PENGARUH KEPEMIMPINAN VISIONER KEPALA SEKOLAH DAN BUDAYA SEKOLAH TERHADAP SEKOLAH EFEKTIF PADA SMA DI KABUPATEN BANDUNG BARAT.
Nu’man Yasir, 2013
Pengaruh Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah Dan Budaya Sekolah Terhadap Sekolah Efektif Pada SMA Di Kabupaten Bandung Barat
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PADA SMA DI KABUPATEN BANDUNG BARAT
TESIS
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Administrasi Pendidikan
Oleh
NU'MAN YASIR NIM. 1007322
SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2013
(2)
Nu’man Yasir, 2013
Pengaruh Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah Dan Budaya Sekolah Terhadap Sekolah Efektif Pada SMA Di Kabupaten Bandung Barat
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENGARUH KEPEMIMPINAN VISIONER KEPALA SEKOLAH DAN
BUDAYA SEKOLAH TERHADAP SEKOLAH EFEKTIF
(Studi Deskriptif pada SMA se-Kabupaten Bandung Barat)
DISETUJUI OLEH:
PEMBIMBING PERTAMA
Dr. Hj. Aan Komariah., M.Pd. NIP. 197005241994022001
PEMBIMBING KEDUA
Dr. H. Diding Nurdin, M.Pd NIP.197108082001121002
MENGETAHUI:
Ketua Program Studi
Administrasi Pendidikan
Prof. H. Udin Syaefudin Sa’ud., Ph.D NIP. 195306121981031003
(3)
Nu’man Yasir, 2013
Pengaruh Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah Dan Budaya Sekolah Terhadap Sekolah Efektif Pada SMA Di Kabupaten Bandung Barat
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dengan ini saya menyatakan tesis dengan judul: “PENGARUH KEPEMIMPINAN VISIONER KEPALA SEKOLAH DAN BUDAYA SEKOLAH TERHADAP SEKOLAH EFEKTIF PADA SMA DI KABUPATEN BANDUNG BARAT”, beserta seluruh isinya,adalah benar-benar karya saya, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat ilmiah. Dengan pernyataan ini, saya bersedia menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila di kemudian hari ditemukan pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini.
Bandung, Juli 2013
Yang membuat Pernyataan,
NU'MAN YASIR NIM. 1007322
(4)
iv
Nu’man Yasir, 2013
Pengaruh Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah Dan Budaya Sekolah Terhadap Sekolah Efektif Pada SMA Di Kabupaten Bandung Barat
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENGARUH KEPEMIMPINAN VISIONER KEPALA SEKOLAH DAN BUDAYA SEKOLAH TERHADAP SEKOLAH EFEKTIF PADA SMA DI
KABUPATEN BANDUNG BARAT. Nu'man Yasir. (1007322)
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi dari adanya temuan dan pemahaman akan kondisi bahwa : 1) Untuk mewujudkan sekolah efektif, kepala sekolah dituntut memiliki kepemimpinan visioner dalam menjalankan tugasnya sebagai kepala sekolah, 2) budaya sekolah pada umumnya dikaitkan dengan keadaan yang ada di dalam lingkungan sekolah yang menentukan kondusif tidaknya sekolah tersebut untuk proses pembelajaran dan 3) Dalam mewujudkan sekolah yang efektif, diperlukan adanya keterpaduan dari semua komponen pendidikan yang saling berkaitan.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran empirik apakah penerapan kepemimpinan visioner kepala sekolah serta budaya sekolah secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama mempengaruhi sekolah efektif. Penelitian ini juga bertujuan untuk mendapatkan gambaran empirik tentang pengaruh kepemimpinan visioner Kepala Sekolah serta budaya sekolah apakah cukup signifikan terhadap sekolah efektif.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kuantitatif dengan metode survei. Populasinya adalah guru SMA pada 36 SMA di Kabupaten Bandung Barat. Penentuan sampel penelitian secara proportionate stratified random
sampling atau pengambilan sampel terstrata secara proporsional sebanyak 108 guru.
Penjaringan data menggunakan kuesioner dan dianalisis menggunakan analisis korelasi dan regresi.
Berdasarkan pengolahan dan analisis data diperoleh hasil penelitian yang menggambarkan: 1) Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah pada SMA di Kabupaten Bandung Barat tergolong tinggi , 2) Budaya Sekolah pada SMA di Kabupaten Bandung Barat tergolong tinggi , 3) Sekolah Efektif pada SMA di Kabupaten Bandung Barat tergolong tinggi, 4) Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap Sekolah Efektif dengan kategori cukup tinggi, 5) Budaya Sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap sekolah efektif dengan pengaruh termasuk dalam kategori cukup tinggi 6) Kepemimpinan Visioner Kepala sekolah dan Budaya Sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap Sekolah Efektif dengan pengaruh Sedang.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang signifikan antara kepemimpinan visioner kepala sekolah dan budaya sekolah terhadap sekolah efektif pada SMA di Kabupaten Bandung Barat.
Rekomendasi berdasarkan hasil penelitian diantaranya untuk meningkatkan kepemimpinan visioner kepala sekolah khususnya dalam hal implementasi visi bisa dilakukan melalui pengembangan pribadi kepala sekolah maupun pengembangan SDM yang diadakan oleh dinas terkait berupa diklat ataupun workshop. Sedangkan untuk meningkatkan dimensi pola kebiasaan yang salah satunya pola budaya keseragaman atau uniformitas seperti upacara masih menjadi hal yang rutinitas saja tanpa memaknai nilai-nilai yang terkandung dalam kegiatan tersebut. Oleh karena itu penting kiranya dinas terkait mengarahkan kepada para kepala sekolah untuk menjadikan upacara hari senin dan hari-hari besar nasional sebagai ajang pembinaan baik untuk siswa maupun guru di masing-masing sekolah. Sehingga kegiatan tersebut tidak hanya menjadi kegiatan ceremonial belaka yang tidak mengandung arti. Untuk meningkatkan dimensi manajemen
(5)
v
Nu’man Yasir, 2013
Pengaruh Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah Dan Budaya Sekolah Terhadap Sekolah Efektif Pada SMA Di Kabupaten Bandung Barat
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sekolah yang menunjang terhadap sekolah efektif, sekolah harus proaktif untuk mengusulkan pengalokasian dana dari dinas terkait untuk perbaikan manajemen sekolah.
(6)
iv
Nu’man Yasir, 2013
Pengaruh Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah Dan Budaya Sekolah Terhadap Sekolah Efektif Pada SMA Di Kabupaten Bandung Barat
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
Halaman Judul ... Halaman Pengesahan... Halaman Pernyataan ... Abstrak ... Kata Pengantar ... Ucapan Terima Kasih... Daftar Isi ... Daftar Tabel ... Daftar Gambar ... Daftar Lampiran ... BAB I PENDAHULUAN ...
A. Latar Belakang Penelitian ... B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 1. Identifikasi Masalah ... 2. Rumusan Masalah ... C. Tujuan Penelitian ... D. Manfaat Penelitian ... E. Sistematika Penulisan ... BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
HIPOTESIS PENELITIAN ... A. Kajian Pustaka
1. Konsep Sekolah Efektif ... a. Pengertian Sekolah Efektif ... b. Karakteristik dan Ciri Sekolah Efektif ... c. Komponen Utama Dalam Sekolah Efektif... d. Sekolah Efektif Dalam Konteks Manajemen Berbasis
Sekolah ... e. Upaya Untuk Menjadikan Sekolah Yang Efektif f. Efektifitas Sekolah Menengah Atas...
i ii iii iv v vi viii xii xiv xv 1 1 10 10 12 13 13 14 16 16 16 16 18 24
27 29 33
(7)
v
Nu’man Yasir, 2013
Pengaruh Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah Dan Budaya Sekolah Terhadap Sekolah Efektif Pada SMA Di Kabupaten Bandung Barat
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Konsep Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah ... a. Pengertian Kepemimpinan ... b. Fungsi Kepemimpinan... c. Peran Kepemimpinan... d. Pengertian Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah e. Syarat-Syarat Kepemimpinan Visioner... f. Langkah-Langkah Kepemimpinan Visioner... 3. Konsep Budaya Sekolah ...
a. Pengertian Budaya Organisasi ... b. Organisasi Sekolah ... c. Budaya Sekolah ... d. Fungsi Budaya Sekolah... e. Pengembangan Budaya Sekolah Efektif... B. Kerangka Pemikiran ... C. Hipotesis Penelitian ... BAB III METODE PENELITIAN ...
A. Pendekatan Penelitian ... B. Populasi dan Sampel ...
1. Populasi ... 2. Sampel ... C. Teknik Pengumpulan Data ... D. Definisi Operasional ... E. Instrumen Penelitian ... F. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ...
1. Uji Validitas ... 2. Uji Reliabilitas ... G. Hasil Uji Validitas dan reliabilitas Instrumen Penelitian
1. Validitas Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah (X1) 2. Validitas Budaya Sekolah (X2) ... 3. Validitas Sekolah Efektif (Y) ...
36 36 37 40 41 46 48 51 51 52 54 58 61 64 67 68 68 69 69 71 71 73 74 79 79 80 82 82 84 86
(8)
vi
Nu’man Yasir, 2013
Pengaruh Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah Dan Budaya Sekolah Terhadap Sekolah Efektif Pada SMA Di Kabupaten Bandung Barat
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Reliabilitas Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah(X1) 5. Reliabilitas Budaya Sekolah ( X2) ... 6. Reliabilitas Sekolah Efektif (Y)... 7. Teknik Pengolahan Data ... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...
A. Hasil Penelitian... 1. Variabel Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah (X1) 2. Variabel Budaya Sekolah (X2) ... 3. Variabel Sekolah Efektif (Y)... 4. Pengujian Persaratan Uji Hipotesis ... a. Uji Normalitas ... b. Uji Linieritas ... 5. Hasil Uji Hipotesis ...
a. Hipotesis Pertama ... b. Hipotesis Kedua ... c. Hipotesis Ketiga ... B. Pembahasan ...
1. Gambaran Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah pada SMA di Kabupaten Bandung Barat ... 2. Gambaran Budaya Sekolah pada SMA di Kabupaten
Bandung Barat ...
3. Gambaran Sekolah Efektif pada SMA di Kabupaten Bandung Barat ...
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... A. Kesimpulan ... B. Rekomendasi ... DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN-LAMPIRAN ...
88 89 89 90 98 98 98 100 102 104 104 108 110 110 113 116 120 120 126 130 137 137 139 141 145
(9)
vii
Nu’man Yasir, 2013
Pengaruh Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah Dan Budaya Sekolah Terhadap Sekolah Efektif Pada SMA Di Kabupaten Bandung Barat
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 3.5 Tabel 3.6 Tabel 3.7 Tabel 3.8 Tabel 3.9 Tabel 3.10 Tabel 3.11 Tabel 3.12 Tabel 3.13 Tabel 3.14 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4
Ciri-ciri Sekolah Efektif ... Populasi dan Sampel Penelitian……….
Skoring/ Nilai ………...
Kisi-kisi Instrumen Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah (X1)…. Skoring/ Nilai... Kisi-kisi Budaya Sekolah (X2) …………... Skoring/ Nilai... Kisi-kisi Instrumen Sekolah Efektif (Y)………... Interpretasi Koefisien Korelasi………... Hasil Uji Validitas Variabel X1……… Hasil Uji Validitas Variabel X2 ……… Hasil Uji Validitas Variabel Y ………. Klasifikasi Skor Data Penelitian……… Kriteria Skor Rata-rata Variabel ……….. Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r ………. Rata-rata Kecenderungan Data Variabel Penelitian………. Hasil Uji Normalitas Variabel X1……… Hasil Uji Normalitas Variabel X2……… Hasil Uji Normalitas Variabel Y……….
20 70 75 76 76 77 78 78 80 83 85 87 91 92 95 104 104 105 107
(10)
viii
Nu’man Yasir, 2013
Pengaruh Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah Dan Budaya Sekolah Terhadap Sekolah Efektif Pada SMA Di Kabupaten Bandung Barat
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Tabel 4.11 Tabel 4.12 Tabel 4.13 Tabel 4.14 Tabel 4.15 Tabel 4.16 Tabel 4.17 Tabel 4.18 Tabel 4.19 Tabel 4.20 Tabel 4.21
Rekapitulasi Hasil uji Normalitas ………. Hasil uji Linieritas Variabel X1dan Y ……….. Hasil uji Linieritas Variabel X2dan Y ……….. Rekapitulasi Hasil Uji Linieritas ………...
Persamaan Regresi X1–Y ………
Hasil Uji Keberartian Persamaan Regresi Y atas X1……… Korelasi antaraVariabel X1dengan Y ……….. Koefisien Determinasi X1 terhadap Y ………..
Persamaan Regresi X2–Y ………
Uji Keberartian persamaan Regresi Y atas X2……….. Korelasi antaraVariabel X2 dan Y ………... Koefisien determinasi Variabel X2 terhadap Y ………. Persamaan regresi Y atas X1dan X2……….... Uji Keberartian Persamaan Regresi Y atas X1dan X2 ……… Hasil Pengujian signifikansi Koefisien Korelasi Ganda ……….. Koefisien determinasi X1dan X2 terhadap Y ………... Rekapitulasi Hasil Uji Hipotesis ………
108 108 109 109 110 111 112 113 114 114 115 115 116 117 118 119 119
(11)
ix
Nu’man Yasir, 2013
Pengaruh Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah Dan Budaya Sekolah Terhadap Sekolah Efektif Pada SMA Di Kabupaten Bandung Barat
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 2.3 Gambar 2.4 Gambar 2.5 Gambar 2.6 Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3 Gambar 4.4 Gambar 4.5 Gambar 4.6 Gambar 4.7
Identifikasi Masalah ... Model pembaharuan untuk pengembangan sekolah...…… Hubungan misi, visi, core beliefs, core values ……….. Empat pilar kepemimpinan yang bervisi... Sekolah Sebagai Sistem Sosial...
Kerangka Pemikiran ………
Paradigma Penelitian ………
Grafik rata-rata Variabel X1……… Grafik rata-rata Variabel X2 ……… Grafik rata-rata Variabel Y ………. Grafik Uji Normalitas variable X1……….. Grafik Uji Normalitas variable X2……….. Grafik Uji Normalitas variable Y ……… Model Koefisien Determinasi Variabel X1dan X2 terhadap Y
11 32 48 50 54 66 66 100 102 103 105 106 107 120
(12)
x
Nu’man Yasir, 2013
Pengaruh Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah Dan Budaya Sekolah Terhadap Sekolah Efektif Pada SMA Di Kabupaten Bandung Barat
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
Daftar Riwayat Hidup Penulis ……….
Instrumen Penelitian ………
Skor Rata-rata Jawaban responden Variabel X1……… Skor Rata-rata Jawaban responden Variabel X2……… Skor Rata-rata Jawaban responden Variabel Y ………. Rata-Rata skor Per sekolahVariabel X1……… Rata-Rata skor Per sekolahVariabel X2………. Rata-Rata skor Per sekolahVariabel Y………
Skor Mentah Jawaban Responden ………
SK Pembimbing Penulisan Tesis... Surat izin Penelitian dari akademik... Surat izin Penelitian dari Dinas Pendidikan Kab. Bandung Barat...
144 145 152 153 154 155 158 161 164 175 177 178
(13)
1 Nu’man Yasir, 2013
Pengaruh Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah Dan Budaya Sekolah Terhadap Sekolah Efektif Pada SMA Di Kabupaten Bandung Barat
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sedangkan pendidikan itu sendiri bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia ialah melalui proses pembelajaran di sekolah, karena pada dasarnya hasil (output) pendidikan dipengaruhi oleh proses dan input pendidikan.
Sekolah sebagai sebuah lembaga untuk mencapai tujuan pendidikan menjadi sangat vital keberadaannya, karena sekolah adalah tempat dimana proses pendidikan secara keseluruhan berlangsung. Maka keberhasilan pendidikan secara tidak langsung dapat dilihat dari keberhasilan sekolah dalam menciptakan output pendidikan yang sesuai dengan amanat undang-undang. Sekolah sebagai organisasi sosial memandang organisasi dalam konteks sistem sosial yang memiliki tujuan tertentu dan merupakan tujuan bersama. Organisasi sosial adalah organisasi yang dicirikan oleh saling ketergantungan antara satu bagian dengan bagian lainnya, kejelasan anggota, perbedaan dengan lingkungannya, hubungan sosial yang kompleks, serta iklim dan budaya organisasi yang khas.
Dalam suatu lingkungan sekolah, banyak komponen yang berperan penting dalam pengelolaan sekolah, diantaranya Kepala Sekolah, guru, tenaga kependidikan, maupun Komite Sekolah dan masyarakat.
(14)
Komponen-Nu’man Yasir, 2013
Pengaruh Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah Dan Budaya Sekolah Terhadap Sekolah Efektif Pada SMA Di Kabupaten Bandung Barat
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
komponen tersebut sangat berkaitan satu sama lain dalam upaya memberikan layanan pendidikan yang baik bagi peserta didik.
Banyak pihak berpendapat bahwa rendahnya mutu pendidikan merupakan salah satu faktor penghambat penyediaan sumber daya manusia yang mempunyai keahlian dan keterampilan untuk memenuhi tuntutan pembangunan bangsa diberbagai bidang. Rendahnya mutu pendidikan terkait dengan skenario yang digunakan pemerintah baik pusat maupun daerah dalam membangun pendidikan yang selama ini lebih menekankan pada pendekatan aspek input dan output semata. Pendekatan input dan output yang bersifat makro tersebut kurang memperhatikan aspek yang bersifat mikro yaitu proses yang terjadi di sekolah. Dengan kata lain, dalam membangun pendidikan, selain menggunakan pendekatan makro juga perlu memperhatikan pendekatan mikro yaitu dengan memberikan fokus secara lebih luas pada institusi sekolah yang berkenaan kondisi keseluruhan sekolah seperti budaya sekolah dan individu-individu yang terlibat di sekolah baik guru, siswa, dan kepala sekolah serta peranannya masing-masing dan hubungan yang terjadi satu sama lain. Input sekolah memang penting tetapi yang lebih penting adalah bagaimana mendayagunakan input tersebut yang terkait dengan individu-individu di sekolah atau satuan pendidikan.
Satuan pendidikan atau sekolah sebagai unit pelaksana pendidikan formal terdepan dengan berbagai keragaman potensi anak didik yang memerlukan layanan pendidikan yang beragam, kondisi lingkungan yang berbeda satu dengan lainnya, harus dinamis dan kreatif dalam melaksanakan perannya untuk mengupayakan peningkatan kualitas/mutu pendidikan. Hal ini dapat dilaksanakan jika sekolah dengan berbagai keragamannya itu, diberikan kepercayaan untuk mengatur dan mengurus dirinya sendiri sesuai dengan kondisi lingkungan dan kebutuhan anak didiknya.
Agar mutu tetap terjaga dan proses peningkatan mutu tetap terkontrol, maka harus ada standar yang mengatur dan disepakati secara secara nasional untuk dijadikan indikator evaluasi keberhasilan peningkatan mutu tersebut (adanya benchmarking). Pemikiran ini telah mendorong munculnya
(15)
Nu’man Yasir, 2013
Pengaruh Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah Dan Budaya Sekolah Terhadap Sekolah Efektif Pada SMA Di Kabupaten Bandung Barat
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pendekatan baru, yakni pengelolaan peningkatan mutu pendidikan yang mampu memberdayakan semua sumber daya yang dimiliki sekolah sehingga tujuan sekolah dapat tercapai.
Rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan masalah mendasar yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional , penataan sumber daya manusia perlu diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan melalui system pendidikan yang berkualitas baik pada jalur pendidikan formal , informal dan nonformal, mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi (Mulyasa, 2004:4). Dikatakan lebih lanjut oleh Mulyasa tentang pentingnya pengembangan system pendidikan yang berkualitas perlu lebih ditekankan, karena berbagai indikator menunjukkan bahwa pendidikan yang ada belum mampu menghasilkan sember daya yang sesuai dengan perkembangan masyarakat dan kebutuhan pembangunan.
Dalam buku pedoman penyelenggaraan sekolah, dijelaskan bahwa kualitas sekolah bukan sekedar dilihat dari nilai-nilai formal yang dicapai siswa, melainkan akan tampak pula dari penampilannya di semua komponen yang dinilai, yaitu : kualitas pelayanan sekolah untuk mencapai tingkat pendidikan formal yang bermutu. Secara khusus, peran kepala sekolah menentukan ukuran kualitas pelayanan dan makna hasil belajar.
Keberhasilan pendidikan di sekolah sangat ditentukan oleh keberhasilan kepala sekolah dalam mengelola tenaga kependidikan yang tersedia di sekolah. Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang berpengaruh dan bertanggungjawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenga pendidik dan kependidikan lainnya dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana. Hal tersebut menjadi lebih penting sejalan dengan semakin kompleksnya tuntutan tugas kepala sekolah yang menghendaki dukungan kinerja secara efektif dan efisien.
Dalam pengelolaan yang baru, bervariasinya kebutuhan siswa akan belajar, beragamnya kebutuhan guru dan staf lain dalam pengembangan profesionalnya, berbedanya lingkungan sekolah satu dengan lainnya dan
(16)
Nu’man Yasir, 2013
Pengaruh Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah Dan Budaya Sekolah Terhadap Sekolah Efektif Pada SMA Di Kabupaten Bandung Barat
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ditambah dengan harapan orang tua/masyarakat akan pendidikan yang bermutu bagi anak, dan tuntutan dunia usaha untuk memperoleh tenaga bermutu menjadi pertimbangan utama dalam proses pengambilan keputusan. Ini memberi keyakinan bahwa di dalam proses pengambilan keputusan untuk peningkatan mutu pendidikan mungkin dapat dipergunakan berbagai teori, perspektif dan kerangka acuan (framework) dengan melibatkan berbagai kelompok masyarakat terutama yang memiliki kepedulian kepada pendidikan. Sekolah berada pada pada bagian terdepan dari pada proses pendidikan, sedangkan masyarakat dituntut partisipasinya agar lebih memahami pendidikan, sedangkan pemerintah pusat berperan sebagai pendukung dalam hal menentukan kerangka dasar kebijakan pendidikan.
Strategi ini berbeda dengan konsep mengenai pengelolaan sekolah yang selama ini kita kenal. Dalam sistem lama, birokrasi pusat sangat mendominasi proses pengambilan atau pembuatan keputusan pendidikan, yang bukan hanya kebijakan bersifat makro saja tetapi lebih jauh kepada hal-hal yang bersifat mikro. Sekolah cenderung hanya melaksanakan kebijakan-kebijakan tersebut yang belum tentu sesuai dengan kebutuhan belajar siswa, lingkungan sekolah, dan harapan orang tua.
Pengalaman menunjukkan bahwa sistem lama seringkali menimbulkan kontradiksi antara apa yang menjadi kebutuhan sekolah dengan kebijakan yang harus dilaksanakan di dalam proses peningkatan mutu pendidikan. Fenomena pemberian kemandirian kepada sekolah ini memperlihatkan suatu perubahan cara berpikir dari yang bersifat rasional, normatif dan pendekatan preskriptif di dalam pengambilan keputusan pandidikan kepada suatu kesadaran akan kompleksnya pengambilan keputusan di dalam sistem pendidikan dan organisasi yang mungkin tidak dapat diapresiasiakan secara utuh oleh birokrat pusat. Hal inilah yang kemudian mendorong munculnya pemikiranpemikiran baru untuk memberdayakan semua sumber yang ada di sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan, lebih khusus tujuan satuan pendidikan atau tujuan sekolah.
(17)
Nu’man Yasir, 2013
Pengaruh Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah Dan Budaya Sekolah Terhadap Sekolah Efektif Pada SMA Di Kabupaten Bandung Barat
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sebagai sebuah sistem, sekolah memiliki komponen inti berupa input, proses, dan output, yang merupakan satu kesatuan yang utuh dan saling terkait, terikat, mempengaruhi, membutuhkan, dan menentukan. Di dalam konteks keterkaitan input, proses, dan output pendidikan itu, aspek efektifitas merupakan salah satu gugus kinerja sistem pendidikan yang harus mendapatkan pengutamaan di sekolah. Oleh karena itu, sekolah efektif dan pengembangan sekolah menjadi sekolah efektif merupakan prasyarat peningkatan mutu pendidikan di tanah air.
Pentingnya pengembangan sekolah efektif bukan hanya terkait dengan peningkatan mutu pendidikan, melainkan sejalan pula dengan kebijakan otonomi daerah dibidang pendidikan. Dalam kerangka implementasi kebijakan desentralisasi pendidikan tersebut, khususnya dalam rangka pengembangan sekolah efektif, tentunya ada beberapa indikator prasyarat dalam pengembangan sekolah efektif antara lain kepemimpinan visioner kepala sekolah dan budaya sekolah.
Kinerja kepemimpinan visioner kepala sekolah merupakan upaya yang dilakukan ,dan hasil yang dapat dicapai oleh kepala sekolah dalam mengimplementasikan manajemen sekolah untuk mewujudkan tujuan pendidikan secara efektif dan efisien, produktif, dan akuntabel. Oleh karena itu kepala sekolah memiliki posisi yang sangat penting dalam menggerakkan manajemen sekolah agar dapat berjalan sesuai tuntutan masyarakat dan perkembangan kebutuhan zaman, khususnya kemajuan ilmu pengetahuan, tekhnologi, budaya, dan seni. Dengan demikian kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pendidikan formal menjadi semakin meningkat.
Kepemimpinan visioner kepala sekolah ini mempunyai peranan penting dalam menunjang dalam pengembangan sekolah efektif. Adanya otonomi pendidikan dengan manajemen berbasis sekolah memungkinkan seorang kepala sekolah untuk mampu mengelola satuan pendidikan agar lebih efektif. Kepemimpinan yang relevan dengan tuntutan “school based management” dan didambakan bagi kualitas pendidikan adalah kepemimpinan yang memiliki visi (visionary leadership) yaitu kepemimpinan
(18)
Nu’man Yasir, 2013
Pengaruh Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah Dan Budaya Sekolah Terhadap Sekolah Efektif Pada SMA Di Kabupaten Bandung Barat
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang kerja pokoknya difokuskan pada rekayasa masa depan yang penuh tantangan, menjadi agen perubahan yang unggul dan menjadi penentu arah organisasi yang tahu prioritas, menjadi pelatih profesional dan dapat membimbing personil lainnya ke arah yang diharapkan.
Kepemimpinan visioner adalah kemampuan pemimpin untuk menciptakan dan mengartikulasikan suatu visi yang realistik, dapat dipercaya, atraktif tentang masa depan bagi suatu organisasi atau unit organisasional yang terus bertumbuh dan meningkat sampai saat ini. Visi menyalurkan emosi dan energi orang bila diartikulasikan secara tepat, dan sebuah visi menciptakan kegairahan yang menimbulkan energi dan komitmen ditempat kerja. Hal senada dikemukakan oleh Engkoswara dan Komariah (2010:195) bahwa kepemimpinan visioner (visionary leadership) dapat diartikan sebagai kemampuan pemimpin dalam mencipta, merumuskan, mengkomunikasikan, mensosialisasikan, mentransformasikan, dan mengimplementasikan pemikiran-pemikiran ideal yang berasal dari dirinya atau sebagai hasil interaksi sosial diantara anggota organisasi dan stakeholders yang diyakini sebagai cita-cita organisasi dimasa depan yang harus dicapai melalui komitmen semua personil.
Kepemimpinan Visioner memerlukan kompetensi tertentu. Pemimipin visioner setidaknya harus memiliki empat kompetensi kunci sebagaimana dikemukakan oleh Burt Nanus dalam Komariah dan Cepi triatna (2008:93), yaitu:
1. Seorang pemimpin visioner harus memiliki kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dengan manajer dan karyawan lainnya dalam organisasi. Hal ini membutuhkan pemimpin untuk menghasilkan “guidance, encouragement, and motivation.”
2. Seorang pemimpin visioner harus memahami lingkungan luar dan memiliki kemampuan bereaksi secara tepat atas segala ancaman dan peluang. Ini termasuk, yang plaing penting, dapat "relate skillfully" dengan orang-orang kunci di luar organisasi, namun memainkan peran penting terhadap organisasi (investor, dan pelanggan).
3. Seorang pemimpin harus memegang peran penting dalam membentuk dan mempengaruhi praktek organisasi, prosedur, produk dan jasa. Seorang pemimpin dalam hal ini harus terlibat dalam organisasi untuk menghasilkan dan mempertahankan kesempurnaan pelayanan, sejalan
(19)
Nu’man Yasir, 2013
Pengaruh Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah Dan Budaya Sekolah Terhadap Sekolah Efektif Pada SMA Di Kabupaten Bandung Barat
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dengan mempersiapkan dan memandu jalan organisasi ke masa depan
(successfully achieved vision).
4. Seorang pemimpin visioner harus memiliki atau mengembangkan "ceruk" untuk mengantisipasi masa depan. Ceruk ini merupakan ssebuah bentuk imajinatif, yang berdasarkan atas kemampuan data untuk mengakses kebutuhan masa depan konsumen, teknologi, dan lain sebagainya. Ini termasuk kemampuan untuk mengatur sumber daya organisasi guna memperiapkan diri menghadapi kemunculan kebutuhan dan perubahan ini. Selain itu, faktor penentu yang tidak kalah penting lainnya adalah budaya sekolah. Dengan adanya budaya sekolah yang efektif memungkinkan terjadinya harmonisasi proses pembelajaran. Dimana sekolah sebagai sebuah organisasi yang didalamnya terdapat interaksi antara individu harus berupaya mengantisipasi perubahan yang cepat di masyarakat, sehingga sekolah mampu berperan oftimal dalam mengdapi perubahan tersebut.
Budaya merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh setiap manusia yang secara langsung akan menjadi ciri khas sehingga dianggap sebagai suatau budaya. Kebiasaan untuk melakukan perbaikan secara terus menurus dalam mengembangkan diri untuk dapat meningkatkan mutu pekerjaan masih dianggap sebagai beban kerja. Budaya sekolah ditemukan terkait efektivitas organisasi. Dalam sekolah dengan budaya yang kuat, anggota sekolah menyatakan bahwa sekolah mereka sangat efektif dalam hal produktivitas, adaptabilitas, dan fleksibilitas. Budaya sekolah yang belum baik tentunya belum mampu untuk dapat mendukung siswa agar mampu mencapai prestasi . Pentingnya membangun budaya organisasi di sekolah terutama berkenaan dengan upaya pencapaian tujuan pendidikan sekolah dan peningkatan kinerja sekolah.
Upaya untuk mengembangkan budaya organisasi di sekolah terutama berkenaan tugas kepala sekolah selaku leader dan manajer di sekolah. Dalam hal ini, kepala sekolah hendaknya mampu melihat lingkungan sekolahnya secara holistik, sehingga diperoleh kerangka kerja yang lebih luas guna memahami masalah-masalah yang sulit dan hubungan-hubungan yang kompleks di sekolahnya. Melalui pendalaman pemahamannya tentang budaya organisasi di sekolah, maka ia akan lebih baik lagi dalam memberikan
(20)
Nu’man Yasir, 2013
Pengaruh Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah Dan Budaya Sekolah Terhadap Sekolah Efektif Pada SMA Di Kabupaten Bandung Barat
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
penajaman tentang nilai, keyakinan dan sikap yang penting guna meningkatkan stabilitas dan pemeliharaan lingkungan belajarnya.
Kepemimpinan kepala sekolah juga akan sangat berpengaruh terhadap budaya organisasi yang ada di sekolah. Gaya kepemimpinan yang digunakan oleh kepala sekolah akan sangat mempengaruhi perilaku dan juga kebiasaan dari setiap personil yang ada di sekolah. Budaya merupakan gambaran bagaimana seluruh personil berperilaku, bertindak dan menyelesaikan masalah di dalam lingkungan sekolah.
Pemerintah Kabupaten Bandung Barat melalui Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga sedang giat-giatnya meningkatkan mutu pendidikan. Hal ini perlu direspon dengan adanya peningkatan kualitas satuan pendidikan baik pada jenjang pendidikan dasar maupun menengah. Kabupaten Bandung Barat yang memiliki SMA baik negeri maupun swasta dengan jumlah 36 sekolah, tentunya harus berani bergerak selangkah lebih awal apakah SMA yang ada sekarang sudah termasuk kategori sekolah efektif?. Tentunya hal ini dapat diperoleh jawabannya melalui langkah penelitian lebih lanjut.
Pentingnya pengembangan sekolah efektif di Kabupaten Bandung Barat bukan hanya terkait dengan peningkatan mutu pendidikan, melainkan sejalan pula dengan kebijakan otonomi daerah bidang pendidikan. Dalam kerangka implementasi kebijakan tersebut, kepemimpinan visioner kepala sekolah sebagai pencipta dan pengembang sekolah efektif dan budaya sekolah yang kondusif harus diletakan dalam kaitan integratif dengan implementasi manajemen berbasis sekolah (MBS).
Ukuran Sekolah efektif yaitu sejauh mana sasaran dan tujuan dapat dicapai sesuai standar nasional pendidikan yang berlaku. Prestasi yang diharapkan pada sekolah efektif tidak saja pada siswa tetapi pada semua komponen yang terlibat dalam lingkungan satuan pendidikan tersebut. Sedangkan kualitas yang diharapkan adalah terkait dengan prestasi lembaga secara keseluruhan dan prestasi belajar siswa.
(21)
Nu’man Yasir, 2013
Pengaruh Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah Dan Budaya Sekolah Terhadap Sekolah Efektif Pada SMA Di Kabupaten Bandung Barat
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dengan demikian sekolah efektif adalah sekolah yang menjalankan fungsinya sebagai tempat belajar yang paling baik dengan menyediakan layanan pembelajaran yang bermutu bagi peserta didik. Hasil belajar yang memuaskan bagi semua pihak ditandai dengan komprehensifnya hasil belajar yang diperoleh peserta didik atau sekolah yang menunjukan tingkat kinerja yang diharapkan dalam penyelenggaraan proses belajar dengan menunjukan hasil belajar yang bermutu pada peserta didik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Tentunya dalam mewujudkan sekolah yang efektif perlu didukung oleh semua pihak baik kepala sekolah, guru, komite sekolah dan masyarakat. Kepemimpinan visioner kepala sekolah, budaya sekolah, staf sekolah yang kreatif dan lingkungan yang kondusif akan mendukung sekolah tersebut mencapai tujuan yang diharapkan. Tanpa kerjasama yang baik dalam sistem terpadu tersebut hasilnya akan mengecewakan semua pihak baik yang terlibat secara langsung maupun pihak pengguna sumber daya lulusan lembaga satuan pendidikan. Dengan demikian lingkungan sekolah akan benar-benar kondusif bagi terciptanya pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan sehingga terwujudlah sekolah efektif. Tanpa mengabaikan berbagai faktor yang mempengaruhi dalam mengimplementasikan sekolah efektif seperti sarana prasarana, staf sekolah, dana operasional yang memadai, iklim sosial dan iklim organisasi di sekolah yang kurang mendukung, dan lainnya diduga kepemimpinan visioner kepala sekolah dan budaya sekolah berpengaruh secara signifikan terhadap sekolah efektif pada SMA di Kabupaten Bandung Barat.
Hal ini diperkuat dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Aan Komariah (2004) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Visionary
Leadership (Kepemimpinan Visioner) Kepala Sekolah dan Budaya Sekolah
Terhadap Efektifitas Sekolah Pada Dinas Kota di Propinsi Jawa Barat menyatakan bahwa Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah dan Budaya Sekolah memiliki koefisien korelasi tinggi dengan determinasi sedang terhadap efektifitas sekolah. Hal ini menunjukan adanya pengaruh yang
(22)
Nu’man Yasir, 2013
Pengaruh Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah Dan Budaya Sekolah Terhadap Sekolah Efektif Pada SMA Di Kabupaten Bandung Barat
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
signifikan dari faktor kepemimpinan visioner kepala sekolah dan budaya sekolah terhadap efektifitas sekolah.
Penelitian yang sama dilakukan oleh Suhaeli (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Studi Tentang Sekolah Efektif pada SMAN di Provinsi Jawa Barat menyatakan bahwa kepemimpinan kepala sekolah memiliki koefisien korelasi tinggi dengan determinasi sedang terhadap sekolah efektif. Hal ini menunjukan adanya pengaruh yang signifikan dari faktor kepemimpinan kepala sekolah terhadap pengembangan sekolah efektif.
Dari Uraian yang telah dipaparkan di atas maka melihat pentingnya pengembangan sekolah menjadi sekolah efektif guna meningkatkan mutu pendidikan. Sehingga dengan kontribusi Kepemimpinan Visioner kepala sekolah dan juga dukungan budaya sekolah yang efektif untuk penunjang pengembangan sekolah menjadi sekolah efektif.
Bertitik tolak pada uraian diatas maka penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian mengenai: “Pengaruh Kepemimpinan Visioner
Kepala Sekolah dan Budaya Sekolah Terhadap Sekolah efektif Pada Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Bandung Barat”
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang dipaparkan pada latar belakang masalah di atas, diperoleh gambaran bahwa Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah dan budaya sekolah ikut menunjang dalam implementasi sekolah efektif di SMA Se-Kabupaten Bandung Barat sesuai dengan sasaran Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Beberapa variabel yang menyebabkan kurang optimalnya implementasi Sekolah Efektif di SMA Se-Kabupaten Bandung Barat antara lain :
a. Sekolah yang memiliki pemimpin yang memahami kepemimpinan dalam bidang pendidikan.
(23)
Nu’man Yasir, 2013
Pengaruh Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah Dan Budaya Sekolah Terhadap Sekolah Efektif Pada SMA Di Kabupaten Bandung Barat
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c. Mempunyai Oienstasi kepada Prestasi d. Memperlihatkan waktu belajar yang efektif e. Adanya umpan balik dan penguatan. f. Suasana ruang belajar yang baik g. Budaya sekolah yang Efektif
h. Adanya keterlibatan yang berkenaan dengan orang tua
i. Memiliki independensi dalam belajar (kemandirian dalam belajar) j. Melaksanakan evaluasi terhadap potensi sekolah
k. Memiliki konsensus dan kohesi,
l. Memiliki Instruksi yang tersusun (kebijakan sekolah yang jelas),
m. Kebijakan yang diadaptasikan dengan situasi dan kondisi (sesuai Kebutuhan sekolah).
Semua indikator tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Sekolah Efektif
Kepemimpinan Pendidikan
Kualitas Kurikulum & Kesempatan Belajar
Orientasi Pada Prestasi
Waktu Belajar Efektif
Umpan balik & Penguatan
Ruang Belajar yang baik
Budaya Sekolah yang Efektif Keterlibatan Orang
Tua Kemandirian Dalam
belajar Evaluasi Potensi
Sekolah Konsensus dan Kohesi
Kebijakan yang Jelas
Kebijakan sesuai kebutuhan
(24)
Nu’man Yasir, 2013
Pengaruh Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah Dan Budaya Sekolah Terhadap Sekolah Efektif Pada SMA Di Kabupaten Bandung Barat
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 1.1 Gambar Identifikasi Masalah Penelitian
Dari beberapa pendapat / teori dari para ahli tentang sekolah efektif dan sekolah unggul, penulis berpendapat bahwa sekolah yang efektif mengandung makna bahwa sekolah harus berorientasi kepada peningkatan mutu. Sebuah sekolah dikategorikan bermutu, apabila sekolah tersebut mampu menjalankan fungsi - fungsinya yang bermutu bagi siswa melalui proses belajar dan mengajar dan hasil belajar yang memuaskan bagi semua pihak. Dengan demikian, sekolah efektif adalah sekolah yang dapat menunjukkan adanya kesesuaian hasil yang diperoleh dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Sekolah harus menjadi lembaga pembelajaran yang efektif, sekolah harus mencari cara untuk menciptakan struktur yang secara terus-menerus mendukung pembelajaran dan pengajaran dan memperkaya adaptasi organisasi; mengembangkan budaya dan iklim organisasi yang terbuka, dan kolaboratif; menarik individu yang mandiri, efektif, dan terbuka terhadap perubahan; dan mencegah politik yang kotor dan tak-legal dari penyalahgunaan aktivitas pengajaran dan pembelajaran yang legal. Kepemimpinan transformasional, komunikasi yang terbuka dan terus-menerus, dan pembuatan keputusan bersama merupakan mekanisme yang hendaknya mampu meningkatkan pembelajaran keorganisasian di sekolah. Tantangannya adalah tidak hanya menciptakan sekolah yang memiliki kemampuan untuk menjawab secara efektif masalah-masalah kontemporer saja tetapi juga pada isu-isu yang baru muncul mengenai efektivitas sekolah.
Namun demikian kendati banyak hal yang sangat mempengaruhi terhadap Sekolah Efektif, dua variabel yang sangat terkait langsung untuk memperbaiki kondisi tersebut di atas adalah variabel Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah dan Budaya Sekolah. Dalam penelitian ini, penulis hanya akan mengambil dua variabel saja, yaitu Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah dan Budaya Sekolah Terhadap Sekolah Efektif.
(25)
Nu’man Yasir, 2013
Pengaruh Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah Dan Budaya Sekolah Terhadap Sekolah Efektif Pada SMA Di Kabupaten Bandung Barat
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Rumusan Masalah secara umum yaitu “Seberapa besar kontribusi Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah dan Budaya Sekolah terhadap Pengembangan Sekolah Efektif di SMA se-Kabupaten Bandung Barat?”
Secara rinci, rumusan masalah tersebut dijabarkan sebagai berikut : 1. Bagaimana gambaran Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah di
SMA se-Kabupaten Bandung Barat?
2. Bagaimana gambaran Budaya Sekolah di SMA se-Kabupaten Bandung Barat?
3. Bagaimana gambaran Sekolah Efektif di SMA se-Kabupaten Bandung Barat?
4. Seberapa besar Korelasi antara kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah dan Budaya Sekolah terhadap Sekolah Efektif di SMA se-Kabupaten Bandung Barat?
5. Seberapa besar Pengaruh Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah Terhadap Sekolah Efektif di SMA se-Kabupaten Bandung Barat? 6. Seberapa besar Pengaruh Budaya Sekolah Terhadap Sekolah Efektif di
SMA se-Kabupaten Bandung Barat?
7. Seberapa besar Pengaruh Kepemimpinan Visioner Kepala sekolah dan Budaya Sekolah Terhadap Sekolah Efektif di SMA se-Kabupaten Bandung Barat?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data dan informasi tentang pengaruh kepemimpinan visioner kepala sekolah dan budaya sekolah terhadap sekolah efektif pada SMA se-Kabupaten Bandung Barat. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk:
1. Mendapat gambaran empirik tentang kepemimpinan visioner Kepala sekolah pada SMA se-Kabupaten Bandung Barat.
2. Mendapat gambaran empirik tentang budaya sekolah pada SMA se-Kabupaten Bandung Barat.
(26)
Nu’man Yasir, 2013
Pengaruh Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah Dan Budaya Sekolah Terhadap Sekolah Efektif Pada SMA Di Kabupaten Bandung Barat
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Mendapat gambaran empirik tentang sekolah efektif pada SMA se-Kabupaten Bandung Barat.
4. Mengetahui korelasi antara Kepemimpina visioner kepala sekolah dan budaya sekolah terhadap sekolah efektif pada SMA se-Kabupaten Bandung Barat.
5. Menganalisis pengaruh kepemimpinan visioner kepala sekolah terhadap sekolah efektif pada SMA se-Kabupaten Bandung Barat.
6. Menganalisis pengaruh budaya sekolah terhadap sekolah efektif pada SMA se-Kabupaten Bandung Barat.
7. Menganalisis pengaruh kepemimpinan visioner kepala sekolah dan budaya sekolah terhadap sekolah efektif pada SMA se-Kabupaten Bandung Barat.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memiliki dua manfaat, yaitu manfaat secara akademis dan praktis.
1. Manfaat Akademis
Hasil penelitian ini, secara akademis diharapkan dapat bermanfaat untuk memperkaya pengetahuan di bidang kepemimpinan visioner kepala sekolah, Penciptaan budaya sekolah dan Pengembangan sekolah efektif pada khususnya, serta ilmu administrasi pendidikan pada umumnya. Disamping itu diharapkan juga sebagai penelitian awal yang kemudian hari akan ditindaklanjuti dengan penelitian lain di bidang yang sama. 2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini secara praktis dapat bermanfaat sebagai bahan masukan bagi pejabat pejabat yang berwenang guna mengupayakan tindak lanjut dalam mewujudkan sekolah efektif di SMA se-Kabupaten Bandung Barat.
(27)
Nu’man Yasir, 2013
Pengaruh Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah Dan Budaya Sekolah Terhadap Sekolah Efektif Pada SMA Di Kabupaten Bandung Barat
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
E. Sistematika Penulisan
Penulisan tesis ini terdiri atas lima Bab dengan rincian sebagai berikut:
Bab satu berisi tentang uraian pendahuluan, yang di dalamnya berisi latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan dalam tesis ini.
Bab dua tentang kajian pustaka, kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian. Isi dari Bab ini adalah konsep atau teori dalam bidang dikaji, hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan bidang yang diteliti, serta kerangka pemikiran dan hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian.
Bab tiga berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian, yang meliputi lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, desain dan metode penelitian, definisi operasional dari tiap variabel disertai indikatornya, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data.
Bab empat tentang hasil penelitian dan pembahasan, yang berisi pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, hipotesis dan tujuan penelitian, serta berisi pembahasan atau analisis temuan.
Bab lima tentang kesimpulan dan saran, menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian serta saran atau rekomendasi yang dapat ditujukan kepada para pembuat kebijakan, kepada para pengguna hasil penelitian yang bersangkutan, serta kepada peneliti berikutnya yang berminat untuk melakukan penelitian selanjutnya.
(28)
Nu’man Yasir, 2013
Pengaruh Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah Dan Budaya Sekolah Terhadap Sekolah Efektif Pada SMA Di Kabupaten Bandung Barat
(29)
68
Nu’man Yasir, 2013
Pengaruh Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah Dan Budaya Sekolah Terhadap Sekolah Efektif Pada SMA Di Kabupaten Bandung Barat
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian
Metode penelitian dapat diartikan sebagai langkah-langkah atau cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono,2010:72). Metode penelitian sangat erat dengan tipe penelitian yang digunakan, karena tiap-tiap tipe dan tujuan penelitian yang didesain memiliki konsekuensi pada pilihan metode penelitian yang tepat, guna mencapai tujuan penelitian tersebut.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
survei-deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif ini
disebut sebagai metode ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional dan sistematis dan data penelitian berupa angka-angka yang dianalisis dengan menggunakan statistic (Sugiyono: 2010: 73). Penelitian kuantitatif lebih banyak menggunakan instrumen dalam mengumpulkan data. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan.
Penelitian survei menurut Kerlinger dalam Akdon (2008:91) adalah
“penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang
dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis”. Survei digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang populasi yang besar dengan menggunakan sampel yang relatif kecil (Sukmadinata, 2012:82). Tujuan utama dari survai adalah mengetahui gambaran umum karakteristik dari populasi. Populasi tersebut bisa berkenaan dengan orang, instansi, lembaga, organisasi, unit-unit kemasyarakatan,dan lain-lain, tetapi sumber utamanya adalah orang.
Menurut Sugiyono ( 2010:147) penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau
(30)
Nu’man Yasir, 2013
Pengaruh Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah Dan Budaya Sekolah Terhadap Sekolah Efektif Pada SMA Di Kabupaten Bandung Barat
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.
Lebih lanjut dijelaskan oleh Sukmadinata (2012:72) penelitian deskriptif ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia. Penelitian deskriptif tidak memberikan perlakuan, manipulasi atau pengubahan pada variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisi apa adanya.
Tujuan dari penggunaan metode-metode penelitian yang disebutkan diatas adalah untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan visioner kepala sekolah dan budaya sekolah terhadap sekolah efektif pada SMA di Kabupaten Bandung Barat. B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010:80). Sedangkan
menurut Akdon (2008:96), “Populasi merupakan objek atau subjek yang berada
pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan
masalah penelitian”. Ditinjau dari banyaknya anggota, populasi terdiri dari populasi terbatas (terhingga) dan tidak terbatas (tak hingga). Sedangkan dilihat dari sifatnya populasi dapat bersifat homogen dan heterogen.
Sedangkan Sudjana (1992:6) memberikan pengertian bahwa “populasi
adalah totalitas semua nilai yang mungkin , baik hasil menghitung ataupun pengukuran , kuantitatif maupun kualitatif dari karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya.
Lebih lanjut dikatakan oleh Riduwan (2002:3) bahwa “Populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi objek
(31)
Nu’man Yasir, 2013
Pengaruh Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah Dan Budaya Sekolah Terhadap Sekolah Efektif Pada SMA Di Kabupaten Bandung Barat
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan pendapat di atas maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini sebanyak 1113 guru yang berada pada 36 SMA Negeri dan swasta di Kabupaten Bandung Barat. Dibatasi hanya 3 orang guru pada tiap sekolah yang terdiri atas wakasek kurikulum, satu orang guru senior yaitu guru yang memiliki pangkat dan golongan pembina IV.a dan satu orang guru junior dengan kualifikasi pamngkat dan golongannya Penata III.a. Jumlah populasi pada penelitian ini adalah 36 SMA Negeri dan Swasta di Kabupaten Bandung Barat. Penyebaran jumlah populasi dapat dilihat pada tabel 3.1
Tabel 3.1
Populasi dan Sampel Penelitian
No Nama Sekolah Jumlah
Populasi
Jumlah Sampel
1 SMAN 1 Padalarang 55 3
2 SMAN 1 Cisarua 61 3
3 SMAN 1 Lembang 75 3
4 SMAN 1 Parongpong 45 3
5 SMAN 1 Batujajar 75 3
6 SMAN 1 Cikalongwetan 50 3
7 SMAN 1 Cipeundeuy 24 3
8 SMAN 1 Cipatat 40 3
9 SMAN 1 Cililin 56 3
10 SMAN 1 Sindangkerta 36 3
11 SMAN 1 Cipongkor 27 3
12 SMAN 1 Gununghalu 36 3
13 SMAN 1 Ngamprah 33 3
14 SMAN 2 Padalarang 38 3
15 SMAN 1 Rongga 22 3
16 SMAS Cipta Mandiri Cisarua 23 3
17 SMAS Mekarwangi Lembang 19 3
18 SMAS PGRI Lembang 28 3
19 SMAS Islam Nurul Huda Lembang 21 3
20 SMAS Islam Al_Musyawarah Lembang 20 3
21 SMAS Panca Karsa Lembang 15 3
22 SMAS Islam Nurul Fikri Lembang 30 3
23 SMAS Bina Putra Indonesia Ngamprah 21 3
24 SMAS Darul Hikam Internasional School 15 3
25 SMAS Al-Irsyad Satya Padalarang 18 3
26 SMAS Cahya Bangsa Clasiccal School Padalarang 23 3
27 SMAS KP Cikalongwetan 14 3
28 SMAS PGRI Cipeundeuy 19 3
29 SMAS Darul Ilmi Cipeundeuy 16 3
30 SMAS Darul Falah Cihampelas 35 3
31 SMAS Plus LPPM RI Batujajar 19 3
32 SMAS Al Bidayah Batujajar 26 3
33 SMAS Nurus Saadah Batujajar 18 3
34 SMAS Darul falah Batujajar 24 3
35 SMAS Sumur Bandung Cililin 16 3
36 SMAS Mitradarma Cililin 24 3
(32)
Nu’man Yasir, 2013
Pengaruh Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah Dan Budaya Sekolah Terhadap Sekolah Efektif Pada SMA Di Kabupaten Bandung Barat
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Sampel
Sampel menurut Sugiyono (2010:81) adalah “bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi”. Sedangkan menurut Akdon (2008:98),
“Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan
tertentu yang akan diteliti”. Dengan demikian sampel dapat didefinisikan sebagai
bagian dari populasi yang mewakili jumlah dan karakteristik dari keseluruhan populasi.
Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan Proportionate
Stratified Random Sampling. Metode ini digunakan bila populasi mempunyai
anggota/ unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional (Sugiyono, 2010:82). Dijelaskan pula oleh Akdon (2008:100) bahwa Propotionate Stratified
Random Sampling adalah pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak
dan berstrata secara proporsional, teknik ini dilakukan apabila anggota populasinya heterogen (tidak sejenis).
Dalam menentukan ukuran sampling (pengambilan sampel) dibatasi dengan stratifikasi menyangkut; 1) Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, hal ini untuk mempertegas keterwakilan variabel Kepemimpinan Visioner kepala sekolah dengan asumsi bahwa pelimpahan kewenangan pimpinan kepala sekolah di disposisikan kepada wakil kepala sekolah, 2) Guru senior untuk mewakili variabel Budaya sekolah dari sisi pengalaman pembelajaran, 3) Guru Junior untuk mewakili / mempertegas keterwakilan variabel ketiga sebagai upaya untuk melihat pandangan dan perkembangan ilmu pengetahuan. Guru senior yang dimaksud dalam penelitian ini adalah guru yang sudah memiliki masa kerja 20 tahun atau lebih, sedangkan guru Junior yang dimaksud adalah guru dengan golongan III/a yang memiliki masa kerja paling rendah.
C. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sukmadinata ( 2012:84) , pengumpulan data dalam survei dapat dilakukan melalui beberapa cara yaitu wawancara langsung, wawancara melalui telepon, penyebaran angket pada kelompok secara langsung maupun pengiriman
(33)
Nu’man Yasir, 2013
Pengaruh Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah Dan Budaya Sekolah Terhadap Sekolah Efektif Pada SMA Di Kabupaten Bandung Barat
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
angket melalui pos. Untuk memperoleh data yang menunjang terhadap tujuan penelitian ini digunakan beberapa teknik pengumpulan sebagai berikut :
1. Studi Kepustakaan
Studi kepustkaan digunakan untuk mendukung data yang bersifat teoritis. Dalam hal ini berupa informasi tertulis atau pendapat para ahli tentang Kepemimpinan Visioner kepala sekolah, Budaya Sekolah ataupun Sekolah Efektif serta berbagai hal yang berhubungan dengan penelitian ini.
2. Teknik Kuesioner (angket)
Jenis metode angket (Questionnaire) dengan cara memberikan daftar pernyataan kepada orang lain sebagai responden yang tersedia untuk memberikan respon sesuai dengan permintaan dalam pertanyaan penelitian. Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya-jawab dengan responden).
Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan respon (responden) sesuai dengan permintaan pengguna (Akdon, 2008:131). Angket ini akan disebarkan pada 108 responden. Angket ini berisi daftar pertanyaan yang merupakan penjabaran indikator-indikator dari variabel Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah (X1), Budaya Sekolah (X2) dan Sekolah efektif (Y).
3. Teknik Observasi
Teknik yang digunakan untuk mendapat data – data penelitian, dilakukan secara pengamatan langsung ke objek penelitian dengan melihat secara dekat segala kegiatan yang dilakukan sesuai penelitian.
4. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik (Sukmadinata, 2012:221). Studi dokumentasi
(34)
Nu’man Yasir, 2013
Pengaruh Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah Dan Budaya Sekolah Terhadap Sekolah Efektif Pada SMA Di Kabupaten Bandung Barat
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang dilakukan dalam penelitian ini bukanlah untuk mendapatkan data utama, namun ditujukan untuk memperoleh data langsung yaitu jumlah guru SMA di Kabupaten Bandung Barat.
D. Definisi Operasional
Untuk menyamakan persepsi dan kesamaan konsep dalam mengartikan istilah , maka perlu ditegaskan beberapa istilah atau didefinisikan secara operasional . Dengan kata lain definisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Adapun definisi operasional dari berbagai variabel yang akan diteliti adalah sebagai berikut:
1. Kepemimpinan Visioner. Dalam penelitian dapat diartikan sebagai kepemimpinan yang memiliki visi (Visionary Leadership) yaitu kepemimpinan yang kerja pokoknya difokuskan pada rekayasa masa depan yang penuh tantangan, menjadi agen perubahan yang unggul dan menjadi penentu arah organisasi yang tahu prioritas, menjadi pelatih yang profesional dan dapat membimbing personil lainnya ke arah profesionalisme kerja yang diharapkan.
Engkoswara dan Aan Komariah (2010:195) mendefisinisikan kepemimpinan visioner sebagai kemampuan pemimpin dalam mencipta, merumuskan, mengkomunikasikan /mensosialisasikan / mentransformasikan dan mengimplementasikan pemikiran-pemikiran ideal yang berasal dari dirinya atau sebagai hasil interaksi sosial diantara anggota organisasi dan stakeholders yang diyakini sebagai cita-cita organisasi dimasa depan yang harus diraih atau diwujudkan melalui komitmen semua personil.
2. Budaya Sekolah. Dalam penelitian ini dimaknai sebagai karakteristik khas
sekolah yang dapat diidentifikasi melalui nilai yang dianutnya, sikap yang dimilikinya, kebiasaan-kebiasaan yang ditampilkannya, dan tindakan yang ditunjukan oleh seluruh personil sekolah yang membentuk satu kesatuan khusus dari sistem sekolah.
(35)
Nu’man Yasir, 2013
Pengaruh Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah Dan Budaya Sekolah Terhadap Sekolah Efektif Pada SMA Di Kabupaten Bandung Barat
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Preedy dalam Aan Komariah dan Cepi Triatna (2004:115): Secara tradisional budaya sekolah merupakan suatu konsensus tingkat tinggi, seringkali didasarkan pada loyalitas yang kuat kepada kepala sekolah yang lebih diharapkan untuk memberikan simbol dan menampilkan budaya sekolah daripada penguasa.
Dengan Budaya Sekolah Efektif seharusnya mengembangkan learning
organization yang diarahkan pada pembentukan perilaku positif pada
siswa. Learning organization sebagaimana dikemukakan Senge (Arizona Departement of Education, 2004:49) sebagai the fifth discipline: The Art
and Practice of The Learning Organization yaitu: “ personal mastery, building shared vision, mental models, team learning, and system thinking”. Mengartikulasikan beberapa nilai yang dapat membentuk
budaya sekolah efektif dan kesemuanya merujuk pada satu kepentingan yaitu kebutuhan belajar siswa.
3. Sekolah Efektif. Untuk kepentingan penelitian ini, penulis memberi batasan efektifitas sekolah sebagai sekolah yang memiliki kelengkapan suatu sistem dan mekanisme kerjanya berjalan sesuai dengan standar yang telah ditentukan untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas.
Joni Ukat (2008:1) mendefinisikan sekolah efektif sebagai sekolah yang menjalankan fungsinya sebagai tempat belajar yang paling baik dengan menyediakan layanan pembelajaran yang bermutu bagi siswa/i.
E. Instrumen Penelitian
Intrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif tentang variasi, karakteristik variabel secara objektif (Ibnu Hadjar:2005) instrumen yang baik akan mengahasilkan penemuan yang tingkat akurasinya meyakinkan.
Pengembangan instrumen ditempuh melalui beberapa cara yaitu:1) menyusun indikator variabel penelitian, 2) menyusun kisi-kisi intrumen, 3) melakukan uji coba instrument, dan melakukan pengujian validitas dan
(36)
Nu’man Yasir, 2013
Pengaruh Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah Dan Budaya Sekolah Terhadap Sekolah Efektif Pada SMA Di Kabupaten Bandung Barat
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
realibilitas insrumen. Kisi - kisi Intrumen dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah (X1)
Data yang akan dihasilkan dari penyebaran angket tentang kepemimpinan visioner kepala sekolah berskala pengukuran interval mengingat angket yang disebarkan menggunakan skala Likert. Sekala Likert adalah sekala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan sekala Likert, maka variable yang akan diukur dijabarkan menjadi indicator variabel (Sugiyono, 2010:93) . Adapun bentuk jawaban pertanyaan dari setiap unsur kepemimpinan visioner secara umum mencerminkan tingkat kemampuan kepemimpinan visioner Kepala sekolah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 3.2 Tabel Skoring/ Nilai
Kriteria Penilaian Skor Penilaian
1 =Tidak Baik 1
2 = Kurang Baik 2
3 = Cukup Baik 3
4 = Baik 4
(37)
Nu’man Yasir, 2013
Pengaruh Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah Dan Budaya Sekolah Terhadap Sekolah Efektif Pada SMA Di Kabupaten Bandung Barat
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.3
Kisi-kisi Instrumen Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah
DEFINISI DIMENSI INDIKATOR ITEM
Kepemimpinan Visioner Kepala sekolah (X1)
Nanus (2001 : 19)
mengatakan bahwa kepemimpinan yang bervisi bekerja dalam empat pilar yaitu penentu arah, agen perubahan, pelatih dan komunikator.
Engkoswara dan Aan Komariah (2011:195)
Kepemimpinan visioner adalah kemampuan pemimpin dalam mencipta, merumuskan,
mengkomunikasikan/mensosialisai kan/mentransformasikan dan mengimplementasikan pemikiran-pemikiran ideal yang berasal dari dirinya atau berdasar hasil interaksi sosial.
1. Penciptaan Visi Memprediksi perubahan 1,2 Menetapkan Masa Depan 3, 4
2. Rumusan Visi
Leadership conference planning process
5, 6, 7 Menetapkan statement
visi
8, 9, 10 3. Transformasi
Visi
Shared vision 11, 12 Di fusi visi 13, 14, 15
4. Implementasi Visi
Penentu Arah 16,17,18,19, 20,21 Agen Perubahan 22,23,24,25,
2627,28,29,30
Pelatih 31,32,33,34,35
36,
Juru Bicara 37,38,39,40,41, 42
2. Budaya Sekolah (X2)
Data yang akan dihasilkan dari penyebaran angket tentang Kepemimpinan visioner kepala sekolah berskala pengukuran interval mengingat angket yang disebarkan menggunakan skala Likert dengan kisaran 1 – 5 dengan alternatif jawaban, yaitu:
Tabel 3.4 Tabel Skoring/ Nilai
Kriteria Penilaian Skor Penilaian
1 = Tidak Baik 1
2 = Kurang Baik 2
3 = Cukup Baik 3
4 = Baik 4
(38)
Nu’man Yasir, 2013
Pengaruh Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah Dan Budaya Sekolah Terhadap Sekolah Efektif Pada SMA Di Kabupaten Bandung Barat
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.5
Kisi-kisi Instrumen Budaya Sekolah
DEFINISI DIMENSI INDIKATOR ITEM
Budaya Sekolah (X2) Deal dan Peterson (2004): Budaya sekolah adalah
sekumpulan nilai yang melandasi perilaku, tradisi,kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktekan oleh kepala sekolah, guru, petugas
administrasi, siswa dan masyarakat sekitar sekolah.
Preedy dalam Aan Komariah dan Cepi Triatna(2008:115): Secara tradisional budaya sekolah merupakan suatu konsensus tingkat tinggi, seringkali didasarkan pada loyalitas yang kuat kepada kepala sekolah yang lebih diharapkan untuk
memberikan simbol dan menampilkan budaya sekolah daripada penguasa.
Wayne K. Hoy dan Cecil G. Miskel (2008), menyatakan: Budaya sekolah adalah budaya terjadi pada kontek perilaku keseharian pelayanan pendidikan baik formal-informal berdasarkan hal-hal yang tersirat baik secara implisit maupun eksplisit. Implisit, seperti: keyakinan, norma, nilai-nilai, asumsi asumsi. Sedangkan eksplisit, seperti: ritual, serimonial, simbol dan sejarah.
1. Pola Nilai
Nilai Yang Merujuk Pada Visi Otonomi
1, 2, 3
Nilai Spiritual 4, 5 Nilai Profesionalisme 6, 7, 8 2. Pola Kebiasaan
Aturan 9, 10, 11, 12
Slogan 13, 14
Upacara 15, 16
3. Pola Tindakan Cara berkomunikasi 17, 18
Cara Bergaul 19, 20
Pembinaan Pegawai 21, 22, 23, 24
3. Sekolah Efektif (Y)
Data yang akan dihasilkan dari penyebaran angket tentang Sekolah berskala pengukuran interval mengingat angket yang disebarkan menggunakan skala Likert dengan kisaran 1 – 5 dengan alternatif jawaban, yaitu:
(39)
Nu’man Yasir, 2013
Pengaruh Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah Dan Budaya Sekolah Terhadap Sekolah Efektif Pada SMA Di Kabupaten Bandung Barat
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.6 Tabel Skoring/ Nilai
Kriteria Penilaian Skor Penilaian
1 = Tidak Baik 1
2 = Kurang baik 2
3 = Cukup Baik 3
4 = Baik 4
5 = Sangat Baik 5
Tabel 3.7
Kisi-kisi instrumen sekolah efektif
DEFINISI DIMENSI INDIKATOR ITEM
Sekolah Efektif (Y) T a y l o r d a l a m K o ma r i a h ( 2 00 4 :9 2 )
M e nd e fi ni s i ka n s e ko l a h e fe kt i f s e b a ga i s e ko l a h ya n g mengorgansiasikan dan memanfaatkan semua sumber daya yang dimilikinya untuk menjamin semua siswa (tanpa memandang ras, jenis kelamin maupun status sosial ekonomi) bisa mempelajari materi kurikulum yang esensial di sekolah.
Senge (Arizona Departement of Education, 2004:49)
Learning organization diartikan sebagai the fifth discipline: The Art and Practice of The Learning Organization yaitu: “ personal mastery, building shared vision, mental models, team learning, and system thinking”.
1. Manajemen Sekolah
Manajemen Kesiswaan 1,2, Manajemen Ketenagaan 3,4,5 Manajemen Kurikulum 6,7 Manajemen Sarana dan prasarana
8,9,10 Manajemen Keuangan 11,12 Manajemen kemitraan
sekolah dan masyarakat
13,14
2. Learning Organization
Transfering Knowledge 15,16,17
Openess 18,19
Systemic Thinking 20,21
Creativity 22,23
Empathy 24,25
Team Learning 26,27,28 3. Kompetensi
Siswa
Kompetensi akademik 29,30 Kompetensi Non
Akademik
(40)
Nu’man Yasir, 2013
Pengaruh Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah Dan Budaya Sekolah Terhadap Sekolah Efektif Pada SMA Di Kabupaten Bandung Barat
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
F. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Kualitas instrument di tentukan oleh dua kriterian utama : Validitas dan Reliabilitas (Muller:1986). Validitas instrument menunjukan seberapa jauh ia akan mengukur apa yang hendak di ukur. Berkaitan dengan pengujian validitas instrument arikunto (1995:63) menjelaskan bahwa yang di maksud dengan validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur.
Sebelum menganalisis hasil penyebaran kuesioner, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas atas instrumen penelitian. Instrumen penelitian yang valid dalam proses ujicoba instrumen akan digunakan kembali dalam proses pengumpulan data. Sedangkan instrumen yang tidak valid tidak akan digunakan kembali.
1. Uji Validitas
Uji validitas adalah untuk mengetahui ketepatan instrumen penelitian mengukur apa yang seharusnya diukur. Berkaitan dengan pengujian validitas instrumen menurut Riduwan (2010:97-118)menjelaskan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Alat ukur yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.Merujuk pada skala yang digunakan yaitu skala Likert lima point, maka teknik yang sesuai untuk menguji validitas kuesioner dengan skala tersebut adalah dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Untuk menghitung validitas alat ukur digunakan rumus Pearson
Product Moment , seperti yang ditulis oleh Akdon (2008:144) sebagai berikut :
} ) ( . }.{ ) ( . { ) ).( ( ) 2 2 2 2 i i i i i i i i hitung Y Y n X X n Y X Y X n r Keterangan :r hitung = Koefisien korelasi Xi = Jumlah skor item
Yi = Jumlah skor total (seluruh item) n = Jumlah responden.
(41)
Nu’man Yasir, 2013
Pengaruh Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah Dan Budaya Sekolah Terhadap Sekolah Efektif Pada SMA Di Kabupaten Bandung Barat
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Distribusi (Tabel r) untuk = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n – 1) Kaidah keputusan :
Jika r hitung> r tabel berarti valid sebaliknya
r hitung< r tabel berarti tidak valid. Sumber: Riduwan (2010:118)
Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks korelasinya (r) sebagai berikut:
Tabel 3.8
Interpretasi Koefisien korelasi Interval Koefisien Tingkat Pengaruh 0,000 - 0,199
0,200 - 0,399 0,400 - 0,599 0,600 - 0,799 0,800 - 1,000
Sangat Rendah (tidak valid) Rendah
Sedang Kuat Sangat Kuat Sumber (Sugiyono, 2010: )
2. Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas adalah menguji apakah hasil kuesioner dapat dipercaya atau tidak. Pengujian reliabilitas instrument dapat dilakukan secara eksternal maupun internal. Secara eksternal dapat dilakukan dengan test retest (stability),
equivalent dan gabungan keduanya. Secara internal reliabilitas instrument dapat
diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrument dengan teknik tertentu.
Menurut Sugiyono (2010), pengujian reliabilitas instrument dengan
internal consistency dengan teknik belah dua (split half) yang dianalisis dengan
rumus Spearmen Brown. Untuk keperluan penelitian ini, butir-butir instrument di belah menjadi dua yaitu kelompok atas dan kelompok bawah.
Metode mencari reliabilitas internal yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran, rumus yang digunakan adalah Alpha sebagai berikut:
Langkah-langkah mencari nilai reliabilitas dengan metode Alpha sebagai berikut. a) Menghitung Varians Skor tiap-tiap item dengan rumus:
N N X X S
i i i
2 2 ( )
(42)
Nu’man Yasir, 2013
Pengaruh Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah Dan Budaya Sekolah Terhadap Sekolah Efektif Pada SMA Di Kabupaten Bandung Barat
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Keterangan :
Si = Varians skor tiap-tiap item Xi2 = Jumlah kuadrat item Xi
(Xi)2 = Jumlah item Xi dikuadratkan
N = Jumlah responden
b) Menjumlahkan Varians semua item dengan rumus:
Keterangan :
Si = Jumlah Varians semua item
S1, S2, S3…..n = Varians item ke-1,2,3…...n
c) Menghitung Varians total dengan rumus:
Keterangan :
St = Varians total
Xt2 = Jumlah kuadrat X total
(Xt)2 = Jumlah X total dikuadratkan
N = jumlah responden
d) Masukkan nilai Alpha dengan rumus
Keterangan :
r11 = Nilai Reliabilitas
Si = Jumlah varians skor tiap-tiap item
St = Varians total
k = Jumlah item
(Sumber:Riduwan, 2010:120)
Kemudian diuji dengan Uji reliabilitas instrumen yang dilakukan dengan menggunakan rumus Korelasi Pearson Product Moment dengan teknik belah dua awal-akhir yaitu:
N N X X S t t t 2 2( ) t i S S k k
r .1
1 11
n
i S S S S
S 1 2 3...
(1)
139
Nu’man Yasir, 2013
Pengaruh Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah Dan Budaya Sekolah Terhadap Sekolah Efektif
B. Rekomendasi
Dari uraian kesimpulan yang diuraikan di atas, bahwa faktor Kepemimpinan Visioner kepala sekolah dan budaya sekolah mempunyai dukungan yang positif terhadap sekolah efektif. Untuk itu penulis memberikan saran sebagai upaya memujudkan sekolah yang efektif di Indonesia. Beberapa upaya yang sebaiknya dikembangkan, secara realistik mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Pada variabel Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah pada SMA di Kabupaten Bandung Barat pada umunya tergolong baik. Namun demikian yang perlu diperhatikan adalah dimensi kemampuan implementasi visi masih tergolong rendah dibandingkan dimensi yang lain. Untuk itu perlu kiranya pengembangan pribadi kepala sekolah maupun pemgembangan SDM yang dilaksanakan oleh dinas terkait berupa diklat maupun workshop tentang kepemimpinan berbasis visi. 2. Pada variabel Budaya Sekolah pada SMA di Kabupaten Bandung Barat
tergolong dalam kategori baik. Namun demikian hal yang perlu mendapat perhatian dan tindak lanjut adalah pada dimensi Pola Kebiasaan. Salah satunya pola budaya keseragaman atau uniformitas seperti upacara masih menjadi hal yang rutinitas saja tanpa memaknai nilai-nilai yang terkandung dalam kegiatan tersebut. Oleh karena itu penting kiranya dinas terkait mengarahkan kepada para kepala sekolah untuk menjadikan upacara sebagai ajang pembinaan baik untuk siswa maupun guru di masing-masing sekolah. Sehingga kegiatan tersebut tidak hanya menjadi kegiatan ceremonial belaka yang tidak mengandung arti. 3. Pada variabel Sekolah Efektif pada SMA di Kabupaten Bandung Barat
pada umunya tergolong baik. namun demikian perlu mendapat perhatian lebih khususnya dalam dimensi Manajemen Sekolah. Sebab di era otonomi pendidikan ini sekolah diberikan keleluasaan dalam mengembangkan satuan pendidikannya. Oleh karena itu perlu kiranya dinas terkait agar memberikan pembinaan kepada kepala sekolah SMA
(2)
khususnya di Bandung Barat agar manajemen sekolahnya tidak salah arah dan dapat meminimalisasi penyimpangan.
4. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti permasalahan sekolah efektif, hendaknya mengkaji secara mendalam dan lebih jaun lagi terkait hal-hal yang dapat mempengaruhi sekolah efektif sehingga akan didapatkan hasil penelitian yang lebih signifikan dan komprehensif. Sehingga sumbangsih penelitian tentang sekolah efektif ini akan memberikan sumbangan positi untuk kemajuan pendidikan di Indonesia.
(3)
141
Nu’man Yasir, 2013
Pengaruh Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah Dan Budaya Sekolah Terhadap Sekolah Efektif
DAFTAR PUSTAKA
Akdon, Hadi.S. (2008), Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian Untuk
Administrasi dan Manajemen, , Bandung: Dewa Ruchi.
Anwar, Qomari. Syaiful Sagala. (2004). Profesi Jabatan: Kependidikan dan Guru
Sebagai Upaya Menjamin Kualitas Pembelajaran. Jakarta: UHAMKA
Press.
Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta.
Bafadal, I & Imron, A. (2004) Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Malang: Kerjasama FIP UM dan Ditjen-Dikdasmen.
Bennis, W. dan Nannus, B. (2001). Leaders; The Strategies for Taking Charge. New York: HarperCollins.
Brown, R.(2004).”School Culture and Organization: Lesson From Research and
Experience”. A Background Paper for Denver Commission on Secondary
School Reform
Camburn, B. Rowan and J.Taylor.(2003).”Distributed Leadership in School:The Case of Elementary School adopting Comprhensive School Reform
Models”, Educational Evaluation and Policy Analysis,25, No.4, 2003.
Cromwell, Sharon. (2002). Is Your School's Culture Toxic or Positive?. (online). Tersedia: Digest, Eric. (1997).Visionary Leadership. Number 110. (online). Tersedia:http://www.ericdigests.lead/1 995-1
/visionary.htm. (12 Februari 2010)
Danim, Sudarman. (2003). Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok. Penerbit Rineka Cipta
Deal, K.D & Peterson.2009.The Shaping School Culture Fieldbook. San Fransisco:Josey-Bass.
Depdiknas (2002). Manajemen Berbasis Sekolah untuk Sekolah Dasar.Jakarta: Depdiknas, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Depdiknas ( 2003). Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta:
Depdiknas, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
Departemen Pendidikan nasional Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Pegawai.Edisi Kedua.”Manajemen Sekolah”.
(4)
Engkoswara, Komariah A. (2011). Administrasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Furqon, dkk. (2004). Pen gembangan Model Penilaian Sekolah Efektif.
Lembaga Penelitian UPI
Fattah, Nanang. (2004). Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Dewan
Sekolah : Bandung: Pustaka Bani Quraisy
Fatah, Nanang. (2006). Landasan Manajemen Pedidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Gorton, R.,Alston,J.A.,& Snowden,P (2007) School Leadership and
Administration. New York:The Macgraw Hill.
Hinde,E.R 2004. School Culture and Change. [online]
Tersedia:http://www.usca.edu/essays/vol122004/hinde.pdf [7 Nopember 2010].
Hollins,E.R, 2008. Culture In School Learning (2nd Edition. New York:Routledge
Hoy, Wayne.K. (2008). Educational Administration Theory, Researceh, and
Practice 8th edition. Singapore: McGraw-Hill Co.
John macbeath, peter mortimore. 2005. Improving School Effectiveness
Memperbaiki Efektivitas Sekolah. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Kartanegara, Diana.2003. Kepemimpinan Visioner.
http://www.lintasberita.com/lifestyle/pendidikan/pimpinan-visioner.[25 Februari 2010.
Komariah,A. (2004). Pengaruh Visionary Leadership (Kepemimpinan Visioner)
dan Budaya Sekolah Terhadap Efektifitas Sekolah Di Era Desentralisasi Pada SMAN Di Lingkungan Dinas Pendidikan Kota Propinsi Jawa Barat.
Disertasi. bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Komariah, A. Cepi triatna. (2008). Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif. Bandung: Bumi Aksara.
Koster, W. (2004). Analisis Komparatif antara Sekolah Efektif dan Sekolah Tidak
Efektif. www.depdiknas.go.id/jurnal/12. htm.[10 Maret 2010].
Mulyasa. (2011), Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, Bandung: Bumi Aksara.
(5)
143
Nu’man Yasir, 2013
Pengaruh Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah Dan Budaya Sekolah Terhadap Sekolah Efektif Mulyasa,E.(2004). Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung:Rosda Karya
Nanus, Burt. (2001). Kepemimpinan Visioner. Jakarta: Prenhallindo
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan
Permendiknas Nomor 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah
Riduwan, Akdon. (2007). Rumus dan Data dalam analisis Statistik, Bandung: Alfabeta.
Robbin, stephen. (2009). Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat
Sagala, Saeful. (2011). Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung:Alfabeta Satori, Djam'an. (2000). Akuntabilitas Sekolah Efektif. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia.
Sa’ud, Udin S. (2011). Inovasi Pendidikan, Bandung: Alfabeta. Scheeren, J. (2003). Menjadikan Sekolah Efektif. Jakarta: Logos.
Sugiyono. (2010). Metoda Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta.
Suhaeli (2011). Studi tentang Sekolah Efektif pada SMAN di Provinsi Jawa Barat. Jurnal administrasi pendidikan Vol.XIII No.2 Oktober 2011.
Sukmadinata, Nana Syaodih. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Susanto, A. B. (2007). Budaya,Manajemen dan Persaingan Penerbit Elex Media Komputindo, Jakarta.
Sutrisno, Edy.(2010). Budaya Organisasi. Kencana: Jakarta.
Terry, George R. (2006). Dasar-dasar Manajemen. Jakarta: PT Bumi Aksara. Thoha, Miftah. (2003). Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya.
Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo
Thoha, Miftah. (2003). Kepemimpinan Dalam Manajemen. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
(6)
Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan. (2010). Pengelolaan Pendidikan, Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan. (2009). Manajemen Pendidikan, Bandung: Alfabeta.
Tola, Burhanudin Dan Furqon. (2004). Penilaian Sekolah Efektif (online). Tersedia: .Httpi/www.Depdiknas.go.id/Jurnal/44/htm. 16April 2009
Ukat, Joni (2008). Konsep Sekolah Efektif. Tersedia (online):
http//www.timorexpres.com/index.php?act=news&nid=25689. 22 Desember 2011
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun (2003) Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: CV Nuansa Aulia.
Universitas Pendidikan Indonesia.(2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.
Veithzal Rivai dan Deddy Mulyadi. (2003). Kepemimpinan dan Perilaku
Organisasi. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada
Veithzal Rivai. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan. Cetakan Pertama. PT. Raja Grafindo. Jakarta.
Wahjosumidjo. (2003). Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Raja Grafindo. Wahyudi. (2009). Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Organisasi
Pembelajaran (Learning Organization):Alfabeta
Yuniarsih, Tjutju dan Suwanto. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: ALFABETA.
Yukl, Gary. (2009) Kepemimpinan Dalam Organisasi, edisi kelima, Indeks, State University Of New York At Albani.