PERAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MEMBANGUN NASIONALISME GENERASI MUDA UNTUK MENCEGAH KONFLIK DI PAPAU :Studi Kasus Pada SMA Negeri 1 Abepura Kota Jayapura.

(1)

Senalice Mara, 2013

Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membangun Nasionalisme Generasi Muda Untuk Mecegah Konflik di Papua (Studi Kasus Pada SMA Negeri 1 Jayapura)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PERAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MEMBANGUN NASIONALISME GENERASI MUDA UNTUK MENCEGAH KONFLIK DI PAPUA

(Studi Kasus Pada SMA Negeri I Abepura Jayapura)

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Kewarganegraan

Oleh

:

SENALICE MARA (1103320)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

Senalice Mara, 2013

Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membangun Nasionalisme Generasi Muda Untuk Mecegah Konflik di Papua (Studi Kasus Pada SMA Negeri 1 Jayapura)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PERAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MEMBANGUN NASIONALISME GENERASI MUDA UNTUK MENCEGAH KONFLIK DI PAPUA

Oleh Senalice Mara S.Pd Uncen Jayapura, 2008

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) Pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan

Seni

© Senalice Mara

Universitas Pendidikan Indonesia Juli 2013


(3)

Senalice Mara, 2013

Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membangun Nasionalisme Generasi Muda Untuk Mecegah Konflik di Papua (Studi Kasus Pada SMA Negeri 1 Jayapura)


(4)

Senalice Mara, 2013

Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membangun Nasionalisme Generasi Muda Untuk Mecegah Konflik di Papua (Studi Kasus Pada SMA Negeri 1 Jayapura)


(5)

Senalice Mara, 2013

Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membangun Nasionalisme Generasi Muda Untuk Mecegah Konflik di Papua (Studi Kasus Pada SMA Negeri 1 Jayapura)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu PERNYATAAN

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis denga judul “Peran Pendidikan Kewarganegaraan dalam Menumbuhkan Nasionalisme Generasi Muda Untuk Mencegah Konflik di Papua, (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Abepura Kota Jayapura Propinsi Papua)” ini beserta seluruh isinya adalah benar- benar karya sendiri, dan penulis tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara- cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Atas pernyataan ini, penulis siap menanggung resiko/ sanksi yang dijatuhkan kepada penulis apabila kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya penulis ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap kealian karya penulis ini.

Bandung, Juni 2013 Yang membuat pernyataan


(6)

Senalice Mara, 2013

Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membangun Nasionalisme Generasi Muda Untuk Mecegah Konflik di Papua (Studi Kasus Pada SMA Negeri 1 Jayapura)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ilmu pengetahuan tanpa agama lumpuh, agama tanpa ilmu pengetahuan buta. ( Albert Einstein )

Masa depan bukanlah sesuatu yang sedang kita tuju melainkan sesuatu yang kita ciptakan. Lintasan-lintasan menuju kesana bukan ditemukan melainkan dibuat, dan kegiatan membuat jalan-jalan itu membuahkan perubahan bagi sipembuat dan bagi yang dituju (john Schaar)

Hai anakku, dengarkanlah didikan ayahmu, dan jangan menyia-nyiakan ajaran ibumu, sebab karangan bunga yang indah itu bagi kepalamu dan suatu kalung bagi lehermu (amsal 1:8-9)

Karya ini KupersembahKan untuK Kelurga Ku…

Ayah tersayang romelos mara dan ibunda tercinta marice sembai sp.dk.

Adik-adikku tersayang dan dia yang kelak akan mendampingiku


(7)

Senalice Mara, 2013

Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membangun Nasionalisme Generasi Muda Untuk Mecegah Konflik di Papua (Studi Kasus Pada SMA Negeri 1 Jayapura)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu UCAPAN TERIMA KASIH

Dengan mengucap puji syukur yang mendalam kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala hikmat, Anugerah dan Rahmatnya sehingga penulis dikaruniai kekuatan, kesehatan dan kemampuan untuk menyelesaikan tesis ini..

Dengan terselesainya tesis ini, penulis meyadari bahwa sangat besar bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu sudah sewajarnya jika pada kesempatan ini, penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada :

1. Prof. Dr. Idrus Affandi., SH selaku Pembimbing I yang dengan penuh kesabaran dan pengertian telah memberikan bimbingan, pengarahan, maupun dorongan moril kepada penulis baik dalam penulisan tesis ini maupun selama menjalani perkuliahan.

2. Dr. Cecep Darmawan SP.d, S.IP, MS.i selaku Pembimbing II yang selalu memberikan motivasi, arahan, ilmu serta masukan yang berharga bagi terwujudnya tesis ini.

3. Dr. Elly Malihah selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan arahan serta sarannya terhadap penentuan fokus masalah beserta kerangka konseptual dalam penulisan tesis ini

4. Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Pasca Sarjana yang karena sikap dan komitmen akademik beliau yang tinggi, tegas, dan penuh dedikasi serta terbuka membuat prodi PKn menjadi tempat yang nyaman dan menarik bagi para mahasiswanya. 5. Prof. Dr. Sunaryo Kartadinata, M.Pd dan Prof. Dr. Didi Suryadi, M.Ed

masing-masing selaku Rektor dan Direktur Pascasarjana beserta staf SPs UPI yang telah memberikan fasilitas pendidikan selama penulis menyelesaikan program S2.

6. Para Dosen lainnya di lingkungan Prodi Pendidikan Kewarganegaraan yang telah membuka cakrawala penulis tentang Pendidikan Kewarganegaraan.


(8)

Senalice Mara, 2013

Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membangun Nasionalisme Generasi Muda Untuk Mecegah Konflik di Papua (Studi Kasus Pada SMA Negeri 1 Jayapura)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7. Rektor Universitas Cenderawasih Jayapura,yang telah Memberikan Kesempatan Kepada Penulis Untuk Melanjutkan Pendidikan Kejenjang yang lebih tinggi lagi.

8. Dekan FKIP Universitas Cenderawasih yang telah memberikan motovasih dan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan program S2 ini.

9. Semua Dosen Senior di Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Cenderawasih yang selalu memberikan dukungan, motivasi dan semangat kepada penulis.

10.Keluarga besarku di Papua terutama, kedua orang tuaku, yang selalu memberikan doa yang menyertaiku hingga dapat menyelesaikan studi dengan baik.

11.Rekan-rekan seperjuangan di jurusan PKn SPs UPI angkatan 2011/ 2012 Kelas A dan B yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih banyak atas kebaikan hati teman- teman, semoga Allah menjadikan kita sebagai keluarga baik di dunia dan di akhirat.

12.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga penulis dapat menyelesaikan program S2 ini dengan baik.

Akhir kata, atas segala bantuan dan bimbingan serta dorongan yang telah Bapak/ Ibu serta rekan-rekan berikan. Mudah-mudahan amal baik Bapak dan Ibu serta teman-teman sekalian dibalas oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Bandung, Juli, 2013

SENALICE MARA


(9)

Senalice Mara, 2013

Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membangun Nasionalisme Generasi Muda Untuk Mecegah Konflik di Papua (Studi Kasus Pada SMA Negeri 1 Jayapura)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa melimpahkan rahmat pada kita semua, atas segala kehendak-Nya jualah penulis dapat menyelesaikan penulisan Proposal Penelitian Tesis yang berjudul “Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membangun Nasionalisme Generasi Muda Untuk Mencegah Konflik di Papua.

Dalam tesis ini penulis menggambarkan secara terperinci tentang peran peran pendidikan kewarganegaraan dalan membangun nasionalisme generasi muda untuk mencegah konflik di Papua. Dengan harapan, melalui pembelajaran PKn dapat memberikan manfaat bagi peserta didik yang merupakan generasi penerus bangsa agar memiliki dan memahami makna nasionalisme dan dapat mempraktekannya dalam kehidupan sehari-hari

Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat guna menambah khasanah pengetahuan dalam bidang Pendidikan Kewarganegaraan maupun ilmu sosial lainnya. Penelitian ini sangat terbatas oleh ruang dan waktu, sehingga diharapkan dapat menjadi pijakan bagi penelitian-penelitian selanjutnya. Penulis menyadari bahwa penelitian-penelitian ini masih jauh dari kata sempurna karena tentunya kesempurnaan hanya milik Tuhan Yang Maha Esa, Terima kasih, semoga tulisan ini bermanfaat.

Bandung, Juni , 2013 Penulis,


(10)

Senalice Mara, 2013

Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membangun Nasionalisme Generasi Muda Untuk Mecegah Konflik di Papua (Studi Kasus Pada SMA Negeri 1 Jayapura)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... x

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar belakang ... 2

B. Rumesan Masalah ... 15

C. Tujuan Penelitian ... 15

D. Manfaat Penelitian ... 16

E. Penjelasan Konsep ... 17

BAB II. KERANGKA KONSEPTUAL ... 19

A. Pendidikan Kewarganegaraan ... 19

1. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan ... 19

2. Sejarah Lahirnya PKn di Indonesia ... 28

3. Perkembangan dan Penerapan Civic Educatioan di Indonesia..29

B. Nasionalisme ... 35

1. Makna Nasionalisme ... 35

2. Karakteristik Nasionalisme ... 40

3. Jenis-jenis Nasionalisme ... 42

C. Generasi Muda ... 42

D. Konflik ... 48

1. Pengertian Konflik ... 48


(11)

Senalice Mara, 2013

Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membangun Nasionalisme Generasi Muda Untuk Mecegah Konflik di Papua (Studi Kasus Pada SMA Negeri 1 Jayapura)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Konflik Papuaa ... 57

4. Peran PKn Dalam Mencegah Konflik ... 61

5. Penelitian Terdahulu Yang Relevan ... 62

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 74

A. Pendekatan, Metode dan Tehnik Pengumpulan Data ... 74

a. Pendekatan Penelitian ... 74

b. Metode Penelitian ... 75

c. Teknik pengumpumlan Data ... 76

B. Lokasi Dan Subyek Penelitian ... 80

a. Lokasi Penelitian ... 80

b. Subyek penelitian ... 80

C. Teknik Mendapatkan Informan ... 81

D. Teknik Dan Proses Analisa Data ... 81

a. Tehnik Analisa Data ... 81

b. Analisa Data Sebelum di Lapangan ... 84

c. Analisa Data Selama di Lapangan ... 84

d. Proses Analisa data ... 85

E. Validat data ... 87

a. Pengamatan Terus Menerus ... 87

b. Memperpanjang Masa Observasi ... 87

c. Triangulasi data ... 88

d. Mengadakan Memberchek ... 89

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 90

A. Gambaran Umum Abepura ... 90

1. Lokasih dan Sejarah Singkat Wilaya ... 91

2. Topografi Wilayah ... 91

B. Gambaran Umum dan Sejarah Perkembangan SMA N 1 Jayapura 93

1. Visi dan Misi SMA N 1 jayapuar ... 94

2. Motto SMA N 1 Jayapura ... 95


(12)

Senalice Mara, 2013

Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membangun Nasionalisme Generasi Muda Untuk Mecegah Konflik di Papua (Studi Kasus Pada SMA Negeri 1 Jayapura)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Deskripsi Hasil Penelitian ... 104

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 113

1. Pengembangan Materi Pendidkan Kewarganegaraan Uuntuk menumbuhkan Nasionalisme peserta didik di SMA Negeri Abepura ... 115

2. Pengembangan media Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Menumbuhkan Nasionalisme Peserta didik di SMA Negeri 1 Abepura ... 120

3. Metode yang Digunakan untuk Mengembangkan Kompetensi Guna Menumbahkan Nasionalisme Peserta didik di SMA Negeri 1 Abepura ... 123

4. Kendala dalam Memngimplementasikan Pendidikan Kewarganegaraan untuk Menumbuhakn Nasionalisme Peserta didik di SMA Negeri 1 Abepura ... 126

5. Upaya dalam mengatasi Kendala dalam Mengimplementasikan Pendidikan Kewarganegaraan untuk Menumbuhkan nasionalisme peserta didik di SMA Negeri 1 Abepura ... 130

E. BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 135

A. Kesimpulan Umum ... 135

B. Kesimpulan Khusus ... 137

C. Rekomendasi ... 140

DAFTAR PUSTAKA ... 142 LAMPIRAN-LAMPIRAN ...


(13)

Senalice Mara, 2013

Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membangun Nasionalisme Generasi Muda Untuk Mecegah Konflik di Papua (Studi Kasus Pada SMA Negeri 1 Jayapura)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Luas Distrik Abepura Dirinci menurut Kampung/Kelurahan, Tahun

2011 ... 92

Table 4.2 KOndisi Peserta Didik Tahun Pelajaran 2003/2004 Sampai Dengan 2012/2013 ... 96

Table 4.3 Kondisi Guru dan Pegawai ... 97

Table 4.4 Kondisi Saran dan Prasarana ... 97

Table 4.5 Daftar Lulusan ... 98

Table 4.6 Prestasi yang Pernah Dicapai Sekolah Sembilan Tahuan Terakhir ... 98

Tabel 4.7 Prestasi yang Pernah Dicapai Sekolah Dua Tahuan Terakhir ... 101


(14)

Senalice Mara, 2013

Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membangun Nasionalisme Generasi Muda Untuk Mecegah Konflik di Papua (Studi Kasus Pada SMA Negeri 1 Jayapura)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

Senalice Mara (1103320), The Roles of Civic Education in Fostering Young

Generation’s Nationalism to Prevent Conflicts in Papua (A Case Study of State

Senior Secondary School 1 Abepura,Jayapura City)

Civic Education contributes to the development of a nation. A nation is able to develop and advance if its citizens love their own nation, and cultivating nationalism in every individual can be done through Civic Education teaching and learning. Nationalism has become important and beneficial to the development and success of a nation and state.This study aims to get a factual overview of the role of education in building civic nationalism youth (students) and how the efforts of teachers in implementing it so that students who are the future generation could be more observant in seeing social problems that occur in the vicinity.

The research employed qualitative approach with a method of case study, and the data were gained through observations, in-depth interviews, literary studies, and documentary studies.

The results revealed that the implementation of Civic Education teaching and learning process had been oriented to the development of citizenship competence among students in the aspects of Civic Knowledge, Civic Skills, and Civic Disposition equally. Civic Education materials were more contextualized in accordance with the real life of students and were supported by teaching and

learning methods that could foster students’ nationalism. Nevertheless, some

weaknesses were still observed, such as in the aspects of media, resources, and teaching and learning method. To solve the issues in the implementation of Civic Education oriented towards the fostering of nationalism, various things can be done. Importantly, there needs to be a Civic Education teaching and learning process that is essentially an interaction between a teacher and students, which accommodates learning materials, media, and method.


(15)

Senalice Mara, 2013

Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membangun Nasionalisme Generasi Muda Untuk Mecegah Konflik di Papua (Studi Kasus Pada SMA Negeri 1 Jayapura)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

SENALICE MARA (1103320) PERAN PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN DALAM MEMBANGUN NASIONALISME GENERASI MUDA UNTUK MENCEGAH KONFLIK DI PAPAU (Studi Kasus Pada SMA Negeri 1 Abepura Kota Jayapura)

Pendidikan Kewarganegaraan berkontribusi dalam membangun sebuah bangsa, adapun sebuah bangsa bisa berkembang dan maju jika warga negaranya memiliki cinta dan bangga terhadap bangsa sendiri dan menanamkan nasionalisme pada satiap individu, hal tersebut dapat di lakukan melalui pembelajaran PKn. Nasionalisme menjadi sebuah hal penting yang bermanfaan dalam perkembangan sebuah bangsa dan negara. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran faktual mengenai peran pendidikan kewarganegaraan dalam membangun nasionalisme generasi muda (peserta didik) dan bagaimana upaya guru dalam mengimplementasikannya agar peserta didik yang merupakan generasi penerus bangsa dapat lebih jeli dalam melihat masalah-masalah sosial yang terjadi di sekitarnya.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus dan data-data diperoleh melalui teknik observasi, wawancara mendalam, studi literatur dan studi dokumentasi.

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa implementasinya, proses pembelajaran PKn telah mengarah kepada pengembangan kompetensi kewarganegaraan peserta didik, baik itu dalam aspek Civic Knowledge, Civic Skills dan Civic Disposition. Materi PKn lebih dikontekstualkan dengan realita kehidupan sehari- hari peserta didik, dan ditunjang dengan metode pembelajaran yang dapat menumbuhkan nasionalisme peserta didik. Meskipun demikian, masih nampak berbagai kelemahan yang paling terlihat dalam aspek media, sumber dan metode pembelajaran. Mengatasih kendala dalam mengimplementasikan pendidikan kewarganegaraan dalam menumbuhkan nasionalisme yaitu dengan berbagai cara agar tujuan pembelajaran dapat tercapai, dan diperlukan adanya proses pembelajaran PKn yang pada hakekatnya merupakan proses interaksi antara peserta didik dan guru dalam mengoperasinalisasikan materi, media dan metode pembelajaran


(16)

Senalice Mara, 2013

Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membangun Nasionalisme Generasi Muda Untuk Mecegah Konflik di Papua (Studi Kasus Pada SMA Negeri 1 Jayapura)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

HALAMAN PERSEMBAHAN ………. iii

PERNYATAAN ... iv

UCAPAN TERIMAKASIH ... v

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... x

BAB I. PENDAHULUAN………..……...1

A. Latar belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 15

C. Tujuan Penelitian ... 15

D. Manfaat Penelitian ... 16

E. Penjelasan Konsep ... 17

BAB II. KERANGKA KONSEPTUAL ... 19

A.Pendidikan Kewarganegaraan ... 19

1. Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan………...19

2. Sejarah Lahirnya Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia………….28

3. Perkembangan dan Penerapan Civic Education di Indonesia ... 29

B.Nasionalisme ... 35

1. Makna Nasionalisme………35

2. Karakteristik Nasionalisme………...40 3. Jenis-jenis Nasionalisme………...………41

C.Generasi Muda ... 42

D.Konflik ... 47

1. Pengertian Konflik………47


(17)

Senalice Mara, 2013

Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membangun Nasionalisme Generasi Muda Untuk Mecegah Konflik di Papua (Studi Kasus Pada SMA Negeri 1 Jayapura)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Konflik Papua………..………….57

E. Peran PKn dalam Mencegah Konflik……… 60

BAB III METODELOGI PENELITIAN ... .74

A. Pendekatan, Metode dan teknik Pengumpulan data ... 74

a. Pendekatan Penelitian………74

b. Metode Penelitian………. 75

c. Teknik Pengumpulan Data ………76

B. Lokasi dan Subyek Penelitian ... 80

a. Lokasi Penelitian ………. 80

b. Subyek Penelitian ……… 80

C. Teknik Mendapatkan Informan ... 81

D. Teknik dan Proses Analisa data . ... 81

a. Teknik Analisa Data ……… 81

b. Analisa Data Sebelum di Lapangan ……… 84

c. Analisa Data Selama di Lapangan ……….. 84

d. Proses Analisa Data ……… 85

E. Validitas data ... 87

a. Pengamatan Terus Menerus………. 87

b. Memperpanjang Masa Observasi ……… 87

c. Menggunakan Reverensi Yang Cukup ………... 87

d. Triangulasi data ……….. 88

e. Mengadakan Memberberchek ……… 89

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 90

A. Gambaran Umum Abepura ... 90

1. Lokasih dan Sejara Singkat Wilayah ……….. 91

2. Topografi Wilayah ………. 91

B. Gambaran Umum dan Sejara Perkembangan SMA N 1 Jayapura ... 94

1. Visi dan Misi Sekolah SMA Negeri 1 Abepura ………... 95

2. Moto Sekolah SMA Negeri 1 Abepura ……… 96


(18)

Senalice Mara, 2013

Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membangun Nasionalisme Generasi Muda Untuk Mecegah Konflik di Papua (Studi Kasus Pada SMA Negeri 1 Jayapura)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Deskripsi Hasil Penelitian ... 106

D. Pembahasan Hasil Penelitian . ... 116

1. Pengembangan Materi Pendidkan Kewarganegaraan Uuntuk menumbuhkan Nasionalisme peserta didik di SMA Negeri Abepura... 118

2. Pengembangan media Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Menumbuhkan Nasionalisme Peserta didik di SMA Negeri 1 Abepura... 123

3. Metode yang Digunakan untuk Mengembangkan Kompetensi Guna Menumbahkan Nasionalisme Peserta didik di SMA Negeri 1 Abepura... 126

4. Kendala dalam Memngimplementasikan Pendidikan Kewarganegaraan untuk Menumbuhakn Nasionalisme Peserta didik di SMA Negeri 1 Abepura ... 129

5. Upaya dalam mengatasi Kendala dalam Mengimplementasikan Pendidikan Kewarganegaraan untuk Menumbuhkan nasionalisme peserta didik di SMA Negeri 1 Abepura ... 134

E. BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 138

A. Kesimpulan Umum... 138

B. Kesimpulan Khusus ... 140

C. Rekomendasi ………... 143


(19)

Senalice Mara, 2013

Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membangun Nasionalisme Generasi Muda Untuk Mecegah Konflik di Papua (Studi Kasus Pada SMA Negeri 1 Jayapura)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Luas Distrik Abepura Dirinci menurut Kampung/Kelurahan, 2011

………... 92

Tabel 4.2 Kondisi Peserta Didik Dari Tahun Pelajaran 2003/2004 SD.212/2013 ……….. ... 93

Table 4.3 Kondisi Guru dan Pegawai………... 97

Table 4.4 Kondisi Saran dan Prasarana………... 98

Table 4.5 Daftar Lulusan………..………... 98

Table 4.6 Prestasi yang Pernah Dicapai Sekolah Sembilan Tahuan Terakhir………... 99

Tabel 4.7 Prestasi yang Pernah Dicapai Sekolah Dua Tahuan Terakhir………... 102


(20)

1

Senalice Mara, 2013

Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membangun Nasionalisme Generasi Muda Untuk Mecegah Konflik di Papua (Studi Kasus Pada SMA Negeri 1 Jayapura)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Realitas kehidupan Bangsa Indonesia saat ini dikawatirkan mengalami kemunduran dalam semangat nasionalisme yang merupakan bagian penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Indonesia yang dulu dikenal dengan bangsa yang ramah, rukun, karena merasa senasib dan memiliki kesamaan dalam bidang politik, ekonomi dan sosial. Namun kini lebih dikenal dengan bangsa yang mudah marah dan tersinggung, sehingga setiap hari kita disungguhkan dengan berita-berita kerusuhan dan kriminal di mana-mana. Dengan demikian untuk menanamkan pemahaman yang mendalam dan komitmen yang kuat terhadap rasa nasionalisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang berdasarkan pancasila dan konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia yaitu melaui dunia pendidikan.

Pendidikan dituntut mampu menciptakan peserta didik memiliki jiwa nasionalisme yang kuat. Hal tersebut sangat urgen bagi masa depan bangsa dan negara, apabila peserta didik tidak memiliki jiwa nasionalisme tersebut, dipastikan krisis disintegrasi dan krisis multidimensional yang hingga kini berkecamuk akan sampai ke sendi-sendi kehidupan bangsa dan negara. Selain itu pendidikan merupakan wadah untuk menuntut ilmu pengetahuan, pendidikan juga merupakan tempat menyiapkan dan melatih generasi bangsa yang merupakan calon pemimpin bangsa. Asep Mahpudz (1996:274) menyatakan bahwa kesadaran berbangsa pada masa pergerakan kemerdekaan ditandai dengan kesadaran bahwa.

Sesungguhnya berpendidikan yang baik dan keberanian intelektual dalam meyelami dan memahami secara kritis kondisi diri dari bangsa yang sesungguhnya. Oleh karena itu dengan diawali kesadaran dalam pemikiran yang berupa peningkatan intelektual, maka kesadaran


(21)

2

Senalice Mara, 2013

Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membangun Nasionalisme Generasi Muda Untuk Mecegah Konflik di Papua (Studi Kasus Pada SMA Negeri 1 Jayapura)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kebangsaan tumbuh dan berkembang untuk melepaskan diri dari kondisi keterbelakangan, kemiskinan dan kebodohan sebagai akibat dari penjajahan. Kesadaran kebangsaan yang tumbuh pada masa pergerakan ini, ternyata tidak saja berupa kesadaran intelektual tetapi tetapi terdapat kesamaan dalam bidang politik, sosial dan kultur. Lahirnya berbagai organisasi sosial politik pada masa pergerakan kemerdekaan merupakan bukti perjuangan dalam meraih kesamaan dalam bidang politik ,ekonomi sosial maupun budaya. Kesadaran akan nasib dan kepentingan bersama menjelma menjadi kesadaran kebangsaan atau nasionalisme Indonesia. Sehubungan dengan hal di atas bahwa telah terbukti betapa tinginya semangat perjuangan bangsa Indonesia untuk mengusir dan melawan penjajah sejak awal penjajahan Belanda sampai dengan tercapai kemerdekaan Republik Indonesia merupakan refleksi kisah perjuangan. Sebuah kewajiban dimana generasi yang lebih tua agar tidak hanya mewariskan pengetahuan tentang tonggak sejarah atas kejadian yang terjadi dimasa lalu tentang semangat yang berpengaruh atas perjalanan hidup dalam berbangsa dan bernegara. Dengan demikian akan tercipta suatu hubungan emosional secara timbal-balik di-antaranya dalam kaitan semangat patriotisme dan nasionalisme. Hal ini menjadi sebuah tuntutan yang layak, agar generasi muda dapat menghargai jasa-jasa pejuang dan lebih mencintai negara kesatuan Republik Indonesia. Muhammad (2012:14) menyesalkan potret

generasi muda Indonesia yang kian hari mengalami catatan kelam akibat perilaku dan kepribadian mereka yang tidak memiliki mental baja dalam menghadapi setiap persoalan yang muncul. Hal ini tentu saja menjadi ancaman yang serius bagi masa depan Indonesia, padahal sebagai generasi penerus kaum tua, generasi muda diharapkan menjadi pelipur lara dan pengobat dahaga atas persoalan yang menimpah bangsa Indonesia.

Hal ini pula yang dikatakan oleh Asep Mahpudz (1996:276) bahwa situasi sekarang sangat berbeda dengan situasi dan kondisi ketika masa pergerakan kemerdekaan.


(22)

3

Senalice Mara, 2013

Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membangun Nasionalisme Generasi Muda Untuk Mecegah Konflik di Papua (Studi Kasus Pada SMA Negeri 1 Jayapura)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dimasa kini bangsa Indonesia dihadapkan pada berbagai masalah yang kompleks dan multidimensi. Sebagai negara yang sedang berkembang, bangsa Indonesia harus terus berjuang keras agar dapat terampil secara terhormat dan bermartabat. Hal ini sebagai wujud untuk mengejar ketertinggalannya dan dapat berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa lain. Ia juga manambahkan bahwa jika pembinaan kesadaraan berbangsa dan bernegara bagi segenap warga negara tidak diintensifkan, maka dikawatirkan rasa nasionalisme Indonesia semakin meluntur yang pada gilirannya dapat membahayakan eksistensi bangsa dan negara Indonesia secara keseluruhan.

Oleh karena Negara yang terbentuk dari kemajemukan, Indonesia sangat berpotensi untuk terjadinya disintegrasi. Maka generasi muda dituntut untuk memiliki pengetahuan dan memahami aneka ragam masalah dasar kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang akan diatasi dengan pemikiran berdasarkan Pancasila, dan UUD tahun 1945 serta memilki jiwa nasionalisme yang mendalam agar disintegrasi bangsa dapat teratasi. Selanjutnya Al Araf dkk (2012:9). menyatakan bahwa

jika dibandingkan dengan semua Propinsi di Indonesia, Papua adalah salah satu tempat yang hingga kini masih dirundung konflik. Bahkan dari sejak awal menjelang Indonesia merdeka, tanah Papua sudah membawa polemik tersendiri dan menjadi topik bahasan khusus dikalangan elit negeri saat itu, dan parahnya hingga reformasi bergulir, konflik Papua tidak kunjung membaik.

Lebih lanjut Ottis Simopiaref (1984) mengungkapkan Faktor-faktor yang mendasari keinginan rakyat Papua Barat untuk memiliki negara sendiri yang merdeka dan berdaulat di luar penjajahan manapun yaitu hak, latar belakang sejarah, budaya dan realitas sekarang empat hal tersebut adalah :

Pertama Masyarakat Papua menganggap Kemerdekaan adalah “hak” berdasarkan Deklarasi Universal HAM (Universal Declaration on Human Rights) yang menjamin hak-hak individu dan berdasarkan Konvenant Internasional Hak-Hak Sipil dan Politik yang menjamin hak-hak kolektif di dalam mana hak penentuan nasib sendiri (the right to determination) ditetapkan. »All peoples have the right of self-determination. By virtue of that right they freely determine their political


(23)

4

Senalice Mara, 2013

Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membangun Nasionalisme Generasi Muda Untuk Mecegah Konflik di Papua (Studi Kasus Pada SMA Negeri 1 Jayapura)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

status and freely pursue their economic, social and cultural development - Semua bangsa memiliki hak penentuan nasib sendiri. Atas dasar mana mereka bebas menentukan status politik mereka dan bebas melaksanakan

pembangunan ekonomi dan budaya mereka«

(International Covenant on Civil and Political Rights, Article 1). Nation is used in the meaning of People (Roethof 1951:2) and can be distinguished from the concept State Di Indonesia dikenal Daerah Istimewa Jogyakarta dan Daerah Istimewa Aceh. Pemerintah daerah-daerah semacam ini biasanya dilimpahi kekuasaan otonomi ataupun kekuasaan federal. Sayangnya, Jogyakarta dan Aceh belum pernah menikmati otonomi yang adalah haknya. Kedua Budaya. Rakyat Papua Barat, per definisi, merupakan bagian dari rumpun bangsa atau ras Melanesia yang berada di Pasifik, bukan ras Melayu di Asia. Rakyat Papua Barat memiliki budaya Melanesia. Bangsa Melanesia mendiami kepulauan Papua (Papua Barat dan Papua New Guinea), Bougainville, Solomons, Vanuatu, Kanaky (Kaledonia Baru) dan Fiji. Timor dan Maluku, menurut antropologi, juga merupakan bagian dari Melanesia. Ketiga Latarbelakang Sejarah. Kecuali Indonesia dan Papua Barat sama-sama merupakan bagian penjajahan Belanda, kedua bangsa ini sungguh tidak memiliki garis paralel maupun hubungan politik sepanjang perkembangan sejarah. Analisanya adalah sebagai berikut: 1): Dari 1 Oktober 1962 hingga 1 Mei 1963, Papua Barat merupakan daerah perwalian PBB di bawah United Nations Temporary Executive Authority (UNTEA) dan dari tahun 1963 hingga 1969, Papua Barat merupakan daerah perselisihan internasional (international dispute region). Kedua aspek ini menggaris-bawahi sejarah Papua Barat di dunia politik internasional dan sekaligus menunjukkan perbedaannya dengan perkembangan sejarah Indonesia bahwa kedua bangsa ini tidak saling memiliki hubungan sejarah. 2 )Pernah diadakan plebisit (Pepera) pada tahun 1969 di Papua Barat yang hasilnya diperdebatkan di dalam Majelis Umum PBB. Beberapa negara anggota PBB tidak setuju dengan hasil Pepera (Penentuan Pendapat Rakyat) karena hanya merupakan hasil rekayasa pemerintah Indonesia. Adanya masalah Papua Barat di atas agenda Majelis Umum PBB menggaris-bawahi nilai sejarah Papua Barat di dunia politik internasional. Ketidaksetujuan beberapa anggota PBB dan kesalahan PBB dalam menerima hasil Pepera merupakan motivasi untuk menuntut agar PBB kembali memperbaiki sejarah yang salah. Kesalahan itu sungguh melanggar prinsip-prinsip PBB sendiri. 9): Rakyat Papua Barat, melalui pemimpin-pemimpin mereka, sejak awal telah menyampaikan berbagai pernyataan politik untuk menolak menjadi


(24)

5

Senalice Mara, 2013

Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membangun Nasionalisme Generasi Muda Untuk Mecegah Konflik di Papua (Studi Kasus Pada SMA Negeri 1 Jayapura)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rakyat Papua Barat menyadari dirinya sendiri sebagai bangsa yang terjajah sejak adanya kekuasaan asing di Papua Barat. Kesadaran tersebut tetap menjadi kuat dari waktu ke waktu bahwa rakyat Papua Barat memiliki identitas tersendiri yang berbeda dengan bangsa lain. Di samping itu, penyandaran diri setiap kali pada identitas pribadi yang adalah dasar perjuangan, merupakan akibat dari kekejaman praktek-praktek kolonialisme Indonesia. Perlawanan menjadi semakin keras sebagai akibat dari (1) penindasan yang brutal, (2) adanya ruang-gerak yang semakin luas di mana seseorang dapat mengemukakan pendapat secara bebas dan (3) membanjirnya informasi yang masuk tentang sejarah Papua Barat.

Dari pemaparan di atas maka Pembinaan harus terus dilakukan kepada masyarakat Papua bahwa Papua bukan sebagai bangsa tetapi sebagai suku bangsa dalam konteks Negara Kegara Kesatuan Republik Indonesia ,wilayah Papua dan NKRI sama-sama adalah bekas jajahan Belanda, oleh karena itu pemahaman harus diberikan dari tingkat provinsi ke kabupaten sampai tingkat terdepan di kelurahan dan kampung-kampung, namun dalam pembinaan tentunya harus memiliki suatu pola penanganan pembinaan yang berkelanjutan. Sehingga semua instansi dan lembaga adat punya satu pemahaman yang sama, bahwa kita sudah merdeka dan negara kesatuan Republik Indonesia merupakan negara masyarakat Papua juga. Walaupun dalam kenyataannya pembinaan tersebut belum membuahkan hasil yang optimal yaitu dengan masih terjadinya kekerasan di Papua yang kian hari semakin menjadi catatan kelam yang selalu menumpuk tanpa ada kejelasan yang pasti. Hal ini membuat masyarakat bertanya-tanya sampaikan kapan konflik ini akan berakhir atau akan berkelanjutan bahkan terus memakan korban jiwa. Akar konflik di Papua sampai sekarang belum terselesaikan dengan baik mengenai masalah marjinalisasi orang Papua, pelanggaran hak asasi manusia dan lain sebagainya. Keadaan ini terjadi karena masyarakat kurang percaya terhadap pemerintah daerah Papua maupun pemerintah pusat untuk menuntaskan masalah-masalah mendasar orang Papua sehingga wilayah di ujung timur nusantara ini masih terjadi konflik.


(25)

6

Senalice Mara, 2013

Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membangun Nasionalisme Generasi Muda Untuk Mecegah Konflik di Papua (Studi Kasus Pada SMA Negeri 1 Jayapura)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kejadian-kejadian kecil terkadang dipakai untuk sebuah isu politik yang besar, karena semua kelompok sosial bersaing di Papua, seperti kepentingan global, pusat, TNI dan lokal. Hal-hal tersebut mengakibatkan keresahan sebab masyarakat Papua yang merasa tanah peninggalan nenek moyang mereka telah diambil oleh para penguasa, dan pendatang. Masyarakat asli Papua merasa kehilangan, diperparah lagi dengan transmigrasi dan pendatang lain yang jumlahnya sudah melebihi masyarakat asli Papua. Setelah pembebasan Irian Barat dan Papua menjadi bagian dari NKRI. Integritas Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai wadah suatu negara yang merdeka. Didatangkanlah transmigrasi ke seluruh pelosok Papua pada tanggal 21 Februari 1902 oleh pemerintah Nederlands Nieuw Guinea yaitu mendatangkan orang-orang Jawa ke Merauke. Hingga pada tahun 1908 didatangkan lagi dari Jawa yang bermukim di Kuprik bersamaan dengan itu hadir pula masyarakat Timor dari Rote yang ditempatkan ke Merauke di lokasi Kampung Timor Merauke. tahun 1910 pemerintah Belanda mendatangkan lagi masyarakat Jawa dan dimukimkan di lokasi Spadem dan Mopah lama dan pekerja-pekerja lainnya sehingga dari segi jumlah telah terjadi pergeseran yang segnifikan dan pekerja-pekerja lainnya sehingga dari segi jumlah telah terjadi pergeseran yang signifikan. http://search.certifiedtoolbar.comsejara+transmigrasi+di+papua 4/12/2012)

Daerah Papua yang mayoritas penduduknya menganut agama kristen protestan. Namun hingga kini penganut agama lain sudah sejajar dengan agama kristen yang ada di Papua. Upaya penolakan terhadap pendatang terus dilontarkan oleh berbagai elemen masyarakat tetapi pemerintah tetap mengabaikan hal-hal itu, senada dengan hal tersebut Wonda (2009:127).

Menambahkan bahwa Otonomi khusus yang dianggap sebagai solusi akhir untuk masalah Papua telah dirancang oleh pemerintah dan beberapa orang terdidik Papua. Hal tersebut digambarkan dalam UU RI No. 21 tahun 2001. Implementasi di lapangan tidak sesuai dengan urat nadi dan


(26)

7

Senalice Mara, 2013

Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membangun Nasionalisme Generasi Muda Untuk Mecegah Konflik di Papua (Studi Kasus Pada SMA Negeri 1 Jayapura)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

nafas otonomi khusus itu sendiri. Unadang-undang yang dirancang tidak berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan yaitu segala prioritas untuk kepentingan orang asli Papua. Undang-undang otonomi khusus itu sendiri telah menjadi masalah dan belum mencapai penyelesaian.

Hal-hal seperti di atas tidak terlepas dari perhatian dan kesadaran generasi Pendidikan dituntut mampu menciptakan peserta didik yang memiliki jiwa nasionalisme yang kuat. Hal tersebut sangat urgen bagi masa depan bangsa dan negara, apabila peserta didik tidak memiliki jiwa nasionalisme tersebut, dipastikan krisis disintegrasi dan krisis multidimensional yang hingga kini berkecamuk akan sampai ke sendi-sendi kehidupan bangsa dan negara

Pemerintah Indonesia berusaha meredam Ideologi Papua merdeka melalui Undang-Undang RI Nomor 21 Tahun 2001 Otonomi Khusus (OTSUS), namun undang-undang tersebut dinyatakan gagal, sehingga timbul sebuah rasa nasionalisme Papua bukan nasionalisme Indonesia. Dengan demikian perlu adanya sebuah upaya untuk membangun kembali nasionalisme terhadap Negara Indonesia yang sangat kita cintai ini. sebab jika tidak sangat dikawatirkan bahwa generasi mudah papua lambat laun akan kehilangan rasa nasionalisme tarhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia. Muhammad (2012:11) juga menyatakan bahwa :

Persoalan di atas semestinya tidak harus dilandasi dengan tindakan diskriminatif yang mengakibatkan korban berjatuhan, akan tetapi bagaimana persoalan tersebut dapat dijadikan pelajaran dan memberikan kesadaran kepada semua elemen bangsa untuk mengedepankan semangat dialog dan konsilidasi bersama penyelesaian setiap persoalan yang muncul.

Bukti-bukti dekadensi moral dan lemahnya karakter anak bangsa sudah ada sejak lama. Lembaga pendidikan dan pemberdayaan masyarakat tidak terhitung jumlahnya dan melakukan upaya ke arah perbaikan kualitas sumber daya manusia (SDM), tetapi hasilnya sebagaimana yang kita saksikan saat ini belum maksimal. Namun perlu kita sadari, bahwa membangun nasionalisme dan


(27)

8

Senalice Mara, 2013

Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membangun Nasionalisme Generasi Muda Untuk Mecegah Konflik di Papua (Studi Kasus Pada SMA Negeri 1 Jayapura)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

patriotisme generasi muda yang lebih baik di masa depan memang tidaklah muda, tapi selama masi ada kesempatan tetap harus berusaha. Masa depan generasi muda juga sangat berpengaruh dari lingkungan mereka bergaul, jika lingkungannya saja sudah hancur, lalu seperti apa nantinya mereka di masa depan? Meskipun lingkungan juga sangat berpengaruh terhadap masa depan generasi muda, bukan berarti kita menghindarkan mereka dari lingkungan tersebut. Kita bisa memperbaiki lingkungan tersebut, dalam suatu lingkungan yang baik terhadap lingkungan yang lainnya. Menurut Budimasyah (2002:11) bahwa

Anak adalah warga negara hipotek yakni warga negara yang belum jadi karena masih harus didik menjadi warga negara dewasa yang sadar akan hak dan kewajibannya. Oleh karena itu masyarakat sangat mendambahkan generasi mudanya dipersiapkan untuk menjadi warga negara yang baik dan dapat berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Keinginan tersebut sebagai perhatian yang terus tumbuh, terutama dalam masyarakat demokrasi dewasa ini.

Sejalan dengan hal di atas sekolah memiliki peranan penting untuk mempersiapkan dan membentuk warga negara yang mempunyai rasa cinta terhadap bangsa sendiri. Selanjutnya sebagai generasi muda yang akan meneruskan cita-cita pembangunan bangsa akan sungguh-sungguh mencintai bangsanya sendri, dengan tidak membeda-bedakan setiap suku yang berdiam di bumi pertiwi, adanya rasa memiliki bangsa ini dan menjaga keutuhan Negara agar tidak terpeceh belah.

Masalah-masalah tersebut menarik untuk diteliti oleh penulis, yaitu tentang nasionalisme generasi muda (peserta didik) di SMA Negeri 1 Abepura. Peneliti ingin melihat sejauh mana peran PKn dalam menumbuhkan nasionalisme peserta didik. Para siswa SMA yang merupakan generasi penerus bangsa, diharapkan dapat menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab sebagaimana tertera dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang


(28)

9

Senalice Mara, 2013

Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membangun Nasionalisme Generasi Muda Untuk Mecegah Konflik di Papua (Studi Kasus Pada SMA Negeri 1 Jayapura)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sistem Pendidikan Nasional yang mengatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dalam membangun rasa kebangsaan dan cinta tanah air kepada generasi muda serta bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

SMA Negeri 1 Abepura merupakan salah satu SMA tertua di Papua yang terletak pada Distrik Abepura kota Jayapura, juga disebut sebagai kota pelajar di tanah Papua dikarenakan Abepura terdapat berbagai macam perguruan tinggi dan sekolah. Abepura d a n merupakan lokasi yang paling strategis untuk merancang berbagai isu sentral dalam pergolakan sosial politik di seantero Papua. Sering kali aksi yang terjadi di Abepura diikuti oleh masyarakat di seluruh Papua. Oleh karena itu, harus ada upaya yang dilakukan oleh sekolah agar peserta didik tidak terpengaruh dengan aksi-aksi yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentut. Melalui observasi awal yang dilakukan oleh penulis bahwa untuk membangun nasionalisme peserta didik melalui mata pelajaran PKn, guru selalu berupaya menanamkan nasionalisme baik melalui pembelajaran maupun melalui kegiatan-kagiatan yang dilakukan oleh sekolah tersebut. Agar peserta didik tidak terpengaruh oleh hal-hal yang akan merugikan mereka, dan peserta didik lebih jeli melihat kondisi sosial di sekitar lingkungannya,, serta memilki jiwa nasionalisme yang mendalam terhadap bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sejalan dengan pemaparan di atas Surakhmad (1990:53) menegaskan bahwa :


(29)

10

Senalice Mara, 2013

Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membangun Nasionalisme Generasi Muda Untuk Mecegah Konflik di Papua (Studi Kasus Pada SMA Negeri 1 Jayapura)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

keberlangsungan hidupnya untuk senantiasa menyerahkan dan mempercayakan hidupnya di dalam tangan generasi yang lebih muda. Generasi muda yang kemudian memikul tanggung jawab untuk tidak saja memelihara kelangsungan hidup umatnya tetapi juga meningkatkan harkat hidup tersebut. Apabila generasi muda yang seharusnya meneruskan tugas penulisan sejarah bangsanya tidak memiliki kesiapan dan kemampuan yang diperlukan, niscaya berlangsung ke arah kegersangan menuju kepada kekerdilan dan keterpurukan yang pada akhirnya sampai pada kehancuran.oleh karena itu, kedudukan suatu angkatan muda dalam masyarakat adalah vital bagi masyarakat itu. Dari pendapat di atas generasi muda mempunyai peranan penting dalam menjaga kelangsungan hidup bangsa dan negara. Oleh karena itu kesadaran awal yang harus kita tahu bahwa dalam penghayatan rasa kebangsaan dan cinta tanah air adalah kenyataan bahwa kita telah menjadi bagian tetap dari bangsa ini, bangsa Indonesia. Di sinilah tempat kita lahir, berpijak, hidup, bertumbuh dan berkembang, serta (mungkin saja) kita nanti akan menghembuskan nafas terakhir di tanah air ini. Bahkan, kalaupun suatu saat kita meninggalkan negeri ini dan menetap di negeri lain, kita tidak akan pernah bisa meninggalkan identitas kita sebagai orang/bangsa Indonesia.

Menurut beberapa pandangan bahwa promosi dan penananman nasionalisme menyediakan pendidikan kewarganegaraan dengan momentum yang kuat. Jika nasionalisme ditekankan dalam pendidikan kewarganegaraan, kita bisa memperkuat identitas nasional rakyat, rasa miliki dan memperkuat supermasi kepentingan nasional. Hal itu mendorong kesadaran bahwa prestasi individu dan kegagalan terkait erat dengan naik turunnya bangsa. Kita bisa mempererat persatuan, harmoni, saling membantu, kesetaraan dan pembangunan antar ras. Dengan demikian memperkuat masyarakat atas kesadaran diri bahwa mereka harus menegakkan persatuan rasial, integritas nasional dan sosial stabilitas. Kita bisa mempromosikan kemerdekaan bangsa dan semangat yang konstan, sehingga memungkinkan orang untuk mengambil tantangan dalam


(30)

11

Senalice Mara, 2013

Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membangun Nasionalisme Generasi Muda Untuk Mecegah Konflik di Papua (Studi Kasus Pada SMA Negeri 1 Jayapura)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berinovasi dan berusaha untuk mendapatkan keunggulan. Sejalan dengan pemaparan di atas Asep Mahpudz (1996:281) mengatakan bahwa :

Untuk membangun nasionalisme generasi muda sebagai wujud pendidikan kewarganegaraan adalah ungkapan perasaan senasib sepenanggunangan dalam lingkup bangsa dalam bentuk kepedulian dan kepekaan akan masalah-masalah yang dihadapi bangsa, termasuk di dalamnya masalah yang berkaitan dengan rasa solidaritas sebangsa dan setanah air. Setidaknya yang dibutuhkan adalah menyangkut aspek pembinaan nilai-nilai kepribadian dan aspek peningkatan nilai-nilai kepribadian dan aspek peningkatan pengetahuan wawasan kebangsaan. Oleh karena itu, upaya pembinaan nasionalisme Indonesia pada masa sekarang selayaknya mengutamakan pandangan dan sikap antisipotoris, berupa pembinaan kemampuan untuk memperhitungkan perkembangan yang akan terjadi dimasa depan. Artinya dibutuhkan penanaman sikap menghadapi segala situasi baru yang belum pernah terjadi dalam kehidupan suatu masyarakat atau suatu bangsa.

Menurut Winataputra dan Budimansyah, (2007:155), Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang mengajarkan tentang bagaimana seorang warga negara dapat bertanggung jawab dan menjadi warga negara yang baik. Dengan demikian pendidikan kewarganegaraan (civic education) merupakan salah satu bidang kajian yang mengembangkan misi nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia melalui koridor ”value-basic education”. Konfigurasi atau sistem pendidikan kewarganegaraan (PKn) dibangun atas dasar paradigma yakni :

pertama, PKn secara kurikuler dirancang untuk subjek pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan potensi individu agar menjadi warga negara Indonesia yang berahklak mulia, cerdas, partisipatif dan bertanggung jawab. Kedua, PKn sebagai teoritik dirancang sebagai subyek pembelajaran yang memuat dimensi-dimensi psikomotor, afektif dan kognitif yang bersifat konfluen atau saling berpenetrasi dan terintegrasi dalam konteks subtansi ide, nilai, konsep dan moral pancasila, kewarganegaraan yang demokratis, dalam bela negara. Ketiga, PKn secara programatik dirancang sebagai subyek pembelajaran yang menekan pada isi yang mengusung nilai-nilai (content embedding values) dan pengalaman belajar (learning experiences) dalam bentuk berbagai


(31)

12

Senalice Mara, 2013

Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membangun Nasionalisme Generasi Muda Untuk Mecegah Konflik di Papua (Studi Kasus Pada SMA Negeri 1 Jayapura)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

perilaku yang perlu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan tuntutan hidup bagi warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai penjabaran lebih lanjut dari ide, nilai, konsep dan moral pancasila, seta kewarganegaraan yang demokratis dan bela negara.

Lebih lanjut, secara yuridis pendidikan kewarganegaraan di Indonesia adalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 sebagai landasan konstitusional Undang-Undang No RI 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, sebagai landasan operasional, dan peraturan Menteri nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi dan nomor 23 tahun 2006 tentang standar kompetensi lulusan (SKL). Sedangkan menurut (Wahab dan Sapriya 2011:278-279), pada pasal 37 ayat 1 dikemukakan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat pendidikan kewarganegaraan dan ayat 2 dikemukakan pula kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat pendidikan kewarganegaraan sedangkan pada bagian penjelasan pasal 37 dikemukakan bahwa pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik mejadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang berfungsi dalam pembentukan warga negara yang mampu memahami dan mempertahankan, serta melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sebagai warga negara yang terampil, memiliki jiwa nasionalisme, serta cerdas seperti yang dirancang/diatur oleh pancasila dan undang-Undang Dasar 1945. Pendidikan kewarganegaraan dapat mendidik dan membina peserta didik serta memupuk jiwa nasionalisme secara mendalam, termasuk dapat memecahkan masalah konflik di lingkungan mereka berada. Dengan demikian, pendidikan kewarganegaraan memegang peranan penting dalam pengajaran tentang resolusi konflik.

Laros Tuhutera (2010:12) juga menyatakan pendidikan kewarganegaraan diharapkan akan mampu membelajarkan siswa untuk memecahkan


(32)

13

Senalice Mara, 2013

Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membangun Nasionalisme Generasi Muda Untuk Mecegah Konflik di Papua (Studi Kasus Pada SMA Negeri 1 Jayapura)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

masalah-masalah sosial bukan konvensional yang hanya menuntut siswa untuk menghafal fakta-fakta, yang hanya menggunakan metode ceramah yang membosankan siswa, ataupun pendidikan yang hanya sekedar mewariskan nilai-nilai lama tanpa dikaji secara kritis, dan juga bukan pendidikan yang hanya menekankan penguasaan disiplin ilmu dan pengembangan intelektualisme.

Disisi lain masih ditemukan pula berbagai kendala dalam pembelajaran PKn. Kendala-kendala tersebut yang dikemukakan oleh Winataputra dan Budimansyah (2007:118-119) antara lain;

(1) Masukan instrumen (instrumen input) terutama yang berkaitan dengan kualitas guru atau dosen serta keterbatasan fasilitas dan sumber belajar,

(2) Masukan lingkungan (invirentantal input) terutama yang berkaitan dengan kondisi dan situasi kehidupan politik negara yang kurang demokratis.

Menurut Winata Putra (1999) Bahwa hasil analisis terhadap terhadap pengembangan PKn di Indonesia manunjukan adanya kelemahan-kelemahan yang mendasar pada tahapan paradigma sehingga mengakibatkan ketidakpastian, baik dalam tataran konseptual maupun tataran praktisi, setidaknya terdiri atas empat kelemahan yakni :

(1) Kelemahan dalam konseptualisasi PKn, (2) Penekanan yang berlebihan pada proses behavioristik, tanggapan pada proses penanaman nilai yang cenderung indroktinatif (values inculcarion): (3) Ketidakjelasan terhadap penjabaran berbagai dimensi tujuan PKn kedalam kurikulum, dan (4) Keterisolasian proses pembelajaran dalam konteks disiplin dan keilmuan dan lingkungan sosial budaya.

Selanjutnya untuk menyikapi kelemahan-kelemahan yang ada maka Bertolak dari pendapat di atas Wahab dan Sapriya (2011: 44). mengusulkan pendidikan kewarganegaraan baru, sebagai tujuan utama, hendaknya dapat mengembangkan kompetensi warga negara (civic competence), ahlak warganegara yang diinginkan (desirable personal qualities atau civic virtue) dan budaya warganegara (civic culture), serta nilai dan kepercayaan


(33)

14

Senalice Mara, 2013

Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membangun Nasionalisme Generasi Muda Untuk Mecegah Konflik di Papua (Studi Kasus Pada SMA Negeri 1 Jayapura)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terhadap demokrasi (democratic values and beliefs) untuk berkembangnnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Pandangan di atas bertujuan agar generasi muda memahami dan mampu melaksanakan hak dan kewajibannya secara santun, jujur dan demokratis. Memupuk sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai, yang terkandung didalam pancasila. Karena Pada hakekatnya pendidikan adalah upaya sadar dari suatu masyarakat dan pemerintah suatu negara untuk menjamin kelangsungan hidup dan kehidupan generasi penerusnya, dan pendidikan kewarganegaraan sangat berperan penting untuk membina warga masyarakat,warga bangsa dan negara, secara berguna dan bermakna serta mampu mengantisipasi hari depan mereka yang selalu berubah dan selalu terkait dengan konteks dinamika budaya, bangsa, negara dan hubungan internasional, oleh karena itu pendidikan kewarganegaraan tidak dapat mengabaikan realita kehidupan yang mengglobal yang digambarkan sebagai perubahan kehidupan yang penuh dengan berbagai dinamika.

Demikianlah Indonesia yang terdiri dari 17.000an pulau dan di dalamnya hidup berbagai suku bangsa yang sangat beraneka ragam dari Sabang sampai Merauke, serta merupakan negara bekas jajahan dengan sistem otoriter dan militeristik yang menganut sistem demokrasi pancasila, hal ini tidak bisa dipungkiri bangsa ini sangat rawan terhadap konflik. Konflik yang paling nyata adalah konflik horizontal, konflik antara masyarakat dengan kelompok masyarakat lainnya. Selama kurung waktu bertahun-tahun. Konflik tersebut menjadi suatu misteri yang balum mampu dipecahkan oleh pemerintah dan dalam menangani persoalan-persoalan tersebut pemuda juga mempunyai andil besar dalam merubah dan mencari solusinya. konflik-konflik lain yang sering terjadi di tanah air misalnya konflik di Kalimantan Barat, Poso, Sulawesih tengah, serta pergolakan daerah atau konflik vertikal yang menuntut


(34)

15

Senalice Mara, 2013

Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membangun Nasionalisme Generasi Muda Untuk Mecegah Konflik di Papua (Studi Kasus Pada SMA Negeri 1 Jayapura)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia seperti yang terjadi di Aceh dikenal dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), dan Organisasi Papua Merdeka (OPM).

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dengan adanya Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) diharapkan dapat menjadi salah satu solusi untuk dapat mencegah terjadinya konflik. Pembelajaran PKn yang demikian diharapkan akan menyentuh hati dan batin setiap peserta didik, diharapkan mereka akan mengakui dan menghargai potensi individual, kelompok, daerah dengan mementingkan kebersamaan, karena selama ini pembelajaran PKn disajikan hanya bersifat pengetahuan saja. Hal ini mengakibatkan mata pelajaran PKn dianggap membosankan dan kurang peka terhadap masalah-masalah yang sedang terjadi sekarang ini. Integrasi bangsa saat ini sangat memprihatinkan. Sehingga mendorong penulis untuk dapat mengkaji lebih dalam tentang :

Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membangun Nasionalisme Generasi Muda Untuk Mencegah Konflik di Papua (Studi Kasus Pada SMA Negeri I Abepura Jayapura).

B. Rumusan Masalah

Permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah bagaimana peran Pendidikan Kewarganegaraan dalam membangun Nasionalisme Untuk Mencegah Konflik di Papua, mengingat luasnya permasalahan tersebut, maka permasalahan tersebut perlu dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana pengembangan materi Pendidkan Kewarganegaraan untuk menumbuhkan nasionalisme peserta didik di SMA Negeri 1 Abepura?

2. Bagaimana pengembangan media Pendidikan Kewarganegaraan untuk menumbuhkan nasionalisme peserta didik di SMA Negeri 1 Abepura?

3. Metode apa saja yang digunakan untuk mengembangkan kompetensi guna menumbahkan nasionalisme peserta didik di SMA Negeri 1 Abepura?


(35)

16

Senalice Mara, 2013

Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membangun Nasionalisme Generasi Muda Untuk Mecegah Konflik di Papua (Studi Kasus Pada SMA Negeri 1 Jayapura)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Apa saja kendala dalam memngimplementasikan Pendidikan Kewarganegaraan untuk menumbuhakn nasionalisme peserta didik di SMA Negeri 1 Abepura?

5. Bagaimana upaya untuk mengatasi kendala dalam mengimplementasikan Pendidikan Kewarganegaraan untuk menumbuhkan nasionalisme peserta didik di SMA Negeri 1 Abepura?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujan untuk mengetahui sejauh mana peran pendidikan kewarganegaraan dalam membangun nasionalisme agar dapat mencegah konflik di Papua dan bagaimana upaya guru dalam mengimplementasikannya.

Secara Khusus, penelitian ini bertujuan sebagai berikut :

1. Mengetahui pengembangan materi Pendidkan Kewarganegaraan untuk menumbuhkan nasionalisme peserta didik di SMA Negeri 1 Abepura?

2. Mengetahui pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan melalui media untuk menumbuhkan nasionalisme peserta didik di SMA Negeri 1 Abepura? 3. Mengetahui Metode apa saja yang digunakan untuk mengembangkan

kompetensi peserta didik guna menumbahkan nasionalisme peserta didik di SMA Negeri 1 Abepura?

4. Mengetahui kendala dalam memngimplementasikan Pendidikan Kewarganegaraan untuk menumbuhakn nasionalisme peserta didik di SMA Negeri 1 Abepura?

5. Mengetahui upaya untuk mengatasi kendala dalam mengimplementasikan Pendidikan Kewarganegaraan untuk menumbuhkan nasionalisme peserta didik di SMA Negeri 1 Abepura?


(36)

17

Senalice Mara, 2013

Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membangun Nasionalisme Generasi Muda Untuk Mecegah Konflik di Papua (Studi Kasus Pada SMA Negeri 1 Jayapura)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penelitiaan ini diharapkan mampu memberikan manfaat baik secara keilmuan (teoritik) maupun secara empirik (praktis).

1. Secara Teoritis

Peneltian ini diharapkan mampu memberikan manfaat baik secara keilmuan (teoritik), maupun secara empirik (praktis), secara teoritik penelitian ini akan menggali, mengkaji dan mengorganisasikan pengembangan pembelajaran PKn. Dalam rangka membangun nasionalisme melalui pendidikan kewarganegaraan.

2. Secara Praktis

a. Memberikan masukan kepada guru, sebagai peningkatan profesionalismenya terutama dalam membangun kebangsaan dan cintah tanah air kepada peserta didik.

b. Memberikan masukan kepada Kepala sekolah dalam merumuskan dan meningkatkan mutu pembelajaran PKn terutama dalam membangun kebangsaan dan cintah tanah air kepada peserta didik yang merupakan generasi muda bangsa.

c. Para akademisi atau komunitas akademis, khususnya dalam bidang PKn untuk bahan masukan kearah pengembangan PKn sebagai disiplin ilmu. d. Para pengembang kurikulum PKn baik pada jenjang pendidikan dasar,

menengah, tinggi maupun lingkungan masyarakat.

e. Para pengambil kebijakan terutama yang terkait dengan program PKn dalam upaya mempersiapkan warga negara yang baik dan bertanggung jawab.

E. Penjelasan Konsep 1. Peran

Menurut Laros Tuhutera (2010:20), makna peran dari sudut pandang ilmu sosial berarti suatu tugas atau fungsi yang dibawakan seseorang, atau lembaga organisasi ketika menduduki suatu posisi dalam struktur sosial tertentu.


(37)

18

Senalice Mara, 2013

Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membangun Nasionalisme Generasi Muda Untuk Mecegah Konflik di Papua (Studi Kasus Pada SMA Negeri 1 Jayapura)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan kewarganegaraan adalah suatu bidang kajian yang mempunyai objek telaah kebijakan dan budaya kewarganegaraan, dengan menggunakan disiplin ilmu pendidikan dan ilmu politik sebagai kerangka kerja keilmuan pokok serta disiplin ilmu lain yang relevan yang secara koheren diorganisasi dalam bentuk program kurikuler kewarganegaraan, aktivitas sosial kultur, dan kajian ilmiah kewarganegaraan.

Pendidikan kewarganegaraan persekolahan (civic school), berada pada jalur pendidikan formal dan pendidikan kesetaraan. Pada jalur pendidikan non formal yang menurut penjelasan pasal 37 UU No 23 Tahun 2003 dikembangkan sebagai muatan kurikulum yang berfungsi mengembangkan rasa kebangsaan, cinta tanah air, dalam konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, kehidupan peserta didik pada dunia persekolahan pada dasarnya merupakan paradoksi untuk menyiapkan diri sebagai warga sekolah atau school citizen. (Winataputra, 2001:317).

3. Nasionalisme

Nasionalisme adalah suatu ideologi yang meletakan bangsa dipusat masalahnya dan berupaya mempertinggi keberadaannya. Smith D, 2003 : 10).

Menurut L. Stoddard: Nasionalisme adalah suatu kepercayaan yang dimiliki oleh sebagian terbesar individu di mana mereka menyatakan rasa kebangsaan sebagai perasaan memiliki secara bersama di dalam suatu bangsa. 4. Konflik

Lockwood (dalam Tamburaka, 1999:102) menyebutkan konflik adalah perselisihan atau permusuhan antara individu atau anatar kelompok dalam masyarakat karena ada kepentingan tertentu.


(38)

19

Senalice Mara, 2013

Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membangun Nasionalisme Generasi Muda Untuk Mecegah Konflik di Papua (Studi Kasus Pada SMA Negeri 1 Jayapura)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

SMA Negeri 1 Abepura Adalah salah satu SMA tertua di Papua. Letak sekolah ini berada di Jln. Biak. Kelurahan Kota Baru Distrik Abepura, Kota Jayapura, Propinsi Papua.


(39)

74

Senalice Mara, 2013

Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membangun Nasionalisme Generasi Muda Untuk Mecegah Konflik di Papua (Studi Kasus Pada SMA Negeri 1 Jayapura)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan, Metode dan Teknik Pengumpulan Data

a. Pendekatan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah dan tujuan yang hendak dicapai, maka bentuk penelitian ini adalah kualitatif dengan strategi pendekatan deskriptif yang dianggap relevan dengan pokok penelitian ini. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang dapat diamati Taylor dan Maleong (dalam Rahman, 1993:145).

Alasan peneliti memilih pendekatan ini, karena masalah yang diteliti sedang melanda generasi muda saat ini dalam hal cinta dan bangga terhadap bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kususnya pada peserta didik SMA Negeri 1 Abepura karena letak sekolahnya berada pada lokasi yang rawan akan konflik. Dari penelitian ini diharapkan dapat dikumpulkan data sebanyak mungkin dari informasi-informasi dan data-data yang akurat. Alasan lainnya mengapa peneliti memilih penelitian kualitatif dengan pendekatan deskritif karena data yang akan diperoleh dari penelitian ini di lapangan lebih banyak menyangkut perbuatan dangan ungkapan kata-kata dari responden yang sedapat mungkin bersifat alami, tanpa adanya rekayasa serta pengaruh dari luar. Sebagaimana Moleong (2003:3) mengatakan bahwa “penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data kualitatif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari perilaku orang-orang yang diamati”.

Konsep di atas sejalan dengan Lenson dan Guba (1985:39), yakni ontologi ilmiah menghendaki adanya kenyataan-kenyataan sebagai keutuhan yang tidak dapat dipahami jika dipisahkan dari konteksnya,


(40)

75

Senalice Mara, 2013

Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membangun Nasionalisme Generasi Muda Untuk Mecegah Konflik di Papua (Studi Kasus Pada SMA Negeri 1 Jayapura)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penelitian deskritif adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap obyek yang diteliti. Melihat penelitian kualitatif sebagai penelitian yang bersifat naturalistik. Penelitian bertolak dari paradikma naturalistik bahwa kenyataan itu berdimensi jamak, penelitian dan yang diteliti bersifat interaktif, tidak bisa dipisahkan dari satu kesatuan bentuk secara silmutan, dan bertimbal balik, tidak mungkin memisahkan sebab dan akibat, dan penelitian ini melibatkan nilai-nilai. Para peneliti mencoba memahami bagaimana individu mempersepsi makna dari dunia sekitarnya. Melalui pengalaman kita mengkonstruksi pandangan kita tentang dunia sekitar, dan ini menentukan bagaimana kita berbuat.

Manurut R. Torbert (1981:141-151), penelitian kualitatif sering

disebut seagai ”colalaborative inquiry” selanjutnya, Bogdan dan Biklen

(1982) menyebutkan penelitian kualitatif untuk pendidikan dengan sebutan “Naturalistik” pendekatan yang dugunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan kualitatif.

Satori dan Komariah (2009 :22), menjelaskan pendekatan kualitatif adalah penelitian yang menekankan pada quality atau hal yang terpentingdari sifat suatu barang atau jasa yang berupa kejadian/fenomena/gejala sosial. Selanjutnya dikatakan, suatu penelitian kualitatif diekplorasi dan diperdalam dari suatu fenomena sosial atau lingkungan sosial yang terdiri atas pelaku, kejadian tempat dan waktu. b. Metode Penelitian

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus atau penelitian kasus (case study) yang merupakan bagian dari penelitian kualitatif. Burgess (dalam Nasution, 1996:17) mengemukakan bahwa metode penelitian kualitatif sebenarnya meliputi sejumlah metode penelitian,


(41)

76

Senalice Mara, 2013

Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membangun Nasionalisme Generasi Muda Untuk Mecegah Konflik di Papua (Studi Kasus Pada SMA Negeri 1 Jayapura)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

antara lain kerja lapangan, penelitian lapangan, studi kasus, etnografi, prosedur interpretatif dan lain-lain.

Selanjutnya Nazir (2007 :65), menjelaskan bahwa studi kasus atau case study adalah penelitian yang subyek penelitiannya dapat berupa individu, kelompok, lembaga maupun masyarakat, sehingga dapat memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas di atas akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum.

Menurut Nasution (1965:55), studi kasus (case study) adalah untuk penelitian yang mendalam tentang suatu aspek lingkungan sosial termasuk manusia didalamnya. Case study dapat dilakukan terhadap seseorang individu, kelompok atau suatu golongan kelompok manusia, lingkungan hidup manusia atau lembaga sosial.

Demikianlah dapat disimpulkan bahwa metode penelitian kasus merupakan sebuah metode yang digunakan untuk mengkaji secara mendalam gejala-gejala sosial dari suatu kasus dan mengkajinya secara mendalam dan akurat, dan subjek penelitian tersebut dapat berupa seseorang, sekelompok orang, atau suatu masa atau peristiwa, atau satu kesatuan kehidupan sosial. Tujuan penelitian kasus dan penelitian lapangan adalah untuk mempelajari secara akurat tentang latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan suatu kondisi sosial, individu, kelompok, lembaga atau masyarakat yang menjadi subyek. Karena pada dasarnya studi kasus mempelajari secara intensif seseorang individu yang dipandang mengalami suatu kasus tertentu. 3.Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif untuk memperoleh data dan informasi secara akurat dan representatif dibutuhkan terknik pengumpulan data yang dipandang tepat. Dimana peneliti sebagai (key instrumen),yang menyatu dengan sumber data dalam situasi yang alami (natural setting). Data dan


(42)

77

Senalice Mara, 2013

Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membangun Nasionalisme Generasi Muda Untuk Mecegah Konflik di Papua (Studi Kasus Pada SMA Negeri 1 Jayapura)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

informasi yang dikumpulkan peneliti menggunakan beberapa teknik diantaranya sebagai berikut :

a). Observasi

Nasution (1998) menyatakan bahwa, dasar dari semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui dunia observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda. Sedangkan yang sangat kecil (proton dan elektron) maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi dengan jelas. Sedangkan Marsall (1995) menyatakan bahwa ”through onservation, the researcher learn about behaviour ang the meaning attached to those

behavior” (melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut).

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. (Nawawi Hadari, 2005:100). Observasi dilakukan sebelum atau selama peneliian dilakukan yaitu penulis meninjau secara langsung kondisi sekolah SMA Negeri 1 Abepura Papua, dan proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah tersebut.

b). Wawancara

Wawancara adalah suatu percakapan tanya jawab lisan dan antara dua orang atau lebih yang duduk berhadapan secara fisik dan diarahkan pada masa tertentu. Pengertian lain tentang wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk penelitian dengan jalan tanya jawab sambil bertatap muka antara sipenanya dengan siwawancara dengan sipenjawab/responden dengan alat yang dinamakan interview guide/pemanduan wawancara (Muhamat,


(43)

78

Senalice Mara, 2013

Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membangun Nasionalisme Generasi Muda Untuk Mecegah Konflik di Papua (Studi Kasus Pada SMA Negeri 1 Jayapura)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1998:234). Teknik wawancara biasanya dilakukan secara langsung tanpa perantara, dilakukan dengan nara sumber berupa Tanya jawab, diskusi dan cara lainnya agar peneliti dapat memperoleh informasih yang diperlukan.

Esterberg 2002 (dalam Sugiono, 2011:231) mendefinisikan interview

sebagai; “a meeting of two person to exchange information and idea through question and responses, resulting in comonication and join construction of

meaning about a particular topic” atau wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukan informasih dan ide melalui Tanya jawan sehingga dapat dikontruksikan makna dan suatu topik.

Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak-berstruktur. Sesuai dengan bentuk wawancara ini, peneliti tidak terikat secara ketat pada pedoman wawancara. Pelaksanaannya bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja selama berhubungan dengan fenomena dan fokus penelitian. Tipe wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara secara luas dan mendalam atau indepth interview (Patton, 1980).

Berdasarkan pengertian di atas maka teknik ini tidak dilaksanakan dengan struktur yang ketat dan formal dengan maksud agar informasi yang dikumpulkan memiliki kedalam yang cukup, maka dalam pengambilan data di SMA Negeri 1 Abepura Papua responden yang diwawancarai adalah berikut : Kepala Sekolah, Guru Bidang Studi PKn dan Ketua Osis, Pengurus Osis dan Peserta didik.

Menurut Sugiono (2011:239) supaya hasil wawancara dapat terekam dengan baik, dan peneliti memiliki bukti telah melakukan wawancara kepada informan atau sumber data, maka diperlukan bantuan ala-alat sebagai berikut :

1) Buku catatan; berfungsi untuk mencatat semua percakapan dengan nara sumber.


(1)

143

Senalice Mara, 2013

Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membangun Nasionalisme Generasi Muda Untuk Mecegah Konflik di Papua (Studi Kasus Pada SMA Negeri 1 Jayapura)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Center For Indonesia Civic Education/CICED, (1999). Democratic Citizen In a Civic Society : Report Of The Cenference On Civic Education For Civic Society, Bandung, CICED.

Deutsch, Morton (2000), Cooperation and Competition, dalam The Hanbook of Conflict Resolution Theory and Pratice (Eds, Deutsch, M. dan Coleman, P.T). San Fracisco: Jossey-Bass Publishers.

Emelia Emi, (2011), Menulis Tesis dan Disertasi; Alfabeta Bandung.

Gafaf,afan. (2006), Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi; Pustaka Pelajar Yogyakarta.

Grosby Steven. (2009), Sejarah Nasionalisme (Asal Ususl Bangsa dan Tanah Air); Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Hendricks William, (2008), Bagaimana Mengelalo Konflik, Bumi Aksara, Jakarta.

Kunsil (1986) Nasionelisme, Arti dan sejarah, Terjemahan Sumartri Metrodipuro, Jakarta Airlangga.

H.A.Kosasi.D, R, dan Rusnaini. (2011). Pendidikan Karakter : Nilai Inti Bagi Upaya pembinaan kepribadian Bangsa. (Penghargaan dan penghormatan 70 Tahun Prof.Dr.H.Endang Somantri,M.Ed). Wijaya aksara Press Bekerja Sama Dengan Jurusan PKN-UPI. Bandung

Lincoln and Guba. (1985). Naturalistic Inquiry. London : Sage Publication.

Liliweri. A. (2005) Prasangka dan konflik. Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multikultur. Yogyakarta: LkiS Pelangi Aksara.

Maftuh, Bunyamin. (2008). Pendidikan Resolusi Konflik: Membangun Generasi Muda yang Mampu Menyelesaikan Konflik Secara Damai. Bandung: Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan, Universitas Pendidikan Indonesia.


(2)

144

Senalice Mara, 2013

Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membangun Nasionalisme Generasi Muda Untuk Mecegah Konflik di Papua (Studi Kasus Pada SMA Negeri 1 Jayapura)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Materay Bernada, (2012), Nasionalisme Ganda Orang Papua, PT Kompas Media Nusantara, Jakarta.

Mahpudz Asep, (2006). Pendidikan Nilai Moral Dalam Dimensi Pendidikan Kewarganegaraan, (Menyambut 70 Tahun Prof Drs, H.A Kosassih Djahiri). Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) FPIPS-UPI Bandung. Miles, Mattew B dan A. Michael Huberman. (2007). Analisis Data Kualitatif Buku

Sumber Tentang Metode-motode baru. Jakarta : Universitas Indoneisa Press. Muridan S. Widjojo. (2009). Papua Road Map, Negotiating the Past, Improving

the Present and Securing the Future, Jakarta : LIPI, Yayasan TIFA dan Yayasan Obor Indonesia.

Moleong, Lexy J. (2003). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Muhammad, I. Takdir. (2012) Nasionalisme Dalam Bingkai Pluralitas Bangsa.Ar-Ruzz Media. Jogyakarta.

Nasution. (1996). Merode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: PT Tarsito

Nazir, Moh. (2005). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nasrullah, N. (2009), Teori-Teori Sosiologi, Widya Padjadjaran, Bandung

Nurhadi, (2004), Kurikulum 2004 (Pertanyaan dan Jawaban). Jakarta : Penerbit PT. Gramedia Widiasana Indonesia

Ranjabar, J. (2008) Sistem Sosial Budaya Indonesia Suatu pengantar. Bogor: Ghalia Indonesia.

Syarbaini Syahrial, Wahid Aliaras dan Wibowa Sugeng; (2006), Membangun Karakter dan Kepribadian malalui Pendidikan Kewarganegaraan, Penerbit


(3)

145

Senalice Mara, 2013

Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membangun Nasionalisme Generasi Muda Untuk Mecegah Konflik di Papua (Studi Kasus Pada SMA Negeri 1 Jayapura)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Graha Ilmu, Yogyakarta

Satori, D dan Komariah (2009), Metode Penelitian Kualitatif, Alfabeta Bandung.

Sapriya.(2007) Prespektif Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Karakter. Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung Sutrisno dan Puranto,(2008), Teori-Teori Kebudayaan, Humanior, Kanisius;

yogyakarta.

Sangganagara H, (2010), “Sistem Pendidikan dengan Format Kebangsaan” Makalah pada Seminar Nasional Membangun Sistem Pendidikan yang Sesuaidengan Visi.

Sundawa Dadang dkk, (2008), Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, Penerbit Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan Universitan Pendidikan Indonesia, Bandung

Sugiyono, (2011), Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Alfabeta Bandung.

(2008), Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Alfabeta Bandung.

Smith D. Anthony, (2003); Nasionalisme (Teori, Ideologi, Sejarah), Penerbit Erlangga Jakarta.

; (1983). TheoriesOf Nasionelism. New York : Harves and Meir Simanjuntak B dan Pasaribu L.I, (1990), Membina dan Mengembangkan Generasi

Muda; Penerbit Tarsito Bandung.

Susan, N. (2009) Sosiologi Konflik dan Isu-Isu Konflik Kontemporer. Jakarta: Prenada Media Group.


(4)

146

Senalice Mara, 2013

Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membangun Nasionalisme Generasi Muda Untuk Mecegah Konflik di Papua (Studi Kasus Pada SMA Negeri 1 Jayapura)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bandung

Syamsudin, Azis, (2008). Kaum Muda Menatap Masa Depan Indonesia, PT Wahana Semesta Intermedia Jakarta.

Wahab Aziz Abdul dan Sapriya, (2011) Teori dan Landasan Pendidikan Kewarganegaraan; Alfabeta Bandung.

Winataputra U.S. (2004). Pendidikan Kewarganegaraan dalam Perspektif Pencerdasan Kehidupan Bangsa. Disampaikan pada Temu Sambut Guru Besar FKIP UT. Jakarta: FKIP UT.

______, (2006). Pendidikan Guru untuk menunjang Profesi Kolektif mencerdaskan Kehidupan Bangsa’ (dalam Budimansyah dan Syam (ed) (Pendidikan Nilai Moral dalam Implementasi Pendidikan Kewarganegaraan). Lab, PKn FPIPS-UPI Bandung.

______, (2012). Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Perspektif Pendidikan Untuk Mencerdaskan Kehidupan Bangsa (Gagasan, Instrumentasi, dan Praktis). Widya Aksara Pres. Bandung.

______ & Budimansyah, D. (2007). Civic Education: Konteks, Landasan, Bahan Ajar dan Kultur Kelas. Bandung: Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan SPs UPI.

Wonda Sendius, (2009), Jeritan Bangsa (Rakyat Papua Barat Mencari Keadilan), Yogyakarta, Galang Press.

Tesis dan Disertasi :

Anggraeni Leni, (2009), PengembanganPendidikan Kewarganegaraan Berbasis Mutlikulturan Dalam Memupuk Nasionalisme Siswa :(Studi Kasus di SMA Santo Aloysius Bandug); Tesis Program Pasca Sarjana UPI Bandung, Tidak Diterbitkan.


(5)

147

Senalice Mara, 2013

Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membangun Nasionalisme Generasi Muda Untuk Mecegah Konflik di Papua (Studi Kasus Pada SMA Negeri 1 Jayapura)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kardiman Yuyus;(2008) Tesis : Membangun Kembali Karakter Bangsa Melalui Situs-Situs Kewarganegaraan, Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Pasca Sarjana UPI. Bandung, Tidak Diterbitkan.

Mardawani (2010) Pembinaan Semangat Nasionalisme Indonesia Dalam Menghadapi Tantangan Kosmopotalisme dan Etnisitas Melalui Pembelajaran Pkn (Tesis Magister Pada Program Pasca Sarjana UPI). Bandung. Tidak Diterbitkan.

Manufandu Septer, (2010) “Akses Masyarakat Papua Dalam Pelayanan Publik”. Makalah

Winataputra, U.S. (2001). Jatidiri Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Sistemik Pendidikan Demokrasi: Suatu Kajian Konseptual Dalam Konteks Pendidikan IPS. Disertasi PPS UPI: tidak diterbitkan.

Tuhutera, Laros (2009, Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam PembentukanKarakter Generasih Muda Pasca Konflik Ambon; (Studi Kasus Pada Sekolah SMAN 09 Kota Ambon). Tesis Program Pasca Sarjana UPI Bandung, Tidak Diterbitkan.

Uruwaya Hiskia (2010), Implikasi Ototnomi Kusus Terhadap Nasionalisme Warga Negara Muda di Propinsi Papua, (Studi Kasus Pada Mahasiswa Universitas Cenderawasih Jayapura), Tesis Program Pasca Sarjana UPI Bandung, Tidak Diterbitkan.

Jurnal dan Websaite :

Jurnal Pendidikan Karakter, Publikasi Ilmiah Pendidikan Umum dan Nilai Vol 2 edisi juli 2010, Penerbit Asosiasi Sarjana dan dosen Pendidikan Umum dan Nilai, Gedung SPS UPI Bandung lantai 6.


(6)

148

Senalice Mara, 2013

Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membangun Nasionalisme Generasi Muda Untuk Mecegah Konflik di Papua (Studi Kasus Pada SMA Negeri 1 Jayapura)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

http:// www// Id/ Wikipedia.org/Wiki/ Patriotisme

http:// nasionalisme.. Com. Ibni Hasim

http:// Ujank. Web. Id/ Coretan- Makalah Nasionalisme 17-12-2012

Http:// 12/10/2012. http://ml.scribd.com/doc/78945776/Bahan-Papua

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/12/konsep-media-pembelajaran/ http://ainamulyana.blogspot.com/2012/02/media-pembelajaran.html


Dokumen yang terkait

PERANAN GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM USAHA MENCIPTAKAN GENERASI MUDA YANG BERMORAL DI SMA N 1 SEMESTER GENAP TP 2013-2014.

0 2 20

PERAN PENDIDIKAN KOPERASI DALAM MEMBANGUN NILAI NASIONALISME PEREKONOMIAN INDONESIA Peran Pendidikan Koperasi Dalam Membangun Nilai Nasionalisme Perekonomian Indonesia (Studi Kasus Pelaksanaan Pendidikan Anggota Kopma Ums).

0 3 13

PERAN PENDIDIKAN KOPERASI DALAM MEMBANGUN NILAI NASIONALISME PEREKONOMIAN INDONESIA Peran Pendidikan Koperasi Dalam Membangun Nilai Nasionalisme Perekonomian Indonesia (Studi Kasus Pelaksanaan Pendidikan Anggota Kopma Ums).

0 2 16

PERAN GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENCEGAH TERJADINYA BULLYING PADA SISWA Peran Guru Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Mencegah Terjadinya Bullying Pada Siswa (Studi kasus di SMK Muhammadiyah 1 Surakarta Tahun 2013).

0 1 15

PERAN GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENCEGAH TERJADINYA BULLYING PADA SISWA Peran Guru Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Mencegah Terjadinya Bullying Pada Siswa (Studi kasus di SMK Muhammadiyah 1 Surakarta Tahun 2013).

0 1 16

PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP SIKAP NASIONALISME DI KALANGAN GENERASI MUDA SMA NEGERI I KUNINGAN.

3 23 60

PEMBINAAN NASIONALISME GENERASI MUDA DI WILAYAH PERBATASAN INDONESIA DENGAN TIMOR LESTE MELALUI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN.

2 3 82

PERAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER GENERASI MUDA PASCA-KONFLIK AMBON: Studi Kasus Pada SMA Negeri 9. Kota Ambon.

0 3 63

Perancangan Kampanye Membangun Semangat Wirausaha Startup untuk Generasi Muda Kota Bandung.

0 0 15

PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK GENERASI MUDA (1)

0 0 4