ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA PADA .docx

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit salauran nafas menjadi penyebab angka kematian dan kecacatn yang tinggi
diseluruh dunia. Sekitar 80% dari seluruh kasus baru praktek umum berhubungan dengan infeksi
saluran nafas yang terjadi di masyarakat atau didalam rumah sakit/pusat perawatan. Pneumonia
yang merupakan bentuk infeksi saluran nafas bawah akut diparenkim paru yang serius dijumpai
sekitar 15% - 20%.
Pneumonia adalah merupakan infeksi akut yang secara anatomi mengenai lobus paru.
Pneumonia adalah radang parenkim paru yang dapat disebabkan oleh mikroorganisme dan
kadang non infeksi. Pneumonia adalah suatu peradangan atau inflamasi pada parenkim paru yang
umumnya disebabkan oleh agent infeksi.
Pneumonia adalah suatu peradangan alveoli atau pada parenchyma paru yang terjadi pada
anak. (Suriani, 2006). Pneumonia pada anak seringkali bersamaan terjadinya proses infeksi akut
pada bronchus dan disebut bronchopneumonia. Terjadinya pneumonia pada anak seringkali
bersamaan dengan terjadinya proses infeksi akut pada bronchus (bronchopneumonia).
Dalam pelaksanaan program P2 ISPA semua bentuk pneumonia (baik pneumonia maupun
bronchopneumonia)

disebut


Pneumonia.

Dalam

keperawatan

pneumonia

atau

bronkhopneumonia pada anak (bayi) termasuk masalah yang serius dan mengancam keselamatan
jiwa. Karena sistem pernafasan pada bayi belum matur. Oleh karena itu, perawat maupun tim
kesehatan lain harus mampu mengidentifikasi dan mengatasi masalah yang ada pada anak (bayi)
yang menderita pnuemonia.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa memahami tentang konsep dasar asuahan keperawatan pada anak
dengan pneumonia
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami konsep medis tentang pneumonia.

b. Mahasiswa mampu menetapkan diagnosa keperawatan pada anak dengan pneumonia.
c. Mahasiswa mampu merencanakan intervensi keperawatan pada anak dengan
pneumonia.

1

BAB II
PEMBAHASAN
A.

Definisi
Pneumonia adalah merupakan infeksi akut yang secara anatomi mengenai lobus paru.

Pneumonia adalah suatu peradangan alveoli atau pada parenchyma paru yang terjadi pada anak.
(Suriani, 2006)
Pneumonia ialah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi
seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing yang mengensi jaringan paru (alveoli). (DEPKES.
2006)
Pneumonia adalah suatu peradangan atau inflamasi pada parenkim paru yang
umumnya disebabkan oleh agent infeksi. Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang

dicirikan dengan adanya konsolidasi akibat eksudat yang masuk dalam area alveoli. (Axton &
Fugate, 1993).
Pneumonia adalah peradangan pada paru-.paru dan bronkiolus yang disebabkan oleh
bakteri, jamur ,virus, atau aspirasi karena makanan atau benda asing. Pneumonia adalah infeksi
pada parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian cairan didalam alveoli hal ini
terjadi akibat adanya infeksi agen/ infeksius atau adanya kondisi yang mengganggu tekanan
saluran trakheabronkialis. (Ngastiyah, 1997)
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Selain
gambaran umum di atas, Pneumonia dapat dikenali berdasarkan pedoman tanda-tanda klinis
lainnya dan pemeriksaan penunjang (Rontgen, Laboratorium). (Wilson, 2006)
Pneumonia adalah suatu peradangan atau inflamasi pada parenkim paru yang
umumnya disebabkan oleh agent infeksi.
Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan dengan adanya konsolidasi
akibat eksudat yang masuk dalam area alveoli. (Axton & Fugate, 1993).
B. Etiologi
Beberapa penyebab dari pneumonia yaitu:
1. Bakteri : streptococus pneumoniae, staphylococus aureus.
2. Virus : Influenza, parainfluenza, adenovirus.
3. Jamur : Candidiasis, histoplasmosis, aspergifosis, coccidioido mycosis, ryptococosis,
pneumocytis ca

2

4. Aspirasi : Makanan, cairan, lambung.
5. Inhalasi : Racun atau bahan kimia, rokok, debu dan gas.
Pada bayi dan anak-anak penyebab yang paling sering adalah:
1. virus sinsisial pernafasan
2. adenovirus
3. virus parainfluenza
4. virus influenza.
C. Patofisiologi
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada beberapa
mekanisma yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius difiltrasi
di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di saluran nafas.
Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan
makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik, dan humoral. Bayi pada bulanbulan pertama kehidupan juga memiliki antibodi maternal yang didapat secara pasif yang dapat
melindunginya dari pneumokokus dan organisme-organisme infeksius lainnya.
Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak mudah mengalami
pneumonia misalnya pada kelainan anatomis kongenital, defisiensi imun didapat atau kongenital,
atau kelainan neurologis yang memudahkan anak mengalami aspirasi dan perubahan kualitas
sekresi mukus atau epitel saluran napas. Pada anak tanpa faktor-faktor predisposisi tersebut,

partikel infeksius dapat mencapai paru melalui perubahan pada pertahanan anatomis dan
fisiologis yang normal. Ini paling sering terjadi akibat virus pada saluran napas bagian atas.
Virus tersebut dapat menyebar ke saluran napas bagian bawah dan menyebabkan pneumonia
virus.
Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap mekanisme pertahan yang
normal dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi saluran napas bagian bawah. Bakteri ini
dapat merupakan organisme yang pada keadaan normal berkolonisasi di saluran napas atas atau
bakteri yang ditransmisikan dari satu orang ke orang lain melalui penyebaran droplet di udara.
Kadang-kadang pneumonia bakterialis dan virus ( contoh: varisella, campak, rubella, CMV,
virus Epstein-Barr, virus herpes simpleks ) dapat terjadi melalui penyebaran hematogen baik dari
sumber terlokalisir atau bakteremia/viremia generalisata.
Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut yang
meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear di alveoli yang
3

diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang
khas pada foto toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi dengan
dominasi infiltrat mononuklear pada struktur submukosa dan interstisial. Hal ini menyebabkan
lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis.
Mekanisme daya tahan traktus respiratorius bagian bawah sangat efisien untuk mencegah

infeksi dan terdiri dari:
1. Susunan anatomis rongga hidung
2. Jaringan limfoid di naso-oro-faring
3. Bulu getar yang meliputi sebagian besar epitel traktus respiratorius dan sek¬ ret fiat
yang dikeluarkan oleh set epitel tersebut.
4. Refleks batuk
5. Refleks epiglotis yang mencegah terjadinya aspirasi sekret yang terinfeksi.
6. Drainase sistem limfatik dan fungsi menyaring kelenjar limfe regional.
7. Fagositosis, aksi enzimatik dan respons imuno-humoral terutama dari imu¬ noglobulin
A (IgA).
Anak dengan daya tahan terganggu akan menderita pneumonia berulang atau tidak mampu
mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Faktor lain yang mem¬pengaruhi timbulnya
pneumonia ialah daya tahan badan yang menurun, misal¬nya akibat malnutrisi energi protein
(MEP), penyakit menahun, faktor iatrogen seperti trauma pada paru, anestesia, aspirasi,
pengobatan dengan antibiotika yang tidak sempurna.
D. Tanda Dan Gejala
Batuk nonproduktif, Ingus (nasal discharge), Suara napas lemah, Retraksi intercosta,
Penggunaan otot bantu nafas, Demam, Ronchii, Cyanosis, Leukositosis, Thorax photo
menunjukkan infiltrasi melebar, Batuk, Sakit kepala, Kekakuan dan nyeri otot, Sesak nafas,
Menggigil, Berkeringat, Lelah.

Gejala lain yang mungkin ditemukan adalah:
1. kulit yang lembab
2. mual dan muntah
3. kekakuan sendi.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pada pemeriksaan darah tepi dapat terjadi leukositosis dengan hitung jenis bergeser ke kiri.

4

2. Bila fasilitas memungkinkan pemeriksaan analisis gas darah menunjukkan keadaan
hipoksemia (karena ventilation perfusion mismatch). Kadar PaCO2 dapat rendah, normal
atau meningkat tergantung kelainannya. Dapat terjadi asidosis respiratorik, asidosis
metabolik, dan gagal nafas.
3. Pemeriksaan kultur darah jarang memberikan hasil yang positif tetapi dapat membantu
pada kasus yang tidak menunjukkan respon terhadap penanganan awal.
4. Pada foto dada terlihat infiltrat alveolar yang dapat ditemukan di seluruh lapangan paru.
Luasnya kelainan pada gambaran radiologis biasanya sebanding dengan derajat klinis
penyakitnya, kecuali pada infeksi mikoplasma yang gambaran radiologisnya lebih berat
daripada keadaan klinisnya. Gambaran lain yang dapat dijumpai :
a. Konsolidasi pada satu lobus atau lebih pada pneumonia lobari

b. Penebalan pleura pada pleuritis
c. Komplikasi pneumonia seperti atelektasis, efusi pleura, pneumomediastinum,
pneumotoraks, abses, pneumatokel
F. Penatalaksanaan Terapi
1. Bila dispnea berat berikan Oksigen
2. IVFD ; cairan DG 10 % atau caiara 24 Kcl, Glukosa 10 % tetesan dibagi rata dalam 24
jam.
3. Pengobatan: Penicilin Prokain 50.000 unit / kg BB / hari dan Kloramfenikol 75 mg /kg BB/
hari dibagi dalam 4 dosis.
G. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data demografi
b. Riwayat Masuk, Anak biasanya dibawa ke rumah sakit setelah sesak nafas, cyanosis
atau batuk-batuk disertai dengan demam tinggi. Kesadaran kadang sudah menurun
apabila anak masuk dengan disertai riwayat kejang demam (seizure).
c. Riwayat Penyakit Dahulu, Predileksi penyakit saluran pernafasan lain seperti ISPA,
influenza sering terjadi dalam rentang waktu 3-14 hari sebelum diketahui adanya
penyakit Pneumonia. Penyakit paru, jantung serta kelainan organ vital bawaan dapat
memperberat klinis penderita
d. Pengkajian :

- Sistem Integumen : kulit pucat, cyanosis, turgor menurun (akibat dehidrasi
sekunder), banyak keringat , suhu kulit meningkat, kemerahan
5

- Sistem

Pulmonal

:

Pernafasan

cuping

hidung,

hiperventilasi,

batuk


(produktif/nonproduktif), sputum banyak, penggunaan otot bantu pernafasan,
pernafasan diafragma dan perut meningkat, Laju pernafasan meningkat, terdengar
stridor, ronchii pada lapang paru,
- Sistem Cardiovaskuler : Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokontriksi,
kualitas darah menurun
- Sistem Neurosensori : GCS menurun, refleks menurun/normal, letargi
- Sistem Musculoskeletal : tonus otot menurun, nyeri otot/normal, retraksi paru dan
penggunaan otot aksesoris pernafasan
-

Sistem genitourinaria : produksi urine menurun/normal,

- Sistem digestif : konsistensi feses normal/diare
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kerusakan Pertukaran Gas berhubungan dengan Gangguan pengiriman oksigen.
b. Infeksi, Resiko Tinggi Terhadap (penyebaran) berhungan dengan Ketidakadekuatan
pertahanan utama.
c. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan pembentukan edema.

N

O
1.

DIAGNOSA
KEPERAWATA

KRITERIA HASIL

N
Kerusakan
pertukaran gas
berhubungan
dengan gangguan
pengiriman
oksigen.

INTERVENSI
a. Kaji frekuensi,

a. Menunjukkan
perbaikan ventilasi
dan oksigenasi
jaringan dengan
GDA dalam rentang
normal dan tak ada
gejala distres
pernapasan.
b. Berpartisipasi pada
tindakan untuk
memaksimalkan
oksigenasi.

6

RASIONAL
a. Manifestasi

kedalaman, dan

distres

kemudahan

pernapasan

bernapas

tergantung

b. Tinggikan kepala

pada/indikasi

dan dorong sering

derajat

mengubah posisi,

keterlibatan paru

napas dalam, dan

dan status

batuk efektif.

kesehatan umum

c. Pertahankan

b. Tindakan ini

istirahat tidur.

meningkatkan

Dorong

inspirasi

menggunakan

maksimal,

teknik relaksasi

meningkatkan

dan aktivitas

pengeluaran

senggang
d. Observasi
penyimpangan
kondisi, catat

sekret untuk
memperbaiki
ventilasi
c. Mencegah terlalu

hipotensi

lelah dan

banyaknya

menurunkan

jumlah sputum

kebutuhan/konsu

merah

msi oksigen

muda/berdarah,

untuk

pucat, sianosis,

memudahkan

perubahan tingkat

perbaikan infeksi

kesadaran,

d. Syok dan edema

dispnea berat,

paru adalah

gelisah.

penyebab umum
kematian pada
pneumonia dan
membutuhkan
intervensi medic
segera.

2.

Infeksi, Resiko
Tinggi Terhadap

a.Pantau tanda vital
a.

perbaikan infeksi

(penyebaran)

berulang tanpa

berhungan dengan

komplikasi.

Ketidakadekuatan
pertahanan utama

Mencapai waktu

b.

dengan ketat,

waktu ini,

khusunya selama

potensial

awal terapi

komplikasi fatal

b.Anjurkan pasien

Mengidentifikasi
intervensi untuk
mencegah/menuru
nkan resiko
infeksi

7

a. Selama periode

memperhatikan

(\hipotensi/syok)
dapat terjadi

pengeluaran sekret b. Meskipun pasien
(mis.,

dapat

meningkatkan

menemukan

pengeluaran

pengeluaran dan

daripada

upaya membatasi

menelannya) dan

atau

melaporkan

menghindarinya,

perubahan warna,

penting bahwa

jumlah dan bau

sputum harus

sekret.

dikeluarkan

c.Tunjukkan/dorong
tehnik mencuci
tangan yang baik.
d. Batasi

dengan cara
aman
c. Efektif berarti

menurunkan

pengunjung sesuai

penyebaran

indikasi.

/tambahan
infeksi.
d. Menurunkan

pemajanan
terhadap patogen
infeksi lain.
3.

Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
berhubungan
dengan
pembentukan

a. Kaji
a. Tidak mengalami
aspirasi

frekuensi/kedala
man pernapasan

b. Menunjukkan batuk
yang efektif dan
peningkatan

dan gerakan dada.
b. Auskultasi area
paru, catat area

pertukaran udara
dalam paru-paru.

penurunan/tak
ada aliran udara
dan bunyi napas
adventisius, mis.,
krekels, megi.
c. Bantu pasien
napas sering.
Tunjukkan/bantu
pasien
mempelajari
melakukan batuk,
mis., menekan
dada dan batuk
efektif sementara
posisi duduk
tinggi.
d. Penghisapan
sesuai indikasi.

8

a. Takipnea,
pernapasan
dangkal, dan
gerakan dada tak
simetris sering
terjadi karena
ketidaknyamanan
gerakan dinding
dada dan/atau
cairan paru.
b. Penurunan aliran
udara terjadi
pada area
konsolidasi
dengan cairan.
Bunyi napas
bronkial (normal
pada bronkus)
dapat juga terjadi
pada area
konsolidasi.
Krekels, ronki,
dan mengi

terdengar pada
inspirasi dan/atau
ekspirasi pada
respons terhadap
pengumpulan
cairan, sekret
kental, dan
spasme jalan
napas/obstruksi
c. Napas dalam
memudahkan
ekspansi
maksimum paruparu/jalan napas
lebih kecil. Batuk
adalah
mekanisme
pembersihan
jalan napas
alami, membantu
silia untuk
mempertahankan
jalan napas
paten. Penekanan
menurunkan
ketidaknyamanan
dada dan posisi
duduk
memungkinkan
upaya napas
lebih dalam dan
lebih kuat.
d. Merangsang
batuk atau
9

pembersihan
jalan napas
secara mekanik
pada pasien yang
tak mampu
melakukan
karena batuk tak
efektif atau
penurunan
tingkat
kesadaran.

BAB III
10

TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Biodata
1)

2)

Identitas klien
Nama

: “An.R”

Umur

: 7 bulan

Jenis kelamin

: Laki – laki

Agama

: Islam

Alamat

: Jl R.A. Kartini

Tanggal MRS

: 28 Oktober 2012

Jam MRS

: 09.00 WIB

Tgl pengkajian

: 28 Oktoer 2012

Jam pengkajian

: 10.00 WIB

Diagnosa medis

: Pneumonia

No. Registrasi

: 7544

Identitas orang tua
Ayah
Nama

: “Tn.N”

Umur

: 28 Thn

Pendidikan

: SD

Pekerjaan

: Supir mobil
11

Agama

: Islam

Alamat

: Jl R.A. Kartini

Ibu

3)

Nama

: “Ny.M”

Umur

: 24 Thn

Pendidikan

: SMP

Pekerjaa

: Ibu Rumah Tangga

Agama

: Islam

Alamat

: Jl R.A. Kartini

Identitas sadara kandung
Klien adalah anak tunggal(tidak mempunyai saudara kandung)
II. Keluhan utama/ alasan kunjungan
1)

Keluhan utama : Sesak nafas

2)

Alasan kunjungan : klien masuk rumah sakit dengan sesak nafas yang dialami

sejak 3 hari yang lalu, batuk berlendir, beringus dan disertai dengan demam tinggi.
III. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Ibu klien mengatakan anaknya mengalami sesak nafas sejak 3 hari yang
lalu, batuk berlendir, beringus dan disertai dengan demam yang tinggi.
2) Riwayat kesehatan masa lalu
a. Prenatal care
1. Pemeriksaan kehamilan: 5kali
12

2. Keluhan selama hamil: tidak ada keluhan
3. Riwayat terkena sinar dan terapi obat: tidak ada
4. kenaikan berat badan selama hamil: lupa
5. Imunisasi TT: 2kali
6. Golongan darah ayah: tidak tahu
7. Golongan darah ibu: B
b. Natal
1. Tempat melahirkan:di rumah
2. Lama dan jenis persalinan:spontan
3. Penolong persalinan:bidan
4. Cara memudahkan persalinan:tidak ada
5. Obat perangsang:tidak ada
6. Komplikasi waktu lahir:tidak ada
c. Post natal
1. Kondisi bayi – BBL: 2,8 kg, PBL: 50 cm
2. Bayi kemerahan setelah lahir,tidak ada cianosis
3. Penyakit yang pernah dialami:demam
4. Kecelakaan yamg pernah dialami:tidak ada
5. Tidak pernah dioperasi dan dirawat dirumah sakit sebelumnya
6. Alergi makanan obat-obatan tidak ada
7. Komsumsi obat-obatan bebas jika sakit:tidak pernah
8. Perkembangan anak disebandingkan dengan anak yang lainnya sama
3) Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan anggota keluarga ada yang batuk-batuk yang disertai
darah, yaitu nenek yang tinggal serumah dengan klien. Keluarga pasien tidak ada
yang menderita penyakit menurun seperti diabetes melitus.
IV. Riwayat Imunisasi
13

No.

Jenis Imunisasi

Waktu Pemberian

Reaksi Setelah
Pemberian

1

BCG

1bulan

Demam

2

DPT(I,II.III)

2bln,3bln.4bln

Tidak ada

3

POLIO(I.II.III.IV)

2bln.3bln.4bln,6bln

Tidak ada

4

CAMPAK

9bulan (belum dilakukan)

Tiak ada

5

HEPATITIS(I,II,III)

2bln,3bln,4bln



V. Riwayat tumbuh kembang
a. Pertumbuhan fisik
b. Berat badan baru lahir :2,8 kg
c. Panjang badan: 50 cm
d. Perkembangan tiap tahap
Usia anak saat
a. Berguling :4bulan
b. duduk :6bulan
c. merangkak :7bulan
d. senyum kepada orang lain pertama kali:2bulan
e. bicara pertama kali:1bulan
f. berpakaian tanpa bantuan orang lain:belum bisa
VI. Riwayat nutrisi
1. Pemberian asi
a. Pertama kali disusui:1minggu setelah bayi lahir
b. cara pemberian:setiap kali bayi menangis
2.

Pola perubahan nutrisi tiap tahapan sampai nutrisi saat ini
14

usia 0 – 6 bulan: ASI
usia 7 bulan : ASI + bubur beras merah
VII. Riwayat psikososial
a. Anak tunggal
b. lingkungan berada di kota
c.

rumah dekat dengan masjid

d. tidak ada tempat bermain
e. tidak punya kamar sendiri
f.

ada tangga yang berbahaya

g. anak tidak punya ruang bermain
h.

hubungan antara anggota keluarga harmonis

i.

pengasuh anak adalah ibunya sendiri

VIII. Riwayat spiritual
Support sistem dalam keluarga: Orang tua klien selalu berdoa agar klien
cepat sembuh dan diberikan umur yang panjang oleh Allah SWT.
IX.

Reaksi hospitalisasi
a. Pemahaman tengtang keluarga dan rawat inap
b.

Mengapa ibu membawa anaknya kerumah sakit: karena panik melihat
anaknya

c.

Apakah dokter menceritakan keadaan anaknya: iya

d. Perasaan orang tua pada saat ini: takut,cemas dan kwatir
e.

Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap
Klien belum mampu mengatakan mengapa ia berada di rumah sakit, klien

hanya mampu menangis bila ada orang lain yang tidak ia kenal berada
didekatnya.
X. Aktivitas sehari-hari
Pola makan dan Minum

15

Pola Makan:

No Pols makan

Kondisi sebelum sakit

Kondisi selama sakit

1.

Nafsu makan baik

Nafsu makan menurun

ASI+ bubur beras merah

sesuai diet

3x sehari

2x sehari

tidak ada

makanan berminyak

5.

tidak ada

tidak ada

6.

disuapin

disuapin

Selera makan
Menu makanan

2.
3.
4.

Frekuensi makan
Makanan pantangan
Pembatasan pola makan
Cara makan

Pola minum:

Pola minum

Sebelum sakit

Selama sakit

Minuman

minum ASI + air putih,

minum ASI + air putih,

Frekuensi

5-6 kali sehari,

3-5 kali sehari,
± 800-1000 ml/hari.
Jumlah masukan

± 1000-1500 ml/hari.

Pola Eliminasi
BAK

Pola BAK

Sebelum sakit

Selama sakit

Frekuensi BAK

4 – 5 kali sehari,

3 – 4 kali sehari,

16

Jumlah keluaran

± 1200cc,

± 800 cc,

Bau

khas,

khas,

Warna

jernih.

jernih.

Pola BAB

Sebelum sakit

Selama sakit

Frekuensi BAB

2 – 3 kali sehari,

1 kali sehari,

Konsistensi

lunak,

keras,

Bau

khas,

khas,

Warna

kuning.

kuning.

Pola istirahat tidur

Sebelum sakit

Selama sakit

Banyaknya waktu tiudr

±10 jam per hari,

± 6 jam perhari,

Gangguan waktu tidur

tidak ada.

tida bisa tidur karena sesak

BAB

Pola istirahat / tidur

nafas.

Pola personal higine

17

Pola personal higyene

Sebelum sakit

Selama sakit

Mandi

3 kali sehari ( di mandikan 2 kali sehari ( di mandikan
ibu ),

ibu pakai waslap ),
2 kali 1 minggu.

3 kali 1 minggu
Keramas

Pola aktivitas

Sebelum sakit

Selama sakit

bisa bermain

hanya bisa menangis

XI.

Pemeriksaan fisik
Keadaan umum

: Lemah

a. Tanda-tanda Vital
b. Tekanan darah :100/80 mmHg
c.

Nadi

:98 x/Mnt

d. Suhu

:39 ºC

e. Pernapasan

:32 x/Mnt

f.

Antropometri

g.

Panjang badan : 75 cm

h.

Berat badan

i. LILA

: 8 kg
: 10 cm

j. Lingkar kepala : 30 cm
k.

Lingkar dada

: 35 cm

l.

Lingkar perut

: 40 cm

2. Sistem pernapasan

18

a. Hidung

: Simetris kiri & kanan, Ada secret dan ingus, pernapasan

cuping hidung, tidak ada polip,tidak ada epistaksis, pernapasan dangkal dan
cepat (takipneu).
b. Leher

: tidak nampak pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada tumor.

c. Dada

: bentuk dada simetris kiri dan kanan, perbandingan ukuran

antara posterior dan anterior 1: 2, pergerakan dada tidak simetris.
d. Suara napas

: Terdengar bunyi stridor, ronchii pada lapang paru.

e. clubbing finger : tidak ada.
4. Sistem cardiovaskuler
a.

Kongjungtiva tidak anemia,bibir cyianosis,arteri karotis kuat,tekanan vena
jugularis tidak meninggi.

5.

b.

Suara jantung

: S1’ Lup’ ,S2’ Dup’.

c.

Tidak ada bising aorta & Mur-mur.

d.

Ukuran jantung normal,Capillary Refilling time 3 detik.

Sistem pencernaan
a. Gaster tidak kembung, tidak ada nyeri.

6.

b. Abdomen

: Hati tidak teraba, Lien & ginjal tidak teraba.

c.

: 30 x/Mnt

Peristaltik

Sistem indra
a. Mata
1) Kelopak mata : Tidak edema
2) Bulu mata

: Menyebar

3) Alis

: Menyebar

4) Mata

: Reaksi terhadap rangsangan cahaya ada

b. Hidung
1) Stuktur hidung simetris kiri & kanan , penciuman baik, tidak ada
trauma di hidung, mimisan tidak ada
2) Ada secret dan ingus yang menghalangi penciuman
c. Telinga
19

1) Keadaan daun telinga simetris kiri & kanan ,kanal Auditorius kurang
bersih, serumen tidak ada.
2) Fungsi pendengaran normal ( jika klien di panggil maka ia akan menoleh
ke arah suara tersebut.
7. Sistem Saraf
a. Fungsi Serebral
- Orientasi,daya ingat,perhatian dan perhitungan tidak Di identifikasi,
b. Kesadaran
a) Eyes : 4
b) Motorik : 6
c) Verbal : 5
d) GCS : 15 (normal 13-15)
d. Fungsi Cranial
a) Nervus I (olfaktorius): Penciuman tidak diidentifikasi
b) Nervus II (optikus): Visus dan lapang pandang tidak diidentifikasi
c) Nervus III,IV,VI (okulomotorius,troklearis,abducens): Gerakan otot mata
tidak diidentifikasi
d) Nervus V (trigeminus):Motorik dan sensorik tidak dapat diidentifikasi.
e) Nervus VII (facialis) ; Motorik dan sensorik tidak dapat diidentifikasi
f) Nervus VIII (akustikus): Pendengaran normal. Keseimbangan tidak dapat
diidentifikasi.
g) Nervus IX (glosofaringeus): Fungsi pengecapan tidak dapat diidentifikasi.
h) Nervus X (Vagus): Gerakan ovula tidakdapat diidentifikasi
i) Nervus XI (aksesoris) : Sternocledomastoideus dan trapesius tidak dapat
diidentifikasi
j) Nervus XII (hipoglosus) : Gerakan lidah tidak dapat diidentifikasi
e.

Fungsi motorik
a) Massa otot : lemah
b) Tonus otot : menurun
c) kekuatan otot : 25%(dapat menggerakan anggota gerak Tetapi tidak kuat
menahan berat dan Tekanan pemeriksa.
20

f. Fungsi sensorik
Suhu,gerakan,posisi dan diskriminasi tidak dapat Diiidentifikasi.
g. Fungsi Cerebellum
Koordinasi dan keseimbangan tidak dapat dikaji.
h.

Refleks
Refleks bisep(+),Refleks trisep(+),dan Refleks babinski(+)

i.

Iritasi Meningen
Tidak ditemukan adanya kaku kuduk.

j. Pemeriksaan tingkat perkembangan
Dengan menggunakan DDST :
a) Motorik kasar

: duduk tanpa pegangan, berdiri dengan pegangan

b) Motorik halus

: mencari benang, menggaruk manik- manik,

memindahkan kubus, mengambil 1 kubus
c) Bahasa

: meniru bunyi kata- kata, dapat berkata papa atau

mama
d) Personal sosial : tepuk tangan
8. Sistem Muskuloskeletal
a) Kepala
Bentuk

: Normal

Gerakan

: tidak diidentifikasi

b) Vertebrae
Tidak ada kelainan bentuk seperti lordosis,scleosis,kifosis
c) Pelvis
21

Klien belum jalan,ortholan barlaw’s tidak dilakukan
d) Lutut
Tidak bengkok dan tidak kaku,gerakan baik(aktif)
e) Kaki
tidak bergerak.
f) Tangan
Tidak bengkak,tanga kanan terpasang infuse
9. Sistem Integument
a) Rambut : hitam,tidak mudah dicabut
b) kulit

: kulit pucat,temperatur hangat,teraba lembab,bulu kulit

menyebar, tidak ada tahi lalat.
c) Kuku

: warna merah muda,permukan datar,tidak mudah

patah,kuku pendek dan agak bersih.
10. Sistem Endokrin
a) kelenjar thyroid

: tidak ada pembesaran

b) Ekskresi urine berlebihan

: tidak ada

c) Polidipsi dan Poliphagi

: tidak ada

d) Keringat berlebihan

: tidak ada

e) Riwayat air seni dikerumuni semut

: tidak ada.

10. Sistem Perkemihan
Edema palpebra tidak ada,edema anasarka tidak ada, kencing batu tidak ada.
12. Sistem Reproduksi
Tidak dikaji
13. Sistem Immune
a) Alergi cuaca tidak ada,alergi debu tidak ada.
22

b) Penyakit yang berhubungan dgn cuaca seperti batuk dan flu
c) Bicara
 Ekspresive :Klien menangis jika merasakan sakit
 Reseptive : tidak diidentifikasi
XII. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan darah lengkap (trombosit dan LED): Trombosit
2. LED

= 7 mm/jm

3. kultur sputum : terdapat virus sinnsial pernafasan
XIII. Penatalaksanaan
a) Terapi oksigen
b) Cairan glukosa 10%
c)
B.

Kloramfenikol 250 mg 3X sehari

Analisa Data

Nama Pasien : An.R
Umur

: 7 bulan

No.Registrasi : 7544

No

Data penunjang

Kemungkinan penyebab

1

DO:

Peningkatan O2 dan Co2
yang berdifusi

– Klien nampak sesak
– pernapasan cuping hidung,
pernapasan dangkal

Kecepatan difusi gas
menurun

– Klien nampak pucat dan
cianosis
Difusi O2 dan Co2
23

= 450 103/µL

terganggu
DS:
– Ibu klien mengatakan

Pembentukan sel eksudat

anaknya sesak.

Alveoli dibronciolus
DO:

berisi eksudat eritrosit,
fibrin dan bakteri

– Klien nampak batuk
2

berlendir dan beringus.
– terdengar bunyi ronchi,

Penumpukan

stridor pada lapang paru.

secret/mucus

– Pergerakan dada tidak
simetris.
Obtruksi jalan nafas
– TTV:
T : 100/80
N : 98 X/ menit
S : 39 C
P : 32 X/ menit

DS :
– Ibu klien mengatakan
bahwa anaknya
Batuk berlendir dan beringus.

24

– Klien mengatakan dadanya
terasa sakit saat batuk.

DO :
– KU : Lemah
– Suu : 39 C
Stimulus chemoreseptor
DS :

hipotalamus.

– Klien mengeluh badannya
panas.
Termoregulator
3
DO :
Peningkatan
– Porsi makan tidak

metabolisme

dihabiskan
– Selera makan menurun
Kompensasi cadangan
– BB : 15 kg

lemak yang
dipergunakan oleh tubuh

TB : 120 cm

DS :
– Ibu klien mengatakan
anaknya malas makan.
– Ibu klien mengatakan porsi
makan anaknya tidak
dihabiskan.

Edema antara
25

kapiler dan alveoli

B.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan peradangan, penumpukan secret.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane kapiler alveolus.
3. Berkurangnya volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak adekuat, demam,
takipnea.

C. INTERVENSI
1.

Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan peradangan, penumpukan secret.
Tujuan : Jalan nafas efektif, ventilasi paru adekuat dan tidak ada penumpukan secret.
Rencana tindakan :
1)

Monitor status respiratori setiap 2 jam, kaji adanya peningkatan status pernafasan

dan bunyi nafas abnormal.
2)

Lakukan perkusi, vibrasi dan postural drainage setiap 4 – 6 jam,

3)

Beri therapy oksigen sesuai program.

4)

Bantu membatukkan sekresi/pengisapan lender.

5)

Beri posisi yang nyaman yang memudahkan pasien bernafas.

6)

Ciptakan lingkungan yang nyaman sehingga pasien dapat tidur tenang.

7)

Monitor analisa gas darah untuk mengkaji status pernafasan.

8)

Beri minum yang cukup.

9)

Sediakan sputum untuk kultur/test sensitifitas.

10) Kelola pemberian antibiotic dan obat lain sesuai program.
2.

Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane kapiler

alveolus.
Tujuan : Pasien memperlihatkan perbaikan ventilasi, pertukaran gas secara
optimal dan oksigenasi jaringan secara adekuat.
Rencana Tindakan :
1. Observasi tingkat kesadaran, status pernafasan, tanda-tanda sianosis setiap 2 jam.
2. Beri posisi fowler/semi fowler.
3. Beri oksigen sesuai program.
4. Monitor analisa gas darah.
5. Ciptakan lingkungan yang tenang dan kenyamanan pasien.
6. Cegah terjadinya kelelahan pada pasien.
26

3.

Berkurangnya volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak adekuat, demam,

takipnea.
Tujuan : Pasien akan mempertahankan cairan tubuh yang normal.
Rencana Tindakan :
1. Catat intake dan out put cairan. Anjurkan ibu untuk tetaap memberi cairan peroral
serta hindari susu yang kental/minum yang dingin agar merangsang batuk.
2. Monitor keseimbangan cairan membrane mukosa, turgor kulit, nadi cepat, kesadaran
menurun, tanda-tyanda vital.
3. Pertahankan keakuratan tetesan infuse sesuai program.
4. Lakukan oral hygiene.
E.

Evaluasi

Nama Pasien : An.R
No.Regristasi : 7544

No

Tanggal

1.

28 – 10 – 2012

Evaluasi

S : Klien mengeluh Sesak
O : Klien masih sesak
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 2,3,4.

2.

29 – 10 – 2012

S : Klien mengeluh masih batuk dan beringus
O : Klien masih batuk
Pergerakan dada tidak simetris,terdengar
bunyi ronchi.
A : Masalah belum teratasi
27

P : Lanjutkan intervensi 2,3,4.
3.

30-10-2012

S : ibu Klien mengatakan anaknya badannya
masih panas.
O : Badan klien masih teraba panas
Suhu 38 c
A: Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 2, 3,4.
S : Ibu klien mengatakan anaknya malas makan

4.

31-10-2012
O : Klien malas makan
Klien hanya makan ½ porsi
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 2,3, 4, 5

BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan
28

Pneumonia adalah peradangan pada paru-.paru dan bronkiolus yang disebabkan
oleh bakteri, jamur ,virus, atau aspirasi karena makanan atau benda asing. Insiden
pneumonia berbeda untuk daerah yang satu dengan daerah yang lain. Dan dipengaruhi
oleh musim, insiden meningkat pada usia lebih 4 tahun. Dan menurun dengan
meningkatnya umur. Faktor resiko yang meningkatkan insiden yaitu umur 2bulan, gisi
kurang, BBLR, tidak mendapat hasil yang memadai, polusi udara, kepadatan tempat
tinggal, imunisasi kurang lengkap, membentuk anak dan defisiensi vitamin A, dosis
pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat, mortabilitas dapat diturunkan kurang dari
1% bila pasien disertai dengan mall nutrisi, energi, protein,(MEP) dan terlambat berobat,
kasus yang tidak diobati maka angka mortalitasnya masih tinggi. Maka kita sebagai
perawat yang profesional dalam melakukan proses keperawatan harus memperhatikan
hal-hal tersebut. Agar implementasi yang kita berikan sesuai dengan diagnosa
keperawatan dan tepat pada sasaran.
B.

Saran
Diharapkan sebagai mahasiswa keperawatan mampu untuk menerapkan asuhan
keperawatan yang terbaik untuk pasiennya.

DAFTAR PUSTAKA
Biddulph, Jonn, dkk. 1999. Kesehatan Anak. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif, dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
Astuti, Widya Harwina. 2010. Asuhan Keperawatan Anak dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: TIM
Bare Brenda G, Smeltzer Suzan C. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol. 1, EGC, Jakarta.
Doengoes Marilynn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman Untuk Perencanaan
Dan Pendokumentasian Perawatan. Edisi 3. EGC. Jakarta.
29

http://ardyanpradanaoo7.blogspot.com/2011/02/laporan-pendahuluan-asuhan-keperawatan.html
http://stikmuh-ptk.medecinsmaroc.com/t3-askep-anak-dengan-pneumonia
http://wwwensufhy.blogspot.com/2011/04/asuhan-keperawatan-anak-pneumonia.html
Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit. EGC. Jakarta.
Price Anderson Sylvia, Milson McCarty Covraine, Patofisiologi, buku-2, Edisi 4, EGC, Jakarta.
Suparman. (1990). Ilmu Penyakit Dalam. EGC. Jakarta
Suriadi, SKp, MSN. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: Sagung Seto.
Tim Penyusun. Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 3. Volume II, 2001, FKUI.

30

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

11 131 124