UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI MASYARAKAT TERHADAP GADAI EMAS DI BMT BINA INSANI PRINGAPUS UNGARAN JAWA TENGAH
UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI MASYARAKAT
TERHADAP GADAI EMAS DI BMT BINA INSANI
PRINGAPUS UNGARAN JAWA TENGAH
TUGAS AKHIR
Oleh : SRIATI NIM 201 080 46
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
PRINGAPUS UNGARAN JAWA TENGAH TUGAS AKHIR
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah Oleh
Sriati
NIM 201 080 46
JURUSAN SYARIAH
PROGRAM STUDI DIII PERBANKAN SYARIAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGAPERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp : 3 (tiga) eksemplar Hal : Pengajuan Naskah Tugas Akhir
Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga di Salatiga Assalamu’alaikum Wr. Wb. Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi dan perbaikan seperlunya, maka Tugas Akhir saudari : Nama : Sriati NIM : 20108046 Judul : Upaya Peningkatan Motivasi Masyarakat Terhadap gadai Emas di Bmt Bina Insani Pringapus Ungaran Jawa tengah.
Demikian diajukan ke sidang munaqosah. Demikian untuk menjadi periksa. Wa’alaikumussalam Wr. Wb.
Salatiga, September 2011 Pembimbing
A.Mifdhol Muthohar, Lc.,M.Si NIP. 19800409 200801 1 015
PENGESAHAN NASKAH TUGAS AKHIR
TUGAS AKHIR
UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI MASYARAKAT TERHADAP
GADAI EMAS DI BMT BINA INSANI PRINGAPUS UNGARAN
JAWA TENGAH
DISUSUN OLEH
SRIATI
NIM : 20108046
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Tugas Akhir Jurusan Syariah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 22 Agustus 2011 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar A.
Md. E.Sy (Ahli Madya Ekonomi Syariah)
Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji : Suwardi,S.Pd.,M.Pd.
Sekertaris Penguji : Benny Ridwan,M.Hum. Penguji I : Drs.H.Alfred L,M.Si Penguji II : Ilyya Muhsin,S.Hl.,M.Si Penguji III : A.Mifdhol Muthohar, Lc.,M.Si.
Salatiga, 21 September 2011 Ketua STAIN Salatiga
Dr. Imam Sutomo, M. Ag
MOTTO J adikan hidup lebih hidup dengan dengan pengetahuan, dan pertualangan yang baru
D oa tanpa usaha itu bohong, usaha tanpa doa itu sombong.
J adikan sabar dan syukur sebagai penolongmu. Y akin bahwa A llah selalu ada bersama kita.PERSEMBAHAN 1. Bapak , Ibu adalah inspirasiku.
2. Seluruh keluarga besarku.
3. Sahabat-sahabat perbankan syariah 2008 yang memberikan masukan yang berharga buatku.
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW.
Maksud dari penyusunan Tugas Akhir ini adalah untuk memenuhi syarat kelulusan dan mendapat gelar Ahli Madya pada Program Studi DIII Perbanka Syari’ah STAIN Salatiga.
Atas terselesaikannya penulisan Tugas Akhir ini tidak terlepas dari bantuan, dukungan, bimbingan, serta motivasi yang tak ternilai harganya. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M. Ag, selaku Ketua STAIN Salatiga
2. Bapak Drs. Mubasirun M,Ag, selaku Ketua Jurusan STAIN Salatiga
3. Bapak Abdul Aziz NP., MM, selaku Ketua Program Studi DIII Perbankan Syari’ah
4. Bapak Mifdhol Muthohar, Lc., M.Si. selaku dosen pembimbing pada penulisan Tugas Akhir.
5. Bapak Drs. H. Nur Budiarso, Bapak Heri Natoil, S.Ag, Ibu Rhike Candia Puska, Amd, dan karyawan atau karyawati di BMT Bina Insanin Pringapus.
6. Semua pihak yang telah memberikan bantuannya dalam penulisan Tugas Akhir. karena itu saran dan kritik dari pembaca sangat penulis harapkan.
Semoga Tugas Akhir ini bisa bermanfaat bukan hanya bagi penulis tetapi juga bagi pembaca.
Salatiga, 18 agustus 2011 Sriati Sriati. 2011. Upaya Peningkatan Motivasi Masyarakat Terhadap Gadai Emas di BMT Bina Insani Pringapus Ungaran Jawa Tengah. Tugas Akhir.
Jurusan Syariah. Program Studi DIII Perbankan Syariah. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: A.Mifdhol Muthohar, Lc, M,S
Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui tentang motiovasi masyarakat terhadap gadai emas di BMT Bina Insani Pringapus Ungaran Jawa Tengah. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaiman prosedur gadai emas yang ada di BMT Bina Insani Pringapus Ungaran jawa Tengah?, (2) Bagaiman motivasi yang tepat untuk mengenalkan produk gadai emas agar diterima di masyarakat?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan tipe penelitian diskriptif.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa motivasi masyarakat terhadap gadai emas yang ada di BMT Bina Insani Pringapus Ungaran Jawa Tengah masih kurang, sebaiknya BMT Bina Insani lebih serius mengenalkan produk gadai emas sehingga masyarakat banyak yang menggadaikan emasnya di BMT Bina Insani Pringapus Ungaran Jawa Tengah.
DAFTAR ISI
Halaman Judul ………………………………………………………………...... i Halaman Pengajuan Tugas Akhir ………………………………………………. ii Halaman Persetujuan Tugas Akhir……………………………………………… iii Halaman Pengesahan……………………………………………………………. iv Motto……………………………………………………………………………. v Persembahan …………………………………………………………………… vi Kata Pengantar …………………………………………………………………. vii Abstrak………………………………………………………………………….. ix Daftar Isi………………………………………………………………………… x Daftar Gambar…………………………………………………………………... xi Daftar Tabel …………………………………………………………………… xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang……………………………………………………..... 1 B. Rumusan Masalah…………………………………………………… 3 C. Tujuan dan Kegunaan Penulisan……………………………………. 4 D. Metode Penelitian…………………………………………………… 5 E. Sistematika Penulisan…………………………………………….. 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Telaah Pustaka………………………………………………………. 8 B. Kerangka Teoritik………………………………………………….... 9
A. Gambaran Umum…………………………………………………. 40
B. Data Lapangan…………………………………………………….. 56
BAB IV ANALISA A. Gambaran tentang prosedur gadai emas yang ada diBMT Bina Insani Pringapus…………………………………………………………… 60 B. Metode peningkatan motivasi masyarakat terhadap gadai emas agar diterima dimasyarakat……………………………………………………… 66
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan…………………………………………………………. 69 B. Saran………………………………………………………………… 70 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN
DIAGRAM
1.1 Prosedur transaksi Gadai Emas ……………………….. 65
DAFTAR TABEL
TABEL 1.1 Motivasi peserta Gadai Emas………………………….. 57TABEL 1.2 Motivasi 10 peserta gadai emas……………………….. 58
PENDAHULUAN
Perekonomian Indonesia saat ini, memberikan pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap barang dan jasa semakin kompleks. Salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah muncul lembaga-lembaga keuangan. Lembaga-lembaga ini menawarkan berbagai macam produk agar lebih menarik minat masyarakat untuk menggunakan jasa ini. Selain itu praktek lain yang mempengaruhi perekonomian adalah pesaing usaha yang semakin tinggi. Intinya kecamatan Pringapus adalah sebuah kecamatan yang memiliki masalah ekonomi yaitu keterbatasan dana dan kemampuan. Hal ini sebenarnya dapat diatasi dengan menjamurnya lembaga keuangan yang sudah merambah di Pringapus yaitu adanya BRI unit desa, BKK dengan unit kelilingnya maupun lembaga keuangan yang lain. Kenyataannya fasilitas yang diberikan kurang dapat menembus dan menyentuh golongan pengusaha kecil ke bawah.
Hal ini disebabkan persyaratan sistem dan mekanisme operasional perbankan yang masih rumit atau sulit oleh pengusaha kecil. Kalaupun ada yang mendapatkan dana dari bank itu pun tidak diawasi dan tidak dibimbing oleh pihak bank sehingga usaha yang dimiliki oleh masyarakat tidak berhasil.
Disisi lain masih banyak umat Islam yang enggan berhubungan dengan perbankan, karena adanya persepsi yang kuat bahwa bunga bank tersebut berusaha membentuk sebuah kelompok swadaya masyarakat Bina Insani. Kelompok ini menampung dan merangkul sekelompok lain yang ada di Pringapus. Dengan upaya ini diharapkan pengusaha kecil yang tidak mampu berhubungan dengan dunia bank dan lembaga keuangan lain, merasa terpanggil untuk berkoneksi dengan Bina Insani untuk memajukan kualitas kehidupannya. Maka dirintislah pendirian Baitul Maal Wattamwil (BMT).
Dengan adanya BMT Bina Insani kehidupan perekonomian di Pringapus semakin baik, karena dalam memberikan fasilitas kredit sangat mudah. Gadai emas yang ada di BMT Bina Insani merupakan contoh perkreditan dengan syarat yang mudah sehingga masyarakat bisa memajukan usahanya. Tetapi gadai emas yang ada di BMT ini belum begitu diminati oleh masyarakat sehingga nasabah yang menggadaikan emas masih sedikit, karena gadai emas yang ada di BMT ini masih produk baru sehingga masyarakat belum mengetahui adanya produk gadai emas ini. Dengan adanya produk gadai emas, masyarakat dapat meminjam uang ke BMT dengan prosedur dan sistem sangat mudah.
Menurut kitab undang-undang Hukum Perdata pasal 1150, gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang yang mempunyai piutang atas suatu barang bergerak. Gadai dalam fiqih disebut rahn, yang menurut bahasa adalah nama barang yang dijadikan sebagai jaminan kepercayaan. Sedangkan menurut syara’ artinya menyandera sejumlah harta yang diserahkan sebagai terhadap jumlah pinjaman yang diberikan sebesar 4% dialokasikan sebagai pendapatan yang dibagikan kepada para deposan dan biaya administrasi bank, yang didalamnya juga termasuk asuransi. Pelaksanaan gadai dimaksud, mendapat reaksi dari Dewan Syariah Nasional (DSN) yang menganggapnya tidak lebih sebagai praktik bisnis ribawi dan menyalahi prinsip dan nilai hukum Islam, yang membungakan pinjaman. Oleh karena itu, mulai bulan juli 2002, Bank Syariah Mandiri (BSM) tidak lagi merupakan praktik gadai konvensional dan menggantinya dengan skim pembebanan biaya pada penyimpanan barang gadai (deposit box) yang ditentukan oleh besar dan kecilnya terhadap resiko barang gadai (marhun), bukan pada besarnya pinjaman. Hal dimaksud, sesuai fatwa DSN No. 26/DSN/MUI/2002 (Ali, 2008 : 17).
Berdasarkan latar belakang permasalahan seperti diuraikan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: UPAYA PENINGKATAN MINAT MASYARAKAT TERHADAP GADAI EMAS DI BMT BINA INSANI PRINGAPUS.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan pokok permasalah yang akan dibahas, yaitu sebagai berikut :
1. Bagaimana prosedur gadai emas yang ada di BMT Bina Insani Pringapus?
Ungaran Jawa Tengah untuk mengenalkan produk gadai emas, agar diterima masyarakat?
Tujuan merupakan harapan atau hal-hal yang ingin dicapai sebagai upaya pemecahan masalah. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui prosedur gadai emas yang ada di BMT Bina Insani Pringapus..
2. Untuk mengetahui motivasi yang tepat agar produk gadai emas diterima di masyarakat.
Adapun manfaat dan kegunaan dalam tugas akhir ini adalah:
1. Bagi masyarakat
a) Untuk memenuhi syarat dalam menempuh ujian akhir Program DIII Jurusan Perbankkan Syariah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Dan untuk menambah wawasan penulis tetang kegiatan kredit gadai Emas di BMT Bina Insani Pringapus.
b) Agar mempedalami ilmu yang diperoleh di bangku kuliah untuk diterapkan dalam dunia nyata.
2. Bagi BMT Bina Insani Pringapus dan pertimbangan bagi perusahaan dalam memecahkan perilaku nasabah dalam pengambil keputusan untuk mengajukan pinjaman.
3. Bagi Akademisi Dapat digunakan untuk menambah wawasan pengetahuan dan dapat digunakan sebagai bahan bacaan.
Metode penelitian dilakukan secara terperinci dan efektif sehingga diketahui bahwa seseorang melakukan penelitian ilmiah adalah untuk mendapatkan suatu interpelasi yang sistematik dan menunjang. Dengan metode penelitian kualitatif, penulis akan menyajikan data-data untuk mengenalkan gadai emas yang ada di BMT Bina Insani Pringapus Ungaran Jawa Tengah. Menurut Strauss dan Corbin (2003) penelitian kualitatif dimaksud sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Selanjutnya, dipilihnya penelitian kualitatif karena kemantapan peneliti berdasarkan pengalaman penelitiannya dan metode kualitatif dapat memberikan rincian yang lebih kompleks tentang fenomena yang sulit diungkapkan oleh metode kuantitatif.
Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langgsung dari objek penelitian atau sumber data akurat.
Data ini di dapat dari BMT Bina Insani Pringapus Ungaran Jawa Tengah, sedangkan data-data yang diperlukan dalam penelitiann ini antara lain: a. Latar belakang, tujuan, visi misi, stuktur organisasi dari BMT Bina Insani Pringapus, Ungaran, Jawa Tengah.
b. Data nasabah yang menggadaikan emas.
2. Data sekunder Data sekunder adalah data primer yang telah diolah lebih lanjut dan dikumpulkan oleh pihak lain misalnya dalam bentuk tabel atau grafik.
(Syaifudin, 1997:72).
Data ini untuk melengkapi data pokok yang di dapat dari BMT Bina Insani Pringapus, Ungaran, Jawa Tengah.
3. Tekhnik Pengumpulan data Sedangkan tekhnik analisis ini menggunakan tekhnik:
a. Wawancara Wawancara (interview) adalah tanya jawab atau pertemuan antar seseorang untuk suatu pembicaraan. Metode wawancara dalam konteks ini berarti proses memperoleh suatu fakta atau data dengan melakukan komunikasi langsung (tanya jawab secara lisan) dengan pihak yang berinteraksi yaitu yang bertanya disebut dengan
interviewer
(pewawancara) dan interviewee (yang diwawancarai atau dalam penelitian disebut responden) (Supardi, 2005 : 121).
b. Observasi Observasi (observation) adalah pengamatan, perhatian, atau pengawasan. Metode pengumpulan data dengan observasi artinya mengumpulkan data atau penyaringan data dengan melakukan pengamatan terhadap subyek atau obyek penelitian secara seksama (cermat dan teliti) dan sistematis (Supardi, 2005 : 136).
E. Sistematika penulisan
BAB I PENDAHULUAN Berisi tentang pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penelitian dan sistematika penulisan proposal.
BAB II LANDASAN TEORI Berisi tentang landasan teori yang berisi telaah pustaka dan kerangka teoritik. BAB III LAPORAN OBYEK Menguraikan gambaran umum tentang BMT Bina Insani Pringapus, mulai dari latar belakang dan sejarah, tujuan job
description
, struktur organisasi, produk-produk, sampai visi dan BAB IV ANALISIS Berisi tentang peningkatan minat masyarakat terhadap gadai emas. BAB V PENUTUP Memberikan kesimpulan dan saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi industri koperasi pada umumnya dan BMT Bina Insani Pringapus pada khususnya.
Telaa h Pustaka
Dalam buku “BMT Menuju Koperasi Modern” menyimpulkan bahwa Baitul Maal Wattanwil merupakan salah satu jenis lembaga keuangan bukan bank yang bergerak dalam skala mikro sebagaimana koperasi simpan pinjam (KSP). BMT merupakan lembaga keuangan mikro yang berdasarkan syari’ah. Selain itu, BMT juga dapat dikatakan sebagai suatu lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang keuangan. Ini disebabkan karena BMT tidak hanya bergerak dalam pengelolaan modal (uang) saja, tetapi BMT juga bergerak dalam pengumpulan zakat, infaq, dan shadaqah (ZIS). Ini merupakan sebuah konsekwensinya dari namanya itu sendiri yaitu bait al-mal
wat tamwil yang merupakan gabungan dari kata baitul maal dan bait at- tamwil . Secara singkat, bait al-maal merupakan lembaga pengumpulan dana
masyarakat yang disalurkan tanpa tujuan profit. Sedangkan bait at-tamwil merupakan lembaga pengumpulan dana (uang) guna disalurkan dengan orientasi profit dan komersial.
Dalam buku “ Hukum Gadai” menyimpulkan bahwa, gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang yang mempunyai piutang atas suatu barang bergerak. Barang bergerak tersebut diserahkan kepada orang yang berpiutang kekuasaan kepada orang menggunakan barang bergerak yang telah diserahkan untuk melunasi utang apabila pihak yang berutang tidak dapat memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo.
Penelitian Teguh Prayoga tahun 2009 berjudul “Analisis Pemberian Kredit di BPR Mekar Nugraha Karangjati” menyimpulkan bahwa kredit yang di berikan oleh BPR Mekar Nugraha Karangjati mulai dari kredit umum, kredit pegawai dan kredit kelompok.
Penelitian Suwarsih tahun 2004 berjudul “Sistem Penerimaan Kas dari Pelunasan Kredit pada Perum Pegadaian Cabang Boyolali” menyimpulkan bahwa sistem dan prosedur penerimaan kas pada Perum Pegadaian Cabang Boyolali yaitu belum diterapkan bagian-bagian yang belum bertugas sesuai dengan tugasnya.
Penelitian Nanik Khoiriyatul Farida tahun 2005 berjudul “Sistem Pemberian Kredit gadai di Perum Pegadaian Cabang Suruh” menyimpulkan bahwa dari prosedur ini nasabah bisa memperoleh uang pinjaman dan syarat- syarat yang telah ditentukan, sedangkan prosedur pelunasan harus melunasi uang pinjaman dan membayar sejumlah bunga yang telah disepakati.
B.
Kera ngka Teoritik 1.
Teori Minat atau motivasi melakukan atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai rencana atau keinginan untuk menuju kesuksesan dan menghindari kegagalan hidup. Dengan kata lain motivasi adalah sebuah proses untuk tercapainya suatu tujuan. Seseorang yang mempunyai motivasi berarti ia telah mempunyai kekuatan untuk memperoleh kesuksesan dalam kehidupan.
Motivasi dapat berupa motivasi intrinsik dan ekstrinsi. Motivasi yang bersifat intinsik adalah manakala sifat pekerjaan itu sendiri yang membuat seorang termotivasi, orang tersebut mendapat kepuasan dengan melakukan pekerjaan tersebut bukan karena rangsangan lain seperti status ataupun uang atau bisa juga dikatakan seorang melakukan hobinya. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah manakala elemen-elemen diluar pekerjaan yang melekat di pekerjaan tersebut menjadi faktor utama yang membuat seorang termotivasi seperti status ataupun kompensasi.
Banyak teori motivasi yang dikemukakan oleh para ahli yang dimaksudkan untuk memberikan uraian yang menuju pada apa sebenarnya manusia dan manusia akan dapat menjadi seperti apa. Landy dan Becker membuat pengelompokan pendekatan teori motivasi ini menjadi 5 kategori yaitu teori kebutuhan, teori penguatan, teori keadilan, teori harapan, teori penetapan sasaran. dasarnya semua manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya dalam 5 tingkatan yang berbentuk piramid, orang memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Lima tingkat kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai dari kebutuhan biologis dasar sampai motif psikologis yang lebih kompleks ; yang hanya akan penting setelah kebutuhan dasar terpenuhi. Kebutuhan pada suatu peringkat paling tidak harus terpenuhi sebagian sebelum kebutuhan pada peringkat berikutnya menjadi penentu tindakan yang penting. 1) Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya). 2) Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya). 3) Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang lain, diterima, memiliki).
4) Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan dukungan serta pengakuan).
5) Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif : mengetahui, memahami, dan menjelajahi, kebutuhan estetik : keserasian, keteraturan, dan keindahan, kebutuhan aktualisasi diri : mendapatkan kepuasan diri dan potensinya).
Bila makanan dan rasa aman sulit diperoleh, pemenuhan kebutuhan tersebut akan mendominasi tindakan seseorang dan motif-motif yang lebih tinggi akan menjadi kurang signifikan. Orang hanya akan mudah. Karya seni dan karya ilmiah tidak akan tumbuh subur dalam masyarakat yang anggotanya masih harus bersusah payah mencari makan, perlindungan, dan rasa aman.
Masyarakat adalah sejumlah manusia yang merupakan satu kesatuan golongan yang berhubungan tetap dan mempunyai kepentingan yang sama. Seperti; sekolah, keluarga, perkumpulan, Negara semua adalah masyarakat.
Dalam ilmu sosiologi kita mengenal ada dua macam masyarakat, yaitu masyarakat paguyuban dan masyarakat petambayan. Masyarakat paguyuban terdapat hubungan pribadi antara anggota-anggota yang menimbulkan suatu ikatan batin antara mereka. Kalau pada masyarakat Patambayan terdapat hubungan pamrih antara anggota-angotanya.
a. Unsur-unsur suatu masyarakat 1) Harus ada perkumpulan manusia dan harus banyak.
2) Telaah bertempat tinggal dalam waktu lama disuatu daerah tertentu.
3) Adanya aturan atau undang-undang yang mengatur masyarakat untuk menuju kepada kepentingan dan tujuan bersama.
b. Bila dipandang cara terbentuknya masyarakat: c. Masyarakat natur, yaitu masyarakat yang terjadi dengan sendirinya, seperti: gerombolan (harde), suku (stam), yang bertalian karena hubungan darah atau keturunan.
d. Masyarakat kultur, yaitu masyarakat yang terjadi karena kepentingan keduniaan atau kepercayaan.
e. Masyarakat dipandang dari sudut Antropologi terdapat dua tipe masyarakat: 1) Masyarakat kecil yang belum begitu kompleks, belum mengenal pembagian kerja, belum mengenal tulisan, dan teknologinya sederhana. 2) Masyarakat sudah kompleks, yang sudah jauh menjalankan spesialisasi dalam segala.
f. Faktor-faktor yang mendorong manusia untuk hidup 1) Hasrat sosial
Adalah merupakan hasrat yang ada pada setiap individu untuk menghubungkan dirinya kepada individu lain atau kelompok.
2)Hasrat untuk mempertahankan diri Adalah hasrat untuk mempertahan kan diri dari berbagai pengaruh luar yang mungkin datang kepadanya. Faktor-faktor yang mendorong manusia untuk hidup bermasyarakat perlu bergabung dangan individu lain atau kelompok. persaingan, keinginan membantah pendapat orang lain. Sehingga mereka mengadakan persatuan untuk mencapai tujuan, yaitu tujuan bersama.
4) Hasrat harga diri Rasa harga diri merupakan hasrat pada seseorang untuk menganggap atau bertindak atas diri nya lebih tinggi dari pada orang lain, karena mereka ingin mendapat penghargaan yang selayaknya. Hasrat meniru adalah hasrat untuk menyatakan secara diam-diam atau terang-terangan sebagian dari salah satu gejala atau tindakan.
5) Hasrat bergaul hasrat untuk bergabung dengan orang-orang tertentu, kelompok tertentu, atau masyarakat tertentu dalam suatu masyarakat. 6) Hasrat untuk mendapat kan kebebasan
Hasrat ini tampak jelas pada tindakan-tindakan manusia bila mendapat kekangan-kekangan atau pembatasan-pembatasan.
7) Hasrat untuk memberitahukan Hasrat untuk menyampaikan perasaan-perasaan kepada orang lain biasanya disampaikan dengan suara atau isyarat.
8) Hasrat simpati Kesanggupan untuk dengan langsung turut merasakan apa Gadai secara bahasa adalah tetap, kekal, dan jaminan, sedangkan dalam istilah adalah menyandra sejumlah harta yang diserahkan sebagai jaminan secara hak, dan dapat diambil kembali sejumlah harta di maksud sudah ditebus. Namun, pengertian gadai yang terungkap dalam pasal 1150 Kitab Undang-Undang Hukum perdata adalah suatu hak yang diperoleh seseorang yang mempunyai piutang atas suatu barang bergerak, yaitu barang bergerak tersebut diserahkan kepada orang yang berpiutang oleh orang yang mempunyai utang atau orang lain atas nama orang yang mempunyai utang. Seorang yang berutang tersebut memberikan kekuasaan kepada orang yang untuk menggunakan barang bergerak yang telah diserahkan untuk melunasi utang apabila pihak yang berutang tidak dapat memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo (Sudarsono, 2003 : 141).
a. Ladasan Hukum
1) Al- Qur’an
“jika dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (utangnya) dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah tuhannya: dan janganlah kamu (para saksi) berdosa hatinya: dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Al-Baqarah (2) : 283)
2) Al- Hadis
A’isyah ra. Yang diriwayatkan oleh Iman Muslim berkata “Telah meriwayatkan kepada kami Ishaq bin Ibrahim Al-Hanzhali dan Ali bin Khasyram berkata: keduanya mengabarkan kepada kami Isa bin Yunus bin ‘Amasy dari Ibrahim dari Aswad dari ‘Aisyah berkata: bahwasannya Rosullah saw. Membeli makanan dari seorang Yahudi dengan menggadaikan baju besinya (HR. Muslim).
Anas bin Malik ra. yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah berkata: ”Telah meriwayatkan kepada kami Nashr bin Ali Al-Jahdhami, ayahku telah meriwayatkan kepadaku, meriwayatkan kepada kami Hisyam bin Qatadah dari Anas berkata: Sungguh Rasulullah saw. menggadaikan baju besinya kepada seorang Yahudi di Madinah dan menukarnya dengan gandum untuk keluarganya (HR. Ibnu Majah).
Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari, berkata: Telah meriwayatkan kepada kami Muhammad bin Muqatil, mengabarkan kepada kami Zakariyyah dari Sya’bi dari Abu Hurairah, dari Nabi saw, bahwasannya beliau bersabda: Kendaraan dapat digunakan dan hewan ternak dapat pula diambil manfaatnya apabila boleh mendapat manfaatnya (HR. Al-Bukhari).
Abu Hurairah berkata: Barang gadai tidak boleh disembunyikan dari pemilik yang menggadaikan, baginya resiko dan haslinya (HR,Asy-Syafi’i dan Ad-Duruquthni).
3) Ijma’
Jumhur ulama menyepakati kebolehan status hukum gadai. Hal dimaksud, berdasarkan pada kisah Nabi Muhammad saw. yang menggadaikan baju besinya untuk mendapatkan makanan dari seorang Yahudi. Para ulama juga mengambil indikasi dari contoh Nabi Muhammad saw. tersebut, ketika beliau beralih dari yang biasanya bertaransaksi kepada para sahabat yang kaya kepada seoarang Yahudi, bahwa hal itu tidak lebih di senangi sikap Nabi Muhammad saw. yang tidak mau memberatkan para sahabat yang biasanya enggan mengambil ganti ataupun harga yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW kepada mereka.
b. Rukun dan Syarat Gadai 1)
Rukun Gadai
Rukun Gadai adalah sebagai berikut:
a)
Aqid
(orang yang berakal) arah, yaitu: (a) Rahin (orang yang menggadaikan barang), (b) Murtahin (orang yang berpiutang dan menerima barang gadai). Hal tersebut didasari dengan ucapan ijab qobul (serah terima antara penggadai dan penerima gadai).
Ma’qu
b)
d’alaih
(Barang yang diakad)
Ma’qud’alaih
meliputi 2 hal yaitu: (a) Marhun (barang yang digadaikan) dan (b)
Marhun Bihi (dain), atau utang yang karenanya diadakan akad rahn.
2) Syarat
- syarat Gadai Selain rukun yang harus terpenuhi dalam transaksi gadai, maka dipersyaratkan juga syarat. Syarat-syarat gadai adalah sebagai berikut:
a)
Shigh at
Syarat shighat tidak boleh terikat dengan syarat tertentu dan waktu yang akan datang. Misal: orang yng menggadaikan hartanya mempersyaratkan tenggang waktu utang habis dan utang belum terbayar, sehingga pihak penggadai dapat diperpanjang satu bulan tenggang waktunya. Kecuali jika syarat itu mendukung disaksikan oleh dua orang saksi.
b) Pihak-
Pihak yang Berakad Cakap Menurut Hukum Pihak-Pihak yang berakad menurut hukum pengertian bahwa pihak rahin dan marhun cakap melakukan perbuatan hukum, yang ditandai dengan aqil baliq, berakal sehat, dam mampu melakukan akad. Menurut sebagian pengikut ulama Abu Hanifah memperbolehkan anak-anak yang mumayyiz untuk melakukan akad karena dapat membedakan yang baik dan yang buruk. Syarat yang menggadaikan (ar-rahin) dan orang yang menerima adalah cakap bertindak dalam kaca mata hukum. Menurut mayoritas ulama, orang yang masuk dalam kategori adalah orang yang telah baligh dan berakal, menurut ulama mazhab Hanafi, kedua belah pihak yang berakad tidak disyaratkan baligh, melainkan cukup berakal saja.
Karena itu menurut mazhab Hanafi, anak kecil yang
mumayyiz yang sudah dapat membedakan sesuatu yang baik dan yang buruk, maka ia dapat melakukan akad.
c) Utang adalah kewajiban bagi pihak berutang untuk membayar kepada pihak memberi piutang, (b) merupakan barang yang dapat dimanfaatkan, jika tidak bermanfaat maka tidak sah, (c) barang tersebut dapat dihitung jumlahnya.
d) Marh un
Marhun
adalah harta yang dipegang oleh murtahin (penerima gadai) atau wakilnya, sebagai jaminan utang.
Para ulama menyepakati bahwa syarat yang berlaku pada barang gadai adalah syarat yang belaku pada barang yang dapat diperjualkan-belikan, yang ketentuannya adalah:
1) Aguna n itu harus bernilai dan dimanfaatkan menurut ketentuan syariat Islam, sebaiknya agunan yang tidak bernilai dan tidak dapat dimanfaatkan menurut syariat Islam maka tidak dapat dijadiakan agunan. Contoh : khamar (minuman memabukan). Minuman dimaksud, tidak bernilai dan tidak dapat dimanfaatkan menurut syariat Islam sehingga tidak dapat dijakan agunan, n itu harus dapat dijual dan nilainya seimbang dengan besarnya utang.
3) Aguna n itu harus jelas dan tertentu (harus dapat ditentukan secara spesifik).
4) Aguna n itu milik sah debitur.
5) Aguna n itu tidak terikat dengan hak orang lain (bukan milik orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya).
6) Aguna n itu dapat diserahkan kepada pihak lain, baik materinya maupun manfaatnya.
Agunan dimaksud berbeda dengan agunan praktik perbankan konvensional, agunan kredit boleh milik orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya. Hal tersebut adalah sejalan dengan ketentuan KUH Perdata yang membolehkan hal demikian itu. Debitur menghendaki agar barang pihak ketiga menjadi agunan, seharusnya ditempuh dengan menggunakan prinsip kafalah. Kafalah adalah jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban seseorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang sebagai penjamin (Antonio, 2001 : 123).
Syarat-syarat gadai yang diungkapkan di atas, menggambarkan secara umum mengenai syarat-syarat rahn. Namun kenyataannya berbeda dengan para ulama, para ulama tidak setuju dengan syarat-syarat diatas, syarat- syarat dimaksudkan oleh pendapat para imam mahzab sebagai berikut: 1.
Penda pat ulama mazhab Maliki Pendapat ulama dari kalangan mazhab Imam Maliki berkenaan syarat-syarat rahn terdiri atas 4 bagian, yaitu: a. Bagian yang berkaitan dengan kedua belah pihak yang melakukan akad, yaitu pihak rahn dan pihak murtahin. Syarat ini mengharuskan bahwa kedua belah pihak yang terlibat dalam transaksi hukum gadai harus dua orang yang memenuhi keabsahan akad dalam jual beli yang tetap (mengikat). Jika akad dilakukan oleh seorang anak yang masih mumayyiz, salah satunya dan atau keduanya adalah maka akadnya tetap sah tetapi tidak mengikat. Kecuali, jika mumayyiz yang melakukan akad tersebut diizinkan oleh walinya.
b. Bagian yang berkaitan dengan marhun (barang gadai). Syarat barang-barang najis dan barang-barang lainnya, yang dalam jual beli juga dilarang.
c. Bagian yang berkaitan dengan marhun bihi (uang yang dipinjamkan). Syarat ini mengharuskan utang sudah tetap, baik pada saat itu maupun dimasa yang akan datang. Hal yang dimaksud dalam hal ini dapat di ungkapkan sebagai contoh tentang akad gadai pada al-ju’lu (pengupahan), yakni pemberian upah dari seseorang kepada orang lain atas jasanya.
d. Bagian yang berkaitan dengan akad. Hal dimaksud, mengharuskan bahwa akad gadai hendaknya tidak menetapkan suatu syarat yang bertentangan dengan tujuan gadai, misalnya akad gadai yang menghendaki marhun harus dijual jika orang yang menggadaikan tidak dapat melunasinya. Semua persyaratan rahn yang di tentukan oleh ulama mahzab Maliki di atas didasari atas asas (setiap barang yang sah diperjualbelikan, maka sah pula di gadaikan).
2. Penda pat ulama mahzab Hanafi Ulama dari mahzab Hanafi berpendat bahwa syarat gadai terbagi atas 3 yaitu:
(barang gadai), yang berupa harta benda, (2) Marhun bihi (utang), yang merupakan terjadinya gadai.
b.
Bagia n kedua; syarat terjadinya akad rahn, yaitu (1) hendaknya berkaitan dengan syarat yang tidak dikehendaki oleh akal, (2) tidak disandarkan pada waktu tertentu, (3) marhun (barang gadai) dapat dibedakan dari lainnya, (4) marhun (barang gadai) berada dalam kekuasaan penerimaan gadai, setelah diterima olehnya, (5) marhun (barang gadai) benar-benar kosong, (6) marhun (barang gadai) bukanlah barang yang najis, dan (7) marhun (barang gadai) bukan termasuk barang yang tidak bisa diambil manfaatnya.
c.
Bagia n ketiga; syarat tetapnya akad rahn. Akad rahn telah tetap bilamana marhun (barang gadai) diterima oleh murtahin (penerima gadai) dengan terjadinya ijab dan qabul.
3. Penda pat ulama dari mahzab Imam Maliki dan Syafi’i Pendapat ulama dari mazhab Imam Maliki dan Imam Syafi’i yang halnya menekankan ketentuan perihal barang gadai, yang mempersyaratkan keabsahan barang gadai berdasarkan keabsahan barang yang diperjualbelikan. Pengikut dari kedua mahzab dimaksud, menurut mereka, barang-barang seperti hewan ternak, hewan melata, hamba sahaya (budak), dinar, dirham, tanah dan barang-barang lainnya, selama itu halal dijualbelikan, maka halal pula digadaikan.
Dikemukakan bahwa pendapat dari kalangan ulama Imam Syafi’i menekankan bahwa barang gadai harus berbentuk barang yang berwujud. Jika tidak demikian, maka gadainya menjadi tidak sah. Oleh karena itu, menggadaikan manfaat benda seperti gadai menempati rumah sebagai jaminan, menurut pendapat mereka tidak sah. Karena itu, pada umumnya, baik ulama mazhab Maliki, mahzab Syafi’i, dan mazhab Hambali, menyepakati bahwa syarat itu adalah syarat yang mendukung kelancaran akad gadai, sehingga syarat itu bertentangan dengan tabiat akad rahn, maka syarat yang demikian menjadi batal.
c. Status dan Jenis Barang Gadai 1)
Status barang gadai ulama fikih menyatakan bahwa rahn baru dianggap sempurna apabila barang yang digadaikan itu secara hukum sudah berada di tangan penerima gadai (murtahin atau kreditor), dan uang yang dibutuhkan telah diterima oleh pemberi gadai (rahin atau debitur). Kesempurnaan rahn oleh ulama disebut sebagai al-qabdh
almarhun barang jaminan dikuasai secara hukum, apabila agunan
itu telah dikuasai oleh kreditur maka akad rahn itu mengikat kedua dengan penyerahan jaminan. Misalnya, ketika seorang penjual meminta untuk menyerahkan jaminan seharga tertentu untuk pembelian suatu barang dengan kredit. Suatu gadai menjadi sah sesudah terjadinya utang. Para ulama menilai hal dimaksud sah karena utang memang tetap menuntun pengambilan jaminan. Maka dibolehkan mengambil sesuatu sebagai jaminan. Hal itu, menunjukan bahwa status gadai dapat terbentuk sebelum muncul utang. Pedoman barang yang boleh digadaikan.
Pedoman barang yang boleh digadaikan adalah tiap-tiap barang yang boleh (sah) dijualbelikan, maka boleh digadaikan untuk menanggung beberapa utang, ketika utang tersebut telah tetap berada dalam tanggungan (waktu yang telah ditanggungkan).
2) Jenis
Barang Gadai Jenis barang gadai (marhun) adalah barang yang dijadikan agunan oleh rahin sebagai pengikat utang, dan dipegang oleh murtahin sebagai jaminan utang. Menurut ulama Hanafi, barang-barang yang dapat digadaikan adalah barang-barang yang memenuhi kategori: a.
Baran g-barang yang dapat dijual. Karena itu, barang-barang yang menggadaikan binatang yang belum lahir, menggadaikan burung yang ada di udara.
b.
Baran g gadai harus berupa harta menurut pandangan syara’, tidak sah menggadaikan sesuatu yang bukan harta, seperti bangkai, hasil tangkapan di Tanah Haram, arak, anjing, serta babi.
Semua barang ini tidak diperbolehkan oleh syara’ dikarenakan berstatus haram.
c.
Baran g gadai tersebut harus diketahui, tidak boleh menggadaikan sesuatu yang majhul (tidak dapat dipastikan ada atau tidaknya).
d.
Baran g tersebut merupakan milik si rahin.
d. Hak dan Kewajiban penerima Gadai
1. Hak Penerima Gadai sebagai berikut:
a) Peneri ma gadai berhak menjual marhun apabila rahin tidak dapat memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo. Hasil penjualan harta benda gadai (marhun) dapat digunakan untuk melunasi pinjaman dan sisanya dikembalikan kepada rahin. ma gadai berhak mendapatkan pengganti biaya yang telah dikeluarkan untuk menjaga keselamatan harta benda gadai.
c) Selam a pinjaman belum dilunasi maka pihak pemegang gadai berhak menahan harta benda gadai yang diserahkan oleh pemberi gadai.
2. Kewajiban Penerima Gadai sebagai berikut:
a) Penerima gadai bertanggung jawab atas hilang dan merosotnya harta benda gadai bila hal itu disebabkan oleh kelalaiannya.
b) Penerima gadai tidak boleh menggunakan barang gadai untuk kepentingan pribadinya.
c) Penerima gadai berkewajiban memberitahukan kepada pemberi gadai sebelum diadakan pelelangan harta benda gadai.
e. Hak dan Kewajiban Pemberi Gadai (Rahin)
1. Hak Penerima gadai sebagai berikut:
a) Pemb eri gadai berhak mendapat pengembalian harta benda yang digadaikan sesudah ia melunasi pinjaman utangnya.
b) Pemb eri gadai berhak menutut ganti rugi atau kerusakan dan/atau hilangnya harta benda yang digadaikan, bila hal itu disebabkan eri gadai berhak menerima sisa hasil penjualan harta benda gadai sesudah dikurangi biaya pinjaman dan biaya-biaya lainnya.
d) Pemb eri gadai berhak meminta kembali harta benda gadai bila penerima gadai diketahui menyalah gunakan harta benda gadaiannya.
2. Kewajiban Pemberi gadai yaitu, sebagai berikut:
a) Pemberi gadai berkewajiban melunasi pinjaman yang telah diterimanya dalam tenggang waktu yang telah ditentukan, termasuk biaya-biaya yang ditentukan oleh penerima gadai.
b) Pemberi gadai berkewajiban merelakan penjualan harta benda gadainya, bila dalam jangka waktu yang telah ditentukan pemberi gadai tidak dapat melunasi uang pinjamannya.
f. Jenis-Jenis Harta Benda yang digadaikan 1. Perhiasan: emas, perak, mutiara, intan, maupun semacamnya.
2. Peralatan rumah tangga: perlengkapan dapur, perlengkapan makan atau perlengkapan minum, perlengkapan taman maupun sejenisnya.
3. Kendaraan: sepeda, sepeda motor, mobil, maupun semacamnya. menjadi jaminan pinjaman bila rahin dapat melunasi pinjaman sampai batas waktu yang telah ditentukan dalam akad. Pelelangan dimaksud, dilakukan oleh pihak penggadai sesudah memberitahukan kepada
rahin
paling lambat 5 hari sebelum tanggal penjualan. Pemberitahuan tarsebut dapat melalui surat pemberitahuan masing-masing alamat atau melalui telepon dan lainnya. Pelelangan dimaksud mempunyai ketentuan sebagai berikut:
1) Ditetapkan harga emas oleh penggadai pada saat pelelangan dengan margin 2% untuk pembeli.
2) Harga penawaran yang dilakukan oleh banyak orang tidak diperbolehkan karena dapat menyebabkan kerugian bagi rahin. Karena itu, pihak penggadai melakukan pelelangan terbatas, yaitu hanya memilih beberapa orang pembeli.
3) Hasil pelelangan akan digunakan untuk biaya penjualan 1% dari harga jual, biaya penjualan 4 bulan, dan sisanya di kembalikan kepada rahin. 4) Sisa selebihnya yang tidak diambil selama setahun, akan diserahkan oleh pihak penggadai kepada baitul mal.