PENGARUH IKLAN ROKOK DI TELEVISI TERHADA
PENGARUH IKLAN ROKOK DI TELEVISI TERHADAP PERILAKU
MEROKOK
SISWA SMP DI SMP SWASTA KARTINI BATAM
TAHUN 2014
Hendri Kremer S.E., M.Si
Dosen Komunikasi di Universitas Putera Batam, [email protected]
ABSTRACT
There were 3 million teenagers who smoke in Indonesia in 2014, 20% of
them were junior high school students, and the active smokers of junior high school
students were increasing around 30% in 2000 (Irdan,2008). At SMP Swasta
Kartini Batam was found around 5-10% students smoked outside the school.
The result is aimed to analyze the influence of cigarette advertisement on
television on the Students’ Smoking Behavior at SMP Swasta Kartini Batam . The
type of this research was analytic survey. The population of the research were the
entire students at SMP Swasta Kartini, around 200 people. The amount of the sample
100 people were taken by Simple Random Sampling. The data were collected by
questioner, interview and documentation . The data analysis used the multiple
linear regression
The result of the research showed that the cigarette advertisement influence on
the students’ smoking behavior at SMP Swasta Kartini Batam.
It is needed an active role of medical advisor teams to promote the influence
of the cigarette to the health in period in the school to prevent the increasing of
the smoking behavior of the junior high school students.
Keywords: Cigarette Advertisement, Smoking Behavior
PENDAHULUAN
Remaja adalah generasi penerus bangsa, untuk itu suatu negara perlu mempersiapkan
generasi muda secara fisik dan psikis dengan baik. Secara fisik perkembangan
remaja dari segi kesehatan perlu mendapatkan perhatian yang cukup signifikan dari
pemerintah. Salah satu karakteristik umum perkembangan remaja menurut Ali.M
(2010) adalah memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (high curiosity).
Karena didorong oleh rasa ingin tahu yang tinggi, remaja cenderung
ingin
bertualang, menjelajah segala sesuatu, dan mencoba segala sesuatu yang belum
pernah dialaminya. Selain itu, didorong juga oleh keinginan seperti orang dewasa
menyebabkan remaja ingin mencoba melakukan apa yang sering dilakukan oleh
orang dewasa.
Akibatnya, tidak jarang secara sembunyi-sembunyi, remaja pria mencoba merokok
karena sering melihat orang dewasa melakukannya. Seolah-olah dalam hati
kecilnya berkata.’saya lah yang paling hebat’
Dari berbagai penelitian di dapat bahwa remaja ingin membuktikan kalau sebenarnya
dirinya mampu berbuat seperti yang dilakukan orang dewasa. Oleh karena itu
yang amat penting bagi remaja adalah memberikan bimbingan agar rasa ingin
tahunya yang tinggi dapat terarah kepada kegiatan-kegiatan yang positif, kreatif dan
produktif.
Namun pada kenyataannya yang terjadi adalah para remaja melakukan kegiatan yang
mengarah ke
arah negative seperti kebiasaan merokok. Karakteristik remaja yang
erat dengan keinginan adanya kebebasan, indenpendensi, dan berontak dari normanorma, dimanfaatkan para pelaku industri rokok dengan memunculkan seloganselogan promosi yang mudah tertangkap mata dan telinga serta menantang.
Selogan-selogan ini tidak hanya gencar dipublikasikan melalui berbagai iklan di
media elektronik, cetak dan luar ruang, tetapi industri rokok pada saat ini sudah
masuk pada tahap pemberi sponsor setiap event anak muda, seperti konser musik
dan olah raga. Hampir setiap konser musik dan event olah raga di Indonesia di
sponsori oleh industri rokok.
Dalam event tersebut mereka bahkan membagikan rokok gratis atau mudah
mendapatkannya dengan menukarkan potongan tiket masuk acara tersebut. Para
remaja memang menjadi sasaran empuk bagi industri rokok.
Ketua ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Widyastuty Soerojo pada lokakarya
“Understanding Tobacco Industry Throught Their Own Top secret Document tahun
2008 di
Batam, mengatakan industri rokok memanfaatkan karakteristik remaja,
ketidaktahuan konsumen dan ketidakberdayaan mereka yang sudah kecanduan
rokok. Iklan rokok menawarkan citra seorang perokok sebagai seorang yang
tangguh, kreatif, penuh solidaritas, macho modern dan lain sebagainya, sehingga
remaja tertarik
untuk mengadopsi rokok tanpa menyadari bahayanya. Semua perusahaan tembakau
besar di Indonesia memberikan sponsor pada kegiatan olah raga, acara remaja dan
konser musik.
Akibatnya
anak-anak Indonesia sangat terpengaruh oleh iklan rokok yang
mengasosiasikan merokok dengan keberhasilan dan kebahagiaan. Pemberian sponsor
serta promosi melalui berbagai kegiatan merupakan komponen kunci dalam strategi
industri tembakau untuk merangkul para remaja (Gatra, 2004).
Ancaman khusus rokok terhadap kelompok usia remaja merupakan suatu hal yang
tidak bisa disepelekan. Hal ini telah mencemaskan semua pihak, terutama
kelompok perlindungan anak. Rokok mengancam masa depan kesehatan dan
kepribadian anak. Rokok
harus dilihat juga sebagai bahan adiktif buat
anak.
Salah satu iklan rokok
yang digemari remaja adalah iklan rokok A Mil
dengan label “A”, diproduksi oleh PT
HM Sampoerna Tbk, selalu melakukan
perubahan dan pembaharuan sesuai dengan keinginan para remaja yang ingin
mencoba hal yang baru. Rokok tersebut menawarkan keamanan dan kenyamanan
merokok dengan rendah kadar Tar dan Nikotin, serta adanya selogan yang selalu
segar bagi para remaja misalnya tema “Bukan Basa Basi”(BBB), versi “Kalau benda
bisa ngomong”, “Silahkan Bicara” yang diikuti dengan gambar mulut yang
tertutup plester.
Selogan tersebut sangat efektif dalam memengaruhi remaja bahwa remaja senang
dengan keterbukaan, dan berhak melakukan sesuatu seperti yang dilakukan orang
dewasa (Purwaningwulan, 2007).
Demikian halnya iklan rokok yang lainnya, disamping ada unsur humor yang digunakan
untuk menarik perhatian remaja, juga terdapat makna pesan-pesan.
yang
secara
tersembunyi yaitu
kritik sosial pada perilaku pelanggaran yang
kadangkala juga dilakukan oleh para remaja. Komnas Perlindungan Anak bersama
dengan Universitas Muhammadiyah Prof.DR Hamka (UHAMKA) melakukan penelitian
mengenai dampak ketertarikan remaja pada iklan rokok, kegiatan yang disponsori
industri rokok terhadap aspek kognitif, afektif dan perilaku merokok pada remaja dengan
subjek sebanyak 353 responden murid SMP dan SMA di DKI Jakarta
pada
tahun
2007.
Penelitian bersama itu menunjukkan seberapa jauh anak mengenal tayangan iklan rokok
dari berbagai media. Hasilnya menyatakan 99,8% anak remaja sudahterpapar iklan
rokok, dan sebanyak 81% remaja pernah mengikuti kegiatan yang disponsori industri
rokok. Jika ditinjau dari aspek kognitif pengaruh iklan terhadap remaja, riset
menyatakan 68,2% anak remaja dapat menyebutkan lebih dari tiga slogan iklan rokok,
dan bisa dengan cepat mengenali karya audio visual iklan rokok serta mengidentifikasi
produk yang dimaksud.
Jika ditinjau dari sisi usia remaja yang mulai merokok, hasil penelitian tersebut
menyatakan rata-rata remaja mulai merokok pada usia 14 tahun, dan sebanyak 31,5%
remaja mulai merokok di usia 15 tahun. Dan dari segi besarnyapengaruh iklan dan
kegiatan yang disponsori industri rokok terhadap perilaku merokok remaja sebanyak
29% remaja perokok menyalakan rokoknya ketika melihat iklan rokok pada saat tidak
merokok (Wibowo, 2009).
Dalam survey WHO yang dilakukan di 100 Negara secara serentak pada
tahun 2004-2006 termasuk Indonesia, terungkap bahwa 12,6% pelajar
setingkat SMP adalah perokok, dan sebanyak 30,9% pelajar perokok tersebut mulai
merokok sebelum usia 10 tahun dan 3,2% dari mereka sudah kecanduan. Hasil lain
dari survey ini adalah 64,2% pelajar SMP menyatakan terpapar asap rokok orang
lain, perokok pasif di rumah sendiri, dan 81% pelajar SMP terpapar ditempattempat umum (Cahaya, 2008).
Berdasarkan survey yang dilakukan Global Youth Tobacco Survey (GYTS) Indonesia
tahun 2006 yang dilakukan terhadap remaja berusia 13-15 tahun sebanyak 24,5%
remaja laki-laki dan 2,3% remaja perempuan merupakan perokok, 3,2% diantaranya
sudah kecanduan.
Bahkan yang lebih mengkhawatirkan 3 dari 10 pelajar mencoba merokok sejak mereka
dibawah usia 10 tahun. Hasil survey tersebut juga menunjukkan bahwa akibat
gencarnya iklan yang dilakukan oleh industri rokok, maka sebanyak 92,9% anak-anak
terekspos dengan iklan yang berada di papan reklame dan 82,8% terekspos iklan berada
di majalah dan Koran (Wibowo, 2009).
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang mempunyai konsumsi rokok 6,6%
dari konsumsi dunia, yang memprihatinkan dari 3 juta remaja yang merokok ada
20% adalah anak SMP dan tiga tahun terakhir 30% dari jumlah anak SMP sebagai
perokok aktif (Irdan, 2008).
Menurut Nawi, dari Quit Tobacco Indonesia yang dikemukakan pada seminar “Update
of Tobacco Control Research” di Diklat RSUP Dr Sardjito, Indonesia termasuk 5
negara dengan konsumsi rokok terbesar di dunia. Konsumsi tembakau di Indonesia
meningkat 7 kali lipat dalam jangka waktu 3 tahun (1997-2000), dan prevalensi
penggunaan tembakau di Indonesia telah meningkat dalam segala usia.
Hasil penelitian Yayi Suryo Direktur Eksekutif QTI FK-UGM di Yogyakarta, iklan
rokok dan perilaku merokok berhubungan secara signifikan dengan perilaku merokok
dikalangan remaja SMP dan SMA di kota Yogyakarta.
Insiden perokok
pada pria di kalangan remaja lebih tinggi dari di kalangan perempuan
(Kanal, 2007). Perilaku merokok merupakan hal yang sangat mudah dijumpaipada masyarakat
karena dianggap sebagai suatu kebiasaan yang tidak membahayakan bagi manusia,
diperkirakan jumlah perokok di dunia sebesar 1,3 miliar orang, sementara penyakit akibat
perilaku merokok mencapai 4,9
juta setiap tahunnya, menurut Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) apabila perilaku ini berlanjut maka angka kematian akibat rokok meningkat
10 juta setiap tahunnya pada tahun 2020, dan ini banyak terjadi di negara-negara berkembang
(Bustan, 2007).
Dunia kesehatan bahwa merokok memberi dampak negatif yang luas bagi kesehatan dan
ditenggarai sebagai salah satu penyebab utama timbulnya penyakit kanker paru, penyakit
jantung koroner, impotensi, bahkan gangguan kehamilan dan janin. Menurut data WHO satu
juta manusia pertahun di dunia meninggal karena merokok dan 95% diantaranya adalah
kanker paru-paru.
Data statistik WHO yang dipublikasikan tanggal 28 Mei 2002 menyebutkan bahwa aktivitas
merokok telah membunuh satu dari sepuluh orang dewasa di dunia tiap tahun, dan itu setara
dengan empat juta kematian perokok. Bahkan jika trennya tidak berubah, tahun 2030 kematian
akan meningkat menjadi satu dari enam perokok. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan
Departemen Kesehatan RI Soewarta Kosen menyatakan rokok mengakibatkan 1172 kematian
setiap tahunnya, yang artinya satu kematian setiap enam detik. Meskipun demikian peningkatan
jumlah perokok di kalangan remaja terus meningkat (Wibowo,2009). Penanggulangan
masalah rokok di Indonesia
memang sangat dilematis.
Disatu sisi, industri rokok dianggap sebagai penghasil pajak paling besar dibanding sektor
lain. Misalnya dapat memberikan
kontribusi
terhadap pemasukan
keuangan
negara berupa pembayaran cukai. Singkat kata, industri rokok adalah industri padat
karya dan memberikan sumbangan yang
cukup besar dalam
perekonomian
bangsa (Yanto, 2009).
Menurut Imam, ratifikasi Framework Convention on Tobacco Control
(FTCT), suatu
hukum international
dalam pengendalian tembakau,adalah faktor
kunci perlindungan anak-anak dari bahaya tembakau, yang salah satunya
mengatur iklan rokok. WHO mengklaim bahwa pelarangan segala bentuk iklan promosi, dan
sponsor rokok terbukti bisa menurunkan
tingkat konsumsi rokok hingga 16%.
Sekalipun sejumlah pemerintah daerah dalam beberapa tahun terakhir juga telah membuat
sejumlah Perda yang
mengatur
tempat untuk merokok,namun pemerintah
Indonesia yang
bergabung dalam salah satu penyusun FTCT, yang telah disepakati
secara aklamasi dalam sidang WHO 2003, menjadi satu-satunya negara di Asia Fasifik
yang tidak menandatangani dan belum melakukan aksesi FTCT.
Sehingga terkesan ironis ketika pemerintah sibuk menghimbau anak–anak muda untuk tidak
merokok melalui tema Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2008, “Anak Muda Tanpa
Rokok/Tobacco Free Youth namun tidak mencoba menyediakan lingkungan yang kondusif
bagi anak-anak yang kadang masih terlalu hijau untuk memilih (Antara, 2008).
SMP swasta Kartini Batam adalah salah satu sekolah SMP yang ada di Kota Madya Batam
letaknya sangat strategis yang berada di Kampung Utama Batam Dari hasil observasi yang
dilakukan oleh peneliti di sekolah tersebut, peneliti melihat bahwa
ada siswa yang merokok diluar kegiatan sekolah, misalnya saat sebelum masuk lingkungan
sekolah, setelah keluar sekolah, bahkan ada secara sembunyi- sembunyi merokok saat jam
istirahat.
Berdasarkan hasil wawancara langsung yang peneliti lakukan dengan pihak sekolah dalam hal
ini guru BP (Bimbingan dan Penyuluhan), bahwa salah satu aturan dan tata tertib disekolah
tersebut adalah melarang siswa merokok, dan aturan tersebut
juga
sudah
berulangkali
diingatkan kepada seluruh siswa, namun ada sekitar 5-10% siswa yang
merokok diluar
jam belajar.
Keadaan tersebut sulit dipantau karena mereka merokok di luar
lingkungan
sekolah.
Mengingat usia mereka masih dini sudah merokok, maka hal ini harus segera dicegah untuk
terjadinya perilaku kecanduan merokok, serta mengantisipasi dampak rokok terhadap kesehatan
mereka sangat berbahaya.
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana pengaruh Iklan
Rokok di Televisi terhadap Perilaku merokok siswa SMP di SMP Swasta Kartini Batam Tahun
2011.
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis tentang pengaruh iklan rokok
di
televisi terhadap perilaku merokok Siswa SMP di SMP Swasta Kartini Batam Tahun 2014.
MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Secara teoritis, dapat menambah khasanah keilmuan Kesehatan Masyarakat
khususnya tentang dampak rokok bagi kesehatan dan dapat sebagai referensi bagi
peneliti selanjutnya
2. Diharapkan orang tua, guru dan pemerintah dapat memberikan informasi tentang
bahaya merokok bagi kesehatan
3. Bagi remaja khususnya siswa SMP mau secara sadar menghindari perilaku merokok
untuk kepentingan kesehatannya.
KERANGKA KONSEP
Berdasarkan teori
ini adalah sebagai berikut :
Variabel Independen
Dependen
yang
telah dijelaskan, maka kerangka konseptual penelitian
Variabel
Gambar Kerangka Konsep Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Pengaruh Iklan rokok di Televisi (Video/Visual, Audio, Talent, Grafics dan
Pacing) terhadap Pengetahuan.
Berdasarkan
hasil analisis
uji Bivariat iklan rokok terhadap Pengetahuan dalam hal
ini Video/Visual p=0,000>α=0,05, Audio p=0,000
MEROKOK
SISWA SMP DI SMP SWASTA KARTINI BATAM
TAHUN 2014
Hendri Kremer S.E., M.Si
Dosen Komunikasi di Universitas Putera Batam, [email protected]
ABSTRACT
There were 3 million teenagers who smoke in Indonesia in 2014, 20% of
them were junior high school students, and the active smokers of junior high school
students were increasing around 30% in 2000 (Irdan,2008). At SMP Swasta
Kartini Batam was found around 5-10% students smoked outside the school.
The result is aimed to analyze the influence of cigarette advertisement on
television on the Students’ Smoking Behavior at SMP Swasta Kartini Batam . The
type of this research was analytic survey. The population of the research were the
entire students at SMP Swasta Kartini, around 200 people. The amount of the sample
100 people were taken by Simple Random Sampling. The data were collected by
questioner, interview and documentation . The data analysis used the multiple
linear regression
The result of the research showed that the cigarette advertisement influence on
the students’ smoking behavior at SMP Swasta Kartini Batam.
It is needed an active role of medical advisor teams to promote the influence
of the cigarette to the health in period in the school to prevent the increasing of
the smoking behavior of the junior high school students.
Keywords: Cigarette Advertisement, Smoking Behavior
PENDAHULUAN
Remaja adalah generasi penerus bangsa, untuk itu suatu negara perlu mempersiapkan
generasi muda secara fisik dan psikis dengan baik. Secara fisik perkembangan
remaja dari segi kesehatan perlu mendapatkan perhatian yang cukup signifikan dari
pemerintah. Salah satu karakteristik umum perkembangan remaja menurut Ali.M
(2010) adalah memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (high curiosity).
Karena didorong oleh rasa ingin tahu yang tinggi, remaja cenderung
ingin
bertualang, menjelajah segala sesuatu, dan mencoba segala sesuatu yang belum
pernah dialaminya. Selain itu, didorong juga oleh keinginan seperti orang dewasa
menyebabkan remaja ingin mencoba melakukan apa yang sering dilakukan oleh
orang dewasa.
Akibatnya, tidak jarang secara sembunyi-sembunyi, remaja pria mencoba merokok
karena sering melihat orang dewasa melakukannya. Seolah-olah dalam hati
kecilnya berkata.’saya lah yang paling hebat’
Dari berbagai penelitian di dapat bahwa remaja ingin membuktikan kalau sebenarnya
dirinya mampu berbuat seperti yang dilakukan orang dewasa. Oleh karena itu
yang amat penting bagi remaja adalah memberikan bimbingan agar rasa ingin
tahunya yang tinggi dapat terarah kepada kegiatan-kegiatan yang positif, kreatif dan
produktif.
Namun pada kenyataannya yang terjadi adalah para remaja melakukan kegiatan yang
mengarah ke
arah negative seperti kebiasaan merokok. Karakteristik remaja yang
erat dengan keinginan adanya kebebasan, indenpendensi, dan berontak dari normanorma, dimanfaatkan para pelaku industri rokok dengan memunculkan seloganselogan promosi yang mudah tertangkap mata dan telinga serta menantang.
Selogan-selogan ini tidak hanya gencar dipublikasikan melalui berbagai iklan di
media elektronik, cetak dan luar ruang, tetapi industri rokok pada saat ini sudah
masuk pada tahap pemberi sponsor setiap event anak muda, seperti konser musik
dan olah raga. Hampir setiap konser musik dan event olah raga di Indonesia di
sponsori oleh industri rokok.
Dalam event tersebut mereka bahkan membagikan rokok gratis atau mudah
mendapatkannya dengan menukarkan potongan tiket masuk acara tersebut. Para
remaja memang menjadi sasaran empuk bagi industri rokok.
Ketua ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Widyastuty Soerojo pada lokakarya
“Understanding Tobacco Industry Throught Their Own Top secret Document tahun
2008 di
Batam, mengatakan industri rokok memanfaatkan karakteristik remaja,
ketidaktahuan konsumen dan ketidakberdayaan mereka yang sudah kecanduan
rokok. Iklan rokok menawarkan citra seorang perokok sebagai seorang yang
tangguh, kreatif, penuh solidaritas, macho modern dan lain sebagainya, sehingga
remaja tertarik
untuk mengadopsi rokok tanpa menyadari bahayanya. Semua perusahaan tembakau
besar di Indonesia memberikan sponsor pada kegiatan olah raga, acara remaja dan
konser musik.
Akibatnya
anak-anak Indonesia sangat terpengaruh oleh iklan rokok yang
mengasosiasikan merokok dengan keberhasilan dan kebahagiaan. Pemberian sponsor
serta promosi melalui berbagai kegiatan merupakan komponen kunci dalam strategi
industri tembakau untuk merangkul para remaja (Gatra, 2004).
Ancaman khusus rokok terhadap kelompok usia remaja merupakan suatu hal yang
tidak bisa disepelekan. Hal ini telah mencemaskan semua pihak, terutama
kelompok perlindungan anak. Rokok mengancam masa depan kesehatan dan
kepribadian anak. Rokok
harus dilihat juga sebagai bahan adiktif buat
anak.
Salah satu iklan rokok
yang digemari remaja adalah iklan rokok A Mil
dengan label “A”, diproduksi oleh PT
HM Sampoerna Tbk, selalu melakukan
perubahan dan pembaharuan sesuai dengan keinginan para remaja yang ingin
mencoba hal yang baru. Rokok tersebut menawarkan keamanan dan kenyamanan
merokok dengan rendah kadar Tar dan Nikotin, serta adanya selogan yang selalu
segar bagi para remaja misalnya tema “Bukan Basa Basi”(BBB), versi “Kalau benda
bisa ngomong”, “Silahkan Bicara” yang diikuti dengan gambar mulut yang
tertutup plester.
Selogan tersebut sangat efektif dalam memengaruhi remaja bahwa remaja senang
dengan keterbukaan, dan berhak melakukan sesuatu seperti yang dilakukan orang
dewasa (Purwaningwulan, 2007).
Demikian halnya iklan rokok yang lainnya, disamping ada unsur humor yang digunakan
untuk menarik perhatian remaja, juga terdapat makna pesan-pesan.
yang
secara
tersembunyi yaitu
kritik sosial pada perilaku pelanggaran yang
kadangkala juga dilakukan oleh para remaja. Komnas Perlindungan Anak bersama
dengan Universitas Muhammadiyah Prof.DR Hamka (UHAMKA) melakukan penelitian
mengenai dampak ketertarikan remaja pada iklan rokok, kegiatan yang disponsori
industri rokok terhadap aspek kognitif, afektif dan perilaku merokok pada remaja dengan
subjek sebanyak 353 responden murid SMP dan SMA di DKI Jakarta
pada
tahun
2007.
Penelitian bersama itu menunjukkan seberapa jauh anak mengenal tayangan iklan rokok
dari berbagai media. Hasilnya menyatakan 99,8% anak remaja sudahterpapar iklan
rokok, dan sebanyak 81% remaja pernah mengikuti kegiatan yang disponsori industri
rokok. Jika ditinjau dari aspek kognitif pengaruh iklan terhadap remaja, riset
menyatakan 68,2% anak remaja dapat menyebutkan lebih dari tiga slogan iklan rokok,
dan bisa dengan cepat mengenali karya audio visual iklan rokok serta mengidentifikasi
produk yang dimaksud.
Jika ditinjau dari sisi usia remaja yang mulai merokok, hasil penelitian tersebut
menyatakan rata-rata remaja mulai merokok pada usia 14 tahun, dan sebanyak 31,5%
remaja mulai merokok di usia 15 tahun. Dan dari segi besarnyapengaruh iklan dan
kegiatan yang disponsori industri rokok terhadap perilaku merokok remaja sebanyak
29% remaja perokok menyalakan rokoknya ketika melihat iklan rokok pada saat tidak
merokok (Wibowo, 2009).
Dalam survey WHO yang dilakukan di 100 Negara secara serentak pada
tahun 2004-2006 termasuk Indonesia, terungkap bahwa 12,6% pelajar
setingkat SMP adalah perokok, dan sebanyak 30,9% pelajar perokok tersebut mulai
merokok sebelum usia 10 tahun dan 3,2% dari mereka sudah kecanduan. Hasil lain
dari survey ini adalah 64,2% pelajar SMP menyatakan terpapar asap rokok orang
lain, perokok pasif di rumah sendiri, dan 81% pelajar SMP terpapar ditempattempat umum (Cahaya, 2008).
Berdasarkan survey yang dilakukan Global Youth Tobacco Survey (GYTS) Indonesia
tahun 2006 yang dilakukan terhadap remaja berusia 13-15 tahun sebanyak 24,5%
remaja laki-laki dan 2,3% remaja perempuan merupakan perokok, 3,2% diantaranya
sudah kecanduan.
Bahkan yang lebih mengkhawatirkan 3 dari 10 pelajar mencoba merokok sejak mereka
dibawah usia 10 tahun. Hasil survey tersebut juga menunjukkan bahwa akibat
gencarnya iklan yang dilakukan oleh industri rokok, maka sebanyak 92,9% anak-anak
terekspos dengan iklan yang berada di papan reklame dan 82,8% terekspos iklan berada
di majalah dan Koran (Wibowo, 2009).
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang mempunyai konsumsi rokok 6,6%
dari konsumsi dunia, yang memprihatinkan dari 3 juta remaja yang merokok ada
20% adalah anak SMP dan tiga tahun terakhir 30% dari jumlah anak SMP sebagai
perokok aktif (Irdan, 2008).
Menurut Nawi, dari Quit Tobacco Indonesia yang dikemukakan pada seminar “Update
of Tobacco Control Research” di Diklat RSUP Dr Sardjito, Indonesia termasuk 5
negara dengan konsumsi rokok terbesar di dunia. Konsumsi tembakau di Indonesia
meningkat 7 kali lipat dalam jangka waktu 3 tahun (1997-2000), dan prevalensi
penggunaan tembakau di Indonesia telah meningkat dalam segala usia.
Hasil penelitian Yayi Suryo Direktur Eksekutif QTI FK-UGM di Yogyakarta, iklan
rokok dan perilaku merokok berhubungan secara signifikan dengan perilaku merokok
dikalangan remaja SMP dan SMA di kota Yogyakarta.
Insiden perokok
pada pria di kalangan remaja lebih tinggi dari di kalangan perempuan
(Kanal, 2007). Perilaku merokok merupakan hal yang sangat mudah dijumpaipada masyarakat
karena dianggap sebagai suatu kebiasaan yang tidak membahayakan bagi manusia,
diperkirakan jumlah perokok di dunia sebesar 1,3 miliar orang, sementara penyakit akibat
perilaku merokok mencapai 4,9
juta setiap tahunnya, menurut Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) apabila perilaku ini berlanjut maka angka kematian akibat rokok meningkat
10 juta setiap tahunnya pada tahun 2020, dan ini banyak terjadi di negara-negara berkembang
(Bustan, 2007).
Dunia kesehatan bahwa merokok memberi dampak negatif yang luas bagi kesehatan dan
ditenggarai sebagai salah satu penyebab utama timbulnya penyakit kanker paru, penyakit
jantung koroner, impotensi, bahkan gangguan kehamilan dan janin. Menurut data WHO satu
juta manusia pertahun di dunia meninggal karena merokok dan 95% diantaranya adalah
kanker paru-paru.
Data statistik WHO yang dipublikasikan tanggal 28 Mei 2002 menyebutkan bahwa aktivitas
merokok telah membunuh satu dari sepuluh orang dewasa di dunia tiap tahun, dan itu setara
dengan empat juta kematian perokok. Bahkan jika trennya tidak berubah, tahun 2030 kematian
akan meningkat menjadi satu dari enam perokok. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan
Departemen Kesehatan RI Soewarta Kosen menyatakan rokok mengakibatkan 1172 kematian
setiap tahunnya, yang artinya satu kematian setiap enam detik. Meskipun demikian peningkatan
jumlah perokok di kalangan remaja terus meningkat (Wibowo,2009). Penanggulangan
masalah rokok di Indonesia
memang sangat dilematis.
Disatu sisi, industri rokok dianggap sebagai penghasil pajak paling besar dibanding sektor
lain. Misalnya dapat memberikan
kontribusi
terhadap pemasukan
keuangan
negara berupa pembayaran cukai. Singkat kata, industri rokok adalah industri padat
karya dan memberikan sumbangan yang
cukup besar dalam
perekonomian
bangsa (Yanto, 2009).
Menurut Imam, ratifikasi Framework Convention on Tobacco Control
(FTCT), suatu
hukum international
dalam pengendalian tembakau,adalah faktor
kunci perlindungan anak-anak dari bahaya tembakau, yang salah satunya
mengatur iklan rokok. WHO mengklaim bahwa pelarangan segala bentuk iklan promosi, dan
sponsor rokok terbukti bisa menurunkan
tingkat konsumsi rokok hingga 16%.
Sekalipun sejumlah pemerintah daerah dalam beberapa tahun terakhir juga telah membuat
sejumlah Perda yang
mengatur
tempat untuk merokok,namun pemerintah
Indonesia yang
bergabung dalam salah satu penyusun FTCT, yang telah disepakati
secara aklamasi dalam sidang WHO 2003, menjadi satu-satunya negara di Asia Fasifik
yang tidak menandatangani dan belum melakukan aksesi FTCT.
Sehingga terkesan ironis ketika pemerintah sibuk menghimbau anak–anak muda untuk tidak
merokok melalui tema Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2008, “Anak Muda Tanpa
Rokok/Tobacco Free Youth namun tidak mencoba menyediakan lingkungan yang kondusif
bagi anak-anak yang kadang masih terlalu hijau untuk memilih (Antara, 2008).
SMP swasta Kartini Batam adalah salah satu sekolah SMP yang ada di Kota Madya Batam
letaknya sangat strategis yang berada di Kampung Utama Batam Dari hasil observasi yang
dilakukan oleh peneliti di sekolah tersebut, peneliti melihat bahwa
ada siswa yang merokok diluar kegiatan sekolah, misalnya saat sebelum masuk lingkungan
sekolah, setelah keluar sekolah, bahkan ada secara sembunyi- sembunyi merokok saat jam
istirahat.
Berdasarkan hasil wawancara langsung yang peneliti lakukan dengan pihak sekolah dalam hal
ini guru BP (Bimbingan dan Penyuluhan), bahwa salah satu aturan dan tata tertib disekolah
tersebut adalah melarang siswa merokok, dan aturan tersebut
juga
sudah
berulangkali
diingatkan kepada seluruh siswa, namun ada sekitar 5-10% siswa yang
merokok diluar
jam belajar.
Keadaan tersebut sulit dipantau karena mereka merokok di luar
lingkungan
sekolah.
Mengingat usia mereka masih dini sudah merokok, maka hal ini harus segera dicegah untuk
terjadinya perilaku kecanduan merokok, serta mengantisipasi dampak rokok terhadap kesehatan
mereka sangat berbahaya.
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana pengaruh Iklan
Rokok di Televisi terhadap Perilaku merokok siswa SMP di SMP Swasta Kartini Batam Tahun
2011.
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis tentang pengaruh iklan rokok
di
televisi terhadap perilaku merokok Siswa SMP di SMP Swasta Kartini Batam Tahun 2014.
MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Secara teoritis, dapat menambah khasanah keilmuan Kesehatan Masyarakat
khususnya tentang dampak rokok bagi kesehatan dan dapat sebagai referensi bagi
peneliti selanjutnya
2. Diharapkan orang tua, guru dan pemerintah dapat memberikan informasi tentang
bahaya merokok bagi kesehatan
3. Bagi remaja khususnya siswa SMP mau secara sadar menghindari perilaku merokok
untuk kepentingan kesehatannya.
KERANGKA KONSEP
Berdasarkan teori
ini adalah sebagai berikut :
Variabel Independen
Dependen
yang
telah dijelaskan, maka kerangka konseptual penelitian
Variabel
Gambar Kerangka Konsep Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Pengaruh Iklan rokok di Televisi (Video/Visual, Audio, Talent, Grafics dan
Pacing) terhadap Pengetahuan.
Berdasarkan
hasil analisis
uji Bivariat iklan rokok terhadap Pengetahuan dalam hal
ini Video/Visual p=0,000>α=0,05, Audio p=0,000