PERAN PEMERINTAH DALAM MENANGGULANGI PEN

PERAN PEMERINTAH DALAM MENANGGULANGI
PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI MAKASSAR SULAWESI SELATAN
(Penelitian Deskriptif)

PROPOSAL
Diajukan kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar

Oleh
HARMAWATI

(10535 5727 13)

SITTI REZKI JULIANTI

(10535 5748 13)

PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2016


1

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa, kiranya pantaslah kami
memanjatkan puji syukur atas segala nikmat yang telah diberikan kepada penulis,
baik kesempatan maupun kesehatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan
proposal ini dengan baik. Salam dan salawat selalu tercurah kepada junjungan kita
baginda Rasulullah SAW, yang telah membawa manusia dari alam jahiliyah
menuju alam yang berilmu seperti sekarang ini.
Proposal ini

berjudul

“Peran

Pemerintah

dalam


Menanggulangi

Penyalahgunaan Narkoba di Makassar Sulawesi Selatan. Proposal ini dapat
hadir seperti sekarang ini tak lepas dari bantuan banyak pihak. Untuk itu sudah
sepantasnyalah kami mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besar buat
mereka yang telah berjasa membantu penulis selama proses pembuatan makalah
ini dari awal hingga akhir.
Namun, kami menyadari bahwa proposal ini masih ada hal-hal yang belum
sempurna dan luput dari perhatian penulis. Baik itu dari bahasa yang digunakan
maupun dari teknik penyajiannya. Oleh karena itu, dengan segala kekurangan dan
kerendahan hati, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
sekalian demi perbaikan proposal ini kedepannya. Akhirnya, besar harapan
penulis agar kehadiran proposal ini dapat memberikan manfaat yang berarti untuk
para pembaca. Dan yang terpenting adalah semoga dapat turut serta memajukan
ilmu pengetahuan.

Makassar, 1 Juli 2016
Penulis


1

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................
i
DAFTAR ISI ......................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................
1
A. Latar
Belakang
................................................................................................................................
1
B. Rumusan
Masalah
................................................................................................................................
3
C. Tujuan
Penelitian
................................................................................................................................

3
D. Manfaat
Penelitian
................................................................................................................................
3
BAB II KAJIAN PUSTAKA..............................................................................................
5
A. Pemerintah
................................................................................................................................
5
B. Pengertian
Narkoba
................................................................................................................................
6
C. Jenis-jenis

Narkoba

3


................................................................................................................................
7
D. Faktor-faktor
Penyebab
Pengguna
Narkoba
................................................................................................................................
9
E. Dampak
Penyalahgunaan
Narkoba
................................................................................................................................
11
F. Kasus
Pengguna
Narkoba
Di
Sulawesi
Selatan
................................................................................................................................

14
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis,
Objek
dan
Subjek,
Tempat
dan
Waktu
Penelitian
................................................................................................................................
17
B. Teknik
Pengambilan
Data
................................................................................................................................
18
C. Teknik
Analisis
Data

................................................................................................................................
19
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
PENELITIAN
................................................................................................................................
21
a. Upaya

upaya
yang
dilakukan
pemerintah
..........................................................................................................................
21
b. Upaya

upaya
yang
dilakukan

BNN
..........................................................................................................................
25
c. Upaya

Terkait

Pusat

Terkait

4

Rehabilitasi

Narkoba

(PRN)

..........................................................................................................................

40
B. PEMBAHASAN
................................................................................................................................
46
BAB V PENUTUP .............................................................................................................
48
A. Kesimpulan
................................................................................................................................
48
B. Saran
................................................................................................................................
49
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
v
LAMPIRAN

5

6


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dewasa ini, penyalahgunaan narkoba menjadi masalah yang serius,
peredaran dan perilaku yang terasosiasi oleh zat adiktif berbahaya tersebut
semkin hari kini semakin kentara berada di permukaan keseharian masyarakat
Indonesia. Tak dapat dipungkiri lagi bahwa pengguna narkoba berkeliaran di
sekeliling kita. Dalam survei bersama Badan Narkotika Nasional (BNN)
dengan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia tahun 2008 lalu,
penyalahgunaan narkoba di Indonesia semakin meningkat dan tidak ada
pertanda akan menurun. Penyalahgunaan narkoba ini akan membawa pengaruh
buruk terhadap kehidupan masyarakat, terutama bagi generasi muda. Seperti
yang diketahi bahwa narkoba dapat menyebabkkan kematian.
Jumlah pengguna narkoba di Indonesia hingga November 2015 mencapai
5,9 juta orang. Hal tersebut disampaikan Komjen Pol Budi Waseso Kepala
Badan Narkotika Nasional (BNN) saat berkunjung di Pondok Pesantren Blok
Agung Banyuwangi Senin (Kompas.com /2016). Pengguna narkoba kini bukan
hanya dari golongan masyarakat saja tapi juga telah sampai pada pihak-pihak
yang memiliki peran penting dalam masyarakat. Pada tanggal 03 Mei 2016,
anggota polisi menangkap seorang petani yang berumur 44 tahun, seorang

warga Kecamatan Trumon Timur Kabupaten Aceh Selatan karena diduga
sebagai pengedar ganja. Kapolsek Trumon Timur, Ipda Zul Fitriadi,
mengatakan penangkapan tersangka bermula dari informasi yang disampaikan

1

masyarakat. Kemudian petugas langsung menyergap tersangka yang sedang
nongkrong di sebuah warung kopi di Desa Kapa Sesak (Merdeka.com/2016)
Pada tahun 2012 lalu, seorang pilot Badan Narkotika Nasional Provinsi
(BNNP) Banten menangkap empat orang yang sedang mengonsumsi sabu dan
ganja di sebuah apartemen di Tangerang. Mereka adalah seorang pilot,
pramugara, pramugari, dan seorang ibu rumah tangga. Pada pertengahan 2011,
Muhammad Nasri pilot Lion Air, membuat pengakuan yang mengagetkan.
Nasri mengaku sering mengonsumsi narkotika saat melaksanakan tugas di
udara. Nasri tertangkap basah tengah berpesta sabu bersama rekannya yang
merupakan kopilot, Husni Thamrin dan Imron. Ketiganya dibekuk di
Apartemen The Colour, Modernland, Kota Tangerang atas kepemilikan dan
penggunaan narkotika jenis sabu dan 4 butir ekstasi (Britagar.id/2015)
Sudah menjadi tugas bagi pihak kepolisian dalam menangani kasus ini.
Namun sayangnya, pada saat ini tak jarang lagi terjadi kasus oknum polisi
terlibat dalam kasus narkoba tersebut. Pada tanggal 09 April, 2016 lalu,
seorang Brigpol, Supardi tertangkap menyembunyikan sabu seberat 3,4
kilogramn di rumahya, di kabpaten Pinrang, Sulawesi Selatan (Tribun
Pekanbaru). Tak hanya itu saja beberapa rekannya pun masuk dalam daftar
pencarian orang oleh Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan dan Barat. Menurut
Barung, KepalaBidang Humas Polda Sulselbar, mengatakan bahwa Brigpol Edi
Candra menjadi DPO karena masuk dalam sindikat narkoba. Ia berkata bahwa
hal tersebut terungkap setelah mereka melakukan pengembangan sindikat

2

narkoba dari Supardi yang membuka mulut terkait adanya beberapa sindikat
narkoba.
Masalah di atas menjadi bukti bahwa permasalahan narkoba sudah
menjadi masalah yang sangat besar. Masyarakat bahkan oknum yang bertugas
bahkan bertanggung jawab atas masalah narkoba tersebut pun terlibat dalam
sindikat narkoba. Maka dari itu penanganan atas permasalahan naroba ini perlu
didukung oleh berbagai pihak bahkan dari elemen masyarakat. Permasalahan
ini sudah menyebar keseluruh pelosok daerah bahkan di Sulawesi Selatan.
Berdasarkan permasalahan yang ada maka penulis berinisiatif untuk melakukan
penelitian yang terkait dengan masalah tersebut di Sulawesi Selatan. Penelitian
yang akan dilakukan ini berjudul “Peran Pemerintah dalam Menanggulangi
Penyalahgunaan Narkoba di Makassar Sulawesi Selatan”
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah
“Bagaimana peran pemerintah dalam menanggulangi penyalahgunaan narkoba
di Sulawesi Selatan?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian inilah untuk mengetahui peran pemerintah dalam
menanggulangi penyalahgunaan narkoba di Sulawesi Selatan
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki dua manfaat yaitu secara teoritis dan praktis
1. Teoritis

3

Secara teoritis penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk
peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan narkoba
2. Praktis
Secara praktis, penelitian ini dapat dijadikan bahan evaluasi bagi
pemerintah untuk memperbaiki upayanya dalam menanggulangi
penyalahgunaan narkoba di Sulawesi Selatan.

4

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pemerintah
Pemerintah adalah sebuah organisasi yang memiliki tanggung jawab
menjalankan mengatur kehidupan sosial, ekonomi, dan politik dalam suatu
negara atau bagian daripadanya. Hal ini berarti bahwa tugas dan fungsi
pemerintah adalah untuk mengelola sistem kebijakan pemerintah. Menurut
Kurniawan dalam Ndraha (2015), pemerintah adalah semua peralatan di
negara atau negara lembaga yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai
tujuan.
Iver (2015) juga menjelaskan pengertian pemerintahan itu sebagai suatu
organisasi dari orang-orang yang mempunyai kekuasaan, bagaimana manusia
itu bisa diperintah.
Bobsusanto dalam C.F Strong (2015) menjelaskan bahwa pemerintah
dalam arti luas sebagai aktivitas badan-badan publik yang terdiri dari kegiatankegiatan eksekutif, legislatif dan yuridis dalam upaya mencapai tujuan sebuah
negara. Dalam arti yang sempit, beliau mengungkapkan bahwa pemerintahan
merupakan segala bentuk kegiatan badan publik dan hanya terdiri dari badan
eksekutif.
Kusnardi (2015) mengemukakan pemerintahan sebagai urusan-urusan yng
dilakukan oleh suatu negara dalam menyelenggarakan kesejahteraan rakyat
atau warganya & kepentingan rakyatnya serta menjalankan dan melaksanakan
tugas eksekutif, lehislatif dan yudikatif.
Haryanto (2015) Menjelaskan bahwa pemerintahan secara fungsional ialah
sistem struktur & organisasi dari berbagai macam fungsi yang dijalankan atas
dasar tertentu dalam mencapai tujuan sebuah negara
5

Berdasarkan pengetian dari beberapa ahli, maka dapa disimpulkan bahwa
pemerintah adalah sekelompok otoritas individu yangmempunyai untuk
melaksanakan kekuasaan atau sekelompok individu yang memiliki dan
melaksanakan otoritas yang sah dan melindungi serta peningkatan melalui
penerapan tindakan dan keputusan pemerintah yang dibuat berdasarkan hukum
atau

tidak.

Terkait

dalam

hal

memberantas

atau

menanggulangi

penyalahgunaan narkoba pemerintah pun bertanggung jawab dalam hal ini.
Meskipun semua aspek masyrakat juga bertanggung jawab namun pemerintah
lah yang memiliki tanggung jawab besar akan hal ini. Saat kasus narkoba
terungkap maka masyarakat pun akan bertanya-tanya tentang tanggung jawab
pemerintah dalam hal ini.
B. Pengertian Narkoba
Narkoba adalah sebuah zat yang dapat memicu terjadinya perubahan pada
suasana, perasaan, pengamatan ataupun pada penglihatan bagi orang yang
mengkonsumsinya. Hal ini dikarenakan karena zat yang terkandung
didalamnya dapat mempengaruhi pada susunan syaraf.
Menurut Kurniawan (2008), narkoba merupakan suatu zat kimia yang bisa
untuk mengubah suatu keadaan psikologi misalnya adalah perasaan, pikiran,
suasana hati serta perilaku jika masuk ke dalam tubuh manusia baik dengan
cara dimakan, diminum, dihirup, suntik, intravena, dan lain sebagainya.
Ghoodse (2002) berpendapat jika narkoba itu merupakan suatu zat kimia
yang sebetulnya sangat dibutuhkan untuk tindakan perawatan kesehatan, pada
saat zat tersebut masuk dalam organ tubuh akan terjadi perubahan satu ataupun
lebih pada fungsi yang ada didalam tubuh. kemudian dilanjut dengan adanya
ketergantungan baik secara fisik ataupun secara psikis pada setiap tubuh yang

6

menggunakannya, sehingga jika zat itu dihentikan maka akan membuat para
pengkonsumsiannya mendapat gangguan baik secara fisik ataupun psikis.
Menurut Jackobus (2005), beliau berpendapat bahwa narkoba adalah suatu
zat atau obat obatan yang asalnya dari tanaman dan ada juga yang bukan dari
tanaman, baik itu bersifat sintetis ataupun semi sintetis yang bisa menyebabkan
terjadinya penurunan ataupun perubahan tingkat kesadaran, yaitu hilangnya
rasa dan obat yang satu ini bisa menyebabkan ketergantungan.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa narkoba adalah zat kimia, obat-obatan yang apabila seseorang
mengkomsumsinya maka dapat menyebabkan perubahan emosi, perubahan
fungsi dalam tubuh, dan perubahan tingkat kesadaran. Tak hanya itu, narkoba
juga menyebabkan ketergantungan bagi yang mengkomsumsinya dan jika
berhenti mengkomsumsinya akan mendapat gangguan secara fisik ataupun
psikis.
C. Jenis – jenis Narkoba
Narkoba dibagi dalam tiga jenis yaitu : narkotika, psikotropika dan zat
adiktif lainnya.
a. Narkotika
Narkotika adalah zat sintetis maupun semi sintetis yang dihasilkan
tanaman atau lainnya yang dapat berdampak pada penurunan atau
perubahan kesadaran dan hilangnya rasa nyeri. Zat ini dapat menimbulkan
ketergantungan pada penggunanya. Dalam UU No. 22 tahun 1997 yang
menyatakan bahwa Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang
menyebabkan

penurunan

atau

perubahan

kesadaran,

hilang

rasa,

mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan

7

ketergantungan. Narkotika juga memiliki beberapa jenis, yaitu : ganja,
heroin, kokain, morfin, amfetamin, kodein dan metadon.
b. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis yang
memiliki khasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf
pusat

yang

menyebabkan

perubahan

pada

aktivitas

mental

dan

perilaku penggunanya. Menurut Setiawan (2015) Psikotropika adalah setiap
bahan baik alami maupun bahan buatan bukan Narkotika, yang dapat
berkhasiat psikoaktif yang mempunyai pengaruh secara selektif pada
susunan saraf pusat yang dapat menyebabkan perubahan khas pada aktifitas
mental dan juga perilaku. Ada beberapa jenis psikotropika yaitu ekstasi,
shabu-shabu, sedatif-hipnotik, nipam, phencyclidine, dan speed.
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika, menyatakan:
a. Pasal 37 ayat (1) : Pengguna psikotropika yang menderita syndrome
ketergantungan berkewajiban ikut serta dalam pengobatan atau
perawatan
b. Pasal 64 ayat (1) barang siapa : a. menghalang-halangi penderita
syndrome ketergantungan untuk menjalani pengobatan dan/atau
perawatan pada fasilitas rehabilitasi sebagaimana dimaksudkan dalam
pasal 37, dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun
dan/atau pidana denda paling banyak 20 juta rupiah.
c. Zat adiktif lainnya

8

Zat adiktif adalah segala sesuatu yang memiliki sifat candu dan
berbahaya jika dikonsumsi dalam waktu yang lama. Zat adiktif tidak
memiliki regulasi yang kuat dibanding dengan narkotika dan psikotropika,
bahkan sangat lemah karena tidak menyebabkan gangguan terhadap saraf
akan tetapi menstimulasi pengguna tergantung zat adiktif yang dikonsumsi.
Ada beberapa jenis zat adiktif seperti inhalasin, nikotin dan kafein.
Itulah tiga jenis narkoba yang mana dalam ketiga jenis tersebut juga
memiliki beberapa jenis pula. Meski pun narkoba memiliki tingkatan atau kelas
namunjenis narkoba apapun yang dikomsumsi oleh pelaku tetap saja akan
mendapatkan sanksi yang minimal dilakukannya rehabilitasi pada pengguna
tersebut.
D. Faktor-faktor Penyebab Pengguna Narkoba
Pemakai atau penyalahguna narkoba dapat dipengaruhi oleh berbagai hal,
diantaranya
1. Tersedianya narkoba
Saat ini variasi narkoba sudah terdiri dari beragam jenis, cara pemakaian,
dan bentuk kemasan. Selain itu, narkoba makin mudah didapatkan secara
ilegal dengan harga terjangkau. Ketersediaan narkoba di lingkungan
masyarakat ini mendorong seseorang untuk menyalahgunakan narkoba. Hal
ini didukung oleh masih banyaknya laboratorium gelap dan sindikat narkoba
yang belum terungkap (Apotek24.2016). Menurut Nathalia dalam Gunawan
(2015) faktor tersedianya narkoba adalah ketersediaan dan kemudahan
memperoleh narkoba juga menjadi faktor penyabab banyaknya pemakai
narkoba. Indonesia bukan lagi sebagai transit seperti awal tahun 80-an,
tetapi sudah menjadi tujuan pasar narkotika. Para penjual narkotika

9

berkeliaran dimana-mana, termasuk disekolah, lorong jalan, gang-gang
sempit, warung-warung kecil yang dekat dengan pemukiman masyarakat.
a. Lingkungan keluarga
Seseorang dengan latar belakang “broken home” (hubungan ayah
dan ibu yang retak), memiliki hubungan komunikasi antara orang tua
dan anak yang kurang efektif, dan kurangnya rasa hormat antar anggota
keluarga bisa menjadi faktor yang ikut mendorong seseorang untuk
melakukan penyalahgunaan narkoba.
b. Lingkungan sekolah
Sekolah yang kurang disiplin, terletak di dekat tempat hiburan, kurang
memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan diri secara
kreatif dan positif, dan adanya murid penyalahguna narkoba merupakan
faktor kontributif terjadinya penyalahgunaan narkoba oleh siswa
lainnya.
c. Teman sebaya
Faktor ini umumnya terjadi pada kalangan remaja. Ada kalanya
menggunakan narkoba merupakan suatu hal yng penting bagi remaja
agar bisa diterima dalam pergaulan (kelompok teman sebayanya) dan
dianggap sebagai orang dewasa.
2. Individu

10

Faktor individu dalam penyalahgunaan narkba dipengaruhi oleh rasa
penasaran, ingin tahu dan ingin mencoba memikirkan akibatnya. Pada
umumnya juga dikalangan anak muda biasanya mereka mengikuti trend atau
gaya agar mereka tidak merasa malu bergaul dengan yang lainnya. Hal ini
juga dapat disebabkan karena frustasi sehingga ppelarian terakhirnya adalah
narkoba.
E. Dampak Penyalahgunaan Narkoba
Penyalahgunaan narkoba tak hanya merugikan pengguna narkoba itu sendiri
akan tetapi juga berdampak negatif terhadap kehidupan ekonomi dan sosial
seseorang. Penyalahgunaan narkoba berdampak negatif terhadap ekonomi
disebabkan oleh obat yang membuat ketergantungan yang mengakibatkan
tubuh penggunanya selalu meminta tambahan dosis. Harga obat-obatan jenis
narkoba tergolong relatif mahal maka hal tersebut secara ekonomis sangat
merugikan. Tak hanya itu, keharmonisan keluarga pun bisa terganggu jika
terdapat salah seorang keluarga menjadi pecandu.
Narkoba merusak secara fisik maupun psikis bagi penggunanya akan
berdampak kepada ketidaknyamanan hubungan sosial dalam keluarga.
Penyalahguna narkoba juga menimbulkan keresahan dalam masyarakat.
Perilaku pengguna yang tidak terkontrol dapat mengganggu ketertiban dan
keamanan masyarakat. Terlebih jika dikaitkan dengan timbulnya berbagai
penyakit yang menyertainya seperti Hepatitis, HIV/AIDS, bahkan kematian.
Dalam Farras news (2014) dikatakan bahwa pengaruh dan dampak
penggunaan narkoba yang merusak kesehatan secara fisik maupun secara
mental psikologis. Beberapa dampak pengaruh buruk negatif penyalahgunaan

11

narkoba terhadap kesehatan fisik mental psikologis terhadap penggunanya
adalah :
1. Dampak penyalahgunaan narkoba terhadap Kesehatan Fisik
a) Gangguan kesehatan pada system syaraf (neurologis) seperti contohnya :
kejang-kejang, halusinasi, gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi.
b) Gangguan kesehatan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler)
seperti contohnya : infeksi akut otot jantung, gangguan peredaran darah.
c) Gangguan kesehatan pada kulit (dermatologis) seperti contohnya :
penanahan (abses), alergi, eksim.
d) Gangguan kesehatan pada paru-paru (pulmoner) seperti contohnya :
penekanan fungsi pernapasan, kesukaran bernafas, pengerasan jaringan
paru-paru.
e) Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh
meningkat, pengecilan hati dan sulit tidur.
f) Dampak penyalahgunaan narkoba terhadap kesehatan reproduksi adalah
gangguan pada endokrin, seperti halnya : penurunan fungsi hormon
reproduksi (estrogen, progesteron, testosteron), serta gangguan fungsi
seksual.

12

g) Dampak penyalahgunaan narkoba terhadap kesehatan reproduksi pada
remaja

perempuan

antara

lain

perubahan

periode

menstruasi,

ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe (tidak haid).
h) Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian
jarum suntik secara bergantian, risikonya adalah tertular penyakit seperti
hepatitis B, C, dan HIV yang hingga saat ini belum ada obatnya.
i) Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi over dosis
yaitu konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya.
Over dosis bisa menyebabkan kematian.
2. Dampak penyalahgunaan narkoba terhadap Psikis Mental Emosional
a. Malas serta lamban dalam bekerja, ceroboh kerja, sering tegang dan
gelisah dalam menjalankan pekerjaannya.
b. Menyebabkan gangguan jiwa berat / psikotik.
c. Hilangnya rasa kepercayaan diri, menjadi lebih apatis, sering berkhayal,
penuh perasaan curiga.
d. Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal yang tidak
disadarinya.
e. Sulit untuk berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan depresi.
f.Menyebabkan depresi mental.
13

g. Akan menjadi cenderung untuk menyakiti diri, perasaan tidak aman,
bahkan keinginan untuk bunuh diri
h. Menyebabkan melakukan tindak kejahatan, kekerasan dan pengrusakan.
3. Dampak penyalahgunaan narkoba terhadap lingkungan kehidupan
sosial masyarakat :
a. Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan
masyarakat sekitar tempat tinggal.
b. Merepotkan dan menjadi beban keluarganya itu sendiri.
c. Pendidikan menjadi terganggus erta masa depan suram dan kelam bila
tidak segera dilakukan penanganan pencegahan penyalahgunaan narkoba
itu sendiri.
F. Kasus Pengguna Narkoba di Sulawesi Selatan
Menurut Kabag Humas BNN, Kombes Pol Slamet Pribadi, Sulawesi
Selatan (Sulsel) berada pada peringkat ke-9 kasus penyalahgunaan narkoba
dari 33 provinsi yang ada di Indonesia. Beliau menjelaskan bahwa penyebab
utama tingginya tingkat penyalahgunaan narkotika di Provinsi Sulawesi
Selatan adalah karena tingginya angka permintaan atau pengonsumsi Narkoba
di Sulsel itu berarti pemasoknya juga besar. Namun katanya meski menempati
peringkat ke-9 nasional,

angka penyalahgunaan Narkoba mengalami

14

penurunan dari tahun sebelumnya, kira-kira angkanya menurun 0,2 % persen
dibandingkan tahun lalu. (Makassarterkini.com/2016)
Pada 14 Maret 2016, Polda Sulselbar telah melimpahkan sebanyak 212
kasus penyalahgunaan narkoba yang terjadi di beberapa wilayah di Sulawesi
Selatan dan Barat. 212 kasus tersebut merupakan tangkapan selama kurun
waktu Januari hingga Februari 2016. Kabid Humas Polda Sulselbar, Kombes
Pol Frans Barung Mangera mengatakan dari seluruh Polres jajaran Polda
Sulselbar, Polrestabes Makassar yang paling banyak melimpahkan kasus
narkoba ke kejaksaan. Pada Januari, Polrestabes Makassar melimpahkan 20
kasus dan pada Februari sebanyak 33 kasus. Sedangkan, Direktorat Reserse
Narkoba Polda Sulselbar pada Januari hanya melimpahkan 5 kasus. Sedangkan
pada Februari sebanyak 13 kasus. (Makassarterkini.com/2016)
Para pengguna narkoba tidak pernah jera. Ini dibuktikan saat polisi
menangkap puluhan pengguna narkoba yang tengah berpesta sabu di sebuah
kampung narkoba. Bahkan oknum polisi pun ada yang terlibat sebagai
pengedar narkoba. Pada 25 Februari lalu, Satuan Reserse narkoba
(Resnarkoba) Polres Bantaeng menangkap seorang bandar narkoba yang
ternyata juga seorang oknum anggota polisi.
Aparat yang bertugas di Polres Mamasa itu selama ini dikenal sebagai
bandar besar lintas daerah dan telah lama diincar polisi. Briptu Rajamuddin
langsung digiring ke Mapolres Bantaeng, usai ditangkap di Kampung Sasayya,
Kelurahan Bontosunggu, Kecamatan Bisappu, Bantaeng. Oknum polisi yang

15

sebelumnya pernah ditahan di Polres Bulukumba jadi target utama aparat
Polres Bantaeng dalam mengungkap jaringan narkoba. Sebelum berhasil
menangkap Briptu Rajamuddin, polisi terlebih dahulu menangkap empat orang
kaki tangannya yang bertugas sebagai kurir narkoba. Mereka adalah warga
Kampung. Petugas meringkus di Jalan Pahlawan, Kelurahan Bontosunggu,
didapati barang bukti satu sachet sabu. (okezone.com/2016)

16

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis, Objek dan Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian
1. Jenis Penelitian
Menurut Sumadi Suryabrata (2012:76) Penelitian deskriptif adalah
penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan (deskripsi)
mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian. Dalam arti penelitian

17

deskriptif itu adalah akumulasi data dasar dalam cara deskriptif semata-ma
tidak perlu mencari atau menerangkan saling berhubungan,mentest
hipotesis, membuat ramalan, atau mendapatkan makna dan implikasi
walaupun penelitian yang bertujuan untuk menemukan hal-hal tersebut
dapat mencakup juga metode-metode deskriptif
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif (sugiyono, 2010). Penelitian ini dirancang untuk menggali dan
mendeskriptifkan bagaimana peran pemerintah dalam penyalahgunaan
narkoba di Sulawesi selatan.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dapat berupa benda, hal, atau orang. Subjek penelitian
ini adalah penyalahguna Narkoba di Kota Makassar Sulawesi Selatan.
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini Kantor Polisi Sektor Rappocini Makassar. Waktu untuk
penelitian dilaksanakan selama 6 bulan pada awal bulan Desember 2015
sampai dengan bulan Juni 2016.
B. Teknik Pengambilan Data
Bambang dalam Sugiyono (2010), menyatakan bahwa teknik dalam
pengambilan data, proses dalam pengambilan data merupakan tahap dalam
penelitian yang sangat penting. Data yang akan dikumpulkan nantinya akan
digunakan dalam mendapatkan makna data.

18

a. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui
suatu pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan
atau prilaku objek sasaran”. Observasi dalam penelitian ini adalah untuk
memperoleh

data

tentang

bagaimana

tindakan

pemerintah

dalam

menanggulangi penggunaan narkoba di sulawesi selatan khususnya di
Makassar.
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan antara dua orang atau lebih yang terdiri
atas pewawancara dan narasumber. Tujuan dari wawancara adalah untuk
mengumpulkan informasi yang dimana pewawancara menanyakan beberapa
pertanyaan kepada narasumber. Ada dua jenis wawancara yaitu wawancara
berstruktur dan wawancara tidak berstruktur.
Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara tidak berstruktur, wawancara yang bebas dimana peneliti tidak
menggunakan

pedoman-pedoman

wawancara

yang

tersusun

secara

sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data. Pedoman wawancara yang
digunakan hanya garis-garis besar permasalahan saja yang akan ditanyakan
ke narasumber.
c. Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2010), dokumentasi merupakan catatan peristiwa
yang sudah berlalu, bisa berbentuk lisan, video atau gambar.

19

Dokumentasi dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh hasil dari
teknik pengambilan data.
C. Teknik Analisis Data
Analisis data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan
dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,
memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain
(Sugiyono, 2010). Analisis data kualitatif dilakukan secara interatif dan
berlangsung secra terus-menerus sampai tuntas sehingga datanya sudah
jenuh.aktivitas dalam analisis data, yaitu data reducyion, data display, dan
condusion drawing/verification.
Berikut tahap-tahap kegiatan analisis dalam analisis data kualitatif dalam
penelitian ini:
1. Data Reduction (data reduksi)
Mereduksi data berarti menganalisis data dengan memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, serta mencari tema dan
polanya. Data yang telah diperoleh di lapangan di ketik atau di tulis di
dalam laporang dengan cara terperinci.

20

(Sugiyono, 2010) data yang telah direduksi akan memberikan gambaran
yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan
data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
2.

Data Display (penyajian data)
Penyajian data adalah menyajikan data atau pengorganisasian data
yang sederhana agar mudah dipahami yang kemudian dikumpulkan dari
berbagai informasi guna untuk penarikan kesimpulan, penilaian, dan
perbandingan. Data yang disajikan dapat berupa bentuk tulisan atau
tabel. Penyajian data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk
tabel/tulian.

3.

Conclusion drawing / verification (Kesimpulan/verifikasi)
Tahap terakhir yaitu penarikan kesimpulan. Data yang telah
dikumpulkan dari berbagai tahap penelitian kemudian dilakukan
kesimpulan. Kesimpulan awal ini hanya bersifat sementara, dan masih
akan dapat berubah bila nantinya tidak ditemukan bukti-bukti kuat
terkait dengan penelitian ini.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

21

Pada bab ini akan dideskripsikan hasil dan pembahasan yang telah didapatkan
dari penelitian yang telah dilakukan. Dalam hasil penelitian dan pembahasan,
peneliti akan memaparkan dan membahas data yang telah didapatkan wawancara
dan dokumentasi.
A. HASIL PENELITIAN
1. Upaya- Upaya yang Dilakukan Pemerintah
a) Upaya yang dilakukan polisi
Sebagian orang masih berpikir bahwa penanggulangan penyalahgunaan
Narkoba di Indonesia masih sangat longgar dibandingkan dengan negaranegara lainnya. Hal ini dapat dilihat dikeluarkannnya Instruksi Presiden
Republik Indonesia (INPRES) Nomor 6 Tahun 1971 kepada Kepala Badan
Koordinasi Intelijen Nasional (BAKIN) untuk menanggulangi enam
permasalahan nasional yang menonjol, dan salah satu diantaranya adalah
penanggulangan penyalahgunaan narkotika. Selain itu, dikarena diberbagai
negara sudah memperketat hukumnya mengenai Narkoba berbeda dengan
hukum di Indonesia yang masih sangat tergolong lemah atau biasa-biasa
saja. Karena hal inilah, pemerintah kemudian membentuk suatu badan dari
Kepolisian yaitu Satuan Narkoba yang menangani maraknya permasalahan
kasus Narkoba di seluruh wilayah Indonesia.

22

Pemerintah juga menetapkan berbagai ketentuan yang berkaitan dengan
Narkotika. Salah satu diantaranya yaitu Undang-Undang No. 35 Tahun 2009
tentang Narkotika,
“Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan
sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang ini.”
Dalam memberantas penyalahgunaan Narkoba, kerjasama pemerintah dan
aparatur penegak hukum saja tidaklah cukup akan tetapi kerja sama seluruh
elemen masyarakat pun dibutuhkan. Masyarakat dapat membantu pihak
kepolisian dengan melaporkan sesegera mungkin terhadap polisi jika
menemukan adanya transaksi Narkoba di sekitarnya.
Penelitian ini difokuskan pada peran pemerintah dalam menanggulangi
penyalahgunaan Narkoba di Makassar, Sulawesi Selatan. Sulawesi Selatan
(Sulsel) menempati urutan ke-9 dalam kasus penyalahgunaan narkoba dari
33 provinsi yang ada di Indonesia. Hal ini disebabkan karena tingginya
angka permintaan atau pengonsumsi Narkoba di Sulsel itu berarti
pemasoknya juga besar. Peneliti melakukan wawancara di Kantor Polisi
Sektor Rappocini, yang beralamat di Jl. Sultan Alauddin, Gn. Sari,
Rappocini, Kota Makassar, Muh Basri mengatakan bahwa :
“Angka kasus Narkoba dari tahun dua tahun terakhir ini yaitu 20142015 mengalami peningkatan yang mana pada tahun 2014 terdapat 5
kasus, 2015 terdapat 21 kasus dan tahun 2016 ini dari bulan JanuariJuni sudah terdapat 19 kasus. Pengguna Narkoba sebagian besar adalah

23

buruh, wiraswasta, mahsiswa dan sebagian kecil dari PNS. Jenis
Narkoba yang dikosmsumsinya adalah Psikotropika yaitu shabu-shabu.
Beliau mengatakan bahwa tersangka pengguna tersebut yang padanya
tidak ditemuka barang bukti maka hanya pelaku hanya akan diberikan
pengobatan dengan cara melakukan rehabilitasi, sedangkan untuk
pelaku yang padanya terdapat barang bukti dan juga pengedar diberikan
hukuman penjara dan/atau hukuman mati. ”
Upaya penanggulangan penyalahgunaan narkoba oleh Satuan Narkoba
Sektor Rappocini dibagi ke dalam tiga bagian, yakni preemtif, preventif, dan
represif. Ketiga hal ini merupakan fungsi-fungsi utama (operasional) sesuai
dengan tugas pokok Polri yang diatur dalam pasal 13 UU No. 2 Tahun 2002
tentang Kepolisian Republik Indonesia.
1) Upaya Preemtif
Menurut Subhandi (2015), upaya pre-emtif disini adalah upayaupaya awal yang dilakukan oleh pihak kepolisian untuk mencegah
terjadinya

tindak

pidana.

Usaha-usaha

yang

dilakukan

dalam

penanggulan kejahatan secara pre-emtif menanamkan nilai-nilai/normanorma yang baik sehingga norma-norma tersebut terinternalisai dalam
diri seseorang. Realisasi dalam upaya ini adalah dengan melakukan
kegiatan operasional yang dilakukan oleh satuan Narkoba Kepolisian
Sektor

Rappocini.

kegiatan operasional yang dimaksud misalnya

penyuluhan yang bersifat dengan sasaran untuk mempengaruhi faktorfaktor penyebab pendorong dan faktor peluang dari adanya kejahatan
tersebut. Dengan demikian, suatu kesadaran kewaspadaan terhadap
kejahatan itu sendiri akan tercipta.

24

2) Upaya Preventif
Menurut Ricardo dalam Momo Kelana (2010), Tindakan preventif
merupakan pelaksanaan fungsi kepolisian yang diarahkan kepada upaya
pencegahan terjadinya gangguan kamtibmas. Adapun penanganan
secara preventif yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan
kegiatan kepolisian. Dalam hal pencegahan masalah tindak pidana
narkoba, pihak Satuan Kepolisian Narkoba melakukan Operasi Rutin
Kepolisian dan Operasi Khusus Kepolisian. Biasanya kepolisisan akan
melakukan kerjasama dengan instansi lain yang bergerak di bidang
pencegahan narkoba.
Hal ini akan dilakukan oleh Satuan Narkoba Polres Rappocini ketika
angka kejahatan yang terkait dengan penyalahgunaan narkoba semakin
meningkat sehingga satuan Narkoba tersebut akan melakukan operasi
tersendiri

(Operasi

Khusus

Kepolisian)

diluar

operasi

yang

dilakukannya sehari-hari. Yang mana Operasi Rutin Kepolisian yang
dilakukannya tersebut adalah operasi yang dilakukan sehari-hari dalam
kaitannya dengan kebijakan Kapolda mengenai target minimal kasus
per bulan. Operasi ini juga termasuk melakukan razia terhadap
kendaraan bermotor.
3) Upaya Represif

25

Menurut Hasbandi dalam Alam (2010), upaya represif adalah suatu
upaya penanggulangan kejahatan secara konsepsional yang ditempuh
setelah terjadinya kejahatan. Penanggulangan dengan upaya represif
untuk menindak para pelaku sesuai dengan perbuatannya serta
memperbaikinya kembali agar mereka sadar bahwa perbuatan yang
dilakukannya adalah perbuatan melanggar hukum dan merugikan
masyarakat, sehingga tidak mengulanginya dan orang lain juga tidak
akan melakukannya mengingat sanksi yang ditanggungny asangat berat.
Upaya ini dilakukan pada saat telah terjadi tindak pidana/kejahatan
yang tindakan berupa penegakan hukum (law enforcement) dengan
menjatuhkan hukuman.
b) Upaya yang dilakukan oleh BNN
Undang-undang narkotika terbaru no 35 tahun 2009 UU narkotika yang
telah disahkan pada 14 September 2009 lalu merupakan revisi dari UU No.
22/1997 tentang narkotika. Meski telah melakukan revisi namun pemerintah
menilai bahwa UU No. 22/1997 tidak dapat mencegah

tindak pidana

narkotika yang semakin meningkat serta bentuk kejahatannya yang
terorganisir. UU Narkotika yang baru memanglah tidak mengalami
perubahan yang signifikan dibandingkan dengan UU terdahulu, kecuali
penekanan pada ketentuan kewajiban rehabilitasi, penggunaan pidana yang
berlebihan, dan kewenangan BNN yang sangat besar.

26

Salah satu kewenangan BNN berdasarkan UU No. 35/2009 adalah
mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran nakotika dan
prusukor narkotika. Dalam hal melakukan pemberantasan narkotika, BNN
diberi kewenangan untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap
penyalahgunaan, peredaran narkotika, dan prekusor narkotika beserta
dengan kewenangan yang dimilki penyelidik dan penyidik seperti
penangkapan selama 3 x 24 jam dan dapat diperpanjang 3×24 jam ditambah
penyadapan.
Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Sulawesi Selatan, dibentuk
berdasarkan

Peraturan

Kepala

Badan

Narkotika

Nasional

Nomor

PER/04/V/2010/BNN tanggal 12 Mei 2010 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Badan Narkotika Nasional Provinsi dan Badan Narkotika Nasional
Kabupaten/ Kota. Resmi penyesuaian menjadi BNN Provinsi Sulawesi
Selatan pada bulan April 2011, BNN Provinsi Sulawesi Selatan telah Begitu
banyak melakukan gebrakan untuk menanggulangi masalah Narkoba yang
kasusnya semakin tahun semakin meningkat. Namun hal ini pun tidak
menjadi hambatan bagi BNN Provinsi SulSel dalam melaksanakan tugasnya
dalam menyelidiki dan memberantas pengguna penyalahguna Narkoba.
Adapun strategi BNN Provinsi Sulawesi Selatan dalam menangani
kasus narkoba adalah :
1. Melakukan ekstensifikasi dan intensifikasi pencegahan penyalahgunaan
dan peredaran gelap narkoba dengan cara membangun dan meningkatkan

27

pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran masyarakat terhadap bahaya
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.
2. Melakukan ekstensifikasi dan intensifikasi pemberdayaan masyarakat
dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran
gelap narkoba dengan cara mendorong peran serta masyarakat dalam
menciptakan lingkungan bebas narkoba.
3. Memfasilitasi

penyediaan

sarana

terapi

dan

rehabilitasi

bagi

penyalahguna dan/atau pecandu narkoba dengan cara meningkatkan
kemampuan pelayanan terapi dan rehabilitasi bagi penyalahguna dan/atau
pecandu narkoba.
4. Memberantas sindikat jaringan penyalahgunaan dan peredaran gelap
narkoba dengan cara memetakan dan mengungkap sindikat jaringan
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba serta menyita aset pelaku
tindak kejahatan narkoba
Adapun upaya-upaya yang dilakukan Badan Narkotika Nasional (BNN)
Provinsi Sulawesi Selatan dalam menangani penyalahguna Narkoba di
Makassar Sulawesi Selatan adalah :
1) Menyelenggarakan Tes Urine pada Anggota DPRD
Pemerintahan dan Perizinan DPRD kota Makassar Badan Narkotika
Kota (BNK) Makassar pada Sening siang 9 Mei. Rombongan BNK

28

meminta belasan legistlator melakukan tes urine. Harapan kedepannya
BNK tidak hanya menyasar beberapa legislator saja. Ia mengimbau agar
BNK juga memeriksa seluruh pihak baik di legislatif maupun eksekutif.
Pihak BNK sendiri masih terus memeriksa sampel urine belasan anggota
DPRD Makassar. Tak terkecuali komisi lain, mereka juga tampak
berlomba-lomba mendaftarkan diri untuk diperiksa urinenya.
Setelah melakukan tes urine terhadap 23 anggota DPRD kota
Makassar, Senin 9 Mei 2016. Kini Badan Narkotika Kota (BNK) Makassar
berencana akan melakukan pemeriksaan urine terhadap seluruh pejabat
pemerintahan (eksekutif) dan legislatif (DPRD) di kota Makassar.
Sekretaris BNK Makassar Ahdi A Malik mengatakan, untuk jadwal
pemeriksaan hal itu bersifat mendadak dan rahasia. Namun, ia menuturkan
pada jajaran pemerintah kota, seluruh pejabat setingkat kepala dinas dengan
pangkat eselon II dan III menjadi target utama pihaknya. Ahdi menuturkan,
jika pihaknya menemukan pejabat yang terbukti positif menggunakan
narkoba, maka BNK Makassar sudah mempersiapkan opsi rehabilitasi
dengan meminta izin kepada pimpinan institusi yang bersangkutan.
Sementara untuk sanksi sendiri sudah menjadi kewenangan penuh
pimpinan

atau

partai

baik

pejabat

eksekutif

(makassarterkini.com/2016)
2) Kantor Pajak Makassar Tes Urine Pegawai

29

maupun

legislatif.

Pada tanggal 14 Juni 2016, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Madya Kota
Makassar bekerjasama dengan Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota
Makassar mengadakan kegiatan In House Training, bertema “Anti
Narkoba”. Kegiatan ini dilaksanakan di Aula KPP Madya Kota Makassar.
Hal

ini

dilakukan

untuk

menunjukkan

komitmennya

memerangi

penyebaran narkotika dan obat-obatan terlarang (Narkoba). Perwakilan
BNN Kota Makassar, Ishak Iskandar, yang menjadi pemateri mengatakan
bahwa, saat ini narkoba tidak lagi hanya menyasar orang dewasa. Tapi juga
sampai ke anak-anak. Yang menggunakan narkoba, akan mengalami
gangguan mental dan kejiwaan.
Setelah mendengar pemaparan tentang bahaya narkoba, tanpa
pemberitahuan sebelumnya, Kepala Kantor KPP Madya Makassar, Teguh
Iman Wirotomo, meminta seluruh pegawai yang ada di jajarannya untuk
melakukan tes urine, dibantu tim dari BNN. Apabila ada yang dinyatakan
positif, tentunya akan dilakukan tindakan sesuai dengan ketentuan hukum
yang berlaku. Tes narkoba dilakukan supaya semua pegawai di lingkup
KPP Madya Kota Makassar bersih dari pengaruh narkoba. Semua yang
hadir diwajibka ikut pemeriksaannya. (makassarterkini.com/2016)
3) Rapat Anggota Tim Pokja Rehabilitasi Sinergitas Kelompok Kerja
Rehabilitasi di Internal BNNP dan Lintas Sektor
Pada hari Jum’at, 10 Mei 2016 lalu tepatnya di Aula kantor BNN Prov.
Sulsel jl. Manunggal 22 Kec.Tamalate Makassar, Badan Narkotika Nasioal

30

(BNN) Provinsi Sulawesi Selatan melaksanakan rapat koordinasi TIM Pokja
Rehabilitasi penyalahgunaan narkoba di Internal BNNP Sulsel dan Lintas
Sektor. Rakor TIM Pokja Rehabilitasi Penyalahguna Narkoba di ikuti
sebanyak 20 orang terdiri dari perwakilan KanwilkumHam Wilayah
Makassar,Perwakilan dari Direktorat Reserse Narkoba Polda Sulsel,Rumah
Sakit Sayang Rakyat, Rumah Sakit Khusus Daerah Makassar,RS
Bhayangkara,Dinas Sosial Provinsi Sulsel,Dinas Kesehatan Prov.Sulsel dan
Kesbangpol Prov.Sulsel.
Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Sulawesi Selatan
Brigjen Pol.Drs.Agus Budiman Manalu.SH dalam sambutannya mengatakan
“Ketergantungan narkotika adalah orang

yang

menggunakan

atau

menyalahgunakan Narkotika dan dalam keadaan ketergantungan pada
Narkotika,baik secara fisik maupun psikis. Ketergantungan Narkotika
adalah kondisi yang ditandai oleh dorongan untuk menggunakan Narkotika
secara terus-menerus dengan takaran yang meningkat agar menghasilkan
efek yang sama dan apabila penggunaannya dikurangi dan/atau dihentikan
secara

tiba-tiba,menimbulkan

gejala

fisik

dan

psikis

yang

khas.

(bnn.sulsel/2016)
4) Melaksanakan Kegiatan Sosialisasi “STOP Narkoba” di Fly Over
Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Sulawesi Selatan
melaksanakan kegiatan Sosialisasi "STOP narkoba" di Fly Over Jln. Urip
Sumohardjo – AP. Pettarani dan Mejsid Al Markas Al Islami, pada hari
Kamis, (16/06/2016). Kegiatan sosialisasi "STOP narkoba" dilaksanakan
31

melalui pembagian stiker “STOP narkoba”, brosur dan kembang terhadap
kendaraan yang berhenti pada saat lampu merah. Pada kesempatan yang
sama, personil BNNP Sulsel juga sosialisasi tema Hari Anti Narkoba
Internasional (HANI) 2016 "Mendengarkan Suara Hati Anak-Anak dan
Generasi Muda Merupakan Langkah Awal Untuk Membantu Mereka
Tumbuh Sehat dan Aman dari Penyalahgunaan Narkoba".
Dalam pelaksanaan kegiatan BNNP Sulsel melibatkan Forum
Mahasiswa Anti Penyalah Guna

Narkoba Sulawesi Selatan. Acara

Sosialisasi “Stopnarkoba” diawali di perempatan Flyover Jln Urip
Sumohardjo - AP. Pettarani Makassar dan berlangsung sekitar satu jam.
Setelah melakukan aksi simpatik dengan membagikan stiker "stopnarkoba"
dan bunga pada pengendara di perempatan Flyover Jln Urip Sumohardjo AP. Pettarani Makassar, personil BNNP Sulsel dan Forum Mahasiswa Anti
Penyalah Guna Narkoba Sulawesi Selatan melanjutkan kegiatan yang
sama ke Mesjid Al Markas Al Islami Jln Mesjid Raya, Makassar sekaligus
tempat terkahir acara sosialisasi dan diakhiri dengan buka puasa bersama di
halaman Mesjid Al Markas. Kegiatan dimaksud, sebagai bentuk
pencegahan dini terhadap dampak dan penyalahguna narkoba terhadap
pengendara maupun pengunjung di area Mesjid Al Markas Al Islami
melalui pembagian brosur P4GN dan stiker #stopnarkoba yang dibagibagikan. Kedua tempat dijadikan tempat aksi simpatik karena lokasi ini
adalah merupakan titik keramaian di Makassar. (bnn.sulsel/2016)

5) Menyelenggarakan Deklarasi Artipena
Dalam rangka membangun komitmen kemandirian dalam upaya
Pencegahan dan Pemberantasan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) di
wilayah Provinsi Sulawesi Selatan, Asosiasi Relawan Perguruan Tinggi

32

Anti Penyalahgunaan Narkoba (ARTIPENA) Korwil Provinsi Sulawesi
Selatan melaksanakan kegiatan “Deklarasi” pada hari kamis, 23 juni 2016
di gedung IPTEKS Universitas Hasanuddin, Makassar. Kegiatan tersebut
dihadiri 122 undangan.
Kepala BNNP Sulsel Brigjen Pol Drs. Agus Budiman Manalu, S.H saat
membacakan sambutan Kepala Deputi Deputi Pemberdayaan Masyarakat
BNN mengatakan bahwa, “Potret permasalahan penyalahgunaan narkoba di
kalangan dunia pendidikan khususnya Perguruan Tinggi tentu sangat
membutuhkan perhatian serius, mengingat Perguruan Tinggi merupakan
aset utama Bangsa Indonesia. Selain itu, kalangan mahasiswa merupakan
entitas yang terdiri dari komponen akademis yang secara psikologis
memiliki kerentanan terhadap penyalahgunaan narkotika.”
Beliau menyampaikan apresiasinya dan juga ucapan selamat atas
lahirnya “Asosiasi Relawan Perguruan Tinggi Anti Penyalahgunaan
Narkotika (ARTIPENA) Korwil Sulawesi Selatan” yang merupakan forum
penggalangan ide, pemikiran dan terobosan-terobosan baru dari kalangan
Perguruan Tinggi dalam memberikan kontribusi nyata bagi upaya
penanganan indonesia darurat narkoba khususnya di lingkungan Perguruan
Tinggi dan lingkungan masyarakat secara umum.

Selain pelaksanaan

kegiatan Deklarasi yang dilaksanakan oleh ARTIPENA, pada hari itu juga
dilaksanakan penandatanganan Nota Kesepahaman antara BNNP Sulsel
dengan Universitas Hasanuddin sebagai bentuk komitmen dalam

33

penanggulangan masalah narkoba di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan.
(bnn.sulsel/2016)
6) Melakukan Kerjasama dengan Kampus Politeknik Ilmu Pelayaran
(PIP)
Peredaran narkotika, psikotropika, dan obat terlarang (narkoba) di
Sulawesi Selatan semakin hari kian merajalela. Salah satu lokasi strategis
beredarnya barang haram tersebut adalah kampus. Sebagai perwujudan
untuk menciptakan kampus bebas dari peredaran dan penyalagunaan
narkoba, kampus Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Makassar bekerja sama
dengan Badan Narkotika Provinsi Sulsel. Kerjasama itu ditandai dengan
penandatanganan nota kesepahaman atau MOU antara PIP Makassar dengan
BNN Sulsel di Pusat Rehabilitasi BNN, Jl. Batara Bira VI Baddoka
Makassar, Minggu (26/06/2016).
Penandatangan dilakukan langsung oleh Direktur PIP Makassar, Ahmad
Wahid, dengan Kepala Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP)
Sulawesi

Selatan,

Brigjen

(Pol)

Drs

Agus

Budiman

Manalu

Penandatanganan MOU tersebut dimaksudkan sebagai upaya Pencegahan
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Lingkungan PIP
Makassar. Selain itu, dalam penandatangan MOU juga dirangkaikan dengan
peringatan hari anti narkotika tahun 2016. (tribunnews.com/2016)
7) Memperingati Hari Anti Narkoba Internasional (HANI) 2016

34

Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Sulawesi Selatan, Balai
Rehabilitasi BNN Baddoka, Makassar, Badan Narkotika Nasional
Kabupaten Bone, serta Komunitas Penggiat Anti Narkoba

Makassar

menyelenggarakan Apel bersama dalam rangka memperingati Hari Anti
Narkotika Internasional (HANI) 2016 pada hari sabtu (26/06), bertempat di
halaman kantor Balai Rehabilitasi BNN Baddoka, Makassar jalan Batara
Bira VI No. 35 Baddoka, Makassar.
Kegiatan Apel HANI 2016 dihadiri pejabat Eselon III dan IV dan staf
lingkup BNNP Sulsel, Pejabat Eselon III, IV dan staf Balai Rehabilitasi
BNN Baddoka, Kepala BNNK Bone dan staf, Komunitas Penggiat Anti
Narkotika (Formapen, Lanha, Gema) Makassar serta Residen Balai
Rehabilitasi BNN Baddoka. Bertindak sebagai Pembina Apel Kepala
BNNP Sulsel Brigadir Jenderal Polisi Drs. Agus Budiman Manalu, S.H.
Apel peringatan HANI 2016 kali ini mengusung tema “Mendengarkan
Suara Hati Anak-Anak Dan Generasi Muda Merupakan Langkah Awal
Untuk Membantu Mereka Tumbuh Sehat Dan Aman Dari Penyalahgunaan
Narkoba” dan menjadi tema nasional seluruh BNNP/BNNK seluruh
Indonesia, sebagimana sambutan seragam tertulis yang dibacakan oleh
Kepala BNNP Sulsel Brigjen Pol Drs. Agus Budiman Manalu, S.H
mengatakan bahwa,“tema ini mengandung makna bahwa anak-anak dan
generasi muda adalah tumpuan harapan bangsa oleh karena itu harus kita

35

jaga agar tidak terjerumus kepada penyalahgunaan dan peredaran gelap
narkoba.”
Setelah pelaksanaan rangkaian Apel Peringatann HANI 2016, pada
kesempatan

yang

sama

juga

dilaksanakan

Penandatangan

Nota

Kesepahaman antar