SISTEM PEMERINTA HAN DI INDONESIA

HUKUM KONSTITUSI
“ SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA”

Disusun oleh :
SILKY YOLANDA VILLINCYA
02011381621281
HK. KONSTITUSI KELAS A

FAKULTAS HUKUM KAMPUS PALEMBANG
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN AJARAN 2017/2018

DEFINISI SISTEM PEMERINTAHAN
Sistem pemerintahan terdiri dari dua kata yaitu sistem dan pemerintahan.
Sistem adalah suatu keseluruhan, terdiri dari beberapa bagian yang memiliki
hubungan fungsional, baik antara bagian yang satu dengan bagian yang lain maupun
hubungan

fungsional

terhadap


keseluruhan,

sehingga

hubungan

itu

dapat

menimbulkan suatu ketergantungan antara bagian yang satu dengan bagian yang
lainnya, akibat yang ditimbulkan jika salah satu bagian yang tidak bekerja dengan
baik maka akan mempengaruhi bagian-bagian yang lainnya.1
Utrecht berpendapat bahwa istilah pemerintah itu meliputi (3) pengertian yang
berbeda, yaitu:
1. Pemerintah sebagi gabungan seluruh badan kenegaraan yang berkuasa
memerintah,dalam arti kata luas. Jadi termasuk seluruh badan kenegaraan
yang bertugas menyelenggarakan kesejahteraan umun, yakni badan yang
bertugas membuat peraturan perundang-undangan, badan yang bertugas

menjalankan peraturan perundang-undangan,dan badan yang bertugas
mengawasibagaimana peraturan perundan-undangan tersebut dijalankan.
Dengan demikian badan-badan teersebut meliputi legislatif, eksekutif, dan
yudikatif
2. Pemerintah sebagai gabungan badan kenegaraan tertinggi yang berkuasa
memerintah diwilayah suatu Negara, misalnya raja, Presiden yang
dipertuanagungkan.
3. Pemerintah dalam arti kepala Negara 2(Presiden) bersama-sama dengan
mentrei-menterinya, yamg berarti organ eksekutif, yang bisa disebut dengan
dewan menteri atau kabinet.
Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim,Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia,
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Sinar Bakti: Jakarta, hal 66
2
M. Solly Lubis,Ilmu Negara, Alumni, Bandung, 1975, hal. 23.
1

Jadi, dapat dikatakan bahwa sistem merujuk pada hubungan antara para
lembaga negara sedangkan pemerintahan merujuk kepada badan pemerintahan atau
lembaga yang bersangkutan dengan sedemikian rupa sehingga merupakan suatu
kesatuan yang bulat dalam menjalankan mekanisme kenegaraan khususnya dalam

pemerintahan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sistem pemerintahan adalah pola
pengaturan hubungan antara lembaga negara yang satu dengan lembaga negara yang
lain atau bila disederhanakan ialah hubungan antara lembaga eksekutif, legislatif dan
yudikatif.
JENIS-JENIS SISTEM PEMERINTAHAN
Terdapat banyak pandangan mengenai jenis-jenis atau pembagian dari sistem
pemerintahan. Misalnya menurut Jimly Asshiddiqie sistem pemerintahan terbagi
menjadi 3 kategori yaitu sistem pemerintahan Presidensial dan sistem pemerintahan
parlementer dan sistem campuran.3 Sedangkan menurut Moh.Kusnardi dan Hermaily
Ibrahim bahwa pada garis besarnya sistem pemerintahan yang dilakukan pada negaranegara demokrasi menganut sistem parlementer atau sistem Presidensiil, dan masih
terdapat beberapa bentuk lainnya sebagai variasi, disebabkan situasi dan kondisi yang
berbeda yang melahirkan bentuk-bentuk semua (quasi) karena jika dilihat dari salah
satu sistem diatas dia bukan merupakan bentuk yang sebenarnya, misalnya quasi
parlementer atau quasi presidensiil.4
1. Sistem Pemerintahan Parlementer
Sistem Parlementer yang merupakan sistem pemerintahan dimana hubungan
antara eksekutif dan badan perwakilan (legislatif) sangat erat. Hal ini
disebabkan adanya pertanggungjawaban para Menteri terhadap Parlemen.
Jimly Asshiddiqie,Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Reformasi,
Bhuana Ilmu Populer,Jakarta, 2007, hal. 31

4
Moh.Kusnardi dan Hermaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia,
Sinar Bakti, Jakarta, 1988, hlm 171
3

Maka setiap kabinet yang dibentuk harus memperoleh dukungan kepercayaan
dengan suara terbanyak di parlemen. Dengan demikian kebijakan pemerintah
atau kabinet tidak boleh menyimpang dari apa yang dikehendaki oleh
parlemen.5 Menurut Arend Lijphart, perkembangan sistem parlementer ini
pada umumnya melalui tiga fase, yaitu :
1. Pada awalnya pemerintahan dipimpin oleh seorang raja yang bertanggung
jawab atas seluruh sistem politik atau kenegaraan.
2. Kemudian muncul sebuah

majelis dengan anggota yang menentang

hegemoni raja
3. Majelis mengambil alih tanggung jawab atas pemerintahan dengan
bertindak sebagai parlemen maka raja kehilangan sebagian besar kekuasaan
tradisionalnya.

Ciri-Ciri Sistem Pemerintahan Parlementer yaitu :
1.

Raja, ratu, presiden dan sebagainya adalah kepala negara, dan kepala

negara tidak bertanggung jawab atas kebijakan yang diambil oleh kabinet.
2. Eksekutif atau kabinet bertanggung jawab kepada legislatif, dan kabinet
mengembalikan

mandatnya

kepada

kepala

negara

jika

parlemen


mengeluarkan mosi tidak percaya kepada menteri tertentu atau seluruh
anggota kabinet.
3.

Dalam sistem dua partai, yang ditunjuk sebagai penyusun kabinet

sekaligus perdana menteri adalah ketua partai yang menang dalam pemilu,
sedangkan partai yang kalah menjadi oposisi.
4. Dalam sistem multi partai, penyusun kabinet harus membentuk kabinert
secara koalisi untuk mendapatkan dukungan kepercayaan dari parlemen.
Sistem pemerintahan parlementer terbagi dua yaitu :
Titik Triwulan,Pokok-Pokok Hukum Tata Negara, Prestasi Pustaka, Jakarta, 2006,
hal. 98
5

a. Sistem Parlementer Dua Partai
Ketua partai politik yang memenangkan pemilu sekaligus di tunjuk
sebagai formatur kabinet, dan langsung sebagai perdana menteri. Seluruh
menteri dalam kabinet adalah mereka yang terpilih sebagai anggota

parlemen, dengan konsekuensi setelah diangkat mejadi menteri harus non
aktif dalam parlemen (kabinet Parlementer). Karena partai politik yang
menguasai kabinet adalah sama dengan partai politik yang memegang
mayoritas di parlemen. Contoh negara yang menganut sistem ini adalah
Inggris yaitu dengan partai konservatif dan partai buruh.
b. Sistem Parlementer Multi Partai
Sistem Parlementer multi partai, parlemen tidak satupun dari partai politik
yang mampu menguasai kursi secara mayoritas, maka pembentukan
kabinet di sini sering tidak lancar. Kepala negara akan menunjuk tokoh
politik tertentu untuk bertindak sebagai pembentuk kabinet/formatur.
Dalam hal ini formatur harus mengingat pertimbangan kekuatan di
parlemen, sehingga setiap kabinet dibentuk merupakan bentuk kabinet
koalisi (gabungan dari beberapa partai politik). Karena koalisi didasarkan
pada kompromi, kadang-kadang terjadi setelah kabinet berjalan, dukungan
yang diberikan oleh salah satu partai politik ditarik kembali dengan cara
menarik menterinya (kabinet mengembalikan mandatnya kepada kepala
negara). Sehingga dalam sistem parlemen dengan multi partai sering
terjadiketidakstabilan pemerintahan (sering penggantian kabinet). Misal,
Republik Indonesia tahun 1950-1959 dimana terjadi 7 kali pergantian
kabinet. Contoh negara yang menganut sistem ini adalah Filipina,

Belanda, Malaysia.6

2. Sistem Pemerintahan Presidensiil
6

ibid

Suatu pemerintahan yang dimana kedudukan eksekutif tidak bertanggung
jawab kepada badan perwakilan rakyat, dengan kata lain kedudukan eksekutif
berada di luar pengawasan (langsung) parlemen. Dalam sistem ini Presiden
memiliki kekuasaan yang kuat, karena selain sebagai kepala negara juga
sebagai kepala pemerintahan yang mengetuai kabinet (dewan menteri).Oleh
karena itu agar tidak menjurus kepada diktatorisme, maka diperlukan check
and balance antar lembaga negara. Contoh negara yang menganut sistem
presidensiil adalah Amerika Serikat dan Indonesia.7
Ciri-Ciri Pemerintahan Presidensial yaitu :
1. Dikepalai oleh seorang presiden sebagai kepala pemerintahan

sekaligus kepala negara.
2. Kekuasaan eksekutif presiden diangkat berdasarkan demokrasi


rakyat dan dipilih langsung oleh mereka atau melalui badan
perwakilan rakyat.
3. Presiden

memiliki

mengangkat

dan

hak

prerogratif

memberhentikan

(hak

istimewa)


untuk

menteri-menteri

yang

memimpin departemen dan non-departemen.
4. Sehingga menteri-menteri hanya tunduk dan bertanggung jawab
kepada kekuasaan eksekutif (bukan kepada kekuasaan legislatif).
5. Kekuasaan eksekutif tidak bertanggung jawab kepada kekuasaan
legislatif.
6. Kedudukan presiden dan parlemen tidak bisa saling menjatuhkan,
karena keduanya dipilih dan bertanggung jawab kepada rakyat
pemilih.
7. Kendati presiden tidak dapat dijatuhkan oleh DPR, tetapi bila
presiden melakukan pelanggaran hukum, presiden dapat dikenai
Titik Triwulan,Pokok-Pokok Hukum Tata Negara, Prestasi Pustaka, Jakarta, 2006,
hal. 102
7


Impeachment yang pelaksanaanya dilakukan oleh hakim tinggi dan
tidak dilakukan oleh anggota parlemen.8

3. Sistem Pemerintahan Quasi
Sistem pemerintahan Quasi pada hakekatnya merupakan bentuk varian sistem
pemerintahan parlementer dan sistem pemerintahan presidensial. Hal ini
disebabkan situasi kondisi yang berbeda sehingga melahirkan bentuk-bentuk
semuanya. Apabila dilihat dari kedua sistem pemerintahan di atas, sistem
pemerintahan quasi bukan merupakan bentuk sebenarnya. Dalam sistem ini
dikenal bentuk quasi parlementer dan quasi presidensial.
Pada pemerintahan sitem quasi presidensial, Presiden merupakan kepala
pemerintahan dengan dibantu oleh kabinet (ciri presidensial). Tetapi dia
bertanggung jawab kepada lembaga dimana dia bertanggung jawab, sehingga
lembaga ini (legislatif) dapat menjatuhkan presiden/eksekutif (ciri sistem
parlementer). Misal, sistem pemerintahan Republik Indonesia.
Pada sistem pemerintahan quasi parlementer, Presiden, Raja dan Ratu adalah
kepala negara yang tidak lebih hanya sebagai kepala simbol saja. Kekuatan
eksekutif adalah kabinet yang terdiri dari perdana menteri dan menterimenteri yang bertanggugjawab secara sendiri-sendiri atau bersama kepada
parlemen (ciri parlementer) sedangkan lembaga legislatifnya dipilih melalui
pemilihan umum secara langsung oleh rakyat (ciri presidensial). Kedudukan
sebagai kepala negara dipegang oleh presiden yang dipilih secara langsung
oleh rakyat, tetap juga ada kepala pemerintahan yang pimpin oleh seorang
perdana menteri yang didukung oleh parlemen sebagai seperti sistem
pemerintahan parlemen biasa.9

Jimly Asshiddiqie,Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Reformasi,
Bhuana Ilmu Populer,Jakarta, 2007, hal. 34
8

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN SISTEM PRESIDENSIIL DAN SISTEM PARLEMENTER

No Sistem
pemerintahan
1
Presidensiil

kelebihan

kelemahan

a.Adanya sistem check and
A a. Setiap keputusan adalah
balance dapat menghasilkan hasil tawar menawar antara
keseimbangan antar organ legislatif

dan

yang diserahi tugas.

sering

sehingga

eksekutif,
kurang

b.Badan eksekutif lebih stabil tegas.
kedudukannya karena tidak
b. b.Pengambalian keputusan
tergantung pada parlemen.
c.Penyusunan

relatif lebih lama.

program
c. c.Kekuasaan

mudah disesuaikan dengan diluar
masa jabatan eksekutif.

eksekutif
pengawasan

langsung legislatif sehingga
dapat

menciptakan

kekuasaan mutlak.
2

Parlementer

a. a.Menteri

yang

diangkat
a. a.Sering terjadi pergantian

merupakan kehendak suara kabinet.
terbanyak parlemen (wakilb. b.Kedudukan
rakyat)
b. b.Lebih

eksekutif

tidak stabil.
mudah

mencapaic. c.Pergantian eksekutif yang

kesesuaian pendapat antara mendadak
eksekutif dan legislatif.
c. c.Menteri
menjalankan

lebih

membuat

program kerja yang telah

hati-hati disusun

tidak

selesai

tugasnya terealisir.10

Jimly Asshiddiqie, 2006, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Jilid II, Sekertariat
Jenderal dan kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, hal. 60
9

karena dapat dijatuhkan oleh
parlemen.
PERUBAHAN SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA 1945-SEKARANG
Periode Pemerintahan Sistem Pemerintahan
Keterangan
18 Agustus 1945 – 27 Sistem pemerintahan Sistem pemerintahan awal yang
Desember 1949
presidensiil
digunakan oleh Indonesia adalah
sistem pemerintahan presidensial.
Namun, seiring datangnya sekutu
dan dicetuskannya Maklumat Wakil
Presiden
No.X
tanggal
16
November 1945, terjadi pembagian
kekuasaan dalam dua badan, yaitu
kekuasaan legislatif dijalankan oleh
Komite Nasional Indonesia Pusat
(KNIP) dan kekuasaan-kekuasaan
lainnya masih tetap dipegang oleh
presiden sampai tanggal 14
November
1945.
Berdasarkan
Maklumat
Pemerintah
14
November 1945 ini, kekuasaan
eksekutif yang semula dijalankan
oleh presiden beralih ke tangan
menteri sebagai konsekuensi dari
dibentuknya sistem pemerintahan
parlementer.
27 Desember 1949 – Sistem pemerintahan Adanya Konferensi Meja Bundar
15 Agustus 1950
parlementer semu atau (KMB) antara Indonesia dengan
quasi parlementer
delegasi Belanda menghasilkan
keputusan pokok bahwa kerajaan
Balanda mengakui kedaulatan
Indonesia sepenuhnya tanpa syarat
dan tidak dapat dicabut kembali
kepada RIS selambat-lambatnya
pada tanggal 30 Desember 1949.
Dengan diteteapkannya konstitusi
10

www.fatikakfauziak92.logspogt.cg.id, diakses pada 10 November 2017 pukul 13.50

WIB

RIS, sistem pemerintahan yang
digunakan adalah parlementer.
Namun karena tidak seluruhnya
diterapkan
maka
Sistem
Pemerintahan saat itu disebut
Parlementer semu
15 Agustus 1950 – 5 Sistem pemerintahan UUDS 1950 adalah konstitusi yang
Juli 1959
parlementer
berlaku di negara Republik
Indonesia sejak 17 Agustus 1950
hingga dikeluarkannya Dekrit
Presiden 5 Juli 1959 Pemilihan
Umum 1955 berhasil memilih
Konstituante secara demokratis,
namun Konstituante gagal
membentuk konstitusi baru hingga
berlarut-larut. Pada 5 Juli 1959
pukul 17.00, Presiden Soekarno
mengeluarkan dekrit yang
diumumkan dalam upacara resmi di
Istana Merdeka.Isi dekrit presiden 5
Juli 1959 antara lain :
1. Kembali berlakunya UUD 1945
dan tidak berlakunya lagi UUDS
1950
2. Pembubaran Konstituante
3. Pembentukan MPRS dan
DPAS
Dikeluarkannya dekrit presiden ini
diiringi dengan perubahan sistem
pemerintahan dari parlementer ke
presidensial.
5 Juli 1959 – 22
Februari 1966

Sistem pemerintahan
presidensiil

Dikeluarkannya dekrit Presiden
1959
mengembalikan
sistem
pemerintahan Indonesia ke sistem
pemerintahan presidensial.
22 Februari 1966 – 21 Sistem pemerintahan Pada masa Orde Baru (1966-1998),
Mei 1998
presidensiil
Pemerintah menyatakan akan
menjalankan UUD 1945 dan
Pancasila secara murni dan
konsekuen. Namun pelaksanaannya
ternyata menyimpang dari

Pancasila dan UUD 1945 yang
murni, terutama pelanggaran pasal
23 (hutang Konglomerat/private
debt dijadikan beban rakyat
Indonesia/public debt) dan 33 UUD
1945 yang memberi kekuasaan
pada fihak swasta untuk
menghancur hutan dan sumberalam
kita. Pada masa Orde Baru, UUD
1945 juga menjadi konstitusi yang
sangat "sakral", diantara melalui
sejumlah peraturan:
1. Ketetapan MPR Nomor
I/MPR/1983 yang
menyatakan bahwa MPR
berketetapan untuk
mempertahankan UUD
1945, tidak berkehendak
akan melakukan perubahan
terhadapnya
2. Ketetapan MPR Nomor IV/
MPR/1983 tentang
Referendum yang antara
lain menyatakan bahwa bila
MPR berkehendak
mengubah UUD 1945,
terlebih dahulu harus minta
pendapat rakyat melalui
referendum.
3. Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1985 tentang
Referendum, yang
merupakan pelaksanaan
TAP MPR Nomor IV/MPR/
1983.
21 Mei 1998 –
sekarang

Sistem pemerintahan Salah satu tuntutan Reformasi 1998
presidensiil
adalah dilakukannya perubahan
(amandemen) terhadapUUD 1945.
Latar belakang tuntutan perubahan

UUD 1945 antara lain karena pada
masa Orde Baru, kekuasaan
tertinggi di tangan MPR (dan pada
kenyataannya bukan di tangan
rakyat), kekuasaan yang sangat
besar pada Presiden, adanya pasalpasal
yang
terlalu
“luwes”
(sehingga dapat menimbulkan
multitafsir),
serta
kenyataan
rumusan
UUD
1945
tentangsemangat
penyelenggara
negara yang belum cukup didukung
ketentuan
konstitusi.
Tujuan
perubahan UUD 1945 waktu itu
adalah menyempurnakan aturan
dasar
seperti
tatanannegara,
kedaulatan
rakyat,
HAM,
pembagian kekuasaan, eksistensi
negara
demokrasi
dannegara
hukum, serta hal-hal lain yang
sesuai
dengan
perkembangan
aspirasi dan kebutuhanbangsa.
Perubahan UUD 1945 dengan
kesepakatan diantaranya tidak
mengubah PembukaanUUD 1945,
tetap mempertahankan susunan
kenegaraan
(staat
structuur)
kesatuan atau selanjutnya lebih
dikenal sebagai Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI), serta
mempertegas sistem pemerintahan
presidensial.11
DAFTAR PUSTAKA
Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim,Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia,
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Sinar Bakti: Jakarta, hal 66
M. Solly Lubis,Ilmu Negara, Alumni, Bandung, 1975, hal. 23.

http://www.zonanesia.net/2014/10/periodisasi-sistem-pemerintahan.html,diakses
pada 10 November 2017 pukul 13.46 WIB
11

Jimly Asshiddiqie,Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Reformasi,
Bhuana Ilmu Populer,Jakarta, 2007, hal. 31
Moh.Kusnardi dan Hermaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia,
Sinar Bakti, Jakarta, 1988, hlm 171
Titik Triwulan,Pokok-Pokok Hukum Tata Negara, Prestasi Pustaka, Jakarta, 2006,
hal. 98
www.fatikhahfauziah92.blogspot.co.id, diakses pada 10 November 2017 pukul 13.50
WIB
http://www.zonanesia.net/2014/10/periodisasi-sistem-pemerintahan.html,diakses pada
10 November 2017 pukul 13.46 WIB