PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIFTIPE BERCERITA BERPASANGAN (PAIRED STORYTELLING) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYMAK CERITA ANAK DI SD : Penelitian Tindakan Kelas Yang Dilakukan Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas V Sekolah Dasar Negeri Eretan

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASAGAN (PAIRED STORYTELLING) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK CERITA ANAK DI

SEKOLAH DASAR

(Penelitian Tindakan Kelas Yang Dilakukan Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas V Sekolah Dasar Negeri Eretan Wetan II Kec. Kandangnhaur

Kab. Indramayu Tahun Ajaran 2012/2013)

SKRIPSI

Diajukan untuk Mengikuti Ujian Sidang Sekripsi Penelitian pada Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Purwakarta

Disusun Oleh: IRFAN MAULANA SIDIK

0903426

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

BUKTI PEGESAHAN PERBAIKAN SKRIPSI

NAMA : IRFAN MAULANA SIDIK

NIM : 0903426

JUDUL : PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE BERCERITA BERPASAGAN (PAIRED STORYTELLING) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK CERITA ANAK DI SEKOLAH

No. Nama (Jabatan) TandaTangan Tanggal

1

Drs. H. Kanda Ruskandi, M.Pd. (Penguji I)

2

Dra. Hj Entin Kartini M.Pd

(Penguji II)

3

Finita Dewi, S.S. M. A.

.(Penguji III)

4

Dr. Burhaniddin, TR.M.Pd.

(PembimbingI)

5

Drs. Endang Hidayat, M.Pd

(Pembimbing II)

Purwakarta, Juli2013

Ketua Program Studi S1 PGSD UPI KampusPurwakarta

Dra.PujiRahayu, M.Pd. NIP. 19600601 198611 2 001


(3)

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE BERCERITA BERPASANGAN (PAIRED STORYTELLING) UNTUKMENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYMAK CERITA ANAK

DI SD

(Penelitian Tindakan Kelas Yang Dilakukan Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas V Sekolah Dasar Negeri Eretan Wetan II Kec. Kandanghaur

Kab. Indramayu Tahun Ajaran 2012/2013)

Oleh

IRFAN MAULANA SIDIK 0905426

ABSTRAKS

Pembelajaran Bahasa Indonesia sebenarnya pembelajaran yang sangat menarik menarik namun cenderung membosankan, ini disebabkan kurang tepatnya penggunaan metode dan model pengajaranyang bervariatif soyogy. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan (paired storytalling)untuk meningkatkan keterampilan menyimak cerita anak kelas V SDN. Ereten Wetan II Kecamatan Kandanghaur Kabupaten Indramayu.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan teknik siklus model Kemmis dan McTaggart, dilaksanakan dalam tiga siklus. Instrumen yang digunakan yaitu pedoman observasi dan tes hasil keterampilan menyimak cerita anak.Dari hasil penelitian dan pengamatan aktivitas siswa sebelum menggunakan model kooperatif aktifitas siswa hanya 10% dan dan aktivitas siswa selama menggunakan pembelajaran kooperetif siklus I sebesar 47,69% termasuk dalam kriteria cukup dan pada aktivitas siswa siklus II sebesar 61,4,%, pada siklus III terjadi peningkatan yang cukup signifikanyaitusebesar 84,14% termasuk dalam penilaian baik.Menunjukkan adanya peningkatan pada aktivitas siswa sebesar selama proses pembelajaran berlangsung. Sedangkan pada aspek hasil tes keterampilan menyimak anak. Nilai rata-rata sebelum menggunakan pembelajaran kooperatif hanya 46,5. Berbeda ketika sesudang menggunakan pembelajaran kooperatif pada Siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 56,5 dan pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 66,1 danpadasiklus IIImeningkatkembalimenjadi 73,3. Menunjukkan peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 9,6 dan dari siklus II ke siklus III terjadi peningkatan sebesar 7,2. Bahkan pada siklus III nilai anak secara keseluruhan sudah mencapai nilai KKM yang telah ditentukan sebesar 68. penggunaan pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan pada mata pelajaran bahasa Indonesia terutama dalam keterampilan menyimak di kelas V SDN. Eretan Wetan II kecamatan kandanghaur kabupaten Indramayu dapat meningkatkan ketrampilan menyimak certa anak.


(4)

DAFTAR ISI SAMPUL DEPAN SAMPUL DALAM HALAMAN PENGESAHAN ABSTRAKS... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... BAB I PENDAHULUAN... A.LatarBelakang... B.RumusanMasalah... C.TujuanPenelitian... D.ManfaatPenelitian ………... E. SistematikaPenulisan ...

BAB II KAJIAN TEORI ………... A.Pengertian Belajar dan Pembelajaran………... B.Pemmbelajaran Bahasa...

1. Pengertian Menyimak... 2. Tujuan Menyimak... 3. Jenis-jenis Menyimak... 4. Tahap-Tahap Menyimak Cerita Anak... 5. PemilihanTeknikPembelajaranKeterampilanMenyimak... 6. Cerita Anak... 7. Manfaat Cerita Anak... C.PembelajaranKooperatif...

1. PengertianPembelajaranKooperatif…... 2. Model-model PembelajaranKooperatif... 3. Manfaat Pembelajaran Kooperatif... 4. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif... 5. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif... 6. Pengertian Pembelajaran Koopertif Tipe Bercerita Berpasangan...

7. Langkah-langkah Pembelajaran koopertaif Tipe

BerceritaBerpasangan... ...

BAB III METODE PENELITIAN... A.JenisPenelitian... B.Desain Penelitian... C.Desfinisi Oprasional... D.ProsedurPenelitian... 1. TahapPerencanaanPenelitian... i ii vi vii viii ix 1 1 5 6 6 7 8 8 10 10 12 13 14 15 15 16 17 17 20 21 22 22 23 24 26 26 28 29 29 30 30


(5)

2. TahapPelaksanaanPenelitian... 3. TahapPengamatan...

4. Refleksi ………...

E. SubjekdanLokasiPenelitian ………... F. Instrument Penelitian... G.TeknikPengumpulan Data... H.TeknikPengolahanData... I. Jadwal Penelitian...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... A.Deskripsi Data AwalPenelitian...

1. LokasiPenelitian... 2. Guru... 3. KarakteristikSiswa... 4. DeskripsiAwalPembelajaran... B.DeskripsiPelaksanaanTindakan... 1. TindakanPra PTK... 2. Siklus I... 3. Siklus II... 4. Siklus III... C.PembahasanHasilPenelitian...

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI... A.Kesimpulan... B.Rekomendasi...

DAFTAR PUSTAKA ………. LAMPIRAN-LAMPIRAN 31 31 35 35 36 37 41 42 42 42 45 47 47 48 48 50 55 59 64 69 69 70 71 vi


(6)

BAB I PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Pendidikanadalahupayasadaruntukmengembangkanpotensiyang

dianugerahkanTuhankepadamanusiadandiarahkanpadatujuan yang diharapkan

agar memanusiakanmanusiaataumenjadikannyasebagaiinsankamil,

manusiautuhataukaffah. Hakikatpendidikaninidapatterwujudmelalui proses pengajaran, pembelajaran (ta‟limdantadris), pembersihandanpembiasaan (tahdzibdanta`dib), dantadrib (latihan) denganmemperhatikankompetensi-kompetensipedagogis berupaprofesi, kepribadiandansosial. (Rohimin, dkk . 2009 : 12).

Pendidikanmerupakansalahsatusektor yang paling

pentingdalampembangunannasional.Dikarenakanmelaluisektor

pendidikandapatdibentukmanusia yang berkualitas, seperti yang dituangkandalamUndang-Undang No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 bahwa:

“Pendidikannasionalberfungsimengembangkankemampuandanmembentuk

wataksertaperadabanbangsa yang

bermartabatdalamrangkamencerdaskankehidupanbangsa,

bertujuanuntukberkembangnyapotensipesertadidik agar menjadimanusia yang berimandanbertakwakepadaTuhan Yang MahaEsa, berakhlakmulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiridanmenjadiwarga Negara yang

demokratissertabertanggungjawab”(Bab II Pasal 3 UU RI No.20 Tahun 2003 ).

Untuk mencapai proses pendidikan yang dapatmembentukmanusia yang

berkualitassertabertakwakepada Allah, makaperan guru

sangatpentingdalammecerdaskanmanusia. Seperti yang dituangkandalam Undang-undang RI No. 14 tahun 2005, bab I, pasal 1, ayat, 1 bahwa, guru adalahpendidikdengantugasutamamendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai,

danmengevaluasipesertadidikpadapendidikananakusiadinijalurpendidikan formal,


(7)

terhadappesertadidikmerupakanperan yang sangatpentingdarisekianbanyakperan yang harusdijalani.

Peran guru bukan hanya mengajsr saja, seyogianya guru memiliki peran untuk mencerdaskan peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa, kreatif , berilmu seperti yang dituangkan dalam UU RI No. 20 tahun 2003 pasal 3. Kaitanya dengan dunia pendidikanguru seyogyanya mampu menyampaikan materi pembelajaran yang dapat meningkatkan ketrampilan siswa sesuai dengan kebutuhan belajar. Untuk mencapainya perlu diupayakan berbagai latihan, penguasaan, dan wawasan dalam pembelajaran. Termasuk salah satu diantaranya adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat dan dapat meningkatkan kemampuan siswa.

Berdasarkan Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar bahwa standar kompetensi bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan salah satu guru di SDN Eretan Wetan II pada tanggal 19 Januari 2013 yang menunjukan adanya Hampir semua siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran, hampir semua siswa kurang tertarik pada pelajaran bahasa indonesia, dari hasil tes evaluasi rata-rata hasilnya dibawah KKM dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia di SD yang seyogyanya diterapkan pembelajaran yang menarik dan dapat meningkatkan kemampuan menyimak siswa.

Menurut Dawsen yang dikutip Tarigan (2008:1) mengungkapkan bahwa :

“…. Keterampilan bahasa (atau languae arts, languae skill) dalam

kurikulum di sekolah biasanya mencakup empat segi yaitu 1)Keterampilan menyimak, 2) Keterampilan berbicara, 3) Keterampilan membaca(reading skills), 4) Keterampilan menulis. Setiap keterampilan tersebut sangat erat kaitanya dengan keterampilan lainya. Dalam memperoleh ketrampilan bahasa, sejatinya melalui hubungan urutan yang teratur: mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak, kemudian berbicara, sesudah itu kita belajar membaca dan menulis. Keempat ketrampilan tersebut pada


(8)

Keterampilan bahasa dalam kurikulm di sekolah ada empat aspek yang harus dimiliki oleh siswa diantaranya menyimak. Menyimak merupakan keterampilan yang tidak dapat dipisahkan dari keterampilan berbahasa yang lain, yaitu keterampilan berbicara, membaca, dan menulis.

Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang lisan-lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang tidak disampaikan oleh si pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan“.(Tarigan: 2008 : 31).

Proses menyimak memerlukan perhatian serius dari siswa. menyimak berbeda dengan mendengar atau mendengarkan. Menurut pendapat Tarigan (2008

:27), “Pada kegiatan mendengar mungkin si pendengar tidak memahami apa yang

didengar. Pada kegiatan mendengarkan sudah ada unsur kesengajaan, tetapi belum diikuti unsur pemahaman karena itu belum menjadi tujuan.” Kegiatan menyimak mencakup mendengar, mendengarkan, dan disertai usaha untuk memahami bahan simakan. Oleh karena itu dalam kegiatan menyimak ada unsur kesengajaan, perhatian dan pemahaman, yang merupakan unsur utama dalam setiap peristiwa menyimak. Penilaiannya pun selalu terdapat dalam peristiwa menyimak, bahkan melebihi unsur perhatian.

Keberhasilan seseorang dalam menyimak dapat diketahui dari bagaimana penyimak memahami dan menyampaikan informasi dari simakan secara lisan atau tertulis. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan menyimak cukup kompleks jika penyimak ingin menangkap makna yang sesungguhnya dari simakan yang mungkin tidak seutuhnya tersurat, sehingga penyimak harus berusaha mengungkapkan hal-hal yang tersirat.

Jika dilihat dari uraian di atas dapat simpulkan peranan menyimak dalam proses belajar berbahasa sangat besar, maka diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan menyimak siswa. Model pembelajaran merupakan hal yang penting dalam pembelajaran menyimak, khususnya pembelajaran menyimak di sekolah dasar. Dengan metode yang tepat dan


(9)

meningkatkan kemampuan menyimak siswa, pembelajaran menyimak akan mencapai tujuan yang diharapkan.

Salah satu metode atau model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran keterampilan menyimak adalah Model kooperatif tipe bercerita berpasanganatau paired storytelling. pembelajaran bercerita berpasangan atau paired storytelling merupakan salah satu tipe pembelajaran dalam model pembelajaran cooperative. Dengan pembelajaran bercerita berpasangan ini kegiatan belajar mengajar sepenuhnya dilakukan oleh siswa. Guru hanya sebagai fasilitator, motivator, dan mediator dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Sebuah cerita dapat mengandung berbagai pendidikan moral yang berupa pesan atau amanat. Melalui cerita guru dapat memberikan penanaman nilai-nilai moral kepada siswa, tetapi fenomena yang terjadi di tingkat sekolah dasar, cerita cenderung digunakan guru hanya sebagai selingan bagi siswa. ( Lie, 2010 : 60)

Model kooperatif. Tipe Bercerita Berpasangan (Paired Storylelling) dikembangkan sebagai pendekatan interaktif antara siswa, pengajar, dan bahan pelajaran (Lie, 2010 : 62 ). Pembelajaran bercerita berpasangan bisa digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun bercerita. Pembelajaran ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara. Bahan pelajaran yang palin cocok digunakan dalam teknik ini adalah bahan yang bersifat naratif dan deskriptif. Namun, hal ini tidak menutup kemungkinan dipakainya bahan-bahan yang lainnya.

Pembelajaran bercerita berpasangan, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Dalam kegiatan ini, siswa diransang untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan kemampuan berimajinasi. Buah-buah pemikiran mereka akan dihargai, sehingga siswa merasa makin terdorong untuk belajar. Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan ketrampilan. Bercerita berpasangan bisa digunakan untuk suasana tingkatan usia anak didik. (Lie, 2010 : 63).


(10)

Pembelajaran keterampilan menyimak yang dilakukan para guru cenderung menganjurkan siswa untuk bekerja sendiri tanpa ada unsur bekerja sama dengan siswa lain. Padahal, pembelajaran dengan cara siswa bekerja sendiri tanpa ada unsur bekerja sama dengan siswa lain ini dapat menimbulkan sifat individualistis. Siswa yang satu menganggap siswa yang lain adalah saingan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, diperlukan pembelajaran yang dapat meningkatkan kerja sama antarsiswa dalam kegiatan mereka di kelas. pembelajaran yang dapat digunakan adalah pembelajaran bercerita berpasangan. Pembelajaran ini lebih menekankan daya simak siswa karena hasil simakannya akan dipertanggungjawabkan kepada pasangannya. Semakin baik daya simak siswa, materi yang disampaikan guru akan semakin mudah dipahami siswa.

Beerangkat dari uraian di atas penelitian ini terfokus padapembelajaran model Cooperativedengan judul “Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe bercerita (Paired Storytelling) berpasangan untuk meningkatkan kemampuan menyimak cerita anak di sekolah dasar pada kelas IV SDN Eretan Wetan II Kecamatan Kandanghaur Kabupaten Indramayu“. (Pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas IV Sekolah Dasar Tahun Ajaran 2012/2013).

B. RumusanMasalah

Rumusanmasalah yang diangkatdalampenelitianiniadalah: “Apakah model pembelajarankooperatiftipeberceritaberpasangandapatmeningkatkankemampuanm

enyimakceritaanakpadapembelajaranBahasa Indonesia di SD?”

Agar permasalahantersebuttidakmeluas,

pertanyaantersebutdirumuskandenganrincianmasalahsebagaiberikut:

1. Bagaimana kemampuanmenyimakceritaanak padamatapelajaranbahasa

Indonesia sebelummenggunakan model

pembelajarankooperatiftipeberceritaberpasangan?

2. Bagaimanaaktivitassiswaselamamenggunakan model

pembelajarankooperatiftipeberceritaberpasangan dalam pembelajaran menyimak cerita anak?


(11)

3. Bagaimanakemampuan menyimakceritaanakmatapelajaran bahasa indonesia

sesudahmenggunakan model

pembelajarankooperatiftipeberceritaberpasangan?

C. TujuanPenelitian

Sesuaidenganrumusanmasalah, tujuan yang

hendakdicapaidalamkajianiniadalahuntukmeningkatkankemampuanmenyimakceri taanak.

Secararincitujuan yangdimaksudadalahmengetahuitentang :

1. Kemampuan menyimakceritaanak mata

pelajaranbahasaindonesiasebelummenggunakan model

pembelajarankooperatif tipe berceritaberpasangan.

2. Aktivitasselamamenggunakan model pembelajarankooperatif tipe berceritaberpasangansiswadalam pembelajaran menyimak cerita anak

3. Kemampuan menyimakceritaanak mata

pelajaranbahasaindonesiasebelummenggunakan model

pembelajarankooperatif tipe berceritaberpasangan.

D. ManfaatPenelitian

Berdasarkanmasalahpenelitiandantujuanpenelitiandiatas,

hasilpenelitianinidiharapkanmempunyaimanfaatsecaraumumyaitusebagaiberikut : 1. Secarateoretis

Menambahpengetahuantentang model atauteknikpembelajarankhususnya

model koopertiftipeberceritaberpasangan yang

digunakansebagaiacuanuntukpenelitian yang sejenis. 2. Manfaatsecarapraktis

a. Bagipeneliti:

Manfaat yang dapatdiperolehbagipeneliti, yaitu:

1) Dapatmenambahwawasandalampembelajaranbahasakhususnyapengetahua ntentangmetodekooperatiftipeberceritaberpasangan.


(12)

2) Hasilpenelitianinidapatmenambahpengalamandibidangpenelitian, khususnyadalampenerapanmetodekooperatiftipebercritaberpasangan. b. Bagi Guru

1) Dapatmeningkatkanprofesionalisme guru.

2) Dapatmemperolehpengetahuantentangkelebihandankekurangan model pembelajarankoopertiftipeberceritaberpasangankhususnyadalampelajaranB ahasa Indonesia.

3) Dapatmeningkatkankemampuan guru dalammengelola proses pembelajaransecaravariatifdankualitatifdenganmenggunakanpendekatanko opertiftipeberceritaberpasang.

c. BagiPesertadidik

1) Meningkatkanmotivasisiswadalammempelajaribahasaindonesia. 2) Meningkatkankemampuansiswadalammenyimakceritaanak. d. BagiSekolahdanPembaca

1) Penelitianinidiharapkanmemberikansumbanganpemikiranbagimahasiswa

UPI khususnyajurusan PGSD

untukmengembangkanpendidikanmatapelajaranbahasaindonesia di sekolahdasardalamrangkamemilihpendekatanpembelajaran yang tepat, selainitudiharapkanpenelitianinidapatdipakaisebagaibahankajianlebihlanjut bagipeneliti lain untukmendapatkanhasil yang akurat.

G. SistematikaPenulisan

Skripsi disusun dengan struktur organisasi sebagai berikut:

Bab I, merupakan bab pendahuluan yang berisikan : 1) latar belakang, b) rumusan masalah, c) tujuan penelitian, d) manfaat penelitian, e) kajian teoretik, f), metode penelitian, g) sestematika penulisan.

Bab II, merupakan kajian teori yang berisikan tentang : a) pengertian belajar dan pembelajaran, b) pembelajaran bahasa menyimak dan c) pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan,

Bab III, merupakan metode penelitian yang berisikan : a) jenis penelitian, b) desain penelitian, c) prosedur penelitian, d) lokasi dan lokasi penelitian, e)


(13)

instrumen penelitian, f) teknik pengumpulan data, g) teknik pengolahan data dan h) jadwal penelitian .

Bab IV, merupakan hasil penelitian dan pembahassan berisikan tentang a) deskripsi data awal penelitian, b) deskripsi pelaksanaan tindakan dan c) pembahasan hasil penelitian

Bab V merupakan bab kesimpulan berisikan : a) kesimpulan, b) implikasi c) rekomendasi


(14)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian.

Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian tindakan kelas. Dalam literatur berbahasa Inggris, PTK disebut dengan classroom action research. “Penelitian tindakan kelas merupakan sebuah rangkaian langkah-langkah (a spiral of step). Langkah-langkah-langkah dalam model penelitian ini terjadi dalam suatu proses yang disebut siklus. Dalam setiap siklus terdiri atas empat langkah berdasarkan model penelitian Kemmis dan McTaggart, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).” (Arikunto, 2002: 83).

Menurut Mc Niff yang dikutip Ruswandi dkk. (2007: 20) memandang :“PTK sebagai bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri yang hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk mengembangkan kurikulum, pengembangan sekolah, pengembangan keahlian mengajar, dan sebagainya “.Dengan pnelitian tindakan kelas, guru dapat meneliti sendiri terhadap praktek pembelajaran yang dilakukan di kelas, terhadap siswa dari segi interaksinya dalam proses pembelajaran, atau terhadap proses atau produk pembelajaran secara reflektif di kelas.

Penelitian tindakan kelas juga dapat menjembatani kesenjangan antara teori dan praktek pendidikan. Jika sekiranya ada teori yang tidak cocok dengan kondisi kelasnya, melalui PTK guru dapat mengadaptasi teori yang ada untuk kepentingan proses atau produk pembelajaran yang lebih efektif, optimal, dan fungsional.Hopkins (1993) yang dikutup Rochiati (2008: 04) menjelaskan sebagai berikut:

“Pengertian PTK adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan”.


(15)

Dari pendapat tersebut menggambarkan adanya kolaborasi antara rambu-rambu penelitian yang harus ditempuh dengan tindakan nyata di dalam kelas. Rambu-rambupenelitianmenghendakisuatuprosedur yang sistematis dan logis

sertaobjektif dan rasional. Dengan demikian PTK

berupayauntukmengidentifikasisecarakritispembelajaran yang terjadi di dalamkelas dan berupayamemperbaikinyahinggaterjadiperubahansikap dan prestasipesertadidik .MenurutEbbut yang dikutipUndang, (2006: 7) mengemukakan:

„„… Penelitiantindakanadalahkajiansistematis dari

upayaperbaikanpelaksanaanpraktikpendidikanolehsekelompok guru

dengan melakukan

tindakan-tindakandalampembelajaranberdasarkanrefleksimerekamengenaihasil dari tindakan-tindakantersebut. Penelitiantindakansebagaikajian dari sebuahsituasisosialdengankemungkinantindakanuntukmemperbaikikualitas situasisosialtersebut ‟‟.

Dari pendapaturaiandiatas di jelaskan PTK merupakankajian yang sistematis yang bersifatuntukmemperbaikipelaksanaanpraktikpendidikan.Dangan tujuan akhir penelitianadalahuntuk: (1) meningkatkankualitaspraktekpembelajaran

di sekolah, (2) meningkatkanrelevansipendidikan, (3)

meningkatkanmutuhasilpendidikan, dan (4)

meningkatkanefisiensipengolahanpendidikan.(Arikunto, 2002: 84).

Berdasarkanuraiandiatas, penelitiantindakankelasditujukankepada guru, artinyapenelitiantindakankelasini bisa mendorong dan membangkitkankinerja para guru dalammengelolakelasnya agar bisa lebihprofesionaldalamkinerjanya. Pendekatan yang digunakandalampenelitianiniadalahpenelitiankuantitatif, yang bertujuanuntukmengadakangeneralisasiempiris, menetapkankonsep-konsep, membuktikanteori dan pengembangannya, sertapengumpulan data dan analisisdatanyaberjalandenganbersamaan.

Perbaikanataupeningkatanpembelajaranadalahtentangkemampuanmenyim

akceritaanakdi kelasV SD.

Dikarenakanbersifatperbaikanpenelitiantidakhanyadilakukansatu kali, tetapidilakukanberulang-ulang (siklus) sehinggamendapatkanhasil yang


(16)

PTK dilakukandengankolaboratif dan partisipatif, artinyadalammelakukanpenelitianini, penelitibekerjasamadengan guru yang mengajar di kelasV SDN EretanWetan. Secarapartisipatifbersama-samadengan mitra penelitian akan melaksanakanpenelitianinilangkah demi langkah.

B. Desain Penelitian.

Penelitian tindakan kelas dalam kajian ini menggunakan model alur spiral menurut Kemmis & Mc Tagart yang dikutip Kasbolah, ( 1998:11). “ Model spiral merupakan model siklus penelitian yang dilakukan secara berulang dan berkelanjutan (siklus spiral)”. Artinya semakin lama diharapkan, namun semakin meningkat pencapaiannya. Penelitian tindakan kelas model Kemmis & Mc Tagart ini merupakan pengembangan konsep dasar dari berbagai model penelitian tindakan, terutama penelitian tindakan kelas (PTK) yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin. Adapun gambaran alur pelaksanaan tindakan yang akan dilakukan dapat dilihat pada bagan 3.1 dibawah ini.

A Perencanaan

Pelaksanaan Refleksi

Observasi SIKLUS I

Perencanaan

Pelaksanaan Refleksi

Observasi SIKLUS II

Perencanaan

Pelaksanaan Refleksi

Observasi SIKLUS III


(17)

lur pelaksanaan tindakan dalam penelitian tindakan kelas (Kasbolah, 1999:70)

C.Definisi oprasional

Untuk menghindari kesalahan persepsi mengenai penelitian ini, maka perlu penjelasan mengenai istilah-istilah yang digunakan.

1. PembelajaranKooperatif

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah model pembelajaran dimana siswa dalam pembelajaran dikelompokan dalam kelompok kecil, masing-masing anggota kelompok berbeda-beda kemampuan, jenis kelamin dan lainnya dalam satu kelas agar saling bekerjasama dalam belajar dan mengerjakan tugas agar terjalin hubungan yang lebih harmonis dan pembelajaran lebih efektif.

2. Pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan (Paired Storytelling) Pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan (Paired Storytelling)merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan siswa untuk bekerjasama secara kolaboratif dalam mencapai tujuan dan dikembangkan sebagai pendekatan interaktif antara siswa, pengajar, dan bahan pelajaran. (Lie, 2007: 71).

3. Menyimak

menyimak merupakan suatu proses kegiatan mendengarkan lambing-lambang lisan dengan penuh perhtian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan dan Dalam kegiatan menyimak, seorang penyimak harus mampu menangkap dan memahami maksud pembicara. (Tarigan: 2008 : 31).

D.Prosedur Penelitian.

Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini adalah model siklus. Siklus tidak hanya berlangsung satu kali, melainkan beberapa kali sampai tercapainya tujuan yang diinginkan atau mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM). Di


(18)

KKM 68,0. Sehingga penelitian ini dihentikan ketika lebih dari 80% siswa mendapatkan nilai lebih dari sama dengan 68,0. Model siklus yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk spiral yang dikembangkan oleh Kemmis dan Tagart meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan pada kelas V Sekolah Dasar Negeri Eretan Wetan II Kecamatan kandanghaur Kabupaten Indramayu.

Adapun tahap penelitian tindakan kelas tersebut adalah sebagai berikut : 1. Tahap Perencanaan Penelitian

Rencana tindakan dalam penelitian tindakan kelas disusun berdasarkan masalah yang hendak dipecahkan. Dalam tahap pertama ini suatu tindakan harus direncanakan secara matang agar terjadi perubahan ke arah yang diharapkan. Sebelum masuk ke dalam tahap pelaksanaan tindakan tentu saja peneliti harus merencanakan ide penelitian yang akan digunakan kemudian ditindak lanjuti dengan pelaksanaan tindakan di kelas.

Peneliti merencanakan langkah-langkah yang akan dilaksanakan di kelas dalam proses pembelajaran dalam tahap ini, tentu saja dalam penelitian kali ini ide yang akan diterapkan adalah penerapan pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan. Adapun tahap perencanaan dalam penelitian tindakan ini adalah meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

a. Permohonan izin untuk melaksanakan penelitian kepada kepala sekolah SDN Eretan Wetan II

b. Observasi yang dilakukan di kelas V SDN Eretan Wetan II. Dalam langkah observasi ini peneliti mencari gambaran awal tentang pembelajaran di kelas V, kemudian memberikan tes berupa soal-soal yang diberikan kepada siswa sebagai pre test atau diagnosa awal.

c. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

d. Menyusun instrumen penelitian yang berupa lembar observasi serta menyiapkan alat evaluasi untuk postest.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Tahap selanjutnya adalah tahap pelaksanaan tindakan, dalam tahap ini peneliti melaksanakan tindakan dengan perencanaan yang telah dirumuskan


(19)

sebelumnya dalam tahap perencanaan. peneliti yang merangkap sebagai guru sudah mengetahui gambaran dan kondisi awal dari objek yang dijadikan penelitian. Gambaran dan kondisi awal tersebut diperoleh dari kegiatan pengamatan selama pembelajaran. Dari hasil pengamatan dan tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa rata-rata siswa kurang tertarik pada pelajaran Bahasa Indonesia dan kegiatan pembelajarannya.

3. Tahap Pengamatan

Untuk mengenali, merekam dan mendokumentasikan setiap indikator dari proses penelitian hasil yang dicapai (perubahan yang terjadi) baik yang ditimbulkan tindakan rencana maupun akibat sampingannya.

Menurut Kasbolah (1999: 91) observasi mempunyai dua fungsi, yaitu : “….1)Untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan rencana tindakan yang telah disusun. 2) Untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan tindakan yang berlangsung dapat diharapkan untuk mengahsilkan perubahan yang diinginkan”.

4. Refleksi

Setelah tahap perencanaan penelitian, dan pelaksanaan penelitian dilaksanakan, tahap yang paling akhir ini peneliti harus melakukan refleksi untuk melihat apakah kegiatan yang dilakukan sudah dapat meningkatkan kemampuan menyimak cerita anak, tentunya setelah menerapkan Model pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan (paired storytelling).

Pada tahap ini peneliti mendiskusikan dengan guru mengenai hasil pengamatan yang dilakukan, kekurangan maupun ketrecapaian pembelajaran untuk menyimpulkan data atau informasi yang berhasil dikumpulkan sebagai pertimbangan perencanaan pembelajaran siklus selanjutnya.

Untuk mengatasi hal tersebut, peneliti akan melaksanakan tindakan pada tanggal 11 April 2013 dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Pra Siklus

Dalam kegiatan ini peneliti melaksanakan dua langkah kegiatan, yaitu: 1) Observasi


(20)

yaitu menggunakan metode ceramah dan fasilitas pembelajaran masih didominasi oleh guru, sedangkan siswa hanya duduk, mendengarkan diselingi dengan mencatat.

Dalam kegiatan pembelajaran di atas semua diamati dengan cermat oleh peneliti dari awal sampai akhir kegiatan pembelajaran, terutama aktifitas belajar dan hasil belajar siswa. Dari hasil pengamatan tersebut peneliti menemukan permasalahan sebagai berikut:

a) Hampir semua siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran (pasif) b) Hampir semua siswa kurang tertarik pada pelajaran bahasa indonesia c) Dari hasil tes evaluasi rata-rata hasilnya dibawah KKM.

2) Refleksi

Dari hasil temuan di atas, dimana siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran, siswa kurang memahami Cerita dan hasil tes evaluasi rata-rata kurang memenuhi KKM. Maka peneliti langsung melakukan intervensi untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Hal-hal yang dilakukan oleh peneliti diantaranya menganalisa kurikulum, program pembelajaran, jadwal pelajaran, buku sumber, sarana pembelajaran, dan model pembelajaran.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam upaya perbaikan kegiatan pembelajaran berupa rencana tindakan akan dilaksanakan pada tahap siklus I, II, II dan seterusnya.

b. Siklus I 1) Perencanaan

Dalam kegiatan ini peneliti akan melakukan kegiatan perbaikan diantaranya:

a) Mengkaji kurikulum

b) Menyiapkan sarana dan prasarana pembelajaran c) Menyiapkan buku sumber

d) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan menggunakan metode Kooperatif.


(21)

2) Pelaksanaan

Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan yang telah direncanakan yaitu dengan menggunakan metode penemuan. Kegiatan pembelajaran tersebut diantaranya:

a) Siswa dikondisikan untuk siap belajar b) Mempersiapkan ruang diskusi

c) Siswa dibagi menjadi 11 kelompok untuk berpasangan

d) Selanjutnya memberikan penjelasan singkat tentang materi menyimak cerita e) Dengan penjelasan guru, kelompok mulai bercerita dan menyimak

ceritakepada masing-masing pasangan kelompoknya.

f) Setelah semua tiap pasangan bercerita, setiap kelompok menyampaikan kembali isi cerita tersebut.

g) Peneliti mengamati kegiatan kelompok dengan pedoman pengamatan. h) Membahas cerita, dan memberikanevaluasi (Post tes).

3) Observasi

Sebenarnya kegiatan ini bersamaan dengan pelaksanaan tindakan, yaitu pada saat kegiatan pembelajaran terutama pada saat siswa bercerita dengan pasanngannya. Maksud kegiatan ini adalah merekam dan mengidentifikasi permasalahan dan kendala yang masih ada yang menyebabkan kegiatan pembelajaran kurang maksimal.

4) Refleksi

Dalam tahap ini peneliti mengkaji, mengevaluasi hasil dari tindakan yang sudah dilaksanakan. Jika masih ada kelemahan, kendala, dan kekurangan yang menyebabkan pembelajaran kurang berhasil, maka akan diperbaiki pada siklus II. c. Siklus II

1) Perencanaan

Peneliti membuat rencana persiapan pembelajaran yang merupakan hasil revisi dari kegiatansiklus I. Peneliti melihat kembali apakah segala pendukung kegiatan pembelajaran sudah cocok atau belum. Jika belum, akan di perbaiki pada


(22)

2) Pelaksanaan

Pada tahap ini peneliti melaksanakan tindakan sesuai yang telah direncanakan di atas. Langkah kegiatannya adalah:

a) Mempersiapkan semua pendukung kegiatan pembelajaran b) Membagi 21 siswa menjadi 11 kelompok

c) Guru menjelaskan secara singkat dengan cara berekspresi dan cara bercerita dengan baik.

d) Dengan penjelasan guru, secara berkelompok mulai bekerja untuk menceritakan cerita dan menyimak cerita kepada pasangan kelompoknya. e) Peneliti melakukan pengamatan kegiatan kelompok.

f) Membahas cerita

g) Memberikan soal evaluasi (post tes) 3) Observasi

Penelitimengamatidengancermatsambilmelaksanakanpembelajaran.

Maksud dari kegiataniniadalahuntukmendapatkan data

atauinformasitentangkekurangan dan kendala-kendala yang

dapatmenghambatkegiatanpembelajaran, sehinggahasilnya kurang memenuhi KKM.

4) Refleksi

Penelitimengkaji dan mengevaluasihasiltindakan yang sudahdilaksanakan.

Apakahkegiatanpembelajaranlebihbaik dari

siklussebelumnyaataumalahsebaliknya. Hasilevaluasisudahsesuaiharapanataubelum.

Jikahasilkegiatanpembelajaranmasihbelumsesuaiharapan, maka akan dilanjutkandenganrencanatindakan yang akan dilaksanakanpadasiklus III.

d. Siklus III 1) Perencanaan

Penelitianmembuatrencanapersiapanpembelajarankembali,

dimanapersiapaninimerupakantindaklanjutuntukmemperbaikisegalakekurangan, kelemahan, dan kendala yang ada padakegiatansiklus II.


(23)

2) Tindakan

Melaksanakan tindakan sesuai dengan perencanaan yang telah dipersiapkan. Pelaksanaan tindakan ini sama dengan siklus-siklus sebelumnya, bedanya hanya melengkapi dan memperbaiki kelemahan dan kendala-kendala yang ditemukan, agar hasil yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan.

3) Observasi

Bersamaan dengan kegiatan tindakan, peneliti melakukan pengamatan untuk merekam dan mengidentifikasi kelemahan dan kendala yang mungkin muncul yang dapat menghambat kegiatan pembelajaran, sehingga pembelajaran kurang berhasil.

4) Refleksi

Peneliti mengkaji dan mengevaluasi hasil dari pelaksanaan tindakan. Jika masih ditemui kendala dan hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan mungkin saja masih ada siklus selanjutnya.

E.Lokasi dan Subyek 1. Tempat Penelitian

Dalam penilitian ini dientukan lokasi di SDN Eretan Wetan II Kecamatan Kandanghaur Kabupaten Indramayu.

2. Subjek Penelitian

Subyek dalam peniltian ini adalah siswa kelas V SDN Eretan Wetan II Kecamatan Kandanghaur Kabupaten Indramayu yang berjumlah 21orang.

F.Instrumen Penelitian

Instrumen dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) juga dilengkapi dengan Lembar Kerja Siswa (LKS), selain itu juga digunakan instrumen lain yang dapat menunjang untuk pengumpulan data, yaitu lembar observasi, tes hasil belajar dan catatan lapangan. 1. Lembar Observasi


(24)

berlangsung. Observasi ini dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah disusun. Pada penelitian ini observasi dilakukan pada dua objek, yaitu :

a. Observasi Siswa

Observasi dilakukan untuk mengetahui aktivitas yang muncul selama proses pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan. Lembar observasi berupa bagan dengan chek list dalam kolom ya atau tidak

b. Observasi Guru

Observasi dilakukan untuk mengetahui keterlaksanaan dan ketercapaian indikator dalam penerapan pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan. Lembar observasi berupa bagan dengan chek list dalam kolom sangat baik, baik cukup dan kurang.

2. Tes

Hasil tes digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan menyimak siswa. Tes yang diberikan kepada siswa, yaitu Tes yang diberikan pada akhir siklus yang digunakan untuk menunjukan prestasi belajar yang dicapai pada setiap siklus. Tes ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan menyimak siswa melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan.

G. Teknik Pengumpulan Data 1. Pengumpulan Data

Sumber data penelitian adalah siswa kelas V SDN Eretan Wetan II Tahun Pelajaran 2012/2013 dan guru serta lingkungan yang mendukung pelaksanaan kegiatan pembelajaran.

2. Jenis Data

a. Data tentang kondisi awal, tes untuk metode pengajaran guru berdasarkan hasil observasi dengan guru kelas, nilai laporan ulangan harian siswa.

b. Data tentang peningkatan aktivitas siswa diperoleh dari hasil pengamatan langsung melalui lembar observasi siswa.


(25)

c. Peningkatan kemampuan menyimak berdasarkan tes hasil prasiklus dan tes hasil siklus satu, dua dan tiga.

d. Data tentang keterkaitan antara perencanaan dan pelaksanaan dalam penelitian diperoleh dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

H.Teknik Pengolahan Data 1. Pengolahan Tes

Dalam penelitian ini data diperoleh dengan menggunakan berbagai instrument penelitian diantaranya adalah tes hasil belajar siswa. Adapun data yang diperoleh dari hasil tes diolah melalui penskoran, menilai tes hasil belajar siswa, menghitung nilai rata-rata kemampuan siswa untuk mengetahui gambaran jelas mengenai kemampuan menyimak siswa pada pembelajaran Bahasa Indonesia. Berikut adalah tabel format lembar pengamatan aktivitas belajar siswadan table penskoran yang digunakan untuk menilai hasil belajar siswa.

Tabel 3.2

Format Lembar Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Pada Pembelajaran Kooperatif Tipe Bercerita Berpasangan

No Proses Pembelajaran Pelaksanaan

Jumlah %

1. Siswa memberikan komentar dan mengajukan pertanyaan tentang pelajaran.

2. Siswa dapat memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan guru.

No Proses Pembelajaran Pelaksanaan

Jumlah %

3. Siswa mengerjakan tugas dengan baik

(individu/kelompok) sesuai waktu yang disediakan. 4. Siswa menyajikan jawaban di depan kelas.

5. Siswa membandingkan jawaban mereka.

6. Siswa bereaksi (mendebat setuju atau tidak setuju) terhadap jawaban temannya.

7. Siswa berpendapat terhadap jawaban siswa lain. 8. Siswa terlibat langsung dalam beragam kegiatan kelas

selama pembelajaran.

9. Siswa tampak antusias selama mengikuti pembelajaran. 10. Siswa dapat menarik kesimpulan dari pelajaran saat itu.


(26)

Aktivitas Siswa = Jumlah siswa yang melaksanakan x 100% Jumlah Siswa

Kriteria Penilaian:

Baik, jika indikator yang dilaksanakan tercapai 76% - 100% Cukup, jika indikator yang dilaksanakan tercapai 26% - 75% Kurang, jika indikator yang dilaksanakan tercapai 1% - 25%

Tes pada keterampilan menyimak dimaksudkan untuk mengukur kemampuan siswa dalam menangkap dan memahami informasi yang terkandung dalam wacana yang diterima melalui saluran pendengaran. (Nurgiyantoro 2001: 233).Lembar tes ini digunakan untuk melaksanakan pre tes dan post tes guna memperoleh gambaran tentang konsepsi awal dan akhir siswa.

Bentuk tes yang digunakan adalah tes tertulis terhadap kemapuan menyimak cerita Menurut Nurgiyantoro, (2001: 235) : (1) kesesuaian isi cerita, (2) tokoh dan perwatakan, (3) latar, (4) Amanat cerita , (5) pilihan kata (diksi), (6) penyusunan kalimat.

Tabel 3. 3

Daftar Penilaian Menyimak Cerita

No Unsur Penilaian Bobot Jumlah Skor

1 Kesesuaian isi cerita 20

2 Tokoh cerita 20

3 Latar 10

No Unsur Penilaian Bobot Jumlah Skor

4 Amanat cerita 20

5 Pilihan kata 10

6 Penyusunan kalimat 20


(27)

Tabel 3.4

Kriteria Penilaian Menyimak Cerita

No Unsur Penilaian Bobot Kriteria Kategori

1 Kesesuaian isi cerita 20-16 15-11 10-6

5-0

Isi cerita yang dijelaskan tepat Isi cerita yang dijelaskan cukup tepat Isi cerita yang dijelaskan kurang tepat Tidak ada isi cerita yang di jelaskan

Sangat baik Baik Cukup Kurang

2 Tokoh cerita 20-16

15-11

10-6

5-0

Tokoh yang ada dalam cerita dijelaskan secara tepat

Tokoh yang ada dalam cerita dijelaskan cukup tepat

Tokoh yang ada dalam cerita dijelaskan kurang tepat

Tidak ada tokoh cerita yang di jelaskan

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

3 Latar 10-9

8-7 6-4 3-0

Latar yang dijelaskan tepat Latar yang dijelaskan cukup tepat Latar yang dijelaskan kurang tepat Latar tidak dijelaskan

Sangat baik Baik Cukup Kurang

4 Amanat cerita 20-16

15-11 10-6

5-0

Amanat cerita dijelaskan secara tepat Amanat cerita dijelaskan cukup tepat Amanat cerita dijelaskan kurang tepat Amanat cerita tidak dijelaskan

Sangat baik Baik Cukup Kurang

5 Pilihan kata 10-9

8-7 6-4 3-0

Menggunakan kata yang sesuai Menggunakan kata yang cukup sesuai Menggunakan kata yang kurang sesuai Menggunakan kata yang tidak sesuai

Sangat baik Baik Cukup Kurang 6 Penyusunan kalimat 20-16

15-11 10-6

5-0

Perpaduan isi antar kalimat jelas Perpaduan isi antar kalimat cukup jelas Perpaduan isi antar kalimat kurang jelas Perpaduan isi antar kalimat tidak jelas

Sangat baik Baik Cukup Kurang


(28)

Tabel 3.5

Format Penilaian Tes Menyimak

No Nama

Siswa

Kriteria Penilaian

Skor Kesesuian

isi cerita cerita

Tokoh cerita

Amanat

cerita Latar

Pilihan kata

Penyusunan kelimat

20 20 20 10 10 20

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

Keterangan :

Nilai Akhir : jumlah total nilai setiap indikator Sangat baik jika mencapai 90-100

Baik, jikamencapainilaiakhir80–91 Cukup, jikamencapainilaiakhir79-68 Kurang, jikamencapainilaiakhir1– 67


(29)

Peningkatankemampuanmenyimakdengan modelpembelajarankooperatif tipe berceritaberpasangandikatakanberhasilapabilamencapainilai68ataulebih dan 85% anak-anakmencapainilaitersebut dengan rumus persentase.

P

=

x 100

%

P = Persentase

f = Jumlah frekuensi yang dijadikan sampel n = Jumlah responden yang dijadikan sampel 100 = Bilangan konstan

Aqib, Z (2010)

Tabel 3.6

Presentase Perolehan Nilai Tiap Skor

Jika dari pemerolehan persentase data di atas siswa masih banyak yang kurang dari nilai KKM yang telah ditentukan dan pemerolehan persentase 60% siswa kurang, maka akan diadakan perbaikan pembelajaran dan ketika 85% siswa mencapai KKM maka penelitian dihentikan karena sudah tercapai KKM yang di inginkan.

Skor Nilai Jumlah % Ket

1-67 Kurang

68-79 Cukup

80-91 Baik


(30)

JADWAL PENELITIAN

penelitian ini direncanakan selama 6 bulan, dengan agenda kegiatan

No. Kegiatan Januari Februari Maret April Mei Juni

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Pengajuan Proposal √

2. Bimbingan √

3. Penulisan Naskah Bab 1 √

4. Penulisan Naskah Bab II √

5 Penulisan Naskah Bab III √

6 Pengumpulan Data √

7 Pengelolaan Data √

8 Penulisan Naskah Bab IV √

9 Penulisan Naskah Bab V √


(31)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Kesimpulan

Berdasarkanpelaksanaanhasilpenelitian, pengolahan data danpembahasanhasilpenelitianpadaBab

IVdalampenelitiantindakankelasinidapatdisimpulkanbahwa :

1. Proses pembelajaranketikasebelummenggunakanpembelajarankooperatif, aktifitas siswa hanya 10%, nilai rata-rata hasil tes keterampilan menyimak anak46,5danhanya 23,8% siswa yang memiliki nilai di atas KKM.

2. Aktivitas siswa selama menggunakan pembelajaran kooperetif siklus I sebesar 47,69% termasuk dalam kriteria cukup dan pada aktivitas siswa siklus II sebesar 61,4,%, pada siklus III terjadi peningkatan yang cukup signifikanyaitusebesar 84,14% termasuk dalam penilaian baik.Menunjukkan adanya peningkatan pada aktivitas siswa sebesar selama proses pembelajaran berlangsung.

3. Hasil tes keterampilan menyimak anak ketika sesudah menggunakan pembelajaran kooperatif pada Siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 56,5danpersentasesiswa 38,1 % memiliki nilai di atas KKM, pada siklus II terjadi peningkatannilai rata-rata sebesar 66,1danpersentasesiswa57% memiliki nilai di atas KKM danpadasiklus IIImeningkatkembalimenjadi 73,3danpersentasesiswa memiliki 85,7% nilai di atas KKM. Menunjukkan peningkatan hasilpersentasedannilai rata-rata dari siklus I ke siklus II sebesar 18,9 % danpeningkatannilai rata-rata sebesar9,6. Dari siklus II ke siklus III terjadipeningkatan hasilpersentasedannilai rata-rata 28,7 % danpeningkatannilai rata-rata sebesar7,2.Bahkan pada siklus III nilai anak secara keseluruhan sudah mencapai nilai KKM yang telah ditentukan sebesar 68.


(32)

B.Rekomendasi

Berdasarkankesimpulan yang telahdiungkapkan di atas,

makadapatdirekomendasikanhal-halsebagaiberikut:

1. Kualitaspembelajaranbahasa Indonesia

harusterusditingkatkanuntukdapatmencapaihasilbelajarsiswa yang maksimal. Model

pembelajarankooperatiftipeberceritaberpasangandapatdijadikansalahsatualterna tifuntukmeningkatkanhasilbelajardanaktivitassiswadalam proses pembelajaran.

2. Dalammelaksanakanpembelajaranbahasa Indonesia

perlumenggalipengetahuanawalsiswa. Selainitu

siswaperlujugadiperhatikanbahwasiswajugaadalahmakhluksosial yang perlubersososialisasi. Berikankesempatankepadasiswa untuk mengungkapkan isi cerita agardapatmeningkatkanketerampilan.


(33)

DAFTAR RUJUKAN

Akhadiah, S. (1993). Bahasaindonesia I. Jakarta: DirektoratJenderalPendidikanTinggi.

Arikunto, S. (2002). ProsedurPenelitian. Jakarta. Edisi Revisi: PT. Rineka Cipta

Aqib Z, dkk (2010). PenelitianTindakanKelas ; Untuk Guru SD, SLB dan TK. Bandung: YaramaWidya

Azwar, S. (2005). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Cahyani, I. (2008). Kemampuan Berbahasa Indonesia Di Sekolah Dasar. Bandung: UPI PRESS

Depdiknas. (2006). Kurikulum SD/MI Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdiknas

Hairuddin,dkk. (2008). Pembelajaran bahasa indonesia. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional

Jofipasi. (2010). BelajardanPembelajaran. [Online]. Tersedia :

http://jofipasi.wordpress.com/2010/02/12/belajar-dan-pembelajaran/. diakses pada 23 Maret 2013 : jam 11.00 WIB.

Al-Ghazali, T. (2011). PengertianBahasa,

KarakteristikBahasadanFungsiBahasaKajian Sosiolinguistik. [Online]. Tersedia: http://dibustom.wordpress.com/2011/05/07/pengertian-bahasa-karakteristik-bahasa-dan-fungsi-bahasa-kajian-sosiolinguistik/.diaksespada 23 Maret 2013 : jam 13.00 WIB.

Haryadi. (1996) . Keterampilanberbahasaindonesia. DepartemenPendidikandanKebudayaanDIKTI.

BagianProyekPengembanganPendidikan Guru SekolahDasar.

Ice Sutari, dkk. (1998).Menyimak. Jakarta:

DepartemenPendidikandanKebudayaan, BagianProyekPenataran Guru SLTP setara DIII.

Lie, A. (2010). Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo

Mulyasa, E. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya


(34)

Mustakhim, M. (2005).Perananceritadalampembentukanperkembangananak tk. DepartemenPendidikanNasionalDirjenDikti.

Musfiroh, T. (2003). Berceritauntukanakusiadini. Jakarta: DepartemenPendidikan

Nurgiyantoro, Burhan. (2001). PenilaianDalamPengajaranBahasa Dan Sastra. Yogyakarta: PT BPFE.

Rofi’uddin, A, dkk. (1999). Pendidikan Bahasa Indonesia di Kelas Tinggi. Jakarta: Depdikbud.

Rofi’uddin , AdanDarmiyati, Z. (2001). Pendidikanbahasadansastraindonesia di kelastinggi.Malang: UniversitasNegeri Malang.

Rostiyah, N.K. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Suprijono, A. (2010). Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Tarigan, D. (1990). Materipokokpendidikanbahasaindonesia I. Jakarta: Depdikbud.

Tarigan, H.G. (2008). Menyimaksebagaisuatuketerampilanberbahasa. Bandung: Angkasa

Underwood, Mary. (1989). Teaching listening. London: Longman Group (FE). 71


(1)

Peningkatankemampuanmenyimakdengan modelpembelajarankooperatif tipe berceritaberpasangandikatakanberhasilapabilamencapainilai68ataulebih dan 85% anak-anakmencapainilaitersebut dengan rumus persentase.

P =

x 100

%

P = Persentase

f = Jumlah frekuensi yang dijadikan sampel n = Jumlah responden yang dijadikan sampel 100 = Bilangan konstan

Aqib, Z (2010)

Tabel 3.6

Presentase Perolehan Nilai Tiap Skor

Jika dari pemerolehan persentase data di atas siswa masih banyak yang kurang dari nilai KKM yang telah ditentukan dan pemerolehan persentase 60% siswa kurang, maka akan diadakan perbaikan pembelajaran dan ketika 85% siswa mencapai KKM maka penelitian dihentikan karena sudah tercapai KKM yang di inginkan.

Skor Nilai Jumlah % Ket

1-67 Kurang

68-79 Cukup

80-91 Baik


(2)

JADWAL PENELITIAN

penelitian ini direncanakan selama 6 bulan, dengan agenda kegiatan

No. Kegiatan Januari Februari Maret April Mei Juni

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Pengajuan Proposal √

2. Bimbingan √

3. Penulisan Naskah Bab 1 √

4. Penulisan Naskah Bab II √

5 Penulisan Naskah Bab III √

6 Pengumpulan Data √

7 Pengelolaan Data √

8 Penulisan Naskah Bab IV √

9 Penulisan Naskah Bab V √


(3)

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Kesimpulan

Berdasarkanpelaksanaanhasilpenelitian, pengolahan data danpembahasanhasilpenelitianpadaBab

IVdalampenelitiantindakankelasinidapatdisimpulkanbahwa :

1. Proses pembelajaranketikasebelummenggunakanpembelajarankooperatif, aktifitas siswa hanya 10%, nilai rata-rata hasil tes keterampilan menyimak anak46,5danhanya 23,8% siswa yang memiliki nilai di atas KKM.

2. Aktivitas siswa selama menggunakan pembelajaran kooperetif siklus I sebesar 47,69% termasuk dalam kriteria cukup dan pada aktivitas siswa siklus II sebesar 61,4,%, pada siklus III terjadi peningkatan yang cukup signifikanyaitusebesar 84,14% termasuk dalam penilaian baik.Menunjukkan adanya peningkatan pada aktivitas siswa sebesar selama proses pembelajaran berlangsung.

3. Hasil tes keterampilan menyimak anak ketika sesudah menggunakan pembelajaran kooperatif pada Siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 56,5danpersentasesiswa 38,1 % memiliki nilai di atas KKM, pada siklus II terjadi peningkatannilai rata-rata sebesar 66,1danpersentasesiswa57% memiliki nilai di atas KKM danpadasiklus IIImeningkatkembalimenjadi 73,3danpersentasesiswa memiliki 85,7% nilai di atas KKM. Menunjukkan peningkatan hasilpersentasedannilai rata-rata dari siklus I ke siklus II sebesar 18,9 % danpeningkatannilai rata-rata sebesar9,6. Dari siklus II ke siklus III terjadipeningkatan hasilpersentasedannilai rata-rata 28,7 % danpeningkatannilai rata-rata sebesar7,2.Bahkan pada siklus III nilai anak secara keseluruhan sudah mencapai nilai KKM yang telah ditentukan sebesar 68.


(4)

B.Rekomendasi

Berdasarkankesimpulan yang telahdiungkapkan di atas,

makadapatdirekomendasikanhal-halsebagaiberikut:

1. Kualitaspembelajaranbahasa Indonesia

harusterusditingkatkanuntukdapatmencapaihasilbelajarsiswa yang maksimal. Model

pembelajarankooperatiftipeberceritaberpasangandapatdijadikansalahsatualterna tifuntukmeningkatkanhasilbelajardanaktivitassiswadalam proses pembelajaran.

2. Dalammelaksanakanpembelajaranbahasa Indonesia

perlumenggalipengetahuanawalsiswa. Selainitu

siswaperlujugadiperhatikanbahwasiswajugaadalahmakhluksosial yang perlubersososialisasi. Berikankesempatankepadasiswa untuk mengungkapkan isi cerita agardapatmeningkatkanketerampilan.


(5)

Akhadiah, S. (1993). Bahasaindonesia I. Jakarta: DirektoratJenderalPendidikanTinggi.

Arikunto, S. (2002). ProsedurPenelitian. Jakarta. Edisi Revisi: PT. Rineka Cipta Aqib Z, dkk (2010). PenelitianTindakanKelas ; Untuk Guru SD, SLB dan TK.

Bandung: YaramaWidya

Azwar, S. (2005). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Cahyani, I. (2008). Kemampuan Berbahasa Indonesia Di Sekolah Dasar. Bandung: UPI PRESS

Depdiknas. (2006). Kurikulum SD/MI Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdiknas

Hairuddin,dkk. (2008). Pembelajaran bahasa indonesia. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional

Jofipasi. (2010). BelajardanPembelajaran. [Online]. Tersedia :

http://jofipasi.wordpress.com/2010/02/12/belajar-dan-pembelajaran/. diakses pada 23 Maret 2013 : jam 11.00 WIB.

Al-Ghazali, T. (2011). PengertianBahasa,

KarakteristikBahasadanFungsiBahasaKajian Sosiolinguistik. [Online]. Tersedia: http://dibustom.wordpress.com/2011/05/07/pengertian-bahasa-karakteristik-bahasa-dan-fungsi-bahasa-kajian-sosiolinguistik/.diaksespada 23 Maret 2013 : jam 13.00 WIB.

Haryadi. (1996) . Keterampilanberbahasaindonesia. DepartemenPendidikandanKebudayaanDIKTI.

BagianProyekPengembanganPendidikan Guru SekolahDasar. Ice Sutari, dkk. (1998).Menyimak. Jakarta:

DepartemenPendidikandanKebudayaan, BagianProyekPenataran Guru SLTP setara DIII.

Lie, A. (2010). Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo

Mulyasa, E. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya


(6)

Mustakhim, M. (2005).Perananceritadalampembentukanperkembangananak tk. DepartemenPendidikanNasionalDirjenDikti.

Musfiroh, T. (2003). Berceritauntukanakusiadini. Jakarta: DepartemenPendidikan Nurgiyantoro, Burhan. (2001). PenilaianDalamPengajaranBahasa Dan Sastra.

Yogyakarta: PT BPFE.

Rofi’uddin, A, dkk. (1999). Pendidikan Bahasa Indonesia di Kelas Tinggi. Jakarta: Depdikbud.

Rofi’uddin , AdanDarmiyati, Z. (2001). Pendidikanbahasadansastraindonesia di kelastinggi.Malang: UniversitasNegeri Malang.

Rostiyah, N.K. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta Suprijono, A. (2010). Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM.

Yogyakarta: Pustaka Belajar

Tarigan, D. (1990). Materipokokpendidikanbahasaindonesia I. Jakarta: Depdikbud.

Tarigan, H.G. (2008). Menyimaksebagaisuatuketerampilanberbahasa. Bandung: Angkasa

Underwood, Mary. (1989). Teaching listening. London: Longman Group (FE). 71


Dokumen yang terkait

MENINGKATKAN KREATIVITAS BERCERITA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PAIRED STORY TELLING PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS VI SDN SEI RENGGAS.

10 31 29

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA MELALUI TEKNIK PAIRED STORYTELLING DENGAN MEDIA AUDIOVISUAL Peningkatan Keterampilan Menyimak Cerita Melalui Teknik Paired Storytelling Dengan Media Audiovisual Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V S

0 2 15

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA MELALUI TEKNIK PAIRED STORYTELLING DENGAN MEDIA AUDIOVISUAL Peningkatan Keterampilan Menyimak Cerita Melalui Teknik Paired Storytelling Dengan Media Audiovisual Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V S

0 0 16

PENERAPAN METODE SQ3R (SURVEY, QUESTION, READ, RECITE, REVIEW) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA CEPAT CERITA ANAK BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 CIBODAS : Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas V Semester II Di SD Negeri 2 Cibodas Keca

0 1 38

PENERAPAN METODE SQ3R (SURVEY, QUESTION, READ, RECITE, REVIEW) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA CEPAT CERITA ANAK BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 CIBODAS: Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas V Semester II Di SD Negeri 2 Cibodas Kecam

2 9 21

PENERAPAN METODE STORYTELLING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK DAN BERBICARA PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR :Penelitian Tindakan Kelas akan Dilaksanakan Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas V SDN Bukanagara.

1 1 37

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE CONCEPT SENTENCE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI DI SEKOLAH DASAR: Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Suka Mekar 01Tahun Ajara

0 0 36

PENERAPAN METODE HYPNOTEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMBACA PERMULAAN PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR : Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas 2 SD Negeri 1 Sinargalih, Kecamatan Maniis, Kabupaten Purwakarta,

0 4 41

Pembelajaran Menyimak Cerita Anak

0 0 15

EFEKTIVITAS METODE CERITA BERPASANGAN (PAIRED STORYTELLING) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA (Studi Eksperimental pada Siswa Kelas V SD di Kecamatan Cilacap Utara Tahun Ajaran 20112012) TESIS

0 0 13