentukan Elemen-elemen ... 42
2.12.3 Langkah-langkah authoring ... 43
BAB III. METODE PENELITIAN 3.1Metode Pengembangan Multimedia ... 45
3.2Metode Penelitian ... 49
3.3Desain Penelitian ... 50
3.4Populasi dan Sampel ... 51
3.5Instrumen Penelitian ... 52
3.6Tahapan Penelitian ... 53
3.7Teknik Pengumpulan Data... ... 55
3.8Teknik Pengolahan Data... 56
3.8.1 Analisis Validitas Butir Soal ... 57
3.8.2 Reliabilitas . ... 58
3.8.3 Uji Daya Pembeda ... 59
3.8.4 Tingkat Indeks Kesukaran ... 60
3.9 Teknik Analisis Data Penelitian... 61
3.9.1 Analisis Data Observasi... 62
3.9.2 Analisis Data Tes Kognitif Siswa ... 62
BAB IV. HASIL PENELITIAN 4.1Pengembangan Multimedia Interaktif sebagai alat bantu pada Metode CIRC ... 69
4.2Hasil Desain Antar-muka Pengembangan Multimedia Pembelajaran ... 74
4.3Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 79
4.4.Analisis Hasil Uji Coba Instrumen... 79
4.5 Hasil Penelitian ...………... 83
(3)
5.5Kesimpulan …………... 99
5.6Saran …... 100
DAFTAR PUSTAKA ... 101
(4)
1
Muthi Akbar Rangkuti, 2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi merupakan salah satu hal yang memerlukan perhatian dalam dunia pendidikan. Seorang pendidik, seperti guru, ketika sedang melakukan komunikasi dengan para siswa-siswi pada proses belajar mengajar (PBM), hendaklah harus mampu berkomunikasi dengan baik. Dengan komunikasi yang efektif, diharapkan penyampaian ilmu dan nilai-nilai proses pembelajaran berjalan dengan efektif pula. Begitu pula sebaliknya, sehingga dampak yang terjadi ketika siswa lambat dalam memahami pelajaran tidak terjadi. Lebih bahaya lagi adalah munculnya misinterpretasi informasi, dalam hal ini siswa salah menginterpretasikan maksud dari guru sehingga yang dia pahami justru suatu hal yang salah informasi. Komunikasi sebagai proses yang di dalamnya terdapat suatu gagasan yang dikirimkan dari sumber kepada penerima dengan tujuan untuk merubah perilakunya(Rogers, 2005). Pendapat lain mengatakan bahwa komunikasi merupakan proses yang di dalamnya menunjukkan arti pengetahuan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain, biasanya dengan maksud mencapai beberapa tujuan khusus seperti dunia pendidikan(Herbert, 2005).
Melihat kondisi permasalahan yang ada saat ini, tentunya paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran haruslah di pilih dengan baik. Hal ini tentunya memerlukan perhatian dari pemerintah Indonesia saat ini agar adanya perubahan paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran, khususnya pada jenis
(5)
dan jenjang pendidikan formal(persekolahan). Paradigma pembelajaran merupakan orientasi pembelajaran yang berpusat pada guru beralih berpusat pada siswa, metodologi yang semula lebih didominasi ekspositori berganti ke partisipatori, dan pendekatan yang semula tekstual menjadi kontekstual(Trianto, 1992:2). Satu inovasi yang menarik mengiringi perubahan paradigma tersebut adalah ditemukan dan diterapkannya model-model pembelajaran yang beraneka jenis diantaranya metode pembelajaran kooperatif. Metode pembelajaran kooperatif inilah diharapkan dapat berjalan sinergi mendukung proses dari sistem pendidikan saat ini. Slavin (dalam Ibrahim, 2000:16) menelaah penelitian dan melaporkan bahwa 45 penelitian telah dilaksanakan antara tahun 1972 sampai dengan 1986, menyelidiki pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar. Dari 45 laporan tersebut, 37 diantaranya menunjukkan bahwa kelas kooperatif (kelas eksperimen) nilai hasil belajar akademiknya lebih tinggi dibandingkan dengan kelas konvensional (kelas kontrol) dan delapan studi menunjukkan tidak ada perbedaan dan tidak satupun studi menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memberikan pengaruh negatif.
Pada proses belajar ada tujuan belajar dan pembelajaran yang harus dicapai. Keberhasilan seorang pendidik dalam mencapai tujuan dari proses pembelajaran dapat dilihat dari nilai peserta didik dan perubahan tingkah lakunya. Hasil belajar bukan merupakan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan (Hamalik, 2003: 27). Belajar didefinisikan sebagai sebuah proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat pengalamannya(Gagne, 1984:12). Untuk mencapai tujuan dari proses
(6)
3
Muthi Akbar Rangkuti, 2012
pembelajaran seorang pendidik memerlukan suatu pendekatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Pendekatan ada dua jenis yaitu pendekatan harus berpusat pada guru dan pendekatan tersebut berpusat pada siswa (Ellington, 1988). Seorang pendidik harus cermat memilih pendekatan tersebut dengan baik, agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
Setelah memilih pendekatan yang akan digunakan pada proses pembelajaran, maka seorang pendidik menyusun sebuah strategi pembelajaran.
Newman dan Logan (Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha atau strategi, yaitu: (1) Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya. (2) Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran. (3) Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran. (4) Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha. Jika perencanaan telah dicapai maka dibuatlah sebuah metode pembelajaran. Gunter et al mendefinisikan model pembelajaran sebagai sebuah prosedur terarah tahap demi tahap yang menghasilkan pembelajaran spesifik(Santyasa, 2007:7).
(7)
Sementara Burden & Byrd berpendapat bahwa model pembelajaran adalah metode untuk memberikan intruksi yang bertujuan membantu siswa mendapatkan sebuah pembelajaran yang objektif (Santyasa, 2007 : 7).
Melihat paparan sebelumnya, metode merupakan langkah operasional dari strategi pembelajaran yang dipilih dalam mencapai tujuan belajar, sehingga bagi sumber belajar dalam menggunakan suatu metode pembelajaran harus disesuaikan dengan jenis strategi yang digunakan. Ketepatan penggunaan suatu metode akan menunjukkan fungsionalnya strategi dalam kegiatan pembelajaran. Kemudian metode pembelajaran diimplementasikan secara spesifik melalui teknik pembelajaran. Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Dari penjelasan di atas berarti untuk mencapai tujuan belajar dan pembelajaran yang baik dan efisien diperlukan model pembelajaran yang cocok untuk diterapkan kepada peserta didik.
Model pembelajaran kooperatif yang diterapkan memiliki berbagai macamnya diantaranya adalah CIRC (Cooperative Integrated Reading and
Compotition ). Steven& Slavin menjelaskan bahwa metode pembelajaran CIRC
merupakan model pembelajaran kooperatif terpadu membaca dan menulis (Wijaya, 2004:35). Dalam model pembelajaran CIRC, siswa ditempatkan dalam
(8)
5
Muthi Akbar Rangkuti, 2012
kelompok-kelompok kecil yang heterogen, yang terdiri atas 4 atau 6 siswa. Dalam kelompok ini tidak dibedakan atas jenis kelamin, suku/bangsa, atau tingkat kecerdasan siswa.
Sesuai penjelasan jurnal pendidikan, berdasarkan pengalaman peneliti dalam membina matakuliah kemampuan membaca (Reading), masih banyak terdapat kelemahan- kelemahan mahasiswa dalam memahami sebuah teks. Kelemahan-kelemahan tersebut berdasarkan hasil refleksi peneliti disebabkan karena: (1) Kurangnya latihan membaca yang dilakukan oleh mahasiswa; (2) rendahnya minat dan motivasi mahasiswa untuk membaca; (3) Proses penilaian yang dilakukan oleh dosen kurang transparan. Selain itu, kesulitan mahasiswa dalam memahami teks disebabkan pula oleh beberapa faktor, di antaranya keterbatasan vocabulary, speed reading mahasiswa yang masih rendah, atau mungkin karena metode mengajar dosen yang masih belum memadai. Metode Pembelajaran koperatif tipe CIRC terbukti dapat meningkatkan kemampuan membaca mahasiswa dibandingkan dengan pembelajaran Konvensional. Dalam menerapkan metode pembelajaan koperatif tipe CIRC dalam proses pembelajaran di kelas, mahasiswa lebih dapat bekerja sama, berdiskusi bersama, saling bertanggung jawab, saling tukar pendapat (share or take and give information), saling mengerti (mutual understanding), dan saling mendorong dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hal ini disebabkan karena seorang mahasiswa dikatakan berhasil apabila teman belajar dalam kelompoknya juga berhasil. Di pihak dosen, pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran koperatif tipe CIRC, memungkinkan dosen untuk menerapkan
(9)
tujuan pembelajaran yang lebih mudah dan efektif. Karena dosen tidak lagi perlu berceramah atau menyampaikan materi sepanjang proses pembelajaran, akan tetapi mahasiswa dapat berdiskusi terlebih dahulu dalam kelompoknya sehingga tercipta pula hubungan yang lebih baik sesama manusia (Mahdum, 2008).
Dengan melihat pernyataan diatas, model pembelajaran kooperatif dapat memberikan solusi agar proses belajar mengajar (PBM) epektif . Dengan demikian para siswa dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada ranah kognitif, misalnya cara berfikir kritis, kreatif dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi dalam mengerjakan berbagai tugas dalam sebuah kelompok belajar. Metode pembelajaran yang dimaksud adalah metode pembelajaran kooperatif CIRC berbantuan multimedia interaktif sebagai alat bantu dalam proses belajar menagajar (PBM), sehingga peserta didik tidak mengalami kebosanan dan tingkat monotonisme yang cukup tinggi, yang menyebabkan siswa mengalami penurunan motivasi belajar. Berpijak kepada konsep Magnesen(1993), bahwa pembelajaran dengan mempergunakan teknologi audiovisual atau Multimedia Interaktif akan meningkatkan kemampuan belajar menjadi sebesar 50% dari pada dengan tanpa mempergunakan media. Pernyataan ini, berbeda sekali dengan penyampaian pelajaran seorang guru yang menggunakan metode konvensional dan dilakukan terus-menerus tanpa adanya variasi dalam pembelajaran, dapat dimungkinkan akan menemui kejenuhan karena tidak ada warna baru dalam kegiatan pembelajaran tersebut. Metode pembelajaran konvensional atau pendekatan berpusat pada guru, artinya guru mendominasi pembelajaran dan siswa cenderung pasif dalam pembelajaran (Ainurahman, 2010) .
(10)
7
Muthi Akbar Rangkuti, 2012
Oleh karena itu, media mempunyai kemampuan atau potensi yang sangat baik untuk kita manfaatkan. Manfaat yang paling penting adalah media dapat mengatasi kekurangan-kekurangan guru dalam menyampaikan pelajaran. Media didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat merangsang pikiran, perasaan dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar itu terjadi (Sadiman, 2002:6). Pemilihan media yang tepat, yaitu sesuai dengan materi yang akan disampaikan dengan tujuan yang ingin dicapai, merupakan salah satu kunci keberhasilan suatu pembelajaran (Sunyoto, 2006). Berdasarkan paparan masalah tersebut, maka penulis terinspirasi untuk melakukan kegiatan penelitian berkenaan dengan “Penerapan Metode CIRC(Cooperative Integrated Reading And
Composition) Berbantuan Multimedia Interaktif untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa SMK Kelas XI pada Mata Pelajaran Sistem Operasi
Jaringan (SOJ)“.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah ini adalah:
1. Bagaimana pengembangan multimedia interaktif sebagai alat bantu dari penerapan model pembelajaran CIRC pada mata pelajaran sistem operasi jaringan (SOJ)?
2. Apakahhasil belajar siswa dengan model pembelajaran CIRC(Cooperatif
Integrated Reading And Composition ) berbantuan multimedia interaktif
lebih meningkat daripada dengan model pembelajaran konvensional pada mata pelajaran sistem operasi jaringan (SOJ) ?
(11)
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini adalah untuk meneliti penerapan metode CIRC bagi siswa Sekolah Menengah Kejuruan, pada mata pelajaran sistem operasi jaringan(SOJ) berbantuan multimedia interaktif.
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana pengembangan multimedia sebagai alat bantu dalam penerapan metode CIRC pada mata pelajaran sistem operasi jaringan (SOJ).
2. Untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa dengan menggunakan metode pembelajaran CIRC(Cooperatif Integrated Reading And
Composition ) berbantuan multimedia interaktif lebih meningkat
daripada model pembelajaran konvensional pada mata pelajaran sistem operasi jaringan (SOJ).
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui manfaat multimedia yang dikembangkan sebagai alat bantu pada penerapan metode pembelajaran CIRC berbantuan multimedia interaktif pada mata pelajaran sistem operasi jaringan (SOJ), sehingga dapat mendukung proses belajar mengajar (PBM).
2. Mengetahui nilai hasil belajar yang baik dari penerapan metode pembelajaran CIRC berbantuan multimedia interaktif daripada
(12)
9
Muthi Akbar Rangkuti, 2012
pembelajaran konvensional pada mata pelajaran sistem operasi jaringan(SOJ).
1.5 Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, peneliti membatasi permasalahan penelitian sebagai berikut:
1. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI-1 dan XI-2 SMK Merdeka Kota Bandung.
2. Hasil belajar ranah kognitif yang diukur meliputi kemampuan pengetahuan
(C1), pemahaman (C2) dan penerapan atau aplikasi (C3) sesuai dengan keterbatasan penelitian dan ketercakupan intrumen.
3. Materi yang diujicobakan yaitu mengenai jenis-jenis sistem operasi jaringan yang berbasis Grafhical User Interface (GUI).
4. Kelas yang dijadikan bahan penelitian mempunyai kestabilan yang baik, dalam artian suasana kelas maupun lingkungan kelas mendukung untuk dilakukan penelitian.
1.6 Definisi Operasional
Untuk menghindari salah penafsiran terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka penulis menganggap perlu digunakannya definisi operasional sebagai berikut:
1. Metode CIRC adalah Pembelajaran kooperatif tipe CIRC (Cooperative
(13)
sebagai suatu model pembelajaran kooperatif yang mengitegrasikan suatu bacaan secara menyeluruh kemudian mengkomposisikannya menjadi bagian-bagian yang penting. Pembelajaran CIRC dikembangkan oleh Stevans, Madden, Slavin dan Farnish.
2. Multimedia interaktif berasal dari kata multi dan media. Multi artinya banyak sedangkan media dalam bentuk jamaknya berarti medium. Jadi dapat disimpulkan bahwa mutimedia berarti banyak media. Multimedia ini diharapkan dapat membantu dalam proses penyampaian materi sistem operasi jaringan berbasis GUI. Multimedia interaktif pada penelitian ini merupakan perangkat lunak komputer yang berisi slide materi dengan bentuk dan desain menggunakan Makromedia Flash 8.
3. Hasil belajar. Hasil belajar siswa yang dimaksud adalah hasil belajar siswa pada ranah kognitif yaitu C1, C2 dan C3, diperoleh berdasarkan selisih hasil tes pada sebelum pembelajaran (pretest)) dengan metode
CIRC berbantuan multimedia interaktif dan setelah dilakukan pembelajaran (postest) dengan metode CIRC berbantuan multimedia interaktif.
1.7 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap suatu permasalahan penelitian. Hipotesis penelitian ini adalah
“Hasil belajar siswa dengan diterapkannya metode CIRC berbantuan Multimedia Interaktif lebih meningkat daripada pembelajaran konvensional”
(14)
Muthi Akbar Rangkuti, 2012
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metodologi Pengembangan Multimedia
Menurut Munir (2008:195), terdapat berbagai metodologi yang telah dikembangkan para ahli dalam mengembangkan multimedia berbasis TIK. Metodologi ini selalu terkait dengan kerangka kerja (framework) pendekatan sistem informasi. Dalam tulisan ini difokuskan pada Pengembangan Sistem Daur Hidup (Life cycle).
Dalam bukunya, Munir (2008:195) memaparkan 5 tahap pengembangan multimedia pembelajaran, yaitu analisis, desain, pengembangan, implementasi dan penlaian, yang melibatkan aspek pengguna, lingkungan pembelajaran, kurikulum, prototaip, penggunaan dan penyempurnaan sistem.
(Munir, 2008:196) Gambar 3.1
(15)
Berikut ini adalah tahapan dalam proses pengembangan multimedia dalam pendidikan:
1. Tahap Analisis
Pada tahap ini diterapkan tujuan pengembangan software, baik bagi pelajar, guru maupun bagi lingkungan. Untuk keperluan tersebut maka analisis dilakukan berkerjasama dengan guru agar pengembangan software mengacu kepada kurikulum yang digunakan
2. Tahap Desain
Tahap ini meliputi penentuan unsur-unsur yang perlu dimuatkan dalam
software yang akan dikembangkan sesuai dengan desain pembelajaran. Proses
desain pengembangan software pembelajaran meliputi dua aspek desain, yaitu : aspek model ID (desain instruksional) dan aspek isi pengajaran yang akan diberikan
3. Tahap Pengembangan
Didasarkan pada desain pembelajaran, maka dibuat papan cerita (story
board). Selanjutnya software dikembangkan sehingga menghasilkan sebuah
prototaip software pembelajaran. Tahap pengembangan software meliputi langkah-langkah : penyediaan papan cerita, carata alir, aturcara, memperhatikan grafis, media (suara dan video) dan pengintegrasian sistem. Setelah pengembangan software selesai, maka penilaian terhadap unit-unit multimedia tersebut dilakukan dengan menggunakan rangkaian penilaian software multimedia.
(16)
47
4. Tahap Implementasi
Implementasi pengembangan software pembelajaran disesuaikan dengan model pembelajaran yang diterapkan . peserta didik dapat menggunakan software multimedia di dalam kelas secara kreatif dan interaktif melalui pendekatan individu dan kelompok. Software multimedia yang dikembangkan bersumber dari bahan-bahan pelajaran yang diperoleh dari buku, pengalaman lingkungan, guru, pengalaman peserta didik itu sendiri atau bersumber dari cerita yang berkembang di masyarakat. Dalam hal ini peranan guru selain menjadi fasilitator juga untuk mengontrol perkembangan pembelajaran peserta didik secara objektif.
5. Tahap Penilaian
Untuk mengetahui secara pasti kelebihan dan kelemahan software yang telah dikembangkan, maka dilakukan penilaian. Perbaikan dan penghalusan
software kemudian perlu dilakuakan agar software lebih sempurna. Multimedia
tersebut dengan program pembelajaran. Penekanan penilaian ditentukan untuk penilaian dalam kemampuan literasi komputer, literasi materi pelajaran dan tahap motivasi peserta didik.
Alur pengembangan multimedia pembelajaran sebagai alat bantu pada penerapan metode CIRC berbantuan multimedia interaktif dapat dilihat dari gambar pada halaman selanjutnya.
(17)
Tahap 1
Tahap 2
Tahap 3
Tahap 4
Tahap 5
Gambar 3.2 Alur pengembangan Multimedia Sebagai Alat Bantu dalam Penerapan Metode CIRC
Analisis
Studi Literatur
Studi Pendahuluan
Desain
Metode CIRC
Materi yang akan disampaikan
Pengembangan
Flowchart
Storyboard
Implementasi
Menggunakan Multimedia sebagai Alat Bantu pada Metode CIRC pada kelas
Eksperimen
Evaluasi
Soal
Angket
Multimedia disesuaikan dengan materi di
RPP
Membuat Multimedia Pembelajaran
Judgement Multimedia Oleh
(18)
49
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan serangkaian strategi yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data penelitian yang diperlukan untuk mencapai tujuan penelitian dan menjawab masalah yang diteliti. Sesuai dengan tujuan dan permasalahan penelitian ini, yaitu pengaruh penerapan metode CIRC berbantuan multimedia intraktif dalam meningkatkan hasil belajar siswa, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen (Sugiyono, 2008:114). Penggunaan metode quasi eksperimen ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh bebas terhadap variabel terikat. Variabel bebas pada penelitian ini adalah metode CIRC, sedangkan variabel terikatnya adalah peningkatan hasil belajar siswa SMK kelas XI dengan berbantuan multimedia interaktif .
Keberhasilan penerapan metode yang diujikan dapat dilihat dari perbedaan nilai tes kelompok eksperimen sebelum diberikan perlakuan yaitu berupa pelaksanaan pembelajaran dengan metode yang diujikan (pretest) dan nilai tes setelah diberikan perlakuan (posttest.).
(19)
3.3 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah Nonekivalen Pretest – Posttest Control Group Design (Arikunto, 2010:210). Adapun gambaran desain
penelitiannya sebagai berikut :
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Kelas Pretest Treatment Posttest
E O1 X O2
K O1 O2
Keterangan :
E : Kelas eksperimen, yaitu kelas yang diberikan perlakuan model pembelajaran metode CIRC berbantuan multimedia interaktif.
K : Kelas kontrol, yaitu kelas yang diberikan perlakuan metode pembelajaran konvensional.
X : Perlakuan yang diberikan, yaitu pembelajaran dengan model pembelajaran metode CIRC berbantuan multimedia interaktif.
O1 : Tes Awal (Pretest) sebelum perlakuan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
O2 : Tes Akhir (Posttest) setelah perlakuan dengan pendekatan metode CIRC pada kelas eksperimen dan pendekatan konvensional pada kelas kontrol.
Penjelasan desain penelitian ini sebagai berikut:
(1) Kelas eksperimen adalah kelas yang diberikan perlakuan metode CIRC berbantuan multimedia interaktif, sedangkan kelas kontrol adalah kelas yang diberikan model pembelajaran konvensional (ceramah) yang menekankan pada diskusi. (2) Kedua kelas ini diberikan pretest(test-awal) untuk mengetahui keadaan awal pada masing-masing kelas. (3) Hasil pretest(test-awal) yang baik bila nilai kelas eksperimen tidak berbeda secara signifikan. (4) Kemudian kedua
(20)
51
kelas diberikan perlakuan yang berbeda. (5) Setelah diberi perlakuan, baru diberikan postest(test-akhir) untuk mengetahui hasil dari kedua kelas tersebut.
Proses data awal berupa nilai pretest(test-awal) kedua kelas dan hasil pembelajaran berupa nilai postest(test-akhir), penulis akan mengolah data-data tersebut untuk menghitung perbedaan peningkatan hasil belajar kedua kelas yang diberikan dan dinyatakan efektif atau tidak. Pendekatan yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif sebagai acuan dasar penelitian, pengumpulan dan pengolahan data. Seperti dikatakan oleh Putri
Istianti G (2010), bahwa pendekatan kuantitatif merupakan metode pemecahan
masalah yang terencana dan cermat, dengan desain yang tersusun ketat, pengumpulan data secara sistematis terkontrol, dan tertuju pada penyusunan teori yang disimpulkan secara induktif dalam kerangka pembuktian hipotesis secara empiris.
3.4 Populasi dan Sampel 3.4.1 Populasi
Dalam suatu kegiatan penelitian berkenaan dengan sumber data yang digunakan. Sugiyono, (2008, hal.117) menjelaskan bahwa Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI TKJ di
(21)
Tabel 3.2
Jumlah Siswa Kelas XI Jurusan TKJ SMK Merdeka Bandung Tahun Ajaran 2012-2013
3.4.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono,2008:118). Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas TKJ XI-1 dan TKJ XI-2 dengan jumlah 30 siswa perkelasnya yang akan diberi perlakuan dengan menggunakan metode CIRC baik berbantuan multimedia interaktif dan menggunakan pembelajaran konvensional tanpa berbantuan multimedia interaktif.
Dalam desain ini penulis memilih 2 (dua) kelas sebagai sample yang dilakukan dengan teknik Cluster Random Sampling, artinya sampel diambil secara acak tanpa memperhatikan strata dalam populasi.
3.5 Instrumen Penelitian.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah.
a. Seperangkat tes prestasi belajar (pretest dan posttest) dalam bentuk pilihan ganda sebanyak 20 item soal dengan lima alternatif pilihan jawaban untuk mengukur peningkatan .
b. Lembar observasi untuk mengobservasi keterlaksanaan penggunaan model pembelajaran CIRC selama proses pembelajaran berlangsung.
Kelas XI-1 XI-2 XI-3 XI-4 XI-5 XI-6 Jumlah
Total
(22)
53
3.6 Tahapan Penelitian
3.6.1 Tahap Persiapan Penelitian
Persiapan yang dilakukan untuk melaksanakan penelitian ini dimulai dari : a. Menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian.
b. Membuat surat izin penelitian dari Jurusan Pendidikan Ilmu Komputer dan Fakultas Pendidikan MIPA UPI.
c. Menghubungi pihak sekolah menengah kejuruan yang akan dijadikan sebagai lokasi penelitian.
d. Konsultasi dengan guru mata pelajaran produktif jurusan TKJ ditempat dilaksanakannya penelitian.
e. Melakukan Studi Lapangan.
Studi lapangan ini dilakukan untuk mengetahui proses pembelajaran di lapangan, kondisi guru, siswa dan prasarana pembelajaran termasuk alat-alat di lab komputer. Studi lapangan ini dilakukan untuk menentukan masalah yang akan diteliti.
f. Studi Literatur
g. Menyusun Bab I, II dan III
h. Menyusun silabus dan rencana pembelajaran i. Membuat media pembelajaran.
j. Menyusun instrumen penelitian
k. Melakukan uji coba intrumen yang telah di-judgement oleh dosen dan guru.
(23)
l. Melakukan analisis terhadap hasil uji coba dan melakukan perbaikan terhadap instrumen yang tidak valid.
3.6.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian
Tahapan pelaksanaan penelitian dimulai dengan: a. Menentukan populasi dan sampel penelitian. b. Menentukan waktu pelaksanaan penelitian.
c. Memberikan tes awal(pretest) pada kelompok eksperimen.
d. Melakukan pembelajaran mata pelajaran produktif –Sistem Operasi Jaringan dimana peneliti bertindak sebagai guru pengajar dengan menerapkan model CIRC berbantuan multimedia interaktif.
e. Pada saat bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran dilakukan observasi tentang pelaksanaan pembelajaran dikelas, yang dilakukan oleh observer. Yang menjadi observer dalam penelitian ini adalah 2 orang guru produktif yang mengamati proses pembelajaran dan aktivitas siswa. Sebelum observasi dilakukan, 2 orang guru diberikan pengarahan atau latihan cara mengobservasi dan mengisi lembar observasi. Hasil observasi dan monitoring pelaksanaan uji coba model tersebut kemudian dibahas bersama antara peneliti dan observer serta guru yang terlibat setiap selesai pembelajaran. Hasil pembahasan tersebut dijadikan bahan untuk melakukan perbaikan model CIRC sehingga model yang diterapkan selanjutnya diharapkan dapat lebih baik.
(24)
55
f. Mengukur kemampuan akhir siswa dengan memberikan tes akhir
(posttest) untuk mengetahui kemampuan kognitif siswa setelah
diberi perlakuan. 3.6.3 Tahap Akhir Penelitian
Penelitian pada tahap akhir ini meliputi : a. Analisis data observasi
b. Analisis data hasil belajar (penskoran, menghitung skor rata-rata tes, menghitung gain yang ternormalisasi, menguji normalitas pretest dan posttest, menguji homogenitas dan menguji hipotesis tiap pembelajaran).
3.7 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data mengacu pada cara apa yang harus dilakukan untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan instrumen yang telah disusun sebelumnya, yaitu:
3.7.1 Tes
Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan (Arikunto, 2003: 53). Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil kemampuan kognitif dan psikomotor berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran (Nana Sudjana, 2008: 35). Instrumen tes yang digunakan adalah
(25)
tes bentuk pilihan ganda sebanyak 20 (duapuluh) butir soal untuk ujian pertama, 20(duapuluh) butir soal dan untuk ujian kedua (setelah dilakukan uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda). Seluruh instrumen ini memuat ranah kognitif yang menginduk pada taksonomi Bloom. Tes tersebut dilakukan satu kali yaitu sebelum pembelajaran (pretest) dan setelah pembelajaran
(posttest).
3.7.2 Lembar Observasi
Lembar observasi dimaksudkan untuk mengetahui secara langsung aktivitas guru selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi ini berbentuk rating
scale dimana observer hanya memberikan tanda cek (√) pada kolom yang sesuai dengan aktivitas yang diobservasi dan memuat kolom komentar atau saran-saran terhadap aktivitas guru/peneliti selama pembelajaran. Tujuannya untuk melihat perkembangan keterlaksanaan model pembelajaran yang diujikan.
3.8 Teknik Pengolahan Data
Intrumen penelitian yang akan digunakan sebagai alat pengumpul data diujicobakan kepada kelas yang telah mempelajari materi tersebut. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan alat ukur yang valid dan reliabel, serta mengukur tingkat kesukaran dan daya pembedanya. Data hasil uji coba selanjutnya dianalisis untuk menyeleksi soal-soal yang telah dibuat, soal-soal yang tidak memenuhi syarat diganti dengan soal lain atau diperbaiki sehingga dapat digunakan dalam penelitian.
(26)
57
Analisis yang dilakukan terhadap butir soal adalah sebagai berikut : 3.8.1 Analisis Validitas Butir Soal
Suatu alat evaluasi disebut absah atau shahih apabila alat tersebut mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi (Suherman, 2003: 102).
Uji validitas ini berfungsi untuk mengukur ketepatan alat evaluasi dalam
melaksanakan fungsinya. Untuk menentukan validitas soal secara keseluruhan digunakan rumus kolerasi product moment dengan angka kasar Pearson, yaitu :
rxy=
√ –
(No.1)
Keterangan :
rxy = Koefisien kolerasi antara variabel X dan Y
N = Banyaknya subjek (peserta tes) X = Nilai hasil uji coba
Y = Kriterium (nilai rata-rata harian peserta tes)
Selanjutnya koefisien kolerasi yang diperoleh diinterprestasikan ke dalam klasifikasi koefisien validitas menurut Guilford (Suherman, 2003: 112 – 113). Seperti yang terdapat dalam Tabel 3.3 sebagai berikut:
Interprestasi Koefisien Validitas Instrumen
Koefisien Kolerasi Interpretasi
0,90 <rxy 1,00 Validitas sangat tinggi
0,70 <rxy Validitas tinggi 0,40 < rxy 0,70 Validitas sedang 0,20 < rxy 0,40 Validitas rendah 0,00 < rxy 0,20 Validitas sangat rendah
rxy 0,00 Tidak Valid
(27)
Sedangkan validitas untuk tiap soal dihitung dengan menggunakan rumus yang sama, tetapi dengan variabel yang berbeda, yaitu :
rxy=
√ –
(No. 2)
Keterangan :
rxy = Koefisien korelasi antara variable X dan Y
N = Banyaknya subjek (peserta tes) X = Skor tiap butir soal
Y = Skor total
3.8.2 Uji Reliabilitas
Menurut Suherman (2003: 131), reliabilitas adalah suatu alat ukur atau alat evaluasi yang dimaksudkan sebagai suatu alat yang memberikan hasil yang tetap sama (konsisten). Hasil pengukuran itu harus tetap sama (relatif sama) jika pengukurannya diberikan pada subjek yang sama meskipun dilakukan oleh orang yang berbeda, waktu yang berbeda dan tempat yang berbeda. Hal tersebut tidak dipengaruhi oleh pelaku, situasi dan kondisi.
Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan Kuder dan Richardson atau yang biasa dikenal dengan KR-20, yaitu :
r
11 =
(28)
59
Keterangan :
n = Banyaknya butir soal
Pi = Proporsi banyak subjek yang menjawab benar pada butir soal ke-i
qi = proporsi banyak subjek yang menjawab salah pada butir soal ke-i, jadi
qi = 1- pi
St2 = varians skor total
Setelah koefisien reliabilitas diperoleh kemudian di interpretasikan dengan menggunakan derajat reliabilitas alat evaluasi menurut Guilford (Suherman, 2003: 139) yang diinterpretasikan dalam Tabel 3.4.
Tabel 3.4. Kriteria Reliabilitas Butir Soal Menurut Guilford
Koefisien Kolerasi Interpretasi
0,90 <rxy 1,00 Realibilitas sangat tinggi
0,70 < rxy Realibilitas tinggi 0,40 < rxy 0,70 Realibilitas sedang 0,20 < rxy 0,40 Realibilitas rendah 0,00 < rxy 0,20 Realibilitas sangat rendah
rxy 0,00 Tidak Realibilitas
3.8.3 Uji Daya Pembeda
Menurut Suherman (2003:159), daya pembeda dari sebuah butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi, siswa yang memiliki kemampuan sedang dan siswa yang memiliki kemampuan rendah.
(29)
Untuk mengetahui daya pembeda tiap butir soal, digunakan rumus sebagai berikut :
DP =
(No.4)
Keterangan :
JBA = Jumlah siswa kelompok atas menjawab soal itu dengan benar
atau jumlah untuk kelompok atas.
JBB = Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan
benar atau jumlah benar untuk kelompok bawah. JSA = Jumlah siswa kelompok atas
JSB = Jumlah siswa kelompok bawah
Selanjutnya koefisien daya pembeda yang diperoleh dari perhitungan diinterpretasikan dengan table 3.5 kriteria berikut:
Tabel 3.5
Kriteria Daya Pembeda Butir Soal Menurut Guilford
Daya Pembeda Interpretasi
DP < 0,00 Sangat Jelek
0,00 < DP 0,20 Jelek
0,20 < DP 0,40 Cukup
0,40 < DP 0,70 Baik
0,70 < DP 1,00 Sangat Baik
Sumber : Suherman, 2003:161
3.8.4 Tingkat Indeks Kesukaran
Untuk mengetahui tingkat/indeks kesukaran dari tiap butir soal, digunakan rumus sebagai berikut :
IK =
(30)
61
Keterangan :
JBA = jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal itu dengan
benar atau jumlah benar untuk kelompok atas.
JBB = jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab soal itu
dengan benar atau jumlah benar untuk kelompok bawah. JSA = jumlah siswa kelompok atas.
JSB = jumlah siswa kelompok bawah.
Selanjutnya indeks kesukaran yang diperoleh dari perhitungan diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria tabel 3.6 berikut :
Tabel 3.6 Kriteria Indeks Kesukaran
Indeks Kesukaran Interpretasi
IK = 0 Terlalu Sukar
0,00 < IK ≤ 0,30 Sukar
0,30 < IK ≤ 0,70 Sedang
0,70 < IK ≤ 1,00 Mudah
IK = 1,00 Terlalu mudah
3.9 Teknik Analisis Data Hasil Penelitian
Data yang diperoleh dari hasil penelitian merupakan data mentah yang belum memiliki makna yang berarti. Oleh karena itu, agar data tersebut dapat lebih bermakna dan dapat memberikan gambaran nyata mengenai permasalahan yang diteliti, maka data harus diolah dan dianalisis terlebih dahulu, sehingga dapat memberikan arah untuk pengkajian lebih lanjut. Data dalam penelitian ini berupa data kuantitatif, maka cara pengolahannya dilakukan dengan menggunakan teknik statistik.
(31)
3.9.1 Analisis Data Observasi
Observasi guru dilakukan untuk mengetahui keterlaksanaan model
pembelajaran CIRC berbantuan multimedia interaktif. Tahapan analisis data observasi tersebut adalah sebagai berikut:
a. Menjumlahkan keterlaksanaan indikator model pembelajaran CIRC yang terdapat pada lembar observasi yang telah diamati oleh observer. b. Menghitung presentasi keterlaksanaannya dengan menggunakan
rumus:
Persentase= Skor hasil observasi x 100% (Arikunto,2009:293) Skor total
3.9.2 Analisis Data Tes Kognitif Siswa
Pengolahan data dilakukan terhadap skor-skor tes dan nilai gain (gain value). Pengolahan data terhadap skor tes akhir dimaksudkan untuk mengetahui prestasi belajar siswa sedangkan perhitungan gain dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh perlakuan model CIRC berbantuan multimedia interaktif terhadap hasil belajar siswa.
Adapun langah-langkah yang digunakan untuk mengolah data hasil penelitian ini, terdiri dari : penskoran, uji normalitas distribusi frekuensi pretest dan posttest, uji homogenitas variansi pretest dan posttest dan uji hipotesis.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas pada dasarnya bertujuan untuk melihat apakah data yang diperoleh dari hasil penelitian berdistribusi normal atau tidak. Uji
(32)
63
Adapun langkah-langkah pengujian yang ditempuh adalah sebagai berikut:
a. Menyusun data skor gain yang diperoleh ke dalam tabel distribusi frekuensi, dengan susunan berdasarkan kelas interval. Untuk menentukan banyak kelas interval dan panjang kelas setiap interval digunakan aturan Sturges yaitu sebagai berikut:
- Menentukan banyak kelas (K)
K = 1 + 3,3 log N
- Menentukan panjang kelas interval (P)
P = R/K
= rentang/banyak kelas
b. Menentukan batas atas dan batas bawah setiap kelas interval. Batas atas diperoleh dari ujung kelas atas ditambah 0,5, sedangkan batas bawah diperoleh dari ujung kelas bawah dikurangi 0,5.
c. Menetukan skor rata-rata untuk masing-masing kelas, dengan menggunakan rumus :
X = ∑ Xi N
Dengan X yaitu skor rata-rata, Xi yaitu skor setiap siswa dan N yaitu
jumlah siswa.
d. Menghitung standar deviasi dengan rumus :
Sx2 = ∑( Xi – X)2 N – 1
(33)
e. Menghitung z skor batas nyata masing-masing kelas interval dengan menggunakan rumus z skor:
z = bk – X S
f. Menghitung luas daerah tiap-tiap kelas interval sebagai berikut: I = I1 – I2
dengan I yaitu luas kelas interval, I1 yaitu luas daerah batas atas kelas
interval, I2 yaitu luas daerah batas bawah kelas interval.
g. Menentukan frekuensi ekspektasi:
Ei = N x l
h. Menghitung harga frekuensi dengan Chi-kuadrat:
x2hitung = ∑(Oi – Ei)2 (Sudjana, 1996 : 273) Ei
dengan Oi yaitu frekuensi observasi (pengamatan), Ei yaitu frekuensi
ekspektasi (diharapkan) dan x2hitung yaitu harga chi kuadrat yang
diperoleh dari hasil perhitungan.
i. Mengkonsultasikan harga x2 dari hasil perhitungan dengan tabel
Chi-Kuadrat pada derajat kebebasan tertentu sebesar jumlah kelas interval
dikurangi satu (dk = k – 1). Jika diperoleh harga x2hitung < x2tabel , pada taraf nyata α tertentu, maka dikatakan bahwa sampel berdistribusi
normal. Untuk memastikan kebenaran dan ketepatan perhitungan yang telah dilakukan, penulis melakukan uji normalitas dengan bantuan
(34)
65
b. Uji Homogenitas Variansi Gain
Uji homogenitas dilakukan untuk memeriksa apakah skor-skor pada penelitian yang dilakukan mempunyai variansi yang homogen atau
tidak untuk taraf siginifikan α.
Perhitungan uji homogenitas dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menentukan varians data gain skor b. Menghitung nilai F(tingkat homogenitas)
Fhitung = s2b (Panggabean, 2000 : 151)
s2k
dengan Fhitung yaitu nilai homogenitas yang dicari, s2b yaitu varians
yang nilainya lebih besar dan s2k yaitu varians yang nilainya lebih
kecil.
c. Menentukan nilai F dari tabel distribusi frekuensi dengan derajat kebebasan (dk) = n – 1; dengan n adalah jumlah siswa.
d. Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F dari tabel. Jika:
Fhitung < Ftabel, maka data berdistribusi homogen.
Fhitung ≥ Ftabel , maka data berdistribusi tidak homogen.
Untuk memastikan kebenaran dan ketepatan perhitungan yang telah dilakukan, penulis melakukan uji homogenitas dengan menggunakan bantuan software Ms.Excel .
(35)
c. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan antara pretest dan posttest akibat pemberian perlakuan atau untuk mengetahui apakah hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima atau ditolak. Hipotesis yang diajukan adalah peningkatan hasil belajar siswa (nilai kognitif), setelah diterapkan model pembelajaran CIRC berbantuan multimedia interaktif lebih baik daripada yang dengan pembelajaran konvensional, pada materi sistem operasi jaringan (SOJ).
Pengujian hipotesis bisa dilakukan dengan dua cara yaitu uji t. Jika asumsi normalitas dipenuhi, maka uji hipotesis yang digunakan adalah
uji-t dengan sampel kecil..Unuji-tuk menguji hipouji-tesis dengan menggunakan uji-uji-t
dengan sampel kecil (n < 30) pada tingkat signifikansi 0,05, rumus yang digunakan ialah :
t = M1– M2 (Panggabean, 1996 : 108) √ (S1)2 + (S22)
(N1) (N2)
Dengan M1 adalah skor posttest rata-rata, M2 adalah skor pretest
rata-rata, N1 sama dengan N2 adalah jumlah siswa, s21 adalah varians
(36)
67
Hasil yang diperoleh dikonsultasikan pada tabel distribusi t. Adapun cara untuk mengkonsultasikan thitung dengan ttabel adalah :
a. Menentukan derajat kebebasan (dk) = N – 1.
b. Melihat tabel distribusi t pada taraf signifikasi tertentu, misalnya pada taraf 0,05 atau interval kepercayaan 95%, sehingga akan diperoleh nilai t dari tabel distribusi t dengan persamaan ttabel = t
(1-α)(dk). Bila pada dk yang diinginkan tidak ada maka dilakukan
proses interpolasi. c. Kriteria hasil pengujian
Hipotesis yang diajukan diterima jika thitung > ttabel.
d. Penerapan Pembelajaran
Keberhasilan penerapan pembelajaran dapat diketahui dengan cara menghitung gain skor yang ternormalisasi <g>. Langkah-langkah yang ditempuh dalam melihat keberhasilan penerapan pembelajaran adalah sebagai berikut :
a. Menghitung gain ternormalisasi dan menjumlahkan nilai gain ternormalisasi untuk seluruh siswa dengan menggunakan rumus :
< g > = T2 – T1 (Hake,R.R, 1998) Tmaks– T1
Dengan <g> yaitu skor gain ternormalisasi, T2 yaitu skor postest, T1
(37)
b. Menentukan nilai rata-rata dari skor gain ternormalisasi
c. Menentukan kriteria keberhasilan penerapan metode pembelajaran pada standar berikut:
Tabel 3.7
Interpretasi Gain Skor Ternormalisasi
Nilai <g> Klasifikasi
<g> ≥ 0,7 Tinggi
0,3 ≤ <g> < 0,7 Sedang
<g> ≤ 0,3 Rendah
(38)
99
Muthi Akbar Rangkuti, 2012
Penerapan Metode CIRC ( Cooperative Integrated Reading And Composition) Berbantuan Multimedia
BAB V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian, pengolahan data, analisis dan pembahasan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengembangan multimedia pembelajaran pada penelitian ini hanya sebagai alat bantu pada proses penyampaian materi dalam penerapan metode CIRC berbantuan multimedia interaktif. Dimana pengembangan multimedia pembelajaran ini dibuat melalui beberapa tahap yaitu tahap analisa, desain, pengembangan, implementasi dan evaluasi.
2. Siswa yang diberikan perlakuan metode CIRC berbantuan multimedia interaktif mempunyai rerata hasil belajar siswa yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diberikan pembelajaran konvensional. Hal ini ditunjukkan dari rata-rata nilai siswa pada masing-masing kelas dan dari perbedaan nilai gain ternormaslisasi. Rata-rata nilai siswa kelas eksperimen sebelum diberikan perlakuan sebesar 44.17 meningkat menjadi 61.33 . Sedangkan hasil belajar siswa kelas kontrol tidak lebih besar dari kelas eksperimen yaitu sebesar 43.67 menjadi 44.67. Hal ini menunjukkan bahwa implementasi metode metode CIRC berbantuan multimedia interaktif dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Sistem Operasi Jaringan (SOJ).
3. Metode pembelajaran CIRC berbantuan multimedia interaktif yang diterapkan peneliti memberikan respon yang sangat baik dari hasil angket siswa, begitu pula dengan aktivitas siswa dan guru disetiap pertemuan menghasilkan peningkatan, baik itu dikelas kontrol maupun eksperimen.
(39)
memberikan beberapa saran berikut ini:
1. Proses belajar mengajar (PBM) dengan metode CIRC berbantuan multimedia interaktif yang peneliti terapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Sistem Operasi Jaringan (SOJ). Oleh karena itu, para pengajar diharapkan dapat mengembangkan atau memodifikasi metode pembelajaran ini, dimulai dari materi ajar yang akan diberikan dan menyesuaikannya dengan keadaan siswa.
2. Sebelum melaksanakan proses belajar mengajar (PBM) menggunakan metode ini, guru harus dapat mempersiapkan komponen pendukung, seperti rencana pembelajaran yang lebih sistematis agar jelas apa yang akan dilakukan, media pembelajaran yang dapat memfasilitasi metode CIRC, multimedia yang digunakan mudah dimengerti siswa dan menjelaskan aturan serta tujuan dari pembelajaran yang akan dilaksanakan kepada siswa.
3. Pengkondisian tahapan proses belajar-mengajar (PBM) siswa sebelum, selama dan sesudah proses belajar mengajar dalam kelas harus diperhatikan, karena waktu proses belajar-mengajar (PBM) terbatas.
(1)
b. Uji Homogenitas Variansi Gain
Uji homogenitas dilakukan untuk memeriksa apakah skor-skor pada penelitian yang dilakukan mempunyai variansi yang homogen atau
tidak untuk taraf siginifikan α.
Perhitungan uji homogenitas dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menentukan varians data gain skor
b. Menghitung nilai F(tingkat homogenitas)
Fhitung = s2b (Panggabean, 2000 : 151)
s2k
dengan Fhitung yaitu nilai homogenitas yang dicari, s2b yaitu varians
yang nilainya lebih besar dan s2k yaitu varians yang nilainya lebih
kecil.
c. Menentukan nilai F dari tabel distribusi frekuensi dengan derajat kebebasan (dk) = n – 1; dengan n adalah jumlah siswa.
d. Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F dari tabel.
Jika:
Fhitung < Ftabel, maka data berdistribusi homogen.
Fhitung ≥ Ftabel , maka data berdistribusi tidak homogen.
Untuk memastikan kebenaran dan ketepatan perhitungan yang telah dilakukan, penulis melakukan uji homogenitas dengan menggunakan bantuan software Ms.Excel .
(2)
c. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan antara pretest dan posttest akibat pemberian perlakuan atau untuk mengetahui apakah hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima atau ditolak. Hipotesis yang diajukan adalah peningkatan hasil belajar siswa (nilai kognitif), setelah diterapkan model pembelajaran CIRC berbantuan multimedia interaktif lebih baik daripada yang dengan pembelajaran konvensional, pada materi sistem operasi jaringan (SOJ).
Pengujian hipotesis bisa dilakukan dengan dua cara yaitu uji t. Jika asumsi normalitas dipenuhi, maka uji hipotesis yang digunakan adalah
uji-t dengan sampel kecil..Unuji-tuk menguji hipouji-tesis dengan menggunakan uji-uji-t
dengan sampel kecil (n < 30) pada tingkat signifikansi 0,05, rumus yang digunakan ialah :
t = M1– M2 (Panggabean, 1996 : 108) √ (S1)2 + (S22)
(N1) (N2)
Dengan M1 adalah skor posttest rata-rata, M2 adalah skor pretest
rata-rata, N1 sama dengan N2 adalah jumlah siswa, s21 adalah varians
(3)
Hasil yang diperoleh dikonsultasikan pada tabel distribusi t. Adapun cara untuk mengkonsultasikan thitung dengan ttabel adalah :
a. Menentukan derajat kebebasan (dk) = N – 1.
b. Melihat tabel distribusi t pada taraf signifikasi tertentu, misalnya pada taraf 0,05 atau interval kepercayaan 95%, sehingga akan diperoleh nilai t dari tabel distribusi t dengan persamaan ttabel = t
(1-α)(dk). Bila pada dk yang diinginkan tidak ada maka dilakukan
proses interpolasi. c. Kriteria hasil pengujian
Hipotesis yang diajukan diterima jika thitung > ttabel.
d. Penerapan Pembelajaran
Keberhasilan penerapan pembelajaran dapat diketahui dengan cara menghitung gain skor yang ternormalisasi <g>. Langkah-langkah yang ditempuh dalam melihat keberhasilan penerapan pembelajaran adalah sebagai berikut :
a. Menghitung gain ternormalisasi dan menjumlahkan nilai gain
ternormalisasi untuk seluruh siswa dengan menggunakan rumus :
< g > = T2 – T1 (Hake,R.R, 1998) Tmaks– T1
Dengan <g> yaitu skor gain ternormalisasi, T2 yaitu skor postest, T1
(4)
b. Menentukan nilai rata-rata dari skor gain ternormalisasi
c. Menentukan kriteria keberhasilan penerapan metode pembelajaran pada standar berikut:
Tabel 3.7
Interpretasi Gain Skor Ternormalisasi
Nilai <g> Klasifikasi
<g> ≥ 0,7 Tinggi
0,3 ≤ <g> < 0,7 Sedang
<g> ≤ 0,3 Rendah
(5)
Muthi Akbar Rangkuti, 2012
Penerapan Metode CIRC ( Cooperative Integrated Reading And Composition) Berbantuan Multimedia Interaktif Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMK Kelas XI Pada Mata Pelajaran Sistem Operasi Jaringan
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian, pengolahan data, analisis dan pembahasan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengembangan multimedia pembelajaran pada penelitian ini hanya sebagai alat bantu pada proses penyampaian materi dalam penerapan metode CIRC berbantuan multimedia interaktif. Dimana pengembangan multimedia pembelajaran ini dibuat melalui beberapa tahap yaitu tahap analisa, desain, pengembangan, implementasi dan evaluasi.
2. Siswa yang diberikan perlakuan metode CIRC berbantuan multimedia interaktif mempunyai rerata hasil belajar siswa yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diberikan pembelajaran konvensional. Hal ini ditunjukkan dari rata-rata nilai siswa pada masing-masing kelas dan dari perbedaan nilai gain ternormaslisasi. Rata-rata nilai siswa kelas eksperimen sebelum diberikan perlakuan sebesar 44.17 meningkat menjadi 61.33 . Sedangkan hasil belajar siswa kelas kontrol tidak lebih besar dari kelas eksperimen yaitu sebesar 43.67 menjadi 44.67. Hal ini menunjukkan bahwa implementasi metode metode CIRC berbantuan multimedia interaktif dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Sistem Operasi Jaringan (SOJ).
3. Metode pembelajaran CIRC berbantuan multimedia interaktif yang diterapkan peneliti memberikan respon yang sangat baik dari hasil angket siswa, begitu pula dengan aktivitas siswa dan guru disetiap pertemuan menghasilkan peningkatan, baik itu dikelas kontrol maupun eksperimen.
(6)
Muthi Akbar Rangkuti, 2012
Penerapan Metode CIRC ( Cooperative Integrated Reading And Composition) Berbantuan Multimedia Interaktif Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMK Kelas XI Pada Mata Pelajaran Sistem Operasi Jaringan
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, maka penulis memberikan beberapa saran berikut ini:
1. Proses belajar mengajar (PBM) dengan metode CIRC berbantuan multimedia
interaktif yang peneliti terapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Sistem Operasi Jaringan (SOJ). Oleh karena itu, para pengajar diharapkan dapat mengembangkan atau memodifikasi metode pembelajaran ini, dimulai dari materi ajar yang akan diberikan dan menyesuaikannya dengan keadaan siswa.
2. Sebelum melaksanakan proses belajar mengajar (PBM) menggunakan metode
ini, guru harus dapat mempersiapkan komponen pendukung, seperti rencana pembelajaran yang lebih sistematis agar jelas apa yang akan dilakukan, media pembelajaran yang dapat memfasilitasi metode CIRC, multimedia yang digunakan mudah dimengerti siswa dan menjelaskan aturan serta tujuan dari pembelajaran yang akan dilaksanakan kepada siswa.
3. Pengkondisian tahapan proses belajar-mengajar (PBM) siswa sebelum, selama dan sesudah proses belajar mengajar dalam kelas harus diperhatikan, karena waktu proses belajar-mengajar (PBM) terbatas.