ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HEMOROID

ASUHAN KEPERAWATAN PADA
KLIEN HEMOROID
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HEMOROID
DISUSUN OLEH :
BANGUN SUTOPO (14.321.054)
LISMIATI (14.321.076)
MAIKE MITRA P (14.321.079)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayahNya. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah pada junjungan kita, Rasulullah Muhammad
SAW. Puji syukur dan shalawat selalu mengawali penulis dalam setiap langkah, sehingga dapat
menyelesaikan Tugas Kelompok Makalah Neuro 1 ini yang berjudul “ASUHAN
KEPEERAWATAN PADA KLIEN HEMOROID”.
Dalam penulisan makalah ini,Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari
sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu kami

mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen pembimbing
guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang akan

datang. Terselesaikannya makalah cedera spinalis ini tidak terlepas dari bimbingan, dukungan,
serta bantuan dari semua pihak yang terlibat.
Kami ngin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Bapak Drs.H Zainul Arifin M.Kes, selaku Ketua STIKES ICME JOMBANG
2. Ibu Dwi Prasetianingati, S.Kep.,Ns. selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan
arahan dan ilmu serta sabar dalam membimbing kami.
3. Orang tua, atas doa yang selalu mengiringi setiap langkah kami dan motivasi dalam
menyelesaikan makalah ini.
4. Rekan-rekan satu kelompok yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi pembaca dan bermanfaat untuk pengembangan
wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Jombang, 01 november 2015

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB 1

 Latar
belakang……………………………………………………………………………………
…. 4
 Rumusan
masalah………………………………………………………………………………….. 5
 Tujuan………………………………………………………………………………………
…………. 5
BAB 2
 Definisi……………………………………………………………………………………
…………… 6

 Etiologi……………………………………………………………………………………
…………… 7
 Patofisiologi………………………………………………………………………………
…………. 8
 Manifestasi
klinis………………………………………………………………………………… 10
 Penatalaksanaan……………………………………………………………………………
…….. 11
 Pemeriksaaan

penunjang………………………………………………………………………. 13
 Komplikasi…………………………………………………………………………………
………. 14
 Diagnosa
banding……………………………………………………………………………….. 14
BAB 3
3.1 Pengkajian keperawatan pada klien hemaroid…………………………………………. 15
3.2 diagnosa keperawatan pada klien hemaroid……………………………………………. 16
3.3 Intervensi keperawatan pada klien hemaroid…………………………………………… 16
3.4 Implementasi keperawatan pada klien hemaroid……………………………………… 23
3.5 Evaluasi keperawatan pada klien hemaroid…………………………………………….. 23
BAB 4
 Kesimpulan…………………………………………………………………………………
……… 25
 Saran………………………………………………………………………………………
…………. 25
DAFTAR
PUSTAKA………………………………………………………………………………. 26

BAB I

PENDAHULUAN

 LATAR BELAKANG

Hemoroid adalah Suatu pelebaran dari vena-vena didalam pleksus Hemoroidalis (Muttaqin,
2011). Hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah vena hemoroidalis dengan penonjolan
membrane mukosa yang melapisi daerah anus dan rectum (Nugroho, 2011). Hemoroid sering
terjadi pada orang dewasa dengan umur 45 sampai 65 tahun ( Chong dkk.2008 ). Penyakit
hemoroid yang terjadi di Amerika Serikat merupakan penyakit yang cukup umum dimana pasien
dengan umur 45 tahun yang didiagnosis hemoroid mencapai 1.294 per 100.000 jiwa (Everheart,
2004). Sebuah penelitian yang dilakukan di Iran menunjukan sebanyak 48 persen dari pasien
yang menjalani sigmoidoskopi dengan keluhan perdarahan pada anosrektal memperlihatkan
adanya hemoroid ( Nikpour dan Asgari, 2008 ). Berdasarkan penelitian dari sepuluh juta orang di
Indonesia di laporkan menderita hemoroid dengan prevalensi 4 persen.
Penyakit hemoroid dibagi menjadi 2, yang pertama adalah hemoroid interna yaitu hemoroid yang
berasal dari bagian atas sfingter anal serta di tandaidengan perdarahan. Yang kedua adalah
hemoroid eksterna yaitu hemoroid yang cukup besar, sehingga varises muncul keluar anus dan di
sertai nyeri. ( Broker, 2009 )
Penyakit hemoroid ini disebabkan beberapa fakrtor beberapanya obtipasi (konstipasi/sembelit)
yang menahun, penyakit yang sering membuat penderita mengejan, penyempitan saluran kemih,

sering melahirkan anak, sering duduk, diare yang menahun dan bendungan pada rongga pinggul
karena tumor rahim atau kehamilan. (Riyadi, 2010) tanda dan gejala penyakit hemoroid tidak
dapat disembuhkan, hemoroid ekstera bias mengalami thrombosis karena tekanan tinggi pada
vena kanalis yang menyebabkan ditandai adanya implamasi dan edema.nyeri akan sangat kuat
pada saat defekasi. Hemorrhoid dapat dicegah dengan minum air putih yang cukup, makan
sayuran yang banyak, dan buah-buahan yang banyak, sehingga membuat feces tidak mengeras.
Apabila banyak memakan makanan yang mengandung serat dan banyak minum air putih yang
banyak dapat meperlancar defekasi, selain itu ginjal menjadi sehat (Gotera, 2006). Selain itu
hemorrhoid dapat dicegah dengan cara olahraga yang cukup, duduk tidak terlalu lama dan berdiri
tidak terlalu lama (Merdikoputro, 2006). Dalam hal ini, peran perawat sangat dibutuhkan dalam
membantu klien yang mengalami hemoroid agar mempu memaksimalkan kemampuan yang
dimiliki dalam melaksanakan aktivitas daily living untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia.
Oleh karena itu, kami sempat tertarik untuk membahas asuhan keperawatan pada klien dengan
hemoroid.

 RUMUSAN MASALAH
Dengan melihat latar belakang yang dikemukakan sebelumnya maka terdapat masalah yang akan
dirumuskan dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana tinjauan medis dengan hemoroid?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan hemoroid?


 TUJUAN

1. Penulis mampu mengidentifikasi tinjauan medis pada klien dengan
2. Penulis ampu mengidentifikasi asuhan keperawatan pada klien dengan hemoroid.

BAB II
TINJAUAN MEDIS
2.1 DEFINISI

Hemoroid adalah kumpulan dari pelebaran satu segmen atau lebih vena hemoroidalis di daerah
anorektal. Hemoroid bukan sekedar pelebaran vena hemoroidalis, tetapi bersifat lebih kompleks
yakni melibatkan beberapa unsure berupa pembuluh darah, jaringan lunak dan otot disekitar
anorektal (Felix, 2006). Hemoroid adalah Suatu pelebaran dari vena-vena didalam pleksus
Hemoroidalis (Muttaqin, 2011). Hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah vena hemoroidalis
dengan penonjolan membrane mukosa yang melapisi daerah anus dan rectum (Nugroho, 2011).
Klasifikasi hemoroid
1. Ambeien Internal
Hemoroid internal adalah pembengkakan terjadi dalam rektum sehingga tidak bisa dilihat atau
diraba. Pembengkakan jenis ini tidak menimbulkan rasa sakit karena hanya ada sedikit syaraf di

daerah rektum. Tanda yang dapat diketahui adalah pendarahan saat buang air besar. Masalahnya
jadi tidak sederhana lagi, bila ambeien internal ini membesar dan keluar ke bibir anus yang
menyebabkan kesakitan. Ambeien yang terlihat berwarna pink ini setelah sembuh dapat masuk
sendiri, tetapi bisa juga didorong masuk. Hemoroid interna dibagi menjadi 4 derajat yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.

Derajat I
Terdapat perdarahan merah segar pada rectum pasca defekasi
Tanpa disertai rasa nyeri
Tidak terdapat prolaps
Pada pemeriksaan anoskopi terlihat permulaan dari benjolan hemoroid
ke dalam lumen
6. Derajat II
7. Terdapat perdarahan/tanpa perdarahan sesudah defekasi
8. Terjadi prolaps hemoroid yang dapat masuk sendiri (reposisi spontan)


yang menonjol

3. Derajat III
4. Terdapat perdarahan/tanpa perdarahan sesudah defekasi
5. Terjadi prolaps hemoroid yang tidak dapat masuk sendiri jadi harus didorong
dengan jari (reposisi manual)
6. Derajat IV
1. Terdapat perdarahan sesudah defekasi
2. Terjadi prolaps hemoroid yang tidak dapat didorong masuk (meskipun sudah
direposisi akan keluar lagi)
7. Ambeien / Hemoroid Eksternal
Hemoroid eksternal diklasifikasikan sebagai akut dan kronik. Bentuk akut berupa pembengkakan
bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya merupakan hematoma, bentuk ini sangat nyeri
dan gatal karena ujung-ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri.

 ETIOLOGI

Menurut Vill alba dan Abbas (2007), etiologi hemoroid sampai saat ini belum diketahui
secara pasti, beberapa factor pendukung yang terlibat diantaranya adalah :
1.

2.
3.
4.
5.
6.
7.

Penuaan
Kehamilan
Hereditas
Konstipasi atau diare kronik
Penggunaan toilet yang berlama – lama
Posisi tubuh, misal duduk dalam waktu yang lama

Menurut Mutaqqin (2011), kondisi hemoroid biasanya tidak berhubungan dengan kondisi medis
atau penyalit, namun ada beberapa predisposisi penting yang dapat meningkatkan risiko
hemoroid seperti berikut:
1.
2.
3.

4.
5.
6.
7.
8.

Perubahan hormon (kehamilan)
Mengejan secara berlebihan hingga menyebabkan kram
Berdiri terlalu lama
Banyak duduk
Sering mengangkat beban berat
Sembelit diare menahun (obstipasi)
Makanan yang dapat memicu pelebaran pembuluh vena (cabe, rempah-rempah)
Keturuna penderita wasir(genetik)

 PATOFISIOLOGI
Menurut Nugroho (2011) hemoroid dapat disebabkan oleh tekanan abdominal yang mampu
menekan vena hemoroidalis sehingga menyebabkan dilatasi pada vena. dilatasi tersebut dapat
dibagi menjadi 2, yaitu :
1.

2.
3.
4.

Interna (dilatasi sebelum spinter)
Bila membesar baru nyeri
Bila vena pecah, BAB berdarah anemia
Eksterna (dilatasi sesudah spingter)
1. Nyeri
2. Bila vena pecah, BAB berdarah-trombosit-inflamasi.

Hemoroid dapat terjadi pada individu yang sehat. Hemoroid umumnya menyebabkan gejala
ketika mengalami pembesaran, peradangan, atau prollaps. Diet rendah serat menyebabkan
bentuk feses menjadi kecil yang bisa mengakibatkan kondisi mengejan selama BAB.
Peningkatan tekanan ini menyebabkan pembengkakan dari hemoroid., kemungkinan gengguan
oleh venous return (Muttaqin, 2011).

Obstipasi, sering mengejan, kehamilan, banyak duduk,
kongesti renal

Tekanan intra abdomen

Hemoroid

Prolaps

Hemoroidectomy

Kurang Informasi

Luka post operasi

Takut BAB

Kurang pengetahuan

Feses mengeras

tentang penyakit,
pengobatan

Konstipasi

Gangguan Eliminasi BAB

Kelemahan fisik

Inflamasi mikroorganisme

Diskontiunitas jaringan

Resiko Infeksi
Kurang perawatan diri
Nyeri

Muttaqin,2011, Yasmin Asih,2006, Made Sumarwati,2010 )

 MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis hemoroid dapat dibagi berdasarkan jenis hemoroid (Vill Alba dan Abbas, 2007 )
yaitu :
1. Hemoroid internal

2. Prolaps dan keluarnya
3.
4. Rasa tak
5.
6. Hemoroideksternal
1. Rasa terbakar.
2. Nyeri (jikamengalami trombosis).
3.
Sedangkan tanda dan gejala menurut Lumenta (2006) pasien hemoroid dapat mengeluh hal-hal
seperti berikut :
1. Perdarahan
Keluhan yang sering dan timul pertama kali yakni : darah segar menetes setelah buang air besar
(BAB), biasanya tanpa disertai nyeri dan gatal di anus. Pendarahan dapat juga timbul di luar
wakyu BAB, misalnya pada orang tua. Perdaran ini berwarna merah segar.
1. Benjolan
Benjolan terjadi pada anus yang dapat menciut/ tereduksi spontan atau manual merupakan cirri
khas/ karakteristik hemoroid.
1. Nyeri dan rasa tidak nyaman
Dirasakan bila timbul komplikasi thrombosis ( sumbatan komponen darah di bawah anus),
benjolan keluar anus, polip rectum, skin tag.
1. Basah, gatal dan hygiene yang kurang di anus
Akibat penegluaran cairan dari selaput lender anus disertai perdarahan merupakan tanda
hemoroid interna, yang sering mengotori pakaian dalam bahkan dapat menyebabkan
pembengkakan kulit.

 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan hemoroid tergantung pada macam dan derajat hemoroidnya.
1. Hemoroid Eksterna
Hemoroid eksternal yang mengalami trombosis tampak sebagai benjolan yang nyeri pada anal
verge. Jika pasien membaik dan hanya mengeluh nyeri ringan, pemberian analgesik, sitz baths,
dan pelunak feses. Tetapi jika pasien mengeluh nyeri yang parah, maka eksisi di bawah anestesi
lokal dianjurkan. Pengobatan secara bedah menawarkan penyembuhan yang cepat, efektif dan

memerlukan waku hanya beberapa menit dan segera menghilangkan gejala. Penatalaksanaan
secara bedah yaitu pasien berbaring dengan posisi menghadap ke lateral dan lutut di lipat (posisi
seems), dasar hematom diinfiltrasi dengan anestetik lokal. Bagian atas bokong didorong untuk
memaparkan trombosis hemoroid. Kulit dipotong berbentuk elips menggunakan gunting iris dan
forsep diseksi; hal ini dengan segera memperlihatkan bekuan darah hitam yang khas di dalam
hemoroid yang dapat dikeluarkan dengan tekanan atau diangkat keluar dengan forsep.
2. Hemoroid Interna
Pengobatan hemoroid interna tergantung dari derajat hemoroidnya.
Hemoroid Interna
Derajat
I
II
III
IV

Berdarah
+
+
+
+

Prolaps

+
+
Tetap

Reposisi

Spontan
Manual
Irreponibel

Hemorroid interna diterapi sesuai dengan gradenya. Tetapi hemorroid eksterna
selalu dengan operasi. Konservatif indikasi untuk grade 1-2, < 6 jam, belum terbentuk trombus.
Operatif indikasi untuk grade 3-4, perdarahan dan nyeri.

1. Hemoroid derajat I dan II
Kebanyakan pasien hemoroid derajat I dan II dapat ditolong dengan tindakan lokal yang
sederhana disertai nasehat tentang makan. Makanan sebaiknya terdiri atas makanan berserat
tinggi, misalnya sayuran dan buah-buahan Makanan berserat tinggi ini membuat gumpalan isi
usus menjadi besar namun lunak, sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan
mengedan secara berlebihan.
2. Hemoroid Derajat III dan IV
Pengobatan dengan krioterapi pada derajat III dilakukan jika diputuskan tidak perlu dilakukan
hemoroidektomi. Pengobatan dengan criyosurgery (bedah beku) dilakukan pada hemoroid yang
menonjol, dibekukan dengan CO2 atau NO2 sehingga mengalami nekrosis dan akhirnya fibrosis.
Tidak dipakai secara luas karena mukosa yang dibekukan (nekrosis) sukar ditentukan luasnya.
Hemoroidektomi dilakukan pada pasien yang mengalami hemoroid yang menahun dan
mengalami prolapsus besar (derajat III dan IV).
Ada 3 prinsip dalam melakukan hemoroidektomi yaitu pengangkatan pleksus dan mukosa,
pengangkatan pleksus tanpa mukosa, dan pengangkatan mukosa tanpa pleksus. Teknik
pengangkatan dapat dilakukan menurut 2 metode :

1. Metode Langen-beck : yaitu dengan cara menjepit radier hemoroid interna, mengadakan
jahitan jelujur klem dengan catgut crhomic No. 00, mengadakan eksisi di atas klem.
Sesudah itu klem dilepas dan jahitan jelujur di bawah klem diikat, diikuti usaha
kontinuitas mukosa. Cara ini banyak dilakukan karena mudah dan tidak mengandung
risiko pembentukan jaringan parut sirkuler yang biasa menimbulkan stenosis.
2. Metode whitehead : yaitu mengupas seluruh v. hemoroidalis dengan membebaskan
mukosa dari sub mukosa dan mengadakan reseksi sirkuler terhadap mukosa daerah itu,
sambil mengusahakan kontinuitas mukosa kembali.
3. Metode stapled : yaitu dengan cara mengupas mukosa rektum. Metode ini lebih unggul
dan lebih banyak dipakai karena perdarahannya dan nyeri post operasinya berkurang
dibandingkan dengan metode yang lain.

2.6

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Anamnesa atau riwayat penyakit
2. Pemeriksaan fisik yaitu inspeksi

Pada inspeksi hemoroid eksterna mudah terlihat apalagi sudah mengandung trombus. Hemoroid
interna yang prolaps dapat terlihat sebagai benjolan yang tertutup mukosa. Untuk membuat
prolaps dapat dengan menyuruh pasien untuk mengejan.
1. rektaltouche (colok dubur)
Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba sebab tekanan
vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri. Hemoroid dapat diraba apabila
sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan menebal. Trombosis dan
fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan colok dubur ini untuk
menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.
1. Pemeriksaan dengan teropong yaitu anoskopi dan rektoskopi
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar. Anoskop
dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi litotomi. Anoskop dan
penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan penderita
disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke
dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan
membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya,

letak ,besarnya dan keadaan lain dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor ganas harus
diperhatikan.
1. Pemeriksaaan dengan Proktosigmoidoskopi
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan disebabkan oleh proses
radang atau proses keganasan di tingkat tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik
saja atau tanda yang menyertai.
1. frontgen (colon inloop) dan kolonoskopi
2. pemeriksaan darah, urin, feses sebagai pemeriksaan penunjang
Diperlukan untuk mengetahui adanya darah samar (occult bleeding).

 KOMPLIKASI HEMOROID
Komplikasi hemoroid yang paling sering terjadi yaitu :
1. Perdarahan, dapat sampai anemia.
2. Trombosis (pembekuan darah dalam hemoroid)
3. Hemoroidal strangulasi adalah hemoroid yang prolaps dengan suplai darah dihalangi oleh
sfingter ani.
4. Luka dan infeksi
 DIAGNOSA BANDING
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Perdarahan juga dapat terjadi pada :
Carcinoma kolorektal
Divertikulitis
Kolitis ulserosa
Polip adenomatosa
Benjolan juga dapat terjadi pada :
Anorektal
Prolaps rekti (procidentia)

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADDA KLIEN DENGAN HEMOROID
 PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Penting bagi perawat untuk mengetahui bahwa setiap adanya riwayat trauma pada servikal
merupakan hal yang penting diwaspadai.
Pengkajian
Anamnesa
Tanggal MRS

:

Tanggal Pengkajian

:

No. Registrasi

:

Diagnose Medis

:

Pengumpulan data

2. Identitas
Nama Pasien

:

Usia

:

Jenis Kelamin

:

Alamat

:

Pendidikan

:

Agama

:

3. Keluhan utama

Pasien datang dengan keluhan perdarahan terus menerus saat BAB. Ada benjolan pada
anus atau nyeri pada saat defikasi.
4. Riwayat penyakit
5. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mulai keluar benjolan di anusnya beberapa minggu hanya ada benjolan yang keluar dan
beberapa hari setelah BAB ada darah yang keluar menetes.
1. Riwayat penyakit dahulu
Pasien pernah menderita penyakit hemoroid sebelumnya, sembuh atau terulang kembali. Dan
pada pasien waktu pengobatan terdahulu tidak dilakukan pembedahan sehingga akan kembali
RPD.
5. Pemeriksaan Fisik
Pasien di baringkan dengan posisi menungging dengan kedua kaki di tekuk dan menempel pada
tempat tidur.
 Inspeksi





Pada insfeksi lihat ada benjolan sekitar anus.
Benjolan tersebut terlihat pada saat prolapsi.
Warna benjolan terlihat kemerahan.
Benjolan terletak di dalam ( internal ).
o Palpasi

Dilakuakan dengan menggunakan sarung tangan ditambah vaselin dengan melakuakan
rektal tucher, dengan memasukan satu jari kedalam anus. Dan ditemukan benjolan tersebut
dengan konsistensi keras, dan juga ada perdarahan.
 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (insisi pembedahan)
2. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasive, insisi post pembedahan, imunitas
tubuh primer menurun
3. PK: Perdarahan
4. Kurang pengetahuan tentang Ca Rekti dan pilihan pengobatan berhubungan dengan
kurang paparan sumber informasi
5. Sindrom defisit self care b/d kelemahan, penyakitnya, nyeri
6. Resiko konstipasi berhubungan dengan obstruksi post pembedahan
o INTERVENSI KEPERAWATAN

Menurut Arif Muttaqin (2008) tujuan perencanaan dan implementasi dapat mencakup
perbaikan pola pernapasan, perbaikan mobilitas, pemeliharaan integritas kulit, menghilangkan
retensi urine, perbaikan fungsi usus, peningkatan rasa nyaman, dan tidak terdapatnya komplikasi.

Diagnosa keperawatan
Nyeri akut berhubungan
dengan:
Agen injuri (biologi,
kimia, fisik, psikologis),
kerusakan jaringan

RENCANA
NOC :

INTERVENSI
NIC :

· Pain Level,

·
Lakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi

· pain control,
· comfort level

·
Observasi reaksi nonverbal
Setelah dilakukan
tinfakan keperawatan dari ketidaknyamanan
selama …. Pasien tidak
·
Bantu pasien dan keluarga
·
Laporan secara
mengalami nyeri,
verbal
dengan kriteria hasil: untuk mencari dan menemukan
dukungan
DO:
· Mampu mengontrol
Kontrol lingkungan yang
nyeri (tahu penyebab ·
dapat mempengaruhi nyeri seperti
nyeri, mampu
·
Posisi untuk
menggunakan tehnik suhu ruangan, pencahayaan dan
menahan nyeri
nonfarmakologi untuk kebisingan
mengurangi nyeri,
·
Tingkah laku
mencari bantuan)
·
Kurangi faktor presipitasi
berhati-hati
nyeri
· Melaporkan bahwa
·
Gangguan tidur
·
Kaji tipe dan sumber nyeri
(mata sayu, tampak capek, nyeri berkurang
sulit atau gerakan kacau, dengan menggunakan untuk menentukan intervensi
manajemen nyeri
menyeringai)
·
Ajarkan tentang teknik non
·
Terfokus pada diri · Mampu mengenali farmakologi: napas dala,
nyeri (skala, intensitas, relaksasi, distraksi, kompres
sendiri
frekuensi dan tanda
hangat/ dingin
·
Fokus menyempit nyeri)
·
Berikan analgetik untuk
(penurunan persepsi
mengurangi nyeri: ………
waktu, kerusakan proses · Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berpikir, penurunan
·
Tingkatkan istirahat
interaksi dengan orang dan berkurang
lingkungan)
· Tanda vital dalam ·
Berikan informasi tentang
rentang normal
nyeri seperti penyebab nyeri,
·
Tingkah laku
berapa lama nyeri akan berkurang
distraksi, contoh : jalanDS:

jalan, menemui orang lain
dan/atau aktivitas, aktivitas
berulang-ulang)
·
Respon autonom
(seperti diaphoresis,
perubahan tekanan darah,
perubahan nafas, nadi dan
dilatasi pupil)
·
Perubahan
autonomic dalam tonus
otot (mungkin dalam
rentang dari lemah ke
kaku)

dan antisipasi ketidaknyamanan
dari prosedur
· Tidak mengalami
gangguan tidur

·
Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian analgesik
pertama kali

·
Tingkah laku
ekspresif (contoh : gelisah,
merintih, menangis,
waspada, iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah)
·
Perubahan dalam
nafsu makan dan minum
Risiko infeksi

NOC :

NIC :

Faktor-faktor risiko :

·

·

·

· Knowledge :
Infection control

Prosedur Infasif

Immune Status

·
Kerusakan jaringan
dan peningkatan paparan · Risk control
lingkungan
Setelah dilakukan
·
Malnutrisi
tindakan keperawatan
selama…… pasien
·
Peningkatan paparan tidak mengalami
infeksi dengan
lingkungan patogen
·

·
Batasi pengunjung bila
perlu
·
Cuci tangan setiap sebelum
dan sesudah tindakan
keperawatan
·
Gunakan baju, sarung
tangan sebagai alat pelindung
·
Ganti letak IV perifer dan
dressing sesuai dengan petunjuk
umum

Imonusupresi

·
Tidak adekuat
pertahanan sekunder
(penurunan Hb,

Pertahankan teknik aseptif

kriteria hasil:
Ø Klien bebas dari

·
Gunakan kateter intermiten
untuk menurunkan infeksi

kandung kencing

tanda dan gejala
infeksi
Leukopenia, penekanan
respon inflamasi)
·

Penyakit kronik

·

Imunosupresi

·

Malnutrisi

·
Pertahan primer
tidak adekuat (kerusakan
kulit, trauma jaringan,
gangguan peristaltik)

Ø Menunjukkan
kemampuan untuk
mencegah timbulnya
infeksi
Ø Jumlah leukosit
dalam batas norm
Ø Menunjukkan
perilaku hidup sehat
Ø Status imun,
gastrointestinal,
genitourinaria dalam
batas norma

·

Tingkatkan intake nutrisi

·

Berikan terapi antibiotic

·
Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
·
k/p

Pertahankan teknik isolasi

·
Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
·

Monitor adanya luka

·

Dorong masukan cairan

·

Dorong istirahat

·
Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala infeksi
·
Kaji suhu badan pada
pasien neutropenia setiap 4 jam
Konstipasi berhubungan
dengan

NOC:
·

NIC :

Bowl Elimination Manajemen konstipasi

·
Fungsi:kelemahan
otot abdominal, Aktivitas ·
Hidration
fisik tidak mencukupi
Setelah dilakukan
·
Perilaku defekasi
tindakan keperawatan
tidak teratur
selama …. konstipasi
pasien teratasi dengan
·
Perubahan
kriteria hasil:
lingkungan
·
Pola BAB dalam
·
Toileting tidak
batas normal
adekuat: posisi defekasi,
privasi
·
Feses lunak

·
Identifikasi faktor-faktor
yang menyebabkan konstipasi
·
Monitor tanda-tanda ruptur
bowel/peritonitis
·
Jelaskan penyebab dan
rasionalisasi tindakan pada pasien
·
Konsultasikan dengan
dokter tentang peningkatan dan
penurunan bising usus

·
Psikologis: depresi, ·
Cairan dan serat
stress emosi, gangguan
adekuat
mental
·
Aktivitas adekuat
·
Farmakologi:
antasid, antikolinergis,
·
Hidrasi adekuat
antikonvulsan,
antidepresan, kalsium
karbonat,diuretik, besi,
overdosis laksatif, NSAID,
opiat, sedatif.

·
Kolaburasi jika ada tanda
dan gejala konstipasi yang
menetap

·
Mekanis:
ketidakseimbangan
elektrolit, hemoroid,
gangguan neurologis,
obesitas, obstruksi pasca
bedah, abses rektum,
tumor

·
Kolaburasi dengan ahli gizi
diet tinggi serat dan cairan

·
Fisiologis:
perubahan pola makan dan
jenis makanan, penurunan
motilitas gastrointestnal,
dehidrasi, intake serat dan
cairan kurang, perilaku
makan yang buruk
DS:
·

Nyeri perut

·

Ketegangan perut

·

Anoreksia

·
Perasaan tekanan
pada rektum
·

Nyeri kepala

·
Peningkatan tekanan
abdominal

·
Jelaskan pada pasien
manfaat diet (cairan dan serat)
terhadap eliminasi
·
Jelaskan pada klien
konsekuensi menggunakan
laxative dalam waktu yang lama

·
Dorong peningkatan
aktivitas yang optimal
·
Sediakan privacy dan
keamanan selama BAB

·

Mual

·
Defekasi dengan
nyeri
DO:
·
Feses dengan darah
segar
·
Perubahan pola
BAB
·
Feses berwarna
gelap
·
Penurunan frekuensi
BAB
·
Penurunan volume
feses
·

Distensi abdomen

·

Feses keras

·
Bising usus
hipo/hiperaktif
·
Teraba massa
abdomen atau rektal
·

Perkusi tumpul

·

Sering flatus

·

Muntah

 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Menurut Setiadi,(2012) dalam buku Konsep & Penulisan Asuhan Keperawatan,
implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan.
 EVALUASI
Menurut Setiadi,(2012) dalam buku Konsep & Penulisan Asuhan Keperawatan, Tahap
penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencaan tentang kesehatan
klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara bersinambungan dengan
melibatkan klien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya. Komponen catatan perkembangan,
antara lain sebagai berikut :
1. Kartu SOAP(data subjektif, data objektif, analisis/assessment, dan perencanaan/plan)
dapat dipakai untuk mendokumentasikan evaluasi dan pengkajian ulang.
2. Kartu SOAPIER sesuai sebagai catatan yang ringkas mengenai penilaian diagnosis
keperawatan dan penyelesaiannya. SOAPIER merupakan komponen utama dalam catatan
perkembangan yang terdiri atas:
1. S (Subjektif) : data subjektif yang diambil dari keluhan klien, kecuali pada klien yang
afasia.
2. O (Objektif) : data objektif yang diperoleh dari hasil observasi perawat, misalnya tandatanda akibat penyimpanan fungsi fisik, tindakan keperawatan, atau akibat pengobatan.
3. A (Analisis/assessment) : masalah dan diagnosis keperawatan klien yang dianalisis/dikaji
dari data subjektif dan data objektif. Karena status klien selalu berubah yang
mengakibatkan informasi/data perlu pembaharuan, proses analisis/assessment bersifat
diinamis. Oleh karena itu sering memerlukan pengkajian ulang untuk menentukan
perubahan diagnosis, rencana, dan tindakan.
4. P (Perencanaan/planning) : perencanaan kembali tentang pengembangan tindakan
keperawatan, baik yang sekarang maupun yang akan datang (hasil modifikasi rencana
keperawatan) dengan tujuan memperbaiki keadaan kesehatan klien. Proses ini
berdasarkan kriteria tujaun yang spesifik dan periode yang telah ditentukan.
5. I (Intervensi) : tindakan keperawatan yang digunakan untuk memecahkan atau
menghilangkan masalah klien. Karena status klien selalu berubah, intervensi harus
dimodifikasi atau diubah sesuai rencana yang telah ditetapkan.
6. E (Evaluasi) : penilaian tindakan yang diberikan pada klien dan analisis respons klien
terhadapintervensi yang berfokus pada kriteria evaluasi tidak tercapai, harus dicari
alternatif intervensiyang memungkinkan kriteria tujuan tercapai.
7. R (Revisi) : tindakan revisi/modifikasi proses keperawatan terutama diagnosis dan tujuan
jika ada indikasi perubahan intervensi atau pengobatan klien. Revisi proses asuhan
keperawatan ini untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam kerangka waktu yang
telah ditetapkan.

BAB 4
PENUTUP
 KESIMPULAN
Hemoroid adalah Suatu pelebaran dari vena-vena didalam pleksus Hemoroidalis (Muttaqin,
2011). Hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah vena hemoroidalis dengan penonjolan
membrane mukosa yang melapisi daerah anus dan rectum (Nugroho, 2011). Menurut Mutaqqin
(2011) etiologi hemoroid yaitu : perubahan hormon (kehamilan), mengejan secara berlebihan
hingga menyebabkan kram, berdiri terlalu lama, banyak duduk, sering mengangkat beban berat,
sembelit diare menahun (obstipasi), makanan yang dapat memicu pelebaran pembuluh vena
(cabe, rempah-rempah), keturuna penderita wasir(genetik). Sedangkan tanda dan gejala menurut
Lumenta (2006) pasien hemoroid dapat mengeluh hal-hal seperti berikut : Perdarahan, Benjolan,
Nyeri dan rasa tidak nyaman, Basah, gatal dan hygiene yang kurang di anus. Pemeriksaan
penunjang hemoroid yaitu : anamnesa atau riwayat penyakit, pemeriksaan fisik yaitu inspeksi
dan rektaltouche (colok dubur), pemeriksaan dengan teropong yaitu anoskopi dan rektoskopi,
Pemeriksaaan dengan Proktosigmoidoskopi, rontgen (colon inloop) dan kolonoskopi,
pemeriksaan darah, urin, feses sebagai pemeriksaan penunjang. Komplikasi dari hemoroid
adalah Anemia, jarang terjadi dan trombosis akut pada prolaps hemorroid.
 SARAN

Selayaknya seorang mahasiswa keperawatan dan seorang perawat dalam setiap pemberian
asuhan keperawatan termasuk dalam asuhan keperawatan pada klien hemoroid menggunakan
konsep yang sesuai dengan kebutuhan dasar manusia yang bersifat holistic yang meliputi aspek
biopsikospiritual dan semoga makalah ini dapat digunakan sebagai titik acuh khalayak umum.

DAFTAR PUSTAKA
Pierce A, Grace & Neil R Borley. 2007. At a Glance : Ilmu Bedah Ed.3.Jakarta : EMS
R. Syamsuhidajat & Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Ed.2.
beberapa sumber web : Conectique.com, hemorrhoid.net dan dewabenny.com
Carpenito, Moyet dan Lynda Juall. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Alih Bahasa
Yasmin Asih. Editor Monika Ester. Edisi 10. Jakarta: EGC, 2006.
Grace, Pierce A. dan Neil R. Borley. At a Glance Ilmu Bedah . Alih Bahasa dr. Vidia
Umami. Editor Amalia S. Edisi 3. Jakarta: Erlangga, 2006.
Muttaqin, Arif Dan Kumala Sari. Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika, 2011.
Sjamsuhidajat, R. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC, 2010.
Sjamsuhidayat, Win de Jong. Hemoroid, Dalam : Buku Ajaran Ilmu Bedah,
Ed.2.jakarta. EGC, 2004.
Gouda m. ellabban, World Journal of Colorectal Surgery, Stapled Hemorrhoidectomy versus
Traditional Hemorrhoidectomy for the Treatment of Hemorrhoids, 2010

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

11 131 124