PERGESERAN PRIORITAS REGIONAL RUSIA TERHADAP UKRAINA DALAM FOREIGN POLICY CONCEPT RUSIA TAHUN 2013.

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh Gelar Sarjana Program Studi Ilmu Komunikasi Peminatan/Konsentrasi Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Oleh :

GAZELLA ROSSALINA NPM. 1044010013

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

PEMINATAN/KONSENTRASI HUBUNGAN INTERNASIONAL SURABAYA


(2)

SKRIPSI

PERGESERAN PRIORITAS REGIONAL RUSIA TERHADAP UKRAINA DALAM FOREIGN POLICY CONCEPT RUSIA TAHUN 2013

Pernyataan Tidak Melakukan Plagiat

Bagian atau keseluruhan isi skripsi ini tidak pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademis pada bidang studi atau universitas lain dan tidak pernah dipublikasikan atau ditulis oleh individu selain penulis kecuali dituliskan dengan format kutipan dalam skripsi.

Surabaya, 16 Juni 2014 Penulis,


(3)

Disusun Oleh : GAZELLA ROSSALINA

NPM. 1044010013

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi.

Menyetujui,

Pembimbing Utama

Dr. Jojok Dwiridhotjahjono, S.Sos, M.Si NPT. 370119500421

Mengetahui, D E K A N

Dra. Hj. Suparwati, M.Si NIP. 195507181983022001


(4)

Disusun Oleh : GAZELLA ROSSALINA

NPM. 1044010013

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Peminatan/Konsentrasi Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal 24 Juni 2014.

Tim Penguji:

Pembimbing Utama 1. Ketua

Dr. Jojok Dwiridhotjahjono, S.Sos, M.Si Dr. Jojok Dwiridhotjahjono, S.Sos, M.Si

NPT. 370119500421 NPT. 370119500421

2. Sekretaris

Juwito, S.Sos, M.Si

NPT. 367049500361 3. Anggota

Drs. Saifuddin Zuhri, M.Si NPT. 370069400351

Mengetahui, D E K A N

Dra. Hj. Suparwati, M.Si NIP.195507181983022001


(5)

아빠

,

엄마

,

언니

,

동생

감사

합니다

,

사랑합니다

.


(6)

“In Christ Alone, my hope is Found. He is my Light, my Strength, My SOUL”.

- In Christ Alone.

“Bapa Kami yang di surga, dikuduskanlah Nama-Mu. Datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu. Di bumi seperti di surga.

Berilah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya, dan ampunilah kami akan kesalahan kami,

seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan,

tetapi bebaskanlah kami daripada yang jahat.

Karena Engkaulah yang empunya kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama – lamanya. AMIN”.

- Matius 6 : 9 – 15.

If ever there is tomorrow when we’re not together there is something you must

always remember: You are braver than you believe, stronger than you seem and smarter than you think. But the most important thing is: even if we’re apart, I’ll

always be with you”.


(7)

menyebabkan penulis mempertanyakan apa yang menyebabkan hubungan bilateral kedua negara ini menjadi berubah 1800 ini. Penulis mencari dan menemukan anomali dari Foreign Policy Concept Rusia yang berubah tertuju pada Ukraina. Pencarian ini menetapkan penulis untuk menjadikannya skripsi atau tugas akhir penulis selama empat tahun mengenyam pendidikan di bangku perkuliahan.

Skripsi ini menjadi omega dan beautiful creatures penulis untuk memperoleh gelar sarjana strata satu (S-1). Selama penulisan ini, penulis mengalami pasang surut semangat yang melemah, rasa putus asa, rasa kesepian harus berkutat dengan laptop sepanjang waktu, rasa penat yang tak mau hilang tetapi hal tersebut hilang dengan hasil akhir skripsi ini yang dibantu dengan orang-orang yang setia menginspirasi penulis. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimaksih kepada muse penulis :

1. Akar dari semua kesempatan, kasih sayang, cinta, perkenanan yang indah dan pengharapan, Tuhan Yesus Kristus. Terimakasih KAU menghadirkan orang-orang terbaik yang membantu penulis berkembang dan menjadikan skripsi ini indah pada waktunya.

2. Terimakasih Papa Edy, Mama Elisabeth, Nduty dan Icad. Terimakasih atas bantuan moril dan materil yang diberikan kepada penulis. Terimakasih senantiasa sabar menghadapi mood penulis yang angin-anginan. Jangan pernah tinggalkan penulis sendiri yah . Untuk adek kecilku, Joseph, terimakasih menghilangkan mood jelek penulis dengan bualan tentang angry bird, real steel, minions, dan camera 360 yang selalu kita gunakan berdua.

3. Terimakasih kepada Prof. Dr. Ir. H. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Dra. Hj Suparwati, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

5. Juwito, S.Sos, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

6. Drs. Saifuddin Zuhri, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

7. Dr. Jojok D, S.Sos, M.Si selaku Ketua Peminatan/Konsentrasi Hubungan Internasional pada Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

8. Resa Rasyidah S.Hub.Int.,M.Hub.Int. sebagai pjs sekretaris Peminatan/Konsentrasi Hubungan Internasional pada Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timu serta dosen pembimbing


(8)

Aswin, Bu Ridha, Mbak Renitha – atas bantuan bagi penulis selama mengenyam pendidikan di progdi Hubungan Internasional hingga pembuatan skripsi ini.

10.Terimakasih kepada angkatan 2009, 2011, 2012, 2013 yang tidak bisa disebut satu persatu. Terimakasih atas semangat yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Khusus untuk angkatan 2010, “kita selalu berdekatan, tak terasa kini akan berpisah”. Terimakasih untuk empat tahun berjuang bersama selama delapan semester. SEMPER FI.

11.Teruntuk The Somplakers dan Mesum Crew, kalian moodbooster penulis kapanpun dimanapun bagaimanapun. ILYSM. Buat Rania, semoga awet yah sama statham kampus. Anyway, aku sudah move on lhow dari voldemort putin. Buat lidya, cepet dapet jodoh trus nikah. Buat Putri,ati-ati yah, keep contact. Buat Chei, cepet nyusul sidangnya. Buat Evi, Merlyn, Aline semoga kalian lancar dengan pasangan masing-masing begitu juga aku, nanti.

12.Teruntuk Anantyo, terimakasih untuk kiriman audio musiknya kala penulis mengerjakan skripsi ini. terimakasih yah, best bro.

13.Teruntuk kamu, nama yang tak tersebut dan tak mampu tertuliskan terimakasih banyak buat kesenangan yang tak terlupakan dan kesadaran untuk berfokus pada satu hal untuk meningkatkan kebahagiaan.

14.Dan terakhir meski bukan sepenuhnya terakhir, ucapan terimakasih penulis tujukan untuk EXO, especially My Kyung-Soo (Dyoduruku), terimakasih untuk lagu yang menyemangati penulis dan wajah yang mampu mengalihkan dunia penulis sehingga tertuju padamu.

Akhir kata, seperti kopi yang akan tetap pahit meski diberi tambahan gula, seperti itulah penulisan ini, masih jauh dari sempurna. Akan tetapi, selayaknya gula yang berupaya memberikan rasa manis pada kopi, begitu juga saran-saran yang membangun diperlukan untuk menyempurnakan penulisan ini. Terimakasih atas ruang dan waktu yang diberikan bagi penulis.

Surabaya, 14 Juni 2014 Penulis


(9)

LEMBAR PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GRAFIK ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

ABSTRAK ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Kerangka Pemikiran 1.4.1. Level Analisis ... 7

1.4.1.1. Level Analisis Sistem ... 7

1.4.2. Landasan Pemikiran 1.4.2.1. Kepentingan Nasional (National Interest) ... 9

1.4.2.2. Kausalitas Konsep Geopolitik dan Teori Eurasianisme ... 11

1.4.2.3. Konsep Geoekonomi dan Kerjasama Ekonomi Internasional ... 15

1.5. Hipotesis ... 17

1.5.1. Kerangka Pemikiran ... 18

1.6. Metode Penelitian 1.6.1. Definisi Konseptual dan Operasional ... 19

1.6.1.1. Integrasi Ekonomi Regional ... 19

1.6.1.2. Great Power ... 21

1.6.2 Tipe Penelitian ... 22

1.6.3. Jangkauan Penelitian ... 23

1.6.4. Teknik Pengumpulan Data ... 23

1.6.5. Teknik Analisis Data ... 24


(10)

2.2. Hubungan Bilateral Rusia-Ukraina Tahun 2004-2007 ... 32

2.3. Hubungan Bilateral Rusia-Ukraina Tahun 2008-2011 ... 37

2.4. Hubungan Bilateral Rusia-Ukraina Tahun 2012- awal tahun 2013 ... 44

2.5. Perekonomian Rusia-Ukraina Tahun 2004-2012 ... 45

BAB III UNI EURASIA SEBAGAI INTEGRASI REGIONAL RUSIA 3.1.Sejarah Kemunculan Uni Eurasia ... 49

3.1.1. CIS Menuju Uni Eurasia ... 52

3.2 Perkembangan Pembentukan Uni Eurasia ... 58

3.3. Bentuk Perdagangan Uni Eurasia ... 63

BAB IV PERGESERAN PRIORITAS REGIONAL RUSIA TERHADAP UKRAINA 4.1. Kepentingan Ekonomi Rusia melalui Ukraina ... 67

4.1.1. Hubungan Bilateral Rusia-Ukraina di Sektor Gas Alam ... 68

4.2. Kepentingan Keamanan Rusia Terhadap Ukraina ... 74

4.2.1. Hubungan Bilateral Rusia-Ukraina berdasarkan Letak Wilayah ... 74

4.2.2. Hubungan Bilateral Rusia-Ukraina pada Pangkalan Militer Rusia di Sevastopol, Ukraina ... 75

4.3. Kepentingan Politik Rusia melalui Ukraina ... 77

4.3.1. Rusia dan Upaya Pembentukan Uni Eurasia ... 77

4.3.2. Korelasi Hubungan Bilateral Rusia-Ukraina dan Uni Eurasia ... 80

4.3.3.Uni Eurasia dan Uni Eropa ... 84

BAB V KESIMPULAN 5.1. Kesimpulan ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 90


(11)

tahun 1992-2004 ... 32 Grafik 2.2. Harga Gas Alam Rusia terhadap Ukraina ... 46 Grafik 2.3. PDB Rusia-Ukraina Tahun 2004–2012 ... 47 Grafik 3.1. Ekspor Rusia ke Negara-Negara Bekas Uni Soviet

Tahun 2000 dan 2005 ... 64 Grafik 3.2. Ekspor Rusia ke Negara- Negara bekas Uni Soviet

tahun 2007-2012 ... 65 Grafik 3.3. Ekspor Rusia ke berbagai negara tahun 2007 – 2012 ... 65 Grafik 3.4. Impor Rusia Tahun 2000-2012 ... 66 Grafik 4.1. Net Ekspor dan Impor Rusia dan Ukraina

Tahun 2000-2012 ... 70 Grafik 4.2. Pengaruh Harga Impor Gas Alam Ukraina terhadap

Pertumbuhan Ekonomi Rusia/GDP Rusia

Tahun 2000–2012 ... 71 Grafik 4.3 Ekspor Rusia ke negara-negara bekas Uni Soviet

Tahun 2000 dan 2005 ... 82 Grafik 4.4. Ekspor Rusia terhadap CES dan Ukraina

Tahun 2007 – 2012 ... 82 Grafik 4.5. Ekspor Rusia ke berbagai negara tahun 2007-2012 ... 86


(12)

Gambar 2.1. Peta Rusia dan Ukraina ... 27 Gambar 2.2. Peta Laut Hitam ... 28 Gambar 2.3. Peta Pipa Gas Rusia ke Ukraina dan negara-negara Eropa

serta Asia Tengah ... 34 Gambar 2.4. Peta pipa gas Ukraina sebelum terjadi konflik

dengan Rusia ... 39 Gambar 2.5. Peta pipa gas Ukraina setelah terjadi konflik

Dengan Rusia ... 40 Gambar 3.1. Peta Wilayah CIS ... 53 Gambar 3.2. Tahapan untuk Mencapai Uni Eurasia ... 58 Gambar 3.3. Ekspor-Impor Rusia terhadap negara CIS dan EurAsEc .. 63 Gambar 4.1. Tahapan dalam Proses integrasi Uni Eurasia


(13)

Tabel 2.2. Harga Gas Alam Rusia terhadap Ukraina ... 42 Tabel 3.1. Pencapaian Customs Union Tahun 2011-2012 ... 61 Tabel 3.2. Perjanjian dalam Pembentukan Single Economic Space (SES) 62 Tabel 4.1. Korelasi Harga Gas Alam Ukraina dan GNI PPP Rusia


(14)

(15)

pada Foreign Policy Concept Rusia tahun 2008 yang befokus pada CIS (Commonwealth of Independent States) bergeser menjadikan Ukraina sebagai prioritas regionalnya dalam Foreign Policy Concept Rusia tahun 2013 memunculkan pertanyaan mengapa Rusia menjadikan Ukraina sebagai sektor prioritas regionalnya. Permasalahan tersebut kemudian diteliti dengan berlandaskan pada kepentingan nasional, kausalitas konsep geopolitik dan teori Eurasianisme, konsep Geoekonomi dan Kerjasama Ekonomi Internasional hingga menemukan jawaban sementara yakni muncul tiga kepentingan Rusia terhadap Ukraina yakni kepentingan politik, kepentingan keamanan dan kepentingan ekonomi yang mengarah kepada pembentukan Uni Eurasia. Jawaban sementara dalam penelitian eksplanatif-kualitatis ini tidak hanya dibuktikan tetapi menjadi landasan dalam pengumpulan data untuk menjawab korelasi variabel-variabel yang ada.

Melalui analisis dengan menelaah proses dalam hubungan bilateral kedua negara tersebut dan upaya pembentukan Uni Eurasia selama 10 tahun (tahun 2004-awal tahun 2013 dapat disimpulkan kepentingan Rusia terhadap Ukraina secara politik untuk mengembalikan masa kejayaan Uni Soviet sebagai negara Great

Power melalui pembentukan Uni Eurasia; secara ekonomi untuk kepentingan

ekonomi domestik dan penguatan integrasi ekonomi regional Rusia – Uni Eurasia dan kontrol ekonomi terhadap Ukraina; dan secara keamanan, sebagai buffer zone Rusia dan kontrol wilayah.

Kata-Kata Kunci : Uni Eurasia, Rusia, Ukraina, Foreign Policy Concept Rusia


(16)

1.1. Latar Belakang Masalah

Pada 18 Februari 2013, Kementerian Luar Negeri Rusia mempublikasikan

Foreign Policy Concept yang telah diratifikasi oleh Presiden Rusia, Vladimir V.

Putin (Kementerian Luar Negeri Rusia, 2013). Dokumen Foreign Policy Concept tersebut sudah dipersiapkan oleh Vladimir V. Putin sejak bulan November 2012, akan tetapi baru diserahkan kepada Konstitusi Rusia pada bulan Februari 2013 (Monaghan, 2013). Dokumen resmi tersebut ditandatangani oleh Vladimir Putin pada tanggal 12 Februari 2013 (Monaghan, 2013).

Foreign Policy Concept (The Concept) merupakan deskripsi sistemik mengenai

prinsip dasar, prioritas, tujuan dan fokus objektif kebijakan luar negeri Rusia1.

Foreign Policy Concept merupakan dokumen yang menjelaskan arah tujuan dan

peran negara Rusia dalam dunia Internasional atau sebagai GBHN (Garis Besar Haluan Negara) Rusia. Dalam perumusannya, Foreign Policy Concept dilandasi oleh dua dokumen resmi negara Rusia, yakni National Security Strategy to 20202 dan The Military Doctrine3. Selain dua dokumen resmi tersebut, faktor domestik

1 Teks ini merupakan teks resmi yang bisa ditemukan dalam dokumen yang berada di website resmi

kementerian luar negeri Rusia. Teks ini dipublikasikan pada 18 februari 2013 dan dapat diakses online dalam website resmi kementerian luar negeri Rusia. (Kementerian Luar Negeri Rusia, 2013).

2 National Security Strategy to 2020 merupakan dokumen resmi Rusia yang membahas bagaimana

tujuan secara jangka panjang Rusia dari tahun 2000 hingga tahun 2020 yang diimplementasikan melalui Foreign Policy Concept Rusia perlima tahun sekali. Dokumen ini dapat diakses secara online dalam website resmi kementerian luar negeri Rusia. (Kementerian Luar Negeri Rusia, 2013).

3 The Military Doctrine merupakan dokumen resmi Rusia yang fokus membahas masalah keamanan

negara Rusia. Dokumen resmi ini dapat diakses secara online dalam website resmi kementerian luar negeri Rusia. (Kementerian Luar Negeri Rusia, 2013).


(17)

Rusia dan kondisi internasional yang terjadi dalam dunia global (Monaghan, 2013) menjadi faktor yang mempengaruhi perumusan Foreign Policy Concept ini.

Sejak tahun 2008, Foreign Policy Concept Rusia mengalami perubahan setiap lima tahun sekali. Foreign Policy Concept Rusia tahun 2013 merupakan kelanjutan dari kebijakan luar negeri Rusia tahun 2008. Dokumen resmi tersebut sebagai petunjuk arah kebijakan luar negeri Rusia pasca terjadinya krisis ekonomi global4 tahun 2008 dan ketidakstabilan politik di negara-negara Timur Tengah dan Afrika Utara tahun 2008-2009 atau yang dapat disebut sebagai Arab Spring (Monaghan, 2013).

Foreign Policy Concept Rusia membahas lima sektor utama yang menjadi

fokus kebijakan luar negeri Rusia, meliputi (1) General Provisions yakni penjelasan singkat terkait kebijakan luar negeri Rusia; (2) Foreign Policy of the Russian

Federation and the Modern World yakni terkait peran Rusia di dalam dunia

internasional; (3) Priorities of the Russian Federation for Addressing Global

Problems yakni isu-isu global yang menjadi fokus utama Rusia di dunia

internasional; (4) Regional Priorities yakni fokus wilayah atau regional sebagai bagian dari implementasi kebijakan luar negeri Rusia; dan (5) Development and

Implementation of the Foreign Policy of the Russian Federation yakni pihak–pihak yang menjalankan kebijakan luar negeri tersebut (Kementerian Luar Negeri Rusia,

4 Krisis ekonomi global adalah krisis ekonomi dan keuangan yang terjadi pertengahan tahun 2008.

Krisis ekonomi ini disebabkan kegagalan pembayaran kredit perumahan (subprime mortgage default) di Amerika Serikat (AS). Krisis ekonomi ini meluas hingga ke Eropa lalu ke Asia. Kondisi buruknya perekonomian dunia akibat krisis ekonomi global ini diperjelas dengan tren penurunan pertumbuhan negara-negara sejak 2008 hingga 2009 (Indonesia Recovery, 2009).


(18)

2013). Kelima sektor utama ini menjadi acuan bagi Rusia dalam membentuk dan mengimplementasikan kebijakan luar negerinya secara eksternal.

Jika dibandingkan dengan Foreign Policy Concept Rusia tahun 2008, maka

Foreign Policy Concept Rusia tahun 2013 mengalami perubahan, khususnya dalam

sektor prioritas regional (Regional Priorities). Di dalam Foreign Policy Concept Rusia tahun 2008, Rusia secara spesifik berfokus pada CIS (Commonwealth of

Independent States). CIS merupakan organisasi regional di bidang ekonomi yang

dibentuk tahun 1991 oleh Rusia, Belarus, dan Ukraina sebagai founding father-nya (cisstat.com, tt). Organisasi ini dibentuk sebagai upaya integrasi ekonomi Rusia dengan negara–negara bekas wilayah Uni Soviet (Rusia sebelumnya). Organisasi regional ini memiliki dua belas anggota yakni Azerbaijan, Armenia, Belarus, Georgia, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Moldova, Rusia, Tajikistan, Turkmenistan, Uzbekistan dan Ukraina. Keterfokusan Rusia terhadap CIS diperkuat dengan pernyataan dalam Foreign Policy Concept Rusia tahun 2008 :

“Development of bilateral and multilateral cooperation with the CIS Member States constitutes a priority area of Russia's foreign policy.. Russia forges friendly relations with all the CIS Member States on the basis of equality, mutual benefit, respect and regard for the interests of each other..”.

(Kementerian Luar Negeri Rusia, 2008).

Pernyataan diatas secara jelas menyatakan terdapat upaya perkembangan kerjasama yang dilakukan Rusia baik secara bilateral dan multilateral dengan negara–negara anggota CIS sebagai wilayah prioritas utama dari kebijakan luar negeri Rusia. Selain berfokus di wilayah negara-negara anggota CIS, Rusia menjadikan pula wilayah Euro-Atlantic, Asia Pasifik, Afrika dan Amerika Latin sebagai prioritas regionalnya (Monaghan, 2013).


(19)

Berbeda dengan Foreign Policy Concept Rusia tahun 2008, di dalam Foreign

Policy Concept Rusia tahun 2013, terjadi perubahan dalam sektor prioritas regional

negara Rusia. Ukraina menjadi salah satu fokus negara Rusia di dalam sektor prioritas regional Rusia setelah CIS. Perubahan tersebut tertulis di dalam Foreign

Policy Concept Rusia tahun 2013 yang berbunyi :

“..build up relations with Ukraine as a priority partner within the CIS, contribute to its participation in extended integration processes;...”

(Kementerian Luar Negeri Rusia, 2013).

Pernyataan diatas menyatakan upaya Rusia membangun hubungan dengan Ukraina sebagai rekan prioritas dalam CIS melalui partisipasi dan kontribusi Ukraina untuk keberlanjutan dari proses integrasi ekonomi Eurasia yang dilakukan Rusia. Jika ditarik mundur ke belakang, Rusia dan Ukraina memiliki hubungan bilateral yang cukup unik. Kedua negara tersebut memiliki batas wilayah negara yang berhubungan secara langsung. Ukraina dan Rusia pula merupakan founding

father dari CIS. Rusia memiliki ketertarikan terhadap negara Ukraina sejak

terjadinya Revolusi Oranye5 tahun 2004. Ketertarikan Rusia ditunjukan melalui dukungan terhadap Viktor Yanukovych dalam pemilihan Presiden di Ukraina tahun 2004 (Tsyagankov, 2010). Akan tetapi, presiden yang terpilih kala itu adalah Viktor Yushchenko, saingan dari Viktor Yanukovych (bbcnews.com, 2014).

Ditilik melalui perkembangan waktu, hubungan bilateral kedua negara mengalami dinamika naik turun. Sejak tahun 2004, Rusia selalu berupaya

5 Gerakan demonstrasi rakyat Ukraina terkait pemerintahan yang korupsi dan melakukan pemilu


(20)

mencegah masuknya Ukraina ke dalam NATO6 dan Uni Eropa7 (Tsyagankov, 2010). Dinamika dalam hubungan kedua negara tersebut semakin berkembang dengan terjadinya konflik gas alam yang membuat renggang hubungan kedua negara tersebut selama tahun 2006 dan tahun 2009. Memasuki tahun 2010, masa pemerintahan Presiden Yanukovych, Ukraina memiliki hubungan baik dengan Rusia dikarenakan pemerintahan kala itu lebih condong pro–Rusia (bbcnews.com, 2014). Bentuk pro-Rusia ini terlihat dengan normalisasi hubungan kedua negara (bbcnews.com, 2014).

Hubungan baik Ukraina dan Rusia ini disinyalir menjadi kepentingan nasional Rusia, khususnya Vladimir Putin yang ingin menyatukan negara–negara bekas Uni Soviet menjadi “Uni Eurasia” (Suara Pembaharuan.com, 2011). Uni Eurasia adalah sebuah persekutuan negara-negara bekas pecahan Uni Soviet yang digagas oleh Presiden Rusia, Vladimir Putin (Akbar, 2012). Persekutuan ini menjadi upaya Putin untuk mengembalikan Rusia seperti masa kejayaan “Uni Soviet” sebelum runtuhnya Uni Soviet tahun 1991. Rusia dan sejumlah negara pecahan Uni Soviet yang akan bergabung ke dalam Uni Eurasia (Armenia, Belarusia, Kazakhstan, Kyrgyztan, Tajikistan, Turkmenistan, Uzbekistan dan Ukraina) merupakan anggota dari Commonwealth of Independent States (CIS). Jika dilihat melalui keterkaitan antarnegara yang didaulat oleh Putin sebagai “Uni Eurasia”, maka CIS merupakan bakal dari persekutuan integrasi ekonomi Rusia.

6 NATO atau Pakta Pertahanan Atlantik Utara, didirikan pada tahun 1949. Organisasi ini menjadi

lawan dari Pakta Warsawa, organisasi keamanan regional yang dahulunya dimiliki oleh Uni Soviet pada masa perang dingin. (NATO, 2014).

7 Uni Eropa adalah organisasi antarpemerintah dan supranasional yang berada di wilayah Eropa.


(21)

Selama ini, Rusia berhasil mengembangkan kerjasama dengan negara-negara bekas Uni Soviet (Intelijen.co.id, 2011). Salah satu bentuk berkembangnya kerjasama Rusia dengan negara–negara bekas Uni Soviet terjadi pada tahun 2000 antara Rusia dengan Belarus dan Kazakhstan yang melakukan kerjasama ekonomi seperti EEC (Eurasian Economic Community)8 serta tahun 2003 terjadi penandatanganan pembentukan lanjutan dari Uni Eurasia yakni CES (Common

Economic Space)9 (cisstat.com, tt).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka Rumusan Masalahnya adalah Mengapa Rusia menjadikan Ukraina sebagai prioritas regional dalam

Foreign Policy Concept Rusia tahun 2013?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menjelaskan penyebab mengapa Ukraina muncul sebagai fokus prioritas regional dalam Foreign Policy Concept Rusia tahun 2013.

2. Sebagai komplemen (pelengkap) dari penelitian lain yang terkait perkembangan kebijakan luar negeri Rusia.

8 Komunitas ekonomi Eurasia. Ketiga negara ini adalah negara yang menandatangani upaya

pembentukan Uni Eurasia (Komisi Ekonomi Eurasia, 2013).

9 Integrasi Regional yang dilakukan oleh Belarus, Rusia, dan Kazakhstan untuk mengembangkan


(22)

1.4. Kerangka Pemikiran 1.4.1. Level Analisis

Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi perumusan kebijakan politik luar negeri suatu negara (Dharmaputra, 2012: 40) sehingga dibutuhkan alat bantu untuk menganalisis. Menurut Neack (2008), level analisis adalah alat bantu untuk menganalisis subjek yang diteliti. Dalam penggunaannya, satu level analisis lebih baik digunakan daripada menggunakan lebih dari satu level analisis. Dalam level analisis, subjek yang diteliti terbagi menjadi dua unit, yakni unit analisis dan unit eksplanasi. Unit analisis adalah variabel atau perilaku yang hendak dideskripsikan atau dianalisis. Sedangkan unit eksplanasi adalah variabel yang terpengaruhi oleh unit analisis (safril, 2012).

Menurut Rourke & Boyer (2010), terdapat tiga level analisis yang digunakan untuk mengetahui faktor apa yang mempengaruhi perumusan kebijakan politik luar negeri. Pertama, individu yakni pengaruh individu sebagai species

(decision-maker) dalam perumusan kebijakan luar negeri. Kedua, negara yakni bagaimana

organisasi atau tata cara pemerintahan mempengaruhi perumusan kebijakan luar negeri. Ketiga, sistem yakni kejadian dan tekanan eksternal yang mempengaruhi perumusan kebijakan luar negeri.

1.4.1.1. Level Analisis Sistem

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan level analisis sistem sebagai alat untuk menganalisis. Menurut Moore & Lanoue (2003 dalam Rourke & Boyer, 2010), level analisis ini merupakan pendekatan “top-down” karakteristik politik


(23)

dunia melalui faktor sosial, ekonomi, geografi dan politik yang mempengaruhi tindakan eksternal suatu negara dan aktor lain. Terdapat empat faktor yang mempengaruhi penggunaan level analisis ini, yakni (1) karakteristik sistem struktural; (2) hubungan kekuatan (power relationship); (3) economic realities; dan (4) norma atau aturan (Rourke & Boyer, 2010).

Pertama, karakteristik sistem struktural. Dalam Realisme, sistem internasional yang anarki membentuk sistem kekuasaan yang bersifat hirarki (horizontal). Sistem kekuasaan tersebut dapat mengalami perubahan ketika terdapat upaya sentralisasi baru dalam sistem internasional. Kedua, hubungan kekuasaan (power relationship) antarnegara. Hubungan kekuasaan ini membuat suatu negara mengkalkulasi penggunaan power jangka panjang berdasarkan situasi dan kondisi yang terjadi. Ketiga, economic realities. Ketergantungan antarnegara dalam sektor perekonomian menyebabkan meningkatnya ketergantungan antarnegara dalam isu atau kepentingan lainnya. Terakhir, norma atau aturan internasional menjadi faktor determinan mengatur perilaku negara.

Dalam penelitian ini yang menjadi unit analisis yakni Rusia. Sedangkan unit eksplanasi yakni Ukraina. Perubahan Foreign Policy Concept Rusia tahun 2013 yang memasukkan Ukraina sebagai wilayah prioritas Rusia dipengaruhi oleh sistem internasional yakni hubungan kekuasaan (power relationship) dan economic

realities dalam interaksi bilateral kedua negara – Rusia dan Ukraina – mempengaruhi perubahan Foreign Policy Concept Rusia tahun 2013.


(24)

1.4.2. Landasan Pemikiran

1.4.2.1. Kepentingan Nasional (National Interest)

Foreign Policy atau kebijakan luar negeri merupakan “action theory” atau

kebijakan suatu negara yang ditujukan ke negara lain untuk mencapai kepentingan tertentu (Mochammad, 2007: 1). Kebijakan luar negeri menjelaskan apa yang negara ingin dapatkan secara eksternal dan bagaimana cara negara tersebut mencapainya (Rose, 1998: 145). Kebijakan luar negeri terpengaruhi oleh sistem internasional yang ada dan secara spesifik berkaitan dengan kapabilitas kekuatan (power) suatu negara. Singkatnya, kebijakan luar negeri merupakan upaya suatu negara untuk mendapatkan kepentingan nasional secara eksternal dalam sistem internasional sesuai kapabilitas kekuatan (power) negara tersebut. Kebijakan luar negeri ditujukan untuk memelihara dan mempertahankan kelangsungan hidup suatu negara (Rosenau, 1976: 27 dalam Mochammad, 2007: 4).

Terdapat komponen dasar dalam perumusan kebijakan luar negeri yakni kepentingan nasional. Kepentingan nasional merupakan petunjuk dasar kebijakan luar negeri yang harus diutamakan dan dipertahankan oleh para pemimpin negara (Jackson & Sorensen, 2009: 115). Waltz (1979: 113 dalam Jackson & Sorensen, 2009: 115) menyatakan bahwa masing-masing negara menetapkan cara terbaik untuk menjalankan kepentingan nasionalnya. Dalam pandangan Neorealisme, kepentingan nasional terbagi menjadi dua yakni sebagai kemampuan bertahan suatu negara dan sebagai kekuatan (power) suatu negara (Lake, tt) sehingga kepentingan nasional merupakan alasan utama dalam perumusan kebijakan luar negeri suatu negara.


(25)

Menurut Morgenthau, kepentingan nasional terbagi menjadi dua jenis, yaitu (1) kepentingan inti (vital interest) sebagai kepentingan utama negara untuk dicapai; dan (2) kepentingan sekunder (secondary interest) sebagai kepentingan lain yang mampu dicapai melalui berbagai cara lain seperti melalui diplomasi (Buchan, 2012: 6). Secara klasifikasinya, maka kepentingan nasional terbagi menjadi empat klasifikasi, yakni (1) kepentingan politik; (2) kepentingan ekonomi; (3) kepentingan keamanan; dan (4) kepentingan budaya (Xue-tong, 2002:19).

Pertama, kepentingan politik yakni kepentingan suatu negara terkait masalah kemerdekaan, kedaulatan negara, status internasional dan lain–lain. Kedua, kepentingan ekonomi yakni kepentingan suatu negara berdasarkan kebutuhan perdagangan ekspor/impor, pengaruh perekonomian dan keuangan global, investasi asing, transfer teknologi, dan lain–lain. Ketiga, kepentingan keamanan yakni kepentingan suatu negara yang berfokus pada superior militer suatu negara, keamanan wilayah, kepentingan maritim (wilayah laut); dan keempat, kepentingan budaya yakni propaganda atau upaya persebaran budaya suatu negara, proteksisasi ide asing negara, dan lain–lain (Xue-tong, 2002: 19). Keempat klasifikasi ini saling berhubungan satu dengan yang lain dan bergantung pada jenis kepentingan nasional tersebut.

Dari perubahan Foreign Policy Concept Rusia tahun 2013 secara tersirat terdapat tiga kepentingan Rusia terhadap Ukraina yakni kepentingan politik, keamanan dan ekonomi yang berusaha dicapai oleh Rusia. Tiga kepentingan ini dicapai oleh Rusia sebagai upaya untuk menjaga kelangsungan hidup Rusia jangka panjang dalam sistem internasional. Tiga kepentingan ini dicapai melalui


(26)

pendekatan diplomasi baik secara bilateral dengan Ukraina maupun secara regional dengan negara-negara bekas Uni Soviet.

1.4.2.2. Kausalitas Konsep Geopolitik dan Teori Eurasianisme

Geopolitik berasal dari dua kata yakni Geo yang berarti “bumi” dan Politik.

Konsep ini berfokus pada hubungan geografi suatu wilayah negara dan kekuatan politik negara tersebut. Menurut Kjellen (1898 dalam Dharmaputra, 2012: 169), Geopolitik adalah konsep yang membahas aspek geografi, politik, masyarakat dan ekonomi suatu negara untuk menentukan posisi negara tersebut demi peran kekuasaan dan kekuatannya dalam tatanan dunia internasional. Geopolitik digunakan sebagai upaya pengamanan wilayah suatu negara sebagai sebuah kebijakan ekspansi.

Lain halnya dengan geopolitik, teori Eurasianisme merupakan teori klasik yang berkembang sejak abad dua puluh. Teori ini berkembang berdasarkan dua dimensi waktu yakni teori Eurasianisme klasik yang muncul awal abad dua puluh oleh para intelektual Rusia antara lain Trubeckoy, Savickiy, Alekseev, Suvchinckiy, Iljin, Bromberg, Hara-Davan, dan lain-lain. (Dugin, 2004). Teori Eurasianisme klasik ini berkembang menjadi neo-eurasianisme atau disebut Eurasia pada tahun 1980an hingga saat ini (Dugin, 2004). Teori ini menjelaskan keterfokusan pada konsep

great power dan kemakmuran melalui pendekatan geopolitik kawasan Eurasia

Eropa dan Asia – sebagai kawasan sentral dunia. Jika dikaitkan dengan konsep geopolitik, terdapat dua teori geopolitik yang digunakan untuk menjelaskan


(27)

keterkaitan dengan teori Eurasianisme, yakni Heartland Theory oleh Mackinder (1904) dan Rimland Theory oleh Nicholas J. Spkyman (1942).

Berdasarkan teori Heartland (Mackinder, 1904), dunia terbagi menjadi 3 wilayah, yakni (1) World-Island meliputi Eropa, Asia, and Afrika; (2) Offshore

Island meliputi Inggris (Great Britain) dan Kepulauan Jepang; dan (3) Outlying Island meliputi kontinental Amerika Utara, Amerika Selatan, dan Australia.

Sedangkan Heartland yang dimaksudkan dalam teori ini adalah Rusia (sebelumnya Uni Soviet). Mackinder (1904) menyatakan bahwa :

“Who rules East Europe commands the Heartland; who rules the Heartland commands the World-Island; who rules the World-Island controls the world”.

Secara singkat, Mackinder menyatakan siapa yang mampu menguasai Eropa Timur akan memiliki kekuasaan akan Heartland dan yang menguasai Heartland akan mampu menguasai World-Island yang secara keseluruhan menguasai dunia. Pernyataan Mackinder ini diperkuat dengan teori yang dinyatakan oleh Nicholas J. Spkyman (1942) melalui teori Rimland-nya pada masa perang dingin10. Teori ini menyatakan dunia terbagi menjadi empat wilayah, yaitu Heartland, Rimland (World–Island dan Offshore), Oceanic Belt serta New World (Amerika). Wilayah Rimland (World–Island dan Offshore) yang dimaksud adalah wilayah Eurasia,

Eropa Timur dan Asia Tengah. Secara tersirat, teori ini menyatakan wilayah Rimland merupakan wilayah dengan sumber daya (resources) paling berpengaruh. Spkyman (1942) menyatakan bahwa :

10 Perang Dingin (Cold War) merupakan perang yang muncul setelah perang dunia II berakhir.

Perang ini terjadi selama empat dekade, mulai dari tahun 1947 hingga 1989. perang ini disebut perang ideologi liberalisme-komunisme atau balance of power yang terjadi pada dua negara adidaya, Amerika Serikat dan Uni Soviet. (Nye, 2007).


(28)

“Who controls the Rimland rules Eurasia;

Who rules Eurasia controls the destinies of the world”.

Penyataan diatas dapat disimpulkan bahwa penguasaan di wilayah Rimland berarti mengontrol dunia karena wilayah tersebut memiliki letak strategis untuk dikuasai. Secara tersirat, dua teori ini menyatakan bahwa wilayah Eurasia memiliki letak yang strategis untuk dikuasai dan didominasi. Dominasi wilayah, sumber daya (resources) dan penduduk (masyarakat) di Eurasia menjadikan suatu negara mendominasi dunia (Peterson, 2011). Upaya dominasi di wilayah Eurasia tersebut akan menjadikan suatu negara menjadi great power dunia karena ketika suatu negara mendominasi wilayah Eurasia maka negara tersebut mengontrol dunia.

Rusia menggunakan konsep geopolitik ini sebagai justifikasi dari tindakan eksternalnya berdasarkan teori Eurasianisme. Teori Mackinder (1904) dan Spkyman (1942) menyatakan wilayah Rusia strategis sebagai jembatan antara Eropa dan Asia yang menguntungkan Rusia secara tidak langsung. Hal tersebut dijadikan Rusia sebagai upaya mendominasi wilayah Eurasia yang diperkuat dengan teori Eurasianisme yang berkembang pada tahun 1980-an. Teori tersebut menggunakan konsep geopolitik yang membagi wilayah dunia berdasarkan empat wilayah yakni (1) wilayah Eropa dan Afrika yakni Uni Eropa, Islam–Arab Afrika dan wilayah sub-tropis Afrika; (2) wilayah Asia Pasifik yakni Jepang, negara– negara Asia Timur dan Indochina, Australia dan Selandia Baru; (3) Eurasia yakni Rusia dan negara Commonwealth of Independent States (CIS), negara-negara benua Islam, India, China; dan (4) Wilayah Amerika yakni Amerika Utara, Amerika Tengah dan Amerika Selatan (Dugin, 2001).


(29)

Pembagian tersebut diyakini oleh Eurasianis (intelektual teori Eurasianisme) bahwa negara-negara dalam CIS (Commonwealth of Independent States) yang masuk dalam organisasi regional, Uni Eurasia akan menguntungkan Rusia. Penguasaan di wilayah-wilayah negara anggota CIS yang bergabung dalam satu kesatuan di sektor ekonomi, transportasi, sistem keamanan kolektif dan sistem struktur representatif (Ismailov & Papava, tt: 33), akan menjadikan Rusia sebagai negara great power baru dalam dunia internasional. Upaya tersebut dilakukan Rusia melalui Ukraina sebagai negara yang berhubungan langsung dengan wilayahnya. Letak wilayah Ukraina yang strategis di antara Rusia dan negara-negara Eropa membantu menjaga keamanan negara Rusia dari negara-negara Eropa, sehingga memudahkan Rusia mendominasi wilayah negara-negara bekas Uni Soviet.

Kausalitas dalam konsep geopolitik dan teori Eurasianisme ini menjelaskan terdapat kepentingan politik dan keamanan yang digunakan oleh Rusia melalui wilayah Eurasia sebagai poin strategis kebijakan luar negeri. Rusia menggunakan wilayah Ukraina sebagai alat strategisnya secara geografi, politik, dan keamanan wilayah untuk mengamankan wilayahnya dan membantu upaya Rusia memainkan peran sebagai negara great power di dunia internasional melalui upaya dominasi Rusia membentuk Uni Eurasia. Uni Eurasia dibentuk oleh Rusia menggunakan konsep geopolitik sebagai acuannya untuk mengembalikan masa kejayaannya Uni Soviet sebelumnya.


(30)

1.4.2.3. Konsep Geoekonomi dan Kerjasama Ekonomi Internasional

Konsep Geoekonomi merupakan pendekatan baru dalam geopolitik (Csurgai, 1998: 2). Konsep geoekonomi ini merupakan interpretasi geografi dalam ruang ekonomi (economic space) (Lachininskii, 2012). Pendekatan ini muncul ketika berakhirnya perang dingin dimana terjadi perubahan yang berfokus pada kompetisi ekonomi global melalui perdagangan dan keuangan yang bertujuan untuk kekuatan militer. Konsep ini menjelaskan pentingnya peran wilayah yang berhubungan langsung dengan kepentingan ekonomi suatu negara.

Dalam era globalisasi, kekuatan ekonomi menjadi kekuatan dominan yang digunakan oleh suatu negara dibandingkan politik. Konteks geoekonomi ini semakin berkembang melalui persaingan internasional antarnegara bukan hanya bersifat fisik (barang) tetapi secara virtual (saham), sehingga memudarkan batas-batas wilayah suatu negara dengan negara lain (Csurgai, 1998: 2). Geoekonomi bertindak sebagai simbiosis antara ekonomi nasional dan institusi negara serta sebagai penghubung struktur ekonomi negara dan supranasional (Gladkii & Nikitina, 2004 dalam Lachininskii, 2012: 92).

Objek dalam geoekonomi bukan hanya perekonomian nasional atau strategi pembangunan negara di sektor ekonomi melainkan juga isu-isu yang berkaitan dengan integrasi lintas batas negara meliputi manufaktur, jasa, jaringan (network), pusat inovasi regional dan global, dampak pengembangan kota-kota global dan regional, dan pengembangan integrasi geoekonomi daerah dan negara. Selain integrasi lintas batas negara (transnasional), objek dari geoekonomi yakni ekonomi


(31)

global melalui lintas batas wilayah geoekonomi secara regional (Lachininskii, 2012: 92).

Keterfokusan dalam integrasi ekonomi regional muncul sebagai bentuk respon terhadap ketergantungan ekonomi yang terjadi (Csurgai, 1998: 2). Bentuk integrasi ekonomi regional melalui kerjasama ekonomi internasional yang bersifat regional seperti contoh NAFTA11, Uni Eropa, MERCOSUR12, dan lain-lain. Kerjasama internasional diartikan sebagai hubungan kerjasama yang terdiri atas dua atau lebih negara untuk mencapai tujuan tertentu (Widiastuti & Wulandari, 2012). Kerjasama internasional tidak hanya di sektor ekonomi, tetapi di sektor lain, seperti politik dan keamanan (kemendiknas, tt: 333). Kerjasama di bidang ekonomi yang terjalin antara suatu negara dengan negara lain disebut kerjasama ekonomi internasional (kemendiknas, tt: 333). Kerjasama ekonomi internasional terbagi menjadi empat bentuk, yakni (1) hubungan bilateral yakni kerjasama dua negara; (2) hubungan multilateral yakni kerjasama yang terdiri atas dua atau lebih negara; (3) hubungan atau kerjasama ekonomi regional, yakni kerjasama ekonomi negara–negara dalam satu kawasan; dan (4) kerjasama ekonomi internasional menggunakan organisasi internasional, yakni kerjasama ekonomi negara–negara di seluruh dunia melalui contohnya PBB (kemendiknas, tt: 334).

Integrasi ekonomi regional menggunakan kerjasama ekonomi regional diimplementasikan oleh Rusia dengan pembentukan Uni Eurasia. Kepentingan

11 NAFTA atau North American Free Trade Agreement merupakan kerjasama regional di wilayah

Amerika antara Amerika Serikat, Kanada dan Meksiko yang ditandatangani tanggal 1 Januari 1994 (Office of the United States Trade Representative, tt).

12 Blok Perdagangan di wilayah Amerika Selatan. Blok perdagangan ini bertujuan untuk mencapai

kebebasan pergerakan barang, pendapatan, jasa dan penduduk antaranggota. Blok perdagangan ini dibentuk bulan Maret 1991. (bbcnews.com, 2012).


(32)

ekonomi Rusia menrupakan kepentingan utama dalam pembentukan Uni Eurasia. Kepentingan ekonomi Rusia diupayakan melalui hubungan bilateral antara Rusia-Ukraina. Hubungan bilateral Rusia-Ukraina menjadi alat bagi Rusia untuk meningkatkan perekonomian domestiknya untuk pembentukan kerjasama ekonomi regional, yakni Uni Eurasia. Uni Eurasia muncul sebagai pengembangan kerjasama ekonomi regional antara Rusia dan negara–negara bekas wilayah Uni Soviet,

Commonwealth of Independent States (CIS). Dengan perekonomian Rusia yang

dominan (kuat) di kawasan tersebut, Rusia berusaha untuk memperkuat statusnya di negara-negara bekas Uni Soviet sebagai negara great power.

Kausalitas geoekonomi dan kerjasama ekonomi internasional melalui kerjasama ekonomi regional yakni kepentingan ekonomi Rusia melalui hubungan bilateral dengan Ukraina sebagai alat untuk meningkatkan perekonomian domestik Rusia sehingga mampu digunakan untuk pembentukan Uni Eurasia dengan negara-negara bekas Uni Soviet. Letak Ukraina yang strategis menjadikan Ukraina sebagai alat Rusia secara ekonomi untuk menjadi negara great power dan negara dominan melalui kerjasama ekonomi regional yang dibentuknya yakni Uni Eurasia.

1.5. Hipotesis

Dari penjelasan landasan pemikiran diatas, hipotesis dalam penelitian ini yakni terdapat tiga kepentingan Rusia sebagai justifikasi Rusia memasukkan Ukraina sebagai wilayah prioritas regional Rusia. tiga kepentingan tersebut yakni kepentingan politik, kepentingan keamanan dan kepentingan ekonomi. Kepentingan politik dan keamanan Rusia terhadap Ukraina yakni menjadikan


(33)

Ukraina sebagai wilayah strategis Rusia untuk mengamankan wilayah dan membantu Rusia memainkan peran sebagai negara great power dalam dunia internasional. Dua kepentingan Rusia ini digabungkan dalam konsep geopolitik yang digunakan Rusia untuk mengembalikan masa kejayaan Uni Soviet melalui pengamanan wilayah Rusia melalui Ukraina dan pembentukan integrasi ekonomi regional, Uni Eurasia.

Sedangkan kepentingan ekonomi Rusia terhadap Ukraina diimplementasikan melalui upaya pengembangan integrasi ekonomi regional yang lebih tinggi dibandingkan integrasi ekonomi regional sebelumnya (CIS), yakni pembentukan Uni Eurasia. Ukraina memiliki letak strategis untuk membantu upaya penyatuan kembali negara-negara bekas Uni Soviet untuk integrasi ekonomi dan untuk meningkatkan perekonomian domestik Rusia melalui hubungan bilateral kedua negara tersebut. Ketiga kepentingan tersebut digunakan Rusia untuk mencapai dua poin penting yakni sebagai negara Great Power dan upaya Uni Eurasia, sehingga dalam hal ini Ukraina menjadi alat strategis Rusia untuk mencapai kepentingannya.

1.5.1. Kerangka Pemikiran


(34)

1.6. Metode Penelitian

1.6.1. Definisi Konseptual dan Operasional

Konsep merupakan suatu makna yang berada di alam pikiran atau kepahaman manusia yang dinyatakan kembali melalui sarana lambang perkataan atau kata–kata (Suyanto & Sutinah, 2006: 49). Definisi konseptual muncul sebagai gambaran yang terbangun dari konsep–konsep melalui proses pengamatan dan pemahaman sehingga digunakan untuk mengamati aspek-aspek tertentu dari objek yang diteliti. Berbeda dengan definisi konseptual, definisi operasional merupakan pengarahan tepat pada penelitian sehingga memberikan ketegasan akan objek yang diteliti sebagaimana yang sudah dijelaskan dalam definisi konseptual (Suyanti & Sutinah, 2006: 51). Definisi konseptual dan operasional dalam penelitian ini terfokuskan pada dua aspek penting, yakni integrasi ekonomi regional dan Great Power.

1.6.1.1. Integrasi Ekonomi Regional Definisi Konseptual :

Integrasi ekonomi regional merupakan gabungan kata dari integrasi ekonomi dan regional. Integrasi ekonomi didefinisikan oleh Investopedia.com (2014) yakni kerjasama ekonomi yang ditandai dengan pengurangan atau penghapusan hambatan perdagangan dan koordinasi kebijakan moneter dan fiskal. Dalam Foreign Policy

Concept Rusia tahun 2013, Rusia menyatakan integrasi ekonomi regional yakni :

“...Regional integration becomes an effective means to increase competitiveness of the participating states. Networks and associations, trade pacts and other economic agreements, as well as regional reserve currencies serve as instruments to enhance security and financial and economic stability”...


(35)

Secara singkat, adanya integrasi ekonomi regional meningkatkan keamanan dan stabilitas keuangan dan ekonomi dalam regional melalui perjanjian dagang, ekonomi lain serta jaringan dan asosiasi, sehingga integrasi ekonomi regional adalah upaya kerjasama yang berfokus pada kerjasama regional berdasarkan atas perjanjian dagang yang mencakup keuangan, moneter dan isu kestabilan keuangan. Integrasi ekonomi regional ini biasanya berbentuk organisasi regional, seperti contohnya Uni Eropa. Perjanjian perdagangan yang ada dalam integrasi ekonomi biasanya berhubungan dengan makroekonomi (Draper, 2010).

Definisi Operasional :

Integrasi ekonomi regional dalam penelitian ini dilandasi oleh Foreign Policy

Concept Rusia tahun 2013 dan pencapaian integrasi ekonomi Uni Eropa, yakni

integrasi ekonomi regional dikembangkan melalui hubungan kemitraan kerjasama ekonomi internasional secara bilateral dan multilateral dalam kawasan Eurasia yang memperkuat posisi Rusia dalam perdagangan global dan sistem ekonomi. Integrasi ekonomi regional ini berfokus pada perjanjian perdagangan secara bilateral dan multilateral khususnya berdasarkan free trade area dan macroeconomic khususnya industri, agrikultur, transportasi dan energi. Nantinya, mampu dilihat melalui upaya penciptaan common market untuk barang, jasa, modal, tenaga kerja, pengembangan transportasi, energi dan sistem informasi tunggal digambarkan menggunakan ekspor-impor melalui organisasi supranasional.


(36)

1.6.1.2. Great Power Definisi Konseptual :

Konsep great power berkembang sejak abad ke–lima. Hal ini berkembang pesat memasuki abad ke–sembilan belas, ketika Amerika Serikat dan Rusia muncul sebagai dua negara great power. Great Power berarti suatu kekuatan yang berpengaruh dalam sistem internasional di masa tertentu yang memiliki kontrol dalam berbagai sektor di sistem internasional baik politik, militer, ekonomi maupun pengaruhnya di dunia internasional (Griffiths & O’Callaghan, 2004: 131).

Dalam perkembangan sejarah dunia modern, terdapat dua hal yang membentuk

Great Power, yakni (1) perbedaan tingkat pertumbuhan negara (differential growth rates) dan (2) anarki (Layne, 1993: 9). Secara tradisional, great power

dilambangkan dengan kekuatan militer dan diakui memiliki hak dan kewajiban mengenai perdamaian dan keamanan internasional. Seiring berjalannya waktu, kontribusi terhadap tatanan internasional dan stabilitas bukan hanya berdasarkan kekuatan negara tetapi juga kebijakan tertentu vis-à-vis satu dengan yang lain seperti upaya kebijakan bersama menghindari krisis ekonomi, menghentikan konflik antarnegara (Griffiths & O’Callaghan, 2004: 133). Sedangkan anarki menjelaskan sistem dunia yang bersifat anarki membuat negara berusaha untuk menyelamatkan keamanan negaranya (self-help). Di dalam politik internasional, sebuah negara Great Power berupaya untuk menjaga stabilitas keamanan tersebut dalam lingkup dunia internasional (Layne, 1993: 11).


(37)

Definisi Operasional :

Great Power dalam penelitian ini berlandaskan akan National Security Concept of The Russian Federation tahun 2000, yang menyatakan :

”.. Russia's national interests in the international sphere lie in upholding

its sovereignty and strengthening its positions as a great power and as one of the influential centers of a multipolar world, in development of equal and mutually advantageous relations with all countries and integrative associations and primarily with the members of the Commonwealth of Independent States and Russia's traditional partners, in universal observance of human rights and freedoms and the

impermissibility of double standards in this respect”..

Pernyataan diatas secara singkat menyatakan upaya yang ingin dicapai Rusia yakni menegakkan kedaulatan dan menguatkan posisi sebagai negara Great Power yang berpengaruh dalam dunia internasional melalui hubungan yang setara dan mutual dengan negara–negara lain dan integratif dengan negara–negara anggota CIS dengan ketaatan penuh pada hak asasi, kebebasan dan rasa peduli. Upaya Great

Power Rusia dalam penelitian ini yakni melihat upaya Rusia menegakkan

kedaulatan, dan memperkuat posisinya di wilayah kawasan Eurasia, khususnya dengan Commonwealth of Independent States (CIS) melalui pengembangan hubungan yang setara dan menguntungkan sehingga meningkatkan pengaruh Rusia dalam dunia internasional.

1.6.2. Tipe Penelitian

Menurut Suyanto dan Sutinah (2006: xiv), tipe penelitian berdasarkan tujuan penelitian terbagi menjadi dua jenis yakni penelitian deskriptif dan penelitian eksplanatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan menjelaskan ihwal masalah atau objek tertentu yang diteliti secara jelas dan rinci. Sedangkan penelitian eksplanatif adalah penelitian yang menghasilkan jawaban dari hubungan


(38)

antar-objek atau variabel yang diteliti. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tipe penelitian eksplanatif yakni menganalisis dan menjelaskan hubungan kausal variabel-variabel melalui pengujian hipotesis. Variabel-variabel yang berada dalam penelitian ini yakni korelasi Foreign Policy Concept Rusia tahun 2013 dan Ukraina dalam sektor prioritas regional.

1.6.3. Jangkauan Penelitian

Jangkauan waktu dalam penelitian ini adalah sepuluh tahun, dimulai tahun 2004 hingga awal tahun 2013. Jangkauan waktu penelitian ini berdasarkan pada asal muasal kepentingan Rusia terhadap Ukraina dimulai tahun 2004 ketika Rusia memiliki ketertarikan pada Ukraina dan diikuti dengan dinamika perkembangan hubungan Rusia dan Ukraina dan diakhiri awal tahun 2013 dengan munculnya

Foreign Policy Concept Rusia tahun 2013.

1.6.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data menurut Neuman (dalam Silalahi, 2006: 268) dapat dibagi menjadi dua yaitu teknik pengumpulan data kualitatif dan kuantitatif. Teknik pengumpulan data kualitatif yang paling pokok menurut Susanti (dalam Suyanto & Sutinah, 2006: 172) yakni pengamatan atau observasi dan wawancara secara mendalam (secara langsung). Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan studi kepustakaan dengan menggumpulkan data-data sekunder dari berbagai sumber seperti buku teks, terbitan berkala, jurnal, majalah, surat kabar,


(39)

dokumen, makalah, wawancara, dan bahan-bahan lainnya baik secara fisik maupun non–fisik (sumber internet).

1.6.5. Teknik Analisis Data

Sama halnya dengan teknik pengumpulan data, maka teknik analisisi data juga terdapat dua hal, yaitu teknik analisis kualitatif dan teknik analisis kuantitatif. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif. Analisis kualitatif dilakukan terhadap data yang berupa informasi atau uraian yang berupa bahasa, kata-kata atau grafik atau tabel dan lain sebagainya. Dalam penggunaannya, bahan tersebut akan diseleksi dan dikaitkan dengan data penjelas lain sehingga menguatkan gambaran yang ada atau memberi gambaran baru dalam penelitian ini.

1.6.6. Sistematika Penulisan

Penelitian ini terbagi dalam lima bab, dengan sistematika penulisan sebagai berikut :

Bab I – Pendahuluan meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kerangka pemikiran yang terdiri dari level analisis dan landasan pemikiran, hipotesis, dan metodologi penelitian yang terdiri dari definisi konseptual dan operasional, tipe dan jangkauan penelitian, teknik pengumpulan dan analisis data serta sistematika penulisan.

Bab II – Dinamika Hubungan Rusia dan Ukraina dari tahun 2004 hingga tahun 2013.


(40)

Bab III Uni Eurasia sebagai Integrasi Ekonomi Regional Rusia

Bab IV – Analisis data terkait hubungan bilateral Rusia dan Ukraina dan hubungan multilateral kedua negara tersebut dengan Commonwealth of

Independent States (CIS) untuk Uni Eurasia. BAB V - Kesimpulan.


(41)

HUBUNGAN BILATERAL RUSIA DAN UKRAINA TAHUN 2004-TAHUN 2013

Runtuhnya Uni Soviet tahun 1991 menandai berakhirnya masa perang dingin (cold war). Hal tersebut menjadi babak baru bagi Rusia dan Ukraina. Ukraina merupakan negara merdeka yang berdiri sendiri pasca runtuhnya Uni Soviet, sedangkan Rusia merupakan negara turunan langsung Uni Soviet. Dinamika hubungan bilateral antara Rusia-Ukraina terjadi pasca runtuhnya Uni Soviet tahun 1991. Pada bab II ini akan dijelaskan secara rinci berdasarkan pemaparan data yang dilakukan penulis terkait dinamika dan perkembangan hubungan bilateral Rusia-Ukraina. Bab ini akan diawali dengan flashback hubungan bilateral Rusia-Ukraina tahun 1991-tahun 2003 dan dilanjutkan dengan melihat perkembangan hubungan bilateral Rusia-Ukraina terbagi menjadi tiga subbab berdasarkan kepemimpinan atau administrasi di Rusia yakni (1) hubungan bilateral Rusia-Ukraina tahun 2004-tahun 2007; (2) hubungan bilateral Rusia-Ukraina 2004-tahun 2008-2004-tahun 2011; dan (3) hubungan bilateral Rusia-Ukraina tahun 2012 hingga awal tahun 2013. Dalam bab ini akan disertakan subbab khusus terkait perekonomian Rusia-Ukraina tahun 2004 hingga tahun 2012 sebagai penguat fokus penelitian ini sesuai jangkauan waktu penelitian yakni tahun 2004-awal tahun 2013.


(42)

2.1. Hubungan Bilateral Rusia–Ukraina Tahun 1991–2003

Secara geografi, letak wilayah kedua negara ini saling berhubungan langsung satu dengan lainnya. Pasca runtuhnya Uni Soviet tahun 1991 menjadi awal baru bagi kedaulatan masing-masing negara. Bulan November 1990, kedua negara menandatangani perjanjian untuk saling peduli satu dengan yang lain berdasarkan kedaulatan dan integrasi teritorial masing-masing negara (Felgenhauer, 1999: 3).

Gambar 2.1. Peta Rusia dan Ukraina

Sumber : Tribunnews.com, 2011.

Perjanjian tersebut menjadi awal hubungan bilateral Rusia-Ukraina. Dimulai pada tanggal 20 April hingga 30 April 1992, Rusia dan Ukraina mengadakan pertemuan di Odessa, Ukraina untuk membahas masalah BSF13 (Black Sea Fleet) (Felgenhauer, 1999: 5). Dalam membahas permasalahan BSF, terdapat tiga hal penting yang dibicarakan kedua negara tersebut yakni (1) divisi kapal perang antara Rusia dan Ukraina di laut hitam; (2) pangkalan Militer di Crimea14 khususnya di

13 Laut Hitam (Black Sea) merupakan wilayah laut yang berada di tenggara Eropa dan berada di

wilayah Asia. Wilayah laut ini berhubungan langsung dengan Rusia dan Ukraina. (Grolier, 1984).

14 Wilayah kedaulatan Ukraina yang berada di wilayah peninsula di selatan Ukraina. Secara


(43)

Sevastopol; dan (3) pengaruh atau upaya kontrol dua negara tersebut di wilayah semenanjung (Felgenhauer, 1999). Selain membahas masalah wilayah Laut Hitam, kedua negara ini juga membahas hubungan persahabatan dan kerjasama bilateral di luar isu tersebut.

Gambar 2.2. Peta Laut Hitam (Black Sea)

Sumber : Google Maps, 2014.

Pasca pertemuan Odessa, terjadi dua pertemuan lain sebagai lanjutan dari proses negosiasi antara Rusia dan Ukraina antara lain : (1) tanggal 23 Juni 1992 di Dagomys, Rusia. Pertemuan Dagomys membahas upaya penguatan hubungan bersaudara Rusia–Ukraina dan kolaborasi menguntungkan kedua negara tersebut dan (2) tanggal 17 Juli 1992, kedua negara tersebut bertemu lagi di Sevastopol,

Crimea. Kedua pertemuan tersebut diakhiri dengan Pertemuan Yalta15 yang terjadi tanggal 3 Agustus 1992 (Felgenhauer, 1999). Pertemuan Yalta menghasilkan perjanjian Yalta yang berisikan tiga hal penting dalam hubungan bilateral Rusia-Ukraina di wilayah Laut Hitam meliputi (1) kontrol bersama – Ukraina dan Rusia

15 Sebelum perjanjian Yalta terjadi, kedua negara ini mengalami pasang surut dalam upaya


(44)

– di wilayah Laut Hitam; (2) perjanjian tersebut berlangsung selama tiga tahun dimulai tahun 1992 hingga tahun 1995; dan (3) permasalahan yang terjadi antara Pelaut Rusia dan Ukraina dibatalkan (Felgenhauer, 1999: 7).

Memasuki tahun 1993, Ukraina mengakhiri perjanjian Yalta dikarenakan Rusia melanggar aturan dalam perjanjian tersebut terkait armada Rusia di wilayah Laut Hitam (Felgenhauer, 1999). Gagalnya perjanjian Yalta tidak menghentikan upaya negosiasi Rusia-Ukraina untuk mengatasi permasalahan di wilayah Laut Hitam. Salah satu bentuk negosiasi kedua negara tersebut yakni negosiasi yang terus berjalan meski terjadi pergantian kepemimpian di Ukraina akibat pemilu tahun 1994 yang memenangkan Kuchma sebagai Presiden Ukraina menggantikan Kravchuk (bbcnews.com, 2014). Negosiasi tersebut meski tidak mencapai titik temu terkait masalah di Laut Hitam yang berujung dengan deadlock16, tetapi pada tahun 1994, kedua negara ini menandatangani hubungan bilateral terkait sektor gas alam (Razumkov Center, 2009). Kedua negara tersebut hingga tahun 1996-an, masih melakukan proses negosiasi terkait permasalahan di Laut Hitam.

Tanggal 28 Mei hingga 30 Mei 1997 (Felgenhauer, 1999: 1), negosiasi antara kedua negara tersebut menghasilkan dua perjanjian besar yang disebut dengan Big

Treaty17 (Stewart, 1997). Big Treaty ditandatangani langsung oleh Perdana Menteri Ukraina, Pavlo Lazarenko dan Perdana Menteri Rusia, Viktor Chernomyrdin. Penandatanganan tersebut dilakukan selama dua kali, dimulai tanggal 28 Mei 1997

16 Ketidaksepakatan. Jalan buntu. Situasi dimana adanya berbagai pihak yang berpengaruh yang

tidak memberikan pengaruh dari hal yang dilakukan. (Oxford Dictionary, 2014).

17 Dua perjanjian utama UkrainaRusia yakni the Black Sea Fleet Accords dan perjanjian kerjasama.

Perjanjian kerjasama antara Rusia dan Ukraina tidak dipublikasikan secara umum berbeda dengan the Black Sea Fleet Accords. (Stewart, 1997).


(45)

kedua negara ini menandatangani The Black Sea Fleet Accords18 dan tanggal 30 Mei 1997 membahas perjanjian persahabatan, kerjasama, dan partnership antara Rusia dan Ukraina (Kementerian Luar Negeri Ukraina, tt). Di dalam perjanjian The

Black Sea Fleet Accords yang ditandatangani tanggal 28 Mei 1997, perjanjian

tersebut berisikan :

“.. (1) The two nations split the BSF 50-50 with Russia to buy back some of the more modern ships with cash; (2) Russia will lease the ports in and around Sevastopol for 20 years at $97.75 million per year. Russia would also credit Ukraine with $526 million for the use of part of the fleet, as well as $200 million for the 1992 transfer of Ukraine's nuclear arsenal to Russia. The payments will go toward reducing Ukraine's $3 billion debt to Russia (most of which was owed to Russian gas supplier RAO Gazprom); dan (3) Crimea (and the city of Sevastopol, built 214 years ago to proclaim the Russian empire's eternal dominion over the

seas) is legally and territorially a sovereign part of Ukraine..”.

(Felgenhauer, 1999).

Secara singkat, perjanjian tersebut membahas tiga hal penting terkait wilayah Laut Hitam yakni (1) pembagian Laut Hitam menjadi milik Ukraina dan Rusia terbagi dalam persentase 50:50 dan pembayaran kapal perang modern secara tunai; (2) pangkalan militer Rusia di Sevastopol, Crimea selama 20 tahun ke depan senilai 97.75 juta US dollar pertahun dan Rusia memberikan kredit bagi Ukraina senilai 526 juta US dollar untuk menggunakan armada Rusia. Pembayaran Rusia terhadap Ukraina akan dilakukan dengan mengurangi hutang Ukraina dengan Gazprom19 di sektor gas alam; dan (3) Crimea merupakan wilayah legal kedaulatan negara Ukraina. Berbeda dengan The Black Sea Fleet Accords yang dipublikasi, perjanjian kedua negara terkait hubungan persahabatan, kerjasama dan partnership antara

18 Perjanjian yang menyepakati akan status dan kondisi kehadiran Armada Rusia di wilayah laut

hitam milik Ukraina (Felgenhauer, 1999).

19 Perusahaan Gas Alam Rusia. Perusahaan ini menjadi perusahaan nasional Rusia disektor energi.

Selain itu perusahaan ini sebelumnya pernah diprivatisasi pada masa Yeltsin–Putin, dan dinasionalkan kembali pada masa kepemimpinan Putin tahun 2000 (Gazprom, tt).


(1)

regarding indivisibility of security into legally binding obligations, irrespective of states’ affiliation with political and military alliances.

56. In its relations with the European Union, the main task for Russia as an integral and inseparable part of European civilization is to promote creating a common economic and humanitarian space from the Atlantic to the Pacific.

57. Russia is interested in enhancing cooperation with the European Union as its principal trade and economic counterpart and important foreign policy partner, looks forward to strengthening mutual interaction, emphasizes the importance of establishment of four common spaces in the areas of economy; freedom, security and justice; external security; and scientific research and education, including cultural aspects. Russia stands for signing a new Russia-EU framework agreement on strategic partnership based on the principles of equality and mutual benefit. Russia will contribute to successful implementation of the Russia-EU joint initiative "Partnership for Modernization" and promotion of mutually beneficial energy cooperation aimed at creating an integrated European energy system on the basis of strict adherence to existing bilateral and multilateral treaty obligations. A long-term objective in that area is to establish a common Russia-EU market.

58. The issue of providing reciprocal abolition of short-term trip visas is of special importance in Russia-EU relations. The visa regime remains one of the main barriers for expanding personal and economic contacts between Russia and the European Union. Its elimination will greatly facilitate genuine Russia-EU integration.

59. Considering the significant role the European Union plays in international affairs, Russia intends to maintain intensive and mutually beneficial dialogue with the EU partners on the key issues of the foreign policy agenda, to further practical interaction in political and military areas, to shape relevant foreign policy and security cooperation mechanisms in order to ensure taking common decisions followed by joint implementation.

60. Boosting mutually beneficial bilateral relations with Germany, France, Italy, the Netherlands and other European states is a considerable resource for advancing Russia's national interests in European and world affairs, as well as for putting the Russian economy on the innovative development track. Russia would like the potential of interaction with the UK to be used similarly.

61. Russia will continue its efforts to strengthen the Council of Europe as an independent universal European organization with the mandate which ensures, through its unique convention mechanisms, the unity of the legal and humanitarian space on the continent. 62. Russia views the Organization for Security and Cooperation in Europe (OSCE) as an important instrument for building an equitable and indivisible system of pan-European security, and is interested in strengthening its role and authority. For the relevance of the OSCE to increase, its activities should be focused on truly urgent issues, especially those related to transnational challenges and security threats, and on elaboration of its Charter and reform of its executive mechanisms in view to ensure appropriate prerogatives of the collective intergovernmental bodies.

63. Russia will build up its relations with NATO taking into account the degree of its readiness for equitable partnership, strict adherence to the norms and principles of international law, real progress towards a common space of peace, security and stability in the Euro-Atlantic region based on the principles of mutual trust, transparency and predictability and compliance with the commitments undertaken by all its members at the Russia-NATO Council meetings not to provide one’s security at the expense of the security of others, and with the military restraint obligations. Russia maintains a negative attitude towards NATO’s expansion and to the approaching of NATO military infrastructure to Russia’s borders in general as to actions that violate the principle of equal security and lead to the emergence of new dividing lines in Europe.


(2)

64. Russia believes that Russia and all Euro-Atlantic states, including NATO member states, have common strategic goals which consist in maintaining peace and stability, countering common security threats, namely international terrorism, WMD proliferation, maritime piracy, drug trafficking, and natural and man-made disasters.

65. Russia develops progressive practical cooperation with North European countries, including the implementation of joint cooperation projects for the Barents/Euro-Arctic Region and the Arctic as a whole within multilateral structures while taking into consideration the interests of indigenous peoples. Russia’s participation in the activities of the Council of the Baltic Sea States plays an important role. Russia stands for the further fulfillment of the Northern Dimension project potential as well as that of its Partnerships as a platform for regional collaboration in Northern Europe.

66. Russia aims to develop comprehensive pragmatic and equitable cooperation with Southeast European countries. The Balkan region is of great strategic importance to Russia, including its role as a major transportation and infrastructure hub used for supplying gas and oil to European countries.

67. The Russian Federation builds its relations with the USA taking into consideration the vast potential for developing mutually beneficial cooperation in trade, investment, science, technology and other areas as well as the particular responsibility of both states for global strategic stability and international security as a whole.

68. A long-term Russian priority is to provide solid economic foundation for the dialogue with the USA, strengthen ties in all areas, improve the quality of equitable, non-discriminatory trade and economic cooperation on a permanent basis, work jointly in order to develop a controversy management culture based on pragmatism and observance of the balance of interests, which will help to impart more stability and predictability to the relations between the two countries and to strengthen bilateral interaction based on the principles of equality, non-interference into domestic affairs and respect for each other's interests.

69. Russia will work actively in order to prevent the USA from imposing unilateral extraterritorial sanctions against Russian citizens and legal entities, and to promote initiatives aimed at further liberalization of the visa regime between the two countries.

70. Russia firmly supports constructive cooperation with the USA in arms control, taking into account, inter alia, an unbreakable link between strategic offensive and defensive warfare and the necessity to transform nuclear disarmament into a multilateral process, and considers that the possibility of further reduction of strategic offensive armaments can only be examined with due account for all factors influencing global strategic stability. In the context of the creation of a global missile defense system by the USA, Russia will consistently seek legal guarantees that it will not be directed against Russian nuclear deterrent forces.

71. Russia expects that US actions in the international arena will be strictly guided by international legal norms, primarily the UN Charter, including the principle of non-interference in domestic affairs of other states.

72. Progressive development of relations between Russia and Canada is an important element of Russia’s balanced North American policy. Russia is interested in strengthening bilateral cooperation on relevant international issues and boosting trade, investment, scientific and technological ties.

73. Russia pursues a proactive and constructive policy of strengthening multi-format international cooperation in the Arctic. Consistently following its national interests, Russia believes that the existing international legal framework is sufficient to successfully settle all regional issues through negotiations, including the issue of defining the external boundaries of the continental shelf in the Arctic Ocean. Placing priority on interaction with Arctic states, including within the framework of the Arctic Council as a key regional forum, the coastal Arctic Five, the Barents Euro-Arctic Council and other multilateral formats, Russia is open to


(3)

mutually beneficial cooperation with non-Arctic actors as long as they respect independence, sovereign rights and jurisdiction of Arctic states in the Arctic region. Using the Northern Sea Route – a Russian national transportation line in the Arctic which is open to international shipping on a mutually beneficial basis – is of great importance for the development of the region.

74. We will continue our efforts aimed at preserving and expanding Russian presence in Antarctica, including the effective use of mechanisms and procedures provided for in the Antarctic Treaty.

75. Strengthening Russia’s presence in the Asia-Pacific region (APR) is becoming increasingly important since Russia is an integral part of this fastest-developing geopolitical zone, toward which the center of world economy and politics is gradually shifting. Russia is interested in participating actively in APR integration processes, using the possibilities offered by the APR to implement programs meant to boost Siberian and Far Eastern economy, creating a transparent and equitable security architecture in the APR and cooperation on a collective basis. 76. Improving political and security environment in Asia is of fundamental importance for Russia as the potential for conflict in the region remains significant, military arsenals are built up, and the risk of WMD proliferation is increasing. Russia consistently comes out in favor of settling all differences among the stakeholders through political and diplomatic means with strict adherence to the fundamental principles of international law.

77. Russia considers it vital to create and promote a partner network of regional associations in the APR. In this context, special emphasis is placed on enhancing the role in regional and global affairs of the SCO whose constructive influence on the situation in the region as a whole has significantly increased.

78. Russia views the East Asia Summits (EAS) mechanism as the main platform for strategic dialogue between leaders on key APR security and cooperation issues. Efforts in this area will be supported by activities in other formats such as APEC Forum, ASEAN-Russia Dialogue, ASEAN Regional Forum on security, Asia-Europe Forum, Conference on Interaction and Confidence-Building Measures in Asia, ASEAN Defense Ministers’ Meeting with dialogue partners, and Asia Cooperation Dialogue forum.

79. Developing friendly relations with China and India is one of the priorities of Russian foreign policy.

80. Russia will further build up comprehensive, equal and trustful partnership and strategic collaboration with China and actively develop cooperation in all the spheres. Russia regards the fact that the two countries share the same fundamental positions on key global issues as one of the core elements of regional and global stability. Thereupon Russia will promote foreign policy cooperation with China in various areas, including in seeking ways to address new threats and challenges, finding solutions to urgent regional and international problems, cooperating within the UN Security Council, G20, BRICS, EAS, SCO and other multilateral formats.

81. Russia is committed to strengthening privileged strategic partnership with India, improving collaboration on relevant international issues and enhancing mutually beneficial bilateral ties in all areas, primarily in trade, bearing in mind the implementation of long-term cooperation programs approved by the countries.

82. Russia considers that it is important to further develop the mechanism of effective and mutually beneficial cooperation in foreign policy and economy between Russia, India and China.

83. Russia is ready to actively contribute to the efforts to establish effective mechanisms for strengthening peace, security, mutual trust and mutually beneficial cooperation in Northeast Asia as a regional element of the new security architecture in Asia-Pacific.


(4)

84. Russia seeks to maintain friendly and neighborly relations with the Democratic People’s Republic of Korea and the Republic of Korea on the basis of mutually beneficial cooperation and to better use the potential of those relationships to speed up regional development and support inter-Korean political dialogue and economic cooperation, which are fundamental to peace, stability and security in the region. Russia has always been in favor of the non-nuclear status of the Korean Peninsula and will fully support a step-by-step progress in the area based on the relevant UN Security Council resolutions, including within the framework of the six-party talks.

85. The Russian Federation is willing to promote dynamic development of good-neighborly and multidimensional relations with Japan. In parallel with progress on the whole range of bilateral and international cooperation issues, Russia will continue the dialogue to find a mutually acceptable solution to unsettled issues.

86. Russia intends to strengthen its traditionally friendly relationship with Mongolia.

87. Russia seeks to consistently deepen its strategic partnership with Viet Nam and increase its cooperation with other ASEAN member states. It will continue to intensify its relations with Australia and New Zealand and maintain regular contacts and forge relationships with South Pacific island states.

88. Russia will be making a meaningful contribution to the stabilization of the situation in the Middle East and North Africa and will consistently promote peace and concord among the peoples of all the Middle East and North Africa countries on the basis of respect for sovereignty, territorial integrity of states and non-interference in their internal affairs. Using its status as a permanent member of the UN Security Council and a member of the Quartet of international mediators, Russia will further mobilize collective efforts to achieve, on an internationally acceptable basis, a comprehensive and long-term settlement of the Arab-Israeli conflict in all its aspects, including the establishment of an independent Palestinian State living in peace and security side by side with Israel. The settlement should be reached through negotiation with the assistance of the international community, involving the potential of the League of Arab States and other parties concerned. Russia will promote the establishment of a zone free from weapons of mass destruction and their delivery means in the Middle East. 89. Russia will continue its balanced policy in favor of a comprehensive political and diplomatic settlement of the situation with Iranian nuclear program through dialogue based on a step-by-step and mutual interest approach and in strict compliance with nuclear non-proliferation requirements.

90. To further enhance its interaction with the Islamic states, Russia will take advantage of its participation as an observer in the work of the Organization of Islamic Cooperation and its contacts with the League of Arab States and the Cooperation Council for the Arab States of the Gulf. Russia is willing to further develop its bilateral relations with the states in the Middle East and North Africa.

91. The ongoing crisis in Afghanistan and the forthcoming withdrawal of international military contingents from the country pose a great security threat to Russia and other CIS members. The Russian Federation together with Afghanistan and concerned countries, the United Nations, the CIS, the CSTO, the SCO and other multilateral institutions including Russia-NATO projects, will make consistent efforts to find a just and lasting political solution to the problems faced by this country with due respect for the rights and interests of all its ethnic groups and achieve a post-conflict recovery of Afghanistan as a peace-loving sovereign neutral state with stable economy. Comprehensive measures to reduce terrorist threat from Afghanistan and eliminate or reduce illicit drug production and traffic in a significant and measurable manner will be an integral part of those efforts. Russia is committed to further intensifying international efforts under the auspices of the UN aimed at helping Afghanistan and its neighboring states to meet these challenges.


(5)

92. Russia will continue to comprehensively strengthen relations with the Latin American and Caribbean countries, given the region's growing role in world affairs. The development of strategic cooperation with Brazil, including within the framework of BRICS, as well as partnership relations with Argentina, Venezuela, Cuba, Mexico, Nicaragua and other Latin American and Caribbean states will be focused on expanding political interaction, promoting trade, economic, investment, innovation, cultural and humanitarian cooperation, combined responses to new threats and challenges, securing the position of Russian companies in dynamically developing industrial, energy, communications and transport sectors of the region's economies.

93. Russia will seek to consolidate its ties with Latin American partners at international and regional forums, expand cooperation with multilateral organizations in Latin America and the Caribbean, in particular with the Community of Latin American and Caribbean States and the Southern Common Market.

94. Russia will enhance multifaceted interaction with African states on a bilateral and multilateral basis with a focus on improving political dialogue and promoting mutually beneficial trade and economic cooperation and contribute to settling and preventing regional conflicts and crises in Africa. Developing partnership with the African Union and other regional organizations is an important element of this policy.

V. Development and Implementation of the Foreign Policy of the Russian Federation

95. The President of the Russian Federation in accordance with his constitutional powers directs the foreign policy of the country and as a Head of State represents the Russian Federation in international relations.

96. Within the limits of their constitutional powers, the Federation Council of the Federal Assembly of the Russian Federation and the State Duma of the Federal Assembly of the Russian Federation provide legislative frameworks for the county's foreign policy and fulfillment of its international obligations. They also contribute to enhancing the effectiveness of parliamentary diplomacy.

97. The Government of the Russian Federation carries out measures to implement the country's foreign policy.

98. The Security Council of the Russian Federation works to develop the main elements of the state's foreign and military policy and assess challenges and threats to national interests and security of Russia in the international sphere, prepares proposals to the President of the Russian Federation in order to assist the Head of State in making decisions on the foreign policy of the Russian Federation in the field of ensuring national security and coordinating the activities of federal executive authorities and executive authorities of constituent entities of the Russian Federation when implementing their decisions in the area of ensuring national security, and assesses the effectiveness of these decisions.

99. The Ministry of Foreign Affairs of the Russian Federation develops a general strategy of the foreign policy of the Russian Federation, presents relevant proposals to the President of the Russian Federation, works to implement the foreign policy of the Russian Federation in accordance with the Concept and the Decree of the President of the Russian Federation No. 605 of May 7, 2012 “Measures to Implement the Foreign Policy of the Russian Federation” and coordinates foreign policy activities of federal executive authorities in accordance with the Decree of the President of the Russian Federation No. 1478 of November 8, 2011

“Coordinating Role of the Ministry of Foreign Affairs of the Russian Federation in Implementing a Common Foreign Policy of the Russian Federation.”

100. The Federal Agency for the Commonwealth of Independent States, Compatriots Living Abroad and International Humanitarian Cooperation participates in elaborating proposals and


(6)

implementing the foreign policy of the Russian Federation in the field of assisting to international development, providing international humanitarian cooperation, supporting Russian compatriots living abroad, strengthening the position of the Russian language in the world, and developing a network of Russian scientific and cultural centers abroad.

101. The constituent entities of the Russian Federation develop their international relations in accordance with the Constitution of the Russian Federation, Federal Law No. 4-FZ of January 4, 1999, “On Coordination of International and Foreign Economic Relations of the Constituent Entities of the Russian Federation,” and other legislative acts. The Ministry of Foreign Affairs of the Russian Federation and other federal executive bodies provide assistance to the constituent entities of the Russian Federation in implementing international and foreign economic cooperation in strict compliance with sovereignty and territorial integrity of Russia and making use of the capabilities of the Council of the Heads of the Russian constituent entities, which operates under the Ministry of the Foreign Affairs of the Russian Federation. The development of cooperation in regions and border areas is an important source for bilateral relations with relevant countries and regions in the trade, economic, humanitarian and other fields.

102. In working out foreign policy decisions, the federal executive bodies cooperate on a permanent basis with the Chambers of the Federal Assembly of the Russian Federation, Russian political parties, non-governmental organizations, the academic community, cultural and humanitarian associations, as well as business associations and mass media, encouraging their participation in international cooperation. Broad involvement of civil society in the foreign policy process is consistent with international practice and the trends of Russia's internal development, meets the goal of ensuring the consensus-based nature of Russia’s foreign policy and increasing its effectiveness, and contributes to its efficient implementation. 103. In financing foreign policy activities, private funds may be attracted on a voluntary basis through public-private partnership.

104. The consistent implementation of Russia's foreign policy aims to create favorable conditions for the realization of the historic choice of the peoples of the Russian Federation in favor of the rule of law, democratic society and social market economy.