IDENTIFIKASI MASALAH PERMUKIMAN PADA KAM

Seminar Nasional Teknologi Terapan IV 2016 - UMPurwokerto

IDENTIFIKASI MASALAH PERMUKIMAN PADA
KAMPUNG NELAYAN DI SURABAYA
Vippy Dharmawan1 , Zuraida2
1+2

Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surabaya
Jl. Sutorejo Nomor 59 Surabaya 60113 Telp 031.3811966
Email: masvippy@gmail.com

Abstrak

Desakan perkembangan kota akibat meningkatnya perkembangan aktifitas diperkotaan
menimbulkan berbagai permasalahan, antara lain pada perubahan fungsi lahan menjadi
kawasan perdagangan dan jasa. Kondisi ini biasa terjadi di daerah pinggiran kota karena
kawasan ini biasanya masih merupakan lahan kosong. Dampak negatif akan terjadi apabila
di kawasan tersebut sudah terdapat permukiman penduduk asli yang belum siap menerima
perubahan tersebut. Kawasan pantai timur Kota Surabaya merupakan kawasan yang saat
ini mengalami perkembangan pesat, yang bisa saja berdampak negatif pada permukiman
penduduk asli kawasan tersebut. Penelitian ini dilakukan pada tiga permukiman nelayan di

kawasan tersebut yang saat ini sedang dan akan mengalami pengembangan, yaitu
permukiman nelayan Swedi, Kejawan dan Cumpat. Ketiga kawasan permukiman nelayan ini
perlu dipertahankan keberadaannya sebagai permukiman nelayan sehingga tidak menjadi
kawasan yang akan ditinggalkan, menjadi kumuh, dan punah. Untuk mempertahankan
keberadaan kawasan permukiman nelayan ini perlu diidentifikasi permasalahanpermasalahan yang ada, sehingga dapat digunakan sebagai dasar pijakan untuk kegiatankegiatan dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan permukiman tersebut. Mulai dari
sosialisasi program , perencanaan penataan permukiman, pengembangan sumber daya
manusia. Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif digunakan untuk menyelesaikan tahaptahap proses penelitian. Pengambilan data primer dan sekunder berasal dari kondisi fisik
kawasan , kondisi sosial ekonomi masyarakat, dan kebijakan-kebijakan pemerintah. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat permasalahan permukiman pada kondisi kawasan,
kondisi masyarakat, dan kondisi sarana dan prasarana.
Kata kunci : kampung nelayan, permukiman

Pendahuluan
Kota Surabaya merupakan kota metropolitan yang mengalami perkembangan cukup pesat di berbagai
bidang, terutama pada pembangunan infrastruktur serta sarana dan prasarana lingkungan. Pembangunan
infrastruktur dalam suatu kawasan akan memberi dampak positif dan negatif. Sisi positifnya adalah
bahwa pembangunan infrastruktur mendorong terjadinya peningkatan kualitas kawasan dan sekaligus
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sedangkan sisi negatifnya adalah pembangunan tersebut akan
memberi dampak pada perubahan fungsi lahan sehingga berpotensi terjadinya penggusuran atau
perusakan sumber daya alam yang ada. Dampak perubahan fungsi lahan pada kawasan-kawasan tertentu

misalnya kawasan pertanian, perkebunan, atau pertambakan, akan berakibat pada tertutupnya sumber
mata pencaharian masyarakat. Oleh karena itu pembangunan kota tidak selalu memberi keuntungan bagi
masyarakat. Namun begitu pembangunan yang berpihak pada kepentingan masyarakat dan tidak merusak
lingkungan adalah syarat penting yang harus dimiliki oleh pemerintah untuk membangun kotanya.

1

Seminar Nasional Teknologi Terapan IV 2016 - UMPurwokerto

Pembangunan yang berpihak pada kepentingan masyarakat dan tidak merusak lingkungan adalah
pembangunan berwawasan lingkungan dan berkelanjutan yang tidak hanya memikirkan kepentingan
sekarang namun juga mengingat kepentingan generasi yang akan datang. Pertimbangan faktor lingkungan
telah diatur sejak lama seperti dalam pasal 33 ayat 3 UUD 1945 , dan UU 32 tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, serta juga ditindaklanjuti dalam RPJMN II (20102014). Dalam RPJP 2005-2024 disebutkan bahwa salah satu misi pembangunan adalah mewujudkan
Indonesia yang asri dan lestari, dan pembangunan infrastruktur akan mengarah pada konsep peningkatan
pelayanan bagi peningkatan kualitas lingkungan di masa depan. Pembangunan infrastruktur dan sarana
prasarana dalam suatu kota adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat perkotaan.
Namun demikian desakan perkembangan kota akibat meningkatnya perkembangan aktifitas di perkotaan
menimbulkan permasalahan-permasalahan baru. Misalnya perubahan fungsi lahan yang biasanya terjadi
di daerah pinggiran kota. Hal ini karena kawasan pusat kota sudah padat dan sudah memiliki fungsi-fugsi

vital sebagai kawasan pemerintahan, jasa dan perdagangan. Selain itu hal ini juga disebabkan oleh karena
kawasan pinggiran kota biasanya masih merupakan lahan kosong. Dampak yang terjadi adalah apabila di
kawasan tersebut sudah terdapat permukiman penduduk. Permukiman penduduk yang menempati
kawasan pinggiran ini biasanya penduduk asli yang belum siap menerima perubahan tersebut. Oleh
karena itu program-program pembangunan suatu kota perlu disosialisasikan kepada masyarakat setempat
sebelum melaksanakan pembangunannya.
Desakan perkembangan kota saat ini terjadi di kawasan pantai timur Kota Surabaya. Pengembangan kota
di kawasan pesisir pantai timur bagian utara kota Surabaya ini melibatkan masyarakat dan wilayah yang
luas. Beberapa kawasan permukiman nelayan yang mengalami pengembangan ini adalah wilayah
permukiman nelayan Swedi, Kejawan dan Cumpat. Ketiga kawasan permukiman nelayan ini merupakan
wilayah pesisir pantai yang mayoritas penduduknya bermatapencaharian sebagai nelayan. Dengan adanya
pengembangan kawasan, ketiga permukiman ini perlu dipertahankan keberadaannya sebagai permukiman
nelayan sehingga tidak menjadi kawasan yang akan ditinggalkan dan punah. Untuk mempertahankan
keberadaan kawasan permukiman nelayan ini pemerintah perlu melakukan serangkaian tindakan berupa
upaya-upaya meningkatkan kualitas sumberdaya manusia serta lingkungan huniannya. Pada tahap awal
dilakukan upaya mengidentifikasi masalah-masalah yang ada di lingkungan pemungkinan nelayan
tersebut, serta peluang-peluang solusi yang dapat dilakukan. Tulisan ini memaparkan hasil penelitian
yang telah dilakukan, mulai dari tahap pengamatan lapangan, analisa, dan peluang penyelesaian masalah
yang dijumpai di lapangan.


Permukiman dan Kualitas Lingkungan
Permukiman diartikan sebagai suatu wadah fisik (perumahan) dengan sarana prasarana penunjangnya dan
merupakan perpaduan antara wadah dan isinya, yakni manusia yang hidup bermasyarakat didalamnya dan
memiliki unsur budaya (Sudharto,2005). Adapun masalah permukiman adalah masalah multisektoral,
menyangkut berbagai aspek dan berbagai sektor, antara lain aspek teknik, perencanaan, tata ruang, tata
lingkungan, kehidupan sosial ekonomi, keagamaan, budaya, dan lain-lain.
Sementara itu menurut Soemarwoto (1994), kualitas lingkungan adalah derajat kemampuan nyata suatu
lingkungan untuk memenuhi perumahan yang baik yang dapat digunakan sebagai ruang tinggal bagi
penghuninya dan terbentuk atas beberapa unsur, yaitu kondisi rumah sebagai tempat tinggal dan keadaan
lingkungan rumah tersebut. Parameter untuk menentukan kualitas lingkungan permukiman sangat

2

Seminar Nasional Teknologi Terapan IV 2016 - UMPurwokerto

bermacam-macam. Kualitas lingkungan permukiman tidak terlepas dari kualitas rumah-rumah yang ada
di dalamnya, prasarana dasar, dan sanitasi lingkungannya. Adapun aspek sosial ekonomi dapat dilihat dari
kondisi pendidikan, pendapatan, jumlah anggota keluarga dan sebagainya. Selain dilatarbelakangi oleh
kondisi sosial, ekonomi, kualitas lingkungan permukiman juga dipengaruhi oleh fasilitas elementer
seperti air minum, kakus, tempat mandi, saluran dan pembuangan tinja, listrik, dan sampah. Menurut

Salim (1979), dengan ketiadaan modal, rendahnya pendidikan, terbatasnya ketrampilan, dan rendahnya
pendapatan maka lingkungan permukiman akan berkualitas rendah pula
Selanjutnya Catanese (1996),mengemukakan bahwa masalah kualitas lingkungan yang terjadi di kawasan
perumahan mengacu pada berbagai hal, dan meliputi kualitas lingkungan fisik serta kualitas dan
kelengkapan sistem pelayanan kota. Berdasarkan teori tersebut aspek fisik yang meliputi fisik bangunan
rumah itu sendiri maupun fisik prasarana dan sarana perumahan dan permukiman merupakan faktor
penting yang mempengaruhi kualitas suatu lingkungan perumahan dan permukiman. Penurunan kualitas
lingkungan di kawasan permukiman ditandai dengan kondisi kepadatan bangunan dalam lingkungan yang
tinggi, proporsi ruang terbuka, dan taman-taman dalam lingkungan yang semakin menipis, tidak
mencukupinya prasarana dasar sarana lingkungan yang tersedia, menurunnya tingkat pelayanan fasilitas
umum, serta hilangnya ciri khas dari suatu daerah permukiman (Budiharjo, 1991).
Permukiman nelayan di Indonesia umumnya memiliki permasalahan rendahnya tingkat kesejahteraan
rakyat pesisir dan kualitas lingkungan. Tingkat kesejahteraan masyarakat yang cukup rendah
diperlihatkan dari sebaran kawasan tertinggal yang banyak terdapat wilayah pesisir. Salah satu
penyebabnya adalah minimnya prasarana dan sarana pendukung bidang kelautan dan perikanan.
Sedangkan rendahnya kualitas lingkungan pada kawasan permukiman para nelayan disebabkan minimnya
ketersediaan prasarana dan sarana dasar yang berdampak pada rendahnya produktivitas (WALHI, 2008).
Aktivitas pembangunan di pesisir juga berimplikasi buruk terhadap kehidupan masyarakat pesisir, seperti
terjadinya kasus reklamasi pantai di kota Surabaya.


Metode dan Ruang Lingkup Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif eksploratif dan kualitatif. Datanya
diperoleh melalui hasil wawancara dan kuisioner dari masyarakat setempat. Sedangkan metode deskriptif
digunakan untuk mendeskripsikan kondisi lapangan dari pengamatan. Adapun metode eksploratif
mengeksplorasi potensi dan kendala dari kondisi lapangan dan masyarakat setempat.

Lingkup wilayah dalam penelitian ini adalah kampung nelayan yang terletak di wilayah timur Surabaya
(gambar 1.) yang saat ini merupakan bagian dari pengembangan kawasan Suramadu, dengan fokus pada
bidang jasa dan pariwisata. Yaitu : (1) Kampung nelayan Tambak wedi (Swedi) di wilayah Kelurahan
Tambak Wedi Kecamatan Kenjeran, (2) Kampung nelayan Cumpat di wilayah Kelurahan Kedung Cowek
Kecamatan Bulak, dan (3) Kampung nelayan Kejawan di wilayah Kelurahan Sukolilo Kecamatan Bulak.
Adapun lingkup materi yang akan digunakan sebagai data primer mengenai kondisi fisik di lapangan
adalah : (1) Kondisi fisik dasar, (2) Karakteristik kependudukan, (3) Karakteristik penggunaan lahan,
(4) Karakteristik bangunan, (5) Karakteristik tata lingkungan luar, dan (6) Kondisi sarana dan prasarana.

3

Seminar Nasional Teknologi Terapan IV 2016 - UMPurwokerto

JEMBATAN

SURAMADU

KAMPUNG
SWEDI

KAMPUNG
CUMPAT

KAMPUNG
KEJAWAN

Gambar 1. Area Penelitian : Kampung Swedi,
Kampung Cumpat, dan Kampung Kejawan

Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa setidaknya ada tiga hal yang dapat dijadikan dasar pijakan
bagi perencanaan peningkatan kualitas kawasan permukiman ini, yaitu : kondisi kawasan, kondisi
masyarakat, serta kondisi sarana dan prasarana. Kondisi kawasan meliputi geografi dan topografi
lahan, pemanfaatan ruang, dan hidrologi. Adapun kondisi masyarakat meliputi hubungan sosial
antar anggota masyarakat, usia, pendidikan, pekerjaan, serta tingkat ekonominya. Sedangkan

kondisi sarana dan prasarana meliputi kondisi jalan dan fasilitas umum lainnya, rumah penduduk,
sekolah dan sarana pendidikan lainnya. Secara umum terdapat potensi dan kendala dari ketiga
aspek tersebut diatas, seperti yang diuraikan berikut ini.
A. Potensi dari kondisi kawasan antara lain :
1) Masih banyaknya lahan yang berupa ruang terbuka. (gambar 2.)
2) Kondisi lingkungan yang relatif masih alami.
3) Wilayah ini sekarang telah menjadi salah satu ikon Kota Surabaya sebagai bagian dari kawasan
wisata Suramadu.
4) Posisinya yang berada di pinggiran Kota Surabaya.
5) Terdapat sumber daya alam berupa hasil laut yang menjadi sumber nafkah bagi sebagian besar
masyarakat wilayah ini

4

Seminar Nasional Teknologi Terapan IV 2016 - UMPurwokerto

B. Terdapat.Kendala dari kondisi kawasan antara lain :
1) Terdapat banyak lahan kosong yang dijadikan tempat pembuangan sampah liar atau tempat
menjemur ikan atau hasil laut lainnya. (gambar 3.)
2) Banyak pedagang kaki lima yang menempati lahan kosong dan tidak tertata dengan baik,

sehingga lingkungan menjadi kotor dan terganggu dengan banyaknya sampah hasil jualan.
3) Pengawasan pemerintah masih lemah dalam upaya penertiban lingkungan.
4) Pengelolaan hasil laut yang masih tradisional.

Gambar 2. Taman dan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Sekitar Jembatan Suramadu

Gambar 3. Lahan Kosong yang Dijadikan Gudang dan Tempat Buang Sampah (Kanan)
dan Bagian Jalan yang Digunakan untuk Menjemur Hasil Laut (Kiri)

C. Potensi dari kondisi masyarakat antara lain :
1) Hubungan sosial budaya antar anggota masyarakat cukup erat.
2) Keikutsertaan kader-kader kampung cukup tinggi dalam setiap kegiatan masyarakat.
3) Apresiasi masyarakat terhadap program-program pemerintah cukup tinggi.
4) Jumlah usia produktif lebih banyak dari yang non produktif
5) Pola mata pencaharian yang tradisional masih terus dipertahankan oleh masyarakat.
6) Banyak anggota masyarakat memiliki usaha berbasis rumah tangga.

5

Seminar Nasional Teknologi Terapan IV 2016 - UMPurwokerto


D. Kendala dari kondisi masyarakat antara lain :
1) Tingkat pendidikan masyarakat pada umumnya masih rendah, demikian halnya juga pada
tingkat perekonomiannya.
2) Kesadaran terhadap pentingnya kebersihan masih kurang
3) Jumlah usia produktif yang menganggur masih banyak.

Gambar 4. Sentra Penjualan Hasil Laut (Kanan) dan Sekolah Madrasah Ibtidaiyah di
Kampung Swedi (Kiri)

Gambar 5. Kondisi Pantai Kenjeran Tempat Pendaratan Perahu yang Kotor (Kanan) dan
Kampung Cumpat yang Sempit dan Terkesan Kumuh(Kiri)

E. Potensi dari kondisi sarana dan prasarana antara lain :
1) Sudah terdapat program peningkatan kualitas sarana dari pemerintah
2) Ada peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kualitas lingkungan, dengan mulai
menjaga kebersihan lingkungan
3) Terdapat ruang terbuka yang menjadi ruang publik bagi masyarakat lokal maupun pendatang
dari luar wilayah.
F. Kendala dari kondisi sarana dan prasarana antara lain :

1) Kualitas prasarana yang tersedia untuk masyarakat masih sangat kurang terutama air bersih.
2) Ketersediaan sarana masih kurang terutama sekolah dan pasar

6

Seminar Nasional Teknologi Terapan IV 2016 - UMPurwokerto

G. Potensi dari kondisi permukiman penduduk antara lain :
1) Kondisi perkampungan yang padat membawa suasana kekerabatan yang lebih erat antar
anggota masyarakat.
2) Permukiman berupa rumah-rumah produktif yang dapat meningkatkan kualitas masyarakat
secara mandiri
3) Terdapat ruang-ruang kosong yang digunakan untuk pengelolaan hasil tangkapan nelayan.
4) Berpeluang untuk dijadikan kampung wisata nelayan.

H. Kendala dari kondisi permukiman penduduk antara lain :
1) Lingkungan permukiman yang kotor.
2) Masih banyak terdapat rumah semi permanen yang tidak memenuhi standard layak huni.

Gambar 6. Kondisi Perumahan Penduduk Kampung Nelayan

7

Seminar Nasional Teknologi Terapan IV 2016 - UMPurwokerto

DAFTAR PUSTAKA
Budiharjo, Eko, (1984), Sejumlah Masalah Permukiman Kota , Penerbit
Alumni, Bandung
Catanese, Anthony J. & James C. Snyder (1996), Pengantar Arsitektur, Erlangga, Jakarta.
Nani Yuliastuti , Arif Faturrahman, (2012), Pengaruh Perkembangan Lahan Terbangun
Terhadap Kualitas Lingkungan Permukiman dalam Jurnal Presipitasi Vol. 9 No. 1 , Maret 2012,
ISSN. 1907-187x
Newmark, Norma L., Thompson, Patricia J., (1977), Self, Space and Shelter : An Introduction to
Housing , Canfield Press, New York
Rusli, (2011), Upaya Peningkatan Hunian Kampung Nelayan di Kota Donggala dalam Jurnal
“Ruang” Vol. 2 No.1, Maret 2011, Jurusan Arsitektur fakultas Teknik Universitas Tadulako
Salim, Emil (1983), Pembangunan Berwawasan Lingkungan, LP3ES, Jakarta
Soemarwoto, Otto (1997), Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Penerbit Djembatan,
Jakarta
Silas, Johan, (1993), Housing Beyond Home: The Aspect of resources and Sustainability, Pidato
Pengukuhan guru Besar , Institut teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Surabaya
Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Permukiman dan Lingkungan

8

Seminar Nasional Teknologi Terapan IV 2016 - UMPurwokerto

9

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

11 131 124