Studi Deskriptif Mengenai Self-Compassion pada Home Care Nurse di Universitas "X" Bandung.

(1)

iv Universitas Kristen Maranatha

Abstrak

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui derajat self-compassion pada home care nurse di Universitas “X” Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik survey. Jumlah sampel sebanyak 30 mahasiswa Universitas

“X” Bandung yang menjadi home care nurse.

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah self-compassion Scale (Neff, 2003) yang sudah diterjemahkan Missiliana R.. Alat ukur self-compassion Scale terdiri dari 26 pernyataan yang mengukur ketiga komponen pembentuk self-compassion, terdiri dari item positif dan negatif. Setelah dilakukan uji validitas dengan SPSS Statistics 20.0, maka diperoleh 26 item yang valid dengan validitas item berkisar antara 0,323 – 0,606. Reliabilitas alat ukur tersebut adalah 0,818. Dari pengolahan data, diperoleh hasil self-compassion home care nurse di Universitas “X” Bandung. Sebanyak 40% memiliki derajat self-compassion yang tinggi. Sebanyak 60% memiliki derajat self-compassion yang rendah karena memiliki satu atau lebih komponen self-compassion yang rendah.

Peneliti mengajukan saran agar peneliti lain yang memiliki minat untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai self-compassion, disarankan meneliti faktor-faktor lainnya yang berkaitan dengan self-compassion pada home care nurse dan mempertimbangkan penggunaan kuesioner self-compassion dengan merevisi item-item yang bahasanya kurang dapat dimengerti masyarakat umumnya. Selain itu peneliti mengajukan saran kepada home care nurse agar dapat mempelajari apa makna dan fungsi dari self-compassion, dengan mengikuti seminar atau pelatihan psikologi tentang self-compassion sehingga mereka dapat mengaplikasikan ketika menghadapi kesulitan, kegagalan, dan penderitaan yang dialami saat melakukan pelayanan perawatan terhadap pasien.

Kata Kunci: self-compassion, self-kindness, mindfulness, common humanity, home care nurse.


(2)

v Universitas Kristen Maranatha

Abstract

This research is conducted to determine the self-compassion contained in home care nurse at Universitas “X” Bandung. The method in this research is descriptive with survey techniques. The population for this research are 30 students of Universitas “X” Bandung who became home care nurse.

This research was using measuring instrument from self-compassion scale (Neff, 2003) which has been translated Missiliana R.. Measuring tool of self-compassion scale consists of 26 items that measure three components of self-compassion, consisting of positive and negative items. The validity test conducted by SPSS Statistics 20.0, the obtained 26 valid items with the validity of the items ranged from 0,323 to 0,606. The reliability of the instruments was 0,818. Based on the results, research obtained self-compassion in home care nurse at Universitas “X” Bandung. 40% of them shown self-compassion with high scores. 60% of them shown self-compassion with low scores because it has one or more components of a self-compassion with low score.

Researchers suggest other researchers who have an interest to conduct further on research of compassion, suggested examining other factors associated with self-compassion in home care nurse and consider the use of questionnaires self-self-compassion by revising items with fuzzy words. Researchers also suggest for the home care nurse to learn what is the meaning and function of self-compassion, with attending seminars or psychology of self-compassion training so they can compassion for their self when facing difficulties, failures, and suffering experienced while services the patient

Key Word: self-compassion, self-kindness, mindfulness, common humanity, home care nurse.


(3)

viii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ... ii

LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENEL... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR BAGAN... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB I. PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Identifikasi Masalah... 6

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian... 6

1.3.1. Maksud Penelitian... 6

1.3.2. Tujuan Penelitian... 6

1.4. Kegunaan Penelitian... 7

1.4.1. Kegunaan Teoritis... 7

1.4.2. Kegunaan Praktis... 7

1.5. Kerangka Pemikiran... 7


(4)

ix Universitas Kristen Maranatha

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 16

2.1. Self-Compassion... 16

2.1.1 Definisi Self-Compassion... 16

2.1.2 Komponen Self-Compassion... 16

2.1.2.1 Self-Kindness... 17

2.1.2.1.1 Self-Kindness vs. Self-Judgement... 18

2.1.2.2 Mindfulness…... 18

2.1.2.2.1 Mindfulness vs. Overindetification... 19

2.1.2.3 Common Humanity... 20

2.1.2.3.1 Common Humanity vs. Isolation... 20

2.1.3 Manfaat Self-Compassion... 21

2.1.3.1 Resiliensi Emosi... 21

2.1.3.2 Keluar Dari Perbandingan Self-esteem... 22

2.1.3.3 Motivasi dan perkembangan pribadi... 22

2.1.4 Faktor-faktor yang berpengaruh pada Self-Compassion... 22

2.1.4.1 Jenis kelamin... 22

2.1.4.2 Personality... 23

2.1.4.3 The Role of Culture... 26

2.1.4.4 The Role of Parent... 28

2.1.5 Self-Compassion dengan Self-Pity, Self-indulgence, Self-Esteem... 31

2.2 Nurse... 32

2.2.1 Pengertian Nurse ... 32

2.2.2 Home Care Nurse ... 37

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN... 39


(5)

x Universitas Kristen Maranatha

3.2 Bagan Prosedur Penelitian... 39

3.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional... 39

3.3.1 Variabel Penelitian... 39

3.3.2 Definisi Konseptual... 40

3.2.3 Definisi Operasional... 40

3.4 Alat Ukur... 41

3.4.1 Kuesioner Self-Compassion... 41

3.4.1.1 Kisi-kisi Alat Ukur Self-Compassion... 41

3.4.1.2 Prosedur Pengisian Alat Ukur... 44

3.4.1.3 Sistem Penilaian Alat Ukur... 44

3.4.2 Data Pribadi dan Data Penunjang... 45

3.4.3 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur... 46

3.4.3.1 Validitas Alat Ukur... 46

3.4.3.2 Reliabilitas alat ukur... 46

3.5 Populasi dan Penarikan Sampel... 46

3.5.1 Populasi... 46

3.5.2 Karakteristik Sampel... 46

3.5.3 Teknik Penarikan Sampel... 46

3.6 Teknik analisis data... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48

4.1 Hasil Penelitian ... 48

4.1.1 Hasil Penelitian Berdasarkan Data Responden ... 48

4.1.2 Hasil Penelitian ...49

4.2 Pembahasan ... 51


(6)

xi Universitas Kristen Maranatha

5.1 Kesimpulan ... 62

5.2 Saran ... 63

5.2.1 Saran Teoritis ... 63

5.2.2 Saran Praktis ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64

DAFTAR RUJUKAN ... 65


(7)

xii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

TABEL 3.1 Kisi-kisi Alat Ukur Self-Compassion... 40 TABEL 3.2 Sistem Penilaian setiap komponen Self-Compassion... 43


(8)

xiii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR BAGAN

BAGAN 1.1 KERANGKA PIKIR... 13 BAGAN 3.1 RANCANGAN PENELITIAN... 38


(9)

xiv Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

SURAT PERNYATAAN

KUESIONER SELF-COMPASSION DATA PENUNJANG I

DATA PENUNJANG II DATA PENUNJANG III CROSS TABULATION TABEL DATA MENTAH BIODATA PENELITI


(10)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perawat atau Nurse berasal dari bahasa Latin yaitu dari kata Nutrix yang berarti merawat atau memelihara. Profesi perawat diharapkan dapat membantu mempertahankan atau memulihkan kesehatan yang optimal pada perawatan individu, keluarga, atau masyarakat. Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan (Undang-undang Kesehatan No.23, 1992). Seorang perawat dikatakan profesional jika memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan keperawatan, dan sikap profesional sesuai kode etik profesi. Untuk menjadi perawat, seseorang dapat mengikuti pendidikan formal di akademi keperawatan. Akademi keperawatan di kota Bandung sudah banyak, bahkan untuk beberapa Universitas sudah memiliki Fakultas Keperawatan.

Para penerima jasa atau pasien pelayanan kesehatan diharapkan untuk menyadari hak-haknya, sehingga keluhan, harapan, laporan, atau tuntutan lainnya dapat diajukan ke pengadilan sebagai upaya mempertahankan hak mereka sebagai penerima jasa tersebut. Terdapat beberapa alasan untuk menggunakan jasa keperawatan, salah satunya adalah menjaga, merawat, dan membantu pasien selama 24 jam setiap harinya. Hal ini juga dapat disebabkan tidak ada anggota keluarga yang selalu mampu membantu dan merawat di setiap saat pasien butuhkan. Selain itu, perawat diharapkan sudah terlatih untuk memberikan pelayanan secara efektif dan efisien.

Tidak semua perawat melayani atau bertugas di Rumah Sakit. Perawat juga dapat melakukan pelayanannya di rumah pasien, sesuai dengan kode etik dan perjanjian terhadap


(11)

2

Universitas Kristen Maranatha

keluarga pasien. Home care nurse adalah istilah perawat yang melakukan perawatan di rumah pasien. Home care nurse bersedia membantu, merawat, dan menjaga pasien selama menjalani perawatan pada pasiennya selama 24 jam. Karena home care nurse tinggal di rumah pasien, maka ada kesepakatan di awal antara mereka dengan keluarga pasien mengenai waktu perawatan yang mereka berikan. Jika keluarga pasien memberikan kesepakatan terhadap home care nurse, memungkinkan menggunakan jasa dua orang home care nurse, sehingga mereka dapat membagi jadwal waktu perawatan. Home care nurse mendapatkan pendidikan formal di Fakultas Keperawatan. Dengan ilmu yang didapatkan dari pendidikan formal, mereka mampu mempertahankan dan membantu pemulihan kesehatan pasien tersebut. Resiko menjadi seorang home care nurse sangat beragam. Mereka bekerja dengan tanggung jawab sendiri, tidak melibatkan rumah sakit. Mereka hanya bertanggung jawab untuk melaporkan informasi mengenai pasien kepada dokter yang bersangkutan dengan pasien. Jika ada masalah lain selain hal tersebut, merupakan tanggung jawab dirinya sendiri. Selain itu dengan segala keterbatasan baik itu pengetahuan atau pengalaman sebagai nurse, mereka harus tetap maksimal dalam menjalankan perawatan.

Di Universitas “X” Bandung terdapat Fakultas Keperawatan. Program ini dirancang bagi lulusan S1 Keperawatan untuk meningkatkan keahlian dalam memberikan pelayanan pada pasien sekaligus menjadi perawat yang mandiri. Setelah selesai menjalankan pendidikan tersebut, mahasiswa akan mendapat sertifikasi untuk menjadi perawat profesional. Fakultas tersebut menciptakan perawat-perawat yang dapat bekerja mengabdi pada masyarakat sebagai perawat di suatu lembaga, institusi, atau pun rumah sakit. Istilah home care nurse (atau yang lebih sering disebut special nurse) sudah dipahami oleh kebanyakan mahasiswa, dosen, dan fakultas tersebut. Mahasiswa yang masih aktif kuliah di Fakultas Keperawatan dapat menjadi home care nurse. Hanya saja, menurut Dekan Fakultas Keperawatan di Universitas “X” Bandung, home care nurse bukan suatu pekerjaan atau profesi yang official, sehingga


(12)

3

Universitas Kristen Maranatha

keberadaannya tidak diketahui pasti oleh pihak fakultas maupun universitas. Beberapa mahasiswa mengungkapkan alasan menjadi home care nurse karena untuk mendapatkan kebutuhan finansial tambahan dan sebagai pengalaman kerja nyata, sehingga mereka tidak perlu menunggu kelulusan untuk mendapatkan hal-hal tersebut. Jadwal kuliah mereka yang padat membuat mereka tidak memiliki banyak waktu untuk menjadi home care nurse. Ketika liburan semester, disaat tidak ada perkuliahan mereka memanfaatkan waktu untuk menjadi home care nurse. Dengan keterbatasan ilmu, pengetahuan, faktor usia, dan kurangnya pengalaman dalam merawat pasien, memungkinkan mahasiswa yang menjadi home care nurse tersebut mendapatkan suatu kendala atau hambatan dalam melakukan pelayanannya. Kendala dan hambatan tersebut bisa memengaruhi keadaan mahasiswa tersebut. Kendala dan hambatan yang dimaksud antara lain konflik dengan pasien, mendapat kritik dari orang lain, dan hal lainnya. Pada kenyataanya dalam menghadapi masalah, reaksi tiap orang berbeda-beda.

Berdasarkan hasil survey pada 20 mahasiswa tingkat akhir di Universitas “X” Bandung. Diperoleh sebanyak dua home care nurse (10%) mencoba tetap bersabar dan berbaik hati pada diri walaupun dihadapkan dengan masalah ketika mereka sedang melakukan perawatan terhadap pasiennya. Sebanyak 18 home care nurse (90%) merasa dirinya salah ketika gagal memberikan perawatan yang seharusnya dapat dikerjakan secara maksimal. Mereka yang seperti itu cenderung merasa sulit menerima kemampuan diri sendiri jika dihadapkan kegagalan atau masalah.

Selain itu ditemukan sebanyak 15 home care nurse (75%) yang mengatakan bahwa mereka cenderung berlarut pada emosi ketika dihadapkan dengan masalah yang tidak dapat ditemukan solusinya. Karena mereka dituntut untuk mengambil keputusan sendiri. Bahkan ketika mendapatkan pasien yang tidak kunjung sembuh atau bahkan meninggal, mereka sadar bahwa kemampuan atau kekurangan yang dimiliki dapat menjadi salah satu penyebabnya.


(13)

4

Universitas Kristen Maranatha

Sebanyak lima home care nurse (25%) mampu menyadari bahwa perbuatan yang mereka lakukan bukan karena kemampuan mereka yang buruk, karena selain kegagalan yang mereka hadapi, mereka juga pernah mengalami keberhasilan.

Sebanyak 12 home care nurse (60%) mengaku bahwa kesulitan yang mereka alami tidak dialami oleh perawat yang bekerja di rumah sakit, sebagai contoh home care nurse bekerja di rumah pasien dimana peralatan medis yang dibutuhkan tidak tersedia sehingga home care nurse tersebut merasa sendiri, tidak berdaya, dan harus bekerja dengan segala keterbatasan yang ada. Ketika hal tersebut terjadi, home care nurse cenderung merasakan kegagalan dan merasa terasingkan berada di lingkungan pasiennya. Jika home care nurse cenderung menyalahkan diri, berlarut pada emosi, dan tersebut merasa sendiri dan tidak berdaya. Sebanyak delapan home care nurse (40%) pernah merasa terasingkan dengan alasan yang berbeda-beda, namun mereka menyadari bahwa home care nurse lainnya pasti mengalami hal ini sehingga mereka tidak selalu memikirkan penderitaan kesulitan, dan tetap melakukan perawatan secara optimal.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat digambarkan bahwa pada umumnya home care nurse yang harus merawat pasien sesuai dengan ketentuan dan aturan yang sudah disepakati dengan pasiennya, pernah atau bahkan sering menyalahkan dan mengritik diri mereka atas berbagai hal yang bersifat negatif saat menjalani perawatan. Sebagai contoh, home care nurse merasa kecewa dan bersalah pada dirinya sendiri ketika banyak hal yang tidak terduga terjadi, yang menyebabkan home care nurse merasakan beban dan tekanan. Home care nurse beranggapan bahwa mereka dapat bekerja lebih baik lagi untuk masalah penanganan pasiennya. Apabila perasaan kecewa terhadap kemampuan diri dan perasaan negatif lainnya dibiarkan terus menerus muncul dan tidak diredakan atau dikontrol, akan muncul kecemasan-kecemasan yang kemudian membuat home care nurse melakukan


(14)

5

Universitas Kristen Maranatha

perawatan secara kurang maksimal. Hal tersebut mungkin akan berdampak pada perawatan terhadap pasien.

Neff (2011) menyatakan bahwa kebiasaan menyalahkan dan mengritik diri sendiri apabila dibiarkan terus menerus akan membuat seseorang beresiko mengalami burned out, kelelahan, dan overwhelmed (dicekam emosi dengan intensitas kuat) karena tidak sempat menyamankan diri sendiri terlebih dahulu. Home care nurse yang lebih mengutamakan kepentingan pasiennya sehingga mengesampingkan kepentingan mereka sendiri kemungkinan besar akan mengalami resiko-resiko tersebut. Oleh karena itu, setiap home care nurse membutuhkan self-compassion. Self-compassion yaitu kemampuan untuk mengembangkan bentuk perasaan yang mengandung kebaikan (kindness), kepedulian (care), dan pengertian (understanding) untuk diri sendiri yang akan menimbulkan sebuah dorongan untuk meringankan penderitaan yang dialami secara alamiah. Self-compassion juga dapat mengenali keadaan diri seorang individu sebagai manusia biasa yang lemah, tidak sempurna, dan rapuh.

Self-compassion tidak menjelaskan bahwa masalah pribadi merupakansuatu masalah yang lebih penting daripada masalah orang lain dan selalu diutamakan. Self-compassion menegaskan bahwa masalah pribadi merupakan masalah yang juga perlu ditangani sama seperti masalah lainnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kedua masalah tersebut berada dalam level atau tingkatan yang sama (Neff, 2011).

Seorang home care nurse yang berkewajiban untuk memberikan perawatan kepada pasien sesuai dengan ketentuannya, seharusnya mengembangkan self-compassion-nya. Situasi, keadaan, dan tugas dari home care nurse telah dijelaskan sebelumnya, merupakan situasi yang tidak ringan bahkan sulit sehingga keberadaan self-compassion sangat dibutuhkan ketika home care nurse dihadapkan dengan kegagalan, penderitaan, masalah, dan konflik. Dengan self-compassion, seseorang akan memiliki resiliensi emosi yang tinggi, terbebas dari


(15)

6

Universitas Kristen Maranatha

permainan self-esteem dan memiliki motivasi serta mengalami perkembangan pribadi (Neff, 2011).

Berdasarkan hal-hal yang sudah dijelaskan sebelumnya, peneliti tertarik untuk meneliti self-compassion pada mahasiswa yang menjadi home care nurse di Universitas “X” di Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

Seberapa besar derajat self-compassion pada home care nurse di Universitas “X” di Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini adalah mengetahui derajat self-compassion yang terdapat pada home care nurse di Universitas “X”di Bandung.

1.3.2. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui derajat self-compassion melalui derajat komponen self-kindness, mindfulness, dan common humanity yang terdapat pada home care nurse di Universitas “X”di Bandung yang juga berkaitan dengan tiga komponen lawan pembentuk self-compassion yaitu self-judgment, overidentification, dan isolation.


(16)

7

Universitas Kristen Maranatha

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1. Kegunaan Teoritis

1. Memberikan informasi tentang self-compassion bagi disiplin ilmu Psikologi Positif, khususnya Self-Compassion.

2. Memberikan informasi bagi peneliti lain yang ingin mengadakan penelitian-penelitian lanjutan mengenai Self-Compassion.

1.4.2. Kegunaan Praktis

1. Memberikan informasi kepada para Home care nurse di Universitas “X” Bandung mengenai self-compassion dan komponen-komponennya. Informasi ini dapat digunakan untuk membantu Home care nurse mengatasi permasalahan yang berhubungan dengan hal tersebut supaya dapat menerima diri sendiri dengan lebih baik.

2. Memberi informasi kepada para staf pengajar Fakultas Keperawatan Universitas “X” Bandung mengenai self-compassion dalam kaitannya dengan memberikan pengetahuan dan bimbingan kepada para mahasiswa atau dalam penelitian ini adalah Home care nurse Universitas “X” Bandung dalam rangka meningkatkan self-compassion.

1.5 Kerangka Pemikiran

Home care nurse mendapatkan pendidikan formal di Fakultas Keperawatan. Mahasiswa fakultas keperawatan yang telah lulus dan dinyatakan telah menyelesaikan pendidikan formalnya, mereka dapat bekerja sebagai nurse di rumah sakit, atau menjadi home care nurse. Namun mereka yang belum lulus atau masih menjadi mahasiswa aktif di fakultas keperawatan dan ingin mendapatkan pengalaman bekerja dapat menjadi home care nurse.


(17)

8

Universitas Kristen Maranatha

Perawat di rumah sakit bekerja sesuai peraturan yang berlaku di rumah sakit tersebut, jika terdapat kesalahan penanganan, perawatan, atau hal-hal yang terjadi pada pasiennya, rumah sakit bertanggung jawab atas pasien tersebut. Home care nurse memiliki perbedaan dengan perawat-perawat lainnya. Selain melakukan perawatan di rumah pasien, home care nurse bertanggung jawab atas pasiennya. Tanggung jawab yang dimaksud yaitu home care nurse melakukan perawatan sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati antara mereka dengan dokter maupun keluarga dari pasiennya. Home care nurse bertugas memberikan penanganan, pemberian obat, dan hal-hal yang dibutuhkan pasien sesuai dengan anjuran dokternya. Karena home care nurse melakukan hal-hal tersebut, maka home care nurse bertugas untuk melaporkan perkembangan kesehatan dari pasiennya tersebut pada dokter yang bersangkutan. Tidak hanya kepada dokter, keluarga juga harus mengetahui perkembangan kesehatan pasien tersebut. Dalam pekerjaannya, home care nurse tinggal atau menetap untuk sementara waktu di rumah pasien untuk memberikan perawatan yang lebih maksimal.

Home care nurse dalam melakukan perawatan memiliki kemungkinan untuk mengalami masalah. Permasalahan yang dapat dialami adalah berupa kritik dari pasien atau lingkungan pasien seperti keluarga yang kurang objektif dalam melihat permasalahan selama perawatan atau kejadian-kejadian yang terjadi di luar dugaan. Misalkan, home care nurse dihadapkan pada keadaan dimana pasien dalam hal terburuk, seperti penurunan kondisi kesehatan. Dalam situasi tersebut, pasien membutuhkan peralatan medis yang memadai. Namun karena home care nurse melakukan perawatan di rumah maka peralatan medis yang dibutuhkan kurang terfasilitasi. Sebagai home care nurse dalam situasi seperti ini dituntut untuk mengambil keputusan penting untuk kebaikan pasiennya. Neff (2011) berpendapat individu seharusnya memerlukan self-compassion ketika sedang mendapatkan masalah. Self-compassion adalah bentuk perasaan yang mengandung kebaikan (kindness), kepedulian


(18)

9

Universitas Kristen Maranatha

(care), dan pengertian (understanding) untuk diri sendiri di mana hal ini memunculkan dorongan untuk meringankan penderitaan secara alamiah pada diri individu. Self-compassion berkaitan juga dengan mengenali keadaan manusia sebagai hal yang tidak sempurna dan rapuh (Neff, 2011).

Neff (2011) berpendapat bahwa self-compassion terbentuk dari tiga komponen, antara lain self-kindness, mindfulness, dan common humanity. Self-kindness berhubungan dengan pengakuan diri terhadap masalah dan ketidakmampuan yang ada pada diri sendiri sehingga individu merawat dan menolong diri sendiri dibandingkan menjadi marah di saat keadaan yang terjadi tidak sesuai harapan (Neff, 2011). Dalam penanganan dan perawatan, home care nurse dihadapkan dengan situasi dan kondisi yang berbeda-beda. Pasien yang tidak kunjung sembuh, atau bahkan dapat terjadi kematian di masa perawatan oleh home care nurse. Home care nurse dikritik oleh keluarga pasien yang merasa tidak puas atas pelayanan yang diberikan karena tidak sesuai dengan yang diharapkan. Ketika hal-hal tersebut terjadi seharusnya home care nurse mampu untuk mengakui kesalahannya tanpa menghukum atau merendahkan dirinya sendiri.

Mindfulness adalah kemampuan individu untuk menerima dan melihat secara jelas perasaan dan pikiran diri sendiri dengan apa adanya, tanpa disangkal atau ditekan (Neff, 2003). Dengan kata lain individu tersebut menghadapi kenyataan yang ada. Home care nurse diharapkan dapat mengendalikan pikiran dan juga menyadari bahwa seluruh emosi yang terjadi pada dirinya di saat menghadapi masalah saat melakukan tugas sebagai perawat. Home care nurse tinggal di lingkungan keluarga pasien. Keseharian home care nurse hidup bersama pasien dan keluarganya memungkinkan akan timbul konflik. Jika sampai terjadi konflik, home care nurse melakukan kesalahan dalam perawatan, dan kemudian mendapat kritik dari keluarga pasien, home care nurse diharapkan untuk tetap profesional dalam melakukan perawatannya. Home care nurse yang memiliki mindfulness yang tinggi, disaat melakukan


(19)

10

Universitas Kristen Maranatha

kesalahan tidak akan melebih-lebihkan atau menyangkal kesalahannya itu. Dengan kata lain, home care nurse tersebut akan menghayati ketidaksempurnaan yang terjadi pada dirinya ketika sedang merawat pasien dan akan tetap menjalankan perawatan dengan maksimal.

Common humanity adalah cara pandang individu terhadap pengalaman yang diinterpretasikan dari diri dengan sudut pandang yang lebih luas yaitu dari sudut pandang masyarakat pada umumnya. Home care nurse dengan common humanity dapat memandang suatu permasalahan yang terjadi pada dirinya, seperti kesalahan atau kelalaian melakukan perawatan terhadap pasien, sebagai suatu pengalaman yang juga pernah atau sedang dialami oleh home care nurse lainnya. Ketika home care nurse dihadapkan situasi dan kondisi dimana pasien yang dirawatnya tidak kunjung membaik atau bahkan mengalami kemunduran kondisi menjadi tidak baik. Dalam situasi tersebut, home care nurse diharapkan untuk tidak berlarut dalam emosinya seolah pasien tersebut merupakan pasien yang tidak mungkin sembuh dibawah perawatan home care nurse tersebut.

Setiap komponen-komponen pembentuk self-compassion memiliki komponen penyeimbang yang bersifat negatif (Neff, 2011). Self-kindness berlawanan dengan self-judgment, mindfulness berlawanan dengan overidentification, dan common humanity berlawanan dengan isolation. Self-judgment adalah perilaku mengkritik kesalahan diri hingga menjadi suatu bentuk hukuman bagi diri meskipun kesalahan tersebut berada di luar kendali (Neff, 2011). Home care nurse mungkin menilai dirinya sebagai home care nurse yang tidak kompeten menjalani pekerjaannya bila mendapat kritik dari pasien atau orang lain. Ketika keluarga dari pasien memberikan kritik kepada home care nurse, namun home care nurse menjadi berlarut dalam masalahnya dan menilai buruk dirinya, hal ini disebut self-judgment.

Overidentification adalah keadaan dimana seseorang menghadapi emosi yang berat, mereka terbawa reaksi emosional yang ada hingga sense of self yang kemudian dapat membuat seseorang melebih-lebihkan suatu keadaan. Home care nurse dapat terbawa


(20)

11

Universitas Kristen Maranatha

perasaan saat tidak mampu memberi penangan terhadap pasien yang sakitnya bertambah parah, dan tidak kunjung membaik. Home care nurse yang berlarut dalam emosinya dan juga merasa tercekam atas kesalahannya, menunjukkan bahwa mereka sedang mengalami overidentification.

Isolation merupakan penghayatan diri yang merasa bahwa dirinya unik dan berbeda dari orang lain sehingga merasa terputus dari individu lainnya (Neff, 2011). Home care nurse berpotensi mengalami perasaan sendirian dan terasingkan saat menghadapi masalah yang tidak terduga ataupun yang diakibatkan oleh dirinya sendiri. Home care nurse yang merawat di rumah pasien mungkin merasa sendiri ketika sedang dihadapkan masalah atau kegagalan, karena home care nurse bertanggung jawab dan dituntut mengambil keputusan sendiri atas keadaan pasiennya. Ketika keadaan semakin memburuk, memungkinkan home care nurse merasa sendiri dan jauh dari orang-orang yang mungkin saja mengalami hal tersebut. Perasaan tersebutyang dirasakan home care nurse yang hanya terjadi pada dirinya adalah keadaan individu yang sedang mengalami isolation.

Menurut Neff, bila salah satu komponen pembentuk self-compassion tinggi, maka dua komponen lainnya juga akan semakin tinggi derajatnya. Ketika ketiga komponen pembentuk self-compassion, yaitu mindfulness, self-kindness, dan common humanity, semakin tinggi derajatnya, maka self-compassion yang dimiliki individu juga akan semakin tinggi (Neff, 2011). Di sisi lain, bila lawan komponen pembentuk self-compassion, yaitu overidentification, isolation, dan self-judgment semakin tinggi, maka self-compassion pada individu akan semakin rendah.

Terdapat faktor-faktor yang memengaruhi self-compassion, namun dalam penelitian ini faktor yang digunakan antara lainjenis kelamin, personality, peran orang tua, dan budaya. Perempuan pada umumnya memiliki self-compassion lebih rendah dari pria karena perempuan cenderung memiliki pertimbangan yang berlebihan mengenai kejadian negatif.


(21)

12

Universitas Kristen Maranatha

Penelitian menunjukkan bahwa wanita jauh lebih penuh pertimbangan dibandingkan laki-laki sehingga perempuan menderita depresi dan kecemasan dua kali lipat dibandingkan pria (Neff, 2011).

Self-compassion memiliki hubungan dengan trait neuroticism, agreebleness, extroversion, opennes to experience,dan conscientiousness dari the big five personality. Melihat kepribadian manusia melalui trait yang tersusun dalam lima buah faktor kepribadian yang telah dibentuk dengan menggunakan analisis faktor (McCrae & Costa, 1997, dalam Viya 2013). Dalam penelitian Neff, Rude, & Kirkpatrick (2007) ditemukan bahwa self-compassion memiliki hubungan positif yang signifikan dengan agreeableness, extroversion, and conscientiousness dan memiliki hubungan negatif dengan neurotism. Perilaku yang ditunjukkan orang dengan tipe neurotism yaitu memiliki emosi yang kurang stabil, pencemas, khawatir. Sehingga jika home care nurse dihadapkan dengan suatu kegagalan mereka cenderung menunjukkan self-compassion rendah. Mereka akan menyalahkan diri karna kecemasan yang mereka pikirkan, tenggelam dalam kegagalannya, dan memandang bahwa masalah tersebut tidak dialami orang lain. Self-compassion memilki hubungan positif dengan agreeableness, hal ini ditunjukkan individu dengan self-compassion mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan, mampu beradaptasi, dan keterikatan emosional dengan orang lain. Dalam hal ini home care nurse dapat beradaptasi dengan keluarga ataupun lingkungan pasien, sehingga mereka dan pasien dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan yang lebih baik, yaitu kesehatan atau kesembuhan pasien. Individu dengan extraversion merupakan cerminan dari perasaan keterkaitan sosial yang merupakan bagian dari self-compassion. Home care nurse dengan kepribadian ekstrovert mampu menyampaikan emosi dan perasaan mereka dalam perawatan. Conscientiousness menunjukkan bahwa stabilitas emosional yang diberikan oleh self-compassion dapat membantu individu menunjukan perilaku yang lebih bertanggung jawab terhadap aturan. Home care nurse dengan conscientiousness melakukan pelayanan


(22)

13

Universitas Kristen Maranatha

perawatan dengan tertib dan taat aturan. Namun, menurut Costa & McCrae (1992, dalam Neff, 2007) self-compassion mungkin tidak memiliki hubungan dengan openness to experience, karena trait ini mengukur karakteristik individu yang memiliki imajinasi yang aktif, kepekaan secara aesthetic, sehingga dimensi openness to experience ini kurang sesuai dengan self-compassion.

Dukungan yang bersifat positif menjadi pengaruh yang baik untuk perkembangan anaknya. Namun sebaliknya, jika seorang ibu memberikan kritik secara terus menerus membuat anaknya merasa bersalah. Ketika seorang home care nurse merasa bersalah dan tidak mampu memaafkan dirinya, akan menyalahkan dirinya secara berlebihan, dan tercekam atas kesalahannya. Hal tersebut akan memengaruhi self-compassion yang dimiliki home care nurse. Kelompok sosial terutama keluarga adalah hal yang paling penting untuk bertahan hidup. Orang tua adalah salah satu kelompok sosial. Keluarga pribadi dari home care nurse yang berfungsi harmonis dengan adanya dukungan dari orang tua dapat menjadi model yang mendukung pembentukan self-compassion yang tinggi pada diri home care nurse. Home care nurse yang tumbuh di tengah keluarga yang harmonis, dapat berelasi baik dengan orang lain, dalam hal ini home care nurse mampu merawat pasiennya dengan menjaga relasi yang baik dengan pasiennya. Sebaliknya, bila keluarga home care nurse tidak berfungsi dengan baik dan orang tua kurang atau bahkan tidak memberikan dukungan, kemungkinan besar self-compassion pada home care nurse yang bersangkutan juga rendah. Individu yang dibesarkan dengan insecure attachment, stressful, atau mengancam biasanya bersikap lebih dingin dan kritis terhadap dirinya sendiri (Gilbert & Proctor, 2006).

Hofstede (2001) menyatakan bahwa citra seseorang dalam masyarakat di dalam dimensi ini tercermin dalam kata Saya (individualisme) atau Kami (kolektivisme). Pada dimensi individu maupun kolektivisme memiliki karakteristik masing-masing. Seseorang dengan individulisme yang tinggi memiliki karakteristik antara lain lebih dimotivasi oleh


(23)

14

Universitas Kristen Maranatha

preferensi diri termasuk kebutuhan dan hak diri, memberikan prioritas terhadap tujuan pribadi, dan memiliki fokus terhadap analisa rasional dari hubungan mereka dengan orang lain (Triandis, 1994, dalam Kacen & Lee, 2002). Sehingga self-compassion dapat cenderung tinggi. Berbeda dengan dimensi kolektivisme, yang mana seseorang dengan kolektivisme yang tinggi seringkali dimotivasi oleh norma dan kewajiban yang diberlakukan oleh kelompoknya dan memberikan prioritas terhadap tujuan dari kelompok tersebut (Kacen & Lee, 2000). Hal ini mempengaruhi derajat self-compassion cenderung rendah.

Penjelasan mengenai self-compassion sebelumnya dapat dirangkum dalam bentuk bagan sebagai berikut:

Bagan 1.1 KerangkaPemikiran Faktor-faktor berpengaruh:

- Jenis Kelamin - Personality - Peran Orang Tua - Budaya

Home Care Nurse di Universitas “X”

Bandung

Self-compassion

Komponen-komponen: - Self-kindness - Mindfulness - Common humanity

Rendah Tinggi


(24)

15

Universitas Kristen Maranatha

1.6 Asumsi Penelitian

1. Self-compassion dibutuhkan ketika home care nurse sudah melakukan tugas dan tanggung jawabnya sesuai aturan namun tetap dihadapkan kegagalan, penderitaan, masalah, dan konflik.

2. Semakin tinggi derajat self-kindness, mindfulness, dan common humanity dari seorang home care nurse maka semakin tinggi juga derajat self-compassion. Semakin rendah derajat salah satu komponen atau lebih dari self-kindness, mindfulness, dan common humanity maka semakin rendah juga derajat self-compassion.

3. Derajat self-compassion dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis kelamin, personality, peran orang tua, dan budaya.

4. Karena dipengaruhi beberapa faktor, maka home care nurse di Universitas “X” Bandung memiliki derajat self-compassion yang beragam.


(25)

62 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Pada bagian ini, peneliti akan memaparkan simpulan berupa hasil penelitian:

1. Sebanyak 12 orang (40%) home care nurse di Universitas “X” Bandung memiliki derajat self-compassion tinggi dan sebanyak 18 orang (60%) memiliki derajat self-compassion rendah.

2. Semakin tinggi derajat kepribadian extraversion, conscientiousness, dan neuroticism menunjukkan semakin rendah derajat self-compassion pada home care nurse.

3. Semakin rendah derajat kepribadian openness to experience dan agreeableness menunjukkan semakin rendah derajat self-compassion pada home care nurse.

4. Sebagian besar home care nurse dengan orang tua yang supportive menunjukan derajat self-compassion yang semakin tinggi.

5. Sebagian besar home care nurse dengan budaya colectivism menunjukan derajat self-compassion yang semakin tinggi, dan home care nurse dengan budaya individualism menunjukan derajat self-compassion yang semakin rendah.


(26)

63

Universitas Kristen Maranatha

5.2. Saran

5.2.1. Saran Teoritis

1. Bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lanjutan mengenai self-compassion disarankan meneliti faktor-faktor berpengaruh lainnya yang berkaitan dengan self-compassion pada home care nurse, misalnya faktor jenis kelamin dan emotional maturity. 2. Peneliti selanjutnya dapat mempertimbangkan penggunaan kuesioner dengan merevisi

item-item yang bahasanya kurang dapat dimengerti masyarakat umumnya. 5.2.2. Saran Praktis

1. Home care nurse diharapkan dapat meningkatkan self-compassion dengan mempelajari apa makna dan fungsi dari compassion, dengan memperdalam informasi tentang self-compassion sehingga mereka dapat mengaplikasikan ketika menghadapi kesulitan, kegagalan, dan penderitaan yang dialami saat melakukan pelayanan perawatan terhadap pasien.

2. Staf pengajar Fakultas Keperawatan di Universitas “X” Bandung diharapkan dapat memahami dan berbagi informasi mengenai self-compassion kepada para mahasiswanya terutama yang menjadi home care nurse.


(27)

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI SELF-COMPASSION

PADA HOME CARE NURSE DI UNIVERSITAS

X

BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh Ujian Sarjana pada Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung

Disusun oleh : Arshad Rahmanidal

0730142

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG


(28)

(29)

(30)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat, rahmat, dan rezeki yang diberikan sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat kelulusan di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha, dengan judul Studi Deskriptif Mengenai Self-Compassion Pada Home Care Nurse di Universitas “X” Bandung. Peneliti menyadari adanya kekurangan atau kesalahan dalam penelitian ini. Oleh karena itu kepada pihak-pihak yang terkait, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang dapat membantu peneliti agar penelitian ini menjadi lebih baik.

Selama proses penyusunan penelitian ini, peneliti banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. DR. Yuspendi, M.Psi., M.Pd. selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

2. Drs. Paulus H.P., M.Si., Psikolog selaku dosen pembimbing utama. Terima kasih atas informasi, motivasi, kritik, dan juga saran yang sangat membangun, sehingga saya dapat lebih memahami banyak hal mengenai penelitian ini.

3. Priska Analya, M.Psi, Psikolog selaku dosen pembimbing pendamping di Metodologi Penelitian Lanjutan, Usulan Penelitian, dan Skripsi. Terima kasih atas kesabaran, masukan, dan motivasi yang selama ini diberikan sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan sebagaimana mestinya.

4. Cindy Maria, M.Psi, Psikolog selaku dosen wali yang banyak membimbing dari awal perkuliahan hingga saat ini.


(31)

vii

5. Missiliana R., M.Si., Psikolog atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk dapat mengikuti diskusi mengenai penelitian Self-Compassion.

6. Ayah, Ibu, Abang, dan Adik yang selalu memberi dukungan melalui doa ataupun membantu dalam banyak hal.

7. Home care nurse di Universitas X Bandung atas waktu dan kesediannya dalam memberikan banyak informasi sehingga banyak sekali membantu dalam penelitian ini.

8. Dekan Fakultas Keperawatan dan seluruh pihak Universitas X Bandung yang bersedia membantu memberikan informasi yang bermanfaat untuk penelitian ini. 9. Teman-teman peneliti Eva, Nesia, Reni, Anas, Rizka, Andhika, Berliana, Adri,

Adrian, Yonathan, Rissa, Yuli, Karin, Viya, Meyna, Vegi, Ayu, Meta, Ilham, Ganis, Neyna, Audi, Pratiwi, Deva, Findra, Taufik, Rino, Dita dan teman-teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih atas saran, motivasi, perhatian, dan dukungan yang tidak henti-hentinya diberikan.

10. Semua pihak yang turut mendukung peneliti selama proses pengerjaan penelitian ini. Semoga Tuhan senantiasa membalas segala usaha dan kebaikannya.

Akhir kata, peneliti memohon maaf jika ada kekurangan atau kesalahan yang di dalam pengerjaan penelitian ini. Dan peniliti berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat.

Bandung, Februari 2016


(32)

64

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2005. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Geert Hofstede. 2001. Culture’s Consequences: Comparing Values, Behaviors, Institutions, and Organizations Across Nations, second edition. Diunduh dari http://geert-hofstede.com/indonesia.html

Hidayat, Taufik dan Istiadah, Nina. 2013. Panduan Lengkap Menguasai SPSS 19 untuk Mengolah Data Statistik Penelitian. Jakarta: Mediakita

Kumar, Ranjit. 1999. Research Methodology. London: Sage Publications.

Neff, K., Pisitsungkagarn, K., & Hsieh, Y. P. 2008. Self-compassion and self-construal in the United States, Thailand, and Taiwan. Journal of Cross-Cultural Psychology, 39, 267-285. Neff, K. D., Rude, Stephanie, S., Kirkpatrick, L.K. 2006. An examination of self-compassion in

relation to positive psychological functioning and personality traits. University of Texas at Austin : Educational Psychology Department.

Neff, Kristin. 2009. Human Development: The Role of Self-Compassion in Development: A Helathier Way to Relate to Oneself. Vol. 52. pp. 211-214.

Neff, Kristin. 2011. Social and Personality Psychology Compass: Self-Compassion, Self-Esteem, and Well-Being. Vol. 5. pp 1-12.

Neff, Kristin. 2011. Self-Compassion. New York: Harper Collins Publishers.

Neff, K. & Pommier, E.. 2012. Self and Identity: The Relationship between Self-Compassion and Other-Focused Concern among College Undergraduates, Community Adults, and

Practicing Meditators. Psychology Press.

Panduan Penulisan Skripsi Sarjana. Edisi Revisi. Juli 2015. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Ramdhani, Neila. 2012. Adaptasi dan Budaya Inventori Big Five. Jurnal Psikologi vol. 39, no. 2, Desember 2012: 189-207. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.


(33)

65

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

Adhita, Viya. 2013. Studi komparatif mengenai Self-compassion pada peserta yang berlatih yoga selama tiga bulan ke bawah dan satu tahun ke atas di yoga “X” center Bandung. Skripsi : UK. Maranatha

Dewayani, Vita & Nugraha, Suci. 2015. Hubungan antara Trait Kepribadian The Big Five Personality dengan Self-Compassion (Studi Korelasi Pada Relawan Pendamping Odha di Wpa Kebon Pisang Bandung). Bandung: Universitas Islam Bandung.

Eynel Andjani, Karenya. 2015. Studi Deskriptif Self Compassion Terapis Applied Behavior Analysis (ABA) Di Pusat Terapi Our Dream. Bandung: Universitas Islam Bandung. Kencana, Soja. 2014. Studi deskriptif mengenai self-compassion pada perawat Rumah Sakit “X”


(1)

(2)

(3)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat, rahmat, dan rezeki yang diberikan sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat kelulusan di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha, dengan judul Studi Deskriptif Mengenai Self-Compassion Pada Home Care Nurse di Universitas “X” Bandung. Peneliti menyadari adanya kekurangan atau kesalahan dalam penelitian ini. Oleh karena itu kepada pihak-pihak yang terkait, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang dapat membantu peneliti agar penelitian ini menjadi lebih baik.

Selama proses penyusunan penelitian ini, peneliti banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. DR. Yuspendi, M.Psi., M.Pd. selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

2. Drs. Paulus H.P., M.Si., Psikolog selaku dosen pembimbing utama. Terima kasih atas informasi, motivasi, kritik, dan juga saran yang sangat membangun, sehingga saya dapat lebih memahami banyak hal mengenai penelitian ini.

3. Priska Analya, M.Psi, Psikolog selaku dosen pembimbing pendamping di Metodologi Penelitian Lanjutan, Usulan Penelitian, dan Skripsi. Terima kasih atas kesabaran, masukan, dan motivasi yang selama ini diberikan sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan sebagaimana mestinya.

4. Cindy Maria, M.Psi, Psikolog selaku dosen wali yang banyak membimbing dari awal perkuliahan hingga saat ini.


(4)

vii

5. Missiliana R., M.Si., Psikolog atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk dapat mengikuti diskusi mengenai penelitian Self-Compassion.

6. Ayah, Ibu, Abang, dan Adik yang selalu memberi dukungan melalui doa ataupun membantu dalam banyak hal.

7. Home care nurse di Universitas X Bandung atas waktu dan kesediannya dalam memberikan banyak informasi sehingga banyak sekali membantu dalam penelitian ini.

8. Dekan Fakultas Keperawatan dan seluruh pihak Universitas X Bandung yang bersedia membantu memberikan informasi yang bermanfaat untuk penelitian ini. 9. Teman-teman peneliti Eva, Nesia, Reni, Anas, Rizka, Andhika, Berliana, Adri,

Adrian, Yonathan, Rissa, Yuli, Karin, Viya, Meyna, Vegi, Ayu, Meta, Ilham, Ganis, Neyna, Audi, Pratiwi, Deva, Findra, Taufik, Rino, Dita dan teman-teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih atas saran, motivasi, perhatian, dan dukungan yang tidak henti-hentinya diberikan.

10. Semua pihak yang turut mendukung peneliti selama proses pengerjaan penelitian ini. Semoga Tuhan senantiasa membalas segala usaha dan kebaikannya.

Akhir kata, peneliti memohon maaf jika ada kekurangan atau kesalahan yang di dalam pengerjaan penelitian ini. Dan peniliti berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat.

Bandung, Februari 2016


(5)

64

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2005. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Geert Hofstede. 2001. Culture’s Consequences: Comparing Values, Behaviors, Institutions, and Organizations Across Nations, second edition. Diunduh dari http://geert-hofstede.com/indonesia.html

Hidayat, Taufik dan Istiadah, Nina. 2013. Panduan Lengkap Menguasai SPSS 19 untuk Mengolah Data Statistik Penelitian. Jakarta: Mediakita

Kumar, Ranjit. 1999. Research Methodology. London: Sage Publications.

Neff, K., Pisitsungkagarn, K., & Hsieh, Y. P. 2008. Self-compassion and self-construal in the United States, Thailand, and Taiwan. Journal of Cross-Cultural Psychology, 39, 267-285. Neff, K. D., Rude, Stephanie, S., Kirkpatrick, L.K. 2006. An examination of self-compassion in

relation to positive psychological functioning and personality traits. University of Texas at Austin : Educational Psychology Department.

Neff, Kristin. 2009. Human Development: The Role of Self-Compassion in Development: A Helathier Way to Relate to Oneself. Vol. 52. pp. 211-214.

Neff, Kristin. 2011. Social and Personality Psychology Compass: Self-Compassion, Self-Esteem, and Well-Being. Vol. 5. pp 1-12.

Neff, Kristin. 2011. Self-Compassion. New York: Harper Collins Publishers.

Neff, K. & Pommier, E.. 2012. Self and Identity: The Relationship between Self-Compassion and Other-Focused Concern among College Undergraduates, Community Adults, and

Practicing Meditators. Psychology Press.

Panduan Penulisan Skripsi Sarjana. Edisi Revisi. Juli 2015. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Ramdhani, Neila. 2012. Adaptasi dan Budaya Inventori Big Five. Jurnal Psikologi vol. 39, no. 2, Desember 2012: 189-207. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.


(6)

65

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Adhita, Viya. 2013. Studi komparatif mengenai Self-compassion pada peserta yang berlatih yoga

selama tiga bulan ke bawah dan satu tahun ke atas di yoga “X” center Bandung. Skripsi :

UK. Maranatha

Dewayani, Vita & Nugraha, Suci. 2015. Hubungan antara Trait Kepribadian The Big Five Personality dengan Self-Compassion (Studi Korelasi Pada Relawan Pendamping Odha di Wpa Kebon Pisang Bandung). Bandung: Universitas Islam Bandung.

Eynel Andjani, Karenya. 2015. Studi Deskriptif Self Compassion Terapis Applied Behavior Analysis (ABA) Di Pusat Terapi Our Dream. Bandung: Universitas Islam Bandung. Kencana, Soja. 2014. Studi deskriptif mengenai self-compassion pada perawat Rumah Sakit “X”