PENGARUH DIFERENSIASI PRODUK DAN MODAL KERJA TERHADAP LABA PADA HOME INDUSTRY SIMPING KAUM KABUPATEN PURWAKARTA : Survey Pada Sentra Industry Simping Kaum Kelurahan Cipaisan Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta.

(1)

PENGARUH DIFERENSIASI PRODUK DAN MODAL KERJA TERHADAP LABA PADA HOME INDUSTRY SIMPING KAUM KABUPATEN

PURWAKARTA

(Survey Pada Sentra Industry Simping Kaum Kelurahan Cipaisan Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Ekonomi

Oleh

R.Dewi Syifa Fauziah 0801059

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013


(2)

(Survey Pada Sentra Industry Simping Kaum Kelurahan Cipaisan Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta)

Oleh:

R.Dewi Syifa Fauziah

Sebuah Skripsi Yang Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

© R.Dewi Syifa Fauziah 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LABA PADA HOME INDUSTRY SIMPING KAUM KABUPATEN PURWAKARTA

(Survey pada sentra industry simping kaum Kelurahan Cipaisan Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta)

Skripsi ini telah disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Kusnendi, M.S. NIP. 19600122 198403 1 003

Navik Istikomah, SE, M.Si. NIP. 19751110 200501 2 002

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

Dr. Ikaputera Waspada, M.M. NIP. 19610420 198703 1 002


(4)

ABSTRAK

Pengaruh Diferensiasi Produk dan Modal Kerja Terhadap Laba Pada Home Industry Simping Kaum Kabupaten Purwakarta (Survey Pada Sentra Industry

Simping Kaum Kelurahan Cipaisan Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta)”

di bawah bimbingan Dr. Kusnendi, MS dan Navik Istikomah, SE., MSi

oleh

R.Dewi Syifa Fauziah 0801059

Permasalahan dalam penelitian ini yaitu laba pengusaha home industry pada subsektor simping kaum di Kelurahan Cipaisan Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta dalam sepuluh bulan laba terakhir di Tahun 2013 berada dalam kondisi fluktuasi .

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh diferensiasi produk dan modal kerja terhadap laba pada home industry simping kaum Kabupaten Purwakarta. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode survey eksplanatory yaitu metode penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Jumlah sampel yang diambil sebanyak empat puluh enam responden. Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan angket, wawancara,observasi dan teknik analisis data yang digunakan metode dummy variabel.

Hasil penelitian menunjukan bahwa diferensiasi produk tidak berpengaruh secara signifikan terhadap laba pada home industry simping kaum, sedangkan modal kerja berpengaruh signifikan dengan arah positif terhadap laba pada home industry simping kaum.


(5)

ABSTRACT

The Effect of Products Differenciations and Working Capital on the Profit of Simping Kaum Home Industry in Purwakarta (Survey at Centra Industry Simping

Kaum Cipaisan, Purwakarta District, Purwakarta) under the guidances of Dr. Kusnendi, MS and Navik Istikomah, SE., Msi.

by

R.Dewi Syifa Fauziah 0801059

The problem in this sstudy was the profit earnings of Simping Kaum subsector home industry entrepreneurs at Cipaisan, Purwakarta within 10 months in 2013 which in fluctuated conditions.

The purpose of this study was to determine the effect of product differentiation and working capital to profits in the home industry Purwakarta. The research method used was an explanatory survey which is a research method that takes a sample of the population and use questionnaires as a data collection tool. The number of sample had taken fourty-six respondents. Data collection is done by distributing questionnaires, interview, observation and data analysis techniques are used dummy variables method.

The results showed that product differentiation does not significantly effect on profit earnings in Simping kaum home Industry, while working capital significantly influence the direction of positive earnings in Simping Kaum home industry.


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR iii

UCAPAN TERIMA KASIH iv

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah..…………... 1

1.2 Rumusan Masalah……..………...………...…..……... 9

1.3 Tujuan Penelitian…….…..………... 9

1.4 Manfaat Penelitian... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka………... 11

2.1.1 Konsep Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)... 11

2.1.1.1 Pengertian UMKM... 10

2.1.2 Konsep Laba...……….…... 14

2.1.2.1 Pengertian Laba...………... 14

2.1.2.2 Teori-Teori Laba... 15

2.1.3 Konsep Pasar Persaingan Monopolistik... 16

2.1.4 Konsep Diferensiasi Produk... 23

2.1.4.1 Pengertian Diferensiasi Produk... 23

2.1.4.2 Ruang Lingkup Diferensiasi Produk... 25

2.1.4.3 Sumber-Sumber Diferensiasi... 27

2.1.5 Modal... 28

2.1.5.1 Pengertian Modal ... 28

2.1.5.2 Macam-Macam Modal... 28

2.1.5.3 Pengertian Modal Kerja... 30

2.1.5.4 Jenis-Jenis Modal Kerja ... 32

2.1.5.5 Unsur Modal Kerja ... 32

2.1.5.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Modal Kerja... 34

2.1.5.7 Fungsi Modal Kerja ... 36

2.1.5.8 Sumber dan Penggunaan Modal Kerja ... 36

2.1.5 Kajian Empirik Beberapa Hasil Penelitian... 38

2.1Kerangka Pemikiran... 39

2.3 Hipotesis ... 43

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian... 44


(7)

3.2 Metode Penelitian... 44

3.3 Populasi dan Sampel... 44

3.3.1 Populasi... 44

3.3.2 Sampel... 45

3.4 Operasional Variabel... 45

3.5 Sumber dan Data... 47

3.6 Teknik Pengumpulan Data... 48

3.7 Teknik Analisis Data... 48

3.7.1 Karakteristik dari Variabel Boneka (Dummy Variable)... 49

3.8 Pengujian Statistik... 50

3.8.1 Uji Statistik t... 50

3.8.2 Uji Statistik F... 52

3.8.3 Uji Koefisien Determinasi (R2)... 53

3.8.4 Uji Normalitas... 53

3.9 Uji Asumsi Klasik... 53

3.9.1 Karakteristik Multikolinearitas... 53

3.9.2 Karakteristik Heterokedastisitas... 55

3.9.3 Karakteristik Autokorelasi... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian... 60

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 60

4.1.2 Gambaran Umum Responden... 62

4.2 Profil Responden... 62

4.2.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 62

4.2.2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia... 62

4.2.3 Gambaran Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir... 63

4.2.4 Gambaran Responden Berdasarkan Pengalaman Usaha... 64

4.2.5 Gambaran Responden Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja... 64

4.3 Gambaran Umum Variabel Penelitian... 65

4.3.1L aba... 65

4.3.2 Diferensiasi Produk... 66

4.3.2.1 Perbedaan Diferensiasi Produk dan Diversifikasi Produk... 71

4.3.3 Modal Kerja... 72

4.4 Analisis Data ... 73

4.5 Pengujian Hipotesis... 75

4.5.1 Analisis Regresi Secara Parsial (Uji t)... 75

4.5.2 Analisis Regresi Secara Simultan (Uji F)... 76

4.5.3 Uji R2 (Pengujian Koefisien Determinasi)... 77

4.5.4 Uji Normalitas... 77

4.6 Uji Asumsi Klasik... 78


(8)

4.6.2 Heterokedastisitas... 79

4.6.3 Autokorelasi... 80

4.7 Pembahasan Hasil Penelitian... 81

4.7.1 Pengaruh Diferensiasi Produk dan Modal Kerja Terhadap Laba Pengusaha Simping... 81

4.7.2 Pengaruh Diferensiasi Produk Terhadap Laba Pengusaha Simping ... 81

4.7.3 Pengaruh Modal Kerja Terhadap Laba Pengusaha Simping... 84

4.8 Implikasi Pendidikan... 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 89

5.2 Saran... 90

DAFTAR PUSTAKA... 92

LAMPIRAN Lampiran A... 95

Lampiran B... 104

Lampiran C... 106

Lampiran D... 109


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) memiliki kontribusi yang cukup penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap bertahan dimasa krisis ekonomi merupakan bukti bahwa sektor UMKM ini merupakan bagian dari industri yang kuat. Keberhasilan pembangunan ditunjukan oleh nilai tambah, kesempatan kerja dan pemerataan kesempatan berusaha, sehingga industri makin efektif menjadi penggerak utama dalam pembangunan.

Saat ini UMKM menjadi satu fenomena perekonomian tersendiri ketikan terjadi kenaikan harga pangan dan bahan bakar sehingga banyak usaha besar mengalami kesulitan dalam usahanya, UMKM mampu mempertahankan usahannya di tengah krisis ekonomi. Peranan UMKM juga sering di kaitkan dengan upaya-upaya pemerintah untuk mengurangi pengangguran, memerangi kemiskinan, dan pemerataan pendapatan. Oleh karena itu, kebijakan pengembangan UMKM di Indonesia sering dianggap sebagai kebijakan pencipta kesempatan kerja.

Pada saat terjadinya krisis moneter yang melanda, dan disertai kondisi ekonomi yang kurang mendukung, Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) tampil sebagai penolong perekonomian rakyat kecil. UKM mampu bertahan dalam menghadapi gejolak perekonomian. Hal ini terbukti pada saat krisis ekonomi melanda, dimana dalam kondisi tersebut banyak perusahaan yang gulung tikar karena tidak mamapu menghadapi tekanan krisis. Akibatnya terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang menyebabkan angka pengagguran semakin banyak. Dengan terjadinya PHK banyak masyarakat yang kehilangan pekerjaan sedangkan kebutuhan hidupnya semakin menghimpit. Dengan kondisi tersebut para pengusaha kecil menengah justru lebih mampu bertahan menghadapi badai krisis dibandingkan dengan usaha-usaha berskala besar.


(10)

Tabel 1.1

Jumlah Unit UMKM dan Industri Besar di Indonesia 2007-2011

No Skala Usaha Tahun Jumlah

2007 2008 2009 2010 2011

1 Usaha Mikro 84.452.022 87.810.366 90.012.694 93.014.759 94.957.797 450.247.638 2 Usaha Kecil 3.278.793 3.519.843 3.521.073 3.627.164 3.919.992 17.866.865 3 Usaha

Menengah 2.761.135 2.694.069 2.677.565 2.759.852 2.844.669 13.737.290 4 UMKM 90.491.950 94.024.278 96.211.332 99.401.775 101.722.458 481.851.793 5 Usaha Besar 2.535.411 2.756.205 2.674.671 2.839.711 2.891.224 13.697.222 Jumlah 93.027.361 96.780.483 98.886.003 102.241.486 104.613.682 495.549.015 Sumber : Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia

Dari tabel 1.1 di atas terlihat bahwa perkembangan UMKM dari tahun 2007 ke tahun 2011 mengalami peningkatkan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya unit usaha yang ada dibandingkan dengan usaha berskala besar. Pada tahun 2007 UMKM di Indonesia menunjukan jumlah 90.491.950 unit usaha. Kontribusi usaha mikro 84.452.022 usaha, usaha kecil 3.278.793unit dan usaha menengah 2.761.135 unit. Jumlah ini jauh lebih besar jika dibandingkan jumlah unit usaha besar yang ada di Indonesia yaitu sebesar 2.535.411 unit usaha. Selanjutnya tahun 2008 jumlah UMKM terus meningkat menjadi 94.024.278 unit usaha yaitu usaha mikro sebesar 87.810.366 unit, usaha kecil 3.519.843 unit dan usaha menengah 2.694.069 unit. Pada tahun 2009 jumlah UMKM terus meningkat menjadi 96.211.332 unit usaha yaitu usaha mikro sebesar 90.012.694 unit, usaha kecil 3.521.073 unit dan usaha menengah 2.677.565 unit. Selanjutnya tahun 2010 dan 2011 jumlah UMKM terus meningkat menacapai 99.401.775 dan 101.722.458 unit usaha yaitu usaha mikro sebesar 93.014.759 dan 94.957.797 unit, usaha kecil 3.919.992 dan 3.919.992 unit dan usaha menengah 2.759.852 dan 2.844.669 unit. Dari jumlah tersebut maka usaha mikro memang layak disebut tulang punggung perekonomian Indonesia.

Keberadaan usaha mikro kecil menengah (UMKM) selain untuk memperkuat struktur perekonomian, kegiatan ini juga dapat mengurangi jumlah pengangguran, memerangi kemiskinan, menciptakan kesempatan kerja, pemerataan pendapatan daerah dan juga kesadaran masyarakat dalam


(11)

berwirausaha. Oleh sebab itu, tidak heran jika kebijakan penciptaan kesempatan kerja atau kebijakan anti kemiskinan (Tulus Tambunan, 2002:16).

Perkembangan UMKM yang sangat pesat dapat membantu pembangunan ekonomi daerah. Pembangunan ekonomi ini ditunjang dengan pembangunan industri baik industry manufaktur, industri minyak dan gas, industri jasa transportasi, industri perdagangan, dan berbagai industri lain sesuai dengan potensi daerah masing-masing. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa industri kecil memiliki banyak kelemahan.

Menurut Suryana (2006:121) kelemahan dalam industri kecil tersebut dapat dikategorikan kedalam dua aspek :

1. Aspek kelemahan sruktural, yaitu kelemahan strukturnya, misalnya kelemahan dalam bidang manajemen dan organisasi, kelemahan dalam pengndalian mutu, kelemahan dalam mengadopsi dan penguasaan teknologi, tenaga kerja masih lokal yang umumnya masih kurang atau tidak memiliki ketrampilan.

2. Kelemahan kultural mengakibatkan kurangnya akses informasi dan lemahnya berbagai persyaratan guna memperoleh akses permodalan, pemasaran dan bahan baku, seperti informasi mengenai peluang cara memasarkan produk.

Kelemahan yang dimiliki industri kecil tersebut haruslah diantisipasi dengan solusi kongkrit tidak hanya oleh pelaku industri tersebut namun didukung juga dengan pemerintah serta masyarakatnya. Jika industri kecil terpuruk maka akan mengakibatkan tergangunya stabilitas perekonomian nasional.

Walaupun pengaruhnya tidak sebesar industri menegah atau industri besar namun dikarenakan kegiatan dari industri kecil menyentuh langsung pada kegiatan ekonomi masyarakat maka sudah barang tentu akan berpengaruh langsung pada masyarakat terutama masyarakat bawah dan menengah.

Masyarakat haruslah mencintai serta menghargai produk dalam negeri. Dimulai dengan semangat tersebut akan menjadi motivasi pada industri dalam negeri khusunya industri kecil supaya mampu bersaing dalam era globalisasi ini.


(12)

Pemerintah pun tidak kalah penting memiliki peranan dalam mengembangkan industri kecil. Pemerintah dengan program-programnya sudah semestinya melakukan bantuan baik moril (pembinaan, penyuluhan, kebijakan) maupun materil seperti JPS (Jaringan Pengaman Sosial), PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat), serta bantuan dana sektor rill lainnya supaya industri kecil dapat berkembang dengan baik.

Melalui pengembangan industri kecil akan memberikan suatu peranan penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi secara menyeluruh. Selain itu, industri kecil mampu memainkan peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Sumbangannya dalam berbagai sektor pembangunan nasional adalah wujud nyata yang tidak perlu disangsikan lagi, seperti banyaknya menyerap tenaga kerja, memperluas lapangan usaha dan kontribusinya terhadap penerimaan negara. Terlebih lagi operasional usaha industri kecil langsung menyentuh lapisan masyarakat, dan bisa pula dilakukan secara home industry ( industri rumahan) yang tidak terlalu memerlukan modal yang besar untuk memulainya. Pertumbuhan sektor industri kecil banyak dan tersebar luas diseluruh wilayah tanah air yang disesuaikan dengan potensi dan karakteristik masing-masing daerah. Potensi yang dimiliki industri kecil ini cukup besar untuk dapat lebih berkembang dan memiliki posisi di masyarakat.

Oleh karena itu, industri kecil memiliki andil yang sangat besar terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini mengingat potensi yang terkandung dari industri kecil yaitu :

1. Menciptakan lapangan kerja.

2. Memelihara dan membentuk modal sektor usaha.

3. Penyebaran kekuatan ekonomi, pertahanan dan keamanan. 4. Peningkatkan keterampilan dan kesadaran dan keamanan. 5. Penggunaan sumber daya alam bagi produksi.

Potensi dan beberapa kelebihan dari karakteristik industri kecil tersebut merupakan suatu alasan bagi industri kecil untuk layak dikembangkan dan tidak seharunya berada dalam keterbatasan. Dengan alasan jenis-jenis industri kecil banyak sekali jenisnya, dan mengacu pada potensi daerah yang seharusnya diberdayakan maka pada penelitian ini akan membahas salah satu jenis dari contoh industri kecil di daerah yang berupa usaha home industry yang ada


(13)

disekitar Kabupaten Purwakarta, khususnya di Kelurahan Cipaisan Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta, tumbuh usaha pembuatan simping yang merupakan khas Indonesia yang berasal dari Provinsi Jawa Barat yang potensi industrinya berada di Kabupaten Purwakarta.

Simping merupakan salah satu jenis makanan ringan yang bahan utamanya terbuat dari campuran tepung terigu, tepung tapoika, garam, kelapa dan kencur yang dibuat berbentuk bulat tipis, dan kemudian dibakar. Simping merupakan komoditas industri yang merupakan salah satu produk unggulan usaha kecil dan menengah di Kabupaten Purwakarta. Simping sendiri masuk kedalam jajaran usaha mikro kecil menengah (UMKM) karena karakteristik usahanya yang padat modal dan padat karya.

Hal tersebut bisa dilihat melalui tabel 1.2 yang memperlihatkan produk unggulan usaha mikro kecil menengah (UMKM) di Kabupaten Purwakarta :

Tabel 1.2

Tabel Produk Unggulan UMKM Kabupaten Purwakarta Tahun 2010-2013

Nama Produk Jumlah Unit

Usaha

Tenaga Kerja Investasi (Rp. 000)

Kapasitas Produksi

Simping 71 208 Orang 111.000 5.328.00

Emping Melinjo 19 80 Orang 16.000 437.000

Tape Singkong 120 635 Orang 60.000 1.440

Topi 127 580 Orang 2.195.000 8.800.000

Kramik 126 1.102 Orang 946.000 16.260.000

Genteng Press 153 3.067 Orang 5.674.000 8.262.000

Wayang Golek 19 60 Orang 41.200 360.000

Batu Templek 12 84 Orang 500.000 105.000

Bata Merah 20 60 Orang 160.000 2.800.000

Batu Belah/Split 6 90 Orang 300.000 4.800.000 Aneka Kue Kering 89 445 Orang 480.000 1.668.750

Meubel 31 124 Orang 186.000 4.650.000

Batako 35 185 Orang 210.000 1.312.00

Percetakan 11 45 Orang 165.000 412.500

Jumlah 839 6.765 Orang 11.044.200 50.876.690 Sumber : Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Purwakarta, Tahun 2010


(14)

Berdasarkan tabel 1.2, dapat kita lihat bahwa home industry simping ini termasuk salah satu industry unggulan di Kabupaten Purwakarta yang memiliki kapasitas produksinya mencapai 5.328.000. Kapasitas produksi pada industry simping di Kabupaten Purwakarta sendiri termasuk besar dibandingkan dengan kapasitas produksi pada produk unggulan UMKM lain yang ada di Kabupaten Purwakarta. Kapasitas produksi industry simping ini merupakan kapasitas produksi terbesar ke-4 diantara produk unggulan UMKM lain yang kapasitas produksi di Kabupaten Purwakarta yaitu terbesar setelah industry kramik, topi dan genteng press. Dengan besarnya kapasitas produksi tersebut, industry simping sebagai salah satu usaha home industry yang telah memberikan penghasilan yang cukup besar bagi para pengusahanya dan telah mampu menyerap tenaga kerja di wilayah Kecamatan Purwakarta dan Kecamatan Wanayasa.

Pada tahun 2010, industry simping telah mampu menyerap sebanyak 208 orang pekerja yang merupakan penyerapan angka tenaga kerja terbesar ke-6 setelah genteng press, kramik, tape singkong, topi dan aneka kue kering di Kabupaten Purwakarta. Penyerapan tenaga kerja ini sedikit banyak telah menunjang kesejahteraan masyarakat sekitarnya.

Salah satu indikator dari keberhasilan usaha adalah laba, apabila laba atau keuntungan perusahaan terus menerus menurun maka keberhasilan usaha tidak akan tercapai. Melalui data yang diperoleh dari industry simping yang di ambil dari 46 pengusaha di wilayah Kelurahan Cipaisan Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta pada bulan Maret - Agustus 2013 yang menggambarkan tingkat keberhasilan usaha pada industry simping di Kelurahan Cipaisan Kecamatan Purwakarta yang diukur dengan perolehan laba atau keuntungan mengalami penurunan. Hal tersebut dapat dilihat dalam tabel 1.3 di bawah ini :


(15)

Tabel 1.3

Rata-Rata Perkembangan Laba Home Industry Simping di Kelurahan Cipaisan Kecamatan Purwakarta Kabupaten

Purwakarta (Periode Bulan Maret – Desember 2013)

Bulan Laba (Rp) Pertumbuhan (%)

Maret 13.882.609 -

April 11.505.435 -17,12

Mei 11.128.261 -3,278

Juni 10.376.304 -6,757

July 10.403.478 0,262

Agustus 15.525.000 49,23

September 14.239.130 -8,283

Oktober 12.988.043 -8,786

November 13.472.826 3,733

Desember 16.310.870 21,06

Sumber : Pengusaha Simping Kelurahan Cipaisan Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta

Berdasarkan survey yang dilakukan penulis, pada umumnya para pengusaha simping menyatakan adanya fluktuasi pada laba/keuntungan yang mereka peroleh. Dari data tabel 1.3 terlihat bahwa dari bulan Maret sampai dengan bulan Desember 2013, laba para pengusaha simping mengalami naik-turun (Fluktuasi). Pada bulan Maret 2013 diketahui jumlah laba sebesar Rp.13.882.609 sedangkan pada bulan April, Mei dan Juni menagalami penurunan yaitu menjadi Rp.11.505.435, Rp.11.128.261 dan Rp.10.376.304 sedangkan pada bulan July 2013 laba mengalami kenaika menjadi Rp.10.403.478 dan pada bulan Agustus 2013 laba mengalami kenaikan sebesar Rp.15.525.000 dan mengalami penurunan kembali pada bulan September dan Oktober 2013 menjadi Rp14.239.130 dan Rp. 12.988.043 sedangkan pada bulan November sampai Desember laba mengalami kenaikan kembali pda bulan November 2013 sebesar Rp. 13.472.826 dan bulan Desember 2013 sebesar Rp. 16.310.870. Menurut hasil wawancara dengan para pengusaha simping kaum di Kelurahan Cipaisan Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta sehingga yang mempengaruhi naik-turunnya laba


(16)

pengusaha simping disebabkan oleh waktu-waktu tertentu, pada bulan Agustus dan Desember pengusaha simping mengalami kenaikan laba yang cukup tinggi karena banyaknya pemesanan simping untuk dibawa sebagai oleh-oleh pada saat Lebaran, Natal dan Tahun Baru. Sedangkan pada bulan-bulan lain pengusaha simping mengalami penurunan karena permintaan simping tidak sebanyak bulan Agustus dan Desember.

Perolehan laba dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, faktor-faktor tersebut antara lain besarnya modal, kebiasaan berpikir kreatif termasuk kemampuan manajerial, strategi biaya rendah, diferensiasi produk, tingkat resiko yang harus dihadapi perusahaan dan inovasi yang dilakukan perusahaan. Dengan adanya perkembangan produk yang bervariatif akan membuat harapan terhadap minat konsumen. Ketertarikan konsumen terhadap produk yang bervariatif pengusaha dalam diferensiasi produknya menyebabkan industri ini lemah dalam variasi produk yang ditawarkannya. Selain itu modal menjadi faktor yang sangat cukup penting bagi wirausaha dalam mengembangkan usahanya. Banyak indutri kecil yang tidak maju karena terbetur oleh permasalahan modal, mereka hanya mengandalkan modal pribadi karena sulitnya mendapatkan pinjaman dari modal dari pihak luar. Bagi sebagian industri, terbatasnya modal kerja akan menghasilkan proses produksi yang tidak efisien karena membawa pengaruh terhadap daya saing sehingga harga produk yang ditawarkan menjadi lebih tinggi.

Berdasarkan uraian diatas penulis memandang penting untuk mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Diferensiasi Produk dan Modal Kerja

Terhadap Laba Home Industry Simping.” (Survey pada Home Industry Simping di Kelurahan Cipaisan Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta).


(17)

1.2Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang dikemukakan di atas, dalam penelitian ini penulis membatasi lingkup permasalahan yang akan diteliti, yaitu diferensiasi produk, modal kerja. Sehingga rumusan masalahnya sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh diferensiasi produk dan modal kerja terhadap laba pengusaha simping ?

2. Bagaimana pengaruh diferensiasi produk terhadap laba pengusaha simping ?

3. Bagaimana pengaruh modal kerja terhadap laba pengusaha simping ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini berdasarkan masalah yang telah dirumuskan adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh diferensiasi produk dan modal kerja terhadap laba pengusaha simping.

2. Untuk mengetahui pengaruh diferensiasi produk terhadap laba pengusaha simping.

3. Untuk mengetahui pengaruh modal kerja terhadap laba pengusaha simping.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan dan memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu ekonomi mikro terkait dengan laba pengusaha.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah agar penelitian ini dapat memberikan informasi tambahan dan gambaran tentang pengaruh diferensiasi produk dan modal kerja terhadap laba home industry simping di Kabupaten Purwakarta Kecamatan Cipaisan Kaum Kidul, dan dengan adanya laba


(18)

pengusaha yang meningkatkan diharapkan akan memberikan keuntungan yang lebih terhadap pengusaha juga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat melalui penyerapan tenaga kerjanya.


(19)

BAB III

METEDOLOGI PENELITIAN

3.1Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini yaitu Home Industry simping di Kabupaten Purwakarta Kecamatan Cipaisan Kaum Kidul. Sedangkan variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas meliputi diferensiasi produk (X1), dan modal kerja (X2), sedangkan variabel terkait yaitu laba (Y).

3.2Metode Penelitian

Metode penelitian dapat memberikan gambaran kepada para peneliti mengenai langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam penelitian. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survey. Kerlinger (Sugiyono, 2008:7) mengemukakan bahwa :

Metode penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil tetapi data yang dipelajari adalah data dari sample yang diambil dari populasi tersebut sehingga ditentukan kejadian- kejadian relative, distribusi, dan hubungan- hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis. Selain itu juga digunakan metode eksplanatory atau penjelasan yaitu suatu metode menyoroti adanya hubungan antar variabel dengan menggunakan kerangka kemudian dirumuskan suatu hipotesis. Masri Singarimbun (Vena Putri, 2011:79).

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 130) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi yang dimaksud dalam suatu penelitian adalah sekelompok objek yang dapat dijadikan sumber penelitian, dapat berupa benda-benda, manusia, gejala, peristiwa, atau hal-hal lain yang memiliki karakteristik tertentu untuk memperjelas masalah penelitian.


(20)

Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah pengusaha simping yang ada di Sentra Industri Simping Kaum Kabupaten Purwakarta sebanyak 46 home industry.

3.3.2 Sampel

Menurut Suharsimi Arikunto (2006), sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sedangkan menurut Sugiyino (2006: 90), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang di miliki oleh populasi.

Dalam penelitian ini mempergunakan pengambilan sampel dengan teknik sampling jenuh. Teknik ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Riduwan (2007: 248), sampling jenuh adalah teknik pengambilan sampel apabila semua populasi digunakan sebagai sampel. Karena populasi kurang dari 100 maka teknik sampling yang diambil adalah semua anggota populasi sebanyak 46 orang pengusaha dan biasa disebut dengan sampling jenuh dan sensus.

3.4 Operasionalisasi Variabel

Pada dasarnya variabel yang akan diteliti dikelompokan dalam konsep teoritis, empiris dan analitis. Konsep teoritis merupakan variabel utama yang yang yang bersifat umum. Konsep empiris merupakan konsep yang bersifat operasional dan terjabar dari konsep teoritis. Konsep analitis adalah penjabaran dari konsep teoritis dimana data itu diperoleh. Adapun bentuk operasionalnya dapat dilihat pada tabel 3.1 sebagai berikut :


(21)

Tabel 3.1 Operasional Variabel

Variabel Konsep Teoritis Konsep Empiris Konsep Analitis Skala Ukuran Tingkat Laba

(Y)

Selisih antara penerimaan total (total revenue) dan biaya total (total cost). (Casse and Fair, 2002:185)

Besarnya laba yang diperoleh pengusaha simping, dihitung dengan cara penerimaan total dikurangi biaya total selama bulan Maret 2013-Desember 2013 dinyatakan (dalam rupaiah)

Data diperoleh dari jawaban responden mengenai jumlah laba home industry simping selama Maret 2013-Desember 2013 dinyatakan (dalam rupaiah)

Risio

Tingkat Diferensiasi Produk (X1)

Tindakan erancang satu set perbedaan yang berarti untuk membeda-bedakan penawaran perusahaan dari penawaran pesaing.(Kotler, 2000: 252)

Jenis produk (variasi produk) dilihat dari jenis rasa dan ukuran kemasan yang diproduksi selama bulan Maret 2013-Desember 2013 dinyatakan (dalam rupaiah)

Data diperoleh dari responden tentang banyaknya jenis

produksi yang dihasilkan selama bulan Maret 2013-Desember 2013 Berdasarkan Rasa dan Warna :

a. Rasa Kencur berwarna putih b. Rasa Keju berwarna kuning muda c. Rasa Nangka berwarna kuning d. Rasa Coklat berwarna coklat e. Rasa Pandan berwarna hijau f. Rasa Susu berwarna putih g. Rasa Pedas berwarna merah h. Rasa Strawbery

berwarna merah muda

i. Rasa Bawang berwarna putih ada sedikit taburan bawang

1. Berdasarkan Produk Ukuran simping :

a. Ukuran kecil di buat sedikit tebal. b. Ukuran besar di buat tipis. 2. Berdasarkan Jenis Kemasan

simping : a. Kemasan Sedang b. Kemasan Besar

3. Berdasarkan Jenis Kualitas Kemasan :

a. Kemasan sedang dengan ukuran simping kecil menggunakan kualitas plastik tebal dan direkata menggunakan alat press mesin.


(22)

Tabel 3.1 Operasional Variabel

Variabel Konsep Teoritis Konsep Empiris Konsep Analitis Skala Ukuran b. Kemasan sedang dengan ukuran

simping besar menggunakan plastik tipis dan di ikat menggunakan karet.

c. Kemasan besar dengan ukuran simping besar menggunakan black toples kedap udara dan dibungkus kembali menggunakan plastik diikat menngunakan pita. Modal Kerja

(X2)

Keseluruhan aktiva lancar yangdimiliki perusahaan atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari. (Bambang Riyanto, 1995: 57)

Modal usaha pengusaha home industry simping yang berbentuk: 1. Kas

2. Piutang 3. Persediaan

Bahan Baku

Data diperoleh dari jawaban responden mengenai :

1. Kas perusahaan selama bulan Maret 2013-Desember 2013 dinyatakan (dalam rupaiah).

2. Piutang perusahaan selama bulan Maret 2013-Desember 2013 dinyatakan (dalam rupaiah):

a. Piutang Dagang : tagihan kepada pihak lain (langganan) karena penjualan secara kredit.

b. Persediaan Barang : semua barang yang sampai tanggal neraca masih berupa persediaan di gudang

3.Persediaan Bahan Baku selama bulan Maret 2013-Desember 2013 dinyatakan (dalam rupaiah) :

a. Tepung terigu (/kg) b.Tepung Tapioka (/kg) c. Kencur (/kg) d. Santan (/liter)

e. Perasa sesuai dengan rasa yang di produksi (/botol)

f. Garam (/kg) g. Gula Pasir (/kg) (dalam rupiah)

Rasio

3.5 Sumber dan Data

Sumber data dalam penelitian yaitu sumber data primer yang diperoleh melalui penyebaran angket kepada pengusaha simping yang menjadi sampel dalam penelitian. Sedangkan sumber data sekunder diperoleh dari laporan Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan


(23)

Perdagangan Kabupaten Purwakarta (DISKOPPERINDAG), Kecamatan Purwakarta, Kelurahan di Kecamatan Purwakarta dan artikel dalam internet.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Adapun pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan cara:

1. Studi observasi, yaitu dengan cara meneliti secara langsung pengusaha simping di Kelurahan Cipaisan Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta.

2. Wawancara, dilakukan untuk memperoleh informasi secara langsung dengan tanya jawab lisan kepada para responden yang digunakan sebagai pelengkap data.

3. Angket, yaitu pengumpulan data melalui penyebaran seperangkat pertanyaan maupun pernyataan tertulis kepada responden yang menjadi sampel dalam penelitian.

4. Studi literatur, yaitu teknik pengumpulan data dengan memperoleh data-data dari buku-buku, laporan ilmiah, media cetak dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan regresi dengan variabel independen kualitatif melalui model Dummy Variable. Menurut Yana Rohmana (2010:105) Dummy Variable adalah regresi dimana variabel bebasnya (independen) selain ada variabel-variabel yang bersifat kuantitatif juga ditambah dengan variabel bersifat kualitatif (dummy variable) . Dalam analisis ini dilakukan dengan bantuan program Eviews 5.1 dengan tujuan untuk melihat pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependennya.

Fungsi persamaan umum yang akan diamati dalam penelitian ini adalah :

Pengaruh Diferensiasi Produk dan Modal Kerja Terhadap Laba Pada Home Industry Simping Kaum Kabupaten Purwakarta = ƒ (Diferensiasi Produk dan Modal Kerja)

Secara pengertian ekonomi, penjelasan fungsi matematis tersebut adalah Laba (Y) akan dipengaruhi Diferensiasi produk (X1) dan Modal Kerja (X2).


(24)

Hubungan tersebut dapat dijabarkan kedalam bentuk model regresi sebagai berikut :

Keterangan : Dimana :

Y = Laba

X1 = Diferensiasi Produk (dummy variable)

X2 = Modal Kerja

3.7.1 Karakteristik dari Variabel Boneka (Dummy Variable)

Variabel dalam persamaan regresi yang sifatnya kualitatif biasanya

menunjukkan ada tidaknya suatu “ quality” atau “ atribute”. Pernyataan

berikutnya adalah bagaimana atribute yang bersifat kualitatif ini diperlukan menjadi kuantitatif sehingga metode regresi bisa diaplikasikan.

Salah satu metode untuk mengkuantitatifkan atribut yang bersifat kualitatif tersebut adalah dengan cara membentuk variabel yang sifatnya artificial (dummy) kedalam model persamaan regresi dengan mengambil nilai 1 (satu) atau 0 (nol).

Ketentuan pemberian angka 1 atau 0 bisa kita pahami bahwa : • Beri angka 1 untuk menunjukan adanya atribut

• Beri angka 0 untuk menunjukan tidak adanya atribut

Variabel dummy ini dapat dengan mudah kita pergunakan sama seperti halnya pada variabel kuantitatif. Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan bahwa :

• Suatu model regresi mungkin variabel bebasnya hanya terdiri dari atas variabel dummy saja tanpa variabel kuantitatif, maka model ini disebut model analisis varian (ANAVAR).

Contoh :

Yi = β0 + β1Di + ei

Dimana :


(25)

Y = Laba

Di = 1, jika perusahaan melakukan diferensiasi produk (yang memiliki skor

>74)

Di = 0, jika perusahaan tidak melakukan diferensiasi produk (yang memiliki

skor < 74).

Dimana Skor 74 diperoleh dari :

( Sumber: Diadaptasi dari www.bukukerja.com>Home>MetodePenelitian ) •Suatu model regresi dimana variabel bebasnya bukan hanya terdiri dari atas variabel dummy saja tapi juga variabel kuantitatif, maka model ini disebut model analisis kovarian (ANAKOV).

Contoh :

Yi= β0+ β1 Di+ β2 Xi + ei

Dimana :

Y = Laba (perbulan)

Di = 1, jika perusahaan melakukan diferensiasi produk (yang memiliki skor

>74)

Di = 0, jika perusahaan tidak melakukan diferensiasi produk (yang memiliki

skor < 74)

X = Modal Kerja (perbulan)

Dalam banyak kasus, model analisis kovarian yang sering muncul di pembahasan ekonomi. Yana Rohmana (2010:107).

3.8 Pengujian Statistik 3.8.1 Uji Statistik t

Untuk menghitung nilai t hitung digunakan rumus :


(26)

Pengujian ini dilakukan untuk melihat adanya pengaruh dari masingmasing variabel penjelas terhadap variabel yang dijelaskan. Mula-mula ditentukan hipotesis nol atau null hypotesis (Ho) yang menyatakan bahwa masing-masing variabel penjelas berpengaruh terhadap variabel yang dijelaskan secara individu.

Hipotesis yang diuji pada uji statistik t adalah sebagai berikut : a. Hipotesis untuk X1

H0 : 1 = 0 tidak ada pengaruh antara Diferensiasi Produk (X1)

terhadap Laba(Y).

Hα : 1 < 0 ada pengaruh negatif antara Diferensiasi Produk (X1)

terhadap Laba (Y). b. Hipotesis untuk X2

H0 : 2 = 0 tidak ada pengaruh antara Modal Kerja (X2) terhadap

Laba (Y).

Hα : 2 > 0 ada pengaruh positif antara Modal Kerja (X2) terhadap

Laba (Y).

Pada tingkat signifikasi 5 persen dengan pengujian yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. H0 diterima dan Hα ditolak apabila thitung < ttabel atau jika

probabilitas thitung > tingkat signifikansi 0,05, artinya adalah salah

satu variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.

2. H0 ditolak dan Hα diterima apabila thitung > ttabel, atau jika

probabilitas thitung < tingkat signifikansi 0,05, artinya adalah salah

satu variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.


(27)

3.8.2 Uji Statistik F

Untuk mengetahui apakah semua variabel penjelas yang di gunakan dalam model regresi secara serentak atau bersama-sama berpengaruh terhadap variabel yang dijelaskan, digunakan uji statistik F, hipotesis yang digunakan adalah :

H0 : α1, α2, α3 = 0 semua variabel independen tidak mempengaruhi

variabel dependen secara bersama-sama

Hα: α1, α2, α3 ≠ 0 semua variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara bersama-sama

Nilai F hitung dicari dengan rumus : (Yana Rohmana, 2010:80) Dimana:

R2 = Koefisien determinasi N = Jumlah observasi k = Jumlah variabel

Pada tingkat signifikansi 5 persen dengan kriteria pengujian yang digunakan sebagai berikut :

1. H0 diterima dan Hα ditolak apabila Fhitung < Ftabel, atau jika

probabilitas Fhitung > tingkat signifikansi 0,05 maka H0 ditolak,

artinya variabel penjelas secara serentak atau bersama-sama tidak mempengaruhi variabel yang dijelaskan secara signifikan.

2. H0 ditolak dan Hα diterima apabila Fhitung > Ftabel, atau jika

probabilitas Fhitung < tingkat signifikansi 0,05 maka H0 ditolak,

artinya variabel penjelas secara serentak atau bersama-sama mempengaruhi variabel yang dijelaskan secara signifikan.


(28)

3.8.3 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Nilai R2 disebut juga koefisien determinasi. Koefisien determinasi bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan model regresi dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi diperoleh dengan menggunakan formula :

∑ ∑ ∑

Nilai koefisien determinasi berada diantara nol dan satu ( 0 < R2 < 1). Nilai R2 yang kecil atau mendekati nol berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen sangat terbatas. Sebaliknya nilai R2 yang mendekati satu berarti variabel independen memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen.

3.8.4 Uji Normalitas

Salah satu syarat yang harus terpenuhi dalam regresi adalah variabel e berdistribusi normal. Hal ini untuk memenuhi asumsi zero mean. Jika variabel e berdistribusi normal maka variabel yang diteliti Y juga berdistribusi normal. Uji normalitas dilakukan dengan formula Jarque Berra atau dikenal dengan JB-test.

Hipotesis:

H 0 : error term terdistribusi normal

H α : error term tidak terdistribusi normal

Jika Jarque Bera (J-B) > Χ 2 df = k atau Probability (P-Value) < α (taraf nyata yang digunakan) maka tolak H 0 , artinya error term tidak terdistribusi normal. Jika Jarque Bera (J-B) < Χ 2 df = k atau Probability (P-Value) > α maka terima H0 , artinya error term terdistribusi normal.

3.9 Uji Asumsi Klasik 3.9.1 Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah kondisi adanya hubungan antarvariabel independen karena melibatkan beberapa variabel independen, maka multikolinearitas tidak akan terjadi pada persamaan regresi sederhana yang hanya


(29)

terdiri atas satu variabel dependen dan satu variabel independen (Yana Rohmana, 2010:140).

Konsekuensi sebuah model yang terkena multikolinearitas adalah variannya akan terus naik dan membesar. Dengan varian yang semakin naik atau

membesar maka standar eror β1 dan β2 juga naik. Oleh karena itu, dampak adanya

multikolinearitas di dalam model regresi jika menggunakan teknik estimasi dengan metode kuadrat terkecil (OLS) adalah :

1. Meskipun penaksir OLS mungkin bisa diperoleh dan masih dikatakan BLUE, tetapi kesalahan standarnya cenderung semakin besar dengan meningkatnya tingkat korelasi antara peningkatan variabel sehingga sulit mendapatkan penaksir yang tepat.

2. Karena besarnya kesalahan standar, selang atau interval keyakinan untuk parameter populasi yang relevan cenderung lebih besar dan nilai t hitung akan kecil sehingga variabel independen secara statistik tidak signifikan. 3. Dalam kasus multikolinearitas yang tinggi data sampel mungkin sesuai

dengan sekelompok hipotesis yang berbeda-beda jadi probabilitas untuk menerima hipotesis salah.

4. Selama multikolinearitas tidak sempurna, penaksiran koefisien regresi adalah mungkin tetapi taksiran kesalahan standarnya menjadi sangat sensitif terhadap sedikit perubahan data.

5. Jika multikolinearitas tinggi, mungkin terjadi R2 yang tinggi tetapi tidak satupun atau sangat sedikit koefisien yang ditaksir yang penting secara statistik.

Ada beberapa cara untuk medeteksi keberadaan multikolinieritas dalam model regresi OLS yaitu:

a. Mendeteksi nilai koefisien determinasi (R2) dan nilai thitung. Jika R2 tinggi

(biasanya berkisar 0,8 – 1,0) tetapi sangat sedikit koefisien regresi yang signifikan secara statistik, maka kemungkinan ada gejala multikolinieritas. b. Dengan menghitung koefisien korelasi antarvariabel independen. Apabila


(30)

koefisien antarvariabel independen koefisiennya tinggi (0,8 – 1,0) maka diduga terdapat multikolinearitas.

c. Dengan melakukan regresi auxiliary, dapat digunakan untuk mengetahui hubungan antar dua atau lebih variabel independen yang secara bersama-sama.

d. Tolerance (TOL) dan Variance Inflation Factor (VIF)

(Yana Rohmana,2007:142-149)

Dalam penelitian ini penulis menggunakan cara korelasi parsial antarvariabel independen untuk mendeteksi ada atau tidak adanya multikolinearitas.

Apabila terjadi multikolinearitas menurut Gujarati (1978:168) maka harus melakukan :

1) Tindakan perbaikan dengan cara informasi apriori, menghubungkan data cross sectional dan data urutan waktu, mengeluarkan satu variabel atau variabel-variabel dan bias spesifikasi atau dengan penambahan data baru. 2) Tidak dengan tindakan perbaikan karena ketika data terkena

multikolinearitas data masih BLUE, multikolinearitas hanya menyebabkan peneliti kesulitan memperoleh estimator dengan standar error yang kecil.

3.9.2 Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana faktor gangguan tidak memiliki varian yang sama (Gujarati,1978:178). Heteroskedastisitas merupakan suatu fenomena dimana estimator regresi bias, namun varian tidak efisien (semakin besar populasi atau sampel, semakin besar varian). Uji heteroskedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokesdasitas dan jika berbeda disebut heteroskedasitas.


(31)

Ada beberapa cara yang bisa ditempuh untuk mengetahui adanya heteroskedastisitas ,yaitu sebagai berikut :

1. Metode informal (grafik). Metode ini merupakan cara yang paling mudah dan cepat karena menampilkan grafik sebar dari variabel residual kuadrat dan variabel independen. Kriterianya adalah :

a. Jika grafik mengikuti pola tertentu misal linier, kuadratik atau hubungan lain berarti pada model tersebut terjadi heteroskedastisitas.

b. Jika pada grafik plot tidak mengikuti pola atau aturan tertentu maka pada model tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas.

2. uji Park (Park test), yakni menggunakan grafik yang menggambarkan keterkaitan nilai-nilai variabel bebas (misalkan X1) dengan nilai-nilai

taksiran variabel pengganggu yang dikuadratkan (^u2).

3. Uji Glejser (Glejser test), yakni dengan cara meregres nilai taksiran absolut variabel pengganggu terhadap variabel Xi dalam beberapa bentuk,

diantaranya: 1 i 2 1 i 1 i 2 1

i X atau û X

û      

4. Uji korelasi rank Spearman (Spearman’s rank correlation test.) Koefisien korelasi rank spearman tersebut dapat digunakan untuk mendeteksi heteroskedastisitas berdasarkan rumusan berikut :

 

         1 n n d 6 -1 rs 2 2 1 Dimana :

d1 = perbedaan setiap pasangan rank

n = jumlah pasangan rank

5. Metode Breusch-Pagan-Godfrey. Metode ini mengembangkan model yang tidak memerlukan penghilangan data c dan pengurutan data sebagai alternatif dari metode Golgfeld-Quandt.

6. Uji White (White Test). Pengujian terhadap gejala heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melakukan White Test, yaitu dengan cara meregresi residual kuadrat dengan variabel bebas, variabel bebas kuadrat


(32)

dan perkalian variabel bebas. Ini dilakukan dengan membandingkan χ2 hitung dan χ2

tabel, apabila χ2hitung > χ2tabel maka hipotesis yang mengatakan bahwa

terjadi heterokedasitas diterima, dan sebaliknya apabila χ2hitung < χ2tabel

maka hipotesis yang mengatakan bahwa terjadi heterokedasitas ditolak. (Yana Rohmana, 2010 : 161-170)

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan Uji White dengan bantuan Software Eviews 5,1. Dilakukan pengujian dengan menggunakan White Heteroscedasticity Test

Apabila model penelitian terkena heterokedastisitas maka data wajib untuk disembuhkan dikarenakan sifat data tidak BLUE melainkan LUE. Adapun cara penyembuhannya adalah sebagai berikut:

a. Metode WLS (Weighted Least Square) atau kuadrat terkecil tertimbang.

Metode ini dilakukan dengan cara membagi persamaan OLS dengan σ.

b. Metode white. Metode ini dikenal dengan varian heterokedastisitas terkoreksi.

3.9.3 Autokolerasi

Secara harfiah autokorelasi berarti adanya korelasi antar anggota observasi satu dengan observasi lain yang berlainan waktu. Dalam kaitannya dengan asumsi metode OLS, autokorelasi merupakan korelasi antara satu variabel gangguan dengan variabel gangguan yang lain (Yana Rohmana,2010:192). Jadi autokorelasi adalah hubungan antar residual satu observasi dengan residual observasi lainnya.

Autokorelasi lebih mudah timbul pada data yang bersifat runtut waktu karena berdasarkan sifatnya data masa sekarang dipengaruhi oleh data pada masa-masa sebelumnya. Autokorelasi terjadi karena kelembaban (inertia), terjadi bias spesifikasi bentuk fungsi yang dipergunakan tidak tepat, penomena sarang laba-laba, beda keliru, kekeliruan manipulasi data dan data yang dianalisis tidak bersifat stasioner. Apabila data didalam penelitian terkena autokorelasi maka estimator menjadi LUE tidak lagi BLUE.


(33)

Terdapat beberapa cara untuk mendeteksi autokorelasi. Adapun metode-metodenya adalah sebagai berikut:

1. Uji Durbin Watson (D-W)

Uji D-W merupakan salah satu uji yang banyak dipakai untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi. Nilai Durbin-Watson menunjukkan ada tidaknya autokorelasi baik positif maupun negatif, jika digambarkan akan terlihat seperti pada gambar 3.1.

Gambar 3.1 Statistika d Durbin- Watson

Sumber:Yana Rohmana,2010:195

Keterangan: dL = Durbin Tabel Lower

dU = Durbin Tabel Up

H0 = Tidak ada autkorelasi positif H*0 = Tidak ada autkorelasi negatif

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan uji LM test dengan bantuan software Eviews. Yaitu dengan cara membandingkan nilai X2tabel dengan

X2hitung (Obs* R-squared). Kalau X2hitung < X2tabel maka dapat disimpulkan

model estimasi berada pada hipotesa nol atau tidak ditemukan korelasi. 2. Uji Breusch-Godfrey (uji BG)

Breusch-Godfrey mengembangkan uji autokorelasi yang lebih umum dan dikenal dengan uji Lagrange Multiplier (LM). Kriterianya adalah jika nilai

probabilitas lebih besar dari (>) σ= 5% berarti tidak terkena autokorelasi.

Menolak H0

Bukti

autokorelasi

positif

Menolak H0*

Bukti

autokorelasi

positif Daerah

keragu-raguan

Daerah

keragu-raguan Menerima H0 atau

H*0 atau

kedua-duanya

d

0 dL du 2 4-du 4-dL 4


(34)

sebaliknya ketika nilai probabilitasnya lebih kecil atau sama dengan (<)

dari σ= 5% berarti terdapat autokorelasi.

(Yana Rohmana,2010:200)

Apabila data terkena autokorelasi, maka data harus segera diperbaiki agar model masih tetap bisa digunakan. Terdapat beberapa alternatif untuk masalah menghilangkan autokorelasi adalah sebagai berikut:

a. Bila struktur autokorelasi diketahui dapat diatasi dengan melakukan transformasi terhadap persamaan. Metode ini sering disebut generalized difference equation.

b. Bila struktur autokorelasi tidak diketahui maka bisa dilakukan beberapa pilihan yaitu:

1) Bila autokorelasi tinggi menggunakan metode diferensiasi tingkat pertama.

2) Estimasi autokorelasi didasarkan pada statisik d Durbin- Watson. 3) Estimasi autokorelasi dengan metode dua langkah durbin.

4) Bila autokorelasi tidak diketahui dengan metode Cochrane-Orcutt. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan uji LM test dengan bantuan software Eviews. Yaitu dengan cara membandingkan nilai probabilitasnya. Ketika nilai probalitas lebih dari (>) = 5% maka dapat disimpulkan model estimasi tidak terkena autokorelasi.


(35)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai pengaruh diferensiasi produk dan modal kerja terhadap laba pada home industry simping kaum di Kelurahan Cipaisan Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil perhitungan dummy variabel, pengaruh diferensiasi produk terhadap laba pengusaha simping kaum di Kelurahan Cipaisan Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta tidak berpengaruh signifikan. Disimpulakan jika diferensiasi produk mengalami perubahan tidak akan mempengaruhi laba yang diperoleh pengsaha simping kaum di Kelurahan Cipaisan Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta.

2. Berdasarkan hasil perhitungan dummy variabel, pengaruh modal kerja terhadap laba pengusaha simping kaum di Kelurahan Cipaisan Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta berpengaruh signifikan dengan arah positif. Disimpulkan jika modal kerja tinggi maka mengakibatkan laba semakin tinggi, begitu juga sebaliknya jika modal kerja rendah maka laba yang diperoleh pun rendah.

3. Berdasarkan hasil perhitungan dummy variabel, pengaruh diferensiasi produk dan modal kerja terhadap laba pengusaha simping kaum di Kelurahan Cipaisan Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta secara simultan berpengaruh.


(36)

5.2 Saran

Adapun saran-saran yang dapat penulis rekomendasikan adalah sebagai berikut :

1. Diferensiasi produk merupakan faktor yang paling penting bagi para konsumen dalam menentukan pembelian barang. Oleh karena itu untuk meningkatkan laba pengusaha simping harus lebih aktif dalam memahami keinginan konsumen atau mengetahui selera konsumen dengan cara pengusaha membuat produk simping dengan rasa yang berbeda tidak hanya original(kencur),keju,pedas,nangka saja tetapi pengusaha dapat membuat produk dengan rasa yang berbeda dari pengusaha simping lainnya dan pengusaha dapat membuat produk simping dalam satu kemasan tidak hanya satu rasa saja pengusaha bisa membuat produk simping dalam satu kemasan bebagai macam rasa. Dari aspek ukuran kemasan pun pengusaha tidak hanya membuat produk dengan dua ukuran saja yaitu Ukuran kemasan sedang dan Ukuran kemasan besar pengusaha bisa membuat produk dengan ukuran kemasan kecil Dalam aspek kualitas kemasan, sebaiknya pengusaha dapat menciptakan produk dengan kemasan beraneka ragam misalnya Plastik yang digunakan tebal, almunium foil transparan atau almunium foil silver, kedap udara di beri gel pengawet makanan, direkatkan menggunakan atal press, diberikan label nama produk simping, tanggal kadaluarsa, berat kemasan simping, label halal dari MUI , no P-IRT. Agar produk tersebut bisa dijual keluar daerah, supermarket, kemasan tidak mudah rusak, tahan lama, lebih menarik dilihat konsumen dan harga jualpun tinggi. Maka akan meningkatkan laba pengusaha simping.

2. Modal kerja juga memiliki pengaruh positif terhadap laba pengusaha simping, maka dari itu untuk memperoleh laba / keuntungan maksimum pengusaha harus meningkatkan dan mengelola modal kerja yang dimiliki, agar tercapai efesiensi produksi sehingga keberhasilan usaha dapat tercapai.


(37)

Ada beberapa pilihan yang bisa dicoba pengusha dalam memenuhi kebutuhan modalnya yaitu :

a. Pengusaha bisa mengajukan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang disediakan oleh pemerintah untuk usaha kecil yang membutuhkan bantuan dana atau modal guna mengembangkan usahanya, pinjaman ini bisa diperoleh di lembaga keuangan seperti BRI, Bank Mandiri dan Bank Bukopin.

b. Para pengusaha bisa mengajukan proposal ke DIKOPERINDAG untuk mengajukan pemberian dana hibah guna meningkatkan modal dan kesejahteraan para pengusaha.

c. Bagi masyarakat masyarakat di Kelurahan Cipaisan Kecamatan Purwakarta yang sebagian besar menekuni usaha simping ini dapat mengajukan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri sehingga seluruh masyarakat dapat meningkatkan kesejahteraannya.


(38)

Ahmad, Kamaruddin. (1997). Dasar-Dasar Manajemen Modal Kerja. Jakarta: PT.Rineka Cipta.

Alma, Buchari. (2003). Pengantar Bisnis. Bandung: CV Alfabeta.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

...(2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Case, Karl E. & Fair, Ray C. (2002). Prinsip-Prinsip Ekonomi Mikro. Jakarta: PT Prenhallindo.

...(2007). Prinsip-Prinsip Ekonomi Mikro. Jakarta: PT Prenhallindo.

Eeng Ahman & Yana Rohmana. (2007). Pengantar Teori Ekonomi Mikro. Bandung:Laboratorium Ekonomi dan Koperasi.

Gujarati,Domador dan Zain S.(1978). Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga.

Jaya, Kirana Wihana. (2001). Ekonomi Industri. BPPE: Yogyakarta edisi kedua.

Kartajaya, Hermawan. (2004). Positioning Differentiation Brand. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Komarudin. (1994). Ensiklopedia Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara. Kotler, Philip. (1997). Manajemen Pemasaran analisis, Perencanaan,

Implementasin dan Kontrol. Jakarta : Prenhallindo

Porter, Michael. E. (2008). Keunggulan Bersaing Menciptakan Dan Mempertahankan Kinerja Unggulan. Jakarta :Bina Aksara.

Pratama Raharja & Manurung Mandala. (2008). Teori Ekonomi Mikro. Jakarta : FEUI

Riduwan. (2003). Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta ...(2007). Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta

Riyanto, Bambang. (1993). Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat. Yogyakarta: BPFE UGM


(39)

...(1995). Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat. Yogyakarta: BPFE UGM

Sadono, Sukirno. (2002). Pengantar Teori Mikroekonomi. Jakarta : RajaGrafindo Persada.

... (2005). Pengantar Teori Mikro Ekonomi Edisi Ketiga. Jakarta: Rajawali Pers.

Salvatore, Dominick. (2005). Teori Mikroekonomi. Jakarta : Erlangga. Samuelson, Paul A & Nordhaus, William D. (1999). Mikro Ekonomi.

Jakarta:Erlangga

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Bisnis. Bandung : CV. Alfabeta ... (2008). Metode Penelitian Administrasi. Bandung : CV. Alfabeta Suryana. (2006). Kewirausahaan Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju

Sukses.Jakarta: Salemba Empat

Tulus Tambunan. (2002). Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia Beberapa Isu Penting. Jakarta: Salemba Empat

Yana Rohmana. (2010). Ekonometrika Teori dan Aplikasi dengan Eviews. Bandung : Laboratorium Pendidikan Ekonomi dan Koperasi UPI.

SKRIPSI

Hot BR, Santi.2012. Pengaruh Perilaku Kewirusahaan, Modal Kerja dan Upah Tenaga Kerja Terhadap Laba Pengusaha Kerupuk Dorokdok di kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung. Skripsi FPEB UPI. Widya Rahmawati Indira.2010. Pengaruh Modal Kerja, Diferensiasi

Produk dan Kemampuan Manajerial Terhadap Laba Pengusaha Meubel di Kecamatan Magarsih Kabupaten Bandung. Skripsi FPEB UPI.

Indra Budi Wijaya (2010) Pengaruh Variasi Produk dan Biaya Promosi Terhadap Volume Penjualan Sepatu LEAGUE Pada Showroom Sportindo Tunjangan Plaza 2 Surabaya : Tidak diterbitkan.

Muhasusiawanto, Mustika Friharti, Reski Salian. (2006). Kajian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Usaha UKM di Propinsi


(40)

Riska Pasha Sulistio. (2009). Pengaruh Perilaku Kewirausahaan dan Persaiingan Terhadap Pengusaha Cafe se-Kota Bandung. Skripsi Sarjana pada FPIPS UPI: tidak diterbitkan.

Vena Putri (2011). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Jasa Pariwisata. Bandung: Skripsi UPI. Tidak diterbitkan.

Yunus, Hadori . (2005). Pengaruh Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Sektor Industri Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Skripsi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia .

Muhasusiawanto, Mustika Friharti, Reski Salian. (2006). Kajian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Usaha UKM di Propinsi Sumatera Utara. Jurnal Pengkajian Koperasi dan Ukm Nomor 1.

Sumber Lain

BPS – Profil Industri Kecil Kerajinan dan Rumah Tangga. (Online), (http//:www.bps.go.id)

Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Purwakarta, Tahun 2010.

dian39e.blogstudent.mb.ipb.ac.id

http://www.scribd.com/doc/127552378/Strategi-Keunggulan-Bersaing-Melalui-Pendekatan-Diferensiasi-Produk

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,Kecil, dan Menengah .

Syahyunan.(2003). Analisis Modal Kerja. [Online]. Tersedia di: http://library.usu.ac.id/download/fe/manajemen-syahyunan3.pdf SK Menteri Keuangan No.40KMK.06/2003

www.bukukerja.com>Home>MetodePenelitian www.galeriukm.web.id


(1)

Raden Dewi Syifa Fauziah, 2014

Pengaruh Diferensiasi Produk dan Modal Kerja Terhadap Laba Pada Home Industry Simping Kaum Kabupaten Purwakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai pengaruh diferensiasi produk dan modal kerja terhadap laba pada home industry simping kaum di Kelurahan Cipaisan Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil perhitungan dummy variabel, pengaruh diferensiasi produk terhadap laba pengusaha simping kaum di Kelurahan Cipaisan Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta tidak berpengaruh signifikan. Disimpulakan jika diferensiasi produk mengalami perubahan tidak akan mempengaruhi laba yang diperoleh pengsaha simping kaum di Kelurahan Cipaisan Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta.

2. Berdasarkan hasil perhitungan dummy variabel, pengaruh modal kerja terhadap laba pengusaha simping kaum di Kelurahan Cipaisan Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta berpengaruh signifikan dengan arah positif. Disimpulkan jika modal kerja tinggi maka mengakibatkan laba semakin tinggi, begitu juga sebaliknya jika modal kerja rendah maka laba yang diperoleh pun rendah.

3. Berdasarkan hasil perhitungan dummy variabel, pengaruh diferensiasi produk dan modal kerja terhadap laba pengusaha simping kaum di Kelurahan Cipaisan Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta secara simultan berpengaruh.


(2)

90

Raden Dewi Syifa Fauziah, 2014

Pengaruh Diferensiasi Produk dan Modal Kerja Terhadap Laba Pada Home Industry Simping Kaum Kabupaten Purwakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5.2 Saran

Adapun saran-saran yang dapat penulis rekomendasikan adalah sebagai berikut :

1. Diferensiasi produk merupakan faktor yang paling penting bagi para konsumen dalam menentukan pembelian barang. Oleh karena itu untuk meningkatkan laba pengusaha simping harus lebih aktif dalam memahami keinginan konsumen atau mengetahui selera konsumen dengan cara pengusaha membuat produk simping dengan rasa yang berbeda tidak hanya original(kencur),keju,pedas,nangka saja tetapi pengusaha dapat membuat produk dengan rasa yang berbeda dari pengusaha simping lainnya dan pengusaha dapat membuat produk simping dalam satu kemasan tidak hanya satu rasa saja pengusaha bisa membuat produk simping dalam satu kemasan bebagai macam rasa. Dari aspek ukuran kemasan pun pengusaha tidak hanya membuat produk dengan dua ukuran saja yaitu Ukuran kemasan sedang dan Ukuran kemasan besar pengusaha bisa membuat produk dengan ukuran kemasan kecil Dalam aspek kualitas kemasan, sebaiknya pengusaha dapat menciptakan produk dengan kemasan beraneka ragam misalnya Plastik yang digunakan tebal, almunium foil transparan atau almunium foil silver, kedap udara di beri gel pengawet makanan, direkatkan menggunakan atal press, diberikan label nama produk simping, tanggal kadaluarsa, berat kemasan simping, label halal dari MUI , no P-IRT. Agar produk tersebut bisa dijual keluar daerah, supermarket, kemasan tidak mudah rusak, tahan lama, lebih menarik dilihat konsumen dan harga jualpun tinggi. Maka akan meningkatkan laba pengusaha simping.

2. Modal kerja juga memiliki pengaruh positif terhadap laba pengusaha simping, maka dari itu untuk memperoleh laba / keuntungan maksimum pengusaha harus meningkatkan dan mengelola modal kerja yang dimiliki, agar tercapai efesiensi produksi sehingga keberhasilan usaha dapat tercapai.


(3)

91

Raden Dewi Syifa Fauziah, 2014

Pengaruh Diferensiasi Produk dan Modal Kerja Terhadap Laba Pada Home Industry Simping Kaum Kabupaten Purwakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ada beberapa pilihan yang bisa dicoba pengusha dalam memenuhi kebutuhan modalnya yaitu :

a. Pengusaha bisa mengajukan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang disediakan oleh pemerintah untuk usaha kecil yang membutuhkan bantuan dana atau modal guna mengembangkan usahanya, pinjaman ini bisa diperoleh di lembaga keuangan seperti BRI, Bank Mandiri dan Bank Bukopin.

b. Para pengusaha bisa mengajukan proposal ke DIKOPERINDAG untuk mengajukan pemberian dana hibah guna meningkatkan modal dan kesejahteraan para pengusaha.

c. Bagi masyarakat masyarakat di Kelurahan Cipaisan Kecamatan Purwakarta yang sebagian besar menekuni usaha simping ini dapat mengajukan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri sehingga seluruh masyarakat dapat meningkatkan kesejahteraannya.


(4)

Raden Dewi Syifa Fauziah, 2014

Pengaruh Diferensiasi Produk dan Modal Kerja Terhadap Laba Pada Home Industry Simping Kaum Kabupaten Purwakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Kamaruddin. (1997). Dasar-Dasar Manajemen Modal Kerja. Jakarta: PT.Rineka Cipta.

Alma, Buchari. (2003). Pengantar Bisnis. Bandung: CV Alfabeta.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

...(2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Case, Karl E. & Fair, Ray C. (2002). Prinsip-Prinsip Ekonomi Mikro. Jakarta: PT Prenhallindo.

...(2007). Prinsip-Prinsip Ekonomi Mikro. Jakarta: PT Prenhallindo.

Eeng Ahman & Yana Rohmana. (2007). Pengantar Teori Ekonomi Mikro. Bandung:Laboratorium Ekonomi dan Koperasi.

Gujarati,Domador dan Zain S.(1978). Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga.

Jaya, Kirana Wihana. (2001). Ekonomi Industri. BPPE: Yogyakarta edisi kedua.

Kartajaya, Hermawan. (2004). Positioning Differentiation Brand. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Komarudin. (1994). Ensiklopedia Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara. Kotler, Philip. (1997). Manajemen Pemasaran analisis, Perencanaan,

Implementasin dan Kontrol. Jakarta : Prenhallindo

Porter, Michael. E. (2008). Keunggulan Bersaing Menciptakan Dan

Mempertahankan Kinerja Unggulan. Jakarta :Bina Aksara.

Pratama Raharja & Manurung Mandala. (2008). Teori Ekonomi Mikro. Jakarta : FEUI

Riduwan. (2003). Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta ...(2007). Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta

Riyanto, Bambang. (1993). Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi


(5)

Raden Dewi Syifa Fauziah, 2014

Pengaruh Diferensiasi Produk dan Modal Kerja Terhadap Laba Pada Home Industry Simping Kaum Kabupaten Purwakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

...(1995). Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi

Keempat. Yogyakarta: BPFE UGM

Sadono, Sukirno. (2002). Pengantar Teori Mikroekonomi. Jakarta : RajaGrafindo Persada.

... (2005). Pengantar Teori Mikro Ekonomi Edisi Ketiga. Jakarta: Rajawali Pers.

Salvatore, Dominick. (2005). Teori Mikroekonomi. Jakarta : Erlangga. Samuelson, Paul A & Nordhaus, William D. (1999). Mikro Ekonomi.

Jakarta:Erlangga

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Bisnis. Bandung : CV. Alfabeta ... (2008). Metode Penelitian Administrasi. Bandung : CV. Alfabeta Suryana. (2006). Kewirausahaan Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju

Sukses.Jakarta: Salemba Empat

Tulus Tambunan. (2002). Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia

Beberapa Isu Penting. Jakarta: Salemba Empat

Yana Rohmana. (2010). Ekonometrika Teori dan Aplikasi dengan Eviews. Bandung : Laboratorium Pendidikan Ekonomi dan Koperasi UPI.

SKRIPSI

Hot BR, Santi.2012. Pengaruh Perilaku Kewirusahaan, Modal Kerja dan

Upah Tenaga Kerja Terhadap Laba Pengusaha Kerupuk Dorokdok di kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung. Skripsi FPEB UPI.

Widya Rahmawati Indira.2010. Pengaruh Modal Kerja, Diferensiasi

Produk dan Kemampuan Manajerial Terhadap Laba Pengusaha Meubel di Kecamatan Magarsih Kabupaten Bandung. Skripsi

FPEB UPI.

Indra Budi Wijaya (2010) Pengaruh Variasi Produk dan Biaya Promosi

Terhadap Volume Penjualan Sepatu LEAGUE Pada Showroom Sportindo Tunjangan Plaza 2 Surabaya : Tidak diterbitkan.

Muhasusiawanto, Mustika Friharti, Reski Salian. (2006). Kajian


(6)

Raden Dewi Syifa Fauziah, 2014

Pengaruh Diferensiasi Produk dan Modal Kerja Terhadap Laba Pada Home Industry Simping Kaum Kabupaten Purwakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Sumatera Utara. Jurnal Pengkajian Koperasi dan Ukm Nomor 1.

Riska Pasha Sulistio. (2009). Pengaruh Perilaku Kewirausahaan dan

Persaiingan Terhadap Pengusaha Cafe se-Kota Bandung. Skripsi

Sarjana pada FPIPS UPI: tidak diterbitkan.

Vena Putri (2011). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan

Jasa Pariwisata. Bandung: Skripsi UPI. Tidak

diterbitkan.

Yunus, Hadori . (2005). Pengaruh Modal Kerja Terhadap Profitabilitas

Pada Perusahaan Sektor Industri Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Skripsi. Bandung: Universitas

Pendidikan Indonesia .

Muhasusiawanto, Mustika Friharti, Reski Salian. (2006). Kajian

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Usaha UKM di Propinsi Sumatera Utara. Jurnal Pengkajian Koperasi dan Ukm Nomor 1.

Sumber Lain

BPS – Profil Industri Kecil Kerajinan dan Rumah Tangga. (Online), (http//:www.bps.go.id)

Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Purwakarta, Tahun 2010.

dian39e.blogstudent.mb.ipb.ac.id

http://www.scribd.com/doc/127552378/Strategi-Keunggulan-Bersaing-Melalui-Pendekatan-Diferensiasi-Produk

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,Kecil, dan Menengah .

Syahyunan.(2003). Analisis Modal Kerja. [Online]. Tersedia di:

http://library.usu.ac.id/download/fe/manajemen-syahyunan3.pdf

SK Menteri Keuangan No.40KMK.06/2003

www.bukukerja.com>Home>MetodePenelitian www.galeriukm.web.id


Dokumen yang terkait

Perancangan Identitas Visual Simping Purwakarta Melalui Media Kemasan

6 74 65

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Situasional Terhadap Kepuasaan Kerja Pegawai Pada Dinas Tenaga Kerja Sosial Dan Transmigrasi Kabupaten Purwakarta (survei Pada Pegawai Disnakersostrans Kab. Purwakarta)

0 6 123

Peranan Wanita dalam Industri Kecil Pengolahan Pangan Studi Kasus Industri Kecil Kue Simping di Kelurahan Cipaisan, Kecamatan Purwakarte, Kabupaten DT II Purwakarta, Jawa Barat

3 52 180

Pemanfaatan Ikan Sapu-Sapu (Hyposarcus pardalis) Sabagai Usaha Peningkatan Nilai Tambah Produk Simping Purwakarta

0 7 66

Penggerombolan dan Posisi Relatif Kecamatan Di Kabupaten Purwakarta Terhadap Beberapa Indikator Pendidikan dan KesehatanPenggerombolan dan Posisi Relatif Kecamatan Di Kabupaten Purwakarta Terhadap Beberapa Indikator Pendidikan dan Kesehatan

0 4 67

STUDI KELAYAKAN TERHADAP HOME INDUSTRY KRUPUK “SUGIHMUKTI“ DI KECAMATAN KLATEN UTARA STUDI KELAYAKAN TERHADAP HOME INDUSTRY KRUPUK “SUGIHMUKTI“ DI KECAMATAN KLATEN UTARA KABUPATEN KLATEN.

0 2 12

PENGARUH PENGALAMAN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA HOME INDUSTRY.

4 25 60

PENGARUH SUPERVISI MANAJERIAL PENGAWAS TERHADAP KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN PURWAKARTA KABUPATEN PURWAKARTA.

0 4 71

PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP PENDAPATAN:Studi kasus terhadap Home Industry Keripik Singkong di Kota Cimahi Kabupaten Bandung.

0 0 32

Kajian strategi Bisnis Telkom Link Divis

0 0 2