Peran Dewan Keamanan PBB dalam Keterliba

Latar Belakang

Organisasi Internasional merupakan salah satu cara bagi Negara untuk melakukan kerjasama. Organisasi Internasional didefinisikan sebagai lembaga yang dibentuk oleh beberapa Negara yang mengunakan perjanjian atau piagam sebagai landasan utama.Fungsi organisasi internasional adalah sebagai alat untuk mengumpulkan informasi, memantau tren yang ada didalam dunia internasional, media perundingan atau negosiasi, memberikan pelayanan dan

bantuan. 1 Salah satu organisasi internasional yang paling berpengaruh di dunia

adalah Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang berdiri sejak 24 Oktober 1945 oleh 51. Pada tahun 2006 anggota PBB mencapai 192 negara.Negara yang bergabung dalam PBB harus mematuhi United Nations Charter (Piagam PBB) sebagai sebuah piagam internasional yang mengatur prinsip dasar

hubungan internasional 2 .Tujuan utama dibentuknya PBB adalah untuk menciptakan perdamaian bagi masyarakat internasional.Hal ini terdapat dalam

Piagam PBB mengenai pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional yang diharapkan dapat mengambil langkah – langkah kolektif dan efektif dalam usaha mencegah dan menghindari ancaman terhadap perdamaian. 3

3 Mei 2014 (http://www.britannica.com/EBchecked/topic/291157/international-organization),

1 Karen Mingst,

Diakses pada Minggu, 5 Oktober 2014

2 Baylis, J., Smith, S., & Owens, P. (2008). The Globalizaton of World Politics : an introduction to international relations. New York: Oxford University Press. Pada halaman 314

3 Suryokusumo, Sumaryo. 1987. Organisasi Internasional. Jakarta : Universitas Indonesia. Pada Halaman 8

Organ yang ikut berperan penting dalam menjaga perdamaian dunia adalah Dewan Keamanan PBB.Dewan Keamanan memiliki peran penting dan tanggung jawab untuk memelihara perdamaian dan keamaman internasional.Organ ini beranggotakan 15 negara dengan 5 anggota tetap.Berdasarkan Piagam PBB Bab VI kelima anggota tetap DK PBB memiliki hak veto atas segala keputusan Dewan Keamanan serta dapat

menggunakan prinsip mediasi dan melakukan tindakan peacekeeping 4 . Selain itu PBB juga memberi kuasa terhadap Negara anggota untuk menggunakan

segala cara termasuk dengan collective military action untuk menyelesaikan masalah. 5

Pelaksanaan collective military melibatkan negara – negara anggota baik anggota DK PBB maupun non anggota dengan membentuk Troop-

contributing countries. 6 Hal ini dilakukan untuk meningkatkan partisipasi negara anggota dalam menangani konflik yang terjadi diberbagai dunia

sehingga dapat mencapai perdamaian dunia. Namun sejak tahun 1990an pasukan perdamaian bentukan negara anggota mulai menimbulkan masalah

seiring dengan masuknya kepentingan negara masing 7 – masing. Dalam meningkatkan perdamaian dunia DK PBB melakukan

kerjasama dengan organisasi regional diberbagai negara yang salah satunya adalah NATO yang merupakan sebuah aliansi negara-negara dari Eropa dan

4 Peacekeeping adalah tindakan yang dilakukan PBB untuk menjaga perdamaian dunia.Peacekeeping menggunkan 3 prinsip utama yaitu persertujuan dari berbagai pihak bersangkutan, bersifat netral

(tidak perpihak) serta tanpa penggunaan kekerasan kecuali sebagai pembelaan diri. Diambil dari United

Peacekeeping, UN (http://www.un.org/en/peacekeeping/operations/peacekeeping.shtml) diakses pada Senin, 6 Oktober 2014 pada pukul 16.43

5 Baylis, J., Smith, S., & Owens, P. (2008). The Globalizaton of World Politics : an introduction to international relations. New York: Oxford University Press. Pada halaman 314

6 Troop Contributing adalah pasukan yang dibentuk oleh anggota – anggota PBB yang berkontribusi untuk

Opertions.Troops and Police Contributor.http://www.un.org/en/peacekeeping/resources/statistics/contributors.shtml

menjaga perdamian

dunia

(UN.Peacekeeping

Diakses pada 2 Januari 2015)

7 NATO, NATO’s Relations with United Nations, 20 Juli 2014 (http://www.nato.int/cps/en/natolive/topics_50321.htm) Diakses pada 5 Oktober 2014

Amerika Utara.Organisasi ini bertindak dan bekerjasama di bidang pertahanan dan

operasi manajemen krisis multinasional. 8 Kerjasama antara NATO dan PBB telah berlangsung sejak

tahun 1990an. Tujuan dari kerjasama ini adalah untuk menjaga perdamaian dunia dengan cara saling mendukung dalam bidang keamanan. 9

Hubungan kerjasama DK PBB dan NATO dilaksanakan secara berkala dan berkelanjutan.Sekretaris Jenderal NATO akan memberikan laporan secara berkala kepada Sekretaris Jenderal PBB tentang kemajuan dalam operasi yang dipimpin NATO dan keputusan penting lainnya diberbagai kasus yang ditangani bersama.Pada bulan September 2008, Sekretaris Jenderal kedua organisasi sepakat untuk membangun kerangka kerjasama yang lebih intens dalam menghadapi kondisi keamanan yang semakin kompleks.Salah satu hasil kerjasma intensif dari kedua belah pihak adalah didirikannyaPosSipil Liaison

Officer 10 oleh NATO untuk PBB sebagai bagian dari didirikan pada tahun 1999. 11

Selain itu hasil kerjasama lainnya adalah dengan memberi bantuan dalam bentuk pasukan dan peralatan pertahanan oleh NATO kepada DK PBB dalam menangani konflik diberbagai Negara.Saat menangani kasus Yugoslavia di Laut Adriatik, DK PBB membentuk UNPROFOR (United Nations Protection Force ) sebagai pasukan peacekeeping.UNPROFOR didirikan di Kroasia untuk menangani krisis Yugoslavia.Tugas yang dilaksanakan oleh UNPROFOR adalah memastikan bahwa masyarakat yang berada dalam tiga kawasan perlindungan PBB (United Nations Protected

8 NATO, What Is NATO?, NATO (http://www.nato.int/nato-welcome/index.html) diakses pada 4 Maret 2014

20 Juli 2014 (http://www.nato.int/cps/en/natolive/topics_50321.htm) Diakses pada 5 Oktober 2014

9 NATO, NATO’s

10 Liason Officer (LO) adalah staff penghubung yang berfungsi sebagai media. Ada beberapa fungsi dari LO antara lain mempromosikan kepentingan, melaksanakan berbagai proyek, memiliki fungsi

advokasi dan penggalang dana. Dalam beberapa tahun terakhir LO memiliki peran dalam reformasi sistem PBB.Dikutip dari Jurnal Lioason Officers of United Nations oleh Gerard Biraud. (Biraud, Gerard. 2007. Lioason Officers of United Nations. Geneva: United Nations)

20 Juli 2014 (http://www.nato.int/cps/en/natolive/topics_50321.htm) Diakses pada 5 Oktober 2014

11 NATO, NATO’s

Relations

with

United

Nations,

Areas ) dapat terlindugi dan merasa aman.UNPROFOR juga diberikan mandat untukmemantau keluar masuknya masyarakat sipil pada kawasan perlindungan serta memberikan bantuan kemanusiaan.Pada pelaksanaannya UNPROFOR bekerjasama NATO yang mengirim kekuatan udara untuk mendukung peacekeeping.Operasi yang dilaksanakan oleh UNPROFOR kemudian

kasus Bosnia dan Herzegovina.Pelaksanaan peacekeeping di Bosnia dan Herzegovida

dilaksanakan sesuai dengan Resolusi DK PBB 1031 di tahun 1995. 12 Pada tahun 1991, DK PBB membentuk United Nations Iraq – Kuwait Observation

Mission (UNIKOM) sebagai peacekeepersesuai dengan Resolusi 689 yang bertujuan untuk mengawasi Zona Demiliterisasi disepanjang perbatasan Irak – Kuwait, memencegah terjadinya pelanggaran perbatasan serta mengantisipasi peningkatan tindakan pelanggaran. Kemudian DK PBB memutuskan untuk meningkatkan kapasitas UNIKOM untuk mengambil tindakan fisik untuk

mencegah pelanggaran pada daerah perbatasan. 13 Kemudian Resolusi DK PBB 1546 di keluarkan pada 2005 kepada NATO untuk memberikan

pelatihan dan membantu melengkapi perlengkapan militer di Irak. 14 Pada tahun 2011 Dewan Keamanan PBB kembali melakukan

kerjasama dalam menangani konflik kemanusiaan di Libya.Konflik yang terjadi di Libya disebabkan ketidakpuasan masyarakat terhadap kepemimpinan Presiden Khadafi.Masyarakat Libya kemudian melakukan demontrasi besar – besaran yang menimbulkan perang antar masyarakat sipil

12 United Nations Peacekeeping, Former Yugoslavia – UNPROFOR, United Nations,31 Agustus 1996 (http://www.un.org/en/peacekeeping/operations/past.shtml) Diakses pada 8 Oktober 2014 pada

pukul 6.46 13 United Nations Peacekeeping, Iraq – Kuwait UNIKOM Mandate, United Nations, 8 Oktober 2014

(http://www.un.org/en/peacekeeping/missions/past/unikom/index.html) Diakses pada, 8 Oktober 2014 pada pukul 09.07

20 Juli 2014 (http://www.nato.int/cps/en/natolive/topics_50321.htm) Diakses pada 5 Oktober 2014

14 NATO, NATO’s

Relations

with

United

Nations, Nations,

Akibat banyaknya korban yang berjatuhan, tindakan yang dilakukan Khadafi mendapat kecaman dari banyak Negara.Hal ini yang kemudian mendasari PBB untuk turun tangan menangani konflik di Libya.Tindakan awal yang dilakukan PBB adalah dengan meminta DK PBB mengeluarkan

Resolusi DK PBB 1970 pada tanggal 26 Februari 2011. 16 Resolusi DK PBB 1970 berisi tentang permohonan kepada pihak Libya agar dapat menahan diri

dan menghormati hak asasi manusia, menjamin keamanan warga serta melakukan tindakan penyelamatan untuk warga Negara Libya.

Pada 17 Maret 2011, DK PBB kembali mengeluarkan Resolusi 1973 yang membuka kesempatan bagi organisasi regional untuk turut membantu

mengatasi konflik Libya. 17 Dalam pelaksanaanya NATO kemudian mengambil peran dgn cara melakukan Operation Unified Protector sebagai

bentuk tindakan peacekeeping dengan mengambil alih secara penuh operasi militer Libya serta memberlakukan no – flying zone untuk menyelamatkan rakyat Libya dari ancaman dan serangan militer. Kemudian pada tanggal 19 Maret 2011 sebagai anggota NATO, Amerika Serikat membuat operasi militer untuk mendukung Operation Unifed Protector yang disebut denganOdissey Down Operation. Dalam pelaksanaannya Amerika Serikat turut mengajak koaslisi sesama anggota NATO seperti Perancis, Inggris dan Kanada serta

anggota lainnya. 18 Kedua operasi militer ini bertujuan untuk melindungi masyarakat sipil. Serangan militer ini dilaksanakan berdasarkan Bab VII

Piagam PBB yang mengatur tentang penggunaan kekuatan jika diperlukan serta Resolusi DK PBB 1973 yang membahas tentang Protection of Civilians

15 Karin Laub, Libya: Estimated 30.000 Died in War; 4.000 Still Missing, Huffingtinpost, 9 Agustus 2011 (http://www.huffingtonpost.com/2011/09/08/libya-war-died_n_953456.html) Diakses pada 11

Oktober 2014 16 United Nations Security Council.2011.UN Resolutions 1970. United Nations : New York

17 Ibid 18 Gertler, Jeremiah. 2011. Operation Odyssey Dawn (Libya): Background and Issues for Congress.

Congressional Research Service Halaman 2 Congressional Research Service Halaman 2

suatu Negara 19 DK PBB kembali mengeluarkan Resolusi 2009 pada September 2011

atas permintaan pihak berwenang Libya setelah enam bulan konflik bersenjata untuk mendukung otoritas baru negara pasca-konflik.Dalam Resolusi ini DK PBBmemberikan sanksi kepada Libya yang kemudian juga mendapatkan dukungan dari Negara anggota.Seluruh anggota aliansi berkomitmen terhadap tanggung jawab dalam Resolusi PBB untuk menghentikan kekerasan terhadap warga Libya.Pada Resolusi 2009 PBB mengambil keputusan untuk membentuk United Nations Support Mission in Libya(UNSMIL) sebagai sarana peacemaking dan peacebuilding.

Merajuk pada kegiatan peacekeeping di dunia, DK PBB melibatkan Pasukan Perdamaian yang dibentuk dari negara anggota DK PBB maupun non anggota DK PBB serta melakukkan kerjasama dengan organisasi regional seperti NATO.Namun pada kasus Libya, DK PBB memberikan kesempatan secara kepada NATO dalam melaksanakan peacekeepingtanpa didukung Pasukan Perdamaian yang dibentuk oleh Negara – Negara anggota PBB dalam menangani konflik di Libya.Hal ini kemudian memunculkan pertanyaan mengapa DK PBB hanya mengandalkan NATO sebagai peacekeeper tanpa melibatkan Pasukan Perdamaian yang dibentuk oleh Negara anggota PBB.

Rumusan Masalah

Mengapa DK PBB melibatkan NATO sebagai peacekeeper dalam melaksanakan eksekusi Resolusi DK PBB 1970, 1973 dan 2009 di Libya pada tahun 2011 ?

19 UN Security Council . In Swift, Decisive Action, Security Council Imposes Tough Measures on Libyan Regime, Adopting Resolution 1970 in Wake of Crackdown on Protesters. United Nations 26 February

2011 (http://www.un.org/News/Press/docs/2011/sc10187.doc.htm). Diakses pada 19 Oktober 2012

Kerangka Pemikiran

1. Definisi Konsep Institusional

Pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan Institusional oleh Samuel J Barkin dalam bukunya yang berjudul International Organization : Theories and Institutions . Dalam studi Organisasi Internasional terdapat dua pendekatan umum yaitu Pendekatan Institusional dan Pendekatan Rezim.Pendekatam Rezim menjelaskan tentang peran dari aktor dalam organisasi internasional dalam mengatur prinsip, norma, nilai dan pengambilan keputusan dalam organisasi internasional. Pendekatan Rezim dianalogikan sebagai “black box ” yang melihat bagaimana input dan output organisasi internasional namun tidak dapat melihat apa yang terjadi dalam organisasi tersebut. Berbeda dengan Pendekatan Rezim, Pendekatan Internasional melihat proses didalam “black box” yang mengolah input hingga menghasil output .

Pendekatan institusional menjelaskan struktur formal, organisasi dan juga birokrasi dalam organisasi internasional.Institusi formal menjadikan perjanjian sebagai landasan peraturan atau kesepakatan.Pemahaman stuktur birokrasidalam organisasi internasional

menjelaskan pula tugas sebuah organisasi internasional. 20

Pendekatan Institusional melihat organisasi internasional melalui beberapa indikator yang menentukan kinerja dalam organisasi internasional tersebut.Beberapa faktor yang digunakan dalam analisa adalah latar belakang dan tujuan berdirinya, pihak yang terlibat dalam kinerja organisasi, struktur birokrasi, power distribution, sistem

pendanaan dan prosedur pengambilan keputusan 21 .Tujuan faktor tersebut adalah untuk melihat kemampuan organisasi internasional

20 Barkin, J. Samuel. 2006. International Organization : Theories and Institutions.Palgrave Macmillan : New York Halaman 28

21 Ibid Halaman 28 21 Ibid Halaman 28

Indikator pertama adalah size menunjukan jumlah orang atau aktor yang terlibat dalam sebuah sistem birokrasi organisasi. Jumlah orang menentukan ini menentukan kinerja organisasi karena jika jumlah orang yang terlibat cukup banyak maka setiap divisi akan bekerja lebih

fokus dan spesifik sehingga dapat mencakup jangkauan yang luas. 22 Indikator kedua adalah composition yang mengarah pada

susunan organisasi tersebut.Indikator ini melihat komposisi aktor yang ada dalam struktur birokrasi organisasi. Indikator ini akan menganalisa komposisi dari anggota yang terlibat dalam kinerja organisasi dimana terdapat dua aktor individu yang memiliki tujuan yang berbeda dalam perannya menjalani birokrasi organisasi. Dua aktor yang individu yang berbeda adalah staf dan perwakilan Negara dimana staf cenderung bekerja lebih objektif dalam menjalankan tujuan organisasi sedangkan perwakilan Negara cenderung bersikap membawa kepentingan

Negara. 23 Indikator yang terakhir adalah component menjelaskan stuktur

birokrasi yang biasanya dilakukan oleh sekretariat sebagai pusat administrasi organisasi. Pada indikator ini nantinya akan fokus pada struktur birokrasi yang fungsinya dilaksanakan sekretariat yang ada dalam organisasi internasional. Sekretariat dalam organisasi internasional memiliki peran utama yang krusial.Selain itu sekretariat juga memiliki fungsi untuk membawahi organisasi yang lebih kecil lainnya. Biasanya organisasi yang lebih kecil akan mengacu pada sekretariat organisasi yang lebih besar. Sehingga organisasi kecil dapat

22 Ibid Halaman 28 - 29 23 Barkin, J. Samuel. 2006. International Organization : Theories and Institutions.Palgrave Macmillan :

New York Halaman 28 New York Halaman 28

Jika dilihat dari pemahaman institusional kebijakan yang dikeluarkan DK PBB dilakukan dengan beberapa prosedur yang kemudian menetapkan NATO sebagai pemimpin gerakan humanitarian intervention .Kekuatan

Internasional mencerminkan anggotanya.Tindakan yang dilakukan NATO mencerminkan kekuatan dibalik anggotanya seperti Amerika Serikat, Inggris dan Perancis yang juga merupakan anggota Dewan Keamanan PBB.

Organisasi

2. Konsep Collective Security

Konsep Collective Security merupakan salah satu konsep yang sulit untuk dijelaskan. Dalam istilah dasar, Konsep Collective Security didefinisikan sebagai perjanjian antar Negara untuk menjaga stabilitas dengan mematuhi norma dan aturan serta bila perlu bekerjasama untuk menghentikan agresi. Definisi ini menjelaskan tiga ide yaitu tujuan untuk menghantikan agresi, ketergantungan pada norma hukum untuk mendefinisikan masa berlaku dan respons yang tepat serta penolakan bantuan mandiri dalam mendukung tindakan kolektif. Collective Security dapat dikatakan sebagai ide untuk melembagakan penggunaan kekuatan untuk mengurangi ketergantungan bantuan mandiri sebagai

instrument yang dianggap terlalu mentah dalam penegakan hukum. 25 Collective Security juga mampu didefinisikan sebagai sistem

universal atau regional yang menyatukan Negara dalam sebuah perjanjian bersama untuk melakukan agresi atau penggunaan kekuatan yang sudah disepakati Negara dalam sistem.Namun dalam hal ini collective security dianggap sebagai alat untuk melegalkan penggunaan kekuatan daripada untuk melakukan perlawananan dari ancaman pihak

24 Ibid Halaman 29 25 Danchin, Pieter G. dan Fischer, Horts. 2010. United Natios Reform and The New Collective Security.

New York : the United States of America by Cambridge University Press Halaman 41 New York : the United States of America by Cambridge University Press Halaman 41

Collective Security didasarkan pada dua istilah yaitu keseimbangan kekuatan dan pemerintah global. Negara bertindak sebagai unit terpisah tanpa membawahi keadulatan lembaga pusat dalam memanagemen hubungan kekuatan.Dalam hal ini Negara berperan sebagai manajer koordinaat dalam situasi kekuasaan.NATO merupakan salah satu contoh aliansi pertahanan yang diatur dalam Piagam NATO

dalam menanggapi ancaman dari luar. 27 Sedangkan dalam Piagam PBB Bab VII tentang Tindakan Dengan Hormat dalam Ancaman untuk

Perdamaian, Cabang dari Perdamaian dan Tindakan Agresi.Dalam Bab ini DK PBB telah mengatur penggunaan kekuatan untuk menanggapi ancaman dengan melibatkan seluruh angora PBB.Segala yang berkaitan

dengan penggunaan kekuaatan telah diatur dalam perjanjian. 28 Bab VII ditujukan untuk memastikan perdamaian antar Negara dengan

mewajibkan Negara untuk bersatu dan menghentikan agresi agar dapat mewujudkan solidaritas internasional untuk membatasi egoism Negara yang dalam perwujudnya disesuaikan dengan hukum yang obyektif dan

sesuai prosedur. 29 Tiga indikator yang berpengaruh pada konsep ini adalah power,

policy 30 dan identity. Power melihat bagaimana kekuatan aggressor dalam menggunakan kekuatan untuk menyelesaiakan konflik.Indikator

ini juga melihat kekuatan legitimasi pihak yang berwenang dalam melegalkan penggunaan kekuatan untuk menghadapi ancaman.

26 Ibid Halaman 42 27 Ibid Halaman 43

28 United Nations.Charter of United Nations. CHAPTER VII: ACTION WITH RESPECT TO THREATS TO THE

OF AGGRESSION. http://www.un.org/en/documents/charter/chapter7.shtml Diakses pada 31 Januari 2014.

PEACE, BREACHES

29 Danchin, Pieter G. dan Fischer, Horts. 2010. United Natios Reform and The New Collective Security. New York : the United States of America by Cambridge University Press Halaman 43

30 Ibid 41 - 43

Indikator policy melihat kepada pengaruh perjanjian yang dibuat aliansi Negara untuk melakukan collective security.Policy menentukan bentuk kerjasama yang disepakati dalam collective security .Policy juga berfungsi sebagai penyeimbang dalam pengaturan kekuatan dan kedaulatan Negara.

Indikator Identity melihat tentang sejauh mana Negara meleburkan kedaulatannya untuk melakukan kerjasama dalam collective security .Identityakan melihat seberapa besar loyalitas Negara dalam kerjasama militer yang lebih mengarah pada kepentingan bersama daripada kepentingan individu atau Negara itu sendiri.

Pada kerjasama NATO dan PBB di Libya, kekuatan aggressor diambil peran oleh NATO dengan menggunakan kekuatan Negara – Negara anggota seperti Amerika Serikat, Inggris, Perancis dan Kanada dalam melaksanakan peacekeeping di Libya. Sesuai dengan Piagam PBB Bab VI, PBB memiliki wewenang untuk melakukan collective security dan meminta Negara anggota untuk memberikan dukungan pasukan untuk melakukan peacekeeping.Loyalitas Negara khususnya yang memiliki pengaruh seperti Amerika Serikat dan Negara anggota NATO untuk bekerjasama dan mengedepankan kepentingan bersama sangat diperlukan untuk menjaga perdamian komunitas internasional.

Pembahasan Dewan Keamanan PBB sebagai Pasukan Perdamaian Dunia

1. Hubungan Kerjasama NATO dan PBB dalam Collective Security

Collective Security merupakan salah satu revolusi penjagaan perdamaian dan keamanan yang saat ini banyak diterapakan oleh Negara – Negara dalam dunia internasional maupun organisasi – organisasi regional Oraganisasi merupakan bagian dari dunia internasional yang juga memiliki hak untuk melakukan sistem keamanan kolektif.Sistem Keamanan kolektif adalah sistem yang merajuk pada kerjasama penyelesaian konflik tanpa menggunakan kekuatan yang kemudian menyetujui penggunaan kekuatan Collective Security merupakan salah satu revolusi penjagaan perdamaian dan keamanan yang saat ini banyak diterapakan oleh Negara – Negara dalam dunia internasional maupun organisasi – organisasi regional Oraganisasi merupakan bagian dari dunia internasional yang juga memiliki hak untuk melakukan sistem keamanan kolektif.Sistem Keamanan kolektif adalah sistem yang merajuk pada kerjasama penyelesaian konflik tanpa menggunakan kekuatan yang kemudian menyetujui penggunaan kekuatan

Sebagaimana tercantum dalam Piagam PBB Bab VII Artikel 51 sebagai pondasi konstitusi dari Piagam Washington sebagai pedoman NATO.Artikel 5 dalam Piagam NATO merupakan refleksi dari Artikel 51 Piagam PBB. Sesuai dengan Piagam PBB penggunaan kekuatan secara individual atau secara kolektif hanya bisa dilakukan dalam kasus „armed attack ‟. Setelah menentukan ancaman perdamian, pelanggaran perdamaian atau pelaksanaan agresi maka dapat ditentukan tindakan pengunaan kekuatan

dari Negara 31 – Negara anggota. PBB dan NATO merupakan aktor yang ikut berperan menjalankan

kerjasama militer dalam menjaga perdamaian dunia.PBB dan NATO merupakan organisasi yang telah terbentuk sejak pasca Perang dunia II.PBB didirikan dengan tujuan lebih berfokus pada mekanisme dalam menjalankan kerjasama keamanan sedangkan NATO dibentuk sebagai aliansi pertahanan

untuk menanggapi ancaman yang muncul dari Uni Soviet. 32 Kerjasama antara DK PBB dan NATO telah terbentuk sejak

penandatanganan Piagam PBB pada 26 Juni 1945 yang menjadi landasan hukum bagi pembentukan NATO dan mengakui tanggung jawab kerjasama dalam menjaga perdamaian dunia dengan Dewan Keamanan PBB. Selain itu Piagam Washington pada tanggal 4 April 1949 menjelaskan tentang aliansi kerjasama antara kedua organisasi tersebut.Pada pasal – pasal yang terdapat dalam kedua Piagam organisasi tersebut telah diatur tujuan utama kerjasama yaitu menjaga perdamaian dunia dari segala ancaman dan menahan diri dalam menggunakan kekuatan serta mengedepankan penyelesaian secara

31 Simma, Bruno. 2009. NATO, the UN and the Use of Force : Legal Aspect. Munchen: European Journal of International Law Halaman 2 - 4

32 Oertel, M.A., Janka (5 – 7 Juni 2008). The United Nations and NATO. Bonn: University Jena – Universitas Kiel halaman 2 32 Oertel, M.A., Janka (5 – 7 Juni 2008). The United Nations and NATO. Bonn: University Jena – Universitas Kiel halaman 2

dan keamanan internasional. 33 Kegiatan yang dilakukan oleh NATO diatur melalui Resolusi yang

dibuat oleh Dewan Keamanan PBB.Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh NATO adalah dengan melakukan operasi perdamaian, selain itu NATO juga memberikan bantuan logistik dan militer.Selain memberikan bantuan dalam menyelesaikan konflik diberbagai Negara, NATO juga turut memberikan bantuan kepada Negara – Negara yang mengalami bencana alam.

Selama bertahun – tahun hubungan kerjasama PBB dan NATO telah terjalin hingga menjadikan NATO sebagai rujukan untuk melakukan konsultasi dengan badan khusus PBB seperti penilaian krisis manajemen, kerjasama sipil – militer, pelatihan dan pendidikan, logistic, memerangi perdagangan manusia, ranjau, perdagangan dan keamanan serta melawan terorisme.

Selain itu NATO juga merupakan salah satu aliansi negara yang memiliki peran besar dalam menjalankan keamanan kolektif. Tujuan utama NATO adalah menjaga kebebasan dan keamanan anggotanya melalui cara politik dan militer. NATO memiliki komitmen dalam menangani sengketa baik secara diplomatik maupun militer.

Secara umum peran Organisasi Internasional dibedakan melalui efisiensi dan legitimasi.Departement for Peacekeeping Operations (sebagai bagian dari DK PBB) merupakan lembaga yang bertindak secara efisien yang dirancang untuk meningkatkan efisiensi dan transparansi dalam melaksanakan operasi. Melalui angkatan bersenjata serta peningkatan arus informasi maka akan mengurangi biaya transaksi kerjasama. Sedangkan dalam latar belakang legitimasi pasukan yang terlatih tidak akan

Atlantic Treaty. ahttp://www.nato.int/cps/en/natolive/official_texts_17120.htm Diakses pada 27 Desember 2014

33 NATO.North Atlantic

Treaty

Organization.The

North North

Negara anggotanya. 34 Perbedaan peran organisasi internasional dalam keamanan kolektif

adalah IOS sebagai rezim atau IOS sebagai institusi.Secara rezim, DK PBB didominasi oleh anggota – anggota yang memiliki hak veto yang kemudian mendominasi birokrasi DK PBB.Sedangkan secara birokrasi DK PBB bersama Sekretaris Jendral dapat memberlakukan tindakan sesuai dengan aturan dan prosedur yang jelas untuk diikuti.Hal berikutnya yang erat kaitannya dengan keamanan kolektif adalah kekuasaan dan saling ketergantungan.Masalah – masalah yang muncul dari Negara – Negara yang lemah dapat mempengaruhi Negara sekitar hingga internasional. Secara kekuasaan DK PBB melalui kelima anggota veto memiliki kekuatan yang tidak dimiliki oleh Negara – Negara lain termasuk dalam pengangkatan personel senior PBB yang akan mempengaruh keputusan dalam melakukan

kerjasama dengan pihak lain. 35 Pada tahun 2011 NATO kembali bekerjasama dengan DK

PBB untuk menangani konflik di Libya.Pelaksanaan operasi Penjaga Keamanan di Libya dilakukan setelah tahapan – tahapan yang sebelumnya dilakukan dalam internal PBB melalui Sekretaris Jendral kemudian kepada Dewan Keamanan. Sesuai tahapan yang pertama yaitu konsultasi PBB melibatkan semua aktor yaitu Negara anggota dan Staf PBB yang melihat potensi Pemerintah tuan rumah dimana Khadafi sebagai Presiden justru melakukan tindakan pelanggaran HAM. Kemudian PBB melakukan analisa

34 Oertel, M.A., Janka (5 – 7 Juni 2008). The United Nations and NATO. Bonn: University Jena – Universitas Kiel Halaman 3

35 Barkin, S. J. (2006). International Organization Theoris and Institution. New York: Palgrave Macmillan Halaman 76 35 Barkin, S. J. (2006). International Organization Theoris and Institution. New York: Palgrave Macmillan Halaman 76

Setelah tahapan konsultasi, Sekretasi Jendral menyebarkan misi penilaian dan menentukan daerah yang akan menjadi tempat penyebaran misi penilaian teknis pada kasus Libya peacekeeping beberapa tempat seperti di Benghazi dimana Khadafi melakukan tindakan pelanggaran kemanusian. Pada eksekusi peacekeeping operasi keamanan ini didukung dengan dikirimkannya Angkatan Laut Inggris dan Amerika Serikat untuk melumpuhkan kekuatan udara Libya yang dipimpin oleh Khadafi.Angkatan Udara Perancis dan Inggris juga mengagalkan tindakan yang dilakukan

tentara Muamar Khadafi yang menuju ke Benghazi. 36 Laporan yang telah dibuat kemudian menentukan penggelaran

Operasi Peacekeeping PBB merupakan langkah secara resmi yang akan mengotorisasi dengan mengadopsi resolusi. Negara – Negara anggota Dewan Keamanan mendesak PBB untuk segera menyelesaiakan konflik di Libya dengan dikeluarkannya Resolusi DK PBB yang dikeluarkan pada tanggal pada tanggal 20 Februari 2011 yang juga diinisiasikan oleh yang mengutuk tindakan yang dilakukan oleh Khadafi ketika menghentikan tindakan yang dilakukan oleh pemberontak. Resolusi ini diajukan oleh

Jerman, Inggris, Perancis dan Amerika Serikat. 37 Kemudian pada tanggal 17 Maret 2011 dikeluarkan Resolusi DK

PBB 1973 yang kembali diajukan oleh Perancis, Inggris dan Lebanon. Resolusi yang dikeluarkan PBB ditindaklanjuti oleh NATO sebagai pihak eksekusi. Resolusi kedua ini menuntut tindakan nyata yang seharusnya dilakukan untuk melakukan intervensi kemanusiaan dengan melakukan gencatan senjata, memberlakukanno fly – zone dan menggunakan segala cara

36 Getler, J. (2011, April 5). Operation Odyssey Dawn (Libya): Background and Issues for Congress. Congressional Reserch Service Halaman 16

37 UN Security Council . In Swift, Decisive Action, Security Council Imposes Tough Measures on Libyan Regime, Adopting Resolution 1970 in Wake of Crackdown on Protesters. United Nations 26 February

2011 (http://www.un.org/News/Press/docs/2011/sc10187.doc.htm). Diakses pada 19 Oktober 2012 2011 (http://www.un.org/News/Press/docs/2011/sc10187.doc.htm). Diakses pada 19 Oktober 2012

berbagai Negara dari Eropa dan Timur Tengah yang dipimpin oleh NATO yang dinamakan dengan Operation Unified Protector 39 .

Perencanaan dan penyebaran pasukan peacekeeping yang didukung dengan perencanaan dan operasi humanitarian intervention yang dilakukan oleh Negara anggota NATO bahkan memiliki nama tersendiri bagi setiap Negara yang melakukan operasi militer seperti Perancis dengan Operation Harmattan , Amerika Serikat dengan Operation Odyssey Dawn serta Inggris

dengan Operation Ellamy. 40 Semakin banyak pihak yang terlibat (dalam hal ini Negara anggota

PBB) maka tindakan yang dilakukan akan semakin efektif untuk menghentikan tindakan pelanggaran HAM oleh Khadafi di Libya. Negara yang terlibat yang kemudian mengirimkan pasukannya ke Libya sebagai bentuk peacekeeping membantu menyelesaikan masalah di Libya sehingga tuntutan rakyat kepada Negara Libya segera terpenuhi.

Operasi militer diakhiri dengan laporan yang dibuat Sekretaris Jendral kepada Dewan Keamanan yang selanjutnya menyesuaiakan isi laporan dengan misi selanjutnya hingga konflik berakhir.Pada konflik Libya, Sekjen NATO Anders Rasmussen (sebagai pihak eksekusi dari keputusan DK PBB) menetapkanan Operation Unified Protector per 31 Oktober 2011. Keputusan resmi akan didasarkan pada tinjauan keamanan setelah

pemerintah transisi menyatakan pembebasan resmi Libya. 41 Operasi peacekeeping Libya merupakan bentuk penyelamatan

masyarakat sipil Libya melalui Resolusi Dewan Keamanan yang dilakukan

38 Chipaike, R. (2012). The Libya Crisis: The Militarisation of the New Scramble and More. International Journal of Humanities and Social Science

39 Getler, J. (2011, April 5). Operation Odyssey Dawn (Libya): Background and Issues for Congress. Congressional Reserch Service Halaman 16

40 Ibid . Halaman 17 41 Skalanews.Internasional. NATO Akhiri Operasi Militer di Libya. (22 Oktober

2011).www.skalanews.com/news/detail/99018 diakses pada hari Minggu 7 April 2013 2011).www.skalanews.com/news/detail/99018 diakses pada hari Minggu 7 April 2013

Dari penjelasan diatas menunjukkan bahwa operasi Peacekeeping di Libya melewati beberapa tahapan prosedural yang telah dilakukan oleh DK PBB berkerjasama dengan Organisasi keamanan Regional dalam hal ini adalah NATO. Kerjasama ini tentunya menunjukkan bentuk sinergi antar organisasi internasional untuk menggalang legalitas dan otoritas dalam menegakkan perdamaian dunia .

Dewan Keamanan dan NATO dalam Eksekusi Resolusi DK PBB di Libya

1. Resolusi Dewan Keamanan PBB di Libya

Resolusi Dewan Keamanan merupakan dokumen penting PBB yang berisi tentang pendapat atau keinginan PBB yang dikeluarkan oleh Dewan Keamanan.Resolusi DK PBB berisi dua bagian yaitu pembukaan dan dan bagian operasi. Bagian Pembukaan berisi tentang pertimbangan tentang tindakan yang akan diambil dan pendapat atau arahan untuk melakukan tindakan dalam resolusi. Bagian operasi berisi tentang pendapat atau tindakan yang akan dilakukan.

Dalam konflik Libya, DK PBB mengeluarkan tiga resolusi yaitu Resolusi DK PBB 1970, Resolusi DK PBB 1973 dan Resolusi DK PBB 2009. Setiap resolusi berisi tentang proses penyelesaian konflik di Libya. Berikut adalah elaborasi dari ketiga resolusi DK PBB di Libya.

a. Resolusi Dewan Keamanan 1970

Penjagaan Perdamaian di Libya dimulai dengan proses conflict prevention sesuai dengan prosedur penangan konflik oleh Dewan Keamanan PBB. Namun dalam konflik Libya, kekerasan Penjagaan Perdamaian di Libya dimulai dengan proses conflict prevention sesuai dengan prosedur penangan konflik oleh Dewan Keamanan PBB. Namun dalam konflik Libya, kekerasan

Keamanan. 42 Penjelasan mengenai proses Peacemaking di Libya telah

tertuang dalam Resolusi 1970. Bertindak sesuai dengan situasi Libya yang semakin tidak terkendali akibat tindak kekerasan yang dilakukan Khadafi, DK PBB mengutuk kekerasan dan penggunaan kekuatan untuk melawan rakyat sipil.DK PBB menyesalkan banyak pelanggaran HAM yang terjadi termasuk penindasan demonstran dan menyatakan belasungkawa terhadap para korban.DK PBB menolak dengan tegas kekerasan yang dilakukan oleh pemerintah Libya terhadap rakyat sipil dan memberlakukan larangan perjalanan para Khadaffi dan tokoh senior pemerintahannya termasuk beberapa anggota keluarga dan kerabat. DK PBB juga meminta seluruh anggota PBB untuk membekukan dana, aset keuangan dan sumber daya ekonomi di wilayah meraka yang kepemilikannya atas nama Khadaffi baik langsung maupun tidak langsung. Embargo tidak hanya dilakukan dalam bidang ekonomi namun juga pada bidang militer dengan

melarang pasokan senjata dan perlengkapan militer ke Libya. 43

42 Getler, J. (2011, April 5). Operation Odyssey Dawn (Libya): Background and Issues for Congress. Congressional Reserch Service .

43 United Nations. UN News Center . Security Council imposes sanctions on Libyan authorities in bid to stem violent repression. http://www.un.org/apps/news/story.asp?NewsID=37633 Diakses pada 24

Desember 2014

Melalui Resolusi ini DK PBB membuka penghukuman oleh Liga Arab, Uni Afrika dan Sekretaris Jendral Organisasi Koferensi Islam atas tindak kekerasan, pelanggaran HAM dan meelanggar hukum HAM internasional. Menggunakan Resolusi Dewan HAM pada tanggal 25 Februari 2011, Resolusi ini meminta untuk mengirim komisi independen internasional dan menyelidiki pelanggaran dugaan hukum HAM internasional di Libya. Penyelidikan ini bertujuan untuk menetapkan fakta dan pelanggaran kejahatan dan apabila

memungkinkan akan mengidentifikasi yang bertanggung jawab. 44

b. Resolusi Dewan Keamanan PBB 1973

Melihat respon Khadafi dalam menanggapi resolusi 1970, Dewan Keamanan melalukan tindakan Peace Enforcement yaitu tindakan koersif termasuk menggunakan kekuatan militer.Tindakan yang dilakukan bertujuan untuk menghadapi ancaman perdamian, pelanggaran perdamaian atau tindakan agresi agar perdamaian dan keamanan tetap terjaga.Dalam tahapan ini DK PBB dapat melibatkan organisasi regional dan lembaga yang bertindak dalam penegakan hukum yang berada dalam kekuasaan DK PBB untuk melakukan

tindakan sesuia dengan Piagam PBB. 45 Kegagalan Resolusi DK PBB 1970 dan meningkatnya

kekerasan di Libya membuat DK PBB mengeluarkan Resolusi DK PBB 1973 yang berisi tindakan Peackeeping untuk menyelamatkan masyarakat sipil Libya. Sesuai dengan ayat 26 Resolusi DK PBB 1970, Dewan Keamanan mempertimbangkan untuk mengambil langkah – langkah tambahan untuk menghentikan pelanggran

44 United Nations Security Council.2011.UN Resolutions 1970. United Nations : New York 45 United Nations. United Nations Peacekeeping .The Role Security

Council.http://www.un.org/en/peacekeeping/operations/rolesc.shtml Diakses pada Hari Sabtu 6 Maret 2013 Council.http://www.un.org/en/peacekeeping/operations/rolesc.shtml Diakses pada Hari Sabtu 6 Maret 2013

membangun daerah aman perlindungan masyarakat dan warga Negara asing di Libya, melakukan gencatan senjata serta meminta pertanggungjawaban terhadap tindakan yang dilakukan. Ketetapan no – flying zone dilakukan karena Liga Arab mendesak DK PBB setelah Khadaffi menggunakan pesawat tempur, kapal perang, tank dan arteri

untuk merebut kembali kota 47 – kota sentral di Libya. DK PBB juga menghimbau Negara tetangga khusunya Tunisia dan Mesir untuk

membantu pasokan bantuan kepada pengungsi dan meminta masyarakat internasional untuk mendukung peacekeeping operation di

Libya. 48 DK PBB memberikan kesempatan bagi organisasi regional untuk memberikan bantuan untuk menyelamatkan masyarakat sipil

Libya sesuai dengan Resolusi DK PBB pasal 4 seperti berikut :

“ Protection of civilians

4. Authorizes Member States that have notified the Secretary-General, acting nationally or through regional organizations or arrangements, and acting in cooperation with the Secretary-General, to take all necessary measures, notwithstanding paragraph 9 of resolution 1970 (2011), to protect civilians and civilian populated areas under threat of attack in the Libyan Arab Jamahiriya, including Benghazi, while excluding a foreign occupation force of any form on any part of Libyan territory, and requests the Member States concerned to inform the Secretary-General immediately of the measures they take pursuant to the authorization conferred by this paragraph which shall be immediately reported to the Security Council. “

46 United Nations Security Council.2011.UN Resolutions 1973. United Nations : New York 47 United Nations. UN Security Center.Security Council authorizes 'all necessary measures' to protect

civilians in Libya. http://www.un.org/apps/news/story.asp?NewsID=37808 Diakses pada 24 Desember 2014.

48 Ibid 48 Ibid

Tahapan berikutnya dalam penyelesain konflik adalah Peacebuilding .Tahapan ini bertujuan untuk mengurangi resiko membesarnya konflik untuk menguatkan kapasitas domestik Negara dengan melakukan managemen konflik sebagai dasar perdamaian dan pembangunan berkelanjutan. Proses penerapan perdamaian dan pembangunan berkelanjutan memang tidak sebentar. Langkah – langkah perdamian yang dilakukan nantinya akan mempengaruhi masyarakat dan meningkatkan kapasitas Negara untuk menjalankan

fungsi utamanya. 49 Proses Peacebuilding di Libya dimuat dalam Resolusi DK

PBB 2009 yang menegaskan untuk berkomitmen kembali untuk menegakan kedaulatan, kemerdekaan, integrasi territorial dan persatuan nasional Libya. Resolusi ini masih mengutamakan penyelamatan masyarakat sipil khususnya anak – anak dan perempuan serta menjaga perdamiaan dan keamanan.Mahkamah Pidana Internasional kemudian menegaskan pentingnya kerjasama untuk memastikan pihak – pihak yang bertanggungajawab atas pelanggran HAM dan hukum humaniter internasional. DK PBB melalui Sekretaris Jendral dan bertindak atas permintaan pemerintah Libya pasca konflikuntuk menyebarkan personil pembentukan awal yang akan

dipimpin oleh Wakil Khusus Sekretaris Jendral. 50 DK PBB juga menegaskan upaya masyarakat internasional

untuk mendukung transisi dan pembangunan kembali proses kepemimpinan Libya dengan tujuan membangun demokrasi dan

49 United Nations.United Nations Peacekeeping. Peace and Security. http://www.un.org/en/peacekeeping/operations/peace.shtml Diakses pada 10 Desember 2014

50 United Nations Security Council.2011.UN Resolutions 2009. United Nations : New York 50 United Nations Security Council.2011.UN Resolutions 2009. United Nations : New York

arab dan Uni Eropa. 51

2. Faktor – Faktor Pendukung Keterlibatan NATO dalam Resolusi Konflik di Libya

Penegakan keamanan dan perdamaian dunia dilakukan melalui berbagai kegiatan. Dewasa ini operasi perdamaian yang dilaksanakan tidak hanya satu tindakan saja.Peacekeeping Operations yang dilaksanakan oleh DK PBB dilaksanakan untuk mendukung gencatan senjata atau perjanjian perdamaian.Peacekeeper berperan aktif dalam upaya perdamaian dan terlibat sejak tahap awal misi perdamaian. Peacekeeping Operations PBB dapat mengunakan kekuatan untuk membela diri, mengunakan mandate yang telah diputuskan dan melindungi warga sipil khusunya dalam situasi dimana Negara yang sedang mengalami konflik.

Proses eksekusi Resolusi Dewan Keamanan PBB yang melibatkan NATO dipengaruhi oleh tiga faktor dalam Pendekatan Institusional oleh Samuel J. Barkin. Berikut adalah penjelasan mengenai proses eksekusi melalui tiga indikator dalam eksekusi resolusi pada keterlibatan NATO di Libya.

a. Besar Dukungan Keterlibatan NATO

Tahapan size melihat jumlah orang atau aktor yang memiliki pengaruh dalam pengambilan keputusan untuk melakukan eksekusi

resolusi Dewan Keamanan di Libya. 52 Sesuai dengan Piagam PBB Bab

V DK PBB memiliki kekuatan untuk mengatur hak – hak anggota

51 Ibid 52 Barkin, S. J. (2006). International Organization Theoris and Institution. New York: Palgrave

Macmillan Macmillan

masyarakat sipil. 53 Dalam hal ini keterlibatan NATO dalam melakukan peacekeeping di Libya mendapat dukungan sebanyak 10 suara setuju,

0 penolakan dan 5 absten.Negara – Negara yang mendukung keterlibatan NATO adalah Amerika Serikat, Perancis dan Inggris sedangkan anggota non permanen yang memberikan dukungan adalah Gabo, Nigeria, Afrika Selatan, Lebanon, Kolombia, Portugal dan Boznia Herzegovina. Hasil ini yang akhirnya melegalkan DK PBB untuk mengambil segala tindakan dalam melaksanakan peacekeeping termasuk memperbolehkan NATO untuk melakukan intervensi militer

terhadap Khadafi. 54 Selain mendapat dukungan dari anggota DK PBB, NATO juga mendapat dukungan dari organisasi regional Jazirah Arab

yang memiliki wewenang di Libya. Liga Arab sebagai organisasi regional memberikan keterlibatan Negara – Negara Amerika dan Eropa untuk menetapkan no – flying zone untuk menyelamatkan masyarakat sipil Libya meskipun mendapatkan keberatan dari China dan Rusia yang secara tradisional menentang intervensi asing dalam perselisihan internal Negara. Negara – Negara Eropa juga mengatakan jika dukungan Liga Arab sangat penting dalam melaksanakan no 55 – flying zone dikawasan ini.

53 Baylis, J., Smith, S., & Owens, P. (2008). The Globalizaton of World Politics : an introduction to international relations. New York: Oxford University Press

54 United Nations. UN Security Center.Security Council authorizes 'all necessary measures' to protect civilians in Libya. http://www.un.org/apps/news/story.asp?NewsID=37808 Diakses pada 24

Desember 2014 55 The New York Times. Arab League Endorses No – Flight Zone Over Libya. (12 Maret 2011)

http://www.nytimes.com/2011/03/13/world/middleeast/13libya.html?pagewanted=all Diakses pada 21 Desember 2014

Negara – Negara yang memilih untuk abstain adalah China, Rusia, Jerman, Brazil dan India. 56

Keterlibatan NATO dalam eksekusi resolusi DK PBB d Libya tidak lepas dari peran serta Amerika Serikat sebagai Negara adidaya .Amerika Serikat merupakan salah Negara yang memiliki peran penting bagi DK PBB dan NATO. Amerika Serikat memiliki posisi sebagai anggota DK PBB yang memiliki hak veto termasuk pengaruh dalam pengambilan peran NATO di Libya. Dalam menjalankan pengaruhnya, Amerika Serikat menjalankan dua peran penting baik dalam sisi DK PBB maupun NATO.Dari sisi DK PBB, Amerika Serikat berpengaruh dalam pengambilan keputusan.Sedangkan dalam sisi NATO, Amerika Serikat berperan sebagai pemimpin pasukan

NATO. 57 Pada tanggal 18 Maret 2011, Presiden Obama membuat

pernyataan tentang Kebijakan AS sesuai dengan Resolusi DK PBB 1973 yang melibatkan dukungan Inggris, Perancis dan Liga Arab untuk melakukan gencatan senjata untuk menghentikan serangan pasukan Khadafi di Benghazi. Amerika Serikat telah menyatakan siap untuk bertindak sebagai bagian dari koalisi internasional.Dengan menunjukan Sekretaris Gates dan militer melakukan kunjungan ke Paris untuk berkoalisi dengan Negara – Negara Eropa dan Jazirah Arab untuk melaksanakan Resolusi 1973.Amerika Serikat mendapat kewenangan konstitusi untuk melakukan hubungan luar negeri Amerika Serikat yang bertindak sebagai Panglima dan Kepala Eksekutif.Amerika Serikat telah berusaha untuk berkoalisi militer

56 United Nations. UN Security Center.Security Council authorizes 'all necessary measures' to protect civilians in Libya. http://www.un.org/apps/news/story.asp?NewsID=37808 Diakses pada 24

Desember 2014 57 Gertler, Jeremiah. 2011. Operation Odyssey Dawn (Libya): Background and Issues for Congress.

Congressional Research Service Congressional Research Service

Selain mendapat banyak dukungan, secara kekuatan NATO memiliki perlatan militer canggih yang berasal dari Negara – Negara anggota seperti Amerika Serikat, Kanada, Perancis dan Inggris.Sebagai organisasi yang paling efektif di dunia, Pasukan NATO dilengkapi dengan peralatan – peralatan terbaik.Melalui NATO Research and Technology Organisation ,

(RTO) NATO mengembangkan berbagai teknologi dalam mendukung berbagai

operasi perdamaian di dunia. 59 The Research and Technology Board adalah otoritas tertinggi dari RTO. Melalui Conference of

National Armaments Directors (CNAD) and the Military Committee , NATO melakukan integrasi dalam melaksanakan riset pertahanan dan

teknologi. 60 Dalam melaksakan misi perdamaian NATO menurunkan

NATO Response Force (NRF) sebagai pasukan yang paling efektif untuk melakukan misi perdamaian.Saat ini jumlah pasukan tersebut telah mencapai 13.000 personel dari Negara anggota NATO dan

mitranya. 61 Jumlah aktor yang banyak didukung peralatan yang canggih akan mempermudah melaksanakan berbagai operasi di dunia.

Disisi lain, dalam melakukan peacekeeping DK PBB juga membentuk pasukan Perdamaian dibentuk dari anggota – anggota PBB. Pasukan Perdamaian di dominasi oleh pasukan – pasukan nasional Negara berkermbang. Pasukan ini ditempatkan dengan tujuan memonitori perbatasan yang disengketakan, mengamati proses

58 Gertler, Jeremiah. 2011. Operatin Odysesey Dawn (Libya): Background and Issues for Congress. CRS Report for Congress

59 Aridsson, Per G. Weapon and Sensors. NATO Army Armamants Group. NATO 60 NATO.NATO

Technology Organisation. http://www.nato.int/cps/en/natohq/topics_65174.htm Diakses pada 26 Januari 2015

Research

and

61 NATO.NATO Response Force. http://www.nato.int/cps/en/natolive/topics_49755.htm Diakses pada 27 Januari 2015 61 NATO.NATO Response Force. http://www.nato.int/cps/en/natolive/topics_49755.htm Diakses pada 27 Januari 2015

cukup lama. 62 Dapat dilihat jika NATO memiliki pengolahan kekuatan militer dan teknologi yang lebih terorganisir dan lebih canggih

dibandingkan dengan Pasukan Perdamaian DK PBB sehingga operasi yang dilaksanakan semakin efektif.

Aplikasi Resolusi 1973 oleh NATO banyak didominasi oleh Amerika Serikat, Perancis dan Inggris yang juga anggota DK PBB Ketiga Negara tersebut melakukan Operasi Odyssey Dawn yang berada dalam kontrol NATO yang dipimpin oleh Amerika

Serikat. 63 NATO dianggap sebagai organisasi keamanan yang paling efektif di dunia.Salah satu alasan dukungan Negara – Negara anggota

PBB yang juga anggota NATO adalah keenggan untuk mengirikan pasukan perdamaian dibawah komando PBB setelah kegagalan dalam

UNPROFOR. 64

b. Komposisi Negara yang Terlibat dalam Eksekusi Resolusi