PERKEMBANGAN PESERTA DAN DIDIK PERKEMBANGAN

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
PERKEMBANGAN NILAI, MORAL, DAN SIKAP

Nama

: 1.Novita Kumala Sari
2. Hesty yulisti
3. Leo Saputra S
4. Arum Estu Tami
5. Pirden Simanjuntak

Kelompok

: 7 (tujuh)

Dosen Pengasuh

: Dra. Walamma Ishak

Program Studi Pendidikan Kimia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sriwijaya
2012

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Hidup adalah perbuatan demikianlah kata Sutrisno Bachir. Dan masih
banyak lagi definisi-definisi yang lain. Namun, yang terpenting adalah bahwa
kehidupan adalah memperjuangkan apa yang menjadi nilai-nilai kehidupan itu
sendiri.
Setiap individu diciptakan bebas untuk menentukan jalan hidupnya
berdasarkan pada nilai-nilai kehidupan yang ada. Implikasinya, manusia pasti
akan mencari pembelajaran dari pengalaman yang ia alami. Sehingga sampai ada
pepatah yang mengatakan “pengalaman adalah guru yang paling baik”.
Pemahaman dan penghayatan yang dilakukan akan membawanya kepada
kearifan hidup yang berujung pada munculnya sikap hidup yang sesuai dengan
nilai kehidupan. Dengan demikian, manusia akan menjadi baik manakala ia
menginternalisasi nilai-nilai kehidupan yang baik. Sebaliknya manusia akan
menjadi buruk ketika ia menginternalisasi nilai-nilai kehidupan yang buruk.
Oleh karena itu, dalam makalah ini kami akan membahas mengenai

perkembangan nilai, moral, dan sikap. Pembahasan ini meliputi Pengertian dan
Saling Keterkaitan Antara Nilai, Moral, dan Sikap serta Pengaruhnya terhadap
Tingkah Laku, Karakteristik Nilai, Moral, dan Sikap Remaja, Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Perkembangan Nilai, Moral dan Prilaku, Perbedaan Individual
Dalam Perkembangan Nilai, Moral, dan Sikap, Upaya Mengembangkan Nilai
Moral, dan Sikap Remaja Serta Implikasunya dalam Penyelenggaraan Pendidikan.

2. Rumusan Masalah
2.1. Menjelaskan mengenai Pengertian dan Saling Keterkaitan Antara Nilai,
Moral, dan Sikap serta Pengaruhnya terhadap Tingkah Laku.
2.2. Mengetahui Karakteristik Nilai, Moral, dan Sikap Remaja.
2.3. Menjelaskan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Nilai, Moral
dan Prilaku
2.4.Menjelaskan Upaya Mengembangkan Nilai, Moral, dan Sikap Remaja Serta
Implikasunya dalam Penyelenggaraan Pendidikan.

3. Tujuan Penulis
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas kelompok
mata kuliah Perkenbangan Peserta Didik . Disamping itu, penulisan makalah ini
juga berguna sebagai bahan penbelajaran bagi kita mengenai perkembangan nilai,

moral, dan sikap peserta didik yang mencacup beberapa bahasan yaitu pengertian
dan saling ketrkaitan antara nilai, moral dan sikap setra penggunaannya terhadap
tingkah laku, karakteristik nilai, moral dan sikap remaja, faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan nilai, sikap, moral dan prilaku peserta didik, dan
upaya mengembangkan nilai, moral, dan sikap remaja serta implikasinya dalam
penyelenggaraan pendidikan.

4. Pendekatan Penulis
Dalam penulisan makalah ini, pendekatan yang dilakukan adalah dengan
cara pengumpulan data dari beberapa sumber buku dan hasil pencarian melalui
internet.

BAB II
ISI
1. PEMBAHASAN

PERKEMBANGAN NILAI, MORAL, DAN SIKAP
Antara pengetahuan dan tindakan ternyata tidak selalu terjadi kolerasi
positif yang tinggi (Surakhmad, 1980: 9). Proses pertumbuhan dan kelanjutan
pengethuan menuju bentuk sikap dan, tingkah laku adalah proses kejiwaan yang

musyikil. Berbuat sesuatu secara fisik adalah satu bentuk tingkah laku yang
mudah dilihat dan diukur. Tetapi tingkah laku tidak mencakup perbuatan yang
tampak saja. Di dalamnya tercakup juga sikap mental yang tidak selalu mudah
ditanggapi, kecuali tidak secara langsung, misalnya melalui ucapan atau perbuatan
yang diduga dapat menggambarkan sikap mental tersebut.
1. Pengertian dan Saling Keterkaitan Antara Nilai, Moral, dan Sikap
serta Pengaruhnya terhadap Tingkah Laku
Nilai merupakan tatanan tertentu atau kriteria didalam diri individu yang
dijadikan dasar untuk mengevaluasi suatu sistem. Pertimbangan nilai adalah
penilaian individu terhadap suatu objek atau sekumpulan objek yang lebih
berdasarkan pada sistem nilai tertentu daripada hanya sekedar karakteristik objek
tersebut.
Nilai-nilai kehidupan adalah norma-norma yang berlaku dalam masyarakat,
misalnya adat kebiasaan dan sopan santun (Sutikna, 1988;5). Sopan santun ,adat,
dan kebiasaan serta nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila adalah nilai-nilai
hidup yang menjadi pegangan seseorang dalam kedudukannya sebagai warga
negara Indonesia dalam hubungam hidupnya dengan negara serta dengan sesama
warga negara.
Bagaimana kaitannya antara nilai-nilai dan moral?


Moral adalah ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan, akhlak,
kewajiban, dan sebagainya (Purwadarminto, 1957: 957). Dalam moral diatur
segala sesuatuperbuatan yang di nilai baikdan perlu dilakukan, dan suatu
perbuatan yang dinilaitidak baik dan perlu dihindari. Moral berkaitan dengan
kemampuan untuk membedakan antara perbuatan yang benar dan yang
salah.dengan demikian moral merupakan kengali dalam bertingkah laku. Moral
juga merupakan tatanan prilaku yang memuat nilai-nilai tertentu untuk dilakukan
individu dalam hubungannya dengan individu, kelompok, atau masyarakat.
Moralitas merupakan pencerminan dari nilai-nilai idealitas seseorang (Rogers,
1985). Dalam moralitas terkandung aspek-aspek kognitif, afektif, dan prilaku
( Saffer, 1979)
Dalam kaitannnya dengan pengamalan nilai-milai hidup, maka moral
merupakan kontroldalam bersikapdan bertingkah lakus sesuai dengan nilai-nilai
hidupyang dimaksud. Nilai-nilai kehidupan sebagai norma dalam masyarakat
senantiasa menyangkut persoalan antara baik dan buruk, jadi berkaitan dengan
moral.
Menurut Gerung, sikap secara umum diartikan sebagai kesediaan bereaksi
individu terhadap sesuatu hal, (Mappiare, 1982:58). Sikap berkaitan dengan motif
dan mendasari tingkah laku seseorang dapat diramalkan tingkah laku apa yang
dapat terjadi dan akan diperbuat jika telah diketahui sikapnya. Sikap belum

merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi berupa kecendrungan
( predisposisi) tingkah laku. Jadi sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi
terhadap objek dilingkungan tertentu sebagai sesuatu penghayatan terhadap objek
tersebut.
Dengan demikian, keterkaitan antara nilai, moral, sikap, dan tingkah laku akan
tampak dalam pengamalan nilai-nilai. Dengan kata lain nilai-nilai perlu dikenal
terlebih dahulu, kemudian dihayati dan didorong oleh moral, baru akan terbentuk
sikap tertentu terhadap nilai-nilai tersebut dan pada akhirnya terwujud tingkah
laku sesuai dengan nilai-nilai yang dimaksud.

Bagi Sigmund Freud (Corey, 1989), yang telah menjelaskan melalui teori
Psikoanalisinya, antara nilai, moral, dan sikap adalah satu kesatuan dan tidak
dibeda-bedakan. Nilai dan moral itu menyatu dalam salah satu struktur
kepribadiannya, yang dikenal dengan super ego atau das uber ich yang
merupakan sumber moral. Dalam konsep Sigmand Freud, struktur kepribadian
manusia itu terdiri dari tiga, yaitu :
1.

Id atau Das Es,


2.

Ego atau Das Ich, dan

3.

Super Ego atau Das Uber Ich.
Id berisi dorongan naluriah, tidak rasional, tidak logis, tak sadar, amoral,

dan bersifat memenuhi dorongan kesengangan yang diarahkan untuk mengurangi
ketegangan atau kecemasan dan menghindari kesakitan. Id merupakan
kepribadian yang orisinil. Kepribadian setiap manusia ketika lahir hanya terdiri
dari id. Ego merupakan eksekutif dari kepribadian yang memerintah,
mengendalikan, dan mengatur kepribadian individu. Tugas utama ego adalah
mengantar dorongan-dorongan naluriah dengan kenyataan yang ada didunai
sekitar. Super ego adalah kode moral individu yang tugas utamanya adalah
mempertimbangkan apakah suatu tindakan baik atau buruk, benar atau salah.
Super ego mempresentasikan hal-hal yang ideal bukan hal-hal yang riil, serta
mendorong ke arah kesempurnaan bukan kesenangan.
Dalam konteksnya hubungan antara nilai, moral dan sikap adalah jika

ketiganya sudah menyatu dalam super ego dan seseorang yang telah mampu
mengembangkan super ego nya dengan baik, sikapnya akan cendrung didasarkan
atas nilai-nilai luhur dan aturan moral tertentu sehingga akan terwujud dalam
perilaku yang bermoral. Ini dapat terjadi karena super ego yang sudah
berkembang dengan baik dapat mengontrol dorongan-dorongan naluriah dari id
yang bertujuan untuk memenuhi kesenangan dan kepuasan. Berkembangnya
super ego dengan baik, juga akan mendorong berkembang kekuatan ego untuk
mengatur dinamika kepribadian antara id dan super ego, sehingga perbuatannya
selaras dengan kenyataan didunia sekelilingnya.

2. Karakteristik Nilai, Moral, dan Sikap Remaja
Salah satu karakteristik remaja yang sangat menonjol berkaitan dengan
nilai adalah bahwa remaja sudah sangat merasakan pentingnya tata nilai dan
mengembangkan nilai-nilai baru yang sangat diperlukan sebagai pedoman,
pegangan, atau petunjuk dalam mencari jalannya sendiri untuk menumbuhkan
identitas diri menuju kepribadian yang semakin matang (Sarwono, 1989).
Pembentukan nilai-nilai baru dilakukan dengan cara identifikasi dan imitasi
terhadap tokoh atau model tertentu atau bisa saja berusaha mengembangkannya
sendiri.
Karakteristik yang menonjol dalam perkembangan moral remaja adalah

bahwa sesuai dengan tingkat perkembangan kognisi yang mulai mencapai tahapan
berfikir operasional formal, yaitu mulai mampu berpikir abstrak dan mampu
memecahkan masala-masalah yang bersifat hipotetis maka pemikiran remaja
terhadap suatu permasalahan tidak lagi hanya terikat pada waktu, tempat, dan
situasi, tetapi juga pada sumber moral yang menjadi dasar hidup mereka
(Gunarsa,1988). Perkembangan pemikiran moral remaja dicirikan dengan mulai
tumbuh kesadaran akan kewajiban mempertahankan kekuasaan dan pranata yang
ada karena dianggap sebagai suatu yang bernilai, walau belum mampu
mempertanggung jawabkannya secara pribadi (Monks, 1988). Perkembangan
moral remaja yang demikian, jika meminjam teori perkembangan moral dari
Kohlberg berarti sudah mencapai tahap konvensioanl. Pada akhir masa remaja
seseorang akan memasuki tahap perkembangan pemikiran moral yang disebut
tahap pascakonvensional ketika orisinilitas pemikiran moral remaja sudah
semakin jelas. Pemikiran moral remaja berkembang sebagai pendirian pribadi
yang tidak tergantung lagi pada pendapat atau pranata yang bersifat konvensional.
Tingkat perkembangan fisik dan psikis yang dicapai remaja berpengaruh
pada perubahan sikap dan perilakunya. Perubahan sikap yang cukup menyolok
dan ditempatkan sebagai salah satu karakter remaja adalah sikap menentang nilainilai dasar hidup orang tua dan dewasa lainnya (Gunarsa, 1988). Apalagi kalau
orang tua atau orang dewasa berusaha memaksakan nilai-nilai yang dianutnya


kepada remaja. Sikap menentang pranata adat kebiasaan yang ditunjukkan oleh
para remaja merupakan gejala wajar yang terjadi sebagai unjuk kemampuan
berpikir kritis terhadap segala sesuatu yang dihadapi dalam realitas. Gejala sikap
menentang pada remaja hanya bersifat sementara akan berubah serta bekembang
ke arah moralitas yang lebih matang dan mandiri.
Nilai-nilai kehidupan yang perlu diinformasikan dan dihayati oleh para remaja
tidak terbatas pada adat kebiasaan dan sopan santun saja, namun juga seperangkat
nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila, misalnya nilai-nilai keagamaan, peri
kemanusiaan dan peri keadilan, nila-nilai estetika, nilai etik, dan nilai-nilai
intelektual, dalam bentuk-bentuk sesuai dengan perkembangan remaja. Michel
meringkaskan 5 perubahan dasar dalam moral yang harus dilakukan oleh remaja
(Hurlock alih bahasa Istiwidayanti dan kawan-kawan, 1980:225) sebagai berikut :
1) Pandangan moral individu makin lama makin menjadi lebih abstrak.
2) Keyakinan moral lebih terpusat pada apa yang benar dan kurang pada apa
yang salah. Keadilan muncul sebagai kekuatan moral yang dominan.
3) Penilaian moral semakin kognitif. Hal ini mendorong remaja berani
mengambil keputusan terhadap berbagai masalah moral yang dihadapinya.
4) Penilaian moral menjadi kurang egosentris.
5) Penilaian moral secara psikologis menjadi lebih mahal dalam arti bahwa
penilaian moral merupakan bahan emosi dan menimbulkan ketegangan

emosi.
Menurut Furter (1965), menjadi remaja berarti mengerti nilai-nilai ( Monk’s,
1984:257). Mengerti nilai-nilai ini tidak berarti hanya memperoleh pengertian saja
melainkan juga dapat mengerjakannya atau mengamalkannya.

3.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Nilai, Moral dan
Prilaku
Nilai, moral, dan sikap adalah aspek-aspek yang berkembang pada diri
individu melalui interaksi antara aktifitas internal dan pengaruh stimulus
eksternal. Pada awalnya seoarang anak belum memiliki nilai-nilai dan
pengetahuan mengenai nilai moral tertentu atau tentang apa yang dipandang baik
atau tidak baik oleh kelompok sosialnya. Selanjutnya, dalam berinteraksi dengan
lingkungan, anak mulai belajar mengenai berbagai aspek kehidupan yang
berkaitan dengan nilai, moral, dan sikap. Dalam konteks ini, lingkungan
merupakan faktor yang besar pengaruhnya bagi perkembangan nilai, moral, dan
sikap individu (Harrocks, 1976 ; Gunarsa, 1988).
Faktor lingkungan yang berpengaru terhadap perkembangan nilai, moral,
dan sikap individu mencakup aspek psikologis, sosial, budaya, dan fisik
kebendaan, baik yang terdapat dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun
masyarakat. Kondisi psikologis, pola interaksi, pola kehidupan beragama,
berbagai sarana rekreasi yang tersedia dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat akan memengaruhi perkembangan nilai, moral, dan sikap individu
yang tumbuh dan berkembang didalamnya.
Remaja yang tumbuh dan berkembang dalam lingkungan keluarga,
sekolah, dan masyarakat yang penuh rasa aman secara psikologis, pola interaksi
yang demokratis, pola asuh bina kasih, dan religius dapat diharapkan berkembang
menjadi remaja yang memiliki budi luhur, moralitas tinggi, serta sikap dan
perilaku terpuji. Sebalinya, individu yang tumbuh dan berkembang dengan
kondisi psikologis yang penuh konflik, pola interaksi yang tidak jelas, pola asuh
yang tidak berimbang dan kurang religius maka harapan agar anak dan remaja
tumbuh dan berkembang menjadi individu yang memiliki nilai-nilai luhur,
moralitas tinggi, dan sikap perilaku terpuji menjadi diragukan
Teori perkembangan moral yang dikemukakan oleh Kohlberg menunjukkan
bahwa sikap moral bukan hasil sosialisasi atau pelajaran yang diperoleh dari
kebiasaan dan hal-hal lain yang berhubungan dengan nilai kebudayaan. Tahap-

tahap perkembangan moral terjadi dari aktivitas spontan pada anak-anak (Singgih
G. 1990:202). Dalam perkembangan moral Kohlberg menyatakan adanya tahaptahap yang berlangsung sama pada setiap kebudayaan. Penahapan yang
dikemukakan bukan mengenai sikap moral yang khusus, melainkan berlaku pada
proses penalaran yang mendasarinya. Makin tinggi tingkat penalaran seseorang
menurut tahap-tahap perkembangan piaget, makin tinggi pula tingkat moral
seseorang.
4. Perbedaan Individual Dalam Perkembangan Nilai, Moral, dan Sikap
Dalam kenyataannya sehari-hari selalu saja ada gradasi dalam intensitas
penghayatan dan pengalaman individu mengenai nilai-nilai tertentu.
a. Diujung paling kiri, kita kelompokkan individu yang hampir-hampir atau sama
sekali tidak tau tentang konsep dan nilai tenggang rasa dan karenanya juga
tidak bertindak secara benar ditinjau dari konsep tenggang rasa.
b. Diujung paling kanan terdapat individu yang baik pengetahuan maupun tingkah
lakunya, mencerminkan penghayatan nilai tenggang rasa yang sangat
meyakinkan.
Dari kegiatan ini dapat dipahami pula terdapat perbedaan-perbedaan individul
dalam pemahaman nilai-nilai, dan moral sebagai pendukung sikap dan prilakunya.
Jadi mungkin terjadi individu atau remaja yang tidak mencapai perkembangan
nilai, moral, dan sikap serta tingkah laku yang diharapkan padanya.
5. Upaya Mengembangkan Nilai, Moral, dan Sikap Remaja Serta
Implikasunya dalam Penyelenggaraan Pendidikan
Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam mengembangkan niali,
moral, dan sikap remaja adalah :
a. menciptakan komunikasi
dalam komunikasi didahului dengan pemberian informasi tentanng nilainilai dan moral. Hendaknya ada upaya untuk mengikut sertakan remaja dalam

beberapa pembicaraan dan dalam pengambilan keputusan keluarga, sedangkan
dalam kelompok sebaya remaja turut serta secara aktif dalam bertanggung jawab
dan penentuan maupun keputusan kelompok. Kita ketahui bahwa nilai-nilai hidup
yang dipelajari barulah betul-betul berkembang apabila telah dikaitkan dengan
konteks kehidupan bersama.
b. menciptakan iklim lingkungan yang serasi
seseorang yang mempelajari nilai hidup tertentu dan moral kemudian
berhasil memiliki sikap dan tingkah laku sebagai pencerminan nilai hidup itu
umumnya adalah seseorang yang hidup dalam lingkungan yang secara positif,
jujur, dan konsekuen senantiasa memdukung bentuk tingkah laku yang merupakan
pencerminan nilai hidup tersebut. Para remaja sering bersikap kritis, menentang
nilai-nilai dan dasar hidup orang tua dan orang dewasa lainnya karena itu orang
tua dan guru serta orang dewasa lainnya perlu memberi model-model atau contoh
prilaku yang merupakan perwujudan nilai-nilai yang diperjuangkan. Nilai-nilai
keagamaan perlu mendapat perhatian, karena agama juga mengajarkan tingkah
laku yang baik dan buruk, sehingga secara psikologis berpedoman kepada agama
termasuk dalam final. Akhirnya perlu juga diperhatikan bahwa satu lingkungan
yang lebih banyak bersifat mengajak, mengundang, dan memberi kesempatan,
akan lebih efektif dari pada lingkungan yang ditandai dengan larangan-larangan
dan peraturan-peraturan yang serba membatasi.

BAB III
PENUTUP
 KESIMPULAN
Nilai merupakan tatanan tertentu atau kriteria didalam diri individu yang
dijadikan dasar untuk mengevaluasi suatu sistem. Pertimbangan nilai adalah
penilaian individu terhadap suatu objek atau sekumpulan objek yang lebih
berdasarkan pada sistem nilai tertentu daripada hanya sekedar karakteristik objek
tersebut.
Moral adalah ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan, akhlak,
kewajiban, dan sebagainya.
Sikap secara umum diartikan sebagai kesediaan bereaksi individu terhadap
sesuatu hal.
Lingkungan merupakan faktor yang besar pengaruhnya bagi perkembangan
nilai, moral, dan sikap individu.
Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam mengembangkan niali,
moral, dan sikap remaja adalah: menciptakan komunikasi dam menciptakan iklim
lingkungan yang serasi.

 DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2012, 02). Dipetik 02 23, 2013, dari
http://vivienanjadi.blogspot.com/2012/02/hubungan-antara-moral-nilai-dansikao.html.

Sunarto, & Hartono, A. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Rineka
Cipta.