PENGARUH KEMANDIRIAN BELAJAR DI SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA KELAS V SDN GUGUS KI HAJAR DEWANTARA KECAMATAN TUGU KOTA SEMARANG.

(1)

i

KELAS V SDN GUGUS KI HAJAR DEWANTARA

KECAMATAN TUGU KOTA SEMARANG

SKRIPSI

Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar

oleh

Elsa Ariska

1401412275

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Elsa Ariska

NIM : 1401412275

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Judul Skripsi : Pengaruh Kemandirian Belajar di Sekolah terhadap Prestasi Belajar IPA Kelas V SDN Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Tugu Kota Semarang

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.


(3)

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi atas nama Elsa Ariska, NIM 1401412275 yang berjudul “Pengaruh

Kemandirian Belajar di Sekolah terhadap Prestasi Belajar IPA Kelas V SDN

Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Tugu Kota Semarang” telah disetujui oleh dosen pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

hari : Selasa tanggal : 26 Juli 2016


(4)

iv

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi atas nama Elsa Ariska, NIM 1401412275, dengan judul “Pengaruh

Kemandirian Belajar di Sekolah terhadap Prestasi Belajar IPA Kelas V SDN

Gugus Ki Hajar Dewantara Kota Semarang”, telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada:

hari : Selasa


(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

1. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (QS.Ar-Rad 13:11) 2. Sesungguhnya sesudah kesulitan pasti ada kemudahan maka apabila kamu:

sudah selesai suatu urusan, lakukanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain. Dan hanya kepada tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (QS.Al-Insyirah 94:6-8)

3. Jadikanlah sabar dan shalatmu Sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar (Al-Baqarah2:153)

Karya ini kupersembahkan kepada: 1. Ayah, ibu, dan kakak


(6)

vi

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah Swt sehingga peneliti dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Pengaruh Kemandirian Belajar di Sekolah terhadap

Prestasi Belajar IPA Kelas V SDN Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Tugu

Kota Semarang”. Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak yang sangat berguna bagi peneliti. Oleh karena itu perkenankan peneliti menyampaikan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan studi dan menyelesaikan skripsi

2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan ijin penelitian dan pengesahan skripsi.

3. Drs. Isa Ansori, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah memperlancar penyelesaian skripsi ini.

4. Dr. Ali Sunarso, M.Pd. dan Drs. A. Busyairi Harits, M.Ag., Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh kesabaran, tanggung jawab, dam kesungguhan hati sehingga skripsi ini dapat terlaksana.

5. Sutji Wardhayani, S.Pd., M.Kes., Dosen Penguji Utama yang telah memberikan banyak arahan, saran, bimbingan sehingga skripsi ini lebih sempurna.

6. Dosen dan karyawan Jurusan PGSD FIP UNNES, yang telah memberi ilmu dan bantuan selama menjalani kehidupan akademik.

7. Riyatni S.Pd. selaku Kepala Sekolah SDN Tugurejo 1, Dra. Suyatmi selaku Kepala Sekolah SDN Tugurejo 2, Juarni S.Pd selaku kepala sekolah SDN Tugurejo 3, Drs. Khoiri selaku Kepala Sekolah SDN Karanganyar 1, Tukijo S.Pd.SD selaku Kepala Sekolah SDN Randu Garut yang telah memberikan ijin penelitian.


(7)

vii

8. Guru kelas V SDN Tugurejo 1, SDN Tugurejo 2, SDN Tugurejo 3, SDN Karanganyar 1, SDN Randu Garut yang telah membantu peneliti dalam pelaksanaan penelitian serta memberi arahan dan motivasi kepada peneliti. 9. Seluruh pihak yang membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat

sebutkan satu persatu.

Demikian yang dapat peneliti sampaikan, semoga semua bantuan dan bimbingan telah diberikan menajdi amal kebaikan dan mendapat berkah yang berlimpah dari Allah Swt. Harapan peneliti, semoga skripsi ini dapat memberi manfaat kepada peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya.

Semarang, 26 Juli 2016


(8)

viii

ABSTRAK

Ariska, Elsa 2016. Pengaruh Kemandirian Belajar di Sekolah terhadap Prestasi Belajar IPA Kelas V SDN Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Tugu Kota Semarang. Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Dr. Drs. Ali Sunarso, M.Pd. dan Drs. A. Busyairi Harits, M.Ag. 168 halaman.

Observasi yang dilakukan di SDN Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Tugu Kota Semarang di kelas V prestasi belajar IPA masih rendah. Rendahnya prestasi belajar siswa tersebut diantaranya dipengaruhi oleh kemandirian belajar di sekolah. Hal ini ditunjukkan pada saat proses belajar berlangsung sebagian siswa tidak memperhatikan, membuat gaduh kelas. Sebagian besar siswa tidak membaca buku atau mengerjakan latihan soal yang ada dibuku kalau tidak diperintah guru. Siswa belum mempunyai tanggung jawab untuk belajar sendiri. Bahkan ada siswa yang tidak mengerjakan tugas meskipun sudah diperintah guru

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah: ada tidaknya pengaruh kemandirian belajar di sekolah terhadap prestasi belajar IPA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh kemandirian belajar di sekolah terhadap prestasi belajar siswa kelas V SDN Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Tugu Kota Semarang dan seberapa besar pengaruh kemandirian belajar di sekolah terhadap prestasi belajar IPA SDN Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Tugu Kota Semarang.

Populasi penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Gugus Ki Hajar Kota Semarang tahun ajaran 2015/2016 sebanyak 233. Pengambilan sampel menggunakan pendapat Musfiqon yaitu mengambil 20% dari total populasi. Dengan demikian, sampel penelitian ini sebanyak 45 siswa yang diambil secara cluster sampling. Ada dua variabel yang dikaji dlam penelitian, yaitu kemandirian belajar di sekolah sebagai variabel bebas dan prestasi belajar IPA sebagai variabel terikat. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket, dokumentasi, dan tes. Data yang dikumpulkan dianalisis dengan tehnik deskriptif persentase dan analisis linier sederhana.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemandirian belajar di sekolah SDN Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Tugu Kota Semarang dalam kategori masih rendah. Berdasarkan perhitungan diperoleh sebesar 55,294 dengan taraf signifikansi 0,000 yang berarti ada pengaruh yang signifikan antara kemandirian belajar di sekolah terhadap prestasi belajar IPA Kelas V Gugus Ki Hajar Dewanrara Kecamatan Tugu Kota Semarang. Besarnya pengaruh sebesar 65,6 % sedangkan 34,4 % dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain yang tidak diteliti oleh peneliti.

Berdasarkan penelitian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa ada pengaruh yang signifikan kemandirian belajar di sekolah terhadap prestasi belajar IPA SDN Gugus Ki Hajar Dewantara Kota Semarang.


(9)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR BAGAN ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Perumusan Masalah ... ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

2. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS 2.1 Kajian Teori ... 10

2.1.1 Kemandirian Belajar di Sekolah ... 10

2.1.1.1 Pengertian Kemandirian Belajar ... 10

2.1.1.2 Tingkatan dan Karakteristik Kemandirian ... 12

2.1.1.3 Ciri-Ciri Kemandirian ... 15

2.1.1.4 Aspek Kemandirian ... 16

2.1.1.5 Pentingnya Kemandirian Belajar Bagi Peserta Didik ... 18

2.1.1.6 Indikator Kemandirian Belajar di Sekolah ... 19

2.1.1.7 Upaya Mengembangkan Kemandirian Belajar ... 20

2.1.2 Prestasi Belajar IPA ... 21


(10)

x

2.1.2.2 Pengertian Prestasi Belajar ... 24

2.1.2.3 Ciri-Ciri Prestasi Belajar ... 25

2.1.2.4 Pengertian Pembelajaran ... 28

2.1.2.5 Pembelajaran IPA... 29

2.1.2.6 Ruang Lingkup IPA ... 32

2.1.2.7 Tujuan Mata Pelajaran IPA ... 34

2.1.2.8 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 34

2.2 Kajian Empiris ... 41

2.3 Kerangkan Berfikir... 50

2.4 Hipotesis ... 51

3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian dan Desain Penelitian ... 52

3.2 Prosedur Prosedur Penelitian ... 52

3.3 Subjek, Lokasi, dan Waktu Penelitian ... 54

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Penelitian ... 55

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian ... 57

3.6 Tehnik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 59

3.6.1 Angket ... 59

3.6.2 Tes ... 60

3.6.3 Dokumentasi ... 62

3.7 Uji Coba Instrumen ... 62

3.7.1 Angket ... 62

3.7.1.1 Validitas Isi ... 62

3.7.1.2 Validitas Konstruk ... 63

3.7.1.3 Reabilitas ... ... 65

3.7.2 Tes ... 66

3.7.2.1 Validitas Isi ... 66

3.7.2.2 Validitas Konstruk ... ... 67

3.7.2.3 Reabilitas ... ... 69

3.7.2.4 Daya Pembeda ... ... 70


(11)

xi

3.8 Analisis Data ... 77

3.8.1 Analisis Data Statistik Deskriptif ... 74

3.8.1.1 Kemandirian Belajar di Sekolah ... 74

3.8.1.2 Prestasi Belajar IPA ... 76

3.8.2 Analisis Data Awal/Uji Persyaratan... 78

3.8.2.1 Uji Lininearitas... 78

3.8.2.2 Uji Normalitas Data ... 78

3.8.3 Analisis Data Akhir ... 79

3.8.3.1 Persamaan Regresi ... 79

3.8.3.2 Uji Keberartian ... 79

3.8.3.3 Uji Koefisien Korelasi... 80

3.8.3.4 Uji Signifikansi korelasi ... 81

3.8.3.5 Koefisien Determinasi ... 82

4. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 83

4.1.1 Deskripsi Data Kemandirian Belajar di Sekolah ... ... 83

4.1.2 Deskripsi Data Prestasi Belajar IPA ... ... 85

4.1.3 Uji Persyaratan Analisis Data Awal ... 87

4.1.3.1 Uji Linearitas ... 87

4.1.3.2 Uji Normalitas ... 87

4.1.4 Analisis Data Akhir ... 88

4.1.4.1 Uji Persamaan Regresi ... 88

4.1.4.2 Uji Keberartian ... 89

4.1.4.3 Uji Koefisien Korelasi... 89

4.1.4.4 Uji Signifikansi Korelasi ... 90

4.1.4.5 Koefisien Determinasi ... 90

4.2 Pembahasan ... 91

4.2.1 Pemaknaan Temuan ... 91

4.2.2 Implikasi Hasil Penelitian ... 95

5. BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan ... 98


(12)

xii

5.2 Saran ... ... 100 DAFTAR PUSTAKA ... 102 LAMPIRAN ... 106


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Pemetaan Ruang Lingkup Bahan Kajian untuk IPA SD/MI ... 33

2. Jumlah Populasi ... ... 57

3. Pedoman Pemberian Skor ... 60

4. Vaditas Konstruk Kemandirian Belajar di Sekolah ... ... 64

5. Validitas Konstruk Prestasi Belajar IPA ... ... 68

6. Daya Pembeda Tes Prestasi Belajar IPA ... ... 71

7. Taraf Kesukaran Tes Prestasi Belajar IPA ... ... 72

8. Pedoman Pemberian Interprestasi Koefisien Korelasi ... ... 81

9. Distribusi Frekuensi Kemandirian Belajar ... 84

10. Distribusi frekuensi prestasi belajar IPA ... 86


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka Berfikir ... 50

2. Hubungan Variabel Bebas dan Variabel Terikat ... ... 56

3. Sampel ... ... 58

4. Diagram Distribusi Kategori Kemandirian Belajar di Sekolah ... 85


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Lampiran 1 Kisi–Kisi Uji Coba Instrumen Angket Kemandirian ...105

2. Lampiran 2 Kisi-Kisi Uji Coba Instrumen Tes Prestasi Belajar IPA ....107

3. Lampiran 3 Intrumen Uji Coba Angket ...108

4. Lampiran 4 Intrumen Uji Coba Tes ...111

5. Lampiran 5 Kunci Jawaban Soal Uji Coba Tes ...118

6. Lampiran 6 Daftar Siswa Uji Coba Instrumen ...119

7. Lampiran 7 Uji Validitas Konstruk dan Reabilitas Angket ...120

8. Lampiran 8 Uji Validitas Konstruk Tes ...121

9. Lampiran 9 Uji Reabilitas Tes ...122

10. Lampiran 10 Uji Daya Beda Tes...123

11. Lampiran 11 Uji Taraf Kesukaran ...124

12. Lampiran 12 Kisi-Kisi Instrumen Angket ...125

13. Lampiran 13 Instrumen Tes ...127

14. Lampiran 14 Angket Penelitian Kemandirian Belajar di Sekolah ...128

15. Lampiran 15 Tes Prestasi Belajar IPA ...131

16. Lampiran 16 Kunci Jawaban Soal Tes Prestasi Belajar IPA ...136

17. Lampiran 17 Daftar Kode Peserta Sampel Penelitian ...137

18. Lampiran 18 Data Kemandiriaan Belajar di Sekolah ...138

19. Lampiran 19 Data Prestasi Belajar IPA ...142

20. Lampiran 20 Uji Linearitas ...145

21. Lampiran 21 Uji Normalitas Data ...146

22. Lampiran 22 Uji Persamaan Regresi ...147

23. Lampiran 23 Uji Keberartian ...148

24. Lampiran 24 Uji Koefisien Korelasi ...149

25. Lampiran 25 Uji Signifikansi Korelasi ...150


(16)

xvi

27. Lampiran 27 Daftar Kode Peserta Catatan Lapangan ...152

28. Lampiran 28 Catatan Lapangan ...154

29. Lampiran 29 SK Dosen ...156

30. Lampiran 30 Validator Instrumen ...157

31. Lampiran 31 Surat telah melakukan uji coba instrumen...159

32. Lampiran 32 Surat Ijin Penelitian ...160

33. Lampiran 33 Surat telah melakukan penelitian...166


(17)

1

1.1

LATAR BELAKANG

Pendidikan adalah suatu kegiatan yang diprogamkan pemerintah. Setiap warga negara Indonesia memiki hak untuk mendapatkan pendidikan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam melakukan pembangunan nasional. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.

Tujuan bangsa Indonesia secara eksplisit dijabarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa peserta didik harus mempunyai daya saing dalam menghadapi persaingan global. Pernyataan ini diperkuat dengan adanya PP No. 32 Tahun 2013 menyatakan peserta didik harus memiliki (a) kualifikasi mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan; (b) dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut; (c) memiliki kecakapan hidup mencakup kecakapan pribadi, kecakapan sosial, kecakapan akademik, dan kecakapan vokasional. Sejalan


(18)

2

dengan pendapat Sugiyono (2015:42) bahwa pendidikan nasional bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara. Tujuan pendidikan akan tercapai melalui proses belajar mengajar pada masing-masing mata pelajaran. Salah mata pelajaran inti di SD/MI adalah IPA.

Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Pasal 37 Ayat 1 Kurikulum pendidikan dasar dan menengah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) menyatakan bahwa mata pelajaran IPA wajib diberikan pada siswa di jenjang pendidikan dasar dan menengah. Pembelajaran IPA pada jenjang SD/MI diharapkan dapat menekankan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) sehingga tercipta pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang termuat dalam KTSP telah mengandung tujuan pembelajaran IPA yang dapat mengatasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara global. Tujuan pembelajaran IPA sudah jelas tentang tujuan adanya pembelajaran IPA. Namun pada kenyataannya, tujuan pembelajaran IPA hanya sebagian saja yang tercapai. Realita di lapangan menunjukkan bahwa siswa di jenjang SD/MI menganggap IPA adalah mata pelajaran yang sulit sehingga berdampak pada rendahnya kualitas belajar siswa.

Rendahnya kualitas belajar siswa dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Prestasi belajar yang tinggi merupakan salah satu indikator keberhasilan


(19)

proses belajar. Namun kenyataan tidak semua siswa yang mendapat prestasi belajar yang tinggi dan masih banyak siswa yang mendapat hasil belajar yang rendah. Rendahnya prestasi belajar siswa tersebut diantaranya dipengaruhi oleh kemandirian belajar di sekolah. Keberhasilan belajar tidak boleh hanya mengandalkan kegiatan tatap muka dan tugas terstruktur yang diberikan oleh guru, akan tetapi terletak pada kemandirian belajar seorang siswa. Kemampuan menyerap dan menghayati pelajaran jelas diperlukan sikap dan kesediaan untuk mandiri. Siswa yang memiliki rasa kemandirian yang tinggi tentunya akan lebih bisa menempatkan dirinya di sekolah dan lebih memiliki rasa tanggung jawab terhadap pembelajaran. Siswa yang memiliki kemandirian belajar tidak hanya bergantung pada pembelajaran yang didominasi oleh guru.

Kemandirian adalah usaha untuk mengendalikan dan mengatur pikiran, perasaan, dan tindakan sendiri secara bebas serta berusaha sendiri untuk mengatasi perasaan-perasaan malu dan keragu-raguan (Desmita:2014:185). Kemandirian merupakan suatu sikap otonomi peserta didik secara relatif bebas dari pengaruh penilaian, pendapat dan keyakinan orang. Oleh karena itu dengan adanya kemandirian peserta didik akan lebih bertanggung jawab dengan dirinya sendiri. Kemandirian seseorang diperoleh melalui proses perkembangan. Sejalan dengan dengan pendapat Fatimah (2010:143) mengemukakan bahwa kemandirian merupakan suatu sikap individu yang diperoleh secara komulatif selama perkembangan, dan individu akan terus belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi, sehingga individu pada akhirnya mampu berfikir dan bertindak sendiri.


(20)

4

Kemandirian ditandai dengan kreatif dan inisiatif, mengatur tingkah laku, bertanggung jawab. Kemadirian sangat penting dimiliki oleh peserta didik. Pendapat ini diperkuat oleh Kartini dan Dali (dalam Syafaruddin, 2012:147) mendefinisikan bahwa kemandirian adalah: hasrat untuk mengerjakan segala sesuatu bagi diri sendiri.

Pentingnya kemandirian bagi peserta didik dapat dilihat dari fenomena-fenomena yang sangat membutuhkan perhatian dunia pendidikan. Fenomena yang terjadi dalam konteks belajar adalah peserta didik yang kurang mandiri dalam belajar. Kemandirian siswa dalam belajar merupakan suatu hal yang sangat penting dan perlu dikembangkan pada siswa.

Berdasarkan observasi yang dilakukan di SDN Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Tugu Kota Semarang di kelas V prestasi belajar IPA masih rendah . Hal ini ditunjukkan data nilai UTS dari 233 siswa hanya 107 siswa (46% ) yang mendapatkan nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal Minimal (KKM) yaitu 65, sedangkan sisanya 126 siswa (54%) nilainya di bawah KKM.

Wawancara yang dilakukan dengan dengan guru kelas V di SDN Gugus Ki Hajar Dewantara Kota Semarang, masalah kemandirian belajar di sekolah siswa masih rendah. Kemadirian belajar di sekolah siswa 30%. Hal ini ditunjukkan pada saat proses belajar berlangsung sebagian siswa tidak memperhatikan, membuat gaduh kelas. Sebagian besar siswa tidak membaca buku atau mengerjakan latihan soal yang ada dibuku kalau tidak diperintah


(21)

guru. Siswa belum mempunyai tanggung jawab untuk belajar sendiri. Bahkan ada siswa yang tidak mengerjakan tugas meskipun sudah diperintah guru.

Hal ini didukung, cara guru menyampaikan materi dan metode pembelajaran yang digunakan juga dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Siswa satu dengan siswa yang lain memiliki kemampuan berbeda dalam menerima materi sehingga penggunaan metode pembelajaran harus sesuai dengan materi yang diajarkan. Namun, belum semua guru mampu memilih metode pembelajaran yang sesuai. Guru diharapkan dapat menggunakan metode yang dapat mengaktifkan dan menumbuhkan sikap inisiatif untuk belajar. Beberapa guru terlihat masih menggunakan metode ceramah yang dilanjutkan tanya jawab dan diskusi. Hal ini kurang tepat dalam pemilihan metode karena kemandirian belajar siswa kurang dioptimalkan sehingga pemahaman konsep dalam materi pembelajaran tersebut masih kabur yang berdampak pada prestasi belajar siswa.

Penelitian yang dilakukan Pratistya Nor Aini & Abdullah Taman pada

tahun 2011 dengan judul “Pengaruh Kemandirian Belajar dan Lingkungan Belajar Siswa terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI IPS SMA

Negeri 1 Sewon Bantul Tahun Ajaran 2010/2011” dapat disimpulkan

Terdapat pengaruh positif dan signifikan Kemandirian Belajar terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Sewon Bantul Tahun Ajaran 2010/2011. Hal ini ditunjukkan dengan harga koefisien korelasi sebesar 0,359 harga koefisien determinasi (r2x1y) sebesar 0,129 dan harga


(22)

6

0,000 berarti lebih kecil dari 0,05. Persamaan garis regresinya Y = 0,510X1 + 47,622. Oleh karena itu kemandirian belajar (X1) naik 1 satuan maka prestasi

belajar akuntansinya akan naik sebesar 0,510. Berdasarkan penelitian tersebut dapat diketahui bahwa kemandirian belajar dapat meningkatkan hasil belajar anak.

Penelitian lain yang dilakukan Endar Aditria Kurniawan, Sriyono, dan

Siska Desy Fatmaryanti pada tahun 2013 dengan judul “Pengaruh Kemandirian Belajar dan Sikap Ilmiah dalam Metode Eksperimen Berbasis Verifikasi terhadap Hasil Belajar IPA Fisika Siswa Kelas VII Semester

Genap SMP N 2 Wonosobo Tahun Pelajaran 2012/2013” dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar memberikan sumbangan mandiri sebesar 59,9% peningkatan terhadap hasil belajar. Kemandirian siswa sangat perlu dikembangkan karena kemandirian memberikan pengaruh yang besar pada hasil belajar siswa.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti memfokuskan penelitian dengan

judul “Pengaruh Kemadirian Belajar di Sekolah terhadap Prestasi Belajar IPA Kelas V SDN Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Tugu Kota Semarang”.

1.2

PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimanakah kemandirian belajar di sekolah siswa kelas V SDN Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Tugu Kota Semarang?


(23)

b. Bagaimanakah prestasi belajar IPA siswa kelas V SDN Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Tugu Kota Semarang?

c. Adakah pengaruh antara kemandirian belajar di sekolah dengan prestasi belajar IPA siswa kelas V Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Tugu Kota Semarang?

Alternatif Pemecahan Masalah

Masalah yang ditemukan peneliti yaitu prestasi belajar IPA yang rendah di SDN Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Tugu Kota Semarang. Berdasarkan observasi di SDN Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Tugu Kota Semarang, salah satu faktor yang menyebabkan prestasi belajar IPA rendah adalah kemandirian belajar di sekolah. Memahami permasalahan tersebut, peneliti akan melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh kemandirian belajar di sekolah terhadap prestasi belajar IPA siswa kelas V SDN Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Tugu Kota Semarang.

1.3

TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas maka penelitian ini mempunyai beberapa tujuan yaitu:

a. Untuk mengetahui kemandirian belajar di sekolah siswa kelas V SDN Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Tugu Kota Semarang.

b. Untuk mengetahui prestasi belajar IPA siswa kelas V SDN Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Tugu Kota Semarang.


(24)

8

c. Untuk mengetahui pengaruh antara kemandirian belajar di sekolah terhadap prestasi belajar IPA siswa kelas V SDN Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Tugu Kota Semarang.

1.4

MANFAAT PENELITIAN

Penelitian yang dilaksanakan diharapkan dapat memberikan manfaat kepada banyak pihak baik secara teoritis maupun praktis. Sesuai dengan tujuan penelitian maka manfaat penelitian dapat disebutkan sebagai berikut: 1.4.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk dijadikan acuan atau referensi untuk penelitian selanjutnya mengenai kemandirian belajar di sekolah.

1.4.2 Manfaat Praktis 1.4.2.1Manfaat bagi Guru:

1.4.2.1.1 Memberi masukan kepada guru untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kemandirian belajar di sekolah dengan prestasi belajar IPA. 1.4.2.1.2 Guru dapat mengembangkan kemandirian belajar di sekolah siswa 1.4.2.2Manfaat bagi Siswa:

1.4.2.2.1 Mengembangkan kemandirian belajar di sekolah 1.4.2.2.2 Melatih kemandirian belajar di sekolah.


(25)

1.4.2.3.1 Memberi kesempatan kepada peneliti untuk mengetahui pengaruh kemandirian belajar di sekolah terhadap prestasi belajar IPA SDN Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Tugu Kota Semarang

1.4.2.3.2 Memberi pengalaman bagi peneliti mengenai bagaimana cara melakukan penelitian yang benar.


(26)

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1

KAJIAN TEORI

2.1.1 Kemandirian Belajar di Sekolah

2.1.1.1Pengertian Kemandirian Belajar di Sekolah

Kartini dan Dali (dalam Syafaruddin, 2012:147) mendefinisikan bahwa kemandirian adalah: hasrat untuk mengerjakan segala sesuatu bagi diri sendiri secara singkat dapat disimpulkan bahwa kemandirian mengandung pengertian:

a. Suatu keadaan dimana seseorang yang memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya.

b. Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi.

c. Memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan tugas-tugasnya. d. Bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannnya.

Menurut Desmita (2014:185-186) bahwa kemandirian merupakan suatu sikap otonomi dimana peserta didik secara relatif bebas dari pengaruh penilaian. Dengan otonomi tersebut, peserta didik diharapkan akan lebih bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa kemandirian mengandung pengertian:

1) Suatu kondisi dimana seseorang memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya sendiri


(27)

2) Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi.

3) Memiliki kepercayaan diri dan melaksanakan tugas-tugasnya. 4) Bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya

Fatimah (2008:143) mengemukakan bahwa kemandirian merupakan suatu sikap individu yang diperoleh secara komulatif selama perkembangan, dan individu akan terus belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi di lingkungan, sehingga individu pada akhirnya mampu berfikir dan bertindak sendiri. Dengan kemandiriannya, seseorang dapat memilih jalan hidupnya untuk berkembang dengan lebih mantap.

Daryanto dan Darmiatun (2013:70) mengemukakan bahwa mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

Memahami beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar adalah kemampuan siswa untuk mengendalikan, mengatur serta mengembangkan potensi yang dimilikinya secara mandiri, penuh tanggung jawab, dan tanpa bantuan orang lain agar dapat belajar secara mandiri. Kemandirian berlaku pada semua tingkatan. Setiap orang perlu mengembangkan kemandiriannya sesuai dengan kapasitas dan tahapan perkembangannya. Kemandirian belajar membuat seseorang dapat bertanggung jawab atas dirinya sendiri dalam belajar. Oleh karena itu kemandirian belajar sangat penting bagi peserta didik.


(28)

12

2.1.1.2Tingkatan dan Karakteristik Kemandirian di Sekolah

Kemandirian seseorang akan selalu mengalami perkembangan. Kemandirian dalam perkembangannya memiliki tingkatan-tingkatan. Perkembangan seseorang berlangsung secara bertahap sesuai dengan perkembangan kemandirian tersebut. Lovinger (dalam Desmita, 2014:187) mengemukakan tingkatan kemandirian dan karakteristiknya sebagai berikut:

1) Tingkat pertama, adalah tingkatan implusif dan melindungi diri. ciri-cirinya:

a. Peduli terhadap kontrol dan keuntungan yang dapat diperoleh dari interaksinya dengan orang lain.

b. Mengikuti aturan secara spontanistik dan hedonistik

c. Berfikir tidak logis dan tertegun pada cara berfikir tertentu

(stereotype)

d. Cenderung melihat kehidupan sebagai zero-sum games.

e. Cenderung menyalahkan dan mencela orang lain serta lingkungannya.

2) Tingkat kedua, adalah tingkat konformitas. Ciri-cirinya : a. Peduli terhadap penampilan diri dan penerimaan sosial. b. Cenderung berpikir stereotype dan klise.

c. Peduli akan konformitas terhadap aturan eksternal.

d. Bertindak dengan motif yang dangkal untuk memperoleh pujian. e. Menyamakan diri dalam ekspresi emosi dan kurangnya instropeksi.


(29)

f. Perbedaan kelompok didasarkan atas ciri-ciri eksternal. g. Takut tidak diterima kelompok.

h. Tidak sensitif terhadap keindividualan. i. Merasa berdosa jika melanggar aturan. 3) Tingkat ketiga, adalah tingkat sadar diri

a. Mampu berpikir alternatif.

b. Melihat harapan dan berbagai kemungkinan dalam situasi. c. Peduli untuk mengambil manfaat dari kesempatan yang ada. d. Menekankan pada pentingnya memecahkan masalah.

e. Memikirkan cara hidup.

f. Penyesuaian terhadap situasi dan peranan.

4) Tingkat keempat, adalah adalah tingkat saksama (conscientious). Ciri-cirinya:

a. Bertindak atas dasar nilai-nilai internal.

b. Mampu melihat diri sebagai pembuat pilihan dan pelaku tindakan. c. Mampu melihat keragaman emosi, motif dan perspektif diri sendiri

maupun orang lain.

d. Sadar akan tanggung jawab.

e. Mampu melakukan kritik dan penilaian diri. f. Peduli akan hubungan mutualistik.

g. Memiliki tujuan jangka panjang.

h. Cenderung melihat peristiwa dalam konteks sosial. i. Berfikir lebih kompleks dan atas dasar pola analitis.


(30)

14

5) Tingkat kelima, tingkat individualitas. Ciri-cirinya: a. Peningkatan kesadaran individualistik.

b. Kesadaran akan konflik emosional antara kemandirian dan ketergantungan.

c. Menjadi lebih toleran terhadap diri sendiri. d. Mengenal eksistensi perbedaan individual.

e. Mampu bersikap toleran terhadap pertentangan dalam kehidupan. f. Membedakan kehidupan internal dengan kehidupan luar dirinya. g. Mengenal kompleksitas diri.

h. Peduli akan perkembangan dan masalah-masalah sosial. 6) Tingkat keenam, adalah tingkat mandiri. Ciri-cirinya :

a. Memiliki pandangan hidup sebagai suatu keseluruhan.

b. Cenderung bersikap realistik dan objektif terhadap diri snediri dan orang lain.

c. Peduli terhadap pemahaman abstrak, seperti keadilan sosial. d. Mampu mengintegrasikan nilai-nilai yang bertentangan. e. Toleransi terhadap ambiguitas.

f. Peduli akan pemenuhan diri (self-fulfilment).

g. Ada keberanian untuk menyelesaikan konflik internal. h. Sadar akan adanya saling ketergantungan dengan orang lain.

i. Mampu mengekspresikan perasaan dengan penuh keyakinan dan keceriaan.


(31)

Sependapat dengan Fatimah (2008:144) menyatakan bahwa “

kemandirian, seperti halnya kondisi psikologis lain dapat berkembang dengan baik jika diberikan kesempatan untuk berkembang melalui latihan yang dilakukan secara terus menerus dan dilakukan sejak dini. Latihan tersebut dapat berupa pemberian tugas-tugas tanpa bantuan, dan tentu saja tugas-tugas tersebut disesuaikan dengan usia dan kemampuan anak”.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa . tingkatan dan karakteristik kemandirian di sekolah akan mengalami perkembangan dari setiap tingkatan. Perkembangan tingkatan dan karakteristik kemandirian dimulai sejak dini dan dapat berkembang melalui latihan yang dilakukan secara terus menerus. Tingkatan kemandirian mulai dari tingkat implusif sampai dengan tingkat mandiri. 2.1.1.3Ciri-Ciri Kemandirian Belajar di Sekolah

Ratri Sunar Astuti (dalam Syafaruddin 2010:155) menyatakan bahwa ciri-ciri anak yang mandiri meliputi :

1) Aktif 2) Kreatif 3) Kompeten

4) Tidak bergantung pada orang lain 5) Tampak spontan

Desmita (2015:185) menyatakan bahwa ciri-ciri kemandirian belajar meliputi :


(32)

16

2) Kreatif 3) Inisiatif

4) Mengatur tingkah laku 5) Bertanggung jawab 6) Mampu menahan diri

7) Membuat keputusan-keputusan sendiri

8) Mampu mengatasi masalah tanpa tanpa ada pengaruh dari orang lain Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri kemandirian di sekolah meliputi: aktif, kreatif, tanggung jawab, tidak bergantung pada orang lain, mampu menyelesaikan masalah tanpa ada pengaruh dari orang lain. Ciri-ciri kemandirian sangat penting untuk mengetahui tingkat kemandirian anak dalam belajar.

2.1.1.4 Aspek Kemandirian Belajar di Sekolah

Menurut Havighurst (dalam Fatimah, 2008:143) menyatakan bahwa kemandirian dalam belajar terdiri dari beberapa aspek, yaitu:

1) Emosi, aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan mengontrol emosi dan tidak bergantung kepada orang tua.

2) Ekonomi, aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan mengatur ekonomi dan tidak bergantungnya kebutuhan ekonomi kepada orang tua.

3) Intelektual, aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi.


(33)

4) Sosial, aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengadakan interaksi dengan orang lain dan tidak bergantung atau menunggu aksi dari orang lain.

Sejalan dengan pendapat tersebut Steiberg (dalam Desmita:2014:186) membedakan karakteristik kemandirian atas tiga bentuk meliputi :

1) Kemandirian emosional, yakni aspek kemandirian yang menyatakan perubahan kedekatan hubungan emosional atar individu seperti hubungan emosional peserta didik dengan guru atau dengan orang tuanya.

2) Kemandirian tingkah laku, yakni suatu kemampuan untuk membuat keputusan-keputusan tanpa tergantung pada orang lain dan melakukannya secara bertanggung jawab.

3) Kemandirian nilai, yakni kemampuan memaknai seperangkat prinsip tentang benar dan salah, tentang apa yang penting apa yang tidak penting.

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa aspek kemandirian pada anak berasal dari dalam dan dari luar anak. Aspek kemandirian yang berasal dari anak meliputi : emosi, intelektual, nilai, dan tingkah laku. Sedangkan aspek kemandirian yang berasal dari dari luar anak meliputi: sosial dan ekonomi. Kedua aspek tersebut sangat mempengaruhi kemandirian belajar anak di sekolah.


(34)

18

2.1.1.5Pentingnya Kemandirian Belajar Bagi Peserta Didik

Azzel (2014:72) menyatakan bahwa “karakter bisa belajar secara

mandiri seperti ini sangat dibutuhkan, apalagi persaingan kehidupan di masa mendatang semakin ketat. Hanya orang-orang berkarakter mandirilah yang akan memperoleh keberhasilan”.

Suyanto dan Jihad (2013:183) mengemukakan bahwa dalam menghadapi tantangan kehidupan modern kemandirian dan kreativitas sangat diperlukan supaya siswa mampu beradaptasi dengan berbagai tuntutan. Alasan pentingnya kemandirian meliputi:

1) Memberikan peluang bagi individu untuk mengaktualisasikan dirinya. 2) Memungkinkan orang dapat menemukan berbagai alternatif dalam

pemecahan masalah.

3) Memberikan kepuasan hidup.

4) Memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidup.

5) Memungkinkan manusia meningkatkan inovasi dan perubahan hidupnya.

Memahami beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pentingnya kemandirian belajar bagi peserta didik adalah peserta didik dapat menghindari fenomena-fenomena peserta didik yang kurang mandiri dalam belajar sehingga dapat memilih jalan hidupnya dalam mencapai keberhasilan.


(35)

2.1.1.6Indikator Kemandirian Belajar di Sekolah

Indikator mandiri pada kelas 1-3 meliputi: melakukan sendiri tugas kelas yang menjadi tanggung jawabnya dan mengerjakan PR tanpa meniru pekerjaan temannya. Sedangkan indikator mandiri pada kelas 4-6 meliputi: mencari sumber untuk menyelesaikan tugas sekolah tanpa bantuan pustakawan sekolah dan mengerjakan PR tanpa meniru pekerjaan temannya (Bintoro, 2013:146).

Sufyarman (2006:50-51) mengemukakan bahwa orang-orang yang mandiri dapat dilihat dengan indikator antara lain:

1. Progesif dan ulet, seperti tampak pada usaha mengejar prestasi, penuh ketekunan, merencanakan dan mewujudkan harapan-harapannya. 2. Berinisiatif berarti mampu berfikir dan bertindak secara original,

kreatif dan penuh insiatif.

3. Mengendalikan dari dalam, adanya kemampuan mengatasi masalah yang dihadapi, mampu mengendalikan tindakannya serta kemampuan mempengaruhi lingkungan atas usahanya sendiri.

4. Kemantapan diri, mencakup dalam aspek percaya pada diri sendiri. 5. Memperoleh kepuasan atas usahanya sendiri, manusia kreatif dapat

menjadikan manusia mandiri dan pada akhirnya dapat menjadi manusia mandiri.

Memahami kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa indikator kemandirian belajar di sekolah meliputi: Progesif dan ulet, inisiatif, mengendalikan dari dalam, kemantapan diri, memperoleh kepuasan atas


(36)

20

usahanya, bertanggung jawab dan dapat menyelesaikan masalah tanpa ada pengaruh dari orang. Peneliti memfokuskan indikator kemandirian belajar di sekolah meliputi Progesif dan ulet, inisiatif, mengendalikan dari dalam, kemantapan diri, memperoleh kepuasan atas usahanya.

2.1.1.7Upaya Mengembangkan Kemandirian Anak

Upaya untuk mengembangkan nilai kemandirian melalui ikhtiar pengembangan atau pendidikan sangat diperlukan untuk kelancaran perkembangan kemandirian siswa. Pendidikan di sekolah perlu melakukan upaya-upaya pengembangan kemandirian siswa. Desmita (2014:190) mengemukakan upaya yang dapat dilakukan oleh sekolah untuk mengembangkan kemandirian siswa sebagai berikut:

1) Mengembangkan proses belajar mengajar yang demokratis, yang memungkinkan anak merasa dihargai.

2) Mendorong anak untuk berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan dan dalam berbagai kegiatan sekolah.

3) Memberikan kebebasan kepada anak untuk mengekplorasi lingkungan serta mendorong rasa ingin tahu.

4) Penerimaan positif tanpa syarat kelebihan dan kekurangan anak, tidak membeda-bedakan anak yang satu dengan yang lainnya.

5) Menjalin hubungan yang harmonis dan akrab dengan anak.

Sejalan dengan pendapat di atas Fatimah (2008:144) menyatakan bahwa kemandirian berkembang melalui latihan yang dilakukan terus menerus dan dilakukan sejak dini. Latihan tersebut dapat berupa


(37)

pemberian tugas-tugas tanpa bantuan, dan tentu saja tugas-tugas tersebut disesuaikan dengan usia dan kemampuan anak.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa upaya mengembangkan kemandirian anak meliputi: melakukan tindakan penciptaan kebebasan keterlibatan dan partisipasi siswa dalam berbagai kegiatan, menciptakan hubungan yang akrab, hangat dan harmonis dengan siswa, menciptakan keterbukaan, penerimaan positif tanpa syarat, menciptakan kebebasan untuk mengeksplorasi lingkungan serta menciptakan empati kepada siswa dan memberikan latihan secara terus menerus yang disesuaikan dengan usia dan kemampuan anak.

2.1.2 Prestasi Belajar 2.1.2.1Hakikat Belajar

Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku setiap orang dan belajar itu mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan oleh seseorang. Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan (Hamdani, 2011:21).

Djamarah (2011:13) mengemukakan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Rachmawati dan Daryanto (2015:36) menyatakan bahwa Belajar adalah suatu proses untuk merubah tingkah laku sehingga diperoleh pengetahuan dan keterampilan untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya.


(38)

22

Belajar pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah melakukan aktifitas tertentu. Walaupun pada hakikatnya tidak semua perubahan termasuk kategori belajar dan dapat diartikan bahwa belajar adalah suatu proses peruabahan tingkah laku sebagai hasil interaksi antara individu dengan lingkungan.

Dari pendapat beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan yang dialami seseorang untuk meningkatkan kemampuannya serta pengetahuannya sebagai hasil dari pengalaman yang melibatkan dua unsur yaitu jiwa dan raga. Dengan demikian, belajar merupakan hal yang terpenting untuk merubah tingkah laku seseorang ke arah yang lebih baik. Oleh karena itu belajar merupakan faktor terpenting dalam meningkatkan kemampuan dan pengetahuan seseorang. Jadi seseorang belajar agar dapat meningkatkan kemampuan dan pengetahuannya.

Rifa’i dan Anni (2012:79) menyatakan bahwa beberapa prinsip -prinsip belajar meliputi :

1) Prinsip keterdekatan (contiguity) menyatakan bahwa situasi stimulus yang hendak direspon oleh pembelajar harus disampaikan sedekat mungkin waktunya dengan respon yang diinginkan.

2) Prinsip pengulangan (repetition) menyatakan bahwa situasi stimulus dan respon perlu diulang-ulang atau dipraktikan, agar belajar dapat diperbaiki dan meningkat retensi belajar.


(39)

3) Prinsip penguatan (reinforcement) menyatakan bahwa belajar sesuatu yang baru akan diperkuat apabila belajar yang lalu diikuti oleh perolehan hasil yang menyenangkan.

Berkenaan dengan proses belajar yang terjadi pada diri siswa, Suprijono (2012: 4) mengemukakan prinsip-prinsip belajar antara lain:

1) Prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang disadari, berkesinambungan dengan perilaku lainnya, bermanfaat sebagai bekal hidup, positif, direncanakan dan dilakukan, permanen, bertujuan dan terarah, mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan.

2) Belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Berupa proses sistemik yang dinamis, konstruktif, serta organik.

3) Belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah hasil dari interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya.

Dari uraian di atas disimpulkan bahwa prinsip belajar adalah perubahan perilaku yang melalui sebuah proses dan secara kontinue berdasarkan pengalaman serta bermanfaat. Dengan demikian, prinsip belajar bagian terpenting dari belajar. Jadi prinsip-prinsip belajar harus dimengerti dan diterapkan dalam belajar.


(40)

24

2.1.2.2Pengertian Prestasi Belajar

Helmawati (2014:205) mengemukakan bahwa “ Prestasi belajar adalah hasil dari pembelajaran. Semua itu diperoleh dari evaluasi atau penilaian. Setiap orang akan memiliki hasil belajar atau prestasi yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Prestasi yang diperoleh dari hasil pembelajaran

setelah dinilai dan dievaluasi dapat saja rendah, sedang, ataupun tinggi”.

Dariyo (2013:121) mengemukakan bahwa prestasi belajar (achievement or perfomance) ialah hasil pencapaian yang diperoleh seorang pelajar (siswa) setelah mengikuti ujian dalam suatu pelajaran tertentu. Prestasi belajar diwujudkan dalam laporan nilai yang tercantum pada buku rapot (report book) atau kartu hasil studi (KHS). Hasil laporan belajar ini diberikan setiap tengah semester atau setiap tahu.

Menurut Hamdani (2014:138), prestasi pada dasarnya adalah hasil yang diperoleh dari suatu aktivitas. Adapun belajar pada dasarnya adalah hasil yang diperoleh dari suatu aktivitas. Adapun belajar pada dasarnya adalah suatu proses yang mengakibatkan perubahan dari dalam diri individu, yaitu perubahan tingkah laku. Dengan demikian prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dari dalam diri individu sebagai hasil aktivitas dalam belajar. Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap siswa yang meliputi faktor kognitif, afektif, dan psikomotorik

setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen yang relevan. Prestasi belajar adalah hasil


(41)

pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa pada periode tertentu.

Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah perubahan perilaku seseorang sebagai hasil dari pembelajaran dapat berupa kognitif, afektif dan psikomotorik yang dapat dikategorikan ke kategori sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Prestasi belajar bagian terpenting dari belajar. Prestasi belajar tinggi berarti menunjukkan keberhasilan pembelajaran.

2.1.2.3Ciri-Ciri Prestasi Belajar

Rachmawati dan Daryanto (2015:37-38) menyatakan bahwa ciri-ciri Prestasi belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam diri individu. Tetapi tidak semua perubahan tingkah laku adalah hasil belajar. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1) Perubahan yang disadari, artinya individu yang melakukan proses

pembelajaran menyadari bahwa pengetahuan, keterampilannya telah bertambah, ia lebih percaya terhadap dirinya, dan sebagainya.

2) Perubahan yang bersifat berkesinambungan, perubahan tingkah laku sebagai hasil pembelajaran akan berkesinambungan, artinya suatu perubahan yang telah terjadi menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku yang lain.


(42)

26

3) Perubahan yang bersifat fungsional, artinya perubahan yang telah diperoleh sebagai hasil pembelajaran memberikan manfaat bagi individu yang bersangkutan.

4) Perubahan yang bersifat positif, artinya terjadi adanya pertambahan perubahan dalam diri individu.

5) Perubahan yang diperoleh itu senantiasa bertambah sehingga berbeda dengan keadaan sebelumnya. orang yang belajar akan merasakan ada sesuatu yang lebih banyak, sesuatu yang lebih baik, sesuatu yang lebih luas dalam dirinya.

6) Perubahan yang bersifat aktif, artinya perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya akan tetapi melalui aktivitas individu. Perubahan yang terjadi karena kematangan, bukan hasil pembelajaran karena terjadi dengan sendirinya sesuai dengan tahapan-tahapan perkembangannya.

7) Perubahan yang bersifat permanen (menetap), artinya perubahan yang terjadi sebagai hasil pembelajaran akan berada secara kekal dalam diri individu untuk masa tertentu.

8) Perubahan yang bertujuan dan terarah, artinya perubahan itu terjadi karena ada sesuatu yang akan dicapai. Dalam proses pembelajaran semua aktivitas terarah kepada pencapaian suatu tujuan tertentu.

Pendapat ini diperkuat oleh Djamarah (2011:15-17) mengemukakan bahwa ada perubahan tertentu yang dimasukkan ke dalam ciri-ciri prestasi belajar meliputi :


(43)

1) Perubahan yang dilakukan secara sadar. Ini berarti individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.

2) Perubahan dalam belajar bersifat fungsional. Perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung terus menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses berikutnya.

3) Perubahan belajar bersifat positif dan aktif. Perubahan-perubahan itu selalu bertambah dan tertuju untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian, semakin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. 4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara. Perubahan yang

terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap. 5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah. Perubahan belajar

terarah pada pada tingkah laku yang benar-benar disadari.

6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri prestasi belajar meliputi: perubahan yang mengarah ke arah yang


(44)

28

positif. Ciri-ciri prestasi belajar berkaitan erat dengan belajar. Dengan demikian ciri-ciri prestasi belajar dapat digunakan untuk mengidentikasi belajar anak.

2.1.2.4Pengertian Pembelajaran

Penjabaran tentang konsep dasar pengertian pembelajaran tersebut menjelaskan bahwa fokus dari pengertian pembelajaran adalah bagaimana seorang guru mengorganisasi materi, siswa, dan lingkungan belajar agar siswa dapat belajar dengan optimal (Irham dan Wiyani, 2014:132)

Rachmati dan Daryanto (2015:121) mengemukakan bahwa Pembelajaran ialah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Rifa’i dan Anni (2012:159) menyatakan bahwa Pembelajaran merupakan proses komunikasi antara pendidik dengan peserta didik, atau antar peserta didik. Proses komunikasi dapat dilakukan secara verbal, dan dapat pula secara nonverbal seperti penggunaan media komputer dalam pembelajaran.

Hamdani (2014:71) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang baik serta upaya guru menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa yang


(45)

amat beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dan siswa serta antar siswa.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk membuat belajar terjadi dalam diri siswa yang melibatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang baik serta mendapat hasil belajar yang maksimal. Dengan demikian pembelajaran bagian terpenting belajar. Oleh karena itu pembelajaran menjadi penentu dari hasil belajar anak.

2.1.2.5Pembelajaran IPA

Rustaman (2010:1) menyatakan bahwa IPA atau sains merupakan suatu proses yang menghasilkan pengetahuan. Proses tersebut bergantung pada proses observasi yang cermat terhadap fenomena dan pada teori temuan untuk memaknai hasil observasi tersebut. Perubahan pengetahuan terjadi karena hasil observasi yang baru yang mungkin menentang teori sebelumnya.

Menurut Ahmad Susanto (2012:167) menyatakan bahwa Sains atau IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan. IPA merupakan cabang pengetahuan yang berawal dari fenomena alam. IPA didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan


(46)

30

ilmuwan yang dilakukan dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Merujuk pada pengertian IPA itu, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA meliputi empat unsur utama yaitu: Pertama, sikap: rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar, IPA bersifat open ended, Kedua, proses prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan, Ketiga, produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum; Keempat, aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.

Memahami pengertian dari beberapa ahli tersbut dapat disimpulkan bahwa pengertian IPA adalah usaha manusia untuk mengetahui alam melalui sebuah proses yang menghasilkan pengetahuan. Mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran pokok di sekolah dasar. Oleh karena itu IPA menjadi mata pelajaran yang perlu dikuasai oleh siswa. Mengacu pada pengertian pembelajaran IPA hakikat IPA dibagi menjadi 4 diantaranya : 1) IPA sebagai produk

IPA sebagai disiplin ilmu disebut produk IPA karena isinya merupakan kumpulan hasil kegiatan empirik dan kegiatan analitik yang dilakukan oleh para ilmuan selama berabad-abad. Bentuk IPA sebagai produk adalah fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori IPA. Jika ditelaah lebih lanjut, fakta-fakta merupakan hasil kegiatan empirik


(47)

dalam IPA, sedangkan konsep, prinsip, hukum, dan teori-teori dalam IPA merupakan hasil kegiatan analitik.

2) IPA sebagai proses

Memahami IPA bukan hanya memahami fakta-fakta dalam IPA. Memahami IPA berarti juga memahami proses IPA yaitu memahami bagaimana mengumpulkan fakta dan memahami bagaimana menghubungkan fakta untuk menginterpretasikannya. Para ilmuan mempergunakan berbagai prosedur empirik dan prosedur analitik dalam usaha untuk memahami alam semesta ini. Prosedur-prosedur tersebut disebut proses ilmiah atau proses sains. Keterampilan proses IPA disebut juga keterampilan belajar seumur hidup. Sebab keterampilan ini dapat juga dipakai di bidang lain dalam kehidupan sehari-hari. Keterampilan proses IPA adalah keterampilan yang dilakukan oleh para ilmuan, di antaranya adalah: Mengamati, mengukur, menarik kesimpulan, mengendalikan variabel, merumuskan hipotesa, membuat grafik, membuat table data, membuat definisi operasional, dan melakukan eksperimen.

3) IPA sebagai sikap ilmiah

Sikap yang dimaksud antara lain: 1) obyektif terhadap fakta, 2) tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan bila belum cukup data yang mendukung, 3) berhati terbuka, 4) tidak mencampuradukan fakta dengan pendapat, 5) bersifat hati-hati, dan 6) ingin menyelidiki.


(48)

32

4) IPA sebagai teknologi

Konsep ilmu pengetahuan alam sebagai dasar pengembangan teknologi berawal dari sebuah keingintahuan mengenai sesuatu yang belum diketahui oleh manusia. Keingintahuan tersebut mendorong seseorang untuk mencari prinsip atau teori yang diperoleh melalui percobaan. Pengkajian ini bertujuan untuk memenuhi penjelasan dari objek (benda dan energi) dan peristiwa alam. Para ilmuwan menempatkan ilmu pengetahuan alam dasar sebagai ilmu dasar bagi ilmu terapan dan teknologi.

2.1.2.6Ruang Lingkup IPA

Ruang lingkup IPA dari SD, SMP, dan SMA pada dasarnya sama. Pembedanya yaitu terletak pada penjabaran yang ditekankan, kedalaman, dan keluasaan ruang lingkup itu disesuaikan dengan tingkat sekolah. Perwujudan selanjutnya adalah pada masing-masing Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang ada. Rumusan SK-KD sesungguhnya secara implisit telah menampilkan ruang lingkup materi apa yang hendak dibelajarkan dan ranah belajar mana yang hendak dibelajarkan. Ruang lingkup meliputi lima substansi kajian, sedangkan materi belajar merupakan jabaran dari ruang lingkup yang secara implisit termuat dalam rumusan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Berikut pemetaan ruang lingkup dan materi belajar IPA SD/MI:


(49)

Tabel II.1

Pemetaan Ruang Lingkup Bahan Kajian untuk IPA SD/MI

No. Ruang lingkup Aspek

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan

1. Manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan.

2. Benda/Materi, sifat-sifat, dan kegunaannya

1. cair, padat, dan gas

3. Energi dan perubahannya

1. gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana.

4. Bumi dan alam semesta 1. tanah, bumi, tata susya, dan benda-benda langit lainnya.

5. Sains, Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat (Salingtemas)

1. Penerapan konsep IPA dan saling keterkaitan dengan lingkungan, teknologi dan masyarakat melalui pembuatan suatu karya teknologi sederha termasuk merancang dan membuat.

Sumber: BSNP (2006:162)

Dalam penelitian ini, peneliti menfokuskan pada ruang lingkup Energi dan perubahannya dengan aspek pesawat sederhana. Instrumen Penelitian yang digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa pada ranah kognitif C1 (pengetahuan), C2 (pemahaman), dan C3 (aplikasi) siswa kelas V semester 2 mata pelajaran IPA dalam KD 5.2 Menjelaskan


(50)

34

pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat.

2.1.2.7Tujuan Mata Pelajaran IPA

BSNP (2006:162) memuat tujuan mata pelajaran IPA di SD/MI agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA

yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTS.

2.1.2.8Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar IPA

Prestasi belajar pada diri anak dipengaruhi oleh berbagai faktor. Hamdani (2011: 139-145) mengemukakan bahwa pada dasarnya


(51)

faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern). 1) Faktor Internal

Faktor intern adalah faktor yang berasal dari siswa. Faktor ini antara lain sebagai berikut:

a. Kecerdasan (Inteligensi)

Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya inteligensi yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya.

b. Faktor jasmaniah atau faktor fisiologis

Kondisi jasmaniah atau fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seorang.

c. Sikap

Sikap yaitu kecenderungan untuk mereaksi terhadap suatu hal, orang, atau benda dengan suka, tidak suka, atau acuh tak acuh. Sikap seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, kebiasaan, dan keyakinan. Dalam diri siswa harus ada sikap yang positif (menerima) kepada sesama siswa atau kepada gurunya. Sikap positif ini akan menggerakkannya untuk belajar. Adapun siswa yang sikapnya negatif (menolak) kepada sesama siswa atau gurunya tidak akan mempunyai kemauan untuk belajar.


(52)

36

d. Minat

Minat memiliki pengaruh yang besar terhadap pembelajaran. Jika menyukai suatu mata pelajaran, siswa akan belajar dengan senang hati tanpa rasa beban. Minat belajar yang dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. Untuk menambah minat seseorang siswa di dalam menerima pelajaran di sekolah, siswa diharapkan dapat mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri. Minat yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu, akan terus berusaha untuk melakukan sehingga apa yang diingankannya dapat tercapai.

e. Bakat

Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Setiap orang memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Tumbuhnya keahlian tertentu pada seseorang sangat ditentukan oleh bakat yang dimilikinya. Bakat memengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu. Dalam proses belajar, terutama belajar keterampilan, bakat memegang


(53)

peranan penting dalam mencapai suatu hasil akan prestasi yang baik.

f. Motivasi

Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar kesuksesan belajarnya. Kuat lemahnya motivasi belajar turut memengaruhi keberhasilan belajar. Oleh karena itu, motivasi belajar perlu diusahakan, terutama yang berasal dari dalam diri dengan cara memikirkan masa depan yang penuh tantangan dan harus dihadapi untuk mencapai cita-cita.

2) Faktor eksternal

Faktor eksternal terdiri atas dua macam, yaitu lingkungan sosial dan lingkungan non sosial. Yang termasuk dalam lingkungan sosial adalah guru, kepala sekolah, staf administrasi, teman-teman sekelas, rumah tempat tinggal siswa, alat-alat belajar, dan lain-lain. Adapun yang termasuk dalam lingkungan non sosial adalah gedung sekolah, tempat tinggal, dan waktu belajar. Pengaruh lingkungan apada umumnya bersifat positif dan tidak memberikan paksaan kepada individu. Menurut Slameto (dalam Hamdani, 2011: 143), faktor

ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah keadaan keluarga, keadaan sekolah, dan lingkungan masyarakat.


(54)

38

Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Ada rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang terdorong untuk belajar secara aktif karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar. Oleh karena itu, orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga. Adapun sekolah merupakan pendidikan lanjutan. Peralihan pendidikan informal ke lembaga-lembaga formal memerlukan kerja sama yang baik antara orang tua dan guru sebagai pendidik dalam usaha meningkatkan prestasi belajar siswa. Perlunya kerja sama yang perlu ditingkatkan, ketika orang tua harus menaruh perhatian yang serius tentang cara belajar siswa di rumah.

b. Keadaan sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa. Oleh karena itu, lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong siswa untuk belajar lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran, dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa yang kurang baik akan mempengaruhi hasil belajarnya.


(55)

Selain orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dalam proses pelaksanaan pendidikan. Lingkungan alam sekitar sangat berpengaruh terhadap perkembangan pribadi siswa sebab kehidupan sehari-hari siswa akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan tempat ia berada. Lingkungan dapat membentuk kepribadian anak karena dalam pergaulan sehari-hari, seorag anak akan selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya. Oleh karena itu, apabila seorang siswa bertempat tinggal di lingkungan teman yang rajin belajar, kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya sehingga ia akan turut belajar sebagaimana temannya.

Rifa’i dan Anni (2012:80-81) mengemukan bahwa faktor-faktor yang memberikan kontribusi terhadap proses dan Prestasi belajar adalah :

1) Kondisi internal

a) Kesehatan organ tubuh

b) Kondisi psikis seperti kemampuan intelektual, emosional, dan kondisi sosial

2) Kondisi eksternal

a) Variasi dan tingkat kesulitan materi belajar yang (stimulus) yang dipelajari (direspon).

b) Tempat belajar. c) Iklim.


(56)

40

d) Suasana lingkungan.

e) Budaya belajar masyarakat akan memepengaruhi kesiapan, proses, dan hasil belajar.

Sugiyono dan Haryanto (dalam Irham dan Wiyani, 2014:119) menyatakan bahwa faktor-faktor yang menjadi komponen dalam proses belajar sebagai berikut:

1) Kesiapan siswa, artinya agar proses belajar berhasil maka siswa perlu memiliki kesiapan, baik fisik maupun psikis serta kematangan untuk melakukan aktivitas-aktivias belajar.

2) Kemampuan interprestasi siswa, artinya siswa mampu membuat hubungan-hubungan di antara beberapa kondisi belajar, materi belajar dengan pengetahuan siswa, serta kemungkinan-kemungkinan.

3) Faktor lingkungan masyarakat dan budayanya. Faktor-faktor dari lingkungan masyarakat yang dapat mempengaruhi proses belajar siswa, antara lain jenis kegiatan yang diikuti siswa di masyarakat.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar terbagi menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu meliputi: kesehatan organ tubuh, kondisi psikis, ketekunan, kesiapan siswa, dan kemampuan interprestasi siswa. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu meliputi: variasi dan tingkat kesulitan materi belajar yang (stimulus) yang dipelajari (direspon), tempat belajar, iklim, suasana


(57)

lingkungan, budaya belajar masyarakat akan mempengaruhi kesiapan, proses, dan hasil belajar, motivasi dan perhatian. Dengan demikian kedua faktor tersebut sangat mempengaruhi hasil belajar seseorang. Oleh karena itu kedua faktor tersebut harus saling mendukung dalam belajar anak.

2.2

KAJIAN EMPIRIS

Penelitian terdapat penelitian-penelitian untuk memperkuat penelitian ini. Beberapa penelitian yang mendukung penelitian ini meliputi :

1) Penelitian yang dilakukan oleh Rikani Astuti dan Djiha Hisyam yang

berjudul “Hubungan Kemandirian Belajar dan Perhatian Orang Tua dengan Prestasi Belajar”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

hubungan kemandirian belajar dan perhatian orang tua dengan prestasi belajar. Penelitian ini bersifat kuantitatif karena dimaksudkan untuk mengetahui hubungan kemandirian belajar dan perhatian orang tua dengan prestasi belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1) terdapat hubungan positif dan signifikan antara kemandirian belajar dengan prestasi belajar yang ditunjukkan dengan koefisien korelasi sebesar 0,492, 2) terdapat hubungan positif dan signifikan antara perhatian orang tua dengan prestasi yang ditunjukkan koefisien korelasi sebesar 0,737, 3) terdapat hubungan positif dan signifikan antara kemandirian belajar dan perhatian orang tua secara bersama-bersama dengan prestasi belajar yang ditunjukkan dengan koefisien korelasi ganda sebesar 0,742.


(58)

42

2) Penelitian yang dilakukan oleh T. Jumaisyaroh, dkk yang berjudul

“Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP melalui Pembelajaran Berbasis Masalah”. Tujuan penelitian adalah mengetahui: (1) perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah dengan siswa yang diberi pembelajaran langsung; (2) interaksi pembelajaran dengan kemampuan awal matematika terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa;(3) perbedaan peningkatan kemandirian belajar siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah dengan siswa yang diberi pembelajaran langsung. Penelitian dilakukan terhadap siswa kelas VIII SMP Swasta Ar-rahman Percut.Hasil penelitian adalah: (1) peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi daripada yang diberi pembelajaran langsung; (2) tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal matematika terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis; (3) peningkatan kemandirian belajar siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi daripada yang diberi pembelajaran langsung.

3) Penelitian yang dilakukan oleh Endar Aditria Kurniawan, dkk dari

Universitas Muhammadyah Purworejo yang berjudul “Pengaruh

Kemandirian Belajar dan Sikap Ilmiah dalam Metode Eksperimen Berbasis Verifikasi terhadap Hasil Belajar IPA Fisika Siswa Kelas VII Semester Genap SMP N 2 Wonosobo Tahun Pelajaran 2012/2013”.


(59)

Penelitian ini guna mengungkap tentang, (1) pengaruh kemandirian belajar dalam metode eksperimen berbasis verifikasi terhadap hasil belajar IPA Fisika kelas VII semester genap SMP N 2 Wonosobo, (2) pengaruh sikap ilmiah dalam metode eksperimen berbasis verifikasi terhadap hasil belajar IPA Fisika kelas VII semester genap SMP N 2 Wonosobo, (3) pengaruh kemandirian belajar dan sikap ilmiah dalam metode eksperimen berbasis verifikasi terhadap hasil belajar IPA Fisika kelas VII semester genap SMP N 2 Wonosobo. Sampelnya adalah 33 siswa dari kelas VII E. Hasil peneitian ini disimpulkan bahwa ada pengaruh kemandirian belajar dalam metode eksperimen berbasis verifikasi terhadap hasil belajar IPA Fisika kelas VII semester genap SMP N 2 Wonosobo dan memberikan sumbangan mandiri sebesar 47,0%, ada pengaruh sikap ilmiah dalam metode eksperimen berbasis verifikasi terhadap hasil belajar IPA Fisika kelas VII semester genap SMP N 2 Wonosobo dan memberikan sumbangan mandiri sebesar 59,9%, ada pengaruh kemandirian belajar dan sikap ilmiah dalam metode eksperimen berbasis verifikasi terhadap hasil belajar IPA Fisika kelas VII semester genap SMP N 2 Wonosobo secara bersama-sama dan memberikan sumbangan mandiri sebesar 62,3%.

4) Penelitian yang lain dilakukan oleh Huri Suhendri dengan judul

“Pengaruh Kecerdasan Matematis Logis dan Kemandirian Belajar terhadap Hasil Belajar Matematika”. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data empiris dan menganalisis pengaruh kecerdasan


(60)

44

matematis logis, dan belajar mandiri dari hasil belajar matematika. Variabel terdiri dari: kecerdasan matematika logis independen variabel dan belajar mandiri, variabel dependen adalah hasil dari pembelajaran matematika. Penelitian ini dilakukan di kelas X SMK di Jakarta Selatan kota kabupaten Jagakarsa. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dengan analisis korelasi. sampel berjumlah 120 siswa. Berdasarkan pengujian hipotesis untuk kesimpulan: (1) Ada yang signifikan efek positif kecerdasan matematis logis pada hasil belajar matematika, dimana nilai koefisien korelasi sederhana adalah positif, signifikan korelasi dengan uji Sig. <0,05, dan menguji koefisien regresi dengan Sig. <0,05. (2) Tidak ada pengaruh positif yang signifikan terhadap hasil belajar mandiri untuk belajar matematika. Dimana nilai koefisien korelasi sederhana adalah positif, signifikan korelasi dengan uji Sig. <0,05, dan menguji koefisien regresi dengan Sig. > 0,05. (3) Ada pengaruh positif yang signifikan kecerdasan matematika-logis dan kemandirian belajar pada matematika hasil belajar. Dimana nilai beberapa koefisien korelasi positif, hubungan yang signifikan dengan uji Sig. <0,05, dan menguji koefisien regresi dengan Sig. <0,05. Model regresi bebas dari multikolinieritas atau tidak ada hubungan antara variabel independen.

5) Penelitian yang dilakukan Wisma Arora dengan judul “Hubungan antara Perlakuan Orang Tua dengan Kemandirian Siswa dalam Belajar”. Independensi belajar adalah proses pemindahan kekuasaan dari individu


(61)

yang belajar untuk memindahkan potensi dirinya dalam penelitian tanpa tekanan atau pengaruh asing dari di luar. Faktor eksternal yang mempengaruhi kemandirian anak adalah budaya dan orang tua pada anak-anak. Bahkan di sekolah siswa yang pasif dalam belajar dan siswa tidak mampu melakukan tugas-tugas mereka sendiri ditugaskan oleh guru, karena orang tua tidak memberikan perawatan yang tepat untuk anak-anak, terutama dalam revisi di rumah. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana hubungan dengan pengobatan diri dari orang tua dengan kemandirian siswa dalam belajar di SMA N 1 Lembah Gumanti, Kabupaten Solok. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jenis korelasi. Populasi penelitian adalah siswa kelas XI dan XII SMA N 1 Lembah Gumanti, Kabupaten Solok.

6) Penelitian yang dilakukan oleh Pratistya Nor Aini dan Abdullah Taman

dengan judul “Pengaruh Kemandirian Belajar dan Lingkungan Belajar Siswa terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Sewon Bantul Tahun Ajaran 2010/2011”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh Kemandirian Belajar terhadap prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Sewon Bantul tahun ajaran 2010/2011, (2) pengaruh lingkungan belajar siswa terhadap prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Sewon Bantul tahun ajaran 2010/2011, (3) pengaruh kemandirian belajar dan lingkungan belajar siswa secara bersama-sama terhadap prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Sewon


(62)

46

Bantul tahun ajaran 2010/2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan kemandirian belajar terhadap prestasi belajar akuntansi.

7) Penelitian yang dilakukan oleh Ridaul Inayah, dkk yang berjudul

“Pengaruh Kompetensi Guru, Motivasi Belajar Siswa, dan Faktor Belajar

terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas XI IPS

SMA Negeri 1 Lasem Jawa Tengah Tahun Pelajaran 2011/2012”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh langsung positif 8) Penelitian yang dilakukan oleh Marian Sinika dan Aurelia Traistaru

dengan judul “Self-Directed Learning In Economic Education”.

Penelitian ini termasuk dalam pedagogi berorientasi ekonomi dan bertujuan untuk membuat klasifikasi fitur khusus untuk belajar mandiri di bidang ekonomi. Metode yang digunakan adalah meta analisis, argumentatif, logis, psikologis, pendidikan dan ekonomi. Dapat disimpulkan bahwa belajar mandiri dalam pendidikan ekonomi adalah proses di mana inisiatif milik individu yang mampu menentukan kebutuhan belajar mereka sendiri, mengidentifikasi baik keterampilan yang tersedia dan yang mereka harus memiliki dan yang diperlukan oleh situasi, memahami motivasi mereka sendiri dan emosional. Mekanisme dan disengaja pada strategi untuk mendukung tujuan dikejar. belajar mandiri secara ketat berorientasi pada peserta didik: ia membuat itu dengan inisiatif sendiri; waktu yang digunakan untuk pembelajaran yang fleksibel dan jadwal adalah variabel; otonomi sangat penting dalam


(63)

menstabilkan tujuan belajar mandiri; tematik. Isi biasanya dipilih secara bebas (keputusan milik orang yang belajar); hasil belajar yang didirikan oleh self-assessment. Jadi, unsur penting adalah akuntabilitas

9) Penelitian yang dilakukan oleh W. Monty Jones yang berjudul “How teachers learn: the roles of formal, informal, and independent learning”.

Sementara penelitian tentang formal, informal dan mandiri pembelajaran guru ada, dengan teknologi sering disebutkan sebagai potensi dukungan untuk masing-masing dari tiga mode ini, ini pendekatan belum dianggap bersama-sama sebagai bagian saling bergantung dari sistem holistik yang sama untuk belajar guru atau memiliki teknologi cara mungkin merajut mode pembelajaran guru bersama-sama telah membayangkan sebagai bagian dari sistem itu.

10) Penelitian yang dilakukan Dua O. Maani yang berjudul “Exploring Creative Design: Concepts and Definitions”. Desain sebagai tindakan yang berkaitan dengan memproduksi jawaban/solusi dipandang sebagai proses kreatif di mana solusinya adalah dibangun dengan mengembangkan dan menyempurnakan kedua masalah dan ide-ide bersama-sama, dan sesuai, mentransfer desain dari menjadi desain rutin untuk satu non rutin. Dalam hal ini, desain tidak terbatas pada hasil akhir tetapi juga menyangkut bagaimana hasilnya tercapai. Kita dapat mengatakan, oleh karena itu, desain yang tidak hanya tindakan merancang atau desain produk-mewakili kedua kondisi, dan bagaimana mereka dikandung. Namun, salah satu masalah utama dengan kreativitas


(64)

48

adalah definisinya, yang telah dikembangkan dan berkembang selama beberapa dekade. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dari kreativitas, selain menunjukkan perannya sebagai komponen alami dari proses desain agar untukmeningkatkan kemampuan desain

2.3

KERANGKA BERFIKIR

Menurut Sugiono (2010: 92) menyatakan bahwa: Kerangka berfikir merupakan sintesa tentang hubungan antara variabel yang disusun dari berbagai teori yang dideskripsikan. Berbagai teori-teori yang telah dideskripsikan tersebut, selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa tentang pengaruh antara variabel yang diteliti. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah kemandirian belajar di sekolah dan prestasi belajar IPA.

Prestasi belajar merupakan sesuatu yang ditunggu tidak hanya untuk siswa, melainkan guru, orang tua dan pemerintah. Prestasi belajar menjadi variabel yang penring dalam dalam sebuah pendidikan. Prestasi belajar adalah perubahan perilaku seseorang sebagai hasil dari pembelajaran dapat berupa kognitif, afektif dan psikomotorik yang dapat dikategorikan ke kategori rendah, sedang, dan tinggi. Prestasi belajar bagian terpenting dari belajar. Prestasi belajar tinggi berarti menjukkan keberhasilan pembelajaran. Prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor yang akan menentukan kategori dari prestasi belajar siswa.


(65)

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor meliputi : faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa meliputi : motivasi, sikap, minat, kemandirian belajar, dan lain-lain. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar siswa meliputi : lingkungan, budaya, guru, sekolah dan lain-lain. Salah satu faktor internal yang sangat berpengaruh pada prestasi belajar yaitu kemandiriran belajar.

Kemandirian belajar adalah kemampuan untuk mengendalikan, mengatur serta mengembangkan potensi yang dimilikinya secara mandiri, penuh tanggung jawab, dan tanpa bantuan orang lain agar dapat belajar secara mandiri. Kemandirian membuat anak memiliki kesadaran untuk belajar, penuh kesungguhan, belajar tanpa ada rangsangan dari orang lain. Dengan kemandirian belajar siswa dapat bertanggung jawab atas dirinya sendiri dalam belajar. Kemandirian setiap siswa berbeda-beda. Kemandirian berlaku pada semua tingkatan. Setiap siswa perlu mengembangkan kemandiriannya sesuai dengan kapasitas dan tahapan perkembangannya. Perkemabangan kemandirian menyebabkan adanya perbedaan karakteristik dan tingkatan kemandirian.

Perbedaan kaarakteristik dan tingkatan kemandirian siswa disesuaikan dengan perkembangan masing-masing siswa. Siswa yang tingkat kemandiriannya tinggi memiliki peluang lebih baik untuk mencapai prestasi yang lebih baik. Sebaliknya siswa yang tingkat kemandiriannya rendah juga peluang untuk mencapai prestasi belajar lebih kecil. Semakin tinggi


(66)

50

kemandirian siswa akan semakin tinggi pula prestasi belajarnya. Oleh karena itu kemandirian belajar sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa.

Prestasi belajar muncul dari dalam diri siswa sendiri yang dipengaruhi oleh kemandirian yang dimilikinya. Oleh karena itu kemandirian dapat mendorong siswa untuk mendapat prestasi belajar yang tinggi. Kemandirian belajar menjadi unsur yang paling mendasari proses pembentukan pribadi siswa sehingga siswa akan menerima pelajaran yang diberikan oleh guru tidak merasa beban. Dengan demikian, materi yang disampaikan guru akan lebih mudah diserap oleh siswa dan dipahami.

Gambar II.1 Kerangka Berfikir

Pengaruh Kemandirian Belajar di Sekolah terhadap Prestasi Belajar IPA Kelas V SDN Gugus Ki Hajar Dewantara

Kecamatan Tugu Kota Semarang

Kemandirian Belajar di Sekolah

Prestasi Belajar

Keadaan awal

Tes prestasi belajar IPA rendah

Keadaan awal

Kemandirian Belajar di Sekolah rendah meliputi tanggung jawab, inisiatif, mencontek, tidak mengerjakan tugas.

Terdapat atau Tidaknya Pengaruh Kemandirian Belajar di Sekolah terhadap Prestasi Belajar IPA Kelas VSDN Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Tugu Kota Semarang.


(67)

2.4

HIPOTESIS

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap suatu rumusan masalah dan penelitian yang merumuskan hipotesis merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiono (2015: 96) bahwa : “Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pernyataan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta yang empiris yang diperoleh dari pengumpulan data.

Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1) Hipotesis Nol (Ho): Tidak terdapat pengaruh antara kemandirian belajar di sekolah terhadap prestasi belajar IPA Kelas V SDN Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Tugu Kota Semarang.

2) Hipotesis Alternatif (Ha): Terdapat pengaruh antara kemandirian belajar di sekolah terhadap prestasi belajar IPA Kelas V SDN Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Tugu Kota Semarang.


(68)

52

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1

JENIS, DAN DESAIN PENELITIAN

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif karena data yang di dapat berhubungan dengan angka yang memungkinkan digunakan tehnik analisis statistik. Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional.

Arikunto (2010:313) mengemukakan bahwa “korelasi bertujuan untuk

menemukan ada tidaknya hubungan dan apabila ada, berapa eratnya

hubungan serta berarti atau tidak hubungan itu”.

Desain penelitian korelasional menggunakan penelitian hubungan (bivariat). Penelitian korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel yang berbeda dalam waktu yang bersamaan (bivariat). Desain penelitian hubungan ini cukup sederhana, hanya mengumpulkan skor dua variabel dengan subyek yang sama dan kemudian menghitung koefisien korelasinya.

3.2

PROSEDUR PENELITIAN

Penelitian korelasional (hubungan) merupakan penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2009: 30) proses penelitian kuantitatif sebagai berikut:

1) Rumusan masalah

Setiap penelitian dimulai dari masalah, masalah yang ditemukan oleh peneliti harus sudah jelas. Agar penelitian dapat dilaksanakan


(1)

(2)

xlvi


(3)

(4)

xlviii

xlviii Lampiran 34 Dokumentasi


(5)

(6)

l