KHAZANAH PENERBITAN BUKU ISLAM DI INDONE

KHAZANAH PENERBITAN BUKU ISLAM DI INDONESIA
Oleh: Atin Istiarni1

PENDAHULUAN
Dunia penerbitan di Indonesia, khususnya dunia penerbitan Islam,
merupakan pengejawantahan dari kontestasi ideologi pemikiran keislaman yang
telah berlangsung sejak awal abad 20. Dalam batasan tertentu pula harus diakui
bahwa di masa-masa awal kontestasi sampai sekitar tahun 1960-an, kita masih
merasakan diskursus yang penuh dialog dan perdebatan yang menjunjung tinggi
nilai-nilai etika akademik.Hal ini, tentulah sangat berbeda jika kita coba
bandingkan dengan kecenderungan dewasa ini, terutama di lima tahun pertama
reformasi (1998). Yakni; suasana yang cenderung mengabaikan nilai-nilai etika
akademik, penuh intrik politik dan kadang-kadang dilakukan dengan cara-cara
kekerasan. Ketidaksetujuan kita terhadap suatu jenis pemikiran kadang-kadang
diwujudkan dalam bentuk penyerangan secara fisik kepada pihak lain yang kita
anggap sesat pikir dan membohongi umat.
Indonesia adalah Negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia.
Hal ini dapat dilihat dari data Departemen Agama Republik Indonesia pada
rentang tahun 2005-2006 jumlah penduduk muslim Indonesia mencapai
182.083.594 juta jiwa, yang menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Indonesia
beragama Islam2. Muslim Indonesia yang menjadi mayoritas tersebut tentunya

menunjukkan bahwa muslim Indonesia tentunya memiliki pemikiran-pemikiran
yang sangat kritis dari latar belakang intelektual dan ekonomi yang cukup mapan.
Hal ini terlihat dari fenomena industri buku yang akhir-akhir ini tumbuh pesat,
ditandai dengan munculnya penerbit-penerbit buku di berbagai kota di Indonesia.
Ada yang cukup menyita perhatian, dari bergairahnyaindustri buku tersebut, yakni
maraknya penerbitan buku-buku agama,terutama buku-buku bertemakan Islam.
1
2

Mahasiswa Ilmu Perpustakaan dan Informasi Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga
http://www.depag.go.id

2

Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil penelitian Bagian Perpustakaan
dan Dokumentasi Tempo. Sejak tahun 1980 hingga 1987 dari 7291 buku yang
tercatat dalam Perpustakaan Tempo, terdapat 1949 buku bertemakan agama. "Dari
1949 buku-buku agama itu, ternyata 809 (70,5%) merupakan buku-buku keIslaman, 26% tentang Kristen/Katholik dan 3,5% mengenaiHindu/Budha."Meski
ia tidak memiliki data tahun-tahun terakhir tentang penerbitan buku-buku Islam,
Azyumardi berani mengatakan, bahwa penerbitan buku-buku Islam mengalami

peningkatan3. Kondisi ini, kata dia, bisa dilihat dari semakin bermunculan dan
mapannya penerbit-penerbit baru yang khusus menerbitkan buku-buku Islam.
Contohnya, Mizan, Pustaka Salman, Pustaka Panjimas, Pustaka Firdaus, al-Bayan,
Gema Insani Press dan lain-lain.
Tonggak baru dalam dunia penerbitan buku Islam di Indonesia, khususnya
buku-buku terjemahan dari bahasa Arab terjadi pada dekade 1950-an, yang
ditandai dengan munculnya beberapa penerbit terkenal seperti Toha Putra
(Semarang), Menara (Kudus), dan Bulan Bintang(Jakarta), baik Toha Putra
maupun Menara telah menerbitkan sejumlah teks klasik yang disertai dengan
terjemahan berbahasa Jawa atau Indonesia, disamping karya-karya asli para ulama
Jawa4. Sementara itu, Bulan Bintang didirikan pada 1951 oleh wartawan dan
politisi Abdul Manaf Zamzami, yang lebih dikenal dengan Amelz. Buku
pertamanya adalah Islam dan Socialisme, ditulis oleh H.O.S. Tjokroaminoto,
Pemimpin Sarekat Islam, disusul dengan dua buku Tjokroaminoto yang lain.
Bulan Bintang mencapai puncak kejayaannya pada 1977-1978, ketika
menerbitkan 10 judul buku baru per bulan, dan perlahan menurun pada 1980-an
dengan hanya 3 sampai 5 judul buku baru per bulan. Pada 1982, Amelz meninggal
dunia, meninggalkan Bulan Bintang dengan sejumlah persoalan manajerial yang
tak teratasi5.


3

http://www.library.ohiou.edu/indopubs/1995/10/25/0005.html
Abdul Munip, Transmisi Pengetahuan Timur Tengah Ke Indonesia: Studi Tentang
Penerjemahan Buku Berbahasa Ara di Indonesia 1950-2004. (Yogyakarta: Bidang Akademik UIN
Sunan Kalijaga, 2008) hlm.5
5
Putut Wijanarko dalam (http://mizan.com/detail/1471-Kebangkitan-Generasi-Baru-PenerbitanBuku-Islam-dan-Masyarakat-Islam-di-Indonesia
4

3

Berghairahnya

industri

perbukuan

Islam


di

Indonesia

tentunya

memperkaya khazanah intelektual muslim Indonesia khususnya dan masyarakat
Indonesia pada umumnya. Selain itu hadirnya para penerbit juga berkaitan dengan
perpustakaan, perpustakaan tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya penerbit, dan
penerbitan buku dari berbagai jenis yang sebagian besar penjualan buku kepada
perpustakaan tidak dapat berlangsung tanpa adanya perpustakaan6. Hal ini
menunjukkan ada hubungan yang sangat erat antara industri penerbitan bukubuku Islam dan perpustakaan.
PEMBAHASAN
1. Periodesasi Penerbitan Buku Islam di Indonesia
Merujuk ke uraian Ignas Kleden tentang penerbit dan penerbitan buku
diperoleh pengertian bahwa penerbitan buku adalah seni dan ilmu tentang
membuat dan mendistribusikan buku, yang mencakup perjalanan sebuah naskah
dari saat mengambil ujud di pikiran pengarang hingga mencapai public dalam
bentuk buku7. Penerbitan berurusan dengan fungsi-fungsi mereka yang bekerja
untuk menciptakan naskah, percetakan serta distribusi buku. Pribadi atau institusi

yang merencanakan, mengkoordinasi pekerjaan yang berhubungan dengan
berbagai aspek yang berbeda-beda dari usaha itu– penulisan, editing, ilustrasi,
percetakan, penjilidan, penggudangan, penjualan, dan pembiayaan pada tahaptahap yang berbeda selama waktu satu tahun atau lebih – disebut penerbit. Bertitik
tolak dari pengertian diatas maka, penerbit buku islam adalah institusi yang
mempromotori terwujudnya buku-buku menganai Islam dalam aspeknya yang
luas, serta kemudian menyebarluaskannya ke masyarakat pembaca. Dalam
perkembangannya, penerbitan menjelma menjadi sebuah industri, karenanya
institusi penerbitan buku mengambil bentuk perseroan dagang seperti PT
(Perseroan Terbatas) ataupun CV., dalam hal ini, penerbit buku Islam pun telah
mengambil bentuk usaha dagang.
6

Ceria Isra Ningtyas. Perkembangan Buku Literatur, Skripsi. (Jakarta: FIB Universitas
Indonesia,2008) hlm 5-6
7
Taryadi dalam Abdullah Fadjar, Khasanah Islam Indonesia. (Jakarta: The Habibie Center,
2008).hlm.8

4


Haidar Bagir, Direktur Utama PT Mizan Publika, mengatakan bahwa
kegairahan baru masyarakat terhadap agama yang dimanifestasikan terhadap
buku-buku keagamaan sebenarnya bukan merupakan persoalan baru. Bahkan,
menurut Bagir, fenomena ini tidak hanya terjadi pada kalangan Muslim, tetapi
sudah menjadi gejala umum. Tahun 1974, misalnya, Alvin Toffler menerbitkan
buku yang menjelaskan kegairahan baru orang Amerika terhadap agama, dengan
munculnya lebih dari 1.000 paguyuban kultus-kultus.
Di Indonesia, selain munculnya kalangan intelektual santri yang memacu
pertumbuhan buku-buku bertemakan Islam, terdapat pula kebutuhan yang
dirasakan oleh masyarakat kelas menengah akan makanan rohani. Dari sisi
ekonomi, bisa jadi kalangan ini sudah mampu mencapai kemakmuran. Namun,
kebahagiaan tampaknya belum melekat sepenuhnya. Kalangan demikian
tampaknya mengalami gejala kekosongan spiritual, seperti yang dialami
masyarakat negara maju. Ini menjadi salah satu penyebab konsumen terbesar
buku-buku Islam berasal dari kalangan menengah yang mengalami kegairahan
baru terhadap agama.
Jika dirunut, sejak periode 1980-an peningkatan jumlah penerbitan bukubuku Islam terjadi pada hampir semua disiplin keilmuan, seperti Al Quran dan
Hadis, syariah dan fikih, ibadah, kalam dan teologi, tasawuf, pendidikan Islam,
sejarah dan biografi, sosial budaya dan pembangunan, politik Islam, ekonomi dan
bisnis, kesehatan, ilmu pengetahuan dan teknologi, kesenian, dan sebagainya.

Namun, melihat kecenderungan buku-buku Islam terlaris, setidaknya dalam dua
bidang, yaitu fikih dan tasawuf. (Kompas, 15 November 2003). Menjawab
kenyataan ini, Azyumardi mengatakan, banyak kalangan yang memerlukan
“kepastian”, terutama dalam dua hal, yaitu: pertama dalam bidang hukum (syariah
atau fikih); kedua, dalam bidang batin atau eksoterisme Islam. Fikih dapat
memberikan ketenangan kepada Muslim bahwa ia hidup sesuai dengan hukum
Allah dan tasawuf memberikan kedamaian dan kesejukan batin. Terlebih, situasi
ekonomi sosial dan politik di era reformasi semakin tidak menentu, yang
menimbulkan kegelisahan dan ketidakpastian hingga orang mencari kepastian

5

lewat agama. Tidak mengherankan jika kemudian buku-buku tasawuf dan fikih
sangat digemari masyarakat.
Dalam buku berjudul Khasanah Islam Indonesia yang ditulis oleh Abdullah
Fadjar, dkk menyebutkan bahwa sekuarang-kurangnya dari sekitar 1000 judul
buku yang meliputi aneka ragam tema kehidupan, peneliti membuat sejumlah
penggolongan besar untuk keperluan penyusunan monografi . Penggolongan ini
dalam berbagai hal berbeda dari yang dilakukan para penerbit yang dikunjungi.
Adapun penggolongan tersebut adalah 8:

1. Buku Doktrin Islam dan pengamalannya, dalam mencari buku-buku ini
sangatlah mudah, baik ditoko buku besar maupun kecil, gaya penyajian
dalam buku ini pun sangat beragam.
2. Buku Islam Kajian Ilmu Sosial – Humaniora, dalam perpustakaan kita
sering membaca buku-buku yang ditulis oleh Prof. Dr. A. Mukti Ali,
beliau mengutarakan bahwa perlunya ilmu-ilmu social juga melakukan
kegiatan-kegiatan riset masalah keagamaan.
3. Buku Islam Kajian Sains, contoh. Buku berjudul Keruntuhan Teori
Evolusi karya Harun Yahya yang meruntuhkan teori Darwin adalah salah
satu contoh buku tentang Islam Kajian Sains.
4. Buku Pemikiran Islam, buku-buku tentang pemikiran Islam karya H. Agus
Salim, STA, sampai dengan A. Syafii Maarif mewarnai daripada khasanah
buku-buku tetang Pemikiran Islam Ini.
5. Buku Islam Sufistik atau Esoterik, contoh dari buku ini adalah buku
berjudul Dunia Rumi : Hidup dan Karya Penyair Besar Sufi (2002) yang
diterbitkan oleh Pustaka Sufi.
6. Buku Islam Kajian Wanita dan Gender, buku-buku Islam Agama Ramah
Perempuan – Lkis, Argumen Kesetaraan Gender : Perspektif Al-Quran –
Paramadina, dll adalah contoh buku-buku tentang hal ini.


8

Abdullah Fadjar, Khasanah Islam…

6

7. Buku Riwayat Islam (tentang kisah, tokoh, dan biografi), sangat banyak
buku-buku riwayat Islam mengenai tokoh-tokoh dan biografi, mengingat
banyak orang yang bisa dijadikan teladan.
8. Buku Islam untuk Anak dan Remaja, buku-buku berjudul 10 Kiat
mempersiapkan Anak Prasekolah Berpuasa – Ery Soekresno, Oni dan
Semut Hitam – Sigit Widiantoro, dll merupakan contoh-contoh buku untuk
segmentasi anak dan remaja.
9. Buku Fiksi Islam, beberapa buku fiksi terkenal Layar terkembang karya
STA, Siti Nurbaya karya Marah Rusli, Salah Asuhan karya Abdoel Moeis,
dll
Azyumardi Azra menilai, kian meningkatnya penerbitan peredaran bukubuku Islam dalam dasawarsa-dasawarsa terakhir, tidak hanya ditandai dengan
keragaman disiplin keilmuan keislaman, tapi juga oleh keragaman wacana yang
berkembang. Antusiasme pembaca dan penerbit kepada buku-buku Islam pada
satu pihak, dan kenyataan sulitnya mendapatkan naskah-naskah asli karangan

"ulama", pemikiran dan cendekiawan, mendorong penerbit untuk melirik bukubuku terjemahan dari asing, terutama berbahasa Arab dan Inggris yang diterbitkan
di berbagai tempat di luar Indonesia9.
Penerbitan buku-buku Islam dari masa ke masa terus memiliki
perkembangan baik dari segi content maupun cirri khas dari penerbit-penerbit itu
sendiri, disini penulis membaginya kedalam beberapa kelompok yang didasarkan
pada arah pemikiran-pemikiran pada dunia Islam baik dilatarbelakangi oleh
politik, budaya maupun ekonomi.
1.1 Penerbitan Buku Islam Indonesia 1950-1969
Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk muslim
terbesar di dunia. Maka wajar saja apabila kegiatan perbukuan di Indonesia
banyak diwarnai oleh penerbitan bernuansa ke-Islaman. Di Indonesia penerbitan
9

http://www.library.ohiou.edu/indopubs/1995/10/25/0005.html

7

buku-buku Islam sebenarnya telah tumbuh dan berkembang sejak lama. Pada
tahun 1949 misalnya telah lahir Penerbit Al-Ma’arif dengan terbitan utama AlQur’an. Kemudian pada tahun 1951 Abdul Manaf Zamzami yang lebih dikenal
sebagai Amelz mendirikan penerbit Bulan Bintang, dengan buku pertama berjudul

Islam dan Sosialisme karya HOS. Cokroaminoto. Selanjutnya Bulan Bintang
banyak menerbitkan buku-buku terjemahan dan karya-karya tokoh Islam nasional
seperti Hasbi As-Shiddieqy, A. Hasjmy, Hamka, Syafruddin Prawiranegara, dll.
Dalam perjalanannya, Bulan Bintang menjadi penerbit Islam paling penting pada
periode 1960-an hingga 1970-an.10
1.2 Penerbitan Buku Islam Indonesia 1970-1989
Pada akhir tahun 70-an dan awal tahun 80-an kita dapat menyaksikan
suatu gelombang baru pergerakan dinamis pemuda Islam di Indonesia.11 Hal ini
dapat terlihat pada kalangan mahasiswa muslim Indonesia terutama di Jakarta.
Masjid-masjid di dalam maupun di sekitar kampus semarak oleh kegiatan
keislaman seperti Masjid Salman (ITB), Arief Rahman Hakim (UI), Al-Ghifari
(IPB), dan Jama’ah Shalahudin (UGM). Aktivitas keislaman yang mereka lakukan
tidak hanya sebatas ritual seperti sholat dan membaca Al-Qur’an. Lebih dari itu
mereka juga mengembangkan aktivitas sosial dan dan intelektual, mahasiswamahasiswa muslim ini banyak mempelajari Islam dengan cara berbeda dengan
para pendahulunya. Mereka banyak mengkaji berbagai jenis buku pemikiran
Islam dari negara-negara Islam lain seperti Mesir, Iran, Arab Saudi, dan negara
lainnya. Pada era ini, H.A. Malik Fadjar mengatakan bahwa kampus dan
kelompok terpelajar Muslim sudah banyak berkenalan dengan pemiliran
Maududi, Maryam Jameelah, Hasan Al Banna, Shariati, dan lain-lain.12
Kegiatan-kegiatan mengakses ilmu dari pemikir-pemikir Islam tersebut
sangatlah sulit dilakukan bila tidak ada usaha penerjemahan terhadap karya-karya
10

Ceria Isra Ningtyas, Perkembangan Buku,… hlm.28
Widjanarko, Putut dan Karlina Leksono. Elegi Gutenberg: memposisikan buku di era
cyberspace. (Bandung: Mizan, 2000) hlm. 23
12
Fadjar, H. A. Malik. Buku Agama dan Pengaruh Sosialnya. (Jakarta: Yayasan Buku Utama,
1990) hlm
11

8

mereka. Maka pada saat inilah muncul beberapa penerbit buku Islam. Penerbitpenerbit ini menawarkan karya-karya terjemahan buku-buku pemikiran Islam dari
berbagai tokoh di dunia Islam. Karena para pemikir tersebut memiliki metodologi
serta visi keilmuan yang beranekaragam, maka muncullah dinamika intelektual
yang positif di kalangan pemuda Islam Indonesia. Selanjutnya, hadirnya penerbitpenerbit buku Islam ini berperan sebagai stimulus pergerakan pemuda Islam
Indonesia. Serta buku-buku Islam yang telah diterbitkan menjadi bahan rujukan
kaum intelektual muda Islam saat itu hingga kini.
Azyumardi Azra memaparkan gejala yang tampak jelas terjadinya
pertumbuhan literatur Islam justru di awal 1980-an. Rektor Universitas Islam
Negeri Jakarta ini memaparkan bahwa perkembangan yang terjadi tidak lepas dari
pengaruh revolusi Iran tahun 1979 yang menimbulkan perhatian dan minat
masyarakat terhadap Syiah dan cendekiawan Syiah, seperti Ali Syariati dan Syekh
Syaid Nasir. Dari minat kepada kedua cendekia tersebut selanjutnya merambah
kepada para pemikir Islam yang lainnya. Sementara kegairahan tengah
berlangsung, di saat yang bersamaan kegairahan terhadap suasana keislaman
puntengah tumbuh subur di negeri ini. Suasana inilah yang mendorong lahirnya
penerbit-penerbit buku Islam. Di antara sekian banyak penerbit Islam yang ada di
Indonesia, empat di antaranya lahir dari nuansa keislaman di kampus-kampus
yaitu Pustaka Salman (1980), Shalahudin Press (1983), Mizan (1983), dan Gema
Insani Press (1986).
Dari keempat penerbit tersebut yang yang kemudian berkembang menjadi
besar hingga sekarang adalah Mizan dan Gema Insani Press. Bahkan kedua
penerbit ini hingga kini merupakan dua penerbit Islam terbesar di Indonesia.
Sementara Shalahuddin Press yang diprakarsai oleh para mahasiswa UGM yang
sangat aktif dan dinamis, telah berhenti menerbitkan buku pada tahun 1988-1989
diperkirakan akibat masalah manajerial.13 Selain itu, Pustaka Salman yang telah
menerjemahkan berbagai karya penting Fazlur Rahman (tokoh neomodernis Islam
asal Pakistan), dan karya Edward Said seperti ”Orientalisme”.
13

Putut, Widjanarko, dan Karlina Leksono. Elegi Gutenberg…hlm. 23

9

Buku-buku seperti pemikiran dan politik Islam, ekonomi Islam, seni dan
budaya Islam, filsafat Islam, dan sebagainya sudah banyak terbit dan beredar di
masyarakat. Mizan adalah satu contoh dari penerbit yang memiliki ciri khas
dalampenerbitan mengenai pemikiran-pemikiran dalam Islam tersebut. Di
samping itu, juga terjadi kemajuan dalam hal penyajian informasinya maupun
artistiknya.
1.3 Penerbitan Buku Islam Indonesia 1990-2000
Tradisi keilmuan Islam ini terus bergulir seiring dengan perjalanan waktu.
Penerbitan buku Islam terus mengalami peningkatan pada tahun 1990-an. Bahkan
makin marak pada awal tahun 2000. Penerbitan buku Islam di Indonesia telah
berkembang baik dari sisi kuantitas dan kualitas isi dari pengetahuan sesuai
konteks tersebut sejak tahun 1998. Buku terjemahan dalam konteks Islam seperti
Marx tentang agama, karya Karen Amstrong mengenai Allah SWT dan RasulNya, Muhammad SAW, buku-buku tentang sufisme dan lainnya melaju sesuai
dengan publikasi dari pengembangan originalitas buku-buku Islam.
Keadaan ini amat berbeda dibandingkan pada jaman Orde Baru, ketika
para pemikir dan aktivis Islam terpaksa diam-diam menerbitkan buku mereka.
Dalam ulasan tentang perbukuan Islam di Indonesia, Peeters (1998) menyatakan,
yang dikutip Pendit (2007), bahwa sejak 1980-an sebenarnya sudah ada upaya
dari para intelektual yang baru pulang dari belajar di Timur Tengah untuk
menerjemahkan karya-karya penulis Islam bagi kepentingan dakwah. Penerbit
Ishlahy yang didirikan oleh Abdi Sumaithi (kini dikenal dengan sebutan Abu
Ridho), seorang aktivis dakwah Islam, menerbitkan karya-karya Hasan Al Banna,
Musthafa Masyhur, dan Sa’id Hawwa. Karya Sayyid Quthb, Ma’alim fit Thariq
diterjemahkan sebagai Petunjuk Jalan oleh Rahman Zainuddin dan diterbitkan
oleh Media Dakwah. Banyak dari buku ini kemudian masuk ke kampus dan
menjadi buku bacaan inti dari para pendakwah yang berbasis di kampus.14

14

Pendit, Putu Laxman. 2007. Mata membaca kata bersama: kumpulan esai tentang buku,
membaca dan keberaksaraan. Jakarta: Cita Karyakarsa Mandiri.

10

Ketika pemerintahan Orde Baru menganggap gerakan-gerakan dakwah ini
mengganggu ketertiban, penerbitan buku-buku Islam sempat terganggu dan oplah
mereka pun terbatasi. Ketika Orde Baru tumbang, penerbit-penerbit buku Islam
bermunculan kembali. Salah satu yang sukses dan bertahan sejak dulu adalah
Penerbit Mizan dari Bandung.
Analisa mengenai perbukuan Islam Indonesia yang terkait dengan kondisi
politik, sosial budaya dan ekonomi dengan dapat dilihat dari hal-hal di bawah ini:
Pertama, Era Reformasi juga menyentuh bidang informasi yang terlihat pada
konteks kekuasaan penyelenggara negara. Pemerintahan pasca reformasi di
Indonesia didominasi oleh para alim ulama (Kyai/Mullah), cendikiawan Muslim
dan kelompok penganut demokrasi. Tampuk kekuasaan demikian mengubah
pendekatan pemerintah dalam mendidik masyarakatnya. Dengan demikian,
tingkat pendidikan semakin maju dan masyarakat semakin sadar kebutuhannya
akan ilmu di era informasi kini. Tak hanya itu, situasi ini dapat ditunjukkan
dengan adanya kebebasan dalam pengembangan serta akses ke sumber
pengetahuan Islam. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya terbitan yang terkait
dengan ataupun mengenai Islam telah diterbitkan sejak Era Reformasi dan pada
saat itulah menjadi masa berkembangnya penerbitan buku Islam.
Kedua, masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam semakin
meningkat dalam hal kesadaran beragama. Masyarakat Muslim Indonesia mulai
menunjukkan minat mereka untuk membaca buku-buku agama. Hal ini
dikarenakan orang Indonesia ingin menemukan akar budayanya, yaitu Islam.
Sejak dulu mereka beragama Islam tetapi belum sempat mendalaminya. 15 Bukan
saja buku-buku agama yang memuat petunjuk dan ajaran agama, tetapi segala
macam buku yang berkaitan dengan Islam pun mulai mendapat tempat di pasaran.
Kebebasan dalam menerbitkan buku dengan segala jenis isi ini ikut
dipromosikan pula oleh majalah-majalah khusus Islam yang dapat mengalahkan
kepopuleran majalah umum. Contohnya adalah majalah Sabili sebuah majalah
yang diterbitkan pada tahun 1989 tetapi diberangus di masa Orde Baru, namun
15

Ceria Isra Ningtyas, Perkembangan Buku… hlm.3

11

pada tahun 1999-2000 bisa mencapai oplah 120.000 menyaingi majalah Tempo
atau majalah populer Gadis.16
Ketiga, penerjemahan buku-buku Islam menjadi kegiatan yang semarak
dan digemari hasilnya oleh pembaca. Buku-buku Islam terjemahan menjadi
populer dikarenakan pada masa Orde Baru masyarakat tidak dapat leluasa
menuruti selera intelektualnya. Atas dasar itu, banyak penerbit memanfaatkan
kesempatan ini menerbitkan buku-buku terjemahan. Hal ini dimaksudkan tidak
hanya sebagai lahan bisnis yang menguntungkan, buku juga dianggap sebagai
jembatan untuk mengetahui informasi atau perkembangan Islam di negara-negara
lain. Buku-buku terjemahan yang dipasarkan di Indonesia sebagian besar berasal
dari negeri-negeri Arab juga dari akademisi atau orientalis Barat. Tak hanya itu,
ternyata buku-buku terjemahan juga menyemai lahirnya buku-buku Islam yang
ditulis asli dalam bahasa Indonesia oleh para akademisi dan penulis di Indonesia.
Kemudian pada akhirnya buku Islam menjadi media atas kebebasan belajar ilmuilmu Islam baik dalam format buku tercetak maupun format elektronik yang
dikenal dengan sebutan electronic book atau e-book.17

1.4 Penerbitan Buku di Indonesia Sekarang
Sudah Beberapa Tahun Sebelumnya Industri penerbitan Indonesia masih
sulit berkembang karena menghadapi masalah klasik, terutama pembajakan dan
perkembangan tren buku elektronik (e-book). Ketua Umum Ikatan Penerbit
Indonesia (IKAPI) Lucya Andam Dewi mengemukakan industri penerbitan di
Indonesia jalan di tempat dalam beberapa tahun terakhir karena banyak masalah
klasik belum terpecahkan.
Pada saat ini, ketika terbitnya buku baru yang keluar, tindakan para
pembajakannya sudah marak beredar. Disisi lain hal ini sangat merugikan penerbit
16

Damanik, Ali Said.Fenomena Partai Keadilan: Transformasi 20 Tahun Gerakan Tarbiyah di
Indonesia. Jakarta: Teraju, 2002)
17
http://arizona.openrepository.com/,
arizona/bitstream/10150/106413/1/95.PosterIke_Iswary_Lawanda_pp651-654_.pd

12

dan penulis. Selain itu, kemajuan teknologi juga mulai menggeser cara membaca
sebagian masyarakat perkotaan dengan mengakses buku elektronik di Internet.
Tren buku elektronik ini telah menekan penjualan di toko buku.
Kondisi industri penerbitan cukup menghawatirkan karena masih dianggap
sebagai perusahaan komersial yang penuh dengan pungutan pajak. Padahal,
industri ini juga mengandung unsur edukatif dan berperan mencerdaskan bangsa.
Beragam masalah ini berimbas pada menurunnya minat penulis karena mereka
sering menerima royalti yang minim. Akibatnya jumlah buku berkualitas yang
dicetak di Indonesia semakin minim.18
2. Ideologi di Balik Nama Penerbit
Rumah-rumah penerbitan buku-buku Islam besar dan modern pertama kali
mulai muncul pada pertengahan tahun 1980an dan tidak terlalu bertema ideologi.
Nama

rumah

penerbitan

yang

terbesar,

Mizan

(artinya

“seimbang”)

mencerminkan komitmennya untuk memberikan pilihan buku-buku yang sangat
luas, dari topik keagamaan hingga topik yang lain bagi para intelektual Muslim.
Gema Insani Press, yang didirikan tahun 1986, masuk ke pangsa pasar buku-buku
yang menyebarkan tentang solidaritas Islam internasional. Keberhasilan penjualan
buku yang mereka terbitkan pertama kali, sebuah terjemahan tulisan dari Abdullah
Azzam berjudul “War in Afghanistan (Perang di Afghanistan)”, bahkan
mengejutkan penerbitnya. Saat ini Gema Insani mengklaim telah menerbitkan
lebih dari 1,000 judul buku, dan daftar judul buku yang mereka miliki
mencerminkan sebuah keberagaman yang meliputi berbagai ideologi.
Namun kemudian penyebaran buku-buku dan tulisan segera dilihat
menjadi sebuah metode dakwah yang penting, terutama bagi kelompok-kelompok
konservatif, dan berbagai kelompok atau aliran Islam mulai mengeluarkan bukubuku mereka, majalah, kaset dan belakangan VCD, seringkali lewat toko-toko
buku,

distributor

dan

situs

mereka

sendiri.

Era

Intermedia

(www.eraintermedia.com) sangat dikaitkan dengan Ikhwan ul-Muslimin dan
18

Dalam http://www.bisnis.com/articles/industri-penerbitan-hadapi-masalahklasik-1

13

sejawatnya di Indonesia, Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Sebuah katalog
penerbit salafi memiliki lebih dari 100 judul buku. Hizb ut-Tahrir, gerakan
internasional yang bekerja untuk menegakkan khilafah, memiliki beberapa anak
penerbitan dan juga tabloid Suara Islam dan majalah bulanan, al-Wa’ie. Majelis
Mujahidin Indonesia, organisasi terbuka yang dipimpin Abu Bakar Ba’asyir, yang
memperjuangkan penegakan hukum Islam, juga memiliki majalah sendiri, Risalah
Mujahidin, dan sebuah rumah penerbitan, Wihdah Press.
Sementara itu, Crisis Group Asia Report N°147, 28 Pebruari 2008 melakukan
penelitian mengenai penerbit buku-buku Jemaah Islamiyah dan mencatat bahwa
sebagian besar penerbit buku-buku Jemaah Islamiyah berada di solo dan Klaten 19.
Penerbit-penerbit itu didirikan oleh sebagian besar mantan santri di pondok
pesantren Ngruki pimpinan Abu Bakar Ba’asyir. Penerbit-penerbit itu antara lain:
a

Al-alaq memiliki anak penerbit bernama Wa- islama

b

Al-Qowam memiliki anak penerbit Wacana Ilmiah Press dan Mumtazam,
memiliki majalah Ar-Risalah

c

Kelompok Al-Aqwam memiliki dua perusahaan yakni Aqwam dan Jazera
yang kemudian resmi menjadi PT Aqwam Media Profetika, kemudian
penerbitan majalah bulanan JI dan An-Najah.

d

Kafayeh Cipta Medika (KCM)

e

Ar-Rahmah Media. Arafah Group memiliki anak penerbitpustaka arafah,
media islamika, granada mediatama,Samudra,

Keberhasilan kelompok Solo selama lima tahun belakangan telah mendorong
lahirnya sejumlah perusahaan penerbitan dan anak penerbitan baru, sebagian besar
berhubungan dengan rumah-rumah penerbitan yang sudah berjalan. Tahun 2007
diantaranya adalah Pustaka Al-Amin, dengan anak penerbitan, Az-Zahra, yang
tampaknya dijalankan oleh Ahmad Fakhrurozi, yang juga bekerja sebagai
penterjemah buat KCM. Rumah penerbitan ini memasang iklan di ar-Risalah dan
menggunakan desainer yang sama dengan penerbit lain, Gobaqsodor. Editor lay19

Crisis Group, Indonesia: Industri Penerbitan Jemaah Islamiyah, Asia Report
N°147 – 28 Pebruari 2008.

14

out nya, Paman Lee alias Bayan, adalah salah seorang alumni Afghan JI. Lokasi
rumah penerbitannya adalah di Boyolali, bagian Barat Solo.
Yang lain termasuk Abyan, Pustaka Iltizam, Ziyad Visi Media dan adDakwah, semuanya di Surakarta, Solo, tapi dengan alamat yang berbeda, dan
WAFA press di Klaten. Paling sedikit dua pendatang baru tampaknya adalah anak
penerbitan dari percetakan besar, antara lain, Insan Kamil kelihatannya
merupakan anak penerbitan yang baru dari Aqwam Group yang menangani bukubuku tentang gaya hidup, dan Roemah Buku memakai pengarang, desainer dan
topik yang sama dengan Granada Mediatama dari Arafah Group tapi mengklaim
memiliki hubungan dengan distributor besar di Jakarta.
Berikut adalah beberapa daftar penerbit yang diindikasikan memiliki ideologi
Wahabi dan Syiah.
Syiah

Wahabi

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

1. Ash-ShafMedia
Cahaya
Tauhid
Press
Darul Haq
2. Darul Falah
3. Darul Atsar
4. Darul Hadist
5. Darus Sunnah
6. Darul Qolam
7. Darus Salaf
8. Darul Ilmi
9. Daar An-Naba
10. Griya Ilmu
11. Hikmah Ahlus Sunnah
12. Irsyad Baitus Salam
13. Maktabah Salafy Press
14. Media Tarbiyah
15. Mubarak
Nikah Media Samara
16. Pustaka Elba
17. Rumah Dzikir
18. Pustaka Imam Abu Hanifah
19. Pustaka Ibnu Katsir
20. Pustaka Imam Asy-Syafii
Pustaka Imam Muslim
21. Pustaka As Sunnah
22. Pustaka At Tibyan
23. Pustaka At Tazkia

14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.

Lentera
Pustaka Hidayah,
YAPI JAKARTA
MIZAN
YAPI Bangil
Al-Hadi
Pustaka Firdaus
Risalah Masa
Qonaah
Bina Tauhid
Mahdi
Ihsan
Al-Kautsar (MALANG), Bukan
Pustaka Al-Kautsar Jakarta
Al-Baqir
Al-Bayan
As-Sajjad
Basrie Press
Pintu Ilmu
Ulsa Press
Gua Hira
Efar Oafset
Shalahuddin Press
Ats-Tsaqalain
Pustaka
Darut Taqrib
Al-Muntazhar

15

27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.

Gramedia
Toha Putra
Gerbang Ilmu
Al-Jawad
Jami’ah al-Ta’limat al-Islamiyah
Mulla Shadra
Duta Ilmu
Majlis Ta’lim Amben
Grafkatama Jaya
Islamic Center Al-Huda
Yayasan Safnatun Najah
Yayasan Al-Salafyyah

http://www.syiahindonesia.com

24. Pustaka
25. Pustaka
26. Pustaka
27. Pustaka
28. Pustaka
29. Pustaka
30. Pustaka
31. Pustaka
32. Pustaka
33. Pustaka
34. Pustaka
35. Pustaka
36. Pustaka
37. Pustaka
38. Pustaka
39. Pustaka
40. Pustaka

Imam Bukhari
Al Sofwa
Abdullah
Adz Dzahabi
Al Qowam
Al Ghuraba
Tazkia
Sahifa
At Tauhid
Sumayyah
Al-Haura
Al Inabah
An Najiyah
Ar Rayyan
At Taqwa
Salafyah
Sunnah

http://www.kompasiana.com/

3. Pemetaan Kota Pusat Penebit
Penerbitan buku-buku Islam menjadi industri yang sedang booming di
seluruh Indonesia saat ini, dan jumlah penerbit-penerbit baru terus bertambah.
Acara tahunan Pameran Buku Islam (Islamic Book Fair) di Jakarta pada tahun
2004 diikuti oleh 73 peserta pameran, dan tahun 2007 sebanyak 167 peserta;
sementara itu pameran buku 2008 dari tanggal 1-9 maret 2008, kemungkinan
diikuti lebih banyak peserta.4 Pameran-pameran serupa diselenggarakan di
Padang, Palembang, Lampung, Banten, Jakarta, Bandung, Jogjakarta, Solo,
Semarang, dan Surabaya. Sebuah survey tahun 2005 yang dilakukan oleh IKAPI
(Ikatan Penerbit Indonesia), menemukan bahwa hampir sepertiga dari 10,000
buku yang diterbitkan tiap tahun oleh anggotanya adalah buku-buku mengenai
Islam. Buku-buku Islami adalah buku-buku yang paling mungkin menjadi bestseller. Rata-rata sekali cetak untuk buku-buku non-Islam adalah 2,000 eksemplar;
sebuah buku dinyatakan menjadi best-seller kalau penjualannya mencapai 5,000
eksemplar. Banyak buku-buku Islami yang mulai dengan 3,000 sampai 5,000 dan
bahkan sampai 10,000 eksemplar sekali cetak20.

20

Crisis Group Asia Report, Industri… hlm, 2

16

Data IKAPI terbaru tahun 2011 menunjukkan bahwa 70 persen distribusi
buku fiksi maupun nonfiksi terserap di pulau Jawa dan Bali. Di samping karena
sebagian besar penerbit berproduksi di pulau Jawa, hal ini juga disebabkan
tingginya biaya pengiriman buku ke luar Jawa21, inilah salah satu faktor yang
mempengaruhi banyaknya perusahaan penerbitan buku yang didirikan di pulau
Jawa. Selain faktor itu, banyaknya pusat-pusat pendidikan Perguruan Tinggi yang
ada di Pulau Jawa dimana para mahasiswanya tentu memiliki kegiatan-kegiatan
kajian yang dilakukan dengan membentuk kelompok-kelompok diskusi islam.
Seperti yang terjadi di ITB yang menjadi dasar munculnya pustaka Salman,
kemudian dari UGM, dan lain sebagainya. Adanya pusat pendidikan tinggi juga
memnyebabkan buku-buku Islam banyak dikonsumsi oleh mahasiswa mauoun
aktivis sebagai referensi kuliah maupun sebagai referensi untuk diskusi.
Bukan hanya pendidikan Perguruan Tinggi yang menyebabkan maraknya
pendirian penerbit buku islam, akan tetapi juga adanya Pondok Pesantren.Sebagai
contok Pondok Pesantren Ngruki pimpinan Abu Bakar Ba’asyir dimana alumnialumni pondok tersebut mendirikan penerbit-penerbit yang berkembang sangat
pesat di sekitaran pondok sebagai sarana dakwah kelompok Jamaah Islamiyah
(JI).
Tiga faktor tersebut merupakan penyebab tidak meratanya penerbit-penerbit
buku Islam di Indonesia. Padahal banyak penulis-penulis atau pengarang dan
pujangga dahulu yang asalnya dari Luar Jawa seperti Azzyumardi Azra, Buya
Hamka, penulis fiksi dan roman seperti Abdoel Moeis dan lain sebagainya.
Namun hal tersebut tidak berbanding lurus dengan jumlah penerbit yang aa di
wilayahnya, karena faktor konsumen yang juga berbeda.
4. Kecenderungan tema buku-buku Islam yang menjadi Best-Seller
Buku-buku Islami adalah buku-buku yang paling mungkin menjadi bestseller. Rata-rata sekali cetak untuk buku-buku non-Islam adalah 2,000 eksemplar;
sebuah buku dinyatakan menjadi best-seller kalau penjualannya mencapai 5,000

21

Indonesiabuku.com

17

eksemplar. Banyak buku-buku Islami yang mulai dengan 3,000 sampai 5,000 dan
bahkan sampai 10,000 eksemplar sekali cetak.
Tema-tema buku Islami yang selama ini menjadi best-seller adalah22:
a

Islam Politik
Islam politik, beberapa pengamat menggunakan istilah Islamis, untuk
menyebut gagasan bahwa Islam tidak membedakan antara ranah privat
dan

publik;

memandang bahwa

hubungan

antara

agama

dan

keseluruhan aspek kehidupan Muslim, termasuk kehidupan sosial
politik, adalah suatu keniscayaan. Maka, dukungan terhadap khilafah
Islam dan penerapan syariat Islam dalam lingkup negara merupakan
isu utama dalam Islam politik ini. Beberapa buku yang berkaitan dengan
gagasan Islam politik ini adalah Khilafah dan Pemerintahan dalam Islam,
Islam dan Khilafah, Khilafah dan Kerajaan: Evaluasi Kritis atas
Kerajaan Pemerintahan Islam, Hukum dan Konstitusi: Sistem Politik
Islam, Sistem Pemerintahan Islam: Doktrin, Sejarah dan Realitas
Empirik, dan Teori Politik Islam.
Adapun beberapa penulis utama dalam kategori Islam politik
ini adalah Abul A’la al-Maududi yang dalam karir hidupnya berhasil
menulis setidaknya sekitar 120 buku dan pamflet. Selain itu, ada juga
Taqiyuddin an-Nabhani. Beberapa karyanya yang mencoba mengusung
wacana Islam politik ini diantaranya adalah Nizham al-Islam, sebuah
buku yang pada gilirannya menjadi bacaan wajib anggota Hizbut
Tahrir Indonesia (HTI). Buku-buku lain yang ia tulis diantaranya adalah
Nizham al-Islam, At-Takattul

al-Hizby,

Mafahim

Hizb

at-Tahrir,

Nizham al-Hukmi fi al-Islam, Ad-Dawlah al-Islamiyah, Al-Khilafah.
Di dalam katalog GIP juga terdapat beberapa judul buku
yang berkaitan Islam politik. Beberapa di antaranya adalah Khilafah:
Tinjauan Wahyu dan Akal, Syura Bukan Demokrasi,
22

Imamah

dan

Pemetaan Buku-Buku Keagamaan di Perguruan Tinggi Umum. Kerjasama
Puslitbang Lektur Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Depag dengan Pusat
Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta. Hlm.4

18

Khilafah

dalam

Tinjauan

Syar’i,

Hukum

Tata

Negara

dan

Kepemimpinan dalam Takaran Islam, dan Teori politik Islam.
b Purifikasi Islam
Selain buku-buku yang bertendensi memberikan gambaran
utuh tentang Islam dengan merujuk ke generasi awal (salafi), dalam
kategori ini adalah buku-buku yang berkecenderungan meluruskan dan
menyerang pemikiran, paham, dan ajaran yang dianggap sesat dan
menyimpang. Dalam kaitan

ini adalah gagasan Islam

liberal, ajarah

Syiah, dan berbagai pemikiran yang mencoba mengadopsi pemikiranpemikiran modern dalam memahami ajaran Islam.
Di antara penulis-penulis yang terpenting adalah Sayyid Qutb,
Said Hawa, Yusuf al-Qardhawi. Kesemuanya dari Timur Tengah.
Sementara dari penulis lokal terdapat nama-nama seperti Hartono
Ahmad Jaiz, Adian Husaini, Ahmad Sumargono, dan Ismail Yusanto.
Beberapa penulis Timur Tengah yang banyak menulis tema-tema
purifikasi Islam adalah Sayyid Qutb. Selian menulis tafsir Fi Zilalil
Quran, ia juga dikenal dengan bukunya yang sangat cukup fenomenal
Petunjuk

Jalan.

Dalam

sejarahnya,

buku

inilah yang

menjadi

pegangan wajib para aktivis gerakan Islam pada era 1980-an. Buku
penting lainnya yang ia tulis dan telah diterbitkandi Indonesia adalah
Karakteristik Konsepsi Islam.
Penulis lain yang kerap menjadi juru bicara Islam puritan adalah
Adian Husaini yang hingga kini setidaknya telah menulis sekitar 25
judul buku. Di antara buku-buku tersebut yang terkait dengan
purifikasi

Islam

adalah Islam

Liberal:

Penyimpangan, dan Jawabannya, Wajah

Sejarah,

Konsepsi,

Peradaban Barat: Dari

Hegemoni Kristen ke Dominasi Sekular-Liberal, Pluralisme Agama:
Fatwa MUI yang Tegas dan Tidak Kontroversial, dan Pluralisme
Agama: Parasit Bagi Agama-agama.
c

Domestic Affairs: Isu-isu Perempuan, Pernikahan, dan Rumah
Tangga

19

Tema penting lainnya yang terkait dengan penerbit buku-buku
Islam puritan ini adalah berkenaan dengan isu-isu perempuan, pernikahan,
dan rumah tangga (domestik). Di antara isu utama yang paling sering
dikemukakan adalah dukungan terhadap poligami dan pernikahan dini,
serta cara pandang pada wanita atau istri yang bias jender dan dalam
perspektif patriarkal.
Penafsiran yang literal dan ortodoks, sebagaimana yang kerap
menjadi rujukan kelompok puritan, membolehkan poligami. Bukubuku yang terkait dengan isu ini, misalnya Poligami dari Berbagai
Persepsi, Wanita antara Jodoh, Poligami, dan Perslingkuhan, Poligami:
Solusi atau Masalah?, Terkadang Satu Istri Tidak Cukup, dan Indahnya
Poligami: Pengalaman Keluarga Sakinah Puspo Wardoyo.
Selain

itu,

terdapat

juga

tema-tema

tentang

pernikahan,

termasuk kampanye pernikahan dini. Beberapa di antaranya adalah
Tuntunan
Pernikahan

Pernikahan
Sukses,

dan
Cara

Perkawinan, Di
Mudah

Cepat

Ambang
Nikah,

dan

Pernikahan,
Indahnya

Pernikahan Dini.
Yang terakhir adalah berkenaan dengan isu yang bias jender,
atau melihat perempuan atau istri dalam cara pandang patriarkal yang
harus mengabdi dan menuruti suami. Buku-buku dalam tema ini adalah
Kesalahan-Kesalahan Istri: Sikap Yang Diambil Apabila Istri Bersalah,
Menjadi Istri Penuh Pesona, Yang Harus Diketahui Istri, Bila Engkau
Menjadi Istriku Nanti, Emansipasi, Adakah Dalam Islam?,Wanita
Karier Dalam Perbincangan, 30 Larangan Agama Bagi Wanita, dan
100 Dosa Yang Diremehkan Wanita,
Salah satu penulis Timur Tengah yang memiliki perhatian
terhadap

isu-isu perempuan

adalah

Muhammad

Mutawalli

asy-

Sya’rawi. Karya-karyanya mencapai puluhan. Sebagian besar tentang
Islam,

Alquran,

tafsir,

dan

sejarah

Nabi.

Namun,Sya’rawi juga

menaruh perhatian pada masalah-masalah perempuan. Ini bisa dilihat dari
beberapa karyanya yang telah diterjemahkan oleh penerbit Islam di

20

Indonesia, di antaranya adalah Istri Salehah, Wanita Harapan Tuhan,
Fiqih Wanita.
Selain itu, salah satu penulis lokal yang banyak menulis tentang
pernikahan dan keluarga

adalah

menjadi

melalui

sangat dikenal

Mohammad

Fauzil

buku-bukunya

Adhim

seperti

yang

Kupinang

Engkau dengan Hamdalah dan Kado Pernikahan Untuk Istriku.
Kemudian Habbiburrahman El-Syirazy dengan boomingnya Ayat-Ayat
Cinta, Asma Nadia, dan yang terbaru adalah Hanun Rais. Baik
Habiburrahman, Asma Nadia, dan Hanum Rais menulis dalam bentuk
novel bahkan dijadikan Film.
5. Efek Penerbitan Terhadap Khazanah Keislaman di Indonesia
Semakin maju dan berkembangnya perbukuan dan penerbitan buku Islam
di Indonesia memberikan indikasi bahwa masyarakat islam saat ini semakin
memiliki produktivitas untuk berkarya melalui buku. Buku masih dipercaya
sebagai media dakwah yang paling mumpuni. Walaupun masing-masing penerbit
memiliki keunikan dalam menerbitkan buku dan kecenderungan tema yang dipilih
penerbit sebagai sebuah nilai jual tetapi satu benang merah dari semua penerbit
buku adalah buku dijadikan sebagai media promosi atau dakwah bagi
golongannya.
Semakin beragam tema buku yang diterbitkan, membuat masyarakat akan
memiliki banyak peluang untuk lebih banyak membaca, mempelajari, mengkaji,
bahkan mengkritisi buku-buku tersebut.
6. Strategi Penerbit menghadapi E-Book
Kemajuan

teknologi

saat

ini

sangat

pesat,

kemajuan

teknoogi

mempengaruhi ula gaya hidup masyarakat. Gaya hidup setiap orang saat ini
cenderung menyukai hal-hal yang instan dan mudah. Gadget tidak bisa dilepaskan
dari genggaman, dan semua informasi sebisa mungkin bisa diakses dalam satu
genggaman berupa gadget yang dimiliki.

21

Hadirnya teknologi memungkinkan hal-hal yang tidak mungkin, termasuk
dalam inustri perbukuan. Sebagai tuntutan konsumen saat ini, muncul penerbitpenerbit e-book yang menawarkan kemudahan-kemudahan bagi konsumennya.
Inilah yang menjadi tantangan baru bagi industry perbukuan. Munculnya e-book
otomatis memiliki pengarh untuk pembelian produk-produk buku dari penerbit
konvensional.
Usaha

eBook

telah

mengancam

bisnis

penjualan

buku

cetak,

termasuk berbagai penerbitan, koran, majalah dan buku. Buku elektronik atau
eBook akan menjadi sebuah peluang bisnis baru dalam lingkup kemajuan
industri teknologi komunikasi informasi. eBook akan menjadi bagian penting
dalam pengembangan usaha dot-com di seluruh dunia.
Kehadiran eBook mulai digemari karena konten dan tampilan yang
dimiliki buku digital cukup interaktif. Disisi lain dapat diperoleh dengan
harga yang lebih murah daripada buku cetak, bisa mencapai setengah harga
dari versi cetaknya bahkan ada eBook tertentu yang dapat diperoleh secara
gratis.

eBook juga

praktis

untuk

dibaca

menjadi

pertimbangan

dalam

memilih buku digital sebagai bahan bacaan.
Selain itu ada beberapa keunggulan eBook dari buku cetak yang
karena formatnya dalam bentuk digital. eBook berupa softcopy bukan hard
copy, baik dalam format PDF (Portable Document Format) atau ePub
(electronic publication) sehingga lebih ringkas tidak memerlukan tempat
penyimpanan yang besar, seperti halnya buku, yang memerlukan rak atau
lemari dan

ruangan untuk menyimpannya. eBook hanya memerlukan media

penyimpanan seperti, hard disk dalam PC atau laptop, disket, CD dan
sekarang ada Flash Disk yang bentuknya mungil dan bisa dibawa kemanamana.
eBook anti rusak, selama data tidak terserang virus, dan hal ini bisa
diantisipasi dengan penggunaan komputer yang hati-hati dan pemasangan
software anti virus, maka eBook akan tetap bagus kondisinya meski usianya sudah

22

puluhan tahun dibandingkan dengan buku, yang mudah rusak, sobek, hilang,
tulisannya pudar dan berjamur bila usia buku sudah tahunan.
Digitalisasi dalam dunia penerbitan menjadi sebuah ironi bagi mereka
yang bergelut di dunia penerbitan buku cetak. Padahal, setengah dekade yang lalu,
penerbit buku cetak masih memegang kekuasaan dalam membuat pilihan
bagi pembacanya untuk membeli. Mulai dari promosi di toko buku hingga
membuat ulasan di beberapa media cetak. Yang terjadi saat ini adalah mereka
menghadapi tantangan untuk membangun kembali hubungan dengan pembaca
karena arus digitalisasi.
Berbagai kelebihan yang ditawarkan oleh ebook tentunya merupakan
ancaman bagi industry penerbitan buku cetak. Oleh karenanya, harus memiliki
strategi dalam menghadapi gempuran industry e-book agar tidak kehilangan pasar
dan akhirnya menjadi collaps.
Dalam perencanaan dan perumusan strategi, ada lima pendekatan
Kekuatan Kompetitif (Five Competitive Forces) yang dicetuskan oleh Michael E.
Porter dari Harvard Business School23. Model lima kekuatan kompetitif ini
akan membantu dalam menilai di mana letak kekuatan sebuah industri, dalam
sebuah situasi

bisnis. Model lima

kekuatan

kompetitif

ini merupakan

pendekatan dalam strategi bisnis, yang membantu dalam menilai intensitas
persaingan dan dengan demikian menganalisis daya tarik sebuah struktur
industri. Khususnya, dalam dalam hal ini industri penerbitan. Lima kekuatan itu
adalah:
1. Ancaman dari produk-produk pengganti (substitute products)
2. Ancaman dari pendatang baru (new entrants)
3. Persaingan yang sengit di antara para pelaku bisnis yang sudah ada
(existing players)
4. Kekuatan tawar dari pemasok (bargaining power of suppliers)
23

Indah Pratiwi, Bisnis Penerbitan Buku Pad Era Digital di Indonesia (Studi
Kasus Strategi PenerbitMizan Mengahadapi Era Digitalisasi Penerbitan Buku
Periode 2013- 2014). Tesis. (Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 2014)
hlm.26 diakses melalui http://repository.ugm.ac.id.

23

5. Kekuatan tawar dari konsumen, pelanggan, atau pembeli (bargaining
power of buyers)24
Walaupun

banyak

macam

strategi

yang

tersedia.

Porter

telah

merangkumnya menjadi tiga jenis umum yang memberikan awal yang
bagus untuk pemikiran strategis: diferensiasi, keunggulan biaya secara
keseluruhan, dan fokus.
1. Strategi

Diferensiasi

merupakan

strategi

unit

bisnis

yang

berkonsentrasi untuk mencapai kinerja terbaik dalam memberikan
manfaat bagi pelanggan yang dinilai penting oleh sebagian besar
pasar. Unit bisnis dapat menjadi yang terbaik dalam pelayanan,
kualitas, gaya, teknologi, dan lain-lain, namun tidak mungkin untuk
menjadi yang terbaik dalam segala hal.
2. Strategi Keunggulan biaya secara keseluruhan merupakan strategi
yang membuat unit bisnis bekerja keras mencapai biaya produksi dan
distribusi terendah, sehingga harganya dapat lebih rendah daripada
pesaing dan mendapat pangsa pasar yang besar.
3. Strategi Fokus merupakan strategi unit bisnis yang memfokuskan diri
pada satu atau lebih segmen pasar yang sempit dari pada
mengejar pasar yang lebih besar. Perusahaan memahami kebutuhan
segmen sasaran.
7. Perkembangan Industri Penerbitan Buku Islam dan pengaruhnya
terhadap Perpustakaan
Seperti yang telah dikatakan sebelumnya bahwa penerbitan buku dan
perpustakaan memiliki hubungan timbal balik antara keduanya. Perkembangan
dan kemajuan perbukuan Islam yang tentunya bersumber dari para cendikiawan
muslim merupakan kekayaan intelektual yang perlu dijaga dan agar dapat
dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh
karena itu khazanah intelektual islam perlu dijaga dan dilestarikan agar
transformasi dan transfer ilmu dari masa ke masa tetap terjaga. Hal inilah yang
24

Michael E Porter dalam Indah Prastiwi, Bisnis Penerbitan…. Hlm,26

24

menjadi dasar adanya Perpustakaan sebagai lembaga yang menjadi pusat
informasi terpercaya.
Upaya yang dilakukan oleh Perpustakaan dalam menjaga khasanah
intelektual tersebut salah satunya adalah dengan melakukan pengawasan
bibliografi (Bibliographic Control)25. Secara sederhana, pengawasan bibliografi
mengacu pada usaha-usaha pengembangan dan pemeliharaan suatu sistem
pencatatan bagi semua bentuk bahan baik yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan yang berbentuk cetak, bahan audiovisual maupun bentuk lain yang
menambah khazanah pengetahuan dan infomasi26. Tujuan utama dari pengawasan
bibliografi adalah untuk menciptakan suatu sistem pencatatan bagi semua
penerbitan dan yang penting lagi adalah meyediakan akses bagi masyarakat
terhadap penerbitan tersebut yaitu dengan menyediakan data yang lengkap
mengenai penerbitan tersebut27.
Pada tingkat nasional lembaga yang paling bertanggung jawab dalam
pengawasan biblografi adalah Perpustakaan Nasional. Dalam melaksanakan
tugasnya Perpustakaan Nasional didukung UU Republik Indonesia No.4 tahun
1990 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam. Melalui UndangUndang tersebut penerbit diwajibkan menyerahkan dua kopi dari setiap bahan
(buku) yang diterbitkannya

ke Perpustakaan Nasional sebagai koleksi

Perpustakaan Nasional. Dari hasil serah simpan itulah Perpustakaan Nasional
melakukan pemantauan kemudia mencatat seluruh buku yang terbit di Indonesia
yang kemudian dituangkan dalam Bibliografi Nasional Indonesia (BNI), Katalog
Dalam Terbitan (KDT), dan Daftar Karya Cetak dan Karya Rekam Indonesia.
Dengan melakukan pengawasan tersebut otomatis juga menyinggung
masalah hak cipta. Pada era masuknya pengetahuan timur tengah ke Indonesia
dengan banyaknya buku-buku terjemahan timur tengah tersebut kemungkinan
25

Siti Maryam, Sikap Penerbit Buku Islam di Jakarta Terhadap UU No. 4 Tahun
1990 dan hubungannya dengan pengawasan bibliograf buku-buku islam di
Indoneia. Tesis (Jakarta: FIB UI, 2007)
26
Davidson dalam Ceria Isra Ningtyas, Perkembangan Buku… hlm.8
27
Ceria Isra Ningtyas, Perkembangan Buku… hlm.8

25

permasalahan hak cipta mungkin tidak banyak disinggung dalam diskusi-diskusi
bedah buku, padahal hal ini sangat penting untuk mengetahui siapakah yang
bertanggungjawab atas isi dalam buku tersebut. Pengawasan juga sangat penting
untuk melakukan kontrol terhadap terbitnya buku-buku keagamaan yang
controversial karena permasalahan agama terutama agama islam merupakan
masalah yang sangat sensistif dimana banyak bermunculan kelompok-kelompok
islam hasil dari semakin berkembangnya pemikiran-pemikiran umat islam di
Indonesia. Seperti diketahui, penerbit merupakan sebuah bisnis yang masih
dipercaya

menghasilkan

keuntungan

yang

banyak,

sehingga

terkadang

mengabaikan konten isi tersebut, yang dianggap laris dan controversial itulah
yang diproduksi.
Namun, pengawasan yang dilakukan oleh Perpustakaan Nasional belum
dapat dilakukan secara maksimal karena masih banyak penerbit-penerbit kecil
yang tidak melakukan serah simpan atas karya yang diterbitkannya. Banyak dan
beragamnya tema-tema yang diangkat oleh para penulis buku-buku Islam
menyebabkan Subjek-subjek dalam klasifikasi buku Islam pada DDC belum bisa
mencakup keseluruhan subjek yang ada pada buku-buku Islam di Indonesia. Oleh
karenanya, khusus di Indonesia memiliki Daftar Tajuk Subjek Islam dan
Klasifikasi Islam: Adaptasi dan Perluasan Notasi 297 pada Dewey Decimal
Classification yang diterbitkan oleh Perpustakaan Nasional Indonesia padatahun
2006. Adanya perluasan nota khusus subjek Islam diharapkan mampu untuk
memberikan klsifikasi yang detail sehingga proses temu kembali informasi dapat
lebih efektif dan efisien.
Kemajuan pemikiran masyarakat islam yang semakin maju sangat
mempengaruhi dunia penerbitan karena mungkin penerbit itu muncul dari
kelompok-kelompok masyarakat islam yang ingin mempublikasikan hasil
pemikirannya dalam sebuah buku yang kemudian diterbitkan untuk dapat
dikonsumsi oleh masyarakat. Sehingga penerbit-penerbit buku islam yang ada di
Indonesia menerbitkan buku yang sesuai dengan ideologinya. Hal ini sangat
mengkhawatirkan karena penerbit dengan tujuan bisnis selain untuk menyebarkan

26

ideologinya akan menimbulkan kontroversi di masyarakat biasa yang mungkin
tidak bisa menyeleksi buku-buku tersebut. Menjadi tugas perpustakaan untuk
dapat menyeleksi buku yang berdar di pasaran untuk dikonsumsi mayarakat.
PENUTUP
Kesimpulan
Tidak

dipungkiri

bahwa

peradaban

manusia

tdak

terlepas

dari

berkembangnya pemikiran-pemikiran manusia pada zamannya. Dunia penerbitan
buku islam juga menunjukkan peradaban masyarakat islam pada masa lampau
hingga saat ini. penduduk Indonesia yang mayoritas merupakan masyarakat
beragama Islam tentunya memiliki sumber-sumber keilmuan dari proses transfer
ilmu. Perkembangan penerbitan perbukuan islam di Indonesia semakin
memperkaya khazanah ilmu pengetahuan yang ada di Indonesia. Ragam strategi
yang dilakukan oleh penerbit buku islam dirancang untuk dapat eksis