Pelaksanaan Ibadah Mahdhah di Desa Majir Kec. Kutoarjo Kab. Purworejo. Prodi Pendidikan Agama Islam.N) Salatiga. - Test Repository

  

PELAKSANAAN IBADAH MAHDHAH DI DESA

MAJIR KEC. KUTOARJO KAB. PURWOREJO

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

  

Oleh:

Tatu Mafazah

NIM : 111-14-044

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2018

HALAMAN JUDUL

  

PELAKSANAAN IBADAH MAHDHAH DI DESA

MAJIR KEC. KUTOARJO KAB. PURWOREJO

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

  

Oleh:

Tatu Mafazah

NIM : 111-14-044

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2018

  2222LOG

KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

  Jalan Lingkar Salatiga Km. 2 Telepon: (0298) 6031364 Salatiga 50716 HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING Website: tarbiyah.iainsalatiga.ac.id Email Dr. M. Gufron, M. Ag.

  Dosen IAIN Salatiga Nota Pembimbing Lampiran : 4 Eksemplar Hal : Naskah Skripsi

  Kepada: Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga di Salatiga Assalamu’alaikum Wr. Wb. Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka naskah skripsi mahasiswa:

  Nama : Tatu Mafazah NIM : 111-14-044 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Fakultas : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Judul : PELAKSANAAN IBADAH MAHDHAH DI DESA MAJIR KEC.

KUTOARJO KAB. PURWOREJO

  

Dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga untuk

diujikan dalam munaqosyah. Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi

perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.

  Wassalamu’alaikum Wr. Wb Salatiga, 16 September 2018 Pembimbing Dr. M. Gufron, M.Ag.

  NIP. 19720814 200312 1 001

KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

  Jalan Lingkar Salatiga Km. 2 Telepon: (0298) 6031364 Salatiga 50716 HALAMAN PENGESAHAN Website: tarbiyah.iainsalatiga.ac.id Email

SKRIPSI

PELAKSANAAN IBADAH MAHDHAH DI DESA MAJIR

KEC. KUTOARJO KAB. PURWOREJO

  

Disusun oleh:

Tatu Mafazah

NIM : 111-14-044

  

Telah dipertahankan di depan panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama

Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Salatiga, pada tanggal 26 September 2018 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna

memperoleh gelar Sarjana S1 Kependidikan Islam.

  

Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji : Mufiq, S.Ag. M. Phil. Sekretaris : Dr. M. Ghufron, M.Ag. Penguji I : Dr. Wahyudiana, M. Pd. Penguji II : Dra. Maryatin, M. Pd.

  Salatiga, 26 September 2018 Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Suwardi, M.Pd.

  NIP.19670121 199903 10 002

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAN

  

KESEDIAAN DI PUBLIKASIKAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Tatu Mafazah NIM : 111-14-044 Program Studi : Pendidikan Agama Islam Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

  Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya

saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain

yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Dan

tidak keberatan untuk dipublikasikan oleh pihak IAIN Salatiga.

  Salatiga, 26 September 2018 Yang Menyatakan, Tatu Mafazah NIM:111-14-044

  

MOTTO

ُِْٚذُجْعَيٌِ َّلَِّإ َسِْٔ ْلْاَٚ َِّٓجٌْا ُتْمٍََخ بََِٚ

  

Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan

manusia melainkan supaya mereka mengabdi

kepada-Ku, (Qs. Ad-Dzariyat: 56).

  

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat serta karuniaNya, skripsi ini penulis persembahkan untuk:

  1. Ayahku dan Ibundaku tersayang, Achmad Marsudi dan Lasmini yang senantiasa memberikan dukungan baik materil maupun moril dan tak pernah berhenti memantau, memberikan do‟a, nasihat, kasih sayang, bimbingan, motivasi dan semangat untuk putri semata wayangnya ini.

  2. Ahmad Muzaid yang senantiasa menemani, memberikan dukungan, semangat, motivasi, do‟a dan kasih sayang yang tiada henti.

  3. Dosen pembimbing skripsiku, Bp. Dr. M. Gufron, M.Ag. yang selalu memberikan

pengarahan serta bimbingan dengan penuh kesabaran selama proses skripsi ini.

  4. Segenap keluarga besar Bani „Alwi beserta anak cucu dan keluarga besar Bani No Dikromo beserta anak cucu yang selalu membimbing dan memberikan motivasi, semangat yang tak henti-hentinya demi terselesaikan skripsi penelitian ini.

  5. Sahabat seperjuangan yang selalu menemani saya sejak MAN sampai sekarang selalu bersama-sama Izza Laila Lutfiyati susah senang bersama-sama dan berjuang bersama dalam mengerjakan skripsi.

  6. Sahabat seperjuangan satu dosbing Muzayanatul Maghfiroh, Laili Nur Fitriyani, Muna, Khusnadia, Fatin, Nur Khasanah, Muhammad Nur Kholiq, Rahmat dll yang selalu memberikan motivasi, semangat, dan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

  7. Sahabat dan teman dekatku segenap keluarga “Purworejo Squad” Muza, Hikmah, Hana, Hima, Eka, Ida, Indri, Izza, yang selalu memberikan motivasi kepadaku dan membantu menyelesaikan skripsi ini.

  8. Keluarga kost Salatiga, Nisa, Fajar, Nunung, Tika, Uus, Rana, Retno, Sofi, dan Zulfa yang selalu memberikan dukungan dan semangat.

  9. Tim PPL SMP Negeri 1 Salatiga, Afif, Dwita, Ela, Irfan, Khamidah, Mui‟I, Rani, Riska, Sari, Muza, dan Umam yang selalu memberikan motivasi.

  10. Tim KKN Posko 39 (Mejing, Candimulyo, Magelang), Hana, Iqomatul, Muslikhatun, Pak Arip, Naja, Pakdhe Wawan, Iqo Rizki, Mbak Azizah yang selalu support.

  11. Segenap keluarga besar KTSR (Karang Taruna Sinar Remaja) Desa Majir Hafidz, Catur, Amin, Zunis, Nain, Risma, Riski, Shaefudin, beserta anggota lain yang telah memberikan pengalaman berharga, selalu memberikan motivasi dan dukungan untuk meraih kesuksesan.

  12. Segenap keluarga besar Syekhermania Purworejo.

  13. Rekan-rekanita IPNU IPPNU PAC. Kutoarjo.

  14. Segenap keluarga besar PAI B Angkatan 2014.

  15. Segenap keluarga besar PAI Angkatan 2014.

  16. Segenap pendidik dan pembaca.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur alhamdulillahi robbil‟alamin, penulis panjatkan atas kehadirat Allah

  

SWT yang selalu memberikan nikmat, rahmat, karunia, taufik, serta hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Pelaksanaan Ibadah

Mahdhah di Desa Majir Kec. Kutoarjo Kab. Purworejo ini dengan baik dan lancar.

  Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi agung

Muhammad SAW, semoga kelak dapat berjumpa dan mendapat syafa‟atnya di yaumul

akhir . aamiin.

  Penulisan skripsi ini tidak akan pernah terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai

pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu

penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada: 1.

  Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M.Pd. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

  3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

  4. Bapak Dr. M. Gufron, M.Ag. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing dan mengarahkan dari awal hingga akhir dalam proses penyelesaian skripsi ini.

  5. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Pembimbing Akademik yang senantiasa

membimbing dan mengarahkan dalam proses bimbingan akademik selama kuliah.

  6. Bapak dan Ibu dosen yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, serta karyawan IAIN Salatiga sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang pendidikan S1.

  7. Ayah, ibu dan keluargaku.

  8. Sahabat-sahabatku yang selalu memberikan motivasi kepadaku, menyemangatiku dan membantu menyelesaikan skripsi ini.

  9. Teman-teman KKN IAIN 2018 Posko 39 Dusun Mejing Kec. Candimulyo Kab Magelang.

  10. Teman-teman PPL SMP Negeri 1 Salatiga.

  11. Keluarga besar PAI IAIN Salatiga angkatan 2014.

12. Seluruh pihak yang sudah mendukung dan memberikan semangat yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

  Terselesaikannya tulisan ini selain sebagai bentuk tanggung jawab pengenyam

perguruan tinggi yang tentunya kelak akan menjadi salah satu referensi. Penulis

sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran

yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga hasil penelitian ini dapat

bermanfaat bagi penulis khususnya, serta para pembaca pada umumnya. Aamiin.

  Salatiga, 26 September 2018 Tatu Mafazah

NIM: 111-14-044

  

ABSTRAK

Mafazah, Tatu. 2018. Pelaksanaan Ibadah Mahdhah di Desa Majir Kec. Kutoarjo Kab.

  Purworejo. Prodi Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Dr. M.

  Gufron, M.Ag.

  Kata Kunci: Pelaksanaan. Ibadah Mahdhah.

  Ibadah mahdhah adalah ibadah khusus yang apa saja telah ditetapkan oleh Allah

SWT , baik itu tata cara maupun perinciannya. Ibadah tersebut mempunyai prinsip

keadaannya harus berdasarkan dalil, tata caranya harus berpola kepada Rasulullah SAW,

bersifat supra rasional, dan azasnya taat.

  Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif,

yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif, ucapan atau tulisan, dan

perilaku yang dapatdiamati dari orang-orang (subyek) itu sendiri.

Adapun metode pengumpulan data yang peneliti lakukan yaitu metode observasi,

wawancara, dan metode dokumentasi. Metode observasi adalah cara menghimpun bahan-

bahan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan fenomena yang dijadikan

pengamatan. Catatan data yang diperoleh adalah hasil dari mengamati langsung kegiatan-

kegiatan ibadah mahdhah di Desa Majir Kec. Kutoarjo Kab. Purworejo. Metode

wawancara adalah percakapan yang berisi pertanyaan dan jawaban antara penulis dengan

subyek dengan maksud untuk mencari informasi data konkret di Desa Majir Kec.

Kutoarjo Kab. Purworejo. Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal

berupa catatan, transkip, dan sebagainya yang berkaitan denagn pelaksanaan ibadah

mahdhah di Desa Majie Kec. Kutoarjo Kab. Purworejo tersebut.

  Ibadah mahdhah yaitu ibadah khusus yang telah ditetapkan oleh Allah SWT tata

cara maupun perinciannya. Ibadah mahdhah di Desa Majir Kec. Kutoarjo Kab. Purworejo

yang semula banyak masyarakat yang sering menyepelekan ibadah mahdhah shalat dan

pu asa dengan adanya kajian da‟wah dan pendidikan madrasah maka masyarakat berhasil

melaksanakan ibadah mahdhah dengan lebih istiqomah.Dengan adanya pendidikan

Madrasah Diniyah dan pengajian atau da‟wah kita lebih bisa menjaga diri dari perbuatan

yang tidak baik, bahwa manusia yang terbaik adalah siapa yang selalu menegakkan amar

ma'ruf nahi munkar, sehingga semua waktunya digunakan untuk menegakkan amar

ma'ruf nahi munkar. Juga bersikap takut atas murka Tuhan-nya, sehingga seluruh

kehidupannya disesuaikan dengan perintah-perintah Allah yang berada di dalam kitab

suci-Nya.

  

DAFTAR ISI

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  a. Dasar hukum da'wah...........................................................27

  b. Tujuan da'wah....................................................................30

  c. Unsur da'wah......................................................................33

  d. Metode da'wah...................................................................35

  e. Peranan dan pengaruh da'wah............................................36

  3. Pendidikan Madrasah Diniyah..................................................38

  a. Pengertian madrasah..........................................................38

  b. Tugas madrasah.................................................................39

  c. Ciri-ciri madrasah..............................................................40

  d. Kurikulum Madrasah Diniyah...........................................41

  

  

  

  1. Visi dan Misi Desa Majir.........................................................55

  2. Batas Wilayah..........................................................................56

  3. Data Desa.................................................................................57

  4. Sejarah Masjid Majir................................................................59

  5. Jadwal Da'wah..........................................................................60

  6. Daftar Muballigh Da'wah.........................................................60

  7. Jadwal Pendidikan Madrasah...................................................60

  8. Dewan Pengajar Madrasah.......................................................61

  9. Sarana dan Prasarana Madrasah...............................................61

  10. Kegiatan Madrasah.................................................................62

  11. Keadaan Murid Madrasah......................................................62

  B. Analisis Data........................................................................................62

  

  LAMPIRAN-LAMPIRAN

  1. Daftar Riwayat Hidup

  2. Pengajuan Pembimbing

  3. Lembar Konsultasi Skripsi

  4. Laporan SKK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia di dunia merupakan anugerah dari Allah SWT

  dengan segala pemberiannya, manusia dapat menikmati segala kenikmatan yang bisa dirasakan oleh dirinya tetapi dengan anugerah tersebut kadangkala manusia lupa akan Dzat Allah SWT yang telah memberikan nikmat kepadanya. Sebab itu, manusia harus mendapatkan suatu bimbingan sehingga di dalam kehidupannya dapat berbuat sesuai bimbingan Allah SWT.

  Hidup yang dibimbing oleh syari‟ah akan melahirkan kesadaran untuk berperilaku yang sesuai dengan tuntunan Allah SWT dan Rasul Nya.

  Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk yang terbaik dan sempurna diantara makhluk-makhluk yang lain, baik secara fisik maupun psikis. Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang terbaik dan sempurna tidaklah tanpa suatu tujuan. Tujuannya yaitu untuk beribadah kepada Allah SWT semata.

  Menurut bahasa, kata ibadah berarti patuh (al-

  tha‟ah), dan tunduk

  (al-khudlu). Ubudiyah artinya tunduk dan merendahkan diri . Menurut al- Azhari, kata ibadah tidak dapat disebutkan kecuali untuk kepatuhan kepada Allah (Syarifuddin, 2003: 17). Ibadah merupakan bentuk menyembahan manusia kepada Allah SWT. Dari ibadah dapat dilihat seberapa bersyukurnya setiap hamba, manusia tidak dapat dipisahkan dengan penciptanya. Di dunia manusia tidak hidup tanpa manusia yang lain. Dengan penciptanya terdapat hubungan khusus yang kepada Allah dengan ibadah dan dengan sesama manusia terdapat hubungan yang merupakan ibadah yang berbuat baik dengan makhluk ciptaan Allah yang lainnya (Syihab, 2008: 8)

  Ibadah merupakan suatu perkara yang perlu adanya perhatian terhadapnya, karena ibadah itu tidak bisa dimain-mainkan apalagi disalahgunakan. Dalam Islam ibadah harus berpedoman pada apa yang telah Allah perintahkan dan apa yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW kepada umat islam, yang dilandaskan pada kitab yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad berupa kitab suci Al-

  Qur‟an dan segala perbuatan, perkataan, dan ketetapan Nabi atau dengan kata lain disebut dengan hadits Nabi. Ibadah harus dilakukan dengan tuntutan dan petunjuk nash yang difahami secara tektual maupun kontekstual ( Zulkifli, 2017: 12). Sehingga apabila telah melenceng dari jalur yang telah tertulis dalam Al-

  Qur‟an dan As-Sunnah, maka ibadah tersebut tidaklah sah dan tidak diterima oleh Allah SWT.

  Semua yang kita perbuat dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas dari berhubungan dengan Allah dan dengan sesama manusia atau yang sering kita sebut dengan hablu minallah wa hablu minannas (Syarifuddin, 2003: 2). Agar hubungan tersebut terjaga, maka apa saja yang harus dilakukan yang hubungannya dengan Allah dan apa saja yang harus dilakukan sesama manusia. Semua itu dilakukan dalam rangka beribadah kepada Allah. Ibadah langsung kepada Allah di sebut dengan ibadah

  

mahdhah dan ibadah tidak langsung disebut dengan ibadah ghairu

mahdhah ( Ash-Shiddieqy, 2000 : 145). Ibadah mahdah adalah (pokok)

  adalah segala sesuatu yang menjadi rukun Islam, apabila salah satu ibadah tersebut di saat syarat wajib untuk melaksanakannya terpenuhi, maka akan mengakibatkan kurangnya status keislaman seseorang. Contoh ibadah ini antara lain, thaharah, shalat dan puasa.

  Di antara keutamaan ibadah adalah

  1. Ibadah dapat meringankan seseorang untuk melakukan berbagai kebajikan dan meninggalkan kemunkaran.

  2. Seorang hamba dengan ibadahnya kepada Rabb-nya dapat

  membebaskan dirinya dari belenggu penghambaan kepada makhluk, ketergantungan, harap dan rasa cemas kepada mereka.

  3. Bahwasanya ibadah merupakan sebab utama untuk meraih keridhaan

  Allah (Yusuf, 2002: 27)

  Semua kehidupan hamba Alah yang dilaksanakan dengan niat mengharap keridhaan Allah SWT itu bernilai ibadah. Beribadah itu hanya diri sendiri dan Allah yang tahu. Ibadah sendiri secara umum dapat dipahami sebagai wujud penghambaan diri seorang makhluk kepang Sang Khaliq. Penghambaan itu sebagai rasa syukur atas semua nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT. Namun demikian, ada pula yang menjalankan ibadah hanya sebatas usaha untuk menggugurkan kewajiban dan tidak lebih dari itu.

  Namun demikian, ada pula yang menjalankan ibadah hanya sebatas usaha untuk menggugurkan kewajiban saja, Islamnya hanya ada di kartu identitas saja. Ada pula yang beribadah mendekatkan diri kepada Allah hanya saat ibadah ritual, setelah itu dia jauh dari ridho Allah SWT.

  Kita sebagai umat islam tentunya mengetahui apa itu ibadah dan bagaimana cara pelaksanaan ibadah tersebut. Oleh karena itu, kita harus mengikuti ibadah yang dicontohkan dan dilakukan oleh Nabi SAW kepada kita dan tidak boleh membuat ibadah-ibadah yang tidak berdasar pada Al- Qur‟an dan Hadits.

  Kutoarjo adalah salah satu Kecamatan di Purworejo. Keadaan lingkungan yang mayoritas beragama Islam, banyak pesantren, masjid ataupun musholla, namun kurang diimbangi dengan pengamalan ibadah mereka. Hal ini terbuki dengan kurangnya kesadaran masyarakat akan pengamalan ibadah. Sesuai dengan perintah Qur‟an Surah Adz-Dzariyat ayat 56

        

Artinya : “dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya

mereka mengabdi kepada-

  Ku.”

  Bahwa semua makhluk Allah SWT, termasuk jin dan manusia diciptakan oleh Allah SWT agar mereka mau mengabdikan diri, taat, tunduk, serta menyembah hanya kepada Allah SWT. Jadi selain fungsi manusia sebagai khalifah di muka bumi (fungsi horizontal), manusia juga mempunyai fungsi sebagai hamba yaitu menyembah penciptanya (fungsi vertikal), dalam hal ini adalah menyembah Allah karena sesungguhnya Allah lah yang menciptakan semua alam semesta ini.

  Oleh karena itu di desa Majir Kec. Kutoarjo Kab. Purworejo diadakan berbagai kajian atau upaya dalam mencegah kemerosotan pengamalan ibadah. Seperti, adanya Madrasah di Desa Majir yang berfungsi sebagai sarana belajar anak- anak, majelis ta‟lim bagi ibu-ibu, bapak-bapak dan bagi remaja. Jadi, kajian tersebut menyeluruh bagi semua masyarakat tanpa terkecuali.

  Anak-anak dibekali kajian-kajian maupun pembelajaran yang mengenalkan mereka terhadap ibadah. Mulai dari cara berwudhu, bacaan shalat, gerakan shalat, maupun latihan berpuasa. Hal ini sangat berguna untuk persiapan kematangan anak dalam menghadapi masa demi masa untuk perkembangannya di masa yang akan datang serta menbentuk anak- anak yang berkualitas.

  Perkembangan zaman yang semakin maju ini dikhawatirkan tidak sesuai dengan ajaran Islam. Apalagi maraknya pergaulan bebas di lingkungan masyarakat semakin menambah kekhawatiran tersebut. Seorang remaja tidak dapat lagi dikatakan sebagai anak-anak. Ia sedang mencari pola hidup yang sesuai baginya dan masih gemar mencoba-coba.

  Kehidupan remaja pada masa kini sangatlah memprihatinkan. Remaja yang seharusnya menjadi kader-kader penerus bangsa kini tidak bisa lagi menjadi jaminan untuk menjadi penerus bangsa dan negara, karena ibadah mereka yang cenderung merosot. Sehingga remaja sangatlah perlu perhatian khusus dari keluarga maupun lingkungan guna mengatasi kemerosotan ibadah tersebut.

  Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecemasan seseorang yang lanjut usia. Di antaranya ialah mendekati kematian, ditinggalkan oleh pasangan hidup, penyesuaian diri dengan sosial yang baru, dan kesehatan yang menurun. Yang timbul dari kecemasan tersebut salah satunya ialah sikap gelisah, tidak bisa berkonsentrasi, kreativitas menurun, atau bisa juga sering memikirkan tentang kejadian buruk yang akan terjadi pada dirinya.

  Dalam proses atau pelaksanaan pendidikan madrasah diniyah maupun pengajian atau da‟wah, ustadz/ustadzah mempunyai dasar bahwa mereka sedang membekali anak didiknya dengan ilmu yang sangat berguna di dunia dan di akherat, sehingga dalam pembelajarannya juga sangat hati-hati jangan sampai ada salah penafsiran, apabila ada kesalahan yang bertanggungjawab adalah ustadz atau ustadzah.

  Maka diperlukan adanya evaluasi, yang dimaksud dengan evaluasi untuk menentukan taraf kemajuan suatu pekerjaan atau pengamalan ibadah di Desa Majir Kec. Kutoarjo Kab. Purworejo. Adapaun ruang lingkup kegiatan evaluasi mencakup penilaian terhadap kemajuan dalam aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap sesudah mengikuti program pendidikan madrasah diniyah maupun pengajian atau da‟wah.

  Dari besarnya semangat dan tanggungjawab dalam menjalankan tugas yang dimiliki ustadz/ustadzah dalam merealisasikan seluruh kemampuannya penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana “PELAKSANAAN IBADAH MAHDHAH DI DESA MAJIR KEC.

  KUTOARJO KAB. PURWOREJO”.

  B. Rumusan Masalah 1.

  Bagaimana pelaksanaan ibadah mahdhah di Desa Majir Kec. Kutoarjo Kab. Purworejo? C.

   Tujuan Penelitian 1.

  Untuk mengetahui pelaksanaan ibadah mahdhah di Desa Majir Kec.

  Kutoarjo Kab. Purworejo.

  D. Manfaat Penelitian

  Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan: 1.

   Manfaat Teoritis a.

  Hasil penelitian ini penulis berharap dapat memberikan sumbang sih pemikiran dalam mengembangkan keilmuan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga dalam hal pembelajaran fiqih tentang pelaksanaan ibadah mahdhah.

  b.

  Dapat memperkaya hazanah ilmiah, khususnya tentang pembelajaran fiqih tentang pelaksanaan ibadah mahdhah.

2. Manfaat Praktis a.

  Bagi Penulis Dapat menambah wawasan tentang ibadah mahdhah. b.

  Bagi Pembaca 1)

  Dapat dijadikan sebagai sumber bacaan dan belajar bagi mahasiswa lainnya.

E. Penegasan Ilmiah

  Untuk menghindari kekeliruan pembaca dalam memahami istilah dalam judul penelitian ini, maka peneliti menjelaskan definisi-definisi operasionalnya. Beberapa istilah yang dipandang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut:

  1. Pelaksanaan Pelaksanaan adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci, implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap siap. Secara sederhana pelaksanaan bisa diartikan penerapan. Majone dan Wildavsky mengemukakan pelaksanaan sebagai evaluasi. Browne dan Wildavsky mengemukakan bahwa Pelaksanaan adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan (Usman, 2002: 70).

  Pelaksanaan merupakan aktifitas atau usaha-usaha yang dilaksanakan untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan dilengkapi segala kebutuhan, alat-alat yang diperlukan, siapa yang melaksanakan, dimana tempat pelaksanaannya mulai dan bagaimana cara yang dilakukan guna mencapai sasaran.

  2. Ibadah Mahdah

  Ibadah Mahdhah, kelompok ibadah ini adalah segala sesuatu yang menjadi rukun Islam, apabila hilang salah satu ibadah tersebut di saat syarat wajib untuk melaksanakannya terpenuhi, maka akan mengakibatkan kurang bahkan batalnya ibadah tersebut (Zulkifli, 2017: 11).

  Ibadah Mahdhah, artinya penghambaan yang murni hanya merupakan hubungan antara hamba dengan Allah secara langsung.

  Ibadah bentuk ini memiliki 4 prinsip:

  

a. Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari

  al-Quran maupun al- Sunnah, jadi merupakan otoritas wahyu, tidak boleh ditetapkan oleh akal atau logika keberadaannya.

  

b. Tatacaranya harus berpola kepada contoh Rasul saw. Salah satu

tujuan diutus rasul oleh Allah adalah untuk memberi contoh.

  

c. Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal) artinya ibadah

  bentuk ini bukan ukuran logika, karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah wahyu, akal hanya berfungsi memahami rahasia di baliknya yang disebut

  hikmah tasyri‟. Shalat, adzan, tilawatul

  Quran, dan ibadah mahdhah lainnya, keabsahannnya bukan ditentukan oleh mengerti atau tidak, melainkan ditentukan apakah sesuai dengan ketentuan syari‟at, atau tidak. Atas dasar ini, maka ditetapkan oleh syarat dan rukun yang ketat.

  d.

  Azasnya “taat”, yang dituntut dari hamba dalam melaksanakan ibadah adalah kepatuhan atau ketaatan. Hamba wajib meyakini bahwa apa yang diperintahkan Allah kepadanya, semata-mata untuk kepentingan dan kebahagiaan hamba, bukan untuk Allah.

  (Shiddieq, 2008, Ibadah Mahdah & Ghairu Mahdah,

   diakses pada 15 Mei 2018).

  Ibadah mahdhah adalah ibadah yang dari segi perkataan, perbuatan telah dibuat oleh Allah SWT kemudian diperintahkan kepada Rasulullah untuk mengerjakannya. Semuanya adalah perintah dari Allah SWT yang diturunkan kepada Rasulullah SAW, kemudian wajib diturunkan kepada umatnya tanpa ada unsur menambah atau mengurangi sedikipun.

F. Sistematika Penulisan

  Sistematika penulisan skripsi yaitu gambaran singkat tentang subtansi pembahasan secara garis besar. Agar dapat memberi gambaran yang lebih jelas tentang keseluruhan isi dari skripsi ini, maka penulis membagi dalam lima bab yang mana masing-masing bab terdiri dari sub bab, yaitu: Bab I : Berisi tentang pendahuluan yang mengungkapkan tentang fenomena yang menelatarbelakangi penelitian ini dimana di dalamnya terdapat: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian (manfaat teoretis dan manfaat praktis), penegasan istilah, dan sistematika penulisan. Bab II : Meliputi: Landasan Teori (Telaah teoritik terhadap pokok permasalahan atau variabel penelitian) yang berkaitan dengan upaya peningkatan kualitas ibadah mahdah dan Kajian Pustaka (kajian penelitian terdahulu).

  Bab III : Berisi tentang metode penelitian yang meliputi jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data, dan tahap penelitian.

  Bab IV : Paparan dan Analisis Data. Dalam bab IV ini, penulis menjabarkan Paparan Data dan Analisis Data. Bab V : Kesimpulan dan saran dari seluruh uraian yang telah dikemukakan dan merupakan jawaban dari permasalahan penelitian ini.

BAB II KAJIAN PUSAKA A. Landasan Teori 1. Pelaksanaan Ibadah Pelaksanaan adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah

  rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci, implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap siap. Secara sederhana pelaksanaan bisa diartikan penerapan. Majone dan Wildavsky mengemukakan pelaksanaan sebagai evaluasi. Browne dan Wildavsky mengemukakan bahwa Pelaksanaan adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan (Usman, 2002: 70).

  Pelaksanaan merupakan aktifitas atau usaha-usaha yang dilaksanakan untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan dilengkapi segala kebutuhan, alat-alat yang diperlukan, siapa yang melaksanakan, dimana tempat pelaksanaannya mulai dan bagaimana cara yang dilakukan guna mencapai sasaran.

  Ibadah merupakan taat kepada Allah dengan melaksankan perintah-Nya melalui lisan para Rasul-Nya. S edangkan arti lainnya mengartikan ibadah yaitu merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan tunduk tertinggi yang disertai rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi.

  Secara etimologi, Ibadah berasal dari kata

  „abada ( mengabdi ),

  sedangkan kata „ abd berarti hamba atau pelayan. Adapun secara terminologis, menurut ulama fikih, ibadah yaitu mengerjakan sesuatu untuk mencapai keridlaan Allah dan mengharap pahalanya di akherat (Jumantoro, 2009: 97).

  Menurut Kamus besar bahasa Indonesia, ibadah adalah perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah, yg didasari ketaatan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya; ibadah. Unsur pokok dalam ibadah : (Syukur, 2010: 82) a.

  Adanya perbuatan.

  b.

  Perbuatan tersebut dilakukan oleh orang islam yang mukallaf.

  c.

  Maksud dikerjakannya perbuatan itu adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah.

  d.

  Sebagai realisasi dari adanya iman kepada Allah.

  Dengan demikian, perbuatan yang tidak disertai dengan keimanan, umpamanya dikerjakan oleh orang kafir, sekalipun perbuatan itu dipandang baik secara kassat mata, adalah tidak dinilai sebagai ibadah, sebagaimana dinyatakan oleh Allah dalam surat an Nur 39 yang berbunyi :

  

يَّتَح .ًءآِ ُْآَّّْظٌا ُُٗجَسْحَي ٍخَعْيِمِث ٍةاَشَسَو ٌُُُْٙبَّْعَا اُْٚشَفَو َْٓيِزٌَّاَٚ َُٖءبَجاَرِا

ِةبَسحٌْا ُعْيِشَش ُ ّّالّلَٚ َُٗثبَسِح َُّٗفََٛف َُٖذِْٕع ُ ّالّل َذَجََٚٚ بًئْيَش ُْٖذِجَي ٌَُْ

  Artinya:

  „‟ Dan orang orang kafir amal amal mereka adalah laksana

  • fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang

    orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya, dia tidak mendapati

  

sesuatu apapun. Dan didapatinya ( ketetapan ) Allah disisinya, lalu

Allah memberikan kepadanya perhitungan amal

  • – amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungannya,”. (QS. An-Nur 39)

  Begitu juga perbuatan yang dikerjakan oleh orang muslim yang sudah barang tentu didasari dengan keimanan, akan tetapi tidak untuk sarana mendekatkan diri kepada Allah, bahkan melupakan Nya, maka tidak dinamakan ibadah.

  Jadi, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan ibadah aktifitas atau usaha-usaha yang dilaksanakan untuk melaksanakan semua ibadah sebagai bentuk taat dan syukur kita terhadap Allah SWT sesuai dengan yang telah di syari‟atkan dalam Islam, baik itu syarat dan rukunnya harus terpenuhi.

  Secara global, ibadah dibagi menjadi dua yaitu ibadah mahdhah (khusus) dan ibadah ghairu mahdhah (umum). Ibadah mahdhah atau ibadah khusus ialah ibadah yang apa saja yang telah ditetpkan Allah akan tingkat, tata cara dan perincian-perinciannya atau ibadah yang murni berhubungan secara langsung dengan Allah. Sedangkan ibadah ghairu mahdhah adalah ibadah yang bukan murni berhubungan secara langsung dengan Allah, dan ibadah ini condong kepada muámalah.(Syukur, 2010: 88).

  Berdasarkan uraian tersebut di atas dalam skripsi ini yang akan dikaji adalah pengetahuan ibadah yaitu Shalat dan Puasa.

  a.

  Shalat

  Shalat adalah ibadah yang terdiri dari perkataan dan perbuatan

tertentu yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam.

  

Shalat dalam Islam memiliki kedudukan yang tidak dapat ditandingi

oleh kedudukan ibadah apapun. Shalat adalah tiang agama dan

agama hanya akan bisa berdiri tegak dengannya. Rasulullah

  SAW

  bersabda, (Sabiq, 2016: 12)

  ُدبَِٙجٌَْا ِِِٗبََٕس ُحَْٚسَر َٚ ُح َلََّصٌَا ُُٖدُُّْٛعَٚ َُ َلَْس ِلْا ِشَِْلأ ْا ُسْأَس

“Poros segala sesuatu adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan

puncak tertingginya adalah jihad di jalan Allah” (HR. At-

  Tirmidzi).

  Shalat juga merupakan ibadah pertama yang diwajibkan oleh Allah SWT.

  Shalat adalah do‟a yang dihadapkan dengan sepenuh

hati kehadirat illahi, salah satu kewajiban agama yang harus

dilakukan. Didalam al- Qur‟an diperintahkan mendirikan shalat,

perintah mendirikan shalat lima kali sehari semalam diterima oleh

Nabi Muhammad langsung dari Tuhan ketka beliau isra‟ mi‟raj.

  

Shalat dapat mendidik seorang muslim dan muslimat senantiasa

memusatkan usaha, pikiran, akal, perhatian, dan perjuangan kepada

titik tujuan yang mendatangkan keberhasilan, keuntungan, dan

kebahagiaan (Daud Ali, 2004 : 253)

  1) Hukum Menjalankan Shalat

  Shalat merupakan salah satu kewajiban yang menduduki kedua setelah syahadat dalam rukun Islam. Sehingga di dalam Al- Qur‟an dan hadist banyak sekali dijelaskan mengenai kewajiban untuk mengerjakan shalat (Zulkifli, 2017: 80).

  Diantara dalil Al- Qur‟an yang menjelaskan mengenai kewajiban shalat adalah:

                   

  Artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus[1595], dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang

demikian Itulah agama yang lurus. (QS. Al-Bayyinah: 5)

  2) Syarat Wajib Shalat

  Syarat wajib adalah syarat yang menyebabkan seseorang wajib melaksanakan shalat( Zulkifli, 2017: 87-90).

  a.

  Islam Islam, shalat diwajibkan terhadap orang muslim, baik laki-laki maupun perempuan, dan tidak diwajibkan bagi orang kafir atau nin muslim. Orang kafir tidak dituntut untuk melaksanakan shalat, namun mereka tetap menerima hukuman di akhirat. Walaupun demikian orang kafir apabila masuk Islam tidak diwajibkan membayar shalat yang ditinggalkannya selama kafir, demikian menurut kesepakatannya para ulama. Allah SWT berfirman:

                   Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu: "Jika mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa-dosa mereka yang sudah lalu. (QS. Al-Anfal: 38)

  b.

  Baligh Yaitu dewasa (15 tahun). Tidak wajib shalat bagi anak kecil yang belum baligh. Tapi untuk prosses pembiasaan, anak kecil yang berusia 7 tahun disuruh oleh orang tuanya melakukan shalat walaupun belum wajib dan dipukul kalau tidak melakukanya jika sudah berusia 10 tahun.

  

ُالّل ٍََّٝص ِالّل ُيُْٛسَس َيبَل ، ِْٗيِثَأ َْٓع ٍتْيَعُش ٓث ٚشَّْع َْٓع

ِعْجَس ُءبَْٕثَأ َُُْ٘ٚ ِحلََّصٌبِث ُُْوَدلََّْٚأ اُٚشُِ : ٍَََُّسَٚ ٌِِٗآَٚ ِْٗيٍََع

َُُْْٕٙيَث اُٛلِّشَفَٚ ، ٍشْشَع ُءبَْٕثَأ َُُْ٘ٚ بَْٙيٍََع ُُُْ٘ٛثِشْظاَٚ ، َٓيِِٕس

(

  ِجبَعٌَّْا يِف ٖشيغٚ دٚاد ٛثا ٓسح( ِع Artinya: Dari Amr bin Syuib dari ayahnya, Rasulallah saw sabda: “Perintahkan anak-anakmu shalat apabila telah berumur 7 tahun dan pukullah mereka karena meninggalkan shalat apabila telah berumur 10 tahun dan pisahkan tempat tidur mereka. (HR. Abu Daud dll).

  c.

  Berakal Berakal. Orang gila, orang kurang akal (

  ma‟tuh) dan

  sejenisnya seperti penyakit sawan (ayan) yang sedang kambuh tidak diwajibkan shalat, karena akal merupakan prinsip dalam menetapkan kewajiban (taklif), demikian menurut pendapat jumhur ulama alasannya adalah hadits

  ُالّل ٍََّٝص ِالّل ُيُْٛسَس َيبَل ، بَُْٕٙع ُالّل َيِظَس َخَشِئبَع َْٓع َّٝتَح ِٝجَّصٌا ٓع :خثلَث َْٓع ٍََُُمٌْا َعِفُس : ٍَََُّسَٚ ٌِِٗآَٚ ِْٗيٍََع َكيِفُي َّٝتَح ُِْْٕٛجٌَّْا َِٓعَٚ ،َظِمْيَتْسَي َّٝتَح ُِِئبٌَّٕا َِٓعَٚ ،َغٍُْجَي (

  ٓسح ثيذح ٛ٘ ٚ ي ئبسٌٕا ٚ دٚاد ٛثأ ٖاٚس( Artinya: dari Aisyah ra: ”Terangkat pena (terlepas dari dosa) atas tiga, anak kecil sampai baligh, orang tidur sampai bangun dan orang gila sampai sembuh dari gilanya” (HR Abu Daud dan An-Nasai, hadits hasan).

  3) Syarat Sah Shalat

  Syarat sah adalah syarat yang menjadikan shalat diteriam secara syara‟.

  a) Mengetahui masuk waktu

  Shalat tidak sah apabila seseorang yang melaksanakannya tidak mengetahui secara pasti atau dengan persangkaan yang berat bahwa waktu telah masuk, sekalipun ternyata dia shalat dalam waktunya.

  b) Suci dari hadas kecil dan hadas besar

  Penyucian hadas kecil dengan wudhu dan penyucian hadas besar dengan mandi.

c) Suci badan, pakaian dan tempat dari najis.

  Suci badan, pakaian dan tempat dari najis adalah untuk keabsahan shalat.

  ْشَِّٙطَف َهَثبَيِثَٚ

  

Artinya: “Dan Pakaianmu bersihkanlah.” (QS. Al-

Muddatstsir: 4).

  Dan sabda Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam :

  

ِْْإَف بَِّْٙيِف ْشُظَْٕيٌَِٚ ،ِْٗيٍَْعَٔ ْتٍَِّمُيٍَْف ،َذِجْسٌَّْا ُُُوُذَحَأ َءبَج اَرِإ

.

  ِث ُْٗحَسَّْيٍَْف ،بًثَجَخ َٜأَس بَِّْٙيِف ًَِّصُيٌِ َُُّث ِضْسَلأْب

Artinya: “Jika salah seorang di antara kalian mendatangi

masjid, maka hendaklah ia membalik sandal dan

melihatnya. Jika ia melihat najis, maka hendaklah ia

menggosokkannya dengan tanah. Kemudian hendaklah ia

shalat den gannya.”

  Adapun dalil bagi disyaratkannya kesucian badan adalah sabda Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam kepada „Ali. Dia menanyai beliau tentang madzi dan berkata: َنَشَوَر ًِْسْغاَٚ ْؤَّظََٛت.

  Artinya: “Wudhu‟ dan basuhlah kemaluanmu.”

  Adapun dalil bagi sucinya tempat adalah sabda Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam kepada para Sahabatnya di saat seorang Badui kencing di dalam masjid:

  ٍءبَِ ِِْٓ ًلَْجَس ٌَِِْٗٛث ٍَٝع اُْٛمْيِسَأ.

  

Artinya: “Siramlah air kencingnya dengan air satu ember.”

  Barangsiapa telah shalat dan dia tidak tahu kalau dia terkena najis, maka shalatnya sah dan tidak wajib mengulang. Jika dia mengetahuinya ketika shalat, maka jika memungkinkan untuk menghilangkannya -seperti di sandal, atau pakaian yang lebih dari untuk menutup aurat- maka dia harus melepaskannya dan menyempurnakan shalatnya. Jika tidak memungkinkan untuk itu, maka dia tetap melanjutkan shalatnya dan tidak wajib mengulang.

  d) Menutup Aurat

  Seseorang yang shalat disyaratkan menutp aurat, baik sendiri dalam keadaan terang maupun sendiri dalam gelap.

Dokumen yang terkait

Persepsi Masyarakat Desa Parbutaran Terhadap Pendidikan Formal (Studi Etnografi Mengenai Persepsi Masyarakat Terhadap Pendidikan Formal di Desa Parbutaran Kec. Bosar Maligas Kab. Simalungun)

8 111 119

Pola Asuh Anak Dalam Keluarga Yang Berbeda Keyakinan Agama (Studi di Desa Bintaro Sukorejo, Kec. Martoyudan, Kab. Magelang)

19 134 153

BAB I PENDAHULUAN - Persepsi Masyarakat Desa Parbutaran Terhadap Pendidikan Formal (Studi Etnografi Mengenai Persepsi Masyarakat Terhadap Pendidikan Formal di Desa Parbutaran Kec. Bosar Maligas Kab. Simalungun)

0 2 24

Persepsi Masyarakat Desa Parbutaran Terhadap Pendidikan Formal (Studi Etnografi Mengenai Persepsi Masyarakat Terhadap Pendidikan Formal di Desa Parbutaran Kec. Bosar Maligas Kab. Simalungun)

0 0 15

HIBAH DALAM KELUARGA DAN DAMPAKNYA TERHADAP PEMBAGIAN WARIS ( Studi Kasus di Desa Bonomerto Kec. Suruh Kab. Semarang ) - Test Repository

0 0 72

Korelasi Antara Pemahaman Materi Pendidikan Agama Islam Dengan Perilaku Beragama Siswa Kelas XI di SMK Negeri 1 Ngablak Kab. Magelang Tahun Pelajaran 2015/2016 - Test Repository

0 1 115

HubunganPersepsi Siswa tentang Kedisiplinan dan Kompetensi Profesional Guru terhadap Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam SMK Ma’arif Darul Muhtadin Wonoroto Kec. Windusari Kab. Magelang Tahun Pelajaran 2015/2016 - Test Repository

0 0 136

Pendidikan Agama Islam Pada Remaja Putus Sekolah di Dusun Ampelgading Desa Kenteng Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang - Test Repository

0 0 113

Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Agama Islam di MTs Sudirman Jambu Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2016/2017 - Test Repository

0 0 120

Pola Asuh Orang Tua Terhadap Pendidikan Akhlak Mulia Kepada Anak Di Lingkungan Karaoke Dusun Berokan, Desa Bawen, Kec. Bawen. Kab. Semarang. - Test Repository

1 1 157