BAB IV PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR KABUPATEN SIDRAP - DOCRPIJM 1480570027BAB IV

BAB IV PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR KABUPATEN SIDRAP

1.1. ANALISIS PENGEMBANGAN PERUMAHAN PERMUKIMAN

  Perumahan dan permukiman selain merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia juga mempunyai fungsi yang sangat strategis dalam perannya sebagai pusat pendidikan keluarga, persemaian budaya dan peningkatan kualitas generasi yang akan datang serta merupakan pengejawantahan jati diri. Terwujudnya kesejahteraan rakyat dapat di tandai dengan meningkatnya kualitas kehidupan yang layak dan bermatabat, antara lain melalui pemenuhan kebutuhan dasar. Dengan demikian upaya pembangunan perumahan dan permukiman diarahkan sebagai salah satu sektor prioritas dalam pembangunan manusia indonesia seutuhnya.

  Pengembangan perumahan dan permukiman tidak terlepas dari dinamika yang terjadi dalam kehidupan masyarakat maupun kebijakan pemerintah dalam mengelola penyelenggaraan perumahan dan permukiman. Hal tersebut menjadi salah satu pokok permasalahan untuk menginterpretasikan kebijakan pembangunan perumahan dan permukiman sehingga diperlukan rumusan kebijakan dan strategi pengembangan yang lebih mengakar dimasyarakat ddan dapat di implementasikan oleh semua pihak.

  1.1.1. Kondisi Umum

  1.1.1.1. Gambaran Umum Perkembangan kawasan permukiman dapat ditandai dengan bertambahnya jumlah unit rumah atau meningkatnya luas lahan permukiman. Hal tersebut dapat terjadi akibat tumbuhnya permukiman secara individu maupun perumahan yang terencana dan berskala besar yang mengakibatkan berubahnya fungsi lahan secara mendasar. Penyediaan perumahan secara terencana biasanya dilengkapi dengan sarana dan prasarana lingkungan dan serta memiliki estetika lingkungan yang lebih tertata. Akan tetapi pada kawasan permukiman yang tumbuh secara individu (alamiah) menempati lahan secara tidak teratur dan tidak dilengkapi dengan penyediaan sarana dan prasarana lingkungan.

  Proses peretumbuhan permukiman terssebut merupakan bagian yang sulit untuk dihindari, demikian halnya dalam perkembangan Kabupaten Sidenreng Rappang mengalami permasalahan permukiman baik dalam upaya penataan maupun penyediaan lahan dan fasilitas pendukungnya. Sejauh ini intensitas perkembangan kawasan permukiman di Kabupaten Sidenreng Rappang terus mengalami peningkatan sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduknya, hal tersebut dapat ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah rumah ddan lahan peruntukan permukiman

  Pertambahan jumlah rumah ataupun peningkatan lahan permukiman perkotaan merupakan akibat dari perkembangan jumlah penduduk dan pembentukan kota secara makro baik yang terencana maupun tebentuk dengan sendirinya. Perkembangan kawasan permukiman Kabupaten Sidenreng Rappang mengalami proses tersebut yang dilandasi oleh beberapa hal mendasar yaitu : (1) Kecenderungan penduduk untuk tinggal secara berkelompok, (2) Dekat dengan pelayanan sarana dan prasarana, (3) Tinggal di sekitar lingkungan kerja.

  Hal tersebut secara tidak langsung akan membentuk pola-pola permukiman yang tersusun di Kabupaten Sidrap. Pola-ppola permukiman yang terbentuk antara lain: Pola Grid, Pola Linier dan Pola Menyebar. Masing-masing pola memiliki karakteristik sosial masyarakat dan orientasi kegiatan perekonomian masyarakat.

  Pada awalnya Kabupaten Sidrap terbentuk pola permukiman yang llinier yaitu mengikuti pola jalan utama yang ada. Pola linier terbentuk dengan pertimbangan eksesibilitas dan kemudahan pelayanan fasilitas, pola ini terbentuk pada jalur-jalur utama dan jalan yang menghubungkan ke daerah hinterland. Kemudian pada pusat kabupaten mengalami perkembangan yang cukup pesat dan membentuk kelompok permukiman skala besar (urban). Dengan pertimbangan nilai ekonomis lahan dan pemanfaatan lahan yang seefisien mungkin, sehingga terbentuk pola grid atau penyebaran bangunan yang hampir merata pada seluruh bagian pusat kota, pola ini terdapat pada pusat aktifitas kota (kawasan perdagangan).

  Sedangkan pada daerah pinggiran kota (phery-phery) memiliki kecenderungan pembentukan pola permukiman yang menyebar dan membentuk kelompok-kelompok permukiman kecil. Hal ini terbentuk dengan pertimbangan nilai ekonomis lahan dan kecenderungan masyarakat untuk tinggal dekat dengan lingkungan kerja (sektor pertanian). Perkembangan pola permukiman pada daerah pinggiran relatif rendah. Hal ini dipengaruhi oleh produktifitas dan orientasi mata pencaharian masyarakat tertumpu pada lahan pertanian, sehingga kecenderungan masyarakat untuk bertempat tinggal pada kelompok permukiman yang ada, atau dengan kata lain proporsi pertambahan jumlah rumah tidak seimbang dengan perkembangan lahan peremukiman.

  Kawasan permukiman di Kabupaten Sidrap memiliki ciri dan karakteristik tertentu pada masing-masing bagian kota. Kondisi dan karakteristik lingkungan permukiman di Kabupaten Sidrap di uraikan berdasarkan karakteristik pada masing-masing kawasan yang terbagi atas permukiman pada kawasan pusat kota, permukiman pada kawasan transisi, dan kawasan permukiman pada kawasan phery-phery (pinggiran).

  a. Permukiman Pada Kawasan Pusat Kota Aktifitas di Kabupaten Sidrap berorientasi pada kegiatan perdagangan dan pelayanan jasa, sehinga lahan yang ada dioptimalkan untuk bernilai ekonomis. Dengan demikian sebagian besar permukiman memiliki fungsi ganda yaitu sebagai tempat bermukim dan kegiatan usaha (ruko). Sulitnya mendapatkan lahan permukiman pada pusat kota di Kabupaten Sidrap mengakibatkan kurangnya estetika dalam pemanfaatann lahan permukimanseperti bangunan pada bantaran sungai, proporsi lahan terbangun dan lahan terbuka tidak seimbang, tidak pada jaringan jalan, sempadan tidak diperhatikan dan lain sebagainya.

  Aktifitas pada kawasan ini biasanya memiliki tingkat kepadatan yang cukup tinggi dibanding kawasan lainnya. Aktifitas pada pusat kota terdiri dari kegiatan perdagangan dan pelayanan sosial, dengan demikian lahan peruntukan permukiman relatif kecil dan memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Model kapling permukiman yang terbentuk relatif kecil hingga sedang, estetika dan proporsi lahan tidak lagi menjadi pertimbangan dalam pembangunan rumah, akan tetapi lebih mengarah pada peningkatan nilai ekonomis dan peruntukan kegiatn usaha.

  b. Permukiman Pada Kawasan Transisi Pada kawasan transisi diarahkan pengembangannya untuk permukman dengan lahan yang cukup proporsis, sehingga pembangunan perumahan padakawasan permukiman ini sangat memungkinkan dilakukan penataan lebih awal. Sebagian besar permukiman pada kawasan ini merupakan bangunan permanen dan semi permanen.

  Kondisi permukiman sudah tertata dengan perbandingan lahan terbangun dan lahan terbuka yang lebih proporsi, sehingga estetika dan pengaturan sempadan nampak dari pengaturan dan perletakan bangunan. Sejalan dengan hal tersebut pengembangan perumahan dan permukiman pada kawasan ini diarahkan untuk lebih tertata dengan pertimbangan standar layak huni dan lebih manusiawi untuk melakukan aktifitas sehari- hari.

  c. Permukiman Pada Kawasan Phery-phery (Pinggiran) Permukiman pada kawasan Phery-phery di Kabupaten Sidrap merupakan permukiman yang sebagian yang sebagian besar penduduknya berorientasi pada kegiatan pertanian. Umumnya, permukiman penduduk masih temporer dengan konstruksi kayu, model kapling cukup luas dan dimanfaatkan untuk apotik hidup.

  Pertimbangan utama masyarakat untuk tinggal pada kawasan ini antara lain: Dekat dengan tempat kerja dan nilai ekonomis lahan relatif murah dibanding pada kawasan pusat kota. Lahan pengembangan perumahan dan permukiman pada kawasan ini cukup lua sehingga dapat diarahkan untuk permukiman yang berwawasan lingkungan.

  1.1.1.2. Prasarana dan Sarana Dasar Permukiman Kondisi prasarana dan sarana permukiman secara kuantitas menyebar baik diperkotaan maupun di daerah pedesaan seperti peningkatan kualitas llingkungan perumahan kota, pembangunan infrastruktur pedesaan seperti peningkatan jalan / jembatan desa, penyediaan air bersih dan sanitasi serta fasilitas umum lainnya.

  Ditinjau dari tingkat penyediaan PSD masih menunjukkan adanya indikator keterbatasan berkaitan dengan tingkat kebutuhan pelayanan kepada masyarakat terutama di daerah pedesaan.

  1.1.1.3. Parameter Teknis Wilayah Program / kegiatan pembangunan permukiman berdasarkan tingkat permasalahan sosial ekonomi masyarakat baik perkotaan maupun di perdesaan seperti peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan/nelayan, pembangunan infrastruktur pedesaan, yang lebih baik diprioritaskan pada desa-desa tertinggal dan pengembangan wilayah kecamatan terisolir.

  Prosedur standar yang digunakan berdasarkan buku petunjuk oleh Departemen Pekerjaan Umum dan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri no.13 dan no.59 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah).

  1.1.1.4. Aspek Pendanaan Sumber dana yang digunakan dalam rangka pengembangan permukiman adalah

  APBD Kabupaten, APBD Propinsi, APBN dan Swadaya masyarakat, sumber dana APBN selama ini membiayai program/kegiatan peningkatan kualitas permukiman perkotaan kumuh/NUSSP dan kawasan yang memiliki fungsi dominan seperti kawasan wisata dan budaya dengan dana pendamping atau sharing APBD Kabupaten.

  1.1.1.5. Aspek Kelembagaan Penyelenggaraan pembangunan permukiman dilaksanakan oleh Dinas Tata

  Ruang dan Permukiman Kabupaten Sidrap dengan koordinasi dengan instansi terkait lainnya antara lain Bappeda, Camat, Kepala Desa / Lurah dan sebagainya. Unsur pelaksana adalah OMS (BKM, LKMD, DPP) dan Unsur masyarakat lainnya.

  1.1.2. Sasaran Sasaran yang dicapai dalam pembangunan permukiman dari tahun 2005 sampai memasuki tahun 2008 adalah:

   Peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan 11 Desa/Kelurahan.  Pembangunan infrastruktur pedesaan tahun 2005, 2006, dan 2008 diarahkan kepada desa-desa tertinggal dalam rangka pengentasan kemiskinan dan meningkatkan aksebilitas masyarakat, sassaran yang dicapai adalah di 11 kecamatan, sumber dana APBN.

  1.1.3. Permasalahan Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Kabupaten Sidrap

  Masalah permukiman terkait dengan dinamika perkembangan kota dan wilayah, serta konflik di dalam kehidupan bermasyarakat. Permasalahan pembangunan permukiman di kabupaten Sidrap adalah meliputi berbagai aspek seperti kelembagaan, aspek pendanaan dan aspek peran serta masyarakaat.

  a. Masalah Perumahan dan Permukiman Secara umum permasalahan pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman dapat diuraikan sebagai berikut:

   Aspek Kelembagaan penyelenggaraan perumahan dan permukiman  Secara umum penyelenggaraan di bidang perumahan dan permukiman belum sepenuhnya optimal, ditinjau dari segi sumber daya manusia, organisasi, tata laksana, serta dukungan prasarana dan sarana dasar.

   Aspek Pendanaan Penyelenggaraan Perumahan dan Permukiman.

  Belum tersedianya dana jangka panjang untuk pembiayaan perumahan, yang menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan pendanaan dalam pengadaan perumahan. Sehingga memerlukan mobilisasi sumber-sumber pembiayaan yang efektif dengan mengintegrasikan pembiayaan perumahan kedalam sistem pembiayaan yang lebih luas (APBD Kabupaten, APBD Provinsi, APBN, Swasta dan Swadaya Masyarakat)  Aspek Peran Serta Masyarakat.

  Masih kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya partisipasi sebagai pendampingan dalam pengembangan permukiman baik secara individual maupun organisasi masyarakat yang ada.

  b. Analisis Permasalahan, Alternatif Pemecahan dan Rekomendasi Berdasarkan permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan permukiman di

  Kabupaten Sidrap, yaitu dari Aspek Kelembagaan, aspek pendanaan dan aspek peran serta masyarakat, maka sehubungan dengan hal tersebut ada beberapa alternatif pemecahan masalah yang direkomendasikan sebagai berikut:  Kelembagaan yang menangani Bidang ke-Cipta Karya-an khususnya pengembangan permukiman yang didukung dengan uraian tugas dan fungsi (TUPOKSI) yang jelas serta penempatan tenaga pelaksana sesuai dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja yang dimiliki.

   Adanya pengorganisasian pendanaan dari berbagai sumber (APBD Kabupaten, APBD Provinsi, APBN dan Swadaya) yang pelaksanaannya oleh satker berada dalam SKPD

   Peningkatan pperan serta masyarakat dalam menangani program/kegiatan pengembangan permukiman baik individu maupun Organisasi Masyarakat.

  1.1.4. Analisis Usulan Pembangunan Permukiman

  1.1.4.1. Sistem Infrastruktur permukiman yang diusulkan Sistem Infrastruktur permukiman yang diusulkan adalah adanya keserasian dan keseimbangan pembangunan infrastruktur permukiman perkotaan dan perdesaan diharapkan mengacu kepada konsep pembangunan prasarana kota terpadu antar sektor sesuai dengan rencana induk sistem prasarana dan sarana yang ada seperti peningkatan kualitas permukiman kumuh dan pengembangan permukiman baru, yang ditunjang dengan pembangunan sektor lainnya seperti pembangunan Drainase, Persampahan, Pengelolaan Air Limbah dan Pengembangan Jalan Kota.

  Sedangkan sistem infrastruktur perdesaan adalah mengacu pada konsep TRIBINA melalui program pemberdayaan masyarakat setempat meliputi program/kegiatan peningkatan kualitas permukiman kumuh, peningkatan prasarana dan sarana KTP2D/DPP, dan pembangunan infrastruktur permukiman desa tertinggal yang ditunjang dengan pembangunan sektor jaringan jalan kolektor dalam rangka meningkatkan aksesibilitas kehidupan dan penghidupan masyarakat menuju masyarakat damai dan sejahtera.

  1.1.4.2. Usulan dan Prioritas Program Pembangunan Prasarana Permukiman Usulan dari prioritas program pembangunan prasarana dan sarana permukiman meliputi : pembangunan jalan lingkungan, jalan setapak, drainase, sanitasi, penyediaan air bersih/minum dan fasilitas umum lainnya untuk meningkatkan kesejahteraan dan kegiatan usaha masyarakat di perkotaan maupun di perdesaan melalui program peningkatan kualitas permukiman kumuh, program pembangunan infrastruktur perdesaan, program pengembangan infrastruktur perkotaan dan program penanganan kawasan mendesak.

  1.1.4.3. Usulan dan Prioritas Proyek Pembangunan Infrastruktur Permukiman

  1.1.4.4. Analisis Kerangka Dasar Pengembangan Permukiman

1.2. ANALISIS INVESTASI PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

  1.2.1. Umum Rencana penataan bangunan dan lingkkungan di Kabupaten meliputi kawasan

  Pusat perdagangan dan transportasi, kawasan-kawasan industri dan pertanian, kawasan pusat permukiman, kawasan bersejarah dan pariwisata dan kawasan pusat pemerintahan dengan adanya rencana penataan bangunan dan lingkungan (PBL) pada kawasan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan fungsi pelayanan dan mendorong peningkatan jasa di sektor perdagangan transportasi dan pariwisata.

  1.2.1.1. Penataan Bangunan

  1.2.1.2. Permasalahan Penataan Bangunan Penyelenggaraan bangunan di Kabupaten Sidrap sesuai dengan aturan yang dipersyaratkan oleh peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Direktur Jendral Cipta

  Karya maupun peraturan dan peerundang-undangan lainnya yang berkaitan dengan penyelenggaraan bangunan gedung termasuk belum adanya peraturan Daerah yang mengatur tentang penyelenggaraan Bangunan Gedung. Permasalahan secara fisik pada umumnya bangunan memenunhi syarat teknis maupun keserasian bangunan dan lingkungannya seperti yang terjadi di kawasan perumahan, Perkantoran, perdagangan dan pada kawasan khusus seperti kawasan Wisata dan kawasan bersejarah. Dilain pihak masih banyak bangunan yang melanggar garis sempadan jalan, sungai, pantai dan kawasan non budidaya lalinnya.

  a. Landasan Hukum  Undang-Undang No.28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung  Peraturan pemerintah No.36 tahun 2005 tentang peraturan Pelaksanaan UUBG, bahwa semua Bangunan Gedung harus layak fungsi pada tahun 2010  Undang-Undang No.4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman.

  1.2.1.3. Penataan Lingkungan Kegiatan penataan lingkungan untuk mendukung fungsi kawasan tertentu belum dilakukan karena belum optimalnya kinerja instansi yang berwenang yang melakukan perencanaan, pengaturan dan pembinaan teknis maupun dalam pelaksanaan fisik daerah yang menangani dan masih terbatasnya kemampuan APBD untuk mendanai kegiatan-kegiatan terssebut serta masih kurangnya pemahaman tentang pentingnya penataan lingkungan dalam rangka mmendorong peningkatan fungsi kawasan seiring dengan meningkatnya lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi kerakyatan.

  1.2.1.4. Pencapaian Penataan bangunan dan Lingkungan Sampai saat ini upaya-upaya penataan bangunan dan lingkungan baik ditingkat penyusunan rencana maupun pelaksanaan fisik dilapangan belum optimal.

  1.2.1.5. Kebijakan, Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan di Kabupaten Sidrap Kebijakan penataan bangunan gedung dan lingkungan pada kegiatan penataan bangunan gedung seperti bangunan perkantoran dan rumah dinas. Sedangakan penataan lingkungan belum dilakukan secara optimal.

  1.2.2. Profil Rinci Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan Kondisi fisik bangunan dan lingkungan sudah mulai menunjukkan tanda-tanda kekumuhan pada daerah perkotaan yang merupakan daerah urban dan nelayan dengan pembangunan yang dilakukan oleh masyarakat tanpa melihat secara detail rencana tata ruang yang ada / tanpa melaporkan izin pada dinas tata ruang kabupaten.

  Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya penataan kota sehingga tidak menimbulkan kekumuhan dan dampak lingkungan lainnya, randahnya kemampuan ekonomi masyarakat khususnya masyarakat urban, pengetahuan tentang desain bangunan dan faktor sosial budaya masyarakat.

  1.2.2.1. Gambaran Umum Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan Secara umum penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten Sidrap khususnya di daerah perkotaan dan perdesaan sudah dilakukan berdasarkan rencana tata ruang yang ada, namun beberapa pembangunan gedung yang dilakukan oeh masyarakat hanya mengikuti seleera ssehingga struktur dan model serta luas lahan yang digunakan tidak mengikkuti kaidah yang sudah ditetapkan dalam konsep tata ruang dan aspek teknis sering diabaikan sehingga hasilnya kurang baik. Oleh karena adanya pelaksanaan bangunan seperti itu maka perlu dilakkukan pembenahan oleh pihak berkompeten secara tegas dan konsisten, namun tetap dilakkukan ssecara persuasive sehingga pembangunan yang berjalan tidak menimbulkan dampak buruk terhadap lingkungan

  1.2.2.2. Kondisi Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan Pertimbangan lingkkungan selalu menjadi aspek pertimbangan dalam proses perencanaan, termasuk dalam penataan bangunan dan lingkungan. Dari hasil survey lapangan menunjukkan bahwa kondisi bangunan dan lingkungan :  Lingkungan perkantoran/ instansi pemerintah masih dalam tahap penataan dan pembangunan ssebagai dampak dari berpindahnya ibukota kabupaten.

   Kondisi bangunan khususnya bangunan rumah penduduk di daerah sekitar pantai dan daerah bantaran sungai umumnya tidak memenuhi kriteria teknis suatu bangunan dari jarak antara rumah, penataan dan elevasi seshingga sering terjadi kebakaran, menimbulkan lingkungan kumuh karena tidak teratur dan rutin dilanda banjir yang disebabkan air pasang dan terutama bila musim hujan apalagi jika banjir bersamaan naiknya air pasang, kondisi genangan di areal permukiman bisa bertahan berhari-hari sehingga berpotensi menimbulkan berbagai macam penyakit.

   Khususnya di daerah perdesaan penataan bangunan masih dalam koridor yang ditetapkan apalagi perumahan yang umumnya temporer/non permanen sehingga tidak menimbulkan masalah.

  1.2.2.3. Permasalahan yang Dihadapi  Lingkungan Perkantoran / instansi pemerintah masih dalam tahap pembangunan sehingga membutuhkan penataan yang optimal.

   Kondisi bangunan khususnya bangunan rumah penduduk di daerah pesisir dan bantaran sungai yang umumnya dihuni oleh kaum nelayan yang termasuk kelompok berpenghasilan rendah ummnya tidak memenuhi kriteria teknis suatu bangunan dari hal jarak antara rumah, penataan dan elevasi sehingga menimbulkan lingkungan kumuh karena tidak teratur dan rutin dilanda banjir yang disebabkan kiriman air dari hulu dan terutama bila musim hujan, kondisi genangan di areal permukiman bisa beretahan berhari-hari sehingga berpotensi menimbulkan berbagai macam penyakit.

  1.2.2.4. Sasaran Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan  Agar penyelenggaraan penataan bangunan gedung tertib, fungsional, andal dan efisien.

   Agar penyelenggaraan bangunan dan lingkungan permukiman produktif dan berjati diri  Agar penyelenggaraan penataan dan revitalisasi kawasan dan bangunan dapat memberikan nilai tambah fisik, sosial dan ekonomi.

   Agar penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan mewujudkan arsitektur perkotaan dan pelestarian arsitektur bangunan gedung yang dillindungi dan dilestarikan untuk menunjang kearifan budaya lokal.  Agar pengembangan teknologi dan rekayasa arssitektur bangunan gedung untuk menunjang pembangunan regional / internasional yang berkelanjutan.

  1.2.3. Analisis Permasalahan dan Rekomendasi Wujud bangunan dirancang dengan dasar pertimbangan fungsi bangunan, khususnya bangunan perdagangan harus bersifat rekreatif dan dinamis serta memberikan dampak psikologis yang mendukung sebagai bangunan bisnis. Disamping itu faktor lain yang perlu diperrhatikan dalam mengolah wujud bangunan yaitu : kondisi topografi, iklim lingkungan, ciri arsitektur tropis, mencerminkan budaya setempat, keserasian dengan lingkungan sekitar serta mempertimbangkan pemakaian bahan bangunan lokal yang berkkualitas baik.

  Untuk mewujudkan bangunan yang menyangkut fungsi bangunan yang monumental atau menyangkut llingkungan kota atau memerlukan penampilan bangunan yang bercirikan tradisional atau khas daerah maka perlu dikonsultasikan dengan tenaga ahli yang berpengalaman yang ditunjuk oleh kepala daerah.

  1.2.3.1. Analisa Kebutuhan Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan Kabupaten Sidrap yang belum menyelesaikan perda bangunan gedung yang dimilikinya agar sesuai dengan UUBG, masih tidak melibatkan Tim ahli bangunan gedung yanga berfungsi dalam pembinaan penataan bangunan dan lingkungan. Pemda belum menerbitkan sertifikasi layak fungsi (SLF) bagi sseluruh bangunan gedung yang ada terutama bangunan baru hasil pembangunan.

  1.2.3.2. Rekomendasi  Menyelenggarakan penataan bangunan gedung agar tertib, fungsional, andal dan efisien.

   Pemda harus bertindak sebagai polisi dalam penyelenggaraan lingkungan permukiman agara produktif dan berjati diri.  Menyelenggarakan penataan dan revitalisasi kawasan dan bangunan agar dapat memberikan nilai tambah fisik, sosial dan ekonomi.  Menyelenggarakan penaataan bangunan dan lingkungan untuk mewujudkan arsitektur perkotaan dan pelestarian untuk menunjang kearifan budaya lokal.  Mengambangkan teknologi dan rekayasa arsitektur bangunan gedung untuk menunjang pembangunan regional/internasional yang berkelanjutan.

  1.2.4. Program Yang Diusulkan  Melakukan penataan bangunan agar dapat memberi nilai tambah fisik, ekonomi dan sosial.

   Penataan bangunan dan lingkungan untuk mewujudkan arsitektur perkotaan dan pelestarian arsitektur bangunan gedung yang dilindungi dan dilestarikan untuk menunjang kearifan budaya lokal  Pengembangan permukiman masyarakat agar produktif dan berjatidiri.

  1.2.4.1. Usulan dan Prioritas Program Penetapan kebijakan strategi, penyusunan norma standar dan pedoman, koordinasi pengembangan perumahan, sosialisasi perundang-undangan bidang perumahan, koordinasi pembangunan perumahan dengan lembaga/badan usaha, fasilitas dan stimulasi pembangunan perumahan masyarakat. Pembangunan sarana dan prasarana rumah sederhana sehat, monitoring evaluasi dan pelaporan.

  1.2.4.2. Usulan dan Prioritas Proyek Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan Bangunan perkotaan seperti kantor bupati Kabupaten Sidrap dan beberapa kantor pemerintah lainnya. Selain itu pembangunan yang akan dilakukan harus secara konsisten mengacu pada rencana tata ruang yang ada dan hal-hal lain aturan yang mengatur tentang pelaksanaan dan pengaturan bangunan, Program Prioritas Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan adalah:

  a. Revitalisasi Kawasan permukiman Tradisional / Bersejarah dan Kawasan Permukiman Kota Pangkajene dan Kota Rappang.

  b. Penataan bangunan dan lingkungan  Kawasan Pusat perdagangan dan transportasi  Kawasan pusat Industri dan pertanian  Kawasan Permukiman  Kawasan Terminal Kota Pangkajene  Kawasan bersejarah dan pariwisata

  1.2.4.3. Pembiayaan Proyek Penyediaan Pengelolaan Sumber pembiayaan penyelenggaraan proyek ini bersumber dari dana APBD

  Kabupaten dan APBD Provinsi juga bersumber dari dana pusat dan masyarakat serta kalangan swasta.

1.3. ANALISIS INVESTASI SUB-BIDANG AIR LIMBAH

  1.3.1. Umum

  Sub bidang Air Limbah pada Bidang Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum memiliki program kegiatan yang bertujuan untuk mencapai kondisi masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bebas dari pencemaran air limbah permukiman. Air limbah yang dimaksud adalah air limbah permukiman (municipal wastewater) yang terdiri atas limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari air sisa mandi, cuci, dapur dan tinja manusia dari lingkungan permukiman serta air limbah industri rumah tangga yang tidak mengandung Bahan Bereacun dan Berbahaya (B3)

  1.3.2. Kebijakan, Program dan Kegiatan Pengelolaan Air Limbah dalam Rencana Kabupaten Sidrap Penanganan masalah pengelolaan air limbah dalam Rencana Tata Ruang

  Wilayah Kabupaten Sidrap sifatnya mutlak, tetapi bisa secara berkala dikembangkan/disediakan untuk penduduk. Prioritas pengembangan pada daerah- daerah yang belum terjangkau.

  1.3.3. Profil Pengelolaan Air Limbah

  1.3.4. Gambaran Umum Pengelolaan Air Limbah Sistem pengelolaan Air Limbah di Kabupaten Sidrap dengan sistem on site

  (penanganan setempat) yang terbagi atas:  Pengelolaan oleh masyarakat/rumah tangga sendiri, dengan membuat jamban keluarga dan septick tank sendiri.

   Pengelolaan oleh pemerintah, tetapi terbatas pada prasarana untuk tempat umum dengan membuat MCK umum dan septick tank komunal

  1.3.4.1. Tingkat Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Terkait dengan limbah yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi masyarakat saat ini belum terasa secara luas, namun pada daerah tertentu seperti pada lingkungan kegiatan ekonomi seperti makan, hotel buangan rumah tangga yang seslama ini belum dilakukan netralisasi sebelum dibuang pada daerah hilir yang menjadi akhir pembuangan yang selama ini sudah mulai terasa. Oleh karena untuk mengantisipasi akibat yang ditimbulkan pada tahun mendatang seiring dengan semakin meningkatnya usaha sosial ekonomi masyarakat sudah perlu dibuat aturan dan master induk penanganannya agar tidak menimbulkan masalah dikemudian hari.

  Prasarana dan sarana pengolahan air limbah sebenarnya sudah dilakukan pada jenis limbah tertentu seperti untuk tinja namun untuk limbah lain perlu pula dilakukan penanganan karena hal tersebut tidak kurang pengaruhnya terhadap kelestarian lingkungan yang pada akhirnya bermuara pada kerugian manasia.

  1.3.4.3. Kondisi Sistem Sarana dan Prasarana Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Sidrap saat ini juga belum mempunyai sistem pembuangan air limbah terpusat berupa bangunan instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT).

  Penanganan pembuangan air limbah ssebagaian besar dilakukan secara individual oleh masyaarakat dengan membuat jamban keluarga dan septicktank.

  1.3.4.4. Permasalahan yang Dihadapi Dengan belum tersedianya sarana dan prasarana pengolahan air limbah sehingga air buangan kota dan buangan rumah tangga, maka akan menimbulkan pencemaaran pada sungai dan laut, disamping itu masih belum terpisahnya antara drainase air hujan dengan limbah buangan rumah tangga sehingga volumenya menjadi besar yang menyebabkan kapasitas sarana yang diperlukan dalam mengolah limbah tersebut cukup besar.

  1.3.5. Sasaran Pengelolaan Prasarana dan Sarana (PS) Air Limbah Sasaran pengelolaan prasarana dan sarana air limbah terutama sampah daerah perkotaan dan air limbah rumah tangga, khususnya pada rumah makan dan sejenisnya yang selama ini cukup memberi sumbangan yang besar terhadap produksi air limbah di lingkungan perkotaan, sedang pada daerah perdesaan masih sangat kecil dan masih dapat ternetralisir secara alamiah.

  a. Analisis Permasalahan dan Rekomendasi Persoalan limbah menjadi masalah di hampir semua tempat terutama pada daerah perkotaan demikian pula di daerah yang mengalami perkembangan deangan beragam aktifitas penduduknya seperti terjadijuga di Kabupaten Sidrap.

  b. Analisis Permasalahan Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk seiring pertumbuhan kota dari tahun ketahun berpotensi untuk menghasilkan produksi air limbah baik yang dihasilkan oleh industri, hotel, rumah makan dan sebagainya.

  1.3.5.1. Alternatif Pemecahan Persoalan Disamping perlunya dibangun sarana dan prasarana pengolah air limbah, maka saluran pembuang air hijan yang selama ini tergabung dengan air limbah buangan rumah tangga, limbah perkotaan dan sebagainya, maka untuk mengefisienkan dana yang diperlukan sarana pengolah air limbah yang diperlukan maka antara saluran air limbah dan saluran limpasan air hujan harus dipisahkan.

  1.3.5.2. Rekomendasi.

  Atas permasalahan yang dihadapi seperti yang disesbutkan pada analisis permasalahan diatas, maka direkomendasikan untuk membangun sarana dan prasarana pengolah air limbah untuk menetralkan air limbah/buangan sebelum dilepas pada pembuangan akhir yaitu sungai.

  1.3.6. Sistem Prasarana yang Diusulkan Agar pengolahan air limbah dapat mencapai tujuan dan sasaran peruntukannya maka perlu dilakukan secara terencana dan terarah dan dilakukan aturan hukum mengenai sanksi bagi yang melanggar kesepakatan yang telah disepakati tentang keharusan setiap individu, lembaga dan swasta yang menghasilkan limbah wajib melakukan pengolahan limbah secara terpadu sebelum di buang ke tempat pembuangan akhir.

  1.3.6.1. Kebutuhan Pengembangan Pengelolaan Baik pengelolaan pengolahan air limbah dari tinja maupun buangan rumah tangga dan dari berbagai sumber lainnya perlu dilakukan pengembangan sseiring dengan bertambahnya jumlah penghasil air limbah, demikian pula tentang umur ekonomis dan cakupan pelaanannya, hal ini perlu diproyeksikan perencanaan jangka menengah dan jangka panjang.

  1.3.6.2. Usulan dan Prioritas Program Usulan dan prioritas program terutama ditujukan untuk air limbah industri yang dianggap berbahaya bagi manusia dan lingkungan, juga buangan rumah tangga dan kegiatan ekonomi produktif lainnya yang menghasilkan limbah.

  Program Air Limbah yang diusulkan adalah penyediaan sarana dan prasarana:

   Pembangunan IPLT serta pengadaan sarana air bersih dan peralatannya (genset, pompa dan instalasinya).  Pembangunan Septicktank komunal pada kawasan permukiman kepadatan tinggi.  Pengadaan armada tinja  Pengembangan sistem penanganan air limbah terpusat (severage system) untuk Kabupaten Sidrap.

  1.3.6.3. Pembiayaan Pengelolaan Agar penanganan air limbah ini dapat memenuhi tujuannya maka perlu sosialisasi dan pemahaman diberikan kepada segenap lapisan masyarakat baik sebagai individu, lembaga swasta, kelompok industri dan seluruh pihak terkait agar penanganan pengolahan air limbah ini dilakukan secara parsipatif demi kebaikan bersama, sehingga beban pemerintah untuk investigasi pembangunan prasarana dan sarana air limbah yang diperlukan dapat diminimalkan. Skenarionya perlu dilakukan secara profesional antara pemerintah, masyarakat dan swasta.

  Mengingat dampak yang ditimbulkan terdapat lingkungan cukup signifikan maka sumber pendanaan khususnya pihak pemerintah dapat bersumber dari pemerintah daerah maupun APBN.

1.4. ANALISIS INVESTASI SUB-BIDANG PERSAMPAHAN

  1.4.1. Umum Bahwa untuk mendukung program pemerintah Kabupaten Luwu yang dikenal dengan sejuk bersinar maka tugas pokok kebersihan kota adalah menciptakan lingkungan perkotaan yang bersih dan indah.

  1.4.2. Kebijakan, Program dan Kegiatan Pengelolaan Persampahan dalam Rencana Kabupaten Sidrap

  1. Penentuan lokasi TPA disesuaikan dengan Tata Ruang Kabupaten Sidrap

  2. Pembangunan TPA pada lokasi yang lebih ditentukan 3. Pengadaan sarana dan prasarana persampahan.

  1.4.3. Profil Persampahan

  1.4.3.1. Gambaran Umum Sistem Pengelolaan Persampahan

  Diperkirakan total timbunan sampah di Kabupaten Sidrap adalah 420 m3 perhari. Prasarana dan sarana dasar persampahan yanga ada di Kabupaten Sidrap masih sangat terbatas dan belum optimal pemanfaatannya.

  1.4.3.2. Kondisi Sistem Sarana dan Prasarana Pengelolaan Persampahan Yang Ada (Aspek Teknis)

  4. Sarana angkutan sampah masih kurang

  5. TPS/Pewadahan sampah belum ada

  6. Lokasi TPA belum berfungsi optimal

  1.4.3.3. Aspek Pendanaan Dana operaasional kebersihan/persampahan belum tersedia secara khusus

  APBD, namun untuk sementara menggabung dalam DPA Dinas KIMPRASDA Kabupaten Sidrap.

  1.4.3.4. Aspek Kelembagaan Pelayanan Persampahan Bahwa dalam rangka pengelolaan kebersihan/persampahan secara profesional, maka dipandang perlu membentuk lembaga yang khusus menangani masalah kebersihan/persampahan yaitu Dinas Kebersihan, Keindahan dan Pemakaman.

  1.4.3.5. Aspek Peraturan Perundangan

  1. Perda No.3 Tahun 2000 tentang Kebersihan /Persampahan

  2. Sementara menunggu UU tentang Limbag/ Sampah di DPR RI

  1.4.3.6. Aspek Peran Serta Masyarakat Sosialisasi pada masyarakat tentang kebersihan, lingkungan perkotaan, khususnya Perda No.3 Tahun 2000 tentang Kebersihan

  1.4.4. Permasalahan Yang Dihadapi Permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan sampah di Kabupaten Sidrap adalah:

  1. Aspek Kelembagaan : Belum adanya lembaga/Dinas yang menanganinya secara khusus

  2. Aspek Operasional/Teknik

  a. Manajemen operasional kebersihan belum dilaksanakan; c. Sistem pengangkutan sampah belum baik;

  d. Sistem kebersihan sampah belum terkoordinir dengan baik;

  3. AspekPembiayaan: Belum tersesdianya dana operasional kebersihan dalam APBD Kab.Sidrap melainkan masih menggabung pada DPA Dinas KIMPRASDA Kab.Sidrap.

  4. Aspek Peran Serta Masyarakat: Masyarakat belum memahami tentang kebersihan lingkungan perkotaan.

  1.4.5. Analisis Permasalahan dan Rekomendasi

  1.4.5.1. Analisis Permasalahan Dalam pengembangan sistem pembuangan sampah, maka hal yang selalu dipikirkan adalah :

  1. Sistem Pengumpulan Sampah Belum teraturnya pembuangan sampah ke tempat pewadahan sehingga nampak berserakan yang seharusnya pembuangan sampah dari sumber sampah dimasukkan dalam suatu tempat pewadahan (TPS).

  2. Sistem Pengangkutan Sampah Pengangkutan sampah belum dilakukan dengan baik karena belum tersedianya TPS/Tong sampah, belum berfungsinya TPA serta belum tersedianya peta layanan pengangkutan

  3. Penampungan Sementara Belum tersedianya tempat/pewadahan (TPS) yang digunakan sebagai penampungan sementara dari sumber sampah ke TPS

  4. Pembuangan Akhir Operasionalisasi TPA belum optimal

  1.4.5.2. Alternatif Pemecahan Masalah Alternatif Pemecahan Masalah yang bisa ditempuh antara lain adalah :

  1. Sistem Pengumpulan Sampah Pembuangan sampah dari sumber sampah dimasukkan dalam suatu tempat pewadahan/TPS kemudian dilaksanakan oleh petugas kebersihan dengan menggunakan motor gerobak sampah, dikumpulkan pada kontainer

  2. Sistem Pengangkutan Sampah

  Pengangkutan Sampah dilaksanakan dari sumber sampah ke TPS dan ke TPA dengan menggunakan gerobak sampah dan Arm Roll Truck.

  3. Penampungan Sementara Pemerintah dan masyarakat bersama-sama membangun tempat pewadahan (TPS)/ tong sampah.

  4. Pembuangan Akhir Lokasi TPA yang ada segera difungsikan sebagai proses pengolahan sampah

  1.4.6. Sistem Pengelolaan Sampah Yang Diusulkan

  1.4.6.1. Kebutuhan Pengembangan Segera dibentuk lembaga/Dinas yang menangani secara khusus

  1.4.6.2. Usulan dan Prioritas Program Pengelolaan Sampah Usulan dan Prioritas Program Pengelolaan sampah di Kabupaten Sidrap yaitu:

   Pengadaan motor gerobak sampah, arm roll truck, wheel loader dan buldozer D3 serta pembangunan lanjutan lokasi TPA yang baru.  Sosialisasi Perda tentang Kebersihan kota  Mengintensifkan penagihan retribusi kebersihan sebagai sumber PAD.

1.5. ANALISIS INVESTASI SUB-BIDANG DRAINASE

  1.5.1. Petunjuk Umum Sistem Drainase Perkotaan Pertumbuhan penduduk dan kepadatan penduduk yang cepat menimbulkan tekanan terhadap ruang dan lingkungan untuk kebutuhan perumahan kawasan jasa/industri yang selanjutnya menjadi kawasan terbangun. Kawasan perkotaan yang terbangun memerlukan adanya dukungan prasarana dan sarana yang baik yang menjangkau kepada masyarakat berpenghasilan menengah dan rendah.

  Perkembangan perumahan dan permukiman yang sangat pesat sering kurang terkendali dan tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang maupun konsep pembangunan yang berkelanjutan, mengakibatkan banyak kawasan-kawasan rendah yang semula berfungsi sebagai tempat parkir air (retarding pond) dan bantaran sungai dihuni oleh penduduk. Kondisi ini akhirnya meningkatkan volume air permukaan yang masuk ke saluran drainase dan sungai.

  Hal-hal tersebut diatas membawa dampak rendahnya kemampuan drainase mengeringkan kawasan terbangun dan rendahnya kapasitas seluruh prasarana pengendali banjir (sungai, polder-polder, pompa-pompa, pintu-pintu pengatur) untuk mengalirkan air ke laut.

  Penanganan drainase perlu memperhatikan fungsi drainase perkotaan sebagai prasarana kota yang dilandaskan pada konsep drainase yang berwawasan lingkungan. Berlainan dengan paradigma lama yang prinsipnya mengalirkan limpasan air hujan ke badan air penerima secepatnya, tetapi prinsipnya agar air hujan yang jatuh ditahan dulu agar lebih banyak yang meresap ke dalam tanah melalui bangunan resapan buatan/alamiah seperti kolam tandon, waduk lapangan, sumur-sumur resapan, penataan lansekap dan lain-lain.

  Hal tersebut bertujuan memotong puncak banjir yang terjadi sehingga saluran lebih ekonomis, dapat juga membantu menambah sumber-sumber air baku. Penanganan drainase juga harus memakai pendekatan sistem, tidak secara parsial, parameter-parameter teknis ditentukan faktor alam setempat.

  Pertambahan penduduk yang semakin meningkat, terbatasnya kemampuan pemerintah, swasta dan masyarakat, seta tuntunan akan kawasan terbangun yang bersih dan sehat mengakibatkan kebutuhan dan pelayanan prasarana dan sarana drainase, harus tetap dipertahankan dan ditingkatkan. Tantangan yang dihadapi antara lain:  Mencegah terjadinya penurunan kualitas kawasan terbangun  Melakukan optimalisasi fungsi pelayanan dan efisiensi terhadap prasarana dan sarana drainase yang sudah terbangun  Melakssanakan peningkatan dan pengembangan sistem yang ada serta pembangunan baru secara efektif dan efisien agar dapat meningkatkan ekonomi masyarakat berpenghasilan rendah.

   Pemerataan pembangunan bidang drainase dengan memperhatikan kondisi ekonomi nasional dan daerah setempat.  Menunjang terwujudnya lingkungan perumahan dan permukiman yang bersih dan sehat seta terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah.

  Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan sistem penanganan drainase antara lain:

   Peran Kabupaten/Kota dalam pengembangan wilayah  Memperhatikan kondisi almiah dan tipologo Kabupaten/Kota bersangkutan, seperti struktur dan morfologi tanah, topografi dan sebagainya.

   Pembangunan dilakukan dengan pendekatan pembangunan berkelanjutan dan wawasan lingkungan.  Logical framework (kerangka logis) penilaian kelayakan investasi penanganan drainase.  Keterpaduan penanganan drainase dengan pengembangan sistem sektor lainnya dilaksanakan pada setiap tahapan penyelenggaraan pengembangan, sekurang- kurangnya dilaksanakan pada tahap perencanaan baik dalam penyusunan rencana induk maupun dalam perencanaan teknik.

   Memerhatikan peraturan dan perundangan serta petunjuk/pedoman yang tersedia.  Tingkat kelayakan pelayanan, efektivitas dan efisiensi penanganan drainase bersangkutan.

   Sebagai suatu PS yang tidak saja penting bagi peningkatan kesehatan masyarakat tetapi juga sangat penting bagi keberlanjutan lingkungan.  Sumber pendanaan dari berbagai pihak baik pemerintah, masyarakat maupun swasta.  Kelembagaan yang menangani drainase  Investasi PS drainase dengan memperhatikan kelayakan terutama dalam hal pemulihan biaya operasi dan pemeliharaan.  Jika ada indikasi keterlibatan swasta dalam pembangunan dan/atau pengelolaan sarana dan prasarana drainase, perlu dilakukan identifikasi lebih lanjut.  Safeguard sosial dan lingkungan  Perhitungan dan hal penunjang lainnya yang dibutuhkan untuk mendukung analisis diseertakan dalam bentuk lampiran.

  Fungsi drainase perkotaan dapat dibagi dalam kriteria sebagai berikut:  Mengeringkan bagian wilayah kota dari genangan sehingga tidak menimbulkan dampak negatif.

   Membebaskan suatu wilayah terutama permukiman yang padat dari genangan air, eroosi dan banjir.  Mengalirkan air permukaan ke badan air penerima terdekat secepatnya dengan terlebih dahulu membeerikan air limpasan untuk meresap terlebih dahulu ke dalam tanah (konservasi air)  Mengendalikan kelebihan air permukaan yang dapat dimanfaatkan untuk persediaan air dan kehidupan akuatik.  Meningkatkan kesehatan lingkungan, bila drainase lancar maka memperkecil resiko penyakit yang ditransmisikan melalui ai (water borne desease) dan penyakit lainnya

   Dengan sistem drainase yang baik tataguna lahan dapat dioptimalkan dan juga memperkecil kerusakan-kerusakan struktur tanah untuk jalan dan bangunan- bangunan lainnya.  Dengan sistem drainase yang terencana maka dapat dioptimalkan pengatur tata air yang berfungsi mengendalikan keberadaan air yang melimpah pada musim penghujan dan kekeringan pada musim kemarau.

  Sistem drainase di dalam wilayah kota dibagi atas 2 bagian yaitu : drainase utama (major drainage) dan drainase lokal (minor drainage). Sistem drainase mayor dan minor dapat dibedakan menurut sifat, kriteria dan peruntukannya.

  Sistem drainase major adalah sistem utama atau drainase makro (major drainage) yaitu sistem saluran yang menampung dan mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan (catchment area).

  Sistem drainase minor/mikro adalah sistem saluran dan bangunan pelengkap drainase yang menampung da mengalirkan air dari daerah tangkapan hujan dimana sebagian besar didalam wilayah kota.

  1.5.2. Maksud dan Tujuan  Maksud dan tujuan dari Rencana Investasi Sub Bidang Drainase adalah sebagai berikut:  Mampu menyiapkan program penanganan drainase dengan sasaran individu/kelompok/institusi dari berbagai stakeholder yang terlibat langsung maupun tidak langasung dalam penyelenggaraan drainase yaitu: Institusi pengelolaan sistem dan jaringan drainase dan kawasan tertentu  Adanya kejelasan tugas, wewenang dan tanggung jawab Institusi pengelola drainase.

   Usulan program penyuluhan harus jelas agar peran serta masyarakat dalam kegiatan pemeliharaan sarana dan prasarana drainase dapat lebih ditingkatkan.

  1.5.3. Arah Kebijakan Penanganan Drainase Penanganan drainase perlu memperhatikan fungsi drainase perkotaan sebagai prasarana kota yang dilandaskan pada konsesp drainase yang berwawasan lingkungan. Sasaran kebijakan pengembangan drainase adalah sebagai berikut:  Terlaksananya pengembangan sistem drainase yang terdesentralisier, efisien, efektif dan terpadu.

   Terciptanya pola pembangunan bidang drainase yang berkelanjutan melalui kewajiban melakukan konservasi air dan pembangunan yang berwawasan lingkungan.  Terciptanya peningkatan koordinasi antara kabupaten/kota dalam penanganan sistem drainase.

  1.5.4. Isu-isu Strategis dan Permasalahan

  1.5.5. Kebijakan, Program dan Kegiatan Pengelolaan Drainase Dalam Rencana Kabupaten Sidrap

  1.5.6. Profil Drainase

  1.5.6.1. Gambaran Umum Kondisi Sistem Drainase Dengan pertumbuhan penduduk dan kebutuhan prasarana dan sarana perkotaan yang semakin berkembang dan meningkat di Kabupaten Sidrap maka areal yang tadinya merupakan ruang terbuka dan secara tidak langsung menjadi daerah genangan terutama pada musim hujan, menyebabkan daya tampung drainase yang ada tidak lagi mampu menyalurkan air buangan berupa air hujan terutama jika kejadiannya bersamaan dengan kiriman air yang cukup tinggi dari kawasan hulu sungai maka akan menimbulkan banjir pada kawasan kota.

  1.5.6.2. Aspek Teknis Permasalahan yang dihadapi dalam implementasi pembangunan atau perbaikan sistem drainase diperkotaan antara lain:

   Tuntutan genangan yang terjadi harus lebih kecil dibandingkan dengan perdesaan  Pembebasan lahan dan relokasi (pemindahan) penduduk lebih sulit dilaksanakan dibandingkan dengan daerah perdesaan yang jarang penduduknya.

   Diperlukan penyesuaian-penyesuaian berkaitan dengan adanya limbah domestik dan llimbah industri.  Diharapkan sistem drainase yang dibangun/diperbaiki harus sesuai dengan lingkungan perkotaan.