PEMBELAJARAN IPA DAN IPS BERBASIS INTEGRASI DAN INTERKONEKSI DENGAN PAI (STUDI KASUS DI MIN MLANGEN SALAMAN DAN MI MA‟ARIF KEBONSARI BOROBUDUR KABUPATEN MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014) - Test Repository

PEMBELAJARAN IPA DAN IPS BERBASIS INTEGRASI DAN INTERKONEKSI

  

DENGAN PAI

(

  STUDI KASUS DI MIN MLANGEN SALAMAN DAN MI MA‟ARIF KEBONSARI BOROBUDUR KABUPATEN MAGELANG

  TAHUN PELAJARAN 2013/2014) Oleh

  FAJRUL „AROFAH

  NIM .MI. I2. 024 Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan untuk gelar Magister Pendidikan Agama Islam PROGRAM PASCA SARJANA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI ( STAIN) SALATIGA 2015

  

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

  • Fear God and you will have no cause to fear any one

  (Takutlah kepada Tuhan dan tidak ada alasan bagimu takut kepada sesuatu yang lain)

  • Knowledge is wisdom and educated man is the wise man

  Ilmu pengetahuan adalah hikmah dan orang yang terdidik adalah orang yang bijak

  • Barang siapa sungguh-sungguh dalam usahanya, maka akan tercapailah kesuksesannya (penulis)
  • ......maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan, jika kamu tidak mengetahui (QS. An Nahl : 43)
  • Jangan anggap dirimu pandai jika sudah mengetahui sesuatu, jangan anggap dirimu kaya jika sudah memiliki sesuatu, karena masih ada yang serba Maha, Dialah Allah Swt

  PERSEMBAHAN

  Kupersembahkan kepada :

  1. Ayahanda yang tercinta H. Djuwandi, S. Pd. I yang telah damai dalam RabbNya.

  2. Suamiku Mas Harbani yang telah membiayai dan membimbingku dengan sabar.

  3. Anakku tercinta, Raichan Bachtiar Ahmad Arfani yang selalu menjadi penyejuk dalam hidupku.

  4. Semua dosen Pascasarjana STAIN Salatiga

  5. Bu Akhri Istianah dan keluarga yang selalu memberi semangat

6. Teman- teman di MI Ma‟arif kebonsari Borobudur.

  7. Rekan-rekan mahasiswa pasca STAIN Salatiga

  ABSTRAK

  Fajrul „Arofah, “Pembelajaran IPA dan IPS Berbasis Integrasi dan Interkoneksi dengan PAI (Studi Kasus di MIN Mlangen Salaman dan MI Kebonsari Borobudur Tahun Pelajaran 2013/2014) ”. Tesis Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI), Program Pasca Sarjana, Sekolah Tinggi Agama Islam Salatiga, pembimbing DR. H. Sa‟adi, M. Ag. dan DR. Budiyono Saputro, M. Pd.

  Latar Belakang penelitian ini adalah pendidikan dari masa ke masa terus melakukan inovasi sehingga mengalami kemajuan yang cukup pesat. Namun proses perubahan yang tidak seimbang antara perkembangan dengan kematangan kepribadian yang dialami anak didik pada gilirannya hanya membentuk anak didik sebagai sosok spesialis materi tertentu yang kurang memiliki rasa kepedulian terhadap lingkungan sekitar yang cukup rentan. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses integrasi interkoneksi pembelajaran IPA dan IPS dengan PAI dan kendala yang dihadapi serta kebijakan yang diambil untuk mengatasinya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif menggunakan pengamatan, wawancara, atau penelaahan dokumen. data yang disajikan dalam bentuk verbal bukan dalam bentuk angka. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan pelaksanaan pembelajaran IPA dan IPS berbasis integrasi interkoneksi dengan PAI bertujuan untuk mengatasi perkembangan yang serba kompleks dan tak terduga pada masa saat ini serta tanggung jawab global sumber daya alam yang sifatnya terbatas dan sumber daya manusia yang memiliki kualitas. Sedangkan sistematika pembelajaran materi IPA dan

  IPS dengan PAI berbasis integrasi interkoneksi dengan PAI melalui pengamatan, pemahaman dan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Kendala yang terjadi dalam pembelajaran materi IPA dan IPS dengan PAI belum adanya buku standar berakibat proses pengintegrasian diserahkan secara menyeluruh kepada masing-masing guru. Kebijakan yang ditempuh dengan menggunakan tiga pola, justifikasi, spiritualisasi dan pendekatan pembelajaran terpadu dengan tipe integrated pada pola justifikasi guru melakukan pembenaran dengan nilai Islam terhadap materi yang terdapat dalam bahan ajar IPA/IPS.

   ABSTRACT Fajrul 'Arafah, "Learning Science Education (IPA) and Social Education (IPS) using Integrasion and Interconnection With Islamic Education (PAI) (Studi case in MIN Mlangen Salaman and MI Ma’arif Kebonsari Borobudur in the school year 2013/2014)". A Thesis of Islamic Education Study Program (PAI), for Post Graduate Programs, Academy of Islamic Study Salatiga. The counselors: DR. H. Sa'adi, M. Ag. Dan DR. Budiyono Saputro, M. Pd.

Background of this study is for education since this time future. It can be

increase so fast. Howefer the change of the process unbalance between the students being a particular matter who didn’t have attention in the environment. National education is for develop the ability and create the character and nationality in context to educate the life of the nation.

The purpose of this research to know the process of integration and

interconnection to learn science education (IPA) and social education (IPS) with Islamic education (PAI) and the problem that happen with the problem solving. This research used qualitative method as observation, interviews and review of document (questioner). The date showed in verbal not numerical. Based of the research the writer find that the learning science education (IPA) and social education (IPS) with Islamic studies (PAI) using integration and interconnection nothing the standard book that the teacher used with consist of science education/social education refers to Islamic value. It cause the process integration gave to the each teacher while the systematic learning science education (IPA) and social education (IPS) with Islamic education (PAI) using observation, comprehension and application in life.

The problem that happen in learning science education (IPA) and social

education (IPS) with Islamic education (PAI) nothing the standard book. It cause the process of integration gave to the each theacher. The policy implemented using three pattern such as justification, spiritualization and integrated learning approach with the Islamic value of the material the teaching learning science education (IPA)/social education (IPS)

  PRAKATA

  Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah Swt. yang telah memberi rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis sebagai salah satu pelengkap persyaratan untuk gelar Magister Pendidikan Islam. Sholawat serta salam semoga tercurahkan atas tauladan umat akhir zaman, Nabi Muhammad Saw. Penulis menyadari dalam penulisan tesis ini tidak lepas dari berbagai hambatan, namun berkat bimbingan, bantuan berbagai pihak, serta ridha dari Allah Swt, penulisan tesis ini dapat selesai dengan baik.

  Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang sedalam- dalamnya kepada yang terhormat :

  1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi selaku Ketua STAIN Salatiga

  2. Bapak Dr. Zakiyuddin Baidhawi, M. Ag. selaku Direktur Program Pascasarjana STAIN Salatiga 3. Bapak Dr. H. Sa‟adi, M. Ag. dan Bapak Dr. Budiyono Saputro, M. Pd. yang telah memberikan bimbingan dalam menyelesaikan tesis ini.

  4. Guru Besar dan Dosen beserta Staff Pascasarjana STAIN Salatiga.

  5. Bapak Nasikhun, S. Pd.I. Kepala Madrasah Ibtidaiyah Negeri Mlangen Salaman 6. Bapak Najmudin, S. Pd. I. Kepala Madrasah MI Ma‟arif Kebonsari Borobudur

  7. Rekan-rekan guru di MIN Mlangen Salaman dan MI Ma‟arif Kebonsari Borobudur

  8. Ayah, Ibu dan Suamiku tercinta serta keluarga atas doa restu dan motivasinya

  9. Semua pihak yang telah membantu menyelesaiakan tesis ini

  DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ………………………………………………………. i

  HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………. …. ii HALAMAN PERNYATAAN ……………………………………………. iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN………………………………………… v ABSTRAK ……………………………………………………………….. vii PRAKATA ………………………………………………………………. ix DAFTAR ISI …………………………………………………………….. xi DAFTAR TABEL ……………………………………………………….. xiii

  BAB I : PENDAHULUAN ………………………………… 1 A. Latar Belakang…………………………………. 1 B. RumusanMasalah ………………………………. 4 C. Tujuan Penelitian ………………………………. 5 D. Kegunaan Penelitian …………………………… 7 E. Kajian Pustaka ………………………………… 7 F. Kerangka Pemikiran………………………..… 9 G. Metode Penelitian…………………………….. 12 H. Sistematika Pembahasan ……………………… 17 BAB II : LANDASAN TEORI ………………………… 19 A. Historisitas Munculnya Pandangan Dikotomi Terhadap Ilmu Pe ngetahuan ……….................. 19 B. Munculnya Dikotomi Ilmu dalam Islam ……… 21 C.

  Hubungan Islam dalam pembelajaran Sains ….. 29

  D. Hubungan Islam dengan Ilmu Pengetahuan Sosial 34 E.

  Karakteristik Siswa Sekolah Dasar …………… 51

  F. Konsep Integrasi dan Interkoneksi IPA dan IPS Dengan PAI ………………………………… 54

BAB III : DESKRIPSI DATA MIN MLANGEN SALAMAN DAN MI KEBONSARI BOROBUDUR …………. . ……….. 59 A. MIN Mlangen Salaman …………………… ……. . 59 B. MI Ma‟arif Kebonsari Borobudur

  ……………….. . 81

  BAB IV : ANALISIS PEMBELAJARAN IPA DAN IPS DENGAN PAI BERBASIS INTEGRASI DAN INTERKONEKSI……... 89 A. Proses Pembelajaran materi IPA dan IPS dengan PAI ………………..……………………. 89 B. Kendala yang terjadi dalam proses pembelajaran materi IPA dan IPS dengan PAI…….. ……..…. 96

  BAB V : PENUTUP ……………………………………………….. 100 A.

  Kesimpulan……………………………………… 100

  B. Saran …………………………………………… 102 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BIOGRAFI PENULIS

  DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Karakter istik Model Pembelajaran Terpadu ………………… …. 55Tabel 2.2 Pemetaan Integrasi Interkoneksi Pelajaran IPA, IPS dengan PAI

  Kelas 1 semester I ……………………………………………… 57

Tabel 2.3 Pemetaan Integrasi Interkoneksi Pelajaran IPA, IPS dengan PAI

  Kelas II Semester I…………………………………………… 58

Tabel 2.4 Pemetaan Integrasi Interkoneksi Pelajaran IPA, IPS dengan PAI

  Kelas III Semester I ……………………………………………... 58 Tabel 2. 5 Data Guru MIN Mlangen Salaman

  ……………………….. … 66

Tabel 2.6 Daftar Karyawan MIN Mlangen Salaman …………………… . 67Tabel 2.7 Jumlah Peserta Didik MIN Mlangen ………………………. 68Tabel 2.8 Data Jumlah Guru MI Kebonsari Borobudur ………………. 87

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu bentuk perwujudan kebudayaan

  manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan.

  Proses pendidikan dari masa ke masa terus melakukan inovasi, sesuai dengan perkembangan dan kemampuan manusia itu sendiri, sehingga mengalami kemajuan yang cukup pesat. Hal itu terbukti dengan adanya penemuan-penemuan ilmu pengetahuan baru yang sekaligus menunjukkan bahwa pendidikan selalu bersifat maju dan berorientasi ke depan. Dalam perkembangannya, trend dunia pendidikan abad 21 kelihatannya berorientasi pada pengembangan potensi manusia, dan tidak lagi memusatkan pada kemampuan teknikal dalam melakukan eksplorasi dan eksploitasi alam sebagaimana abad 20.

  Namun proses perubahan yang tidak seimbang antara perkembangan dengan kematangan kepribadian yang dialami anak didik pada gilirannya hanya membentuk anak didik sebagai sosok spesialis materi tertentu yang kurang memiliki rasa kepedulian terhadap lingkungan sekitar yang cukup rentan. Sebagaimana yang tercantum dalam UU nomor 20 tahun 2003 bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

  1 demokratis dan bertanggung jawab.

  Fungsi dan tujuan dari pendidikan tersebut akan sangat sulit terwujud tanpa adanya pemahaman yang integral antara materi satu dengan yang lain. Sisi tujuan dari UU Nomor 20 Tahun 2003, esensinya adalah terkait dengan pengembangan masalah keimanan dan ketaqwaan, maka akan sangat penting untuk dapat diaplikasikan dengan adanya pengintegralisasian materi dengan nilai-nilai muatan nilai-nilai Islam dalam proses pembelajaran.

  Dalam setiap proses pembelajaran, selalu ada tiga komponen penting yang saling terkait satu sama lain. Tiga komponen tersebut adalah materi yang akan diajarkan, proses mengajarkan materi dan hasil dari proses pembelajaran tersebut. Ketiga aspek ini sama pentingnya karena merupakan satu kesatuan yang membentuk 1 Depdiknas, UU RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional lingkungan pembelajaran. Satu kesenjangan yang selama ini dirasakan dan dialami adalah kurangnya pendekatan yang benar dan efektif dalam menjalankan proses pembelajaran. Selama ini, di sekolah para guru banyak yang hanya terpaku pada materi dan hasil pembelajaran. Mereka disibukkan oleh berbagai kegiatan dalam menetapkan tujuan (kompetensi) yang ingin dicapai, menyusun materi apa saja yang perlu diajarkan, dan kemudian merancang alat evaluasinya.Namun satu hal penting yang seringkali dilupakan adalah bagaimana mendesain proses pembelajaran secara baik agar bisa menjembatani antara materi (tujuan/kurikulum) dan hasil

  2 pembelajaran.

  Ilmu Pengetahuan Alam sebagai salah satu mata pelajaran di tingkat SD/MI merupakan program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan ilmiah siswa serta rasa mencintai dan mengagumi kebesaran Allah. Sedangkan materi Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang bersumber dari kehidupan sosial masyarakat yang diseleksi menggunakan konsep-konsep ilmu sosial yang digunakan untuk kepentingan pembelajaran.

  Pada tanggal 11 Juli 2014 penulis melakukan pra penelitian di MIN Mlangen Salaman dan MI Ma ‟arif Kebonsari Borobudur bahwa pembelajaran 2 IPA maupun

  IPS di tingkat MI dalam dataran

  Hamruni, Pembelajaran Berbasis Edutainment, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, aplikasinya hanya menekankan pada aspek kognitif dan hafalan saja. Padahal salah satu tujuan dan nilai dalam pembelajaran IPA di tingkat MI salah satunya adalah meningkatkan nilai keyakinan terhadap Tuhan YME melalui bukti-bukti ilmiah yang tersusun secara sistematis dalam wujud alam semesta beserta kelengkapannya yaitu dengan keberadaan makhluk hidup maupun benda mati. Sedangkan dilihat dari tujuan materi IPS pada hakekatnya adalah membentuk siswa memiliki kepribadian sosial yang baik.

  Pembelajaran IPA dan IPS di MIN Mlangen Salaman dan MI Ma

  ‟arif Kebonsari Borobudur telah ada upaya dari lembaga dengan cara mengintegrasikan materi

  IPA dan

  IPS khususnya dengan pendidikan nilai Islam, namun masih perlu adanya evaluasi dan lebih dikembangkan lagi dalam proses pembelajarannya. Dalam Implementasi kurikulum KTSP juga perlu adanya pengintegrasian dalam berbagai mata pelajaran, menjadikan satu kesatuan sehingga dapat membentuk siswa yang mempunyai karakter yang diharapkan.

  Atas dasar pemikiran tersebut maka penulis akan meneliti proses pembelajaran di MIN Mlangen Salaman dan MI Ma ‟arif Kebonsari Borobudur dengan judul Pembelajaran IPA dan IPS Berbasis Integrasi dan Interkoneksi dengan PAI B.

   Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah

  Islam diyakini sebagai agama yang memiliki ajaran sempurna dan komprehensif Islam memuat semua sistem ilmu pengetahuan. Namun kenyataannya yang terjadi adalah sebaliknya, terdapat pemisahan antara ilmu keduniaan yang kemudian melahirkan perkembangan sains dan teknologi yang dihadapkan ada ilmu-ilmu agama pada sisi lain. Madrasah dalam hal ini memiliki peran yang sangat besar guna menjembatani dikotomi antar bidang studi yang dimulai dari pendidikan tingkat dasar.

  Dalam hal ini penulis mencoba meneliti tentang Pembelajaran

  IPA dan IPS berbasis Integrasi Interkoneksi dalam PAI di MIN Mlangen Salaman dan MI Maarif Kebonsari Borobudur. Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

  1. Bagaimanakah proses pembelajaran materi IPA dan IPS dengan PAI berbasis integrasi interkoneksi kelas I, II, III di MIN Mlangen Salaman dan MI Ma‟arif Kebonsari Borobudur ?

  2. Kendala apa sajakah yang terjadi dalam proses pembelajaran materi IPA dan IPS dengan PAI berbasis integrasi interkoneksi di MIN Mlangen Salaman dan MI Ma

  ‟arif Kebonsari Borobudur serta kebijakan apa saja yang diambil untuk mengatasi kendala tersebut?

C. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut

  1. Untuk mengetahui proses integrasi interkoneksi PAI dalam pembelajaran IPA dan IPS dengan PAI di MIN Mlangen Salaman dan MI Ma ‟arif Kebonsari Borobudur

  2. Untuk mengetahui kesulitan yang terjadi dalam proses pengintegrasian dan interkoneksi dengan materi pelajaran IPA dan IPS dengan PAI di MIN Mlangen Salaman dan MI Ma ‟arif Kebonsari Borobudur serta mengetahui kebijakan-kebijakan yang diambil untuk mengatasi hal tersebut.

  D. Kegunaan Penelitian

  1. Kegunaan Teoritis Secara teoritis penelitian ini merupakan salah satu upaya pengembangan ilmu pendidikan, khususnya pengembangan pembelajaran IPA dan IPS berbasis integrasi dan interkoneksi dengan PAI pada jenjang Madrasah Ibtidaiyah.

  2. Kegunaan Praktis Secara praktis penelitian ini dapat menjadi salah satu alternatif perbaikan sistem pembelajaran, khususnya pengembangan pembelajaran IPA dan IPS berbasis integrasi interkoneksi PAI. Beberapa pihak yang memperoleh kemanfaatan dari penelitian ini antara lain pemerintah, praktisi pendidikan, guru materi IPA dan

  IPS di MIN Mlangen Salaman dan MI Ma ‟arif Kebonsari Borobudur sebagai lembaga yang secara langsung yang berhubungan dengan penelitian ini.

  E. Kajian Pustaka

  1. Muhammad Ngali Zainal Makmun (2010) menyimpulkan bahwa Pembelajaran IPA dan IPS berbasis integrasi interkoneksi di MIN

  Sumberrejo Mertoyudan tiga pola: justifikasi, spiritualisasi dan pendekatan pembelajaran terpadu dengan type integrated .

  Beberapa kendala yang muncul di antaranya belum adanya buku standar yang dapat dijadikan pegangan guru yang telah memuat materi IPA/IPS yang terintegrasi dalam Islam, tidak semua materi dapat dengan mudah diintegrasikan dengan nilai Islam, belum ada ketentuan baku dan peraturan yang mengikat secara pasti tentang

  3 kebijakan pembelajaran integratif dengan Islam.

  2. Trianto (2007) menyimpulkan bahwa pembelajaran terpadu tipe

  integrated (keterpaduan) adalah tipe

  pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan antar bidang studi, menggabungkan bidang studi dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan menemukan ketrampilan, konsep dan sikap yang saling tumpang tindih dalam beberapa bidang studi. Pelajaran dipusatkan pada suatu masalah atau topic tertentu, misalnya suatu masalah di mana semua pelajaran dengan mengacu pada topik tertentu, sedangkan pembelajaran terpadu type connected adalah pembelajaran yang dilakukan dengan mengaitkan satu pokok bahasan dengan pokok bahasan berikutnya, mengaitkan satu konsep dengan konsep lain, mengaitkan satu ketrampilan dengan ketrampilan, dan dapat juga

3 Muhamad Ngali Zainal Makmun, Pendidikan IPA dan IPS Berbasis Integrasi Interkoneksi

  

(Studi Kasus di MIN Sumberrejo Mertoyudan Magelang), Tesis Pasca Sarjana UIN Yogyakarta, mengaitkan 11 pekerjaan hari itu dengan hari yang lain atau hari berikutnya dalam satu bidang studi.

  Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep dapat dikatakan sebagai suatu pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pegalaman bermakna kepada anak didik. Dikatakan bermakna karena dalam pengajaran terpadu, anak didik akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari itu melalui pengamatan langsung dan

  4 menghubungkannya dengan konsep lain yang mereka pahami.

  3. Abd. Rachman Assegaf mengungkapkan integratif adalah keterpaduan kebenaran wahyu dengan bukti-bukti yang ditemukan di alam semesta. Struktur keilmuan yang integrative disini tidak berarti antara berbagai ilmu tersebut lebur jadi satu bentuk ilmu yang identik melainkan karakter corak dan hakekat ilmu tersebut terpadu dalam kesatuan dimensi material dan hakekat ilmu tersebut terpadu dalam kesatuan dimensi material spiritual, akal wahyu, ilmu umum-ilmu agama, jasmani rohani dan dunia akherat. Sedang interkoneksitasitas adalah keterkaitan satu pengetahuan dengan pengetahuan yang lain akiabat adanya

  5 hubungan yang saling mempengaruhi.

  4 5 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010, 138-141. kita-kamal. Blogspot. Com/2013/01, Pendidikan Integratif

  Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, maka perbedaan yang penulis lakukan sekarang adalah untuk mengetahui bagaimana praktek di lapangan untuk penerapan KTSP yang mengharuskan semua pembelajaran di kelas rendah yaitu kelas I, II, III dengan tematik (integrasi dan interkoneksi).

F. Kerangka Pemikiran

  1. Makna Integrasi Interkoneksi Pengertian interkoneksi dan integrasi dalam Kamus Bahasa

6 Indonesia. Integrasi: pembauran hingga menjadi kesatuan yang

  utuh atau bulat. Interkoneksi : hubungan satu sama lain. Dalam integralisme versi Islam dalam pandangan Armehedi Mahzar yang dikenal dengan dua jenjang kesepaduan, yaitu vertikal (materi, informasi, nilai, dan sumber nilai) dan jenjang horizontal (bermula dari manusia sebagai mikrokosmos, masyarakat sebagai mesokosmos, dan alam semesta sebagai makrokosmos dan sekalian alam-alam lain sebagai suprakosmos dan berakhir pada Tuhan sebagai metakosmos. Jenjang materi, energi, informasi, nilai dan sumber nilai, yang demikian tersebut merupakan perumusan kembali dalam bahasa kontemporer, sebagaimana

  7

  yang oleh Imam Ghazali disebut sebagai jism, nafs, ‘aql, dan ruh.

  6 Pusat Bahasa Dep. Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,2010 437. 7 Armahedi Mahdar, Merumuskan Paradigma Sains dan Teknologi Islam, Bandung: Dikatakan struktur keilmuan integrasi di sini bukan berarti antara berbagai ilmu melebur menjadi satu bentuk ilmu yang identik, melainkan karakter, corak, dan hakikat antara ilmu tersebut terpadu dalam kesatuan dimensi material spriritual, akal-wahyu, ilmu umum-ilmu agama, jasmani ruhani, dan dunia akhirat. Sedangkan interkoneksitas adalah keterkaitan satu pengetahuan dengan pengetahuan lain akibat adanya hubungan yang saling

  8 mempengaruhi.

  2. Pendidikan Agama Islam Umat Islam dididik dengan seperangkat ilmu pengetahuan atau mata pelajaran, salah satunya adalah mata pelajaran pendidikan agama yang mempunyai fungsi tersendiri, yaitu sebagai :

  a. Pengembangan dan peningkatan keimanan dan ketakwaan

  b. Penyaluran bakat dan minat dalam mendalami agama

  c. Perbaikan kesalahan, kekurangan dan kesalahan dalam keyakinan mendalami agama d. Pencegahan hal-hal negatif dalam lingkungannya atau budaya asing yang berbahaya e. Sumber nilai atau pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan dunia akhirat 8

  f. Pengajaran atau penyampaian pengetahuan keagamaan

  Jasa Ungguh Muliawan, Pendidikan Islam Integratif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005,

  Kebijakan tentang pembinaan pendidikan agama Islam secara terpadu di sekolah umum misalnya, antara lain menghendaki agar pendidikan agama dan sekaligus para guru agama mampu memadukan antara mata pelajaran agama dengan pelajaran umum. Namun demikian kadang-kadang dirasakan adanya kesulitan terutama ketika berhadapan dengan dasar pemikiran

  9

  yang berbeda, sehingga terjadi konflik antar keduanya

  3. Integrasi pembelajaran IPA dan IPS dengan PAI Ketertinggalan umat Islam akan sains dan teknologi memunculkan keprihatinan di kalangan sarjana Muslim kontemporer. Kesadaran dan tekad untuk kembali menguasai sains dan teknologi, sebagaimana pada masa kejayaan sarjana muslim awal, pun menyeruak di mana-mana. Misi kekhalifahan yang

  rahmatan lil al‘alamin tidak mungkin dapat direalisasikan

  jika umat muslim bodoh, lemah, dan bergantung pada belas

  10 kasihan pihak luar.

  Dalam kerangka Islamisasi proses pembelajaran, teori tentang Islamisasi ilmu pengetahuan sebagaimana diintrodusir oleh Tohari Musnamar yang dikutip oleh Muzhafar Akhwan dapat digunakan untuk menjelaskan pola integrasi nilai Islam dalam proses pembelajaran terutama terkait dengan peneltian ini, yaitu

  9 10 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: Rosda , 2001, 44.

  materi sains dan ilmu pengetahuan sosial yang ada di jenjang

  11 pendidikan Sekolah Dasar.

  Dalam implementasi KTSP yang mengharuskan pembelajaran di kelas rendah dengan pembelajaran tematik (integrasi dan interkoneksi) untuk semua mata pelajaran, peneliti berusaha mengkaji bagaimana pelaksanaan pembelajaran

  IPA dan

  IPS yang diintegrasikan dan dikoneksikan dengan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang dilaksanakan di MIN Mlangen Salaman dan MI Ma‟arif Kebonsari Borobudur.

G. Metode Penelitian

  1. Pendekatan Penelitian Secara umum penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif menggunakan pengamatan, wawancara, atau penelaahan

  12

  dokumen. Karena data yang akan disajikan lebih banyak data kualitatif, yakni data yang disajikan dalam bentuk verbal bukan

  13 dalam bentuk angka.

  Di samping itu Penelitian ini juga termasuk penelitian eksploratif dengan menggunakan metode naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi alamiah (natural setting). Adapun 11 paradigma yang melandasinya adalah dari kajian filsafat

  Muzhafar Akhwan, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling Islami, Yogyakarta: UII Press, 1992, IX-X. 12 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010, 9. 13

  pospositifisme/ intepretatif konstruktif, yang memandang realitas

  14

  sosial dalam hal ini pengintegrasian nilai Islam pembelajaran

  IPA/IPS, sebagai sesuatu yang utuh, kompleks, dinamis, penuh makna, dan hubungan gejala bersifat interaktif.

  2. Sumber data

  a. Menentukan sumber data yang dapat dipercaya baik dari sumber observasi maupun wawancara sebagai pendukungnya.

  b. Menggali data dan informasi yang diperlukan sesuai dengan focus dalam penelitian.

  c. Mendokumentasikan data dan informasi yang diperoleh dalam bentuk catatan lapangan (field note) dan transkrip wawancara

  (interview transcript). Field note pada dasarnya merupakan catatan hasil observasi partisipatorik yang dilakukan penulis dalam mengamati kegiatan/proses

  yang terjadi dalam kaitannya dengan keterlibatannya dalam pengembangan kurikulum. Sedangkan interview transcript adalah catatan hasil wawancara yang dilakukan penulis terhadap subyek penelitian. Transkrip wawancara ini ditulis dalam gaya bahasa naratif dari pokok pembicaraan subyek yang tercatat dalam transkrip wawancara. Hal ini didasarkan atas pertimbangan praktis sekaligus untuk memudahkan dalam melakukan analisis data selanjutnya.

14 Sugiyono, Metode Penelitian pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R dan D,

  3. Subjek penelitian Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi tetapi situasi sosial yang terdiri dari tempat, pelaku dan aktivitas yang berinteraksi secara sinergis. Pada situasi sosial atau obyek penelitian ini peneliti dapat mengamati secara mendalam aktivitas (activity) orang-orang (actors) yang ada pada tempat tertentu

  15

  (place). Peneliti menggunakan sampel sebagai obyek yang

  16

  dipelajari atau sebagai sumber data. Subjek penelitian ini adalah Guru IPA, IPS, PAI, Waka kurikulum dan Kepala Madrasah MIN Mlangen Salaman Magelang dan MI Ma

  ‟arif Kebonsari Borobudur Magelang.

  4. Teknik Pengumpulan Data a.

   Interview Interview dilakukan oleh penulis dengan para guru

  kelas pengampu kelas I, II, III di MIN Mlangen dan MI Kebonsari. Interview dalam penelitian ini digunakan sebagai metode untuk mencari data yang argumentasi tentang respon masyarakat terhadap pelaksanaan pembelajaran di MIN Mlangen dan MI Ma

  ‟arif Kebonsari Borobudur. Di samping itu, teknik ini juga digunakan untuk mendapatkan data 15 tentang sistem dan hubungan antar pelaksana pembelajaran

  Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2012, 215 16 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif ..., 216.

  (tenaga pendidik) di MIN Mlangen dan MI Ma ‟arif

  Kebonsari. Dalam proses ini, peneliti menerima kenyataan apa adanya dan seobjektif mungkin.

  b. Observasi Obsevasi yang dilakukan adalah pengamatan secara terlibat (participant observation ). Teknik observasi yang dilakukan untuk mendapatkan catatan lapangan (field note) tentang fenomena-fenomena yang terjadi secara nyata di lapangan. Peneliti menerima pernyataan seobyektif mungkin, namun sekaligus melibatkan diri dalam konsepsi-konsepsi dan pandangan hidup yang diselidiki melalui pengalaman dan pencatatan dengan sistematis terhadap fenomena- fenomena yang diselidiki. Secara nyata, peneliti mengamati segala fenomena yang terjadi dalam pelaksanaan pembelajaran di MIN Mlangen

  Salaman dan MI Ma‟arif Kebonsari Borobudur.

  c. Dokumentasi Metode dokumentasi merupakan alat pengumpulan data dengan sumber data berupa silabus, kurikulum, jadwal kegiatan dan pengampunya.

  d. Teknis Analisis Data Analisis data dilakukan sejak data dikumpulkan.

  Bersamaan dengan pengumpulan data dilakukan reduksi data.

  Reduksi data dilakukan dengan cara indentifikasi data, klarifikasi data, dan kodefikasi data. kemudian data dideskripsikan dan dianalisis secara seksama.

  Untuk menjaga validitas data yang diperoleh, peneliti melakukan trianggulasi data dengan menggunakan sumber data lain. Trianggulasi data dilakukan dengan cara mengambil data dari subjek lain (selain yang ditetapkan dalam penelitian) sebagai data verifikasi. Trianggulasi juga mungkin dilakukan dengan mendiskusikan hasil analisis data dengan pakar atau teman sejawat.

  Berdasarkan sifat data yang dikumpulkan, maka metode analisis data yang digunakan adalah analisa kualitatif.

  Analisa ini dilakukan dengan cara menghubungkan data sehingga akan diketahui adanya relasi kausalitas (hubungan sebab akibat), korelasi (hubungan saling mempengaruhi) dan relasi linear (adanya pengaruh data yang satu terhadap data yang lainnya). Pola pikir yang digunakan dalam analisa ini adalah pola induksi, yaitu proses berpikir yang diawali dengan pengamatan yang khusus untuk kemudian diambil

  

17

kesimpulan yang bersifat umum.

  17

H. Sistematika Pembahasan

  Bab I, berisi tentang pendahuluan, latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kajian pustaka, kerangka teoritik, dan sistematika pembahasan.

  Bab II, disajikan tentang landasan teoritis yang membahas beberapa kajian yang sifatnya teoritis yang mengandung tema sentral. Pada sub bab pertama dibahas tentang perkembangan siswa didik usia Madrasah Ibtidaiyah berkaitan dengan (1) Historisitas munculnya pandangan dikotomi terhadap Ilmu pengetahuan, (2) Munculnya dikotomi ilmu dalam Islam di Indonesia, (3) Hubungan Islam dalam pembelajaran Sains, (4) Hubungan agama Islam dengan Ilmu Pengetahuan Sosial, (5) Karakteristik siswa sekolah dasar.

  Bab III, berisi deskripsi data Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Mlangen Salaman Magelang dan MI Ma

  ‟arif Kebonsari Borobudur yang terdiri dari dua sub pembahasan. Pertama adalah profil madrasah MIN Mlangen Salaman, (1) letak geografis (2) sejarah berdirinya madrasah, dan (3) visi dan misi madrasah. Kedua memaparkan kondisi objektif MIN Mlangen Salaman, (1) struktur organisasi sekolah dan pembagian tugas, (2) keadaan guru, karyawan dan siswa (3) sarana dan prasarana.

  Bab IV, berisi analisis pembelajaran materi IPA dan IPS dengan PAI berbasis integrasi dan interkoneksi di MIN MLangen Salaman dan MI Ma‟arif Kebonsari Borobudur berbasis integrasi interkoneksi yang dibagi dalam tiga sub pembahasan, yaitu, (1) proses pembelajaran IPA dan IPS dari kelas I, II dan III berbasis integrasi interkoneksi, (2) sistematika integrasi nilai Islam dengan materi pembelajaran IPA dan IPS, (3) kendala dan kebijakan yang diambil dalam proses pembelajaran materi IPA dan IPS berbasis integrasi interkoneksi.

  Bab V, merupakan bagian akhir dari pembahasan berupa penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran teoritis maupun praktis

BAB II LANDASAN TEORI A. Historisitas Munculnya Pandangan Dikotomi Terhadap Ilmu Pengetahuan Dalam kajian historis, dikotomi ilmu muncul bersamaan atau

  setidak-tidaknya beriringan dengan masa renaissance di Barat. Dalam perkembangannya, dikotomi ilmu memiliki sejarah yang panjang dan mengenaskan. Pada mulanya kondisi sosia-intelektual, dikuasai oleh gereja. Kebijakan-kebijakannya mendominasi dalam berbagai aspek kehidupan. Ajaran-ajaran Kristen dilembagakan dan menjadi penentu kebenaran ilmiah. Bahkan semua penemuan hasil penelitian ilmiah dianggap sah dan benar jika sejalan dengan doktrin-doktrin gereja. Sedangkan jika para ilmuwan pada saat itu tidak mau mengikuti aturan semacam itu, maka pihak gereja akan menangani dengan cara kekerasan.

  Dalam kenyataannya, ternyata banyak para ilmuwan yang menentang peraturan tersebut dan berpegang teguh terhadap penelitian ilmiahnya, akhirnya mereka jadi korban kekejaman gereja. Akibat dari tekanan tersebut, para ilmuwan melawan kebijakan gereja yang semacam itu.

  Mereka mengadakan koalisi dengan raja untuk menumbangkan dominasi kekuasaan gereja. Dengan tumbangnya kekuasaan gereja, maka dengan sendirinya muncullah renaissance. Dalam kelanjutannya, masa renaissance melahirkan sekularisasi. Kemudian dalam sekularisasi ini melahirkan

  18 dikotomi ilmu.

  Pertanyaan klasik yang selalu menjadi perdebatan umum dalam dikotomi ilmu adalah pengetahuan manusia itu “bawaan”(inborn) atau “bentukan” (acquired). Pertanyaan-pertanyaan ini memiliki rangka bangun karakter sejenis dalam perdebatan umum pencarian ilmu pengetahuan tentang asal mula kehidupan. Apakah kehidupan dimulai dari benda mati (abiogenesis) atau makhluk hidup (biogenesis). Pertanyaan sejenis bipolaritas kutub berlawanan ini pula yang menjadi ciri utama gejala semesta “ada”. Pada sisi lain, awal mula perdebatan dikotomi ilmu dalam Islam dimulai dengan kemunculan penafsiran dalam ajaran Islam bahwa Tuhan pemilik tunggal ilmu pengetahuan (

  maha ‘alim). Ilmu pengetahuan

  yang diberikan pada manusia hanya merupakan bagian terkecil dari ilmu- Nya, namun manusia diberi kebebasan untuk meraih sebanyak-banyaknya.

  Oleh karena itu sangat tidak pantas jika ada manusia yang bersikap

  19 sombong dalam masalah ilmu atau memilki kecongkakan intelektual.

  Dikotomi ilmu dalam studi Islam terkait erat dengan pembagian kelompok ilmu agama yang dilawankan dengan kelompok ilmu non Islam atau ilmu umum. Kelompok ilmu yang termasuk ilmu Barat atau Umum atau ilmu yang tidak Islam adalah filsafat, logika, dan kedokteran.

  18 Histori dikotomi ilmu, Wordpress. Com, Diakses 13/12/2014. 19 Jasa Ungguh Muliawan, Pendidikan Islam Integratif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

  Sedangkan lawannya yaitu ilmu-ilmu Islam atau agama adalah fikih, teologi, sufisme, dan tafsir.

  Dikotomi ilmu “Barat” dan “Timur” diidentikkan dengan kecenderungan masing-masing kelompok ilmu pada objek fisik (tubuh) dan metafisik (ruh). Barat cenderung mengutamakan objek fisik dan Timur mengutamakan objek metafisika. Meskipun anggapan ini tidak sepenuhnya benar, namun telah menjadi ciri umum antara Barat dan Timur.

  Sebagian orang menganggap ilmu agama sebagai ilmu yang sakral dan lebih tinggi kedudukannya daripada ilmu umum tanpa penjelasan yang tepat. Sedangkan ilmu umum diistilahkan dengan ilmu-ilmu profane, yaitu ilmu-ilmu keduniawian yang bertitik tolak pada penelitian empiris, rasio dan logika. Ilmu umum berkembang dan diidentikkan dengan ilmu

  20 pengetahuan dan teknologi tanpa penjelasan yang jelas pula.

  B. Munculnya Dikotomi Ilmu Dalam Islam di Indonesia

  1. Akar masalah dikotomi ilmu Islam di Indonesia Dikotomi ilmu dalam studi Islam terkait erat dengan pembagian kelompok ilmu Islam dalam pengertian ilmu agama ini berimbas pada kemunculan dikotomi kelembagaan dalam pendidikan Islam. Akibatnya muncul pula istilah sekolah-sekolah agama dan

  20 sekolah-sekolah umum. Sekolah agama berbasis ilmu- ilmu “Agama” dan sekolah umum berbasis ilmu- ilmu “Umum”.

  Kemunculan dikotomi sekolah umum dan sekolah madrasah yang merupakan perwakilan sekolah agama pada sisi lain merupakan wujud konkret dikotomi dalam pendidikan Islam. Kondisi ini lebih parah dengan dikeluarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) tiga Menteri, Menteri Dalam Negeri, Menteri Kebudayaan dan Menteri Agama pada tahun 1975 yang telah mempersamakan pedudukan sekolah umum dengan madrasah yang statusnya masih sebagai sekolah agama.

  Pengintegrasian ini menimbulkan kesalahpahaman dalam dunia pendidikan. Pendidikan Islam yang bersifat umum disamakan dengan pendidikan agama Islam dalam arti khusus. Akibatnya penunggalan dalam “Pendidikan Islam” makin rancu pada penggunaan istilah bagi semua jenis, jenjang, model, dan bidang studi. Pendidikan Islam yang lebih tepat bagi sebutan institusi yang sebagai bagian dari sebuah institusi. Pendidikan agama Islam yang lebih tepat bagi sekolah umum disebut sebagai pendidikan Islam atau sebaliknya tanpa penjelasan konseptual. Sekolah Islam, madrasah dan pesantren yang tepat disebut pendidikan Agama Islam, atau sebaliknya. Di sekolah ini pun masih terdapat pembelajaran

  21 21 pendidikan agama Islam.

  2. Penyebab dan akibat munculnya dikotomi ilmu dalam Islam Kemunculan dikotomi ilmu Islam dan ilmu umum, menurut

  Azyumardi Azra yang dikutip oleh Jasa Ungguh Muliawan, bermula dari historical accident atau kecelakaan sejarah, yaitu ketika ilmu-ilmu umum (keduniaan) yang bertitik tolak pada penelitian empiris, rasio,

  22 dan logika mendapat serangan yang hebat dari kaum fuqaha.

  Dunia Islam kemudian mengembangkan “ideologi ilmiah” dengan menempatkan seluruh khasanah pemikiran Barat dan Yunani sebagai kebatilan. Jarang ilmuwan muslim berpikiran bahwa dalam beberapa hal, dikotomi ilmu mempunyai sisi baik. Inti dari persoalan keberatan atau tidak setuju keberadaan dikotomi ilmu semacam itu lebih banyak berkaitan dengan persoalan politik.

  Bagi umat Islam, lembaga-lembaga pendidikan Islam pada umumnya dijadikan simbol kejayaan Islam. Persoalan pendidikan Islam bukan murni lagi terkait masalah sistem keilmuan, tetapi menyangkut juga ideologi, atau proses ideologisasi. Akibatnya, pemikiran pendidikan Islam secara kefilsafatan juga mengalami ideologisasi ilmiah tersebut. Salah satu faktor mencolok lain penyebab kemunculan dikotomi ilmu adalah fanatisme dalam beragama. Sikap 22 fanatisme dalam beragama dalam kehidupan bermasyarakat melahirkan sikap eksklusivisme. Gerakan Islam termasuk dalam

  23 kategori gerakan eksklusif tersebut.

  Secara normatif konseptual dalam Islam tidak dijumpai

  24

  istilah dikotomi ilmu. Jika menoleh pegangan Islam yakni al-Quran dan Hadis tidak ditemukan baik secara tersirat terlebih lagi tersurat menemukan dalil mengenai dikotomi ilmu. Justru sebaliknya Islam mengajarkan untuk menuntut semua cabang ilmu, Allah berfirman dalam QS. al-Mujadalah, 58:11

Dokumen yang terkait

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS X DENGAN TEAMS GAMES TOURNAMENT DI SMK CANDIREJO BOROBUDUR KABUPATEN MAGELANG TAHUN PELAJARAN 20102011

0 0 8

PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD PERUBAHAN KABUPATEN KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2019 Nama SKPD : KECAMATAN SALAMAN

0 0 5

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMBELAJARAN BACA TULIS AL QUR'AN DENGAN METODE DEMONSTRASI SISWA KELAS V MIN MILANGEN SALAMAN TAHUN PELAJARAN 2007/2008 - Test Repository

0 0 86

MINAT ANAK MENGIKUTI PELAJARAN AQIDAH AKHLAK HUBUNGANNYA DENGAN SIKAP TAWADHUK TERHADAP ORANG TUA PADA SISWA MI MA’ARIF MAGERSARI KECAMATAN NGABLAK KABUPATEN MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2007/ 2008 - Test Repository

0 0 118

UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN FIQ1H DENGAN MEDIA GAM BAR PADA SISWA KELAS IV DI MI ARROSYIDIN SURODADI KECAMATAN CANDIMULYO KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2 0 0 8 - Test Repository

0 0 80

PENERAPAN METODE RESITASI DALAM UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN BACA TULIS AL QUR AN SI SWA KELAS II MIN MLAGEN MENOREH SALAMAN KAB. MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2007/2008 - Test Repository

0 0 91

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR AL QUR'AN HADITS MELALUI MEDIA VISUAL PADA SISWA IV MI MA'ARI F BIGARAN KEC. BOROBUDUR KAB. MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2007/2008 - Test Repository

0 0 57

PENGARUH KEDISIPLINAN SISWA DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DI MI KOTA SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 - Test Repository

0 0 139

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN HUMANISTIK DAN BEHAVIORISTIK DALAM METODE PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK PADA MI AL FALAH KALIANGKRIK DAN MI AL ISLAM TONOBOYO BANDONGAN KABUPATEN MAGELANG TAHUN PELAJARAN 20142015

0 0 191

INOVASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MADRASAH IBTIDAIYAH KABUPATEN MAGELANG (STUDI MULTI SITUS PADA MI AL-ISLAM TONOBOYO BANDONGAN, MI AL- FALAH KALIANGKRIK DAN MIN KRINCING SECANG TAHUN 2014-2015)

0 0 177