MEMBINA NILAI BUDI PEKERTI DAN MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MELALUI PENDEKATAN KLARIFIKASI NILAI (VALUE CLARIFICATION APRROACH) PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN :Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SDN Selajambe III Kec. Sukalyu Ka

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK………... KATA PENGANTAR ……….... UCAPAN TERIMA KASIH ……….. DAFTAR ISI ………... DAFTAR TABEL ………... DAFTAR BAGAN ……… DAFTAR LAMPIRAN……… I ii iv v vi vii ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah………. B. Perumusan Masalah dan Pembatasan Masalah………….. C. Tujaun dan Kegunaan Penelitian………... D. Definisi Operasional……….. E. Metodologi ………...

BAB II KAJIAN TEORITIS

A. Pendidikan Nilai dalam Pembelajaran PKn…………... B. Konsep Budi Pekerti dalam Pembelajaran PKn…………. C. Penerapan Pendekataan Klarifikasi Nilai dalam Pendidikan Budi Pekerti Pada Pembelajaran PKn ……… D. Implikasi Penerapan Pendekatan Klarifikasi Nilai pada

1 9 10 11 13 29 42 59


(2)

pembelajaran PKn dalam Pendidikan Budi Pekerti siswa... E. Beberapa Penelitian Terdahulu yang Terkait dengan Pembinaan Budi Pekerti dalam Pembelajaran PKn……...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian……….. B. Latar Situasi Sosial Penelitian, Subyek dan Data

penelitian……… C. Instrument Penelitian………. D. Prosedur Penelitian Tindakan………

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Latar Lokasi Penelitian……….. B. Deskripsi Hasil Penelitian ………... C. Pembahasan Hasil Penelitian.………

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan ………....

B. Rekomendasi………..

DAFTAR PUSTAKA………..

79

82

88

90 92 94

107 109 136

159 161 X


(3)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Contoh kegiatan yang di programkan dalam pengintegrasian budi pekerti ……… 4.1. Daftar Pengamatan Proses Pembelajaran tindakan ke-1 siklus I……… 4.2. Rentang Skor dan Kriteria……….. 4.3. Aspek-aspek keterlibatan (afektif) siswa yang diamati dalam kegiatan

bermain peran siklus II………... 4.4. Prosentase Aspek Keterlibatan Siswa dalam Kegiatan Bermain Peran siklus II……… 4.5. Aspek-aspek aktivitas (psikomotor) siswa yang diamati dalam

kegiatan bermain peran Siklus II……… 4.6. Prosentase Aspek Aktivitas Siswa dalam Kegiatan Bermain peran Siklus

II………. 4.7. Aspek-aspek keterlibatan (afektif) siswa yang diamati dalam kegiatan

bermain peran siklus III……….. 4.8. Prosentase Aspek Keterlibatan Siswa dalam Keglatan bermain peran Siklus

III………. 4.9. Aspek-aspek aktivitas (psikomotor) siswa yang diamati dalam kegiatan bermain peran siklus III………... 4.10. Prosentase Aspek Aktivitas (psikomotor)Siswa Dalam Kegiatan bermain

peran siklus III………... 4.11. Aspek-aspek keterlibatan (afektif) siswa yang diamati dalam kegaiatan

53 xiii xiv xv xvi xvii xviii xix xx xxi xxii


(4)

bermain peran siklus IV……….. 4.12. prosentase Aspek-aspek keterlibatan (afektif) siswa yang diamati dalam

kegaiatan bermain peran siklus IV………... 4.13. Aspek-aspek aktivitas (psikomotor) siswa yang diamati dalam kegaitan

bermain peran siklus IV……… 4.14. Prosentase Aspek-aspek aktivitas (psikomotor) siswa yang diamati dalam

kegiatan berrmain peran siklus IV………...

xxiii

xxiv

xxv


(5)

DAFTAR BAGAN

Bagan Halaman

3.1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas (Mengadopsi Siklus PTK menurut Kurt Lewins)………... 3.2. Siklus Prosedur Penelitian Tindakan Kelas Observational……….

84 88


(6)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Fenomena globalisasi yang terjadi kini dalam segenap aspek kehidupan memang sudah tidak dapat lagi di cegah. Pada satu sisi, globalisasi memberikan kemudahan peluang untuk mengakses dan memperoleh informasi perkembangan IPTEK bagi peningkatan kualitas kehidupan, namun di sisi lain, globalisasi juga berdampak pada berubahnya tatanan nilai social budaya masyarakat..

Hal ini sangat dirasakan oleh peneliti sebagai praktisi dalam pendidikan, dampak perubahan globalisasi tersebut berpengaruh terhadap sikap dan perilaku budi pekerti yang terjadi di sekolah, yaitu adanya gejala dekadensi moral dan sikap budi pekerti yang terjadi di kalangan siswa. Contoh : Nilai kesopanan terhadap guru yang berkurang, sifat-sifat ramah, tenggang rasa, rendah hati, suka menolong, solidaritas sosial terhadap teman dan sebagainya yang merupakan jati diri bangsa Indonesia seolah-olah kurang begitu melekat secara kuat dalam diri mereka

Upaya pencegahan gejala dekadensi moral dan sikap budi pekerti para siswa disekolah, telah banyak dilakukan oleh pihak sekolah dan seluruh aparat sekolah, diantaranya adalah dengan penanaman disiplin. karena sekolah mempunyai


(7)

peranan yang sangat penting dalam pembentukan disiplin yang baik dalam upaya menumbuhkan sikap budi pekeri yang baik. Oleh karena itu betapa pentingnya peranan sekolah dalam membentuk disiplin siswa. Disiplin yang baik bercirikan pada sekolah yang membangun disiplinnya dengan cara menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif dalam menanamkan disiplin. (Dudi Fathuljawad 2002: 1)

Selain upaya pencegahan gejala dekadensi moral dan sikap budi pekerti melalui penanaman disiplin yang kondusif di sekolah, dilakukan pula upaya pembinaan dan pengembangan pendidikan budi pekerti yang dilakukan oleh guru-guru melalui mata pelajaran di sekolah, kebutuhan akan pendidikan budi pekerti telah diakomodasikan secara terbatas dengan cara mengintegrasikan pendidikan budi pekerti ke dalam Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan. Sebagai realisasinya, materi pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan yang diajarkan di sekolah-sekolah mencantumkan subpembahasan tentang nilai-nilai budi pekerti dan berupaya menanamkan nilai-nilai-nilai-nilai pendidikan budi pekerti dengan keteladanan dan pembiasan budi pekerti.

Pada kenyataannya saat ini kualitas pendidikan budi pekerti yang dibingkai dalam Pendidikan Kewarganegaraan selama ini masih menuai banyak kritikan. Menurut Lubis (2009: xi) hal ini disebabkan : “Kandungan nilai-nilai budi pekerti belum sepenuhnya diakomodasikan oleh kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan dan belum sepenuhnya diajarkan melalui Pendidikan Kewarganegaraan, sehingga hal ini menyebabkan dekadensi moral seperti yang terjadi pada saat ini”.


(8)

Materi kurikulum pendidikan budi pekerti di sekolah-sekolah yang selama ini

diintegrasikan dalam Pendidikan Kewarganegaraan belum mampu

memperdayakan hati nurani dan belum mampu menempa batin anak didik agar mempunyai keinginan untuk melakukan sesuatu berdasarkan pengetahuan yang ia miliki dan tekad untuk benar-benar mengerjakan apa yang diinginkan. Akibatnya, pendidikan budi pekerti yang dibingkai dalam Pendidikan Kewarganegaraan masih menunjukan ketidakberhasilan jika dilihat dari dekadensi moral yang tampak meningkat dari hari ke hari

Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan yang dianggap pelajaran yang membosankan, hal ini di sebabkan “pendekatan yang dipakai dalam Pendidikan Kewarganegaraan amat verbalistik, tidak menyentuh kesadaran emosional siswa” (Lubis, 2009: xiii). Seorang guru misalnya, mengajarkan kepada siswanya tentang sopan santun terhadap orang tua, yang terjadi di dalam kelas adalah siswa diberi tulisan atau disuruh menghapal seperangkat meteri pengetahuan tentang sopan santun kepada orang tua.

Metode Pendidikan Kewarganegaraan dalam penyampaian nilai-nilai budi pekerti masih memiliki kelemahan karena dikosentrasikan pada pengembangan otak kiri/kognitif yang cirinya adalah hanya mewajibkan siswa didik untuk mengetahui dan menghapal konsep dan kebenaran tanpa menyentuh perasaan, emosi, dan nuraninya. Selain itu tidak dilakukan praktik perilaku dan penerapan nilai-nilai budi pekerti dalam kehidupan di sekolah. Hal ini merupakan kesalahan


(9)

metodologis yang mendasar dalam pengajaran budi pekerti bagi manusia dan akan memunculkan banyak sekali inkonsistensi antara apa yang diajarkan di sekolah dan apa yang diterapkan di luar sekolah.

Orientasi Pendidikan Kewarganegaraan yang masih verbalistik jelas-jelas akan merugikan peserta didik. Pasalnya, mereka akan condong mengetahui banyak hal tetapi kurang memiliki sistem nilai, sikap, minat maupun apresiasi secara positif terhadap apa yang diketahui. Akibatnya anak memilki perkembangan kepribadian yang kurang seimbang, aspek pandangan hidupnya berkembang, tapi aspek sikap hidup dan keterampilan hidup kurang berkembang. Ketidakseimbangan perkembangan intelektual dengan kematangan kepribadian yang dialami anak didik seperti pada gilirannya akan membentuk anak yang sosok special yang kurang peduli dengan lingkungan sekitar dan cukup rentan terhadap distorsi nilai.

Hal ini nampak pada subyek penelitian yang akan diteliti dimana Siswa kelas V SDN Selajambe III Kec. Sukaluyu Kab. Cianjur menurut guru kelas V tersebut memiliki keistimewaan, yaitu siswa lebih banyak melakukan kenakalan dan lebih banyak bermasalah, juga nampak siswa pada kelas ini kurang familiar. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran budi pekrti yang dibingkai dalam Pendidikan Kewarganegaraan masih belum menyentuh aspek sikap dan keterampilan siswa dalam bersosialisasi.


(10)

Metode pembelajaran tradisional dinilai tidak mampu mencapai tujuan pendidikan karena kurang mengakomodir kelangsungan pengalaman peserta didik yang diperoleh dalam kehidupan keluarganya. Padahal menurut Rachman M (2001: 4), bahwa :

Peserta didik khususnya pada usia sekolah dasar (SD) masih mendambakan berlangsungnya pengalaman di lingkungan keluarga dapat dialami pula di sekolah. Pengalaman anak yang bersifat global tentu menuntut penerapan model pembelajaran yang relevan dengan karakteristik mereka.

Dilihat dari tujuan pendidikan budi pekeri dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) Nomor 20 tahun 2003 sangat ideal sekali, dimana tujuan pendidikan budi pekerti melalui Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) bagi peserta didik pada umumnya, diarahkan pada pelaksanaan perilaku sehari-hari, sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) Nomor 20 tahun 2003, tujuan pendidikan budi pekerti adalah :

Untuk mencerdaskan manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri serta bertanggung jawab terhadap masyarakat dan bangsanya. (UUSPN: No 20 thn 2003: 5 pasal 1)

Tujuan dan fungsi PKn dalam kurikulum di tingkat pendidikan dasar, terutama ditujukan untuk “mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan siswa tentang masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia”. (Depdiknas, 2003:2).


(11)

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pendidikan nilai-nilai luhur yang berakar dari agama, adat istiadat dan budaya bangsa Indonesia dalam rangka mengembangkan kepribadian peserta didik supaya menjadi manusia yang baik. Ruang lingkup Pendidikan Kewarganegaraan adalah penanaman dan pengembangan nilai-nilai budi pekerti yang luhur. Sejumlah nilai budi pekerti yang perlu ditanamkan adalah sopan santun, berdisiplin, berhati lapang, berhati lembut, beriman dan bertaqwa, berkemauan keras, bersahaja, bertanggung jawab, bertenggang rasa, jujur, mandiri, manusiawi, mawas diri, mencintai ilmu, menghargai karya orang lain, rasa kasih sayang, rasa malu, rasa percaya diri, rela berkorban, rendah hati, sabar, semangat kebersamaan, setia, sportif, taat azas, takut bersalah, tawakal, tegas, tekun, tepat janji, terbuka dan ulet.

Bila kita cermati materi Pendidikan kewarganegaraan termasuk materi-materi budi pekerti yang disampaikan oleh guru pendidikan Kewarganegaraan pada saat ini bersifat normative. Mulai dari rumusan tujuan sampai isi bersifat “melangit”. Dengan pengertian, rumusan-rumusan itu cenderung bersifat abstrak. Hal demikian bukannya tidak sah, tetapi cenderung mengabaikan realitas nyata yang justru disitulah peserta didik hidup dan berinteraksi.

Pendidikan budi pekerti hakikatnya menjadi sebuah komitmen mengenai langkah-langkah apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang pendidik untuk mengarahkan peserta didik kepada pemahaman dan internalisasi nilai-nilai (Values) dan kebajikan (virtues) yang akan membentuknya menjadi manusia yang baik (good people). Melalui pendidikan budi pekerti, peserta didik akan di bimbing untuk secara sukarela mengikatkan diri pada norma-norma atau nilai-nilai.


(12)

Ada dua aspek kegiatan yang menjadi inti dari Pendidikan Kewarganegaraan menyangkut budi pekerti. Menurut Zubaedi (Lubis, 2009: viii) kedua aspek tersebut, yaitu :

Pertama, membimbing hati nurani peserta didik agar berkembang lebih positif secara bertahap dan berkesinambungan. Hasil yang diharapkan adalah terjadinya perubahan kepribadian peserta didik dari semula egosentris menjadi sesuai dengan nilai-nilai.. Kedua, memupuk, mengembangkan, menanamkan nilai-nilai dan sifat-sifat positif kedalam pribadi peserta didik. Bersamaan dengan proses pemupukan nilai-nilai positif ini, pendidikan budi pekerti berupaya mengikis dan menjauhkan peserta didik dari sifat-sifat dan nilai-nilai buruk.

Dengan demikian, titik tekan Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan budi pekerti yang mengarah pada pengembangan potensi-potensi kreatif subjek didik agar menjadi manusia “baik”, baik menurut pandangan manusia dan baik menurut pandangan Tuhan.

Persoalan manusia “baik” merupakan persoalan nilai karena menyangkut penghayatan dan pemaknaan yang bersifat afektif ketimbang kognitif. Seseorang akan melakukan atau tidak melakukan suatu perbuatan tergantung pada system nilai yang dipegangnya. System nilai ini menjadi preference (pilihan) dari perilaku seseorang yang menjadi ukuran kepatutan dan kepantasan. (Lubis, 2009: ix)

Melalui Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan terjadi transfer dan transmisi system nilai yang memungkinkan peserta didik mengalami perubahan sikap, sifat dan perilaku secara lebih positif. Muara yang hendak dituju oleh Pendidikan Kewarganegaraan terutama budi pekerti adalah terbentuknya pribadi-pribadi yang memiliki perkembangan budi pekerti atau moralitas secara positif. Secara umum, seorang peserta didik dapat diidentifikasi mengalami


(13)

perkembangan moralitas positif jika ia memiliki kesadaran moral yaitu sebuah kesadaran dalam menilai dan membedakan hal-hal yang baik dan buruk, hal-hal yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan serta hal-hal yang etis dan tidak etis. Peserta didik yang bermoral dengan sendirinya akan tampak dalam penilaian dan penalaran moralnya serta pada perilakunya yang baik, benar dan sesuai dengan etika.

Agar proses penanaman dan pembinaan nilai-nilai budi pekerti dalam pembelajaran Pendidikan kewarganegaraan dapat dilaksanakan dengan baik, pendidikan budi pekerti dilakukan secara bertahap. Menurut Bukhori (Lubis, 2009: xi) Ada lima tahap yang harus dilalui oleh peserta didik untuk memiliki moral atau karakter, yaitu:

Pertama, Knowing yaitu mengetahui nilai-nilai. Kedua, Comprehending yaitu memahami nilai-nilai. Ketiga, Accepting yaitu menerima nilai-nilai. Keempat, Internalizing yaitu menjadikan nilai sebagai sikap dan keyakinan. Kelima, Implementing yaitu mengamalkan nilai-nilai.

Pada konteks ini, pendekatan yang pantas dipertimbangkan dan dapat digunakan dalam mengajarkan budi pekerti pada Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah : Pendekatan Klarifikasi Nilai (Values Clarification Approach) atau ada juga yang menyebutnya Values Clarification Technique (VCT).

Menurut Abdul Hakam (Zakaria, 2007: 19) bahwa : ‘Pendekatan klarifikasi nilai (Values Clarification Approach) memberi penekanan pada usaha membantu


(14)

siswa dalam mengkaji perasaan dan perbuatannya sendiri, untuk meningkatkan kesadaran mereka tentang nilai-nilai sendiri’.

Tujuan pendidikan nilai melalui pendekatan klarifikasi nilai menurut Superka et al. (1976) ada tiga, yaitu:

Pertama, membantu siswa untuk menyadari dan mengidentifikasi nilai-nilai mereka sendiri serta nilai-nilai orang lain; kedua, membantu siswa supaya mereka mampu berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan orang lain, berhubungan dengan nilai-nilainya sendiri; ketiga, membantu siswa supaya mereka mampu menggunakan secara bersama-sama kemampuan berpikir rasional dan kesadaran emosional untuk memahami perasaan, nilai-nilai, dan pola tingkah laku mereka sendiri.

Peranan pendidik disini bukan sebagai pengajar nilai, melainkan sebgai role model dan pendorong. Hal ini sejalan dengan pendapat Elmubarok (Elias, 1989:15) ‘Peranan guru adalah mendorong siswa dan menyadarkan siswa atas nilai-nilai kehidupan yang dipilihnya sendiri secara bebas dan bertanggung jawab, serta mengembangkan keterampilan siswa dalam melakukan suatu proses menilai’. Peranan guru adalah mendorong siswa dengan pertanyaan-pertanyaan yang relevan untuk mengembangkan keterampilan siswa dalam melakukan suatu proses menilai.

Pendidikan budi pekerti merupakan hidden curiculum yang secara integral terkait dengan hampir semua mata pelajaran di sekolah. Dengan penggunaan pendekatan klarifikasi nilai di harapkan penanaman dan pembinaan budi pekerti dapat terbina dengan baik. Keberhasilan menanamkan dan menumbuh


(15)

kembangkan nilai-nilai tersebut tergantung dari peranan pendidik (guru) yang mendukung system penyelenggaraan pendidikan di sekolah.

B. Perumusan Masalah dan Pembatasan Masalah

Bertitik tolak dari uraian tersebut di atas, diperkirakan bahwa penggunaan pendekatan pengajaran klarifikasi nilai (Values Clarificatian Approach) dapat membina budi pekerti dan meningkatkan hasil belajar siswa, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : “Apakah penggunaan pendekatan pengajaran klarifikasi nilai (Values Clarificatian Approach) dapat membina budi pekerti dan meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran PKn”

Dari rumusan masalah penelitian diatas, agar tidak terlalu luas dan tujuan penelitian terarah, maka penulis akan membatasi masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana membuat perencanaan pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan klarifikasi nilai dalam membina budi pekerti dan meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran PKn ?

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

klarifikasi nilai dalam membina budi pekerti dan meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran PKn ?

3. Bagaimana refleksi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

klarifikasi nilai dalam membina budi pekerti dan meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran PKn?


(16)

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan klarifikasi nilai dalam membina budi pekerti dan meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran PKn.

b. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan klarifikasi nilai dalam membina budi pekerti dan meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran PKn.

c. Untuk mengetahui bagaimana refleksik pembelajaran dengan menggunakan pendekatan klarifikasi nilai dalam membina budi pekerti dan meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran PKn.

2. Kegunaan Penelitian

Adapun yang menjadi kegunaan penelitian yang akan dilakukan penulis adalah sebagai berikut :


(17)

Dalam kepentingan teoritis, kegunaan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah berusaha menemukan gambaran mengenai penggunaan pendekatan pengajaran klariufikasi nilai dalam membina budi pekerti dan meningkatkan hasil belajar siswa pada pengajaran Pendidikan Kewarganegaraan secara teknis, yang dapat digunakan secara efektif. Penanaman, pengembangan, dan pembinaan moral serta norma dalam Pendidikan Kewarganegaraan dapat dikembangkan secara utuh, sehingga tidak hanya aspek afektif yang akan tercapai tapi aspek kognitif dan psikomotor juga akan tercapai.

b. Kepentingan Praktis.

1) Memberikan masukan kepada guru Pendidikan Kewarganegaraan tentang

hambatan-hambatan yang dihadapi dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk mencapai prestasi belajar yang lebih baik.

2) Sebagai bahan rujukan dan pertimbangan bagi guru Pendidikan

Kewarganegaraan dalam upaya menerapkan langkah dan strategi mengajar yang tepat sesuai dengan kebutuhan siswa dan tujuan yang ingin dicapai.

3) Melalui penelitian ini diharapkan program pengajaran Pendidikan

Kewarganegaraan akan lebih baik, sehingga memberikan manfaat bagi siswa khususnya, dengan demikian siswa akan mampu meningkatkan prestasi belajar.


(18)

Definisi operasional adalah menjelaskan pengukuran variabel yang ada dalam permasalahan sehingga jelas hasil pengukuran yang diharapkan dari penelitian serta jenis data yang harus diperoleh di lapangan (Nana Sudjana dan Ibrahim, 2001:179). Adapun yang menjadi definisi operasional dalam penulisan tesis ini adalah sebagai berikut :

Pendekatan klarifikasi nilai diartikan sebagai pendekatan yang dgunakan oleh guru dalam proses kegiatan belajar mengajardalam rangka membantu siswa untuk menyadari dan mengidentifikasi nilai-nilai mereka sendiri serta nilai-nilai orang lain, mampu berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan orang lain berhubungan dengan nilai-nilainya sendiri, mampu menggunakan secara bersama-sama kemampuan berfikir rasional dan kesadaran emosional untuk memahami perasaan, nilai-nilai, dan pola tingkah laku mereka sendiri.

Budi pekerti diartikan sebagai bentuk manisfestasi siswa dalam menimbang baik buruk tingkah laku, tabiat, perangi, akhlak, atau watak seseorang. Dengan budi pekerti siswa dapat menilai apakah perilaku itu baik atau buruk, bertentangan atau tidak dengan nilai atau moral yang ada, benar atau salahkah perbuatan seseorang itu. Nilai budi pekerti ini dijadikan acuan dalam penerapan pendekatan klarifikasi nilai.

Pendidikan budi pekerti diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam membekali siswa melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan selama proses belajar, sehingga memberikan bekal bagi masa depan siswa yang


(19)

memilki hati nurani bersih, berperangi baik, serta menjaga kesusilaan dalam melaksanakan kewajiban terhadap Tuhan dan terhadap sesama makhluk.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang dilakukan guru maupun parktisi pendidikan yang diarahkan untuk memecahkan masalah atau memperbaiki kinerja guru di kelas sehingga apa yang menjadi tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

Hasil belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang ditunjukan oleh siswa setelah melakukan proses pembelajaran. Misalnya: dari tidak tahu menjadi tahu, timbulnya pertanyaan baru, perubahan dalam tahap kebiasaan, keterampilan dan kesanggupan menghargai, perkembangan sifat social, emosional dan perubahan jasmani

Hasil belajar dengan menggunakan pendekatan klarifikasi nilai diartikan sebagai hasil yang telah dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran menilai berupa kemampuan siswa dalam mengkaji perasaan dan perbuatannya sendiri, untuk meningkatkan kesadaran siswa tentang nilai-nilai mereka sendiri misalnya tentang penilaian baik dan buruk, kemampuan berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan orang lain berhubungan dengan nilai-nilainya sendiri, kemampuan menggunakan secara bersama-sama kemampuan berfikir rasional dan kesadaran emosional untuk memahami perasaan, nilai-nilai, dan pola tingkah laku mereka sendiri.


(20)

Pembelajaran PKn diartikan sebagai mata pelajaran yang mengajarkan kepada siswa tentang nilai-nilai, moral, etika, dan lain-lain yang berhubungan dengan nilai-nilai dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia, sehingga tercipta warga negara yang baik yang sesuai dengan nilai-nilai pancasila.

E. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan. Metode penelitian tindakan dipilih karena Peneliti sebagai seorang guru merasakan bahwa memang ada suatu permasalahan yang timbul dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terutama yang berhubungan dengan nilai budi pekerti, untuk itu peneliti berkeinginan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sehingga melalui penelitian tindakan ini dapat dicapai hasil pembelajaran yang lebih baik.

Dilakukannya pengaplikasian penelitian tindakan secara langsung di kelas, bertujuan guru yang berada di lapangan sebagai praktisi dapat memperoleh berbagai masukan yang berkaitan dengan pengembangan program pembelajaran yang dikembangkannya, sehingga setelah dilakukan berbagai tindakan proses pembelajaran akan semakin meningkat kualitasnya atau dengan kata lain dalam konteks kelas (proses pembelajaran), pengaplikasian penelitian tindakan diharapkan dapat mendorong dan membangkitkan para


(21)

guru sebagai praktisi memiliki kesadaran diri melakukan refleksi dan kritik diri terhadap aktivitas dan kinerja profesionalnya, bagi perbaikan atau peningkatan tindakan proses kegiatan pembelajaran.

1. Latar Situasi Sosial Penelitian, Subyek dan Data Penelitian a. Latar Situasi Sosial Penelitian

Lokasi situasi sosial merupakan pengertian dari latar situasi sosial penelitian dengan ciri tiga unsur, yaitu tempat, pelaku dan kegiatan (Nasution 1992:54-56). Pada unsur tempat ialah lokasi berlangsungnya pembelajaran, dengan menggunakan Pendekatan klarifikasi nilai dalam membina nilai budi pekerti dan meningkatkan hasil belajar bagi siswa kelas V SDN Selajambe III Kec. Sukaluyu Kab. Cianjur, maka proses pembeiajaran dilakukan / terjadi baik di dalam kelas yaitu sekolah dan di luar kelas diperoleh di masyarakat yang berkaitan dengan kajian pembelajaran budi pekerti dalam memperoleh informasi yang diperlukan siswa untuk mengumpulkan data. unsur pelaku adalah guru dan siswa kelas V SDN Selajambe III Kec. Sukaluyu Kab. Cianjur yang terlibat dalam proses pembelajaran. Sedangkan unsur kegiatan adalah proses pembelajaran Pendidikan kewarganegaraan dengan pendekatan klarifikasi nilai dalam membina nilai budi pekerti dan meningkatkan hasil belajar siswa yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam lokasi situasi kelas.

b. Subyek Penelitian


(22)

(kelihaian guru memotivasi siswa untuk ber-KBS) dan siswa (kemampuan helajar siswa serta kondisi-kebutuhan pembelajaran) serta proses-proses interaktif yang terjadi antara guru-siswa dan siswa-siswa selama pelaksanaan program tindakan atau pengembangan icegiatan belajar mengajar dalam pembeIajaran Pendidikan Kewarganegaraan melalui langkah-langkah pada pendekatan klarifikasi nilai melalui bermain peran dalam membina budi pekerti dan meningkatkan hasil belajar berlangsung.

c. Data Penelitian

Data penelitian berupa :

a. Perkataan, berupa komunikasi interaktif yang bersiiat verbal guru-siswa, antar siswa, data ini diperoleh melalui observasi langsung terhadap pelaksanaan proses pembelajaran balk dalam kelas maupun diluar kelas, dan selama diskusi balikan yang, diadakan antara peneliti dan guru.

b. Aktivitas, berupa tindakan interaktif atara guru-siswa dan antar siswa, serta tindakan guru dalam mengambil keputusan-keputusan instruksional, dan reaksi (tindakan), data ini diperoleh melalui observasi langsung terhadap pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pembelajaran PKn baik di dalam maupun di luar kelas.

c. Dokumen, berupa teks atau bahan-bahan tertulis yang dibuat guru dan peneliti adalah buku petunjuk siswa, absen siswa, surat-surat izin obervasi yang


(23)

dilaksanakan, atau yang dibuat oleh siswa dan yang dibuat oleh peneliti adalah catatan lapangan, lembar panduan observasi, Angket.

2. Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya pada penelitian tindakan kelas maka peneliti sendirilah yang menjadi instrumen utama (human instrumen), yang terjun ke lapangan (dalam proses kegiatan pembelajaran) untuk mengumpulkan informasi vang diperlukan. Penelitian kelas sebagi penelitian bertradisi kulaitatif dengan latar atau setting yang wajar dan alami yang diteliti, memberikan peranan penting kepada penelitinya yakni sebagai satu-satunya instrument karena manusialah yang dapat menghadapi situasi yang berubah-ubah dan tidak menentu, seperti halnya banyak terjadi di kelas atau di ruang kuliah (Wiriaatmadja, 2010: 96)

Untuk mempermudah kerja peneliti, digunakan pula alat bantu pengumpul data, seperti lembar panduan observasi (aktivitas guru, terutama aktivitas siswa) yang disusun sendiri oleh peneliti, lembar panduan observasi ini digunakan untuk membantu peneliti dalam mengamati proses kegiatan belajar mengajar guru-siswa serta mengamati proses pengembangan tindakan berdasarkan langkah-langkah pendekatan klarifikasi nilai.

3. Prosedur Penelitian Tindakan

Prosedur pengembangan penelitian tindakan ini secara garis besarnya dilakukan melalui lima siklus kegiatan. Yaitu orientasi, perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi:


(24)

a. Orientasi, yaitu studi pendahuluan sebelum tindakan dan penelitian tindakan dilakukan. Hal ini dilakukan bersama oleh peneliti dan guru mitra terhadap praktik pembelajaran yang dilakukan.

Berdasarkan orientasi awal didapatkan informasi-informasi aktual sebagai berikut : Pertama: kelas yang diangkat untuk proses penelitian ini adalah Kelas V SDN Selajambe III Kec. Sukaluyu Kab. Cianjur, dengan alasan siswa kelas ini menurut guru kelas V memiliki keistimewaan, yaitu siswa lebih banyak melakukan kenakalan dan lebih banyak bermasalah, juga nampak siswa pada kelas ini kurang familiar. Kedua: dalam melaksanakan setiap langkah pembelajaran selama ini dengan menggunakan metode dan pendekatan konvensional ternyata tidak dapat mengungkapkan nilai-nilai budi pekerti yang ada pada diri siswa, baik yang dirasakan langsung oleh siswa maupun yang belum dirasakan. Ketiga; guru takut untuk mencoba suatu model pembelajaran baru, karena takut menyalahi aturan. Keempat; guru merasa tidak memiliki hak otonomi pengajaran, sehingga sulit untuk mencoba suatu inovasi pembelajaran. Kelima: bahwa yang menjadi acuan keberhasilan siswa dalam pembelajaran hanyalah tes-tes yang hanya mengukur aspek kognitif saja, sedangkan aspek afektif dan psikomotor cenderung terlupakan, sehingga aspek afektif dan psikomotor tidak terbina dan terlatih dengan baik.


(25)

tindakan (termasuk : revisi dan perubahan rencana) yang hendak diselenggarakan di dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Keduanya disusun secara fleksibel untuk mengadaptasi berbagai pengaruh yang mungkin timbul di lapangan yang tak dapat diduga, maupun dari kendala yang sebelumnya tidak terlihat.

Setelah mempelajari kondisi baik fisik, maupun psikis siswa, maka dibuatlah langkah-langkah perencanaan pembelajaran.

Pertama adalah rencana awal, Perencanaan yang dilakukan oleh peneliti beserta guru mitra dimulai dengan menggali nilai-nilai budi pekerti yang tersembunyi (hidden curriculum) dari tema/sub tema pokok yang terdapat dalam pengintegrasian budi pekerti kedalam pembelajaran PKn, kemudian disusun kedalam perencanaan pembelajaran. Dalam kegiatan belajar mengajar mengacu kepada satuan pelajaran yang menggambarkan tujuan khusus pembelajaran, materi pertemuan, kegiatan belajar mengajar, alat/sarana, sumber pembelajaran sampai dengan penilaian.

Selain itu pula dalam merumuskan suatu perencanaan pembelajaran menambahkan dengan potensi-potensi hakiki yang dimiliki siswa dan potensi-potensi yang ada dan berkembang di sekitar lingkungan siswa, sehingga akan menampakkan kesesuaian materi pembelajaran dengan keberadaan dimana siswa itu tinggal.


(26)

Kedua, rencana proses. Mulai disusun program pembelajaran harian, dimana ada 3 buah sub tema materi tentang menghargai keputusan bersama yang harus disampikan pada siswa, yaitu: Pengertian Keputusan Bersama, Bentuk-bentuk Keputusan Bersama, Kemauan bermusyawarah untuk mufakat.

Ketiga sub tema materi pelajaran ini merupakan dasar nilai-nilai budi pekerti pada diri siswa yang akan mulai dibinakan pada diri siswa.

Guru kemudian membuat Analisis Materi Pelajaran semester II, Rencana Program Pembelajaran dalam bentuk yang telah dimodifikasi, sesuai dengan ide inovasi pengajaran. Ketiga sub tema ini dalam pembelajaran dibuat suatu pendekatan pembelajaran yang mengacu pada pembinaan budi pekerti yaitu pendekatan klarifikasi nilai. Pendekatan klarifikasi nilai digunakan sebagai pendekatan yang sesuai dengan daya nalar guru mitra dan dengan bantuan diskusi dengan peneliti.

Pada proses awal siswa dibawa oleh guru mitra untuk mendiskusikan materi pelajaran (tema) apa yang menarik untuk dibawa dalam pendekatan klarifikasi nilai, ternyata siswa memilih tema menghargai keputusan bersama. Ketiga, rencana akhir, peneliti dan guru mitra menyiapkan lembar observasi sebagai pedoman pengamatan dalam penelitian.

Guru mitra dan siswa mulai menyusun rencana di dalam kelas, guru mitra mengajak siswa untuk mencoba pendekatan pembelajaran baru, yang


(27)

nampaknya cukup menarik, siswa memang tampaknya tertarik dengan usulan rencana guru, dan memberikan respon yang cukup baik.

Rencana pengajaran pendekatan klarifikasi nilai ini dibuat oleh peneliti dan guru mitra. Pada awal proses pembelajaran guru mitra membawa siswa untuk merencanakan tema materi pelajaran mana yang dianggap oleh siswa paling menarik untuk dikaji.

Tema materi pelajaran yang dipilih oleh siswa pada pertengahan semester II adalah “Menghargai Keputusan Bersama”, maka dalam hal ini peneliti dan guru mitra membuat rencana pengajaran pendekatan klarifikasi nilai dengan tema “ Menghargai Keputusan Bersama”. Kemudian pada pertemuan berikutnya guru mitra mulai menggiring siswa melalui pertanyaan-pertanyaan untuk memahami terlebih dahulu : apa yang dimaksud dengan pengertian keputusan bersama, sebutkan Bentuk-bentuk keputusan bersama, mangapa ada Kemauan bermusyawarah untuk mufakat.

c. Tindakan/ Pelaksanaan, yaitu praktik pembelajaran nyata berdasarkan rencana tindakan yang telah disusun bersama sebelumnya. Sungguhpun bisa berubah sesuai dengan kondisi lapangan. Tindakan ini ditujukan untuk memperbaiki keadaan atau proses pembelajaran.

Pelaksanaan proses pembelajaran Pkn dengan pendekatan klarifikasi nilai dalam membina nilai budi pekerti dilaksanakan dalam empat siklus. :


(28)

Siklus II dilaksanakan pada tanggal 9 Mei 2011. Siklus III dilaksanakan pada tanggal 16 Mei 2011. Siklus IV dilaksanakan pada tanggal 23 Mei 2011.

Berdasarkan hasil orientasi dan refleksi awal terhadap situasi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas V SDN Selajambe III Kec. Sukaluyu Kab. Cianjur yang berhasil didokumentasi, pelaksanaan tindakan sebagai program pengembangan pendekatan klarifikasi nilai pada pembelajaran PKn dalam membina nilai .budi pekerti pada diri siswa mengikuti langkah-langkah :

1) Langkah I - Identifikasi materi, dengan tujuan untuk berbagi pengetahuan di antara siswa dengan teman-teman dan orang lain tentang materi menghargai keputusan bersama, hal ini hendaknya dapat membantu siswa memperoleh informasi yang cukup untuk mengidentifkasi secara cermat materi-materi yang akan dipelajari.

2) Langkah II – Persiapan. Sebelum kegiatan dimulai, siswa mempersiapkan diri untuk mendemonstrasikan suatu permasalahan masalah akan dimainkan dalam bermain peran berkaitan dengan materi menghargai keputusan bersama untuk kajian kelas setelah cukup informasi. Kali ini adalah temanya tentang pemilihan ketua kelas melalui bermain peran (role playing). Siswa bersama guru mengecek jumlah siswa yang hadir untuk selanjutnya membaginya ke dalam beberapa kelompok simulasi


(29)

3) Langkah III – Pelaksanaan. Pelaksanaan mencakup pendahuluan, kegiatan inti dan penutup

a) Pendahuluan

Pengajar menyajikan situasi/criteria

(1) Mengundang respon siswa melalui tanya jawab.

(2) Membagi kelompok untuk melakukan simulasi

(3) Memilih pemeran setelah siswa memahami masalah

(4) Mengatur tempat main

(5) Menyiapkan pengamat

(6) Melakukan pengamatan dan penilaian Kelompok siswa yang bermain

(1) Menampilkan perilaku sesuai dengan topik atau cerita

(2) Melaksanakan simulasi sesuai dengan peraturan yang ada dalam cerita yang disajikan

(3) Secara berkelompok mendiskusikan hasil (4) Siswa yang tidak bermain peran

(5) Menyimak isi cerita

(6) Menyimpulkan cerita secara lisan dan tulisan b) Kegiatan Inti

(1) Bermain peran, diawali dengan mencoba atau latihan kemudian di diskusikan/dievaluasi


(30)

(2) Permainan diulang di depan kelas dengan perbaikan

(3) Permainan peran dalam kelompok kecil, setiap kelompok dapat langsung bermain

(4) Diadakan diskusi dalam kelompok untuk memperbaiki permainan

(5) Pengajar tanggap dan gesit dalam mengorganisasikan kelompok dan jalannya kegiatan dalam setiap bermain

c) Penutup

(1) Evaluasi dan diskusi permainan yang telah dilakukan

(2) Siswa diminta mereplesikan pengalaman/penghayatan terhadap peran yang dimainkan sebagai ukuran pencapaian tujuan.

d) Review/balikan

Menjelang berakhirnya sesi diadakan review dan balikan yang dapat diisi dengan hal-hal sebagai berikut :

(1) Komentar dari siswa tentang hal-hal yang harus diperhatikan pada permainan yang akan datang, berdasarkan pengalaman bermain.

(2) Tindak lanjut dari penghayatan siswa terhadap peran yang


(31)

(3) Review dan balikan mempunyai peran yang sangat penting karena menentukan tingkat penghayatan dan “penerapan atau pengalaman” dari kesadaran dan kepekaan sosial yang merupakan tujuan bermain d. Observasi, yaitu pendokumentasian terhadap proses, pengaruh dan kendala

tindakan serta cara keadaan, pengaruh dan kendala tersebut mengharnbat atau mempermudah tindakan yang direncanakan. Juga, persoalan-persoalan lain vang mungkin timbul. Hasil observasi ini menjadi dasar refleksi bagi tindakan yang telah dilakukan dan bagi penyusunan program tindakan selanjutnya.

e. Refleksi, yaitu berdasarkan periodenya, aktivitas refleksi ini dilakukan sebanyak tiga periode.

1) Refleksi awal, dilakukan pada masa studi pendahuluan dan atau masa pratindakan. Refleksi awal ini di lakukan untuk menemukan, mengkaji dan merenungkan kembali informasi-informasi awal berkenaan dengan adanya loose of set activities dari pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan yang diselenggarakan. Tujuannya untuk

merumuskan proposisi-proposisi awal yang kemudian dituangkan ke dalam suatu rencana awal tindakan.

2) Refleksi Proses, dilakukan selarna pelaksanaan tindakan. Tujuannya mengkaji proses, masalah, atau implikasi dari pelaksanaan program tindakan terhadap kinerja g,uru dan siswa, serta iklim sosial


(32)

pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Refleksi proses ini juga dimaksudkan untuk mendapatkan dasar bagi perbaikan rencana tindakan selanjutnya.

3) Refleksi hasil, dilakukan pada akhir pelaksanaan seluruh tindakan, atau setelah pengembangan program tindakan dipandang 'cukup' sesuai dengan ketercapaian fokus-tokus tindakan; serta tujuan dari pengembangan program tindakan yang diproposisikan. Dalam hal ini adalah telah terjadinya pembinaan nilai budi pekerti pada diri siswa dengan pendekatan klarifikasi nilai pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Pada periode refleksi hasil ini analisis-reflektif terhadap tindakan ditujukan untuk menemukan dan merekonstruksi makna pendidikan nilai dalam pembinaan nilai budi pekerti pada diri siswa dengan pendekatan klarifikasi nilai pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Rekonstruksi makna terhadap hasil atau implikasi dari pengembangan program tindakan terhadap kinerja guru, kineria-perubahan sikap- siswa dengan pendekatan klarifikasi nilai pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, sesuai dengan tujuan akhir dari pengembangan program tindakan dan penelitian tindakan.

4. Prosedur Pengolahan dan Analisis Data

Pada dasarnya pengolahan dan dianalisis data hasil penelitian kelas berdasarkan ancangan kualitatif dilakukan sepanjang penelitian dan dilakukan


(33)

terus menerus dari awal sampai akhir.

Secara garis besar prosedur pengolahan dan analisis data adalah sebagai berikut (Hopkins, 1993:58) :

a. Pengumpulan dan Katagorisasi Data.

Pada tahap ini dikumpulkan data-data yang diperoleh dari berbagai metode pengumpulan data (observasi, dokumentasi, refleksi ) ditulis dalam format data. Data-data temuan yang terkumpul, selanjutnya diinterpretasi untuk menyusun sejumlah katagorisasi, konstruksi, serta merumuskan masalah yang dapat menjelaskan secara koheren dan lengkap mengenai `membina nilai budi pekerti dan meningkatkan hasil belajar siswa melalui pendekatan klarifikasi nilai pada pembelajaran PKn'.

Katagorisasi data dilakukan berdasarkan prosedur pengkodean dalam analisis data kualitatif model Bogdan dan Biklen (1990) dan Miles and Huberman (1992). Dalam penelitian tindakan ini katagorisasi data didasarkan pada tiga aspek, vaitu:

1) Latar atau konteks kelas (proses pembelajaran PKn): berupa informasi umum dan khusus tentang latar fisik dalam kelas dan di luar kelas serta latar para pelaku (guru dan siswa).

2) Proses Pembelajaran: berupa informasi tentang interaksi sosial antara guru siswa, antar siswa, dan keterlibatan siswa dalam proses KBM sehingga perubahan-perubahan nilai serta sikap yang, terjadi selama dan setelah proses


(34)

pembelajaran PKn dengan menggunakan pendekatan klarifikasi nilai dalam membina nilai budi pekerti dan meningkatkan hasil belajar siswa.

3) Aktivitas: berupa informasi tentang tindakan para pelaku, yaitu tindakan guru dan tindakan siswa.

b. Validasi

Pada tahap ini katagorisasi, konstruksi, serta rumusan masalah berkenaan dengan penjelasan terhadap`membina nilai budi pekerti dan meningkatkan hasil belajar siswa melalui pendekatan klarifikasi nilai pada pembelajaran PKn', divalidasi melalui empat teknik.

a) Pertama, Triangulasi (Hopkins, 1993:111). Dalam proses triall, peneliti mencek kebenaran data atau informasi tentang pelaksanaan tindakan dengan mengkonfirmasikan dengan data atau informasi yang diperoleh dari sumber data yang lain, yaitu peneIiti-mitra, guru dan siswa, dengan metode pengumpulan data yang telah dipilih dan disepakati bersama. Dari guru, data atau informasi tentang pelaksanaan tindakan dilakukan dengan melakukan refleksi-kolaboratif pada saat diskusi balikan di setiap akhir siklus tindakan, dan atau pada akhir keseluruhan tindakan. Dari siswa, data atau informasi tentang pelaksanaan tindakan dilakukan dengan memberikan lembar refleksi siswa kepada seluruh siswa kelas V SDN Selajambe III Kec. Sukaluyu Kab. Cianjur pada akhir pelaksanaan tindakan, serta melalui wawancara terhadap beberapaa orang siswa yang dipandang dapat memberikan informasi


(35)

yang tepat setelah berakhirnya keseluruhan pelaksanaan tindakan diperoleh melalui lembar panduan observasi (tentang langkah-langkah model pembelajaran pendekatan pengklarifikasian nilai, dan aktivitas guru dan siswa). Sementara itu, peneliti mengumpulkan data atau informasi tentang pelaksanaan tindakan melalui observasi langsung terhadap pelaksanaan tindakan yang didokumentasikan dalam bentuk catatan-catatan lapangan dan jumal pelaksanaan tindakan.

b) Kedua, member-check (Nasution, 1992), yaitu mencek kebenaran dan kesahihan data temuan penelitian dengan mengkontirmasikan dengan sumber data. Dalam proses ini, data atau informasi tentang seluruh pelaksanaan tindakan, dan pada akhir keseluruhan pelaksanaan tindakan.

c) Ketiga, audit trail (Nasution, 1992), yaitu mencek kebenaran hasil penelitian sementara, beserta prosedur dan metode pengumpulan datanya, dengan mengkonfirmasikan pada bukti-bukti temuan (evidences) yang telah diperiksa, dan dicek kesahihannya pada sumber data tangan pertama. Proses ini juga dilakukan dengan mengkontirmasikan atau mendiskusikan dengan teman Program S-2 Program Pendidikan Dasar, dan teman-teman guru di SDN selajambe III Kec. Sukaluyu Kab. Cianjur.

d) Keempat, expert opinion (Nasution, 1992), yaitu pengecekan terhadap kesahihan temuan penelitian kepada para pakar yang profesional di bidang ini. Termasuk dengan para pembimbing penelitian ini.


(36)

c. Interpretasi

Pada tahap ini, temuan-temuan penelitian diinterpretasi berdasarkan kerangka teoretik, norma-norma praktis yang disepakati, atau berdasarkan intuisi guru mengenai situasi pembelajaran yang baik. Sehingga diperoleh suatu kerangka referensi (frame of reference) yang bisa memberikan makna terhadapnya. Kerangka referensi nantinya dapat digunakan guru untuk melakukan tindakan selanjutnya, dan atau perubahan dan peningkatan kinerja dirinya dalam proses kegiatan pembelajaran secara keseluruhan.


(37)

88 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan . Pengertian penelitian tindakan ini diperoleh dari beberapa terminasi antara lain: pengertian penelitian tindakan menurut Wiriatmaadja, R (Hopkins, 1993: 44) adalah ’penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantive, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin ilmu inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan’. Sukmadinata, N.S. (2007: 56) memberi pengertian :

“Penelitian Tindakan merupakan penelitian yang diarahkan pada mengadakan pemecahan masalah atau perbaikan. Guru-guru mengadakan pemecahan terhadap masalah-masalah yang dihadapi dalam kelas, kepala sekolah mengadakan perbaikan terhadap manajemen di sekolahnya. Penelitian ini difokuskan kepada perbaikan proses maupun peningkatan hasil kegiatan”. Wiraatmadja, R. (2010: 13) berpendapat bahwa:

“Penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu”.


(38)

merasakan bahwa memang ada suatu permasalahan yang timbul dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terutama yang berhubungan dengan nilai budi pekerti, untuk itu peneliti berkeinginan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sehingga dicapai hasil yang lebih baik.

Dilakukannya pengaplikasian penelitian tindakan secara langsung di kelas, bertujuan guru yang berada di lapangan sebagai praktisi dapat memperoleh berbagai masukan yang berkaitan dengan pengembangan program pembelajaran yang dikembangkannya, sehingga setelah dilakukan berbagai tindakan proses pembelajaran akan semakin meningkat kualitasnya atau dengan kata lain dalam konteks kelas (proses pembelajaran), pengaplikasian penelitian tindakan diharapkan dapat mendorong dan membangkitkan para guru sebagai praktisi emiliki kesadaran diri melakukan refleksi dan kritik diri terhadap aktivitas dan kinerja profesionalnya, bagi perbaikan atau peningkatan tindakan proses kegiatan pembelajaran.

Pandangan di atas menyatakan bahwa pada penelitian tindakan, sangat menekankan pada perspektif with, bukan on sebagaimana lazimnya penelitian. syarat terpenuhinya prinsip refleksi dan partisipasi diri, kolaborasi, serta terjadinya perubahan dan peningkatan terhadap kinerja guru dan sikap siswa, serta model pembelajaran alternative.


(39)

sendirian akan tetapi berkolaboratif dengan guru mitra. Penelitian tindakan ini diklasifikasikan sebagai penelitian tindakan kolaboratif atau collaborative action research menurut Sudjana, N.S (Oja&Sumarjan, 1989; Stinger, 1996): ‘Penelitian tindakan kolaboratif selain diarahkan kepada perbaikan proses dan hasil juga bertujuan meningkatkan kemampuan para pelaksana, sebab penelitian kolaboratif merupakan bagian dari program pengembangan staf’.

Penelitian tindakan yang dilakukan oleh peneliti menggunakan ancangan kualitatif-naturalistik. Penggunaan ancangan kualitatif naturalistik dalam konteks penelitian tindakan, dimaksudkan agar pengertian terhadap apa yang terjadi di dalam ‘situasi kontemporer kelas dan sekolah lebih diperoleh langsung dari tangan pertama, serta memulai pelibatan dan partisipasi diri bersama aktor dan konteks kelas (dalam dan luar kelas), dalam kealamiahan perilaku dan latar.

Penggunaan ancangan kualitatif-naturalistik ini, juga bermakna bahwa upaya peneliti dan guru mengeksplorasi dan atau mengintervensi situasi sosial (dalam dan luar kelas, melalui program pengembangan tindakan, yang bertolak dari informasi-informasi aktual yang diperoleh dari 'kealarniahan realitas situasi sosial dalam dan luar kelas. Langsung dari tangan pertama yaitu guru, siswa dan proses-proses yang terjadi selama proses-proses pembelajaran berlangsung.

B. Latar Situasi Sosial Penelitian, Subyek dan Data Penelitian 1. Latar Situasi Sosial Penelitian


(40)

Lokasi situasi sosial merupakan pengertian dari latar situasi sosial penelitian dengan ciri tiga unsur, yaitu tempat, pelaku dan kegiatan (Nasution 1992:54-56). Pada unsur tempat ialah lokasi berlangsungnya pembelajaran, dengan menggunakan Pendekatan klarifikasi nilai dalam membina nilai budi pekerti dan meningkatkan hasil belajar bagi siswa kelas V SDN Selajambe III Kec. Sukaluyu Kab. Cianjur, maka proses pembeiajaran dilakukan / terjadi baik di dalam kelas yaitu sekolah dan di luar kelas diperoleh di masyarakat yang berkaitan dengan kajian pembelajaran budi pekerti dalam memperoleh informasi yang diperlukan siswa untuk mengumpulkan data. unsur pelaku adalah guru dan siswa kelas V SDN Selajambe III Kec. Sukaluyu Kab. Cianjur yang terlibat dalam proses pembelajaran. Sedangkan unsur kegiatan adalah proses pembelajaran Pendidikan kewarganegaraan dengan pendekatan klarifikasi nilai dalam membina nilai budi pekerti dan meningkatkan hasil belajar siswa yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam lokasi situasi kelas.

2. Subyek Penelitian

Berdasarkan penelitian tindakan kelas ini, yang diiadikan subyek penelitian adalah hal, peristiwa, manusia, dan situasi yang dapat diobservasi. Pemilihan dan penentuan subyek penelitian dilakukan atas ; dasar `sampling bertujuan' purposive sampling. Yakni bertalian dengan tujuan penelitian.

Subyek penelitian dalam penelitian tindakan ini adalah kinerja guru (kelihaian guru memotivasi siswa untuk ber-KBS) dan siswa (kemampuan


(41)

helajar siswa serta kondisi-kebutuhan pembelajaran) serta proses-proses interaktif yang terjadi antara guru-siswa dan siswa-siswa selama pelaksanaan program tindakan atau pengembangan icegiatan belajar mengajar dalam pembeIajaran Pendidikan Kewarganegaraan melalui langkah-langkah pada pendekatan klarifikasi nilai melalui bermain peran dalam membina budi pekerti dan meningkatkan hasil belajar berlangsung.

3. Data Penelitian

Data penelitian yang akan dihimpun dan dikumpulkan berupa perkataan/ wawancara, tindakan, studi dokumen, situasi dan peristiwa yang dapat diobservasi, berkenaan dengan kinerja guru dan siswa, termasuk interaksi social yang terjadi selama kegiatan belajar mengajar pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan berlangsung.

Secara rinci data penelitian berupa :

a. Perkataan, berupa komunikasi interaktif yang bersiiat verbal guru-siswa, antar siswa, data ini diperoleh melalui observasi langsung terhadap pelaksanaan proses pembelajaran balk dalam kelas maupun diluar kelas, dan selama diskusi balikan yang, diadakan antara peneliti dan guru.

b. Aktivitas, berupa tindakan interaktif atara guru-siswa dan antar siswa, serta tindakan guru dalam mengambil keputusan-keputusan instruksional, dan reaksi (tindakan), data ini diperoleh melalui observasi langsung terhadap pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pembelajaran PKn baik di dalam


(42)

maupun di luar kelas.

c. Dokumen, berupa teks atau bahan-bahan tertulis yang dibuat guru dan peneliti adalah buku petunjuk siswa, absen siswa, surat-surat izin obervasi yang diperlukan, berkenaan dengan proses kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan, atau yang dibuat oleh siswa dan yang dibuat oleh peneliti adalah catatan lapangan, lembar panduan observasi, Angket.

C. Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya pada penelitian tindakan kelas maka peneliti sendirilah yang menjadi instrumen utama (human instrumen), yang terjun ke lapangan (dalam proses kegiatan pembelajaran) untuk mengumpulkan informasi vang diperlukan. Penelitian kelas sebagi penelitian bertradisi kulaitatif dengan latar atau setting yang wajar dan alami yang diteliti, memberikan peranan penting kepada penelitinya yakni sebagai satu-satunya instrument karena manusialah yang dapat menghadapi situasi yang berubah-ubah dan tidak menentu, seperti halnya banyak terjadi di kelas atau di ruang kuliah (Wiriaatmadja, 2010: 96)

Keterlibatan langsung peneliti di lapangan sangat menentukan hasil penelitian, karena dalam penelitian tindakan, data-data yang sifatnya primer harus langsung didapatkan oleh peneliti sendiri, tidak boleh diwakilkan kepada orang lain. Hal ini sangat penting artinya, karena hal-hal yang berkenaan dengan pengamatan dan suasana yang terjadi di lapangan akan sulit dianalisa secara mendalam oleh peneliti bila data-data pokok penelitiannya diperoleh dari tangan kedua atau ketiga.


(43)

Dalam menjaring data, peneliti harus berpedoman pada prinsip-prinsip dasar sebagai berikut:

a. Peneliti berusaha menyesuaikan diri terhadap situasi

b. Peneliti memperhatikan setiap situasi totalitas, respon yang spontan dari objek penelitian dapat mempertinggi tingkat kredibilitas penelitian. c. Peneliti harus peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari

lingkungan.

d. Peneliti berusaha memahami dan menyelami objek penelitian.

(Fahtuljawad, 2002: 89)

Untuk mempermudah kerja peneliti, digunakan pula alat bantu pengumpul data, seperti lembar panduan observasi (aktivitas guru, terutama aktivitas siswa) yang disusun sendiri oleh peneliti, lembar panduan observasi ini digunakan untuk membantu peneliti dalam mengamati proses kegiatan belajar mengajar guru-siswa serta mengamati proses pengembangan tindakan berdasarkan langkah-langkah pendekatan klarifikasi nilai.

D. Prosedur Penelitian Tindakan

Prosedur pengembangan penelitian tindakan ini secara garis besarnya dilakukan melalui lima siklus kegiatan. Yaitu orientasi, perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi:

a. Orientasi, yaitu studi pendahuluan sebelum tindakan dan penelitian tindakan dilakukan. Hal ini dilakukan bersama oleh peneliti dan guru mitra terhadap praktik pembelajaran yang dilakukan.


(44)

sebagai berikut : Pertama: kelas yang diangkat untuk proses penelitian ini adalah Kelas V SDN Selajambe III Kec. Sukaluyu Kab. Cianjur, dengan alasan siswa kelas ini menurut guru kelas v memiliki keistimewaan, yaitu siswa lebih banyak melakukan kenakalan dan lebih banyak bermasalah, juga nampak siswa pada kelas ini kurang familiar. Kedua: dalam melaksanakan setiap langkah pembelajaran selama ini dengan menggunakan metode dan pendekatan konvensional ternyata tidak dapat mengungkapkan nilai-nilai budi pekerti yang ada pada diri siswa, baik yang dirasakan langsung oleh siswa maupun yang belum dirasakan. Ketiga; guru takut untuk mencoba suatu model pembelajaran baru, karena takut menyalahi aturan. Keempat; guru merasa tidak memiliki hak otonomi pengajaran, sehingga sulit untuk mencoba suatu inovasi pembelajaran. Kelima: bahwa yang menjadi acuan keberhasilan siswa dalam pembelajaran hanyalah tes-tes yang hanya mengukur aspek kognitif saja, sedangkan aspek afektif dan psikomotor cenderung terlupakan, sehingga aspek afektif dan psikomotor tidak terbina dan terlatih dengan baik.

b. Perencanaan, yaitu menyusun rencana tindakan dan penelitian

tindakan (termasuk : revisi dan perubahan rencana) yang hendak diselenggarakan di dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Keduanya disusun secara fleksibel untuk mengadaptasi berbagai pengaruh yang mungkin timbul di lapangan yang tak dapat diduga, maupun dari


(45)

kendala yang sebelumnya tidak terlihat.

Setelah mempelajari kondisi baik fisik, maupun psikis siswa, maka dibuatlah langkah-langkah perencanaan pembelajaran.

Pertama adalah rencana awal, Perencanaan yang dilakukan oleh peneliti beserta guru mitra dimulai dengan menggali nilai-nilai budi pekerti yang tersembunyi (hidden curriculum) dari tema/sub tema pokok yang terdapat dalam pengintegrasian budi pekerti kedalam pembelajaran PKn, kemudian disusun kedalam perencanaan pembelajaran. Dalam kegiatan belajar mengajar mengacu kepada satuan pelajaran yang menggambarkan tujuan khusus pembelajaran, materi pertemuan, kegiatan belajar mengajar, alat/sarana, sumber pembelajaran sampai dengan penilaian.

Selain itu pula dalam merumuskan suatu perencanaan pembelajaran menambahkan dengan potensi-potensi hakiki yang dimiliki siswa dan potensi-potensi yang ada dan berkembang di sekitar lingkungan siswa, sehingga akan menampakkan kesesuaian materi pembelajaran dengan keberadaan dimana siswa itu tinggal.

Kedua, rencana proses. Mulai disusun program pembelajaran harian, dimana ada 3 buah sub tema materi tentang menghargai keputusan bersama yang harus disampikan pada siswa, yaitu: Pengertian Keputusan Bersama, Bentuk-bentuk Keputusan Bersama, Kemauan bermusyawarah untuk mufakat.


(46)

Ketiga sub tema materi pelajaran ini merupakan dasar nilai-nilai budi pekerti pada diri siswa yang akan mulai dibinakan pada diri siswa.

Guru kemudian membuat Analisis Materi Pelajaran semester II, Rencana Program Pembelajaran dalam bentuk yang telah dimodifikasi, sesuai dengan ide inovasi pengajaran. Ketiga sub tema ini dalam pembelajaran dibuat suatu pendekatan pembelajaran yang mengacu pada pembinaan budi pekerti yaitu pendekatan klarifikasi nilai. Pendekatan klarifikasi nilai digunakan sebagai pendekatan yang sesuai dengan daya nalar guru mitra dan dengan bantuan diskusi dengan peneliti.

Pada proses awal siswa dibawa oleh guru mitra untuk mendiskusikan materi pelajaran (tema) apa yang menarik untuk dibawa dalam pendekatan klarifikasi nilai, ternyata siswa memilih tema menghargai keputusan bersama. Ketiga, rencana akhir, peneliti dan guru mitra menyiapkan lembar observasi sebagai pedoman pengamatan dalam penelitian.

Guru mitra dan siswa mulai menyusun rencana di dalam kelas, guru mitra mengajak siswa untuk mencoba pendekatan pembelajaran baru, yang nampaknya cukup menarik, siswa memang tampaknya tertarik dengan usulan rencana guru, dan memberikan respon yang cukup baik.

Rencana pengajaran pendekatan klarifikasi nilai ini dibuat oleh peneliti dan guru mitra. Pada awal proses pembelajaran guru mitra membawa siswa untuk


(47)

merencanakan tema materi pelajaran mana yang dianggap oleh siswa paling menarik untuk dikaji.

Tema materi pelajaran yang dipilih oleh siswa pada pertengahan semester II adalah “Menghargai Keputusan Bersama”, maka dalam hal ini peneliti dan guru mitra membuat rencana pengajaran pendekatan klarifikasi nilai dengan tema “ Menghargai Keputusan Bersama”. Kemudian pada pertemuan berikutnya guru mitra mulai menggiring siswa melalui pertanyaan-pertanyaan untuk memahami terlebih dahulu : apa yang dimaksud dengan pengertian keputusan bersama, sebutkan Bentuk-bentuk keputusan bersama, mangapa ada Kemauan bermusyawarah untuk mufakat.

c. Tindakan/ Pelaksanaan, yaitu praktik pembelajaran nyata berdasarkan rencana tindakan yang telah disusun bersama sebelumnya. Sungguhpun bisa berubah sesuai dengan kondisi lapangan. Tindakan ini ditujukan untuk memperbaiki keadaan atau proses pembelajaran.

Pelaksanaan proses pembelajaran Pkn dengan pendekatan klarifikasi nilai dalam membina nilai budi pekerti dilaksanakan dalam empat siklus. :

Siklus I dilaksanakan sesuai dengan rencana yaitu tanggal 2 Mei 2011. Siklus II dilaksanakan pada tanggal 9 Mei 2011. Siklus III dilaksanakan pada tanggal 16 Mei 2011. Siklus IV dilaksanakan pada tanggal 23 Mei 2011.


(48)

Pendidikan Kewarganegaraan di kelas V SDN Selajambe III Kec. Sukaluyu Kab. Cianjur yang berhasil didokumentasi, pelaksanaan tindakan sebagai program pengembangan pendekatan klarifikasi nilai pada pembelajaran PKn dalam membina nilai .budi pekerti pada diri siswa mengikuti langkah-langkah :

a. Langkah I - Identifikasi materi, dengan tujuan untuk berbagi pengetahuan di antara siswa dengan teman-teman dan orang lain tentang materi menghargai keputusan bersama, hal ini hendaknya dapat membantu siswa memperoleh informasi yang cukup untuk mengidentifkasi secara cermat materi-materi yang akan dipelajari.

b. Langkah II – Persiapan. Sebelum kegiatan dimulai, siswa mempersiapkan diri untuk mendemonstrasikan suatu permasalahan masalah akan dimainkan dalam bermain peran berkaitan dengan materi menghargai keputusan bersama untuk kajian kelas setelah cukup informasi. Kali ini adalah temanya tentang pemilihan ketua kelas melalui bermain peran (role playing). Siswa bersama guru mengecek jumlah siswa yang hadir untuk selanjutnya membaginya ke dalam beberapa kelompok simulasi

c. Langkah III – Pelaksanaan. Pelaksanaan mencakup pendahuluan, kegiatan inti dan penutup

a) Pendahuluan


(49)

(1) Mengundang respon siswa melalui tanya jawab.

(2) Membagi kelompok untuk melakukan simulasi

(3) Memilih pemeran setelah siswa memahami masalah

(4) Mengatur tempat main

(5) Menyiapkan pengamat

(6) Melakukan pengamatan dan penilaian Kelompok siswa yang bermain

(1) Menampilkan perilaku sesuai dengan topik atau cerita

(2) Melaksanakan simulasi sesuai dengan peraturan yang ada dalam cerita yang disajikan

(3) Secara berkelompok mendiskusikan hasil (4) Siswa yang tidak bermain peran

(5) Menyimak isi cerita

(6) Menyimpulkan cerita secara lisan dan tulisan b) Kegiatan Inti

(1) Bermain peran, diawali dengan mencoba atau latihan kemudian di diskusikan/dievaluasi

(2) Permainan diulang di depan kelas dengan perbaikan

(3) Permainan peran dalam kelompok kecil, setiap kelompok dapat langsung bermain


(50)

(5) Pengajar tanggap dan gesit dalam mengorganisasikan kelompok dan jalannya kegiatan dalam setiap bermain

c) Penutup

(1) Evaluasi dan diskusi permainan yang telah dilakukan

(2) Siswa diminta mereplesikan pengalaman/penghayatan terhadap peran yang dimainkan sebagai ukuran pencapaian tujuan.

d) Review/balikan

Menjelang berakhirnya sesi diadakan review dan balikan yang dapat diisi dengan hal-hal sebagai berikut :

(1) Komentar dari siswa tentang hal-hal yang harus diperhatikan pada permainan yang akan datang, berdasarkan pengalaman bermain.

(2) Tindak lanjut dari penghayatan siswa terhadap peran yang

dimainkannya untuk diterapkan dalam sikap hidupnya sehari-hari. (3) Review dan balikan mempunyai peran yang sangat penting karena

menentukan tingkat penghayatan dan “penerapan atau pengalaman” dari kesadaran dan kepekaan sosial yang merupakan tujuan bermain d. Observasi, yaitu pendokumentasian terhadap proses, pengaruh dan kendala

tindakan serta cara keadaan, pengaruh dan kendala tersebut mengharnbat atau mempermudah tindakan yang direncanakan. Juga, persoalan-persoalan lain vang mungkin timbul. Hasil observasi ini menjadi dasar refleksi bagi tindakan yang telah dilakukan dan bagi penyusunan program tindakan


(51)

selanjutnya.

e. Refleksi, yaitu berdasarkan periodenya, aktivitas refleksi ini dilakukan sebanyak tiga periode.

1) Refleksi awal, dilakukan pada masa studi pendahuluan dan atau masa pratindakan. Refleksi awal ini di lakukan untuk menemukan, mengkaji dan merenungkan kembali informasi-informasi awal berkenaan dengan adanya loose of set activities dari pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan yang diselenggarakan. Tujuannya untuk

merumuskan proposisi-proposisi awal yang kemudian dituangkan ke dalam suatu rencana awal tindakan.

2) Refleksi Proses, dilakukan selarna pelaksanaan tindakan. Tujuannya mengkaji proses, masalah, atau implikasi dari pelaksanaan program tindakan terhadap kinerja g,uru dan siswa, serta iklim sosial pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Refleksi proses ini juga dimaksudkan untuk mendapatkan dasar bagi perbaikan rencana tindakan selanjutnya.

3) Refleksi hasil, dilakukan pada akhir pelaksanaan seluruh tindakan, atau setelah pengembangan program tindakan dipandang 'cukup' sesuai dengan ketercapaian fokus-tokus tindakan; serta tujuan dari pengembangan program tindakan yang diproposisikan. Dalam hal ini adalah telah terjadinya pembinaan nilai budi pekerti pada diri


(52)

siswa dengan pendekatan klarifikasi nilai pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Pada periode refleksi hasil ini analisis-reflektif terhadap tindakan ditujukan untuk menemukan dan merekonstruksi makna pendidikan nilai dalam pembinaan nilai budi pekerti pada diri siswa dengan pendekatan klarifikasi nilai pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Rekonstruksi makna terhadap hasil atau implikasi dari pengembangan program tindakan terhadap kinerja guru, kineria-perubahan sikap- siswa dengan pendekatan klarifikasi nilai pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, sesuai dengan tujuan akhir dari pengembangan program tindakan dan penelitian tindakan.

Ketiga episode refleksi ini dilakukan secara partisipatif dan kolaboratif antara Peneliti, peneliti mitra dan guru. Keempat tahap tersebut diatas dapat penulis gambarkan sebagai berikut, dimana bagan ini merupakan prosedur dasar pengembangan program tindakan yang diadaptasi dari Kurt lewins:

Pelaksanaan

Pengamatan

Refleksi Perencanaan


(53)

Siklus selanjutnya Bagan 3.1

Siklus Penelitian Tindakan Kelas (Mengadopsi Siklus PTK menurut Kurt Lewins)

2. Prosedur Pengolahan dan Analisis Data

Pada dasarnya pengolahan dan dianalisis data hasil penelitian kelas berdasarkan ancangan kualitatif dilakukan sepanjang penelitian dan dilakukan terus menerus dari awal sampai akhir.

Pengolahan dan analisis data dilakukan secara reflektis, partisipatif dan kolaboratif terhadap perkataan, tindakan dan hasil dokumentasi. Pengolahan dan analisis data menggunakan metode analisis pembicaraan (talk or conservation), dan teks (interaction analysis), dan interaksi (interaction analysis) (Hopkins, 1985, 1993).

Secara garis besar prosedur pengolahan dan analisis data adalah sebagai berikut (Hopkins, 1993:58) :

Pelaksanaan

Pengamatan

Refleksi Perencanaan


(54)

a. Pengumpulan dan Katagorisasi Data.

Pada tahap ini dikumpulkan data-data yang diperoleh dari berbagai metode pengumpulan data (observasi, dokumentasi, refleksi ) ditulis dalam format data. Data-data temuan yang terkumpul, selanjutnya diinterpretasi untuk menyusun sejumlah katagorisasi, konstruksi, serta merumuskan masalah yang dapat menjelaskan secara koheren dan lengkap mengenai `membina nilai budi pekerti dan meningkatkan hasil belajar siswa melalui pendekatan klarifikasi nilai pada pembelajaran PKn'.

Katagorisasi data dilakukan berdasarkan prosedur pengkodean dalam analisis data kualitatif model Bogdan dan Biklen (1990) dan Miles and Huberman (1992). Dalam penelitian tindakan ini katagorisasi data didasarkan pada tiga aspek, vaitu:

1) Latar atau konteks kelas (proses pembelajaran PKn): berupa informasi umum dan khusus tentang latar fisik dalam kelas dan di luar kelas serta latar para pelaku (.guru dan siswa).

2) Proses Pembelajaran: berupa informasi tentang interaksi sosial antara guru siswa, antar siswa, dan keterlibatan siswa dalam proses KBM sehingga perubahan-perubahan nilai serta sikap yang, terjadi selama dan setelah proses pembelajaran PKn dengan menggunakan pendekatan klarifikasi nilai dalam membina nilai budi pekerti dan meningkatkan hasil belajar siswa.


(55)

dan tindakan siswa. b. Validasi

Pada tahap ini katagorisasi, konstruksi, serta rumusan masalah berkenaan dengan penjelasan terhadap`membina nilai budi pekerti dan meningkatkan hasil belajar siswa melalui pendekatan klarifikasi nilai pada pembelajaran PKn', divalidasi melalui empat teknik.

1) Pertama, Triangulasi (Hopkins, 1993:111). Dalam proses triall, peneliti mencek kebenaran data atau informasi tentang pelaksanaan tindakan dengan mengkonfirmasikan dengan data atau informasi yang diperoleh dari sumber data yang lain, yaitu peneIiti-mitra, guru dan siswa, dengan metode pengumpulan data yang telah dipilih dan disepakati bersama. Dari guru, data atau informasi tentang pelaksanaan tindakan dilakukan dengan melakukan refleksi-kolaboratif pada saat diskusi balikan di setiap akhir siklus tindakan, dan atau pada akhir keseluruhan tindakan. Dari siswa, data atau informasi tentang pelaksanaan tindakan dilakukan dengan memberikan lembar refleksi siswa kepada seluruh siswa kelas V SDN Selajambe III Kec. Sukaluyu Kab. Cianjur pada akhir pelaksanaan tindakan, serta melalui wawancara terhadap beberapaa orang siswa yang dipandang dapat memberikan informasi yang tepat setelah berakhirnya keseluruhan pelaksanaan tindakan diperoleh melalui lembar panduan observasi (tentang langkah-langkah model pembelajaran pendekatan pengklarifikasian nilai, dan aktivitas guru dan


(56)

siswa). Sementara itu, peneliti mengumpulkan data atau informasi tentang pelaksanaan tindakan melalui observasi langsung terhadap pelaksanaan tindakan yang didokumentasikan dalam bentuk catatan-catatan lapangan dan jumal pelaksanaan tindakan.

2) Kedua, member-check (Nasution, 1992), yaitu mencek kebenaran dan kesahihan data temuan penelitian dengan mengkontirmasikan dengan sumber data. Dalam proses ini, data atau informasi tentang seluruh pelaksanaan tindakan, dan pada akhir keseluruhan pelaksanaan tindakan.

3) Ketiga, audit trail (Nasution, 1992), yaitu mencek kebenaran hasil penelitian sementara, beserta prosedur dan metode pengumpulan datanya, dengan mengkonfirmasikan pada bukti-bukti temuan (evidences) yang telah diperiksa, dan dicek kesahihannya pada sumber data tangan pertama. Proses ini juga dilakukan dengan mengkontirmasikan atau mendiskusikan dengan teman Program S-2 Program Pendidikan Dasar, dan teman-teman guru di SDN selajambe III Kec. Sukaluyu Kab. Cianjur.

4) Keempat, expert opinion (Nasution, 1992), yaitu pengecekan terhadap kesahihan temuan penelitian kepada para pakar yang profesional di bidang ini. Termasuk dengan para pembimbing penelitian ini.

c. Interpretasi

Pada tahap ini, temuan-temuan penelitian diinterpretasi berdasarkan kerangka teoretik, norma-norma praktis yang disepakati, atau berdasarkan intuisi guru


(57)

mengenai situasi pembelajaran yang baik. Sehingga diperoleh suatu kerangka referensi (frame of reference) yang bisa memberikan makna terhadapnya. Kerangka referensi nantinya dapat digunakan guru untuk melakukan tindakan selanjutnya, dan atau perubahan dan peningkatan kinerja dirinya dalam proses kegiatan pembelajaran secara keseluruhan.


(58)

159

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis-reflektif terhadap pengembangan tindakan

pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan melalui Pendekatan Klarifikasi nilai (Value Clarification Approach) dalam membina nilai budi pekerti dan meningkatkan hasil belajar siswa, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Perencanaan

Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh guru dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar memuat antara lain :

a. Nilai-nilai budi pekerti dari setiap tema/sub tema materi yang terintegrasi kedalam pembelajaran PKn.

b. Potensi-potensi hakiki yang dimiliki siswa dan potensi-potensi yang ada serta berkembang di sekitar lingkungan siswa kedalam kegiatan belajar mengajar sehingga akan menampakkan kesesuaian materi pembelajaran dengan keberadaan dimana siswa itu tinggal.

c. Kegiatan-kegiatan pembelajaran yang lebih menitik beratkan pada kegiatan aspek afektif dan psikomotor dibandingkan dengan aspek kognitif.


(59)

2. Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan pembelajaran guru berperan mengarahkan tumpuan perhatian siswa pada:

a. Berbagai aspek kehidupan siswa, supaya siswa dapat mengidentifikasi hal-hal yang mereka nilai.

b. Mengarahkan siswa supaya memberi perhatian pada klarifikasi nilai, sehingga siswa dapat menerima posisi orang lain tanpa pertimbangan, sesuai dengan apa adanya.

c. Mengarahkan siswa supaya perlu lebih banyak berbuat sebagai refleksi nilai, daripada sekedar menerima.

d. Menuntun cara berfikir dan berbuat siswa supaya siswa dapat

mengembangkan dirinya.

3. Refleksi

Dengan pembelajaran pendekatan klarifikasi nilai didapatkan hasil :

a. Pembelajaran PKn tidak lagi sebagai pembelajaran membosankan.

b. Peningkatan keterlibatan siswa dalam aspek afektif berupa keterlibatan mental dan emosional siswa.


(60)

c. Peningkatan keterlibatan siswa dalam aspek aktivitas psikomotor meliputi aspek visual, oral, mendengarkan, dan menulis/motorik.

d. Terbinanya nilai-nilai Budi Pekerti, antara lain : sopan santun, tenggang rasa, saling menghargai, kebebasan mengeluarkan pendapat, saling menghormati, kataatan, menghargai perbedaan pendapat, percaya diri, memiliki kejujuran/intgritas, bertambah wawasan, dapat berfikir kritis, dapat memecahkan masalah, dapat berbicara dimuka umum, dapat bermusyawarah, dapat berdiskusi, dapat pengalaman belajar dan keterampilan, bertanggung jawab, dapat bekerjasama secara kooperatif.

e. Peningkatan hasil belajar siswa berupa: Kemandirian siswa dalam belajar, kemampuan siswa dalam mengeluarkan pendapat, kepercayaan diri siswa dalam mengeluarkan pendapat, keberanian siswa dalam menilai, kemampuan siswa dalam menilai suatu nilai, keyakinan diri siswa terhadap nilai yang dia yakini, kemampuan siswa untuk berinteraksi dengan yang lain, kemauan siswa untuk bersaing, kemampuan siswa untuk saling menghargai, berbeda pendapat, menghormati kayakinan akan nilai orang lain, dapat menerapkan nila-nilai budi pekerti dalam kehidupan sehari-hari yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia.


(61)

Berdasarkan hasil dan refleksi penelitian tindakan kelas ini, diajukan beberapa rekomendasi, sebagai berikut:

1. Bagi pengembang kurikulum di Departemen Pendidikan Nasional.

Pengembangan dan konstruksi kurikulum PKn (integrated curriculum) hendaknya memberikan porsi yang lebih besar pada perspektif pengalaman belajar siswa sebagai dasar life skill. Menjadikan pengalaman belajar siswa ‘integrated learning experience’ sebagi dasar pertimbangan pengembangan kurikulum PKn.

2. Dalam rangka pembinaan nilai budi pekerti dalam meningkatkan hasil belajar siswa, hendaknya kepala sekolah memberikan suatu hak otonomi pengajaran pada guru PKn, guna pengembangan pendekatan pembelajaran klarifikasi nilai terhadap pembinaan nilai budi pekerti pada diri siswa. dengan hak otonomi pengajaran ini, maka guru akan lebih leluasa dalam mempraktekkan PBM pendekatan klarifikasi nilai sesuai dengan latar siswa dan alam pikiran sefrta tingkat pemikiran siswa, sehingga guru akan lebih mudah dalam memunculkan potensi diri siswa dan membina nilai budi pekerti pada diri siswa, sekaligus implementasi pendidikan budi pekerti dalam pembelajaran PKn.

3. Berdasarkan pelaksanaan dan pemantapan pendekatan klarifikasi nilai dalam pembelajaran PKn, hendaknya guru dapat menjadikan KBM-KBS


(1)

161

c. Peningkatan keterlibatan siswa dalam aspek aktivitas psikomotor meliputi aspek visual, oral, mendengarkan, dan menulis/motorik.

d. Terbinanya nilai-nilai Budi Pekerti, antara lain : sopan santun, tenggang rasa, saling menghargai, kebebasan mengeluarkan pendapat, saling menghormati, kataatan, menghargai perbedaan pendapat, percaya diri, memiliki kejujuran/intgritas, bertambah wawasan, dapat berfikir kritis, dapat memecahkan masalah, dapat berbicara dimuka umum, dapat bermusyawarah, dapat berdiskusi, dapat pengalaman belajar dan keterampilan, bertanggung jawab, dapat bekerjasama secara kooperatif.

e. Peningkatan hasil belajar siswa berupa: Kemandirian siswa dalam belajar, kemampuan siswa dalam mengeluarkan pendapat, kepercayaan diri siswa dalam mengeluarkan pendapat, keberanian siswa dalam menilai, kemampuan siswa dalam menilai suatu nilai, keyakinan diri siswa terhadap nilai yang dia yakini, kemampuan siswa untuk berinteraksi dengan yang lain, kemauan siswa untuk bersaing, kemampuan siswa untuk saling menghargai, berbeda pendapat, menghormati kayakinan akan nilai orang lain, dapat menerapkan nila-nilai budi pekerti dalam kehidupan sehari-hari yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia.


(2)

162

Berdasarkan hasil dan refleksi penelitian tindakan kelas ini, diajukan beberapa rekomendasi, sebagai berikut:

1. Bagi pengembang kurikulum di Departemen Pendidikan Nasional. Pengembangan dan konstruksi kurikulum PKn (integrated curriculum) hendaknya memberikan porsi yang lebih besar pada perspektif pengalaman belajar siswa sebagai dasar life skill. Menjadikan pengalaman belajar siswa ‘integrated learning experience’ sebagi dasar pertimbangan pengembangan kurikulum PKn.

2. Dalam rangka pembinaan nilai budi pekerti dalam meningkatkan hasil belajar siswa, hendaknya kepala sekolah memberikan suatu hak otonomi pengajaran pada guru PKn, guna pengembangan pendekatan pembelajaran klarifikasi nilai terhadap pembinaan nilai budi pekerti pada diri siswa. dengan hak otonomi pengajaran ini, maka guru akan lebih leluasa dalam mempraktekkan PBM pendekatan klarifikasi nilai sesuai dengan latar siswa dan alam pikiran sefrta tingkat pemikiran siswa, sehingga guru akan lebih mudah dalam memunculkan potensi diri siswa dan membina nilai budi pekerti pada diri siswa, sekaligus implementasi pendidikan budi pekerti dalam pembelajaran PKn.

3. Berdasarkan pelaksanaan dan pemantapan pendekatan klarifikasi nilai dalam pembelajaran PKn, hendaknya guru dapat menjadikan KBM-KBS


(3)

163

PKn menjadi laboratorium, yaitu siswa dapat belajar ber-PKn, dengan demikian akan mempermudah bagi guru dalam mengangkat potensi diri siswa, yang menjadi dasar nilai budi pekerti pada diri siswa, sesuai dengan konteks pribadi siswa, realitas social, budaya dan agama yang menjadi latar dimana pembelajaran PKn diselenggarakan.

4. Dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran PKn di Sekolah Dasar, pendekatan klarifikasi nilai dapat menjadi alternative pembelajaran yang inovatif, yang dilakukan oleh guru PKn secara konsisten dan berkesinambungan untuk memotivasi belajar siswa dan membina nilai budi pekerti pada diri siswa.


(4)

i

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S . Suhardjono. Supardi, (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Bumi Aksara

Aryani, I. K. (2002). Model Pembelajaran Potofolio dalam Membina Nilai Kepemimpinan. SPS UPI. Tidak diterbitkan.

Banks, J. A. (1985). Teaching Strategis for the social Studies. New York. Longeman.

Bloom, B. S. (1974). Taxonomy of Educational Objectives. New York: David, Mc. Coy, Inc.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1993). Profil Kemampuan Guru Sekolah Dasar. Jakarta. Ditjen Dikti Depdikbud.

Depdiknas, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Pendidikan Lanjutan Pertama. (2003). Pendekatan Kontekstual (Centered Teaching and Learning). Jakarta.

Djahiri, A.K. (1993). Membina PIPS/PIS dan PPS yang Menjawab Tantangan Hari Esok. Jurnal Pendidikan llmu Sosial. I/1993. Bandung. Forum Komunikasi FPIPS/IPS Indonesia.

---.(1985). Strategi pengajaran Afektif-nili-moral, VCT dan Games dalam VCT. Bandung. Jurusan Pendidikan Moral Pancasila dan Kewarganegaraan FPIPS IKIP Bandung.

Elmubarok, Z. (2009). Membumikan Pendidikan Nilai Mengumpulkan yang Terserak. Menyambung yang Terputus dan Menyatukan yang Tercerai. Bandung. Alfabeta

Fathuljawad, D. (2000). Implementasi Pendidikan budi Pekerti pada mata pelajaran PPKN di Sekolah (Penelitian Naturalistik di SMU Negeri I kota Sukabumi). Skripsi. SPS UPI. Tidak diterbitkan

Fatimah. (2000). Perbandingan hasil belajar IPS antara Siswa yang pembelajarannya menggunakan Pembelajaran Reciprocal Teaching dengan yang menggunakan Projek Based Learning (PBL). Skripsi STKIP Siliwangi. Tidak diterbitkan.

Fraenkel, J.R. (1987). How To Teach About Values; AN Analytic Approach. Englewood Cliffs. New Jersey. Prentice-Hall, Inc.


(5)

ii

Hamalik. (2005). Proses Belajar Mengajar. Jakarta. PT. Bumi Aksara.

Hopkins, D. (1993). A Teacher’s Guide To Classroom Research. Philadelphia Open University Press. Milton Keyness.

Jarolimek, J. (1967). Social Studies in Elementary Education. 5-th edition, New York : Mc. Millan Co. Inc.

Joyce. Bruce and Weil, Marsha. (1980). Models of Teaching. 2-nd edition, New Jersey. Prentice Hall Inc.

Jumaeli. (2002). Kegiatan Belajar Mengajar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN) di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). SPS UPI. Tidak diterbitkan.

Krathwohl, R, D. (1973). Taxonomy of Educational Objectives. New York. Longman Groups

Lubis, M. (2009). Evaluasi Pendidikan Nilai. Yogyakarta. Pustaka Pelajar

Martorella, P, H. (1994). Social Studies for Elementary School Children, Mac Millan, New York

Mohamad, S. (2000). Pendekatan Holistik Dalam Pendidikan Budi pekerti. Bandung. Yayasan Istqomah.

Nasution, S. (1988). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung. Tarsito. Poespadibrata, S. (1993). Sistem Nilai, Kepercayaan dan Gaya Kepemimpinan

Manajer Madya Indonesia Dalam Konteks Budaya Organisasional. Bandung. Disertasi UNPAD Bandung.

Rockeah, M. (1973) The Nature Of Human Values. New York. The Free Press Sapriya. (2001). Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaran Bercirikan Budi

Pekerti berbasis nilai lokal. Makalah. disampaikan dan diseminarkan dalam seminar Nasional dan Kongres Forum komunikasi Pimpinan FIPS/FIS?IKIP Universitas/IKIP Seindonesia serta HIPSI. Semarang 22-24

Sardiman, A.M. (1996). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sudjana, N. (1995). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo.


(6)

iii

---(2000). Penilaian Hasil Belajar Mengajar.Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sumantri, M, N. (1996). Pendidikan IPS Ditinjau dari Perspektif Aktualisasinya. Jakarta: IKIP Jakarta.

---(2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS, Rosda: Bandung

Supriyoko. (2003). Menuju Masyarakat Tertib Damai Salam Bahagia Sebagai Karakter Bangsa Masa Depan. Disampaikan dalam Forum Saresehan Kebudayaan. Yogyakarta (19-20 Maret 2003):

Ramli, Z, T. (2000). Pendekatan-pendekatan nilai dan Implementasi dalam Pendidikan Budi Pekerti. Jurnal pendidikan dan kebudayaan. Jakarta. Balitbang Depdiknas

Raths, L.E. Harmin, Meerill. Simon, Sidney. B. (1976), Values Teaching: working with Values in The Classroom. Ohio. A. Charles E. Merrill professional

Sudjana, D. (2000). Strategi Pembelajaran. Bandung : Falah Production. Hatimah. I. (2003). Strategi dan Metode Pembelajaran. Bandung : Andira.

Kusumah, W. Dwitagama, Dedi. (2011). Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Indeks

Wiriaatmadja, R. (2009). Metode Penelitian Tindakan Kelas untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung. Rosdakarya.

http://massofa.wordpress.com/2010/09/01/sosok-guru-yang-profesinal/ di unduh tanggal 15 Januari 2011


Dokumen yang terkait

Penggunaan Media Pembelajaran “Multimedia Presentasi” Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Atom Karbon Dan Senyawa Hidrokarbon (Penelitian Tindakan Kelas Di Sma Negeri 1 Jasinga)

1 7 311

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui pendekatan kontekstual pada pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas IV di SDN Neglasari 02

1 13 149

MENINGKATKAN KEMAMPUAN AFEKTIF SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE PADA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS V SDN 101774 SAMPALI.

0 4 28

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN VCT (VALUE CLARIFICATION Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran VCT (Value Clarification Technique) Pada Mata pelajaran PKn Kelas V di SD Negeri 2 Nogosari Kabupaten Boyolali

0 0 17

UPAYA MENINGKATKAN NILAI-NILAI KERJASAMA DAN SPORTIVITAS MELALUI PENERAPAN PERMAINAN TRADISIONAL: penelitian tindakan kelas pada siswa kelas v sdn cisitu 2 bandung.

1 4 47

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN

0 0 8

PENERAPAN NILAI NILAI BUDI PEKERTI YANG

0 0 10

Penerapan Pendekatan VCT ( Value Clarification Teaching ) Untuk Meningkatkan Kedisiplinan Dan Hasil Belajar IPS Pada Siswa Kelas V SDN Dasan Jontak Kec. Kopang, Kab. Lombok Tengah Tahun Pelajaran 2017/2018

0 0 12

Menanamkan Budi Pekerti Luhur Sesuai dengan Nilai Nilai Pancasila Melalui Permainan Tradisional

0 1 7

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN VCT (VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE) DI KELAS V SDN SUKOAGUNG PATI

0 0 25