Karakteristik ac mobil dengan putaran kompresor 1200 rpm.
INTISARI
Pada era modern saat ini, hampir di setiap mobil dilengkapi dengan AC. Penggunaan AC mobil sudah merambah hampir di setiap alat transportasi. Tujuan penelitian ini adalah (a) merakit mesin AC yang di pergunakan pada mobil. (b) mengetahui karakteristik mesin AC mobil yang telah dibuat, meliputi : kalor yang diserap evaporator (Qin), kalor yang di lepas kondensor (Qout), kerja yang dilakukan kompresor (Win), COPideal, COPaktual, efisiensi dan laju aliran massa refrigeran pada mesin AC.
Metode yang digunakan adalah dengan metode eksperimental yang dilakukan di laboratorium Teknik Mesin Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma tanpa beban pendinginan. Mesin AC mobil mempergunakan siklus kompresi uap, daya penggerak motor listrik 2 hp, rpm : 1200, refrigeran : R-134a, dimensi kabin : 1,5 m x 1,25 m x 1,25 m, kabin terbuat dari kayu triplek dengan tebal 3,5 mm. Lalu proses pengambilan data dilakukan padaAC mobil. Setelah pengambilan data pada AC mobil, lalu data tersebut dianalisis secara teoritis dengan menentukan kondisi refrigeran pada setiap titik siklus, kapasitas refrigerasi dan COP sistem.
Hasil penelitian pada saat stabil memberikan kesimpulan : (a) kerja kompresor persatuan massa refrigeran sebesar 56,0 kJ/kg, (b) kalor persatuan massa refrigeran yang diserap evaporator 169,6 kJ/kg, (c) kalor persatuan massa refrigeran yang dilepas kondensor sebesar 225,6 kJ/kg, (d) COPaktual sebesar 3,04, (e) COPideal sebesar 5,30, (f) efisiensi mesin AC mobil sebesar 57,31%, (g) laju aliran massa sebesar 0,02 kg/s.
(2)
i
KARAKTERISTIK AC MOBIL DENGAN PUTARAN
KOMPRESOR 1200 RPM
SKRIPSI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1 TeknikMesin
Diajukan ;
SLAMET PUTRO CAHYONO
NIM : 115214021
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
(3)
ii
AC CHARACTERISTICS OF CAR WITH 1200 RPM
COMPRESSOR ROTATION
FINAL PROJECT
As partial fulfillment of the requirement to obtain Sarjana Teknik Degree in Mechanical Engineering
By :
SLAMET PUTRO CAHYONO
Student Number :115214021
MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM
MECHANICAL ENGINEERING DEPARTMENT
FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGI
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
2015
(4)
KARAKTERISTIK
ACMOBIL
DENGAN PUTARAN .KOMPRESOR12OO RPM
Disusun oleh:
SLAMET PUTRO CAITYONO
NIM: ll52l4{l2l
Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing Skripsi
#
\Til,l\-Ir. PK. Purwadi. MT
(5)
KARAKTERISTIK
ACMOBIL
DENGAN PUTARAN KOMPRESOR I2OO RPMDipersiapkan dan disusun oleh :
NAMA NIM
SLAMET PUTRO CAHYONO
tt52t402t
Ketua
Sekretaris
Anggota
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Skripsi
Pada tanggal 27 Juli 2Al5
Susunan Dewan Penguji Nama lengkap
: Doddy Purwadianto, S.T., M.T. : Ir Rineg M.T.
: Ir PK. Purwadi, M.T.
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu persayaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
Yogyakarra ,
..39...]L!i.
:9.1,
kultas Sains dan Teknologibiyersitas Sanata Dharma
Paulina Her Ros4 S.Si.,M.Sc.
$-;fu
(6)
(7)
(8)
vii
INTISARI
Pada era modern saat ini, hampir di setiap mobil dilengkapi dengan AC. Penggunaan AC mobil sudah merambah hampir di setiap alat transportasi. Tujuan penelitian ini adalah (a) merakit mesin AC yang di pergunakan pada mobil. (b) mengetahui karakteristik mesin AC mobil yang telah dibuat, meliputi : kalor yang diserap evaporator (Qin), kalor yang di lepas kondensor (Qout), kerja yang dilakukan kompresor (Win), COPideal, COPaktual, efisiensi dan laju aliran massa refrigeran pada mesin AC.
Metode yang digunakan adalah dengan metode eksperimental yang dilakukan di laboratorium Teknik Mesin Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma tanpa beban pendinginan. Mesin AC mobil mempergunakan siklus kompresi uap, daya penggerak motor listrik 2 hp, rpm : 1200, refrigeran : R-134a, dimensi kabin : 1,5 m x 1,25 m x 1,25 m, kabin terbuat dari kayu triplek dengan tebal 3,5 mm. Lalu proses pengambilan data dilakukan padaAC mobil. Setelah pengambilan data pada AC mobil, lalu data tersebut dianalisis secara teoritis dengan menentukan kondisi refrigeran pada setiap titik siklus, kapasitas refrigerasi dan COP sistem.
Hasil penelitian pada saat stabil memberikan kesimpulan : (a) kerja kompresor persatuan massa refrigeran sebesar 56,0 kJ/kg, (b) kalor persatuan massa refrigeran yang diserap evaporator 169,6 kJ/kg, (c) kalor persatuan massa refrigeran yang dilepas kondensor sebesar 225,6 kJ/kg, (d) COPaktual sebesar 3,04, (e) COPideal sebesar 5,30, (f) efisiensi mesin AC mobil sebesar 57,31%, (g) laju aliran massa sebesar 0,02 kg/s.
(9)
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat yang diberikan dalam penyusunan Skripsi ini sehingga semuanya dapat berjalan dengan lancar dan baik.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat mahasiswa untuk mendapatkan gelar sarjana S-1 pada Prodi Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Berkat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, Skripsi ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini dengan segenap kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Paulina Heruningsih Prima Rosa, S.Si., M.Sc., selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Ir. Petrus Kanisius Purwadi, M.T., selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan selaku Dosen Pembimbing Skripsi.
3. Sekretariat dan laboran Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma yang telah mendukung dalam proses penyelesaian Skripsi.
4. Ladislaous Marjono dan Maria Magdalena Sugiarti selaku orang tua penulis dan keluarga penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah mendukung dan memberi semangat penulis dalam menyelesaikan Skripsi.
5. Dionisia Bhisetya Rarasati yang selalu mendukung dan memberikan semangat sehingga dapat memberikan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan Skripsi ini.
6. Teman-teman Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma khususnya Angkatan 2011 dan teman penulis lain yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah mendukung penulis dalam menyeleseaikan Skripsi ini.
Penulis menyadari dalam penulisan Skripsi ini masih jauh dari sempurna. Segala kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan oleh
(10)
(11)
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
TITLE PAGE ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi
INTISARI ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan masalah ... 2
1.2Tujuan penelitian ... 2
1.3Batasan Masalah ... 2
1.4Manfaat penelitian ... 3
(12)
xi
2.1 Dasar Teori ... 4
2.2 Tinjauan pustaka ... 22
BAB III. PEMBUATAN ALAT ... 25
3.1 Diagram alir pelaksanaan ... 25
3.2 Komponen-komponen mesin AC mobil ... 26
3.3 Persiapan alat dan bahan ... 37
3.4 Langkah-Langkah pembuatan AC mobil ... 38
BAB IV. METODE PENELITIAN ... 41
4.1 Benda uji ... 41
4.2 Skematik alat penelitian ... 41
4.3 Alat bantu penelitian ... 42
4.4 Cara Mendapatkan Data Suhu dan Tekanan ... 46
4.5 Cara mengolah data dan pembahasan ... 46
4.6 Cara Mendapatkan Kesimpulan ... 47
BAB V. HASIL PENELITAIN DAN PEMBAHASAN ... 48
5.1 Data Hasil Percobaan ... 48
5.2 Perhitungan dan Pengolahan Data ... 50
5.3 Hasil Perhitungan ... 57
(13)
xii
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 71
6.1 Kesimpulan ... 71
6.2 Saran ... 72
DAFTAR PUSTAKA ... 73
(14)
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skematik AC mobil ... 4
Gambar 2.2 Pemasangan AC pada mobil ... 4
Gambar 2.3 Skematik komponen AC mobil ... 6
Gambar 2.3 Kompresor jenis swash plate ... 7
Gambar 2.5 Kompresor resipro (crank shaft) ... 8
Gambar 2.6 Kompresor wobble plate ... 9
Gambar 2.7 Kondensor jenis pipa bersirip ... 10
Gambar 2.8 Evaporator pipa bersirip ... 11
Gambar 2.9 Katup Ekspansi ... 11
Gambar 2.10 Kipas kondensor ... 12
Gambar 2.11 Receiver Drier ... 13
Gambar 2.12 Blower/fan Evaporator ... 14
Gambar 2.13 Kopling Magnet ... 14
Gambar 2.14 Skema siklus kompresi uap ... 15
Gambar 2.15 Siklus kompresi uap diagram P-h ... 16
Gambar 2.16 Siklus kompresi uap pada diagram T-s ... 16
Gambar 2.17 P-h diagram refrigeranR134a... 21
Gambar 2.18 Refigeran R-134a ... 22
Gambar 3.1 Gambar diagram Langkah dan Pelaksanaan ... 25
(15)
xiv
Gambar 3.3 Kompresor jenis swash plate ... 27
Gambar 3.4 Kondensor ... 28
Gambar 3.5 Katup Ekspansi ... 28
Gambar 3.6 Evaporator ... 29
Gambar 3.7 Receiver/drier ... 29
Gambar 3.8 Tabung berisi refrigeran R-134 a ... 30
Gambar 3.9 Pengembang pipa ... 31
Gambar 3.10 Pemotong pipa ... 31
Gambar 3.11 Pompa vakum ... 32
Gambar 3.12 Manifold gauge ... 32
Gambar 3.13 Plat besi ... 33
Gambar 3.14 Sterefoam ... 33
Gambar 3.15 Mesin Listrik ... 34
Gambar 3.16 Adaptor ... 35
Gambar 3.17 Kipas kondensor ... 35
Gambar 3.18 Blower ... 36
Gambar 3.19 Fan/Kipas angin ... 36
Gambar 3.20 Thermostat ... 37
Gambar 3.21 Kabin ... 37
Gambar 3.22 Rangkaian listrik adaptor – kipas kondensor ... 38
(16)
xv
Gambar 3.24 Tekanan normal pada pengujian alat ... 40
Gambar 4.1 Mesin AC mobilyang diteliti ... 41
Gambar 4.2 Posisi alat ukur suhu pada skematik mesin AC mobil ... 42
Gambar 4.3 Termokopel ... 43
Gambar 4.4 Penampil suhu ... 43
Gambar 4.5 Pengukur tekanan ... 43
Gambar 4.6 Siklus kompresi uap pada P-h diagram untuk R-134a ... 44
Gambar 4.7 Thermometer ... 45
Gambar 4.8 Kabel roll ... 45
Gambar 5.1 Siklus Kompresi Uap pada diagram P-h refrigerant R 134a diambil dari data menit (t) ke-75 ... 54
Gambar 5.2 Hubungan kerja kompresor persatuan massa refrigerant dan waktu ... 64
Gambar 5.3 Hubungan kalor persatuan massa refrigerant yang diserap evaporator dan waktu ... 65
Gambar 5.4 Hubungan kalor persatuan massa refrigerant yang dilepas kondensor dan waktu ... 66
Gambar 5.5 Hubungan koefisien prestasi (COP) aktual dan waktu ... 67
Gambar 5.6 Hubungan koefisien prestasi (COP) ideal dan waktu ... 68
Gambar 5.7 Hubungan efisiensi dan waktu ... 68
(17)
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Tabel untukpengukuran suhu dan tekananl ... 46
Tabel 5.1 Hasil pengukuran tekanan (P1& P2) dan suhu (T1& T3)... 48
Tabel 5.2 Nilai Entalpi (h) dalam satuan Btu/lb ... 50
Tabel 5.3 Besar Entalpi (h) dalam satuan kJ/kg ... 52
Tabel 5.4 Hasil perhitungan tekanan (P1& P2) dan suhu (T1, T3, Te, Tc) ... 57
Tabel 5.5 Hasil perhitungan Karakteristik AC mobil ... 59
(18)
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Siklus kompresi uap dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut
pada diagram P-h. Data 1 (menit 3) ... 74 Siklus kompresi uap dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut
pada diagram P-h. Data 2 (menit 6) ... 74 Siklus kompresi uap dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut
pada diagram P-h. Data 3 (menit 15) ... 75 Siklus kompresi uap dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut
pada diagram P-h. Data 4 (menit 18) ... 75 Siklus kompresi uap dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut
pada diagram P-h. Data 5 (menit 27) ... 76 Siklus kompresi uap dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut
pada diagram P-h. Data 6 (menit 30) ... 76 Siklus kompresi uap dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut
pada diagram P-h. Data 7 (menit 33) ... 77 Siklus kompresi uap dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut
pada diagram P-h. Data 8 (menit 39) ... 77 Siklus kompresi uap dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut
pada diagram P-h. Data 9 (menit 42) ... 78 Siklus kompresi uap dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut
pada diagram P-h. Data 10 (menit 51) ... 78 Siklus kompresi uap dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut
pada diagram P-h. Data 11 (menit 54) ... 79 Siklus kompresi uap dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut
pada diagram P-h. Data 12 (menit 60) ... 79 Siklus kompresi uap dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut
(19)
xviii
Siklus kompresi uap dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut
pada diagram P-h. Data 14 (menit 72) ... 80 Siklus kompresi uap dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut
pada diagram P-h. Data 15 (menit 75) ... 81 Siklus kompresi uap dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut
pada diagram P-h. Data 16 (menit 84) ... 81 Siklus kompresi uap dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut
pada diagram P-h. Data 17 (menit 87) ... 82 Siklus kompresi uap dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut
pada diagram P-h. Data 18 (menit 99) ... 82 Siklus kompresi uap dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut
pada diagram P-h. Data 19 (menit 102) ... 83 Siklus kompresi uap dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut
pada diagram P-h. Data 20 (menit 114) ... 83 Siklus kompresi uap dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut
pada diagram P-h. Data 21 (menit 117) ... 84 Siklus kompresi uap dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut
pada diagram P-h. Data 22 (menit 126) ... 84 Siklus kompresi uap dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut
pada diagram P-h. Data 23 (menit 129) ... 85 Siklus kompresi uap dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut
pada diagram P-h. Data 24 (menit 141) ... 85 Siklus kompresi uap dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut
pada diagram P-h. Data 25 (menit 144) ... 86 Siklus kompresi uap dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut
(20)
xix
Siklus kompresi uap dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut
pada diagram P-h. Data 27 (menit 156) ... 87 Siklus kompresi uap dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut
pada diagram P-h. Data 28 (menit 159) ... 87 Siklus kompresi uap dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut
pada diagram P-h. Data 29 (menit 168) ... 88 Siklus kompresi uap dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut
pada diagram P-h. Data 30 (menit 171) ... 88 Siklus kompresi uap dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut
pada diagram P-h. Data 31 (menit 174) ... 89 Siklus kompresi uap dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut
pada diagram P-h. Data 32 (menit 183) ... 89 Siklus kompresi uap dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut
pada diagram P-h. Data 33 (menit 186) ... 90 Siklus kompresi uap dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut
pada diagram P-h. Data 34 (menit 198) ... 90 Siklus kompresi uap dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut
pada diagram P-h. Data 35 (menit 201) ... 91 Siklus kompresi uap dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut
pada diagram P-h. Data 36 (menit 210) ... 91 Siklus kompresi uap dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut
pada diagram P-h. Data 37 (menit 213) ... 92 Siklus kompresi uap dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut
pada diagram P-h. Data 38 (menit 222) ... 92 Siklus kompresi uap dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut
(21)
xx
Siklus kompresi uap dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut
pada diagram P-h. Data 40 (menit 234) ... 93 Siklus kompresi uap dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut
(22)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada era globalisai atau modern seperti sekarang ini, penggunaan AC pada kendaraan beroda empat, sudah merupakan hal yang tidak mengherankan lagi. Alat transportasi lain yang juga menggunakan AC adalah bis, kereta api, pesawat terbang dan kapal. Pemakain AC mobil sangatlah penting bagi pengendara maupun penumpang baik pada angkutan umum maupun mobil pribadi. Penggunaan AC mobil dapat memberikan kenyamanan dalam berkendara. Hal ini disebabkan karena suhu udara di dalam kabin dapat dikondisikan sesuai dengan yang diinginkan. Udara yang masuk ke dalam ruang mobil juga selalu bersih, jendela yang tertutup juga dapat memberikan keamanan karena poluusi, baud an udara kotor dapat dicegah.
Pada zaman dahulu banyak mobil yang belum dilengkapi dengan AC sehingga untuk mengkondisikan udara dalam kabin mobil, pengendara harus membuka jendela kaca mobil supaya udara dapat terkondisi. Namun polusi debu dan pulusi bau serta polusi udara yang berasal dari luar tidak dapat terhindarkan. Seiring berkembangnya zaman, mobil dipasang AC. AC mobil adalah alat yang digunakan mengkondisikan udara dalam kabin mobil agar suhu udara kelembaban udara, kebutuhan oksigen dan kebersihan udara dapat terpenuhi seperti yang di inginkan. Dengan AC mobil, suhu udara di dalam kabin dapat dikondisikan dengan mudah sehingga keamanan serta kenyamanan dalam berkendara dapat dilakukan kapan saja.
Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, perkembangan teknologi di bidang AC mobil juga semakin baik. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengetahui lebih dalam perihal mesin AC mobil. Bangkit dari hal ini ,penulis tertantang untuk melakukan penelitian tentang AC mobil yang biasa dipergunakan pada AC mobil yang ad di pasaran.
(23)
2
1.2 Perumusan masalah
AC mobil yang ada di pasaran pada kenyataanya tidak mencantumkan informasi tentang karakteristik dari mesin AC nya seperti nilai COP dan nilai efisiensi . Informasi tentang COP dan efisiensi sangat penting bagi konsumen, untuk dapat memilih mobil dengan AC yang sesuai dengan seleranya. Bagaimanakah karakteristik AC pada mobil yang ada dipasaran ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian tentang AC mobil dengan putaran kompresor 1200 rpm dan ukuran kabin 1,5 m x 1,25 m x 1,25 m adalah :
a. Merakit mesin AC yang dipergunakan pada mobil. b. Mengetahui karakteristik dari AC mobil, meliputi :
Kerja kompresor persatuan massa refrigeran
Energi kalor yang diserap evaporator persatuan massa refrigeran dalam kabin
Energi kalor yang dilepas kondensor persatuan massa refrigeran
Menghitung COPaktual dan COPideal Efisiensi mesin AC mobil
Menghitung laju aliran refrigeran
1.4 Batasan - Batasan
Batasan masalah yang diambil di dalam pembuatan peralatan penelitian ini adalah :
a. Refrigeran yang digunakan dalam AC mobil adalah R-134a.
b. Mesin AC mobil bekerja dengan mempergunakan siklus kompresi uap.
c. Komponen AC mobil terdiri dari komponen utama kompresor, kondensor, katup ekspansi, receiver drier, dan evaporator, menggunakan komponen standart yang ada di pasaran.
d. Putaran kompresor : 1200 rpm.
e. Dimensi kabin : 1,5 m x 1,25 m x 1,25 m, kabin terbuat dari kayu triplek dengan tebal 3,5 mm.
(24)
3
f. Penggerak kompresor, mempergunakan motor listrik dengan daya 2 hp. 1.5 Manfaat
Manfaat penelitian tentang karakteristik AC mobil adalah :
a. Dapat menambah ilmu pengetahuan dan kepustakaan seputar AC mobil. b. Membuat percontohan alat AC mobil dengan kontruksi sederhana sehingga
mudah dalam pengamplikasianya yang dapat diterima oleh masyarakat Indonesia.
c. Bagi mahasiswa, penelitian yang telah dilakukan dapat membantu pemahaman tentang AC mobil yang lebih mendalam.
d. Hasil penelitian memberikan gambaran tentang karakteristik AC mobil yang ada di pasaran.
(25)
4
BAB II
DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori
2.1.1 Definisi Mesin AC Mobil
AC Mobil adalah alat yang digunakan pada kendaraan beroda empat, yang digunakan untuk mengkondisikan udara, meliputi suhu udara, kelembaban udara, kebutuhan udara segar dan kebersihan udara yang ada di dalam kabin mobil. Tujuan pemasangan AC pada mobil agar pengguna mobil atau penumpang mobil dapat merasakan kenyamanan dan kesejukan udara jika berada didalam ruang mobil.
Gambar 2.1 AC mobil
(Sumber : http://topbengkel.blogspot.com/2011/11/image-series-car-air-conditioner_10.html)
(26)
5
Gambar 2.2 AC mobil
(Sumber : http://repairpal.com/heating-ac)
Dengan adanya putaran kompresor yang digerakkan oleh motor bakar, kompresor bekerja menghisap gas refrigeran yang bersuhu dan bertekanan rendah dari saluran hisap. Kompresor kemudian memampatkan gas refrigeran sehingga menjadi uap atau gas panas lanjut bertekanan tinggi dan besuhu tinggi refrigeran. Gas refrigeran yang bertekanan tinggi tersebut kemudian mengalir masuk ke kondensor dan refrigeran akan didinginkan oleh udara luar mesin AC mobil (panas berpindah dari kondensor ke udara sekelilingnya) sehingga suhunya menjadi turun mencapai suhu kondensasi dan wujudnya berubah menjadi cair (kondensasi atau mengembun) tetapi tekanannya tetap tinggi. Refrigeran cair yang bertekanan tinggi (tetapi suhunya telah rendah) ini selanjutnya mengalir ke dalam filter drier. Refrigeran cair kemudian masuk kedalam katup ekspansi, sehingga tekanannya turun drastis. Dari katup ekspansi, refigeran cair yang bertekanan dan
(27)
6
bersuhu rendah kemudian memasuki ruang evaporator. Di dalam evaporator refrigeran segera berubah wujud menjadi gas (menguap). Refrigeran dapat berubah wujud dari cair menjadi gas karena ada kalor yang mengalir ke evaporator dari lingkungan di sekitar evaporator. Seperti diketahui, suhu lingkungan evaporator lebih tinggi dari suhu evaporator.
Mesin AC mobil yang dirancang di dalam penelitian ini menggunakan motor listrik (pengganti motor bakar) sebagai penggerak kompresor memiliki daya sebesar 2 hp, daya putaran sebesar 1200 rpm dan refrigeran yang digunakan adalah R-134a. refrigeran berfungsi sebagai fluida kerja yang mengalir pada tiap komponen utama dalam AC Mobil.
2.1.1 Komponen utama AC mobil dan siklus kompresi uap 2.1.2.1 Komponen utama AC mobil
Komponen utama AC mobil dapat digolongkan menjadi komponen utama dan komponen tambahan
Gambar 2.3 Skematik komponen AC mobil
Komponen utama AC mobil meliputi kompresor,kondensor, evaporator, dan katup ekspansi.
a. Kompresor
Kompresor adalah suatu alat dalam AC mobil yang cara kerjanya dinamis atau bergerak. Kompresor berfungsi untuk menaikan tekanan freon (dari tekanan
(28)
7
rendah ke tekanan tinggi). Kompresor bekerja menghisap sekaligus memompa refigeran sehingga terjadi sirkulasi (perputaran) refigeran. Kompresor yang sering dipakai pada AC mobil adalah: swash plate, resipro (crank shaft) dan wobble plate. Pada kompresor jenis swash plate, gerakan torak diatur oleh swash plate pada jarak tertentu dengan 6 atau 10 silinder. Ketika salah satu sisi pada torak melakukan langkah tekan, maka sisi yang lainnya melakukan langkah isap. Pada dasarnya, proses kompresi pada tipe ini sama dengan proses kompresi pada kompresor tipe crank shaft. Perbedaannya terletak pada adanya tekanan oleh katup isap dan katup tekan. Selain itu , perpindahan gaya pada tipe swash plate tidak melalui batang penghubung (connecting rod), sehingga getarannya lebih kecil.
Gambar 2.4 Kompresor jenis swash plate
(Sumber : http://globaldensoproducts.com/climate-control/car-air-conditioning-system/compressor/swash-plate-fixed-displacement-compressor/)
(29)
8
Selain kompresor swash plate terdapat juga kompresor resipro (crank shaft) dan wobble plate yang biasa digunakan dalam mesin AC mobil. Kompresor resipro (crank shaft) bekerja dengan memanfaatkan gerak putar dari mesin yang diterima oleh crank shaft kompresor. Di dalam kompresor gerak putar dari crank shaft diubah menjadi menjadi gerak bolak balik torak untuk menghisap dan memampatkan refrigerant. Prinsip kerja kompresor torak terdiri dari dua langkah, yaitu langkah hisap dan langkah kompresi. Saat langkah hisap torak bergerak turun dari titik mati atas ke titik mati bawah, volume silinder mengembang sehingga tekanan di dalam silinder turun atau terjadi kevakuman di dalam silinder. Akibatnya katup hisap membuka dan refrigeran masuk ke dalam silinder. Proses ini berlangsung sampai torak mencapai titik mati bawah.Pada langkah kompresi, torak bergerak naik dari titik mati bawah ke titik mati atas. Refrigeran mengalami pemampatan sehingga tekanan dan temperaturnya naik. Akibat tekanan refrigeran yang tinggi, katup hisap akan menutup dan katup buang membuka sehingga refrigeran keluar dan mengalir ke kondensor.
Gambar 2.5 Kompresor resipro (crank shaft)
(Sumber : https://otogembel.files.wordpress.com/2012/09/bagian-bagian-kompresor-resipro.png)
(30)
9
Sedangkan kompresor wobble plate adalah kompresor yangmempunyai sistem kerja sama dengan kompresor tipe swash plate. Namun dibandingkan dengan kompresor tipe swash plate, penggunaan kompresor tipe wobble plate lebih menguntungkan, diantaranya adalah kapasitas kompresor dapat diatur secara otomatis sesuai dengan kebutuhan beban pendinginan. Selain itu, pengaturan kapasitas yang bervariasi akan mengurangi kejutan yang disebabkan oleh kopling magnet (magnetic clutch). Cara kerjanya, gerakan putar dari poros kompresor diubah menjadi gerak bolak-balik oleh plat penggerak (drive plate) dan wobble plate dengan bantuan guide ball. Gerakan bolak-balik ini selanjutnya diteruskan ke torak melalui batang penghubung. Berbeda dengan jenis kompresor swash plate, kompresor jenis wobble plate hanya menggunakan satu torak untuk satu silinder. Meskipun jenis kompresor wobble plate mempunyai cara kerja dan konstruksi yang berbeda, namun pada prinsipnya sama, yaitu menekan refrigeran dan menghasilkan laju aliran massa refrigeran.
Gambar 2.6 Kompresor wobble plate
(Sumber : https://otogembel.files.wordpress.com/2012/09/bagian-bagian-kompresor-tipe-wobble-plate.png)
Kompresor bekerja secara dinamis atau bergerak. Pergerakanya dengan menghisap sekaligus memompa udara sehingga terjadilah sirkulasi (perputaran) udara yang mengalir dari pipa‐pipa AC mobil. Fase refrigeran ketika masuk dan
(31)
10
keluar kompresor berupa gas. Kondisi gas keluar kompresor berupa uap panas lanjut. Suhu gas refigeran keluar dari kompresor lebih tinggi dari suhu kerja kondensor.
b. Kondensor
Kondensor adalah alat yang befungsi sebagai tempat kondensasi atau pengembunan freon. Pada kondensor berlangsung tiga proses utama yaitu proses penurunan suhu refigeran dari gas panas lanjut ke gas jenuh, proses dari gas jenuh ke cair jenuh, dan proses pendinginan lanjut. Proses pengembunan refrigeran dari kondisi gas jenuh ke cair jenuh berlangsung pada tekanan dan suhu yang tetap. Saat ketiga proses berlangsung,kondensor mengeluarkan kalor dari refrigeran ke udara lingkungan. Kalor yang dilepaskan kondensor dibuang keluar dan diambil oleh udara sekitar. Berdasarkan media pendinginannya, kondensor dibagi menjadi 3 macam, yaitu kondensor berpendingin air, kondensor berpendingin udara dan kondensor berpendingin air serta udara.
Kondensor yang sering dipakai pada mesin pendingin kapasitas kecil adalah jenis pipa dengan jari-jari penguat, pipa dengan pelat besi dan pipa dengan bersirip. Pada umumnya jenis kondensor yang sering dipakai pada AC mobil adalah jenis pipa bersirip. Dan pada penelitian ini, kondensor yang digunakan adalah kondensor pipa bersirip.
Gambar 2.7 Kondensor jenis pipa bersirip
(Sumber : http://www.carid.com/replace/a-c-condenser-mpn-cnddpi4011.html) c. Evaporator
Evaporator adalah tempat terjadinya perubahan fase refrigeran dari cair menjadi gas (penguapan). Pada saat proses perubahan fase, diperlukan energy
(32)
11
kalor. Energi kalor diambil dari lingkungan evaporator. Untuk AC mobil, energi kalor diambil dari beban pendinginan di ruangan kabin mobil. Proses penguapan freon di evaporator berlangsung pada tekanan dan suhu tetap. Jenis evaporator yang banyak digunakan pada AC mobil adalah pipa bersirip.
Gambar 2.8 Evaporator pipa bersirip
(Sumber : http://www.carid.com/auto7/ac-evaporator-core.html) d. Katup Ekspansi
Katup ekspansi adalah salah satu alat ekspansi. Katup ekspansi ini mempunyai dua kegunaan yaitu untuk menurunkan tekanan refrigeran dan untuk mengatur aliran refigeran ke evaporator. Katup ekspansi merupakan suatu pipa dan katup yang mempunyai diameter yang paling kecil jika dibandingkan dengan pipa‐pipa lainnya. Penurunan tekanan refrigeran dikarenakan adanya gesekan dengan bagian dalam katup ekspansi. Proses penurunan tekanan dalam katup ekspansi diasumsikan berlangsung pada entalpi konstan atau sering disebut isoenthalpy (proses yang ideal ). Pada saat refrigeran masuk ke dalam katup ekspansi, refrigeran berada dalam fase cair penuh,tetapi ketika masuk evaporator fase refrigeran berupa campuran fase cair dan gas.
(33)
12
Gambar 2.9 Katup Ekspansi
(Sumber : http://www.asia.ru/en/ProductInfo/931301.html )
Komponen tambahan mesin AC mobil meliputi kipas kondensor, receiver drier, blower/fan, dan kopling magnet.
a. Kipas kondensor
Kipas kondensor adalah alat yang digunakan untuk membantu kondensor melepas kalor ke lingkungan sekitar.
Gambar 2.10 Kipas kondensor b. Receiver drier
Receiver drier merupakan tabung penyimpan refrigerant cair, berisikan fiber dan desiccant (bahan pengering) untuk menyaring benda-benda asing dan uap air yang terikat pada sirkulasi refrigeran. Filter / receiver drier menerima cairan refrigeran bertekanan tinggi dari kondensor dan mengalirkan ke katup ekspansi (katup ekspansi). Filter / Reciever drier mempunyai 3 fungsi yaitu :
(34)
13
menyimpan refigeran, menyaring benda-benda asing dan uap air dan memisahkan gelembung gas dengan cairan refrigerant sebelum dimasukkan ke katup ekspansi.
Receiver drier dilengkapi dengan filter,desiccant, sight glass dan fusible plug.Filter berfungsi membersihkan kotoran yang ada dalam refrigeran. Jika refrigeran kotor akan menyebabkan karat pada komponen-komponen pada sistem AC. Desiccant berfungsi untuk mencegah terjadinya pembekuan kotoran di dalam lubang katup ekspansi dan evaporator. Kotoran yang membeku tersebut menghambat aliran refrigeran, fusible plug berfungsi sebagai alat sebagai alat pengaman .Jika kondensor rusak atau beban pendinginan berlebihan, maka tekanan akan merusak komponen, dalam keadaan ini solderan khusus pada fusible plugmeleleh sehingga refrigeran dapat keluar. Dengan demikian, komponen tidak rusak dan solderan khusus tersebut meleleh pada suhu 950C sampai dengan 1000C.
Gambar 2.11 Receiver Drier
(Sumber :
http://www.autoatlanta.com/porsche- parts/accessories.php?sec=Body&model=944%201982-85&subsec=A/C-and-Climate-Control)
c. Blower/fan
Blower/fan adalah alat untuk menghembuskan udara dingin dari evaporator ke ruangan cabin mobil.
(35)
14
Gambar 2.12 Blower/fan Evaporator d. Kopling Magnet
Kopling magnet adalah alat yang berfungsi menghubungkan dan memutus kompresor dengan motor penggeraknya. Cara kerja kopling magnet : bila sakelar dihubungkan, magnet listrik akan menarik plat penekan sampai berhubungan dengan roda pulley dan poros kompresor terputar. Pada waktu sakelar diputuskan pegas plat pengembali akan menarik plat penekan sehingga putaran motor penggerak terputus dari poros kompresor (putaran mesin hanya memutar puli saja).
Gambar 2.13 Kopling Magnet (Sumber :
(36)
15
1.1.2.1Siklus kompresi uap
Dari sekian banyak sistem mesin refigerasi yang ada, jika kita lihat sistem refigerasi siklus kompresi uap yang paling banyak digunakan pada mesin AC mobil. Sistem refigerasi siklus kompresi uap ini memiliki empat komponen utamna yakni, kompresor, kondensor, katup ekspansi, evaporator.
Gambar 2.14 Skema siklus kompresi uap Proses skema alir siklus kompresi uap (gambar 2.14) diagram:
Panas dari lingkungan akan menguapkan refrigeran. Kemudian uap refrigeran akan dikompres oleh kompresor hingga mencapai tekanan kondensor, dalam kondensor uap refrigeran dikondensasikan dengan cara membuang panas dari uap refrigeran ke lingkungannya. Kemudian refrigeran akan kembali di teruskan ke dalam evaporator. Dalam diagram P-h siklus kompresi uap ideal dapat dilihat dalam gambar 2.14
(37)
16
Gambar 2.15 Siklus kompresi uap diagram P-h
Gambar 2.16 Siklus kompresi uap pada diagram T-s.
Siklus kompresi uap pada Gambar 2.15, Gambar 2.16 tersusun dari beberapa tahapan sebagai berikut : proses kompresi, proses pendinginan dengan penurunan suhu, proses kondensasi, proses pendinginan lanjut, proses ekspansi (proses penurunan tekanan), evaporasi, dan proses pemanasan lanjut.
Proses yang terjadi pada siklus refrigerasi kompresi uap : a. Proses kompresi (1-2)
Proses kompresi terjadi pada tahap 1-2 dari Gambar 2.15 dan Gambar 2.16. Refrigeran dalam bentuk uap panas lanjut masuk ke kompresor, kerja atau usaha
(38)
17
yang diberikan pada refrigeran akan menyebabkan kenaikan pada tekanan sehingga temperatur refrigeran akan lebih tinggi dari temperatur lingkungan (refrigeran mengalami fasa superheated / gas panas lanjut).
b. Proses pendinginan suhu gas panas lanjut (2-2a)
Proses pendingin dari gas panas lanjut menjadi gas jenuh terjadi pada tahap 2-2a dari Gambar 2.15 dan Gambar 2.16. Refrigeran mengalami penurunan suhu pada tekanan tetap. Hal ini disebabkan adanya kalor yang mengalir ke lingkungan, karena suhu refigeran lebih tinggi dari suhu lingkungan.
c. Proses kondensasi (2a-2b)
Proses kondensasi terjadi pada tahap 2a-2b dari Gambar 2.15 dan Gambar 2.16. Pada proses ini gas jenuh mengalami perubahan fase menjadi cair jenuh. Proses berlangsung pada suhu dan tekanan tetap. Pada proses ini terjadi aliran kalor dari kondensor ke lingkungan karena suhu kondensor lebih tinggi dari suhu udara lingkungan.
d. Proses pendinginan lanjut (2b-3)
Proses pendinginan lanjut terjadi pada tahap 2b-3 dari Gambar 2.15 dan Gambar 2.16. Pada proses pendinginan lanjut terjadi proses penurunan suhu refrigeran dari keadaan cair jenuh ke refrigeran cair. Proses ini berlangsung pada tekanan konstan. Proses ini di perlukan agar kondisi refrigeran keluar kondensor benar- benar dalam fase cair.
e. Proses penurunan tekanan (3-4)
Proses penurunan tekanan terjadi pada tahap 3-4 dari Gambar 2.1 dan Gambar 2.16. Dalam fasa cair refrigeran mengalir menuju ke katup ekspansi dan mengalami proses penurunan tekanan dan penurunan suhu. Sehingga suhu refrigeran lebih rendah dari temperatur lingkungan. Pada tahap ini fasa refrigeran berubah dari fase cair menjadi fase campuran : cair dan gas.
(39)
18
Proses evaporasi terjadi pada tahap 4-4a dari Gambar 2.15 dan Gambar 2.16. Refrigeran dalam fasa campuran cair dan gas mengalir ke evaporator dan kemudian menerima kalor dari lingkungan yang akan di dinginkan sehingga fasa dari refrigeran berubah seluruhnya menjadi gas jenuh. Proses berlangsung pada tekanan yang tetap, demikian juga berlangsung pada suhu yang tetap.
g. Proses pemanasan lanjut (4a-1)
Proses pemanasan lanjut terjadi pada tahap 4a-1 dari Gambar 2.15 dan Gambar 2.16. Pada saat refrigeran meninggalkan evaporator refrigeran kemudian mengalami proses pemanasan lanjut. Dengan adanya proses pemanasan lanjut fase refrigeran berubah dari fase gas jenuh menjadi gas panas lanjut. Dengan demikian refrigeran sebelum masuk kompresor benar – benar dalam fase gas. Proses berlangsung pada tekanan konstan.
2.1.2.3 Rumus-Rumus Perhitungan Karakteristik Untuk Mesin Pendingin Dalam analisa unjuk kerja mesin AC mobil yang meliputi : kerja kompresor, kalor yang dilepas kondensor dalam persatuan massa refrigeran, kalor yang serap evaporator dalam persatuan massa refrigerant, COP aktual, COP ideal, efisiensi dan laju aliran massa dihitung dengan mempergunakan persamaan – persamaan yang data – datanya diperoleh dari p-h diagram. Persamaan perhitungan tersebut sebagai berikut:
a.
Kerja kompresorBesarnya kerja kompresor dapat dihitung dengan Persamaan (2.1)
(2.1)
Pada Persamaan (2.1)
: kerja kompresor persatuan massa refrigeran : enthalpy saat masuk kompresor
: enthalpy saat keluar kompresor
b.
Kalor yang di lepas kondensor(40)
19
(2.2)
Pada Persamaan (2.2)
: kalor yang dilepas kondensor persatuan massa refrigeran : enthalpy saat keluar kondensor
: enthalpy saat keluar kondensor
c.
Kalor yang diserap evaporatorKalor yang diserap evaporator dapat di hitung dengan Persamaan (2.3)
(2.3)
Pada Persamaan (2.3)
: kalor yang diserap evaporator persatuan massa refrigeran : enthalpy saat keluar evaporator
: enthalpy saat masuk evaporator
d.
Coefficient Of Performance (COPaktual)COP dipergunakan untuk menyatakan perfomance (unjuk kerja) dari siklus refrigerasi. Semakin tinggi COP yang dimiliki oleh suatu mesin pendingin maka akan semakin baik mesin pendingin tersebut. COP tidak mempunyai satuan karena merupakan perbandingan antara dampak refrigerasi ( ) dengan kerja kompresor ( ) dinyatakan dalam Persamaan (2.4)
(2.4)
e.
COP ideal (Coefficient Of Performance).Besarnya koefisien yang menyatakan performance dalam posisi ideal pada siklus kompresi uap standar dapat di hitung dengan persamaan (2.5)
COP ideal :
(2.5)
Pada Persamaan (2.5)
COP ideal : koefisien prestasi maksimum AC mobill
Te : suhu evaporator
(41)
20
f.
Efisiensi AC mobilBesarnya efisiensi Mesin AC mobil dapat di hitung dengan menggunakan Persamaan (2.6)
Efisiensi :
(2.6)
Pada Persamaan (2.6)
COPideal : koefisien prestasi maksimum AC mobil COPaktual : koefisien prestasi AC mobil
g.
Laju aliran massaLaju aliran massa refrigerant dapat di hitung dengan Persamaan (2.7)
ṁ :
= (2.7)
Pada Persamaan (2.7)
ṁ : laju aliran massa refrigeran V : voltase kompresor (v) I : Arus kompresor (ampere)
: Daya kompresor
Dengan bantuan p-h diagram maka dapat diketahui nilai enthalpy dari setiap prosesnya. P-h diagram yang dipakai tergantung pada refrigeran yang dipakai. Pada penelitian ini digunakan p-h diagram untuk refrigeran 134a. p-h diagram untuk R134a dapat dilihat pada Gambar 2.17.
(42)
21
Gambar 2.17 P-h diagram refrigeranR-134a 2.1.2.4 Bahan Pendingin (refrigeran)
Pada suatu sistem pendingin kompresi uap refrigeran adalah bagian yang penting dalam fluida yang digunakan. Refrigeran berfungsi sebagai cairan untuk menyerap kalor di evaporator dan melepas kalor di kondensor. Refrigeran yang biasa digunakan pada mesin AC mobil. adalah R-134a karena tidak merusak lapisan ozon saat terjadi penguapan dan titik didih R-134a adalah -26.3°C dengan rumus molekul CH2FCF3.
Syarat-syarat refrigeran
Refrigeran yang dipergunakan dalam mesin pendingin siklus kompresi uap sebaiknya mememiliki sifat-sifat sebagai berikut :
(43)
22
- Tidak menyebabkan korosi pada bahan logam yang dipakai pada mesin pendingin.
- Tidak dapat terbakar atau meledak jika bercampur dengan minyak pelumas, udara dan sebagainya.
- Mempunyai titik didih dan tekanan kondensasi yang rendah.
- Mempunyai kalor laten penguapan yang besar, agar kalor yang diserap evaporator besar.
- Mempunyai konduktifitas termal yang tinggi. Secara khusus sifat dari refrigeranR-134a adalah: - Tidak mudah terbakar.
- Tidak merusak lapisan ozon.
- Tidak beracun, berwarna, dan berbau. - Memiliki kestabilan yang tinggi.
- Berisi zeolite yang dapat menghilangkan uap air.
Gambar 2.18 Refigeran R-134a 2.1 Tinjauan Pustaka
Anwar, K (2010), melakukan penelitian mengenai efek beban pendingin terhadap kinerja sistem mesin pendingin meliputi kapasitas refrigerasi, koefisien prestasi dan waktu pendinginan. Metode yang digunakan adalah metode
(44)
23
eksperimental dengan variasi beban pendingin. Beban pendingin yang diperoleh dengan menempatkan bola lampu 60, 100, 200, 300 dan 400 watt di dalam ruang pendingin. Pengambilan data dilakukan secara langsung pada unit pengujian mesin pendingin. Data dianalisis secara teoritis berdasarkan data eksperimen dengan menentukan kondisi refrigeran pada setiap titik siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan beban pendingin menghasilkan koefisien prestasi sistem pendingin berbentuk kurva parabola. Performa optimum pada pengujian selama 30 menit diperoleh pada bola lampu 200 watt dengan COP sebesar 2,64.
Marindho (2014) telah melakukan pengujian kinerja HFC-134a refrigerant pada AC mobil sistem (percobaan statis) dengan variasi kecepatan motor. Pengujian unjuk kerja AC mobil (static experiment) menggunakan refrigerant HFC134a dengan variasi kecepatan motor, sistem pengkondisian udara yang digunakan saat ini pada mobil adalah sistem kompresi uap. Penelitian ini dilakukan dengan menguji HFC134a pada sistem AC mobil. Putaran kompresor dengan menggunakan variasi kecepatan motor pada 840 rpm, 1400 rpm, 1680 rpm, dan 1960 rpm. Hasil dari penelitian ini digunakan untuk memperoleh data unjuk kerja dari AC mobil. Berdasarkan analisa data dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut semakin tinggi putaran kompresor maka COP akan mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya. Pada putaran 840 rpm dapat menghasilkan COP aktual = 3,509, pada putaran 1400 rpm dapat menghasilkan COP aktual = 3,139 pada putaran 1680 rpm dapat menghasilkan COP aktual 2,803 pada putaran 1960 rpm dapat mnghasilkan COP aktual = 2,635.
Wilis,GR (2013), melakukan penelitian terhadap penggunaan refrigeran R22 dan R134a pada mesin pendingin. Metode yang digunakan adalah metode eksperimental dengan variasi refrigeran, yaitu dengan menggunakan refrigeran R22 dan R134a. Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh beberapa kesimpulan. Pertambahan beban berpengaruh pada naiknya kerja kompresi tetapi tidak diiringi kenaikan kapasitas evaporasi yang signifikan sehingga COP yang dihasilkan tiap penambahan beban mengalami penurunan. Penggunaan refrigeran
(45)
24
R22 dan R134a yang berbeda berpengaruh pada prestasi kerja mesin. R22 dari segi prestasi kerjanya lebih baik daripada R134a, tetapi R22 tidak ramah lingkungan, sebaliknya, R134a lebih ramah lingkungan tetapi prestasi kerjanya lebih rendah dari R22.
Yuswandi (2007) telah melakukan penelitian tentang pengujian unjuk kerja sistem AC mobil statik eksperimen menggunakan refrigerant CFC-12 dan HFC-134a dengan variasi putaran (rpm) kompresor. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi putaran kompresor terhadap unjuk kerja dari sistem AC mobil. Peneliti memakai alat peraga mesin AC mobil yang telah dilengkapi dengan sensor temperatur dan tekanan. Komponen utama sistem AC mobil terdiri dari : kompresor, kondensor, receiver drier, katup ekspansi, dan evaporator. Fluida kerja yang digunakan yaitu refrigeran CFC-12 dan HFC-134a. Pengujian dilakukan dengan memvariasikan putaran kompresor , yaitu 1000 rpm, 1200 rpm, 1500 rpm, 1800 rpm, dan 2000 rpm. Hasil penelitian menunjukkan semakin tinggi putaran kompresor maka COP akan mengalami penurunan. CFC-12 mempunyai COPcarnot, COPstandar, dan COPaktual yang lebih tinggi dibandingkan dengan HFC-134a. Kapasitas refrigerasi dan kerja kompresi HFC-134a mempunyai nilai yang lebih besar dibandingkan CFC-12.
(46)
25
BAB III
Metode Penelitian (Perancangan Pembuatan Alat) 3.1 Diagram Alir Penelitian
Langkah-langkah kerja yang dilakukan dalam penelitian tentang AC mobil ini mengikuti alur penelitian seperti tersaji pada Gambar 3.1
Gambar 3.1 Diagram alir penelitian
Persiapan komponen : motor listrik, kompresor, kondensor, evaporator, katup ekspansi, adaptor, kipas kondensor, blower
evaporator dan ruang kabin. Perakitan Komponen-Komponen AC mobil
Proses pemvakuman
Pengisian Refrigerant R134a.
Pengambilan data P1, P2, T1, T3,Truang, I dan V
Pengolahan data Qin, Qout, Win, Copaktual, Copideal,efisiensi dan laju aliran massa
Selesai
Uji coba
Mulai
Tidak baik
Baik
Penggambaran siklus kompresi uap pada P-h diagram untuk memperoleh h1, h2, h3, h4, Te dan Tc
(47)
26
3.2 Komponen-komponen mesin AC mobil
Komponen utama AC mobil yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah kompresor, kondensor, katup ekspansi, reciever drier, evaporator dan fluida kerja refrigeran R134a.
Gambar 3.2 komponen AC mobil a) Kompresor
Kompresor yang dipergunakan dalam penelitian seperti tersaji pada Gambar 3.3.
Spesifikasi kompresor yang dipergunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
(48)
27
Gambar 3.3 Kompresor jenis swash plate
(Sumber : http://globaldensoproducts.com/climate-control/car-air-conditioning-system/compressor/swash-plate-fixed-displacement-compressor/)
Jenis kompresor : Swash Plate
Voltase : 220 Volt
b) Kondensor
Kondensor yang dipergunakan dalam penelitian seperti tersaji pada Gambar 3.4
Spesifikasi kondensor yang dipergunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Jenis : Kondensor pipa bersirip
Bahan pipa : Besi, diameter : 6 mm
Bahan sirip : Besi, jarak antar sirip : 3 mm Banyak sirip : 1100
(49)
28
Gambar 3.4 Kondensor c) Katup ekspansi
Katup ekspansi yang dipergunakan dalam penelitian seperti tersaji pada Gambar 3.5
Spesifikasi katup ekspansi yang dipergunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Diameter katup ekspansi : 0,028 inchi Bahan katup ekspansi : tembaga
Gambar 3.5 Katup Ekspansi d) Evaporator
Evaporator yang dipergunakan dalam penelitian seperti tersaji pada Gambar 3.6
(50)
29
Spesifikasi evaporator yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
Bahan pipa evaporator : tembaga, diameter : 6 mm Bahan sirip evaporator : alumunium
Ukuran evaporator : p x l x t = 30 cm x 10 cm x 5 cm
Gambar 3.6 Evaporator e) Receiver/Drier
Receiver/Drier yang dipergunkan dalam penelitian ini seperti tersaji pada Gambar 3.7
Spesifikasi receiver/drier yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
Bahan tabung receiver/drier : besi
Diameter : 6 cm
Panjang (tinggi) : 25 cm
(51)
30
f) Refrigeran R134a
Refrigeran R134a dipergunakan sebagai fluida kerja AC mobil yang dibuat. Dalam penelitian ini dipergunakan refrigeran R134a karena lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan jenis refrigeran lain yang tersedia dipasaran.
Gambar 3.8 Tabung berisi refrigeran R134a (sumber : http://www.indotrading.com)
3.2.1 Peralatan pendukung pembuatan AC mobil a) Pengembang pipa (flaring tool)
Flaring tool fungsinya untuk mengembangkan ujung pipa agar dapat disambung dengan sambungan berulir. Flaring tool terdiri dari 2 buah blok ini membentuk lubang dengan bermacam-macam ukuran pipa yang dapat diselipkan. Selain itu flaring tool juga mempunyai sebuah joke yang terdiri kaki-kaki yang dapat diselipkan pada blok yang mempunyai sebuah baut pada bagian atasnya dengan batang yang dapat diputar, sedangkan pada ujung lain pada bagian bawah diberi sebuah flare cone yang berbentuk kerucut dengan sudut 45° untuk menekan dan mengembangkan ujung pipa.
(52)
31
Gambar 3.9 Pengembang pipa b) Tube Cutter (alat pemotong pipa)
Tube cutter fungsinya sebagai alat untuk memotong pipa tembaga. Agar hasil potongan pada pipa lebih baik serta dapat mempermudah pengelasan pada proses selanjutnya. Tidak membuat pipa menjadi bengkok.
Gambar 3.10 Pemotong pipa c) Pompa vakum
Pompa vakum fungsinya untuk mengosongkan atau menghilangkan gas-gas yang tidak perlu seperti udara dan uap air di dalam sistem mesin Ac mobil sebelum diisi freon sebagai fluida kerja. Hal ini dilakukan agar tidak mengganggu kerja mesin pendingin saat dioperasikan.
(53)
32
Gambar 3.11 Pompa vakum d) Manifold gauge
Manifold gauge digunakan untuk mengukur tekanan refrigran baik pada saat pengisian maupun pada saat beroperasi. Pada mesin pendingin ini dipasang 2 manifold gauge pada tekanan keluar kompresor dan tekanan masuk (isap) kompresor. Manifold gauge yang digunakan ada 2 jenis seperti pada Gambar 3.12.
- Tekanan 0-220 Psi (dipasang pada pipa masuk kompresor, berwarna biru). - Tekanan 0-500 Psi (dipasang pada pipa keluar kompresor, berwarna merah).
(54)
33
e) Plat besi
Plat besi memiliki fungsi sebagai kerangka dasar dalam pembuatan mesin AC mobil.
Gambar 3.13 Plat Besi
f) Sterefoam
Sterefoam mempunyai fungsi sebagai isolator, agar tidak terjadi kebocoran beban pendinginan.
Gambar 3.14 Sterefoam g) Mesin Listrik
Mesin listrik berfungsi sebagai penggerak kompresor atau digunakan sebagai pengganti engine/motor bakar pada mobil kenyataannya.
(55)
34
Gambar 3.15 Mesin Listrik
Spesifikasi Motor Listrik yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikiut:
Daya motor listrik : 2 hp Rpm motor listrik : 1480 rpm Voltase Motor listrik : 220 h) Adaptor
Adaptor mempunyai fungsi untuk merubah arus listrik dari AC menjadi DC karena motor listrik yang ada pada kipas kondensor dan blower evaporator mempergunakan arus DC.
Spesifikasi adaptor yang dipergunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
Arus : 7,5 A Voltase : 12 volt
(56)
35
Gambar 3.16 Adaptor i) Kipas kondensor
Kipas kondensor berfungsi untuk mengalirkan fluida udara melewati kondensor agar proses pelepasan kalor pada kondensor dapat dipercepat.
Gambar 3.17 Kipas Kondensor j) Blower
Blower digunakan untuk menghembuskan udara dingin dari evaporator ke ruang kabin mobil.
(57)
36
Gambar 3.18 Blower k) Fan / Kipas angin
Fan / Kipas angin berfungsi untuk membantru adaptor pada saat menggerakan kipas kondensor dan blower, agar panas adaptor dapat dibuang ke udara sekitar dengan bantuan fan tersebut.
Gambar 3.19 Fan / kipas angin l) Thermostat
Thermostat berfungsi sebagai pengatur suhu pada evaporator, jika suhu evaporator sudah tercapai sesuai kebutuhan maka alat ini akan memutuskan arus listrik sehingga kopling magnet yang ada di kompresor lepas dan kompresor berhenti bekerja
(58)
37
Gambar 3.20 Thermostat m) Kabin (ruang AC mobil)
Kabin ini berfungsi sebagai ruang pendinginan AC mobil yang terbuat dari triplek dan rangka kayu dan dilapisi dengan sterefoam. Ruang pendinginan ini memiliki ukuran p x l x t ( 1,5 m x 1.2 m x 1 m ).
Gambar 3.21 Kabin 3.3 Persiapan Alat dan Bahan
Persiapan komponen harus dilakukan sebelum memulai tahap proses pembuatan AC mobil. Komponen yang harus dipersiapkan berupa komponen-komponen utama AC mobil (Kompresor, Evaporator, Katup ekspansi dan Kondensor) dan alat bantu yang diperlukan dalam pembuatan AC mobil. Hal ini sangat perlu dilakukan karena mempercepat dan mempermudagh proses selanjutnya dalam pembuatan AC mobil.
(59)
38
Setelah semua komponen-komponen disiapkan, maka akan dilanjutkan pada proses penyambungan komponen-komponen AC mobil.
3.4 Langkah-Langkah Pembuatan AC mobil
Langkah-langkah pembuatan AC mobil dapat diketahui sebagai berikut: a. Proses pembuatan rangka AC mobil, kabin dan rangkaian kelistrikan
Pada proses ini, rangka dan komponen AC mobil sudah terpasang dan rangka tersebut menggunakan plat besi seperti yang tertera pada Gambar 3.13. Kemudian pembuatan kabin dilakukan dengan meggunakan triplek dan kayu balok. Kabin dibuat dengan berukuran p x l x t ( 1,5 m x 1,2 m x 1 m ) dan diberi lapisan sterefoam pada bagian dalam ruang kabin tersebut agar dapat mengurangi terjadinya kebocoran dan memaksimalkan kerja pendinginan di dalam ruang kabin tersebut. Kemudian setelah kabin jadi, langkah selanjutnya ialah dalam hal kellistrikan, terutama pada kelistrikan untuk penggerak blower dan kipas kondensor yang belum dapat digunakan, sehingga perlu adanya perbaikan sistem kelistrikan pada rangkaian tersebut. Dalam melakukan perbaikan, diperlukan adaptor yang digunakan untuk menggerakan blower dan kipas kondensor. Adaptor tersebut dihubungkan ke blower dan kipas kondensor dengan menghubungkan kabel adaptor dengan kabel blower dan kipas kondensor.
(60)
39
Gambar 3.23 Rangkaian listrik adaptor - blower b. Proses pemasangan manifold gauge
Proses pemasangan manifold gauge dilakukan sebelum proses pemvakuman, dikarenakan jika proses pemasangan manifold gauge ini dilakukan stelah pemvakuman maka ini akan sia-sia saja karena akan timbul lagi udara-udara yang tidak diperlukan. Maka dari itu proses pemasangan manifold gauge dilakukan. Dalam pemasangan manifold gauge ini diperlukan pengembang pipa dan pemotong pipa karna manifold gauge akan disambungkan dengan kompresor dengan mengguanakan pipa yang terbuat dari alumunium, manifold gauge ini harus di sambungkan dengan kompresor karena memiliki fungsi untuk mendeteksi tekanan yang terjadi didalam kompresor AC mobil.
c. Proses pemvakuman AC mobil
Dalam proses pemvakuman ini diperlukan pompa vakum yang memiliki fungsi untuk proses pemvakuman tersebut. Proses ini bertujuan untuk mengeluarkan udara-udara yang masih terjebak dalam saluran-pipa di AC mobil agar siklus AC mobil dapat bekerja dengan maksimal.
d. Proses pengisisan Refigerant R134a
Dalam proses ini diperlukan refigerant R134a sebagai fluida kerja AC mobil. Tekanan refigeran yang dimasukan dalam siklus AC mobil harus sesuai dengan standar kerja AC mobil agar dapat bekerja dengan maksimal. Pada saat pengisian refigeran ini sebaiknya mesin AC mobil dilanyakan, yang diharapkan adalah agar refgeran dapat terisi penuh di semua komponen AC mobil dan bersirkulasi dengan baik.
(61)
40
e. Proses pengujian AC mobil
Dalam proses ini seluruh komponen harus sudah jadi dan sudah terpasang dengan benar dan refigeran sudah terisi dengan baik. Kemudian mesin AC mobil ini di nylakan dan ditunggu kira-kira 30-60 menit. Bila terjadi bunga es pada evaporator dan katup ekspansi yang menghubungkan antara evaporator dan katup ekspansi serta tekanan pada manifold gauge cenderung konstan, maka AC mobil sudah siap digunakan untuk diambil data.
(62)
41
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Mesin yang ditelitiMesin yang diteliti merupakan AC mobil dengan siklus kompresi uap hasil rangkaian sendiri dengan komponen standar dari AC mobil yang tersedia di pasaran. AC mobil yang dirangkai menggunakan daya motor listrik 2 hp dan dengan putaran kompresor sebesar 1200 rpm.
Gambar 4.1 Mesin AC mobilyang diteliti 4.2 Skematik Mesin AC mobil yang Diteliti
Gambar 4.2 adalah skematik AC mobil yang diteliti. Dalam skematik ini ditentukan posisi titik – titik yang akan dipasang alat ukur dengan siklus kompresi uap yang sudah dirangkai.
(63)
42
Gambar 4.2 Posisi alat ukur suhu dan tekanan pada skematik mesin AC mobil
Keterangan untuk Gambar 4.2 :
Titik 1 : tempat pemasangan alat ukur termokopel 1 (T1) dan tekanan (P1)
Titik 2 : tempat pemasangan alat ukur tekanan (P2)
Titik 3 : tempat pemasangan alat ukur termokopel 2 (T3)
4.3 Alat Bantu Penelitian
Proses penelitian AC mobil ini membutuhkan alat – alat yang digunakan dalam pengujian AC mobil. Alat – alat bantu tersebut adalah :
a. Termokopel dan penampil suhu
Termokopel berfungsi sebagai sensor suhu untuk mengubah perbedaan suhu dalam benda menjadi perubahan tegangan listrik. Penampil suhu mempunyai fungsi sebagai alat untuk memperlihatkan nilai suhu yang diukur.
(64)
43
Gambar 4.3 Termokopel Gambar 4.4 Penampil suhu
b. Pengukur tekanan
Pengukur tekanan berfungsi untuk mengetahui nilai tekanan refrigeran. Pengukuran tekanan berwarna merah untuk mengukur tekanan tinggi dan yang berwarna biru untuk mengukur tekanan rendah.
Gambar 4.5 Pengukur tekanan
c. P-h diagram R134a
P-h diagram ini berfungsi untuk menggambarkan siklus kompresi uap mesin pendingin. Dengan p-h diagram , dapat diketahui nilai enthalpi disetiap titik yang diteliti (h1, h2, h3 dan h4), suhu evaporator (Te), suhu kondensor (Tc) .
(65)
44
Gambar 4.6 Siklus kompresi uap pada P-h diagram untuk R134a.
d.
Alat pengukur suhu ruangan (Thermometer)Thermometer berfungsi untuk mengetahui suhu ruangan yang ada di dalam kabin atau ruang yang akan didinginkan.
(66)
45
e.
Kabel rollKabel roll adalah alat yang berfungsi untuk menghubungkan sumber listrik ke sejumlah alat listrik maupun elektronik.
Gambar 4.8 Kabel roll
4.4 Cara mendapatkan data suhu dan tekanan pada titik yang telah ditentukan
Untuk mendapatkan data suhu pada 2 titik (T1 dan T3) dan data tekanan pada 2
titik (P1 dan P2) pada Gambar 4.1 dipergunakan alat ukur termokopel dan alat ukur
tekanan. Pengukuran suhu dan pengukuran tekanan dilakukan setiap 3 menit sekali. Hanya saja, ketika suhu udara di ruang kabin sudah mencapai 210C kopling magnet denngan otomatis sudah terputus.
Tabel 4.1 Tabel untuk pengukuran suhu dan tekanan
No
Waktu t
(menit)
T1
(oC)
T3 (oC)
P1
(psia)
P2
(psia)
V I
1 3 ... ... ... ... ... ... 2 6 ... ... ... ... ... ... 3 15 ... ... ... ... ... ...
(67)
46
4.6 Cara mengolah data dan pembahasan Prosedur pengolahan data :
a. Setelah semua data suhu ( T1, T3) dan tekanan (P1, P2) pada setiap titik
diperoleh maka langkah selanjutnya adalah menggambarkan proses siklus kompresi uap pada P – h diagram untuk mendapatkan nilai entalpi (h1, h2, h3,
h4), suhu evaporator (Te), suhu kondensor (Tc) dan suhu refrigeran keluar
kompresor (T2).
b. Nilai entalpi yang sudah didapat kemudian digunakan untuk menghitung besarnya energi persatuan massa refrigeran yang dilepas oleh kondensor, menghitung kerja kompresor persatuan massa refrigeran menghitung besarnya energi persatuan massa refrigeran yang diserap oleh evaporator, nilai COP ideal, nilai COP aktual AC mobil, efisiensi AC mobil dan laju aliran massa refrigerant.
c. Perhitungan dan pengolahan data dapat menggunakan persamaan – persamaan yang ada seperti Persamaan (2.1) untuk menghitung kerja kompresor, Persamaan (2.2) untuk mehitung energi kalor yang dilepas kondensor, Persamaan (2.3) untuk menghitung kalor yang diserap evaporator, Persmaan (2.4) untuk mehitung COPaktual, Persamaan (2.5) untuk menghitung COPideal, Persamaan (2.6) untuk menghitung efisiensi AC mobil dan persamaan (2.7) untuk menghitung laju aliran massa refrigeran.
d. Hasil – hasil perhitungan kemudian digambarkan dalam bentuk grafik terhadap waktu.
e. Hasil – hasil penggambaran dalam bentuk grafik tersebut kemudian dilakukan pembahasan. Pembahasan dilakukan dengan mempertimbangkan hasil – hasil penelitian sebelumnya atau hasil penelitian orang lain. Juga harus memperhatikan tujuan – tujuan penelitian yang sudah ditentukan.
(68)
47
4.7 Cara mendapatkan kesimpulan
Kesimpulan dapat diperoleh dari pembahasan hasil penelitian yang sudah dilakukan. Kesimpulan adalah intisari dari pembahasan dan kesimpulan harus dapat menjawab tujuan dari penelitian.
(69)
48
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Data Hasil Percobaan
Data hasil percobaan untuk nilai tekanan refrigeran (P1 & P2) dan suhu
refrigeran (T1 & T3) pada titik-titik yang telah ditentukan pada waktu tertentu,
disajikan pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1 Hasil pengukuran tekanan (P1& P2) dan suhu (T1& T3)
No Waktu t (menit) P1 (Psia) P2 (Psia) T1
(oC)
T3
(oC) V I
1 3 34,0 177,7 22,05 27,85 220 5,49
2 6 35,0 177,2 18,23 27,38 220 5,57
3 15 34,7 169,2 20,43 28,73 220 5,58
4 18 35,5 170,2 20,80 29,83 220 5,60
5 27 34,0 155,7 20,58 28,98 220 5,55
6 30 34,0 167,7 20,58 29,40 220 5,69
7 33 35,6 179,7 22,18 26,28 220 4,86
8 39 34,7 171,0 21,00 29,40 220 5,54
9 42 35,2 174,2 21,75 29,40 220 5,55
10 51 34,7 174,2 20,38 30,88 220 5,73
11 54 34,1 172,7 22,63 28,58 220 5,74
12 60 35,5 174,7 20,50 30,53 220 5,66
13 63 35,3 176,7 20,40 30,55 220 5,59
14 72 34,2 177,0 20,35 30,70 220 5,70
15 75 34,5 165,2 21,23 31,75 220 5,79
16 84 35,0 171,2 20,58 29,88 220 5,61
17 87 35,7 179,0 20,90 29,98 220 5,75
(70)
49
Tabel 5.1 Hasil pengukuran tekanan (P1& P2) dan suhu (T1& T3) lanjutan
No Waktu t (menit) P1 (Psia) P2 (Psia) T1
(oC)
T3
(oC) V I
19 102 35,5 176,5 23,38 32,08 220 5,65
20 114 34,5 180,5 21,15 32,08 220 5,73
21 117 34,5 179,5 19,38 32,18 220 5,75
22 126 34,5 174,7 21,18 30,80 220 5,62
23 129 35,7 176,5 20,25 30,98 220 5,63
24 141 36,0 178,1 21,80 30,88 220 5,71
25 144 35,2 181,5 20,65 32,28 220 5,70
26 147 34,5 179,0 20,38 30,33 220 5,65
27 156 35,5 177,0 21,13 30,53 220 5,76
28 159 35,0 177,7 21,70 32,83 220 5,74
29 168 34,7 178,2 20,70 33,85 220 5,72
30 171 35,2 178,5 21,53 32,15 220 5,67
31 174 35,5 176,2 21,33 29,48 220 5,69
32 183 35,2 176,0 20,28 28,20 220 5,70
33 186 35,2 178,5 18,63 30,00 220 5,72
34 198 35,0 178,7 19,05 28,28 220 5,76
35 201 35,5 181,0 18,50 28,70 220 5,72
36 210 35,0 176,5 19,03 28,83 220 5,75
37 213 35,2 178,7 19,48 29,90 220 5,75
38 222 35,5 178,7 21,35 29,33 220 5,76
39 225 35,2 178,2 21,18 31,78 220 5,68
40 234 35,5 182,5 20,15 29,00 220 5,83
41 237 35,7 178,0 19,58 28,75 220 5,81
Keterangan :
(71)
50
- P2 : Tekanan refrigeransaat keluar kompresor (Psia).
- T1 : Suhu refrigeransaat masuk kompresor (oC).
- T3 : Suhu refrigeransaat masuk katup ekspansi (oC).
5.2. Perhitungan dan Pengolahan Data.
Dari data suhu dan tekanan yang diperoleh dan dengan menggambarkan nya pada diagram P-h dapat ditentukan besarnya entalpi (h). Pada penelitian ini dipergunakan diagram P-h R134a. Besar nilai entalpi (h) disetiap titik 1,2,3,4 dari waktu ke waktu disajikan pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2 Nilai entalpi (h) dalam satuan Btu/lb No Waktu t
(menit) h1 (Btu/lb) h2 (Btu/lb) h3 (Btu/lb) h4 (Btu/lb)
1 3 116 138 41 41
2 6 115 138 40 40
3 15 116 138 40 40
4 18 116 138 41 41
5 27 116 137 40 40
6 30 112 135 40 40
7 33 112 134 40 40
8 39 111 134 40 40
9 42 111 133 40 40
10 51 111 133 41 41
11 54 112 136 40 40
12 60 112 135 41 41
13 63 114 138 41 41
14 72 115 139 41 41
15 75 116 139 41 41
16 84 114 138 40 40
(72)
51
Tabel 5.2 Nilai entalpi (h) dalam satuan Btu/lb lanjutan No Waktu t
(menit) h1 (Btu/lb) h2 (Btu/lb) h3 (Btu/lb) h4 (Btu/lb)
18 99 113 138 41 41
19 102 114 139 41 41
20 114 114 139 41 41
21 117 113 138 41 41
22 126 114 138 41 41
23 129 113 138 41 41
24 141 114 138 41 41
25 144 113 138 41 41
26 147 113 138 40 40
27 156 115 139 40 40
28 159 115 139 41 41
29 168 115 139 42 42
30 171 114 138 41 41
32 174 114 139 40 40
33 183 112 138 40 40
34 198 113 138 40 40
35 201 111 138 40 40
36 210 112 138 40 40
37 213 113 138 41 41
38 222 112 138 40 40
39 225 113 138 41 41
40 234 113 138 40 40
(73)
52
Dalam perhitungan ini , besar entalpi (h) dinyatakan dalam satuan Standar Internasional yaitu kJ/kg (1 Btu/lb = 2,326 kJ/kg). Besar nilai konversi entalpi setiap titik 1,2,3,4 dari waktu ke waktu disajikan pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3 Besar entalpi (h) dalam satuan kJ/kg No Waktu t
(menit) h1 (kJ/kg) h2 (kJ/kg) h3 (kJ/kg) h4 (kJ/kg)
1 3 269,8 321,0 95,4 95,4
2 6 267,5 321,0 93,0 93,0
3 15 269,8 321,0 93,0 93,0
4 18 269,8 321,0 95,4 95,4
5 27 269,8 318,7 93,0 93,0
6 30 260,5 314,0 93,0 93,0
7 33 260,5 311,7 93,0 93,0
8 39 258,2 311,7 93,0 93,0
9 42 258,2 309,4 93,0 93,0
10 51 258,2 309,4 95,4 95,4
11 54 260,5 316,3 93,0 93,0
12 60 260,5 314,0 95,4 95,4
13 63 265,2 321,0 95,4 95,4
14 72 267,5 323,3 95,4 95,4
15 75 269,8 323,3 95,4 95,4
16 84 265,2 321,0 93,0 93,0
17 87 265,2 321,0 93,0 93,0
18 99 262,8 321,0 95,4 95,4
19 102 265,2 323,3 95,4 95,4
20 114 265,2 323,3 95,4 95,4
(74)
53
Tabel 5.3 Besar entalpi (h) dalam satuan kJ/kg lanjutan
No Waktu t (menit) h1 (kJ/kg) h2 (kJ/kg) h3 (kJ/kg) h4 (kJ/kg)
22 126 265,2 321,0 95,4 95,4
23 129 262,8 321,0 95,4 95,4
24 141 265,2 321,0 95,4 95,4
25 144 262,8 321,0 95,4 95,4
26 147 262,8 321,0 93,0 93,0
27 156 267,5 323,3 93,0 93,0
28 159 267,5 323,3 95,4 95,4
29 168 267,5 323,3 97,7 97,7
30 171 265,2 321,0 95,4 95,4
31 174 265,2 323,3 93,0 93,0
32 183 260,5 321,0 93,0 93,0
33 186 260,5 321,0 93,0 93,0
34 198 262,8 321,0 93,0 93,0
35 201 258,2 321,0 93,0 93,0
36 210 260,5 321,0 93,0 93,0
37 213 262,8 321,0 95,4 95,4
38 222 260,5 321,0 93,0 93,0
39 225 262,8 321,0 95,4 95,4
40 234 262,8 321,0 93,0 93,0
41 237 262,8 321,0 93,0 93,0
Contoh untuk menentukan besaran nilai-nilai enthalpi dapat dilihat dari diagram tekanan entalpi pada jenis refrigeran R-134a. Dari diagram dapat dilihat nilai h1 saat menit ke-75 adalah 116 Btu/lb. Dalam perhitungan satuan h
dinyatakan dalam kJ/kg jadi nilai h1 =116 Btu/lb = 269,82 kJ/kg (116 Btu/lb x
(75)
54
Keterangan dari diagram P-h pada Gambar 5.1 :
h1= 269,82 kJ/kg h3 = 95,37 kJ/kg
h2 = 323,31 kJ/kg h4 = 95,37 kJ/kg
Gambar 5.1 Siklus Kompresi Uap pada diagram P-h refrigeran R 134a diambil dari data menit (t) ke-75
(76)
55
1) Kerja Kompresor persatuan massa refrigeran (Win)
Untuk mendapatkan kerja kompresor persatuan massa refrigeran yang dihasilkan oleh AC mobil, dapat menggunakan Persamaan (2.1) :
Win = h2-h1
= 323,31kJ/kg – 269,82 kJ/kg = 53,5 kJ/kg
Maka kerja kompresor persatuan massa refrigeran sebesar 53,50 kJ/kg (pada saat t = 75 menit)
2) Kalor persatuan massa refrigeranyang dilepas Kondensor (Qout)
Untuk mendapatkan nilai kalor persatuan massa refrigeran yang dilepas kondensor pada AC mobil, dapat menggunakan Persamaan (2.2) :
Qout = h2-h3
= 323,31/kg – 95,37 kJ/kg = 227,9 kJ/kg
Maka kalor persatuan massa refrigeran yang dilepas kondensor sebesar 227,95 kJ/kg (pada saat t = 75 menit)
3) Kalor yang diserap evaporator (Qin)
Untuk mendapatkan kalor persatuan massa refrigeran yang diserap evaporator pada AC mobil, dapat menggunakan Persamaan (2.3) :
Qin = h1-h4
= 269,82 kJ/kg – 95,37 kJ/kg = 174,5 kJ/kg
(77)
56
Maka kalor persatuan massa refrigeran yang diserap evaporator sebesar 174,45 kJ/kg (pada saat t = 75 menit)
4) COP aktual
COPaktual dipergunakan untuk menyatakan perfomance (unjuk kerja) dari
mesin AC mobil yang bekerja dengan siklus kompresi uap, dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (2.4) :
COP
aktual ==
=
= 3,26
Maka COP aktual AC mobil sebesar 3,26 (pada saat t = 75 menit)
5) COP ideal
Untuk menghitung performance ideal pada AC mobil yang bekerja dengan siklus kompresi uap, dapat menggunakan Persamaan (2.5)
COP ideal =
= = 5,45
Maka COP ideal AC mobil sebesar 5,45 (pada saat t =75 menit)
6) Efisiensi (η)
Untuk mendapatkan efisiensi AC mobil dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (2.6)
(78)
57
Efisiensi η =
x 100%
η =
x 100% η = 57,78%
Maka efisiensiη AC mobil sebesar 57,78% (pada saat t=75 menit) 7) Laju aliran massa refrigeran(ṁ)
Untuk mendapatkan besarnya laju aliran massa refrigeran dapat dihitung dengan Persamaan (2.7)
ṁ =
= = 0.01 kg/s
Maka laju aliran massaAC mobil sebesar 0,01 kg/s (pada saat t = 75 menit) 5.3. Hasil Perhitungan
Hasil perhitungan secara keseluruhan dari waktu (t) 0 menit sampai (t) 240 menit untuk nilai kerja kompresor persatuan massa refrigeran (Win), kalor
persatuan massa refrigeran yang dilepas kondensor (Qout), kalor persatuan massa
refrigeran yang diserap evaporator (Qin), COP aktual, COP ideal, efisiensi dan laju
aliran massa dari AC mobil disajikan pada Tabel 5.5 dan Tabel 5.6
Tabel 5.4 Hasil perhitungan tekanan (P1& P2) dan suhu (T1, T3, Te, Tc)
No Waktu t (menit) P1 (Psia) P2 (Psia) T1
(oC)
T3
(oC)
Te
(oC)
Tc
(oC)
1 3 34,0 177,7 22,05 27,85 -7,2 38,9
2 6 35,0 177,2 18,23 27,38 -6,1 42,8
3 15 34,7 169,2 20,43 28,73 -6,7 40,0
4 18 35,5 170,2 20,80 29,83 -5,0 40,6
(79)
58
Tabel 5.4 Hasil perhitungan tekanan (P1& P2) dan suhu (T1, T3, Te, Tc) lanjutan
No Waktu t (menit) P1 (Psia) P2 (Psia) T1
(oC)
T3
(oC)
Te
(oC)
Tc
(oC)
6 30 34,0 167,7 20,58 29,40 -7,2 39,4
7 33 35,6 179,7 22,18 26,28 -4,4 44,4
8 39 34,7 171,0 21,00 29,40 -6,7 43,3
9 42 35,2 174,2 21,75 29,40 -5,0 43,3
10 51 34,7 174,2 20,38 30,88 -6,7 43,3
11 54 34,1 172,7 22,63 28,58 -7,2 42,2
12 60 35,5 174,7 20,50 30,53 -6,1 42,2
13 63 35,3 176,7 20,40 30,55 -6,1 44,4
14 72 34,2 177,0 20,35 30,70 -7,2 45,0
15 75 34,5 165,2 21,23 31,75 -6,7 40,6
16 84 35,0 171,2 20,58 29,88 -6,7 42,2
17 87 35,7 179,0 20,90 29,98 -6,7 45,6
18 99 36,0 173,0 23,30 32,13 -6,1 43,3
19 102 35,5 176,5 23,38 32,08 -6,7 46,1
20 114 34,5 180,5 21,15 32,08 -7,2 46,7
21 117 34,5 179,5 19,38 32,18 -7,2 46,1
22 126 34,5 174,7 21,18 30,80 -7,2 43,9
23 129 35,7 176,5 20,25 30,98 -7,2 44,4
24 141 36,0 178,1 21,80 30,88 -6,1 44,4
25 144 35,2 181,5 20,65 32,28 -6,7 47,2
26 147 34,5 179,0 20,38 30,33 -7,2 45,6
27 156 35,5 177,0 21,13 30,53 -6,7 43,9
28 159 35,0 177,7 21,70 32,83 -6,7 44,4
29 168 34,7 178,2 20,70 33,85 -7,2 45,6
30 171 35,2 178,5 21,53 32,15 -6,7 45,6
(80)
59
Tabel 5.4 Hasil perhitungan tekanan (P1& P2) dan suhu (T1, T3, Te, Tc) lanjutan
No Waktu t (menit) P1 (Psia) P2 (Psia) T1
(oC)
T3
(oC)
Te
(oC)
Tc
(oC)
32 183 35,2 176,0 20,28 28,20 -6,7 43,3
33 186 35,2 178,5 18,63 30,00 -6,7 45,6
34 198 35,0 178,7 19,05 28,28 -6,7 45,6
35 201 35,5 181,0 18,50 28,70 -6,1 46,7
36 210 35,0 176,5 19,03 28,83 -6,7 43,9
37 213 35,2 178,7 19,48 29,90 -6,7 45,6
38 222 35,5 178,7 21,35 29,33 -6,1 45,6
39 225 35,2 178,2 21,18 31,78 -6,7 45,6
40 234 35,5 182,5 20,15 29,00 -6,1 46,7
41 237 35,7 178,0 19,58 28,75 -6,1 45,0
Tabel 5.5.Hasil perhitungan Karakteristik AC mobil
No Waktu t (menit)
Kerja Kompresor
(Win)
(kJ/kg)
Kalor yang diserap evaporator
(Qin)
(kJ/kg)
Kalor yang dilepas kondensor
(Qout)
(kJ/kg)
COP
aktual
1 3 51,2 174,5 225,6 3,4
2 6 53,5 174,5 227,9 3,3
3 15 51,2 176,8 227,9 3,5
4 18 51,2 174,5 225,6 3,4
5 27 48,8 176,8 225,6 3,6
6 30 53,5 167,5 221,0 3,1
7 33 51,2 167,5 218,6 3,3
8 39 53,5 165,1 218,6 3,1
9 42 51,2 165,1 216,3 3,2
10 51 51,2 162,8 214,0 3,2
(81)
60
Tabel 5.5.Hasil perhitungan Karakteristik AC mobil lanjutan No Waktu t
(menit)
Kerja Kompresor
(Win)
(kJ/kg)
Kalor yang diserap evaporator
(Qin) (kJ/kg)
Kalor yang dilepas kondensor
(Qout)
(kJ/kg)
COP
aktual
12 60 53,5 165,1 218,6 3,1
13 63 55,8 169,8 225,6 3,0
14 72 55,8 172,1 227,9 3,1
15 75 53,5 174,5 227,9 3,3
16 84 55,8 172,1 227,9 3,1
17 87 55,8 172,1 227,9 3,1
18 99 58,2 167,5 225,6 2,9
19 102 58,2 169,8 227,9 2,9
20 114 58,2 169,8 227,9 2,9
21 117 58,2 167,5 225,6 2,9
22 126 55,8 169,8 225,6 3,0
23 129 58,2 167,5 225,6 2,9
24 141 55,8 169,8 225,6 3,0
25 144 58,2 167,5 225,6 2,9
26 147 58,2 169,8 227,9 2,9
27 156 55,8 174,5 230,3 3,1
28 159 55,8 172,1 227,9 3,1
29 168 55,8 169,8 225,6 3,0
30 171 55,8 169,8 225,6 3,0
31 174 58,2 172,1 230,3 3,0
32 183 60,5 167,5 227,9 2,8
33 186 60,5 167,5 227,9 2,8
34 198 58,2 169,8 227,9 2,9
35 201 62,8 165,1 227,9 2,6
(82)
61
Tabel 5.5.Hasil perhitungan Karakteristik AC mobil lanjutan No Waktu t
(menit)
Kerja Kompresor
(Win)
(kJ/kg)
Kalor yang diserap evaporator
(Qin) (kJ/kg)
Kalor yang dilepas kondensor
(Qout)
(kJ/kg)
COP
aktual
37 213 58,2 167,5 225,6 2,9
38 222 60,5 167,5 227,9 2,8
39 225 58,2 167,5 225,6 2,9
40 234 58,2 169,8 227,9 2,9
41 237 58,2 169,8 227,9 2,9
Tabel 5.6. Hasil perhitungan Karakteristik AC mobil No Waktu t
(menit) COP ideal
Efisiensi (η)
(%)
Laju aliran massa (ṁ) (kg/s)
1 3 5,77 59,11 0,02
2 6 5,46 59,70% 0,02
3 15 5,71 60,50% 0,01
4 18 5,89 57,92% 0,01
5 27 6,14 58,97% 0,03
6 30 5,70 54,93% 0,02
7 33 5,50 59,54% 0,01
8 39 5,33 57,92% 0,01
9 42 5,55 58,17% 0,02
10 51 5,33 59,70% 0,02
11 54 5,38 55,78% 0,02
12 60 5,52 55,87% 0,01
(83)
62
Tabel 5.6. Hasil perhitungan karakteristik AC mobil lanjutan No Waktu t
(menit) COP ideal
Efisiensi (η)
(%)
Laju aliran massa (ṁ) (kg/s)
14 72 5,09 60,55% 0,02
15 75 5,64 57,78% 0,01
16 84 5,45 56,57% 0,01
17 87 5,10 60,42% 0,02
18 99 5,40 53,33% 0,02
19 102 5,05 57,83% 0,01
20 114 4,93 59,17% 0,02
21 117 4,99 57,76% 0,02
22 126 5,20 58,46% 0,01
23 129 5,15 55,96% 0,01
24 141 5,28 57,58% 0,02
25 144 4,95 58,24% 0,02
26 147 5,04 57,95% 0,01
27 156 5,27 59,29% 0,01
28 159 5,21 59,14% 0,02
29 168 5,04 60,37% 0,02
30 171 5,10 59,61% 0,01
31 174 5,27 56,16% 0,01
32 183 5,33 51,96% 0,01
33 186 5,10 54,27% 0,02
34 198 5,10 57,22% 0,02
35 201 5,06 51,97% 0,01
36 210 5,27 52,54% 0,01
37 213 5,10 56,44% 0,01
(84)
63
Tabel 5.6. Hasil perhitungan karakteristik AC mobil lanjutan No Waktu t
(menit) COP ideal Efisiensi (η)
Laju aliran massa (ṁ) (kg/s)
39 225 5,10 56,44% 0,02
40 234 5,06 57,71% 0,01
41 237 5,22 55,89% 0,01
5.4. Pembahasan
Dari hasil penelitian, diperoleh informasi bahwa mesin AC mobil dapat bekerja dengan baik dan dalam kondisi yang baik (kompresor tidak bocor, kondensor berfungsi dengan baik, kipas kondensor berfungsi dengan baik, katup ekspansi bekerja dengan baik, evaporator berfungsi dengan baik, blower bekerja dengan baik) dan mampu menghasilkan data yang baik. Hasil dari pengambilan data dapat digambarkan pada P-h diagram dan membentuk siklus kompresi uap dengan proses pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut. Suhu kerja kondensor yang dihasilkan lebih tinggi dari suhu lingkungan, dengan rata-rata sekitar 43,9oC dan suhu kerja evaporator lebih rendah dari suhu udara ruangan di dalam ruang kabin mobil, denan rata-rata sekitar -6,6oC.
Dari hasil penelitian, diperoleh informasi bahwa pada siklus kompresi uap yang dihasilkan terdapat proses pemanasan lanjut dan proses pendinginan lanjut. Kondisi ini memberikan keuntungan. Karena dengan adanya proses pemanasan lanjut dan proses pendinginan lanjut, kedua proses ini dapat menaikkan nilai COP dan efisiensi dari mesin AC mobil. Demikian juga kondisi refrigeran ketika masuk kompresor benar-benar dalam keadaan gas, sehingga proses kompresi dapat berjalan ideal dan tidak merusak kompresor. Kondisi refrigeran ketika masuk katup ekspansi juga dalam keadaan benar-benar cair, sehingga proses masuknya refrigeranke katup ekspansi mudah.
Dari hasil perhitungan diperoleh informasi bahwa besar Win, Qin, Qout, dan COP dari mesin AC mobil dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut dari waktu ke waktu memiliki nilai yang berbeda-beda. Gambar grafik hasil
(1)
89
Siklus kompresi uap dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut pada diagram P-h. Data 31 (menit 174)
Data 32 (menit 183)
Siklus kompresi uap dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut pada diagram P-h. Data 32 (menit 183)
Data 33 (menit 186)
(2)
90
Siklus kompresi uap dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut pada diagram P-h. Data 33 (menit 186)
Data 34 (menit 198)
Siklus kompresi uap dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut pada diagram P-h. Data 34 (menit 198)
Data 35 (menit 201)
(3)
91
Siklus kompresi uap dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut pada diagram P-h. Data 35 (menit 201)
Data 36 (menit 210)
Siklus kompresi uap dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut pada diagram P-h. Data 36 (menit 210)
Data 37 (menit 213)
(4)
92
Siklus kompresi uap dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut pada diagram P-h. Data 37 (menit 213)
Data 38 (menit 222)
Siklus kompresi uap dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut pada diagram P-h. Data 38 (menit 222)
Data 39 (menit 225)
(5)
93
Siklus kompresi uap dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut pada diagram P-h. Data 39 (menit 225)
Data 40 (menit 234)
Siklus kompresi uap dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut pada diagram P-h. Data 40 (menit 234)
Data 41 (menit 237)
(6)
94
Siklus kompresi uap dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut pada diagram P-h. Data 41 (menit 237)